• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), wanita adalah perempuan yang dewasa. Sedangkan menurut Webster’s Third New International Dictionary

Woman;

(1) a female human being-distinguished from man

(2) an adult female human being-distinguished from a girl

(3) a female human being a such and without regard to any special status

(4) a female human being of a class or character lower than that normally considered a lady

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa definisi wanita adalah manusia; perempuan, yang telah mencapai kedewasaan, yaitu dalam hal berpikir, status dan memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Pembangunan yang berbasis partisipatif merupakan paradigma pembangunan yang melibatkan masyarakat secara luas (bottom-up) dalam proses pengambilan keputusan dalam pembangunan nasional. Sejak jaman orde baru sebenarnya partisipasi masyarakat telah dicoba untuk digalakkan denga n berbagai alasan. Sebagian orang menganggap bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus atau bahkan mutlak dilakukan berdasarkan pertimbangan praktis karena masyarakat sendirilah yang paling tahu kebutuhan mereka. Hal ini didukung dengan kenyataan di lapangan dimana banyak hasil pembangunan tidak dimanfaatkan kelompok sasarannya hanya karena mereka sejak awal tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka sehingga hasil pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebagian lagi menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus diterapkan berdasarkan pertimbangan yang lebih konseptual seperti antara lain, adanya anggapan yang melihat partisipasi merupakan wujud nyata dari penerapan demokrasi atau bahkan ada yang lebih mendasar yang beranggapan bahwa pada dasarnya manusia itu unik dan merdeka jadi kebahagiaan seseorang tidak mungkin ditentukan oleh orang lain tanpa terlebih dahulu bertanya atau berkonsultasi kepada yang bersangkutan.

Dewasa ini di Indonesia hampir tidak ada lembaga atau instansi yang tidak terbuka bagi kaum wanita, asal saja bisa memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dan berlaku umum. Demikian pula halnya dengan semua lapangan pekerjaan yang ada. Bahkan ada beberapa jenis lapangan pekerjaan yang lebih mengutamakan tenaga wanita. Walaupun belum diketemukan data yang lebih pasti, namun dari hasil pengamatan sehari- hari terdapat kesan yang kuat bahwa

makin lama semakin banyak kaum wanita yang menduduki jabatan-jabatan penting sebagai pengambil keputusan. Apalagi di era pembangunan sekarang ini, peranan wanita dalam komunitas tingkat lokal atau daerah sangat dibutuhkan dalam membangun daerahnya menuju daerah otonom. Dari kenyataan-kenyataan yang telah digambarkan di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa di Indonesia pada saat ini telah tercipta iklim yang sangat menguntungkan bagi kaum wanita untuk merealisasikan gagasan yang dikandung oleh emansipasi wanita.

2. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Banyak pengertian atau definisi yang yang dikemukan oleh berbagai pihak tentang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berdasarkan sudut pandang dan argumentasi masing- masing. Bank Dunia mendefinisikan Non Government Organization (NGO) atau organisasi non pemerintah (Ornop), yang kemudian diterjemahkan menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai “organisasi swasta yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan, mengangkat dan menyuarakan berbagai kepentingan orang miskin atau pihak yang terpinggirkan, memberikan pelayanan sosial dasar, atau melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat”. Dalam pengertian yang lebih luas, pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat dapat pula diaplikasikan pada setiap lembaga nirlaba yang independen dan tidak terpengaruh oleh institusi pemerintah (http://www.deliveri.org/Guidelines/misc/proj_papers/pp_5i.htm).

Menurut Soekanto (1999), LSM yang dikenal masyarakat sekarang ini identik dengan istilah lembaga kemasyarakatan. Di dalam suatu masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. Norma tersebut apabila diwujudkan dalam hubungan antara manusia dinamakan organisasi sosial. Di dalam perkembangannya, norma tersebut berkelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan manusia. Misalnya, kebutuhan hidup kekerabatan, kebutuhan pencaharian hidup, kebutuhan akan pendidikan, kebutuhan akan menyatakan keindahan dan lain sebagainya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga- lembaga kemasyarakatan terdapat di setiap masyarakat. Hal itu disebabkan karena setiap masyarakat tentu

memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.

Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi. Yaitu antara lain: (1) Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok, (2) Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan, dan (3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendali sosial (Social control) yaitu sistem pengawasan daripada masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya

Dalam perkembangannya, istilah LSM lebih dikenal sebagai NGO atau Ornop, dikarenakan cakupan kegiatan yang lebih luas. Namun pada dasarnya, setiap lembaga memiliki ciri dasar yang identik satu sama lain, baik itu lembaga daerah/lokal maupun lembaga yang berskala nasional- internasional. Menurut Renggana (2005), lembaga yang independen, pastinya memiliki perbedaan atau ciri khusus yang membedakan dengan lembaga pemerintahan. Pilar-pilar LSM memiliki ciri antara lain, Struktur dan budaya organisasi, Manajemen, Proses/sistem, Komunikasi, dan Sumberdaya. Kelima pilar mendukung “visi/misi” LSM sebagai acuan dalam penetapan program strategi untuk mencapai organisasi yang berkelanjutan.

