• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perubahan Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Rebusan Sayur Bayam Hijau dengan Metode Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Perubahan Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Rebusan Sayur Bayam Hijau dengan Metode Spektrofotometri"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT ( NO2

-

)

DALAM HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI

TESIS

Oleh:

HAPOSAN MANALU

097006002/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT (NO2

-

)

DALAM HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan

Oleh:

HAPOSAN MANALU

097006002/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN

NITRIT (NO

2

-) DALAM HASIL REBUSAN

SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

Nama Mahasiswa : HAPOSAN MANALU Nomor Pokok : 097006002

Program Studi : Ilmu Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan

Menyetujui: Komisi Pembimbing :

Dr. Tini Sembiring, MS.

Ketua Anggota

Drs. Ahmad Darwin, MSc.

Ketua Program Studi : Dekan :

Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph. D.

NIP: 195204181980021001 NIP: 196310261991031001 Dr. Sutarman, MSc.

(4)

Telah diuji pada Tanggal 29 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Tini Sembiring, MS Anggota : 1. Drs. Ahmad Darwin, MSc

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT (NO2

-

)

DALAM REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat pendapat atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan dalam tesis ini dikutip berdasarkan kode ilmiah.

Medan, 29 Juli 2011

Penulis,

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara , saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : HAPOSAN MANALU

NIM : 097006002

Program Studi : Ilmu Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT (NO2-) DALAM HASIL

REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Medan, 29 Juli 2011

Penulis,

(7)

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT (NO

2

-) DALAM

HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Penelitian tentang perubahan kandungan nitrit (NO2-) dalam hasil rebusan

sayur bayam hijau telah dilakukan. Sayur bayam diperoleh dari kebun sayur petani Desa Kebun Baru, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Kandungan nitrit ditentukan pada rebusan sayur bayam dan air rebusan sayur bayam dengan metode spektrofotometri. Dari hasil penelitian diperoleh nilai kandungan pada rebusan sayur bayam dengan variasi waktu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 jam masing-masing adalah 4,159; 5,319; 7,239; 8,719; 10,149 dan 11,559 mg/kg. Nilai kandungan nitrit pada air rebusan sayur bayam masing-masing 1,729; 3,349; 3,889; 4,969; 6,129 dan 7,079 mg/kg. Sehingga diperoleh nilai total kandungan nitrit pada rebusan sayur bayam dan air rebusan sayur bayam adalah 5,888; 8,668; 11,128; 13,688; 16,278 dan 18,638 mg/kg. Penyimpanan hasil rebusan sayur bayam hijau selama 5 jam aman dikonsumsi untuk seseorang yang berat badannya 60 kg sebanyak ± 428,16 gr hasil rebusan sayur bayam sesuai ketentuan ADI (Acceptable Daily Intake)/Jumlah Asupan Harian menurut WHO (Word Healthy Organisation).

(8)

ANALYSIS OF NITRITE (NO

2

-) CHANGE VEGETABLE

IN THE RESULT OF THE BOILED GREEN SPINACH

VEGETABLE SPECTROPHOTOMETRY METHOD

ABSTRACT

The research has been carried out on the changing of nitrite (NO2-) content in a vegetable stew of green spinach. Vegetable spinach were obtained from Kebun Baru Village farmers, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Content of nitrite were determined at vegetable spinach and the water of boiled vegetable spinach using spectrophotometric methods. From the results of the research it was obtained with variations in time 0, 1, 2, 3, 4, and 5 hours were 4,159; 5,319; 7,239; 8,719; 10, 149 dan 11,559 mg/kg. Value content of nitrites content of the the water boiled spinach were 1,729; 3,349; 3,889; 4,969; 6,129 dan 7,079 mg/kg. Respectively in order to obtain the total value of the content at boiled vegetable spinach there for of were 5,888; 8,668; 11,128; 13,688; 16,278 dan 18,638 mg/kg. Storaging of result of boiled vegetable spinach during 5 hours was seaved for consumtion for the people with its weight body 60 kgs in the result of boiled spinach vegetable according to total amount 428,16 grams of the result according with maximum limit of Acceptable Daily Intake (ADI).

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: ˮ Analisa Perubahan

Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Rebusan Sayur Bayam Hijau dengan Metode

Spektrofotometri ˮ yang merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan dalam Program Magister Ilmu Kimia pada Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Tini Sembiring, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan.

2. Bapak Drs. Ahmad Darwin, MSc., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membantu penulis selama penyelesaian tesis.

3. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, PhD, selaku Ketua Program Studi yang

sudah memberikan bimbingan.

4. Kepada seluruh staf dosen di Program Magister Kimia yang memberikan mata

kuliah.

5. Kepada pegawai, kak Leli yang telah banyak membantu dalam administrasi.

6. Kepada pihak Universitas Sumatera Utara yang telah memberi wadah pendidikan

kepada penulis dalam melanjutkan pendidikan.

7. Istriku Helena Gultom, SP., dan putraku Surya Andreas Manalu yang telah

memberikan semangat dan dukungan mulai dari perkuliahan sampai penyelesaian

tesis.

8. Frans Simanjuntak, SSi., Asisten Pusat Penelitian Universitas Sumatera Utara

(10)

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Kimia S2 kelas Regular angkatan

2009 (Sumatera Tarigan, Hendry Faisal, Lintong S. Pane, Ahmad Hafizullah,

Fendi Sinaga, Elliwati Hasibuan, Cut Wira, Ely Suryani Harahap dan Sri

Kuncoro), semoga tetap terjalin kebersamaan walaupun latar belakang, tugas dan

tempat yang berbeda.

10. Ibu Dra. Norma Sinaga, selaku pembimbing selama penelitian di Laboratorium

Kesehatan Medan.

11. Kakak Johana Gultom, SE dan abang ipar Tiopan Gultom yang telah memberi

dukungan dan bantuan kepada penulis.

12. Mertua penulis ibu Elmina Simanjuntak, yang sedang menjalani perawatan di

Rumah Sakit Penang.

13. Orangtua penulis, ibu Tiomas Nababan yang memberikan dukungan kepada

penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang memberikan

dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pihak pembaca untuk perbaikan tulisan penulis di kemudian hari.

Akhirnya kepada semua pihak yeng telah membantu dan mendukung

penyelesaian tesis ini , penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tesis ini

bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 29 Juli 2011

Penulis,

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : HAPOSAN MANALU

Tempat/Tanggal Lahir : Siborongborong/1 Desember 1969

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Belibis I No. 16 Perumnas Mandala Medan -

20226

No. Hp : 081264432116

E-mail : haposan_manalu_12@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

- SD : SD Negeri No. 173311 Siborongborong, kabupaten Tapanuli Utara

tahun 1976-1982.

- SMP : SMP Negeri 1 Siborongborong, kabupaten Tapanuli Utara

tahun 1982-1985.

- SMA : SMA Negeri 9 Medan tahun 1985-1988.

- Strata -1 : Universitas HKBP Nommensen Medan Fakultas Pertanian Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian tahun 1989-1995.

- Akta – IV : Universitas Negeri Medan tahun 2003.

