• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa Tengah"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

ENDAH PUJI LESTARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRAK

ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan contoh dilakukan di dua kecamatan yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Punggelan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2009. Total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu yang mempunyai anak usia 24-60 bulan. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji beda, uji Chi-square, dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata beban kerja obyektif waktu contoh paling besar adalah waktu untuk kegiatan pribadi (10,0 jam/hari), diikuti oleh kegiatan pengasuhan (3,5 jam/hari), dan kegiatan domestik (3,3 jam/hari). Sementara itu, berdasarkan pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (92,3%) memiliki beban kerja subyektif yang ringan. Bila dikategorikan maka dukungan sosial yang paling banyak diterima contoh berada pada kategori kuat (42,3%) dan sangat kuat (32,7%). Hasil itu untuk variabel alokasi waktu pengasuhan menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada kategori rendah. Penelitiaan ini juga menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan anak adalah status kerja contoh, usia contoh, lama pendidikan contoh, usia anak contoh dan beban kerja subyektif.

Kata kunci: beban kerja ibu, dukungan sosial, alokasi waktu pengasuhan

ABSTRACT

ENDAH PUJI LESTARI. Mother’s work-load, social support, and its correlation to time allocation child care in the food insecurity areas at Banjarnegara District, Jawa Tengah Province. Suvervised by DWI HASTUTI.

Objectives of this study were to analyze mother’s work-load, social support, and its correlation to time allocation for child care in the food insecurity areas at Banjarnegara District, Jawa Tengah Province. Pejawaran and Punggelan were chosen as location of the study. Data were collected from February until March 2009. Total samples of this study were three hundreds mother with children within age range of 24-60 months, selected using simple random sampling technique. Descriptive statistics, Independent

sample’s T-test, Chi-square, and Spearman correlation are used for data analyzing. Result showed that the highest time allocation were allocated to personal activity (10,0 hours/day), followed by time allocation for child care (3,5 hours/day), and time for domestic activity (3,3 hours/day). Meanwhile, based on subjective work-load category, it is showed that almost all sample (92,3%) have a low subjective’s work-load. Social support received by sample was classified as strong (42,3%) and very strong (32,7%). Meanwhile, time allocation for child care at more than half samples (55,3%) were at low category. Result also showed that factors related to time allocation for child care are

mothers’s work status, mothers’s age, mothers’s educational level, age of children and subjective work-load.

(3)

RINGKASAN

ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten

Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Di bawah bimbingan DWI HASTUTI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan anak di daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi beban kerja ibu, (2) mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu, (3) mengidentifikasi alokasi

waktu pengasuhan, dan (4) menganalisis

karakteristik keluarga, karakteristik

anak, beban kerja ibu, dan dukungan sosial yang berhubungan dengan

alokasi waktu pengasuhan.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Household Food Security, Family Resource Allocation and It’s Impact to Child Development of Families Living in Rural Food Insecure Area in Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten

Banjarnegara, Jawa Tengah yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan

bahwa daerah Banjarnegara merupakan daerah yang rawan pangan pada peta kerawanan pangan Indonesia. Di Kabupaten Banjarnegara dipilih dua kecamatan

secara purposive yaitu Kecamatan Pejawaran dan Punggelan berdasarkan

jumlah penduduk miskin. Dari setiap kecamatan, dipilih tiga desa secara purposive, yaitu Desa Pejawaran, Desa Giritirta, dan Desa Sidengok untuk di Kecamatan Pejawaran, kemudian di Kecamatan Punggelan desa yang dipilih adalah Desa Karangsari, Desa Punggelan, dan Desa Kecepit. Selanjutnya, dari

setiap desa diambil contoh sebanyak 50 ibu dengan menggunakan teknik simple

random sampling, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja (objektif dan subjektif), dukungan sosial, dan alokasi waktu pengasuhan. Data karakteristik keluarga karakteristik anak, beban kerja subjektif, dan dukungan sosial diperoleh dengan wawancara langsung kepada contoh. Data beban kerja

objektif dan alokasi waktu pengasuhan diukur melalui recall 1 x 24 jam. Data

yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, dan entry data ke

komputer, cleaning data, dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian, persentase terbesar keluarga (59,3%) merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang. Mayoritas usia suami contoh (81,4%) maupun contoh (86,0%) berada pada kategori dewasa awal (21 sampai 40 tahun). Persentase terbesar pendidikan suami contoh (60,3%) dan contoh (62,0%) adalah tamat SD. Pekerjaan yang paling banyak (52,9%) dilakukan suami adalah petani. Lebih dari separuh contoh berstatus ibu bekerja (54,3%) dengan persentase pekerjaan terbesar sebagai petani (32,7%). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden (85,7%) berada pada kelompok kategori miskin. Rata-rata usia anak contoh dalam penelitian ini adalah 41,1 bulan dan lebih dari separuh anak contoh (55%) berjenis kelamin perempuan.

(4)

jam/hari. Beban kerja secara subjektif diukur menggunakan persepsi contoh terhadap beban kerja. Berdasarkan persepsi terhadap beban kerja, pekerjaan yang dianggap paling berat adalah perawatan anak sakit (38,7%), diikuti pekerjaan mencari nafkah (30,7%), dan mencuci pakaian (17,7%). Hasil pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (92,3%) merasa memiliki beban kerja dengan kategori ringan.

Dukungan sosial dari suami, kerabat/keluarga luas, tetangga/masyarakat menggambarkan bantuan baik dalam bentuk dukungan emosional, dukungan instrumental maupun dukungan informasi yang diberikan kepada contoh. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentase terbesar contoh (42,3%) memiliki dukungan sosial kuat. Dukungan sosial diperoleh paling besar dari suami dalam bentuk tindakan yang menunjukkan perasaan cintanya (85,1%). Sementara itu, dukungan sosial yang sering diberikan kerabat/keluarga luas kepada contoh adalah bergotong royong/saling tolong menolong (82,7%), dan dukungan tetangga/masyarakat berupa dukungan emosi saat tertimpa kesulitan (77,0%).

Berdasarkan alokasi waktu contoh untuk pengasuhan anak, rata-rata alokasi waktu paling besar adalah waktu untuk kegiatan bermain dengan anak (1,5 jam/hari), diikuti oleh kegiatan menidurkan anak (0,5 jam/hari). Kegiatan memberi makan anak, keluar rumah bersama anak, dan kegiatan personal anak (memandikan, keramas, gunting kuku, dan mendandani) memiliki alokasi waktu masing-masing 0,4 jam/hari. Kegiatan menemani anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sabil mengawasi anak memiliki proporsi waktu yang lebih sedikit (0,1 jam/hari) dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Hasil pengkategorian alokasi waktu contoh untuk pengasuhan menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada waktu pengasuhan kategori rendah.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan anak antara lain status kerja contoh, lama sekolah contoh, usia contoh, usia anak contoh, dan beban kerja subyektif. Berdasarkan uji Chi Square terlihat hubungan yang signifikan antara status kerja contoh dengan alokasi waktu pengasuhan, artinya banyaknya waktu yang dicurahkan contoh pada kegiatan pengasuhan sangat ditentukan oleh bekerjanya contoh di luar rumah. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa lama sekolah contoh berhubungan positif dan signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Semakin tinggi pendidikan contoh maka semakin tinggi pula alokasi waktu pengasuhan. Sementara itu, usia contoh, usia anak contoh, dan beban kerja subyektif berhubungan negatif dan siginifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Hal ini berarti semakin bertambah usia contoh dan usia anak contoh, serta semakin berat beban kerja subyektif maka alokasi waktu pengasuhan akan semakin rendah. Faktor usia anak merupakan faktor yang berhubungan paling kuat dengan alokasi waktu pengasuhan anak.

