1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah pusat untuk mengeluarkan Undang-Ungang No. 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua, dengan melahirkan dan mengakui terbentuknya otonomi
khusus ini, maka dengan harapan pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk
mengurus dan mengelola segala sesuatu yang ada di daerah. Artinya, tidak harus campur tangan
dari pemerintah pusat. Di samping itu, dengan adanya kebijakan tersebut, maka setiap konflik di
provinsi Papua tentu akan mereda, namun justru konflik di Provinsi Papua silih berganti secara
berkepanjangan terutama di Kabupaten Mimika hampir setiap pekan terjadi konflik.
Dengan demikian, dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah atau konflik baik
itu di dalam keluarga, kelompok, komunitas, masyarakat bahkan bangsa dan negara di tingkat
nasional maupun internasional. Oleh karena itu, para ahli perspektif teori konflik masa kini
melihat bahwa konflik merupakan fenomena yang senantiasa ada dalam kehidupan sosial dan
sebagai hasilnya, masyarakat senantiasa berada dalam perubahan yang terus-menerus (Syaiful
Rohim,2009:51). Sebab itu, konflik senantiasa menyimbulkan setiap daerah di Indonesia
kemudian sangatlah sulit untuk menyelesaikan hampir setiap konflik yang terjadi di Indonesia,
terutama Provinsi Papua khususnya di Kabupaten Mimika.
Kabupaten Mimika merupakan terletak di bagian selatan Provinsi Papua. Kabupaten ini
semula adalah bagian dari kabupaten Fakfak dan dimekarkan sebagai Kabupaten administratif
2 Kehadiran Freeport di Kabupaten Mimika menambah kemajemukan masyarakat Mimika
karena perusahaan ini banyak mendatangkan pekerja dari luar Mimika dan luar Papua.
Perkembangan wilayah yang pesat karena kehadiran Freeport juga menarik pendatang lebih
banyak lagi ke Mimika. Operasi PT.FI menimbulkan dampak lingkungan yang luar biasa,
sehingga masyarakat yang terkena dampaknya merasa dirugikan. Kenyataan ini menyebabkan
konflik bertambah luas.
Tadinya suku Amungme dan suku Kamoro yang mendiami di Kabupaten Mimika, namun
dengan kehadiriannya, subsuku dari Kabupaten yang berdekatan dengan Kabupaten Mimika
yaitu subsuku dari Kabupaten Paniai, Wamena, Puncakjaya, suku dari luar Kabupaten Mimika
maupun daru luar Papua berdatangan secara perlahan-lahan ke Kabupaten mimika untuk bekerja
di Freeport dari sinilah bermula konflik antar suku. Oleh karena itu, di Kabupaten Timika ada
tujuh suku yaitu dua suku induk suku Amungme dan suku Kamoro, sedangkan lima subsuku
lainnya suku Dani, Damal, Moni, Mee/Ekari dan Nduga
Konflik yang timbul dalam kehidupan masyarakat yang antara lain disebabkan
perebutan hak atas tanah, tentu saja mengakibatkan rusaknya keharmonisan hubungan atau
interaksi sosial. Kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis yang dicita-citakan bersama
menjadi sulit untuk diraih, sebaliknya berkembang rasa dendam berkepanjangan yang
menghancurkan kerukunan hidup bersama(Bolong, 2005:4).
Pertikaian merupakan proses sosial dimana seseorang atau sekelompok sosial berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang lawannya dengan ancaman atau kekerasan.
3 ketiga. Salah satunya adalah perbedaan pendirian atau sikap yang tidak terkendali oleh akal
(Syarbaini, Rahman dan Djihado, 2004:29-30).
Konflik bagi masyarakat di kawasan Mimika merupakan hal yang biasa, yang ditunjukan
dengan kebiasaan perang suku dan pergantian kepemimpinan yang sering terjadi. Kehadiran
PTFI dapat dikatakan menjadi sumber konflik baru, karena konflik-konflik lama masih mewarnai
kehidupan sosial masyarakat dan Freeport menambah kompleksitas konflik di daerah ini.
Kegiatan PTFI yang merupakan perusahaan multinasional yang sangat cepat di
Kabupaten Mimika. Ini berarti faktor-faktor materiil nampak lebih nyata pengaruhnya terhadap
perubahan sosial, karena penggunaan alat-alat canggih memerlukan prasarana yang memadai dan
penyesuaian sikap mental manusianya. Apalagi dengan adanya perubahan lingkungan hidup
yang berpengaruh langsung terhadap sumber mata pencaharian penduduk, diperlukan perbahan
nilai secara signifikan agar masyarakat tetap bisa bertahan hidup.
