OLEH
SIERA ROSSA SITORUS H14102004
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
SIERA ROSSA SITORUS. Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri, kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu (Bank Indonesia, 2005). Sampai saat ini Bank Indonesia mencatat telah ada 22 penerbit kartu kredit yang terdiri dari dua puluh bank dan dua lembaga selain bank. Sementara itu sudah terdapat 62 buah bank menerbitkan kartu ATM dan yang sembilan diantaranya kartu ATM tersebut sudah dapat pula digunakan sebagai kartu debit. Bank Indonesia menyadari keuntungan yang diperoleh negara ketika sistem pembayaran diarahkan ke pembayaran non tunai. Penggunaan transaksi non tunai dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan peredaran uang kertas. Perkembangan transaksi pembayaran menuju cash-less society merupakan arah perubahan yang tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi informasi dan inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Inovasi itu tidak saja pada berkembangnya penggunaan instrumen pembayaran berbasis kertas (paper based), penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card based), dan pembayaran secara elektronik (electronic based) tetapi juga sudah disertai dengan makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya.
Upaya peningkatan penggunaan pembayaran non tunai yang dipersiapkan Bank Indonesia menuju cash-less society tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Harus diakui pengembangan cash-less society saat ini masih menghadapi kendala karena memegang uang adalah kebiasaan atau budaya dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian harus ada pensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai. Berdasarkan data perkembangan penggunaan APMK dan nilai transaksi non tunai lainnya maka penulis ingin menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai di Indonesia.
ATM, jumlah mesin ATM, nilai transaksi APMK, nilai transaksi BI-RTGS, dan nilai transaksi kliring.
Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan, maka ada dua metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Estimasi terhadap pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai Indonesia pada jangka panjang dilakukan dengan menggunakan uji kointegrasi Engel Granger. Sedangkan estimasi terhadap transaksi tunai dan kemungkinannya tersubstitusi oleh transaksi non tunai Indonesia dinamis (jangka pendek) menggunakan error correction model (ECM). Penggunaan ECM dikarenakan metode ini mampu menggabungkan efek jangka panjang dan efek jangka pendek.
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK DAN DAYA SUBSTITUSI TRANSAKSI NON TUNAI
ELEKTRONIK TERHADAP TRANSAKSI TUNAI INDONESIA
Oleh
SIERA ROSSA SITORUS H14102004
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Siera Rossa Sitorus
Nomor Registrasi Pokok : H14102004
Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran
Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai
Elektronik terhadap Transaksi Tunai Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, November 2006
Siera Rossa Sitorus
Pantas Sitorus dan Ivonne Senduk. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa
hambatan yang berarti. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD St. Antonius
V di Medan, kemudian melanjutkan ke SLTP Katholik Trisakti I di Medan dan
lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 5
Medan dan lulus pada tahun 2002. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa
angkatan 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). IPB menjadi pilihan penulis dalam
melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi dengan harapan besar agar dapat
menggali ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi pribadi yang
lebih baik, berguna, dan mampu meraih impian di masa depan kelak. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK)-IPB, Komisi Kesenian PMK-IPB sebagai anggota dan
pernah menjadi bendahara untuk satu masa kepengurusan. Penulis juga
berkesempatan mengikuti program pemagangan bakti BCA dan menjadi penyiar
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.
kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh
Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi
Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia”. Penelitian
mengenai sistem pembayaran non tunai elektronik ini penulis lakukan atas dasar
keingintahuan akan keadaan sistem pembayaran non tunai elektronik di Indonesia.
Isu ini juga merupakan hal yang penting dibahas sejak sistem pembayaran
elektronik memberikan efisiensi dan efektifitas dalam proses transaksi.
Kecenderungan ini mendorong banyak negara berupaya untuk
mengimplementasikannya, termasuk Indonesia yang berupaya mewujudkan cash-less society pada waktu mendatang. Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan menggunakan seluruh data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran, Bank Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Rina Oktaviani, Ph. D, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu memberikan saran dan dorongan kepada penulis.
2. Bapak Parulian Hutagaol, Ph.D, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan kritikan dan saran yang sangat berharga dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Fifi Diana Thamrin, M.Si, sebagai Komisi Pendidikan yang
memberikan saran dan kritikan dalam memperbaiki pola penulisan dan
ejaan skripsi ini.
4. Papa dan Mamaku tersayang, Bapak Ir. Pantas Sitorus dan Ibu Ivonne
Senduk, yang dengan kasih selalu mendoakanku dan dengan sabar
5. Kakak-kakakku tersayang, Kak Nova, Kak Joice, dan Bang Boni yang
selalu mendukung semua kegiatanku, mendoakanku, dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Rini, Rina, Hani, Ulan, dan Uthe yang selalu memberikan semangat setiap
waktu. Terima kasih untuk waktu, kebersamaan, dukungan, kasih sayang
dan doa yang menyertaiku. Kalian menjadi bagian indah dalam kenangan
hidupku. Thanx for the keyword ”SEMANGAT!!”.
7. Teman-teman Komisi Kesenian PMK-IPB, yang telah menjadi
keluargaku, tempat aku bertumbuh, berbagi dan belajar mengasihi. Terima
kasih untuk semua dukungan semangat dan doanya. I thank God for
knowing you friends.
8. Teman-teman ekbang 39 atas segala dukungan, bantuan, semangat, dan
doa. Terima kasih untuk kebersamaan kita.
9. Teman-temanku di Serena dan Joglo, yang memberikan keceriaan dan
semangat baru setiap hari.
10.Keluarga besarku dimanapun kalian berada. Terima kasih untuk dukungan
dan doa yang selalu menyertaiku.
11.Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan dan doa
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun,
besar harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca
dan perbankan Indonesia.
Bogor, November 2006
OLEH
SIERA ROSSA SITORUS H14102004
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
SIERA ROSSA SITORUS. Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri, kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu (Bank Indonesia, 2005). Sampai saat ini Bank Indonesia mencatat telah ada 22 penerbit kartu kredit yang terdiri dari dua puluh bank dan dua lembaga selain bank. Sementara itu sudah terdapat 62 buah bank menerbitkan kartu ATM dan yang sembilan diantaranya kartu ATM tersebut sudah dapat pula digunakan sebagai kartu debit. Bank Indonesia menyadari keuntungan yang diperoleh negara ketika sistem pembayaran diarahkan ke pembayaran non tunai. Penggunaan transaksi non tunai dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan peredaran uang kertas. Perkembangan transaksi pembayaran menuju cash-less society merupakan arah perubahan yang tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi informasi dan inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Inovasi itu tidak saja pada berkembangnya penggunaan instrumen pembayaran berbasis kertas (paper based), penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card based), dan pembayaran secara elektronik (electronic based) tetapi juga sudah disertai dengan makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya.
Upaya peningkatan penggunaan pembayaran non tunai yang dipersiapkan Bank Indonesia menuju cash-less society tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Harus diakui pengembangan cash-less society saat ini masih menghadapi kendala karena memegang uang adalah kebiasaan atau budaya dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian harus ada pensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai. Berdasarkan data perkembangan penggunaan APMK dan nilai transaksi non tunai lainnya maka penulis ingin menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai di Indonesia.
ATM, jumlah mesin ATM, nilai transaksi APMK, nilai transaksi BI-RTGS, dan nilai transaksi kliring.
Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan, maka ada dua metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Estimasi terhadap pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai Indonesia pada jangka panjang dilakukan dengan menggunakan uji kointegrasi Engel Granger. Sedangkan estimasi terhadap transaksi tunai dan kemungkinannya tersubstitusi oleh transaksi non tunai Indonesia dinamis (jangka pendek) menggunakan error correction model (ECM). Penggunaan ECM dikarenakan metode ini mampu menggabungkan efek jangka panjang dan efek jangka pendek.
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK DAN DAYA SUBSTITUSI TRANSAKSI NON TUNAI
ELEKTRONIK TERHADAP TRANSAKSI TUNAI INDONESIA
Oleh
SIERA ROSSA SITORUS H14102004
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Siera Rossa Sitorus
Nomor Registrasi Pokok : H14102004
Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran
Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai
Elektronik terhadap Transaksi Tunai Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.
NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, November 2006
Siera Rossa Sitorus
Pantas Sitorus dan Ivonne Senduk. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa
hambatan yang berarti. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD St. Antonius
V di Medan, kemudian melanjutkan ke SLTP Katholik Trisakti I di Medan dan
lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 5
Medan dan lulus pada tahun 2002. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa
angkatan 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). IPB menjadi pilihan penulis dalam
melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi dengan harapan besar agar dapat
menggali ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi pribadi yang
lebih baik, berguna, dan mampu meraih impian di masa depan kelak. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK)-IPB, Komisi Kesenian PMK-IPB sebagai anggota dan
pernah menjadi bendahara untuk satu masa kepengurusan. Penulis juga
berkesempatan mengikuti program pemagangan bakti BCA dan menjadi penyiar
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.
kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh
Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Substitusi Transaksi
Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia”. Penelitian
mengenai sistem pembayaran non tunai elektronik ini penulis lakukan atas dasar
keingintahuan akan keadaan sistem pembayaran non tunai elektronik di Indonesia.
Isu ini juga merupakan hal yang penting dibahas sejak sistem pembayaran
elektronik memberikan efisiensi dan efektifitas dalam proses transaksi.
Kecenderungan ini mendorong banyak negara berupaya untuk
mengimplementasikannya, termasuk Indonesia yang berupaya mewujudkan cash-less society pada waktu mendatang. Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan menggunakan seluruh data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran, Bank Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Rina Oktaviani, Ph. D, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu memberikan saran dan dorongan kepada penulis.
2. Bapak Parulian Hutagaol, Ph.D, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan kritikan dan saran yang sangat berharga dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Fifi Diana Thamrin, M.Si, sebagai Komisi Pendidikan yang
memberikan saran dan kritikan dalam memperbaiki pola penulisan dan
ejaan skripsi ini.
4. Papa dan Mamaku tersayang, Bapak Ir. Pantas Sitorus dan Ibu Ivonne
Senduk, yang dengan kasih selalu mendoakanku dan dengan sabar
5. Kakak-kakakku tersayang, Kak Nova, Kak Joice, dan Bang Boni yang
selalu mendukung semua kegiatanku, mendoakanku, dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Rini, Rina, Hani, Ulan, dan Uthe yang selalu memberikan semangat setiap
waktu. Terima kasih untuk waktu, kebersamaan, dukungan, kasih sayang
dan doa yang menyertaiku. Kalian menjadi bagian indah dalam kenangan
hidupku. Thanx for the keyword ”SEMANGAT!!”.
7. Teman-teman Komisi Kesenian PMK-IPB, yang telah menjadi
keluargaku, tempat aku bertumbuh, berbagi dan belajar mengasihi. Terima
kasih untuk semua dukungan semangat dan doanya. I thank God for
knowing you friends.
8. Teman-teman ekbang 39 atas segala dukungan, bantuan, semangat, dan
doa. Terima kasih untuk kebersamaan kita.
9. Teman-temanku di Serena dan Joglo, yang memberikan keceriaan dan
semangat baru setiap hari.
10.Keluarga besarku dimanapun kalian berada. Terima kasih untuk dukungan
dan doa yang selalu menyertaiku.
11.Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan dan doa
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun,
besar harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca
dan perbankan Indonesia.
Bogor, November 2006
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Ruang Lingkup... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
2.1. Sistem Pembayaran ... 12
2.1.1. Definisi Sistem Pembayaran ... 12
2.1.2. Evolusi Sistem Pembayaran... 13
2.1.3. Sistem Pembayaran Elektronik ... 15
2.2. Teori Kuantitas Uang ... 18
2.3. Penelitian Terdahulu ... 24
2.4. Kerangka Pemikiran... 26
2.5. Hipotesis Penelitian... 29
III. METODE PENELITIAN... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 31
3.2. Model Penelitian ... 35
3.3. Metode Analisis Data... 34
3.3.1. Uji Akar Unit ... 36
3.3.2. Uji Kointegrasi ... 38
3.3.3. Error Correction Model (ECM) ... 40
4.3.4. Uji Kebaikan Model... 42
4.1. Cara Pembayaran Indonesia... 48
4.2. Sistem Penyelesaian Transaksi Antar Bank... 50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 51
5.1. Persamaan Untuk Menganalisis Pengaruh Penggunaan Kartu
Pembayaran Elektronik Terhadap Transaksi Tunai ... 51
5.1.1. Uji Kointegrasi ... 53
5.1.2. Hasil Estimasi Model Persamaan Jangka Panjang... 54
5.1.3. Uji Kebaikan Model Persamaan Jangka Pendek... 60
5.1.4. Hasil Estimasi Jangka Pendek... 62
5.2. Persamaan Untuk Menganalisis Daya Substitusi Transaksi
Non Tunai Terhadap Transaksi Tunai yang Terjadi di Indonesia... 64
5.2.1. Uji Kointegrasi ... 66
5.2.2. Hasil Estimasi Model Persamaan Jangka Panjang... 67
5.2.3. Uji Kebaikan Model Persamaan Jangka Pendek... 70
5.2.4. Hasil Estimasi Jangka Pendek... 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 74
6.1. Kesimpulan ... 74
6.2. Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
1.1. Jumlah Pemegang Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ... 2
3.1. Nama, Simbol, dan Sumber Data ... 30
4.1. Nilai Transaksi e-commerce B2B Indonesia 1998-2005 ... 47 5.1. Uji Akar Unit pada Level ...52 5.2. Uji Akar Unit pada First Difference ...52 5.3. Persamaan Jangka Panjang Pengaruh Penggunaan Kartu
Pembayaran Elektronik terhadap Transaksi Tunai ... 53
5.4. Uji Kointegrasi Persamaan Pengaruh Penggunaan Kartu
Pembayaran Elektronik terhadap Transaksi Tunai ... 54
5.5. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test ... 61 5.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 61
5.7. Hasil Uji Normalitas dengan Histogram-Normality Test ... 61 5.8. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek Pengaruh Penggunaan
Kartu Pembayaran Elektronik terhadap Transaksi Tunai ... 62
5.9. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek Pengaruh Penggunaan
Kartu Pembayaran Elektronik terhadap Transaksi Tunai yg Signifikan .... 63
5.10. Uji Akar Unit pada Level ... 65 5.11. Uji Akar Unit pada First Difference ... 66 5.12. Persamaan Jangka Panjang Daya Substitusi Transaksi Non Tunai
terhadap Transaksi Tunai ... 66
5.13. Uji Kointegrasi Persamaan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai
terhadap Transaksi Tunai ... 67
5.14. Hasil Uji Autokorelasi dengan Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test...70 5.15. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70
5.16. Hasil Uji Normalitas dengan Histogram-Normality Test ... 71 5.17. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek Daya Substitusi Transaksi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan transaksi tunai dan non tunai di Indonesia ...7
2.1. Ilustrasi sederhana proses sistem pembayaran ...12
2.2. Mekanisme transaksi pembayaran elektronik ...19
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28
2. Uji Kestasioneran data ...82
3. Hasil Estimasi Jangka Panjang Persamaan Pertama ...93
4. Uji Kointegrasi Persamaan Pertama ... 94
5. Hasil Estimasi Jangka Pendek Persamaan Pertama ... 95
6. Uji Autokorelasi Persamaan ECM ...96
7. Uji Heteroskedastisitas Persamaan ECM...97
8. Uji Normalitas Persamaan ECM...98
9. Data-Data Penelitian (data mentah), persamaan kedua...99
10. Uji Kestasioneran Data ...101
11. Hasil Estimasi Jangka Panjang Persamaan Kedua...105
12. Uji Kointegrasi Persamaan Kedua ...106
13. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek Persamaan Kedua...107
14. Uji Autokorelasi Persamaan ECM ...108
15. Uji Heteroskedastisitas Persamaan ECM...109
DAFTAR SINGKATAN
ADF = Augmented Dickey Fuller
APMK = Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
ARCH = Autoregressive Conditional Heteroskedasticity
ATM = Automatic Teller Machine
BI-RTGS = Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement System
BLUE = Best Linier Unbiased Estimator
ECM = Error Correction Model
ECT = Error Correction Term
EFT-POS = Electronic Fund Transfer-Point of Sale
GDP = Gross Domestic Product
OLS = Ordinary Least Square
PDB = Produk Domestik Bruto
POS = Point of Sale
SBI = Sertifikat Bank Indonesia
Sistem pembayaran elektronik saat ini menjadi isu yang penting
dibicarakan. Besarnya respon masyarakat akan kemudahan transaksi dan
gencarnya pihak bank menawarkan fasilitas ini terefleksi dari makin banyaknya
bank dan lembaga selain bank yang terlibat dalam penyediaan fasilitas
pembayaran elektronik.
