• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pedagang Minuman Dalam Memilih Jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Pedagang Minuman Dalam Memilih Jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDAGANG MINUMAN DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

NIM : 081000019 MEGAWATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDAGANG MINUMAN DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

NIM : 081000019 MEGAWATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEDAGANG MINUMAN DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Megawati Nomor Induk Mahasiswa : 081000019

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan Tanggal Lulus : 27 Agustus 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I PembimbingII

(DR.dr.Wirsal Hasan,MPH) (

NIP. 19491119 1987 1 001 NIP. 195804041987021001 dr. Surya Dharma, MPH)

Medan, 26 September 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi media penularan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus dilindungi dari pencemaran terutama untuk minum. Es merupakan jenis minuman jajanan yang digemari masyarakat Es batu merupakan air yang dibekukan, yang didinginkan di bawah 0 °C. Es batu digunakan sebagai pelengkap minuman atau sebagai bahan tambahan minuman. Es batu ada beberapa jenis salah satunya es batu balok dan es batu Kristal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berbuhungan dengan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu di pasar Sentral Kota Medan.

Penelitian ini bersifat Analitik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 94 orang dengan sampel 48 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling.

Dari penelitian ini diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan responden SD 4,2%, SMP 12,5%, SMA 75,0%, PT 8,3%. Responden yang menggunakan es batu Kristal 60,4% dan es batu balok 39,6%. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 81,3%, responden yang memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 52,1%, responden yang memiliki tindakan baik sebesar 75,0%. Ada hubungan pendidikan dengan jenis es batu yang digunakan α (0,076 < 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan pengetahuan dengan es batu yang digunakan α (0,001< 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan sikap dengan jenis es batu yang digunakan α (0,004 < 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan tindakan dengan jenis es batu yang digunakan α (0,001 < 0,1) berarti Ho ditolak.

Diharapkan para pedagang minuman yang masih menggunakan es batu balok agar tidak menggunakan es batu balok lagi.

(5)

ABSTRACT

Water highly an important role in influencing human health, because it can be a medium of transmission of various diseases. therefore water is used to meet the needs of daily that must be protected from pollution especially it for drinking. Ice is kind of snacks were popular community drink Ice cubes were frozen water, which is cooled below 0 ° C. Ice cubes were used as a complement or an additive beverage drinks. There were several types of ice cubes one ice block and ice crystals.

The purpose of this study was to determine the factors relate with beverage vendors in selecting the type of ice cubes in the central market of Medan.

This research is Analytical . Population in this study were 94 people with 48 samples. Sample were taken by using systematic random sampling.

Of this research note that the percentage of respondents elementary education level by 4.2%, 12.5% junior high, high school 75.0%, 8.3% PT. Respondents using the ice crystals were 60.4% and 39.6% ice beam. Respondents who had a good knowledge of 81.3%, of respondents who had a good attitude to the category of 52.1%, of respondents who had a good measure of 75.0%. There is a relation between education and type of ice that used α (0.076 <0.1) means that Ho is rejected, there is a relationship of knowledge with ice cubes used α (0.001 <0.1) means that Ho is rejected, there is a relationship with the kind of attitude that used ice cubes α (0.004 <0.1) means that Ho is rejected, no relation to the type of action used ice cubes α (0.001 <0.1) means that Ho is rejected.

Traders expected the drinks were still using ice blocks that do not use ice beam again.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,

berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDAGANG MINUMAN

DALAM MEMILIH JENIS ES BATU DI PASAR TRADISIONAL SENTRAL KOTA MEDAN TAHUN 2012”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari

berbagAi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. DR.dr.Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing I (satu) yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

4. dr. Surya Dharma, MPH selaku pembimbing II (dua) yang telah banyak membantu dan

meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Ir. Erna Mutiara,Mkes, selaku dosen pembimbing akademik penulis, yang telah banyak

(7)

6. Pegawai Perpustakaan FKM ( Ibu Lili, Kak Juli, Kak Koto dan Fadil “pegawai

dadakan”), banyak kesan mengenal kalian. terima kasih atas segala bantuan dan motivasi

di berikan.

7. Terkhusus kepada papa dan mama ku tersayang, orang yang selalu membangkitkan

semangat dan inspirasiku. terimaksih atas doa, kasih sayang, serta dukungan moril

maupun materil yang telah papa mama berikan setiap saat.

8. Kakak – kakak ku dan adikku terimakasih atas dukungan dan doanya.

9. Seluruh sahabat dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan banyak bantuan, dorongan dan motivasi bagi penulis sampai akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun

dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

Medan, 28 Agustus 2013

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Megawati

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 10 Maret 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Nuri 13 no.115 Perumnas Mandala Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 145611 Bangun Purba, Mandailing Natal : 1996 - 2002

2. SMP Swasta YPI Nurul Ilmi Padang Sidempuan : 2002 - 2005

3. SMA Swasta YPI Nurul Ilmi Padang Sidempuan : 2005 - 2008

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : 2008 - 2012

Riwayat Organisasi

1. Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FKM USU : 2008 – 2009

(9)

DAFTAR ISI

2.7. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. ... 24

(10)

3.4. Metode Pengumpulan Data. ... 30

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional. ... 30

3.5.1. Variabel Independen. ... 30

3.5.2. Variabel Dependen... 31

3.6. Metode Pengukuran ... 31

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 31

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 33

3.7. Teknik Analisa Data. ... 33

5.2.Faktor yang mempengaruhi pedagang ... 50

5.2.1 Faktor Pendidikan ... 50

5.2.2 Faktor Pengetahuan ... 50

5.2.3 Faktor Sikap ……… 52

BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 54

6.2.Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.: Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pedagang Minuman yang Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012… 35 Tabel 4.2.: Distribusi Responden Berdasarkan jenis es btau Pedagang Minuman yang

Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional SentralKota Medan Tahun 2012…..35 Tabel 4.3.: Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pedagang Minuman yang

Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012….36 Tabel 4.4.: Kategori Pengetahuan Responden tentang Pedagang Minuman yang

Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012….39 Tabel 4.5.: Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pedagang Minuman yang Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012……….40 Tabel 4.6.: Kategori Sikap Responden tentang Pedagang Minuman yang Menggunakan Es

Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012 ……….41 Tabel 4.7.: Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan tentang Pedagang

Minuman yang Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012………..………..….42 Tabel 4.8.: Kategori Tindakan Responden tentang Pedagang Minuman yang Menggunakan Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012……….35 Tabel 4.9.: Pengaruh Pendidikan terhadap Jenis Es Batu yang digunakan Pedagang Minuman Di Pasar Tradisional Sentarl Kota Medan Tahun 2012………..44 Tabel 4.10.: Pengaruh Pengetahuan terhadap Jenis Es Batu yang digunakan Pedagang

Minuman Di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012………..………..45

Tabel 4.11.: Pengaruh sikap terhadap Jenis Es Batu yang digunakan Pedagang Minuman Di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012………...46 Tabel 4.12.: Pengaruh Tindakan terhadap Jenis Es Batu yang digunakan Pedagang Minuman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

(13)

ABSTRAK

Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi media penularan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus dilindungi dari pencemaran terutama untuk minum. Es merupakan jenis minuman jajanan yang digemari masyarakat Es batu merupakan air yang dibekukan, yang didinginkan di bawah 0 °C. Es batu digunakan sebagai pelengkap minuman atau sebagai bahan tambahan minuman. Es batu ada beberapa jenis salah satunya es batu balok dan es batu Kristal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berbuhungan dengan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu di pasar Sentral Kota Medan.

