• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI PENAWARAN

UBI KAYU DI INDONESIA

Oleh

GINNA AYU PUTERI H14050080

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

GINNA AYU PUTERI. Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia (dibimbing oleh Nunung Nuryartono).

Sektor pertanian masih menjadi sektor yang sangat penting di Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki kelimpahan akan sumberdaya alam. Melihat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), terutama saat terjadi krisis dimana sektor pertanian merupakan sektor yang mampu bertahan, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai sasaran mensejahterakan rakyat, menyediakan pangan dan bahan baku industri lainnya, meningkatkan pendapatan nasional, menyediakan lapangan pekerjaan, menghasilkan devisa serta mempertahankan kelestarian sumberdaya.

Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor dimana sub sektor tanaman pangan menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Selain itu, tanaman pangan juga berperan sebagai penyedia kebutuhan pangan dan gizi. Tanaman yang termasuk dalam sub sektor tanaman pangan adalah padi sebagai komoditi utama yang merupakan tanaman pokok masyarakat Indonesia, dan kemudian jagung, ubi kayu, kedelai dan ubi jalar sebagai tanaman pangan alternatif. Selain perannya sebagai penyedia pangan, beberapa tanaman pangan juga berperan dalam penyedia pakan ternak dan bahan baku industri seperti ubi kayu.

Dengan dikeluarkannya Perpres No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional yang didukung dengan dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 2006, peran sektor pertanian menjadi semakin penting karena komoditi-komoditi pertanian juga berpotensi untuk menjadi bahan baku bahan bakar nabati (BBN) sebagai energi alternatif dimana pada tahun 2025 kontribusinya diharapkan sebesar lima persen lebih. Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk menjadi bahan baku BBN khususnya dalam bentuk bioetanol.

Seiring dengan peranan ubi kayu yang semakin meluas, maka kebutuhan (konsumsi) ubi kayu juga akan semakin besar. Hal ini juga harus diiringi dengan produksi yang semakin meningkat agar kebutuhan ubi kayu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah membahas perkembangan ubi kayu di Indonesia bila dilihat dari sisi produksi dan konsumsi serta akan dibahas pula perkembangan harga ubi kayu. Penelitian ini juga akan menganalisis respon penawaran ubi kayu yang didekati dengan respon luas areal panen dan respon produktivitasnya. Dan kemudian di akhir penelitian ini akan dianalisis mengenai proyeksi penawaran ubi kayu pada tahun 2025.

(3)

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung pertumbuhan dan proyeksi penawaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ubi kayu memiliki tren yang meningkat dalam hal produksi, konsumsi dan harga dimana harga merupakan faktor pembentuk permintaan dan penawaran. Namun peningkatan harga yang terjadi tidak direspon secara baik pleh petani untuk meningkatkan produksinya. Hal ini terlihat dari tren luas areal panen yang menurun dan tren produktivitas yang meningkat secara perlahan, tidak beriringan dengan peningkatan harga ubi kayu yang cukup tajam.

Hasil estimasi respon penawaran ubi kayu menunjukkan bahwa nilai elastistas respon penawaran ubi kayu adalah 0,08634 dalam jangka pendek dan 0,052794 dalam jangka panjang. sehingga dapat disimpulkan bahwa harga ubi kayu bersifat inelastis terhadap penawarannya (produksi) dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan hasil perhitungan proyeksi, penawaran ubi kayu pada tahun 2025 adalah sebesar 9.896.217,338 ton.

(4)

ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI PENAWARAN

UBI KAYU DI INDONESIA

Oleh

GINNA AYU PUTERI H14050080

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPERTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Skripsi : ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI

PENAWARAN UBI KAYU DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ginna Ayu Puteri

Nomor Registrasi Pokok : H14050080

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Nunung Nuryartono, Ph.D

NIP. 19690909 199403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D

NIP 19641023 198903 2 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ginna Ayu Puteri lahir pada tanggal 16 Agustus 1988 di

Bogor, sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara, dari pasangan Lukmono dan Tri Idayani. Jenjang pendidikan penulis

dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Polisi V

Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun

2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 5 Bogor dan lulus pada

tahun 2005. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang

lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor.

Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

dan setahun kemudian setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB),

penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Penulis memilih jurusan Ilmu Ekonomi atas keinginannya sendiri

dimana pertanian merupakan sektor terpenting bagi negara Indonesia yang perlu

didukung dan memberi kontribusi terhadap perekonomian negara.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi HIPOTESA

(Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi) dengan menjadi Staff d’coupies

(division of information, promotion and external relationship) pada periode 2007

sedangkan pada periode 2008, penulis menjadi Ketua Divisi INTEL (Information,

Promotion and External Relationship). Penulis juga aktif mengikuti berbagai

(8)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia”.

Ubi kayu merupakan komoditi tanaman pangan terpenting setelah padi dan

jagung. Oleh karena itu, penelitian mengenai ubi kayu sangat menarik untuk

dilakukan ditambah dengan meluasnya peran ubi kayu sebagai bahan bakar.

Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, doa dan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Nunung Nuryartono, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan ilmu dan nasehat-nasehat yang sangat berguna demi

berkembangnya pemikiran penulis di sela-sela kesibukan beliau yang

sangat luar biasa.

2. Dr. Wiwiek Rindayanti, selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan masukan berupa kritik maupun saran demi berkembangnya

pemikiran penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Jaenal Effendi, MA, selaku dosen komisi pendidikan yang juga telah

memberikan masukan-masukan terkait penulisan dan isi skripsi ini

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

4. Orang tua penulis yaitu Lukmono dan Tri Idayani yang selalu memberikan

doa, semangat, dan perhatian kepada penulis setiap waktu dengan berbagai

cara yang luar biasa. Penulis juga berterimakasih kepada Oldy Erdian

(9)

5. Seluruh keluarga besar Ambran dan Soegianto, yang tentunya selalu

memberikan doa, semangat, nasehat serta menyajikan canda tawa di setiap

pertemuan keluarga yang selalu penulis nantikan.

6. Seluruh tim SRT (Supply Response Team) yaitu Rani, Renny, Joger, Lukman, Thomson, Arum (jarak), Grace, Reza, Acun, Iqbal atas

ilmu-ilmu, informasi, keliling-keliling mencari data

(Deptan-BPS-PSE-InterCAFE-Pancong) serta kerjasamanya selama ini. Dan yang terpenting

adalah rasa terima kasih yang sangat dalam untuk kak Ade dan kak Tony

yang sudah bersedia mendengar keluh kesah kami, juga atas ilmu dan

waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Sahabat-sahabat selama 3 tahun terakhir ini yaitu Inna, Anggi, Riri, Bebeh,

Tyas, Arisa, Dewinta, Adit, Bayu atas perhatian, canda tawa dan

kebersamaan selama tiga tahun bersama di Ilmu Ekonomi. Juga kepada

seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 42 yang tidak bisa disebutkan satu

per satu.

8. Teman-teman yang selalu ada selama hampir tujuh tahun terakhir yaitu

Arditta, Lena, Shiro, Dini, Nia, Thicky, Nkur dan Lukman atas

pertemuan-pertemuan berharga yang hanya sesekali tapi bermakna.

