• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Pembangunan Terpadu Desa Kelurahan Terhadap Perekonomian Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Program Pembangunan Terpadu Desa Kelurahan Terhadap Perekonomian Nusa Tenggara Timur"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN TERPADU

DESA/KELURAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN

NUSA TENGGARA TIMUR

ADRIANA NOMLENI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul dampak program pembanguna terpadu desa/kelurahan terhadap perekonomian Nusa Tenggara Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Adriana Nomleni

(4)

RINGKASAN

ADRIANA NOMLENI. Dampak Program Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan Terhadap Perekonomian Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan ALLA ASMARA.

Program pembangunan terpadu desa/kelurahan mandiri “anggur merah” (anggaran untuk rakyat menuju sejahtera) merupakan program Gubernur Nusa Tenggara Timur yang memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses faktor produksi yaitu modal finansial dan kebebasan untuk memilih usaha ekonomi sesuai dengan potensi wilayah dan kemampuan masyarakat. Dengan kemudahan tersebut, diharapkan masyarakat miskin mampu untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan dapat meningkatkan ekonomi wilayah. Namun, dalam pelaksanaanya ditemukan adanya kendala yaitu tingkat pengembalian bantuan modal finansial yang rendah. Tujuan penelitian ini menganalisis dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap rumah tangga (pendapatan rumah tangga dan pengeluaran untuk pendidikan) dan dampak terhadap ekonomi wilayah (PDRB dan tingkat kemiskinan). Dampak program pembangunan pada pendapatan rumah tangga dan pendidikan dianalisis dengan uji beda dan regresi logistik sedangkan dampak pada wilayah dianalisis menggunakan model data panel.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pendapatan antara rumah tangga penerima bantuan dengan rumah tangga bukan penerima. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pemahaman penerima bantuan terkait dengan program pembangunan serta ketidakmampuan rumah tangga miskin dalam membayar bunga. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik, pendapatan rumah tangga mempengaruhi keputusan dalam menyekolahkan anak. Kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar 1 rupiah akan meningkatkan peluang rumah tangga untuk menyekolahkan anak 34,43 kali, citerus paribus. Hasil analisis model data panel menunjukkan bahwa realisasi bantuan modal finansial dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan untuk usaha pertanian, simpan pinjam, perdagangan dan jasa, serta jumlah penduduk brepengaruh positif terhadap PDRB Provinsi NTT. Bantuan program untuk simpan pinjam berdampak signifikan terhadap pengurangan kemiskinan di Provinsi ini, sebalikanya bantuan modal untuk ternak berpengaruh negatif terhadap pengurangan kemiskinan.

(5)

SUMMARY

ADRIANA NOMLENI. Impact of Integrated Villages Development Programs to Regional Economic of East Nusa Tenggara Province. Supervised by ERNAN RUSTIADI and ALLA ASMARA.

Villages integrated development programs villages "Anggur Merah" (a budget for the people to prosper) is a program of the Governor of East Nusa Tenggara that provide convenience to the public access to factors of production, namely the financial capital and the freedom to choose the economic activities in accordance with the regional potential and capabilities. With the ease of the expected poor people were able to get out of the cycle of poverty and improve the region's economy. However, In practice there was found obstacle. The obstacle is the return on financial capital assistance was low. The aims of this study are to analyze the impact of Villages integrated

development programs villages on household’s (household income and

expenditure on education) and impact to the regional development (GDP and

poverty rate). The impact of the programs on household’s income and

education were analyzed by employing t-test and logistic regression, while the impact on the region analyzed using panel data model.

The analysis showed that there is no difference between household income of beneficiaries to those not receiving aid. This is because they still lack understanding of the recipient associated with the development program. The results of logistic regression analysis showed that statistically, household income in the decision affects children's education. The increase in household income of 1 rupiah would increase the chances of households to send children to 34.43 times, citerus paribus. Analysis result from panel data model showed that the realization of financial capital aid of villages integrated development programs villages for agriculture, loan- savings, trade and services, as well as the number of people have positive influencse on the GDP increase in the province. Assistance program on loan-savings is the only program that significantly impact on poverty reduction in the province, But, capital assistance programs for livestocks negatively affect poverty reduction. Keywords: Impact of development programm, regional economy, household

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN TERPADU

DESA/KELURAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN

NUSA TENGGARA TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini berjudul

“Dampak program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap

perekonomian Nusa Tenggara Timur” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan di Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr dan Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku penguji luar komisi pada ujian sidang atas saran dan masukan yang diberikan. Kepada Dekan Sekolah Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi Manajemen, serta Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi , M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Agr selaku sekertaris beserta staf, penulis mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang diberikan selama penulis menempuh studi di PWD-IPB. Kepada Bappeda Provinsi NTT terkhususnya sekretariat program pembangunan terpadu desa/kelurahan

“Anguur merah” yang telah memberikan informasi, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Johanis Nomleni, Ibu Asnat W. Nomleni-Adoe, saudara-saudaraku Desi M. Nomleni, Meryani N. Nomleni, Marlis E. Nomleni, Marthen L. Nomleni dan Senny M. Nomleni beserta seluruh keluarga, sahabat, atas doa dan kasih sayangnya. Tesis ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Semoga Tesis ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Program Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan 6

Kebijakan Pembangunan Wilayah 7

Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow 9

Kemiskinan 9

Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan 10

Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran 12

Hipotesis Penelitian 13

3 METODE PENELITIAN 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Jenis dan Sumber Data 14

Metode Pengambilan Contoh 15

Metode Analisis Data 15

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22

Letak Geografis dan Luas Wilayah 22

Penduduk dan Kepadatannya 23

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 24

Pekerja Sektor Pertanian 26

5 GAMBARAN PROGRAM PEMBANGUNAN TERPADU

DESA/KELURAHAN 27

Keterlibatan Stakeholder 27

Pemilihan Desa/Kelurahan 29

Pendamping Kelompok Masyarakat 32

Pembentukan Kelompok Masyarakat 34

Penyaluran Bantuan Modal Finansial 37

Usaha Ekonomi 39

Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 43

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 45

Dampak terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin 45

Dampak terhadap Ekonomi Wilayah 50

7 SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

(12)

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 62

RIWAYAT HIDUP 71

DAFTAR TABEL

1 Jenis sumber dan teknik pengumpulan data 14

2 Jumlah responden penelitian 15

3 Variabel yang diamati dan dianalisis 21

4 Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan

penduduk 23

5 PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan tahun 2013 25 6 Stakeholder program pembangunan terpadu desa/kelurahan 28 7 Persentase desa/kelurahan penerima bantuan modal finansial 31 8 Jumlah koperasi program pembangunan terpadu desa/kelurahan 36

9 Realisasi bantuan modal tahun 2011-2014 38

10 Rata-rata perbedaan pendapatan rumah tangga 45 11 Output preferensi rumah tangga dalam menyekolahkan anak 49 12 Dampak program pembangunan desa/kelurahan terhadap PDRB

kabupaten/kota di Provinsi NTT 51

13 Dampak program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi NTT 55

DAFTAR GAMBAR

1 Laju pertumbuhan dan kemiskinan Provinsi NTT dan Indonesia 2

2 Pengembalian bantuan modal finansial 5

3 Lingkaran setan kemiskinan 10

4 Kerangka pikir 13

5 Komposisi penduduk 24

6 Pendapatan per kapita kabupaten/kota di Provinsi NTT tahun

2013 26

7 Presentase jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang

bekerja menurut lapangan pekerjaan 27

8 Mekanisme pemilihan desa hingga penyaluran bantuan 30 9 Jumlah kelompok berdasarkan usaha ekonomi 39

10 Jumlah ternak yang diusahakan 40

11 Mekanisme pelaporan 43

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji beda pendapatan rumah tangga 63 2 Output pengaruh pendapatan terhadap pendidikan 64

