• Tidak ada hasil yang ditemukan

VISI/MISI

C. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Tanah Datar 1.Karakteristik Responden LSM 1.Karakteristik Responden LSM 1.Karakteristik Responden LSM

5. Bermacam-macam Jenis Makanan dan Kesenian Masyarakat Di Kabupaten Tanah Datar

5.1 Makanan dan masakan Minangkabau

5.2.3 Atraksi/festival masyarakat

Selain tari-tarian dan beladiri, masyarakat Minangkabau juga memiliki jenis kesenian berupa atraksi-atraksi atau festival rakyat. Atraksi dan festival rakyat telah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang ke Tanah Datar. Kesenian ini muncul dari aktivitas-aktivitas masyarakat yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya saja atraksi alu katentong, teraspirasi dari adanya kegiatan menyiapkan beras, ataupun adu kerbau yang dilakukan ketika petani selesai masa panen sebagai ungkapan rasa syukur.

a. Alu katentong

Atraksi ini adalah permainan alat penumbuk padi (alu) yang dipukulkan ke lesung dengan variasi pukulan ritmis sehingga melahirkan irama yang teratur dan indah. Permainan ini dimainkan dengan sistem interloking dari 8 buah alu, yang juga dimainkan oleh 8 orang wanita dengan masing- masing motif pukulan tersendiri. Dari sistem permainan tersebut lahirlah beberapa irama yang mereka sebut dengan irama alang babega, alang katurun dan sebagainya. Permainan ini berawal dari kegiatan para wanita saat mempersiapkan beras yang akan dimasak

untuk keperluan helat perkawinan, tagak penghulu dan upacara adat lainnya. Sampai saat ini atraksi ini masih ditampilkan pada upacara-upacara adat di desa Ladang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.

b. Lukah gilo

Lukah adalah merupakan alat yang oleh masyarakat sehari- hari dipakai sebagai alat menangkap belut, namun pada permainan ini lukah dijadikan sebagai alat penguji keterampilan dan ketangkasan para anak muda dalam mengendalikan lukah yang telah dibumbui ramuan magic oleh seorang pawang, sehingga lukah tersebut dapat bergerak sendiri, melompat atau menari- nari. Para pemain yang ada pada umumnya lelaki mencoba untuk menangkap lukah tersebut. Keunikan permainan ini terletak dari ukuran lukah yang 5 kali lebih besar dari ukuran lukah sebenarnya serta gerak para pemain yang berusaha menjinakkan lukah tersebut. c. Pacu kuda

Atraksi pacu kuda adalah kegiatan yang turun temurun dan sudah sangat populer di Sumatra Barat. Atraksi ini dikoordinir secara profesional, dan terjadwal untuk masing- masing Daerah Tingkat II. Dalam kegiatan ini kuda yang tampil merupakan utusan dari masing- masing Daerah Tk. II ini ditandai dari warna baju yang dipakai oleh para joki.

d. Festival pagaruyung

Festival pagaruyung me rupakan kegiatan yang menampilkan aneka seni, atraksi dan permainan anak nagari yang dilombakan baik di tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan. Festival ini telah ditetapkan sebagai atraksi utama (Major event) pariwisata di Tanah Datar. Kegiatan festival ini diadakan setahun sekali. Bukan hanya menarik para wisatawan, festival ini juga bermanfaat sebagai ajang untuk melestarikan kesenian yang ada pada tiap nagari.

e. Dabuih

Dabuih merupakan atraksi yang memperagakan kekuatan ilmu bathin dimana para pemain sanggup menari- nari diiringi musik, dengan menggunakan senjata tajam, berupa pisau, parang api, kaca dan sebagainya. Alat ini ada yang mereka pukul-pukul ke tubuh, memotong lidah, leher dan adegan mengerikan lainnya. Namun tidak satupun dari mereka yang cedera. Atraksi ini menyerupai dengan kesenian debus yang terkenal di daerah Banten.

f. Adu kabau

Atraksi adu kabau merupakan permainan yang telah menjadi budaya turun temurun di masyarakat Minangkabau, begitu pula dengan masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. Budaya warisan leluhur yang telah berlangsung selama ratusan tahun itu sampai kini masih dijaga dengan baik oleh masyarakat Minang pada umumnya. Sejarah penamaan Minangkabau, menurut cerita diawali dalam suatu pertandingan adu kerbau untuk mengakhiri peperangan dengan kerajaan besar di Jawa. Minangkabau, berasal dari kata “minang” yang berarti menang dan “kabau” yang berarti kerbau.

