• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Arsip Dinamis Perkara Pidana Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Arsip Dinamis Perkara Pidana Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana

(Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh

Reza Nawafella Alya Parangu

NIM: 1112025100016

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Reza Nawafella Alya Parangu (NIM: 1112025100016). Pengelolaan Arsip Dinamis Perkara Pidana Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan Mukmin Suprayogi, M.Si. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana dan peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip tersebut, serta mengidentifikasi hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, kajian pustaka, dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam penyimpanan arsip dinamis inaktif perkara pidana menggunakan sistem penyimpanan ganda yaitu menurut subjek dan kronologi, selain itu azas penyimpanan yang digunakan adalah azas sentralisasi. Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel masih tergolong sederhana,yaitu terdiri atas lemari baja, rak besi, filing cabinet, beberapa peralatan atk, map, dan plastik pembungkus map, dan untuk menjaga suhu agar tetap lembab menggunakan kipas angin, namun demikian peralatan tersebut terbilang masih layak untuk digunakan. Dalam pengelolaan arsip pidana PN Jaksel ada beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi, yaitu: beberapa aspek dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif belum dilakukan secara sistematis, khususnya dalam aspek penyusutan dan pemusnahan, belum adanya jadwal retensi arsip (JRA), ruangan yang tidak terlalu luas, dan terbatasnya fasilitas penunjang seperti komputer, AC dan sistem pengamanan.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, maha sumber ilmu yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengelolaan Arsip

Dinamis Inaktif Perkara Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan)”. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjunganku

Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Semoga segala kasih sayangnya dapat terus kita rasakan hingga akhir perjalanan

hidup kita. Aamiin YRA.

Bantuan dan partisapasi telah diberikan oleh berbagai pihak dalam

peneyelesaian skripsi ini mulai dari awal studi, penyusunan proposal hingga skripsi

ini siap dijilid. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu perpustakaan dan

Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu perpustakaan

dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran, tenaga dan

(7)

iii

5. Bapak Nuryudi, M.LIS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Nurul Hayati, M.Hum, selaku Dosen Penguji I dan Bapak M. Azwar,

M.Hum, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran yang

bermanfaat dan meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu

menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu perpustakaan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat baik di bidang akademis, sosial, dan keagamaan.

8. Koordinator Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang sudah

mengijinkan penulis melakukan penelitian di lembaga yang bersangkutan.

9. Bapak Jul Rizal, SH.MH dan Bapak Dadang, sebagai narasumber yang telah

banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian di Arsip Pidana

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

10.Kedua Orangtua ku, Bapak Ali Maksum dan Ibu Sulistyowati tercinta,

terimakasih bapak dan ibu telah mendidik, membimbing, memberikan bantuan moril dan materil serta untaian do’a yang tak pernah putus, nasehat, perhatian,

dan memberikan semangat yang mendorong penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

11.Kakak ku Kaukabilla Alya Parangu, dan Adik ku Nabil Bintang Ananda yang

telah memberikan dukungannya kepada penulis, serta seluruh keluarga besar

penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12.Sahabatku Endorse Sosialita: Pupu Ressy Lusita, Maria Tunggal, Nurfitriani

(8)

iv

Izzati. Terimakasih telah memberikan semangat, saran serta selalu memberikan

keceriaan disela-sela kepenatan.

13.Teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan 2012

khususnya IPI A: Alfi, Mae, Cesilia, Berliani, Lulu, Lala, Ratu, Stephanie,

Almas, Mardiah, Diva, Dewi, Astrid, Luthfia, Reni, Ifah, Panggih, Roni, Ihsan,

Ari, Djalinus, Braja, Sufaili, Adit, Farhan, Joese, yang sama-sama berjuang

untuk menyelesaikan skripsinya, semoga kita semua menjadi orang-orang yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Aamiin YRA.

14.Teman-teman BMC: Eli Karlina, Eni Haryanti, Pupu Reslus, Nur Kumala,

Wulan Purnamasari, Febrilia Syifa, Yayah Asiyah dan semuanya yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah tinggal bersama selama beberapa

tahun terakhir, terimakasih sudah mau berbagi suka, duka, canda, tawa dan

bahagia. Dan terimakasih karena telah sama-sama mengingatkan untuk

menyelesaikan skripsi secepatnya.

15.Teman-teman KKN LENTERA 2015 yang memberikan banyak pengalaman

selama pelaksanaan KKN di Desa Leuwisadeng, Bogor.

16.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan

terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas

segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini, Aamiin.

Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ibarat ‘tiada gading yang tak retak’,

demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih bertaburan sejumlah

(9)

v

berupa kritik dan saran membangun. Dengan demikian, diharapkan skripsi ini dapat

mendekati kesempurnaan itu sendiri. Akhir kata, dalam bentuk sekecil apapun,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 3 Oktober 2016

(10)

vi

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D.Definisi Istilah ... 9

B.Peralatan Arsip Dinamis ... 19

C.Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif ... 20

1. Penciptaan dan Penerimaan Arsip ... 24

2. Penyimpanan Arsip ... 25

3. Pemeliharaan Arsip ... 30

4. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip ... 33

D.Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Dinamis ... 36

(11)

vii

F.Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 42

B.Pemilihan Informan ... 42

C.Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Data Primer ... 43

2. Data Sekunder ... 46

D.Teknik Analisis Data ... 47

1. Reduksi Data ... 47

2. Penyajian Data ... 47

3. Penarikan Kesimpulan ... 48

E.Teknik Penguji Keabsahan Data ... 48

1. Perpanjangan pengamatan ... 49

2. Trianggulasi ... 49

F.Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ... 51

1. Struktur Organisasi ... 53

2. Wilayah Yuridiksi ... 55

3. Waktu Kerja ... 56

4. Letak Geografis ... 56

B.Profil Arsip Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ... 56

C.Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 59

(12)

viii

2. Peralatan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan ... 69

3. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Pidana Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan ... 70

BAB V KESIMPULAN

A.Kesimpulan ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan ... 42

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 49

Tabel 4.3 Struktur Organisasi ... 54

Tabel 4.4 SDM ... 57

Tabel 4.5 Peralatan Arsip Pidana ... 57

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Arsip Secara Fungsional ... 15

Gambar 2.2 Arsip Dinamis ... 20

Gambar 2.3 Daur Hidup Arsip ... 23

Gambar 4.4 Struktur Organisasi ... 54

Gambar 4.5 Wilayah Yuridiksi PN Jaksel ... 55

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, di era globalisasi terlihat bahwa pentingnya suatu informasi

semakin meningkat yang menjadikan kebutuhan informasi menjadi sangat

penting di rumah, di masyarakat luas dan terutama di instansi/organisasi,

khususnya dalam instansi/organisasi arsip berperan untuk mendukung proses

administrasi serta pelaksanaan fungsi manajemennya. Arsip adalah salah satu

sumber informasi yang dapat menunjang proses kegiatan administrasi di sebuah

instansi/organisasi, setiap kegiatan administrasi yang terjadi akan selalu

menghasilkan arsip.