3 Hasil uji Chow untuk model I 65

4 Hasil uji Hausman untuk model I 65

5 Hasil uji asumsi klasik untuk model I 65

6 Hasil uji Chow untuk model II 67

7 Output model I dampak terhadap PDRB Provinsi NTT 67

8 Hasil uji Hausman untuk model II 68

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan diartikan sebagai upaya perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan keadilan dan keberimbangan serta memperhatikan keberlanjutan dari pembangunan. Menurut Adisasmita (2005), pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Proses pembangunan yang dinamis terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik yang berlangsung pada level makro dan mikro. Terjadinya pembangunan di suatu daerah atau negara ditandai dengan beberapa aktivitas perekonomian seperti meningkatnya produktivitas dan pendapatan perkapita penduduk sehingga terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi suatu daerah ialah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat kemiskinan. Menurut Rustiadi et al. (2011), PDRB merupakan ukuran produktivitas yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. Namun PDRB belum menjamin peningkatan kesejahteraan bagi setiap individu dalam masyarakat. Bisa saja peningkatan pendapatan terjadi pada sekelompok orang tertentu saja sedangkan yang lainnya relatif tetap atau menurun. Peningkatan PDRB yang demikian menimbulkan kesenjangan ekonomi. Adisasmita (2005) menjelaskan bahwa kesenjangan ekonomi dapat terjadi antar golongan masyarakat dan antar wilayah. Kesenjangan ekonomi antar golongan melahirkan konsep “garis kemiskinan” yang menunjukkan batas terendah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Kesenjangan antar wilayah dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan disparitas ekonomi yang semakin lebar.

Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Menurut Sholeh (2009), konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Rahayu dan Budi (2013) mengatakan bahwa persoalan masyarakat miskin ialah tidak mempunyai modal untuk berusaha. Modal usaha merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan proses produksi. Artinya bahwa semakin besar modal yang digunakan maka semakin besar output yang dihasilkan.

Kualitas pemenuhan kebutuhan hidup yang rendah merupakan cerminan dari rendahnya daya beli masyarakat. Daya beli yang rendah berarti tingkat konsumsi penduduk masih dibawah garis kemiskinan yang membedakannya antara golongan penduduk miskin dan tidak miskin. Konsumsi barang dan jasa sangat ditentukan oleh pendapatan yang diperoleh penduduk. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka semakin tinggi kesempatan untuk terlepas dari kemiskinan. Rendahnya daya beli yang dialami oleh penduduk miskin karena mereka tidak memiliki pendapatan atau pendapatan yang diperoleh masih rendah.

(16)

terbanyak di Indonesia. Tingkat kemiskinan Provinsi NTT mengalami penurunan dan laju pertumbuhan ekonomi meningkat. Persentase kemiskinan dari tahun 2008 hingga 2013 mengalami penurunan yakni dari 25,65 persen menjadi 20,03 persen. Tingginya kemiskinan di Provinsi NTT didominasi di daerah perdesaan. Persentase penduduk miskin perdesaan di atas 20 persen sedangkan perkotaan di bawah dari 20 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT dalam kurun waktu tahun 2008 hingga 2013 positif dan terus bertumbuh (Gambar 1). Meskipun kedua indikator tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam pembangunan, namun Provinsi NTT masih mengalami tantangan karena secara umum pencapaian tersebut masih di bawah rata-rata nasional. Selain itu, pertumbuhan ekonomi tidak menjamin keberhasilan pembangunan, karena pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak dengan sendirinya diikuti oleh pertumbuhan atau perbaikan distribusi keuntungan bagi segenap penduduk.

Tingkat kemiskinan yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai persolaan mendasar yang belum diupayakan secara maksimal. Hasil penelitian Sabuna (2012) menyatakan bahwa persoalan mendasar kemiskinan di Provinsi NTT yaitu kondisi sosial ekonomi, culture atau budaya masyarakat dan program-program nasional penanggulangan kemiskinan masih bersifat homogen untuk setiap daerah. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat NTT berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, sehingga program-program penanggulangan kemiskinan kurang efektif menurunkan angka kemiskinan dan tidak mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sebagian besar masyarakat NTT (70 %) menggantungkan hidup pada pertanian dan sebagian besar mereka termasuk dalam kategori penduduk miskin. Salah satu ciri rumah tangga miskin adalah keterbatasan dalam pemilikan modal usaha. Mereka tidak memiliki aset produksi yang memadai untuk berusaha secara mandiri. Walaupun sudah banyak upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang dijalankan di NTT tetapi bantuan modal usaha bagi rumah tangga miskin masih sangat terbatas. Selain keterbatasan bantuan modal usaha, masalah lain yang dihadapi oleh rumah tangga miskin adalah kesulitan dalam mengakses modal usaha.

0 5 10 15 20 25 30

2008 2009 2010 2011 2012 2013

P

er

sen

tase

Tahun

Laju pertumbuhan NTT Laju pertumbuhan Indonesia

Kemiskinan NTT Kemiskinan Indonesia

BPS, 2015

(17)

Menurut Leki (2010), rumah tangga miskin tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh bantuan modal usaha dari lembaga keuangan/bank karena berbagai aturan keuangan/bank yang menuntut adanya jaminan/agunan. Agunan itulah yang tidak dimiliki oleh rumah tangga miskin. Kondisi ini menyebabkan banyak petani yang akhirnya berhubungan dengan para pelepas uang di desa dengan tingkat bunga yang tinggi, ada yang mengijon tanaman, ada yang menggadai tanah dan rumah tempat tinggal. Pada akhirnya, rumah tangga miskin tetap terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.

Sejak dikeluarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No.32 tahun 2004, Indonesia mulai menerapkan prinsip otonomi dearah dan disentralisasi fiskal dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Sistem pemerintahan daerah yang semula bersifat sentralisasi, sekarang berubah menjadi otonomi (disentralisasi) dimana pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar dalam mengurus pemerintahan dan mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing (Sjafrizal 2012). Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian. Peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Dengan adanya strategi pembangunan ekonomi akan memudahkan penetapan prioritas pembangunan ekonomi suatu daerah. Sehingga diperlukan pemetaan kondisi, kekhasan dan potensi yang ada. Selanjutnya, kondisi kekhasan dan potensi tersebut diberdayakan guna menjamin terciptanya fundamental ekonomi yang kuat (Erika dan Mintarti 2013).

Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan upaya untuk mengurangi permasalahan pembangunan. Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan seperti 1) Program penanggulangan kemiskinan bantuan sosial terpadu berbasis keluarga seperti jaminan kesehatan nasional (JKN), program keluarga harapan, beras untuk keluarga miskin (raskin), program Indonesia pintar; 2) Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat seperti PNPM mandiri; 3) Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil seperti kredit usaha rakyat (KUR) (TNP2K 2016).

Banyak proyek/program pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong pembangunan perekonomian masyarakat perdesaan. Proyek/program tersebut dilakukan masing-masing departemen maupun antar departemen. Kenyataannya, ketika proyek/program berakhir maka keluaran proyek/program tersebut sudah tidak berfungsi atau bahkan hilang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek/program tersebut antara lain, yaitu: (1) ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan (2) paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung (3) tidak ada kegiatan monitoring yang terencana (4) tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan proyek (Rahayu dan Budi 2013).