Menurut Bank Indonesia (2005), Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya
berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri, kartu kredit, kartu debit,
serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti
misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu. Sampai saat ini Bank Indonesia mencatat telah ada 22
penerbit kartu kredit yang terdiri dari dua puluh bank dan dua lembaga selain
bank. Sementara itu sudah terdapat 62 buah bank yang menerbitkan kartu ATM
dan yang sembilan diantaranya kartu ATM tersebut sudah dapat pula digunakan
sebagai kartu debit. APMK yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia pada
saat ini adalah kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM. Hal ini bisa dilihat dari
pertumbuhan jumlah pemegang APMK yang cenderung meningkat dari tahun ke
2
Tabel 1.1. Tabel Pemegang Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
Tahun 1998-2000
1998 2.028.442 5.374.376 83.190 13.169.663 46.652 1999 2.043.846 12.110.970 29.918 16.195.251 53.322 2000 2.622.604 13.103.676 25.075 18.786.094 61.934
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (2000,2001)
Kecenderungan arah perubahan sistem pembayaran tunai menuju non tunai
elektronik terjadi di banyak negara. Beberapa di antaranya, adalah Jepang dan
Eropa yang menggunakan sistem pembayaran elektronik sebesar masing-masing
78 persen dan 66 persen dari total pembayaran non tunainya. Biaya yang harus
dikeluarkan sebuah negara untuk membiayai sistem pembayaran dapat mencapai
tiga persen dari GDP atau pendapatan nasionalnya (Humphrey, Pulley, dan
Vesala, 2000). Sejak sistem pembayaran non tunai elektronik memerlukan biaya
hanya sepertiga sampai setengah dari sistem pembayaran non tunai berbasis kertas
(paper based) maka jelaslah bahwa biaya sosial dalam sistem pembayaran dapat dikurangi dengan mengimplementasikan sistem pembayaran elektronik
(Humphrey, 2001).
Bank Indonesia menyadari keuntungan yang diperoleh negara ketika sistem
pembayaran diarahkan ke pembayaran non tunai. Penggunaan transaksi non tunai
dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan peredaran uang kertas.
Perkembangan transaksi pembayaran menuju cash-less society merupakan arah perubahan yang tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi informasi dan
inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang
makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Inovasi itu tidak saja pada
based), penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card based), dan pembayaran secara elektronik (electronic based) tetapi juga sudah disertai dengan makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya.
Potensi pengembangan instrumen sistem pembayaran non tunai di
Indonesia masih sangat besar. Adanya peningkatan penggunaan APMK (card based payment instruments) yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, adanya kemudahan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi,
kecenderungan dan tuntutan masyarakat untuk bertransaksi dengan menggunakan
instrumen yang lebih efisien dan aman, serta beberapa keunggulan instrumen non
tunai dibandingkan dengan penggunaan uang tunai, telah mendorong Bank
Indonesia untuk lebih mengupayakan terciptanya masyarakat yang
berkecenderungan non tunai.
Upaya yang ditempuh Bank Indonesia dalam hal ini adalah memetakan
preferensi masyarakat, menggali sisi makro ekonomi, teknis operasional, legal,
dan perlindungan konsumen, serta menyusun arah ke depan penggunaan
instrumen non tunai, dalam suatu Grand Desain Upaya Peningkatan Penggunaan
Pembayaran Non Tunai di Indonesia (Ibrahim, 2006).
Hasil penelitian Sridawati (2006) membuktikan ada delapan variabel yang
nyata mempengaruhi preferensi masyarakat di Indonesia dalam menggunakan
kartu pembayaran elektronik, diantaranya; jenis kelamin, umur, pendidikan,
pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran rata-rata per bulan, lokasi, teknologi
dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu bervariasi. Pada
4
pengeluaran rata-rata per bulan, dan teknologi. Kartu debet dalam penggunaannya
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, pendapatan dan motivasi, sedangkan
faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi kartu ATM adalah umur, pendidikan,
pendapatan rata-rata per bulan, dan lokasi.
Sementara itu alasan perusahaan retail kecil dalam menerima sistem
pembayaran elektronik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mendorong
kesediaan perusahaan retail kecil menerima pembayaran dalam bentuk kartu
kredit dan debit adalah status badan hukum dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki
perusahaan tersebut. Kartu debit memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
kartu kredit, baik dari segi karakteristik perusahaan maupun jenis efisiensi dari
sistem pembayarannya. Transfer melalui bank juga telah banyak digunakan oleh
perusahaan retail kecil. Alasan penggunaannya adalah karena tingkat keamanan
yang baik sehingga perusahaan tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pencurian
atau jenis kehilangan lain (Febriyenny, 2006).