9. Kepengurusan HIPOTESA 2007 dan 2008 terutama untuk semua anggota

d’coupies dan INTEL atas canda tawa, ilmu bermanfaat, doa serta

perhatian selama berada dalam kepengurusan HIPOTESA.

10.Dan yang terkahir adalah kepada seluruh pembaca skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skirpsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembacanya.

Bogor, Agustus 2009

Ginna Ayu Puteri

(10)

DAFTAR ISI

1.4 Manfaat Penelitian ... 23

1.5 Ruang Lingkup ... 24

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

2.1 Tinjauan Teori ... 25

2.1.1 Teori Penawaran ... 25

2.1.2 Teori Elastisitas Penawaran ... 27

2.2 Tanaman Ubi Kayu ... 29

2.2.1 Sejarah Ubi Kayu... 29

2.2.2 Jenis Tanaman ... 30

2.2.3 Manfaat Tanaman ... 31

2.2.4 Budidaya Tanaman Ubi Kayu ... 33

2.3 Definisi ... 35

2.3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)... 35

2.3.2 Bahan Bakar Nabati (Biofuel) ... 36

2.3.2.1 Bioethanol ... 37

2.3.2.2 Biodiesel ... 38

2.4 Penelitian Terdahulu ... 38

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 39

2.5.1 Respon Penawaran ... 39

2.5.2 Respon Beda Kala dalam Komoditi Pertanian ... 40

2.6 Hipotesis ... 41

2.7 Kerangka Operasional ... 42

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.2 Metode Analisis ... 44

3.3 Spesifikasi Model Analisis ... 49

3.3.1 Respon Penawaran ... 50

(11)

ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI PENAWARAN

UBI KAYU DI INDONESIA

Oleh

GINNA AYU PUTERI H14050080

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

GINNA AYU PUTERI. Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia (dibimbing oleh Nunung Nuryartono).

Sektor pertanian masih menjadi sektor yang sangat penting di Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki kelimpahan akan sumberdaya alam. Melihat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), terutama saat terjadi krisis dimana sektor pertanian merupakan sektor yang mampu bertahan, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai sasaran mensejahterakan rakyat, menyediakan pangan dan bahan baku industri lainnya, meningkatkan pendapatan nasional, menyediakan lapangan pekerjaan, menghasilkan devisa serta mempertahankan kelestarian sumberdaya.

Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor dimana sub sektor tanaman pangan menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Selain itu, tanaman pangan juga berperan sebagai penyedia kebutuhan pangan dan gizi. Tanaman yang termasuk dalam sub sektor tanaman pangan adalah padi sebagai komoditi utama yang merupakan tanaman pokok masyarakat Indonesia, dan kemudian jagung, ubi kayu, kedelai dan ubi jalar sebagai tanaman pangan alternatif. Selain perannya sebagai penyedia pangan, beberapa tanaman pangan juga berperan dalam penyedia pakan ternak dan bahan baku industri seperti ubi kayu.

Dengan dikeluarkannya Perpres No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional yang didukung dengan dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 2006, peran sektor pertanian menjadi semakin penting karena komoditi-komoditi pertanian juga berpotensi untuk menjadi bahan baku bahan bakar nabati (BBN) sebagai energi alternatif dimana pada tahun 2025 kontribusinya diharapkan sebesar lima persen lebih. Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk menjadi bahan baku BBN khususnya dalam bentuk bioetanol.

Seiring dengan peranan ubi kayu yang semakin meluas, maka kebutuhan (konsumsi) ubi kayu juga akan semakin besar. Hal ini juga harus diiringi dengan produksi yang semakin meningkat agar kebutuhan ubi kayu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah membahas perkembangan ubi kayu di Indonesia bila dilihat dari sisi produksi dan konsumsi serta akan dibahas pula perkembangan harga ubi kayu. Penelitian ini juga akan menganalisis respon penawaran ubi kayu yang didekati dengan respon luas areal panen dan respon produktivitasnya. Dan kemudian di akhir penelitian ini akan dianalisis mengenai proyeksi penawaran ubi kayu pada tahun 2025.

(13)

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung pertumbuhan dan proyeksi penawaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ubi kayu memiliki tren yang meningkat dalam hal produksi, konsumsi dan harga dimana harga merupakan faktor pembentuk permintaan dan penawaran. Namun peningkatan harga yang terjadi tidak direspon secara baik pleh petani untuk meningkatkan produksinya. Hal ini terlihat dari tren luas areal panen yang menurun dan tren produktivitas yang meningkat secara perlahan, tidak beriringan dengan peningkatan harga ubi kayu yang cukup tajam.

Hasil estimasi respon penawaran ubi kayu menunjukkan bahwa nilai elastistas respon penawaran ubi kayu adalah 0,08634 dalam jangka pendek dan 0,052794 dalam jangka panjang. sehingga dapat disimpulkan bahwa harga ubi kayu bersifat inelastis terhadap penawarannya (produksi) dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan hasil perhitungan proyeksi, penawaran ubi kayu pada tahun 2025 adalah sebesar 9.896.217,338 ton.

(14)

ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI PENAWARAN

UBI KAYU DI INDONESIA

Oleh

GINNA AYU PUTERI H14050080

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPERTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Judul Skripsi : ANALISIS RESPON DAN PROYEKSI

PENAWARAN UBI KAYU DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ginna Ayu Puteri

Nomor Registrasi Pokok : H14050080

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Nunung Nuryartono, Ph.D

NIP. 19690909 199403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D

NIP 19641023 198903 2 002

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ginna Ayu Puteri lahir pada tanggal 16 Agustus 1988 di

Bogor, sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara, dari pasangan Lukmono dan Tri Idayani. Jenjang pendidikan penulis

dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Polisi V

Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun

2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 5 Bogor dan lulus pada

tahun 2005. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang

lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor.

Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

dan setahun kemudian setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB),

penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Penulis memilih jurusan Ilmu Ekonomi atas keinginannya sendiri

dimana pertanian merupakan sektor terpenting bagi negara Indonesia yang perlu

didukung dan memberi kontribusi terhadap perekonomian negara.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi HIPOTESA

(Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi) dengan menjadi Staff d’coupies

(division of information, promotion and external relationship) pada periode 2007

sedangkan pada periode 2008, penulis menjadi Ketua Divisi INTEL (Information,

Promotion and External Relationship). Penulis juga aktif mengikuti berbagai

(18)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesia”.

Ubi kayu merupakan komoditi tanaman pangan terpenting setelah padi dan

jagung. Oleh karena itu, penelitian mengenai ubi kayu sangat menarik untuk

dilakukan ditambah dengan meluasnya peran ubi kayu sebagai bahan bakar.

Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, doa dan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Nunung Nuryartono, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan ilmu dan nasehat-nasehat yang sangat berguna demi

berkembangnya pemikiran penulis di sela-sela kesibukan beliau yang

sangat luar biasa.

