• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POLA KONSUMSI PANGAN KAITANNYA DENGAN

KADAR VITAMIN A SERUM PADA IBU HAMIL

DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

Lyana Sinta Widyaningsih

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Kajian Pola

Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah benar

merupakan hasil karya saya sendiri dibawah arahan dosen pembimbing Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dinyatakan secara jelas dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2007

(3)

RINGKASAN

LYANA SINTA WIDYANINGSIH. Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor (Dibawah bimbingan HADI RIYADI dan DADANG SUKANDAR).

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pola konsumsi pangan kaitannya dengan kadar vitamin A serum pada ibu hamil. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi

keluarga ibu hamil, 2) mengidentifikasi pola konsumsi pangan ibu hamil, 3) menganalisis kadar vitamin A serum ibu hamil, 4) Menganalisis hubungan

antara karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan gizi dan pola konsumsi pangan dengan kadar vitamin A serum ibu hamil.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yang dilakukan pada ibu hamil di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Contoh ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : umur ibu hamil 18-35 tahun, usia kehamilan 2-5 bulan, anak yang dikandung merupakan kehamilan anak pertama hingga kelima, kondisi ibu hamil sehat atau tidak berpenyakit kronis, tidak merokok atau tidak minum minuman alkohol dan bersedia menandatangani kesediaan mengikuti penelitian setelah diberi penjelasan (informed consent). Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2005 sampai Maret 2006. Contoh yang diteliti sebanyak 64 ibu hamil.

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik ibu

hamil (umur, tingkat pendidikan dan status pekerjaan), karakteristik keluarga (umur kepala keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga, pendapatan dan pengeluaran pangan perkapita perbulan serta jumlah anggota keluarga), pengetahuan gizi ibu hamil, pola konsumsi pangan, konsumsi pangan dan zat gizi dan kadar vitamin A serum ibu hamil. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan berupa data jumlah penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan serta gambaran umum lokasi penelitian yang dikumpulkan dari kantor kecamatan dan puskesmas.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan melalui proses editing, coding, entri dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell dan SPSS version 13.0 for windows. Hubungan keadaan sosial ekonomi dengan konsumsi zat gizi, pengetahuan gizi dengan kadar vitamin A serum dan pola konsumsi pangan dengan kadar vitamin A serum ibu hamil dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Sedangkan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kadar vitamin A serum menggunakan uji Regresi Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur ibu hamil berkisar antara 19-35 tahun dengan rata-rata sebesar 27.6 tahun dan sebaran terbesar berada pada

kisaran usia 20-35 tahun. Lebih dari separuh ibu hamil berpendidikan SD-tamat. Sebagian besar ibu hamil adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja).

(4)

memiliki pekerjaan. Pekerjaan yang lebih banyak dilakukan oleh kepala keluarga adalah buruh bangunan. Hampir sebagian besar keluarga ibu hamil merupakan

keluarga kecil (=4orang). Rata-rata pendapatan/kapita/bulan adalah sebesar Rp 148 889,47. Secara keseluruhan, lebih dari setengah keluarga ibu hamil

termasuk dalam golongan keluarga tidak miskin. Sedangkan rata-rata pengeluaran pangan/kapita/bulan pada penelitian ini sebesar Rp 105 290,79.

Hasil pengukuran pengetahuan gizi ibu hamil memperlihatkan hampir setegah ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan gizi kurang. Materi pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh ibu hamil adalah materi seputar pentingnya makanan sehat bagi ibu hamil sedangkan materi yang paling sedikit dijawab dengan benar adalah materi tentang pangan sumber protein, zat gizi pembentuk tulang dan gigi dan kenaikan berat badan ideal selama kehamilan.

Rata-rata umur kehamilan ibu hamil adalah 3.2 bulan dengan persentase terbesar ibu hamil berada pada trimester I. Pada penelitian ini seluruh ibu hamil memiliki paritas yaitu berkisar antara 1-5 kali, dan sebagian besar ibu hamil memiliki jarak kehamilan sebesar = 60 bulan. Sebagian besar ibu hamil sudah pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya. Selama satu bulan yang lalu, sebagian besar ibu hamil pernah menderita sakit dengan 56.3 persen menderita sakit infeksi dan 32.8 persen menderita sakit bukan infeksi.

Sebagian besar ibu hamil memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali/hari. Jenis pangan sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah yang cukup sering atau yang lebih banyak dikonsumsi ibu hamil berturut-turut yaitu beras/nasi, ikan asin, tempe-tahu, sayuran daun hijau dan sayur asem, buah mangga dan jeruk. Sementara itu, lebih dari separuh ibu hamil tidak biasa mengkonsumsi susu.

Secara keseluruhan taksiran konsumsi energi, protein, vitamin A dan zat besi ibu hamil lebih rendah dari angka kecukupannya. Tingkat konsumsi energi dan protein pada sebagian besar ibu hamil masih berada dalam kategori kurang. Sedangkan tingkat konsumsi vitamin A dan zat besi sebagian besar ibu hamil termasuk defisit tingkat berat. Kadar vitamin A serum ibu hamil berkisar antara 16.35-53.26 µg/dl dengan rata-rata kadar vitamin A serum sebesar 32.18 µg/dl. Sebagian besar ibu hamil memiliki kadar vitamin A serum pada kategori cukup.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan konsumsi energi (p<0.01), protein (p<0.01), zat besi (p<0.01); hubungan positif tidak nyata antara tingkat pendapatan/kapita/bulan dengan konsumsi zat gizi; hubungan nyata positif antara pengeluaran pangan/kapita/bulan dengan konsumsi protein(p<0.05) dan zat besi (p<0.01); hubungan nya ta negatif antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi vitamin A (p<0.05). Pengetahuan gizi ibu hamil memiliki hubungan nyata positif dengan kadar vitamin A serum (p<0.01) dan hubungan yang nyata negatif antara frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A nabati dengan kadar vitamin A serum.

(5)

KAJIAN POLA KONSUMSI PANGAN KAITANNYA DENGAN

KADAR VITAMIN A SERUM PADA IBU HAMIL

DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Lyana Sinta Widyaningsih A54102008

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : KAJIAN POLA KONSUMSI PANGAN KAITANNYA DENGAN KADAR VITAMIN A SERUM PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

Nama Mahasiswa : Lyana Sinta Widyaningsih NIM : A54102008

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc NIP. 131 628 531 NIP. 131 645 543

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT

penggenggam jiwa manusia atas seluruh rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan semangat ruhiyah dan semangat jasadiyah serta tak hentinya membawa namaku

dalam do’a di sujud panjangnya.

2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas petunjuk, bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

4. Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku pemandu seminar dan Dr. Clara M. Kusharto, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran dan koreksi perbaikan untuk mempertajam interpretasi dan konsistensi penulisan dalam rangka penyempurnaan tulisan.

5. SEAFAST Center IPB dan Tim Puslitbang Gizi yang telah membantu

dalam pengambilan dan analisis kadar vitamin A serum.

6. Dosen dan staf pengajar GMSK, terima kasih yang tak terhingga atas ilmu

yang telah diberikan selama penulis kuliah di GMSK. 7. Indy dan Kustiningrum sebagai pembahas seminar.

8. My sisters yang teramat istimewa m’Sari dan m’Nita, terima kasih banyak

atas kasih sayang, do’a dan dukungannya.

9. Keluarga kecilku di Bogor Barat, terima kasih atas ”tetesan embun” dan

pancaran cahaya keimanan. Juga adik-adik binaanku.

10.Mince, Witi, Oelis, Santi, Santo, Anica, Nuqi dan teman-teman GMSK’39

(8)

11.Keluarga Marhamah : U’Rika, U’Nurul, Uni Tiara, M’Ro, U’Nina,

de Nola, ’Nda, ’Nti, Mus, Ipit, Pi2, Dewi dan Siti, yang selama ini memberikan warna indah kehidupan di kampus IPB. Terima kasih atas keceriaan, kasih sayang dan motivasinya.