Alokasi waktu pengasuhan anak yang dilakukan oleh contoh termasuk dalam kategori rendah, sehingga perlu adanya pemberian informasi kepada para ibu tentang bagaimana mengelola waktu pengasuhan dengan baik. Informasi ini bisa disampaikan melalui program posyandu dengan menggalakkan kembali program Bina Keluarga Balita. Untuk penelitian selanjutnya disarankan

penggunaan metode pengamatan langsung (direct observation) untuk mengukur

alokasi waktu pengasuhan.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

(7)

BEBAN KERJA IBU, DUKUNGAN SOSIAL, SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN

KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

ENDAH PUJI LESTARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)

Judul Skripsi : Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan

Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan

Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

Nama : Endah Puji Lestari

NIM : I24050187

Disetujui,

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu

Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa

Tengah”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu

penulis selama kuliah hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada :

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasehat, kesabaran dan saran

dari awal pembuatan proposal hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih

atas perhatian dan pelajaran yang begitu berharga selama ini.

2. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Alfiasari SP, M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan koreksi, saran, dan masukan yang

berharga untuk penulisan skripsi ini.

3. Neti Hermawati, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar.

4. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku pembimbing akademik selama peneliti

menjadi mahasiswa IKK.

5. Seluruh staf pengajar IKK yang telah memberikan bekal pendidikan dan

pengetahuan kepada penulis.

6. Keluarga tercinta. Bapak dan Mamah tercinta yang telah memberikan

kasih sayang, dukungan, doa, pengorbanan, perhatian dan kesabarannya

yang begitu besar kepada penulis. Semoga Allah kelak membalas

dengan surga Nya. Teteh, Aa, dan adikku, terimakasih atas kasih sayang

dan perhatiannya.

7. Teman-teman sepenelitianku (Dinda, Chandri, Nuy, Rama, Risma, Dede

dan Esta) dan kakak-kakakku (Mas Aris, Teh Medina, Mbak Yuli, Mba

Aqsa dan Mbak Ira) atas kerjasama, semangat dan pengalamannya

selama penelitian.

8. Teman-temanku di IKK’42 : Anne, Sri, Tika, Dini, Asro, Ari, WL, Shely.

Terima kasih atas waktunya menemaniku di kala suka dan duka.

9. Anak-anak Asrama Pocut Baren atas keceriaan, candaan dan semangat

yang membuatku betah dengan kalian.

10. Mba Sulis Sulistiowati terima kasih atas dukungan, kesabaran, bantuan

(10)

11. Direktur Neysvan Hogrtraten, Belanda yang telah memberikan dukungan

keuangan untuk penelitian payung “Household Food Security, Family

Resource Allocation, And It’s Impact To Child Development Of Families Living In Rural Food Insecure Area In Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”.

12. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya namun telah

banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi.

Penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaikinya. Sebagai

akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Peran Keluarga ... 5

Peran Ibu dalam Pengasuhan ... 8

Karakteristik Keluarga ... 9

Karaketristik Anak ... 11

Beban Kerja Ibu ... 12

Dukungan Sosial ... 13

Alokasi Waktu Pengasuhan ... 15

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat, dan Waktu ... 19

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

Karakteristik Keluarga ... 31

Karakteristik Anak ... 38

Beban Kerja Ibu ... 39

Dukungan Sosial ... 44

Alokasi Waktu Pengasuhan ... 46

Hubungan Antar Variabel ... 50

Pembahasan Umum ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

Kesimpulan ... 67

Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Varibel, data dan cara pengumpulan data ... 21

2 Banyaknya penduduk Kecamatan Pejawaran menurut mata pencaharian ... 27

3 Jenis lahan di Kecamatan Pejawaran ... 27

4 Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Pejawaran ... 28

5 Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamatan Pejawaran ... 28

6 Banyaknya penduduk Kecamatan Punggelan menurut mata pencaharian ... 30

7 Produktivitas lahan di Kecamatan Punggelan ... 30

8 Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Punggelan ... 31

9 Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamamatan Punggelan ... 31

10 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga ... 32

11 Sebaran suami contoh berdasakan usia ... 33

12 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 33

13 Sebaran suami contoh berdasarkan tingkat pendidikan ... 35

14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ... 35

15 Sebaran suami contoh berdasarkan pekerjaan ... 36

16 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ... 37

17 Sebaran anak contoh berdasarkan usia ... 38

18 Statistik deskriptif alokasi waktu contoh ... 38

19 Sebaran contoh berdasarkan kategori persepsi terhadap beban kerja .. 39

20 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan yang paling memberatkan ... 41

21 Sebaran contoh berdasarkan alasan pekerjaan yang paling memberatkan ... 42

22 Sebaran contoh berdasarkan kategori dukungan sosial ... 43

23 Statistik dasar kegiatan pengasuhan dalam sehari ... 44

(13)

25 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan beban kerja

subjektif ... 48

26 Sebaran contoh berdasarkan usia dan beban kerja subjektif ... 50

27 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan beban

kerja subjektif ... 50

28 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan beban

kerja subjektif ... 51

29 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan beban

kerja subjektif ... 52

30 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan beban kerja

subjektif ... 52

31 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan beban kerja

subjektif ... 53

32 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan alokasi waktu

pengasuhan ... 53

33 Sebaran contoh berdasarkan usia dan alokasi waktu pengasuhan ... 54

34 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan alokasi waktu

pengasuhan ... 55

35 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan alokasi waktu

pengasuhan ... 55

36 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan

alokasi waktu pengasuhan ... 56

37 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan alokasi waktu

pengasuhan ... 56

38 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subjektif dan alokasi

waktu pengasuhan ... 57

39 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu

pengasuhan ... 58

40 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subyektif dan alokasi waktu pengasuhan ... 58

41 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan

alokasi waktu pengasuhan ... 18

2. Cara penarikan contoh ... 20

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta wilayah Kecamatan Pejawaran ... 73

2. Peta wilayah Kecamatan Punggelan ... 73

3. Statistik deskriptif variabel karakteristik keluarga dan anak ... 74

4. Sebaran jawaban contoh pada instrumen beban kerja subyektif ... 75

5. Sebaran jawaban contoh pada instrumen dukungan sosial ... 76

6. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristk keluarga, karakteristik anak, dan dukungan sosial dengan beban kerja subyektif ... 77

7. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristik keluarga, karakteristik anak, dukungan sosial, dan beban kerja subyektif dengan alokasi waktu pengasuhan ... 77

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan ekonomi Bangsa Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997

berdampak pada bertambahnya penduduk miskin di Indonesia. Jumlah

penduduk miskin selama pada periode 1996-2006 berfluktuasi dari tahun ke

tahun, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun

1999. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk tercatat dari 38,70 juta pada

tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006,

terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta

orang pada tahun 2005 menjadi 39,30 juta pada tahun 20061.

Tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia memicu terjadinya

penurunan daya beli, diantaranya daya beli bahan makanan, kesehatan,

pendidikan, dan kebutuhan lainnya. Pada kondisi keluarga miskin, pekerjaan

yang relatif tidak tetap menyebabkan pendapatan keluarga relatif rendah atau

tidak stabil. Ini artinya, kemampuan keluarga untuk beradaptasi dengan

perubahan lingkungan pun relatif rendah. Kondisi kesulitan dalam beradaptasi

ini, memungkinkan terjadinya kondisi rawan pangan.

Pada kondisi rawan pangan, keluarga miskin cukup tidak berdaya untuk

mempertahankan keluarga. Hal ini akan yang mendorong wanita untuk bekerja di

sektor publik sebagai bukti tanggung jawabnya atas kelangsungan ekonomi

keluarga. Dengan demikian jelas bahwa wanita di pedesaan berperan ganda,

disamping sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah. Hal ini

senada dengan pernyataan Mugniesyah, Wigna & Husaini (2002), bahwa

semakin miskin suatu keluarga maka akan semakin berat beban kerja wanita

dalam keluarga. Dengan demikian, semakin beratnya beban kerja wanita maka

akan berdampak pada proses pengasuhan anak dalam keluarga.

Dalam keluarga patriarki, umumnya yang menjadi pengasuh utama anak

dalam keluarga adalah wanita. Wanita sebagai ibu rumah tangga tidak terlepas

dan berkaitan dengan perkembangan anak dalam proses pertumbuhan menuju

1

(16)

dewasa yang mandiri. Hal tersebut karena wanita sebagai ibu rumah tangga

merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengan anak dan memegang

peranan penting dalam keberhasilan tumbuh kembang anak karena peran wanita

sebagai pengasuh utama anak tidak dapat digantikan. Keberhasilan tumbuh

kembang anak pada masa kanak-kanak akan menentukan kualitas sumberdaya

manusia pada masa yang akan datang. Tahun-tahun pertama kehidupan anak

merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis. Pada masa tersebut,

perkembangan fisik, mental, dan psikososial berjalan sangat cepat sehingga

keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa

depan anak (Hurlock, 1980). Lebih lanjut, Unicef (1990) dalam Engel et al. (1997)

menekankan pentingnya pengasuhan dan perawatan anak yang akan berperan

penting dalam merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Interaksi anggota keluarga yang terdiri laki-laki sebagai suami, wanita

sebagai istri, dan anak sangat berpengaruh terhadap keutuhan hubungan antara

anggota keluarga satu dengan lainnya. Terbatasnya waktu kehadiran suami atau

istri atau keduanya dalam satu keluarga di rumah, sehingga anak terpaksa

dititipkan dan diasuh oleh orang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak yang selanjutnya akan berdampak pada

kesejahteraan anak.

Konflik antara kebutuhan anak dengan kebutuhan ekonomi keluarga

untuk kelangsungan hidup keluarganya itu menyebabkan kurangnya perhatian

orang tua terhadap kesejahteraan anaknya. Dengan demikian, sangat menarik

untuk diteliti mengenai bagaimana beban kerja wanita sebagai seorang ibu di

daerah rawan pangan dan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan

kepada ibu serta bagaimana dampaknya terhadap pengasuhan anak.

Perumusan Masalah

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten termiskin di Provinsi

Jawa Tengah. Fakta menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Kabupaten

Banjarnegara meningkat 7,62 persen dalam kurun waktu lima tahun. Keluarga

miskin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2001 sebanyak 89 912 kepala keluarga

(31,05 %) dan terjadi peningkatan pada tahun 2005 menjadi 95 357 kepala

keluarga (38,67 %). Tingginya jumlah keluarga miskin ini mengakibatkan puluhan

ribu penduduk di 89 desa di Kabupaten Banjarnegara mengalami rawan pangan

(17)

menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah

yang memiliki resiko tinggi terhadap rawan pangan (2007).

Dalam kondisi rawan pangan, anak-anak tidak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya asupan gizi yang

sehat dan berimbang. Lain halnya dengan pendapat Zeitlin et al. (1990) bahwa

di dalam lingkungan masyarakat atau keluarga yang miskin dapat terjadi

penyimpangan positif (positive deviance) yang berkaitan dengan kesehatan,

pertumbuhan, dan perkembangan anak yang berbeda diantara anak-anak yang

lain. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah pengasuhan. Ini artinya,

anak-anak keluarga miskin yang hidup didalam kondisi rawan pangan pun dapat

tumbuh secara normal jika anak mendapatkan pengasuhan yang baik.

Dalam proses pengasuhan, peran pengasuh dalam tugas pengasuhan

sangat penting, terutama bagi balita. Hal ini mengingat pada usia ini seorang

anak masih tergantung, baik secara fisik maupun emosi kepada orang dewasa,

terutama ibu. Sesuai dengan pernyataan Mudzhar et al. (2001), bahwa peran

yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi ibu atau isteri di lingkungan

rumah tangga. Namun demikian, kebutuhan rumah tangga yang begitu besar

dan mendesak pada saat ini membuat wanita harus bekerja untuk bisa

mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dengan adanya fungsi ganda tersebut maka waktu yang dimiliki oleh

wanita untuk melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga akan berkurang karena

sisa waktunya diisi untuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, kesempatan

untuk mengasuh anak balitanya menjadi berkurang sehingga berdampak pada

pengasuhan. Menurut Engel et al. (1997), alokasi waktu pengasuhan anak

merupakan salah satu indikator dari pengasuhan untuk menghasilkan anak yang

berkualitas baik fisik maupun mental.

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang ingin diperoleh

jawabannya lebih lanjut yaitu (1) Bagaimana beban kerja ibu? (2) Bagaimana

dukungan sosial yang diterima ibu sebagai pengasuh? (3) Bagaimana alokasi

waktu pengasuhan anak? Faktor apa saja yang berhubungan dengan alokasi

(18)

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui beban kerja ibu,

dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di

daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi beban kerja ibu

2. Mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu

3. Mengidentifikasi alokasi waktu pengasuhan ibu untuk anak usia 24-60 bulan

4. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu, dan

dukungan sosial yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan

pemikiran bagi keluarga yang memiliki anak khususnya usia 24 sampai 60 bulan

dalam mengembangkan sumberdaya yang terkait dan kemampuan alamiah

dalam praktek pengasuhan anak. Informasi tersebut diharapkan dapat

menyadarkan masyarakat akan arti penting proses pengasuhan anak. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian sejenis di masa yang

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons

mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

pada abad ke-20. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam

kehidupan sosial dan masing-masing akan memiliki fungsinya sendiri. Perbedaan

fungsi tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi

untuk mencapai tujuan bersama. Struktur dan fungsi yang terbentuk tidak akan

pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai sosial yang melandasi

sistem masyarakat (Megawangi 1999).

Menurut Megawangi (1999), ada tiga elemen utama dalam struktur

internal keluarga, yaitu mengacu pada:

1. Status sosial; keluarga inti terdiri dari tiga unsur utama yaitu bapak/suami

(pencari nafkah), ibu/istri (ibu rumah tangga) dan anak-anak (anak balita, anak

sekolah, remaja, dewasa) serta hubungan timbal balik antar individu dengan

status sosial berbeda.

2. Konsep peran sosial; menggambarkan peran dari masing-masing individu

atau kelompok menurut status sosialnya dalam sebuah sistem sosial.