(18)

rakyat menuju sejahtera). Program pembangunan ini mulai dilaksanakan pada tahun 2011 dengan tujuan mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Tujuan tersebut dicapai melalui pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan kewilayahan terpadu. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2013 pasal 1 ayat 9 menjelaskan bahwa pembangunan wilayah terpadu (PWT) adalah pembangunan terhadap suatu kawasan terpilih berdasarkan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi program pembangunan secara terpadu dengan memperhatikan kondisi dan potensi serta pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah.

Penanggulangan permasalahan pembangunan melalui program pembangunan terpadu desa/kelurahan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat. Menurut Rustiadi et al. (2011), keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan dapat menempatkan masyarakat sebagai subyek maupun sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan, masyarakat diharapkan dapat ikut serta menentukan pilihan-pilihan pembangunan di daerahnya. Sebagai obyek pembangunan, masyarakat ditempatkan sebagai sasaran pembangunan. Program pembangunan tersebut menempatkan masyarakat sebagai pemeran utama dan kontribusinya akan menentukan keberhasilan program pembangunan.

Program pembangunan terpadu desa/kelurahan memberikan peluang kepada masyarakat terkhususnya masyarakat miskin dalam mengakses faktor produksi yaitu modal finansial. Faktor produksi tersebut dapat diakses oleh masyarakat miskin karena modal tersebut diberikan pemerintah kepada pihak desa/kelurahan sebagai dana hibah. Selain itu, program pembangunan ini tidak menuntut adanya jaminan atau agunan yang harus diberikan oleh masyarakat miskin. Diharapkan dengan tersedianya bantuan modal finansial maka dapat menciptakan pembentukan modal bagi rumah tangga, sehingga dapat meningkatkan produksi, pendapatan dan menciptakan tabungan yang dialokasikan untuk modal usaha secara berkesinambungan. Kemudahan dalam mengakses modal finansial bagi rumah tangga miskin diperlukan guna memperbaiki kondisi ekonomi dan kegiatan yang mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro di masyarakat kecil (Chairunnisa et al. 2016).

Perumusan Masalah

Program pembangunan terpadu desa/kelurahan yang dicetuskan oleh pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran pembangunan yang berpihak pada masyarakat. Program pembangunan ini dilaksanakan melalui pengembangan ekonomi produktif dan kegiatan bidang pembangunan lain yang dibutuhkan desa/kelurahan. Kegiatan ekonomi produktif disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan keunggulan ekonomi komparatif desa/kelurahan sasaran sehinggadiharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan pembangunan NTT.

(19)

mendorong rumah tangga miskin dalam memanfaatkan pendapatannya untuk pembentukan modal sendiri, yaitu dengan menyisihkan sebagian pendapatannya untuk investasi bagi perkembangan usaha di masa yang akan datang.

Program pembangunan terpadu desa/kelurahan dilaksanakan dengan memberikan bantuan modal finansial kepada masyarakat melalui desa/kelurahan, Masyarakat yang menerima bantuan tersebut wajib untuk mengembalikannya beserta dengan bunga kepada desa/kelurahan untuk digulirkan kembali. Program yang memberikan dana segar langsung kepada desa untuk mengelola dan mengatur sesuai dengan yang dibutuhkan oleh desa/kelurahan penerima dana.

Dalam pelaksanaan program pembangunan terpadu desa/kelurahan didapati kendala atau permasalahan. Permasalahan atau kendala terbesar yang dihadapi sampai saat ini adalah mengenai pengembalian modal finansial. Berdasarkan data dari Bappeda Provinsi NTT, persentase pengembalian modal finansial dari masyarakat mengalami penurunan. Di awal pelaksanaan program, persentase pengembalian mencapai 36,14 persen dari total yang diberikan Rp.71.750.000.000,- untuk 287 desa/kelurahan. Di tahun 2014, persentase pengembaliannya 2,23 persen dari total Rp. 147.250.000.000,- (Gambar 2).

Suatu kebijakan pembangunan dikatakan berhasil apabila tujuan pelaksanaan program tercapai. Program pembangunan terpadu desa/kelurahan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kapasitas ekeonomi wilayah dan mengurangi angka kemiskinan di NTT. Permasalahan pengembalian bantuan modal finansial dapat menyebabkan tujuan dari pelaksanaan program tersebut tidak tercapai bahkan tak menutup kemungkinan bahwa dalam jangka pendek program pembangunan ini belum memberikan dampak yang positif baik bagi rumah tangga penerima bantuan modal finansial maupun perekonomian wilayah NTT. Mengingat salah satu karakteristik rumah tangga miskin yaitu keterdesakkan untuk merasakan dampak dari suatu program pembangunan dalam jangka pendek.

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan permasalahan diatas maka penelitian ini penting untuk mengevaluasi dampak jangka pendek pelaksanaan program pembangunan terpadu desa/kelurahan baik terhadap pendapatan rumah tangga maupun ekonomi wilayah NTT.

Bappeda Provinsi NTT 2014

(20)

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menganalisis dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap pendapatan rumah rangga.

2) Menganilisis dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap perekonomian wilayah NTT.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat. Pertama, bagi pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan daerah, dengan mengetahui dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan menjadi bahan acuan untuk mengevaluasi program pembangunan terpadu desa/kelurahan demi keberlanjutan program pembangunan. Kedua, bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis mengenai permasalahan pembangunan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup dampak jangka pendek yang ditimbulkan dengan adanya program pembangunan terpadu desa/kelurahan dilihat pada level rumah tangga dan wilayah. Dampak terhadap ekonomi wilayah didekati dengan PDRB dan kemiskinan pada tahun 2008 hingga tahun 2013 untuk 20 kabupaten dan 1 kota di Provinsi NTT. Dampak pada rumah tangga yang mendapatkan dan yang tidak mendapatkan bantuan modal finansial pada tahun 2015.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Program Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan

BAPPEDA (2014) menjelaskan dalam mengoptimalkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018 dan Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2010-2030 Provinsi NTT maka pemerintah daerah ditetapkan lima strategi pokok pembangunan yaitu kemitraan, keberlanjutan, peningkatan dan percepatan, pemberdayaan masyarakat, dan keterpaduan sektor. Dari strategi pokok tersebut ditetapkan arah kebijakan pembangunan yang menjadi landasan seluruh program dan kegiatan pembangunan. Secara umum penjabaran strategi pokok pembangunan dalam arah kebijakan pembangunan dilakukan melalui peningkatan investasi pembangunan, optimalisasi pelaksanaan tekad pembangunan, serta peningkatan dan percepatan kegiatan pembangunan yaitu SDM, ekonomi kerakyatan, konektivitas wilayah, perumahan dan air bersih, kelistrikan, tata kelola pemerintahan, pelayanan publik berbasis desa/kelurahan. Penjabaran strategi tersebut guna untuk mewujudkan pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek.

