ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR, DAN METODE JENSEN
(Studi Kasus Pada Reksa Dana Saham Periode 2013-2015)
Oleh
Muhammad Nur Afifi NIM : 109081000055
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Muhammad Nur Afifi
Panggilan : Afif
Tempat&tanggal lahir : Bojonegor, 02 Desember 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi ABSTRACT
This study aims to determine the performance of the Fund shares based Risk-Adjusted Return by Sharpe, Treynor, Jensen and compare the performance of the Fund shares with the benchmark performance in the study period. Benchmark performance in this study using JCI.
This study uses a quantitative descriptive design. The study population includes all Mutual Fund shares are registered and active on the Indonesia Stock Exchange until the date of December 31, 2015 which amounted to 165 Mutual Fund shares. The sampling technique used purposive sampling technique and gained 10 Mutual Fund shares as the study sample. The variable in this study is the return of Mutual Fund shares, the market return and risk free BI rate. Methods of data analysis using the method of Sharpe, Treynor, and Jensen.
Based on the results of data analysis using the method of Sharpe, Treynor and Jensen showed different results. Mutual Fund Fund shares Primary and Primary Equity Equity Mutual Fund shares are the most consistent because it has good performance and often gets a positive performance. While based on the performance of the Fund in comparison with the stock market's performance last 3 Mutual Fund shares have Out-perform performance during the period of the study consecutively Primary Mutual Fund Equity Fund stock, mutual fund shares Shares Primary, and the Mutual Fund TRIM Kapital.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Reksa Dana saham berdasarkan Risk-Adjusted Return dengan metode Sharpe, Treynor, Jensen serta mengetahui perbandingan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark pada periode penelitian. Kinerja benchmark pada penelitian ini menggunakan IHSG.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian meliputi seluruh Reksa Dana saham yang terdaftar dan aktif pada Bursa Efek Indonesia sampai tanggal 31 Desember 2015 yang berjumlah 165 Reksa Dana saham. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh 10 Reksa Dana saham sebagai sampel penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah return Reksa Dana saham, return pasar, dan risk free BI rate. Metode analisis data menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen menunjukkan hasil yang berbeda. Reksa Dana saham Dana Pratama Ekuitas dan Pratama Ekuitas merupakan Reksa Dana saham yang paling konsisten karena mempunyai kinerja yang baik dan sering mendapat kinerja yang positif. Sedangkan berdasarkan hasil pada perbandingan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja pasarnya ada 3 Reksa Dana saham yang memiliki kinerja Out-perform selama periode penelitian berturut-turut yaitu Reksa Dana saham Dana Pratama Ekuitas, Reksa Dana saham Pratama Saham, dan Reksa Dana TRIM Kapital.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segala-gala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana dengan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode
Jensen (Studi kasus Pada Reksa Dana Saham Periode 2013-2015)” dengan tujuan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala. Namun, berkat izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan penulis. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan menambah wawasan bagi yang membaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, 22 Juni 2016
DAFTAR ISI COVER
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHANUJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHANUJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATAPENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTARTABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1. Tujuan Penelitian ... 16
x
1. Sistem Financial ... 18
2. Pasar Modal ... 19
3. Reksa Dana ... 20
4. Jenis-jenis Reksa Dana ... 25
a. Reksa Dana Terbuka... 28
b. Reksa Dana Tertutup ... 28
5. Proses Investasi pada Reksa dana ... 31
6. Manfaat Reksa dana ... 33
7. Biaya Reksa dana ... 34
8. Risiko dan Return Reksa dana ... 35
9. Nilai NAB dan Pengukuran Kinerja ... 39
10. Metode Pengukuran Reksadana ... 42
a. Indeks Sharpe ... 42
b. Indeks Treynor ... 43
c. Indeks Jensen ... 44
B. Penelitian Terdahulu ... 45
C. Kerangka Pemikiran ... 47
D. Hipotesis ... 49
BAB. III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51
B. Metode Penentuan Sampel ... 51
D. Metode Analisis Data... 53
1. Metode Sharpe ... 53
2. Metode Treynor ... 54
3. Metode Jensen ... 54
E. OperasionalVariabel ... 55
1. Variabel Penelitian ... 55
2. Operasional Variabel ... 56
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. SekilasGambaranUmum ... 59
1. Sejarah Singkat Reksa dana Saham ... 59
2. Jenis Data dan Teknik Pengambilan ... 60
3. Seleksi Sampel ... 60
B. AnalisisVariabel ... 61
1. Hasilreturn Reksa Dana saham ... 61
2. Hasilreturn IHSG ( Benchmark ) ... 62
3. Hasilrisk free (InvestasiBebasRisiko). ... 64
4. Hasil perhitungan kinerja menggunakan dengan metode Sharpe ... 65
5.Hasil perhitungan kinerja menggunakan dengan metode Treynor ... 67
6. Hasil perhitungan kinerja menggunakan dengan metode Jensen ... 69
xii
2. Kinerja Reksa dana Saham dengan Metode Treynor ... 76
3. Kinerja Reksa dana Saham dengan Metode Jensen ... 80
4. Perbandingan Kinerja Reksa dana Sahamdengan kinerja benchmark .. 85
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih Industri Reksa Dana ... 5 Tabel 2.1 Sumber: Tjipto Darmaji dan Hendy Fakhruddin, 2001 ... 27 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 45 Tabel 4.1 Hasil kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2013 dengan Metode
Sharpe ... 72 Tabel 4.2 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Sharpe pada tahun 2013 ... 73 Tabel 4.3 Hasil Kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2014 dengan Metode
Sharpe ... 73 Tabel 4.4 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Sharpe pada tahun 2014 ... 74 Tabel 4.5 Hasil Kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2015 dengan Metode
Sharpe ... 75 Tabel 4.6 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Sharpe pada tahun 2015 ... 76 Tabel 4.7 Hasil kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2013 dengan Metode
Treynor ... 76 Tabel 4.8 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Treynor pada tahun 2013 ... 77 Tabel 4.9 Hasil Kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2014 dengan Metode
Treynor ... 78 Tabel 4.10 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
xiv
Tabel 4.12 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Treynor pada tahun 2015 ... 80 Tabel 4.13 Hasil kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2013 dengan Metode
Jensen ... 80 Tabel 4.14 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Jensen pada tahun 2013 ... 81 Tabel 4.15 Hasil Kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2014 dengan Metode
Jensen ... 82 Tabel 4.16 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Jensen pada tahun 2014 ... 82 Tabel 4.17 Hasil Kinerja Reksa Dana Saham pada tahun 2015 dengan Metode
Jensen ... 83 Tabel 4.18 Daftar Hasil Perhitungan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode
Jensen pada tahun 2015 ... 84 Tabel 4.19 Hasil Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Kinerja
Benchmark pada tahun 2013... 85 Tabel 4.20 Kinerja Benchmark dan Reksa Dana saham terbaik pada tahun 2013 .. 85 Tabel 4.21 Hasil Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Kinerja
Benchmark pada tahun 2014... 86 Tabel 4.22 Kinerja Benchmark dan Reksa Dana saham terbaik pada tahun 2014 .. 87 Tabel 4.23 Hasil Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dengan Kinerja
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
Lampiran 1.1 : Daftar NAB Reksa Dana Periode 2013 ... 96
Lampiran 1.2 : Daftar NAB Reksa Dana Periode 2014 ... 97
Lampiran 1.3 : Daftar NAB Reksa Dana Periode 2015 ... 98
Lampiran 2.1 : Hasil Return Portofolio dan Rata-rata Return Portofolio 2013 ... 99
Lampiran 2.2 : Hasil Return Portofolio dan Rata-rata Return Portofolio 2014 ... 100
Lampiran 2.3 : Hasil Return Portofolio dan Rata-rata Return Portofolio 2015 ... 101
Lampiran 3 : Data IHSG Bulanan dan Rata-rata Return IHSG 2013-2015 ... 102
Lampiran 4 : Data Investasi Bebas Risiko (Risk Free) Periode 2013-2015 ... 102
Lampiran 5 : Data Standart Deviasi Portofolio 2013-2015 ... 103
Lampiran 6 : Data Beta Portofolio 2013-2015 ... 103
Lampiran 7.1 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Sharpe Periode 2013 ... 104
Lampiran 7.2 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Sharpe Periode 2014 ... 104
Lampiran 7.3 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Sharpe Periode 2015 ... 105
Lampiran 8.1 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Treynor Periode 2013 ... 106
Lampiran 8.2 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Treynor Periode 2014 ... 106
Lampiran 8.3 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Treynor Periode 2015 ... 107
Lampiran 9.1 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Jensen Periode 2013 ... 108
Lampiran 9.2 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Jensen Periode 2014 ... 108
Lampiran 9.3 : Data Hasil Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Jensen Periode 2015 ... 109
Lampiran 10.1 : Data Hasil Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dan Kinerja Benchmark pada Periode 2013 ... 110
Lampiran 10.2 : Data Hasil Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dan Kinerja Benchmark pada Periode 2014 ... 110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek (Sunariyah, 2004: 4). Berinvestasi pada dasarnya adalah "membeli" suatu aset yang diharapkan di masa yang akan datang dapat "dijual kembali" dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu alasan utama kita berinvestasi adalah untuk mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini.
modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.
Mahasiswa-mahasiswa kini diharapkan menjadi investor aktif dalam pasar modal. Dengan didukung usia yang muda dan mempunyai semangat yang luar biasa serta dibekali dengan ilmu pengetahuan yang tinggi, Otoritas pasar modal berharap mahasiswa-mahasiswa dapat mengembangkan dan mengelola pasar modal di Indonesia bukan hanya menjadi trader saja.
Program ini diharapkan meningkatkan likuiditas pasar modal. Selama ini, masyarakat Indonesia masih lebih memilih untuk menyimpan dananya di instrumen perbankan dalam bentuk tabungan dan deposito karena bunga yang tinggi daripada di instrumen investasi dalam bentuk pendapatan tetap (obligasi) dan saham, walaupun instrumen investasi menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan instrumen perbankan. Tapi karena tingkat risiko yang harus ditanggung di pasar modal lebih tinggi sehingga mereka harus berhati-hati dalam mengalokasikan dananya.
Pertumbuhan pendapatan penduduk yang semakin meningkat akan diiringi dengan naiknya jumlah investasi, masyarakat akan semakin mencari investasi alternatif di luar perbankan. Dengan naiknya pendapatan masyarakat, mereka berpikir cara alternatif investasi, yang selama ini hanya ditaruh di deposito saja.
dana dan jumlah unit penyertaan yang dibeli oleh masyarakat. Dan diperkuat lagi dengan peningkatan pendapatan dan bertambahnya jumlah kelas menengah mulai diikuti oleh perilaku publik yang berupaya mencari alternatif instrumen investasi di sektor keuangan.
Manajer investasi dan agen penjual reksa dana diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini dengan meningkatkan sosialisasi dan edukasi yang menyasar area perkantoran dan perumahan. target pemasaran produk reksa dana juga bisa menyasar ke perumahan-perumahan melalui tahap sosialisasi dan edukasi terkait keuntungan dan risiko berinvestasi harus jelas agar tidak banyak keluhan ke OJK, Maka manajer investasi harus melakukan riset mengenai tipe perilaku publik yang menginginkan berinvestasi di sektor keuangan.
Sementara itu, Manajer investasi sendiri mendorong pegawainya untuk investasi di instrumen investasi ini. Reksa dana ini produk investasi yang diarahkan untuk retail. Jadi, Manajer investasi berharap semua pegawai bisa investasi di reksa dana.
Dengan semakin banyak investor dari berbagai kalangan dan investor-investor muda yang mau menginvestasikan dananya di bursa efek, dalam jangka panjang bursa Indonesia akan lebih kompetitif. Masyarakatpun bisa menikmati keuntungan di pasar modal.
Kelebihan dan kemudahan yang ditawarkan oleh reksa dana membuat instrumen ini dijadikan pilihan yang menjanjikan oleh para investor. Reksa dana merupakan instrumen investasi yang dikelola oleh Manajer Investasi sehingga investor memiliki informasi produk reksa dana yang valid dari pihak Manajer Investasi tersebut. Berinvestasi melalui reksa dana juga lebih murah dibandingkan instrumen lain karena Manajer Investasi memiliki tugas untuk mengumpulkan dan mengelola dana dari para investor untuk dialokasikan ke pasar modal. Dana yang terkumpul dari beberapa investor tentunya lebih besar daripada dana hanya dari satu orang investor saja sehingga keuntungan yang diharapkan juga lebih besar. Manajer Investasi juga akan melalukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko.
November) terdapat 785 jumlah produk, NAB sebesar Rp 192,23 miliar, dan unit penyertaan sebesar Rp 120,59juta.
Tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih Industri Reksa Dana.
Periode Jumlah Produk NAB(Rp Miliar) UP (juta)
2006 403 51,620 36,140
2007 567 92,190 53,589
2008 568 73,913 60,976
2009 605 112,086 69,985
2010 616 144,704 82,079
2011 671 167,231 98,982
2012 754 187,59 113,71
2013* 785 192,23 120,59
Sumber :www.bapepam.go.id Keterangan : *per November2013
Reksa dana merupakan salah satu sarana berinvestasi yang menawarkan keuntungan besar. Semakin besar keuntungan yang ditawarkan, semakin besar juga potensi kerugiannya (high risk high return). Para investor harus memahami jenis-jenis reksa dana karena menawarkan keuntungan beserta potensi kerugian yang berbeda-beda. Terdapat 5 jenis reksa dana yang berada di Bapepam-LK yaitu reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, dan reksa dana campuran. Kelima jenis reksa dana tersebut melakukan investasi ke instrumen investasi yang berbeda-beda dan memiliki perbedaan dari segi tingkat return dan risiko masing-masing.
Reksa dana saham merupakan reksa dana yang menginvestasikan dana ke dalam bentuk portofolio saham (sedikitnya 80% terdiri atas portofolio saham). reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati oleh para investor karena menghasilkan return yang tinggi dan juga berbanding lurus dengan tingkat risiko yang tinggi. Walaupun berisikotinggi.
