• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

CATUR SEDYO UTOMO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

Oleh:

CATUR SEDYO UTOMO E34101009

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

Catur Sedyo Utomo E34101009. Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM). Dibawah bimbingan: Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F

Sektor pariwisata telah menunjukkan perannya dengan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Sebagai sala h satu industri dengan prospek yang cerah, sektor pariwisata telah menciptakan atmosfer kesempatan kerja bagi orang-orang terampil. Pendapatan negara dari sektor pajak dan devisa semakin bertambah, keadaan sosial masyarakat yang berpartisipasi akan semakin membaik, dan kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi.

Perkembangan sektor pariwisata seringkali menimbulkan kritik akan kegiatannya yang berdampak negatif, baik secara ekologis, sosial ekonomi dan budaya. Hal ini disebabkan pariwisata yang berkembang lebih bersifat masal, tidak ramah lingkungan dan minim partisipasi penduduk lokal. Pembangunan pariwisata kadang menyebabkan degradasi lingkungan. Marjinalisasi penduduk lokal telah mengesampingkan kedudukan penduduk lokal. Alternatif pengembangan pariwisata berkelanjutan (Sustainable tourism development) dapat menjadi solusi terhadap dampak pengembangan industri pariwisata yang terjadi sekarang ini.

Pada tingkat daerah, pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi sangat penting. Suatu daerah pada umumnya kaya akan potensi sumberdaya yang beragam, akan tetapi masih miskin pengelolaan. Apalagi di era otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk mampu memberikan perhatian khusus terhadap usaha- usaha pemanfaatan potensi sumberdaya yang ada untuk menjadi sumber finansial bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi sumberdaya suatu daerah adalah dengan mengangkat identitas regional (Regional identity). Identitas regional merupakan konsep pengembangan pariwisata yang mengangkat dan mengembangkan kebudayaan daerah. Suatu identitas regional nantinya dapat menjadi sebuah icon yang menggambarkan kehidupan masyarakat yang bermanfaat guna mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Terkait dengan implementasi pembangunan partisipatif sekarang ini, pengembangan identitas regional perlu berdasarkan pada konsep ini. Keterlibatan secara utuh aktor-aktor pembangunan daerah menjadi sesuatu hal yang essensial. Masyarakat sebagai elemen daerah terbesar dalam suatu sistem publik terdiri dari atas banyak stakeholder-stakeholder yang memahami segala aspek yang ada di dalam komunitas regional. Di antara stakeholder-stakeholder dalam sistem publik yang ikut andil dalam strategi pembangunan partisipatif adalah wanita dan LSM.

Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat memiliki kekayaan yang tinggi akan sumberdaya alam dan sosio-kultur masyarakat. “Buminya yang

nyaman, airnya tawar dan ikannya banyak”, sebuah kiasan tempo dulu yang

(4)

Pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi lapang, wawancara, kuisioner dan studi literatur; (2) Pengolahan dan analisis yang menggunakan metode diskriptif dan Multiple correspondence analysis (MCA); dan (3) Pemilihan identitas regional yang dilakukan dengan menganalisa penilaian terhadap persepsi, motivasi dan preferensi stakeholder wanita dan LSM terhadap elemen budaya lokal.

Identitas regional Kabupaten Tanah Datar menurut penilaian stakeholder wanita adalah upacara adat. Sedangkan identitas regional menurut stakeholder LSM adalah elemen makanan dan kesenian. Berdasarkan analisa MCA didapatkan bahwa upacara adat dipilih wanita dengan karakteristik umur antara 35-39 tahun, dengan pendidikan terakhir SLTA dan pendapatan rata-rata perbulannya sebesar Rp. 250.000-Rp. 700.000,-. Sedangkan elemen makanan dipilih responden LSM dengan karakteristik wanita dengan umur 35-39 tahun, pendidikan terakhir SLTP, dan pendapatan rata-rata perbulan Rp. 250.000-Rp. 700.000,-. Untuk elemen kesenian menjadi identitas bagi responden LSM dengan karakteristik umur 20-24 tahun (pemuda), pendidikan terakhir SLTA dan pendapatan rata-rata perbulannya kurang dari Rp. 250.000,-

Identitas yang diperoleh didasarkan pada penilaian terhadap persepsi, motivasi dan preferensi yang timbul dari hasil interaksi masyarakat yang terjalin secara intensif dan berkelanjutan. Wanita Minang secara adat adalah lambang bundo kanduang. Lambang yang menggambarkan kehormatan dan kemuliaan dalam masyarakat. Bundo kanduang harus memahami ketentuan adat yang berlaku, termasuk kegiatan upacara adat. Dalam masyarakat Tanah Datar terdapat lembaga- lembaga atau kelompok masyarakat yang berkecimpung dalam dunia usaha. Mereka memanfaatkan elemen makanan dan kesenian sebagai komoditi untuk dijual. Makanan pada dasarnya adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi manusia pada umumnya. Kesenian bagi masyarakat Minang adalah sebagai hiburan dan sarana untuk mengekspresikan seni kehidupan.

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ilahi Rabbi, yang telah memberikan

karunia rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

berjudul “Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas

Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu penulis selama penelitian, antara lain :

1. Ayahanda Sudjoko P. dan ibunda Maryati, kakak tercinta Mbak Ning dan Mas

Budi yang selalu memberikan yang terbaik dalam kehidupan penulis

2. Bapak Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F selaku

dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing kedua, atas segala bimbingan

dan arahannya

3. Kawan seperjuangan; Ade, Desi, dan Galuh yang telah menemani dalam

menapaki kehidupan, menimba ilmu dan pengalaman selama penelitian

4. Teman-teman sekelas KSHE A’38 IPB, UGM Getas 2004, PKLP di TN Ujung

Kulon, UKM Panahan IPB, dan seluruh angkatan 38 Fahutan

5. Keluarga besar Ibu Mardiana, Keluarga besar Desi di Lintau dan di Padang,

keluarga besar Uni Yen dan ibu-ibu PKK di Nagari Sumpur serta keluarga Pak

Camat Ma’aruf A dan Pak Camat Ashadi atas segala kemurahan hati dan

keramahan yang diberikan

6. Temen-temen KKN dari UNAND, STAIN Batu Sangkar, serta “Dery and The

Genk”, sukses buat kalian!

7. Kawan seperjuangan di Asrama Sylvasari; Barkah, Afif, Herdi, Joe, Yandi, Bayu,

Mulyadi, Joko, Manan. Tetap semangat ya, kawan!

8. Segenap pihak yang telah membantu penyusunan skripsi yang tidak bisa

disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya kecil ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bogor, 31 Mei 2006

(6)

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 3 Oktober 1982 dari ayahanda Sudjoko Pituduh dan ibunda Maryati. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara.