2. Dr. Wiwiek Rindayanti, selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan masukan berupa kritik maupun saran demi berkembangnya

pemikiran penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Jaenal Effendi, MA, selaku dosen komisi pendidikan yang juga telah

memberikan masukan-masukan terkait penulisan dan isi skripsi ini

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

4. Orang tua penulis yaitu Lukmono dan Tri Idayani yang selalu memberikan

doa, semangat, dan perhatian kepada penulis setiap waktu dengan berbagai

cara yang luar biasa. Penulis juga berterimakasih kepada Oldy Erdian

(19)

5. Seluruh keluarga besar Ambran dan Soegianto, yang tentunya selalu

memberikan doa, semangat, nasehat serta menyajikan canda tawa di setiap

pertemuan keluarga yang selalu penulis nantikan.

6. Seluruh tim SRT (Supply Response Team) yaitu Rani, Renny, Joger, Lukman, Thomson, Arum (jarak), Grace, Reza, Acun, Iqbal atas

ilmu-ilmu, informasi, keliling-keliling mencari data

(Deptan-BPS-PSE-InterCAFE-Pancong) serta kerjasamanya selama ini. Dan yang terpenting

adalah rasa terima kasih yang sangat dalam untuk kak Ade dan kak Tony

yang sudah bersedia mendengar keluh kesah kami, juga atas ilmu dan

waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Sahabat-sahabat selama 3 tahun terakhir ini yaitu Inna, Anggi, Riri, Bebeh,

Tyas, Arisa, Dewinta, Adit, Bayu atas perhatian, canda tawa dan

kebersamaan selama tiga tahun bersama di Ilmu Ekonomi. Juga kepada

seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 42 yang tidak bisa disebutkan satu

per satu.

8. Teman-teman yang selalu ada selama hampir tujuh tahun terakhir yaitu

Arditta, Lena, Shiro, Dini, Nia, Thicky, Nkur dan Lukman atas

pertemuan-pertemuan berharga yang hanya sesekali tapi bermakna.

9. Kepengurusan HIPOTESA 2007 dan 2008 terutama untuk semua anggota

d’coupies dan INTEL atas canda tawa, ilmu bermanfaat, doa serta

perhatian selama berada dalam kepengurusan HIPOTESA.

10.Dan yang terkahir adalah kepada seluruh pembaca skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skirpsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembacanya.

Bogor, Agustus 2009

Ginna Ayu Puteri

(20)

DAFTAR ISI

1.4 Manfaat Penelitian ... 23

1.5 Ruang Lingkup ... 24

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

2.1 Tinjauan Teori ... 25

2.1.1 Teori Penawaran ... 25

2.1.2 Teori Elastisitas Penawaran ... 27

2.2 Tanaman Ubi Kayu ... 29

2.2.1 Sejarah Ubi Kayu... 29

2.2.2 Jenis Tanaman ... 30

2.2.3 Manfaat Tanaman ... 31

2.2.4 Budidaya Tanaman Ubi Kayu ... 33

2.3 Definisi ... 35

2.3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)... 35

2.3.2 Bahan Bakar Nabati (Biofuel) ... 36

2.3.2.1 Bioethanol ... 37

2.3.2.2 Biodiesel ... 38

2.4 Penelitian Terdahulu ... 38

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 39

2.5.1 Respon Penawaran ... 39

2.5.2 Respon Beda Kala dalam Komoditi Pertanian ... 40

2.6 Hipotesis ... 41

2.7 Kerangka Operasional ... 42

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.2 Metode Analisis ... 44

3.3 Spesifikasi Model Analisis ... 49

3.3.1 Respon Penawaran ... 50

(21)

3.4.1 Uji Statistik ... 55

3.4.2 Uji Ekonometrika ... 58

3.4.3 Uji Normalitas ... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Perkembangan Komoditi Ubi Kayu di Indonesia ... 62

4.1.1 Produksi ... 66

4.1.2 Konsumsi ... 71

4.1.3 Harga Produsen Ubi Kayu ... 79

4.2 Hasil Analisis Respon Penawaran ... 81

4.2.1 Keragaan Hasil Dugaan Parameter Model Ekonometrika ... 81

4.2.2 Respon Penawaran ... 83

4.2.2.1 Respon Luas Areal Panen ... 83

4.2.2.2 Respon Produktivitas ... 89

4.2.2.3 Elastisitas Respon Penawaran ... 94

4.3 Proyeksi Penawaran Ubi Kayu Tahun 2025 ... 95

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Pemanfaatan Biofuel 23

4.1 Produksi Ubi Kayu Menurut Negara Penghasil Terbesar Di Dunia 48

4.2 Nilai R-Squared dan Probabilitas (F-statistik) 69 4.3 Hasil Estimasi Model Respon Luas Areal Panen Ubi Kayu 70

4.4 Hasil Estimasi Model Respon Produktivitas Ubi Kayu 75

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Perkembangan PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000,

2001-2004 4

2.1 Kurva Penawaran 13

2.2 Kurva Elastisitas Penawaran 15

2.3 Bagan Kerangka Operasional 29

4.1 Pohon Industri Tanaman Ubi Kayu 51

4.2 Perkembangan Luas Areal Panen Ubi Kayu 53

4.3 Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu 55

4.4 Perkembangan Produksi Ubi Kayu 56

4.5 Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu 58

4.6 Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu Untuk Pangan 59

4.7 Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu Untuk Pakan 61

4.8 Bauran Energi Mix Sesuai Dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 63

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Hasil Estimasi Model Respon Luas Areal Panen Ubi Kayu 90

Lampiran 2. Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Model Respon Luas Areal Panen

Ubi Kayu 90

Lampiran 3. Hasil Estimasi Model Respon Produktivitas Ubi Kayu 92

Lampiran 4. Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Model Respon Produktivitas

Ubi Kayu 92

Lampiran 5. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Ubi

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan

suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki negara tersebut. Dalam hal ini, Indonesia

sebagai negara agraris harusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang

melimpah dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan

ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam

jangka panjang yang mencerminkan kesejahteraan sekaligus memberikan banyak

alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli

masyarakat yang semakin meningkat.

Proses transformasi sektor pertanian yang mampu menghasilkan produksi

atau surplus pertanian di tingkat domestik dalam jumlah yang besar juga dianggap

sebagai syarat pokok pertumbuhan ekonomi, pembangunan jati diri dan identitas

suatu bangsa, dan bahkan mewarnai suatu peradaban serta interaksi antarpelaku

pergaulan dunia yang semakin kompleks.

Menurut data BPS, pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan

yang positif pada era tahun 1980-an hingga sebelum krisis 1997. Pada periode

1997-1998 terjadi krisis multidimensi sehingga membawa dampak penurunan

pertumbuhan ekonomi hingga minus 13,68 persen. Memasuki awal tahun 2000,

perekonomian Indonesia kembali optimis untuk bangkit sejalan dengan penurunan

inflasi yang saat itu sangat tinggi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000 diatas angka

(26)

hanya sebesar 3-4 persen saja. Setelah itu pertumbuhan ekonomi Indonesia

menunjukkan nilai yang lebih baik dan stabil dibanding saat masa krisis

berlangsung.

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator untuk

mengukur kinerja suatu perekonomian. Konsep dasar PDB menurut pendekatan

produksi adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu Negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada periode tertentu. Produk

Domestik Bruto (PDB) dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi

pada suatu Negara.

Indonesia mengalami peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

tahun ke tahun setelah terjadi krisis multidimensi. Hingga saat ini nilai PDB atas

dasar harga konstan tahun 2000 terus meningkat mencapai 2.082,1 triliun rupiah

pada tahun 2008 dari 1.963,1 triliun rupiah pada tahun 2007 dengan laju

pertumbuhan sebesar 6,1 persen. Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sektor pertanian tumbuh sebesar

4,8 persen. Selain itu, bila dilihat dari struktur PDB menurut lapangan usaha

sektor pertanian secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar

13,7 persen menjadi 14,4 persen pada tahun 2008. Sektor industri pengolahan dan

sektor konstruksi juga meningkat masing-masing menjadi 27,9 persen dan 8,3

persen pada tahun 2008 sementara sektor lainnya mengalami penurunan (BPS,

(27)

Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB nasional, sektor pertanian

merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting bagi pembangunan

ekonomi Indonesia. Sektor pertanian lebih luas lagi dapat dikatakan memiliki

peran strategis dalam pembangunan ekonomi dalam mencapai sasaran : 1)

mensejahterakan petani, 2) penyediaan pangan, 3) sebagai wahana pemerataan

pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun

antar daerah, 4) menyediakan bahan baku industri, 5) menghasilkan devisa, 6)

menyediakan lapangan pekerjaan, 7) meningkatkan pendapatan nasional, dan 8)

mempertahankan kelestarian sumberdaya.

Sektor pertanian masih menjadi sektor yang sangat penting bagi Indonesia

sebagai Negara berkembang yang memiliki kelimpahan sumber daya alam. Oleh

karena itu dapat digaris bawahi beberapa alasan yang mendasari pentingnya sektor

pertanian di Indonesia adalah : 1) potensi sumberdayanya yang besar dan

beragam, 2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, 3) besarnya

masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, 4) menjadi basis

pertumbuhan di pedesaan.

Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani tergantung

pada tingkat pendapatan usaha tani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor

tersebut. Dengan demikian, tingkat pendapatan usaha tani disamping merupakan

penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani juga menjadi salah satu faktor

(28)

Sektor pertanian ini terbagi menjadi beberapa sub sektor yaitu sub sektor

tanaman bahan makanan (tanaman pangan), perkebunan, peternakan, kehutanan

dan perikanan. Kaitannya dengan PDB sektor pertanian, kontribusi terbesar

disumbang oleh sub sektor tanaman bahan makanan yang memiliki trend terus meningkat (Gambar 1.1).

Sumber : Departemen Pertanian, 2004.

Gambar 1.1 Perkembangan PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan

2000, 2001-2004

Selain kontribusinya terhadap PDB, tanaman pangan juga sangat berperan

dalam penyediaan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Oleh karena itu,

pemerintah melakukan intervensi yang cukup besar dalam pengembangan

produksi, pemasaran dan aspek pengembangan lainnya seperti peningkatan

teknologi budidaya yang digunakan. Namun sayangnya, perhatian pemerintah

cenderung lebih fokus pada komoditi utama yaitu padi dan kurang memperhatikan

komoditi lainnya yang sebenarnya juga memiliki peranan penting sebagai

(29)

lain-lain. Sebagian besar dari komoditi tersebut juga berperan sebagai penyedia pakan

termasuk ubi kayu.

Disamping peran utamanya sebagai penyedia pangan, kini komoditi

pertanian juga mempunyai peran bagi penyedia energi nasional. Sejak beberapa

tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang

disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk

telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang

berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi minyak nasional. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah mau tidak mau harus meningkatkan

impor sebagian kebutuhan tersebut termasuk bahan bakar minyak (BBM). Namun

hal ini akan mengakibatkan defisit neraca pembayaran dan dibutuhkan suatu

energi alternatif untuk dapat mensubstitusi kebutuhan akan energi, dalam hal ini

khususnya minyak.

Hal ini direspon dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5 Tahun

2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mengenai pengembangan energi

alternatif khususnya yang bersumber dari nabati. Hal ini dilakukan sebagai upaya

untuk menjamin pasokan energi dalam negeri dan sekaligus mendukung

pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dalam Perpres itu disebutkan bahwa

diharapkan pada tahun 2025 mendatang kontribusi biofuel terhadap energi nasional sebesar lebih dari 5 persen. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006, yang salah satunya berisi himbauan kepada

(30)

tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya, 2) melakukan penyuluhan pengembangan bahan baku bahan bakar nabati (biofuel), 3) memberikan fasilitas penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan

bakar nabati (biofuel), 4) mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel).

Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan bakar

nabati (biofuel), diantaranya adalah : 1) biodiesel yang berasal dari kelapa sawit dan jarak pagar, 2) bioethanol yang berasal dari tebu, ubi kayu serta sorgum. Khusus untuk komoditi ubi kayu, selain digunakan sebagai bahan baku nabati

ternyata ubi kayu juga memiliki kontribusi penting dalam pemenuhan kebutuhan

pangan dan pakan.

Seiring dengan peran ubi kayu sebagai penyedia pangan (food), pakan

(feed), dan bahan bakar (fuel), maka permintaan akan ubi kayu pun secara otomatis akan meningkat. Peningkatan produksi akhirnya menjadi sebuah tuntutan

demi terpenuhinya kebutuhan akan ubi kayu tersebut serta agar pemenuhan

kebutuhan ubi kayu sebagai bahan bakar tidak mengganggu pemenuhan

kebutuhan sebagai pangan dan pakan. Peningkatan produksi ini dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu perluasan areal dan peningkatan produktivitas melalui

teknik budidaya yang sesuai sehingga dapat dihasilkan tingkat produksi yang

maksimal yaitu 40 ton/ha. Menurut data Direktorat Jendral Tanaman Pangan

Departemen Pertanian, hingga tahun 2006, potensi hasil tanaman ubi kayu baru

mencapai 16,3 ton/ha. Berarti ubi kayu masih dapat dikembangkan lagi

(31)

Faktor harga menjadi sangat penting untuk menjadi pertimbagan petani

dalam menanam suatu komoditi. Harga ubi kayu yang cenderung merosot saat

panen tiba mengurangi keinginan petani menanam tanaman ini. Hal ini menuntut

peran pemerintah untuk melindungi harga ubi kayu mengingat peran ubi kayu

yang saat ini semakin besar. Bukan hal yang tidak mungkin peran ubi kayu ini

akan menyumbang lebih besar pada pendapatan nasional bila ada keseriusan dari

semua pihak yang terkait.

Dengan adanya Perpres yang telah dijelaskan diatas maka akan

bermunculan industri-industri yang bergerak dalam bidang pengembangan bahan

bakar nabati (biofuel). Situasi ini membentuk peluang pasar bagi para petani ubi kayu untuk mngembangkan usahanya. Namun sayangnya, tidak semua produsen

atau petani ubi kayu dapat melihat dan menangkap peluang tersebut. Hal ini

terjadi karena petani menganggap bahwa komoditi ubi kayu merupakan usaha

sampingan, sehingga belum diarahkan sebagai komoditas yang komersial.

Masalah terakhir yang tidak kalah penting adalah persaingan lahan, bukan

hanya persaingan dengan industri dan rumah tangga namun juga persaingan antar

komoditi. Petani yang rasional secara ekonomi akan memilih komoditi yang lebih

menguntungkan dari segi penghasilan untuk ditanam dilahan yang terbatas. Untuk

itu petani akan memilih komoditi yang memiliki nilai jual paling tinggi. Masalah

kebutuhan juga menjadi perhatian petani karena seringkali hasil panen bukan

hanya untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri terutama bagi ubi kayu.