Sistem pembayaran adalah suatu mekanisme yang menunjukkan adanya
aliran sejumlah nilai dari pembeli ke penjual dalam sebuah transaksi. Jika
dikaitkan dengan isu perkembangan sistem pembayaran elektronik yang ternyata
terbukti lebih efisien dari sistem pembayaran paper based maka dapat dikatakan sistem pembayaran mengalami proses menuju yang lebih efisien. Peningkatan
aktivitas masyarakat menggunakan fasilitas pembayaran elektronik ini akan
mampu mempercepat transaksi, atau dengan kata lain akan mempengaruhi
kecepatan perputaran uang, yang dalam hal ini mengindikasikan berapa kali
Sederhananya, semakin sering seseorang mentransaksikan sejumlah rupiah
dengan nominal tertentu dari fasilitas pembayaran elektronik, transaksi
pembayaran akan semakin cepat terselesaikan dan dana yang telah dikeluarkan
untuk transaksi itu dapat digunakan kembali untuk transaksi selanjutnya oleh
pihak yang telah menerima dana dari transaksi pertama. Dengan demikian,
semakin cepat perputaran uang akan mendorong semakin banyaknya barang dan
jasa yang dapat ditransaksikan.
Jenis transaksi dalam perekonomian terdiri dari transaksi tunai dan non
tunai. Informasi mengenai jumlah maupun nilai transaksi tunai yang aktual dalam
sebuah negara sulit diukur. Namun demikian, data transaksi tunai ini dapat
diperoleh melalui proksi nilai dengan memanfaatkan informasi jumlah uang
beredar dan transaksi non tunai. Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa
perkembangan inovasi sistem pembayaran, dalam hal ini penggunaan kartu kredit,
kartu debit, dan kartu ATM, mempengaruhi jumlah permintaan uang tunai, yang
menurut Snellman, Vesala, dan Humphrey (2000) mampu mempengaruhi
penerimaan seigniorage bank sentral dan pemerintah.
Kemampuan transaksi non tunai mensubstitusi transaksi tunai dapat
dijadikan gambaran bagaimana proporsi penggunaan transaksi non tunai di masa
yang akan datang. Upaya peningkatan penggunaan pembayaran non tunai yang
dipersiapkan Bank Indonesia menuju cash-less society tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Harus diakui
6
demikian untuk mencapai sistem pembayaran yang dimaksud harus ada
pensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai. Berdasarkan data
perkembangan penggunaan APMK dan nilai transaksi non tunai lainnya maka
penulis ingin menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik
dan daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai di
Indonesia.
1.2. Permasalahan
Perkembangan transaksi pembayaran menuju cash-less society merupakan arah perubahan yang tidak dapat dihindari. Dengan keuntungan yang diperoleh
negara melalui penghematan biaya transaksi, diharapkan adanya kecenderungan
arah perubahan transaksi tunai menuju transaksi non tunai. Kartu kredit, kartu
debit, dan kartu ATM adalah bentuk kartu pembayaran elektronik yang
memfasilitasi pembayaran non tunai dan mempermudah masyarakat
menyelesaikan proses transaksi. Perkembangan jumlah dan nilai transaksi non
tunai tercatat pada laporan bank dan lembaga penyelenggara selain bank.
Sementara itu, nilai transaksi tunai yang aktual terjadi sulit diukur. Menurut
Snellman, Vesala, dan Humphrey (2000) jumlah dan nilai aktual transaksi tunai
penting diketahui karena berpengaruh terhadap penerimaan seigniorage bank sentral dan pemerintah. Penghitungan nilai transaksi tunai dan non tunai menjadi
informasi yang merefleksikan proporsi sistem pembayaran yang ada. Dengan
menggunakan pendekatan dari data jumlah pendapatan nasional (GDP) dan nilai
transaksi non tunai yang tercatat pada Bank Indonesia akan diperoleh nilai
Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan transaksi tunai dan non tunai di
Indonesia dengan menggunakan pendekatan data GDP. Dari grafik terlihat ada
kecenderungan peningkatan transaksi non tunai yang mensubstitusi transaksi
tunai. Pengembangan cash-less society saat ini masih menghadapi kendala akan budaya memegang uang tunai oleh masyarakat Indonesia. Meskipun proporsi
transaksi tunai masih besar dalam aktivitas ekonomi namun penggunaan APMK
(card based payment instruments) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Artinya ada kecenderungan sistem pembayaran
yang terjadi di Indonesia menuju sistem pembayaran non tunai yang efisien.
Nilai Transaksi Tunai dan Non Tunai Indonesia 2002-2005
Sumber: Data Bank Indonesia (2005), diolah
Gambar 1.1. Perkembangan transaksi tunai dan non tunai di Indonesia
Substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai yang terjadi di negara
maju seperti di Eropa menunjukkan kecenderungan yang hampir sama. Penelitian
8
sepuluh negara di Eropa menyimpulkan bahwa faktor kunci proses
pensubstitusian terhadap transaksi tunai adalah jumlah terminal EFTPOS
(Electronic Fund Transfer at Point Of Sale) dan jumlah ATM. Jumlah terminal EFTPOS merepresentasikan peningkatan penggunaan kartu pembayaran
elektronik, secara signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah suplai uang.
Keberadaan ATM menurunkan biaya transaksi penarikan tunai sehingga
meningkatkan frekuensi penarikan tunai. Namun, nilai rata-rata jumlah penarikan
berkurang dari waktu ke waktu dan dengan demikian menurunkan jumlah uang
yang dipegang masyarakat untuk transaksi tunai. Dengan kata lain keberadaan
fasilitas pembayaran elektronik berpengaruh negatif terhadap transaksi tunai.
Helmut Stix (2004) pun menganalisis dampak transaksi ATM dan
pembayaran non tunai terhadap permintaan uang tunai di Austria. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh signifikan transaksi ATM terhadap
permintaan tunai dalam jangka panjang. Dari analisis total penarikan tunai
diperoleh angka 53 persen penarikan tunai dilakukan melalui ATM dan 37 persen
melalui bank. Stix menyimpulkan pengguna ATM memegang uang tunai 42
persen lebih sedikit daripada orang yang melakukan penarikan tunai dari bank.
Penurunan jumlah permintaan transaksi tunai menunjukkan kecenderungan
pensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai di Austria.
Hasil penelitian di negara maju menyimpulkan secara garis besar bahwa
keberadaan fasilitas pembayaran elektronik berpengaruh negatif terhadap (mampu
mensubstitusi) transaksi tunai. Di Indonesia sendiri instrumen kartu pembayaran
dapat memastikan bahwa peningkatan ini juga berpengaruh signifikan terhadap
transaksi tunai di Indonesia. Sementara itu Bank Indonesia mengupayakan
peningkatan penggunaan pembayaran non tunai untuk menuju less cash society di Indonesia. Upaya yang ditempuh Bank Indonesia dalam hal ini adalah memetakan
preferensi masyarakat, menggali sisi makro ekonomi, teknis operasional, legal,
dan perlindungan konsumen, serta menyusun arah ke depan penggunaan
instrumen non tunai. Maka untuk menuju sistem pembayaran yang efisien tersebut
Indonesia perlu mengkaji keadaan sistem pembayaran yang terjadi di masyarakat
dengan kehadiran APMK, sebagai salah satu bentuk fasilitas pembayaran non
tunai elektronik, dan kemampuannya menggantikan budaya sistem pembayaran
tunai. Dengan demikian permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik terhadap
transaksi tunai di Indonesia?