Dalam surat Al-Qalam (68: 1)

Artinya: “Nùn. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.”1

Dalam tafsir Al Qurthubi, Al Walid bin Muslim meriwayatkan, dia

berkata: Malik bin Anas menceritakan kepada kami dari Sumay budak Abu

Bakar, dari Abu Shalih As-Saman, dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku pernah

mendengar Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:2

“Hal pertama yang Allah ciptakan adalah qalam (pena), lalu dia

menciptakan Nun yaitu wadah tinta. Itulah firman Allah Ta’ala: ‘Nun, demi Qalam.’ (Al-Qalam [68]:1). Setelah itu Allah berfirman kepada Qalam

(pena): ‘Tulislah!’ Qalam (pena) berkata ‘Apa yang akan saya tulis?’ Allah berfirman, ‘Apa yang telah dan akan terjadi sampai hari kiamat, baik itu

1 Pustaka ALFATIH, Al-Qur’an & Terjemahannya, Al-Qalam (68: 1).

2 Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi. Penerjemah Ahmad Khatib, dkk (Jakarta:

(16)

amal perbuatan, ajal, rezeki, atau pun jejak.’ Maka Qalam (pena) pun

menulis apa yang akan terjadi sampai hari kiamat. Setelah itu mulut Qalam (pena) ditutup, sehingga ia tidak dapat berbicara, dan ia tidak akan berbicara sampai hari kiamat.”

Setelah itu Allah berfirman,

ُ مَ قْلا َ

Demi Qalam,” yakni Aku bersumpah

dengan Qalam, sebab ia dapat memerikan penjelasan seperti lidah. Sumpah itu

mengenai semua Qalam yang digunakan menulis oleh makhluk yang ada di

langit dan makhluk yang ada di bumi. Termasuk ke dalam pengertian itulah

ucapan seorang penyair Abu Al Fath Al Busti:3

ُْمِ ِفْيَسِبُ ًم ْ َيُ َطْبأاَُمَسْقأاَ ِإ

terhadap musuhnya yang mendatangkan kemuliaan dan penghormatan, maka (sesungguhnya) pena kitab dapat memberikan kemuliaan dan keluhuran di sepanjang masa, karena Allah telah bersumpah dengan

pena.”

Para penyair memilki banyak bait yang lebih mengistimewakan pena

daripada pedang. Seorang penyair arab masa Abbasiyah, Ibnu al-Muqaffa

berkata:

“Ungkapan lidah itu terasa hanya pada sesuatu yang dekat dan hadir,

sedangkap ungkapan tulisan itu berguna bagi yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan, bagi orang yang dulu dan yang akan datang. Ia seperti

orang yang berdiri sepanjang waktu.”

Tulisan merupakan bukti yang dapat diterima, penulisan untuk urusan

kecil maupun besar tidak boleh diremehkan sehingga tidak hilang. Hal ini akan

(17)

menjadi adil, karena kesaksian yang tertulis lebih adil dan lebih dapat

membantu menjelaskan kebenaran. Memang tidak ada yang abadi di dunia ini,

tapi ada yang tetap ada setelah manusia itu tiada, inilah yang disebut dengan

menulis untuk keabadian.4

Arsip adalah salah satu bentuk tulisan yang abadi, disimpan untuk bukti di

masa yang akan datang, disebutkan bahwa arsip adalah sebuah rekaman baik

itu berupa tulisan, foto, film, mikro film, rekaman suara, dan lain sebagainya

dalam segala macam bentuk dan sifatnya.

Arsip merupakan pusat ingatan dari setiap organisasi karena arsip

menampung beraneka ragam bahan informasi yang berguna, jika arsip yang

dimiliki oleh organisasi kurang baik pengelolaannya, maka akibatnya akan

mempengaruhi tingkat reputasi suatu organisasi, sehingga organisasi yang

bersangkutan akan mengalami hambatan dalam pencapaian tujuan.

Sebagai endapan informasi kegiatan administrasi dan manajemen, arsip

akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan semakin kompleksnya

fungsi dari organisasi, dampaknya arsip semakin menumpuk secara tidak

terkontrol.5 Oleh sebab itu diperlukan adanya pengelolaan arsip, dengan

melaksanakan dan menyelenggarakan pengelolaan arsip yang konsisten dan

sistematis dari mulai terciptanya arsip, pendistribusian arsip, penggunaan arsip,

penyimpanan arsip, pemeliharaan arsip, penyusutan arsip, hingga pemusnahan

arsip, tahap-tahap ini disebut dengan lingkar hidup suatu arsip .

4Bahron Ansori, Menulis untuk ‘Keabadian’. Mi’raj Islamic News Agency (MINA) 26

March 2016. Diakses pada 25 November 2016 dari www.mirajnews.com

5Mustari Irawan, “Manajemen Arsip Dinamis: Suatu Pendekatan Kearsipan”Suara Badar

(18)

Adalah mustahil bila suatu instansi/organisasi dapat memberikan data dan

informasi yang baik, lengkap dan akurat, apabila instansi/organisasi tersebut

tidak memelihara kearsipan yang baik dan teratur sesuai dengan

ketentuan-ketentuan kearsipan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan menimbang bahwa arsip sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta

sebagai memori, acuan, dan bahan pertanggungjawaban dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus dikelola dan diselamatkan oleh

negara. Oleh sebab itu, instansi/organisasi perlu untuk meningkatkan dan

menyempurnakan pengelolaan kearsipan secara optimal agar dapat berfungsi

dengan baik, dan dapat berguna dalam mencapai tujuan.

Agar kegiatan administrasi di sebuah instansi/organisasi menjadi lancar

diperlukan pengelolaan arsip yang baik, namun hal ini sering kali diabaikan,

sering kali didapati bahwa bidang kerasipan belum mendapat perhatian yang

baik dengan berbagai alasan seperti terbatasnya peralatan dan kurangnya SDM,

hal ini terjadi hampir di sebagian instansi/organisasi baik itu pemerintah

maupun swasta. Demi lancarnya sebuah pengelolaan arsip, maka perlu

ditunjang oleh faktor-faktor kearsipan seperti pegawai arsip yang cakap dan

profesional serta peralatan yang memadai, dengan demikian maka pengelolaan

arsip terutama dalam hal penemuan kembali arsip dapat terlaksana dengan cepat

dan tepat.

Suatu sistem penyimpanan arsip dapat dikatakan baik apabila arsip yang

(19)

pengelolaan arsip yang sistematis dan efektif, karena sistem penyimpanan arsip

tidak lepas dari kegiatan pengelolaan arsip dan penemuan kembali.

Salah satu arsip yang pengelolaannya penting untuk diperhatikan adalah

arsip dinamis baik itu bersifat aktif maupun inaktif. Dikatakan penting karena

arsip dinamis aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaanya masih tinggi,

masih digunakan dalam kegiatan administrasi instansi/organisasi. Dengan

mengelola arsip dinamis aktif secara konsisten dan sistematis maka akan

memudahkan dalam tindak kerja administrasi.

Selain itu, arsip dinamis inaktif adalah mulanya arsip dinamis aktif di mana

arsip tersebut frekuensi penggunaanya telah menurun namun keberadaanya

harus tetap dipertahankan untuk keperluan rujukan di masa mendatang atau

untuk memenuhi persyaratan retensi arsip sesuai dengan ketentuan

undang-undang.6

Retensi arsip adalah jangka waktu penyimpanan arsip sesuai dengan nilai

kegunaanya. Retensi arsip harus dijadwalkan agar pengelolaan arsip dapat

berjalan dengan baik. Jadwal retensi arsip disusun untuk menentukan jangka

waktu pengelolaan dan pemusnahan arsip, serta penyerahan arsip statis kepada

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), hal ini penting dalam pelaksanaan

tugas suatu instansi/organisasi. Pentingnya jadwal retensi arsip (JRA) berkaitan

dengan amanat Pasal 17 UU Nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan yang

berbunyi “Jadwal retensi arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya

6 Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami dan mengelola

(20)

Jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi

rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali,

atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.”