a. Struktur dan budaya organisasi

Terdapat lima aspek yang membawahi elemen ini. Yaitu : (1) Struktur organisasi mendukung strategi organisasi/program, (2) Struktur menggambarkan wewenang dan tanggung jawab pelaku organisasi, (3) Budaya yang dipegang secara kondusif dapat menjabarkan misi organisasi ke dalam aktivitas program, (4) Pelaku organisasi memiliki nilai- nilai kolektif yang diyakini dan dipertahankan, serta (5) Pelaku anggota menunjukkan sistem nilai yang dianut organisasi.

b. Manajemen

Beberapa pilar menjadi landasan bagi manajemen LSM. Pilar tersebut meliputi :

1) Governance, yang meliputi;

§ Fungsi dan hubungan dengan Board (yayasan) yang jelas

§ Hubungan dengan stakeholders yang efektif

§ Misi organisasi yang menggambarkan nilai kolektif anggotanya

§ Mempunyai status hukum yang kuat

§ Kepemimpinan (leadership) yang berakuntabilitas

§ Manajemen SDM, meliputi;

§ Mempunyai kebijakan dan praktek SDM yang mendukung strategi

§ Organisasi mempunyai kebijakan yang menghasilkan perilaku yang berkomitmen bagi seluruh anggota

§ Mempunyai peraturan kepegawaian yang sesuai dengan visi dan misi organisasi

§ Mempunyai perencanaan SDM yang sesuai dengan strategi dan struktur organisasi

§ Mempunyai program pengembangan staf

§ Mempunyai sistem pembagian kerja yang jelas dengan tanggung jawab dan akuntabilitasnya

§ Mempunyai sistem SDM yang mengatur rekrutmen, sampai dengan pemberhentiannya (PHK)

§ Mempunyai sistem reward yang jelas dan adil

§ Mempunyai sistem hubungan kerja yang partisipatif 3) Program, meliputi;

§ Perencanaan program

§ Pengembangan program

§ Mempunyai sistem untuk monitoring dan evaluasi

§ Mempunyai sistem feedback dan reporting yang baik

§ Mempunyai learning process yang dikembangkan dan dievaluasi setiap waktu

4) Manajemen keuangan, yang meliputi;

§ Ada sistem audit keuangan yang baik

§ Budgetting

§ Sistem pelaporan keuangan 5) Manajemen informasi, me liputi;

§ Mempunyai sistem untuk mengumpulkan dan menganalisa serta melaporkan informasi dengan baik

§ Ada staf yang terlatih untuk menangani informasi dan diseminasi dalam organisasi

§ Ada sistem untuk menggunakan, membagi informasi dan memberikan feedback serta pendukungan pengambilan keputusan

6) Humas, meliputi;

§ LSM mengerti sistem hubungan masyarakat yang baik, terutama dengan komunitas

§ Tujuan dan sasaran LSM dimengerti oleh stakeholders

§ LSM mempunyai imej yang positif dalam masyarakat

§ LSM berpartisipasi dalam jaringan

§ LSM membina kerjasama yang baik dengan stakeholders

§ LSM mempunyai media strategi untuk bekerja dengan media

§ LSM menarik perhatian media dengan positif

§ LSM dapat memanfaatkan peluang publikasi yang baik c. Proses/sistem

Pilar organisasi perlu memiliki “kebijakan” yang mengatur sistem dan prosedur administrasi yang jelas. Memerlukan suatu bentuk “teamwork” baik, baik itu di dalam maupun lintas divisi. Perubahan yang terjadi dalam organisasi perlu diimbangi dengan “proses kerja” yang proaktif. Pengambilan keputusan perlu dilandasi “proses yang partisipatif”.

d. Komunikasi

Antar anggota organisasi harus menghasilkan dialog yang sinergis, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Budaya efektif dan partisipatif perlu untuk selalu digalakkan untuk menjadi atmosfer pada setiap meeting. Setiap anggota diharuskan untuk mengembangkan interpersonal skill dan setiap anggota belajar untuk terbuka akan kritik. Sistem pengambilan keputusan pada setiap meeting harus jelas. Kondisi di atas akan menghasilkan sistem komunikasi yang jelas dan sehat dalam lembaga.

e. Sumberdaya

“Sistem dan kebijakan” dapat memanfaatkan sumber daya yang ada (keuangan, SDM, asset) dengan efisien dan efektif. Mempunyai “Standard Operation Prosedur (manual)” dalam pemanfaatan sumberdaya.

Pilar-pilar tersebut merupakan sesuatu yang essensial dalam membangun LSM yang keberlanjutan (keberlanjutan keuangan dan organisasi). Seperti yang dijelaskan pada diagram pilar-pilar LSM, kelima pilar merupakan landasan