Selain itu faktor input juga cukup berperan, terutama dalam potensi hasil di

(32)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat menjadi menarik untuk

melihat faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan

tingkat produksinya. Keputusan petani dalam merespon perubahan harga komoditi

ubi kayu, harga input yang dipakai serta harga komoditi alternatifnya dapat dilihat

melalui dua pendekatan yaitu respon luas areal panen dan respon produktivitas.

Hal ini menjadi penting untuk dilakukan karena permintaan ubi kayu akan

meningkat di masa yang akan datang sehingga diperlukan suatu analisis proyeksi

produksi (penawaran) ubi kayu yang digunakan untuk memperkirakan produksi

ubi kayu di masa mendatang terutama karena ada kebutuhan ubi kayu untuk

memenuhi penyediaan pangan (food), pakan (feed) dan bahan bakar (fuel) khususnya pada tahun 2025 seperti apa yang tertuang dalam Perpres No. 5 Tahun

2006.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah :

1. Bagaimana perkembangan komoditi ubi kayu dari segi produksi dan

konsumsi di Indonesia?

2. Bagaimana respon produksi (penawaran) komoditi ubi kayu melalui

pendekatan respon luas areal panen dan respon produktivitas?

3. Bagaimana proyeksi penawaran komoditi ubi kayu pada tahun 2025?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Melihat perkembangan komoditi ubi kayu dari segi produksi maupun

(33)

2. Menganalisis respon produksi (penawaran) komoditi ubi kayu terhadap

variabel-variabel yang mempengaruhinya melalui pendekatan respon luas

areal panen dan respon produktivitas.

3. Menganalisis proyeksi penawaran ubi kayu di masa yang akan datang

terutama pada tahun 2025 akibat isu permintaan ubi kayu yang akan

meningkat.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

membuat kebijakan terkait pengembangan produksi komoditi ubi kayu dan

kebijakan-kebijakan yang dapat melindungi petani ubi kayu.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan

motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama pada sisi

permintaan.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan

bagi masyarakat pada umumnya dan dapat menjadi motivasi bagi petani

untuk meningkatkan produksinya.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu proses belajar

untuk mengaplikasikan ilmu dan materi yang telah didapatkan selama

masa perkuliahan serta proses yang dapat membawa penulis untuk menjadi

lebih baik lagi dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat dengan

(34)

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, pembahasan hanya difokuskan pada sisi penawaran

komoditi ubi kayu. Respon penawaran ubi kayu dapat didekati dari respon luas

areal panen dan respon produktivitas. Selain harga komoditi ubi kayu, penulis

juga memasukkan variabel harga komoditi alternatif yaitu jagung, ubi jalar, dan

kacang tanah yang merupakan komoditi pesaing dalam hal penggunaan lahan.

Harga faktor input juga digunakan untuk melihat respon penawaran komoditi ubi

kayu. Faktor input yang dipakai dalam penelitian ini adalah pupuk urea, pupuk

TSP dan upah tenaga kerja. Selanjutnya dari elastisitas yang didapat dari respon

luas areal dan respon produktivitas maka penulis akan menghitung proyeksi

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Penawaran

Penawaran adalah banyaknya barang atau komoditi yang ditawarkan oleh

penjual pada suatu pasar tertentu, periode tertentu dan tingkat harga tertentu.

Penawaran dapat dikenal juga sebagai gabungan seluruh barang yang ditawarkan

oleh penjual pada pasar tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu

(Putong, 2004).

Penawaran suatu komoditi berhubungan positif dengan harga komoditi

tersebut, cateris paribus. Jika harga barang naik maka produsen akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan dan sebaliknya. Secara umum

jumlah penawaran suatu komoditas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti harga

komoditi itu sendiri, harga komoditi alternatif, harga faktor produksi, tujuan

perusahaan, tingkat penggunaan teknologi, pajak, subsidi, dan harapan harga yang

akan datang (Lipsey, 1995).

1. Harga komoditi

Hipotesa dasar ekonomi menyatakan bahwa hubungan antara harga suatu

komoditi dengan jumlah penawarannya adalah positif, artinya semakin

tinggi harga suatu komoditi maka semakin besar jumlah komoditi yang

ditawarkan, demikian pula sebaliknya, cateris paribus. Dengan adanya peningkatan harga maka akan merangsang produsen untuk meningkatkan

produksinya dan menjualnya dengan tujuan peningkatan keuntungan

(36)

2. Harga komoditi alternatif

Komoditi alternatif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu komoditi

komplemen (joint product) dan komoditi substitusi (competitive product). Suatu komoditi X dengan komoditi komplemennya memiliki hubungan

elastisitas penawaran yang positif sehingga peningkatan harga suatu

komoditi komplemen akan meningkatkan jumlah penawaran komoditi X.

Beda halnya dengan hubungan yang dimiliki suatu komoditi X dengan

komoditi substitusinya yang memiliki hubungan elastisitas penawaran

negatif. Artinya, peningkatan harga suatu komoditi substitusi akan

menurunkan jumlah penawaran komoditi X.

3. Harga faktor produksi

Harga suatu faktor produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh

produsen dalam memproduksi suatu barang. Semakin tinggi harga faktor

produksi yang harus dikeluarkan oleh produsen sehingga laba yang

diperoleh menjadi lebih kecil. Hal ini menyebabkan produsen mengurangi

produksinya sehingga jumlah komoditi yang ditawarkan menjadi

berkurang.

4. Tingkat penggunaan teknologi

Penggunaan teknologi baru akan meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga.

Adanya efisiensi ini akan menurunkan biaya penggunaan faktor produksi

yang sama dan meningkatkan penerimaan sehingga keuntungan produsen

(37)

modal untuk memperluas skala usaha yang pada akhirnya akan

meningkatkan penawaran, cateris paribus.

Pergeseran kurva penawaran dapat terjadi karena dua hal. Pertama,

perubahan tujuan yang ingin dicapai produsen atau adanya kenaikan harga

barang-barang faktor produksi akan menyebabkan kurva penawaran bergeser ke

kiri yaitu dari S0 ke S1. Kedua, adanya peningkatan penawaran harga

barang-barang faktor produksi menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan yaitu

dari S0 ke S2. (Gambar 2.1)

Harga

S1

S0

S2

0 Jumlah Sumber: Lipsey, 1995.

Gambar 2.1 Kurva Penawaran

2.1.2 Teori Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan

jasa yang diakibatkan karena ada perubahan harga barang dan jasa tersebut.

Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa banyak penawaran atas suatu

barang dan jasa berubah ketika harganya berubah.

(38)

harganya. Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1985) elastisitas penawaran

juga merupakan ukuran tingkat kepekaan dari jumlah barang yang ditawarkan

terhadap perubahan harga.

Koefisien elastisitas penawaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Es = Persentase perubahan jumlah yang ditawarkan

Persentase perubahan harga

Beberapa bentuk dari elastisitas penawaran adalah :

1. Elastis (Es > 1)

Penawaran yang elastis terjadi jika perubahan harga lebih kecil dari

perubahan jumlah yang ditawarkan, Gambar 2.2 (i).