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (yang kemudian di singkat PN Jakarta

Selatan) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum

yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama,

PN Jakarta Selatan berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan di wilayah Jakarta

Selatan. Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan

memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau

kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.7

Sehubungan dengan tugas tersebut maka Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

memegang peranan penting dalam rangka menegakkan keadilan. Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan mengelola beberapa jenis arsip, salah satunya adalah

arsip perkara. Ada dua jenis arsip perkara yaitu arsip perkara pidana dan arsip

perkara perdata.

Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia no. 25 tahun

2012 Pasal 1 tentang Pedoman Pemusnahan Arsip, pengelolaan arsip dinamis

adalah proses pengendalian arsip dinamis secara efisien, efektif, dan sistematis

meliputi penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan, serta

penyusutan dan pemusnahan arsip.

7Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, “Profil Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” Diakses 2

(21)

Namun, observasi awal menunjukkan bahwa pengelolaan arsip perkara

pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan belum mengikuti ketentuan tentang

kearsipan, hal itu dikarenakan belum adanya kebijakan tertulis mengenai jadwal

retensi arsip sehingga salah satu kegiatan dari pengelolaan arsip yaitu

penyusutan dan pemusnahan arsip belum berjalan sebagaimana mestinya, hal

ini mengakibatkan volume penumpukan arsip dari tahun ke tahun semakin

bertambah. Selain itu, peralatan pun tampaknya masih terbatas dalam

pengelolaan arsip. Namun, arsip Pengadilan Negeri Jakarta Selatan khususnya

arsip perkara pidana telah sistematis dalam penyimpanan arsipnya, disimpan

dalam rak-rak baja dan lemari arsip sesuai dengan subjek dan kronologi.

Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk meninjau dan

mengkaji lebih dalam lagi mengenai pengelolaan arsip dinamis inaktif.

Penelitian ini diberi judul “Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara

Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta untuk memperjelas

arah penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan masalah dalam

penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan, peralatan yang digunakan pada kegiatan pengelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dan

hambatan dalam pegelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

(22)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

b. Apa saja peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis

inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

c. Apa saja hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara

pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis inaktif perkara pidana di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis inaktif perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

c. Untuk mengetahui hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif

perkara pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian

keilmuan di bidang kearsipan, digunakan sebagai bahan pertimbangan

penelitian yang sejenis dan pengembangan studi kearsipan, selain itu

dapat memberikan manfaat di kemudian hari ketika peneliti terjun

(23)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan memberikan

kontribusi yang berguna bagi unit kearsipan pidana di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan dalam melakukan pengelolaan arsip dinamis

inaktif perkara pidana.

D. Definisi Istilah

1. Arsip Dinamis adalah arsip yang masih digunakan secara langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan digunakan secara langsung dalam

penyelenggaraan administrasi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Arsip

dinamis yang di maksud di sini adalah arsip pidana.

2. Arsip Dinamis Inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah

menurun, namun sesekali masih dipergunakan sebagai referensi dalam

penyelenggaraan administrasi pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

3. Pengelolaan Arsip adalah proses kegiatan yang dilakukan dimulai dari

penciptaan dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan,

penyusutan, dan pemusnahan arsip.

4. Arsip pidana adalah arsip dinamis inaktif yang bernilai hukum pidana yang

tercipta di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar

belakang, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

(24)

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori mengenai definisi arsip,

jenis arsip, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis, pengelolaan arsip dinamis, hambatan dalam pengelolaan

arsip dinamis, arsip perkara pidana dan penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian,

pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

keabsahan data dan jadwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang profil objek penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan tentang pengelolaan arsip dinamis perkara pidana studi

kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan dan saran terkait temuan-temuan hasil dari

(25)

11 BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Arsip

1. Definisi Arsip

Konsep arsip menurut pengertian Indonesia yang menyatukan records

dan archives menjadi satu nama, yaitu arsip, hanya saja records merupakan

arsip dinamis sedangkan archives dalam konteks Anglo-Saxon adalah arsip

statis.8 Jika mendengar kata arsip, secara langsung muncul pikiran tentang

tumpukan/kumpulan kertas kotor yang disimpan di ruangan yang penuh

debu, pada kenyataanya, pegertian arsip bukan hanya berarti kertas saja,

tetapi dapat berarti naskah, buku, foto, film, mikro film, rekaman suara,

gambar peta, gambar bagan dan dokumen-dokumen lain dalam segala

macam bentuk dan sifatnya, asli atau salinan serta segala macam

penciptaannya, dan yang dihasilkan atau di terima oleh sesuatu

organisasi/badan, sebagai bukti dari tujuan organisasi, fungsi prosedur

pekerjaan atau kegiatan pemerintah lainnya atau karena pentingnya

informasi yang terkandung di dalamnya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan dan dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik

Indonesia Pasal 1 Nomor 25 Tahun 2012 disebutkan bahwa arsip adalah

rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan

diterima oleh lembaga negara, pemeritah daerah, lembaga pendidikan,

(26)

perusahaan, organisasi, politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.9 Dengan kata lain arsip adalah sebuah rekaman dari suatu

kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang berfungsi

sebagai sumber informasi.

Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

nomor 25 tahun 2012 tentang pedoman pemusnahan arsip bahwa arsip

dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan

pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu.10 Sedangkan

menurut Basir Bartos Arsip dinamis adalah arsip-arsip yang secara langsung

digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan

kebangsaan, dan penyelenggaraan administrasi negara.11

Arsip dinamis adalah arsip-arsip aparatur pemerintah/negara yang

berbeda dalam lingkungan lembaga-lembaga negara dan badan-badan

pemerintah dan secara fungsionil masih aktuil dan berlaku, tetapi menuju

ke arah pengabadian sesuai dengan fungsi, usia, dan nilainya. Dengan kata

lain, arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam

kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu.

Arsip dinamis memiliki berbagai kegunaan seperti untuk mengambil

keputusan, keperluan dokumentasi, jawaban atas pertanyaan, dan sebagai

rujukan ataupun membantu tuntutan hukum.12

9 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

10 Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemusnahan Arsip

11

Bartos, Manajemen Kearsipan, h.109.

(27)

2. Nilai Arsip

Dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, The Liang Gie

mengemukakan bahwa arsip mempunyai 6 nilai yang disingkat dengan

ALFRED, yaitu:13

a. Nilai administrasi (administrative value)

b. Nilai hukum (legal value)

c. Nilai keuangan (fiscal value)

d. Niali penelitian (research value)

e. Nilai pendidikan (education value), dan

f. Nilai dokumentasi (documentary value)

Nilai ALFRED berkisar antara 0 s.d 100 dihitung berdasarkan jumlah

persentase dari ke enam komponennya. Sehingga ada 4 (empat)

penggolongan arsip, yaitu sebagai berikut:14

a. Arsip vital (persentase nilai 90-100)

Arsip sangat peting dan tidak dapat diganti kembali bilamana

dimusnahkan. Arsip ini harus disimpan abadi di perkantoran yang

bersangkutan. Contoh: akte pendirian perusahaan.

b. Arsip penting (persentase nilai 50-89)

Arsip ini melengkapi kegiatan rutin dan dapat diganti dengan biaya

tinggi dan lama. Arsip ini simpan di file aktif selama lima tahun dan di

file inaktif selama 25 tahun. Contoh: arsip bukti-bukti keuangan.

13

The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Ed.4 (Yogyakrta: Liberty,2000), h.117.