Pada tahun 1989 penulis mulai meniti ilmu di SD Negeri 1 Rembang dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun 1995 di Sekolat Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 1 Rembang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah umum, SMU Negeri 2 Rembang dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi-organisasi kampus seperti BEM-E pada tahun 2003 dan 2004, TMPLLK (Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus) pada tahun 2003 serta Himpro KSHE tahun 2004. Dalam bidang olahraga, penulis aktif dalam UKM Panahan IPB dari tahun 2002 sampai sekarang dan pernah mengikuti kejurnas panahan indoor antar mahasiswa se-Indonesia. Dalam bidang pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Dendrologi pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005, dan sekarang menjadi asisten mata kuliah Silvikultur. Pada tahun 2003 penulis mengikut i Praktek Inventarisasi Hutan Pegunungan Gunung Walat Sukabumi. Tahun 2004 melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan Jati di Jawa Timur. Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas

Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM)” dibawah bimbingan Bapak

(7)

DAFTAR ISI

C. Pariwisata Berkelanjutan ... 8

D. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholder ... 13

E. Identitas Regional ... 14

F. Stakeholder (pemangku kepentingan) 1. Stakeholder wanita ... 15

2. Stakeholder LSM... 17

III. KONDISI UMUM A. Letak, luas dan sejarah Kabupaten Tanah Datar ... 22

B. Iklim ... 23

C. Hidrologi dan Tanah ... 23

D. Fisiografis ... 23

E. Kondisi Sosek dan Budaya 1. Demografi... 24

2. Kegiatan perekonomian... 25

3. Sosial budaya masyarakat ... 26

IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

B. Data dan Informasi Penelitian ... 28

C. Alat dan Bahan ... 28

D. Cara Pengumpulan Data ... 28

E. Metode Pengambilan Responden... 29

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebudayaan Tanah Datar secara Umum ... 32

1. Pakaian ... 33

2. Rumah ... 35

3. Makanan ... 36

4. Kerajinan tangan ... 38

(8)

6. Permainan anak nagari ... 40

7. Kesenian ... 41

8. Bahasa ... 43

9. Upacara adat ... 43

10. Sistem ekonomi ... 44

11. Sistem kekerabatan... 46

12. Sistem hukum ... 47

13. Sistem pemerintahan ... 47

B. Stakeholder wanita di Kabupaten Tanah Datar 1. Karakteristik responden wanita ... 48

2. Wanita dalam kehidupan masyarakat Tanah Datar ... 49

3. Identitas regional menurut stakeholder wanita... 50

4. Elemen budaya upacara adat sebagai identitas regional ... 52

5. Macam- macam upacara adat dalam masyarakat ... 53

C. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Tanah Datar 1. Karakteristik responden LSM ... 68

2. LSM dalam kehidupan masyarakat Tanah Datar ... 69

3. Identitas regional menurut stakeholder LSM ... 70

4. Elemen budaya makanan dan kesenian sebagai identitas regional Kabupaten Tanah datar... 72

5. Bermacam- macam makanan dan kesenian dalam masyarakat ... 76

D. Upaya pelestarian identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan... 91

VI. KESIMPULAN DAM SARAN A. Kesimpulan... 97

B. Saran. ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Bagan pilar LSM ... 21

2. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar... 24

3. Kepadatan penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar ... 25

4. Jumlah objek wisata di Kabupaten tanah Datar ... 26

5. Pakaian adat masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar ... 34

6. Rumah gadang dengan arsitektur khas Minangkabau... 35

7. Motif- motif ukiran dinding pada rumah gadang ... 36

8. Makanan yang menjadi ciri khas masing- masing daerah di Kabupaten Tanah Datar... 37

9. Jenis-jenis makanan dan minuman yang bernilai ekonomis ... 38

10.Pengrajin tenun di nagari Pandai Sikek dan pengrajin sulam Di nagari Sungayang ... 39

11.Alat tradisional yang digunakan dalam kegiatan pertanian ... 40

12.Permainan anak nagari sepak rago ... 41

13.Alat musik saluang, rabab, dan talempong ... 42

14.Upacara adat batagak gala dan upacara adat turun mandi ... 44

15.Anak-anak yang sedang mencari ikan di sungai dan kolam untuk ikan ... 45

16.Objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar ... 46

17.Grafik identitas regional menurut stakeholder wanita ... 50

18.Grafik biplot karakteristik responden wanita ... 51

19.Peralatan yang digunakan dalam peminangan sebagai tempat meletakkan sirih; baki dan carano ... 55

20.Pakaian adat perkawinan marapulai dan anak daro di Kecamatan Lintau Buo ... 58

21.Kesenian shalawat dulang pada hari pesta batagak gala ... 63

22.Arak-arakkan khatam Al Qur’an ... 66

23.Grafik identitas regional menurut stakeholder LSM... 70

24.Grafik biplot karakteristik responden LSM ... 71

25.Kedai yang menjual masakan pangek lapuak di nagari Barulak ... 72

26.Seni pertunjukkan silek (silat)... 74

27.Masakan palai ikan yang dijual oleh masyarakat ... 77

28.Dadieh, makanan dari hasil fermentasi susu sapi... 80

29.Seni pertunjukkan randai... 83

30.Arena pacu jawi dan sapi yang diarak keliling kota... 88

31.Formasi lengkap talempong yang dimainkan empat orang... 91

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Peta Kabupaten Tanah Datar ... 102

2. Peta pembagian populasi berdasarkan metode purposive sampling ... 103

3. Karakteristik responden wanita ... 104

4. Karakteristik responden LSM ... 106

5. Pemilihan identitas regional menurut stakeholder wanita... 108

6. Pemilihan identitas regional menurut stakeholder LSM ... 110

(11)

DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

CATUR SEDYO UTOMO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(12)

DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

Oleh:

CATUR SEDYO UTOMO E34101009

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(13)

Catur Sedyo Utomo E34101009. Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM). Dibawah bimbingan: Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F

Sektor pariwisata telah menunjukkan perannya dengan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Sebagai sala h satu industri dengan prospek yang cerah, sektor pariwisata telah menciptakan atmosfer kesempatan kerja bagi orang-orang terampil. Pendapatan negara dari sektor pajak dan devisa semakin bertambah, keadaan sosial masyarakat yang berpartisipasi akan semakin membaik, dan kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi.

Perkembangan sektor pariwisata seringkali menimbulkan kritik akan kegiatannya yang berdampak negatif, baik secara ekologis, sosial ekonomi dan budaya. Hal ini disebabkan pariwisata yang berkembang lebih bersifat masal, tidak ramah lingkungan dan minim partisipasi penduduk lokal. Pembangunan pariwisata kadang menyebabkan degradasi lingkungan. Marjinalisasi penduduk lokal telah mengesampingkan kedudukan penduduk lokal. Alternatif pengembangan pariwisata berkelanjutan (Sustainable tourism development) dapat menjadi solusi terhadap dampak pengembangan industri pariwisata yang terjadi sekarang ini.

Pada tingkat daerah, pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi sangat penting. Suatu daerah pada umumnya kaya akan potensi sumberdaya yang beragam, akan tetapi masih miskin pengelolaan. Apalagi di era otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk mampu memberikan perhatian khusus terhadap usaha- usaha pemanfaatan potensi sumberdaya yang ada untuk menjadi sumber finansial bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi sumberdaya suatu daerah adalah dengan mengangkat identitas regional (Regional identity). Identitas regional merupakan konsep pengembangan pariwisata yang mengangkat dan mengembangkan kebudayaan daerah. Suatu identitas regional nantinya dapat menjadi sebuah icon yang menggambarkan kehidupan masyarakat yang bermanfaat guna mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Terkait dengan implementasi pembangunan partisipatif sekarang ini, pengembangan identitas regional perlu berdasarkan pada konsep ini. Keterlibatan secara utuh aktor-aktor pembangunan daerah menjadi sesuatu hal yang essensial. Masyarakat sebagai elemen daerah terbesar dalam suatu sistem publik terdiri dari atas banyak stakeholder-stakeholder yang memahami segala aspek yang ada di dalam komunitas regional. Di antara stakeholder-stakeholder dalam sistem publik yang ikut andil dalam strategi pembangunan partisipatif adalah wanita dan LSM.

Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat memiliki kekayaan yang tinggi akan sumberdaya alam dan sosio-kultur masyarakat. “Buminya yang

nyaman, airnya tawar dan ikannya banyak”, sebuah kiasan tempo dulu yang

(14)

Pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi lapang, wawancara, kuisioner dan studi literatur; (2) Pengolahan dan analisis yang menggunakan metode diskriptif dan Multiple correspondence analysis (MCA); dan (3) Pemilihan identitas regional yang dilakukan dengan menganalisa penilaian terhadap persepsi, motivasi dan preferensi stakeholder wanita dan LSM terhadap elemen budaya lokal.

Identitas regional Kabupaten Tanah Datar menurut penilaian stakeholder wanita adalah upacara adat. Sedangkan identitas regional menurut stakeholder LSM adalah elemen makanan dan kesenian. Berdasarkan analisa MCA didapatkan bahwa upacara adat dipilih wanita dengan karakteristik umur antara 35-39 tahun, dengan pendidikan terakhir SLTA dan pendapatan rata-rata perbulannya sebesar Rp. 250.000-Rp. 700.000,-. Sedangkan elemen makanan dipilih responden LSM dengan karakteristik wanita dengan umur 35-39 tahun, pendidikan terakhir SLTP, dan pendapatan rata-rata perbulan Rp. 250.000-Rp. 700.000,-. Untuk elemen kesenian menjadi identitas bagi responden LSM dengan karakteristik umur 20-24 tahun (pemuda), pendidikan terakhir SLTA dan pendapatan rata-rata perbulannya kurang dari Rp. 250.000,-

Identitas yang diperoleh didasarkan pada penilaian terhadap persepsi, motivasi dan preferensi yang timbul dari hasil interaksi masyarakat yang terjalin secara intensif dan berkelanjutan. Wanita Minang secara adat adalah lambang bundo kanduang. Lambang yang menggambarkan kehormatan dan kemuliaan dalam masyarakat. Bundo kanduang harus memahami ketentuan adat yang berlaku, termasuk kegiatan upacara adat. Dalam masyarakat Tanah Datar terdapat lembaga- lembaga atau kelompok masyarakat yang berkecimpung dalam dunia usaha. Mereka memanfaatkan elemen makanan dan kesenian sebagai komoditi untuk dijual. Makanan pada dasarnya adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi manusia pada umumnya. Kesenian bagi masyarakat Minang adalah sebagai hiburan dan sarana untuk mengekspresikan seni kehidupan.

(15)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ilahi Rabbi, yang telah memberikan

karunia rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

berjudul “Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas

Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu penulis selama penelitian, antara lain :

1. Ayahanda Sudjoko P. dan ibunda Maryati, kakak tercinta Mbak Ning dan Mas

Budi yang selalu memberikan yang terbaik dalam kehidupan penulis

2. Bapak Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F selaku

dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing kedua, atas segala bimbingan

dan arahannya

3. Kawan seperjuangan; Ade, Desi, dan Galuh yang telah menemani dalam

menapaki kehidupan, menimba ilmu dan pengalaman selama penelitian

4. Teman-teman sekelas KSHE A’38 IPB, UGM Getas 2004, PKLP di TN Ujung

Kulon, UKM Panahan IPB, dan seluruh angkatan 38 Fahutan

5. Keluarga besar Ibu Mardiana, Keluarga besar Desi di Lintau dan di Padang,

keluarga besar Uni Yen dan ibu-ibu PKK di Nagari Sumpur serta keluarga Pak

Camat Ma’aruf A dan Pak Camat Ashadi atas segala kemurahan hati dan

keramahan yang diberikan

6. Temen-temen KKN dari UNAND, STAIN Batu Sangkar, serta “Dery and The

Genk”, sukses buat kalian!

7. Kawan seperjuangan di Asrama Sylvasari; Barkah, Afif, Herdi, Joe, Yandi, Bayu,

Mulyadi, Joko, Manan. Tetap semangat ya, kawan!

8. Segenap pihak yang telah membantu penyusunan skripsi yang tidak bisa

disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya kecil ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bogor, 31 Mei 2006

(16)

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 3 Oktober 1982 dari ayahanda Sudjoko Pituduh dan ibunda Maryati. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara.

Pada tahun 1989 penulis mulai meniti ilmu di SD Negeri 1 Rembang dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun 1995 di Sekolat Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 1 Rembang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah umum, SMU Negeri 2 Rembang dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi-organisasi kampus seperti BEM-E pada tahun 2003 dan 2004, TMPLLK (Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus) pada tahun 2003 serta Himpro KSHE tahun 2004. Dalam bidang olahraga, penulis aktif dalam UKM Panahan IPB dari tahun 2002 sampai sekarang dan pernah mengikuti kejurnas panahan indoor antar mahasiswa se-Indonesia. Dalam bidang pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Dendrologi pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005, dan sekarang menjadi asisten mata kuliah Silvikultur. Pada tahun 2003 penulis mengikut i Praktek Inventarisasi Hutan Pegunungan Gunung Walat Sukabumi. Tahun 2004 melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan Jati di Jawa Timur. Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas

Regional menurut Stakeholder Wanita dan LSM)” dibawah bimbingan Bapak

(17)

DAFTAR ISI

C. Pariwisata Berkelanjutan ... 8

D. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholder ... 13

E. Identitas Regional ... 14

F. Stakeholder (pemangku kepentingan) 1. Stakeholder wanita ... 15

2. Stakeholder LSM... 17

III. KONDISI UMUM A. Letak, luas dan sejarah Kabupaten Tanah Datar ... 22

B. Iklim ... 23

C. Hidrologi dan Tanah ... 23

D. Fisiografis ... 23

E. Kondisi Sosek dan Budaya 1. Demografi... 24

2. Kegiatan perekonomian... 25

3. Sosial budaya masyarakat ... 26

IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

B. Data dan Informasi Penelitian ... 28

C. Alat dan Bahan ... 28

D. Cara Pengumpulan Data ... 28

E. Metode Pengambilan Responden... 29

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebudayaan Tanah Datar secara Umum ... 32

1. Pakaian ... 33

2. Rumah ... 35

3. Makanan ... 36

4. Kerajinan tangan ... 38

(18)

6. Permainan anak nagari ... 40

7. Kesenian ... 41

8. Bahasa ... 43

9. Upacara adat ... 43

10. Sistem ekonomi ... 44

11. Sistem kekerabatan... 46

12. Sistem hukum ... 47

13. Sistem pemerintahan ... 47

B. Stakeholder wanita di Kabupaten Tanah Datar 1. Karakteristik responden wanita ... 48

2. Wanita dalam kehidupan masyarakat Tanah Datar ... 49

3. Identitas regional menurut stakeholder wanita... 50

4. Elemen budaya upacara adat sebagai identitas regional ... 52

5. Macam- macam upacara adat dalam masyarakat ... 53

C. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Tanah Datar 1. Karakteristik responden LSM ... 68