Penelitian ini bersifat Analitik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 94 orang dengan sampel 48 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling.

Dari penelitian ini diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan responden SD 4,2%, SMP 12,5%, SMA 75,0%, PT 8,3%. Responden yang menggunakan es batu Kristal 60,4% dan es batu balok 39,6%. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 81,3%, responden yang memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 52,1%, responden yang memiliki tindakan baik sebesar 75,0%. Ada hubungan pendidikan dengan jenis es batu yang digunakan α (0,076 < 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan pengetahuan dengan es batu yang digunakan α (0,001< 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan sikap dengan jenis es batu yang digunakan α (0,004 < 0,1) berarti Ho ditolak, ada hubungan tindakan dengan jenis es batu yang digunakan α (0,001 < 0,1) berarti Ho ditolak.

Diharapkan para pedagang minuman yang masih menggunakan es batu balok agar tidak menggunakan es batu balok lagi.

(14)

ABSTRACT

Water highly an important role in influencing human health, because it can be a medium of transmission of various diseases. therefore water is used to meet the needs of daily that must be protected from pollution especially it for drinking. Ice is kind of snacks were popular community drink Ice cubes were frozen water, which is cooled below 0 ° C. Ice cubes were used as a complement or an additive beverage drinks. There were several types of ice cubes one ice block and ice crystals.

The purpose of this study was to determine the factors relate with beverage vendors in selecting the type of ice cubes in the central market of Medan.

This research is Analytical . Population in this study were 94 people with 48 samples. Sample were taken by using systematic random sampling.

Of this research note that the percentage of respondents elementary education level by 4.2%, 12.5% junior high, high school 75.0%, 8.3% PT. Respondents using the ice crystals were 60.4% and 39.6% ice beam. Respondents who had a good knowledge of 81.3%, of respondents who had a good attitude to the category of 52.1%, of respondents who had a good measure of 75.0%. There is a relation between education and type of ice that used α (0.076 <0.1) means that Ho is rejected, there is a relationship of knowledge with ice cubes used α (0.001 <0.1) means that Ho is rejected, there is a relationship with the kind of attitude that used ice cubes α (0.004 <0.1) means that Ho is rejected, no relation to the type of action used ice cubes α (0.001 <0.1) means that Ho is rejected.

Traders expected the drinks were still using ice blocks that do not use ice beam again.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1992), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik , mental, sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan

menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan ,

kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik , mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan,

pada pasal 1 menyebutkan Hygiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,

orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mugkin menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan,

penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan,

penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman.

Menurut Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa Masalah kesehatan merupakan suatu

masalah yang sangat komplek yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar

kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat tidak hanya

dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya

terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi

kesehatan, baik kesehatan individu maupun masyarakat untuk hal ini Hendrik L. Blum

menggambarkan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keturunan,

(16)

Menurut Depkes RI, 2009 upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dan atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam

segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat

pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi

media penularan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari harus terhindar dari pencemaran dan khususnya untuk

penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan R.I Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas

air.

Es batu merupakan air yang dibekukan, yang didinginkan di bawah 0 °C. Es batu

digunakan sebagai pelengkap minuman atau sebagai bahan tambahan minuman. Studi di

beberapa negara menunjukkan bahwa es batu yang digunakan dalam makanan dan minuman

yang dibuat pabrik es mengandung Escherichia coli,dan baktericoliform. Kehadiran

kuman-kuman tersebut disebabkan rendahnya kualitas sumber air atau kurangnya higiene dalam

pembuatan dan pengelolaan (Anonim, 2005). Salah satu contoh es dari delapan China Buffet

(rumah makan prasmanan) mengandung positif bakteri E. coli yang merupakan bakteri coliform

spesifik penyebab penyakit gastrointestinal (Segall, 2008). dianapolis Weather (WTHR)

mengumpulkan sampel es dari 25 bar dan restoran terkenal, kemudian menganalisisnya di

(17)

sampel es mengandung bakteri coliform (Segall, 2008). Sebanyak 87,2% air yang digunakan

untuk memproduksi es positif terkontaminasi E.coli dalam kadar yang jauh melebihi ambang

batas yang diperkenankan, sedangkan produksi es yang terkontaminasi mencapai 46,4%

(Taniawati, 2001). Tes laboratorium mikrobiologi oleh badan POM dengan es balok yang

dicairkan juga dilakukan di Jakarta. Publikasi di media elektronik melaporkan adanya

pencemaran bakteri E .coli dalam es batu yang diproduksi dan dijual.

Minuman merupakan air yang dapat langsung diminum. Agar minuman dapat berfungsi

sebagaimana mestinya maka perlu diperhatikan kualitas minuman melalui ketersediaan zat-zat

gizi yang terkandung didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba. Minuman yang

terkontaminasi oleh mikroorganisme akan mengakibatkan gangguan kesehatan karena

mikroorganisme tersebut dapat memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu

penyakit (Mulia, 2005).

Hygiene sanitasi minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan

minuman terkontaminasi. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat

kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene sanitasi makanan dan minuman

yang diutamakan pada usaha yang bersifat umum seperti restoran, rumah makan, ataupun

pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial

dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).

Minuman dan makanan jajanan merupakan minuman dan makanan yang diolah oleh

pengrajin minuman dan makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai minuman dan

makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan

(18)

Makanan dan minuman jajanan ini masih mengandung resiko yang cukup potensial

menyebabkan terjadinya penyakit atau ganguan kesehatan. Oleh karena itu, makanan dan

minuman jajanan yang kita konsumsi haruslah terjaga kebersihannya.

Salah satu jenis minuman jajanan yang beredar di masyarakat adalah berbagai jenis es

yang memakai es batu. Es merupakan jenis minuman jajanan yang digemari masyarakat. Harga

yang relatif murah dan keberadaannya yang mudah dijangkau membuat banyak orang tertarik

untuk mengkonsumsinya, apalagi pada saat cuaca panas.