2. Bagaimana daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap
transaksi tunai di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Melihat kecenderungan peningkatan penggunaan transaksi pembayaran non
tunai yang mampu mensubstitusi transaksi tunai maka tujuan dasar penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik terhadap
10
2. Menganalisis daya substitusi transaksi pembayaran non tunai terhadap
transaksi pembayaran tunai di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Transaksi pembayaran non tunai elektronik memberikan efisiensi dalam
proses transaksi ekonomi. Inti penelitian ini adalah ingin menganalisis kondisi
pensubstitusian transaksi pembayaran non tunai elektronik terhadap transaksi
tunai di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Pemerintah
Mendapat informasi dan gambaran kondisi sistem pembayaran non tunai
di Indonesia
2. Dunia perbankan
Sebagai pihak yang mengeluarkan inovasi dalam transaksi ekonomi
negara, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai gambaran mengenai
pengaruh perubahan pola transaksi ekonomi dan kecenderungan
pensubstitusian sistem pembayaran non tunai terhadap transaksi tunai
3. Pembaca
Mendapat informasi mengenai perkembangan sistem pembayaran yang
terjadi di Indonesia, dalam hal ini penggunaan alat pembayaran
menggunakan kartu khususnya kartu kredit, kartu debet, dan kartu ATM
1.5. Ruang Lingkup
Fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis bagaimana substitusi
transaksi pembayaran non tunai terhadap transaksi tunai yang terjadi di Indonesia.
Pendekatan pertama yang digunakan untuk menjawab permasalahan pertama
yaitu, menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik terhadap
permintaan transaksi tunai, menggunakan variabel jumlah pemegang APMK
(dalam hal ini kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM), jumlah mesin ATM, dan
total nilai transaksi APMK. Selanjutnya, untuk menjawab permasalahan kedua
yaitu, menganalisis daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai di
Indonesia, penulis menambahkan nilai transaksi kliring antar bank dan nilai
transaksi BI-RTGS yang terjadi selama periode Januari 2002 sampai Desember
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran adalah sesuatu yang memang sudah semestinya ada.
Namun demikian, sistem pembayaran elektronik yang efisien tetap merupakan hal
yang perlu dicapai untuk mewujudkan operasi pasar yang baik. Pasar adalah
tempat dimana proses transaksi terjadi. Sistem pembayaran adalah sesuatu yang
penting karena membentuk spesialisasi yang terjadi dalam produksi dan
membantu menciptakan transaksi yang efisien (Humphrey, 2001). Hal ini pada
akhirnya pun akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi dalam
pasar uang.
2.1.1. Definisi Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran pada dasarnya adalah hanya sebuah persetujuan
mengenai cara mentransfer sejumlah nilai uang antara pembeli (buyer) dan penjual (seller) dalam sebuah transaksi (Humphrey, 2001). Seperti yang diilustrasikan dalam gambar, sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang
dan jasa dalam kegiatan ekonomi.
Sumber: Humphrey (2001)
Buyer
Payor
Seller
Payee Transfer of goods or services
Transfer of value through a payment system
Menu ran adalah
prosed
rut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembaya
ur, peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran
nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Mishkin (2001) mengungkapkan secara sederhana bahwa
sistem pembayaran adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian.
Carl Menger dalam Global Insight (2003) mengungkapkan bahwa nilai-nilai
subjek
Sistem pembayaran telah mengalami evolusi selama berabad-abad,
terma
enuhi persyaratan
terten
tif juga berperan dalam sistem pembayaran tidak hanya tergantung pada
karakteristik objektifnya. Kajian ini merupakan kritikan kepada Adam Smith yang
tidak menghitung nilai-nilai preferensi dari masyarakat, yang sebenarnya
merupakan dasar dalam seluruh kegiatan perekonomian.
2.1.2. Evolusi Sistem Pembayaran
suk bentuk fisik dari uang. Pada awalnya, logam murni yaitu emas
digunakan sebagai alat pertukaran yang sah dan merupakan bentuk uang pertama.
Kemudian, seiring dengan perkembangan waktu bentuk uang kertas dijadikan
sebagai alat bayar yang sah. Untuk menemukan darimana sistem pembayaran
berawal, maka perlu ditelusuri bagaimana perkembangannya.
Objek yang sah digunakan sebagai uang harus mem
tu. Pertama, objek tersebut harus diterima oleh masyarakat umum. Artinya,
setiap orang harus bersedia menerima objek tersebut dalam pembayaran barang
atau jasa. Kedua, objek yang dianggap bernilai bagi semua orang dapat menjadi
kandidat untuk dijadikan sebagai uang dan pilihannya jatuh pada logam mulia
14
sebagai media tukar pada masyarakat primitif. Masalah yang kemudian timbul
dalam sistem pembayaran adalah karena emas dan perak cukup berat dalam
jumlah tertentu sehingga susah untuk didistribusikan (Mishkin, 2001).
Karena emas dan perak tidak praktis, maka evolusi ini berlanjut dengan
pengg
untuk
meng
k kemudian diatasi dengan evolusi
pembayaran elektronik. Perkembangan ini ditunjang pula dengan kemajuan unaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang
diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi (Miskhin, 2001). Kelebihan
dari uang kertas ini adalah lebih ringan daripada koin emas atau perak. Karena
mata uang kertas ini menjadi legal dalam sistem pembayaran maka dalam
perkembangannya, setiap negara menetapkan jenis mata uangnya sendiri.
Cek sebagai alat bayar yang sah dalam sistem pembayaran hadir
atasi masalah dalam hal kesulitan transfer uang kertas dalam jumlah yang
besar. Pengenalan cek merupakan inovasi dalam sistem pembayaran. Keuntungan
dari cek adalah mengurangi biaya transportasi dan mengefisiensikan pembayaran.
Selain itu, cek mempermudah transaksi dalam jumlah yang besar karena nilainya
tergantung dari yang tertulis di atasnya. Tidak seperti sistem pembayaran tunai,
dalam penggunaan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta
transfer dana yang digunakan dalam transaksi tersebut (Listfield dan
Montes-Negret, 1994). Kedua proses ini membutuhkan biaya (diestimasi biaya rata-rata
dalam pemrosesan cek di Amerika Serikat lebih dari $5 miliar per tahun), waktu
dan transportasi, karena cek bersifat front-office payments, yang hanya bisa dicairkan di kantor bank yang bersangkutan.
tekno
hap baru dalam
tronik adalah uang yang disetor secara
elektr
logi komputer yang sedemikian cepat. Sistem pembayaran elektronik
memiliki efektifitas khususnya dalam transaksi yang bervolume tinggi dengan
nilai transaksi yang kecil, terutama dalam perekonomian yang sedang berkembang
yang memiliki akses teknologi yang terbatas (Listfield dan Montes-Negret, 1994).
Pada dekade 1970-an dan 1980-an elektronifikasi dalam sistem pembayaran mulai
berkembang. Alat pembayaran yang menggunakan kartu yang memudahkan
masyarakat bertransaksi langsung di tempat penjualan (Point Of Sale, POS) menjadi fenomena. Varian pertama dari alat pembayaran ini yang mulai dikenal
masyarakat adalah kartu kredit. Berawal dari kajian pemasaran yang cukup
mendalam pada tahun 1958 Bank Of America mengenalkan kartu kredit (Global
Insight, 2003). Untuk kepentingan ekspansi bisnis maka para penerbit Bank
Americards mendirikan Visa pada tahun 1977. Penggunaan kartu kredit
memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan
melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang
lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll). Perkembangan ini
terus berlanjut dengan penemuan varian-varian alat pembayaran elektronik lain
seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dan lain-lain.