(21)

meningkatkan kapasitas perekonomian berbasis keunggulan desa/kleurahan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih besar dari 6,5 persen; 2) mendukung penurunan penduduk miskin menjadi 15 persen akhir tahun 2018; 3) memberdayakan kelembagaan ekonomi dan sosial pedesaan yang dapat mendukun tekad pembangunan; 4) menambahkan jumlah wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Sasaran program pembangunan terpadu desa/kelurahan adalah 1) meningkatnya kapasitas dan daya saing basis ekonomi unggulan desa/kelurahan; 2) meningkatnya akses sumberdaya ekonomi untuk mendukung pemberdayaan masyarakat; 3) meningkatnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

Program pembangunan ini dilakukan dengan tiga pendekatan spesifik yaitu a. Pembangunan ekonomi produktif melalui pemberdayaan masyarakat.

Pendekatan ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi desa dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik) yang dimiliki oleh masing-masing desa, oleh pemerintah dan masyarakat rnelalui pemberdayaan kelompok-kelompok kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat dengan fokus urama pada pengembangan peternakan, jagung, cendana dan koperasi. Dalam pengembangan ekonomi produktif, masyarakat diberdayakan sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengambil inisiatif dari pengembangan kreatifitas dalam pembangunan;

b. Peningkatan produktivitas dan perluasan kesempatan kerja. Pendekatan ini lebih diarahkan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian dengan fokus kegiatan usaha ekonomi produktif masyarakat yang sesuai dengan sumberdaya setempat dan mempunyai prospek meningkatkan ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat;

c. Peningkatan kapasitas kelembagaan. Pendekatan ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintah desa dan rnasyarakat sehingga dapat meningkatkan manajemen pengelolaan sumberdaya pembangunan untuk mencapai pembangunan yang efisien dan efektif dan mampu rnenghadapi persaingan global.

Kebijakan Pembangunan Wilayah

Menurut Sjafrizal (2012), kebijakan pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan keputusan dan intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun regional untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Kebijakan pembangunan yang merupakan keputusan publik dalam rangka mendorong proses pembangunan tidak hanya diperlukan pada tingkat nasional, tetapi juga pada tingkat wilayah. Melalui kebijakan tersebut akan dapat diwujudkan suatu kondisi sosial yang diharapkan akan dapat mendorong proses pembangunan ke arah yang diinginkan masyarakat baik pada saat sekarang maupun untuk periode tertentu di masa mendatang.

(22)

satu sama yang lainnya sehingga kebijakan yang diperlukan juga tidak sama. Misalnya wilayah pantai yang masyarakatnya umumnya para nelayan akan memerlukan kebijakan pembangunan ynag berbeda dengan masyarakat dataran tinggi yang kebanyakan bergerak dalam usaha perkebunan. Demikian pula halnya dengan daerah perkotaan yang kegiatan utamanya adalah pada sektor perdagangan jasa dan industri memerlukan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan daerah Kabupaten yang kegiatan ekonominya di dominasi oleh sektor pertanian. Di samping itu, antara suatu daerah dengan daerah lainnya terdapat berbagai kaitan sosial ekonomi sehingga kondisi dan perkembangan pada suatu daerah tertentu akan mempengaruhi kondisi dan pembangunan pada daerah terkait.

Untuk dapat merumuskan kebijakan pembangunan regional yang baik dan terarah, perlu ditetapkan terlebih dahulu sasaran yang ingin dicapai. Sasaran yang ingin dicapai perlu ditetapkan secara jelas dan tegas, karena masing-masing wilayah mempunyai strategi dan kebijakan pembangunan yang berbeda dan bahkan dapat berlawanan satu sama lainnya. Ada dua alternatif sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut (Sjafrizal 2012)

1. Kemakmuran Wilayah

Salah satu sasaran utama pembangunan ekonomi regional yang dapat dipilih oleh pemerintah daerah untuk mewujudkan kemakmuran wilayah bersangkutan. Ini berarti bahwa kondisi umum yang diinginkan dapat dihasilkan oleh pembangunan daerah tersebut adalah terwujudnya kondisi fisik daerah yang maju meliputi sarana prasarana, perumahan dan lingkungan pemukiman, kegiatan ekonomi masyarakat, fasilitas pelayanan sosial di bidang pendidikan dan kesehatan, kualitas lingkungan hidup dan lain-lain. Semua hal ini akhirnya akan dapat membawa daerah tersebut sebagai daerah yang maju dengan kondisi lingkungan hidup yang menyenangkan. Namun demikian, walaupun kegiatan pembangunan daerah berkembang pesat dalam bentuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan pekerjaan, kemajuan ini biasanya akan lebih banyak dinikmati oleh para pendatang yang kualitas sumber daya manusianya lebih baik dari penduduk setempat. Akibatnya akan terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang cukup tinggi antara para pendatang dengan penduduk yang telah lama tinggal di dearah setempat. 2. Kemakmuran Masyarakat

(23)

pembangunan diarahkan pada peningkatan kemakmuran wilayah. Hal ini terjadi karena, upaya pembangunan lebih banyak diarahakan pada peningkatan kualitasnya sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat yang biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan upaya pembangunan fisik wilayah. Akibatnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja daerah cenderung menjadi lebih rendah yang selanjutnya mengakibatkan pula kinerja pembangunan daerah bersangkutan akan cenderung pula lebih lambat.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow

Teori pertumbuhan ekonomi Solow menyatakan bahwa secara kondisional, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada penambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi). Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung kepada pertambahan penduduk, akumulasi capital, dan kemajuan teknologi.

Menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio) bisa berubah. Untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan output tertentu (Todaro dan Smith 2006).

Kemiskinan

Kemiskinan didefiniskan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan seseorang menyebabkan dirinya sendiri tidak dapat mengikuti tata nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Rustiadi et al. 2011).

(24)

yang dapat mempengaruhi pula peningkatan pendapatan. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Kunarjo (2002)

Gambar 3 Lingkaran setan kemiskinan

Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

Berbagai pendapat mengatakan bahwa pertumbuhan yang cepat berakibat buruk pada kaum miskin, karena kaum miskin terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern. Todaro dan Smith (2006) mengemukanan lima alasan mengapa kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan tidak harus memperlambat laju pertumbuhan.

Pertama, kemiskinan yang meluas menciptakan kondisi yang membuat kaum miskin tidak mempunyai akses terhadap pinjaman kredit, tidak mampu membiayai pendidikan anaknya, dan dengan ketiadaan peluang investasi fisik maupun moneter, mempunyai banyak anak sebagai sumber keamanan keuangan di masa tua nantinya. Faktor ini secara bersamaan menyebabkan pertumbuhan per kapita lebih kecil daripada jika distribusi pendapatan merata.

Kedua, kaum kaya di negara-negara miskin sekarang tidak dikenal karena hematnya atau hasrat mereka untuk menabung dan menginvestasikan bagian yang besar dari pendapatan mereka di dalam perekonomian negara mereka sendiri. Ketiga, pendapatan yang rendah dan standar hidup yang buruk yang dialami oleh golongan miskin, yang tercermin dari kesehatan, gizi dan pendidikan yang rendah dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka dan akibatnya secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perekonomian tumbuh lambat. Strategi yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup golongan miskintidak saja akan memperbaiki kesejahteraan mereka, tetapi juga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan seluruh perekonomian.

Keempat, peningkatan pendapatan golongan miskin akan mendorong kenaikan permintaan produk kebutuhan rumah tangga buatan lokal, seperti makanan dan pakaian, secara menyeluruh, sementara golongan kaya cenderung

Perkembangan

teknologi rendah Produktivitas rendah

Permintaan rendah Kesehatan menurun Pendapatan riil rendah

Tabungan rendah Investasi rendah

Banyak sumber alam yang tidak dieskplorasi

(25)

membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk barang-barang impor. Meningkatnya permintaan akan barang-barang lokal memberikan rangsangan yang lebih besar kepada produksi lokal, memperbesar kesempatan kerja lokal dan menumbuhkan investasi lokal. Permintan ini akan meciptakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan rakyat turut berpartisipasi di dalamnya.