Umumnya pedagang es menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan raya, pasar

tradisional dan sekolah-sekolah. Tempat penjualan yang tidak terkoordinir dan tidak menetap

menyebabkan dagangan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi yang demikian

memungkinkan es dapat tercemar. Pencemaran juga dapat terjadi pada semua tahap proses

produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan hingga penyajian ke tangan konsumen.

Sejauh ini, hampir semua kalangan hanya menyoroti masalah minuman-minuman yang

mengandung alkohol, suplemen berbahaya, zat warna, serta unsur-unsur lain yang

membahayakan tubuh saja. Dan melupakan bahaya bahan minuman serta bahan pendingin

minuman yang kelihatannya putih bersih dan menyegarkan. yang biasa di campurkan dalam

minuman-minuman, hampir dapat dipastikan penyegar minuman ini selalu disediakan di warung

pinggir jalan sampai di restoran siap saji. Penyegar minuman yang putih bersih ini adalah es

batu. Apakah kita pernah berfikir, bagaimana dan air apa es batu itu di produksi oleh pabriknya.

Dan apa bahaya yang ditimbulkan bila kita campurkan ke minuman lalu kita minum.

Melalui survei pendahuluan es batu balok yang beredar di pasar-pasar tradisional kota

medan berasal dari Pabrik es batu balok yang berada di Pelabuhan Belawan. Dalam proses

(19)

batu balok berada di dekat laut lalu disaring dan dijernihkan kemudian dibekukan dalam bentuk

cetakan balok. Jelas bahwa es batu balok tidak layak dikonsumsi karena tidak memenuhi syarat

kualitas air minum. Es batu balok diperuntukan hanya untuk pengawetan hasil tangkapan

nelayan dan pendingin dalam makanan atau minuman dalam kemasan tetapi faktanya sekarang

es batu balok dikonsumsi sebagai es batu dalam minuman. Air yang tidak dimasak atau air

mentah mudah tercemar oleh berbagai macam mikroorganisme seperti Bakteri Escherichia coli.

Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang berpotensi dalam kerusakan makanan

dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih

dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 sel,

kemudian dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 sel. Karena pertumbuhannya yang sangat

cepat, maka kemungkinan untuk menjadi penyebab penyakit besar sekali. Bakteri Escherichia

coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat

menyebabkan penyakit seperti tifoid, kolera, disentri, gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit

saluran pencernaan lain (Nurwantoro, 1997). Namun bakteri ini secara relatif mudah dibunuh

dengan pemanasan yaitu akan mati pada suhu 60ºC selama 30 menit (Depkes RI, 1991).

Berdasarkan penelitian Rajagukguk (2008) diketahui bahwa kandungan E. coli dalam

dalam es batu di pasar Kota Medan tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air

minum. Sebab dari 10 sampel yang diuji, hanya satu sampel yang tidak mengandung E. coli

dalam es batu. Dari penelitian lain yang dilakukan Misbah (2008) pada minuman jagung

mendapatkan 3 sampel (30%) tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung E. coli.

Menurut Bastian (2003) menemukan minuman jajanan yaitu es cendol dan sirup yang

dijual di pasar pagi kota Bireuen (Aceh Utara) positif terkontaminasi Salmonella sp. Berdasarkan

(20)

Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan tahun 1990-1994 melaporkan demam

tifoid rata-rata 395 kasus per 10.000 penduduk sedangkan dari rumah sakit dan pusat kesehatan,

data penyakit demam tifoid juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus

pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam tifoid di beberapa daerah

adalah 2-5%. Untuk itu diagnosis dini demam tifoid perlu segera ditegakkan (Muliawan et al,

1999).

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan bahwa masih banyak pedagang minuman

yang menggunakan es batu balok, padahal jelas bahwa es batu balok tidak layak untuk

dikonsumsi. Sehingga timbul pertanyaan faktor apa saja yang berhubungan dengan pedagang

minuman dalam memilih es batu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang

berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilih es batu di pasar tradisional sentral kota

medan tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pedagang minuman dalam

memilih jenis es batu di pasar tradisional sentral kota medan tahun 2012.

1.3.2 Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pedagang minuman berdasarkan tingkat

(21)

2. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pedagang minuman

dalam memilih jenis es batu.

3. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan sikap pedagang minuman dalam

memilih jenis es batu.

4. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan pedagang minuman

dalam memilih jenis es batu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi instansi terkait untuk peningkatan pengawasan

terhadap kesehatan makanan dan minuman yang dijual pedagang.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam memilih es batu dalam

minuman es.

3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

2.1.1 Pengertian Air

Air secara kimiawi yang mempunyai formula (H2O) yang merupakan gabungan dua

atom hidrogen dengan 1 atom oksigen. Air dapat ditemukan dalam fase padat, cair, dan gas. Pada

tekanan atmosfer (76 cm - Hg) air menjadi padat bila didinginkan sampai OoC dan mendidih

pada 100oC. Dalam keadaan murni air bersifat netral. Air dapat melarutkan berbagai zat. Air itu

sendiri terpecah menjadi unsur – unsur hidrogen dan oksigen pada suhu 2500oC. ahli kebersihan

melihat dari sudut lain dia hanya mempunyai perhatian dari bentuk cair dari air. Cairan itu harus

diangkut dari sumbernya ketempat yang memerlukannya seperti kerumah, kantor, pabrik dan

tempat- tempat lain yang memerlukan air. Air harus bebas dari dari berbagai macam bakteri yang

berbahaya, air harus tidak berwarna, relatif tidak berbau dan cukup lunak atau bebas dari garam

– garam mineral (Pandia Setiaty dkk, 1995).

2.1.2 Kegunaan Air

Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup yakni manusia,

hewan serta tumbuh – tumbuhan. Manfaat air bermacam – macam misalnya untuk minum, untuk

pembawa zat makanan pada tumbuhan, zat pelarut, pembersih dan sebagainya. Oleh karena itu

penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan

hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air yang

bersih mutlak diperlukan, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan

penyakit, terutama penyakit – penyakit pada pencernaan (Pandia Setiaty dkk, 1995).

Peningkatan kualitas air minum dengan proses pengolahan terhadap air yang akan

(23)

dari air permukaan. Proses pengolahan yang dimaksud dapat dimulai dari yang sangat sederhana

sampai yang rumit dan lengkap, sesuai dengan tingkat pencemaran air tersebut dan

pemanfaatannya. Semakin tercemar air tersebut maka akan semakin rumit pula tingkat

pengolahan yang dibutuhkan yang berarti akan semakin banyak pula teknik yang diperlukan

untuk mengolah air tersebut. Maka proses pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama

untuk menentukan apakah sumber tersebut dapat dipakai sebagai sumber persediaan air atau

tidak bagi kebutuhan tertentu (Pandia Setiaty dkk, 1995).