12.Mimin, Cinta, Desi, Tarwin, Hakim, Didik dan Dindin, langkah- langkah perjalanan ini menjadi ringan dengan kebersamaan kita smoga kita tetap

terhimpun dalam gelombang ukhuwah ini.

13.Brothers and sisters in DKM Al Hurriyyah, PAGI ANABA’04, TPI, Q_nita, FKMG serta Nurhasanah dan Lenni Leonita yang telah memberikan banyak pelajaran berharga dalam memahami arti sebuah perjuangan dan persaudaraan. Perjuangan masih panjang, langkah- langkah ini akan menjadi ringan kala kebersamaan dibangun.

14.Sobat KKP Brebes : Hery, Weni, Dede, Prima dan Linlin, terima kasih atas ilmu dan pelajaran hidupnya.

15.Setiap insan yang mengenal penulis dan ikhlas menyelipkan nama ini dalam do’anya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak.

Bogor, April 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan pada tanggal 29 Juli

1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sahono dan Ibu Sumini.

Pendidikan SD ditempuh penulis di SDN 1 Way Urang mulai tahun 1990

dan lulus pada tahun 1996. penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Kalianda dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan

SMU di SMUN 1 Kalianda hingga tahun 2002. Kemudian penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI pada tahun 2002 pada jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertania n, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam lembaga kerohanian di DKM Al Hurriyyah IPB sebagai pengurus di BIRENA periode 2002-2003 dan di DPU periode 2003-2006. Penulis juga pernah aktif di Forum

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan ... 4

Karakteristik Sosial Ekonomi... 5

Pengetahuan Gizi... 7

Riwayat Kesehatan Kehamilan dan Penyakit Infeksi ... 8

Pola Konsumsi... 9

Sifat, Fungsi dan Sumber Vitamin A ... 11

Kecukupan Vitamin A... 13

Defisiensi Vitamin A... 15

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu ... 18

Teknik Penarikan dan Ukuran Contoh ... 18

Jenis dan cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Definisi Operasional... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah ... 25

Karakteristik Ibu Hamil Umur Ibu Hamil ... 26

Pendidikan Ibu Hamil... 26

Pekerjaan Ibu Hamil ... 27

Karakteristik Keluarga Ibu Hamil Umur Kepala Keluarga ... 27

Pendidikan Kepala Keluarga ... 28

Pekerjaan Kepala Keluarga ... 28

Pendapatan dan Pengeluaran Pangan/kap/bln ... 29

(11)

Pengetahuan Gizi... 31

Riwayat Kesehatan Kehamilan dan Penyakit Infeksi ... 33

Pola Konsumsi Pangan Frekuensi Makan Lengkap ... 35

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat ... 36

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani... 37

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Protein Nabati ... 37

Frekuensi Konsumsi Sayuran... 38

Frekuensi Konsumsi Buah ... 39

Kebiasaan Konsumsi Susu ... 40

Konsumsi Pangan dan Zat Gizi Rata-rata Konsumsi, Kecukupan dan Tingkat Konsumsi ... 41

Tingkat Konsumsi Energi... 43

Tingkat Konsumsi Protein... 44

Tingkat Konsumsi Vitamin A ... 44

Tingkat Konsumsi Zat Besi... 46

Kadar Vitamin A Serum... 46

Hubungan Keadaan Sosial Ekonomi dengan Konsumsi Zat Gizi... 48

Hubungan Keadaan Sosial Ekonomi dengan Kadar Vitamin A Serum ... 49

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kadar Vitamin A Serum ... 50

Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Kadar Vitamin A Serum ... 50

Faktor-fakor yang Berpengaruh terhadap Kadar Vitamin A Serum ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 53

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Estimasi angka kecukupan energi, protein dan lemak ... 5

2. Kecuk upan rata-rata dan tingkat asupan yang aman untuk vitamin A (µg RE)... 13

3. Angka kecukupan vitamin A untuk orang Indonesia dibandingkan sumber lain (µg RE/hari) ... 14

4. Jenis dan cara pengumpulan data penelitian ... 20

5. Kategori dan variabel data... 20

6. Sebaran ibu hamil menurut umur ... 26

7. Sebaran ibu hamil menurut tinkat pendidikan... 26

8. Sebaran ibu hamil menurut status pekerjaan ... 27

9. Sebaran kepala keluarga menurut umur ... 28

10. Sebaran kepala keluarga menurut tingkat pendidikan... 28

11. Sebaran kepala keluarga menurut pekerjaan ... 29

12. Sebaran keluarga ibu hamil menurut pendapatan/kap/bln ... 30

13. Sebaran keluarga ibu hamil menurut pengeluaran pangan/kap/bln ... 30

14.Sebaran keluarga ibu hamil dan kepala keluarga menurut jumlah anggota keluarga ... 31

15.Sebaran ibu hamil menurut pengetahuan gizi ... 32

16.Persentase ibu hamil yang menjawab pertanyaan dengan benar... 32

17.Seabaran ibu hamil menurut usia kehamilan... 33

18.Sebaran ibu hamil menurut paritas ... 33

19.Sebaran ibu hamil menuut jarak kehamilan ... 34

20.Sebaran ibu hamil menurut jumlah keguguran ... 34

21.Sebaran ibu hamil menurut jenis sakit dan rata-rata lama sakit ... 34

22.Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan dalam sehari... 35

23.Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan sumber karbohidrat ... 36

(13)

25.Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan sumber

protein nabati ... 38

26.Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi sayuran... 39

27.Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi buah ... 40

28.Sebaran ibu hamil menurut kebiasaan minum susu ... 40

29.Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat konsumsi zat gizi ibu hamil... 42

30.Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ... 45

31.Sebaran ibu hamil menurut kategori kadar vitamin A ... 46

32.Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi zat gizi ... 49

33.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar vitamin A serum... 50

34.Hasil uji regresi faktor- faktor yang mempengaruhi kadar vitamin A serum ... 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pola konsumsi pangan kaitannya dengan kadar

serum vitamin A pada ibu hamil ... 17 2. Cara penarikan ibu hamil dalam penelitian secara purposive ... 19

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis deskriptif statistik ... 60 2. Uji korelasi antara keadaan sosial ekonomi dengan

konsumsi zat gizi ... 61 3. Uji korelasi antara keadaan sosial ekonomi dengan

kadar vitamin A serum ... 61 4. Uji korelasi antara pengetahuan gizi dengan

kadar vitamin A serum ... 61

5. Uji korelasi antara pola konsumsi pangan dengan

kadar vitamin A serum ... 61

6. Uji regresi linear berganda ... 62

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Tinggi rendahnya kualitas hidup dan kehidupan masyarakat

dapat diukur dengan berbagai indikator yang secara makro sering dikenal dengan indikator kesejahteraan rakyat (Syarif, Rustiawan & Julita 1992).

Menurut Syarif, Rustiawan dan Julita (1992) status gizi masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu indikator kualitas hidup, karena status gizi dapat

dipandang sebagai muara atau resultanta dari berbagai faktor sosial, ekonomi dan budaya yang satu sama lain saling berkaitan. Rendahnya status gizi masyarakat bersifat multidimensional yang biasanya disebabkan oleh keterbelakangan ekonomi, sosial dan budaya.

Pada saat ini pembangunan Indonesia memerlukan manusia- manusia yang

berkualitas. Karena pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan kualitas manusia tersebut diperlukan berbagai upaya yang sebaiknya sedini mungkin sejak dalam kandungan sampai lahir dan tumbuh

menjadi dewasa.

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas

sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Kondisi janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu termasuk kesehatan

fisik dan mental saat mengandung.

Status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya upaya peningkatan

kualitas sumberdaya manusia. Salah satu faktor yang berkaitan erat dengan peningkatan sumberdaya manusia adalah faktor pangan dan gizi. Perbaikan

(17)

Konsumsi pangan merupakan faktor yang secara langsung berpengaruh

terhadap status gizi. Rendahnya konsumsi pangan atau kurang seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, terjadinya penyakit defisiensi zat gizi dan atau lemahnya daya

tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta menurunnya aktivitas dan produktifitas kerja.

Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena (1) penelitian telah membuktikan bahwa perkembangan otak dimulai pada masa utero dan meningkat pesat pada trimester kedua dan ketiga kehamilan (Dhopeshwarker 1983 diacu dalam Sayuti 2002), (2) bayi yang lahir dari ibu menderita defisiensi zat gizi mempunyai resiko lebih besar mengalami

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai resiko yang lebih besar menderita meninggal pada usia 1 tahun, dan kalaupun mampu bertahan mempunyai resiko ya ng lebih besar menderita penyakit degeneratif pada usia yang relatif muda dibandingkan bayi lahir dengan berat normal (Barker 1993 diacu dalam Sayuti 2002).

Peranan vitamin A sebagai suatu zat gizi yang sangat dibutuhkan telah dikenal secara umum. Pertumbuhan badan, terutama integritas beberapa jaringan

sangat dipengaruhi oleh adanya vitamin A. Selain itu vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi (Husaini 1982).

Salah satu masalah gizi yaitu banyaknya ibu hamil yang menderita kurang gizi seperti kurang vitmin A. Keadaan ini dapat mengakibatkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dari pada berat badan normal yaitu kurang

dari 2.5 kg. Selain itu ibu hamil yang kurang vitamin A dapat menyebabkan retardasi janin dan kelahiran sebelum waktunya.

(18)

Tujuan Tujuan Umum :

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keterkaitan antara pola konsumsi pangan dengan kadar vitamin A serum pada ibu hamil.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu hamil.

2. Mengkaji pola konsumsi pangan ibu hamil.

3. Menganalisis kadar vitamin A serum pada ibu hamil.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan gizi dan pola konsumsi pangan terhadap kadar vitamin A serum ibu hamil.

Hipotesa

1. Terdapat hubungan antara keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil dengan

konsumsi pangan ibu hamil.

2. Konsumsi pangan berpengaruh secara positif terhadap kadar serum vitamin A pada ibu hamil.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi masyarakat dalam memahami pentingnya vitamin A bagi ibu hamil sehingga

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi pada saat masa janin dalam kandungan. Dengan demikian,

jika keadaan dan status gizi ibu hamil baik maka janin yang dikandungnya akan baik juga dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan lebih terjamin

(Djalal 1998).

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai kelahiran antara 279 hari

sampai 282 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir dan tidak lebih dari 300 hari (42 minggu) (Kochenour 1994 diacu dalam Sayuti 2002). Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan mature atau aterm (lahir cukup bulan). Kehamilan lebih 43 minggu disebut kehamilan post mature, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan preterm atau lahir kurang bulan

(Wiknjosastro et al. 1992 diacu dalam Sayuti 2002).

Kehamilan dibagi dalam tiga tahap yaitu trimester pertama (0-12 minggu), tahap ini merupakan masa penyesuaian terhadap kehamilan, terjadi perubahan hormonal dan emosi yang berakibat pada penurunan selera makan. Pada tahap ini pertumbuhan janin berlangsung lambat sehingga kebutuhan zat gizi pada masa ini

relatif kecil. Rata-rata peningkatan berat badan ibu hamil pada trimester I

di Bogor adalah 1 kg (Husaini & Husaini 1985 diacu dalam Sayuti 2002). Roso (1990) diacu dalam Mutiara (2003) menyatakan bahwa selama 12 minggu

usia kehamilan, konsumsi pangan ibu hamil adalah seperti pada waktu pre-hamil, namun pada kebanyakan wanita justru selera makan meningkat dan jumlah pangan yang dimakan lebih banyak dibandingkan sebelum hamil. Faktor yang

mempengaruhi konsumsi pangan ibu selama hamil adalah hormon plasenta, penggunaan zat gizi oleh janin, energi yang dikeluarkan untuk pertambahan berat

badan dan pengurangan aktivitas fisik.

Trimester II (12-28 minggu), pada masa ini pertumbuhan janin berlangsung

(20)

pertumbuhan bayi tidak secepat trimester II, namun lebih cepat dari trimester I.

Rata-rata penambahan berat badan ibu hamil di trimester III adalah 3.8 kg.

Selama kehamilan kebutuhan gizi ibu meningkat karena terjadi peningkatan beberapa komponen dari jaringan ibu seperti cadangan lemak, darah, uterus

dan kelenjar susu, serta komponen janin seperti janin, ketuban dan plasenta. Peningkatan berat total ibu hamil adalah 12.5 kg. Kebutuhan gizi yang meningkat

tersebut digunakan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin bersama-sama dengan perubahan-perubahan yang berhubungan pada struktur dan metabolisme yang terjadi pada ibu (As’ad 2002). Berikut ini merupakan estimasi angka kecukupan energi dan protein dari ibu hamil (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Tabel 1 Estimasi angka kecukupan energi, protein

Umur AKE (kkal/hr) AKP (g) Sumber : Hardinsyah & Tambunan (2004)

Karakteristik Sosial Ekonomi Umur

Setiap individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Konsumsi

makanan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada masa kanak-kanak, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan

pada masa remaja. Kemudian dengan pertambahan umur, jumlah energi tersebut akan meningkat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun jumlah

(21)

Tingkat Pendidikan

Tingkatan pendidikan dapat dijadikan sebagai cerminan keadaan sosial ekonomi di dalam masyarakat (Hidayat 1990 diacu dalam Rahmadi 2002). Menurut Sariningrum (1990) diacu dalam Rahmadi (2002), tingkat pendidikan

istri selain merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga.

Pendidikan ibu merupakan faktor yang penting yang berkaitan dengan tingkat perawatan kesehatan, higiene, kesadaran terhadap keluarga. Ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah tangga. Tingkat pendidikan ibu dapat menentukan sikap, pengetahuan dan keterampilannya dalam menentukan makanan keluarga (Kardjati, Alisyahbana & Kusin 1985 diacu dalam Rahmadi 2002).

Pekerjaan dan Pendapatan Keluarga

Jenis pekerjaan yang dilakukan individu akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diterima, kemampuan individu dalam penyediaan bahan pangan dalam jumlah yang cukup dipengaruhi oleh pendapatan dan daya beli yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan secara tidak

langsung melalui pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan individu (Suhardjo 1989).

Di negara-negara berkembang, orang yang miskin atau berpenghasilan rendah lebih cenderung membelanjakan pendaptannya untuk makan. Sehingga

tingkatan pendapatan seseorang dapat menentukan pola makanan yang dikonsumsi (Berg 1986). Pendapat lainnya menyatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan kuantitas dan kualitas

makanan. Dan jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi yang didorong oleh pendapatan yang meningkat, dimana peningkatan pendapatan akan

memperbaiki kesehatan dan gizi.

(22)

yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya,

rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari 3 kali menjadi 2 kali dalam sehari. Selain itu, masyarakat

berpendapatan rendah juga akan mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang seperti

mengkonsumsi tahu dan tempe sebagai pengganti daging.

Jumlah anggota keluarga

Konsumsi pangan dalam keluarga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor non ekonomi diantaranya adalah jumlah anggota keluarga, komposisi umur dalam keluarga, pendidikan ibu rumah tangga dan pekerjaannya (Husaini 1989).

Menurut Sanjur (1982) besarnya keluarga dapat mempengaruhi belanja pangan. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan ibu tentang gizi adalah apa yang diketahui ibu tentang makanan sehat, makanan sehat untuk golongan usia tertentu (misal anak, ibu hamil dan ibu

menyusui) dan cara ibu memilih, mengolah dan menyiapkan makanan dengan benar. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan makanan akan mempengaruhi perilaku pemilihan makanan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan (Notoatmodjo & Solita 1985).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang akan berpengaruh pada keadaan gizi

seseorang. Pendidikan formal seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan gizinya, seseorang yang mempunyai pendidikan formal yang tinggi diharapkan

mempunyai pengetahuan yang tinggi pula (Pranadji 1988). Oleh karena itu pengetahuan gizi memiliki peran penting. Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu 1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan

(23)

tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi dan 3) ilmu gizi memberikan

fakta- fakta yang perlu sehingga penduduknya dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi (Harper, Deaton & Driskel 1986).