2. LSM dalam kehidupan masyarakat Tanah Datar ... 69

3. Identitas regional menurut stakeholder LSM ... 70

4. Elemen budaya makanan dan kesenian sebagai identitas regional Kabupaten Tanah datar... 72

5. Bermacam- macam makanan dan kesenian dalam masyarakat ... 76

D. Upaya pelestarian identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan... 91

VI. KESIMPULAN DAM SARAN A. Kesimpulan... 97

B. Saran. ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(19)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Bagan pilar LSM ... 21

2. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar... 24

3. Kepadatan penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar ... 25

4. Jumlah objek wisata di Kabupaten tanah Datar ... 26

5. Pakaian adat masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar ... 34

6. Rumah gadang dengan arsitektur khas Minangkabau... 35

7. Motif- motif ukiran dinding pada rumah gadang ... 36

8. Makanan yang menjadi ciri khas masing- masing daerah di Kabupaten Tanah Datar... 37

9. Jenis-jenis makanan dan minuman yang bernilai ekonomis ... 38

10.Pengrajin tenun di nagari Pandai Sikek dan pengrajin sulam Di nagari Sungayang ... 39

11.Alat tradisional yang digunakan dalam kegiatan pertanian ... 40

12.Permainan anak nagari sepak rago ... 41

13.Alat musik saluang, rabab, dan talempong ... 42

14.Upacara adat batagak gala dan upacara adat turun mandi ... 44

15.Anak-anak yang sedang mencari ikan di sungai dan kolam untuk ikan ... 45

16.Objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar ... 46

17.Grafik identitas regional menurut stakeholder wanita ... 50

18.Grafik biplot karakteristik responden wanita ... 51

19.Peralatan yang digunakan dalam peminangan sebagai tempat meletakkan sirih; baki dan carano ... 55

20.Pakaian adat perkawinan marapulai dan anak daro di Kecamatan Lintau Buo ... 58

21.Kesenian shalawat dulang pada hari pesta batagak gala ... 63

22.Arak-arakkan khatam Al Qur’an ... 66

23.Grafik identitas regional menurut stakeholder LSM... 70

24.Grafik biplot karakteristik responden LSM ... 71

25.Kedai yang menjual masakan pangek lapuak di nagari Barulak ... 72

26.Seni pertunjukkan silek (silat)... 74

27.Masakan palai ikan yang dijual oleh masyarakat ... 77

28.Dadieh, makanan dari hasil fermentasi susu sapi... 80

29.Seni pertunjukkan randai... 83

30.Arena pacu jawi dan sapi yang diarak keliling kota... 88

31.Formasi lengkap talempong yang dimainkan empat orang... 91

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Peta Kabupaten Tanah Datar ... 102

2. Peta pembagian populasi berdasarkan metode purposive sampling ... 103

3. Karakteristik responden wanita ... 104

4. Karakteristik responden LSM ... 106

5. Pemilihan identitas regional menurut stakeholder wanita... 108

6. Pemilihan identitas regional menurut stakeholder LSM ... 110

(21)

A. Latar Belakang

Sektor pariwisata telah menunjukkan perannya dengan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Sebagai salah satu industri dengan prospek yang cerah, sektor pariwisata telah menciptakan atmosfer kesempatan kerja bagi orang-orang terampil. Pendapatan negara dari sektor pajak dan devisa semakin bertambah, keadaan sosial masyarakat yang berpartisipasi akan semakin membaik, dan kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi. Dengan lahirnya Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan serta Peraturan Pelaksanaannya No. 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Republik Indonesia, harapannya supaya sektor pariwisata dapat melangkah lebih maju di masa- masa mendatang.

Sebagai sektor yang telah berkembang, karena memiliki linkages yang luas termasuk akomodasi, restoran, biro perjalanan maupun transportasi, industri pariwisata seringkali menimbulkan kritik akan kegiatannya yang berdampak negatif, baik secara ekologis, sosial ekonomi dan budaya. Hal ini disebabkan pariwisata yang berkembang lebih bersifat masal, tidak ramah lingkungan dan minim partisipasi penduduk lokal. Pembangunan pariwisata kadang menyebabkan degradasi lingkungan. Marjinalisasi penduduk lokal telah mengesampingkan kedudukan penduduk lokal. Pandangan kurangnya pendidikan dan ketrampilan kepariwisataan membuat semakin sempitnya peranan penduduk lokal. Kondisi tersebut telah menciptakan tuntutan-tuntutan pemenuhan akan aspek ekologis, ekonomis dan sosio-kultur. Alternatif pengembangan pariwisata berkelanjutan (Sustainable tourism development) dapat menjadi solusi terhadap tuntutan pengembangan industri pariwisata sekarang ini.

(22)

membutuhkan keterlibatan semua elemen daerah, baik itu dari pemerintah, swasta ataupun masyarakat lokal.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi sumberdaya suatu daerah adalah dengan identitas regional (Regional identity). Identitas regional merupakan konsep pembangunan pariwisata yang mengangkat dan mengembangkan kebudayaan masyarakat. Suatu identitas regional nantinya akan menjadi sebuah icon yang bisa menggambarkan kehidupan masyarakat. Selain itu, identitas juga dapat menjadi trend dalam masyarakat yang mampu memunculkan kebanggaan bagi daerah sehingga akan timbul rasa peduli dan cinta masyarakat terhadap aspek-aspek daerah, terutama budaya lokal.

Terkait dengan implementasi pembangunan partisipatif sekarang ini, pengembangan identitas regional perlu berdasarkan pada konsep ini. Keterlibatan secara utuh aktor-aktor pembangunan daerah mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring dan evaluasi menjadi sesuatu hal yang essensial. Masyarakat sebagai elemen daerah terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan, yang terdiri dari atas banyak stakeholder-stakeholder, memahami segala aspek yang ada di dalam komunitas regional. Diantara stakeholder-stakeholder di dalam sistem publik yang ikut andil dalam strategi pembangunan partisipatif adalah wanita dan LSM.

Kehadiran kaum wanita di kancah pembangunan nasional maupun regional lebih sering menjadi pihak yang termarjinalkan. Isu gender telah menyebabkan timbulnya kesenjangan di bidang penddikan, ketena gakerjaan, kesehatan dan sosial budaya (Rochadiat, 2004). Berlakunya Inpres no. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender menjadi stimulan kebangkitan wanita. Pemberdayaan wanita dilakukan di setiap segi kehidupan masyarakat guna meningkatkan kualitas dan kemandirian wanita serta meningkatkan partisipasinya dalam pengembangan pariwisata. Peranan kongkrit wanita menjadi penting dan dibutuhkan dalam menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Pengalaman di berbagai negara menunjukkan perlunya peran civil society

organization, yang di dalamnya termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

(23)

pendekatan pembangunan ya ng bersifat partisipatif kepada masyarakat. Di samping itu, LSM juga berperan dalam upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik serta melakukan advokasi untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap partisipasi masyarakat tersebut. Peranan dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat lokal sebagai aktor pembangunan dapat menunjang usaha untuk mencapai tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Salah satu daerah yang menjadi objek kajian identitas regional adalah Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar memiliki kekayaan yang tinggi akan sumberdaya alam dan sosio-kultur masyarakat. “Buminya yang nyaman,

airnya tawar dan ikannya banyak”, sebuah kiasan tempo dulu yang

menggambarkan bahwa Kabupaten Tanah Datar memang kaya akan sumberdaya alam. Begitu juga dengan kondisi sosio-kultur masyarakat Tanah Datar. Nilai-nilai sejarah dan adat istiadat Minangkabau banyak mengandung unsur keteladanan, perjalanan hidup, dan bentuk-bentuk kearifan tradisional. Kekayaan ini potensial untuk dikembangkan sebagai identitas regional yang akan memajukan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari persepsi, motivasi dan preferensi kaum wanita dan LSM di Kabupaten Tanah Datar berkaitan dengan segala aspek kehidupannya yang dapat menjadi identitas regional yang bermanfaat guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable tourism development)