Peningkatan kualitas air merupakan syarat kedua setelah kualitas air. Semakin maju

tingkat kehidupan masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air masyarakat

tersebut. Menurut WHO, jumlah air yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai syarat kesehatan

adalah 84,4 liter perhari. Kebutuhan air tersebut cukup untuk memenuhi keperluan kesehatan,

minum, memasak dan mencuci.

2.2 Air Minum

2.2.1 Pengertian Air Minum

Menurut Depkes RI, 2002. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau

tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. Bagi

manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Seperti telah diuraikan terdahulu,

manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, produksi pangan, papan

dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada

saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum / bersih bagi

masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.

Di Indonesia penyediaan air bersih telah mulai diperbaiki sejak pelita I perbaikan ini

dimulai dengan liputan. Indonesia memulainya dengan melakukan rehabilitasi fasilitas yang ada,

(24)

(PAB) dikelola oleh dua Departemen utama, yakni Departemen pekerjaan umum untuk

masyarakat perkotaan dan Departemen Kesehatan untuk masyarakat daerah pedesaan. Namun,

sejak pelita ke V semua urusan konstruksi dan teknis PAB menjadi tanggung jawab Departemen

pekerjaan umum, sedangkan Departemen kesehatan meningkatkan kualitas manusia pemanfaat

PAB. Laporan resmi pada akhir Pelita IV tentang liputan masyarakat dengan PAB menyebutkan

bahwa liputan PAB diperkotaan mencapai 65% dan dipedesaan mencapai 30% . karena

penduduk pedesaan merupakan 70% dari seluruh penduduk Indonesia, maka liputan PAB

diseluruh Indonesia hanya mencakup 44% saja. Sedangkan liputan untuk sanitasi adalah 31%

diperkotaan dan 25% dipedesaan, sehingga liputan sanitasi untuk seluruh Indonesia adalah

26,8%. Evaluasi dampak kesehatan dari usaha disektor ini selama kurun waktu 1969 – 1990

menunjukkan bahwa liputan PAB dan Sanitasi (PAB&S) terus naik, akan tetapi insiden penyakit

bawaan air juga naik (Juli Soemirat Slamet,1994).

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang

berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum

didistribusikan pada konsumen, karena air baku belum tentu memenuhi standard, maka sering

kali dilakukan pengelolahan air untuk memenuhi standard air minum. Tergantung kualitas air

bakunya, pengelolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air

bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengelohan sama sekali. Apabila hanya ada

kontaminasi kuman maka desinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek

kualitasnya maka pengelohan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi,

filtrasi, dan desinfeksi. Ataupun mungkin diperlukan suatu pra pengolahan seperti pra-khlorinasi,

(25)

.2.2 Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang

membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi

tubuh dan dapat merugikan secara ekonomis. Air minum seharusnya tidak korosif, tidak

meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakikatnya, tujuan ini dibuat

untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water-borne diseases).

Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang

memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada

didalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai. Standar sedemikan akan berlainan dari

Negara ke Negara, tergantung pada keadaan sosio-kulturar termasuk kemajuan teknologi suatu

Negara. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, perlu didapatkan cara-cara pengelolahan

air yang relative murah (teknologi tepat guna), sehingga kualitas air yang dikonsumsi masyarakat

dapat dikatakan baik atau memenuhi standar internasional tetapi terjangkau oleh masyarakatnya.

Hal ini penting karena syarat air minum ini merupakan salah satu syarat dasar untuk dapat

menarik wisatawan dari mancanegara. Akan tetapi dari manapun asalnya suatu standar

parameternya selalu dibagi kedalam beberapa bagian antara lain :Parameter fisik, parameter

kimia, parameter biologis dan parameter radiologis (Juli Soemirat Slamet, 1994).

2.2.3 Standar Air Minum

Di Indonesia standar air minum yang berlaku dibuat pada tahun 1975 yang kemudian

diperbaiki pada tahun 1990. Menurut berbagai pihak yang berwenang masih banyak penyediaan

air minum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan pengetahuan,

(26)

bawaan air di Indonesia masih terdapat banyak dan tergolong salah satu dari sepeluh penyakit

utama. Penyakit bawaan air ini tidak saja disebabkan oleh air minum yang tidak memenuhi

standar tetapi dipengaruhi pula oleh berbagai faktor sebagai berikut :

1. Air buangan yang lebih berbahaya tetapi tidak dikelola, sehingga meskipun air memenuhi

standard tetapi penyakit bawaan air masih akan tetap banyak.

2. Air minum yang bersih sering kali perlu ditampung dirumah ataupun diangkut dari kran

umum kerumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau mudah terkontaminasi, maka air

yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali.

Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum, yaitu peraturan tentang berbagai

parameter yang diperbolehkan dalam air minum. Standar kualitas air minum biasanya berbeda

pada setiap Negara, tergantung pada keadaaan sosial kultural termasuk kemajuan teknologi suatu

Negara. Kualitas air yang digunakan sebagai sumber air minum sebaiknya memenuhi

persyaratan baik secar fisik, kimia dan biologis sesuai dengan standar mutu air minum menurut

Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan

kualitas air minum.

1. Secara Fisik

Kualitas air yang baik secara fisik adalah sebagai berikut :

a. Tidak bewarna : Sumber air minum harus jernih, air yang bewarna berarti mengandung

bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Kadar warna yang diperbolekan adalah

tidak lebih dari 15 TCU.

b. Temperaturnya normal

Air yang baik seharusnya memiliki temperatus yang sama dengan udara yaitu sekitar 20

(27)

tertentu atau memungkinkan terjadinya proses yang menghasilkan atupun menyerap

energi dalam air. Suhu yang diperbolehkan adalah lebih kurang 3oC dari suhu udara.

c. Rasanya tawar

Rasa asam, pahit, manis maupun asin didalam air menggambarkan bahwa kualitas air

tersebut tidak baik. Rasa asin biasanya saja disebabkan oleh garam-garaman dan rasa

asam biasanya disebabkan oleh adanya asam organik dan asam anorganik.

d. Tidak berbau

Air yang baik tidak berbau apapun, air yang berbau busuk mengindikasikan bahwa air

tersebut mengandung bahan organik yang sedang diuraikan oleh mikro organisme.

e. Jernih atau tidak keruh

Air yang baik tidak mengandung partikel-partikel koloid yang menyebabkan air menjadi

keruh. Angka kekeruhan yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 5 NTU.

f. Tidak mengndung zat padatan.

Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, meskipun air itu secara kasat

mata nampak jernih. Karena saat air di masak sampai mendidih, zat padatan tersebut

akan larut dan menurunkan kualitas air minum. Total zat padatan yang diperbolehkan

tidak lebih dari 500mg/liter (Kusnaedi, 2010).

b. Pesyaratan kimia

a. pH netral

air minum yang baik harus memiliki pH netral, jika pH ari rendah maka air akan bersifat

asam, demikian sebaliknya jika pH air tinggi maka air akan bersifat basah. pH yang

diperbolehkan adalah 6,5 – 8,5.

(28)

c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Alumunium (kadar maksimalnya

0,2 mg/I), Besi (kadar maksimalnya 0,3 mg/I), mangan (kadar maksimalnya 0.4 mg/I),

Tembaga (kadar maksimalnya 2 mg/I), Merkuri (kadar maksimalnya 0,001 mg/I), Seng

(kadar maksimalnya 3 mg/I).

d. Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan-bahan organik pada air minum dapat membahayakan kesehatan.

3. Persyaratan Mikrobiologis

- Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli (kadar

maksimum yang diperbolehkan adalah 0), salmonella typhi, vibrio cholera.

- Tidak mengandung kuman-kuman non pathogen, seperti actinomycetes,

phytoplankton coliform, dadocera.

2.3 Hubungan Air Dengan Kesehatan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor : 20 Tahun 1990, air di golongkan menjadi 4

(empat) golongan yaitu :

1. Golongan A : Air yang dapat dipergunakan sebagsai Air baku untuk minum.

2. Golongan B : Air yang dapat dipergunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

3. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D : Air yang dapat dipergunakan sebagai keperluan pertanian dan dapat di

manfaatkan untuk usaha perkotaan, industry dan pembangkit tenaga air.

Untuk kelangsungan hidup manusia air sangat dibutuhkan terutama air minum. Air yang

memenuhi syarat kesehatan tentunya memberi manfaat yang sangat tidak ternilai. Akan tetapi air

(29)

yang telah ditetapkan, sehingga pada akhirnya air tersebut bukan memberi manfaat akan tetapi

justru menimbulkan kerugian bagi kesehatan.

Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat dikelompokan menjadi 4

(empat) kategori yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

1. Water Borne Disease

Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana kuman

pathogen terdapat di dalam air minum. Di antara penyakit-penyakit tersebut adalah

penyakit kolera, penyakit typoid, penyakit hepatitis, infektiosa, penyakit disentri, dan

penyakit gastroenteritis.

2. Water Washed Disease

Adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangsan air untuk pemeliharaan hygiene

perorangan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan dapat dikelompokan

menjadi 3 (tiga) yaitu ;

a. Penyakit infeksi saluran pencernaan, misalnya diare. Penyakit dalam kelompok ini

serupa dengan yang terdapat dalam water borne disease yaitu kolera, typoid, hepatitis.

Berjangkitnya penyakit ini erat dengan tersedianya air untuk makan, minum, dan

memasak, serta untuk kebersihan alat-alat makan.

b. Penyakit kulit dan selaput lender. Penyakit yang termasuk golongan ini antara kain

penyakit infeksi fungsi pada kulit, penyakit conjunctivitis(trachoma). Berjangkitnya

penyakit ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene

(30)

c. Penyakit infeksi yang di timbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir.

Insekta penyakit akan sangat mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila

kebersihan umum tidak terjamin.

3. Water Base Disease

Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebahagian siklus

hidupnya berada di air seperti Schistosomiasis. Larva Schistosomiasis hidup di dalam air.

Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Curcuma dan dapat

menembus kaki manusia yang berada di dalam air tersebut. Air ini sangat erat

hubungannya dengan kehidupan manusia seperti mandi, mencuci, menangkap ikan dan

sebagainya.

4. Water Related Insecta Vectors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada

air, misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan lain sebagainya.

Nyamuk sebagai vector penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di

lingkunganya banyak genangan-genangan air seperti gentongan air, pot, kaleng-kaleng

bekas dan sebagainya sebagai tempat perindukannya.

2.4 Pengertian Es batu

Kata es diambil darijs” yang artinya beku, karena di Indonesia

tidak dijumpai es secara alami. D

Wikipedia, 2010).

Es batu adalah air yang membeku. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan dibawah

(31)

tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai

-300C pada tekanan yang lebih rendah (Wikipedia, 2010).

Es batu juga merupakan komponen utama dalam pembuatan minuman dingin dengan

fungsi memberikan rasa segar pada minuman, mengingat suhu di Indonesia yang cukup tinggi 30

derajat Celsius permintaan akan minuman dingin yang bercampur es cukup tinggi, hampir 70%

penujualan minuman adalah minuman dalam keadaan dingin. Sebagai komponen utama

minuman dingin es juga ikut mnentukan apakah minuman tersebut layak dikonsumsi atau tidak.

Bila es yang digunakan higineis maka minuman dingin yang dihasilkan pun higienis.

Pembuatan es batu dari air mentah akan tampak berwarna putih karena masih banyak gas

yang terperangkap di dalamnya. Biasanya, es batu yang dibuat dari air mentah adalah es batu

balok. Es ini jelas-jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air sungai

atau laut yang tercemar. Es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air

terlepaskan ketika proses perebusan. Bahaya pembuatan es batu dari air mentah yaitu dalam air

mentah ada banyak jenis bakteri salah satunya adalah bakteri E-Coli dan Salmonella.

Menurut Syamsir, 2010 menyatakan bahwa pembekuan didasarkan pada dua prinsip,

yaitu :

1.Suhu yang sangat rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat

aktifitas enzim dan reaksi kimiawi.

2. Pembentukan kristal es yang menurunkan ketersediaan air bebas didalam pangan sehingga

pertumbuhan mikroorganisme terhambat.

2.4.1. Sumber Bahan Baku Es Batu

Menurut SNI 01-4872.1-2006, sumber bahan baku es batu adalah:

(32)

2. Air tanah

3. Perairan umum

4. Air laut yang tidak tercemar dan telah mengalami perlakuan sehingga memenuhi persyaratan

mutu air minum.

2.5 Proses pembuatan es batu balok

Proses pembuatan es batu balok berada di pabrik di sebelah pelabuhan belawan, sumber

air berasal dari air laut yang berada dekat pabrik lalu diolah dan dicetak dalam bentuk balok .