14

(28)

c. Arsip berguna (persentase nilai 10-49)

Arsip ini berguna sementara dan dapat diganti dengan biaya rendah.

Disimpan di file aktif selama 2 tahun dan inaktif selama 10 tahun.

Contoh: surat pesanan

d. Arsip tidak berguna (persentase nilai 0-9)

Arsip ini dapat dimusnahkan sesudah dipakai sementara. Paling lama

arsip ini disimpan 3 bulan di file inaktif. Contoh: surat undangan dan

memo

3. Jenis Arsip

a. Jenis-jenis arsip menurut UU No.43 Th 2009 tentang Kearsipan adalah

sebagai berikut :

1) Arsip Aktif

Arsip aktif adalah arsip yang masih dipergunakan secara terus

menerus untuk kelangsungan pekerjaan di lingkungan unit

pengolahan dari suatu organisasi /kantor. Jenis arsip ini disebut pula

dengan active record(s) yang frekuensi penggunaannya paling

sedikit 10 kali setahun.

2) Arsip Inaktif

Pada jangka waktu tertentu arsip aktif akan mengalami

penurunan kegunaan, karena nilai informasi yang terkandung telah

selesai digunakan sehingga arsip tidak digunakan secara terus

menerus tetapi hanya digunakan sesekali sebagai referensi atau

alasan non operasional lainnya, arsip inilah yang kemudian disebut

(29)

Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaanya untuk

penyelenggaraan administrasi sudah menurun, yang tidak secara

langsung dan tidak terus-menerus diperlukan dan digunakan dalam

penyelenggaraan administrasi sehari-hari serta dikelola oleh Pusat

Arsip. Arsip inaktif dikenal juga dengan nama non-current record(s)

atau inactive record(s) di mana frekuensi penggunaanya kurang dari

10 kali dalam setahun.

3) Arsip Statis

Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip

karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan

berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik

Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.

4) Arsip Vital

Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan

persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta arsip,

tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau

hilang.

5) Arsip Terjaga

Arsip terjaga adalah arsip negara yang berkaitan dengan

keberadaan dan keberlangsungan hidup bangsa dan negara yang

(30)

6) Arsip Umum

Arsip umum adalah arsip yang tidak termasuk dalam kategori

arsip terjaga.

b. Jenis arsip secara fungsional menurut Boedi Martono15

1) Arsip dinamis atau records adalah arsip yang masih berada pada

setiap organisasi yang dipelihara karena secara fungsional berlaku

untuk menyelesaikan berbagai urusan.

Arsip dinamis (records) bila ditinjau dari tingkat dan lingkup

kepentingan dan kegunaanya dapat dibedakan menjadi arsip dinamis

aktif dan arsip dinamis inaktif.

a) Arsip dinamis aktif adalah arsip yang frekuensi kegunaannya

untuk penyelenggaraan kerja masih tinggi, masih sering

digunakan sebagai berkas kerja.

b) Arsip dinamis inaktif adalah arsip yang tidak lagi digunakan

secara terus-menerus sebagai berkas kerja karena urusanya telah

selesai. Tetapi masih digunakan sekali waktu sebagai bahan

referensi atau alasan non-operasional lainnya.

15 Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis: Penyusustan dan Pemeliharaan Arsip

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h.22

(31)

2) Bagi arsip yang tidak memiliki informasi penting baik sebagai bahan

pertanggungjawaban kegiatan organisasi maupun kepentingan

lainnya, arsip tersebut dimusnahkan. Namun, bagi arsip yang

memiliki nilai informasi yang cukup penting, dipertahankan

kelangsungan hidupnya dan disimpan permanen, jenis arsip inilah

yang disebut arsip statis (archives).

Arsip statis (archives) adalah arsip yang sudah tidak digunakan

lagi oleh organisasi, tetapi karena nilai informasinya cukup tinggi,

masih memiliki nilai berkelanjutan (setelah nilai kegunaanya bagi

manajemen telah selesai) maka arsip tersebut masih tetap disimpan

dan dipelihara

c. Jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundang-undangan16

1) Arsip otentik

Arsip otentik adalah arsip yang terdapat tanda tangan asli

dengan tinta sebagai tanda keabsahan dari isi arsip tersebut (bukan

fotokopi/film)

2) Arsip tidak otentik

Arsip yang berupa fotokopi, salinan dan sebagainya di mana di

atasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan tinta.

16

(32)

d. Menurut Penn dalam Enemute Basil Iwhiwhu membagi record dalam 3

bentuk, yaitu: 17

1) Aktif (active or current)

Arsip aktif adalah arsip yang masih digunakan untuk pelaksanaan

kegiatan sehari-hari dalam pelaksanaan fungsi administrasi dan

untuk membantu dalam mengambil keputusan, record dapat

diklasifikasikan sebagai rahasia atau tidak rahasia tergantung

dengan jenis informasi yang dikandungnya. Arsip aktif ini perlu

dikelola secara efektif untuk penggunaan yang efisien.

2) Semi aktif (semi-active or semi-current)

Arsip inaktif adalah termasuk jenis arsip yang tidak sering

digunakan namun, sesekali masih digunakan menjadi referensi.

Arsip semi akif ini harus dipindahkan atau disimpan di record centre.

3) Inaktif (inactive or non-current)

Arsip inaktif adalah arsip yang sudah tidak diperlukan dalam

kegiatan sehari-hari, namun memiliki nilai abadi yang berharga di

mana berisi informasi mengenai kegiatan dan fungsi dari suatu

lembaga/organisasi yaitu nilai sejarah/ nilai penelitian.

Pemusnahan/penghancuran arsip inaktif ini harus dilakukan dengan

hati-hati.

17

(33)

B. Peralatan Arsip Dinamis

Peralatan kearsipan adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan

dalam pengelolaan suatu arsip. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan

harus menunjang terlaksananya tujuan penataan arsip, yaitu dapat

menyimpan dan menemukan kembali arsip secara cepat dan tepat. Berikut

beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli peralatan

arsip:18

1. Anggaran yang tersedia.

2. Besar ruangan yang dapat dimanfaatkan

3. Jenis-jenis arsip yang akan disimpan (ukuran, jumlah, berat, nilai, dan

sebagainya).

4. Frekuensi penggunaan arsip.

5. Tingkat pengamanan terhadap arsip yang disimpan.

Beberapa jenis peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam

pengelolaan arsip dinamis inaktif antara lain:19

1. Ordner

Ordner adalah semacam map dari karton tebal, dapat menampung

banyak arsip, di dalamnya terdapat besi untuk mengkait arsip yang telah

diperforator atau dilubangi pinggirnya.

2. Rak Buku (Lemari Terbuka)

Rak buku seperti di perpustakaan yang terbuat dari kayu atau besi

baja, digunakan untuk menyimpan ordner dan sejenisnya.

18 Sedarmayanti, Tata Kearsipan dengan Memanfaatkan Teknologi Modern. (Bandung:

Mandar Maju, 2003), h. 43.

19

(34)

3. Boks Arsip

Menurut Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No.

11 Tahun 2000 tentang Standar Boks Arsip, boks arsip adalah sarana

tempat penyimpanan arsip inaktif dan arsip statis dalam bentuk kertas

yang diletakkan dalam rak arsip, terbuat dari beberapa lapisan kertas

medium bergelombang dengan kertas lainer sebagai penyekat dan

pelapisnya. Boks arsip disarankan berwarna coklat, coklat muda, biru

muda, dan warna lain yang tidak menyilaukan atau terlalu gelap.