Diferensiasi peran ini diharapkan dapat menuju suatu sistem keseimbangan

(equilibrium tendency).

3. Norma sosial; peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya

seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial berasal dari

masyarakat itu sendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan. Akan tetapi

setiap keluarga dapat mempunyai norma sosial yang spesifik untuk keluarga

tersebut, misalnya norma sosial dalam pembagian tugas rumah tangga, yang

merupakan bagian struktur keluarga untuk mengatur tingkah laku setiap anggota

keluarganya.

Levy (Megawangi 1999) mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas

yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi

keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang

lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak

dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kesempatan siapa yang

(20)

keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus

dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi antara lain:

1. Diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan

dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam

keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender,

generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.

2. Alokasi solidaritas yang berkaitan dengan distribusi relasi antar anggota

keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau

kepuasan menggambarkan hubungan antar anggota, misalnya keterikatan

emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada

keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Misalnya hubungan

antara bapak dan anak lelaki mungkin lebih utama daripada hubungan suami

dan istri pada suatu budaya tertentu. Intensitas adalah kedalaman relasi antar

anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.

3. Alokasi ekonomi yang berkaitan dengan distribusi barang-barang dan jasa

untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam

hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan

jasa dalam keluarga.

4. Alokasi politik yang berkaitan dengan distribusi kekuasaan dalam keluarga

dan siapa yang bertanggungjawab atas tindakan anggota keluarga. Agar

keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu

diperlukan.

5. Alokasi integrasi dan ekspresi yang berkaitan dengan distribusi teknik atau

cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku

yang memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.

Keluarga mempunyai berbagai fungsi peran yang menetukan kualitas

kehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupan sosial

(kemasyarakatan). Fungsi keluarga dapat dibagi menjadi fungsi ekspresif dan

instrumental. Fungsi ekspresif keluarga berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan emosi dan perkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan

sosialisasi anak. Sementara itu, fungsi instrumental berkaitan dengan

manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan keluarga (Sunarti,

2004).

Salah satu teori yang digunakan dalam menjelaskan fungsi keluarga

(21)

Berdasarkan teori AGIL bahwa empat masalah fungsional utama dalam

keberlangsungan sistem yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan

pemeliharaan sistem yang berada pada tingkatan sistem kepribadian, sosial,

dan budaya. Keluarga sebagai unit sosial terkecil merupakan tulang punggung

pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut yang selanjutnya menentukan

keberlangsungan serta keseimbangan sistem sosial yang lebih luas (Sunarti

2001).

1. Fungsi Adaptasi. Fungsi ini mengacu pada perolehan sumberdaya atau

fasilitas yang cukup dari lingkungan luar sistem dan kemudian

mendistribusikannya di dalam sistem. Adaptasi adalah suatu pilihan tindakan

yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial

ekonomi, serta ekologi dimana penduduk tersebut tinggal. Pemilihan tindakan

yang bersifat kontekstual tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan

sumberdaya yang tersedia di lingkungan guna mengatasi tekanan-tekanan

sosial ekonomi.

2. Fungsi pencapaian tujuan. Setiap keluarga mempunyai tujuan atau

rencana yang akan dicapai (output), dengan syarat adanya sumberdaya

keluarga (input) baik materi, energi, dan informasi. Dengan demikian keluarga

dapat mencapai tujuannya, dan dapat menjalankan menjalankan fungsi-fungsi

keluarga dengan menggunakan sumberdaya keluarga, maka perlu adanya

proses (throughput) yang harus ditempuh (Deacon & Firebaught 1988).

3. Fungsi integrasi. Fungsi ini mengacu pada pemeliharaan ikatan dan

solidaritas. Elemen tersebut digunakan untuk mengontrol, memelihara

subsistem, dan mencegah gangguan utama dalam sistem.

4. Fungsi pemeliharaan sistem. Fungsi ini mengacu kepada proses dimana

energi dorongan disimpan dan didistribusikan di dalam sistem, melibatkan dua

masalah saling berkaitan yaitu pola pemeliharaan dan pengelolaan masalah

atau ketegangan.

Teori Sistem (Ecological Framework)

Teori ini didasarkan pada konsep ekologi yang melihat bahwa manusia

adalah bagian dari sitem lingkungan dimana ia hidup dan tinggal. Teori ini

menekankan bahwa setiap sistem terdiri atas unsur-unsur. Unsur dalam sistem

bersifat saling terhubung satu sama lain dan saling mempengaruhi, dimana

(22)

sistem yang sama. Sementara itu, sistem terdiri atas unsur input, proses dan

output. Lebih lanjut disebutkan bahwa input merupakan unsur yang terdiri dari

sumberdaya, nilai, tuntutan, tujuan, sedangkan proses terdiri atas perencanaan

dan pelaksanaan. Sementara itu output terdiri atas pencapaian tujuan,

kepuasaan, dan kesejahteraan (Deacon & Firebaught 1988). Bronfenbrenner

memberikan penekanan bahwa seorang anak adalah bagian yang akan

dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh sistem lingkungan mikro,

messo, exo, dan makro diseputar kehidupan anak.

Peran Ibu dalam Pengasuhan

Rutter (1984) dalam Karyadi (1985) mengemukakan bahwa supaya anak

dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, dibutuhkan kualitas dan

kuantitas pengasuhan ibu. Ada beberapa ciri yang diperlukan untuk melakukan

pengasuhan ibu dengan cukup baik, diantaranya (1) hubungan kasih sayang, (2)

kelekatan atau keeratan hubungan, (3) hubungan yang tidak terputus (4)

interaksi yang memberikan rangsangan. Dari ciri-ciri tersebut kasih sayang

merupakan unsur yang penting dalam hubungan yang terjalin antara keluarga.

Hurlock (1999) mengatakan bahwa rasa aman, pemenuhan kebutuhan

fisik dan psikologis, kasih sayang, pola perilaku yang disetujui, bimbingan dan

bantuan dalam mempelajari berbagai kecakapan yang sangat dibutuhkan anak,

pertama diperoleh dari keluarga. Pengasuhan anak mencakup seluruh bentuk

interaksi antara orangtua dengan anak untuk perkembangan seluruh potensi

anak yaitu fisik, akal, mental, rohani, dan moral.

Menurut Myers (1992) pada kenyataanya pemberian pengasuhan

tergantung pada ketersediaan sumberdaya, pendidikan, pengetahuan, kondisi

kesehatan pengasuh, alokasi waktu, dukungan sosial dan sumberdaya ekonomi

yang dimiliki keluarga. Pada umumnya di negara-negara berkembang, pelaku

utama pengasuhan bagi bayi dan anak balita dalam rumah tangga adalah ibu.

Akan tetapi pada keluarga tipe extended family, nenek, bibi, ayah dan anggota

keluarga lainnya bahkan tetangga di sekitar keluarga tersebut pun membeikan

kontribusi dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian Rogers dan Youssef (1988)

dalam Masithah (2002) menunjukan bahwa ibu memberikan alokasi waktu yang

lebih banyak dalam pengasuhan anak, selanjutnya adalah wanita lainnya dalam

keluarga tersebut misalnya nenek, bibi dan kakak perempuan. Praktek

pemberian pengasuhan yang sangat memadai sangat penting tidak hanya bagi

(23)

mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak. Pengasuhan juga

memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup

yang baik bagi anak secara keseluruhan.