C. Manfaat

(24)

A. Kebudayaan

1. Pengertian dan Unsur-unsur Kebudayaan

Dalam kehidupan sehari- hari, orang tidak mungkin lepas dari kebudayaan. Setiap hari orang akan melihat, mempergunakan, dan dalam kondisi tertentu kadang-kadang manusia malah bisa merusak kebudayaan. Kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks, menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (EB Tailor, 1871

dalam Soekanto, 1999). Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak

mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Begitu pentingnya kebudayaan, hingga dua antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan pendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu (Cultural determinism)

Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Menurut Soemardjan dan Soemardi (1964) dalam Soekanto (1999) bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa jiwa manusia akan mewujudkan kaedah-kaedah dan nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah- masalah kemasyarakatan termasuk agama, ideologi, kebatinan dan kesenian. Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup berma syarakat, menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan untuk diamalkan di kehidupan bermasyarakat.

(25)

yang bersifat sebagai kesatuan. Unsur- unsur pokok atau besar dari kebudayaan, lazim disebut cultural universals. Terdapat 7 unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan lain sebagainya)

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistek perkawinan)

4. Bahasa (lisan maupun tulisan)

5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya) 6. Sistem pengetahuan dan,

7. Religi (sistem kepercayaan).

2. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat

Kebudayaan memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya dengan melahirkan kebudayaan kebendaan (teknologi). Selain itu, budaya dapat berguna sebagai alat (tools) dalam mengolah sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan hidup. Kecuali daripada itu, manusia juga melindungi dirinya dari kekuatan-kekuatan lain di dalam masyarakat. Norma dan nilai- nilai sosial yang ditetapkan dalam masyarakat digunakan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk dalam masyarakat. Kebudayaan berfungsi sebagai petunjuk dan pengatur bagaimana manusia bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain (Soekanto, 1999)

Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula suatu struktur normatif atau menurut istilah Ralph Linton dikenal dengan design for living (garis- garis atau petunjuk-petunjuk dalam hidup). Artinya, kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perikelakukan atau blueprint of behavior

(26)

1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (valuational elements) sepertinya misalnya apa yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, apa yang sesuai dengan keinginan dan apa yang tidak sesuai dengan keinginan tersebut.

2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharusnya (prescriptive elements) seperti misalnya bagaimana orang harus berlaku

3. Unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements) seperti misalnya mengadakan upacara adat pada saat kelahiran, pertunangan, perkawinan, dan lain- lain sebagainya.

3. Sifat-Hakekat Kebudayaan

Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang masing- masing berbeda satu dengan lainnya, namun setiap kebudayaan pada dasarnya memiliki hakekat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Sifat hakekat dari kebudayaan adalah:

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia

2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya satu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya generasi yang bersangkutan 3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya 4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,

tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diijinkan (Soekanto, 1999)

Sifat hakekat kebudayaan tersebut menjadi ciri setiap kebudayaan. Dalam memahami sifat hakekat yang essensial dari kebudayaan, ada hal- hal yang perlu dijadikan sebagai pertimbangan. Yaitu, antara lain:

1. Perwujudan kebudayaan memiliki ciri-ciri khusus yang sesuai dengan situasi dan lokasinya

2. Kebudayaan bersifat stabil akan tetapi juga dinamis, dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu

3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia

(27)

tersebut menciptakan ciri-ciri khusus pada kebudayaan masing- masing daerah. Yang nantinya, ciri-ciri khusus tersebut dapat menjadi identitas daerah. Pada banyak tempat di belahan dunia, kebudayaan suatu masyarakat memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menarik minat para wisatawan untuk datang berkunjung, baik untuk tujuan penelitian atau sekedar menikmati kebudayaan untuk mendapatkan pengalaman yang menarik dan menyenangkan. Adanya identitas pada masing- masing daerah diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung.

B. Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya (Pendit, 1999). Pernyataan tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO, 2000 dalam

Abikusno, 2005). Pariwisata juga diakui sebagai salah satu aktivitas ekonomi utama dunia. Hal ini diindikasikan oleh makin meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke daerah tujuan wisata. Dalam tahun 2000 saja telah tercatat sebanyak 700 juta kunjungan internasional, dan diperkirakan bahwa pariwisata domestik mencapai 10 kali lipat dari nilai tersebut (United Nations Environment Programme; UNEP, 2003 dalam Abikusno, 2005). World Tourism Organization (WTO) memprediksikan bahwa pariwisata internasional akan terus berkembang sebesar 4 hingga 4,5 persen per tahun, yang juga akan diimbangi oleh pariwisata domestiknya. Bagi Indonesia sendiri, perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9,18 hari/ orang) di tahun 1998 dan meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12,26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata ini pada tahun 2000 adalah sebesar 5,75 milyar dolar Amerika (Depparsenibud, 1990 dalam Abikusno, 2005).

(28)

sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut; mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Marpaung (2002), pariwisata adalah perpindahan sementara ya ng dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.

Di berbagai negara di Eropa Barat misalnya, orang menggolongkan daerah tujuan wisata ini menurut faktor- faktor tertentu (Pendit, 1999) yaitu:

1. Daerah tujuan wisata tergantung atas alam, misalnya tempat berlibur pada musim- musim tertentu dan tempat beristirahat untuk kesehatan

2. Daerah tujuan wisata tergantung atas kebudayaan, misalnya kota-kota bersejarah, pusat pendidikan, tempat yang mempunyai acara khusus seperti perayaan, adat istiadat, pesta rakyat serta tempat seperti pusat beribadah 3. Daerah tujuan wisata tergantung atas lalu lintas, misalnya daerah pelabuhan

laut, pertemuan lalu lintas kereta api, persimpangan lalu lintas kendaraan bermotor, daerah pelabuhan udara

4. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan ekonomi, misalnya pusat perdagangan dan perindustrian, pusat-pusat bursa dan pekan raya, tempat-tempat yang memiliki institut perekonomian atau peristiwa-peristiwa ekonomi 5. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan politik, misalnya ibukota atau

pusat pemerintahan, tempat-tempat dimana terdapat institut politik atau kegiatan-kegiatan politik

C. Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)

Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel

and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata

(29)

menyebabkan terabaikannya pelestarian lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal (Siregar, 2001 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003). Kondisi tersebut mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan mengangkat peranan penduduk lokal. Dukungan dari dunia internasional terhadap pariwisata berkelanjutan pun sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengertian pariwisata berkelanjutan dalam agenda 21 oleh WTO (Agenda 21, 1992 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003) yaitu:

....meets the needs of present tourists and host regions while protecting and enhancing opportunities for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthetic needs can be fulfilled while maintaining cultural integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems.