Dalam memilih investasi para investor dihadapkan pada 2 faktor yang mempengaruhi investasi, yaitu risiko dan return. Pengembalian (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Pengembalian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan pengembalian yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa depan. Sedangkan risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.
Menurut Halim (2005) ada 3 jenis investor bila dikaitkan dengan preferensinya pada risikoyaitu Investor yang menyukai risiko (risk seeker), Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) dan Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (risk averter).
yang lebih memilih investasi yang memberikan pengembalian rendah dengan risiko yang rendah pula.
Orientasi masyarakat Indonesia saat ini adalah melakukan investasi pada real investment atau real asset seperti emas dan properti berupa tanah &apartement. Hal ini dikarenakan real investment memang memiliki risiko yang kecil. Dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah tipe investor yang menghindari risiko.
Orientasi investor untuk menanamkan dananya pada aset finansial seperti saham dan reksa dana masih tergolong rendah. Beberapa penyebab investor kurang meminati investasi pada aset finansial adalah keterbatasan pengetahuan, informasi, dan waktu yang dimiliki investor. Selain itu keterbatasan dana yang dimiliki investor akan menyulitkan investor untuk melakukan investasi langsung secara individu, namun apabila investor menginginkan investasi yang dapat mengatasi keterbatasan pengetahuan & waktu dan dapat memberikan abnormal return yang lebih tinggi dari real asset dengan tingkat risiko yang sesuai maka reksa dana bisa menjadi pilihan yang tepat.
diuntungkan sebab tidak perlu menghabiskan waktu menganalisis maupun mengamati pergerakan saham pada bursa saham karena hal tersebut telah dilakukan oleh Manajer Investasi. Investor yang memiliki modal terbatas tetapi ingin melakukan investasi juga dapat memilih reksa dana, sebab reksa dana merupakan himpunan dana masyarakat oleh sebab itu dampaknya seperti hasil return yang diterima akan lebih besar dibandingkan bila berinvestasi sendiri dengan modal sendiri yang relatif lebih kecil.
Berinvestasi pada reksa dana pada prinsipnya merupakan diversifikasi investasi (Winingrum, 2011), yaitu suatu investasi yang sengaja disebar dalam beberapa alat investasi yang diperdagangkan dalam pasar modal, seperti saham dan obligasi. Penyebaran investasi dilakukan dengan maksud memperkecil kemungkinan risiko yang akan timbul, jika salah satu instrument investasi mengalami kerugian masih dapat dinetralisir dengan keuntungan yang didapat dari instrument investasi lainnya.
Dalam berinvestasi reksa dana, dikenal dengan istilah NAB. Ketika investor ingin membeli dan menjual reksa dana yang dimilikinya, biasanya mereka juga akan menanyakan berapa NAB suatu reksa dana untuk memperkirakan jumlah unit atau perkiraan keuntungan yang akan mereka peroleh. Karena dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) kita bisa melihat Perkembangan reksa dana.
aset yang dikelola dalam suatu reksa dana. Istilah yang benar untuk menyatakan harga suatu reksa dana yaitu NAB/UP (Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan). Istilah NAB yang digunakan dalam praktek sehari-hari disebabkan karena penyebutannya yang lebih mudah cukup NAB tidak perlu
“NAB Per UP”.
Kata NAB mengadaptasi istilah dari Amerika yaitu Net Asset Value (NAV). Istilah ini sering digunakan dalam publikasi, laporan atau riset yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa pengantar.
Karena sering digunakan, kata NAB yang sebenarnya menunjukkan besarnya jumlah dana yang dikelola sudah “dianggap” sebagai harga reksa dana meski kurang tepat. Untuk membedakan harga dengan jumlah aset yang dikelola, kami menggunakan istilah AUM (Asset Under Management) atau Jumlah Dana Kelolaan dalam bahasa Indonesia. Istilah yang berkaitan dengan reksa dana terkait tentang harga, jumlah dana kelolaan dan aktivitas jual beli investor yang tepat adalah sebagai berikut:
Nilai Aktiva Bersih yang menyatakan berapa jumlah dana yang dikelola oleh suatu reksa dana. Jumlah dana dikelola tersebut sudah mencakup kas, deposito, saham dan obligasi. Dalam penyebutannya menggunakan AUM (Asset Under Management).
berapa harga pada saat transaksi dilakukan, investor reksa dana baru mengetahui harga reksa dana pada keesokan harinya (transaksi sebelum jam 12 siang per hari ini) atau bisa keesokan harinya lagi apabila transaksi dilakukan setelah jam 12 siang.
Sebagai salah satu instrumen investasi yang menguntungkan dan memiliki risiko maka pengukuran kinerja reksa dana perlu dilakukan. Pengukuran kinerja dibutuhkan untuk membantu investor dalam menentukan reksa dana pilihannya. Hasil pengukuran reksa dana juga dapat memberi gambaran akan reksa dana yang memiliki kinerja yang baik.
Pengukuran kinerja merupakan hal yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dan risiko (Hadinata dan Manurung). Ada beberapa model pengukuran kinerja reksa dana yang telah umum digunakan yaitu indeks Sharpe’s (1966), indeks Treynor’s (1965) dan indeks Jensen’s (1968). Franco Modigliani dan Leah Modigliani juga merumuskan model pengukuran kinerja berdasarkan modifikasi model Sharpe yaitu M2 measure. Pengukuran kinerja portofolio reksa dana tidak dilakukan hanya secara individu saja melainkan dengan membandingkan kinerja portofolio lainnya sebagai benchmark. Sebagai contoh menurut (Pratomo dan Ubaidillah, 2005) untuk reksa dana saham, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau LQ45 atau indeks saham sejenis dapat digunakan sebagai tolak ukur.
dunia investasi. Sangat wajar apabila kinerja reksa dana yang dikelola oleh profesional dapat melebihi kinerja portofolio yang terdiri dari investor awam yang hanya menggunakan strategi beli dan tahan (buy and hold). Telah banyak studi yang berkaitan dengan analisis kinerja reksa dana. Secara umum kesimpulan yang dapat diambil adalah perusahaan reksa dana tidak selalu menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingakan dengan kinerja pasar. Sharpe (1966) mengamati 34 reksa dana di Amerika dan mengukur returnnya dengan Indeks Sharpe. Hasilnya menunjukkan hanya 11 reksa dana (kurang dari separuh) yang returnnya lebih baik daripada return pasar yang diwakili oleh indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA). Ketika pengukuran returnnya diganti dengan Indeks Treynor didapat lebih banyak reksa dana (lebih dari separuh), yang returnnya lebih baik dari pada return pasar. Treynor dan Mazuy (1966) melakukan studi terhadap 57 reksa dana dari berbagai jenis antara tahun 1953 sampai dengan 1962 dan diperoleh hasil bahwa hanya satu reksa dana yang mampu memprediksi kondisi pasar. Hal ini menunjukkan bahwa manajer investasi reksa dana rata-rata belum dapat memanfaatkan informasi masa lalu untuk memperbesar return secara terus menerus relatif terhadap return pasar.
reksa dana. Pengukuran kinerja reksa dana yang secara khusus mengukur risk dan return dari portofolio investasi (reksa dana) yang bersangkutan. Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa dana antara lain metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen. Menurut Trisiwi Pujiarti dan Farida Ratna Dewi (2009), Mendefinisikan Secara umum metode Sharpe dan Jensen menunjukan kinerja historis dari suatu reksa dana saham, berdasarkan ulasan hasil olah data telah ditunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham berfluktuasi mengikuti pergerakan pasar. Di lain pihak, dalam mengelola portofolio, manajer investasi harus memperhatikan kondisi fundamental pasar serta memprediksi arah pasar kedepannya.