Karakteristik Keluarga

Keluarga adalahi unit terkecil dalam masyarakat yang terikat oleh

hubungan perkawinan dan hubungan darah serta tinggal dalam satu rumah

dengan menjalankan fungsi dan peran tertentu untuk mencapai tujuan yang

sama (Guhardja, Hartoyo, Puspitawati, Hastuti 1992). Keluarga mempunyai

peran penting dalam pembentukan sumberdaya manusia. Hal ini karena tempat

pertama bagi manusia untuk berinteraksi dimulai dari keluarga. Oleh karena itu,

maka sudah selayaknya keluarga dijadikan tempat pendidikan pertama dan

utama bagi anak-anaknya.

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, dan anak. Besar keluarga turut mempengaruhi pola pengasuhan yang

diberikan kepada anak. Makin besar jumlah anggota keluarga diduga semakin

sedikit waktu dan perhatian ibu terhadap anak, karena harus berbagi dengan

anggota keluarga lainnya. Menurut Cahyaningsih (1999) diacu dalam Akmal

(2004), besar keluarga akan mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak.

Semakin besar suatu keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orangtua. Menurut Sa’diyyah (1998) semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Jika jarak anak

pertama dengan yang kedua kurang dari satu tahun maka perhatian ibu terhadap

pengasuhan kepada anak yang pertama akan berkurang setelah kedatangan

anak berikutnya, padahal anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus

(Sukarni 1994).

Usia Orangtua

Usia orangtua terutama ibu yang relatif masih muda, cenderung kurang

memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak. Umumnya

mereka mengasuh dan merawat anak berdasarkan pada pengalaman orangtua

terdahulu. Ibu yang masih muda cenderung untuk mendahulukan dan

memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga

(24)

berumur cenderung menerima perannya sepenuh hati sebagai ibu, sehingga

berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pengasuhan anak. (Hurlock 1999).

Pendidikan orangtua

Hastuti (2007) mengemukakan bahwa pendidikan dapat membentuk

kematangan berfikir seseorang, baik pendidikan formal maupun non formal,

pegalaman berorganisasi, akses kepada buku dan media massa yang dapat

membentuk kematangan berfikir seseorang yang akan membentuk perilakunya

saat berinteraksi dengan anak. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh orangtua

akan menentukan cara, pola dan kerangka berfikir, persepsi, pemahaman, serta

kepribadiannya. Rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan orangtua tidak

dapat mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengasuhan anak

(Engel et al. 1997).

Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu

memperlihatkan perbedaan cara pengasuhan yang diberikan keluarga nelayan

berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi. Mereka yang

berpendidikan lebih tinggi memiliki alokasi waktu yang relatif lebih banyak

dengan anak dan berinteraksi lebih sering.

Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran keluarga diasumsikan mampu menggambarkan kemampuan

ekonomi dari keluarga, sehingga tinggi rendahnya pengeluaran dapat memberi

petunjuk akan tingginya rendahnya ekonomi dari suatu keluarga (Anonim 1993).

Keadaan ekonomi adalah salah satu faktor penting yang akan berpengaruh pada

kehidupan mental dan fisik individu yang berada dalam keluarga. Dengan

keadaan ekonomi yang baik, sebuah keluarga tidak perlu lagi merasa

bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Gunarsa & Gunarsa (1995)

menyatakan bahwa orangtua dengan pendapatan yang cukup tinggi mempunyai

waktu yang lebih banyak untuk memperhatikan dan membimbing perkembangan

anaknya. Sebaliknya keluarga dengan tingkat ekonomi rendah akan kurang

memperhatikan perkembangan anak, tidak ada pengahargaan dan pujian

terhadap perbuatan baik anak serta kurangnya pelatihan dan pemahaman

(25)

Pekerjaan Orangtua

Pada masyarakat tradisional, biasanya ibu tidak bekerja diluar rumah,

melainkan hanya sebagai ibu rumahtangga. Menurut Satoto (1990), ibu rumah

tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis

memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak.

Karakteristik Anak Umur

Menurut Hurlock (1999) umur anak akan mempengaruhi alokasi waktu ibu

untuk pengasuhan. Pada anak dibawah umur dua tahun perhatian dan kasih

sayang ibu lebih banyak tercurah kepada anak tersebut karena anak belum

mandiri dan masih sangat membutuhkan bantuan ibu sebagai pengasuh utama.

Anak dengan umur diatas dua tahun akan semakin mandiri dan mempunyai

jaringan sosial lebih luas sehingga ketergantungan dengan sosok pengasuh

utama yaitu ibu akan mulai berkurang.

Menurut Sa’diyyah (1998) bahwa umur anak berpengaruh negatif terhadap jumlah waktu ibu untuk anaknya. Semakin besar umur anak semakin

sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk mereka. Keadaan ini dapat dimengerti

karena semakin besar anak, ketergantungan terhadap pengasuhnya akan

semakin berkurang. Anak yang lebih kecil memerlukan bimbingan dan

pengawasan yang lebih banyak dari pengasuhnya. Karena ibu sebagai

pengasuh utama, maka semakin muda usia anak semakin banyak waktu yang

dicurahkan ibu untuk anaknya.

Jenis Kelamin

Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi

perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak mengalami

peningkatan takanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya

mereka dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan

perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka. Kedua,

pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah

dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas

untuk jenis kelamin mereka. Ketiga adalah sikap orang tua mereka dan anggota

keluarga penting lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin,

mereka seperti anak laki-laki lebih diharapkan daripada anak wanita (Hurlock

(26)

Beban Kerja Ibu

Konsep yang sudah umum dalam masyarakat Indonesia tradisional

menyatakan bahwa peran yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi

ibu atau isteri di lingkungan rumah tangga dan apabila pada masa sekarang ini,

mereka bekerja di luar rumah tangga dan menghasilkan uang semata-mata itu

karena terpaksa akibat dari tekanan ekonomi (Mudzhar et al. 2001). Sajogyo

(1981) diacu dalam Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan

rumah tangga, wanita pada dasarnya seringkali berperan ganda. Hal ini

dicerminkan pertama-tama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga yang

melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mengasuh anak dan

sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan

pendapatan, karena pekerjaan itu memungkinkan anggota keluarga lainnya

untuk mendapatkan penghasilan secara langsung. Lestari (1984) diacu dalam

Rezeki (2006) menyatakan hal yang serupa yaitu terdapat beberapa penelitian

mengenai keluarga inti yang pernah dilakukan bahwa dalam keluarga dan rumah

tangga wanita pada dasarnya sering berperan ganda. Hal ini dicerminkan

pertama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga dan yang kedua adalah

sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk

mencari tambahan penghasilan, seorang ibu tetap dituntut untuk menjadi ibu

rumah tangga yang baik di tengah keluarganya

Perbedaan pekerjaan rumah tangga (pekerjaan domestik) dan pekerjaan

di luar rumah tangga (pekerjaan produktif) tampak jelas dalam hal ekonomi.