Kertas bergelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau

beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas lainer

sebagai penyekat. Kertas medium adalah kertas yang dipakai

sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Kertas lainer

adalah kertas yang dipakai sebagai penyekat dan pelapis pada karton

gelombang.

Beberapa jenis fasilitas lain yang digunakan dalam pengelolaan arsip

dinamis inaktif antara lain:20

1. Lemari tahan api

2. Sistem sembur air

3. Alarm pencuri dan api

4. Jasa fotokopi, facsimile, dll.

C. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif

Arsip dinamis harus dikelola agar bermanfaat bagi pencipta, penerima

dan pemakainya. Pengelolaan arsip dinamis dalam bahasa asing dikenal

20

(35)

dengan record(s) management. Arsip dinamis dalam suatu organisasi terdiri

dari arsip aktif yang frekuensi penggunaannya dalam kegiatan masih tinggi

dan arsip inaktif yang frekuensi penggunaannya dalam kegiatan sudah

menurun. 21

Gambar 2.2 Arsip Dinamis

Manajemen arsip aktif adalah suatu pengelolaan arsip yang diciptakan

dan dipergunakan oleh suatu organisasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan

teknis/substantive dan administrasi/fasilitatif. Manajemen arsip dinamis

inaktif adalah suatu pengelolaan dan penyimpanan arsip yang sudah tidak

sering dipergunakan dalam kegiatan operasional organisasi, tetapi masih

disimpan sebagai bahan refrensi, untuk memenuhi ketentuan refrensi,

bernilai guna hukum atau alasan lainnya.

Manajemen arsip bertujuan untuk mempermudah pengguna arsip

menemukan kembali informasi yang diperlukan dalam waktu yang tidak

terlalu lama. Selain itu, pengelolaan arsip juga memungkinkan upaya

pemeliharaan penyimpanan arsip dalam format yang dapat digunakan

selama masih diperlukan.

Menurut Lundgren and Lundgrendalam Mustari Irawan

“Manajemen kearsipan pada dasarnya mengelola seluruh daur hidup

arsip (life cycle of record), pegelolaan arsip dinamis bertujuan untuk

21 Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis, h.22

Arsip Dinamis

Aktif

(36)

mengontrol secara sistematis terhadap arsip dinamis sejak arsip tersebut diciptakan, disimpan, dipelihara, disusutkan dan dimusnahkan.”22

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen kearsipan meliputi suatu

siklus kehidupan arsip sejak lahir sampai mati. Khusus untuk arsip yang

tidak pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting akan disimpan

selama-lamanya di lembaga yang bersangkutan sebagai arsip abadi.

Sedangkan arsip dinamis yang sudah tidak diperlukan di suatu lembaga

tetapi mempunyai nilai nasional yang perlu dilestarikan selama-lamanya,

harus dikirim ke Arsip Nasional untuk disimpan sebagai arsip statis.

Manajemen kearsipan meliputi suatu siklus arsip sejak lahir sampai

mati, hal tersebut juga diungkapkan oleh Elizabeth Shepherd and Geoffery Yeo

dalam bukunya Managing Records: A Handbook of Principles and Practice “The records lifecycle is a concept in common use. It indicates that

records are not static, but have a life similar to that of biological organisms: they are born, live through youth and old age and then

die.”23

Hal senada juga diungkapkan oleh Rhoads dalam Enemute Basil Iwhiwhu “The Life-cycle concept of records is based on the fact that records have simiar to a biological organism – it is born (creation), it lives

(use and maintenance) and it dies (disposition).”24

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siklus hidup arsip

mirip dengan organisme biologis, mereka lahir, hidup (digunakan dan

dipelihara), dan kemudian mati (disusutkan dan dimusnahkan).

22

Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h. 12.

23 Elizabeth Shepherd and Geoffery Yeo, Managing Records: A Handbook of Principles

and Practice, (London: Facet Publishing, 2003), h.5.

24 Enemute Basil Iwhiwhu, Management of Records in Nigerian Universities: Problems

(37)

Menurut Sedarmayanti lingkaran hidup kearsipan (life span of records)

atau biasa juga disebut dengan tahapan kehidupan arsip, dapat dibagi

menjadi tujuh yaitu: 25

1. Tahap penciptaan arsip, tahap awal dari proses kehidupan arsip. Arsip

dapat tercipta karena dibuat sendiri oleh organisasi yang bersangkutan

misal; peraturan-peraturan, pemberian ijin, pemberian informasi ke

pihak lain dan sebagainya atau arsip tercipta karena organisasi

menerima dari pihak lain misal; surat permohonan, saran-saran,

informasi, dan sebagainya.

2. Tahap pengurusan dan pengendalian, yaitu tahap di mana surat

masuk/keluar dicatat sesuai dengan sistem yang telah ditentukan.

Setelah itu surat-surat tersebut diarahkan atau dikendalikan guna

pemrosesan lebih lanjut.

3. Tahap referensi, yaitu surat-surat tersebut digunakan dalam proses

kegiatan administrasi sehari-hari. Setelah surat tersebut diklasifikasikan

dan diindeks, maka kemudian surat disimpan berdasarkan sistem

tertentu.

4. Tahap penyusutan, adalah kegiatan pengurangan arsip.

5. Tahap pemusnahan, yakni pemusnahan terhadap arsip yang tidak

mempunyai nilai guna lagi bagi organisasi.

6. Tahap penyimpanan di unit kearsipan, di mana arsip yang sudah

menurun nilai gunanya (arsip inaktif) didaftar, kemudian dipindah

(38)

penyimpanannya pada unit kearsipan di kantor masing-masing atau

sesuai peraturan yang berlaku.

7. Tahap penyerahan ke Arsip Nasional RI atau Arsip Nasional Daerah.

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam lingkaran hidup kearsipan.

Namun, daur hidup arsip sesungguhnnya dapat disederhanakan menjadi

tiga fase yaitu fase penciptaan dan penerimaan arsip, penggunaan,

pemeliharaan dan penyimpanan arsip, dan fase penyusutan dan pemusnahan

arsip sebagai masa istirahat arsip.26

1. Penciptaan dan Penerimaan Arsip

Arsip dinamis dimulai dengan penciptaan dokumen yang menjadi

awal dari siklus arsip. Fase Penciptaan sebagai tahap awal arsip akan

menentukan "perjalanan hidup" arsip selanjutnya. Pada fase inilah

sesungguhnya cikal bakal suatu informasi akan menjadi arsip atau tidak.

Oleh karenanya pengelolaan (manajemen) arsip dimulai pada fase

penciptaan ini.

Dewasa ini, penciptaan arsip semakin berkembang dengan adanya

mesin produksi yang lebih modern sehingga dengan mudah

menciptakan arsip tanpa pembatasan. Semakin tinggi kegiatan dalam

26

Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.13.

(39)

suatu organisasi maka semakin cepat pertambahan jumlah arsip

sehingga diperlukan adanya kegiatan pemeliharaan, penyusutan, dan

pemusnahan arsip untuk menanggulangi pertambahan volume arsip

yang telah tercipta.

2. Penyimpanan Arsip

Arsip dapat disimpan dengan penataan terhadap arsip - arsip yang

sudah dikelompokkan. Kegiatan penataan berkas ini merupakan

kegiatan yang bersifat mengatur, menyusun dan menata semua jenis

arsip dalam bentuk tatanan yang sistematis dan logis agar dapat

ditemukan kembali dengan cepat, tepat, dan akurat.