Riwayat Kesehatan Kehamilan dan Penyakit Infeksi Paritas

Paritas atau frekuensi kehamilan merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang termasuk dalam kelompok resiko obstetrik. Beberapa ahli

mengemukakan bahwa karakteristik ibu hamil dapat dibedakan menurut dua golongan at risk (faktor resiko) yaitu resiko sosio demografi dan resiko obstetrik (Husaini 1990).

Resiko sosio demografi dibagi dalam sub-sub bagian 1) umur ibu dan nomor urut anak yang dilahirkan, 2) pendidikan ibu, 3) status ibu, 4) status ekonomi dan

5) perokok berat atau pecandu narkotika. Sedangkan resiko obstetrik dibagi dalan sub-sub bagian yaitu 1)riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat pemeriksaan, 2) riwayat kesehatan selama kehamilan, 3) keadaan pada waktu melahirkan dan 4) keadaan gizi ibu.

Pemeliharaan Kesehatan dan Kehamilan

Pemeliharaan kesehatan selama kehamilan dapat dilakukan melalui

perawatan diri/kehamilan dan pemeriksaan kehamilan. Hal ini merupakan salah satu tindakan penting dalam menjaga kesehatan dan menjegah kesakitan serta kematian selama hamil. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga bertujuan untuk mempersiapkan kondisi ibu sehingga dapat melalui proses persalinan dengan selamat dan dapat melahirkan bayi dengan selamat.

Pemeliharaan kesehatan selama kehamilan dapat dilakukan melalui 1) perawatan diri yang terdiri dari perawatan payudara, minum jamu tradisional,

minum susu khusus ibu hamil, minum tablet besi, minum vitamin/mineral dan senam hamil; 2) pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan;

(24)

Penyakit Infeksi

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, yaitu 1) penyebab penyakit, 2) manusia sebagai tuan rumah dan 3) lingkungan hidup. Gangguan keseimbangan antara ketiga faktor tersebut menyebabkan timbulnya suatu

penyakit. Penyebab penyakit dapat digolongkan menjadi dua yaitu golongan exogen meliputi bibit penyakit, zat kimia, trauma, makanan, keadaan ekonomi,

keadaan sosial dan mental; golongan endogen meliputi habitus, penyakit turunan dan faktor usia (Entjang 1993).

Sifat bibit penyakit yang menyerang amat menentukan berat ringannya suatu penyakit yang diderita seseorang. Lumenta (1989) menjelaskan bahwa pada umumnya penyakit dituliskan sebagai suatu penyimpangan biologis pada tubuh manusia yang kemasukan bioorganisme atau agent lain yang dipengaruhi oleh

prinsip dan proses biologis. Banyak jenis penyakit merupakan akibat cara hidup manusia dan akibat hidup manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi manusia dan dari sinilah berkembang berbagai agent penyakit.

Pola Konsumsi

Pangan bagi makhluk hidup umumnya manusia khususnya merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup serta

melaksanakan kewajiban-kewajiban hidup. Tetapi berbeda dengan kebutuhan hidup yang lain, kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya. Baik kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan, terutama apabila dialami dalam jangka waktu lama, akan berdampak buruk pada kesehatan (Muhilal et al. 1989). Manurut Sediaoetama (2000), konsumsi makanan adalah jumlah makanan yang

dinyatakan dalam bentuk energi dan zat gizi. Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan

masalah gizi. Konsumsi makanan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang.

Makanan sehari- hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, sehingga tidak memadai jumlah dan mutu maka tubuh akan

(25)

Pada masa hamil kebutuhan zat gizi pada wanita meningkat karena

metabolisme meningkat dan konsumsi makanan juga meningkat untuk kebutuhan diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan ASI. Setiap hari ibu hamil harus makan 1-2 piring nasi lebih banyak dari keadaan tidak hamil. Hal ini dilakukan

dengan cara meningkatkan frekuensi makan atau dengan menambah jumlah makanan setiap kali makan. Seperti halnya dengan ibu yang tidak hamil, ibu hamil

juga membutuhkan menu yang seimbang, yaitu menu yang lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menu seimbang adalah menu yang mengandung energi, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam porsi yang sesuai.

Pola konsumsi pangan individu atau keluarga dapat berfungsi sebagai cerminan dari kebiasaan makan individu atau keluarga. Frekuensi makan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi makan ini bisa

menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Makan makanan yang beranekaragam relatif akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan ibu hamil (Khomsan 1993 diacu dalam Chairunita 2003).

Pola konsumsi pangan disusun berdasarkan data jenis bahan makanan, frekuensi makan dan berat bahan makanan yang dimakan. Semakin sering suatu

pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan yang bersangkutan dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam konsumsi pangan

individu atau keluarga (Suhardjo 1989).

Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pada penilaian secara kualitatif data yang dikumpulkan lebih

menitikberatkan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kebiasaan makan seperti frekuensi makan, frekuensi menurut jenis makanan yang dikonsumsi

(26)

tersebut dibandingkan dengan standar yang dianjurkan (Hardinsyah &

Martianto 1989).

Sifat, Fungsi dan Sumber Vitamin A

Vitamin A adalah penting untuk manusia, karena vitamin A tidak dapat disintesis di dalam tubuh. Vitamin A biasanya didapatkan dari makanan sehari

hari sebagai vitamin A atau sebagai karoten atau campuran dari keduanya. Di Indonesia, sebanyak 80 persen konsumsi vitamin A berasal dari karoten dan

hanya 20 persen yang berasal dari hewani (Directorate of Nutr. And Helen Keller Int. 1980 diacu dalam Husaini 1982).

Vitamin A memiliki sifat seperti vitmin D, E dan K bersifat larut dalam

lemak, lebih relatif tahan terhadap panas, asam dan alkali, namun mudah terbakar dan rusak oleh sinar ultraviolet atau oksidasi. Vitamin A disimpan di dalam tubuh

terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah untuk kemudian digunakan oleh seluruh sel-sel epitel tubuh (Arisman 2002). Menurut sumbernya vitamin A terdiri dari dua macam yaitu retinol dan karotenoid (provitamin A). Vitamin A terdapat dalam beberapa bentuk yaitu vitamin A alkohol (retinol), vitamin A aldehid (retinal), vitamin A asam (asam retinoat) dan vitamin A ester (ester retinin) (Winarno 1992).

Ada empat fungsi utama vitamin A yaitu penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan reproduksi (Linder 1992 diacu dalam Sayuti 2002). Sedangkan menurut Brody (1994) diacu dalam Sayuti (2002), fungsi vitamin A terbagi menjadi tiga kelas yaitu mendorong diferensiasi sel epitel, mendorong kelangsungan hidup dan sistem reproduktif, serta utilisasi siklus penglihatan.

Oleh karena itu vitamin A penting untuk kehamilan yang baik dan dapat disuplai dari ibu ke janinnya.

Fungsi yang paling dikenal dari vitamin A adalah peranannya dalam penglihatan. Bentuk retinal dari vitamin A diperlukan oleh mata untuk transduksi

cahaya menjadi sinyal-sinyal syaraf yang diperlukan untuk penglihatan. Bentuk asam retinoat diperlukan untuk mempertahankan diferensiasi kornea dan membran konjugtiva, sehingga mencegah xerophthalmia dan untuk photoreseptor

(27)

dan reseptor retinoid X dalam nukleus, mengatur ekspresi berbagai gen yang

mengkode untuk protein struktural, enzim, protein matriks ekstraseluler, retinol binding protein dan reseptor. Selain itu banyak penelitian yang membuktikan bahwa vitamin A mempunyai peran penting terhadap ketahanan penyakit infeksi

(Dhopeshwarker 1983 diacu dalam Mutiara 2003).

Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur perumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan (Anonimous 2006). Asam retinoat juga memainkan peranan penting dalam perkembangan embrio dan terlibat dalam pembentukan tungkai dan lengan, jantung, mata dan telinga. Retinoids penting untuk mempertahankan fungsi kekebalan, yang tergantung kepada diferensiasi dan proliferasi didalam respon terhadap rangsangan

kekebalan. Lebih lanjut, pertumbuhan, diferensiasi dan aktivasi B-limphocite memerlukan retinol. Selain itu vitamin A juga diperlukan dalam homopoesis, pertumbuhan tulang dan untuk fertilitas pada pria dan wanita (Muhilal & Sulaeman 2004).