- Strata – 2 : Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi Ilmu Kimia tahun

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Lokasi Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sayuran 5

2.1.1. Pengertian Sayuran 5

2.1.2. Kandungan Gizi Sayuran 5

2.1.3. Manfaat Sayuran Bagi Kesehatan 6

2.2. Tumbuhan Bayam 6

2.3. Nitrit 9

2.3.1. Defenisi Nitrit 9

2.3.2. Sifat Fisik dan Struktur Kimia Nitrit 11

2.3.3. Methemoglobin 12

2.3.4. Keracunan Nitrit 14

2.4. Kinetika Kimia 14

2.4.1. Efek Katalis 14

(13)

2.5. Karbon Aktif 17

2.6. Istilah dalam Penulisan 19

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 20

3.2. Bahan-bahan 21

3.3. Prosedur Penelitian 21

3.3.1. Penyediaan Bahan Pereaksi 21

3.3.2. Lokasi Pengambilan Sampel 22

3.3.3. Metoda Pengambilan Sampel 22

3.3.4. Prosedur Pengukuran Sampel 22

3.4. Bagan Penelitian 26

3.4.1. Preparasi Sampel 26

3.4.2. Pengukuran Konsentrasi nitrit 27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sampel 32

4.1.1. Pengukuran Kadar Nitrit 32

4.1.2. Penurunan Persamaan Garis Regresi 32

4.1.3. Perhitungan Koefisien Korelasi 34

4.1.4. Penentuan Penyerapan Nitrit oleh Karbon Aktif 34

4.1.5. Penentuan Kadar Nitrit 36

4.1.6. Perhitungan Jumlah Hasil Sayur Bayam yang Dapat Dikonsumsi Setiap hari Berdasarkan Kadar Nitrit dalam Sayur Bayam 40

4.2. Pembahasan 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 45

5.2. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Komposisi Zat Gizi Bayam dalam 100 g Bayam Segar 8

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nitrit untuk Kurva Kalibrasi tanpa Karbon Aktif 33

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nitrit untuk Kurva Kalibrasi dengan Karbon Aktif 33

Tabel 4.3. Hasil penyerapan konsentrasi nitrit oleh karbon aktif Pada larutan standar 34

Tabel 4.4. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square 34

Tabel 4,5. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Sayur Bayam tanpa Direbus 37

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Rebusan Sayur Bayam 38

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Air Rebusan Sayur Bayam 39

Tabel 4.8. Total Pengukuran Kadar Nitrit Sayur Bayam yang Direbus 40

Tabel 4,9. Jumlah Rebusan Sayur Bayam + Air Rebusan Bayam yang Aman untuk Dikonsumsi Setiap Hari dengan Kandungan Nitrit yang Sesuai Batas ADI 41

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Grafik kecepatan awal terbentuknya hasil reaksi (P) pada keadaan mantap untuk berbagai konsentrasi awal

substrat (S) 17

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Contoh Perhitungan 49

Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 50

Lampiran 3. Gambar Gambar 1. Lokasi Pengambailan Sampel 51

Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel 51

Gambar 3. Balai Laboratorium Kesehatan Medan 52

Gambar 4. Spektrofotometer Sinar Tampak Spek 300 52

Gambar 5. Larutan Seri Standar Nitrit 53

Gambar 6. Stamper dan mortir penggilingan bayam 53

Gambar 7. Sampel mengandung karbon aktif 54

Gambar 8. Sampel yang sudah ditambah Reagent 54

Gambar 9. Karbon Aktif 55

(17)

ANALISA PERUBAHAN KANDUNGAN NITRIT (NO

2

-) DALAM

HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Penelitian tentang perubahan kandungan nitrit (NO2-) dalam hasil rebusan

sayur bayam hijau telah dilakukan. Sayur bayam diperoleh dari kebun sayur petani Desa Kebun Baru, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Kandungan nitrit ditentukan pada rebusan sayur bayam dan air rebusan sayur bayam dengan metode spektrofotometri. Dari hasil penelitian diperoleh nilai kandungan pada rebusan sayur bayam dengan variasi waktu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 jam masing-masing adalah 4,159; 5,319; 7,239; 8,719; 10,149 dan 11,559 mg/kg. Nilai kandungan nitrit pada air rebusan sayur bayam masing-masing 1,729; 3,349; 3,889; 4,969; 6,129 dan 7,079 mg/kg. Sehingga diperoleh nilai total kandungan nitrit pada rebusan sayur bayam dan air rebusan sayur bayam adalah 5,888; 8,668; 11,128; 13,688; 16,278 dan 18,638 mg/kg. Penyimpanan hasil rebusan sayur bayam hijau selama 5 jam aman dikonsumsi untuk seseorang yang berat badannya 60 kg sebanyak ± 428,16 gr hasil rebusan sayur bayam sesuai ketentuan ADI (Acceptable Daily Intake)/Jumlah Asupan Harian menurut WHO (Word Healthy Organisation).

(18)

ANALYSIS OF NITRITE (NO

2

-) CHANGE VEGETABLE

IN THE RESULT OF THE BOILED GREEN SPINACH

VEGETABLE SPECTROPHOTOMETRY METHOD

ABSTRACT

The research has been carried out on the changing of nitrite (NO2-) content in a vegetable stew of green spinach. Vegetable spinach were obtained from Kebun Baru Village farmers, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Content of nitrite were determined at vegetable spinach and the water of boiled vegetable spinach using spectrophotometric methods. From the results of the research it was obtained with variations in time 0, 1, 2, 3, 4, and 5 hours were 4,159; 5,319; 7,239; 8,719; 10, 149 dan 11,559 mg/kg. Value content of nitrites content of the the water boiled spinach were 1,729; 3,349; 3,889; 4,969; 6,129 dan 7,079 mg/kg. Respectively in order to obtain the total value of the content at boiled vegetable spinach there for of were 5,888; 8,668; 11,128; 13,688; 16,278 dan 18,638 mg/kg. Storaging of result of boiled vegetable spinach during 5 hours was seaved for consumtion for the people with its weight body 60 kgs in the result of boiled spinach vegetable according to total amount 428,16 grams of the result according with maximum limit of Acceptable Daily Intake (ADI).

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bayam (Amarantus tricolor L) termasuk jenis sayuran daun yang sudah lama

dikenal dan dibudidayakan secara luas di Indonesia. Bayam merupakan salah satu

jenis sayuran komersil yang mudah diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional

maupun pasar modern. Bayam umumnya diperdagangkan dalam bentuk bayam cabut

dan bayam petik. Harganya relatif murah sehingga dapat terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat (Sutarno. H, 1994).

Menurut hasil survey tanaman sayuran Indonesia (Rukmana, 1994) tanaman

bayam (Amarantus tricolor L) tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara.

Tanaman bayam menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersil yang

dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia. Bayam juga merupakan bahan sayuran

daun yang bergizi tinggi sehingga termasuk salah satu tanaman pekarangan yang

dianjurkan dalam rangka menunjang Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).

Bahkan di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein

nabati.

Bayam mengandung sedikit kalori dengan kandungan karbohidrat dan lemak

yang relatif rendah, tetapi kaya akan kandungan β-karoten (provitamin A), vitamin C

(asam askorbat), kalsium dan mineral terutama zat besi (Direktorat Gizi Depkes RI,

1996).

Selain sebagai sayuran yang bergizi tinggi, bayam juga dapat dimanfaatkan

sebagai obat berbagai macam penyakit. Kandungan vitamin A dalam bayam berguna

untuk memberikan ketahanan tubuh dalam menanggulangi penyakit mata, sakit

pernafasan, kesehatan kulit dan selaput lendir, Vitamin B dapat mencegah penyakit

beri-beri, memperkuat syaraf, dan melenturkan otot rahim, Vitamin C dapat

(20)

penyakit anemia (kurang darah) dan sakit kuning serta memperkuat tulang dan gigi

(Bandini. Y, 2001).

Tetapi bayam juga mengandung zat yang bersifat merugikan, salah satunya

adalah asam oksalat. Pemanasan sayur bayam yang berulang dan disimpan dalam

waktu lama akan meningkatkan kandungan asam oksalat yang dapat menghambat

penyerapan zat besi dan kalsium dalam tubuh. Zat besi (Fe2+) yang tinggi pada bayam juga dapat berinteraksi dengan udara (teroksidasi) dan berubah menjadi Fe3+ yang

bersifat racun bagi tubuh

Selain mengandung zat besi, bayam juga mengandung zat nitrat (NO3-). Kalau

tereduksi dengan udara, maka akan menjadi NO2- (nitrit). Nitrit adalah senyawa yang

tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun bagi tubuh manusia. Menurut John S

Wishnok, bayam segar yang baru dicabut dari persemaiannya telah mengandung

senyawa nitrit kira-kira sebanyak 5 mg/kg. Bila bayam disimpan di lemari es selama 2

minggu, kadar nitrit akan meningkat sampai 300 mg/kg.