Kelima, penurunan kemiskinan secara massal dapat menstimulasi ekspansi ekonomi yang lebih sehat karena merupakan insentif materi dan psikologis yang kuat bagi meluasnya pastisipasi publik di dalam proses pembangunan. Sebaliknya, melebarnya kesenjangan pendapatan dan besarnya kemiskian absolut dapat menjadi pendorong negatif materi dan psikologis yang kuat terhadap kemajuan ekonomi. Kondisi yang terakhir bahkan akan menciptakan penolakan masyarakat luas terhadap kemajuan dan ketidaksabaran terhadap laju pembangunan atau terhadap kegagalan untuk menguba kondisi material mereka.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang ceapat dan penanggulangan kemiskinan bukanlah tujuan yang saling bertentangan, namun keduanya dapat dicapai secara bersamaan.

Penelitian Terdahulu

Studi empiris dalam penelitian ini mencakup penelitian yang membahas tentang dampak kebijakan pembangunan, diantaranya:

Asih (2008) menganalisis kebijakan kredit dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pengembangan usaha perikanan nelayan tradisional di Kabupaten Tojo Una-una dengan menggunakan pendekatan ekonometrika yang dianalisis secara simultan. Kredit yang diberikan kepada nelayan tradisonal memberikan dampak positif yaitu peningkatan pendapatan nelayan. Hasil pendugaan model rumahtangga nelayan menunjukan bahwa nilai kredit yang diterima oleh nelayan tradisional dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga dari kegiatan perikanan, produksi nelayan, umur perahu dan konsumsi total rumah tangga.

Maelissa (2010) mengevaluasi dampak program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap perekonomian wilayah pesisir dengan menggunakan analisis perbedaan nilai tengah untuk contoh bebas secara deskripsi. Dari hasil analisis diketahui adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah mayarakat menerima PEMP. Perbedaan tersebut dilihat dari hasil produksi atau volume penjualan, jumlah tenaga kerja dan tingkat pendapatan.

Muktiali et al. (2012) mengkaji pengaruh program penanggulangan kemiskinan “gerdu kempling” terhadap masyarakat miskin di Kota Semarang. Gerdu Kempling merupakan singkatan dari gerakan terpadu bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan lingkungan. Gerdu Kempling merupakan gerakan terpadu dari program-program percepatan penanggulangan kemiskinan yang digalakkan oleh pemerintah Kota Semarang. Secara keseluruhan bahwa program Gerdu Kempling tahun 2011 sudah tepat dilaksanakan dan secara kuantitatif telah memenuhi target penanganan angka kemiskinan.

(26)

penanggulang kemiskinan yang dianalisis ialah program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak dan program pemberdayaan masyarakat. Dampak positif dari bantuan program pembangunan ialah masyarakat miskin dapat memenuhi kebutuhan pangan maupun bukan pangan serta dapat mengembangkan usaha. Dampak negatif dari bantuan program pembangunan ialah penurunan semangat dalam bekerja karena sebagian dari masyarakat terlalu menggantungkan diri pada pemerintah.

Setyari (2012) mengevaluasi dampak kredit mikro terhadap kesejahteraan rumah tangga di Indonesia dengan menggunakan model data panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa kredit mikro memberikan dampak yang signifikan positif terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga di Indonesia yang ditunjukkan melalui peningkatan pengeluaran per kapita dan labor supply dari rumah tangga penerima program. Namun tidak demikian halnya dengan level pendidikan anak yang tidak menunjukkan dampak yang signifikan bahkan menunjukkan adanya mekanisme

adverse effect.

Dahri et al. (2015) menganalisis dampak kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE) dalam pengembangan usaha ternak sapi di tingkat peternakan di Jawa Tengah dengan menggunakan model regresi linear sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa KKPE memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah sapi yang dimiliki peternak dan penyerapan tenaga kerja. Pengaruh tersebut semuanya signifikan, kecuali untuk dampak terhadap pendapatan usaha sapi.

Rubiyanah et al. (2016) mengkaji mengenai implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan analisis linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendapatan, tabungan, investasi mempengaruhi pinjaman bergulir. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini ialah adanya perbedaan pendapatan usaha sebelum dengan sesudah mendapatkan pinjaman bergulir.

Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya suatu kebijakan direncanakan dan direalisakan dengan tujuan untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik. Kebijakan pembangunan untuk setiap daerah berbeda tergantung kondisi, permasalahan dan potensi pembangunan yang dimiliki oleh suatu wilayah. Perbedaan kebijakan pembangunan untuk setiap wilayah diharapkan memberikan dampak positif terhadap proses pembangunan di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, baik pada pada level wilayah (regional) dan rumah tangga (commuinity/group/household).

(27)

Kertersediaan bantuan modal finansial diharapkan dapat menciptakan modal bagi rumah tangga miskin, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan. Peningkatan pendapatan rumah tangga miskin akan mendorong kenaikan permintaan produk kebutuhan rumah tangga buatan lokal seperti makanan. Meningkatnya permintaan akan barang-barang buatan lokal memberikan rangsangan yang lebih besar terhadap produksi lokal, memperbesar kesempatan kerja lokal dan menumbuhkan investasi lokal. Permintaan ini akan menciptakan kondisi bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat dan rakyat turut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut (Todaro dan Smith 2006).

Keterangan : --- = batasan penelitian Gambar 4 Kerangka pikir

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas serta acuan dari pendapat para ahli dan teori-teori yang diungkapkan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ialah:

Kebijakan Pembangunan Provinsi NTT

Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 4 Tahun 2014

Program Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah

Angka Kemiskinan tinggi Laju pertumbuhan rendah Pembangunan Provinsi NTT

Dampak Program Pembangunan Terpadu DMAM

Dampak Regional (Provinsi)

Ekonomi Wilayah

Kemiskinan

Pendidikan PDRB

Dampak Mikro (Rumah tangga)

(28)

1. Dalam jangka pendek, bantuan modal dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan belum memberikan dampak terhadap pendapatan rumah tangga dan preferensi rumah tangga dalam menyekolahkan anak.

2. Dalam jangka pendek, bantuan modal dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan memberikan dampak positif terhadap PDRB dan kemiskinan Provinsi NTT.

