• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BOLAVOLI DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KALI BENING TALANG PADANG T. P. 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BOLAVOLI DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KALI BENING TALANG PADANG T. P. 2012/2013"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATANKETERAMPILANGERAKDASARSERVIS BAWAH

DALAM BOLAVOLI DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KALI BENING TALANG PADANG T.P. 2012/2013

Oleh APRIYADI

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar servis bawahdalam bolavoli pada siswa kelas VI SD Negeri Kali Bening, Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan penggunaan model kooperatif Tipe two stay two stray (TSTS) dan alat bantu pembelajaran berupa dua tiang pancang yang tinggi 2 - 2,20 meter di atasnya diikatkan tali rapia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Kali Bening, Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 11 putra dan 13 putri. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar servis bawahdalam bolavoli.

(2)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuattafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan prilaku.

Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju keper- kembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah

“penambahan pengetahuan“.

B. Pendidikan Jasmani

(3)

secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi

peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

(4)

Belajar adalah sebuah perilaku yang relatif permanent sebagai akibat latihan atau

pengalaman masa lampau. Berkaitan dengan belajar keterampilan motorik, Schmidt dalam Lutan (1988:205) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang elatif permanent dalam reabilitas untuk merespon suatu gerak. Selain itu, belajar gerak juga dapat diartikan belajar yang diwujudkan melaui-mealui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerakan keterampilan tertentu, misalnya gerak-gerak keterampilan olahraga.

Pangrazi (1995: 45) membagi 3 macam gerak dasar yang melekat pada individu, yaitu : 1) Lokomotor, 2) Gerak non lokomotor dan 3) Manipulatif.

1) Gerak Lokomotor

Gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh keatas.

2) Gerak non Lokomotor

Ketrampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya. misalnya membungkukkan badan, memutarkan badan, mendorong dan menarik.

3) Manipulatif

Keterampilan memainkan proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata kaki, mata tangan. Misalnya melempar, menangkap dan menendang.

(5)

keterampilan gerak yang baik maka harus terlebih dahulu mengembangkan unsur gerak yang dapat dilakukan melalui proses belajar dan berlatih.

D. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non lokomotor”adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

E.Permainan Bolavoli

(6)

Menurut Soejoedi (1979 : 17), Permainan bolavoli adalah gerakan memvoli bola di udara hilir mudik di atas jarring/net, dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam permainan. Memvoli dan memantulkan bola ke udara harus mempergunakan bagian tubuh pinggang keatas dengan pantulan yang sempurna.

Tujuan dari pertandingan adalah melewatkan bola diatas net agar dapat jatuh menyentuh lantai daerah lawan dan mencegah dengan upaya agar hal yang sama (dilewatkan) tidak menyentuh lantai dalam permainan sendiri. Regu dapat memainkan tiga kali pantulan untuk mengembalikan bola itu (kecuali dalam perkenaan block).

Soejoedi (1979:29) menjelaskan teknik-teknik dasar permainan bolavoli, yaitu meliputi

1) Teknik passing atas, 2) Teknik passing bawah, 3) Teknik set up (umpan), 4) Teknik smash, 5) Teknik servis, 6) Teknik block.

Gambar 1. Bermain bolavoli F. Servis

(7)

dimulainya permainan atau sekedar menyajikan bola tetapi hendaknya diartikan sebagai suatu serangan yang pertama kali bagi regu yang melakukan servis.

1) Servis Bawah

Sikap permulaan: Mula-mula berdiri di petak servis dengan kaki kiri agak lebih ke depan daripada kaki kanan (bagi mereka yang tidak kidal). Pegang bola dengan tangan kiri.

Lambungkan bola ke atas tidak terlalu tinggi pada saat itu pula tangan kanan ditarik ke bawah belakang. Setelah bola yang dilambungkan tadi berada di arah depan pelaksana kira-kira setinggi pinggang maka pada saat itu tangan serta lengan kanan yang lurus siap diayunkan dari arah belakang depan atas untuk pemukul bola.

Sikap saat perkenaan : Perkenaan bola adalah pada tangan. Telapak tangan menghadap bola dan tangan pada saat itu dalam keadaan ditegangkan agar terjadi pantulan yang dianggap sempurna. Pada saat perkenaan tangan pada bola disamping tangan ditegangkan dapat juga ditambah dengan gerakan tangan secara eksplosif. Disamping cara pemukulan tersebut dapat pula dilakukan dengan cara yang lain yaitu dengan tangan dalam keadaan menggenggam dengan genggaman menghadap ke bola.