Perubahan yang demikian cepat melahirkan konflik-konflik sosial yang makin tajam,
karena ketegangan meningkat. Meningkatnya ketegangan disebabkan situasi sosial yang telah
ada sudah mengandung potensi konflik berupa persaingan dan tradisi peperangan antar suku.
Sebagai perusahaan modern PTFI dituntut untuk bertindak secara rasional, sedangkan
masyarakat sekitar masih sangat tradisional. Sementara itu perubahan-perubahan tidak
terhindarkan sehingga masyarakat adat makin sulit beradaptasi dengan situasi maupun nilai-nilai
baru. Akhirnya, perubahan dan konflik berjalan beriringan sebagai suatu kenyataan yang tidak
terhindarkan, yang dipicu oleh kehadiran PTFI.
Bagaimana konflik itu berproses, dapat dilihat dari tahap awal perencanaan penambangan
sampai tahap operasional dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan setelah proyek berjalan.
4 dengan masyarakat. Selama kurang lebih 20 tahun PTFI beroprasi, dengan segala pasang
surutnya, perusahaan ini seolah-olah tidak peduli terhadap masyarakat di sekitarnya. Baru setelah
ada peristiwa kerusuhan bulan Maret 1996, kebijakan-kebijakan PTFI diarahkan pada upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun Papua pada umunya. Langkah nyata
ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan penyediaan dana 1% dari keuntungan kotor, yang
diwujudkan melaui berbagai program. Kebijakan ini ternyata belum mampu meredam konflik
yang sudah lama terpendam, bahkan menjadi sumber konflik baru.
Konflik antar suku pada masyarakat Mimika merupakan faktor bawaan yang sudah
melekat dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi perang suku adalah salah satu indikator penting
mengenai hal ini. Tradisi suku-suku yang ada disekitar Mimika masih dipegang teguh untuk
memelihara eksistensi sekaligus upaya untuk menjadi suku yang dominan diantara suku-suku
lain. Kolektivitas di dalam suku dijaga ketat dengan tradisi, sehingga kesadaran kolektif tetap
tertanam. Sepanjang tidak ada musuh bersama diantara mereka, maka persaingan antar suku
kembali menguat. Ikatan kolektif yang demikian dilihat dari perspektif pemikiran Durkheim
disebut solidaritas mekanik. Bila solidaritas mekanik pada setiap suku terus dihidupkan, maka
toleransi bagi suku-suku lain melemah. Perilaku individu lebih dipengaruhi oleh sistem yang
berlaku dalam masyarakat suku daripada suku sistem yang lebih luas.
Konflik internal antar suku merupakan salah satu faktor penyebab konflik di daerah
Mimika terus berlanjut, karena ada anggapan bahwa diluar sukunya adalah “orang asing”
5 menganggap suku-suku pegunungan terlalu agresif. Klaim bahwa semua tanah yang di kuasai
Freeport adalah milik orang Amungme, merupakan ganjalan bagi masyarakat Kamoro yang tidak
berani di ungkapkan secara terang-terangan.
Rivalitas yang berkembang di antara suku-suku menciptakan kondisi ketegangan sosial
terus-menerus, sehingga rasa saling curiga mewarnai interaksi sosial mereka. Kondisi ini
berpengaruh terhadap muncul dan berkembangnya konflik di Mimika. Ada satu suku yang terus
berupaya untuk menjadi pemimpin di antara suku-suku lain dengan membentuk lembaga adat
sebagai wadah gerakan dalam rangka memperjuangkan kepentingan sukunya, yaitu suku
Amungme. Apabila di dalam kehidupan suku terdapat mekanisme pemilihan pemimpin melalui
tradisi perang, maka dalam kondisi hubungan antar suku pun terjadi hal serupa. Perebutan
hegemoni terus berlangsung yang menyatu dengan promosi kepemimpinan bagi individu
maupun kelompok. Bila pemimipin dari salah satu suku menonjol, maka pamor suku itu pun
meningkat, karena kepala suku merupakan personifikasi dari sukunya (Ngadisah, 2003:42).
Berkaitan dengan konflik antar suku masalah tanah di Kabupaten Mimika, ada dua suku
besar yang mendiami 10 meter permukaan laut suku Kamoro dan pegunungan suku Amungme
secara turun-temurun mempunyai tanah hak ulayat, sebagai bukti pada tanggal 16 Maret 1985,
kepala suku umum Amungme menghadiri kepala-kepala suku lainnya untuk melakukan proses
penandatanganan tentang pelepasan tanah hak ulayat terhadap PTFI sekali pemerintah.