Perbedannya yaitu pada pekerjaan rumah tangga tidak memiliki nilai ekonomi

bagi anggota keluarga sedangkan untuk pekerjaan di luar rumah tangga yaitu

sebaliknya (Guhardja et al. 1992). Mangkuprawira (1985) membagi waktu ibu

secara umum pada enam kegiatan yaitu:

1. waktu rumah tangga, semua waktu yang digunakan untuk kegiatan rumah

tangga yang tidak bernilai ekonomis seperti membersihkan rumah, mencuci,

memasak dan mengasuh anak

2. waktu mencari nafkah, yaitu semua waktu yang digunakan untuk menambah

penghasilan keluarga

3. waktu sosial, yaitu waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial

seperti gotong royong, menjenguk orang sakit, mengunjungi tetangga,

(27)

4. waktu pendidikan, yaitu semua waktu yang digunakan ibu untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan ibu

5. waktu pribadi, yaitu waktu yang digunakan untuk kepentingan pribadi seperti

makan, minum, sholat, membaca Al-Qur’an dan tidur

6. waktu luang, yaitu sisa dari waktu diatas.

Mangkuprawira (1985) melakukan penelitian dan mendapatkan hasil

bahwa rata-rata waktu ibu di pedesaan untuk rumah tangga sebesar 5,6 jam

perhari, mencari nafkah 2,3 jam perhari, sosial 1,3 jam perhari pendidikan

sebesar 0,2 jam per hari, waktu luang 4,6 jam per hari dan sisanya untuk

kegiatan pribadi.

Menurut Walker dan Woods (1976) yang diacu Guhardja et al. (1992)

mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat

diklasifikasikan menjadi enam pekerjaan, yaitu:

1. Berbelanja bahan makanan dan memasak makanan maupun minuman

2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan makan

dan minum

3. Membersihkan dan memelihara rumah dan perlengkapannya termasuk

peralatan rumah tangga dan prasarana lainnya yang ada dalam rumah tangga

4. Mencuci pakaian dan perlengkapannya

5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga

6. Mengasuh dan merawat serta mendidik anak

Yulianis et al. (2003) membagi beban kerja menjadi dua, yaitu beban

kerja obyektif dan beban kerja subyektif. Dari hasil penelitian Yulianis et al.

(2003) di Kota Bogor bahwa ibu dari keluarga miskin memiliki beban kerja yang

tergolong sedang menurut persepsi ibu, karena memiliki tenaga yang membantu

baik dari anak, suami, saudara maupun ibu atau ibu mertua.

Dukungan Sosial

Manusia sebagai individu dalam kehidupannya dihadapkan pada

berbagai hal yang menyangkut kepentingan terutama dalam pemenuhan

kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang memerlukan bantuan

atau pertolongan dari orang lain. Dukungan sosial tidak selamanya tersedia pada

diri sendiri melainkan harus diperoleh dari orang lain yakni keluarga (suami atau

isteri) saudara atau masyarakat (tetangga) dimana orang itu berada. Dukungan

(28)

bagi keluarga dalam menjalani kehidupan perkawinaanya bagi pelaksanaan

pengasuhan anak.

Dukungan sosial diartikan sebagai pemberian dukungan emosional dan

informasi atau dukungan materi oleh orang lain atau lingkungan sosial kepada

seseorang individu yang mengalami beberapa kesulitan atau masalah. Cutrona

(1996) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah pemenuhan kebutuhan dasar

oleh orang lain secara terus menerus untuk kesejahteraan. Kaplan et al. (1977)

dalam Cutrona (1996), mengartikan dukungan sosial sebagai pemenuhan

kebutuhan dasar seseorang oleh orang lain. Safarino (1996) dalam Tati (2004)

mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian,

penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain, baik sebagai

individu perorangan atau kelompok. Kualitas dukungan sosial yang tinggi akan

mempengaruhi kesehatan fisik dan mental yang semakin tinggi pula (Tati 2004).

Selain itu semakin baik dukungan sosial yang diberikan kepada ibu maka

cenderung semakin baik pengasuhan anak yang dilakukan. Demikian juga yang

dikemukakan oleh Sarafino (1996) dalam Tati (2004) bahwa adanya perhatian

yang baik dari keluarga atau tetangga serta kondisi lingkungan yang ramah,

secara emosional ibu mempunyai hubungan baik dengan tetangga dan keluarga,

saling berbagi pengalaman dalam pengasuhan anak, keadaan ini akan

meningkatkan kualitas pengasuhan anak mereka.

Bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan menurut Kaplan (Cutrona

1996) dan Safarino (Tati 2004) terdiri dari:

• Dukungan Emosi (Emotional Support), seperti ekspresi cinta, empati dan

perhatian. Menurut Witty et al. (1992) diacu dalam Conger et al. (1994),

individu dapat mencurahkan perasaan, kesedihan ataupun kekecewaannya

pada seseorang, yang membuat individu sebagai penerima dukungan sosial

merasa adanya keterikatan, kedekatan dengan pemberi dukungan, sehingga

menimbulkan rasa aman dan percaya.

• Dukungan Instrumen (Instrument Support) atau Dukungan Nyata (Tangible Assistance), seperti sumberdaya fisik (uang, tempat tinggal), termasuk juga menyediakan waktu dan tenaga untuk mengasuh anak.

• Dukungan Penghargaan (Esteem Support), seperti respek terhadap orang lain, percaya kepada kemampuan orang, menghargai pikiran, perasaan, dan

(29)

• Dukungan Informasi (Informational Support), seperti informasi tentang kenyataan, nasehat, penilaian terhadap situasi. Dukungan informasi

memungkinkan individu sebagai penerima dukungan dapat memperoleh

pengetahuan dari orang lain. Pengetahuan yang diperoleh dapat berupa

bimbingan, arahan, diskusi masalah maupun pengajaran suatu keterampilan

(Felton & Berry 1992 diacu dalam Conger et al.1994).

Alokasi Waktu Pengasuhan

Waktu merupakan sumberdaya selain sumberdaya manusia dan materi,

yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Waktu

dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif

dan efisien (Guhardja, Puspitawati, Hartoyo & Hastuti 1992).

Penelitian Sa’diyyah (1998) membagi alokasi waktu pengasuhan anak menjadi lima kegiatan, antara lain: (1) memberi makan contoh, (2) keluar

bersama contoh, (3) bermain bersama contoh, (4) mengerjakan pekerjaan

rumah dengan contoh, (5) tidur bersama contoh. Hasil penelitian tersebut

ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu untuk pengasuhan 12,63 jam per

hari atau sekitar 52,63 persen dari total waktu ibu dalam sehari. Sebagian besar

dari waktu pengasuhan sehari tersebut 5,09 jam dialokasikan untuk menidurkan

anak atau tidur bersama anak, selanjutnya 3,05 jam untuk mengerjakan rumah

sambil mengasuh anak, 2,23 jam menemani anak bermain, 1,2 jam keluar rumah

dengan anak, dan 1,06 jam adalah untuk memberi makan kepada anak.

Penelitian Meirita (2000) membagi alokasi waktu pengasuhan menjadi

empat kegiatan, antara lain (1) keluar rumah dengan contoh, (2) memberi makan

contoh, (3) memandikan contoh, (4) bermain contoh. Dari penelitian tersebut

ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu untuk pengasuhan 5,7 jam per hari,

sebagian besar dari waktu pengasuhan sehari tersebut 2,59 jam dialokasikan

untuk bermain dengan contoh. Selanjutnya 1,39 jam untuk keluar rumah dengan

contoh, 1,2 jam memberi makan contoh, dan 0,48 jam adalah untuk memandikan

contoh.