2.6 Jenis Es Batu 1. Es batu Kristal

2. Es batu balok

2.7 Pencemaran Air

2.7.1. Pengertian pencemaran air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan no.173/Menkes/VII/77 Pencemaran air adalah

suatu peristiwa masuknya zatt ke dalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut

menurun sehingga dapat menggangu atau membahayakan kesehatan masyarakat (Mukono, H.J.,

2006).

Menurut Peraturan Pemerintah RI no.20 tahun 1990 Pencemaran air adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh

kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan,

yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Mukono, H.J., 2006).

2.7.2. Beberapa faktor yang mempengaruhi Pencemaran air a. Mikroorganisme

Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme pathogen dan non

(33)

mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai

kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme

heterotropik. Mikroorganisme heterotropik akan menggunkan bahan organic tersebut untuk

metabolism, misalnya bakteri coliform.

b. Curah hujan

Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka

mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan didalamnya.

c. Kecepatan aliran air

Bila suatu badan memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil

kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat

terdispersi (Mukono, H.J., 2006).

2.7.3 Bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara

normal di dalam kotoran manusia maupun hewan. E.coli juga bisa menjadi kuman opurtunis

yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena

dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan transveler diarrhea.

Klasifikasi ilmiah

1. Superdomain : Phylogenetica

2. Filum : Proteobacteria

3. Kelas : Gamma Proteobacteria

4. Ordo : Enterobacteriales

5. Famili : Enterobacteriaceae

(34)

7. Spesies : Escherichia coli

Escherichia coli bersifat gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 nm, tersusun tunggal, berpasangan. E.coli

tumbuh pada suhu udara 10-40C, dengan suhu optimum 37C. pH optimum pertumbuhannya

adalah 7,0-7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu

pasteurisasi (Supardi, 1999).

Escherichia terdiri dari spesies yaitu : Escherichia coli dan Escherichia hermanii.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berbentuk batang pendek (kokobasil) gram negatif,

tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbiria dan bersifat motile. Escherichia coli mempunyai

ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1 -1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella

peritikus (Supardi, 1999). Escherichia coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah

ditemukan : 150 tipe antige O, 90 tipe antigen K dan 50 tipe antigen H. Antigen K dibedakan

lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu : L, A dan B. Escherichia coli memiliki

waktu generasi yang cukup singkat yaitu berkisar 15-20 menit (Depkes RI, 1991).

Escherichia coli yang pada umumnya menyebabkan penyakit diare di seluruh dunia.

Penyakit lain yang disebabkan oleh E.coli adalah:

1. Infeksi saluran kemih mulai dari cystisis sampai pyelonephritis, E.coli merupakan penyebab

lebih dari 85% kasus.

2. Pneumonia, E.coli menyebabkan 50% kasus.

3. Meningitis pada bayi baru lahir.

4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.

Escherichia coli menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut. Ada empat golongan

(35)

1. Entero Phatogenic Escherichia coli (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi. Akibat

dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga bersifat

kronik.

2. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam

usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini berkisar

8-24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah, dehidrasi serupa dengan kolera.

3. E.coli Enterohemoragic (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC berhubungan dengan kolitis

hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan sindroma uremia hemolitik.

4. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC) dimana sel-sel Escherichia coli mampu menembus

dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu

inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan

diare berdarah.

2.8. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Menurut Adam (2004), Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat

dibutuhkan oleh mahluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan dan

minuman penting baik untuk mempertahankan kehidupan. Makanan dan minuman memberikan

energi dan bahan – bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk

bekerja dan untuk mempertahankan tubuh dari penyakit.

Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor

tempat, peralatan, orang (penjamah), dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

gangguan kesehatan atau keracunan makanan (Depkes RI, 2004). Sanitasi makanan adalah

upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan

(36)

Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin baik segi kualitas maupun

kuantitas diperlukan adanya tindakan, diantaranya adalah sanitasi makanan dan minuman.

Makanan dan minuman yang sehat akan membuat tubuh menjadi sehat namun makanan yang

sudah terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit. Dengan demikian makanan dan minuman

yang dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya

(Ismunandar, 2010).

2.9. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian

terhadap empat faktor yaitu tempat, peralatan, orang dan bahan makanan. Selain itu terdapat

enam prinsip santasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004).

2.10. Teori Perubahan Perilaku

Menurut teori Lawren Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

a. Faktor faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk

berperilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan

dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan

janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakatjuga

dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya orang hamil tidak boleh

disuntik, karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif

(37)

b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dan

lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Soekidjo,

2003).

c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktor).

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

petugas kesehatan termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat bukannya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh yang dianggap berpengaruh di

masyarakat, lebih-lebih petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan

memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang

(38)

2.11. Teori Simpul

Gambar 1 : Diagram Skematik Patogenesis Penyakit

Simpul 1 : Sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit. Agent

penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui

kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan).

Simbul 2 : Media transmisi Penyakit

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya

ada 5 komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media penyakit, yaitu : udara, air,

tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung. Media trsmisi tidk akan memiliki potensi

penyakit kalau didalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan

Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,masuk ke

dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal sebagai proses hubungan interaktif. Hubungan

interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya dapat diukur dalam Komponen

Lingkungan

Masyarakat Sehat/Sakit Sumber

Penyakit

(39)

konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan yaitu jumlah kontak antara manusia dengan

komponen lingkungan yang mengndung potensi bahaya penyakit.

Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan

lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguaun kesehatara. Seseorang dikatakan sakit

kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya

(Achmadi, U.F., 2008).

2.12 . Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor Independen

Faktor Dependen

Pada penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah tingkat pendidikan,

pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang minuman dalam memilih es batu di pasar tradisional

Sentral kota Medan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah pedagang minuman

dalam memilih es batu di pasar tradisional Sentral kota Medan. 1. Pendidikan

2. Pengetahuan

3. Sikap

4. Tindaka

(40)

2.13. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dalam memilih es batu

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dalam memilih es batu

2. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dalam memilih es batu

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dalam memilih es batu

3. Ha : Ada hubungan antara sikap dalam memilih es batu

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap dalam memilih es batu

4. Ha : Ada hubungan antara tindakan dalam memilih es batu

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat analitikyaitu untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilihjenis es batu di pasar Tradisional Sentral

Kota Medan tahun 2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pasar Tradisional Sentral Kota Medan pada pedagang

minuman yang menggunakan es batu. Adapun alasan memilih lokasi tersebut sebagai tempat

penelitian karena :

1. Pasar Tradisional Sentral merupakan pasar di Kota Medanyang banyak dikunjungi

masyarakat dari berbagai kalangan.