Kemudian berdasarkan undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang agraria, tanah hak ulayat
merubah menjadi tanah negara sehingga ada dua program yaitu program transmigrasi dan
program Kabupaten menjadi Timika.
Peraturan pemerintah Daerah provinsi Papua No 23 Tahun 2008, Tentang hak ulayat
6 pemerintah/pemerintah Daerah untuk kepentingan umum dengan pemberian ganti kerugian atas
faktor fisik dan ganti kerugian nonfisik berdasarkan hasil musyawarah dan peraturan
perundang-undangan”. Berkaitan ini maka pada tanggal 16 maret 1985 kepala-kepala suku melakukan
proses penandatanganan untuk melepaskan tanah adat hak ulayat merubah menjadi tanah Negara.
Masalah tanah di Kabupaten Timika merupakan tanah hak ulayat yang bersifat
turu-temurun yang mempunyai suku Amungme dan suku Kamoro, hanya saja yang menjadi banyak
sekali persoalan di Kabupaten Timika adalah masalah kepemilikan tanah pada intinya tentang
status kepemilikan tanah, di Kabupaten Timika belum ada kejelasan sehingga pemerintah daerah
dalam hal ini Badan Pertanahan dan lembaga-lembaga terkait lainnya menjadi bingung karena
ada lembaga adat yang berbicara tentang tanah hak ulayat di Kabupaten Timika, kemudian yang
menjadi masalah lagi lembaga-lembaga yang masih berbicara mengenai tanah hak ulayat, dusun,
hutan dan lain-lain belum ditata, diatur dan dipetakan, sehingga pengakuan terhadap tanah ulayat
belum diakui oleh pemerintah daerah di Kabupaten Timika.
Status tanah di Kabupaten Mimika ada dua status tanah yaitu tanah Negara bebas dan
tanah Negara tidak bebas. Tanah Negara bebas adalah tanah Negara yang sudah dilepas oleh
Negara, karena itu siapa saja boleh menggarap asalkan dia menggarap lahan yang kosong setelah
itu kemudian harus memiliki atau mengurusi pelepasan tanah dan sertifikat tanah. Di Kabupaten
Mimika, yang termasuk tanah Negara bebas adalah mulai dari kilo 11 sampai dengan mile 50,
kurang lebih 52000 hektar. Sedangkan tanah Negara tidak bebas adalah tanah hak ulayat, tanah
ini bukan merupakan pemilik hak ulayat tidak diijinkan untuk menggarap. Oleh karena itu, yang
7 dulu sama pemilik hak ulayat. Sehingga kemudian di Kabupaten Mimika ini yang pemilik hak
ulayat tanah adalah suku Amungme dan Suku Kamoro.
Konflik itu muncul karena sebetulnya perbedaan pemahaman persepsi antara kedua suku
yang berkonflik. Seperti contoh kasus, pada tahun 2010 konflik antar suku Amungme dengan
suku Kei masalah tanah di wilayah Petrosea,tanah ini termasuk tanah Negara bebas siapa saja
boleh menggarap namun tanah ini yang pertama buka lahan baru adalah suku Amungme dan
sudah memiliki bukti-bukti lengkap dari yang bersangkutan, akan tetapi suku Kei tanpa minta
ijin sama pihak pertama yang pemilik lahan. Namun suku Kei menggarap saja tanpa ijin pemilik
lahan karena suku Kei menganggap anggap bahwa tanah ini adalah tanah bebas sehingga suku
Kei bebas menggarap. Dengan kesalahpahaman persepsi seperti inilah kemudian muncul konflik
antar kedua suku tersebut (hasil wawancara dengan Luther dan Done, 2011).
Contoh kasus konflik tentang hak ulayat tanah di Kabupaten Mimika, yang acap kali
muncul dalam masyarakat baik itu antar suku asli Kabupaten Mimika dengan subsuku dari
Kabupaten lain, antar suku asli dengan dari luar Papua maupun antar suku asli dengan PTFI.
Peristiwa-peristiwa konflik tanah ulayat akan terlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Contoh Peristiwa Konflik Tanah di Kabupaten Timika
No Tahun Konflik Konflik Antar Suku Pokok Masalah 1 1994 Suku Amungme dengan Freeport Hak ulayat tanah
2 1996 Suku Amungme dengan Freeport Hak ulayat tanah
3 2004 Suku Nduga dengan Suku Damal Tanah
4 2009 Suku Mee dengan suku Amungme Tanah
5 2008-2011 Suku Amungme dengan suku Batak Tanah
6 2010 Suku Amungme dengan suku Kei Tanah
7 2010-2011 Suku Kamoro dengan Pemerintah Tanah
8 konflik antar suku tentang tuntutan tanah saja. Jadi, berdasarkan data di atas yang paling
menonjol konflik antar suku di Kabupaten Mimika adalah masalah hak kepemilikkan tanah.