Arsip dinamis aktif dan inaktif disimpan secara terpisah, arsip

dinamis aktif disimpan pada unit pencipta rekod (central file),

sedangkan arsip dinamis inaktif disimpan pada pusat rekod (record

center). Arsip dinamis dapat disimpan menggunakan 3 azas

penyimpanan, yaitu:27

a. Azas Sentralisasi

Azas sentralisasi adalah azas yang digunakan oleh organisasi

untuk menyimpan arsip dinamis dalam satu unit kerja secara

terpusat. Semua arsip dinamis disimpan di pusat penyimpanan.28

Azas Sentralisasi adalah pelaksanaan pengelolaan arsip bagi

seluruh organisasi yang dipusatkan di satu unit khusus, yaitu pusat

penyimpanan arsip.29

(40)

Penyimpanan arsip secara sentral lebih afisien dan efektif bila

diterapkan pada organisasi yang relatif kecil, rentang tugasnya

pendek, tidak terlalu kompleks, beban kerja tidak terlalu besar dan

lingkup kerjanya berada dalam satu gedung atau satu atap. Dengan

menerapkan azas sentralisasi ini maka sistem penyimpanan yang

digunakan akan menjadi standar, dan akan lebih mudah dalam

pengendalian dan penelusurannya karena keseragaman sistem dan

prosedur.30

b. Azas Desentralisasi

Arsip dinamis akan disimpan di bagian unit yang bersangkutan,

sehingga menghemat waktu ketika akan mencari informasi yang

relevan.31

Azas desentralisasi adalah azas yang digunakan suatu organisasi

dalam menyimpan arsip dinamis berdasarkan unit kerja

masing-masing.32 Azas desentralisasi lebih efektif dan efisien jika diterapkan

pada organisasi yang relatif besar, dalam azas ini semua unit kerja

diberikan otoritas untuk menyimpan dan mengelola arsip aktifnya

masing-masing. Azas ini dapat diterapkan jika organisasi

mempunyai rentang tugas yang panjang, beban kerja yang besar dan

lingkup kerjanya tidak berada dalam satu gedung atau satu atap

melainkan berpencar dan berjauhan, mempunyai kantor cabang atau

kantor perwakilan di beberapa tempat.33

30

Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.14.

(41)

c. Gabungan

Azas gabungan adalah kombinasi dari azas sentralisasi dan azas

desentralisigasi. Menerapkan azas sentralisasi dalam prosedur,

sistem, peralatan dan SDM dan desentralisasi dalam

pelaksanaannya. Prinsip azas ini adalah bahwa setiap unit kerja

diberikan otoritas untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan

arsip dengan kontrol atau pengendalian sistem secara terpusat oleh

suatu unit khusus di dalam organisasi.34

Dalam menyimpan arsip dinamis dapat menggunakan beberapa

sistem penyimpanan, yaitu:35

a. Alphabetic filing system

Filing sistem abjad adalah sistem penyimpanan arsip menurut

sistem abjad. Penyimpanan arsip menurut abjad berarti arsip yang

dihasilkan atau yang dibuat dan yang diterima oleh suatu

kantor/lembaga yang di dalamnya termuat nama-nama seperti nama

orang, nama organisasi, nama tempat atau nama wilayah atau nama

pokok soal yang disimpan menurut tata urutan susunan abjad.

Dengan demikian kode yang dipergunakan dalam penyimpanan

arsip adalah abjad.36

b. Subject filing system

Dalam filing sistem subjek yang dimaksud dengan subjek ialah

judul pokok masalah atau judul pokok soal, atau istilah yang lebih

34 Irawan, Manajemen Arsip Dinamis, h.14. 35

E.Martono, Kearsipan: Rekod Manajemen dalam Praktek Perkantoran Modern, (Jakarta: Karya Utama, 1997), h. 78.

(42)

populer, atau subject hiding, yang terdapat dalam suatu surat.37

Sistem subjek adalah sistem penyimpanan arsip berdasarkan pokok

soal atau pokok masalah sebagai pedoman untuk mengaturnya.38

Arsip-arsip disimpan dan diatur menurut pokok masalah yang

terdapat dalam suatu arsip; misalnya arsip-arsip yang memuat

masalah narkotika dihimpun dan disimpan menjadi satu dalam

berkas tersediri, arsip yang memuat masalah pembunuhan dihimpun

dan disimpan menjadi satu dalam berkas tersendiri kemudian

arsip-arsip tersebut diurutkan menurut abjad, dan abjad yang

dipergunakan adalah huruf pertama dari masing-masing pokok

masalah.39

c. Numerical filing system

Sistem nomor atau angka adalah sistem penyimpanan arsip

dinamis dengan menggunakan urutan angka-angka sebagai

pedoman untuk mengaturnya. Nomor dapat diberikan menurut

sistem seri (serial numeric) atau menurut sistem persepuluh atau

decimal numeric, misal; 00, 10, sampai dengan 90 atau 000, 100,

200, dan seterusnya sampai dengan 900. Jadi, nomor yang

dipergunakan bukanlah nomor yang tercantum pada surat.40

Dalam filing sistem nomor, setiap surat diberi nomor yang sudah

ditentukan sebagai kode penyimpanannya, dan disimpan

berdasarkan ketentuan nomor yang telah ditentukan tersebut.

37 Wursanto, Kearsipan 2, h. 101.

38 A.W Widjaja, Administrasi Kearsipan (Jakarta: Rajawali Press,1986), h. 106. 39 Wursanto, Kearsipan 2, h.102.

(43)

d. Geographic filing system

Sistem wilayah atau sistem ilmu bumi adalah sistem penyusunan

berdasarkan nama wilayah atau derah dari alamat surat. Arsip-arsip

yang termasuk dalam suatu satuan wilayah atau daerah dihimpun

dalam satu berkas, kemudian arsip tersebut dapat disusun menurut

urutan abjad, abjad yang dipergunakan diambil dari huruf pertama

nama masing-masing wilayah atau daerah.41 Umumnya sistem ini

digunakan oleh kantor-kantor yang mempunyai cabang, atau

perwakilan kantor di wilayah tertentu.42

e. Chronological filing system

Sistem kronologis adalah sistem yang menyusun arsip

berdasarkan waktu. Sistem kearsipan dengan menyimpan arsip surat

ataupun dokumen lainnya berdasarkan hari, tanggal, bulan, dan

tahun.43

Tidak selamanya arsip akan disimpan, oleh sebab itu

instansi/lembaga harus merumuskan jadwal retensi asip. Retensi arsip

adalah jangka waktu penyimpanan yang wajib dilakukan terhadap suatu

jenis arsip.44

Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat dengan JRA

merupakan alat yang sangat mendukung dalam pengelolaan arsip,

karena dengan adanya JRA dengan mudah akan mengetahui arsip mana

41 Wursanto, Kearsipan 2, h. 184.

42 Gina Madiana dan Iwan Setiawan, Kearsipan (Bandung: Armico, 1994), h. 159. 43

Madiana dan Setiawan, Kearsipan, h. 165.

44 Peraturan Kepala ANRI No.13 Tahun 2014 tentang Pedoman Retensi Arsip Sektor

(44)

yang akan disimpan dalam jangka waktu panjang, dalam jangka waktu

pendek, serta mengetahui berapa lama arsip tersebut akan disimpan dan

kapan arsip tersebut akan dimusnahkan.45

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan menjelaskan bahwa jadwal retensi arsip (JRA) adalah

daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau

retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang

penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau

dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan

penyelamatan arsip.46

3. Pemeliharaan Arsip

Upaya untuk memelihara arsip terutama ditujukan untuk

melindungi, mengatasi dan mengambil tindakan - tindakan untuk

menyelamatkan fisik terutama informasi arsip, disamping menjamin

kelangsungan hidup arsip dari kemusnahan.