2. Belum pernah dilakukan penelitian terhadap pedagang minuman yang menggunakan es batu.

3. Hygine sanitasi tempat penjualan minuman masih sangat memprihatinkan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2012 – Februari 2013

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang minuman yang menggunakan es

batu di pasar Tradisional Sentral Kota Medan yang berjumlah 94 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh pedagang minuman yang

menggunakan es batu di pasar tradisional sentral Kota Medan.

(42)

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane

sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2005).

Rumus : � = N

Keterangan : N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang di inginkan (0,1)

Dari rumus di atas, maka sampel yang dibutuhkan adalah 48 responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random sampling.Cara

pengambilan sampel adalah jumlah populasi 94 orang, sampel yang di inginkan adalah 48 orang

maka intervalnya adalah 94/48 = 1,92 atau digenapkan menjadi 2.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil observasi langsung ke lokasi mengggunakan lembaran kuesioner

kepada pedagang minuman yang menggunakan es batu.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi: Jenis kelamin, Umur, Pendidikan,

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan.

1. Pedagang minuman adalah orang yang menjual minuman baik menggunakan es batu

(43)

2. Es batu adalah air yang dibekukan

3. Tingkat pendidikan adalah batas pendidikan tertinggi yang dilalui oleh pedagang. Dalam

hal ini tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yaitu mulai

dari SD, SMP, SMA, sampai perguruan Tinggi.

4. Pengetahuan adalah hasil dari tahu pedagang minuman dalam memilih jenis es batu di

pasar tradisional sentral kota Medan dan upaya untuk mengendalikan faktor tempat,

peralatan, orang (penjamah), dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

gangguan kesehatan.

5. Sikap adalah tanggapan atau persepsi responden dalam memilih jenis es batu.

6. Tindakan adalah reaksi atau respon pedagang dalam memilih jenis es batu.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pedagang minuman dalam memilih jenis es

batu.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) 1. Variabel Pendidikan

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pendidikan responden dalam

memilih jenis es batu diajukan satu butir pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap

jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab pendidikan

SD (Sekolah Dasar), nilai 2 jika responden menjawab SMP (Sekolah Menengah Pertama),

(44)

memberikan nilai 4 kepada responden yang menjawab PT (Perguruan Tinggi). Tingkat

pendidikan berdasarkan skala ordinal.

2.Variabel Pengetahuan

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengetahuan responden dalam

memilih jenis es batu diajukan pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap jawaban

responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika reponden menjawab dengan benar, jika

responden menjawab tidak benar maka diberikan nilai nol. Jika responden menjawab benar ≥

7pertanyaan akan dikategorikan baik dan jika responden menjawab ≤ 6 pertanyaan akan

dikategorikan tidak baik. Skala tingkat pengetahuan adalah skala ordinal.

3.Variabel Sikap

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan sikap responden dalam memilih jenis

es batu diajukan 10 butir pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian dilakukan “Baik “ apabila

responden menjawab “setuju” sebanyak ≥ 5, “tidak baik” apabila menjawab “tidak” sebanyak ≤

5.

4. Variabel Tindakan

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan responden dalam memilih

jenis es batu diajukan 10 butir pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian dilakukan “Baik”

apabila menjawab “ya” sebanyak ≥ 5 dan “tidak baik” apabila menjawab “tidak” sebanyak ≤ 5.

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul diolah dengan bantuan Program Analisa data Komputer,

melalui tahapan editing, coding,entry data dan cleaning. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

(45)

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya

proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pedagang

minuman dalam memilih jenis es batu di pasat Tradisional sentral Kota Medan dengan

variabel bebas (Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan tindakan ) dan variabel terikat

(Pedagang minuman dalam memilih jenis es batu). Untuk mengetahui ada tidaknya

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Luas wilayah Kelurahan Pusat pasar adalah 160 Ha. Kelurahan Pusat pasar termasuk

Kecamatan Medan Kota dengan jarak ke Ibu Kota Propinsi sekitar 5 Kilometer. Lokasi

penelitian yang penulis lakukan terletak di Jl. Pusat Pasar Medan Kota yang merupakan salah

satu lingkungan dari dua belas lingkungan yang ada di kelurahan Pusat Pasar.

4.2. Hasil Penelitian Tentang Faktor yang berhubungan dengan Pedagang Minuman dalam memilih jenis Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

4.2.1.Pendidikan

Gambaran distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dikategorikan menjadi

tingkat pendidikan SD, SMP, SMA DAN PT (Perguruan Tinggi) pedagang minuman dalam

memilih jenis es batu di pasar Tradisional Sentral Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4..1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentasi (%)

1. SD 2 4,2

2. SMP 6 12,5

3. SMA 36 75,0

4. PT 4 8,3

Total 48 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui tingkat Pendidikan pedagang minuman dalam

memilih jenis es batu di pasar tradisional sentral kota Medan yaitu pendidikan yang terbanyak

adalah pendidikan SMA sebanyak 36 orang (75,0 %) dan pendidikan yang sedikit adalah

(47)

4.2.2.Jenis Es Batu

Gambaran distribusi responden dalam memilih jenis es batu untuk minuman

dikategorikan menjadi dua yaitu menggunakan es batu balok dan menggunakan es batu kristal

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Es Batu yang digunakan Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012

No. Jenis Es Batu Jumlah Persentasi (%)

1. Balok 19 39,6

2. Kristal 29 60,4

Total 48 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui jenis es batu yang digunakan pedagang minuman

di pasar tradisional sentral kota Medan sebanyak 39,6 % sebagian besar adalah es batu balok dan

60,4 % adalah yang menggunakan es batu Kristal.

4.2.3 . Pengetahuan

Pertanyaan tentang pengetahuan mengenai Faktor yang berhubungan dengan Pedagang

Minuman dalam memilih jenis Es Batu di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan yang

dinyatakan kepada responden ada 15 pertanyaan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.3.

sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Pengetahuan dalam memilih jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012 N

o.