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terutama

terdapat dalam pangan nabati (Almatsier 2002). Provitamin A didapatkan dari tiga jenis karoten (alpha, beta dan gamma) dan suatu ikatan sejenis crytoxanthin yang

dapat berfungsi sebagai prekursor vitamin A. Karoten yang paling efektif dan penting untuk manusia adalah beta karoten, yaitu yang paling umum dijumpai

sebagai pigmen yang terdapat pada sayuran dan buah (Harper et al. 1985 diacu dalam Juliyanty 1996).

Makanan yang berasal dari hewan merupakan sumber vitamin A yang sudah

jadi (preformed vitamin A) atau retinol, yang kebanyakan berada dala m bentuk retynil ester (Muhilal & Sulaeman 2004). Sumber vitamin A adalah hati, kuning

(28)

Kecukupan Vitamin A

Banyak sekali keadaan yang mempengaruhi satatus vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang terpenting ialah kecukupan asupan vitamin A dan provitamin A. Asupan yang dianjurkan setidaknya sebesar 180-450 ug retinol atau

kesetaraan retinol (RE) sehari, bergantung pada usia, jenis kelamin serta keadaan fisiologis (Arisman 2002). FAO/WHO (2001) diacu dalam Muhilal dan

Sulaeman (2004) mempunyai dua level rekomendasi yang berdasarkan kepada kebutuhan rata-rata dan tingkat asupan yang aman.

Tabel 2 Kecukupan rata-rata dan tingkat asupan yang aman untuk vitamin A (µg RE)

Kelompok Usia Kecukupan rata-rata Tingkat asupan aman yang dianjurkan Sumber : FAO/WHO (2001)

Angka kecukupan vitamin A adalah jumlah vitamin A yang harus dikonsumsi per hari untuk mempertahankan status vitamin A pada level

memuaskan atau cukup (Muhilal & Sulaeman 2004). Angka kecukupan vitamin A rata-rata yang dianjurkan dinyatakan dalam Retinol Ekivalen (RE). Satu RE setara

dengan 1 mikrogram retinol 6 mikrogram beta karoten atau 12 mikrogram karoten campuran (Muhilal et al. 1989). Berdasarkan berbagai data yang dikumpulkan dan

(29)

Tabel 3 Angka kecukupan vitamin A untuk orang Indonesia dibandingkan sumber

a) Dietary Reference Intakes, Institute of Medicine, 2002 b)

Recommended Nutrient Intakes, FAO/WHO, 2001 c)

Recommended Energy and Nutrient Intakes, Food & Nutrition Research Institute, Philippines, 2002

d)

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004

Pada orang yang mempunyai status vitamin A baik konsentrasi vitamin A dalam liver minimal 20 µg/dl. Penggunaan setiap harinya sekitar 0.5 persen dari persediaan tersebut. Untuk vitamin A yang memadai adalah yang 50 persennya dapat disimpan. (Olson 1987 diacu dalam Muhilal et al. 1989).

Menurut Sediaoetama (1987), kadar vitamin A total dalam darah seseorang dalam keadaan normal adalah sebesar 30 µg/dl. Kadar 20-30 µg/dl masih disebut

(30)

kondisi hipovitaminosis, sedangkan kadar di bawah 10 µg/dl sudah dianggap

avitaminosis. Pendapat lain menyatakan bahwa status vitamin A diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu 1) defisiensi (< 10 µg/dl), 2) marginal (10-20 µg/dl),

3) cukup (20-50 µg/dl), 4) berlebih (50-70 µg/dl) dan 5) toxic (>70 µg/dl)

(Olson 1994).

Defisiensi Vitamin A

Defisiensi/kurang vitamin A dapat terjadi bila diit secara konsisten rendah

vitamin ini atau secara tanpa sengaja hilang dari saluran pencernaan atau terlarut dalam lemak yang tidak dicerna. Tiap penyakit yang menyebabkan malabsorpsi lemak dapat menyebabkan defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A juga dapat

terjadi bila seseorang makan diit yang sangat rendah lemak yang menyebabkan penyerapan vitamin A terganggu (Muhilal & Sulaeman 2004).

Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan melahirkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran napas, kencing dan cerna (Arisman 2002). Kekurangan vitamin A terjadi dengan tanda-tanda yang terlihat bila simpanan dalam tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunan dalam tubuh,

kebutuhan yang meningkat atau karena ganggun pada konversi karoten menjadi vitamin A (Almatsier 2002). Siagian (2003) juga menyatakan bahwa, penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A (preformed retinol) atau prekusor vitamin A yang tidak mencukupi peningkatan kebutuhan vitamin A pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu, penyerapan yang kurang kehilangan

karena diare sering merupakan penyebab kekurangan vitamin A.

Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan mobilisasi cadangan Fe di dalam

tubuh akan turun, sehingga sintesa Hb akan turun. Vitamin A berperan dalam memobilisasi cadangan Fe dalam tubuh untuk dapat mensintesa Hb. Apabila

jumlah vitamin A di dalam tubuh kurang, akan mempengaruhi status besi

dengan menghambat penggunaan besi pada proses erythropoesis (Setiyobroto et al. 2004). Defisiensi vitamin A pada ibu hamil mengakibatkan

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil harus memiliki mutu gizi yang

baik, karena ibu yang hamil membutuhkan makanan yang jumlahnya cukup untuk dua orang, yaitu untuk kebutuhannya sendiri dan untuk janin yang dikandungnya. Bila asupan zat gizi ibu hamil kurang, maka akan berkaitan dengan

ketidaksempurnaan kehamilan, kelahiran bayi prematur dan mortalitas neonatal. Frekuensi, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan

beperan dalam menentukan jumlah zat- zat gizi yang dikonsumsi. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dari suatu makanan akan berperan dalam menentukan tingkat

konsumsi ibu hamil, termasuk tingkat konsumsi vitamin A, sehingga dapat diketahui jika seorang ibu hamil mengalami kekurangan vitamin A.

Kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan agar seorang sehat. Apabila jumlah vitamin A yang dikonsumsi kurang dari kecukupan, maka akan mengakibatkan defisiensi vitamin A. Untuk

mengetahui kecukupan vitamin A ibu hamil perlu diketahui besarnya tingkat konsumsi makanan sumber vitamin A ibu hamil melalui pola konsumsi makannya.

Pendidikan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kualitas gizi yang dikonsumsi. Tingkat pendidikan ibu hamil akan menentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya dalam menentukan makanan yang berpengaruh terhadap

status vitamin A nya. Pengetahuan ibu hamil juga mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan status

vitamin A ibu hamil.

Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap belanja pangan. Jika jumlah anggota keluarga bertambah maka pangan untuk ibu yang sedang hamil berkurang

sehingga dapat menimbulkan kadar vitamin A serum (status vitamin A) ibu hamil rendah.

Besarnya pendapatan keluarga akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan oleh keluarga. Peningkatan pendapatan akan

(32)

Keterangan :

= variabel utama = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Penelitian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Serum Vitamin A pada Ibu Hamil

Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi Makanan : - Jenis dan jumlah - Frekuensi

Tingkat konsumsi (energi, protein, Vit A dan zat besi)

Faktor Lain : - Kebiasaan makan - Budaya

- Ketersediaan pangan

Kadar Vitamin A Serum

Status Vitamin A Penyakit

Infeksi

Berat Bayi Lahir BBLR/BBLC Sanitasi

Lingkungan

Riwayat kehamilan : - Paritas

- Pemeriksaan Pengetahuan gizi

Keragaan Sosial Ekonomi

Jumlah anggota keluarga Tingkat

pendidikan

(33)

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Penelitian ini merupakan bagian dari program Pemberian Makanan

Tambahan (Feeding Program) bagi ibu hamil yang merupakan kerjasama antara Departemen Gizi Masyarakat, Depatemen Ilmu dan Teknologi Pangan serta Southeast Asia Food and Agricultural Science & Technologi (SEAFAST)

Center IPB. Penelitian ini dilakukan dengan desain bersifat cross sectional study. Penelitian bagian ini berlangsung selama empat bulan, mulai dari bulan Desember

2005 hingga bulan Maret 2006.