2. Elastis Uniter (Es = 1)

Penawaran yang elastis uniter terjadi bila perubahan harga sebanding

dengan jumlah yang ditawarkan, Gambar 2.2 (ii).

3. Elastis Sempurna (Es = ~)

Penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan harga sangat

mempengaruhi jumlah penawaran, Gambar 2.2 (iii).

4. Inelastis (Es < 1)

Penawaran yang inelastis terjadi jika perubahan harga lebih besar dari

perubahan jumlah yang ditawarkan, Gambar 2.2 (iv).

5. Inelastis Sempurna (Es = 0)

Penawaran inelastis sempurna terjadi jika perubahan harga yang terjadi

(39)

P P P

Es >1 Es = 1 Es = ~

Q Q

(i) (ii) (iii)

P P

Es < 1 Es = 0

Q Q

(iv) (v)

Gambar 2.2 Kurva Elastisitas Penawaran

2.2 Tanaman Ubi Kayu

2.2.1 Sejarah Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain

ketela pohon, singkong atau kasape, atau bahasa Inggris disebut cassava. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Negara Brazil. Penyebarannya

hampir ke seluruh dunia, diantaranya Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok.

Ubi kayu berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan

(40)

2.2.2 Jenis Tanaman

Ubi kayu termasuk kedalam species manihot esculenta yang termasuk dalam divisi tumbuhan berbiji. Ubi kayu termasuk tanaman tropis namun dapat

pula tumbuhn di daerah subtropis. Sebenarnya ubi kayu tidak menuntut iklim

yang spesifik bagi pertumbuhannya tapi ubi kayu akan baik ditanam pada daerah

yang memiliki ketinggian 0-1000 diatas permukaan laut (dpl), bercurah hujan

750-1000 mm/tahun dan memiliki suhu 25-28 derajat celsius.

Ubi kayu (manihot esculenta) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari

bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan

yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya

mudah dan produktif.

Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai

telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai

daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah. Ubi kayu diperbanyak dengan

stek batang. Stek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Stek

diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak

terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman

dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama

penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu.

Bibit yang dianjurkan adalah : 1) stek berasal dari batang bagian tengah yang

sudah berkayu, 2) panjang 15-20 cm, 3) diameter 2-3 cm dan 4) tanpa

(41)

Ubi kayu merupakan tanaman yang bibitnya mudah didapat dan mudah

pula dibudidayakan, yaitu dapat ditanam di lahan yang kurang subur sekali pun,

risiko gagal panen 5 persen, dan tidak memiliki banyak hama. Di sisi lain,

dibandingkan dengan tanaman pangan lain yang rata-rata hanya berumur 4 bulan,

ubi kayu memiliki umur yang lebih panjang yaitu 7-12 bulan.

Varietas-varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam adalah Valenca,

Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Adira 1, Adira 2, Adira

4, Gading, Malang 1, dan Malang 2.

2.2.3 Manfaat Tanaman

Di Indonesia ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah

beras dan jagung. Manfaat daun ubi kayu sebagai bahan sayuran memiliki protein

cukup tinggi karena mengandung asam amino metionin, atau untuk keperluan

yang lain seperti bahan obat-obatan. Ubi kayu bisa digunakan sebagai pagar

kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.

Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri

makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri

obat-obatan. Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Untuk pemasaran

yang memerlukan waktu lama ubi kayu harus diolah terlebih dahulu menjadi

bentuk lain yang lebih awet.

Berbeda dengan daunnya, umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang

kaya akan karbohidrat namun sangat miskin protein. Tanaman ini memiliki

berbagai varietas yang dapat langsung dikonsumsi sebagai makanan atau menjadi

(42)

yang selanjutnya dipergunakan untuk berbagai macam industri seperti makanan,

makanan ternak, kertas, kayu lapis dan lainnya.

Dewasa ini, ubi kayu juga bermanfaat sebagai bahan baku bioethanol yang merupakan bahan bakar alternatif pengganti BBM. Ubi kayu untuk bahan baku

bioethanol harus memiliki kadar pati 25-45 persen dan biasanya itu adalah ubi

kayu yang berasa pahit dan harus melalui proses pencucian yang benar bila ingin

dikonsumsi manusia. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dari

6,5 kg ubi kayu segar dapat dihasilkan 1 liter ethanol berkadar 95 persen.

Untuk mendukung bahan baku bioethanol, ada empat varietas ubi kayu

disarankan mempunyai karakteristik berikut, yaitu 1) berkadar pati tinggi, 2)

potensi hasil tinggi, 3) tahan tekanan cekaman biotik dan abiotik, 4) fleksibel

dalam usaha tani dan umur panen. Keempat varietas tersebut adalah :

a. Adira-4 : kandungan pati 25-30 persen, tahan penyakit layu, potensi hasil

25-40 ton/ha, umurnya 8 bulan.

b. Malang-6 : kandungan pati 25-32 persen, potensi hasil 36,4 ton/ha, agak

tahan hama kutu merah, umurnya 9 bulan.

c. UJ-3 : kandungan pati 25-30 persen, potensi hasil 25-40 ton/ha, tahan

penyakit bakteri, umur mencapai 8 bulan.

d. UJ-5 : kandungan pati 20-30 persen, potensi hasil 25-38 ton/ha, tahan

penyakit bakteri, umur mencapai 9-10 bulan.

Dari keempat varietas tersebut, varietas yang paling bagus adalah Adira-4

karena tahan terhadap penyakit layu, yang merupakan penyakit penting pada

(43)

2.2.4 Budidaya Tanaman Ubi Kayu

Budidaya tanaman ubi kayu yang baik adalah budidaya dengan

menggunakan teknik yang dapat meningkatkan hasil panen. Teknik tersebut dapat

dijelaskan melalui tahapan-tahapan berikut :

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah ini bertujuan untuk membuat tanah agar menjadi gembur

sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik. Waktu

pengolahan tanah sebaiknya tidak dilakukan pada saat tanah dalam

keadaan becek atau berair sehingga struktur tanah tidak rusak. Pada tanah

ringan atau gembur, pengolahan tanah ini dilakukan dengan cara

mencangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu setelah itu diratakan

dan ditanami bibit. Sedangkan pada tanah becek atau berair, tanah

dicangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu dibuat

bedengan-bedengan atau guludan yang berguna sebagai saluran drainase lalu

kemudian dapat ditanam.

2. Penanaman

Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanah disiapkan. Waktu yang

baik untuk menanam bibit ubi kayu adalah pada saat musin hujan. Hal ini

dikarenakan ubi kayu memerlukan air terutama pada pertumbuhan

vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya kebutuhan air relatif sedikit.

Cara menanam ubi kayu dianjurkan bibit tegak lurus atau minimal

(44)

Jarak tanam ubi kayu secara monokultur adalah 100 x 100, 100 x 60, atau

100 x 40.