Rofiqah Wahdah dan Joko Hartanto (2012), berpendapat bahwa berdasarkan metode sharpe dan Jensen terdapat 2 (dua) reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja IHSG dan LQ-45. Sedangkan yang berdasarkan metode treynor terdapat 3 (tiga) reksa dana saham yang mempunyai kinerja lebih baik dari pasarnya.
Menurut Magdalena Santosa dan Amelina Apricia Sjam (2012). Kinerja produk reksa dana dengan menggunakan metode perhitungan Jensen alpha, sharpe ratio, treynor ratio, dan information ratio dinilai berkinerja baik karena terdapat produk-produk reksa dana yang memiliki nilai return di atas pasar.
yang dapat Menggambarkan kemampuan Manajer Investasi dalam mengelola reksa dana saham yang dikelolanya yang mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh untuk setiap unit resiko yang diambil. Eko (2002) menyatakan bahwa portofolio reksa dana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Perbedaan peringkat pada kedua metode tersebut menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut terhadap portofolio sejenis sehingga metode Sharpe dan metode Treynor sebaiknya dilakukan bersama.
Meski tidak ada kepastian bahwa kinerja reksa dana yang kinerja yang Baik di masa lalu dapat berkinerja yang sama dimasa depan namun reksa dana yang berkinerja baik dimasa lalu berpeluang memiliki kinerja yang baik juga di masa yang akan datang. Setiap jenis reksa dana memiliki kinerja yang berbeda–beda, tergantung bagaimana kinerja perusahaan manajer investasinya mengelola.
memberikan gambaran obyektif tentang kondisi kinerja reksa dana saham di Indoneisa.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengukuran
Kinerja Reksa Dana dengan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen” (Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2013 – 2015).
B. Perumusan Masalah
Suatu reksa dana dikatakan memiliki kinerja yang sangat baik apabila mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi serta dapat memperkecil risiko. Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja reksa dana saham berdasarkan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen, pada periode 2013–2015?
2. Apakah kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pasarnya (benchmark) pada periode 2013-2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kinerja reksa dana saham berdasarkan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen, periode 2013–2015.
b. Mengetahui kinerja reksa dana saham yang memiliki kinerja lebih baik dari pada kinerja pasarnya (benchmark) sebagai pembanding pada periode 2013-2015.
c. Mengetahui reksa dana yang memiliki kinerja outperform dan underperform terhadap IHSG (benchmark) pada periode 2013-2015
2. ManfaatPenelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang manajemen tentang analisis pengukuran kinerja reksa dana saham dengan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen.
b. Praktis
1) Bagi penulis
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran yang obyektif tentang kinerja reksa dana saham di Indonesia yang dapat dijadikan acuan bagi masyarakat dalam menginvestasikan dananya di reksa dana yang dapat memaksimumkan tingkat pendapatan dari dana yang diinvestasikan serta mampu memilih manajer investasi yang mampu mengelola dananya dengan baik. Dengan adanya informasi tentang kinerja reksa dana saham diharapkan dapat mendukung upaya menambah pengetahuan publik dan keterbukaan informasi pada masyarakat luas mengenai kinerja, resiko dan return reksa dana saham.
b. Bagi Manajer Investasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Sistem Finansial
System financial merupakan salah satu mekanisme penting dalam perekonomian Negara, mengingat memiliki tugas utama untuk menggerakkan dana dari penabung (unit masyarakat yang surplus) ke pihak yang memerlukan dana (unit yang defisit) untuk keperluan konsumsi dan investasi di bidang yang produktif (Herman darmawi, 2006). Dengan investasi, dapat menyebabkan perekonomian tumbuh yang pada gilirannya akan meningkatkan standar hidup (kemakmuran) penduduk.
Sebagai suatu sistem, sistem finansial merupakan proses yng memepertemukan demand dan supply. Dalam system financial terjadi interaksi antara unsure-unsur system, baik berupa lembaga dan individu, pasar, hokum, peraturan, teknik, maupun instrument finansial. Melalui system financial inilah akan terjadi.
a. perdagangan surat berharga berupa ekuitas (saham), surat hutang (obligasi) dan bentuk sekurita lainnya
b. pemberlakuan keuntungan lewat penetapan tingkat bunga
Dalam tata perekonomian nasional, pasar keuangan yang berlaku di Indonesia mengandung tiga unsur besar, antara lain:
a. lembaga-lembaga finansial
b. pasar finansial beserta pelaku pasar c. instrument financial
2. Pasar Modal
Sebagai bentuk pasar, pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli. Namun, analogi penjual dan pembeli disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komuditas di pasar tradisional. Penjual dan pembeli disini adalah penjualan dan pembeli instrument keuangan dalam kerangka investasi.
Pada aspek lain, Pasar Modal juga merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu Negara (Tandelilin, Eduardus, 2001). Pasar Modal memberikan fasilitas untuk mempertemukan antara pihak-pihak surplus dana (surplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka investasi (Robert Ang, 1995). Disitu, memiliki peran penting, mengingat pertumbuhan invetasi berarti terjadi pergerakan ekonomi secara sircle, mulai dari sektor keuangan sampai pada sektor riil. Itu semua merupakan satu putaran ekonomi Negara (Herman Darmawi, 2006).
Dalam perputaran roda perekonomian, sumber-sumber pembiayaan merupakan tulang punggung pengembangan usaha (bisnis). Untuk itu, dibutuhkan solusi sumber dana yang memiliki risiko rendah serta tawaran pilihan-pilihan instrument yangbmemiliki jangka waktu panjang. Pasar modal muncul sebagai suatu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang, sehingga oleh perusahaan pengguna dana dapat leluasa memanfaatkan dana tersebut dalam raangka kepentingan investasi.
3. Reksa Dana
Kata “reksa dana” (Mutual Fund) memiliki makna “saling
menguntungkan”, reksa dana juga sering disebut dengan istilah
“Danareksa”. Danareksa adalah suatu perusahaan investasi dengan nama
“PT. Danareksa” yang merupakan BUMN dibawah Departemen keuangan.
PT. Danareksa banyak menertibkan instrument investasi yang salah satu instrumennya adalah reksa dana. Sedangkan reksa dana adalah satu jenis instrument investasi, secara abstrak kita dapat membayangkan reksa dana sebagai suatu instrumen investasiseperti sertifikat deposito.