Tempat penelitian yang dipilih yaitu desa yang berada di kecamatan

kabupaten Bogor. Alasan pemilihan tempat penelitian didasarkan atas hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga diketahui bahwa sejak tahun 1980 hingga tahun 1995, Jawa Barat merupakan propinsi dengan AKB (Angka Kematian Bayi) yang

tertinggi di pulau Jawa, serta menempati urutan keempat dari seluruh propinsi Indonesia, selain itu AKI (Angka Kematian Ibu) Jawa Barat 321 per 100 000

kelahiran hidup (BPS 2003). Dari 13 kabupaten di propinsi Jawa Barat, AKB di kabupaten Bogor masih tinggi yaitu 68 per 1000 kelahiran hidup. Kecamatan

Ciampea merupakan kecamatan terpilih dengan delapan desa yaitu desa Cibanteng, Ciampea, Benteng, Bojongrangkas, Ciampea udik, Cibuntu, Cicadas

dan Cibadak.

Teknik Penarikan dan Ukuran Contoh

Populasi penelitian adalah ibu hamil yang bertempat tinggal di daerah tempat penelitian. Contoh penelitian dipilih secara purposive dengan kriteria

umur ibu hamil 18-35 tahun, usia kehamilan 2-5 bulan, anak yang dikandung merupakan kehamilan anak pertama hingga kelima, kond isi ibu hamil sehat atau

tidak berpenyakit kronis, tidak merokok atau tidak minum minuman alkohol dan bersedia menandatangani kesediaan mengikuti penelitian setelah diberi penjelasan (informed consent). Pemilihan dilakukan melalui sensus ibu hamil. Nama dan

alamat ibu hamil diperoleh dari kader posyandu, bidan desa, ketua RT/RW di desa setempat. Ukuran contoh yang dipilih sebanyak 64 yang tersebar di beberapa desa

(34)

Kabupaten Bogor

Kecamatan Ciampea

Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Cibanteng Ciampea Benteng Bojongrangkas Ciampea udik Cibuntu Cicadas Cibadak

3 10 6 3 12 15 8 7

Gambar 2 Cara penarikan contoh penelitian secara purposive

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan dan status pekerjaan), karakteristik keluarga (umur kepala keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran pangan perkapita perbulan keluarga serta jumlah anggota keluarga), pengetahuan gizi, data pola konsumsi pangan, data konsumsi pangan dan kadar vitamin A serum ibu hamil. Data karakteristik ibu hamil dikumpulkan melalui wawancara

dengan menggunakan kuesioner.

Data pola konsumsi pangan merupakan data frekuensi pangan yang dikonsumsi contoh yang juga diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan food frequency questionare (FFQ). Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui pencatatan konsumsi pangan dengan metode 2 x 24 - hours food recall. Saat wawancara ibu hamil ditanyakan konsumsi makannya baik jenis maupun jumlah

makanan selama 2 x 24 jam sebelumnya yang disertai ukuran rumah tangga (URT). Data asupan makanan tersebut digunakan untuk mengestimasi asupan zat

gizi seperti energi, protein, vitamin A dan zat besi.

Data kadar vitamin A serum diperoleh melalui pemeriksaan darah ibu hamil oleh tim medis puslitbang gizi yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel

darah ibu hamil sebanyak 5 ml. Sampel darah diambil dari pembuluh darah vena yang berada pada daerah lipatan siku. Kemudian dianalisis dengan menggunakan

(35)

gambaran umum lokasi penelitian yang dikumpulkan dari kantor kecamatan dan

puskesmas.

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian

Jenis data Variabel Metode

Primer Karakteristik ibu hamil

Karakteristik keluarga Pengetahuan gizi Pola konsumsi pangan Konsumsi makanan Kadar vitamin A serum

Wawancara

Sekunder Demografi, sarana dan

prasarana

Catatan tertulis (Kantor kecamatan Ciampea dan puskesmas)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi editing kuesioner, coding, entry data dan analisis

data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 13.0. Data karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan dan status pekerjaan) dan karakteristik keluarga (umur kepala keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran pangan perkapita perbulan serta jumlah anggota keluarga) dianalisis secara deskriptif. Data karakteristik ibu hamil, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan kadar vitamin A serum dikategorikan seperti pada tabel 5.

Tabel 5 Kategori dan variabel data

No Variabel Kategori

1 Umur contoh 19-20 tahun

21-35 tahun

2 Umur kepala keluarga 20-29 tahun

30-39 tahun 40-47 tahun

3 Tingkat pendidikan SD-tidak tamat : < 6 tahun SD-tamat : 6 tahun

SMP-tidak tamat : 7-8 tahun SMP-tamat : 9 tahun

SMA-tidak tamat : 10-11 tahun SMA-tamat : 12 tahun

PT : > 12 tahun

4 Pekerjaan Pegawai negeri/ABRI

Wiraswasta Petani Pedagang Karyawan pabrik

(36)

Tabel lanjutan

No Variabel Kategori

5 Pendapatan/kap/bln Miskin < Rp 117 259 Tidak miskin > Rp 117 259 (Susenas 2005)

6 Pengeluaran pangan/kap/bln 60 000

60 000 – 79 999 10 Tingkat konsumsi energi dan

protein

Kurang < 70% AKG Cukup = 70% AKG (Latief et al 2000) Tingkat konsumsi vitamin dan

mineral

Defisit tingkat berat < 70% Defisit tingkat sedang 70-79% Defisit tingkat ringan 80-89% Cukup atau normal 90-119% Di atas kecukupan > 120% (Direktorat Bina Gizi 1996) 11 Kadar vitamin A serum Marginal 10-20 µg/dl

Cukup 20-50 µg/dl Berlebih 50-70 µg/dl (Olson 1991 & Olson 1994)

Data pendidikan yang diukur meliputi lama pendidikan (dalam tahun) dan

jenjang pendidikan (tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA dan perguruan tinggi). Data pendapatan dibagi menjadi dua kategori yaitu pendapatan < Rp 105 588 perkapita perbulan dan pendapatan > Rp 105 588 perkapita perbulan. Data jumlah anggota keluarga dikategorikan menjadi keluarga besar bila jumlah anggota keluarga = 7 orang, keluarga sedang bila jumlah anggota keluarga 5 - 6 orang dan keluarga kecil bila jumlah anggota keluarga = 4 orang.

(37)

Data pengetahuan gizi ibu hamil dilakukan dengan cara memberikan skor

pada 10 pertanyaan, skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Jumlah skor dihitung lalu dibagi total skor kemudian dikali 100% hasilnya dikelompokkan menjadi tiga, yait u kurang (< 60%), sedang (60-80%) dan baik

(> 80%) (Khomsan 2000).

Data konsumsi pangan ibu hamil diperoleh dengan recall 2x24 jam, data

yang terkumpul diolah dengan menggunakan Nutrisoft. Untuk rata-rata konsumsi perorang perhari dihitung dengan cara menjumlahkan konsumsi hari pertama dan hari kedua dibagi dua kemudian diterjemahkan kedalam bentuk tingkat konsumsi zat gizi (energi, protein, vitamin A, dan zat besi).

Tingkat konsumsi zat gizi dihitung dengan membandingkan konsumsi aktual dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan menurut

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Tingkat konsumsi energi dan protein digolongkan dalam dua kategori (Latief et al 2000) yaitu kurang (< 70% AKG) dan cukup (= 70% AKG), sedangkan tingkat konsumsi vitamin A dan zat besi digolongkan dalam lima kategori (Direktorat Bina Gizi 1996) yaitu defisit tingkat berat jika tingkat konsumsi < 70%, defisit tingkat sedang jika tingkat konsumsi

70-79%, defisit tingkat ringan jika tingkat konsumsi 80-89%, normal atau cukup jika 90-119% dan di atas kecukupan jika > 120%. Untuk menghitung tingkat

konsumsi zat gizi digunakan rumus sebagai berikut. TKG = KG/AKG x 100%

Keterangan :

TKG = tingkat konsumsi gizi KG = konsumsi zat gizi

AKG = angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Data kadar vitamin A serum diperoleh dari pemeriksaan sampel darah.