Pertanyaan Jumlah Persentase

(%)

b. Agar minuman lebih awet/tahan lama 24 50,0

(48)

digunakan ?

a. Es batu Kristal 15 31,3

b. Es batu balok 33 68,8

4. Apa yang anda ketahui tentang es batu balok ?

a. Es batu yang mudah mencair 18 37,5

b. Es batu yang digunakan untuk pengawetan hasil tangkapan nelayan dan pendingin minuman dalam kemasan

30 62,5

5. Apa yang anda ketahui tentang es batu Kristal ?

a. Es batu yang tahan lama mencair 46 95,8

b. Es batu yang layak dikonsumsi 2 4,2

6. Menurut anda apa manfaat dari es batu balok ?

a. Membuat minuman lebih sehat 30 62,5

b. Agar hasil tangkapan nelayan tetap segar dan awet dan sebagai pendingin pada minuman dalam kemasan

18 37,5

7. Menurut anda apa manfaat dari es batu Kristal ?

a. Agar minuman tambah segar 23 47,9

b. Agar minuman tahan lama 25 52,1

8. Menurut anda bahan baku es batu balok berasal dari air apa ?

a. Dari air yang dimasak dahulu lalu dicetak

31 64,6

b. Dari air sumur/sungai/laut disekitar pabrik

17 35,4

9. Menurut anda bagaimana proses pembuatan/pengolahan es batu balok ?

a. Dimasak dahulu air tersebut sampai mendidih lalu dicetak berbentuk balok

24 50,0

(49)

dalam bentuk balok

10 Menurut anda bahaya apa yang terjadi apabila mengkonsumsi es batu balok ?

a. Sakit perut seperti diare 47 97,9

b. Perut terasa mual-mual seperti mau muntah

1 2,1

11 Apa yang anda ketahui tentang air minum ?

a. Air yang dimasak sampai mendidih atau air yang memenuhi syarat kualitas air minum

29 39,6

b. Air yang bersih yang dapat langsung diminum

19 60,4

12 Menurut anda air yang bagaimana yang memenuhi syarat sebagai air minum ?

a. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna

21 43,8

b. Jernih 27 56,3

13 Menurut anda es batu balok layak atau tidak dikomsumsi ?

a. Layak karena merupakan es batu 32 66,7

b. Tidak layak karena merupakan es batu yang hanya untuk pengawetan saja

16 33,3

14 Menurut anda mengapa es batu yang untuk dikonsumsi harus memenuhi syarat sebagai air minum ?

c. Karena es batu tersebut tercampur minuman yang langsung diminum

30 62,5

d. Karena es batu juga termasuk air minum

18 37,5

15 Menurut anda apakah yang menjadi alasan para pedagang menggunakan es batu balok ?

e. Harga yang murah 24 50,0

(50)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan yaitu

tentang es batu ada 47 orang (97,9 %), yang mengetahui manfaat es batu ada 24 orang (50,0 %),

yang mengetahui jenis es batu apa yang baik dikonsumsi ada 33 orang (68,8%), yang mengetahui

tentang es batu balok ada 30 orang (62,5 %), yang mengetahui tentang es batu kristal ada 46

orang (95,8 %), yang mengetahui tentang manfaat es batu balok ada 30 orang (62,5 %), yang

mengetahui manfaat es batu Kristal ada 25 orang (52,1 %), yang mengetahui bahan baku es batu

balok ada 31 orang (64,6 %), yang mengetahui proses pengolahan es batu balok ada 24 orang

(50,0 %), yang mengetahui bahaya mengkonsumsi es batu balok ada 47 orang (97,9 %), yang

mengetahui tentang air minum ada 29 orang (60,4%), yang mengetahui air yang bagaimana

memenuhi syarat sebagai air minum ada 27 0rang (56,3 %), yang mengetahui es batu balok layak

tidak dikonsumsi ada 32 orang (66,7 %), yang mengetahui es batu yang untuk dikonsumsi harus

memenuhi syarat sebagai air minum ada 18 orang (37,5 %), yang mengetahui apakah yang

menjadi alasan para pedagang menggunakan es batu balok ada 24 orang (50,0 %).

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas bahwa pengetahuan responden tentang

pengetahuan dalam memilih jenis es batu, manfaat dan dampak cukup baik, dapat dilihat dari

responden bisa menjawab sebagian besar pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan penghitungan skor pengetahuan responden terhadap pedagang minuman

dalam memilih jenis es batu di pasar Tradisional Kota Medan dapat dikategoikan baik dan tidak

baik, Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini.

Tabel 4.4. Kategori Pengetahuan Responden dalam memilih jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012

Kategori Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 39 81,3

Tidak Baik 9 18,8

(51)

Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dalam

memilih jenis es batu di pasar Tradisional Kota Medan dengan kategori baik yaitu sebanyak 39

orang (81,3 %).

4.2.4. Sikap

Untuk mengetahui bagaimana gambaran sikap responden dalam memilih jenis es batu di

pasar Tradisional Sentral Kota Medan, ada 10 pernyataan yang disediakan. Distribusinya dapat

dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam memilih jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012

No .

Sikap Setuju Tidak Setuju Jumlah

N % n % N %

1 Apakah anda setuju kalau pedagang minuman harus memilih es batu mana yang layak untuk dikonsumsi ?

45 93,8 3 6,3 48 100,0

2 Apakah anda setuju kalau minuman boleh ditambahkan es batu balok ?

18 37,5 30 62,5 48 100,0

3 Apakah anda setuju kalau es batu balok termasuk air minum ?

21 43,8 27 56,3 48 100,0

4 Apakan anda setuju kalau es batu balok tidak layak dikonsumsi ?

25 52,1 23 47,9 48 100,0

5 Apakah anda setuju kalau es batu balok hanya boleh digunakan untuk

pengawetan ?

24 50,0 24 50,0 48 100,0

6 Apakah anda setuju kalau es batu balok berasal dari air mentah yang kotor ?

21 43,8 27 56,3 48 100,0

7 Apakah anda setuju kalau es batu balok boleh diminum ?

27 56,3 21 43,8 48 100,0

8 Apakah anda setuju kalau es batu Kristal lebih baik dikonsumsi daripada es batu balok ?

26 54,2 22 45,8 48 100,0

9 Apakah anda setuju kalau es batu balok berbahaya bagi kesehatan khususnya bagian pencernaan ?

Gambar

Gambar 1 : Diagram Skematik Patogenesis Penyakit
Tabel 4..1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Pengetahuan dalam
Tabel 4.4. Kategori Pengetahuan Responden dalam memilih jenis Es Batu  Di Pasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional,

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah Kebiasaan makan ibu pedagang bahan makanan dengan status gizi di pasar tradisional pusat pasar Medan Untuk penelitian

Nama Pasar, Kecamatan, Luas Lahan Pasar, dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kota Medan... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional.

Dalam penyusunan Skripsi penulis memilih judul “ ANALISIS DAMPAK REVITALISASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR MASARAN CAWAS (STUDI KASUS DI PASAR

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara umum kondisi pedagang sayur lesehan di pasar tradisional Kemiri sebagai berikut : modal yang mereka gunakan dalam

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Umur dan Jenis Kelamin Pedagang Pasar Sentral Kota Makassar Variabel Frekuensi n Persentase % Umur tahun 17-25 26-45

Judul Skripsi : Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pencegahan Covid-19 pada Pedagang Pasar Tradisional Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2022 Nama Mahasiswa : Putri Rahmawati Chair