Reksa dana di Indonesia mulai muncul sekitar tahun 1970-an, yaitu sejak PT. Danareksa didirikan pada tahun 1977 bersamaan dibuka kembali dibidang instrument Bursa Efek Jakarta. Tujuan didirikan PT. Danareksa adalah untuk meramaikan dan mengembangkan bidang instrument pasar modal serta memacu perkembangan reksa dana di Indonesia. Saat itu,
produk/instrumen investasi yang terbitkan adalah “Sertifikat Danareksa”
yang merupakan instrumen sama dengan Mutual Fund (reksa dana), dimana sebagian besar portofolionya ditanamkan pada instrumen surat hutang (obligasi) dan pasar uang.
Beberapa kali pemerintah berusaha memperkokoh eksistensi reksa dana dengan penerbitan landasan hokum, yaitu diterbitkannya UUPM No. 8/1995 1 Januari 1996. Saat itu, sertifikat danareksa harus menyesuaikan diri dengan undang-undang tersebut. Sebagai respon dari Undang-undang
diantisipasi untuk menggantikan sertifikat Danareksa. Dasar hukum mulai kokoh lagi dengan diundangkannya UUPM No. 8/1995 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1996, yang tercantum pada Bab IV tentang Reksadana dari pasal 18 sampai pasal 29.
Reksa dana (Mutual Fund) adalah suatu institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas.
Jadi, reksadana merupakan wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuritas lainnya.
Manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan
menerima deviden atau bunga yang dibukukannya ke dalam “Nilai Aktiva
Bersih” (NAB) reksa dana tersebut. Kekayaan reksadana yang dikelola
Diatas telah dinyatakan bahwa reksa dana adalah wadah Manajer Investasi untuk melakukan portofolio investasi atas dana dari nasabah yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya. Sebagai pihak yang mengelola dana nasabah (investor) dalam bentuk portofolio, maka Manajer Investasi (MI) memiliki kewajiban, antara lain (Tjipto darmaji dan Hendy Fakhruddin, 2001):
a. Mencatat dan menyimpan segala bentuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam investasi portofolio reksadana
b. Memperhatikan dan mematuhi pedoman pengelolaan reksa dana (peraturan nomor IV.A.3 dan nomor IV.B.1)
c. Menyampaikan informasi tentang reksa dana kepada masyrakat tentang kinerja dan informasi Reksadana yang dikelolanya
d. Meghitung Nilai Pasar Wajar dari efek dalam portofolio reksadana dan menyampaikan kepada Bank Kustodian sesuai dengan Peraturan Nomor IV.C
e. Mematuhi ketentuan kepemilikan unit penyertaan untuk setiap pemegang unit penyertaan setinggi-tingginya 1% dari jumlah unit penyertaan yang ditetapkan dalam kontrak.
f. Memisahkan harta kekayaan reksadana dari harta kekayaan Manajer Investasi
h. Mengutamakan dan mendahulukan kepentingan para pemegang unit penyertaan sehubungan pengelolaan reksadana
Disamping Manajer Investasi memiliki kewajiban sebagaimana tersebut diatas, juga terdapat larangan yang tidak boleh dilanggar sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam-LK, antara lain:
a. Memiliki saham/unit penyertaan untuk kepentingan dan atas nama pihak lain
b. Memungut komisi atau biaya dari reksa dana yang lebih tinggi dari komisi atau biaya yang dipungut oleh Perantara Perdagangan Efek yang tidak terafiliasi.
c. Menerima imbalan dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung
d. Membeli efek yang tidak melalui penawaran umum (IPO), kecuali untuk Efek Pasar Uang
e. Membeli efek yang sedang ditawarkan dalam penawaran umum dimana manajer investasi bertindak sebagai penjamin emisinya
a. Melakukan pembukuan sesuai dengan Pedoman Akuntansi Reksa Dana (peraturan Bapepam-LK nomor VIII.G.8)
b. Mengasuransikan seluruh portofolio reksa dana dengan biaya sendiri c. Menhitung Nilai Aset Bersih (NAB) unit penyertaan setiap hari bursa
berdasarkan Nilai Pasar Wajar dari efek yang termasuk dalam portofolio reksa dana dan mengumumkannya.
d. Menyampaikan laporan kepada Bapepam-LK dan Manajer Investasi sesuai dengan tata cara pelaporan
e. Memisahkan harta kekayaan reksa dana dari kekayaan Bank Kustodian f. Mengutamakan dan mendahulukan kepentingan para pemegang unit
penyertaan sehubungan dengan pengelolaan kekayaan reksadana. g. Menjaga kerahasian pemegang unit penyertaan
h. Meningkatakan pengawasan dengan mengevaluasi sistem prosedur kegiatan.
4. Jenis-Jenis Reksa Dana
a. Reksa dana berbentuk Perseroan adalah emiten (reksa dana menerbitkan saham sehingga disebut emiten) yang melakukan kegiatan usaha dengan menghimpun dana dari masyarakat dengan cara menjual saham, dan selanjutnya dana yang telah terkumpul dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
b. Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah instrument penghimpun dana dengan penerbitan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada bagian jenis yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Dengan demikian jelas perbedaanya, yaitu jika reksa dana berbentuk perseroan menghimpun dana melalui penjualan saham, sedangkan reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) menghimpun dana melalui penjualan unit penyertaan (UP). Unit penyertaan (UP) adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi kolektif.
Sebagai pihak yang mengelola dana dari investor dengan kepercayaan yang dimiliki, reksa dana dilakukan melakukan:
1) Reksa dana dilarang menerima dan atau memberikan pinjaman secara langsung.
2) Reksa dana dilarang membeli saham atau unit penyertaan Reksa dana lainnya.
Perbedaan ciri-ciri reksa dana berbentuk perseroan dan reksa dana berbentuk kontrak kolektif.
Tabel 2.1
Perbedaan Reksa Dana berbentuk perseroan dan kontrak kolektif
Keterangan Reksa Dana Perseroan Reksa Dana Kontrak Kolektif
Bentuk Hukum
Perseroan Terbatas (PT) Kontrak Investasi Kolektif
Pengelolaan Kekayaan
Didasarkan pada kontrak antara dewan direksi dan manajer investasi yang ditunjuk antara manajer investasi dengan bank kustodia
Dilaksanakan oleh bank
kustodian berdasarkan kontrak
Sumber : Tjipto darmaji dan Hendy Fakhruddin, 2001
Berdasarkan sifat proses jual-beli saham, maka reksa dana Perseroan dapat dibedakan menjadi atas dua jenis (Dr. Nor Hadi, 2013: 132), yaitu:
Merupakan reksa dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Reksa dana ini memiliki karakter antara lain:
1) Reksa dana dapat mengeluarkan/menjual saham/unit penyertaan secara terus menerus, sepanjang ada pemodal yang mau membelinya.
2) Saham Reksa dana tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek.
3) Investor dapat membeli kembali saham/unit penyertaan reksa dana yang dimilikinya kepada reksa dana yang bersangkutan.