Adapun penelitian Yulianis et al. (2003) membagi alokasi waktu

pengasuhan menjadi enam kegiatan, antara lain: (1) keluar rumah dengan

contoh, (2) mengerjakan pekerjaan rumah dengan contoh, (3) menidurkan

contoh, (4) memandikan contoh, (5) memberi makan contoh, (6) bermain dengan

contoh. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa rata-rata alokasi waktu ibu

(30)

ibu yang tidak bekerja. Sebagian besar dari waktu pengasuhan sehari tersebut

2,43 jam (ibu tidak bekerja) dan 1,53 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk

bermain dengan contoh. Selanjutnya 1,01 jam (ibu tidak bekerja) dan 0.89 jam

(ibu bekerja) dialokasikan untuk keluar memberi makan contoh, 1,12 jam (ibu

tidak bekerja) dan 0,54 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk tidur bersama,

contoh, 0,75 jam (ibu tidak bekerja) dan 0,67 jam (ibu bekerja) dialokasikan

memandikan contoh, 0,66 jam (ibu tidak bekerja) dan 0,71 jam (ibu bekerja)

dialokasikan untuk keluar rumah dengan contoh, 0,27 jam (ibu tidak bekerja) dan

0,32 jam (ibu bekerja) dialokasikan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga

dengan contoh.

Navera dalam Mangkuprawira (1985) mengemukakan determinan waktu

ibu dipengaruhi oleh besar keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orangtua,

kekayaan rumah tangga dan usia anak. Apabila pendapatan tidak memadai

bertambahnya anggota keluarga menyebabkan bertambah besar waktu ibu untuk

mencari nafkah, begitu juga semakin tinggi pendidikan orangtua mempunyai

kecenderungan untuk memanfaatkan ilmunya dalam pekerjaan di luar rumah.

Makin banyak aset rumah tangga makin efektif waktu ibu di rumah sehingga

berkesempatan untuk menggunakan waktu luangnya untuk bekerja. Makin kecil

usia anak makin banyak waktu ibu bersama anak karena anak belum mandiri

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kualitas tumbuh kembang anak merupakan salah satu faktor penting

dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia. Unicef (1990) dalam Engel et

al. (1992) merumuskan adanya tiga faktor utama yang mempengaruhinya secara

tidak langsung, yaitu ketahanan pangan rumah tangga, pengasuhan, dan

sanitasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi asupan gizi dan

juga tingkat kesehatan anak yang selanjutnya akan menentukan kualitas

pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini berarti bahwa pengasuhan tidak

kalah pentingnya dengan ketahanan pangan dan juga kesehatan lingkungan

dimana anak tumbuh dan berkembang. Pengasuhan mencakup dua aspek yaitu

1) alokasi waktu (quantity of care), 2) suasana alamiah dan aktivitas yang terjadi

(quality of care).

Karakteristik keluarga seperti (1) besar keluarga, (2) usia orangtua, (3)

pendidikan orangtua, (4) pekerjaan orangtua (status kerja ibu), (5) pengeluaran

keluarga dan karakteristik anak (usia anak) diduga berhubungan dengan alokasi

waktu pengasuhan. Ibu yang berpendidikan cenderung mempunyai komitmen

untuk usaha penyediaan waktu yang lebih banyak dalam pengasuhan anak.

Tetapi status kerja ibu, cenderung mengurangi alokasi waktu ibu bersama

anaknya. Pada keluarga besar alokasi waktu untuk pengasuhan anak balita

relatif lebih sedikit karena harus berbagi dengan anggota keluarga lain. Semakin

besar usia anak semakin sedikit alokasi waktu yang dicurahkan ibu untuk

mengasuh anak.

Secara umum ibu memiliki beban kerja di sektor publik maupun domestik.

ibu yang berperan sebagai pekerja di sektor publik untuk mencari tambahan

penghasilan, tetap dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Hal

tersebut mengakibatkan ibu memiliki beban kerja yang cukup berat. Status ibu

yang bekerja di sektor publik akan mempengaruhi alokasi waktu yang gunakan

untuk pengasuhan anak. Dukungan sosial yang diterima ibu dari suami,

kerabat/keluarga luas dan tetangga/masyarakat diduga dapat memperkecil

beban kerja yang dialami oleh ibu sebagai seseorang yang berperan penting

dalam proses pengasuhan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh gambaran yang

menghubungan variabel karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja,

dukungan sosial, dan alokasi waktu pengasuhan. Model kerangka pemikiran dari

(32)

[image:32.842.79.755.80.412.2]

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi

Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Karakteristik Keluarga :  Besar Keluarga

 Usia Suami dan Contoh  Pendidikan Suami dan

Contoh

 Status Kerja Contoh  Pengeluaran Keluarga

Karakteristik Anak:  Usia Anak

 Jenis Kelamin Anak

 Kontrol sumberdaya/otonomi ibu

 Kesehatan mental/stress ibu  Kesehatan dan status gizi ibu

Beban Kerja Ibu :

 Ukuran Obyektif  Ukuran SUbyektif

Dukungan Sosial

Alokasi Waktu Pengasuhan :  Menemani Anak Belajar  Keluar rumah bersama anak  Memberi makan anak

 Memandikan, keramas, gunting kuku dan mendandani anak  Bermain dengan anak  Menidurkan Anak

 Mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil mengawasi anak

Keterangan:

= Variabel yang tidak diteliti

(33)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memakai desain cross sectional study

dengan metode survei. Lokasi penelitian adalah wilayah Kabupaten

Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian tersebut

dilakukan secara purpossive, dengan pertimbangan bahwa berdasarkan peta

kerawanan pangan Indonesia daerah Banjarnegara termasuk dalam daerah yang

rawan pangan (Martianto, Hastuti, Riyadi, Alfiasari 2009). Lokasi penelitian yang dipilih merupakan bagian dari lokasi penelitian “Household Food Security, Family Resource Allocation, And It’s Impact To Child Development Of Families Living In Rural Food Insecure Area In Banjarnegara-Central Java Province, Indonesia”. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2008 hingga bulan Mei 2011, yang

dimulai dari persiapan, observasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis

data, serta penulisan laporan, sedangkan untuk pengambilan datanya sendiri

dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2009.

Jumlah dan Cara Pemilhan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 24

sampai 60 bulan di daerah Banjarnegara. Pengambilan contoh dilakukan di dua

kecamatan yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan

Kecamatan Punggelan. Pertimbangan memilih dua kecamatan ini adalah

berdasarkan jumlah penduduk miskin pada peta kerawanan pangan Kabupaten

Banjarnegara tahun 2007 oleh Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Selain

itu juga, masing-masing kecamatan mewakili tipe pedesaan yang ada di

Indonesia yaitu Kecamatan Pejawaran yang mewakili pedesaan hulu (upland

area) dan Kecamatan Punggelan yang mewakili pedesaan hilir (lowland area). Dari masing-masing kecamatan dipilih tiga desa penelitian berdasarkan jumlah

balita terbanyak dan atas saran dari Dinas Kesehatan dan Posyandu setempat.