Kerbau bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau adalah harta yang sangat berharga dan juga kehormatan. Apalagi kerbau yang memenangkan pertandingan adu kerbau. Beberapa masyarakat menjadikan permainan adu kerbau sebagai hobi. Kerbau miliknya yang akan diadu biasanya diberikan latihan tarung terlebih dahulu, kemudian minta dijampi- jampikan kepada dukun kerbau dan minta untuk diracikkan jamu. Jamu untuk kerbau mengandung bahan-bahan alam, seperti jahe, temulawak, lada dan daun-daunan dari alam. Di atas api besar, jamu-jamuan itu disangrai hingga gosong kemudian dicampur dengan telur bebek, air jeruk nipis, minuman suplemen dan satu botol bir hitam.

Permainan adu kerbau biasanya dilakukan di tanah lapang yang kering. Sebelum pertandingan dimulai, kerbau-kerbau tersebut akan dimandikan terlebih dahulu. Setelah itu tanduk kerbau diruncingkan, kemudian dijampi-jampi oleh dukun kerbau lalu diberikan jamu kuat. Pertandingan ini dinyatakan berakhir jika kerbau yang diadu lari tunggang langgang meninggalkan arena. Awalnya adu kerbau dilakukan adalah untuk mempertahankan tradisi suku Minangkabau. Sayang belakangan acara adu kerbau justru dimanfaatkan para penontonnya untuk bertaruh atau berjudi.

g. Pacu jawi

Pacu jawi, seperti halnya adu kabau juga merupakan tradisi di Kabupaten Tanah Datar. Permainan ini di Kabupaten Tanah Datar hanya digelar di empat kecamatan. Yaitu, Kecamatan Limo Kaum, Sungai Tarab, Pariangan, dan Kecamatan Rambatan. Masing- masing kecamatan digilir dua bulan sekali. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari sabtu dan minggu.

Sumber: internet Atraksi ini pada mulanya juga sebagai sarana adu kecepatan kekuatan jawi

(sapi) yang digunakan untuk membajak sawah. Pacu jawi dilaksanakan pada areal sawah yang berlumpur, pada waktu masa panen habis. Pada dasarnya kegiatan ini adalah sebagai ajang pertunjukan kekuatan dan kehebatan jawi-jawi yang mereka miliki. Keunikan permainan ini, adalah fungsi alat bajak sebagai kendaraan joki dan untuk mempercepat lari jawinya, joki tidak saja mencabuk jawi namun dia akan menggigit ekor jawi tersebut. Permainan ini hampir menyerupai kesenian karapan sapi di daerah Madura.

Sebelum dilaksanakan lomba pacu jawi, terlebih dahulu para pemilik sapi mengadakan prosesi adat, yakni sapi-sapi diarak keliling kota bersama bundo

kanduang yang menenteng talam yang berisi makanan-makanan tradisional, yakni

batiah, pisang, nasi lamak, pinyaram, dan lain- lain. Usai arak-arakan, diadakan doa selamatan dengan menyuguhkan makanan- makanan tradisional tersebut. Acara ini dihadiri pemuka-pemuka adat, pejabat, serta pemilik sapi. Dalam lomba pacu jawi bukan diadu dengan pasangan lawan, tetapi hanya dilombakan satu-satu pasang sapi.

Lomba pacu jawi ini punya kode etik atau peraturan-peraturan, yakni: 1) Joki selamat sampai ke finish. 2) Harus lurus sampai finish. 3) Air naik bagaikan kembang. 4) Tidak diperkenankan memakai tali pacu/les. 5) Tanpa pakai andong atau tali yang menghubungkan sapi dengan tempatnya. 6) Langkah kedua sapi serentak. 7) Sampai di finish pasangan sapi berdiri dengan kokohnya. Yang tak kalah uniknya adalah masing- masing pemilik sapi punya “orang pintar” atau pawang. Tugas pawang ini mengganggu konsentrasi sapi pacuan lawan

supaya gagal jadi juara. Contohnya, saat pasangan mulai lari dengan dikendalikan seorang joki, tiba-tiba pasangan sapi lari ke luar arena, tepatnya ke arah penonton (http://www.riaupos.com/web/content/view/7784/27/)