4) Harga jual/beli saham/unit penyertaan reksadana berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada hari yang bersangkutan.
b. Reksa dana Tertutup (close-end investment company)
Merupakan reksadana yang dapat menawarkan saham kepada masyarakat pemodal tapi dapat dibeli kembali saham-sahamnya yang telah dijual kepada masyarakat pemodal. Proses jual-beli saham hanya dapat dilakukan di bursa efek tempat saham reksadana tersebut tercatat. Reksa dana tertutup mempunyai karakter sebagai berikut: 1) Tidak diperbolehkan membeli saham-saham yang telah dijual
kepada investor, atau investor tidak dapat menjual kembali saham reksadana yang dimilikinya kepada reksadana yang bersangkutan. 2) Saham reksadana dapat dicatat di Bursa Efek.
Dari sisi peraturan Bapepam, reksa dana di Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis kategori, pengkategorian jenis reksadana di sini memang berdasarkan kategori instrument dimana reksa dana melakukan investasi (Eko Priyo dan Ubaidillah, 2005: 67).
a. Reksa dana pasar uang didefinisikan sebagai reksa dana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang yang berarti efek-efek hutang yang berjangka pendek atau kurang dari satu tahun. Reksa dana pasar uang memiliki risiko yang paling rendah, dibandingkan dengan jenis reksa dana lain. Hal ini berbanding lurus dengan return yang dihasilkan reksa dana pasar uang. Dikarenakan jangka waktunya yang pendek, investasi ini mengedepankan keamanan investasi dan likuiditas tinggi sehingga risiko kehilangan atau penurunan nilai investasi menjadi sangat rendah.
b. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya kedalam efek bersifat hutang. Jangka waktu investasi reksa dana pendapatan tetap (RDPT) relatif lebih lama dibandingkan reksa dana pasar uang (lebih dari 3 tahun), karena jangka waktu yang cukup panjang maka risiko akan keadaan masa depan (seperti inflasi & kondisi) ekonomi menjadi lebih besar.
saham umumnya relatif lebih tinggi dari reksa dana jenis lain. Return dapat berupa perubahan harga saham (capital gain) maupun dividend. Selain memberikan return yang tinggi reksa dana saham juga memiliki risiko yang tinggi. Risiko dapat terjadi akibat penurunan harga-harga saham (capital loss).
d. Reksa dana campuran adalah reksa dana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek hutang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk dalam kategori reksa dana pendapatan tetap dan Reksa dana saham. Reksa dana campuran memiliki fleksibilitas yang tinggi. Selama proporsi efek pada reksa dana tidak termasuk dalam kategori reksa dana pasar uang dan reksa dana saham, maka manajer investasi bebas memilih komposisi investasinya (saham, obligasi, deposito, hutang, atau efek lainnya). Keberhasilan reksa dana campuran tergantung pada manajer investasi melakukan market timing dalam memilih efek sesuai kondisi yang terjadi di pasar dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut usaha melakukan market timing. Market timing memang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil investasi dan/atau menurunkan resiko.
Dilihat dari tujuan investasinya, reksa dana terdapat beberapa jenis, yaitu:
1) Growth Fund
2) Income Fund
Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang mengutamakan pendapatan yang konstan. Reksa dana ini mengalokasikan danannya berupa surat utang atau obligasi.
3) Safety Fund
Reksa dana jenis ini lebih mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Reksa dana ini biasanya mengalokasikan dananya di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat utang jangka pendek.
5. Proses Investasi pada Reksa Dana
Proses investasi oleh investor ke dalam berbagaimana diversifikasi instrument keuangan, dikelompokkan kedalam dua cara, yaitu:
a. Investasi secara langsung, yaitu dengan menghubungi bank atau pialang (broker) untuk bertransaksi langsung ke dalam deposito, sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, dan saham.
b. Ask the expert melalui Reksa dana, yaitu dengan memanfaatkan manajer investasi, suatu perusahaan dengan izin badan pengawas pasar modal (Bapepam), yang secara professional akan menyediakan jasa pengelolaan portofolio investasi bagi nasabah.
modal. Jika pemilik dana berinvestasi sendiri kedalam berbagai instrument keuangan terdapat beberapa persyaratan yang perlu dimiliki, khususnya investasi obligasi dan saham, antara lain:
a. Pengetahuan dan kemampuan menganalisis masing-masing jenis instrument (efek) investasi, serta menganalisis perusahaan penerbit (emiten).
b. Kemampuan menganalisis kondisi makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja masing-masing instrument.
c. Memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi. d. Menguasai manajemen portofolio investasi.
e. Dana yang relative besar untuk dapat melakukan diversifikasi. f. Akses terhadap jasa pialang (broker) serta jasa penitipan dan
administrasi investasi (bank kustodian).
Reksa dana dibentuk oleh Manajer Investasi dan bank kustodian melalui akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksa dana.
(MI) mengelola dana yang terkumpul dari para investor yang mempercayakan dananya selanjutnya diinvestasikan keberbagai instrument investasi (portofolio), termasuk dengan melalui kontrak investasi kolektif, baik di pasar uang maupun pasar modal.
6. Manfaat Reksa Dana
Reksa dana memberi berbagai manfaat bagi investor. Investor reksa dana tidak perlu mengamati aktivitas perdagangan saham, cukup dilakukan oleh manajer investasi saja. Manfaat yang dapat diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam reksa dana antara lain (Tjipto darmaji dan Hendy Fakhruddin, 2001):
a. Pemodal tidak perlu memiliki dana yang besar untuk melakukan diversifikasi investasi pada efek, karena dana tersebut akan dikumpulkan dengan dana dari invenstor-investor lain setelah itu kemudian diinvestasikan pada portofolio efek.
investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi.
7. Biaya Reksa Dana
Biaya merupakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu. Dalam konteks reksa dana maka biaya adalah sejumlah harga yang harus dikeluarkan agar dapat berinvestasi di reksa dana. Menurut Manurung (2008) biaya dapat mengurangi tingkat pengembalian yang diterima investor. Biaya diharapkan sangat kecil agar hasil yang diperoleh cukup besar. Dengan biaya yang kecil maka diharapkan tingkat pengembalian yang diterima menjadi lebih besar. Adapun biaya-biaya tersebut dapat dikelompokkan kepada 3 biaya (Manurung 2008:67) yaitu:
a. Biaya ketika investor membeli reksa dana
b. Biaya yang dikeluarkan reksa dana itu sendiri sebagai badan hukum c. Biaya ketika investor keluar dari reksa dana
dengan biaya penjualan kembali (redemption fee). Besarnya biaya ini bervariasi dari nol persen sampai dengan dua persen.
8. Risiko dan Return Reksa Dana a. Risiko Reksa Dana
Investor perlu menyadari bahwa reksadana berbeda dengan deposito yang menjajikan hasil investasi tertentu, tidak ada janji hasil investasi tertentu yang dapat diberikan oleh Manajer Investasi kepada investor. Sesuai peraturan Bapepam pun, Manajer Investasi dilarang memberikan janji suatu hasil tertentu atas pengelolaan dana yang dilakukannya.
Dalam setiap iklan atau brosur mengenai reksa dana yang disampaikan kepada calon investor hamper selalu dicantumkan bahwa Nilai Unit Penyertaan reksa dana dapat naik maupun turun. Sering juga dicantumkan, dan ini perlu kita ketahui, bahwa kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan atau tidak harus menunjukan kinerja masa yang akan datang.