3. Pemupukan

Untuk mendapatkan potensi hasil yang tinggi pemupukan dengan pupuk

organik (pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau) dan pupuk

anorganik (urea, TSP, dan KCL) perlu dilakukan. Pupuk organik

sebaiknya diberikan pada saat pengolahan tanah dengan tujuan untuk

memperbaiki struktur tanah. Sedangkan pupuk anorganik yang diberikan

tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Pada umumnya dosis yang

dianjurkan untuk digunakan pada tanaman ubi kayu adalah : urea sebanyak

60-120 kg/ha, TSP sebanyak 30 kg P205/ha, dan KCL sebanyak 50 kg

K20/ha. Cara pemberian pupuk yang benar dibagi dalam dua waktu,

pertama pada saat tanam (pupuk dasar) sebanyak 1/3 bagian urea dan KCL

serta seluruh dosis TSP, kedua pada saat tanaman ubi kayu berumur 3-4

bulan yaitu 2/3 bagian urea dan KCL.

4. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

tinggi dengan kriteria tanaman yang baik, sehat dan seragam.

Pemeliharaan ubi kayu meliputi :

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh

sangat merana. Waktu penyulaman paling lambat 5 minggu setelah

(45)

b. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan bila sudah tampak timbul gulma (tanaman

pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur

2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan

dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubi kayu dapat

tumbuh dengan sempurna, serta dapat memperkokoh tanaman agar

tidak rebah.

c. Pembuangan tunas

Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1-1,5 bulan.

Ini dilakukan bila dalam satu tanaman tumbuh dua tunas.

2.3 Definisi

2.3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa

yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam batas wilayah suatu negara

(domestik) dalam satu tahun. Produk Domestik Bruto juga memasukkan hasil

produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang

beroperasi di wilayah yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan

termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya karena

perhitungan PDB masih bersifat bruto atau kotor.

Produk Domestik Bruto nominal atau disebut dengan PDB Atas Dasar

Harga Berlaku merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.

Sedangkan Produk Domestik Bruto riil atau disebut dengan PDB Atas Dasar

(46)

2.3.2 Bahan Bakar Nabati (Biofuel)

Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang

dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik

atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: 1) pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian), 2)

fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk

menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi

tebu, ubi kayu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester, 3) energi dari

hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).

Cara memproduksi biofuel dengan menghasilkan alkohol dan ester dapat dilakukan dengan memproduksi bahan baku penghasil alkohol dan ester. Caranya

adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, ubi kayu dan

sorgum manis) atau tanaman yang mengandung pati atau polisakarida (jagung),

lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Selain itu,

dapat juga dilakukan dengan menanam berbagai tanaman yang kadar minyak

sayur atau nabatinya tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jarak. Setelah

itu minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar

seperti biodiesel. Selain itu, kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.

Biofuel yang merupakan bahan bakar dari sumber hayati (renewable

(47)

satu bentuk energi dari biomassa dalam bentuk cair, seperti biodiesel, bioethanol

dan biooil, biokerosin, biogas.

Tabel 2.1 Pemanfaatan Biofuel

Jenis Penggunaan Bahan Baku

Biodiesel Pengganti solar Minyak nabati seperti minyak

kelapa sawit dan jarak pagar

Bioethanol Pengganti bensin Tanaman yang mengandung

pati atau gula seperti sagu, ubi kayu, tebu, sorghum

Biogas Pengganti minyak tanah Limbah cair dan limbah

kotoran ternak Sumber: DESDM, 20071.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bioethanol dan biodiesel adalah jenis

biofuel yang berbahan baku dari komoditi pertanian.

2.3.2.1 Bioethanol

Bioethanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula

dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan baku

bioethanol dapat berasal dari bahan sebagai berikut :

a. Nira bergula (sukrosa) : nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira

kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete.

b. Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong

atau gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.

c. Bahan berselulosa ( lignoselulosa) : kayu, jerami, batang pisang, bagas,

dll.

1

(48)

Pemanfaatan bioethanol sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin, digunakan dalam bentuk neat 100 persen (B100) atau dicampur dengan premium (EXX). Selain itu, gasohol sampai dengan E10 bisa

digunakan langsung pada mobil bensin biasa tanpa mengharuskan mesin

dimodifikasi.

2.3.2.2 Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil atau

alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati

melalui proses trans atau esterifikasi. Istilah biodiesel identik dengan bahan bakar

murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX` persen yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX persen.

Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metal atau etil asam-asam

lemak yang terbuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis atau

etanolisis. Produk-ikutan : gliserin atau dari asam lemak (bebas) dengan proses

esterifi-kasi dengan methanol atau etanol.

2.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian (2005) mengenai Proyeksi Permintaan dan Penawaran

Komoditas Utama Pertanian, permintaan ubi kayu meningkat sebesar 0,9 persen

per tahun yang berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 persen per tahun

dan pertumbuhan konsumsi per kapita yang menurun sebesar -1,1 persen per

tahun. Sementara produksi ubi kayu meningkat sebesar 1,57 persen per tahun

(49)

sedangkan pertumbuhan luas areal negatif 0,48 persen per tahun. Selanjutnya,

sejak tahun 1989, Indonesia mengalami surplus perdagangan atau net ekspor,

kecuali tahun 2003. Dengan demikian, kedepan produksi ubi kayu dalam negeri

perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

Sementara itu, Nkang dkk (2006) melakukan penelitian mengenai Staple

Food Policy and Supply Response in Nigeria : A Case of Cassava. Penelitian ini

mengkaji respon penawaran dari petani ubi kayu di Nigeria, selama periode 1972

sampai 2002. Estimasi kuantitatif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

perubahan dalam jangka pendek terhadap harga sendiri, harga komoditi substitusi

yaitu padi, penggunaan modal dan lag luas area, secara signifikan menjelaskan

respon petani ubi kayu selama periode waktu penelitian. Secara spesifik,

elastisitas harga ubi kayu menunjukkan bahwa luas area ubi kayu sangat sensitif

terhadap perubahan harga ubi kayu dalam jangka panjang. Dalam penelitian ini

juga ditemukan bahwa ubi kayu bersubtitusi dengan padi dalam hal produksi

dengan respon harga silang yang elastis, yang mengindikasikan terjadinya

kompetisi dalam penggunaan lahan.

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual

2.5.1 Respon Penawaran

Dalam hipotesa ekonomi dijelaskan bahwa untuk kebanyakan komoditi,

harga komoditi memiliki hubungan positif dengan jumlah komoditi yang

ditawarkan, apabila faktor lain konstan atau cateris paribus. Faktor lain tersebut adalah harga input yang digunakan, harga komoditi alternatif, teknologi, iklim,

(50)

Secara umum yang dapat menyebabkan perubahan penawaran (pergeseran

kurva penawaran) adalah perubahan harga input, perubahan harga komoditi

alternatifnya, perubahan teknologi yang berpengaruh pada biaya produksi atau

efisiensinya, perubahan harga komoditi yang diproduksi bersamaan (joint

products), serta kebijakan pemerintah (Tomek dan Robinson, 1972). Pendugaan

respon penawaran yang sederhana dapat didekati melalui konsep bahwa jumlah

produksi pertanian merupakan hasil perkalian antara luas areal tanam dan

produktivitasnya (Ghatak dan Ingersent, 1984). Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut :

Q = A.Y (2.1)

dimana : Q = Jumlah Produksi,

A = Luas Areal,

Y = Produktivitas.