Dengan kata lain, dalam 1 hari penyimpanan, senyawa nitrit akan meningkat

21 mg/kg (7%). Efek toksik (meracuni tubuh) yang ditimbulkan oleh nitrit bermula

dari reaksi oksidasi nitrit dengan zat besi dalam sel darah merah, tepatnya di dalam

hemoglobin (Hb). Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk disalurkan ke

seluruh organ tubuh. Ikatan nitrit dengan hemoglobin disebut methemoglobin,

mengakibatkan hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen. Jika jumlah

methemoglobin mencapai lebih dari 15% dari total hemoglobin, maka akan terjadi

keadaan yang disebut sianosis, yaitu suatu keadaan dimana seluruh jaringan tubuh

manusia kekurangan oksigen. Jika hal ini terjadi pada bayi dikenal dengan nama “Blue

Baby”.

Menurut Silalahi dalam Darius (2007) bahwa jumlah asupan harian (ADI) oleh

FAO/WHO untuk 60 kg berat badan adalah 8 mg nitrit.

Secara umum masyarakat sudah mengetahui bahwa rebusan sayur bayam tidak

dapat disimpan terlalu lama ataupun dipanaskan, tetapi banyak yang tidak

(21)

keracunan. Dari uraian di atas peneliti ingin menganalisa perubahan kandungan nitrit

(NO2-) pada hasil rebusan sayur bayam hijau dan air rebusan bayam yang sering

dikonsumsi masyarakat serta berapa lama dapat disimpan setelah dimasak, aman

untuk dikonsumsi.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Sejauh mana perubahan kandungan nitrit (NO2-) pada hasil rebusan sayur bayam.

2. Berapa lama hasil rebusan sayur bayam dapat disimpan (tidak beracun) sebelum

dikonsumsi.

3. Apakah ada perbedaan kandungan nitrit (NO2-) antara rebusan sayur bayam dan

air rebusan bayam.

1.3. Pembatasan Masalah

1. Sampel yang digunakan adalah bayam yang diambil dari kebun sayur petani di

desa Kebun Baru, kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel yang dianalisa adalah rebusan sayur bayam hijau dan air rebusan bayam.

3. Kandungan yang dianalisa dalam sampel adalah nitrit (NO2-).

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui kandungan nitrit (NO2-) rebusan sayur bayam hijau selama

penyimpanan.

2. Untuk mengetahui kandungan nitrit (NO2-) air rebusan bayam hijau selama

penyimpanan.

3. Untuk mengetahui sejauh mana perubahan kandungan nitrit pada hasil rebusan

sayur bayam selama penyimpanan.

4. Untuk mengetahui lama penyimpanan hasil rebusan sayur bayam yang aman

(22)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat dalam mengkonsumsi sayur bayam

secara aman.

2. Sebagai informasi tambahan bagi instansi terkait dalam memberikan penyuluhan

pola makan yang sehat.

3. Sebagai acuan bagi pihak pedagang makanan (nasi dan lauk pauk) dalam

menyediakan makanan yang sehat dan bernilai gizi yang tinggi bagi konsumen.

1.6. Lokasi Penelitian

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sayuran

2.1.1. Pengertian sayuran

Istilah sayuran biasanya digunakan untuk merujuk pada tunas, daun, dan buah

tanaman yang lunak dan dapat dimakan secara utuh atau sebagian, segar/mentah atau

dimasak, sebagai pelengkap pada makanan (Ronoprawiro, 1993). Sayuran merupakan

bagian dari menu makanan yang berperan menyediakan vitamin, mineral atau serat

dan juga mempunyai khasiat lain untuk kesehatan, kebugaran maupun kecantikan

(Novary, 1997).

Sayuran adalah bahan yang mudah rusak (perishable). Oleh karena itu,

penanganan sayuran sejak pemanenan, pengemasan, hingga akan pemasaran harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan tekstur sayuran. Jika tekstur

sayuran rusak, maka akan mudah terjadi pencemaran baik oleh mikroorganisme

maupun bahan pencemar kimia seperti residu peptisida, logam berat, dan lain-lain.

Untuk mengurangi ataupun menghindari pencemaran pada sayuran, maka perlu

dilakukan pengolahan sayuran yang meliputi pencucian dan pemasakan secara benar

dan higienis (Karnisa. 2000).

2.1.2. Kandungan gizi sayuran

Hampir semua sayuran mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,

hanya jumlahnya yang berbeda. Walaupun karbohidrat, protein dan lemak juga

terdapat didalamnya, tetapi jumlahnya relatif kecil dibandingkan kandungan vitamin

dan mineral. Berikut ini beberapa jenis vitamin dan mineral yang terdapat dalam

sayuran, yaitu: Vitamin (A, B1, B2, B3, B6, C dan E), Mineral Kalsium (Ca), Mineral

(24)

2.1.3. Manfaat Sayuran Bagi Kesehatan

Sayuran dikenal sebagai bahan pangan yang mempunyai banyak khasiat bagi

kehidupan manusia. Beberapa khasiat sayuran diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang

lebih sedikit dibandingkan zat gizi lainnya. Kekurangan dan kelebihan vitamin

maupun mineral mempunyai efek yang tidak baik bagi kesehatan tubuh.

2. Memelihara kesehatan tubuh

Sayuran mampu memelihara bahkan mengatasi gangguan kesehatan tubuh

karena terdapat zat-zat gizi maupun non-gizi yang berperan dalam hal kesehatan,

Sebagai contoh: vitamin A mencegah kebutaan, vitamin C mencegah sariawan,

mineral besi mencegah anemia, kalsium mencegah rematik dan lain sebagainya.

3. Mengontrol berat badan

Sayuran merupakan bahan pangan yang tinggi serat. Oleh karenanya,

mengkonsumsi sayuran sering dianjurkan kepada orang yang ingin mengontrol berat

badannya, baik sebagai bagian dari menu makan, pengganti snack, maupun sebagai

minuman (jus). Serat yang dikonsumsi mampu menimbulkan rasa kenyang lebih lama

sehingga kecenderungan makan berlebih dapat dikurangi atau dicegah.

4. Menunda proses penuaan

Sayuran segar mengandung suatu zat antioksidan yang melindungi sel-sel

tubuh dari proses penuaan. Selain itu, zat antioksidan ini juga mencegah adanya

radikal bebas merusak sel atau program genetik (Novary, 1997).

2.2. Tumbuhan Bayam

Tumbuhan bayam berasal dari Amerika tropik. Sampai sekarang, tumbuhan ini

sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Bayam sebagai sayur

umumnya dikenal di Asia Timur dan Asia Tenggara, sehingga dalam bahasa Inggris

disebut Chinese amaranth. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan

(25)

tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak

panas.Tanaman setahun, tegak atau agak condong, tinggi 0,4-1 m, dan bercabang.

Batang lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8

cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan.

Bunga berbentuk bulir. Bayam yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi sebagai

sayuran dikenal dengan bayam cabut.

Terdapat tiga varietas bayam yang termasuk ke dalam Amaranthus tricolor,

yaitu bayam hijau biasa, bayam merah (Blitum rubrum), yang batang dan daunnya

berwarna merah, dan bayam putih (Blitum album), yang berwarna hijau

keputih-putihan. Daun dan batang bayam merah mengandung cairan berwarna merah. Selain

Amaranthus tricolor, terdapat bayam jenis lain, seperti bayam kakap (A. hybridus),

bayam duri (A. spinosus), dan bayam tanah (A. blitum). Jenis bayam yang sering

dibudidayakan adalah A. tricolor, sedangkan jenis bayam lainnya tumbuh liar. Panen

bayam cabut paling lama dilakukan selama 25 hari. Setelah itu, kualitasnya akan

menurun karena daunnya menjadi ka

adalah klasifikasi ilmiah dari bayam yang diuji:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Amaranthaceae

Upafamili : Amaranthoideae

Genus : Amaranthus

Bayam cabut termasuk genus Amarantus yang terdiri dari sekitar 60 spesies

yang secara luas mencakup jenis tanaman biji-bijian, tanaman sayuran dan gulma.

