UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA 5 – 6 TAHUN MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN
DI TK TUNAS HARAPAN III A SERDANG BEDAGAI TAHUN AJARAN 2014 / 2015
SKRIPSI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH :
SAUMAL BARIDAH HASIBUAN
NIM. 1113313018PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ABSTRAK
SAUMAL BARIDAH HASIBUAN, 1113313018 “Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia 5 – 6 Tahun Melalui Penerapan Metode Bermain Peran Di Tk Tunas Harapan III A Serdang Bedagai Tahun Ajaran 2014 / 2015.”
Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan menggunakan Metode Bermain Peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak usia 5 – 6 Tahun di TK. Tunas Harapan III A Serdang Bedagai Tahun Ajaran 2014 / 2015.
Keadaan yang terlihat di TK Tunas Harapan III A ini ± 50% anak yang menunjukkan kemampuan sosial yang bermasalah, anak tidak mau membantu temannya dalam hal meminjamkan alat tulis, anak tidak mau berbagi pada teman yang tidak membawa makanan, anak suka mengejek temannya, anak tidak mau membantu merapikan meja saat selesai kegiatan pembelajaran dan saat anak ada yang terjatuh anak lain menertawakan bukan menolong.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan. Penelitian tindakan ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : perancangan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas B yang berjumlah 12 orang di TK. Tunas Harapan III A Serdang Bedagai Tahun Ajaran 2014/2015. Yang terdiri dari 6 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Objek penelitian adalah Metode Bermain Peran dalam meningkatkan kemampuan sosial anak. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan sosial anak usia 5 – 6 tahun melalui metode bermain peran.
Hasil analisis data pada siklus I diperoleh data bahwa kemampuan sosial anak yaitu sebanyak 10 orang anak atau (83,33 %) tergolong sangat rendah dan 2 orang anak atau (16,67 %) tergolong rendah. Dari data hasil observasi tersebut hingga perlu dilakukan pembelajaran melalui metode bermain peran yang lebih baik pada siklus II. Dari hasil analisis siklus II diperoleh hasil bahwa perkembangan kemampuan sosial anak meningkat yaitu terdapat 7 orang anak atau (58,33 %) yang tergolong sangat tinggi, 3 orang anak atau (25 %) yang tergolong tinggi dan 2 orang anak atau (16,67 %) tergolong rendah.
3.4 Desain Penelitian ... 28
3.5 Prosedur Penelitian ………... 28
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.7 Teknik Analisis Data ... 33
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 39
4.1.1 Deskripsi Penelitian Siklus I ... 39
a. Perencanaan Siklus I ... 39
b. Pelaksanaan Siklus I ... 39
c. Hasil Pengamatan Siklus I ... 40
d. Refleksi Siklus I ... 46
4.1.2 Deskripsi Penelitian Siklus II ... 47
a. Perencanaan Siklus II ... 47
b. Pelaksanaan Siklus II ... 48
c. Hasil Pengamatan Siklus II ... 48
d. Refleksi Siklus II ... 54
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Interpretasi Kemampuan Sosial Anak Usia 5 – 6 Tahun ... 34
3.2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 35
4.1 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus I Pertemuan 1 ... 41
4.2 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus I Pertemuan 1 ... 41
4.3 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus I Pertemuan 2 ... 42
4.4 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus I Pertemuan 2 ... 43
4.5 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak pada Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 43
4.6 Rangkuman Hasil Pengamatan Kemampuan Sosial Anak Selama Siklus I ... 44
4.7 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus II Pertemuan 1 ... 49
4.8 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus II Pertemuan 1 ... 50
4.9 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus II Pertemuan 2 ... 51
4.10 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak Siklus II Pertemuan 2 ... 51
4.11 Hasil Observasi Kemampuan Sosial Anak pada Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 52
4.12 Rangkuman Hasil Pengamatan Kemampuan Sosial Anak Selama Siklus II ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas ... 28
3.2 Diagram Batang Kemampuan Sosial Anak Pada Siklus I ... 45
3.3 Diagram Batang Kemampuan Sosial Anak Pada Siklus II ... 54
3.4 Diagram Batang Peningkatan Kemampuan Sosial Anak
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Anak adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang tiada ternilai
harganya, dimana anak dibekali dengan berbagai potensi yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini adalah suatu
pendidikan yang ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan
pertumbuhan anak untuk persiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Seperti
yang dijelaskan dalam Undang – Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1,
dinyatakan bahwa :
"Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".
Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu
dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam
pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dan
ditanamkan dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif, bahasa, nilai agama dan
moral serta perkembangan sosial anak 5-6 tahun.
2 tetapi ada beberapa bentuk perilaku yang tidak sosial atau anti sosial. Sejauh mana terjadinya peningkatan perilaku sosial akan bergantung tiga hal. Pertama, seberapa kuat keinginan anak untuk diterima secar sosial; kedua pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku; dan ketiga kemampuan intelektual yang semakin berkembang yang memungkinkan pemahaman hubungan antara perilaku mereka dengan penerimaan sosial (Yulia Siska, 2011).”
Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada Anak
Usia Dini adalah perkembangan sosial. Perkembangan Sosial Anak Usia 5-6
tahun menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 :
“Bersikap kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih, antusias dsb.), mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin. menunjukkan rasa empati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah), bangga terhadap hasil karya sendiri, menghargai keunggulan orang lain.”
Mengapa kemampuan sosial anak pada usia 5-6 tahun perlu
dikembangkan? karena pada dasarnya setiap anak akan memerlukan bantuan
orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial, demikian juga pada anak masa
usia 5-6 tahun anak seharusnya sudah dapat menunjukkan sikap toleran, mengenal
tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat,
memahami peraturan dan disiplin, menunjukkan rasa empati, bangga terhadap
hasil karya sendiri dan menghargai keunggulan orang lain, serta dapat
mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada seperti dalam
suasana senang-sedih-antusias dan sebagainya. Mengingat kemampuan sosial
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya kemampuan sosial
ditanamkan pada anak sedini mungkin. Upaya yang telah dilakukan oleh guru
selama ini untuk mengembangkan kemampuan sosial anak adalah mengajarkan
3 menghargai teman, baik menghargai milik, pendapat, hasil karya teman atau
kondisi-kondisi yang ada pada teman. Selain itu guru mendorong anak untuk
melakukan kontak sosial dengan anak lain dengan cara bermain dan bicara
bersama.
Namun dalam kenyataan masih banyak anak yang tidak dapat
bersosialisasi dengan orang lain seperti halnya dengan keadaan yang terlihat di
TK Tunas Harapan III A ini ± 50% anak yang menunjukkan kemampuan sosial
yang bermasalah, anak tidak mau membantu temannya dalam hal meminjamkan
alat tulis, anak tidak mau berbagi pada teman yang tidak membawa makanan,
anak suka mengejek temannya, anak tidak mau membantu merapikan meja saat
selesai kegiatan pembelajaran dan saat anak ada yang terjatuh anak lain
menertawakan bukan menolong.
Kondisi yang ditemukan di TK Tunas Harapan III A ini menunjukkan
masih lemahnya kemampuan sosial anak yang disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah guru masih menggunakan metode mengajar yang
konvensional, kegiatan pembelajaran masih banyak menggunakan metode tanya
jawab dan metode ceramah, guru jarang menggunakan metode bermain peran,
guru yang lebih banyak berperan aktif dan anak hanya melakukan kegiatan
mengisi majalah, menggambar, mewarnai gambar dan mendengarkan guru
bercerita saja. Sementara guru juga kurang menyediakan media pembelajaran,
media dapat dijadikan alat untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran,
sementara fasilitas sekolahnya juga masih kurang memadai/alat bermain yang
4 tua anak, sehingga masalah anak di rumah sering terbawa-bawa ke sekolah
ataupun sebaliknya masalah anak di sekolah terbawa kerumah.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa
menjadi bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalam suatu kelompok
dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatan bermain
anak dapat mengembangkan kemampuan sosial yang dibutuhkan dalam
berinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginan
secara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi aturan- aturan sosial. Selain itu,
bermain dengan orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak untuk
menyesuaikan tindakan mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dan
kebutuhan orang lain, mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi
’kekuasaan’, tempat, dan ide dengan teman bermain.
Kemampuan sosial pada anak dapat dikembangkan melalui berbagai
metode pembelajaran, salah satunya adalah metode bermain peran. Bermain peran
atau bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal yaitu
dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu
dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.
“Kegiatan metode bermain peran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak diharapkan mampu untuk mengembangkan sosialisasi bagi peserta didik, belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir agar dia berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Dengan kegiatan bermain peran anak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasi diri bergerak, ekspresi dalam bermain dengan suasana riang dan gembira melalui peran-peran yang dilakoninya (Veronika dkk., 2012).”
Bentuk kegiatan metode bermain peran merupakan cermin budaya
5 dan didengar akan terulang dalam kegiatan bermain peran tersebut. Dengan anak
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran,
kemampuan sosial pada anak akan tumbuh dan masuk ke dalam diri anak dan
melihat keadaan dari sisi orang lain, seolah-olah ia adalah orang itu.
Dengan kondisi yang terlihat di TK Tunas Harapan III A ini dan
berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia 5-6
Tahun Melalui Penerapan Metode Bermain Peran Di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai T.A 2014/2015”
1.2Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang terdapat di TK Tunas Harapan III A
Serdang Bedagai T.A 2014/2015 dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Lemahnya kemampuan sosial anak yang ditandai dengan anak tidak mau
membantu temannya dalam hal meminjamkan alat tulis, tidak mau berbagi
pada teman yang tidak membawa makanan, suka mengejek temannya,
tidak mau membantu merapikan meja saat selesai kegiatan pembelajaran,
saat ada anak yang terjatuh anak lain menertawakan bukan menolong
2. Guru masih menggunakan metode yang konvensional dan guru yang
banyak berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kurang
bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam
6 3. Guru jarang menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran,
guru kurang menyediakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar.