(8)

Gambar 2. Rangkaian gerak dasar servis bawah dalam bolavoli

G. Model Pembelajaran Kelompok

Model merupakan bentuk dari suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung keberhasilan dari pembelajaran pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit keberhasilan dari suatu

pembelajaran yang disajikan oleh guru. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum untuk merancang materi pembelajaran dan untuk memadukan kegiatan pemebelajaran di dalam kelasatau setting kelas yang lain (Ahmad H. P, 2005: 15). Proses dan produk pembelajaran yang semula berorientasi pada guru (teacher centred) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centred). Oleh karena itu, Mosston (dalam Lutan dan Toho, 1996/1997) mengklasifikasi model pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain; (1) model komando, (2) pembelajaran tugas, (3) pembelajaran perseorangan, (4) pembelajaran berpasangan, (5) pembelajaran kelompok, (6) penemuan terbimbing, dan (7) pemecahan masalah.

(9)

Kelompok adalah kumpulan bebrapa orang atau benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya dapat beritregasi atau sama lain dapat berkerja sama yang baik tapi juga bisa melahirkan perbedaan dan pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah dan bercerai berai.

Disisi lain fungsi dari kelompok juga dapat memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Selain itu kelompok juga bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor :

1. Internal

Faktor internal di anggap sebagai unsur penting karena manusia mempunyai kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat kelompok manusia yang dinamis.

2. Eksternal

Faktor ini adalah faktor lingkungan dimana kelompok harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Dapat kita pahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut sangat mempengaruhi kelompok. Dimana untuk menjaga kelangsungan hidupnya kelompok tersebut harus senantiasa menyesuikan diri dimana kelompok itu berada.

(10)

memiliki, keakraban dan memupuk rasa kebersamaan. Tujuan lain dari pembelajaran kelompok ini, menciptakan suasana yang sehat dalam persaingan serta meningkatkan semangat perjuang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kelompok mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah:

1) untuk membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok sshingga timbul rasa saling menghargai, saling keterbukaan dan saling toleransi.

2) untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan atau tidak disengaja dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari model pembelajaran kelompok, yaitu :

1) dalam permainan dimana ada kelebihan pasti juga ada kekurangan diantaranya kekurangan itu adalah apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukai maka akan menimbulkan perpecahan sehingga tidak terjadi kerja sama atau kekompakan.

2) apabila seorang siswa melakukan kesalahan atau hal yang merugikan kelompok tersebut maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapat hukuman.

H. Pembelajaran Kooperatif Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

Model cooperative learning TSTS merupakan model cooperative learning mengutamakan kerjasama kelompok, masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap

keberhasilan kelompoknya. Lie (2002:54) menyebutkan salah satu model dalam cooperative learning adalah Two Stay Two Stray, dimana di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

sebagai dua tinggal dua tamu. Teknik belajar mengajar Two Stay Two Stray ini

(11)

teknik ini merupakan salah satu bentuk kelompok yang anggotanya empat orang, dimana dua diantaranya akan tinggal sebagai pemberi informasi bagi kelompok lain yang datang bertamu, sedangkan dua orang lainnya akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai tugas yang ada.

Menurut Lie (2002 : 62), tahap-tahap dalam model TSTS ini adalah : 1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa

2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

3) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain, kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Dari tahap-tahap yang dijabarkan di atas, terlihat bahwa struktur Two Stay Two Stray

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil dan informasi dengan siswa lain.

Contoh Pelaksanaan Tindakan Model pembelajaran kooperatif teknik TSTS

Model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada saat pembelajaran berlangsung mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru memotivasi siswa yaitu dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan untuk menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

(12)

1. Guru meberikan masalah atau soal yang berhubungan dengan pembelajaran dan siswa dituntut untuk memikirkan pemecahan masalah tersebut.

2. Siswa menyelesaikan masalah yang diberikan secara mandiri dalam kelompok masing-masing.

3. Dua orang siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain.

4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

6. Guru membimbing siswa dalam diskusi kelas dan menilai aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Kegiatan Penutup

Guru melakukan pemantapan materi sehingga siswa benar-benar memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Pemantapan tersebut dengan cara memberikan latihan serta tugas rumah kepada siswa secara mandiri.