Pembudidayaan bayam untuk pemanfaatan daunnya sebagai sayuran diperkirakan

telah berlangsung sejak 2000 tahun yang lewat. Pada akhir-akhir ini bayam ditanam

secara luas sebagai sumber serat dan bahan pangan yang bergizi dengan kandungan

(26)

Di Sumatera Utara, bayam termasuk sayuran umum hasil produksi pertanian

rakyat yang dikonsumsi dalam jumlah yang relatif cukup besar . Dari data statistik

tanaman sayuran “ Sumatera Utara dalam Angka 2000” (BPS SU, 2000), bayam

menurut jumlah luas panen tahunan sayuran termasuk jenis sayur potensil di Sumatera

Utara.

Bayam memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap dan penting untuk

kesehatan tubuh kita. Komposisi kandungan gizi bayam dalam 100 gram dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Bayam dalam 100 g Bayam Segar

Zat Gizi Bayam Hijau Bayam Merah

Energi (kalori) 36,0 51,0

Protein (gr) 3,5 10,0

Lemak (gr) 0,5 0,5

Karbohidrat (mg) 6,5 10,0

Kalsium (mg) 267,0 368,0

Fosfor (mg) 67,0 111,0

Besi (mg) 3,9 2,2

Vit A (mg) 6091,0 5800,0

Vit B1 (mg) 0,1 0,1

Vit C (mg) 80,0 80,0

Air (%) 71,0 71,0

Sumber: Daftar komposisi bahan makanan, Departemen Kesehatan RI, 1996.

Akar bayam juga dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk menghilangkan

panas, menghilangkan racun (antitoksik), obat diare dan membersihkan darah dengan

cara meminum air sari rebusan akar bayam. Dapat juga menyembuhkan bengkak atau

bisul dengan cara menggiling lalu dioleskan pada bagian yang sakit.

Tanaman bayam juga digunakan untuk merawat rambut agar tumbuh sehat,

dan diyakini dapat mencegah tumbuhnya uban, caranya dengan menyiram kulit kepala

(27)

bahan utama tanaman bayam. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa dengan

mengkonsumsi bayam secara teratur dapat menjaga kesehatan dan membantu

pertumbuhan secara baik (Bandini. Y, 2001).

Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Bayam dapat disayur

bening, dibuat gado-gado, pecal, atau direbus untuk lalap. Untuk industri kecil, daun

bayam yang muda dan lebar digunakan pula sebagai bahan rempeyek. Sewaktu

memasak bayam tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ± 5

menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daunnya menjadi hancur,

rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C-nya menguap (menghilang). Menurut

Sudarmadji (1989) dalam

suhu tinggi menyebabkan vitamin C teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat.

2.3. Nitrit

2.3.1. Defenisi Nitrit

Nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari

siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang

mengandung nitrogen organik pertama-tama menjadi ammonia, kemudian

dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah

dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering

ditemukan di dalam air tanah maupun air permukaan. Nitrogen bebas merupakan 79%

dari udara. Unsur nitrogen hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan, umumnya

dalam bentuk nitrat, dan pengambilannya khususnya lewat akar. Terbentuknya nitrat

karena bantuan mkroorganisme.

Beberapa genus bakteri yang hidup bebas di dalam tanah mampu mengikat

molekul-molekul nitrogen untuk dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh

tanaman, misalnya protein. Jika sel-sel tanaman mati, timbullah zat hasil urai seperti

karbondioksida dan gas amoniak. Sebagian besar dari amoniak terlepas di udara, dan

sebagian lain dapat dipergunakan oleh genus bakteri untuk membentuk nitrit. Nitrit

(28)

Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung

di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Tahap

pertama yaitu pengoksidasian amoniak menjadi nitrit dilakukan oleh Nitrosomonas,

Nitrosococcus dan beberapa spesies lainnya, sedangkan pengoksidasian nitrit menjadi

nitrat dilakukan oleh Nitrosobacter. Penguraian protein dengan mikroorganisme

dimulai dengan hidrolisis protein secara enzimatik menjadi asam amino

masing-masing, selanjutnya asam amino yang dibebaskan dimetabolisme lebih lanjut. Selama

jalannya metabolisme ini gugusan amino paling sering dibebaskan sebagai amoniak.

Reaksi pembentukan NO2- berlangsung dengan pereduksian nitrat menjadi

nitrit dikatalis dengan enzim nitrat reduktase (NR). Cara kerja Enzim ini dengan

mengikat 2 elektron dari NADH atau NADPH2 menghasilkan nitrit, NAD- dan H2O

menurut reaksi :

NR

NO3- + NADH + H+ NO2- + NAD+ + H2O

Mekanisme kerja NR yaitu Nitrat Reduktase akan mereduksi NO3- menjadi

NO2-, selanjutnya oleh nitrit reduktase akan direduksi menjadi Ammonium (NH4+).

Nitrat Reduktase (NR) merupakan enzim yang mengkatalis nitrat menjadi

nitrit dan bersifat inducible karena aktivitasnya dapat ditingkatkan dengan

penambahan substrat (Tjitrosoepomo, 1987). Tumbuhan memperoleh nitrogen dengan

cara menyerap nitrat atau ion amonia yang ada dalam tanah, penyerapan kedua

senyawa ion tersebut digunakan untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen

misalnya protein (Salisbury and Roos, 1995).

Menurut Loveless (1990) aktivitas enzim nitrat reduktase pada daun tanaman

dewasa berhubungan dengan hasil tanaman, sehingga tingkat aktivitas enzim nitrat

reduktase dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk memilih genotip dari suatu

tanaman yang berdaya hasil tinggi. Enzim nitrat reduktase berguna untuk merubah

nitrat menjadi nitrit yang kemudian setelah melalui serangkaian kerja enzim lain nitrit

ini akan diubah menjadi asam amino. Alnopri (1995) manambahkan bahwa aktivitas

(29)

pemuliaan tanaman. Pendekatan berdasarkan aktivitas nitrat reduktase sebagai kriteria

seleksi dapat dipertimbangkan, karena enzim yang dikendalikan oleh gen yang secara

langsung terlibat dalam proses biosintesis protein. Aktivitas nitrat reduktase

merupakan enzim pertama yang berperan dalam mereduksi nitrat menjadi amonia,

Sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi mampu mereduksi nitrat sampai ke tahap

ammonia (Anderton, 1996).

2.3.2. Sifat Fisik dan Struktur Kimia Nitrit

Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses

oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen.

Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah

komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, nitrat

mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di alam,

nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya.

Struktur kimia dari nitrat

Berat molekul: 62,05

Struktur kimia dari nitrit

O = N – O-

Berat molekul: 46,006

Pada kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang

stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi menjadi tidak stabil dan dapat meledak pada suhu

yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion klorida,

bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan nitrit menjadi

tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit maupun nitrat

sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas beracun dan bila terbakar

dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat dan nitrit tidak berwarna dan

tidak berbau serta tidak berasa. Nitrat dan nitrit bersifat higroskopis (Wahyudi, 2007).

Di dalam air, sering ditemukan konsentrasi nitrit tinggi yang terlarut dalam

(30)

dengan amina/amida dengan bantuan mikroorganisme sebagai katalis dengan syarat

konsentrasi nitrat cukup tinggi (minimal 10 ppm N-NO3 dan nitrit 1 ppm N-NO2 )

untuk mulai dapat melangsungkan reaksi nitrosasi (pembentukan nitrosamin).

E. coli, Acetobacter , Proteus morganii, Pseudomonas aeruginosa, Paracoccus

denitrificans, dan Bacillus coagulans adalah mikroorganisme yang paling banyak

terlibat dalam reaksi nitrosasi terutama E. coli yang memiliki sifat katalis yang paling

kuat untuk melangsungkan nitrosasi. Toksisitas dan sifat karsinogenik nitrosamine

identik dengan nitrit, lebih bersifat toksik pada pH rendah dan kadar garam rendah.