3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua level yaitu level rumah tangga dan level wilayah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling. Untuk level wilayah, penelitian dilakukan pada level Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk level rumah tangga dilakukan di Kota Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Kota Kupang merupakan wilayah yang mewakili wilayah Kota. Sedangkan Kabupaten TTS merupakan wilayah yang mewakili wilayah Kabupaten. Kabupaten TTS juga merupakan Kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di NTT yaitu 124.000 jiwa sehingga Kabupaten tersebut tercatat sebagai Kabupaten dengan jumlah desa terbanyak penerima bantuan modal finansial. Pada level kecamatan dan desa/kelurahan, wilayah administrasi pertama yang terpilih merupakan wilayah yang mendapatkan penghargaan dari pemerintah daerah karena berhasil dalam melaksanakan program pembangunan terpadu desa/kelurahan, sedangkan wilayah administrasi kedua mewakili wilayah yang kurang berhasil dalam pelaksanaan program pembangunan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober2015 hingga Mei 2016.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang dihadapi. Data primer diperoleh

Tabel 1 Jenis sumber dan teknik pengumpulan data

(29)

melalui pendekatan survei dimana informasi dari suatu contoh responden dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah dikompilasi dalam bentuk digital file, publikasi (laporan atau buku) (Juanda 2009). Data primer dan sekunder pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Metode Pengambilan Contoh

Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling. Responden yang diwawancarai ialah rumah tangga yang mendapat bantuan modal finansial dan rumah tangga yang tidak mendapat bantuan modal finansial. Dalam penelitian ini, ragam populasi tidak diketahui. Menurut Juanda (2009), jika tidak ada informasi misalnya tentang ragam populasi atau biaya penarikan contoh, umumnya ukuran contoh yang digunakan minimum 30. Total responden dalam penelitian ini ialah 80 responden (Tabel 2). Responden yang dipilih untuk diwawancarai berdasarkan pertimbangan bahwa responden dapat memberikan informasi sesuai tujuan penelitian.

Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan dua metode analisis yaitu metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif memaparkan semua data dan informasi baik data primer maupun data sekunder yang berhubungan dengan tujuan penelitian dalam bentuk deskriptif. Sedangkan metode analisis kuantitatif memaparkan data dan informasi hasil perhitungan dalam hal ini dampak program pembangunan terhadap ekonomi rumah tangga dan ekonomi wilayah Provinsi NTT.

Analisis dampak pada level mikro

Untuk mengetahui dampak program pembangunan terhadap pendapatan rumah tangga miskin di NTT digunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga.

Tabel 2 Jumlah responden penelitian

Lokasi Penelitian Jumlah responden Kota Kupang

Kelurahan Fatubesi

Penerima bantuan dana 10 Responden Bukan penerima bantuan dana 10 Responden Kelurahan Fatukoa

Penerima bantuan dana 10 Responden Bukan penerima bantuan dana 10 Responden

Kabupaten TTS Desa Oelbubuk

Penerima bantuan dana 10 Responden Bukan penerima bantuan dana 10 Responden Desa Pusu

(30)

Total pengeluaran rumah tangga merupakan cerminan dari kemampuan rumah tangga di dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, sehingga dapat dipakai sebagai proksi atau penduga bagi pendapatan rumah tangga. BPS mendefinisikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagai berbagai pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung. Pengeluaran rumah tangga mencakup pembelian untuk makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun luar negeri. Rumah tangga yang diamati pengeluarannya ialah rumah tangga yang mendapat bantuan modal finansial dan rumah tangga yang tidak mendapat bantuan modal finansial (with-without analysis). Perbedaan pendapatan rumah tangga penerima dan bukan penerima bantuan modal finansial dianalisis dengan menggunakan uji beda (Uji t).

Menurut Walpole (1997), rumus uji beda sebagai berikut: 2� = Σ � = ̅− ̅̅̅

Keterangan :

n : jumlah sampel

di : beda antara populasi

Sd : standar deviasi Penentuan hipotesis uji-t :

a. Menyatakan hipotesis nol

b. Memilih hipotesis alternatif yang sesuai c. Menetukan taraf nyatanya

d. Menghitung nilai statistik ujinya berdasarkan data contohnya

e. Keputusan : Ho ditolak apabila nilai statistik uji jatuh dalam wilayah kritiknya , sedangkan Ho diterima apabila nilai statistik jatuh di luar wilayah kritiknya.

Uji statistik tstudent dalam penelitian ini sebagai berikut:

� ∶ � = � ∶ � < �

1. Apabila tstudent < ttabel maka H0 diterima artinya program pembangunan

terpadu desa/kelurahan tidak beda nyata terhadap parameter yang diamati pada rumah tangga yang mendapatkan bantuan dana dengan rumah tangga yang tidak mendapatkan bantuan dana.

2. Apabila tstudent > ttabel maka H0 diterima artinya program pembangunan

terpadu desa/kelurahan berbeda nyata terhadap parameter yang diamati pada rumah tangga yang mendapatkan bantuan dana dengan rumah tangga yang tidak mendapatkan bantuan dana.

Peningkatan pendapatan rumah tangga yang menerima bantuan diharapkan berpengaruh terhadap pendidikan anggota rumah tangga. Penerima bantuan diharapkan lebih optimis untuk menyekolah anak pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk mengkaji pengaruh pendapatan rumah tangga (X1) terhadap preferensi

mengenai pendidikan anggota rumah tangga, maka digunakan model regresi logistik.

Model regresi logistik untuk pendidikan : ̂ = � ( ) =

(31)

g( ) = ln � (��)

− � (��) = + + D��� Dimana :

Y : 1, jika kepala rumah tangga menyekolahkan anggota rumah tangga pada jenjang yang lebih tinggi

0, jika kepala rumah tangga tidak menyekolahkan anggota rumah tangga pada jenjang yang lebih tinggi

INC : Pendapatan rumah tangga ke i:i=1, 2,....,80 (Rupiah/bulan) DPDB : 1, jika rumah tangga penerima bantuan modal finansial

0, jika rumah tangga tidak menerima bantuan modal finansial.

Analisis dampak pada level regional

Tujuan umum dalam pelaksanaan program pembangunan terpadu desa/kelurahan anggur merah ialah kesejahteraan masyarakat NTT. Salah satu ukuran kesejahteraan ialah perekonomian wilayah. Dalam penelitian ini, dampak program pembangunan terhadap perekonomian wilayah NTT didekati dengan PDRB dan kemiskinan. Dampak dari program pembangunan tersebut terhadap PDRB dan kemiskinan dianalisis menggunakan data panel (gabungan antara data

time series dan cross section). Data panel diartikan menurut Hsiao (2014) sebagai kumpulan data yang mengamati individu dari waktu ke waktu sehingga menyediakan beberapa pengamatan pada setiap individu dalam sampel. Menurut Croissant dan Millo (2008.), model data panel yang digunakan sebagai berikut.

yit = αit+ βitxit+ uit

Dimana:

i = jumlah individu (grup, negara), i = 1, 2,..,n t = periode waktu, t = 1, 2,...,t

uit = error term

Menurut Firdaus (2011), secara umum data panel dicirikan oleh T periode waktu (t = 1, 2,..., t) yang kecil dan n jumlah individu (i = 1,2,...,n) yang besar. Namun tidak menutup kemungkinan sebaliknya, yakni data panel terdiri dari periode waktu yang besar dan jumlah individu yang kecil. Dalam penelitian ini, periode waktu yang digunakan dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2013 (t = 6 tahun) dan i = 20 Kabupaten dan 1 Kota di NTT.

Dalam data panel terdapat tiga pilihan model estimasi yang dapat dilakukan yaitu: common effect model, fixed effect model (FEM), dan random effect model

(REM). Model efek biasa (common effect model) merupakan model yang paling sederhana dalam regresi panel. Pada common effect model dengan k variabel penjelas dapat dituliskan sebagai berikut:

y

it

= + X

it

+ X

it

+ ⋯ + X

kit

+ ε

it

Model pendugaan parameter pada model ini sama halnya dengan model regresi linier biasa yaitu menggunakan metode OLS dengan cara menggabungkan data cross section dan time series menjadi satu kesatuan data yang utuh. Model ini mengasumsikan intersep dan slope konstan untuk semua unit cross section dan waktu.