2.1.3. Sistem Pembayaran Elektronik
Perkembangan teknologi menjadi modal awal memasuki ta
evolusi sistem pembayaran. Uang elek
onik dan menggunakan beberapa media (Mishkin, 2001). Keuntungan dari
16
sistem elektronik menjanjikan sistem pembayaran yang efisien dibandingkan
sistem pembayaran non tunai berbasis kertas (paper based), ada beberapa faktor yang memperlambat pergeseran sistem pembayaran menuju elektronik. Pertama,
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun jaringan
telekomunikasi dan mempersiapkan sistem komputer untuk mendukung
pembayaran elektronik. Kedua, keuntungan menggunakan cek adalah adanya
tanda bukti penyetoran berupa kwitansi yang pada umumnya dibutuhkan
konsumen sebagai bukti tertulis. Ketiga, bagi pihak yang mengeluarkan cek ada
rentang waktu yang diperlukan sebelum pencairan dana sehingga nasabah masih
mendapatkan bunga bank dari nilai uang yang belum dicairkan, sedangkan sistem
pembayaran elektronik yang bersifat segera tidak memberi kesempatan nasabah
menikmati bunga. Keempat, pembayaran elektronik menuntut peningkatan
pengamanan dan privasi, karena media telah membuktikan bahwa sistem
komputerisasi masih mungkin diganggu oleh hacker yang dapat mengakses rekening seseorang dan mencuri dananya (Mishkin, 2001).
Kartu plastik adalah salah satu bentuk populer dari sistem pembayaran
elektronik. Berikut ini adalah beberapa bentuk dari kartu plastik dan definisinya
menur
lat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu yang dapat
mbayaran atas kewajiban yang timbul dari ut Bank Indonesia:
a. KARTU KREDIT
Kartu Kredit adalah A
digunakan untuk melakukan pe
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk
dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau aquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada
waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran (Bank
Indonesia, 2004).
KARTU DEBIT
Kartu Debit adalah
b.
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu yang dapat
lakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
c.
ran dengan Menggunakan Kartu yang dapat
lakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana
nsaksi.
Proses ini (terdapat pada Gambar 2.2) meliputi lima pihak utama, yaitu: digunakan untuk me
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, penarikan tunai,
dan atau pemindahan dana, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi
seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada
bank atau lembaga selain bank yang mendapat persetujuan untuk menghimpun
dana (Bank Indonesia, 2004). Jika kartu kredit bersistem “pay later” maka kartu debit bersistem “pay now”.
KARTU ATM
Kartu ATM adalah Alat Pembaya
digunakan untuk me
dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi
secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain
bank yang mendapat untuk menghimpun dana (Bank Indonesia, 2004).
18
• Card Holder (you)
Orang yang memiliki account pada lembaga institusi yang mengeluarkan kartu pembayaran (kartu debit atau kartu kredit)
• Retailer/Merchant
Organisasi yang menerima pembayaran atas barang atau jasa dari cardholder
(dapat berupa outlet, supermarket, dan toko-toko)
• Acquirer
Bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan APMK baik sebagai
financial acquirer (melakukan kegiatan pembayaran terlebih dulu kepada kartu) atau sebagai technical acquirer (menyediakan sarana yang
•
pemegang
diperlukan dalam pemrosesan kegiatan APMK).
Card Scheme
Organisasi penyedia jaringan kartu kredit yang mengontrol dan mengatur
transaksi kartu kredit. Misalnya: Visa, MasterCard, dan Maestro.
• Card Issuer
Bank atau lembaga keuangan yang mengeluarkan kartu pembayaran (kredit,
debit, dan charge) kepada nasabahnya.
2.2.
ri ekonomi klasik dan dikembangkan
leh dua pendekatan, yaitu pendekatan oleh Irving Fisher (ekonom Universitas
idge(cash balance approach) yang dikembangkan oleh Marshall dan Pigou.
Teori Kuantitas Uang
Teori ini masih termasuk dalam teo
o
Jaringan Penyedia Kartu Kredit (Visa/Mastercard)
Sumber: Publikasi elektronik (http://www.apacs.org.uk/payment options/charge cards.html), 2006
Gambar 2.2. Mekanisme transaksi pembayaran elektronik
Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher pada awal abad dua
puluh. Teori kuantitas uang tersebut disampaikan dalam bukunya The Purchasing Power of Money tahun 1911. Fisher ingin melihat hubungan antara kuantitas uang (money supply) dan PDB nominal P×Y. Konsep yang menghubungkan M dan
Y
P× disebut velositas uang (velocity of money). Velositas uang adalah tingkat perputaran uang yang didefinisikan sebagai berikut :
20
Dengan mengalikan kedua sisi dengan M , maka persamaan yang menghubungkan pendapatan nominal dengan kuantitas uang dan velositas
(equation of exchange) adalah :
Y P V
M × = × (2.2) Irving Fisher juga mengemukakan bahwa velositas uang ditentukan oleh
kelembagaan dalam ekonomi yang akan mempengaruhi cara individu melakukan
transaksi. Dalam jangka pendek, aspek kelembagaan sulit berubah. Oleh karena
itu, dalam jangka pendek velositas uang akan konstan. Pandangan Fisher bahwa
velositas uang adalah konstan pada jangka pendek telah mentransformasi equation of exchange menjadi teori kuantitas uang yang menyebutkan bahwa pendapatan nominal ditentukan oleh pergerakan dalam kuantitas uang.
Para ahli ekonomi klasik (termasuk Fisher) menganggap bahwa upah dan
harga adalah fleksibel. Oleh karena itu mereka percaya bahwa tingkat output
agregat (Y) yang diproduksi oleh perekonomian pada waktu normal akan berada pada tingkat full equilibrium, sehingga Y juga akan konstan dalam jangka
ikian, teori kuantitas uang mengemukakan bahwa jika
pendek. Dengan dem M
berubah maka P juga akan berubah dalam jangka pendek (karena V dan Y
pergerakan dalam tingkat harga, yaitu: pergerakan tingkat harga merupakan akibat
dari perubahan kuantitas uang.
Teori kuantitas uang menunjukkan berapa banyak uang yang ipegan
untuk tingkat pendapatan tertentu, sehingga teori ini juga merupakan teori
permintaan uang (theory of the demand for money). Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan membagi
d g
kedua sisi dari persamaan teori kuantitas uang
dengan V , sehingga diperoleh :
PY
M = 1 × (2.3)
V
Dimana PY adalah P×Y, yang merupakan pendapatan nominal. Ketika pasar uang dalam ekuilibrium maka kuantitas uang (M ) akan sama dengan jumlah uang yang diminta ( d
M dapat diganti dengan d
M
), sehingga M . Dengan
demikian persamaan (2.3) dapat dituliskan :
PY k PY V
Md = 1 × = . (2.4)
Oleh karena itu, teori kuantitas uang dari Irving Fisher menyebutkan bahwa
permintaan uang merupakan fungsi dari pendapatan dan suku bunga tidak
berpengaruh terhadap permintaan uang. Fisher berkesimpulan seperti itu karena ia
percaya bahwa orang m
Sehin
emegang uang hanya untuk melakukan transaksi.
gga teori ini berpandangan bahwa uang hanya berfungsi sebagai alat tukar.