Pada tahun 2010 muncul konflik antara etnis Amungme dengan etnis Kei terkait dengan
masalah tanah di Petrosea sampai dengan Irigasi, bahwa sesungguhnya pemilik tanah ini adalah
bapak Dominggus Beanal (almarhum) yang pertama membuka atau menebang pohon kemudian
dia mengajak suku Mee untuk buka lahan bersama-sama untuk bangun rumah, bikin kebun dan
lain-lain, kemudian tanah sebagian dipetak-petak lalu di jual sama orang Kei, Toraja dan suku
lainnya. Kemudian Dominggus almarhum ia melakukan transaksi jual beli dengan harga yang
sangat murah atau dijual dengan Rp 500.000; sampai dengan 2,000.000; dan satu kartun
minuman beralkohol karena bapak Dominggus juga suka minum beralkohol.
Pada tahun yang sama, keluarganya Dominggus Beanal almarhum dengan suku
Amungme yang lain melakukan pemasangan patok supaya tidak boleh lewat dari batas ini,
namun membuat suku Kei kemarahan atas pemasangan patok itu, dengan kemarahannya
sehingga suku Kei langsung melakukan serang kepada suku Amungme, akhirnya terjadi bentrok
antar kedua suku itu. Pihak kedua seperti suku Kei dengan suku Toraja, mereka beli tanah ini
sama pihak pertama atau pemilik ulayat dengan harga yang demikian murah yaitu lima ratus
sampai dengan dua juta dan satu kartun minuman beralkohol, kemudian pihak kedua jual lagi
kepada pihak ke tiga dangan harga yang lebih mahal puluhan sampai dengan ratusan juta, dan
juga membangun bangunan yang permanen. Perbuatan-perbuatan demikian membuat, antara
9 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan maka akan menentukan beberapa
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana proses penyelesaian konflik antar etnis di Kabupaten Timika?
2. Bagaimana dan mengapa konflik terjadi antar etnis Amungme dengan etnis Kei di
Kabupaten Timika?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses penyelesaian konflik antar etnis di Kabupaten Timika.
2. Untuk mengetahui konflik terjadi antar etnis Amungme dengan etnis Kei di Kabupaten
Mimika.
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka akan menentukan beberapa manfaat
penelitian berikut yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu sosiologi, terutama dalam pengembangan konsep kebijakan
social untuk mengatasi konflik di masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi pemikiran sebagai bahan masukan
bagai pemerintah daerah khususnya dalam pengambilan keputusan atau kebijakan untuk
i
KONFLIK ANTAR ETNIS AMUNGME DENGAN ETNIS KEI TENTANG
TENTANG TUNTUTAN TANAH DI TIMIKA
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosiologi
Diajukan Oleh: Krinus Kum
09250004
PROGRAM PASCASARJAN
ii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama :Krinus Kum
Nim :09250004
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada tanggal, 3 April 2012
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua :Dr. Achmad Habib, MA
Sekretaris :Drs. Oman Sukmana, M.Si __________________________
Penguji I :Dr. Vina Salviana DS, M.Si __________________________
iii
KONFLIK ANTAR ETNIS AMUNGME DENGAN ETNIS KEI TENTANG
TUNTUTAN TANAH DI KABUPATEN MIMIKA
Yang diajukan oleh:
Nama :Krinus Kum
Nim :09250004
Telah di Setujui
Tanggal, 18 Januari 2012
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
Dr. Achmad Habib, MA Drs. Oman Sukmana, M.Si
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana Magister Sosiologi
iv TuntutanTanah di Kabupaten Mimika
Pembimbing :1. Dr. Achmad Habib, MA :2. Drs. Oman Sukmana, M.Si
Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Keterangan Bimbingan
26 September 2011 Pangajuan Bab I
8 Oktober 2011 Revisi Bab I
14 Oktober 2011 ACC Bab I
12 Desember 2011 Pengajuan Bab II-V
18 Desember 2011 Revisi Bab II-V
29 Desember 2011 ACC Bab II-V
10 Januari 2012 Revisi Bab VI
18 Januari 2012 ACC Bab VI
Tanggal selesai bimbingan 19 Januari 2012
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Achmad Habib, MA Drs. Oman Sukmana, M.Si
Ketua Program Studi Magister Sosiologi
v
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama :Krinus Kum
Nim :09250004
Program Studi :Magister Sosiologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
Tesis dengan judul: “Konflik Antar Etnis Amungme dengan Etnis Kei Tentang Tuntutan Tanah di Kabupaten Mimika” ini adalah karya saya, dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan sumber kutipannya dan tertulis di daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini digugurkan dan digelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan Hak Belas Royalty Non Eksklusif. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 12 April 2012 Yang Menyatakan
vi
Persembahan
vii
MOTTO
Allah Bersabda:
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Injil Matius, 6:33)
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan punyusunan Tesis ini dengan judul: Konflik Antar Etnis Amungme dengan Etnis Kei Tentang Tuntutan Tanah di Kabupaten Mimika, dengan demikian terpenuhinya salah satu persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan (S-2), pada program studi Magister Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang berikan kepada penulis baik moriil maupun materiil dari semua pihak, agar saya bisa dapat menyelesaikan Tesis ini, walaupun masih banyak kekurangan, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhadjir Effendi, MAP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Latipun, M.Kes. selaku Direktur Program Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang
3. Dr. Vina Salviana DS, M.Si. selaku Ketua program studi Magister Sosiologi
4. Dr. Achmad Habib, MA. selaku Dosen pembimbing I, terima kasih banyak bapak atas bantuan secara moriil maupun materiilnya, terima kasih banyak ilmu-ilmu yang diberikan kepada saya melalui bimbingan tesis, dan luangkan waktu untuk bimbingan.