(38)

Statistik dasar, seperti rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standar

deviasi (SD) juga akan diketahui dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan keadaan sosial ekonomi dengan konsumsi zat gizi, hubungan antara pengetahuan

gizi dan hubungan pola konsumsi pangan dengan kadar vitamin A serum. Sedangkan uji Regresi Linear Berganda (backward) digunakan untuk mangetahui

faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kadar vitamin A serum. Model regresi didefinisikan dalam persamaan berikut :

Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6X6 + ß7X7 + ß8X8 + e Keterangan :

Y = Kadar vitamin A serum ß0 = Intercept

ß1,..., ß7 = Regression coefficient X1 = Tingkat pendapatan

X2 = Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan X3 = Tingkat konsumsi energi

X4 = Tingkat konsumsi protein

X5 = Tingkat konsumsi vitamin A X6 = Tingkat konsumsi zat besi

X7 = Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A nabati X8 = Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A hewani

e = Galat

Definisi Operasional

Ibu hamil adalah wanita yang sedang mengandung dengan kondisi sehat atau tidak berpenyakit kronis, tidak merokok atau minum minuman alkohol.

Pendidikan ibu adalah jumlah tahun pendidikan yang pernah ditempuh oleh ibu hamil dalam pendidikan formal, kemudian dikategorikan berdasarkan tidak

sekolah atau tidak tamat SD, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA dan PT (Perguruan Tinggi).

(39)

Pendapatan/kapita/bulan adalah jumlah modal (uang atau barang) yang diperoleh seluruh anggota keluarga selama satu bulan dan dihitung dalam bentuk uang (rupiah) per orang.

Pengeluaran pangan/kapita/bulan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk konsumsi pangan per orang per bulan.

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang dalam satu rumah yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota lainnya yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga (tinggal dan makan bersama).

Konsumsi makanan adalah jumlah dan jenis makanan yang dimakan oleh ibu hamil, kemudian dikonversikan kedalam bentuk energi, protein, vitamin A dan zat besi per orang per hari, yang diukur dengan menggunakan food recall dan frekuensi makan per jenis bahan pangan selama seminggu

terakhir.

Kecukupan vitamin A adalah jumlah atau banyaknya vitamin A yang harus terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mencapai hidup sehat.

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan ini memiliki luas wilayah seluas 3 234 hektar (ha). Kecamatan Ciampea terbagi menjadi 13 desa

dengan 403 RT dan 92 RW. Batas-batas Kecamtan Ciampea antara lain :

- Sebelah utara : Ranca Bungur

- Sebelah selatan : Tenjolaya

- Sebelah barat : Kecamatan Cibungbulang

- Sebelah timur : Kecamatan Dramaga

Jumlah penduduk total berdasarkan data monograf Kecamatan Ciampea

tahun 2005 adalah 121 828 jiwa dengan jumlah laki- laki 61 400 jiwa dan perempuan 60 428 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Ciampea adalah tidak tamat sekolah (3.87%), tamat SD (55.19%), tamat SLTP (1.01%), tamat SLTA (17.18%), tamat akademi (0.85%) dan tamat PT (0.33%).

Berdasarkan data monograf Kecamatan Ciampea tahun 2005, mata pencaharian penduduk yang utama adalah pedagang sebanyak 10 871 orang,

pengrajin sebanyak 9 737 orang, buruh sebanyak 6 766 orang, petani sebanyak

5 259 orang, pengusaha sebanyak 4 672 orang, pertukangan sebanyak 1 194 orang, PNS sebanyak 944 orang, pengemudi sebanyak 563 orang, TNI/Polri

sebanyak 180 orang dan pekerjaan lainnya sebanyak 1 963 orang. Kecamatan Ciampea memiliki sarana dan prasarana kesehatan sebanyak 145 sarana dan

prasarana yang meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, apotik dan toko obat serta balai pengobatan. Selain itu Kecamatan Ciampea memiliki tenaga

(41)

Karakteristik Ibu Hamil Umur Ibu Hamil

Umur ibu hamil dikategorikan menjadi tiga kelompok menurut sebarannya. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa rata-rata umur ibu hamil sebesar 27.6 tahun,

dengan umur terendah sebesar 19 tahun dan umur tertinggi sebesar 35 tahun. Secara keseluruhan, hampir sebagian ibu hamil (45.3%) berada pada kisaran usia

25-35 tahun dan sebagian besar ibu hamil memiliki umur dengan kisaran usia 21-35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil berada pada usia yang aman atau tidak beresiko untuk hamil.

Tabel 6 Sebaran ibu hamil menurut umur

No Umur (tahun) N %

1 19-24 18 28.1

2 25-30 29 45.3

3 31-35 17 26.6

Total 64 100.0

x ± sd 27.61 ± 4.417

Pendidikan Ibu Hamil

Tingkat pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan yang cukup tentang gizi dan makanan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan dan status gizi individu

(Suhardjo 1989).

Lama tahun belajar ibu hamil berkisar antara 2-15 tahun, dengan rata-rata sebesar 7.6 tahun. Pada Tabel 7 diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu hamil tersebar pada seluruh tingkat pendidikan yang ada. Lebih dari setengah ibu hamil (53.1%) hanya berpendidikan SD. Sisanya tersebar pada tingkat SMP (23.4%) dan SMA (15.6%). Dan hanya terdapat satu ibu hamil yang memiliki tingkat

pendidikan sampai perguruan tinggi, sedangkan sebanyak 4 orang tidak tamat SD. Tabel 7 Sebaran ibu hamil menurut tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan n %

1 SD-Tidak tamat (< 6 tahun) 4 6.3

2 SD-Tamat (6 tahun) 33 51.5

3 SMP-Tidak tamat (7-8 tahun) 1 1.6

4 SMP-Tamat (9 tahun) 15 23.4

5 SMA-Tamat (12 tahun) 10 15.6

6 Perguruan tinggi (> 12 tahun) 1 1.6

Total 64 100.0

(42)

Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil diduga karena akses atau

keberadaan sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai. Selain itu, diduga pula rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil karena tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ketidakmampuan tersebut

sebagai akibat dari besarnya biaya pendidikan atau karena rendahnya pendapatan. Pekerjaan Ibu Hamil

Salah satu alasan yang menjadikan seorang ibu memiliki status pekerjaan adalah untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Hal ini pun terjadi seiring denganadanya kebutuhan ekonomi rumah tangga yang semakin bertambah banyak. Ibu yang memiliki pekerjaan dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga meskipun dalam skala nominal yang kecil.

Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebagian besar ibu hamil (87.5%)

merupakan ibu rumah tangga, yang mengurus rumah tangganya secara penuh. Hanya sebagian kecil yang memiliki pekerjaan, yaitu sebagai pedagang (10.9%) dan satu orang sebagai guru TPA (Tempat Pengajian Anak). Status pekerjaan ibu yang hanya mengurus rumah tangga tentu saja mengakibatkan pendapatan keluarga tidak bertambah.

Tabel 8 Sebaran ibu hamil menurut status pekerjaan

No Pekerjaan n %

1 Tidak bekerja/IRT 56 87.5

2 Pedagang (jamu, sayuran) 7 10.9

3 Guru TPA 1 1.6

Total 64 100.0

Karakteristik Keluarga Ibu Hamil Umur Kepala Keluarga

Umur kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga akan mempengaruhi distribusi pendapatan yang pada akhirnya akan membentuk dan mengindikasikan bagaimana penggunaan pendapatan bervariasi dalam siklus keluarga (Gross & Crondall 1980).