Pemeliharaan arsip inaktif harus memperhatikan dua faktor pokok,

pertama faktor intern yang dapat menyebabkan kerusakan pada fisik

arsip, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk memelihara, menjaga

dan mengamankan terhadap perusak kertas secara langsung. Kedua,

faktor ekstern dari lingkungan di mana arsip tersimpan, yang dapat

merusak arsip secara tidak langsung.

45 Oktarino Arizola dan Eva Rahmah. Pembuatan Jadwal Retensi Arsip (JRA) di Kantor

Wali Nagari Kajai Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol.2, No. 2, Seri A, Maret 2014, h.1.

(45)

Berikut faktor yang menyebabkan kerusakan pada arsip yang

disebabkan dari dalam antara lain :47

a. Kertas

Kertas mempunyai kandungan baik itu bersifat pengawet

maupun bersifat penghancur terhadap kertas itu sendiri,

bahan-bahan yang digunakan untuk lapisan atas kertas terbuat dari kanji,

cuka, garam mineral, yang merupakan bahan-bahan makanan yang

menarik bagi serangga dan bagi pertumbuhan berbagai bakteri.

Namun, sebaik apapun kertas yang kita gunakan, apabila perawatan

dan penyimpaannya tidak baik, daya tahan kertaspun tidak akan

bertahan lama.

b. Tinta

Sebaiknya tinta yang digunakan tidak menimbulkan aksi-aksi

kimia yang menyebabkan kerusakan kertas yaitu tinta karbon yang

terbuat dari arang hitam (langes), karena tinta yang terbuat dari getah

kayu oak akan menimbulkan reaksi-reaksi kimia yang akan merusak

kertas. Sekarang banyak percetakan yang menggunakan tinta

karbon.

c. Pasta/Lem

Dalam menggunakan perekat harus dicarikan yang baik, jangan

menggunakan perekat yang dibuat dari getah arab ataupun celluloce

tape dan sejenisnya karena akan merusak kertas.

(46)

Sedangkan kerusakan dari faktor ekstern, yang dapat merusak arsip

secara tidak langsung, diakibatkan dari serangan luar antara lain :48

a. Kelembaban

Kelembaban udara yang tidak terkontrol akan mengakibatkan

timbulnya jamur, pasta/lem hilang, kertas menjadi lemah dan

merusak kulit.

b. Udara yang terlampau kering

Udara yang terlampau kering akan merusak kertas, kertas akan

menjadi kering, kesat dan mudah patas. Kelembaban udara harus

diatur sedemikian rupa, tidak melampaui 75º dan temperatur udara

diantara 65º F dan 85º F.

c. Sinar matahari

Sinar matahari yang jatuh langsung di atas bundel-bundel kertas,

karena sinar ultraviolet dapat membahayakan kertas-kertas,

mengancam struktur molekul kertas dan kulit, yang mengakibatkan

kertas menjadi buruk, coklat, dan tinta luntur.

d. Debu dan Serangga

Walaupun debu kecil, tetap dapat merusak kertas dan kulit.

Sebaiknya pasang jaring kawat yang halus (wire mesh) pda

pintu-pintu dan jendela-jendela, hal ini berguna untuk menyaring udara

masuk dan menahan masuknya jenis-jenis serangga di dalam ruang

penyimpanan arsip.

(47)

e. Jamur dan sejenisnya

Jamur adalah akibat langsung dari kelembaban dan temperatur

udara yang tidak terkontrol.

4. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip

Penyusutan arsip bukan sekedar masalah mendesak yang harus

dilakukan karena banyak arsip yang tidak terkendali, berserakan, dan

menumpuk di sudut ruangan, tetapi juga terkait apresiasi pimpinan.49

Arsip - arsip yang telah semakin menurun frekwensi penggunaannya

oleh organisasi atau digunakan kurang dari 10 kali dalam satu tahun

dikatakan sebagai arsip inaktif. Arsip inaktif tersebut disimpan di pusat

arsip (Record Centres). Menurut Mabbs dalam Peterson dan Nathan

“ The need to establish records centres stems from the very large

quantities of records which are produced by modern administrative organizations and the necessity to keep them as economically as possible before they can be destroyed or transferred to the National

Archives.”50

Record centre digunakan untuk menjaga atau menyimpan arsip inaktif

dengan jumlah yang sangat besar yang dihasilkan oleh organisasi

administrasi secara ekonomis sebelum record inaktif tersebut

dihancurkan atau dipindakan ke Arsip Nasional karena arsip inaktif

tidak akan selamanya disimpan di Pusat Arsip (Record Centre), tetapi

sesuai dengan Jadwal Retensi Arsip (JRA), arsip inaktif yang tidak

bernilai guna tinggi, hanya memiliki nilai guna primer, akan

49 Machmoed Effendi, Implementasi Penyusutan Arsip di Lingkungan Universitas Gadjah

Mada. Materi Rakor Penyusunan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 26 April 2011.

(48)

dimusnahkan. Sementara arsip yang bernilai guna tinggi, memiliki nilai

guna primer dan sekunder, akan diserahkan ke Arsip Nasional RI

sebagai arsip statis. Pemusnahan dan penyerahan arsip harus melalui

prosedur dan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Pasal 1 No, 43 Tahun

2009 tentang Kearsipan disebutkan bahwa penyusutan arsip adalah

kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip

inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang

tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga

kearsipan.

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam proses penyusutan arsip

meliputi :

a. Penilaian terhadap arsip yang sudah melampaui jangka simpannya.

b. Penyisihan dan seleksi arsip-arsip mana yang dapat dimusnahkan

dan yang akan disimpan.

c. Pendaftaran arsip dalam daftar pertelaan, pemusnahan dan

penyerahan arsip.

Fase penyusutan merupakan penentuan masa simpan arsip. Dalam

fase ini ditentukan apakah suatu arsip harus dimusnahkan, dipindahkan

atau disimpan secara permanen. Pengelolaan arsip inaktif pada dasarnya

tidak dapat dilepaskan dari pengelolaan semasa aktifnya. Apabila pada

masa aktifnya arsip dikelola dengan baik, maka pada masa inaktifnya

akan menjadi baik, sehingga akan memudahkan proses penyusutan dan

(49)

Pemusnahan arsip inaktif artinya pemusnahan arsip yang tidak

diperlukan lagi bagi instansi/lembaga. Metode pemusnahan arsip

meliputi pencacahan, pembakaran, pemusnahan kimiawi dan

pembuburan.51

a. Pencacahan

Pencacahan adalah metode yang sering digunakan di Indonesia

dalam pemusnahan dokumen dan mikrofilm, yaitu menyobek

menjadi potongan-potongan kecil menggunakan alat pencacah.

Berbagai macam jenis alat pencacah yaitu: Shredders, sebuah alat

pemotong yang menggunakan berbagai metode untuk memotong,

menarik, menyobek kertas menjadi potongan-potongan kecil.