5. Drs. Oman Sukmana, M.Si. selaku Dosen pembimbing II. Terima kasih atas arahan, dukungan dan suportnya, terima kasih banyak atas luangkan waktunya untuk bimbingan. 6. Dr. Wahyudi, M.Si, Dr. Vina Salviana DS, M.Si, Dr. Achmad Habib, MA. Drs. Oman
ix
Dr. Hamidi, M.Si (almarhum), Prof. Dr. Bambang Widagdo, MM, Drs. Fauzik Lendryono, M.Si, Dr. Muhajir Effendi, MAP, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si, dan Prof. Dr. H. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si. selaku dosen-dosen pengajar di kelas, sehingga saya banyak memperoleh ilmu melalui Bapak/Ibu dosen, program studi Magister Sosiologi UMM, terima kasih banyak.
7. Bapak/Ibu di TU PPs UMM terima kasih atas pelayanannya 8. Yang tercinta ayanda Tetaming Kum (almarhum)
9. Yang tercinta mama Jeigak Beanal, yang selalu dukung dalam doa
10.Yang tercinta kakanda Enok Kum (almarhum/terpanggil Tuhan 14 November 2011), Mama Mirina, keluarga Ismael Kum, keluarga Yominus Kum, keluarga Bartolomius Kum, Yunus, Elarius dan keluarga besar Kum-Jawame terima kasih banyak atas doanya. 11.Yang tercinta adindaku Alpiana, Maina, Jano, yang selalu memberikan materiil dan doa 12.Keponaanku Mirina, Frans, Pei, Peina, Peau, Alpeanus dan Nigidukme
13.Bapak Dedi Sutiadi, MA, M.Th. dan Ibu Dedi, S.Th. terima kasih banyak atas dukungan dalam doa yang tak hentinya
14.Pemuda-pemudi dan seluruh Jemaat GKII Malang, terima kasih doanya
15.Teman-teman yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan semangat untuk penyusunan tesis ini; Faisol, Nia, Kanusta, Neri dan lain-lain
x
Herry, Jonas, Jamal, dan teman-teman lain yang ada di Surabaya, terima kasih dorongan motivasinya.