4. Fasilitas sekolah yang kurang memadai/alat bermain yang masih minim
serta kurangnya guru.
5. Kurang adanya komunikasi dan kerja sama diantara guru dan orang tua
anak, terutama/khususnya berkaitan dengan kemampuan sosial anak.
1.3Batasan Masalah
Untuk memberikan batasan ruang lingkup yang jelas maka masalah yang
ditulis dibatasi pada penerapan metode bermain peran yang digunakan oleh guru
pada saat proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan sosial
anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak pada usia 5-6 tahun di
TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai ?
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan sosial anak usia dini di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai
7 1.6Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada Pendidikan Anak Usia Dini khususnya dalam
kemampuan bersosial anak dan sebagai masukan atau informasi bagi guru dalam
penerapan metode bermain peran khususnya meningkatkan aktivitas dan
pencapaian perkembangan anak.
2. Manfaat Praktis
- Manfaat bagi Anak
Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial di
lingkungannya agar dapat diterima dengan baik.
- Manfaat bagi Guru
1. Memberikan masukan pada guru dalam mengembangkan kemampuan
sosial anak agar di masa yang akan datang anak dapat diterima dengan
baik di lingkungannya
2. Menambah keterampilan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan sosial anak agar di
masa yang akan datang anak dapat diterima dengan baik di
lingkungannya
- Manfaat bagi Sekolah/TK
a. Memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk berusaha menciptakan
interaksi yang baik dalam lingkungan sekolah, antara guru dengan
8 perhatian, kasih sayang, keterbukaan, suasana harmonis sehingga
nantinya dapat dijadikan bekal bagi anak dalam membentuk
kepribadian dan perilaku sehingga mudah dan dapat diterima dalam
pergaulan yang luas, baik di sekolah maupun lingkungan sekitar anak.
b. Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk memberikan
kebijaksanaan dalam meningkatkan kemampuan guru untuk
meningkatkan kemampuan sosial anak. Diharapkan pula hendaknya
memberikan penambahan fasilitas sekolah baik berupa mainan ataupun
media.
- Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengetahuan atau wawasan dalam menerapkan
pengalaman peneliti untuk mengajar ataupun penerapan metode bermain
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi terhadap penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan selama dua siklus dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak
usia 5-6 tahun di TK Tunas Harapan III A Kec. Dolok Merawan Kab. Serdang
Bedagai T.A 2014/2015.
2. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I setelah diberikan kegiatan dalam
pembelajaran dengan metode bermain peran dapat diketahui tingkat
perkembangan sosial anak yaitu pada siklus I terdapat 10 orang anak atau
(83,33%) tergolong kriteria sangat rendah dan 2 orang anak atau (16,67%)
tergolong rendah. Dari data hasil observasi tersebut sehingga perlu dilakukan
metode bermain peran yang lebih menarik dan bervariasi pada siklus II.
3. Pada siklus II dilakukan perbaikan cara penyampaian pembelajaran oleh
peneliti, namun tetap dengan metode bermain peran. Setelah dilakukan
tindakan siklus II, maka dapat diketahui tingkat perkembangan sosial anak
yaitu anak yang meningkat kemampuan sosialnya tergolong sangat tinggi
sebanyak 7 orang anak atau (58,33%), sedangkan yang tergolong tinggi
menjadi 3 orang anak atau (25%) dan anak yang tergolong kriteria sangat
rendah menurun bahkan tidak terdapat anak yang kriteria sangat rendah.
2 5.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi anak diharapkan melalui metode bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan sosial anak.
2. Bagi guru diharapkan agar dalam meningkatkan kemampuan sosial anak
disarankan untuk menggunakan metode bermain peran.
3. Bagi pihak sekolah diharapkan lebih memberikan perhatian terhadap
peningkatan kemampuan sosial anak dengan mengikutsertakan guru-guru
dalam pelatihan-pelatihan, melalui penyediaan sumber belajar dan media yang
mampu meningkatkan kemampuan sosial anak.
4. Bagi peneliti, selanjutnya diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian ini
sehingga diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang lebih baik agar
1 DAFTAR PUSTAKA
Ambar, 2010. Ditjen.PAUD, Sekolah Al-Falah Jakarta Timur dan CCCRT (2004).
Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran.
Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Danar Santi, 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik. Jakarta : Macanan Jaya Cemerlang.
Gunarti, W, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku Anak dan Kemampuan
Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Istarani, 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan. Media Persada.
Kurniati, 2005. Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan
Sosial Anak. Tesis. Tidak diterbitkan.
Masganti, Sit. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing.
Masitoh, dkk. 2006. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mutiah, 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Nugraha, Ali. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional, Bandung: Universitas Terbuka.
Nurgayah, 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung : Citapustaka Media Perintis.
R. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sujiono, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :Indeks.
Veronika Dewi Arto, dkk. 2012. Upaya Meningkatkan Sosialisasi Anak Melalui
Metode Sosiodrama Usia 5-6 Tahun Di TK Hang Tuah. Jurnal PG-PAUD
2 Yulia Siska, 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam