DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH
ENDAH PUJI LESTARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
ABSTRAK
ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan contoh dilakukan di dua kecamatan yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Punggelan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2009. Total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu yang mempunyai anak usia 24-60 bulan. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji beda, uji Chi-square, dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata beban kerja obyektif waktu contoh paling besar adalah waktu untuk kegiatan pribadi (10,0 jam/hari), diikuti oleh kegiatan pengasuhan (3,5 jam/hari), dan kegiatan domestik (3,3 jam/hari). Sementara itu, berdasarkan pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (92,3%) memiliki beban kerja subyektif yang ringan. Bila dikategorikan maka dukungan sosial yang paling banyak diterima contoh berada pada kategori kuat (42,3%) dan sangat kuat (32,7%). Hasil itu untuk variabel alokasi waktu pengasuhan menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada kategori rendah. Penelitiaan ini juga menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan anak adalah status kerja contoh, usia contoh, lama pendidikan contoh, usia anak contoh dan beban kerja subyektif.
Kata kunci: beban kerja ibu, dukungan sosial, alokasi waktu pengasuhan
ABSTRACT
ENDAH PUJI LESTARI. Mother’s work-load, social support, and its correlation to time allocation child care in the food insecurity areas at Banjarnegara District, Jawa Tengah Province. Suvervised by DWI HASTUTI.
Objectives of this study were to analyze mother’s work-load, social support, and its correlation to time allocation for child care in the food insecurity areas at Banjarnegara District, Jawa Tengah Province. Pejawaran and Punggelan were chosen as location of the study. Data were collected from February until March 2009. Total samples of this study were three hundreds mother with children within age range of 24-60 months, selected using simple random sampling technique. Descriptive statistics, Independent
sample’s T-test, Chi-square, and Spearman correlation are used for data analyzing. Result showed that the highest time allocation were allocated to personal activity (10,0 hours/day), followed by time allocation for child care (3,5 hours/day), and time for domestic activity (3,3 hours/day). Meanwhile, based on subjective work-load category, it is showed that almost all sample (92,3%) have a low subjective’s work-load. Social support received by sample was classified as strong (42,3%) and very strong (32,7%). Meanwhile, time allocation for child care at more than half samples (55,3%) were at low category. Result also showed that factors related to time allocation for child care are
mothers’s work status, mothers’s age, mothers’s educational level, age of children and subjective work-load.
RINGKASAN
ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Di bawah bimbingan DWI HASTUTI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan anak di daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi beban kerja ibu, (2) mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu, (3) mengidentifikasi alokasi
waktu pengasuhan, dan (4) menganalisis
karakteristik keluarga, karakteristik
anak, beban kerja ibu, dan dukungan sosial yang berhubungan dengan
alokasi waktu pengasuhan.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Household Food Security, Family Resource Allocation and It’s Impact to Child Development of Families Living in Rural Food Insecure Area in Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan
bahwa daerah Banjarnegara merupakan daerah yang rawan pangan pada peta kerawanan pangan Indonesia. Di Kabupaten Banjarnegara dipilih dua kecamatan
secara purposive yaitu Kecamatan Pejawaran dan Punggelan berdasarkan
jumlah penduduk miskin. Dari setiap kecamatan, dipilih tiga desa secara purposive, yaitu Desa Pejawaran, Desa Giritirta, dan Desa Sidengok untuk di Kecamatan Pejawaran, kemudian di Kecamatan Punggelan desa yang dipilih adalah Desa Karangsari, Desa Punggelan, dan Desa Kecepit. Selanjutnya, dari
setiap desa diambil contoh sebanyak 50 ibu dengan menggunakan teknik simple
random sampling, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja (objektif dan subjektif), dukungan sosial, dan alokasi waktu pengasuhan. Data karakteristik keluarga karakteristik anak, beban kerja subjektif, dan dukungan sosial diperoleh dengan wawancara langsung kepada contoh. Data beban kerja
objektif dan alokasi waktu pengasuhan diukur melalui recall 1 x 24 jam. Data
yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, dan entry data ke
komputer, cleaning data, dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase terbesar keluarga (59,3%) merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang. Mayoritas usia suami contoh (81,4%) maupun contoh (86,0%) berada pada kategori dewasa awal (21 sampai 40 tahun). Persentase terbesar pendidikan suami contoh (60,3%) dan contoh (62,0%) adalah tamat SD. Pekerjaan yang paling banyak (52,9%) dilakukan suami adalah petani. Lebih dari separuh contoh berstatus ibu bekerja (54,3%) dengan persentase pekerjaan terbesar sebagai petani (32,7%). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden (85,7%) berada pada kelompok kategori miskin. Rata-rata usia anak contoh dalam penelitian ini adalah 41,1 bulan dan lebih dari separuh anak contoh (55%) berjenis kelamin perempuan.
jam/hari. Beban kerja secara subjektif diukur menggunakan persepsi contoh terhadap beban kerja. Berdasarkan persepsi terhadap beban kerja, pekerjaan yang dianggap paling berat adalah perawatan anak sakit (38,7%), diikuti pekerjaan mencari nafkah (30,7%), dan mencuci pakaian (17,7%). Hasil pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (92,3%) merasa memiliki beban kerja dengan kategori ringan.
Dukungan sosial dari suami, kerabat/keluarga luas, tetangga/masyarakat menggambarkan bantuan baik dalam bentuk dukungan emosional, dukungan instrumental maupun dukungan informasi yang diberikan kepada contoh. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentase terbesar contoh (42,3%) memiliki dukungan sosial kuat. Dukungan sosial diperoleh paling besar dari suami dalam bentuk tindakan yang menunjukkan perasaan cintanya (85,1%). Sementara itu, dukungan sosial yang sering diberikan kerabat/keluarga luas kepada contoh adalah bergotong royong/saling tolong menolong (82,7%), dan dukungan tetangga/masyarakat berupa dukungan emosi saat tertimpa kesulitan (77,0%).
Berdasarkan alokasi waktu contoh untuk pengasuhan anak, rata-rata alokasi waktu paling besar adalah waktu untuk kegiatan bermain dengan anak (1,5 jam/hari), diikuti oleh kegiatan menidurkan anak (0,5 jam/hari). Kegiatan memberi makan anak, keluar rumah bersama anak, dan kegiatan personal anak (memandikan, keramas, gunting kuku, dan mendandani) memiliki alokasi waktu masing-masing 0,4 jam/hari. Kegiatan menemani anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sabil mengawasi anak memiliki proporsi waktu yang lebih sedikit (0,1 jam/hari) dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Hasil pengkategorian alokasi waktu contoh untuk pengasuhan menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada waktu pengasuhan kategori rendah.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan anak antara lain status kerja contoh, lama sekolah contoh, usia contoh, usia anak contoh, dan beban kerja subyektif. Berdasarkan uji Chi Square terlihat hubungan yang signifikan antara status kerja contoh dengan alokasi waktu pengasuhan, artinya banyaknya waktu yang dicurahkan contoh pada kegiatan pengasuhan sangat ditentukan oleh bekerjanya contoh di luar rumah. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa lama sekolah contoh berhubungan positif dan signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Semakin tinggi pendidikan contoh maka semakin tinggi pula alokasi waktu pengasuhan. Sementara itu, usia contoh, usia anak contoh, dan beban kerja subyektif berhubungan negatif dan siginifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Hal ini berarti semakin bertambah usia contoh dan usia anak contoh, serta semakin berat beban kerja subyektif maka alokasi waktu pengasuhan akan semakin rendah. Faktor usia anak merupakan faktor yang berhubungan paling kuat dengan alokasi waktu pengasuhan anak.
Alokasi waktu pengasuhan anak yang dilakukan oleh contoh termasuk dalam kategori rendah, sehingga perlu adanya pemberian informasi kepada para ibu tentang bagaimana mengelola waktu pengasuhan dengan baik. Informasi ini bisa disampaikan melalui program posyandu dengan menggalakkan kembali program Bina Keluarga Balita. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
penggunaan metode pengamatan langsung (direct observation) untuk mengukur
alokasi waktu pengasuhan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
BEBAN KERJA IBU, DUKUNGAN SOSIAL, SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN
KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH
ENDAH PUJI LESTARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Judul Skripsi : Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan
Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
Nama : Endah Puji Lestari
NIM : I24050187
Disetujui,
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu
Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
Tengah”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu
penulis selama kuliah hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada :
1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasehat, kesabaran dan saran
dari awal pembuatan proposal hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih
atas perhatian dan pelajaran yang begitu berharga selama ini.
2. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Alfiasari SP, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan koreksi, saran, dan masukan yang
berharga untuk penulisan skripsi ini.
3. Neti Hermawati, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar.
4. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku pembimbing akademik selama peneliti
menjadi mahasiswa IKK.
5. Seluruh staf pengajar IKK yang telah memberikan bekal pendidikan dan
pengetahuan kepada penulis.
6. Keluarga tercinta. Bapak dan Mamah tercinta yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan, doa, pengorbanan, perhatian dan kesabarannya
yang begitu besar kepada penulis. Semoga Allah kelak membalas
dengan surga Nya. Teteh, Aa, dan adikku, terimakasih atas kasih sayang
dan perhatiannya.
7. Teman-teman sepenelitianku (Dinda, Chandri, Nuy, Rama, Risma, Dede
dan Esta) dan kakak-kakakku (Mas Aris, Teh Medina, Mbak Yuli, Mba
Aqsa dan Mbak Ira) atas kerjasama, semangat dan pengalamannya
selama penelitian.
8. Teman-temanku di IKK’42 : Anne, Sri, Tika, Dini, Asro, Ari, WL, Shely.
Terima kasih atas waktunya menemaniku di kala suka dan duka.
9. Anak-anak Asrama Pocut Baren atas keceriaan, candaan dan semangat
yang membuatku betah dengan kalian.
10. Mba Sulis Sulistiowati terima kasih atas dukungan, kesabaran, bantuan
11. Direktur Neysvan Hogrtraten, Belanda yang telah memberikan dukungan
keuangan untuk penelitian payung “Household Food Security, Family
Resource Allocation, And It’s Impact To Child Development Of Families Living In Rural Food Insecure Area In Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”.
12. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya namun telah
banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi.
Penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaikinya. Sebagai
akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Peran Keluarga ... 5
Peran Ibu dalam Pengasuhan ... 8
Karakteristik Keluarga ... 9
Karaketristik Anak ... 11
Beban Kerja Ibu ... 12
Dukungan Sosial ... 13
Alokasi Waktu Pengasuhan ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
METODE PENELITIAN ... 19
Desain, Tempat, dan Waktu ... 19
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh ... 19
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20
Pengolahan dan Analisis Data ... 22
Definisi Operasional ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
Karakteristik Keluarga ... 31
Karakteristik Anak ... 38
Beban Kerja Ibu ... 39
Dukungan Sosial ... 44
Alokasi Waktu Pengasuhan ... 46
Hubungan Antar Variabel ... 50
Pembahasan Umum ... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
Kesimpulan ... 67
Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Varibel, data dan cara pengumpulan data ... 21
2 Banyaknya penduduk Kecamatan Pejawaran menurut mata pencaharian ... 27
3 Jenis lahan di Kecamatan Pejawaran ... 27
4 Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Pejawaran ... 28
5 Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamatan Pejawaran ... 28
6 Banyaknya penduduk Kecamatan Punggelan menurut mata pencaharian ... 30
7 Produktivitas lahan di Kecamatan Punggelan ... 30
8 Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Punggelan ... 31
9 Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamamatan Punggelan ... 31
10 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga ... 32
11 Sebaran suami contoh berdasakan usia ... 33
12 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 33
13 Sebaran suami contoh berdasarkan tingkat pendidikan ... 35
14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ... 35
15 Sebaran suami contoh berdasarkan pekerjaan ... 36
16 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ... 37
17 Sebaran anak contoh berdasarkan usia ... 38
18 Statistik deskriptif alokasi waktu contoh ... 38
19 Sebaran contoh berdasarkan kategori persepsi terhadap beban kerja .. 39
20 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan yang paling memberatkan ... 41
21 Sebaran contoh berdasarkan alasan pekerjaan yang paling memberatkan ... 42
22 Sebaran contoh berdasarkan kategori dukungan sosial ... 43
23 Statistik dasar kegiatan pengasuhan dalam sehari ... 44
25 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan beban kerja
subjektif ... 48
26 Sebaran contoh berdasarkan usia dan beban kerja subjektif ... 50
27 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan beban
kerja subjektif ... 50
28 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan beban
kerja subjektif ... 51
29 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan beban
kerja subjektif ... 52
30 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan beban kerja
subjektif ... 52
31 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan beban kerja
subjektif ... 53
32 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan alokasi waktu
pengasuhan ... 53
33 Sebaran contoh berdasarkan usia dan alokasi waktu pengasuhan ... 54
34 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan alokasi waktu
pengasuhan ... 55
35 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan alokasi waktu
pengasuhan ... 55
36 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan
alokasi waktu pengasuhan ... 56
37 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan alokasi waktu
pengasuhan ... 56
38 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subjektif dan alokasi
waktu pengasuhan ... 57
39 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu
pengasuhan ... 58
40 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subyektif dan alokasi waktu pengasuhan ... 58
41 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan
alokasi waktu pengasuhan ... 18
2. Cara penarikan contoh ... 20
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta wilayah Kecamatan Pejawaran ... 73
2. Peta wilayah Kecamatan Punggelan ... 73
3. Statistik deskriptif variabel karakteristik keluarga dan anak ... 74
4. Sebaran jawaban contoh pada instrumen beban kerja subyektif ... 75
5. Sebaran jawaban contoh pada instrumen dukungan sosial ... 76
6. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristk keluarga, karakteristik anak, dan dukungan sosial dengan beban kerja subyektif ... 77
7. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristik keluarga, karakteristik anak, dukungan sosial, dan beban kerja subyektif dengan alokasi waktu pengasuhan ... 77
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keadaan ekonomi Bangsa Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997
berdampak pada bertambahnya penduduk miskin di Indonesia. Jumlah
penduduk miskin selama pada periode 1996-2006 berfluktuasi dari tahun ke
tahun, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun
1999. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk tercatat dari 38,70 juta pada
tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006,
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta
orang pada tahun 2005 menjadi 39,30 juta pada tahun 20061.
Tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia memicu terjadinya
penurunan daya beli, diantaranya daya beli bahan makanan, kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan lainnya. Pada kondisi keluarga miskin, pekerjaan
yang relatif tidak tetap menyebabkan pendapatan keluarga relatif rendah atau
tidak stabil. Ini artinya, kemampuan keluarga untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan pun relatif rendah. Kondisi kesulitan dalam beradaptasi
ini, memungkinkan terjadinya kondisi rawan pangan.
Pada kondisi rawan pangan, keluarga miskin cukup tidak berdaya untuk
mempertahankan keluarga. Hal ini akan yang mendorong wanita untuk bekerja di
sektor publik sebagai bukti tanggung jawabnya atas kelangsungan ekonomi
keluarga. Dengan demikian jelas bahwa wanita di pedesaan berperan ganda,
disamping sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah. Hal ini
senada dengan pernyataan Mugniesyah, Wigna & Husaini (2002), bahwa
semakin miskin suatu keluarga maka akan semakin berat beban kerja wanita
dalam keluarga. Dengan demikian, semakin beratnya beban kerja wanita maka
akan berdampak pada proses pengasuhan anak dalam keluarga.
Dalam keluarga patriarki, umumnya yang menjadi pengasuh utama anak
dalam keluarga adalah wanita. Wanita sebagai ibu rumah tangga tidak terlepas
dan berkaitan dengan perkembangan anak dalam proses pertumbuhan menuju
1
dewasa yang mandiri. Hal tersebut karena wanita sebagai ibu rumah tangga
merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengan anak dan memegang
peranan penting dalam keberhasilan tumbuh kembang anak karena peran wanita
sebagai pengasuh utama anak tidak dapat digantikan. Keberhasilan tumbuh
kembang anak pada masa kanak-kanak akan menentukan kualitas sumberdaya
manusia pada masa yang akan datang. Tahun-tahun pertama kehidupan anak
merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis. Pada masa tersebut,
perkembangan fisik, mental, dan psikososial berjalan sangat cepat sehingga
keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa
depan anak (Hurlock, 1980). Lebih lanjut, Unicef (1990) dalam Engel et al. (1997)
menekankan pentingnya pengasuhan dan perawatan anak yang akan berperan
penting dalam merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Interaksi anggota keluarga yang terdiri laki-laki sebagai suami, wanita
sebagai istri, dan anak sangat berpengaruh terhadap keutuhan hubungan antara
anggota keluarga satu dengan lainnya. Terbatasnya waktu kehadiran suami atau
istri atau keduanya dalam satu keluarga di rumah, sehingga anak terpaksa
dititipkan dan diasuh oleh orang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak yang selanjutnya akan berdampak pada
kesejahteraan anak.
Konflik antara kebutuhan anak dengan kebutuhan ekonomi keluarga
untuk kelangsungan hidup keluarganya itu menyebabkan kurangnya perhatian
orang tua terhadap kesejahteraan anaknya. Dengan demikian, sangat menarik
untuk diteliti mengenai bagaimana beban kerja wanita sebagai seorang ibu di
daerah rawan pangan dan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan
kepada ibu serta bagaimana dampaknya terhadap pengasuhan anak.
Perumusan Masalah
Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten termiskin di Provinsi
Jawa Tengah. Fakta menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Banjarnegara meningkat 7,62 persen dalam kurun waktu lima tahun. Keluarga
miskin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2001 sebanyak 89 912 kepala keluarga
(31,05 %) dan terjadi peningkatan pada tahun 2005 menjadi 95 357 kepala
keluarga (38,67 %). Tingginya jumlah keluarga miskin ini mengakibatkan puluhan
ribu penduduk di 89 desa di Kabupaten Banjarnegara mengalami rawan pangan
menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah
yang memiliki resiko tinggi terhadap rawan pangan (2007).
Dalam kondisi rawan pangan, anak-anak tidak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya asupan gizi yang
sehat dan berimbang. Lain halnya dengan pendapat Zeitlin et al. (1990) bahwa
di dalam lingkungan masyarakat atau keluarga yang miskin dapat terjadi
penyimpangan positif (positive deviance) yang berkaitan dengan kesehatan,
pertumbuhan, dan perkembangan anak yang berbeda diantara anak-anak yang
lain. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah pengasuhan. Ini artinya,
anak-anak keluarga miskin yang hidup didalam kondisi rawan pangan pun dapat
tumbuh secara normal jika anak mendapatkan pengasuhan yang baik.
Dalam proses pengasuhan, peran pengasuh dalam tugas pengasuhan
sangat penting, terutama bagi balita. Hal ini mengingat pada usia ini seorang
anak masih tergantung, baik secara fisik maupun emosi kepada orang dewasa,
terutama ibu. Sesuai dengan pernyataan Mudzhar et al. (2001), bahwa peran
yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi ibu atau isteri di lingkungan
rumah tangga. Namun demikian, kebutuhan rumah tangga yang begitu besar
dan mendesak pada saat ini membuat wanita harus bekerja untuk bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dengan adanya fungsi ganda tersebut maka waktu yang dimiliki oleh
wanita untuk melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga akan berkurang karena
sisa waktunya diisi untuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, kesempatan
untuk mengasuh anak balitanya menjadi berkurang sehingga berdampak pada
pengasuhan. Menurut Engel et al. (1997), alokasi waktu pengasuhan anak
merupakan salah satu indikator dari pengasuhan untuk menghasilkan anak yang
berkualitas baik fisik maupun mental.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang ingin diperoleh
jawabannya lebih lanjut yaitu (1) Bagaimana beban kerja ibu? (2) Bagaimana
dukungan sosial yang diterima ibu sebagai pengasuh? (3) Bagaimana alokasi
waktu pengasuhan anak? Faktor apa saja yang berhubungan dengan alokasi
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui beban kerja ibu,
dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di
daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi beban kerja ibu
2. Mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu
3. Mengidentifikasi alokasi waktu pengasuhan ibu untuk anak usia 24-60 bulan
4. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu, dan
dukungan sosial yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran bagi keluarga yang memiliki anak khususnya usia 24 sampai 60 bulan
dalam mengembangkan sumberdaya yang terkait dan kemampuan alamiah
dalam praktek pengasuhan anak. Informasi tersebut diharapkan dapat
menyadarkan masyarakat akan arti penting proses pengasuhan anak. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian sejenis di masa yang
TINJAUAN PUSTAKA
Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional
Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons
mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga
pada abad ke-20. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam
kehidupan sosial dan masing-masing akan memiliki fungsinya sendiri. Perbedaan
fungsi tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi
untuk mencapai tujuan bersama. Struktur dan fungsi yang terbentuk tidak akan
pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai sosial yang melandasi
sistem masyarakat (Megawangi 1999).
Menurut Megawangi (1999), ada tiga elemen utama dalam struktur
internal keluarga, yaitu mengacu pada:
1. Status sosial; keluarga inti terdiri dari tiga unsur utama yaitu bapak/suami
(pencari nafkah), ibu/istri (ibu rumah tangga) dan anak-anak (anak balita, anak
sekolah, remaja, dewasa) serta hubungan timbal balik antar individu dengan
status sosial berbeda.
2. Konsep peran sosial; menggambarkan peran dari masing-masing individu
atau kelompok menurut status sosialnya dalam sebuah sistem sosial.
Diferensiasi peran ini diharapkan dapat menuju suatu sistem keseimbangan
(equilibrium tendency).
3. Norma sosial; peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya
seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial berasal dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan. Akan tetapi
setiap keluarga dapat mempunyai norma sosial yang spesifik untuk keluarga
tersebut, misalnya norma sosial dalam pembagian tugas rumah tangga, yang
merupakan bagian struktur keluarga untuk mengatur tingkah laku setiap anggota
keluarganya.
Levy (Megawangi 1999) mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas
yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi
keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang
lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak
dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kesempatan siapa yang
keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus
dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi antara lain:
1. Diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan
dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam
keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender,
generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.
2. Alokasi solidaritas yang berkaitan dengan distribusi relasi antar anggota
keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau
kepuasan menggambarkan hubungan antar anggota, misalnya keterikatan
emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada
keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Misalnya hubungan
antara bapak dan anak lelaki mungkin lebih utama daripada hubungan suami
dan istri pada suatu budaya tertentu. Intensitas adalah kedalaman relasi antar
anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi yang berkaitan dengan distribusi barang-barang dan jasa
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam
hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan
jasa dalam keluarga.
4. Alokasi politik yang berkaitan dengan distribusi kekuasaan dalam keluarga
dan siapa yang bertanggungjawab atas tindakan anggota keluarga. Agar
keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu
diperlukan.
5. Alokasi integrasi dan ekspresi yang berkaitan dengan distribusi teknik atau
cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku
yang memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.
Keluarga mempunyai berbagai fungsi peran yang menetukan kualitas
kehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupan sosial
(kemasyarakatan). Fungsi keluarga dapat dibagi menjadi fungsi ekspresif dan
instrumental. Fungsi ekspresif keluarga berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan emosi dan perkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan
sosialisasi anak. Sementara itu, fungsi instrumental berkaitan dengan
manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan keluarga (Sunarti,
2004).
Salah satu teori yang digunakan dalam menjelaskan fungsi keluarga
Berdasarkan teori AGIL bahwa empat masalah fungsional utama dalam
keberlangsungan sistem yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan
pemeliharaan sistem yang berada pada tingkatan sistem kepribadian, sosial,
dan budaya. Keluarga sebagai unit sosial terkecil merupakan tulang punggung
pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut yang selanjutnya menentukan
keberlangsungan serta keseimbangan sistem sosial yang lebih luas (Sunarti
2001).
1. Fungsi Adaptasi. Fungsi ini mengacu pada perolehan sumberdaya atau
fasilitas yang cukup dari lingkungan luar sistem dan kemudian
mendistribusikannya di dalam sistem. Adaptasi adalah suatu pilihan tindakan
yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial
ekonomi, serta ekologi dimana penduduk tersebut tinggal. Pemilihan tindakan
yang bersifat kontekstual tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia di lingkungan guna mengatasi tekanan-tekanan
sosial ekonomi.
2. Fungsi pencapaian tujuan. Setiap keluarga mempunyai tujuan atau
rencana yang akan dicapai (output), dengan syarat adanya sumberdaya
keluarga (input) baik materi, energi, dan informasi. Dengan demikian keluarga
dapat mencapai tujuannya, dan dapat menjalankan menjalankan fungsi-fungsi
keluarga dengan menggunakan sumberdaya keluarga, maka perlu adanya
proses (throughput) yang harus ditempuh (Deacon & Firebaught 1988).
3. Fungsi integrasi. Fungsi ini mengacu pada pemeliharaan ikatan dan
solidaritas. Elemen tersebut digunakan untuk mengontrol, memelihara
subsistem, dan mencegah gangguan utama dalam sistem.
4. Fungsi pemeliharaan sistem. Fungsi ini mengacu kepada proses dimana
energi dorongan disimpan dan didistribusikan di dalam sistem, melibatkan dua
masalah saling berkaitan yaitu pola pemeliharaan dan pengelolaan masalah
atau ketegangan.
Teori Sistem (Ecological Framework)
Teori ini didasarkan pada konsep ekologi yang melihat bahwa manusia
adalah bagian dari sitem lingkungan dimana ia hidup dan tinggal. Teori ini
menekankan bahwa setiap sistem terdiri atas unsur-unsur. Unsur dalam sistem
bersifat saling terhubung satu sama lain dan saling mempengaruhi, dimana
sistem yang sama. Sementara itu, sistem terdiri atas unsur input, proses dan
output. Lebih lanjut disebutkan bahwa input merupakan unsur yang terdiri dari
sumberdaya, nilai, tuntutan, tujuan, sedangkan proses terdiri atas perencanaan
dan pelaksanaan. Sementara itu output terdiri atas pencapaian tujuan,
kepuasaan, dan kesejahteraan (Deacon & Firebaught 1988). Bronfenbrenner
memberikan penekanan bahwa seorang anak adalah bagian yang akan
dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh sistem lingkungan mikro,
messo, exo, dan makro diseputar kehidupan anak.
Peran Ibu dalam Pengasuhan
Rutter (1984) dalam Karyadi (1985) mengemukakan bahwa supaya anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, dibutuhkan kualitas dan
kuantitas pengasuhan ibu. Ada beberapa ciri yang diperlukan untuk melakukan
pengasuhan ibu dengan cukup baik, diantaranya (1) hubungan kasih sayang, (2)
kelekatan atau keeratan hubungan, (3) hubungan yang tidak terputus (4)
interaksi yang memberikan rangsangan. Dari ciri-ciri tersebut kasih sayang
merupakan unsur yang penting dalam hubungan yang terjalin antara keluarga.
Hurlock (1999) mengatakan bahwa rasa aman, pemenuhan kebutuhan
fisik dan psikologis, kasih sayang, pola perilaku yang disetujui, bimbingan dan
bantuan dalam mempelajari berbagai kecakapan yang sangat dibutuhkan anak,
pertama diperoleh dari keluarga. Pengasuhan anak mencakup seluruh bentuk
interaksi antara orangtua dengan anak untuk perkembangan seluruh potensi
anak yaitu fisik, akal, mental, rohani, dan moral.
Menurut Myers (1992) pada kenyataanya pemberian pengasuhan
tergantung pada ketersediaan sumberdaya, pendidikan, pengetahuan, kondisi
kesehatan pengasuh, alokasi waktu, dukungan sosial dan sumberdaya ekonomi
yang dimiliki keluarga. Pada umumnya di negara-negara berkembang, pelaku
utama pengasuhan bagi bayi dan anak balita dalam rumah tangga adalah ibu.
Akan tetapi pada keluarga tipe extended family, nenek, bibi, ayah dan anggota
keluarga lainnya bahkan tetangga di sekitar keluarga tersebut pun membeikan
kontribusi dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian Rogers dan Youssef (1988)
dalam Masithah (2002) menunjukan bahwa ibu memberikan alokasi waktu yang
lebih banyak dalam pengasuhan anak, selanjutnya adalah wanita lainnya dalam
keluarga tersebut misalnya nenek, bibi dan kakak perempuan. Praktek
pemberian pengasuhan yang sangat memadai sangat penting tidak hanya bagi
mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak. Pengasuhan juga
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup
yang baik bagi anak secara keseluruhan.
Karakteristik Keluarga
Keluarga adalahi unit terkecil dalam masyarakat yang terikat oleh
hubungan perkawinan dan hubungan darah serta tinggal dalam satu rumah
dengan menjalankan fungsi dan peran tertentu untuk mencapai tujuan yang
sama (Guhardja, Hartoyo, Puspitawati, Hastuti 1992). Keluarga mempunyai
peran penting dalam pembentukan sumberdaya manusia. Hal ini karena tempat
pertama bagi manusia untuk berinteraksi dimulai dari keluarga. Oleh karena itu,
maka sudah selayaknya keluarga dijadikan tempat pendidikan pertama dan
utama bagi anak-anaknya.
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Besar keluarga turut mempengaruhi pola pengasuhan yang
diberikan kepada anak. Makin besar jumlah anggota keluarga diduga semakin
sedikit waktu dan perhatian ibu terhadap anak, karena harus berbagi dengan
anggota keluarga lainnya. Menurut Cahyaningsih (1999) diacu dalam Akmal
(2004), besar keluarga akan mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak.
Semakin besar suatu keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orangtua. Menurut Sa’diyyah (1998) semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Jika jarak anak
pertama dengan yang kedua kurang dari satu tahun maka perhatian ibu terhadap
pengasuhan kepada anak yang pertama akan berkurang setelah kedatangan
anak berikutnya, padahal anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus
(Sukarni 1994).
Usia Orangtua
Usia orangtua terutama ibu yang relatif masih muda, cenderung kurang
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak. Umumnya
mereka mengasuh dan merawat anak berdasarkan pada pengalaman orangtua
terdahulu. Ibu yang masih muda cenderung untuk mendahulukan dan
memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga
berumur cenderung menerima perannya sepenuh hati sebagai ibu, sehingga
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pengasuhan anak. (Hurlock 1999).
Pendidikan orangtua
Hastuti (2007) mengemukakan bahwa pendidikan dapat membentuk
kematangan berfikir seseorang, baik pendidikan formal maupun non formal,
pegalaman berorganisasi, akses kepada buku dan media massa yang dapat
membentuk kematangan berfikir seseorang yang akan membentuk perilakunya
saat berinteraksi dengan anak. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh orangtua
akan menentukan cara, pola dan kerangka berfikir, persepsi, pemahaman, serta
kepribadiannya. Rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan orangtua tidak
dapat mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengasuhan anak
(Engel et al. 1997).
Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu
memperlihatkan perbedaan cara pengasuhan yang diberikan keluarga nelayan
berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi. Mereka yang
berpendidikan lebih tinggi memiliki alokasi waktu yang relatif lebih banyak
dengan anak dan berinteraksi lebih sering.
Pengeluaran Keluarga
Pengeluaran keluarga diasumsikan mampu menggambarkan kemampuan
ekonomi dari keluarga, sehingga tinggi rendahnya pengeluaran dapat memberi
petunjuk akan tingginya rendahnya ekonomi dari suatu keluarga (Anonim 1993).
Keadaan ekonomi adalah salah satu faktor penting yang akan berpengaruh pada
kehidupan mental dan fisik individu yang berada dalam keluarga. Dengan
keadaan ekonomi yang baik, sebuah keluarga tidak perlu lagi merasa
bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Gunarsa & Gunarsa (1995)
menyatakan bahwa orangtua dengan pendapatan yang cukup tinggi mempunyai
waktu yang lebih banyak untuk memperhatikan dan membimbing perkembangan
anaknya. Sebaliknya keluarga dengan tingkat ekonomi rendah akan kurang
memperhatikan perkembangan anak, tidak ada pengahargaan dan pujian
terhadap perbuatan baik anak serta kurangnya pelatihan dan pemahaman
Pekerjaan Orangtua
Pada masyarakat tradisional, biasanya ibu tidak bekerja diluar rumah,
melainkan hanya sebagai ibu rumahtangga. Menurut Satoto (1990), ibu rumah
tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis
memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak.
Karakteristik Anak Umur
Menurut Hurlock (1999) umur anak akan mempengaruhi alokasi waktu ibu
untuk pengasuhan. Pada anak dibawah umur dua tahun perhatian dan kasih
sayang ibu lebih banyak tercurah kepada anak tersebut karena anak belum
mandiri dan masih sangat membutuhkan bantuan ibu sebagai pengasuh utama.
Anak dengan umur diatas dua tahun akan semakin mandiri dan mempunyai
jaringan sosial lebih luas sehingga ketergantungan dengan sosok pengasuh
utama yaitu ibu akan mulai berkurang.
Menurut Sa’diyyah (1998) bahwa umur anak berpengaruh negatif terhadap jumlah waktu ibu untuk anaknya. Semakin besar umur anak semakin
sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk mereka. Keadaan ini dapat dimengerti
karena semakin besar anak, ketergantungan terhadap pengasuhnya akan
semakin berkurang. Anak yang lebih kecil memerlukan bimbingan dan
pengawasan yang lebih banyak dari pengasuhnya. Karena ibu sebagai
pengasuh utama, maka semakin muda usia anak semakin banyak waktu yang
dicurahkan ibu untuk anaknya.
Jenis Kelamin
Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi
perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak mengalami
peningkatan takanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya
mereka dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan
perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka. Kedua,
pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah
dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas
untuk jenis kelamin mereka. Ketiga adalah sikap orang tua mereka dan anggota
keluarga penting lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin,
mereka seperti anak laki-laki lebih diharapkan daripada anak wanita (Hurlock
Beban Kerja Ibu
Konsep yang sudah umum dalam masyarakat Indonesia tradisional
menyatakan bahwa peran yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi
ibu atau isteri di lingkungan rumah tangga dan apabila pada masa sekarang ini,
mereka bekerja di luar rumah tangga dan menghasilkan uang semata-mata itu
karena terpaksa akibat dari tekanan ekonomi (Mudzhar et al. 2001). Sajogyo
(1981) diacu dalam Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan
rumah tangga, wanita pada dasarnya seringkali berperan ganda. Hal ini
dicerminkan pertama-tama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga yang
melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mengasuh anak dan
sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan, karena pekerjaan itu memungkinkan anggota keluarga lainnya
untuk mendapatkan penghasilan secara langsung. Lestari (1984) diacu dalam
Rezeki (2006) menyatakan hal yang serupa yaitu terdapat beberapa penelitian
mengenai keluarga inti yang pernah dilakukan bahwa dalam keluarga dan rumah
tangga wanita pada dasarnya sering berperan ganda. Hal ini dicerminkan
pertama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga dan yang kedua adalah
sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk
mencari tambahan penghasilan, seorang ibu tetap dituntut untuk menjadi ibu
rumah tangga yang baik di tengah keluarganya
Perbedaan pekerjaan rumah tangga (pekerjaan domestik) dan pekerjaan
di luar rumah tangga (pekerjaan produktif) tampak jelas dalam hal ekonomi.
Perbedannya yaitu pada pekerjaan rumah tangga tidak memiliki nilai ekonomi
bagi anggota keluarga sedangkan untuk pekerjaan di luar rumah tangga yaitu
sebaliknya (Guhardja et al. 1992). Mangkuprawira (1985) membagi waktu ibu
secara umum pada enam kegiatan yaitu:
1. waktu rumah tangga, semua waktu yang digunakan untuk kegiatan rumah
tangga yang tidak bernilai ekonomis seperti membersihkan rumah, mencuci,
memasak dan mengasuh anak
2. waktu mencari nafkah, yaitu semua waktu yang digunakan untuk menambah
penghasilan keluarga
3. waktu sosial, yaitu waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial
seperti gotong royong, menjenguk orang sakit, mengunjungi tetangga,
4. waktu pendidikan, yaitu semua waktu yang digunakan ibu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu
5. waktu pribadi, yaitu waktu yang digunakan untuk kepentingan pribadi seperti
makan, minum, sholat, membaca Al-Qur’an dan tidur
6. waktu luang, yaitu sisa dari waktu diatas.
Mangkuprawira (1985) melakukan penelitian dan mendapatkan hasil
bahwa rata-rata waktu ibu di pedesaan untuk rumah tangga sebesar 5,6 jam
perhari, mencari nafkah 2,3 jam perhari, sosial 1,3 jam perhari pendidikan
sebesar 0,2 jam per hari, waktu luang 4,6 jam per hari dan sisanya untuk
kegiatan pribadi.
Menurut Walker dan Woods (1976) yang diacu Guhardja et al. (1992)
mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat
diklasifikasikan menjadi enam pekerjaan, yaitu:
1. Berbelanja bahan makanan dan memasak makanan maupun minuman
2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan makan
dan minum
3. Membersihkan dan memelihara rumah dan perlengkapannya termasuk
peralatan rumah tangga dan prasarana lainnya yang ada dalam rumah tangga
4. Mencuci pakaian dan perlengkapannya
5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga
6. Mengasuh dan merawat serta mendidik anak
Yulianis et al. (2003) membagi beban kerja menjadi dua, yaitu beban
kerja obyektif dan beban kerja subyektif. Dari hasil penelitian Yulianis et al.
(2003) di Kota Bogor bahwa ibu dari keluarga miskin memiliki beban kerja yang
tergolong sedang menurut persepsi ibu, karena memiliki tenaga yang membantu
baik dari anak, suami, saudara maupun ibu atau ibu mertua.
Dukungan Sosial
Manusia sebagai individu dalam kehidupannya dihadapkan pada
berbagai hal yang menyangkut kepentingan terutama dalam pemenuhan
kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang memerlukan bantuan
atau pertolongan dari orang lain. Dukungan sosial tidak selamanya tersedia pada
diri sendiri melainkan harus diperoleh dari orang lain yakni keluarga (suami atau
isteri) saudara atau masyarakat (tetangga) dimana orang itu berada. Dukungan
bagi keluarga dalam menjalani kehidupan perkawinaanya bagi pelaksanaan
pengasuhan anak.
Dukungan sosial diartikan sebagai pemberian dukungan emosional dan
informasi atau dukungan materi oleh orang lain atau lingkungan sosial kepada
seseorang individu yang mengalami beberapa kesulitan atau masalah. Cutrona
(1996) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah pemenuhan kebutuhan dasar
oleh orang lain secara terus menerus untuk kesejahteraan. Kaplan et al. (1977)
dalam Cutrona (1996), mengartikan dukungan sosial sebagai pemenuhan
kebutuhan dasar seseorang oleh orang lain. Safarino (1996) dalam Tati (2004)
mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain, baik sebagai
individu perorangan atau kelompok. Kualitas dukungan sosial yang tinggi akan
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental yang semakin tinggi pula (Tati 2004).
Selain itu semakin baik dukungan sosial yang diberikan kepada ibu maka
cenderung semakin baik pengasuhan anak yang dilakukan. Demikian juga yang
dikemukakan oleh Sarafino (1996) dalam Tati (2004) bahwa adanya perhatian
yang baik dari keluarga atau tetangga serta kondisi lingkungan yang ramah,
secara emosional ibu mempunyai hubungan baik dengan tetangga dan keluarga,
saling berbagi pengalaman dalam pengasuhan anak, keadaan ini akan
meningkatkan kualitas pengasuhan anak mereka.
Bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan menurut Kaplan (Cutrona
1996) dan Safarino (Tati 2004) terdiri dari:
• Dukungan Emosi (Emotional Support), seperti ekspresi cinta, empati dan
perhatian. Menurut Witty et al. (1992) diacu dalam Conger et al. (1994),
individu dapat mencurahkan perasaan, kesedihan ataupun kekecewaannya
pada seseorang, yang membuat individu sebagai penerima dukungan sosial
merasa adanya keterikatan, kedekatan dengan pemberi dukungan, sehingga
menimbulkan rasa aman dan percaya.
• Dukungan Instrumen (Instrument Support) atau Dukungan Nyata (Tangible Assistance), seperti sumberdaya fisik (uang, tempat tinggal), termasuk juga menyediakan waktu dan tenaga untuk mengasuh anak.
• Dukungan Penghargaan (Esteem Support), seperti respek terhadap orang lain, percaya kepada kemampuan orang, menghargai pikiran, perasaan, dan
• Dukungan Informasi (Informational Support), seperti informasi tentang kenyataan, nasehat, penilaian terhadap situasi. Dukungan informasi
memungkinkan individu sebagai penerima dukungan dapat memperoleh
pengetahuan dari orang lain. Pengetahuan yang diperoleh dapat berupa
bimbingan, arahan, diskusi masalah maupun pengajaran suatu keterampilan
(Felton & Berry 1992 diacu dalam Conger et al.1994).
Alokasi Waktu Pengasuhan
Waktu merupakan sumberdaya selain sumberdaya manusia dan materi,
yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Waktu
dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif
dan efisien (Guhardja, Puspitawati, Hartoyo & Hastuti 1992).
Penelitian Sa’diyyah (1998) membagi alokasi waktu pengasuhan anak menjadi lima kegiatan, antara lain: (1) memberi makan contoh, (2) keluar
bersama contoh, (3) bermain bersama contoh, (4) mengerjakan pekerjaan
rumah dengan contoh, (5) tidur bersama contoh. Hasil penelitian tersebut
ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu untuk pengasuhan 12,63 jam per
hari atau sekitar 52,63 persen dari total waktu ibu dalam sehari. Sebagian besar
dari waktu pengasuhan sehari tersebut 5,09 jam dialokasikan untuk menidurkan
anak atau tidur bersama anak, selanjutnya 3,05 jam untuk mengerjakan rumah
sambil mengasuh anak, 2,23 jam menemani anak bermain, 1,2 jam keluar rumah
dengan anak, dan 1,06 jam adalah untuk memberi makan kepada anak.
Penelitian Meirita (2000) membagi alokasi waktu pengasuhan menjadi
empat kegiatan, antara lain (1) keluar rumah dengan contoh, (2) memberi makan
contoh, (3) memandikan contoh, (4) bermain contoh. Dari penelitian tersebut
ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu untuk pengasuhan 5,7 jam per hari,
sebagian besar dari waktu pengasuhan sehari tersebut 2,59 jam dialokasikan
untuk bermain dengan contoh. Selanjutnya 1,39 jam untuk keluar rumah dengan
contoh, 1,2 jam memberi makan contoh, dan 0,48 jam adalah untuk memandikan
contoh.
Adapun penelitian Yulianis et al. (2003) membagi alokasi waktu
pengasuhan menjadi enam kegiatan, antara lain: (1) keluar rumah dengan
contoh, (2) mengerjakan pekerjaan rumah dengan contoh, (3) menidurkan
contoh, (4) memandikan contoh, (5) memberi makan contoh, (6) bermain dengan
contoh. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu
ibu yang tidak bekerja. Sebagian besar dari waktu pengasuhan sehari tersebut
2,43 jam (ibu tidak bekerja) dan 1,53 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk
bermain dengan contoh. Selanjutnya 1,01 jam (ibu tidak bekerja) dan 0.89 jam
(ibu bekerja) dialokasikan untuk keluar memberi makan contoh, 1,12 jam (ibu
tidak bekerja) dan 0,54 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk tidur bersama,
contoh, 0,75 jam (ibu tidak bekerja) dan 0,67 jam (ibu bekerja) dialokasikan
memandikan contoh, 0,66 jam (ibu tidak bekerja) dan 0,71 jam (ibu bekerja)
dialokasikan untuk keluar rumah dengan contoh, 0,27 jam (ibu tidak bekerja) dan
0,32 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dengan contoh.
Navera dalam Mangkuprawira (1985) mengemukakan determinan waktu
ibu dipengaruhi oleh besar keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orangtua,
kekayaan rumah tangga dan usia anak. Apabila pendapatan tidak memadai
bertambahnya anggota keluarga menyebabkan bertambah besar waktu ibu untuk
mencari nafkah, begitu juga semakin tinggi pendidikan orangtua mempunyai
kecenderungan untuk memanfaatkan ilmunya dalam pekerjaan di luar rumah.
Makin banyak aset rumah tangga makin efektif waktu ibu di rumah sehingga
berkesempatan untuk menggunakan waktu luangnya untuk bekerja. Makin kecil
usia anak makin banyak waktu ibu bersama anak karena anak belum mandiri
KERANGKA PEMIKIRAN
Kualitas tumbuh kembang anak merupakan salah satu faktor penting
dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia. Unicef (1990) dalam Engel et
al. (1992) merumuskan adanya tiga faktor utama yang mempengaruhinya secara
tidak langsung, yaitu ketahanan pangan rumah tangga, pengasuhan, dan
sanitasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi asupan gizi dan
juga tingkat kesehatan anak yang selanjutnya akan menentukan kualitas
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini berarti bahwa pengasuhan tidak
kalah pentingnya dengan ketahanan pangan dan juga kesehatan lingkungan
dimana anak tumbuh dan berkembang. Pengasuhan mencakup dua aspek yaitu
1) alokasi waktu (quantity of care), 2) suasana alamiah dan aktivitas yang terjadi
(quality of care).
Karakteristik keluarga seperti (1) besar keluarga, (2) usia orangtua, (3)
pendidikan orangtua, (4) pekerjaan orangtua (status kerja ibu), (5) pengeluaran
keluarga dan karakteristik anak (usia anak) diduga berhubungan dengan alokasi
waktu pengasuhan. Ibu yang berpendidikan cenderung mempunyai komitmen
untuk usaha penyediaan waktu yang lebih banyak dalam pengasuhan anak.
Tetapi status kerja ibu, cenderung mengurangi alokasi waktu ibu bersama
anaknya. Pada keluarga besar alokasi waktu untuk pengasuhan anak balita
relatif lebih sedikit karena harus berbagi dengan anggota keluarga lain. Semakin
besar usia anak semakin sedikit alokasi waktu yang dicurahkan ibu untuk
mengasuh anak.
Secara umum ibu memiliki beban kerja di sektor publik maupun domestik.
ibu yang berperan sebagai pekerja di sektor publik untuk mencari tambahan
penghasilan, tetap dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Hal
tersebut mengakibatkan ibu memiliki beban kerja yang cukup berat. Status ibu
yang bekerja di sektor publik akan mempengaruhi alokasi waktu yang gunakan
untuk pengasuhan anak. Dukungan sosial yang diterima ibu dari suami,
kerabat/keluarga luas dan tetangga/masyarakat diduga dapat memperkecil
beban kerja yang dialami oleh ibu sebagai seseorang yang berperan penting
dalam proses pengasuhan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh gambaran yang
menghubungan variabel karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja,
dukungan sosial, dan alokasi waktu pengasuhan. Model kerangka pemikiran dari
[image:32.842.79.755.80.412.2]
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi
Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga
Usia Suami dan Contoh Pendidikan Suami dan
Contoh
Status Kerja Contoh Pengeluaran Keluarga
Karakteristik Anak: Usia Anak
Jenis Kelamin Anak
Kontrol sumberdaya/otonomi ibu
Kesehatan mental/stress ibu Kesehatan dan status gizi ibu
Beban Kerja Ibu :
Ukuran Obyektif Ukuran SUbyektif
Dukungan Sosial
Alokasi Waktu Pengasuhan : Menemani Anak Belajar Keluar rumah bersama anak Memberi makan anak
Memandikan, keramas, gunting kuku dan mendandani anak Bermain dengan anak Menidurkan Anak
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil mengawasi anak
Keterangan:
= Variabel yang tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memakai desain cross sectional study
dengan metode survei. Lokasi penelitian adalah wilayah Kabupaten
Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian tersebut
dilakukan secara purpossive, dengan pertimbangan bahwa berdasarkan peta
kerawanan pangan Indonesia daerah Banjarnegara termasuk dalam daerah yang
rawan pangan (Martianto, Hastuti, Riyadi, Alfiasari 2009). Lokasi penelitian yang dipilih merupakan bagian dari lokasi penelitian “Household Food Security, Family Resource Allocation, And It’s Impact To Child Development Of Families Living In Rural Food Insecure Area In Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2008 hingga bulan Mei 2011, yang
dimulai dari persiapan, observasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis
data, serta penulisan laporan, sedangkan untuk pengambilan datanya sendiri
dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2009.
Jumlah dan Cara Pemilhan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 24
sampai 60 bulan di daerah Banjarnegara. Pengambilan contoh dilakukan di dua
kecamatan yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan
Kecamatan Punggelan. Pertimbangan memilih dua kecamatan ini adalah
berdasarkan jumlah penduduk miskin pada peta kerawanan pangan Kabupaten
Banjarnegara tahun 2007 oleh Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Selain
itu juga, masing-masing kecamatan mewakili tipe pedesaan yang ada di
Indonesia yaitu Kecamatan Pejawaran yang mewakili pedesaan hulu (upland
area) dan Kecamatan Punggelan yang mewakili pedesaan hilir (lowland area). Dari masing-masing kecamatan dipilih tiga desa penelitian berdasarkan jumlah
balita terbanyak dan atas saran dari Dinas Kesehatan dan Posyandu setempat.
Desa yang terpilih di Kecamatan Pejawaran adalah Desa Pejawaran, Desa
Giritirta, dan Desa Sidengok, sedangkan di Kecamatan Punggelan terpilih Desa
Karangsari, Desa Punggelan, dan Desa Kecepit. Selanjutnya dari setiap desa
sampling, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu. Cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Cara penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi yang
dilakukan melalui wawancara kuesioner yang relevan dengan variable yang
diteliti. Kuesioner dikembangkan berdasarkan berbagai penelitian yang serupa
terdahulu dan konsep teoritis. Data primer yang dikumpulkan meliputi
karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu ukuran obyektif (alokasi
waktu 24 jam secara recall) dan ukuran subyektif (persepsi diukur dengan
wawancara menggunakan kuesioner), dukungan sosial yang diukur dengan
wawancara kuesioner dan alokasi waktu pengasuhan (recall 24 jam). Sementara
itu, data sekunder yang dikumpulakn meliputi keadaan umum lokasi penelitian
kelurahan dan posyandu). Secara lebih rinci variabel, data dan cara
[image:35.595.106.520.146.779.2]pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, data dan cara pengumpulan data
No Variabel Data Cara pengumpulan data
1 Karakteristik
keluarga
besar keluarga
Wawancara menggunakan kuesioner
Usia suami dan contoh
Pendidikan suami dan
contoh
Status kerja contoh
Keadaan ekonomi
keluarga
2 Karakteristik
anak
Usia Wawancara
menggunakan kuesioner
Jenis kelamin
3 Beban kerja
Beban kerja objektif
(jumlah satuan waktu atau jam dalam sehari
untuk tujuh kegiatan
yaitu kegiatan produktif,
domestik, pribadi,
istirahat, sosial
pendidikan, antara, dan pengasuhan).
Recall 1 X 24 jam
Beban kerja subjektif
(sikap dan tanggapan ibu
terhadap kegiatan
produktif,domestik, sosial
pendidikan, dan
pengasuhan)
Wawancara menggunakan kuesioner
4 Dukungan
Sosial
Dukungan dari suami
Wawancara menggunakan kuesioner
Dukungan dari
kerabat/keluarga luas
Dukungan dari tetangga
/masyarakat
5
Alokasi Waktu Pengasuhan
Menemani belajar
Recall 1 X 24 jam
Keluar rumah bersama
contoh
Memberi makan
Memandikan, keramas,
gunting kuku dan
mendandani
Bermain dengan contoh
Menidurkan
Mengerjakan pekerjaan
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul akan diolah melalui editing, koding, scoring, entry
data, dan analisis data. Data yang diperoleh melalui kuesioner akan diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Seluruh analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for windows versi
17.0.
Data karakteristik keluarga terdiri dari besar keluarga, usia orangtua,
pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pengeluaran keluarga. Besar
keluarga dikelompokkan berdasarkan kriteria BKKBN, yaitu keluarga kecil (≤
empat orang), keluarga sedang (lima sampai tujuh orang), dan keluarga besar (≥
delapan orang). Usia orangtua dikelompokan menjadi empat kategori yaitu ≤ 20
tahun, 21-40 tahun, 41-65 tahun dan ≥ 66 tahun. Pendidikan orangtua pada
analisis deskriptif dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tidak
sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat
dan perguruan tinggi. Selanjutnya untuk analisis korelasi Spearman, pendidikan
orangtua dikelompokkan berdasarkan lama pendidikan. Pengeluaran keluarga
dihitung berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, kemudian
dikelompokan menjadi miskin dan tidak miskin berdasarkan garis kemiskinan
Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 sebesar Rp. 146 531.00.
Karakteristik anak meliputi usia anak dan jenis kelamin anak. Usia anak
dikelompokan berdasarkan kelompok usia menjadi 24-36 bulan, 37-48 bulan,
dan 49-60 bulan. Jenis kelamin anak dikelompokan atas laki-laki dan
perempuan.
Beban kerja ibu dibagi menjadi dua, yaitu beban kerja dilihat secara
objektif dan subjektif (persepsi). Beban kerja secara objektif adalah beban kerja
yang diukur berdasarkan alokasi waktu. Beban kerja secara objektif
dikelompokkan berdasarkan alokasi waktu untuk tujuh kegiatan, yaitu kegiatan
produktif, domestik, pribadi, istirahat, sosial pendidikan, antara dan pengasuhan.
Beban kerja secara subjektif adalah beban kerja yang diukur berdasarkan
persepsi ibu terhadap beban kerja. Beban kerja secara subjektif terdiri dari 10
pertanyaan yang masing-masing akan diberi skor kemudian dilakukan
standarisasi. Total skor yang diperoleh dikelompkkan menjadi tiga kategori, yaitu
dikatakan “rendah” apabila skor ≤60 persen, “sedang” apabila skor antara 61-80 persen, dan “berat” pada skor ≥ 80 persen.
Dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosi, instrumental dan
informasi yang berasal dari suami, kerabat/keluarga luas, dan
tetangga/masyarakat. Data dukungan sosial terdiri dari 15 pertanyaan yang
masing-masing akan diberi skor. Total skor yang diperoleh dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu kurang kuat, kuat dan sangat kuat. Pengkategoriannya adalah dukungan sosial dikatakan “kurang kuat” apabila skor ≤ 60 persen, “kuat” apabila skor antara 61-80 persen, dan “sangat kuat” pada
skor ≥ 80 persen.
Data alokasi waktu pengasuhan dihitung berdasarkan waktu kegiatan
pengasuhan anak dalam 1 X 24 jam menurut tujuh kegiatan yang telah
ditentukan yaitu, 1) menemani belajar, 2) keluar rumah bersama contoh, 3)
memberi makan, 4) memandikan, keramas, gunting kuku dan mendandani, 5)
bermain dengan contoh, 6) menidurkan, dan 7) mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sambil mengawasi anak. Data alokasi waktu pengasuhan dikategorikan
menajdi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengkategoriannya adalah
alokasi waktu pengasuhan dikatakan “rendah” apabila ≤ 3,0 jam, “sedang”
apabila antara 3,1-5,0 jam, dan “tinggi” pada ≥ 5,1 jam.
Analisi statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
5. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu, dukungan sosial, dan
alo