17.Vicktor Beanal, seluku kepala suku terima kasih banyak atas selalu memberi motivasi yang luar biasa mulai dari sejak SD
18.Bapak Drs. Paulus Sudiyo, selaku pimpinan Yayasan Binterbusih, terima kasih atas bantuan dorongan, motivasi, support baik secara materiil maupun moriilnya, Tuhan memberkati dalam aktivitas
19.Seluruh staf Binterbusih terima kasih banyak atas yang selalu memberi semangat, motivasi, dan suportnya
20.Kak Pascalis, Kak Dolfinus dan nak Thobias terima kasih banyak yang selalu memberi dukungan motivasi dan semangatnya
Dengan menyadari penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan tesis ini, dan penulis berharap dengan penyusunan tesisi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul………..i
Lembar Pengesahan……….ii
Lembar Persetujuan………iii
Berita Acara Bimbingan……….iv
Surat Pernyataan………..v
Persembahan………...vi
Motto……….vii
Kata Pengantar………..viii
Abstraksi……….ix
Daftar Isi………..x
Datar Tabel………...xi
Daftar Gambar dan Peta……….xii
Daftar Singkatan………...xiii
Daftar Glosarium………..xix
xii
B. Rumusan Masalah………...9
C. Tujuan Penelitian……….9
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian……….9
Kegunaan Teoritis………9
Kegunaan Praktis……….9
BAB II KAJIAN KONSEP DAN TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Terdahulu………...10
B. Kajian Konsep………...10
Interaksi Sosial………...10
Unsur-unsur Interaksi Sosial dan Proses Interaksi Sosial………...11
Konsep Etnik………...12
Perspektif Teoritis Hubungan Antarras dan Antaretnis………12
Konflik Antaretnik Secara Umum……….14
Sumber-Sumber Konflik Antaretnik di Kabupaten Mimika………..16
Akar atau Faktor Penyebab Konflik………..17
Akibat Konflik………...21
xiii
Teori Konflik Karl Marx………22
Teori Konflik Ralf Dahrendorf………..24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………..28
B. Lokasi Penelitian………...29
C. Subjek Penelitian dan Informan………30
D. Teknik Pengumpulan Data………31
Pengamatan Langsung………...31
Wawancara Mendalam………...31
Dokumentasi………...31
E. Teknik Analisa Data………..32
Editing………33
Coding………33
F. Pemeriksaan Keabsahan Data………34
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kabupaten Mimika……….36
xiv
C. Kependudukan………...40
Penduduk Kabupaten Mimika………40
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Mimika……….41
Kepadatan Penduduk dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga…………...42
D. Pemerintahan………...43
E. Sosial dan Budaya………...44
Pendidikan………...44
Kesehatan………...45
Keagamaan………...46
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Latar Belakang Munculnya Konflik……….47
B. Model Penyelesaian Konflik……….63
Penyelesaian Konflik Secara Hukum Positif……….70
Penyelesaian Konflik Secara Hukum Adat………...75
Zaman sebelum mengenal pemerintah (zaman dulu)………75
Zaman sesudah mengenal pemerintah (zaman sekarang)………..76
xv
D. Proses Konflik………...92
Penyebab Konflik………...92
Fase Laten………..93
Fase Pemicu………...93
Fase Eskalasi………94
Fase Resolusi………...94
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan………...97
B. Saran………...99
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Contoh Peristiwa Konflik Tanah di Kabupaten Timika………...7
Tabel 4.1 Luas wilayah Kabupaten Mimika menurut Distrik 2010...39
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Distrik dan Jenis Kelamin 2010...41
Tabel 4.3 Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Distrik Hasil SP2010……….43
Tabel 4.4 Jumlah Kampung/Kelurahan Menurut Distrik Tahun 2010 ……….44
Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Kabupaten Mimika Tahun 2011………..45
Tabel 4.6 Pemeluk Agama di Kabupaten Mimika Tahun 2010………46
Tabel 5.1. Perbedaan dan Persamaan Proses Penyelesaian Secara Hukum Adat 2011………….91
Tabel 5.2. Proses atau Akibat Konflik Tuntutan Tanah di Kabupaten Mimika 2011…………..95
xvii
DAFTAR PETA DAN GAMBAR
Gamber: 4.1 Peta Kabupaten Mimika………38
xviii
DAFTAR SINGKATAN
APS :Alternatif Penyelesaian Sengketa
ADR :alternative dispute resolution
BPN :Badan Pertanahan Nasional
DPRD :Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FPI :Front Pembela Islam
HAM :Hak Asasi Manusia
HSP :Hasil Sensus Penduduk
JPNN :Jawa Pos Network Nusantara
KAN :Kerapatan Adat Nagari
Keppres :Keputusan Presiden
KK :Kontrak Karya
LEMASA :Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme
LEMASKO :Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro
xix
Otsus :Otonomi Khusus
Perda :Peraturan Daerah
Perpres :Peraturan Presiden
Pilkada :Pemilihan Kepala Daerah
Puskesmas :Pusat kesehatan masyarakat
PN :Pengadilan Negeri
PP :Peraturan Pemerintah
Prp :Peraturan perundang-undangan