Dengan demikian, menurut teori ini permintaan uang ditentukan oleh: (1) tingkat
transaksi yang dihasilkan oleh tingkat pendapatan nominal (PY ), dan (2) kelembagaan dalam ekonomi yang akan mempengaruhi cara individu melakukan
22
Model Cambridge
Model Cambridge adalah model permintaan uang yang dikembangkan oleh para ekonom Cambridge, khususnya Marshall dan Pigou. Sebagai ahli ekonomi aliran klasik, mereka memandang uang sebagai alat tukar. Tetapi aliran mo eld
ui juga fungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of wealth
emegang uang tunai adalah
kehila
a para ekonom Cambridge berpendapat bahwa
Cambridge mengak
). Karena itu manusia memiliki dua pilihan dalam menyimpan asetnya,
yaitu uang tunai dan surat-surat berharga atau barang.
Manfaat dari memegang uang tunai adalah sifatnya yang sangat likuid dan
terbebasnya dari resiko gagal tagih (default) jika uang disimpan dalam bentuk surat berharga dan juga terhindar dari resiko kerugian akibat jual beli surat-surat
berharga (capital loss). Tetapi, biaya ekonomi dari m
ngan kesempatan memperoleh pendapatan bunga dan keuntungan dari jual
beli surat-surat berharga (capital gain).
Para teoritisi moneter Cambridge berpandangan bahwa permintaan uang selain dipengaruhi oleh tingkat volume transaksi (PDB riil) juga dipengaruhi oleh
tingkat kekayaan seseorang atau masyarakat, tingkat bunga, dan ekspektasi
masyarakat tentang masa depan. Karen
nilai aset dihitung dalam nilai nominal, maka mereka percaya bahwa
permintaan terhadap uang karena faktor kekayaan berhubungan proporsional
dengan pendapatan nasional nominal. Karena itu mereka juga percaya bahwa
permintaan uang mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan nominal,
sebagai berikut :
bPY
dimana :
d
M = Permintaan uang,
P = Tingkat harga,
Y = Tingkat
jangka pendek dianggap konstan.
pintas sama dengan persamaan (2.4). Hal ini bermakna
ba sependapat dengan Fisher tentang fungsi uang
se a sekali mengabaikan
fu n, sehingga tidak ada alternatif selain
menyi
.
output riil (PDB riil),
b dalam
Persamaan (2.5) se
hwa para ekonom Cambridge
bagai alat tukar. Letak perbedaannya adalah Fisher sam
ngsi uang sebagai alat penyimpan kekayaa
mpan uang dalam bentuk kas. Selain itu Fisher lebih menekankan pada
aspek kelembagaan atau teknologi yang dalam jangka pendek diasumsikan
konstan, sehingga velositas uang dalam jangka pendek juga konstan. Sebaliknya,
ekonom Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat dapat saja mengalokasikan kekayaannya dalam bentuk surat-surat berharga. Keputusan
pengalokasian tersebut ditentukan oleh tingkat bunga dan tingkat hasil yang
diharapkan (expected return). Karena itu, para ekonom Cambridge berpendapat bahwa b dalam jangka pendek pun dapat berubah. Dengan kata lain, velositas
uang dapat saja berfluktuasi. Pendapat bahwa b dalam jangka pendek dianggap
konstan dihasilkan dari penyusunan asumsi bahwa dalam jangka pendek jumlah
kekayaan, volume transaksi, dan produksi riil mempunyai hubungan
24
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menganalisis penggunaan kartu pembayaran elektronik dan
ensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai telah banyak
ilakukan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
mphrey (2000), Eropa.
ni menyimpulkan bahwa
adap transaksi tunai di
b.
ya menunjukkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian
tif antara
gerai-gerai EFT-POS dan ATM terhadap jumlah uang tunai yang beredar, p
d
a. Snellman, Vesala, dan Hu
Menganalisis pensubstitusian transaksi non tunai terhadap transaksi tunai di
Eropa. Penelitian ini menganalisis perbedaan kemampuan pensubstitusian
antara sepuluh negara di Eropa. Hasil penelitian i
ada pensubstitusian transaksi non tunai terh
kesepuluh negara di Eropa. Secara sederhana perkembangan teknologi di
tiap negara yang menentukan proses pensubstitusian. Jumlah terminal
EFTPOS dan ATM mempunyai hubungan yang negatif terhadap jumlah
uang tunai yang diminta. Peningkatan jumlah ATM akan menurunkan biaya
penarikan tunai, dengan demikian hal ini akan mendorong peningkatan
frekuensi penarikan tetapi secara rata-rata menurunkan nilai penarikan
tunainya.
Rinaldi (2001), seorang ekonom dari Universitas Leuven Belgia.
Mengkaji pengaruh dari kartu debet dan kredit, ATM, EFT-POS serta gerai
EFT-POS terhadap jumlah uang tunai uang beredar di negara Belgia. Hasil
penelitiann
namun terhadap jumlah kartu ATM berhubungan positif meskipun lemah.
Dari uji Error Correction Model yang dilakukannya, Rinaldi (2001) mengestimasi dalam jangka pendek jumlah ATM berhubungan positif
dengan permintaan jumlah uang tunai yang beredar.
Rachmat (2005), Indonesia.
Mengkaji pengaruh jumlah ATM di Indonesia terhadap permintaan uang
pada kurun waktu Januari 2000 hingga Desember 2004. Dengan
menggunakan metodologi ECM didapatkan hasil bahwa kenaikan 1 persen
jumlah ATM dalam jangka pendek secara signifika c.
n berpengaruh negatif
M1 sebesar 0,078601 persen. Sementara itu,
d.
io konsumsi masyarakat dengan uang kartal (CP/CUR) serta rasio
an ATM (CP/ATM). Dari kedua indikator terhadap permintaan uang
jumlah ATM dalam jangka panjang tidak mempengaruhi permintaan uang
M1. Jumlah ATM juga berpengaruh kepada kebijakan moneter secara
umum.
Warjiyo (2006), Indonesia.
Menganalisis pengaruh pembayaran non-tunai terhadap permintaan uang
M1 di Indonesia berdasarkan analisis data dari 1998:1 hingga 2005:4.
Peneliti ini memakai dua pendekatan sebagai indikator pembayaran
non-tunai, ras
konsumsi masyarakat deng
tersebut menunjukkan hasil yang sama, dimana pembayaran non tunai
26
e.
permintaan uang tunai membuktikan
danya hubungan jangka panjang antara penggunaan ATM terhadap
ermintaan uang M1 dan uang tunai. Sementara itu, penggunaan kartu
kredit dan debit tidak signifikan mempengaruhi permintaan uang M1 dan
uang tunai. Hasil berbeda ditunjukkan dalam jangka pendek dimana
2.4. Kerangka Pemikiran
substi
melih p transaksi tunai di
Indonesia. Variabel yang digunakan untuk merefleksikan transaksi non tunai
didekati dari nilai transaksi APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu), dalam hal ini kartu kredit, kartu debit, dan kartu ATM, nilai transaksi
BI-RTGS
Permasalahan pertama mengenai pengaruh penggunaan kartu pembayaran
elektronik terhadap transaksi tunai dijelaskan dengan menggunakan variabel Muttaqin (2006), Indonesia.
Menganalisis pengaruh penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu
dan variabel makroekonomi terhadap
a
p
perubahan permintaan terhadap M1 hanya dipengaruhi oleh perubahan
penggunaan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan perubahan permintaan
uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK.
Analisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik dan daya
tusi transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai ditujukan untuk
at potensi pensubstitusian transaksi non tunai terhada
, dan nilai transaksi kliring antar bank. Variabel-variabel inilah yang
jumlah pemegang APMK, jumlah mesin ATM, dan nilai transaksi APMK. Ketiga
variabel ini dapat merefleksikan perkembangan penggunaan transaksi non tunai,
dalam hal ini APMK. Adapun variabel makroekonomi yang ditambahkan adalah
GDP dan SBI, sesuai dengan model persamaan dalam jurnal Snellman, Vesala,
dan Humphrey (2000) yang berjudul ”Substitution of noncash payments for cash in Europe”.