Sifat karsinogenik dan mutagenetik nitrosamin diduga kuat penyebab nekrosis yakni

pematian sebagian jaringan sel mahluk hidup sebagai stadium awal serangan kanker.

2.3.3. Methemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein, mempunyai struktur kuartener

yang mempunyai 4 gugus aktif yaitu

α

1

, α

2, β1 dan β2 sehingga senyawa tersebut

mampu mengikat 4 molekul oksigen (1 mol oksigen/1 gugus aktif). Apabila 1 gugus

aktif telah berikatan dengan 1 molekul oksigen , maka gugus aktif ini akan memicu

(merangsang) atau bertindak sebagai aktivator pada gugus di sebelahnya, begitu

seterusnya sehingga keempat gugus aktif akan berikatan dengan molekul oksigen.

Secara skematis proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Hb

Mekanisme pengikatan mol O2 oleh Hb dapat digambarkan sebagai berikut:

Dimana: Konstanta kecepatan reaksi K1 << K2 Konstanta kecepatan reaksi K5 >> K6

Konstanta kecepatan reaksi K3 == K4

α1 α2

β1 β2

O2 K1

K2

O2 O2 K3

K4

O2 O2 K5

K6

O2 O2

(31)

Setelah oksigen sampai kepada target (organ) penerima oksigen, maka satu

persatu molekul oksigen tersebut dilepaskan lalu disubstitusi oleh melekul CO2

dengan mekanisme yang sama, dan baru dilepas setelah sampai di paru-paru untuk

disekresikan (dibuang). Bila di dalam aliran darah terdapat zat-zat inhibitor seperti

senyawa-senyawa nitrit, maka terjadi persaingan yang cukup kuat antara zat tersebut

dengan molekul oksigen untuk berikatan dengan gugus aktif Hb. Bila kadar zat

tersebut relatif tinggi maka zat tersebut akan mengisi (berikatan) dengan gugus aktif

Hb. Hb dalam keadaan ini disebut dengan Methemoglobin. Mekanisme pengikatan

zat-zat inhibitor ini hampir sama pada saat Hb berikatan dengan molekul oksigen.

Methemoglobin bukan merupakan senyawa beracun, tetapi dapat

mengakibatkan berkurangnya daya angkut oksigen di dalam tubuh (Robert W, Mc

Gilery, 1996).

2.3.3. Keracunan Nitrit

Nitrit dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan dan mempertahankan

warna, tetapi jika dosisnya di atas ambang batas maka akan mengakibatkan keracunan

sampai kematian bagi yang mengkonsumsinya.

Sebuah harian lokal di Cina (Xinhua terbitan 8 April 2011) menyatakan 3

orang anak tewas dan 35 orang jatuh sakit setelah minum susu di Provinsi Gansu

China barat laut. Pemeriksaan oleh instansi terkait menunjukkan bahwa susu yang

telah diminum anak-anak tersebut keracunan garam nitrit. Garam nitrit yang

ditemukan pada susu kemungkinan berasal dari makanan ternak. Orang-orang yang

kekebalan tubuhnya lemah, seperti bayi dan anak-anak, rawan keracunan garam nitrit,

Peristiwa keracunan makanan juga terjadi di salah satu sekolah TK Marabahan

di Banjarmasin yang diberitakan Banjarmasin post tanggal 3 Februari 2011 yang

menyebabkan 14 siswa dirawat di rumah sakit setelah mengkonsumsi makanan

(32)

pemeriksaan terhadap makanan diketahui kalau pada kuah santan makanan tersebut

mengadung mikroba yang di dalamnya berproses menghasilkan nitrit (N02-) yang

dapat menyebabkan keracunan bagi yang mengonsumsinya (dalam http: //

banjarmasin. tribunnews. com/red/artikel/ 2011/2/3/ 73312/ keracunan-akibat-nitrit).

Dosis letal dari nitrit pada orang dewasa bervariasi antara 0.7 dan 6 g NO2

-(atau sekitar10 sampai 100 mg NO2-/kg berat badan).

2.4. Kinetika Kimia

Kinetika kimia membahas tentang laju dan mekanisme reaksi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Wilhelmy diperoleh bahwa kecepatan reaksi

berbanding lurus dengan konsentrasi / tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi

dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan

terhadap waktu. Selain itu kecepatan reaksi juga dipengaruhi oleh suhu dan katalis.

Makin tinggi suhu maka laju reaksi makin cepat.

2.4.1. Efek Katalis

Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak

ikut menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai, katalis

dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis berperan dengan

menurunkan energi aktivasi. Sehingga untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan

energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat.

2.4.2. Katalis Enzim

Enzim adalah protein yang khusus disintesa oleh sel hidup untuk mengkatalisa

reaksi yang sedang berlangsung. Setiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi naik dua kali. Suhu mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap aktivitas

enzim. Pertambahan suhu akan meningkatkan aktivitas enzim, sebaliknya juga akan

(33)

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam

aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya

sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu

sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil reaksinya.

Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat, pelarut

organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan

mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu

(Girinda,1990).

Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara

kolektif membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat kecil dari

suatu molekul besar protein, enzim sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian yang

kecil ini dinamakan bagian aktif enzim. Aktivitas katalik enzim dapat ditentukan juga

melalui struktur tiga dimensi molekul enzim tersebut. Enzim disini mempunyai

peranan katalis dalam menurunkan aktivitas dari reaksi energi. Aktivasi dapat

diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang diturunkan oleh suatu mol zat pada

temperatur tertentu untuk membawa molekul ke dalam aktifnya atau keadaan aktifnya

(Wirahadikusuma, 1989).

Menurut Martoharsono, 1998, enzim dapat berfungsi sebagai berikut:

a. Menurunkan energi aktivasi.

b. Mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap tanpa mengubah besarnya tetapan

seimbangnya.

c. Mengendalikan reaksi.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim (Poedjiati, 1994)

antara lain:

a. Konsentrasi enzim; pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi

bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

b. Suhu; kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi, sehingga bagian aktifnya

terganggu, akibatnya konsentrasi spesifik enzim berkurang dan kecepatan

(34)

c. Konsentrasi substrat; perubahan substrat akan menambah kecepatan reaksi.

d. Pengaruh pH; struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya, enzim dapat

terbentuk ion (+) atau (-) atau bermuatan ganda (zwitter ion). pH dapat

menyebabkan proses denaturasi yang dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas

enzim.

e. Pengaruh inhibitor; dapat berupa hambatan inversibel yang disebabkan oleh

terjadinya destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih, yang terdapat

pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing dan tak

bersaing

Hubungan antara substrat (S) dan produk (P) dengan adanya enzim (E) dapat

dituliskan :

S +E → SE → P + E

Enzim yang terbentuk pada akhir reaksi dapat bereaksi kembali dengan substrat

sampai semuanya substrat dirombak menjadi produk. Dalam penelitian ini yang

berperan sebagai substrat adalah nitrat, produk adalah nitrit sedangkan enzim

dihasilkan oleh bakteri yang terbawa oleh udara sewaktu sayur bayam didiamkan

sebelum dikonsumsi.

Pengaruh konsentrasi substrat terhadap produk dengan katalis enzim dapat

digambarkan seperti grafik di bawah ini:

V maks

Kecepatan

Awal ½ V maks

(V)

0 Konsentrasi

[image:34.612.122.358.484.645.2]

Substrat(S)

(35)

2.5. Karbon aktif

Karbon aktif atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis

mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram karbon aktif, akan

didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukura

bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga

berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.

Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui komposisi

kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan. Aplikasi komersial

baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula sebagai pemucat, dan

menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap uap gas beracun.

Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau

sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas

permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat

arang aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan

industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh

industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi.

Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk

yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa,

dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan

dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki

permukaan dalam yang luas.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,

dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu

tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara

di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut

hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan

(36)

luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap

arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan

pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami

perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.

Secara umum proses pembuatan arang aktif dapat dibagi dua yaitu:

1. Proses Kimia

Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat

padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta

dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100°C. Arang aktif yang

dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300°C. Dengan

proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur

dengan bahan-bahan kimia.