Disintegrator, menggunakan pemotong berputar sehingga

menghasilkan potongan dokumen berupa partikel kecil-kecil, alat

jenis ini cocok untuk pengamanan tingkat tinggi. Ada pula berbagai

alat pemotong lainnya, mulai dari mesin kecil yang dapat diletakkan

di atas meja, sampai mesin besar yang mampu mencacah 2 ton kertas

per jam, dan ada pula mesin pencacah yang dapat memotong kertas

datar maupun gumpalan kertas.

b. Pembakaran

Pembakaran adalah metode yang telah lama dikenal, metode ini

pernah dianggap sebagai metode paling aman namun pengalaman

lapangan menunjukkan bahwa dokumen yang dibakar seringkali

terlempar dari api pembakaran sehingga mungkin saja ada dokumen

51

(50)

rahasia yang dapat diketahui lawan, dan kini metode pembakaran

dianggap tidak bersahabat dengan lingkungan.

c. Pemusnahan Kimiawi

Pemusnahan kimiawi adalah pemusnahan dokumen dengan

menggunakan bahan kimiawi guna melunakkan kertas dan

melenyapkan tulisan, termasuk mikrofilm. Pemusnahan kimiawi

lebih hemat daripada pencacahan.

d. Pembuburan

Pembuburan atau pulping adalah metode pemusnahan dokumen

rahasia yang ekonomis, aman, bersih, nyaman dan takterulangkan.

Dokumen yang akan dimusnahkan dicampur air kemudian dicacah

lalu dialirkan melalui saringan, hasil pembuburan berupa residu

kemudian dipompa ke hydraexcator yang memeras air sehingga

hasilnya adalah lapisan bubur, lapisan ini kemudian disiram air lagi

lalu dibuang. Pembuburan banyak dilakukan oleh bank dan instansi/

lembaga yang menuntut pengamanan yang tinggi. Metodei ini

belum populer di Indonesia.52

D. Hambatan dalam Pengelolaan Arsip Dinamis

Berikut hambatan-hambatan dalam pengelolaan arsip dinamis

menurut Ig Wursanto :53

1. Penemuan kembali secara cepat dan tepat terhadap arsip-arsip apabila

sewaktu-waktu diperlukan kembali.

52

Sulityo Basuki. Pengantar Kearsipan, h.106.

(51)

2. Hilangnya arsip-arsip sebagai akibat dari sistem penyimpanan yang

kurang sistematis, sistem pemeliharaan dan pengamanan yang kurang

sempurna, serta peminjaman atau pemakaian arsip yang jangka

waktunya lama, sehingga arsip lupa dikembalikan kepada unit

kearsipan.

3. Bertambahnya arsip dinamis inaktif tanpa diikuti dengan penyusutan

dan pemusnahan yang kemudian akan mengakibatkan tempat

penyimpanan arsip tidak mencukupi.

4. Tatakerja kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan ilmu kearsipan

modern karena pegawai kearsipan yang tidak cakap dan kurang adanya

bimbingan yang teratur dari pihak pimpinan dan dari para ahli kearsipan.

5. Peralatan kearsipan yang tidak memadai.

6. Kurang adanya kesadaran para pegawai terhadap peranan dan

pentingnya arsip-arsip bagi organisasi, sehingga sistem penyimpanan,

pemeliharaan dan perawatan arsip kurang mendapat perhatian yang

semestinya

E. Arsip Perkara Pidana

Berkas kasus adalah file yang berisi dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan hal yang spesifik, dan peristiwa dengan waktu yang

terbatas.

A case file is a file that contains documents that relate to a specific, time-limited entity or event, such as person, event, project, or organization. A case file series is a set of files that deal with

similar types of cases.” 54

54 PWS Corporate Information Management, Record Management Tip: Record

(52)

Berkas kasus dengan waktu yang terbatas (time-limited) berarti bahwa suatu

peristiwa atau tindakan harus berlangsung sebelum berkas kasus dibuka

(dibuat), sebagai contoh; sebuah file proyek tidak akan dibuat sampai

proyek tersebut direncanakan, file klien tidak akan dibuat sampai klien

tersebut muncul. Serangkaian berkas kasus adalah satu set file yang

berhubungan dengan jenis kasus yang sama.

Arsip berkas perkara adalah arsip yang memiliki nilai referensi dan

dibutuhkan oleh pengacara untuk mengingatkan kembali apa yang sudah

terjadi, dan juga digunakan untuk bahan penelitian sebagai perbandingan

jika ada perkara yang mirip dengan perkara yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu jenis arsip berkas perkara adalah arsip perkara pidana. Arsip

perkara pidana tercipta dari setiap kasus hukum pidana yang terjadi, tindak

pidana dapat dibagi menjadi 2, yaitu tindak pidana umum dan tindak pidana

khusus. Tindak pidana umum adalah tindak pidana yang termasuk dan

diatur dalam KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) dan belum diatur

secara tersendiri dalam Undang-undang khusus, yang termasuk dalam

tindak pidana umum meliputi; kejahatan terhadap martabat presiden dan

wakil presiden, pemalsuan, penghinaan, kejahatan asusila, membuka

rahasia, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, penggelapan, pelanggaran

ketertiban umum dan lain sebagainya. Sedangkan tindak pidana khusus

adalah tindak pidana yang pengaturannya berada diluar KUHP, dan telah

(53)

tindak pidana khusus meliputi; narkotika/psikotropika, korupsi, pencucian

uang, kejahatan HAM dan lain sebagainya.55

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diambil dari dua

judul skripsi. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Widaryono

Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab

dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada tahun 2010 dengan judul “Pengelolaan Arsip Dinamis pada Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah (KAPD) Kota Yogyakarta”. Skripsi ini diperoleh dari

repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tujuan dari penelitian yang

dilakukan tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan arsip

dinamis pada Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Kota

Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi. Langkah-langkah dalam menganalisis data

adalah dengan menggunakan metode reduksi data, penyajian data, dan

pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta sudah sepenuhnya dilaksanakan

sesuai dengan pedoman tata kearsipan yang ada. Perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah pertama pada studi kasus, peneliti

terdahulu bertempat di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD)

55 Hukum Prodeo, “Jenis-jenis Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana.” Diakses 18

Gambar

Tabel 3.1      Informan ..................................................................................
Gambar 2.1      Jenis Arsip Secara Fungsional   ..........................................
gambar peta, gambar bagan dan dokumen-dokumen lain dalam segala
Gambar 2. 1 Jenis Arsip Secara Fungsional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengamatan ini IKG dihitung dengan memisahkan kelamin jantan dan betina, sehingga kelihatan nilai IKG cukup bervariasi antar tingkatan TKG, pada bulan Maret, Mei, Juli

Dengan menggunakan data empiris yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden mahasiswa Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS dapat dibuktikan bahwa

(Dery bukan kah kamu perlu berlibur? Satu atau dua hari akan bagus bagi mu) Dery : There’s no way. There’s too

Anda menikah dengan baik-baik di penghulu dan dirayakan dengan meriah pula, tetapi bertahun-tahun sudah lewat namun Anda tidak mendapat anak juga, padahal tetangga Anda yang

aktivitas protease yang tinggi, yang diukur dengan luas zona bening yang terbentuk, yaitu mikroorganisme TM2 (diameter l9 mm) dan TM5 (diameter 3l mm). Mikroorganisme ini

Namun seiring dengan perkembangan zaman, dimana rata-rata tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah cukup tinggi maka pada tahun 1998 penduduk usia kerja

Kami mengucap Puji syukur kepada Allah, SWT, sehingga kegiatan Pelatihan Aplikasi Microsoft Excel dengan menggunakan Fungsi IF, Date dan Time dalam upaya

SK Gubernur tentang hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD kab/kota. Evaluasi Rancangan Peraturan