PTFI :Perseroan Terbatas Freeport Indonesia
PT :Perguruan Tinggi
RI :Republik Indonesia
RSMM :Rumah Sakit Mitra Masyarakat
RSUD :Rumah Sakit Umum Daerah
RSS :Rumah Sakit Swasta
SARA :Suku Agama Ras dan Antargolongan
SD :Sekolah Dasar
xx
SLTA :Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMU/SMK :Sekolah Menengah Umum/Sekolah Menengah Kejuruan
TK :Taman Kanak-Kanak
UU :Undang-Undang
UUD 1945 :Undang-Undang Dasar 1945
xxi
GLOSARIUM
Dei ingam nat-a :Penyebab konflik
Eral Ikop :Kulit kerang, barter/alat tukar-menukar
Hip napal-iwin emjewin :Pemberian tanda batas tanah (patok)
In-nowenowin :Memberi makan kepada perempuan dan anak-anak
January Agreement 1974 :Sebagai upaya Freeport untuk berdamai dengan
masyarakat
Meamekak/meumot :Fase pemicu
Me-nowenowin :Memberi makan kepada laki-laki
Meningok/mehao enewin :Bayar kepala
Mongam-me :Pendatang
Nainatnegel :Pribumi
Namun ingam awal kiagawin :Fase eskalasi
Nemangkawi :Gunung salju
Ninume :Sebutan untuk mereka yang bertempat tinggal di hilir
xxii
Oyame :Orang asing
Tangam-me namum :Pihak keluarga korban
Tujuh Suku :Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Moni, Mee dan Nduga
Woem jagawin :Perang suku
Woemum :Pelaku/penyelenggara perang atau pokok perkara
Woem ananao in-enengame :Individu/kelompok yang membantu penyelenggara
perang untuk menghadapi atau memperkuat serangan
dari lawan
Woem awewin : Fase resolusi
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah Garapan………109
Surat Keterangan Bukti Hak Garapan Atas Tanah Negara………..110
Pemerintah Provinsi Papua Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua No. 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah………...112
Gambar Tanah Milik Hak Ulayat Taparuamako Kapawe……….121
Gambar kondisi Tanah di kawasan Irigasi yang berkonflik………122
Gambar kondisi tanah di kawasan Petrosea……….123
Gambar kedua kelompok bentrok tuntutan tanah………124
Gambar kedua kelompok saling serang………...125
Gambar acara bakar batu untuk proses perdamaian………126
Gambar contoh bakar batu secara adat untuk makan bersama………127
Gambar prosesi acara makan bersama untuk perdamaian………...128
Gambar kedua suku sedang berdiskusi untuk penyelesaian masalah………..129
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Bolong Bertholomeus, OCD. (2005). Memburu Hak Mengorbankan Persaudaraan (Potret Konflik
Pengklaiman Hak Atas Tanah Ulayat di Ngada), Yogyakarta: BIGRAF Publishing
Dwi Susilo, Rachmat K. (2008). 20 Tokoh Sosiologi Modern, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif ANALISIS DATA, Jakarta: Rajawali Press
Fauzi, Muchamad. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, Semarang:
Walisongo Press
Goodman, J. Douglas-Ritzer George. (2008). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Habib, Achmad. (2009). KONFLIK ANTARETNIK DI PEDESAAN Pasang Surut Hubungan
Cina-Jawa, Yogyakarta: LKiS
Hamidi. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian, Malang: UMM Press
Haryanto, Dany dan Nugrohadi, Edwi. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
Kolip, Usman dan Setiadi, M. Elly. (2011). PENGANTAR SOSIOLOGI Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Liliweri, Alo. (2005). Prasangka dan Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,
Yogyakarta: LKiS
Moelong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaludin. (2009). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Panduan
xxv
Ngadisah. (2003). Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial di Papua, Yogyakarta: Pustaka
Raja
Ragin, Charles, C. (1994). Constructing Social Research, Sociology for a New Century, (Cine
ForgePress, Thousand-Oaks London, New Delhi, 1994)
Raho, SVD Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Ritzer, George. (2003). Sosiologi Ilmu pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sanderson, K. Stephen. (2010). MAKRO SOSIOLOGI Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Saryono, dan Dwi Anggraeni Mekar. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Kesehatan, Yogyakarta: Numes
Soekanto Soerjono. (2003). SOSIOLOGI Satu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumardjono, W.S. Maria, Ismail, Nurhasan dan Isharyanto. (2008). MEDIASI SENGKETA
TANAH, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa ( ADR) di Bidang Pertanahan,
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Suryadi, Budi. (2007). SOSIOLOGI POLITIK Sejarah Definisi dan Perkembangan Konsep,
Yogyakarta: IRCiSoD
Susan, Novri. (2009). Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Syaiful, Rohim H., (2009). TEORI KOMUNIKASI Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta: PT