2. Proses Fisika

Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling,

diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000°C

yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam aktifasi arang

yaitu:

a. Proses Briket

Bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket, dengan cara

mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan “ter”. Kemudian, briket yang

dihasilkan dikeringkan pada 550°C untuk selanjutnya diaktifasi dengan uap.

b. Destilasi kering

Merupakan suatu proses penguraian suatu bahan akibat adanya pemanasan

pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit maupun tanpa udara. Hasil yang

diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang terdiri dari campuran metanol

dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan merupakan karbon murni, tetapi masih

mengandung abu dan “ter”. Hasil yang diperoleh seperti metanol, asam asetat dan

arang tergantung pada bahan baku yang digunakan dan metoda destilasi. Diharapkan

(37)

daya serap arang aktif yang diaktifkan dengan menyertakan bahan-bahan kimia. Juga

dengan cara ini, pencemaran lingkungan sebagai akibat adanya penguraian

senyawa-senyawa kimia dari bahan-bahan pada saat proses pengarangan dapat diihindari.

2.6. Istilah dalam Penulisan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil rebusan sayur bayam adalah

rebusan sayur bayam dan air rebusan bayam (sayur bayam + air rebusannya), rebusan

sayur bayam adalah sayur bayam yang sudah direbus dipisahkan dari airnya, air

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat-alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Neraca analitik Chyo

- Gelas ukur Pyrex

- Labu ukur Pyrex

- Erlenmeyer Pyrex

- Pipet volumetri Pyrex

- Kompor masak

- Panci masak

- Spatula

- Spektrofotometer Sinar Tampak Spek 300

- Botol Aquadest

- Mortir

- Stamper

- Sendok kecil

- Pengaduk

(39)

3.2. Bahan-Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Kertas saring Whatman no. 42

- Asam Klorida pekat p.a (E.Merck)

- Asam Sulfat pekat p.a (E.Merck)

- Sulfanilamide p.a (E.Merck)

- N- naftilendiamin dihidroklorida p.a (E.Merck)

- Natrium nitrit p.a (E.Merck)

- Natrium Oksalat p.a (E.Merck)

- Karbon aktif p.a (E.Merck)

- Sayur bayam hijau

- Aquades

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyedian Bahan Pereaksi (SNI 06–2484–2002)

Larutan-larutan yang disediakan sebagai berikut:

- Larutan sulfanilamide (1%)

Dilarutkan 5 g sulfanilamide dalam 300 ml aquades lalu ditambahkan 50 ml HCl

pekat dan diencerkan sampai volume 500 ml.

- Larutan NED dihidroklorida (0,1 %)

Dilarutkan 0,1 g N- naftilendiamin dihidroklorida dengan aquades dan diencerkan

sampai volume 100 ml.

- Pembuatan Larutan Baku Nitrit 1000 mg/L

Ditimbang 1,5 g natrium nitrit, dilarutkan dengan aquades lalu dimasukkan ke dalam

labu ukur 1000 ml dan diencerkan sampai garis tanda.

- Larutan Standar Nitrit 100 mg/L

Dipipet 10 ml dari larutan 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan

(40)

- Larutan Standar Nitrit 10 mg/L

Dipipet 10 ml dari larutan 100 mg/L ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan

dengan aquades hingga garis tanda.

- Pembuatan Larutan Seri Standar Nitrit

Ke dalam 5 buah labu ukur 100 ml yang bersih dan kering secara terpisah dipipet

dengan tepat 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 ml larutan standar Nitrit 10 mg/L dan diencerkan

dengan aquades hingga sampai garis tanda (larutan ini mengandung berturut-turut

Nitrit 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 mg/L).

3.3.2. Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel berupa sayur bayam diperoleh dari kebun sayur petani di desa Kebun Baru,

kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara.

3.3.3. Metoda Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dari kebun

sayur petani dengan cara mencabut bayam dari tanah. Lalu dipetik daun dan batang

yang segar dan muda, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu ditiriskan dan

dimasukkan ke dalam wadah plastik berpori, dibawa ke laboratorium dan disimpan di

lemari pendingin sebelum dianalisa.

3.3.4. Prosedur Pengukuran Sampel 3.3.4.1. Preparasi sampel

1. Ditimbang 100 g daun dan batang bayam yang sudah bersih.

2. Direbus ± 5 menit ke dalam wadah yang berisi 1000 ml aquades yang sudah

dididihkan.

3. Sampel disaring dengan alat penyaring untuk memisahkan rebusan sayur

bayam dan air rebusan.

4. Rebusan sayur bayam dan air rebusan didiamkan (0, 1, 2 ,3, 4 dan 5) jam.

(41)

3.3.4.2. Prosedur Pengukuran Konsentrasi Nitrit 3.3.4.2.1. Prosedur Pembuatan Kurva Kalibrasi Nitrit

1. Ke dalam 5 buah labu ukur 100 ml yang bersih dan kering secara terpisah

dipipet dengan tepat 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 ml larutan standar Nitrit 10 mg/L.

2. Ditambahkan aquades sampai volume 100 ml.

3. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamide.

4. Ditambahkan 1 ml larutan naftiletilendiamin dihidroklorida.

5. Larutan diaduk dan dibiarkan selama 5 menit.

6. Diambil 10 ml masing-masing dari larutan di atas, lalu dimasukkan ke dalam

kuvet yang bersih, dibaca absorbansinya pada spektrofotometer sinar tampak

pada panjang gelombang 543 nm.

7. Dibuat kurva absorbansi versus konsentrasi.

3.3.4.2.2. Prosedur Pembuatan Kurva Kalibrasi Nitrit dengan Karbon Aktif

1. Ke dalam 5 buah labu ukur 100 ml yang bersih dan kering secara terpisah

dipipet dengan tepat 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 ml larutan standar Nitrit 10 mg/L.

2. Ditambahkan 0,5 g serbuk karbon aktif, lalu ditambahkan aquades sampai

volume 100 ml.

3. Dibiarkan 5 menit, lalu disaring.

4. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamide.

5. Ditambahkan 1 ml larutan naftiletilendiamin dihidroklorida.

6. Diaduk dan dibiarkan selama 5 menit.

7. Diambil 10 ml masing-masing dari larutan di atas, lalu dimasukkan ke dalam

kuvet yang bersih, dibaca absorbansinya pada spektrofotometer sinar tampak

pada panjang gelombang 543 nm.

(42)

3.3.4.2.3. Prosedur Pengukuran Konsentrasi Nitrit untuk Sayur Bayam Tanpa Direbus

1. Ditimbang 10 g sayur bayam segar, lalu dihaluskan.

2. Ditambahkan 0,5 g serbuk karbon aktif, lalu ditambahkan aquades sampai

volume 100 ml.

3. Dibiarkan 5 menit, lalu disaring.

4. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamide.

5. Ditambahkan 1 ml larutan naftilendiamin dihidroklorida.

6. Diaduk dan dibiarkan selama 5 menit.

7. Diambil 10 ml filtrat, lalu dimasukkan ke dalam kuvet yang bersih, dibaca

absorbansinya pada spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang

543 nm.

8. Dihitung konsentrasi nitrit dari sampel dengan mensubstitusi absorbansi

sampel ke dalam persamaan least square.

9. Dilakukan pengulangan 3 kali.

3.3.4.2.4. Prosedur Pengukuran Konsentrasi Nitrit untuk Rebusan Sayur Bayam.

1. Ditimbang 10 g sayur bayam yang sudah direbus (0 jam), lalu dihaluskan.

2. Ditambahkan 0,5 g serbuk karbon aktif, lalu ditambahkan aquades sampai

volume 100 ml.

3. Dibiarkan 5 menit, lalu disaring.

4. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamide.

5. Ditambahkan 1 ml larutan naftilendiamin dihidroklorida.

6. Diaduk dan dibiarkan selama 5 menit.

7. Diambil 10 ml filtrat, lalu dimasukkan ke dalam kuvet yang bersih, dibaca

absorbansinya pada spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang

(43)

8. Dihitung kadar nitrit dari sampel dengan mensubstitusi absorbansi sampel ke

dalam persamaan least square.

9. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran konsentrasi nitrit terhadap

rebusan sayur bayam yang sudah didiamkan (1, 2, 3, 4 dan 5) jam.

10. Dilakukan pengulangan 3 kali.

3.3.4.2.5. Prosedur Pengukuran Konsentrasi Nitrit untuk Air Rebusan Bayam

1. Diambil 10 ml air rebusan sayur bayam (jam 0).

2. Ditambahkan 0,5 g serbuk karbon aktif, lalu ditambahkan aquades sampai

volume 100 ml.

3. Dibiarkan 5 menit, lalu disaring.

4. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamide.

5. Ditambahkan 1 ml larutan naftilendiamin dihidroklorida.

6. Diaduk dan dibiarkan selama 5 menit.

7. Diambil 10 ml filtrat, lalu dimasukkan ke dalam kuvet yang bersih, dibaca

absorbansinya pada spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang

543 nm.

8. Dihitung kadar nitrit dari sampel dengan mensubstitusi absorbansi sampel ke

dalam persamaan least square.

9. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran konsentrasi nitrit terhadap air

rebusan sayur bayam yang sudah didiamkan (1,2,3,4 dan 5) jam.

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:50.612.187.458.241.346.2]

4.1 Hasil Analisis Sampel 4.1.1 Pengukuran Kadar Nitrit

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nitrit untuk Kurva Kalibrasi tanpa Karbon Aktif

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nitrit untuk Kurva Kalibrasi dengan Karbon Aktif

4.1.2. Penurunan Persamaan Garis Regresi

Hasil pengukuran absorbansi seri larutan standar nitrit pada tabel 4.1.

diplotkan terhadap kosentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi

berupa garis linear yang diturunkan dengan metode Least Square dengan perhitungan

seperti tabel di bawah:

No Kadar Nitrit (mg/L) Absorbansi

1 0,2 0,218

2 0,4 0,411

3 0,6 0,608

4 0,8 0,783

No Kadar Nitrit (mg/L) +

Karbon Aktif 0,5 g Absorbansi

1 0,2 0,198

2 0,4 0,374

3 0,6 0,568

[image:50.612.187.455.404.514.2]
(51)
[image:51.612.106.546.131.342.2]

Tabel 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

No Χi Υi

( )

Α Χ Χ

i Υi−Υ

(

)

2

Χ −

Χi

(

)

2

Υ −

Υi

(

Χi −Χ

)(

Υi −Υ

)

1 2 3 4 0,2 0,4 0,6 0,8 0,218 0,411 0,608 0,783 -0,3 -0,1 0,1 0,3 -0,287 -0,094 0,103 0,278 0,09 0,01 0,01 0,09 0,082369 0,008836 0,010609 0,077284 0,0861 0,0094 0,0103 0,0834

Σ 0,5 0,505 0,0 0,009 0,20 0,179098 0,1892

0,5 4 2,0 = = Χ ∑ = Χ

n 4 0,505 2,02= = ∑ = n Y Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis:

y = ax + b

di mana, a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square

sebagai berikut :

(

)(

)

(

)

− − − = 2 X Xi Y Yi X Xi a 2 , 0 1892 , 0 = a

Sedangkan harga intersep (b) dapat diperoleh melalui persamaan :

X a

Y = +b

X a Y b= −

(52)

4.1.3. Perhitungan Koefisien Korelasi

[image:52.612.131.512.360.580.2]

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Kurva Absorbansi Vs Konsentrasi Larutan Standar Nitrit

4.1.4. Penentuan Penyerapan Nitrit oleh Karbon Aktif

Konsentrasi nitrit pada penambahan karbon aktif dapat ditentukan dengan

menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubtitusi nilai Y (absorbansi) yang

diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dan kurva kalibrasinya

0,218

0,411

0,608

0,783 y = 0,946x + 0,032

R² = 0,9994 y = 0,946x + 0,032

R² = 0,9994

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

A b so rb a n si

Konsentrasi Nitrit mg/L

(53)

y = 0,946 x + 0,032 sehingga diperoleh konsentrasi akhir nitrit. Untuk pengukuran

konsentrasi nitrit dengan penambahan karbon aktif pada larutan seri standar nitrit

diperoleh nilai absorbansi :

Ak1 = 0,198 ; Ak2 = 0,374 ; Ak3 = 0,568 ; Ak4 = 0,732

(Ak1 = Nilai absorbansi stándar nitrit 0,2 mg/L dengan penambahan karbon aktif)

Dengan mensubtitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi :

Y = 0,946 x + 0,032

Diperoleh : Xk1 = 0.175

mg/L, Xk2 =

0.362 mg/L, Xk3 = 0.567 mg/L,

Xk4 = 0.740 mg/L

(Xk1 = Nilai konsentrasi stándar nitrit 0,2 mg/L dengan penambahan karbon aktif)

Untuk menentukan penyerapan karbon aktif pada larutan seri standar nitrit dapat

dihitung dengan rumus:

Penyerapan karbon aktif = Konsentrasi awal – Konsentrasi akhir

Sehingga diperoleh konsentrasi penyerapan nitrit oleh karbon aktif pada tabel 4.3

[image:53.612.120.528.467.599.2]

berikut.

Tabel 4.4. Hasil penyerapan konsentrasi nitrit oleh karbon aktif pada larutan seri standar

Rata-rata penyerapan nitrit oleh karbon aktif = 0,039 mg/L, jika diasumsikan 1liter air

murni = 1 kg (Berat Jenis air = 1), maka 0,039 mg/L= 0,039 mg/kg.

4.1.5 Penentuan Kadar Nitrit

No Konsentrasi Nitrit Awal (mg/L)

Konsentrasi Nitrit Akhir (mg/L)

Penyerapan Karbon Aktif (mg/L)

1 0,2 0,175 0 ,025

2 0,4 0,362 0,038

3 0,6 0,567 0,033

4 0,8 0,740 0,060

(54)

Kadar nitrit dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubtitusi nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran

terhadap garis regresi dan kurva kalibrasinya y = 0,946 x + 0,032 sehingga diperoleh

konsentrasi nitrit. Untuk pengukuran kadar nitrit pada rebusan sayur bayam diperoleh

nilai absorbansi :

A1 = 0,422 ; A2 = 0,424 ; A3 = 0,421

(A1= Absorbansi kadar nitrit rebusan sayur bayam pada pengukuran 0 jam ulangan

1)

Dengan mensubtitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi :

Y = 0,946 x + 0,032

Diperoleh : X1 = 0,412 mg/L, X2 = 0,414 mg/L, X3 = 0,411 mg/L.

(K1= Konsentrasi kadar nitrit rebusan sayur bayam pada pengukuran 0 jam ulangan 1)

Jumlah sampel yang dianalisa sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 ml aquades

sehingga konsentrasi nitrit pada rebusan Sayur bayam adalah :

C(mg/kg) = X (mg/L) x Volume Larutan gram sampel

= 0,412 mg/L x 100 mL

10 g

= 0,412 mg/L x 0,1L 10 g

= 0,0412 mg 10 g

= 0,412 mg 0,01 kg

(55)
[image:55.612.108.567.136.236.2]

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Sayur Bayam tanpa Direbus

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Rebusan Sayur Bayam No pengukuran Waktu

Sampel

Abs

Konsentrasi (C) ( mg / kg )

Rata-rata (C) ( mg / kg )

A

Penyerapan Karbon Aktif

( mg / kg ) B

Total Rata-rata (C)

( mg / kg ) A+B

1 0 jam

0,486 0,484 0,487 4,79 4,77 4,80

4,78 0,039 4,819

No Waktu pengukuran Sampel Abs Konsentrasi (C) ( mg / kg )

Rata-rata (C) ( mg / kg )

A

Penyerapan Karbon Aktif

( mg / kg ) B

Total Rata-rata (C)