Dua hal diatas merupakan risiko investasi yang perlu disadari betul oleh investor reksadana. Karena pada dasarnya investasi melalui reksa dana berarti kita berinvestasi dalam suatu pasar.
1) Risiko Berkurangnya NAB atau Unit Penyertaan
Risiko ini terjadi karena adanya fluktuasi dari harga aset-aset pada reksa dana tersebut.
2) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang timbul pada efek utang dan instrument pasar uang karena penerbit utang-utang tersebut tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar utangnya.
3) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah risiko dimana Manajer Investasi tidak dapat dengan segera melunasi transaksi penjualan kembali NAB atau Unit Penyertaan reksadana.
4) Risiko Wanprestasi
Risiko ini menyangkut adanya ketidak mampuan pihak pengelola reksa dana atau pihak yang terkait dengan reksadana, misalnya; pialng, bank kustodian, agen pembayaran.
b. Return Reksa Dana
Gambar 2.1
Jenis Reksa Dana Berdasarkan Tingkat Pengembalian dan Risiko
Tingkat Pengembalian
Reksa Dana Pertumbuhan
Reksa Dana Pertumbuhan & Pendapatan
Reksa Dana Pendapatan
Reksa Dana Seimbang
Reksa Dana Obligasi
Reksa Dana Pasar Uang
Risiko
Sumber: Adler H Manurung (2002); Lima Bintang Untuk Agen Penjual Reksa Dana
9. Nilai Aktiva Bersih dan Pengukuran Kinerja
Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan nilai portofolio investasi sesuai harga pasar dan masing-masing efek dalam portofolio setelah dikurangi kewajiban dengan biaya-biaya yang ditanggung reksa dana. NAB menentukan nilai atau harga setiap Unit Penyertaan setelah membaginya dengan jumlah Unit Penyertaan yang beredar. Pemodal membeli atau menjual Unit Penyertaan yang dimilikinya seuai harga NAB/Unit Penyertaan pada hari yang bersangkutan. Nilai NAB/Unit Penyertaan berubah-ubah setiap hari. Naik/turunnya NAB/Unit Penyertaan ini menjadi indicator untung/ruginya pemodal.
Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja adalah Nilai
Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau “harga beli” per unit
Besarnya dana (NAB) dalam reksa dana baru akan berkaitan secara langsung dengan kinerja investasi jika dalam periode pengukuran tidak terdapat arus kas masuk maupun keluar dari reksadana (tidak ada pembelian dan tidak ada penjualan kembali). Artinya jumlah Unit Penyertaan yang beredar (dimiliki oleh semua investor) tidak bertambah dan tidak berkurang. Dalam hal ini, kinerja investasi (yang dihitung berdasarkan perubahan NAB/Unit) akan tepat sama dengan perubahan NAB itu sendiri.
Jadi harus benar-benar dipisahkan antara ulasan mengenai pertumbuhan dana (NAB) yang lebih banyak disebabkan oleh keputusan investor untuk membeli atau mencairkan investasinya dengan ulasan kinerja investasi yang merupakan keputusan Manajer Investasi. Ulasan kinerja investasi harus berdasarkan perubahan NAB/Unit, sehingga akan menjadi salah jika kinerja investasi diukur berdasarkan perubahan NAB.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan baik bagi manajer investasi maupun investor. Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja reksa dana yang telah diperoleh dibandingkan dengan portofolio pembanding. Menurut Manurung (2008) dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio berhubungan dengan 2 persoalan mendasar yaitu:
2. Penentuan perhitungan tingkat pengembalian tersebut.
Pengukuran kinerja reksadana hanya didasarkan atas perubahan NAB/Unit Penyertaan dan ada tidaknya pembagian keuntungan. Dari dua data inilah, kinerja reksadana diukur. Perubahan asset (NAB) bukan merupakan indicator kinerja, karena adanya faktor masuk keluarnya dana oleh investor.
Kinerja reksa dana dapat diukur dengan hanya menghitung berdasarkan laba total saja (total return) atau yang lebih baik lagi adalah dengan melibatkan juga pengukuran risiko. Pengukuran kinerja dengan melibatkan faktor risiko memberikan informasi yang lebih mendalam bagi investor tentang sejauh mana suatu hasil atau kinerja yang diberikan oleh Manajer Investasi dikaitkan dengan risiko yang diambil untuk mencapai kinerja tersebut.
Kesalahan yang sering ditemukan dalam kinerja reksa dana antara lain berkaitan dengan hal-hal berikut ini (Pratomo dan Ubaidillah, 2005):
1. Menilai kinerja berdasarkan pertumbuhan dana (NAB).
2. Menghitung kinerja reksa dana tanpa memperhatikan adanya pembagian keuntungan (dividen).
3. Membandingkan kinerja reksa dana untuk periode yang berbeda serta tidak menggunakan tolak ukur (benchmark) tertentu.
10.Metode Pengukuran Reksa Dana a. Indeks Sharpe
Salah satu metode yang digunakan untuk membandingkan kinerja portofolio yaitu Indeks Sharpe. Indeks Sharpe ini menggunakan konsep dari Garis Pasar Modal (Capital Market Line) dimana Sharpe menyatakan series kinerja portofolio dihitung merupakan hasil bersih dari portofolio dengan tingkat bunga bebas risiko per unit risiko dengan diberi simbol Sp (Manurung 2008). Indeks kinerja Sharpe dihitung dengan formula berikut (Sharpe, 1966):
Dimana:
= Nilai Sharpe Ratio Reksa Dana
= Rata–rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata–rata return investasi bebas risiko pada periode t
= Standar deviasi return Reksa Dana
Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu (Sharpe, 1966):
Dimana:
σ = Standar deviasi
= Rata–rata return Reksa Dana pada periode t
= Ekspetasirata- rata return pada periode t
N = Jumlah pengamatan
Hasil perhitungan kinerja portfolio dengan indeks Sharpe yang positif dan berada diatas pasar menandakan portfolio tersebut memiliki kinerja yang baik. Jika hasil perhitungan kinerja portofolio dengan indeksSharpe menunjukkan angka yang lebih kecil dari nilai portfolio pasar, maka portfolio tersebut memiliki kinerja yang buruk.
b. Indeks Treynor
Treynor sebagai salah satu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, Treynor mengamsusikan bahwa portofolio sangat diversifikasi. Oleh karena itu, Indeks Treynor menyatakan series kinerja portofolio dihitung merupakan hasil bersih dari portofolio dengan tingkat bunga bebas risiko per unit risiko pasar portofolio tersebut dengan diberi simbol Tp (Manurung 2008). Indeks kinerja Treynor dihitung dengan formula berikut (Treynor, 1965):
Keterangan :
= Nilai Treynor Ratio Reksa Dana
= Rata–rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata–rata return investasi bebas risiko pada periode t
= Persamaan garis hasil regresi linier
Seperti halnya dengan Metode Sharpe. Semakin tinggi nilai ratio Treynor makin baik kinerja reksa dana.