Konsep pariwisata berkelanjutan sampai sekarang juga masih dalam perdebatan. Beberapa konsep dan definisi pariwisata berkelanjutan bermunculan, diantaranya adalah sebagai berikut:

• Kegiatan wisata yang mempertemukan kepentingan pengunjung dan penerima dengan menjaga kesempatan bagi generasi mendatang untuk dapat pula ikut menikmati wisata ini. Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengelolaan tertentu atas lingkungan dan sumberdaya yang tersedia agar dapat memenuhi kepentingan ekonomi, sosial dan estetika dan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologis yang penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO, 2002 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003)

• Pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan yang harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula, 1995 dalam

Hidayati dan Mujiyani, 2003)

• Semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang

(30)

• Pariwisata yang memperhatikan kemampuan alam untuk regenerasi dan

produktifitas masa datang. Selain itu juga mengenali kontribusi dari masyarakat dan komunitas adat, gaya hidup yang berpengaruh pada pengalaman wisatawan serta mengakui bahwa penduduk lokal juga harus menerima hak yang sama dari keuntungan ekonomi yang timbul dari kegiatan wisata (Tourism Concern & WWF, 1992 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003)

Beberapa definisi diatas secara umum memiliki kesamaan yang merupakan terjemahan lebih lanjut dari pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Hidayati dan Mujiyani, 2003):

• Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata yang tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata

• Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap dan melakukan usaha pariwisata (industri dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik sosial

• Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang cukup berbeda (Tourist culture)

• Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapat dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai ”resep” pembangunan yang terbaik termasuk pembangunan pariwisata. Menurut Bater (2001) dalam Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB (2002), pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielabirasi berikut ini :

1. Partisipasi

(31)

berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah didukung sebelumnya

2. Keikutsertaan para pelaku (stakeholders involvement)

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata

3. Kepemilikan lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan untuk mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan

(lingkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus

diupayakan menunjang kepemilikan lokal tersebut 4. Pembangunan sumberdaya yang berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan berkelanjutan, yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan, sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumberdaya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional

5. Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerjasama dalam wisata budaya (cultural

tourism partnership) dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan,

(32)

6. Daya dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian dan perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limit of acceptable use)

7. Monitor dan evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator- indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan lokal

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam seperti tanah, air dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vacasional dan profesional. Pelatihan yang diterapkan, sebaiknya mencakup tentang topik pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan serta topik-topik lain yang relevan

10.Promosi

(33)

tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.

D. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholders

Dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan pariwisata alam, dan pariwisata pada umumnya, terdapat berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang ikut ambil bagian dalam pengelolaan. Masing- masing stakeholders tersebut memiliki peranan masing- masing yang cukup unik dan berbeda yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pariwisata di suatu daerah, sebagaimana stakeholders ini juga memiliki arti penting dalam menentukan identitas regional di daerahnya. Stakeholders di dalam suatu masyarakat sangatlah beragam, namun untuk menyederhanakannya Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam suatu konferensinya, United Nations Conference on Environment & Development yang dilaksanakan pada tahun 1992 di Brazil telah menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Agenda 21. Di dalam Agenda 21 dijelaskan bahwa kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) dibagi ke dalam 9 grup besar, yaitu wanita, pemuda dan anak-anak, masyarakat tradisional dan komunitasnya, lembaga

swadaya masyarakat (LSM), pemerintah lokal, pekerja dan serikat perdagangan,

masyarakat bisnis dan industri, komunitas sains dan teknologi, serta petani. Lebih jauh lagi, agenda 21 menekankan pentingnya peranserta para stakeholders dalam pembangunan berkelanjutan, seperti yang tercantum dalam paragraf 23.2, chapter 23, Section III berikut:

(34)

Pengembangan pariwisata menjadi suatu interaksi yang kompleks antara para pelakunya. Pada umumnya pengembangan pariwisata diarahkan oleh sektor swasta, namun pembangunan dan pengembangan fasilitas sangat bergantung pada alokasi strategis sumberdaya yang dilakukan oleh agen-agen multi atau bilateral melalui persetujuan-persetujuan dengan pemerintah lokal dan nasional. Para stakeholder yang lain pun memiliki andil yang sama pentingnya, namun kontribusi aktualnya tergantung pada kemampuan untuk mempengaruhi para pemain inti. Manajemen pariwisata efektif yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi kemiskinan membutuhkan kerjasama antara stakeholder dengan para pengambil keputusan yang terlibat. Para stakeholder ini termasuk di dalamnya pemerintah lokal dan nasional, masyarakat lokal, sektor swasta, serta organisasi investor yang bekerjasama dengan komunitas masyarakat. Pengembangan sektor publik, sektor swasta, dan komunitas masyarakat sangat penting untuk pengembangan pariwisata, sama halnya dengan dengan semua aspek dari pengembangan yang berkelanjutan (Christ, 2003 dalam

Abikusno, 2005).

E. Identitas Regional

Identitas regional (Regional Identity) merupakan suatu konsep dengan maksud mengembangkan daerah tertentu dengan berdasarkan pada ciri khusus atau jati diri yang dimiliki oleh daerah tersebut. Berasal dari kata “identitas” dan “regional”, menurut Kamus Bahasa Indonesia, “identitas” memiliki arti ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Menurut Webster’s New Encyclopedic Dictionary, “identity” adalah:

1). The fact of condition of being exactly a like : sameness (an

identity of interest),

2). Distinguishing character or personality : Individuality,

3). The fact of being the some as something described or knowm to

exist (establish the identity of stolen goods),

4). a. An equation that is true for all values substituted for the

variables

b.Identity element (middle freanch identite from late latin

(35)

Sedangkan “regional” itu sendiri, menurut Kamus Besar Baha sa Indonesia berarti bersifat daerah; kedaerahan. Jadi bisa dikatakan bahwa regional identitas adalah jati diri atau ciri khusus yang dimiliki oleh suatu daerah atau wilayah tertentu yang berbeda dengan daerah lain.

Christensen A.L dan Millard J (2001) menjelaskan bahwa regional identitas adalah gambaran/kesan, jarak penglihatan dan kehadiran yang dirasakan, dilihat dan dirasakan oleh penduduk lokal dan masyarakat luar;

Regional identity is the image, visibility and presence perceived, seen and felt by regional inhabitants and by the outside world. It is nurtured by the development of social capital which strengthens regional community, institutions and processes, and which itself is an important ingredient in regional economic development and social cohesio n

Jati diri atau ciri khusus yang dimiliki daerah adalah segala sesuatu hal (sumberdaya) yang diakui, dimanfaatkan dan dilestarikan sehingga keberadaannya dalam masyarakat berkelanjutan sampai ke generasi berikutnya. Sumberdaya yang ada dalam masyarakat bisa dalam bentuk bio- fisik ataupun suku bangsa/etnik yang menetap di daerah tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Bio- fisik termasuk sumberdaya alam (diperbarui/tidak dapat diperbarui) yang terdapat di lingkungan sekitar manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan menjalin interaksi kuat yang terjadi terus menerus sehingga dapat membangun kerangka persepsi, motivasi dan preferensi masyarakat. Etnik atau suku bangsa yang menetap pada suatu daerah me miliki kebudayaan yang menjadi pedoman dan norma-norma yang diakui dan dipatuhi. Kebudayaan yang ada merupakan hasil karsa, rasa dan cipta yang diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga persepsi, motivasi dan preferensi masyarakat sudah terbangun dalam jangka waktu yang lama.

F. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) 1. Stakeholder Wanita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), wanita adalah perempuan yang dewasa. Sedangkan menurut Webster’s Third New International Dictionary

(36)

Woman;

(1) a female human being-distinguished from man

(2) an adult female human being-distinguished from a girl

(3) a female human being a such and without regard to any special status

(4) a female human being of a class or character lower than that normally considered a lady

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa definisi wanita adalah manusia; perempuan, yang telah mencapai kedewasaan, yaitu dalam hal berpikir, status dan memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Pembangunan yang berbasis partisipatif merupakan paradigma pembangunan yang melibatkan masyarakat secara luas (bottom-up) dalam proses pengambilan keputusan dalam pembangunan nasional. Sejak jaman orde baru sebenarnya partisipasi masyarakat telah dicoba untuk digalakkan denga n berbagai alasan. Sebagian orang menganggap bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus atau bahkan mutlak dilakukan berdasarkan pertimbangan praktis karena masyarakat sendirilah yang paling tahu kebutuhan mereka. Hal ini didukung dengan kenyataan di lapangan dimana banyak hasil pembangunan tidak dimanfaatkan kelompok sasarannya hanya karena mereka sejak awal tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka sehingga hasil pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebagian lagi menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus diterapkan berdasarkan pertimbangan yang lebih konseptual seperti antara lain, adanya anggapan yang melihat partisipasi merupakan wujud nyata dari penerapan demokrasi atau bahkan ada yang lebih mendasar yang beranggapan bahwa pada dasarnya manusia itu unik dan merdeka jadi kebahagiaan seseorang tidak mungkin ditentukan oleh orang lain tanpa terlebih dahulu bertanya atau berkonsultasi kepada yang bersangkutan.

(37)

makin lama semakin banyak kaum wanita yang menduduki jabatan-jabatan penting sebagai pengambil keputusan. Apalagi di era pembangunan sekarang ini, peranan wanita dalam komunitas tingkat lokal atau daerah sangat dibutuhkan dalam membangun daerahnya menuju daerah otonom. Dari kenyataan-kenyataan yang telah digambarkan di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa di Indonesia pada saat ini telah tercipta iklim yang sangat menguntungkan bagi kaum wanita untuk merealisasikan gagasan yang dikandung oleh emansipasi wanita.

2. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Banyak pengertian atau definisi yang yang dikemukan oleh berbagai pihak tentang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berdasarkan sudut pandang dan argumentasi masing- masing. Bank Dunia mendefinisikan Non Government Organization (NGO) atau organisasi non pemerintah (Ornop), yang kemudian diterjemahkan menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai “organisasi swasta yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan, mengangkat dan menyuarakan berbagai kepentingan orang miskin atau pihak yang terpinggirkan, memberikan pelayanan sosial dasar, atau melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat”. Dalam pengertian yang lebih luas, pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat dapat pula diaplikasikan pada setiap lembaga nirlaba yang independen dan tidak terpengaruh oleh institusi pemerintah (http://www.deliveri.org/Guidelines/misc/proj_papers/pp_5i.htm).

(38)

memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.

Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi. Yaitu antara lain: (1) Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok, (2) Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan, dan (3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendali sosial (Social control) yaitu sistem pengawasan daripada masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya

Dalam perkembangannya, istilah LSM lebih dikenal sebagai NGO atau Ornop, dikarenakan cakupan kegiatan yang lebih luas. Namun pada dasarnya, setiap lembaga memiliki ciri dasar yang identik satu sama lain, baik itu lembaga daerah/lokal maupun lembaga yang berskala nasional- internasional. Menurut Renggana (2005), lembaga yang independen, pastinya memiliki perbedaan atau ciri khusus yang membedakan dengan lembaga pemerintahan. Pilar-pilar LSM memiliki ciri antara lain, Struktur dan budaya organisasi, Manajemen, Proses/sistem, Komunikasi, dan Sumberdaya. Kelima pilar mendukung “visi/misi” LSM sebagai acuan dalam penetapan program strategi untuk mencapai organisasi yang berkelanjutan.

a. Struktur dan budaya organisasi

Terdapat lima aspek yang membawahi elemen ini. Yaitu : (1) Struktur organisasi mendukung strategi organisasi/program, (2) Struktur menggambarkan wewenang dan tanggung jawab pelaku organisasi, (3) Budaya yang dipegang secara kondusif dapat menjabarkan misi organisasi ke dalam aktivitas program, (4) Pelaku organisasi memiliki nilai- nilai kolektif yang diyakini dan dipertahankan, serta (5) Pelaku anggota menunjukkan sistem nilai yang dianut organisasi.

b. Manajemen

(39)

1) Governance, yang meliputi;

§ Fungsi dan hubungan dengan Board (yayasan) yang jelas

§ Hubungan dengan stakeholders yang efektif

§ Misi organisasi yang menggambarkan nilai kolektif anggotanya

§ Mempunyai status hukum yang kuat

§ Kepemimpinan (leadership) yang berakuntabilitas

§ Manajemen SDM, meliputi;

§ Mempunyai kebijakan dan praktek SDM yang mendukung strategi

§ Organisasi mempunyai kebijakan yang menghasilkan perilaku yang berkomitmen bagi seluruh anggota

§ Mempunyai peraturan kepegawaian yang sesuai dengan visi dan misi organisasi

§ Mempunyai perencanaan SDM yang sesuai dengan strategi dan struktur organisasi

§ Mempunyai program pengembangan staf

§ Mempunyai sistem pembagian kerja yang jelas dengan tanggung jawab dan akuntabilitasnya

§ Mempunyai sistem SDM yang mengatur rekrutmen, sampai dengan pemberhentiannya (PHK)

§ Mempunyai sistem reward yang jelas dan adil

§ Mempunyai sistem hubungan kerja yang partisipatif 3) Program, meliputi;

§ Perencanaan program

§ Pengembangan program

§ Mempunyai sistem untuk monitoring dan evaluasi

§ Mempunyai sistem feedback dan reporting yang baik

§ Mempunyai learning process yang dikembangkan dan dievaluasi setiap waktu

4) Manajemen keuangan, yang meliputi;

§ Ada sistem audit keuangan yang baik

§ Budgetting

(40)

§ Sistem pelaporan keuangan 5) Manajemen informasi, me liputi;

§ Mempunyai sistem untuk mengumpulkan dan menganalisa serta melaporkan informasi dengan baik

§ Ada staf yang terlatih untuk menangani informasi dan diseminasi dalam organisasi

§ Ada sistem untuk menggunakan, membagi informasi dan memberikan feedback serta pendukungan pengambilan keputusan

6) Humas, meliputi;

§ LSM mengerti sistem hubungan masyarakat yang baik, terutama dengan komunitas

§ Tujuan dan sasaran LSM dimengerti oleh stakeholders

§ LSM mempunyai imej yang positif dalam masyarakat

§ LSM berpartisipasi dalam jaringan

§ LSM membina kerjasama yang baik dengan stakeholders

§ LSM mempunyai media strategi untuk bekerja dengan media

§ LSM menarik perhatian media dengan positif

§ LSM dapat memanfaatkan peluang publikasi yang baik c. Proses/sistem

Pilar organisasi perlu memiliki “kebijakan” yang mengatur sistem dan prosedur administrasi yang jelas. Memerlukan suatu bentuk “teamwork” baik, baik itu di dalam maupun lintas divisi. Perubahan yang terjadi dalam organisasi perlu diimbangi dengan “proses kerja” yang proaktif. Pengambilan keputusan perlu dilandasi “proses yang partisipatif”.

d. Komunikasi

(41)

e. Sumberdaya

“Sistem dan kebijakan” dapat memanfaatkan sumber daya yang ada (keuangan, SDM, asset) dengan efisien dan efektif. Mempunyai “Standard Operation Prosedur (manual)” dalam pemanfaatan sumberdaya.