Kerangka pemikiran penelitian dan variabel-variabel yang diikutsertakan
dalam penelitian ini diuraikan pada diagram alir (flow-chart) dalam Gambar 2.3. Gambar tersebut menunjukkan garis besar alur kerangka pemikiran di dalam
28
Sistem pembayaran non tunai elektronik memberikan efisiensi dalam biaya transaksi dan
waktu penyelesaian transaksi
Engel Granger Cointegration, ECM, Diagnostic Test
Bank Indonesia mengupayakan terwujudnya cash-less society
Perkembangan penggunaan kartu prmbayaran elektronik (APMK)
dalam transaksi mas
Peningkatan nilai transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai Indonesia
Bagaimana daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap
transaksi tunai Indonesia
Keterangan Gambar 2.3 :
= variabel yang mempengaruhi transaksi tunai
= variabel yang merepresentasikan transaksi non tunai elektronik
= permasalahan yang akan dibahas
= variabel dependen dalam penelitian ini
kartu
ungan yang negatif atau mampu
2. Transaksi non tunai yang didekati dari nilai transaksi APMK, nilai
BI-RTGS, dan nilai kliring mempunyai hubungan negatif (mampu
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik (kartu kredit,
debet, kartu ATM) menunjukkan hub
mensubstitusi transaksi tunai Indonesia.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah data
sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data
time series bulanan dengan sampel waktu dari 2002:1 sampai 2005:12.
Penggunaan data pada periode ini diharapkan dapat membantu dalam
mencapai tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan kartu
pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap
transaksi tunai di Indonesia. Keterangan yang lebih lengkap mengenai data yang
digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Nama, Simbol, dan Sumber Data
Jenis Data (Variabel) Satuan Simbol Sumber
Jumlah nilai transaksi tunai Rp M CASH BI
Pendapatan nasional Rp M GDP BI
SBI 30 hari % SBI BI
Jumlah Pemegang Kartu Kredit orang JPKK BI
Jumlah Pemegang Kartu Debet orang JPKD BI
Jumlah Pemegang Kartu ATM orang JPATM BI
Jumlah Mesin ATM unit JMATM BI
Jumlah nilai transaksi APMK Rp M VAPMK BI
Jumlah nilai transaksi kliring Rp Juta VKLIRING BI
3.2. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan model yang
digunakan Snellman, Vesala, dan Humphrey (2000) dalam jurnalnya yang
berjudul “Substitution of noncash payments for cash in Europe”. Model persamaan yang diadopsi dari jurnal tersebut telah dimodifikasi untuk
penyederhanaan dan penyesuaian tujuan penelitian. Untuk menganalisis pengaruh
penggunaan kartu pembayaran elektronik terhadap transaksi tunai, dalam jangka
pendek model persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆lncash = α 1∆lngdpt + α 2∆sbit + α 3∆lnjpkkt + α 4∆lnjpkdt + α 5∆lnjpatmt
+ α6∆lnjmatmt + α 7∆lnvapmkt + t(-1) + vt (3.1)
dimana:
lncash = logaritma natural jumlah nilai transaksi tunai,
lngdp = logaritma natural GDP nominal,
sbi = tingkat suku bunga SBI 30 hari,
lnjpkk = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu kredit,
lnjpkd = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu debet,
lnjpATM = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu ATM,
lnjmATM = logaritma natural dari jumlah mesin ATM,
lnvapmk = logaritma natural dari nilai transaksi APMK,
t = Error Correction Term yang merupakan ukuran bagi ketidakseimbangan di pasar uang jangka panjang,
t(-1) = lncash - α 0 - α 1lngdpt - α 2sbit - α 3lnjpkkt - α 4lnjpkdt - α 5lnjpatmt
32
Variabel GDP dimasukkan untuk melihat efek pendapatan terhadap
permintaan transaksi tunai. Dengan asumsi awal bahwa koefisien yang dihasilkan
dari estimasi persamaan di atas adalah positif untuk GDP. Suku bunga nominal
digunakan untuk merefleksikan permintaan terhadap uang tunai berkaitan dengan
opportunity cost memegang uang tunai. Koefisien yang diharapkan dari hasil estimasi untuk variabel SBI adalah negatif. Sementara itu variabel jumlah
pemegang kartu elektronik merefleksikan pensubstitusian cara pembayaran
transaksi tunai menuju transaksi non tunai. Dengan mengasumsikan bahwa setiap
pemegang akan memanfaatkan fasilitas ini maka peningkatan jumlah pemegang
kartu pembayaran akan meningkatkan transaksi non tunainya untuk kartu kredit
dan kartu debit, demikian sebaliknya untuk kartu ATM. Variabel selanjutnya
adalah jumlah mesin ATM yang mengindikasikan efek pensubsitusian metode
pentransferan uang tunai. Hasil penelitian Snellman, Vesala, dan Humphrey
(2000) menyatakan jumlah mesin ATM memiliki korelasi negatif dengan nilai
transaksi tunai. Dan variabel terakhir adalah variabel jumlah total volume
transaksi APMK, dalam hal ini kartu kredit, kartu debit, dan kartu ATM. Variabel
ini dimasukkan dalam model untuk melihat besarnya pensubstitusian transaksi
non tunai dalam hal ini APMK terhadap transaksi tunai melalui nilai transaksinya.
Nilai cash (transaksi tunai) dalam penelitian ini diperoleh dari pendekatan dengan menggunakan data nilai GDP dan nilai transaksi non tunai yang tercatat
pada Bank Indonesia. Berdasarkan model yang digunakan Snellman, Vesala, dan
Humphrey (2000), nilai transaksi yang terjadi pada waktu t adalah proporsional
CASHt + NCPt = f(GDPt), f’>0, (3.2)
dimana:
CASH = nilai transaksi tunai yang terjadi,
NCP = nilai transaksi non tunai yang terjadi.
Berdasarkan model tradisional, jumlah uang yang diminta (CURR) adalah
hasil determinasi dari permintaan uang tunai dan tingkat suku bunga yang
mempengaruhi hasrat memegang uang tunai masyarakat.
CURRt = g(CASHt, rt), g1’>0, g2’<0 (3.3)
dimana:
CURR = total nilai uang yang disediakan oleh sektor perbankan,
r = suku bunga nominal.
Dengan mengkombinasikan persamaan (3.2) dan (3.3) di atas maka diperoleh
persamaan berikut:
CURR = g((f(GDPt) – NCP), rt). (3.4)
Dalam bentuk persamaan linear, persamaan (3.4) menjadi:
CURR = g1’f’GDPt – g1’NCPt + g2’rt. (3.5)
Ini merupakan teori dasar dalam mengobservasi hubungan negatif antara transaksi
non tunai terhadap keseimbangan mata uang. Pengestimasian nilai g1’ dapat
digunakan untuk melihat aliran transaksi tunai.
Persamaan (3.5) yang berasal dari persamaan (3.2) dan (3.3) dapat
diturunkan dalam bentuk persamaan yang mengekspresikan perubahan tahunan:
∆CASHt = ∆NCPt + ∆GDPt, (3.2’)