( mg / kg ) A+B

1 0 jam

0,422 0,424 0,421 4,12 4,14 4,11

4,12 0,039 4,159

2 1 jam

0,532 0,535 0,531 5,28 5,31 5,27

5,28 0,039 5,319

3 2 jam

0,714 0,713 0,716 7,20 7,19 7,23

7,20 0,039 7,239

4 3 jam

0,856 0,852 0,853 8,71 8,66 8,68

8,68 0,039 8,719

5 4 jam

0,988 0,992 0,989 10,10 10,14 10,11

10,11 0,039 10,149

6 5 jam

1,121 1,123 1,124 11,51 11,53 11,54

[image:55.612.117.561.272.717.2]
(56)
[image:56.612.113.569.157.616.2]

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Air Rebusan Sayur Bayam No Waktu pengukuran Sampel Abs Konsentrasi (C) ( mg / kg )

Rata-rata (C) ( mg / kg )

A

Penyerapan Karbon Aktif

( mg / kg )

B

Total Rata-rata (C)

( mg / kg )

A+B

1 0 jam

0,192 0,194 0,192 1,69 1,71 1,69

1,69 0,039 1,729

2 1 jam

0,314 0,316 0,312 2,98 3,00 3,95

3,31 0,039 3,349

3 2 jam

0,398 0,396 0,398 3,86 3,84 3,86

3,85 0,039 3,889

4 3 jam

0,502 0,498 0,499 4,96 4,92 4,93

4,93 0,039 4,969

5 4 jam

0,611 0,609 0,608 6,12 6,09 6,08

6,09 0,039 6,129

6 5 jam

0,697 0,698 0,701 7,02 7,04 7,07

(57)
[image:57.612.111.528.149.484.2]

Tabel 4.8. Pengukuran Kadar Nitrit Hasil Rebusan Sayur Bayam

No

Waktu pengukuran

Sampel

Total Rata-rata (C) Rebusan Sayur

Bayam ( mg / kg )

A

Total Rata-rata (C)

Air Rebusan Bayam ( mg / kg )

B

Total (C) Hasil Rebusan Sayur

Bayam ( mg / kg )

A+B

1 0 jam 4,159 1,729 5,888

2 1 jam 5,319 3,349 8,668

3 2 jam 7,239 3,889 11,128

4 3 jam 8,719 4,969 13,688

5 4 jam 10,149 6,129 16,278

(58)

4.1.6. Perhitungan jumlah Hasil Rebusan Sayur Bayam yang Dapat Dikonsumsi Setiap Hari Berdasarkan Kadar Nitrit dalam sayur Bayam

Jumlah hasil rebusan sayur bayam yang dapat dikonsumsi setiap hari

berdasarkan kandungan Nitrit pada sayur bayam tersebut dapat diketahui dengan

berpedoman pada ADI (Acceptable Daily Intake) maksimum yang diterima dan

dicerna tanpa mengalami gangguan kesehatan sebesar 8 mg/60 kg berat badan, Di

Indonesia berat badan standard untuk orang dewasa 50-60 kg dan untuk anak-anak

20-30 kg. Hasil perhitungan jumlah maksimum hasil rebusan sayur bayam yang dapat

dikonsumsi berdasarkan kandungan Nitrit sesuai dengan batas ADI dapat dilihat pada

[image:58.612.109.567.372.681.2]

tabel 4.9.

Tabel 4.9. Jumlah Hasil Rebusan Sayur Bayam yang Aman untuk Dikonsumsi Setiap Hari dengan Kandungan Nitrit yang Sesuai Batas ADI

No pengukuran Waktu Sampel

Kadar Nitrit ( mg / kg )

Jumlah maksimum Hasil Rebusan Sayur Bayam yang Aman untuk Dikonsumsi (g)

Berat Badan Anak-anak/ Remaja Berat Badan Dewasa

10 kg 20 kg 30 kg 40 kg 50 kg 60 kg 70 kg

1 0 jam 5,888 225.88 451.77 677.65 903.53 1129.4 1355.3 1581.1

2 1 jam 8,668 153.44 306.88 460.31 613.75 767.19 920.63 1074.0

3 2 jam 11,128 119.52 239.04 358.55 478.07 597.59 717.11 836.63

4 3 jam 13,688 97.17 194.33 291.50 388.66 485.83 582.99 680.16

5 4 jam 16,278 117.93 235.86 353.79 471.71 589.64 707.57 825.50

(59)

Dan hasil perhitungan jumlah maksimum rebusan sayur bayam yang dapat

dikonsumsi berdasarkan kandungan Nitrit sesuai dengan batas ADI dapat dilihat pada

[image:59.612.110.567.221.530.2]

tabel 4.10.

Tabel 4.10. Jumlah Rebusan Sayur Bayam yang Aman untuk Dikonsumsi Setiap Hari dengan Kandungan Nitrit yang Sesuai Dengan Batas ADI

No

Waktu pengukuran

Sampel

Kadar Nitrit ( mg / kg )

Jumlah maksimum Rebusan Sayur Bayam yang Aman untuk Dikonsumsi (g)

Berat Badan Anak-anak/ Remaja Berat Badan Dewasa

10 kg 20 kg 30 kg 40 kg 50 kg 60 kg 70 kg

1 0 jam 4,159 319,79 639,58 959,37 1.279 1.598 1.918 2.238

2 1 jam 5,319 250,05 500,09 750,14 1.000 1.250 1.500 1.750

3 2 jam 7,239 183,73 367,45 551,18 734,91 918,64 1.102 1.286

4 3 jam 8,719 152,54 305,08 457,62 610,16 762,70 915,24 1.067

5 4 jam 10,149 131,05 262,09 393,14 524,19 655,24 786,28 917,33

(60)

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan karbon aktif untuk menghilangkan warna hijau

daun (klorofil) pada saat pengujian sampel dengan spektrofotometer. Untuk

mengetahui adanya penyerapan karbon aktif terhadap nitrit pada sampel yang diuji

maka dilakukan pembuatan larutan seri standar nitrit dengan menambahkan karbon

aktif dan tanpa menambahkan karbon aktif. Dari hasil pengujian diperoleh selisih nilai

absorbansi dengan penambahan dan tanpa penambahan karbon aktif. Setelah

disubtitusi ke persamaan regresi maka diperoleh rata-rata selisih konsentrasi nitrit

pada larutan seri standar nitrit sebesar 0,0369 mg/L. Pegujian ini menyatakan bahwa

karbon aktif dapat menyerap kandungan nitrit pada sampel sebesar 0,0369 mg/L .

Maka pada perhitungan hasil akhir total rata-rata konsentrasi kandungan nitrit pada

masing-masing sampel ditambahkan 0,0369 mg/L .

Dari penelitian

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Bayam dalam 100 g Bayam Segar
Gambar 2.1.  Grafik kecepatan awal terbentuknyua hasil reaksi (P) pada   keadaan mantap untuk berbagai konsentrasi awal substrat (S)           (Robert A
Tabel 4.2. Hasil   Pengukuran   Absorbansi   Larutan   Standar   Nitrit    untuk   Kurva  Kalibrasi dengan Karbon Aktif
Tabel 4.3.  Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square (
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil yang diperoleh perbedaan kadar nitrit yang terlihat jelas dari kedua sungai hal ini dikarenakan pengaruh bahan pencemar yang masuk ke badan sungai,

Dari data yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwaanalisis kadar ion kalsium pada daun tanaman bayam baik bayam merah atau bayam hijau dengan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang diberi judul“ ANALISIS KADAR

Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi

Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat.. sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kadar nitrit dalam produk daging olahan yang beredar di wilayah Denpasar, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1)

Kadar nitrit yang tidak memenuhi baku mutu pada air RO dapat disebabkan sumber air minum yang digunakan telah tercemar nitrit atau proses filtrasi yang digunakan tidak

Untuk analisa distribusi perjalanan metode Gravitasi dapat dilihat pada tabel 5 dengan jumlah perjalanan hasil perhitungan adalah 15 perjalanan / hari dan jumlah perjalanan hasil