(32)

mengasumsikan bahwa koefisien slope bernilai konstan tetapi intersep bersifat tidak konstan. Persamaan regresi pada fixed effect model adalah:

y

it

=

+ ∑ D

ki

=

+ X

it

+ ε

it

Pendugaan (REM) ini mengasumsikan bahwa efek individu bersifat random bagi seluruh unit cross section. Persamaan regresi REM adalah

yit = αi+ Xitβ+ uit+ εit

Pendugaan parameter pada Random Effect Model disebut dengan Generalized Least Square (GLS). Generalized Least Square adalah OLS dengan variabel transformasi. Ekananda (2014) menjelaskan bahwa untuk memilih salah satu model estimasi yang dianggap paling tepat dari ketiga jenis model data panel maka dilakukan serangkaian pengujian yaitu uji Wald Test, uji Hausman, dan uji LM (Lagrange Multiplier). Uji Wald test dilakukan untuk mengathui ada tidaknya pengaruh efek individu dalam model yaitu dengan membandingkan nilai R2 dari model common effect/Pooled Least Square (PLS) dengan FEM. Uji LM untuk memilih menggunakan struktur heterokedasitik atau homoskedastik, atau untuk memilih antara common effect versus REM. Uji Hausman untuk menentukan pilihan model estimasi antara FEM versus REM

Menurut Firdaus ( 2011), dalam memilih apakah FEM atau REM yang lebih baik maka dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapat menggunakan

Hausman test. Dalam uji ini dirumuskan hipoesis sebagai berikut. H ∶ τixit = 0; REM adalah model yang tepat

H ∶ � � = 0; FEM adalah model yang tepat

Sebagai dasar penolakan maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan chi aquare. Statistik Hausman dirumuskan dengan:

H = R M− M ′ M M− MR M − R M− M ~χ �

dimana:

M adalah matriks kovarians untuk parameter � adalah degrees of freedom

Jika niali H hasil pengujian lebih besar dari χ tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H sehingga model yang digunakan adalah model FEM, begitu juga sebaliknya.

Gujarati (2003) menjelaskan bahwa sebelum melakukan estimasi untuk memilih FEM atau REM maka digunaka metode rule of thumb yang dibuat oleh Judge et al dalam bukunya “Introduction to the Theory and Practice of

Econometrics” yang menerangkan bahwa:

1. Bila T besar sedangkan N kecil maka hasil FEM dan REMtidak jauh berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akandidasarkan pada kemudahan perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat berbeda secara signifikan. Apabila diyakini bahwa N yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak, maka REMharus digunakan. Sebaliknya, apabila diyakini bahwa N yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka FEM harus digunakan.

Pembobotan yang digunakan pada regresi data panel ada tiga macam yaitu

(33)

terdapat masalah heterokedastisitas, dan cross-section seemingly unrelated regression (SUR) jika selain terdapat heterokedastisitas juga terdapat korelasi antar unit cross-section.

Dampak terhadap PDRB kabupaten/kota

� = + , + � + + � + �

+ � + uit

Dimana:

� : Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 kabupaten/kota ke-i pada tahun ke t (persentase per tahun)

: Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha pertanian pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

� , : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha simpan pinjam pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

, : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perindustrian (industri kecil) pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

� , : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perdagangan dan jasa pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

� , : Jumlah penduduk pada pada kabupaten/kota ke i tahun ke

t (jiwa)

� : Dummy lokasi realisasi bantuan modal finansial, 0 untuk

kota dan 1 untuk kabupaten

β0 : Intersep

β1–β6 : Koefisien

µit : Errorterm

I : Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, i:1,2,...,21

T : Tahun sampel penelitian, t : 2008,2009, 2010, 2011, 2012, 2013

Dampak terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota

= + , + + � + + +

+ � + � + � � , + uit.

Dimana:

: Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota ke-i pada tahun ke t (persentase per tahun)

(34)

, : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha pertanian pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

� , : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha simpan pinjam pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

, : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perikanan pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

, : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perkebunan pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

, : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perindustrian (industri kecil) pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

� , : Realisasi bantuan modal finansial program pembangunan

terpadu desa/kelurahan yang digunakan pada usaha perdagangan dan jasa pada kabupaten/kota ke i tahun ke t (rupiah per tahun)

�, : Jumlah penduduk pada pada kabupaten/kota ke i tahun ke

t (jiwa)

� : Dummy lokasi realisasi bantuan modal finansial, 0 untuk

kota dan 1 untuk kabupaten

β0 : Intersep

β1–β8 : Koefisien

µit : Errorterm

i : Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, i:1,2,...,21

t : Tahun sampel penelitian, t : 2008,2009, 2010, 2011, 2012, 2013.

Model yang telah diestimasi akan diukur pengaruh masing-masing peubah bebas terhadap presentase perubahan peubah respons dengan menggunakan elastisitas. Menurut Juanda (2009), elastisitas sering digunakan untuk mengevaluasi relatif pentingnya masing-masing peubah bebas karena bebas satuan. Elastisitas yang besar berimplikasi bahwa peubah respon sangat sensitif terhadap perubahan dalam peubah bebas. Nilai elastisitas tidak terbatas dan dapat positif atau negatif. Elastisitas dapat dihitung sebagai

= � = ∕ = ≅ ̅̅

Dimana:

(35)

Pengamatan dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian yang diukur dan diamati selanjutnya dianalisis dapat dilihat pada Tabel 3

No Tujuan Penelitian Metode Analisis Variabel Data Output 1 Menganalisis

dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap pendapatan rumah rangga

Uji beda dan regresi logistik

Pendapatan rumah tangga dan preferensi menyekolahkan anak pada jenjang yang lebih tinggi

Pendapatan rumah tangga dan preferensi pendidikan (Level rumah tangga) di 4 desa/kelurahan di Kota Kupang dan Kabupaten TTS

Teridentifikasi dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap pendapatan dan pendidikan rumah tangga.

2 Menganalisis dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap perekonomian wilayah

Data panel Ekonomi wilayah: PDRB dan kemiskinan.

Realisasi dana yang diusahakan pada usaha ekonomi produktif, PDRB atas dasar harga konstan, kemiskinan, jumlah penduduk (20 Kabupaten dan 1 Kota pada tahun 2008 hingga 2013)

Teridentifikasi dampak dari program pembangunan terpadu desa/kelurahan terhadap perekonomian wilayah

(36)

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Luas Wilayah

Aspek-aspek geografis yang meliputi posisi, susunan keruangan dan lokasi sangat menentukan langkah-langkah kebijakan dalam pembangunan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi perlu mempertimbangkan keuntungan lokasi dan pengaruh ruang secara eksplisit agar keputusan yang diambil realistis dan tidak salah (Sjafrizal 2012). Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi kepulauan secara geografis terletak di antara 80 - 120

Lintang Selatan dan 1180 - 1250 Bujur Timur. Luas wilayah daratan ±

47.349,9 km2 dan luas wilayah lautan ± 200.000 km2 yang tersebar pada 1.192 pulau. Dari jumlah pulau tersebut, hanya 44 pulau yang dihuni dan 1.148 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah bernama sedangkan 946 lainnya belum bernama. Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. NTT memiliki sungai sebanyak 40 sungai dengan panjang antara 25 – 118 kilometer tersebar di Kabupaten/Kota.