Produk pertanian memiliki elastisitas penawaran yang cenderung inelastis

karena pada saat permintaan turun, alokasi input seperti tanah, tenaga kerja dan

mesin yang ditujukan untuk pemakaian pertanian tidak ditransfer dengan cepat ke

pemakaian bukan pertanian. Juga sebaliknya saat permintaan meningkat (Lipsey

et all, 1995).

2.5.2 Respon Beda Kala dalam Komoditi Pertanian

Dalam sektor pertanian, proses produksi selalu membutuhkan waktu

sehingga bila terjadi perubahan harga atau informasi lainnya seperti kebijakan

pemerintah berupa intensifikasi, kredit usahatani, dan sebagainya tidak dapat

(51)

Pada dasarnya petani dapat merespon perubahan harga, tapi respon

tersebut baru bisa direalisasikan pada waktu yang akan datang karena untuk

mengubah proses produksi diperlukan tenggang waktu. Keputusan produksi yang

diambil pada waktu t yang didasarkan pada harga saat itu (Pt) tidak akan

terealisasi pada waktu t, melainkan pada waktu t+1. Oleh karena itu, fungsi

penawaran melibatkan peubah beda kala (lagged variabel) sebagai peubah penjelas (explanatory variabel).

Ada beberapa alasan yang mendasari petani tidak merespon stimulus pasar

dengan segera, yaitu : 1) alasan psikologis yang disebabkan karena kebiasaan

sehingga perlu adanya adaptasi bila terjadi perubahan baru, 2) alasan teknis yaitu

adanya perbedaan waktu menanam dan memanen (gestation period) sehingga penawaran komoditi pertanian sangat tergantung pada peubah-peubah beda kala,

3) alasan kelembagaan seperti penyesuaian kontrak serta aturan yang dipengaruhi

oleh waktu.

Secara umum model fungsi respon penawaran hasil-hasil pertanian

dipengaruhi oleh tingkat penawaran periode sebelumnya, harga-harga input dan

output periode sebelumnya serta faktor-faktor lain. Salah satu model yang cukup

terkenal dalam sektor pertanian adalah model penyesuaian parsial Nerlove,

dimana respon produksi ditentukan oleh respon luas areal dan respon

produktivitas.

2.6 Hipotesis

(52)

1. Harga ubi kayu memiliki pengaruh yang positif terhadap penawaran

sehingga apabila harga ubi kayu meningkat maka penawaran akan ubi

kayu pun akan meningkat.

2. Harga komoditi alternatif ubi kayu memiliki hubungan elastisitas

penawaran yang negatif terhadap penawaran ubi kayu bila komoditi

tersebut merupakan komoditi substitusi dari ubi kayu. Sehingga apabila

harga komoditi pesaing meningkat maka penawaran ubi kayu akan

menurun. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai komoditi pesaing

adalah jagung, ubi jalar, dan kacang tanah.

3. Harga input ubi kayu dalam hal ini harga pupuk urea, harga pupuk TSP

dan upah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap jumlah ubikayu yang

ditawarkan. Dalam hal ini bila harga input meningkat maka jumlah ubi

kayu yang ditawarkan akan menurun.

4. Elastisitas penawaran ubi kayu bersifat inelastis dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

2.7 Kerangka Operasional

Perkembangan ubi kayu dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran.

Dari sisi permintaan akan dijelaskan secara deskriptif bahwa kebutuhan akan ubi

kayu saat ini bukan hanya sebagai penyedia pangan dan pakan ternak, tapi juga

sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Dari sisi penawaran akan dijelaskan secara deskriptif dengan melihat luas areal ubi kayu, produktivitasnya dan produksinya.

Setelah itu, perkembangan ubi kayu akan dibahas melalui harga ubi kayu.

(53)

pendekatan respon luas areal panen dan respon produktivitas untuk mendapatkan

nilai elastisitas yang menggambarkan sensitifitas perubahan harga-harga baik

harga ubi kayu itu sendiri, harga komoditi alternatif maupun harga input terhadap

penawaran ubi kayu. Model respon luas areal dan respon produktivitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah adaptive expectations model yang merupakan model penyesuaian parsial Nerlove. Setelah itu baru dapat dihitung

proyeksi penawaran ubi kayu pada tahun 2025.

.

Nerlovian Model

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Operasional

Perkembangan Ubi Kayu Di Indonesia

Produksi Konsumsi

Luas Areal Panen Produktivitas Food Feed Fuel

Respon Luas

Areal Panen

Respon

Produktivitas

Respon Produksi (Penawaran) Ubi Kayu

(54)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan

deret waktu (time series) selama 38 tahun yaitu dari tahun 1969-2006. Data yang digunakan meliputi data luas areal panen ubi kayu, produktivitas ubi kayu,

produksi ubi kayu, harga produsen ubi kayu, harga produsen komoditi alternatif

(jagung, kacang tanah, dan ubi jalar), harga input (pupuk urea, pupuk TSP dan

upah). Data harga yang digunakan dalam penelitian ini telah dideflasi dengan

Indeks Harga Konsumen (IHK). Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian (Direktorat Jendral Tanaman

Pangan), FAO (Food Agriculture Organization), InterCAFE serta sumber-sumber pustaka lain yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini

pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software E-Views 5.1 dan

Microsoft Excel.

3.2 Metode Analisis

Produksi suatu komoditi pertanian memiliki dua unsur pokok, yaitu luas

areal dan produktivitas. Oleh karena itu, produsen yang rasional secara ekonomi

akan menempuh dua tahapan dalam pengambilan keputusan tentang jumlah

produksi suatu komoditi pertanian, yaitu: 1) keputusan tentang alokasi lahan

optimal yang akan ditanami dengan komoditi tersebut berdasarkan pertimbangan

harga output dan faktor-faktor lainnya; dan 2) keputusan tentang alokasi input

secara optimal yang akan digunakan untuk memproduksi komoditi pertanian

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan
Gambar 2.1 Kurva Penawaran
Gambar 2.2 Kurva Elastisitas Penawaran
Tabel 2.1 Pemanfaatan Biofuel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hanya karena Nya lah, penulis dapat mungkin menyelesaikan skripsi berjudu Konstruksi Realitas Perpolitikan di DPR pada Harian Kompas dan Tempo Analisis Framing terhadap

(2000), diketahui bahwa bekatul merupakan substrat yang paling efektif dibandingkan kacang tanah, gandum, dan ubi untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh dalam

Apakah terdapat hubungan asupan makan DASH like dietdengan risiko hipertensi pada wanita prediabetes di daerah Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang?...

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

menjadi peserta didik baru. Penyaringan hendaknya dilakukan semaksimal mungkin memenuhi kriteria tertentu untuk lembaga pendidikan yang bersangkutan, sebab kualitas

Model antrian yang digunakan (M/M/2):(FCFS/~/~) yaitu jumlah kedatangan berdistribusi poisson, waktu pelayanan berdistribusi eksponensial, dengan jumlah fasilitas

Gambar 3.3.7 Lembar kerja Tampilan Built a Computer..

Retribusi Tempat Khusus Parkir yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat khusus parkir yang khusus disediakan dan atau