Umur kepala keluarga secara keseluruhan berkisar antara 20-47 tahun

(43)

Tabel 9 Sebaran kepala keluarga menurut umur

No Umur (tahun) n %

1 20-29 17 26.6

2 30-39 36 56.2

3 40-47 11 17.2

Total 64 100.0

x ± sd 33.06 ± 6.20

Pendidikan Kepala Keluarga

Pendidikan dapat dijadikan sebagai cerminan keadaan sosial ekonomi di dalam masyarakat. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lama tahun belajar atau jenis pendidikan yang dialami baik formal maupun

informal.

Gambaran yang tidak jauh berbeda dapat diamati pada tingkat pendidikan

kepala keluarga. Lama tahun belajar kepala keluarga berkisar antara 2-17 tahun, dengan rata-rata sebesar 8.3 tahun. Tabel 10 menyajikan data bahwa tingkat

pendidikan kepala keluarga bervariasi mulai dari tidak tamat SD sampai dengan lulusan Perguruan Tinggi. Hanya saja jumlah yang tidak tamat SD dan lulusan Perguruan Tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Pendidikan kepala keluarga umumnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase (51.6%) kepala keluarga yang hanya berpendidikan tamat SD dan atau

tidak tamat SD. Masih rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga tersebut menunjukkan keadaan sosial yang relatif rendah.

Tabel 10 Sebaran kepala keluarga menurut tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan n %

1 SD-Tidak tamat (< 6 tahun) 8 12.5

2 SD-Tamat (6 tahun) 25 39.1

3 SMP-Tamat (9 tahun) 9 14.1

4 SMA-Tidak tamat (10-11 tahun) 1 1.6

5 SMA-Tamat (12 tahun) 18 28.1

6 PT (< 12 tahun) 3 4.7

Total 64 100.0

x ± sd 8.34 ± 3.33

Pekerjaan Kepala Keluarga

(44)

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa pekerjaan kepala keluarga cukup

beragam. Sebanyak 26.6 persen kepala keluarga bekerja sebagai buruh, sementara sisanya tersebar. Dari keseluruhan kepala keluarga hanya terdapat satu orang yang bekerja sebagai pegawai negeri. Sisanya memiliki pekerjaan yang bervariasi yaitu

wiraswasta (9.4%), petani (3.1%), pedagang (23.4%), karyawan pabrik (15.6%) dan sebanyak 20.3 persen bekerja sebagai supir, tukang ojek, mekanik bengkel,

pemulung dan satpam.

Tabel 11 Sebaran kepala keluarga menurut pekerjaan

No Pekerjaan n %

1 Pegawai negeri/ABRI 1 1.6

3 Wiraswasta 6 9.4

4 Petani 2 3.1

5 Pedagang 15 23.4

6 Karyawan pabrik 10 15.6

7 Buruh (bangunan, dagang dan tani) 17 26.6

8 Lainnya 13 20.3

Total 64 100.0

Pendapatan dan pengeluaran

Salah satu gambaran tingkat ekonomi keluarga adalah besarnya pendapatan atau pengeluaran untuk pangan dan gizi (Suhardjo & Khumaidi 1997). Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Kurangnya pendapatan akan berakibat buruk pada jumlah dan jenis pangan

yang dibeli untuk konsumsi pangan keluarga yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan status gizi (Berg 1986).

Pendapatan keluarga dihitung melalui pendapatan total yang kemudian dihitung menjadi pendapatan perkapita perbulan. Selanjutnya pendapatan perkapita perbulan tersebut dikategorikan menjadi miskin dan tidak miskin

dengan batas kemiskinan untuk masyarakat desa sebesar Rp 117 259 (Susenas 2005). Rata-rata pendapatan perkapita perbulan keluarga ibu hamil

sebesar Rp 148 889,47 dengan pendapatan terendah sebesar Rp 37 500 dan pendapatan tertinggi sebesar Rp 500 000. Secara keseluruhan, lebih dari setengah

(45)

Tabel 12 Sebaran keluarga ibu hamil menurut pendapatan/kapita/bulan

No Tingkat pendapatan/kap/bln n %

1 Miskin (< Rp 117 259) 28 43.8

2 Tidak miskin (= Rp 117 259) 36 56.2

Total 64 100.0

x ± sd 148889.47 ± 88620.51

Besarnya pendapatan perkapita perbulan keluarga mempengaruhi daya beli keluarga terhadap pangan yang berkualitas. Pada umumnya peningkatan pendapatan seseorang cenderung memilih jumlah dan jenis makanan yang beragam. Namun, mutu makanan tidak selalu baik dan juga peningkatan

pendapatan tidak selalu digunakan untuk membeli makanan yang berkualitas dari segi gizi dan kesehatan.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak tidak menjamin konsumsi pangan lebih beragam. Rata-rata pengeluaran pangan perkapita perbulan keluarga ibu hamil sebesar Rp 105 290,79 dengan pengeluaran

terendah sebesar Rp 30 750 dan pengeluaran tertinggi sebesar Rp 304 883 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa pengeluaran pangan perkapita perbulan

keluarga cukup beragam, kurang dari sepertiga keluarga ibu hamil (21.9%) memiliki pengeluaran pangan yang berkisar antara Rp 80 000-Rp 99 999 dan

Rp 100 000-Rp 149 999, sedangkan lainnya tersebar pada kategori lain. Tabel 13 Sebaran keluarga menurut pengeluaran pangan/kapita/bulan

No Tingkat pengeluaran pangan/kap/bln n %

1 < 60 000 13 20.3

2 60 000 - 79 999 11 17.2

3 80 000 - 99 999 14 21.9

4 100 000 - 149 999 14 21.9

5 150 000 - 199 999 9 14.1

6 200 000 - 299 999 2 3.1

7 300 000 - 499 999 1 1.5

Total 64 100.0

x ± sd 105290.79 ± 58291.19

Jumlah anggota keluarga

(46)

penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil dengan jumlah

anggota keluarga lebih kecil atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang denga n jumlah anggota keluarga sebanyak 5-6 orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih besar atau sama dengan 7 orang.

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa hampir sebagian keluarga ibu hamil (48.8%) merupakan keluarga kecil. Secara keseluruhan rata-rata jumlah anggota

keluarga ibu hamil sebanyak 5 orang.

Tabel 14 Sebaran keluarga ibu hamil menurut jumlah anggota keluarga

No Kategori keluarga n %

1 Kecil (= 4 orang) 31 48.4

2 Sedang (5-6 orang) 19 29.7

3 Besar (= 7 orang) 14 21.9

Total 64 100.0

x ± sd 5.08 ± 2.06

Dengan demikian menunjukkan bahwa sebagian keluarga ibu hamil

memiliki satu sampai dengan tiga orang anak. Hal ini diduga berkaitan dengan umur kepala keluarga yang sebagian besar masih berada pada kategori dewasa awal. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et.al 1994). Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1985), pengetahuan gizi memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Gambar

Tabel 1 Estimasi angka kecukupan energi, protein
Tabel 3 Angka kecukupan vitamin A untuk orang Indonesia dibandingkan sumber       lain (µg RE/hari)
Gambar 1 Kerangka Penelitian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar
Gambar 2 Cara penarikan contoh penelitian secara purposive
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secnra wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Reksa Dana Panin Dana Teladan tanggal 31

Disertasi dengan judul Makna Tradisi Gusjigang Pada Rumah Kaum Santri Pedagang di Kota Lama Kudus ini merupakan penelitian tentang kebudayaan masyarakat pada suatu

Untuk mengukur kinerja unit pelayanan pelanggan tersebut, dibutuhkan unsur sebagai acuan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kinerja penyedia layanan publik,

Masalah perekonomian keluarga Bapak Wayan Wijaya adalah jumlah penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya dikarenakan oleh pekerjaan sebagai buruh harian lepas tidak

Untuk meganti penulisan yang salah digunakan fungsi……... Untuk membatalkan suatu perintah

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui bagaimana celebrity endorser berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk pembersih wajah Men’s Biore , (2) untuk

kooperatif dengan tipe NHT (Numbered Head Together). Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam. penyelesaian soal dengan benar.. Peneliti hanya meneliti