Wilayah administratif Provinsi NTT pada tahun 2004 terbagi menjadi 15 Kabupaten dan 1 Kotamadya, yang meliputi 198 kecamatan dan 2.167 Desa/Kelurahan dengan ibuKota provinsi di wilayah administratif Kota Kupang. Sejak diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, pemekaran Kabupaten di Provinsi NTT semakin banyak dilakukan sehingga pada tahun 2014 provinsi Nusa Tenggara Timur terbagi dalam 1 Kota, 21 Kabupaten, 306 Kecamatan, 316 Kelurahan dan 2.936 Desa (BPS 2014).

Sejak tahun 2004 hingga tahun 2014 telah terbentuk 7 Kabupaten baru di Provinsi NTT, antara lain Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Malaka (BPS 2014). Berkaitan dengan cakupan penelitian yang dilakukan, yaitu dimulai dari tahun 2008 sampai 2013, maka kabupaten/kota yang menjadi wilayah penelitian yaitu 21 kabupaten/kota. Kabupaten yang mengalami pemekaran pada tahun 2012 hingga 2014 digabungkan dengan kabupaten/kota induknya.

(37)

Penduduk dan Kepadatannya

Masalah kependudukan merupakan bagian yang krusial dalam perekonomian karena tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan pembangunan. Penduduk mempunyai peran ganda dalam pembangunan yaitu sebagai obyek dan sebagai subyek. Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan pertambahan jumlah penduduk usia kerja, yang merupakan

faktor produksi. Bertambahnya penduduk tidak menjamin meningkatnya kesejahteraan penduduk karena ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas, sehingga muncul masalah kependudukan yang kompleks (Mankiw 2006).

Jumlah penduduk Provinsi NTT tahun 2013 adalah 4.953.967 jiwa dengan 1.060.850 rumah tangga dan tingkat kepadatan penduduk 105 jiwa per km2. Lebih dari 70 persen penduduk tinggal di pedesaan. Tabel 4 memperlihatkan jumlah penduduk terbanyak adalah Kabupaten TTS sebanyak 451.922 orang dan Kabupaten Sumba Tengah menjadi Kabupaten dengan jumlah penduduk tersedikit yaitu 66.314 orang.

Kota Kupang merupakan wilayah terpadat jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Jika diperhatikan luas wilayah setiap kabupaten/kota maka Kota Kupang merupakan wilayah administrasi yang luasannya terkecil di Provinsi NTT. Namun Kota Kupang menduduki urutan kedua sebagai wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi NTT. Hal ini dikarenakan Kota Kupang merupakan pusat akitivitas ekonomi Provinsi

Tabel 4 Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk

(38)

NTT. Luasan wilayah administrasi yang kecil dengan jumlah penduduk yang tinggi menjadikan Kota Kupang sebagai wilayah dengan kepadatan

penduduk tertinggi.

Komposisi penduduk juga merupakan hal yang penting dalam pembangunan. Komposisi penduduk Nusa Tenggara Timur menurut kelompok umur menunjukan bahwa penduduk Nusa Tenggara Timur memiliki komposisi penduduk muda yaitu jumlah penduduk usia 0-14 tahun lebih banyak (12, 46 %) dari usia penduduk lainnya. Selengkapnya mengenai komposisi penduduk pada Gambar 5.

Tingginya persentase penduduk muda terhadap total penduduk secara keseluruhan disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran atau angka fertilitas. Beban pembangunan dimasa yang datang akan semakin kompleks apabila tingkat kelahiran tidak diantisipasi dengan baik, misalnya dengan program Keluarga Berencana (KB). Tingginya migrasi ke daerah lain terutama ke Indonesia bagian Barat menyebabkan jumlah penduduk kelompok umur di atas 20 tahun semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan karena penyediaan lapangan kerja di luar sektor pertanian dan agroindustri kurang mendapat perhatian pemerintah dan swasta. Selain itu, bisa juga diakibatkan oleh iklim investasi di Nusa Tenggara Timur yang kurang kondusif dalam menampung angkatan kerja yang produktif. Selayaknya jumlah penduduk yang besar menjadi modal pembangunan apabila ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan dan penyedian lapangan kerja di daerah ini.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah indikator yang merupakan keadaan perekonomian penduduk suatu wilayah/daerah. Menurut Rustiadi et al. (2011), PDRB merupakan total nilai tambah dari semua barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah dalam periode satu

BPS Provinsi NTT 2015 0-4

5_9 10_14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+

Presentase Perempuan Presentase Laki-laki

(39)

tahun.. PDRB dinilai sebagai tolak ukur pembangunan yang paling operasional dalam skala negara di dunia walaupun memiliki berbagai kelemahan. Salah satu kelemahan PDRB ialah tidak menyertakan pertukaran barang-barang produktif yang tidak melalui mekanisme pasar, padahal kontribusi kegiatan-kegiatan seperti ini menonjol pada masyarakat tradisional.

PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian di daerah tersebut. PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian di daerah tersebut. PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor juga dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur perekonomian. Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi/pangsa PDRB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain.

PDRB Provinsi NTT menurut sektor atas dasar harga berlaku dan berdasarkan harga konstan didominasi oleh sektor pertanian, kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas, dan air minum (Tabel 5). PDRB Provinsi NTT yang didominasi oleh sektor pertanian mengindikasikan bahwa perekonomian NTT memiliki ketergantungan terhadap sektor pertanian.

Pendapatan penduduk setiap kabupaten/kota dicerminkan dengan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dapat didekati dengan PDRB per kapita yang diperoleh dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk suatu wilayah. PDRB per kapita dapat digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan penduduk. Nilai output yang digunakan untuk melihat tingkat

Sektor Harga konstan (juta rupiah)

Harga berlaku (juta rupiah) Pertanian 5.040.218,4 14.225.226,12 Pertambangan dan

Penggalian

197.386,08 541.786,18 Industri Pengolahan 204.119,46 591.336,73 Listrik, Gas dan Air

Bersih

67.286,30 181.971,62 Bangunan/Kontruksi 935.349,48 2.893.728,27 Perdagangan 2.681.595,55 7.415.949,26 Pengangkutan dan Jasa-jasa 3.907.135,77 10.550.878,40 Total 14.746.056,74 40.465.298,41

BPS Provinsi NTT 2015

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar 1 Laju pertumbuhan dan kemiskinan Provinsi NTT dan Indonesia
Gambar 2 Pengembalian bantuan modal finansial
Gambar 3 Lingkaran setan kemiskinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa Distro Mesin Hujan memiliki kekuatan yaitu merupakan Distro pertama yang mengusung tema seni kata-kata

Tabel 9 menunjukkan variabel yang signifikan berpengaruh di wilayah Puskesmas Ujung Loe dengan uji bivariat diuji kembali dengan uji regresi linier berganda maka diketahui faktor

Ciri-ciri utama civil society, menurut AS Hikam, ada tiga, yaitu: (1) adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok- kelompok dalam masyarakat,

Observasi penulis ketika mengikuti kegiatan kuliah kerja nyata di Badan Narkotika Nasional, penulis ditempatkan dibagian Biro Kepegawaian Sub-Pengembangan dan Kesejahteraan

Penelitian yang akan dilakukan yaitu rancang bangun sistem kendali kecepatan motor DC dengan menggunakan metode fuzzy LabVIEW memiliki tahapan penelitian sebagai

agropolitan merupakan salah satu pilihan strategis yang tepat. Hasil penelitian pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran

DAT Draw a Tree – Menggambar Pohon a Bahan  Kertas HVS 70mgr ukuran A4  pensil HB  tidak pakai penghapus  alas menggambar harus licin dan keras b Waktu : 10 menit c Instruksi