Pilar-pilar tersebut merupakan sesuatu yang essensial dalam membangun LSM yang keberlanjutan (keberlanjutan keuangan dan organisasi). Seperti yang dijelaskan pada diagram pilar-pilar LSM, kelima pilar merupakan landasan visi/misi LSM, yang akan mendukung kinerja LSM secara menyeluruh dan totalitas, seperti yang disajikan pada gambar 1.

VISI/MISI

KEBER LANJUTAN

HASIL DAN PERFORMANCE

ORGANIZATIONAL STRATEGY

PROGRAM STRATEGY

Struktur & Budaya

Organisasi Proses/Sistem Sumberdaya

Manajemen Komunikasi

(42)

A. Letak, Luas dan Sejarah Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Tanah Datar terletak di Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten Tanah Datar terletak pada 0º17' LS-0º39' LS dan 100º19' BT-100º51' BT, sedangkan secara administratif Kabupaten Tanah Datar berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam Sebelah selatan : Kabupaten Solok

Sebelah timur : Kabupaten Sawahlunto Sijunjung

Sebelah barat : Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam

Luas Kabupaten Tanah Datar secara administratif adalah 1.336,00 Km2 yang terdiri dari 14 kecamatan, yaitu: Kecamatan X Koto, Batipuh, Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo Utara, Lintau Buo, Sungayang, Sungai Tarab, Salimpaung dan Tanjung Baru. Kecamatan Batipuah Selatan, Tanjung Baru dan Lintau Buo Utara merupakan kecamatan baru yang diresmikan pada bulan April 2003, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Tanah Datar Nomor 13 tahun 2003.

(43)

B. Iklim

Topografi Kabupaten Tanah Datar yang berbukit-bukit berpengaruh terhadap tingkat curah hujan per tahun di beberapa daerah. Kecamatan di sekitar lereng Gunung Merapi, seperti Kecamatan Salimpaung, Sungayang, Sungai Tarab, Batipuh, X Koto dan sebagian Lintau Buo, curah hujan berada pada kisaran 2500-3000 mm/th. Sedangkan kecamatan yang berada pada wilayah yang lebih rendah seperti Kecamatan Tanjung Emas, Limo Kaum, Rambatan dan sebagian Lintau Buo curah hujan rata-rata yang terjadi adalah sebesar 2000 mm/th. Musim penghujan di Kabupaten Tanah Datar terjadi pada bulan September-Mei. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan Agustus. Suhu udara tiap tahun berada pada kisaran 27-34°C. Sedangkan kelembaban berada pada kisaran 84,9-93%.

C. Hidrologi dan Tanah

Kabupaten Tanah Datar memiliki sekitar 25 sungai, yang mengalir pada tiap kecamatan. Sebagian besar sumber air sungai berasal dalam tanah. Di wilayah bagian selatan terdapat Danau Singkarak yang sebagian masuk dalam kecamatan Batipuh dan Rambatan. Sesuai dengan kondisi topografi yang berbukit-bukit dan bergunung- gunung maka jenis tanah yang ada bermacam- macam. Beberapa jenis tanah yang ada antara lain tipe tanah vulkanis, tanah andosol, latosol dan podsolik merah kuning. Tekstur tanah mulai dari geluh debuan, lempung sampai dengan lempung berpasir. Solum tanah umumnya bervariasi dari ketebalan 10 cm-2,5 m dari batuan dasar.

D. Fisiografis

(44)

proses pembentukan serta merupakan daerah vulkanis yang subur. Kabupaten Tanah Datar terletak pada ketinggian rata-rata 200 sampai 1000 meter di atas permukaan laut.

Di antara 14 kecamatan, 3 kecamatan terletak pada ketinggian antara 750 sampai dengan 1000 m di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan X Koto, Salimpaung, dan Tanjung Baru. Sedangkan 4 kecamatan lain, yaitu Kecamatan V Kaum, Tanjung Emas, Padang Gantiang, dan Sungai Tarab terletak pada ketinggian 450 sampai dengan 550 meter di atas permukaan laut. Sementara 7 kecamatan lain terletak pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buo Utara terletak pada ketinggian 200 s.d. 750 mdpl. Sedangkan Kecamatan Batipuh Selatan terletak pada ketinggian 500 s.d. 850 mdpl.

E. Kondisi Sosek dan Budaya 1. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar hasil registrasi penduduk tahun 2003 sebanyak 329.962 orang, yang terdiri dari 158.506 orang penduduk laki- laki dan 171.456 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk masing- masing kecamatan dapat dilihat dari histogram di bawah ini:

Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0.59%. Kepadatan penduduk secara keseluruhan di Kabupaten Tanah Datar adalah sebesar 245

Gambar 2. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar Sumber : www.tanahdatar.go.id

38,984

Jumlah Penduduk (ribu) A X Koto

B Batipuh

C Batipuh Selatan

(45)

Gambar 3. Kepadatan Penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar orang/km2. Kepadatan penduduk di setiap kecamatan dapat dilihat di histogram dibawah ini:

2. Kegiatan Perekonomian

Mata pencaharian pokok utama masyarakat kabupaten Tanah Datar adalah bidang pertanian dalam arti luas. Komoditi utama dari sektor pertanian adalah padi sawah, palawija dan sayur-sayuran. Pada tahun 2003, Kecamatan yang menghasilkan produksi padi terbanyak adalah Kecamatan Lintau Buo (26.828,4 ton), sedangkan untuk palawija Kecamatan Salimpaung menjadi produsen jagung terbesar, yaitu sebesar 3.440,3 ton. Produksi sayur-sayuran dihasilkan dari Kecamatan X Koto dan Kecamatan Salimpaung. Di bidang perkebunan, komoditi utamanya adalah casiavera (Cinnamomum burmanii), karet (Hevea brasiliensis) dan tebu. Pinus, murbei, serta beberapa jenis tanaman penghasil buah merupakan komoditi sektor kehutanan. Di bidang peternakan dan perikanan jenis komoditi unggulannya adalah sapi potong, ayam petelur serta ikan mas.

Sektor perekonomian yang juga sangat diperhatikan pemerintahan Kabupaten Tanah Datar adalah industri pariwisata, karena Kabupaten Tanah Datar termasuk salah satu dari Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar memiliki 150 buah obyek wisata yang tersebar di kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar. Objek-objek

Sumb er : www.tanahdatar.go.id A B C D E F G H I J K L M N

C Batipuh Selatan

Gambar

Gambar 1. Bagan Pilar LSM
Gambar 2. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
Gambar 3. Kepadatan Penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
Gambar 4. Jumlah obyek wisata di Kabupaten Tanah Datar
+7

Referensi

Dokumen terkait