Desa yang terpilih di Kecamatan Pejawaran adalah Desa Pejawaran, Desa

Giritirta, dan Desa Sidengok, sedangkan di Kecamatan Punggelan terpilih Desa

Karangsari, Desa Punggelan, dan Desa Kecepit. Selanjutnya dari setiap desa

(34)
[image:34.595.74.553.115.510.2]

sampling, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu. Cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Cara penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi yang

dilakukan melalui wawancara kuesioner yang relevan dengan variable yang

diteliti. Kuesioner dikembangkan berdasarkan berbagai penelitian yang serupa

terdahulu dan konsep teoritis. Data primer yang dikumpulkan meliputi

karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu ukuran obyektif (alokasi

waktu 24 jam secara recall) dan ukuran subyektif (persepsi diukur dengan

wawancara menggunakan kuesioner), dukungan sosial yang diukur dengan

wawancara kuesioner dan alokasi waktu pengasuhan (recall 24 jam). Sementara

itu, data sekunder yang dikumpulakn meliputi keadaan umum lokasi penelitian

(35)

kelurahan dan posyandu). Secara lebih rinci variabel, data dan cara

[image:35.595.106.520.146.779.2]

pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, data dan cara pengumpulan data

No Variabel Data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik

keluarga

 besar keluarga

Wawancara menggunakan kuesioner

 Usia suami dan contoh

 Pendidikan suami dan

contoh

 Status kerja contoh

 Keadaan ekonomi

keluarga

2 Karakteristik

anak

 Usia Wawancara

menggunakan kuesioner

 Jenis kelamin

3 Beban kerja

 Beban kerja objektif

(jumlah satuan waktu atau jam dalam sehari

untuk tujuh kegiatan

yaitu kegiatan produktif,

domestik, pribadi,

istirahat, sosial

pendidikan, antara, dan pengasuhan).

Recall 1 X 24 jam

 Beban kerja subjektif

(sikap dan tanggapan ibu

terhadap kegiatan

produktif,domestik, sosial

pendidikan, dan

pengasuhan)

Wawancara menggunakan kuesioner

4 Dukungan

Sosial

 Dukungan dari suami

Wawancara menggunakan kuesioner

 Dukungan dari

kerabat/keluarga luas

 Dukungan dari tetangga

/masyarakat

5

Alokasi Waktu Pengasuhan

 Menemani belajar

Recall 1 X 24 jam

 Keluar rumah bersama

contoh

 Memberi makan

 Memandikan, keramas,

gunting kuku dan

mendandani

 Bermain dengan contoh

 Menidurkan

 Mengerjakan pekerjaan

(36)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah melalui editing, koding, scoring, entry

data, dan analisis data. Data yang diperoleh melalui kuesioner akan diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Seluruh analisis statistik

dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for windows versi

17.0.

Data karakteristik keluarga terdiri dari besar keluarga, usia orangtua,

pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pengeluaran keluarga. Besar

keluarga dikelompokkan berdasarkan kriteria BKKBN, yaitu keluarga kecil (≤

empat orang), keluarga sedang (lima sampai tujuh orang), dan keluarga besar (≥

delapan orang). Usia orangtua dikelompokan menjadi empat kategori yaitu ≤ 20

tahun, 21-40 tahun, 41-65 tahun dan ≥ 66 tahun. Pendidikan orangtua pada

analisis deskriptif dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tidak

sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat

dan perguruan tinggi. Selanjutnya untuk analisis korelasi Spearman, pendidikan

orangtua dikelompokkan berdasarkan lama pendidikan. Pengeluaran keluarga

dihitung berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, kemudian

dikelompokan menjadi miskin dan tidak miskin berdasarkan garis kemiskinan

Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 sebesar Rp. 146 531.00.

Karakteristik anak meliputi usia anak dan jenis kelamin anak. Usia anak

dikelompokan berdasarkan kelompok usia menjadi 24-36 bulan, 37-48 bulan,

dan 49-60 bulan. Jenis kelamin anak dikelompokan atas laki-laki dan

perempuan.

Beban kerja ibu dibagi menjadi dua, yaitu beban kerja dilihat secara

objektif dan subjektif (persepsi). Beban kerja secara objektif adalah beban kerja

yang diukur berdasarkan alokasi waktu. Beban kerja secara objektif

dikelompokkan berdasarkan alokasi waktu untuk tujuh kegiatan, yaitu kegiatan

produktif, domestik, pribadi, istirahat, sosial pendidikan, antara dan pengasuhan.

Beban kerja secara subjektif adalah beban kerja yang diukur berdasarkan

persepsi ibu terhadap beban kerja. Beban kerja secara subjektif terdiri dari 10

pertanyaan yang masing-masing akan diberi skor kemudian dilakukan

standarisasi. Total skor yang diperoleh dikelompkkan menjadi tiga kategori, yaitu

(37)

dikatakan “rendah” apabila skor ≤60 persen, “sedang” apabila skor antara 61-80 persen, dan “berat” pada skor ≥ 80 persen.

Dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosi, instrumental dan

informasi yang berasal dari suami, kerabat/keluarga luas, dan

tetangga/masyarakat. Data dukungan sosial terdiri dari 15 pertanyaan yang

masing-masing akan diberi skor. Total skor yang diperoleh dikelompokkan

menjadi tiga kategori, yaitu kurang kuat, kuat dan sangat kuat. Pengkategoriannya adalah dukungan sosial dikatakan “kurang kuat” apabila skor ≤ 60 persen, “kuat” apabila skor antara 61-80 persen, dan “sangat kuat” pada

skor ≥ 80 persen.

Data alokasi waktu pengasuhan dihitung berdasarkan waktu kegiatan

pengasuhan anak dalam 1 X 24 jam menurut tujuh kegiatan yang telah

ditentukan yaitu, 1) menemani belajar, 2) keluar rumah bersama contoh, 3)

memberi makan, 4) memandikan, keramas, gunting kuku dan mendandani, 5)

bermain dengan contoh, 6) menidurkan, dan 7) mengerjakan pekerjaan rumah

tangga sambil mengawasi anak. Data alokasi waktu pengasuhan dikategorikan

menajdi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengkategoriannya adalah

alokasi waktu pengasuhan dikatakan “rendah” apabila ≤ 3,0 jam, “sedang”

apabila antara 3,1-5,0 jam, dan “tinggi” pada ≥ 5,1 jam.

Analisi statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

5. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik

keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu, dukungan sosial, dan

alo

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian  ...................................................    26
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi
Gambar 2 Cara penarikan contoh
Tabel 1  Variabel, data dan cara pengumpulan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui bahwa ekstrak air kulit pisang kepok ( Musa acuminata L.) dapat diformulasi sebagai masker wajah dalam bentuk gel peel-off serta mengetahui pengaruh konsentrasi

Dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi adalah munculnya tindak peidana baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi, baik berupa

Jawa+Timur Juma'ati Pitriyah Siti+Khatimah Mesin+dan+Elektronika.

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua puluh enam bulan Februari tahun Dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini selaku POKJA ULP Pembangunan Pagar Kantor Pengadilan

Basofil Memiliki segmen yang paling sedikit diantara granuosit yang lain Bercak biru muda sampai ungu Basofilik, ukuran, jumlah, dan karakteristik bervariasi

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan (Togi Lumban Tobing dan Wahyu Ario Pratomo, 2014) yang mendapat hasil bahwa terdapat perbedaan secara signifikan pada

Improving Students’ Reading Comprehension Using Know Want Learn (KWL) Strategy For the Second Grade Students of SMP NU Suruh in Academic Year 2015/2016.. A Graduating

[r]