Beta dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Treynor, 1965)
Dimana:
= Beta atau risiko sistematik suatu portofolio
( )= Kovarians anatara return saham dengan return pasar
= Varians saham
c. Indeks Jensen
mingguan). Dalam metode Jensen apabila bentuk Reksadana positif yang semakin tinggi menunjukkan kinerja reksa dana semakin baik. Metode Jensen menilai kinerja diatas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Metode Jensen yang diformulasikan sebagai berikut:
( )
Keterangan:
= Ukuran kinerja Reksa Dana Jensen
= Rata–rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata–rata return investasi bebas risiko pada periode t
= Rata-rata return pasar saham (IHSG) pada periode t
= Slope persamaan garis hasil regresi linier
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Penelitian Kesimpulan
1. Zeba Shariff Khan, 2010
Implementation of Models to measure the Performance of Mutual Funds
the Asset Managers have
Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan dan Jensen menunjukan kinerja historis dari suatu reksa dana saham, berdasarkan ulasan hasil olah data telah pengukuran kinerja reksa dana yaitu metode Sharpe, Treynor, dan Jensen yang digunakan dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa kinerja reksa dana saham konvensional lebih baik (out-perform)
4. Magdalena Santosa dan Amelina Apricia Sjam, 2012
Penilaian Kinerja produk Reksa Dana dengan
Dinilai berkinerja baik karena terdapat produk-produk reksa dana yang memiliki nilai return di atas pasar. Sedangkan produk reksa dana yang dapat dinyatakan paling baik kinerjanya menurut 5 (lima) metode yang digunakan adalah reksa dana Indeks Saham Progresif (ISP)
5. Uun Sunarsih Dan Andriyanto, 2015
Analisis Kinerja Reksa Dana Syariah di perhitungan dan analisis dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen pada Reksa Dana Syariah selama periode 2010-2012, telah diperoleh hasil dalam bentuk pemeringkatan, yaitu itu ada 3 (tiga) Reksa Dana Syariah yang memenuhi syarat untuk dilakukan penempatan investasi.
C. Kerangka Pemikiran
risiko dan return reksa dana tersebut. Setiap investor mengharapkan suatu kinerja yang memberikan suatu return yang tinggi.
Data NAB Reksa Dana Saham
Metode Sharpe Metode Treynor Metode Jensen
Adakah Reksa Dana saham yang memiliki kinerja lebih baik dari pada
kinerja pasarnya (benchmark)
Data IHSG Data BI rate
Return IHSG Risk free BI rate Return Reksa
Dana Saham
Standar deviasi Beta
Reksa Dana Saham yang memiliki kinerja out-perform dan
under-perform
D. Hipotesis Penelitian
Dalam melakukan analisis data, terlebih dahulu harus ditentukan hipotesis yang diharapkan.
1. : Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja positif dengan metode Sharpe
: Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja negatif dengan metode Sharpe
2. : Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja positif dengan metode Treynor
: Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja negatif dengan metode Treynor
3. : Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja positif dengan metode Jensen
: Kinerja reksa dana saham mempunyai kinerja negatif dengan metode Jensen
4. : > : Kinerja reksa dana saham menggunakan return dan risk mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan tolakukurnya(Benchmark)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membandingkan antara kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode sharpe, treynor dan jensen. Di dalam penelitian ini mengambil lokasi kinerja reksa dana saham pada periode 2013 - 2015, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa publikasi yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan dari Bapepam, Bank Indonesia, dan sumber lainnya.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dari data yang ada. (Kuncoro, 2007).
Penulis menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mencari kinerja reksa dana saham. IHSG di sini berperan sebagai benchmark dari kinerja reksa dana tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi
Sampel
Sampel pada penelitian kali ini menggunakan teknik purposive sampling dengan syarat sebagai berikut:
1. Sampel termasuk reksa dana yang aktif selama periode penelitian (Januari 2013 s/d Desember 2015).
2. Sampel termasuk reksa dana yang aktif mengelola dana dalam bentuk reksa dana saham.
3. Sampel termasuk reksa dana saham yang tersedia di daftar Bareksa. 4. Sampel termasuk 10 reksa dana saham yang mempunyai NAB
tertinggi pada periode 2013-2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Data Nilai Aktiva Bersih (NAB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Standar Deviasi dan Beta.
Penelitian ini melibatkan perusahaan reksa dana saham yang aktif dan terdaftar di Bapepam-LK periode 2013-2015. Waktu penelitian direncanakan pada bulan februari 2016.
D. Metode Analisis Data 1. Metode Sharpe
Merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana yang didasarkan pada seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh untuk setiap unit risiko yang diambil. Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan:
= Nilai Sharpe Rasio Reksa Dana
= Rata-rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata-rata return investasi bebas risiko pada periode t
2. Metode Treynor
Metode Treynor sama halnya dengan metode Sharpe yang menggunakan Risk Premium, namun bedanya metode Treynor menggunakan beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi realtif terhadap risiko pasar. Metode Treynor dapat diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan :
= Nilai Treynor Rasio Reksa Dana
= Rata-rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata-rata return investasi bebas risiko pada periode t
= Persamaan garis hasil regresi linier (beta)
Seperti halnya dengan Metode Sharpe. Semakin tinggi nilai ratio Treynor makin baik kinerja reksa dana.
3. Metode Jensen
kinerja reksa dana semakin baik. Metode Jensen menilai kinerja diatas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Metode Jensen yang diformulasikan sebagai berikut :
( ) ( )
Keterangan:
= Ukuran kinerja Reksa Dana Jensen
= Rata-rata return Reksa Dana pada periode t
= Rata-rata return investasi bebas risiko pada periode t
= Rata-rata return pasar saham (IHSG) pada periode t
= Persamaan garis hasil regresi linier (beta)
E. Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
2. Operasional Variabel
Variabel–variabel operasional penelitian yang sudah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Return Reksa Dana
Return reksa dana saham dalam periode tertentu yang akan menunjukkan suatu ukuran kinerja yang telah dicapai perusahaan yang diperhitungkan dari data NAB per unit. Return reksa dana dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Keterangan:
= Return Reksa Dana Saham periode t
= NAB Reksa Dana Saham akhir periode
= NAB Reksa Dana Saham awal periode
b. Return IHSG (Benchmark)
Keterangan:
= Return pasar saham (IHSG) periode t = IHSG pada akhir periode
= IHSG pada awal periode c. Risk Free
Merupakan investasi dengan bebas risiko yang diasumsikan dengan tingkat rata–rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada suatu periode tertentu.Risk free dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:
∑ ∑
d. Standar Deviasi Return Reksa Dana
Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata return yang dihasilkan pada reksa dana dan pasar pada sub periode tertentu. Standar deviasi return reksa dana dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:
e. Beta
Menghitung beta dari masing-masing Reksa Dana saham sebagai pembagi. Perhitungan beta pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
f. Melakukan analisis penghitungan menggunakan Risk-Adjusted Return dengan metode Sharpe.
g. Melakukan analisis penghitungan menggunakan Risk-Adjusted Return dengan metode Treynor.
h. Melakukan analisis penghitungan menggunakan Risk-Adjusted Return dengan metode Jensen.
i. Membandingkan kinerja reksa dana saham dengan kinerja pasarnya (benchmark)