RINEKA CIPTA
Syarbaini, Syahrial, Rahman A. dan Djihado Monang.(2004). Sosiologi dan Politik, Bogor: Galia
Indonesia
Wahjono, Sentot Imam. (2010). Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu
Waileruny, Samuel. (2010). Membongkar Konspirasi di Balik Konflik Maluku, Jakarta: Yayasan
xxvi
Winarta H. Frans. (2011). HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA Arbitrase Nasional Indonesia
dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika
Wirawan. (2010). KONFLIK dan MANAJEMEN KONFLIK Teori, Aplikasi dan Penelitian, Jakarta:
Salemba Humanika
Wuisman, J.J.M. (1996). (dalam Ngadisah. 2003). Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Universitas
Indonesia
Upo, Ambo. (2010). Tradisi Aliran Dalam SOSIOLOGI Dari Filosofi Positivistik ke Post-positivistik,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumber dari Internet Berupa Artikel, Laporan, Skripsi dan Radar
DPRD Kababupaten Mimika dan DPRD Provinsi Papua (2010). Miras Dilarang untuk Hentikan
Perang. Timika: DPRD Kabupaten Mimika
Ifdal Kasim. (2011). Konflik Antar Etnis. diakses pada tanggal 28 Desember 2011 dari
http://www.sosbud.kompasiana.com/2011/01/10/konflik-antar-etnis/
Ketua F-PDI Perjuangan DPRD Papua. (2006). Konflik dan Penegakan Hukum di Timika, Suara
Perempuan Papua No 3 Tahun III di Jayapura, 21-27 Agustus 2006
Kum Krinus. ( 2009). Dampak Keberadaan PT Freeport Indonesia Terhadap Konflik Antar Etnis di
Kabupaten Mimika, Skripsi S-1, Universitas Muhammadiyah Malang
Laporan Hasil Sensus Penduduk Sementara Kabupaten Mimika Dalam Angka, (2010)
Mampioper, A. Dominggus. (2007). Mengapa Perang Suku Sering Terjadi di Kabupaten Mimika.
diakses pada tanggal 12 Desember 2011 dari
http://www.kabarindonesia.com/berita.php
Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua No. 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat Masyarakat
xxvii
Radar Timika, (Selasa, 21 Juni 2011, halaman 1). DPRD Kabupaten Mimika Mendesak Bupati
untuk Menandatangani Mengenai Pemekaran Distrik di Kwamki Narama, Timika
Saptono Ade. ( 2010). Peran Polisi Pascapatah Panah. diakses pada tanggal 21 September 2011 dari
http://www.artikel-media.blogspot.com/2010/01/peran-polisi-pascapatah-panah.html
Wakerwa Philipus. (2006). Menelusuri Tradisi Perang Suku di Pedalaman Mimika Papua. Diakses
pada tanggal 24 Juni 2011 dar http://www.forum.detik.com/showthread.php?
t=185770
Hasil Wawancara
Hasil Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2011 mewawancarai dengan Bapak Edwin Mom, tokoh
masyarakat
Hasil Wawancara, pada tanggal 13 Mei 2011 wawancara dengan Bapak Demianus Beanal dan
Bapak Lewi Beanal, tokoh adat
Hasil Wawancara, pada tanggal 20 Mei 2011 wawancara dengan Ibu Rut Kum, Ibu Rumah
Tangga
Hasil Wawancara, pada tanggal 22 Mei 2011 wawancara dengan Bapak Elpinus Magal, tokoh
pemuda
Hasil Wawancara, pada tanggal 8 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Nerius Katagame,
SE, Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA)
Hasil Wawancara, pada tanggal 9 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Yoseph Simon Done,
SS. IT, Kepala bidang pertanahan Kabupaten Mimika
Hasil Wawancara, pada tanggal 28 April 2011 mewawancarai dengan Bapak Luther Magal,
Kepala bidang hak ulayat tanah Kabupaten Mimika
Hasil Wawancara, pada tanggal 27 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Mampres Magal
dan Karel Magal, tokoh masyarakat dan tokoh agama
xxviii
Hasil Wawancara, pada tanggal 13 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Elminus Kum,
PNS Distrik Tembagapura
Hasil Wawancara, pada tanggal 6 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak John, Kepala Seksi
Badan Pertanahan Kabupaten Mimika
Hasil Wawancara, pada tanggal 26 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Enok Kum, tokoh
masyarakat
Hasil Wawancara, pada tanggal 20 Juni 2011 mewawancarai dengan Bapak Aser Yawame,
tokoh pemuda
Sumber dari Internet
http://www.mimikakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46:sosial-&catid=14:sosbud-a-ekonomi&Itemid=31 Diakses pada tanggal 22 Desember 2011
http://www.mimikakab.go.id/index.php?option=com_content&viev=article&id=41:iklim&cati
d=13:cuaca-a-iklim&Itemid=14, Diakses pada tanggal 23 Desember 2011
http://www.mimikakab.go.id/index.php?option=com_content&viev=article&id=25:kondisi-geografis&catid=11, Diakses pada tanggal 23 Desember 2011
http://www.komisikepolisianindonesia.com/secondPg.php?cat=umum&id=2401, diakses
pada tanggal 8 Mei 2011