(13)

pemberian pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk

mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang antara lain memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat di eksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, sistem evaluasi, dsb. Kendala lain adalah waktu. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran.

Terlepas dari kelemahannya, model pembelajaran kooperatif mempunyai kekuatan dalam mengembangkan softskillssiswa seperti, kemampuan berkomunikasi, berfikir kritis,

bertanggung jawab, serta bekerja sama. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu peningkatan potensi siswa secara optimal. Oleh sebab itu, sangat diharapkan guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengembangkan model ini sesuai dengan bidang studinya, bahkan mungkin dari model ini para guru dapat mengembangkan model lain yang lebih meyakinkan.

I. Modifikasi Alat Bantu

Menurut Bahagia, Yoyo. Dkk. (2000:1) modifikasi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (developmentally appropriate practice), artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan

(14)

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari alat adalah yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu“ (KBBI,2003:52). Dari pengertian tersebut alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar.Oleh karena itu, alat bantu dalam proses pembelajaran dinilai penting karena dengan adanya alat bantu ini maka dengan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, alat bantu berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses pembelajaran lebih efektif dan efesien.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa modifikasi alat bantu pembelajaran adalah proses pengubahan segala sesuatu yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang terjadi berjalan dengan efektif dan efisien.

(15)

memiliki resiko cidera yang kecil karena mudah dibuat dengan harga yang relatif terjangkau sehingga siapapun dapat melakukan serta menggunakan modifikasi alat tersebut untuk meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar servis bawah.

J. Kerangka Pikir

Dari tinjauan pustaka dapat diketahui bahwa dalam menggunakan model

kelompokpembelajaran dapat mempermudah siswa dalam melakukan rangkaian pembelajaran gerak dasar yang diajarkan dalam setiap materi pembelajaran Pendidikan Jasmani. Begitu pula yang terjadi dalam proses pembelajaran gerak dasarservis bawahdalam bolavoli, dengan menggunakan model kelompok kecil dan besar maka siswa akan merasa tertarik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, siswa dapat dengan mudah memahami dan menguasai rangkaian gerak dasar servis bawah yang diajarkan karena mereka tidak merasa terbebani. Oleh karena itu, dengan menggunakan model kelompokpembelajaran servis bawah dengan model kelompokdapat membantu siswa dalam proses memperbaiki proses pembelajaran siswa itu sendiri dalam melaksanakan keterampilan gerak dasar servis bawah dalam bolavoli.

K. Hipotesis

(16)
(17)

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR SERVISBAWAH DALAM BOLAVOLI DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI

SDN KALI BENING TALANG PADANG T. A. 2012/2013

Oleh

APRIYADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(18)

1

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada

Siswa SDN Kali Bening.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan

tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "di coba

sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82)

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan

siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.

Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalahdan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Menurut Suhardjono (2007: 61) Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan

(19)

2

Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam

menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu, dan

sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang

digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah.

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja guru, agar profesional.

Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan

praktik pembelajaran secara berkesinambungan, serta untuk pengembangan

kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual

pembelajaran di kelasnya atau di sekolahnya sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan di

setiap siklus memiliki tindakan yang berbeda. Dalam pelaksanaanya, setiap

proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya.

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran atau spiral yang disetiap

siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Seperti yang

digambarkan di bawah ini :

Gambar 3. Daur ulang PTK

(20)

3

Jika diperlukan

Bagan : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap

perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana

pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data

mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan

simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan

rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

(21)

4

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu

tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan

sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian

tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar

mengajar yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

B.Subyek penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah

keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa Kelas VISDN Kali Bening berjumlah 24 orang.

C. Tempat dan Waktu.

a. Tempat Penelitian : Di SDN Kali Bening.

b. Pelaksanaan Penelitian: Di lapangan SDN Kali Bening.

c. Lama Penelitian : Waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada

tahap penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih

(22)

5

D. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat

komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang.

Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi

selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk

siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan- kegiatan yang akan

dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan modifikasi bola plastik untuk pelaksanaan proses

pembelajaran.

3. Mempersiapkan alat bantu tali rapia sebagai pengganti net yang diikatkan antara dua

tiang dengan tinggi net 1,80 meter.

4. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran dan alat

untuk dokumentasi seperti kamera.

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

(23)

6

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan

dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan dan sikap

akhir.

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh rangkaian gerak servis bawah yang benar, dari

mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan menggunakan modifikasi

bola plastik dan alat bantu tali rapia pengganti net yang diikatkan antara dua tiang.

4. Diberikan pengulangan gerak dasar servis bawah secara berurutan.

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan, setelah 2-3

kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan penilaian.

c . Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan

kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan

mengguna- kan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan.

2. Merumuskan rencana tindakan siklus kedua.

2. Siklus Kedua

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP gerak dasar servis bawah.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar servis bawah.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola karet sebanyak siswa dan alat bantu yang akan

(24)

7

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera )

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 2 bersyaf, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan

dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap

akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak servis bawah.

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh gerak melakukan pembelajaran gerak dasar servis

bawah yang benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaannya, akhir.

4. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar servis bawah berulang sampai

benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian

dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan

menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar servis bawah didiskusikan kolaborasi

dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai ketuntasan 80

% hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada

siklus ke-2.

(25)

8

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (Penelitian

Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir

dalam Surisman (2005 : 48). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK (Penelitian

Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat

berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi. Dari pendapat di atas untuk

instrumen tidak perlu lagi di uji coba dan di hitung validitas dan reliabelitasnya.

F.Teknik Analisis Data

Setelah data hasil penskoran dikumpulkan melalui observasi/penilaian setiap

siklusnya, selanjutnya data hasil penskoran di analisis melalui perhitungan kuantitatif

menggunakan rumus statistika deskriptif sederhana dengan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 2005)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

G. Penetapan KKM

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian

yang disepakati oleh guru mata pelajaran.

Tabel 2. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian

Kompleksitas Tinggi

< 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100

Daya Dukung Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

(26)

9

80-100 65-79 <65

Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

1 + 3 + 2

9 100 = 66,7 67

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang

dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67

% secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85 %

siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah

siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus

kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan seterusnya, atau

(27)
(28)

i

PENINGKATAN

KETERAMPILAN

GERAK

DASAR

SERVIS

BAWAH

BOLAVOLI

DENGAN

MODEL

KOOPERATIF

PADA

SISWA

KELAS

VI

SDN

KALI

BENING

TALANG

PADANG

TAHUN

PELAJARAN

2012/2013

( Skripsi )

APRIYADI

1113126001

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

(29)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(30)

DAFTAR ISI

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

(31)

E. Instrument Penelitian ... 31

F. Teknik Analisis Data... 31

G. Penetapan KKM ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan... 39

C. Refleksi hasi Peningkatan Gerak Dasar Servis Bawah ... 42

D. Uji Hipotesis ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1 Universitas Terbuka Tahun 2002.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2004. Metodik Pembelajaran Bolavoli Bagi Pemula. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung.

(33)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 31

2. Penetapan KKM ... 32

3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan ... 32

(34)

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Servis

Bawah Dalam Bermain Bolavoli Dengan Model Kooperatif Pada Siswa Kelas VI SDN Kali Bening Kec. Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Nama Mahasiswa : Apriyadi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1113126001

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen

Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Surisman, S.Pd. M.Pd.

NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19620808

(35)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd. M.Pd.

….…………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Heru Sulistianta, M.O.r.

….…………

(36)

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(37)
(38)

MOTTO

“Tanpa orang-orang disekitarmu, kamu bukanlah apa-apa, belajar brgerak

dan bersuara, maka Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantara kamu danorang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”

( Marzuki. H. A, dkk)

“Belajar di waktu kecil ibarat/seperti menulis di atas batu, belajar

setelah dewasa ibarat/seperti Menulis di atas air”

(39)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangka kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar menadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan

pribadi peserta didik yang beriman, cerdas, disiplin, terampil dan bertanggung jawab serta sehat

jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, sekolah dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan

formal yang dalam penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara terorganisir, sistematis dan

berkesinambungan dengan maksud agar tujuan pendidikan nsional itu sendiri dapat tercapai.

Disinilah peranan Pendidikan Jasmani ikut andil yang merupakan sebuah investasi jangka panjang

dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia di Indonesia.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui

berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesegaran jasmani,

kemempuan, keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribaduan yang

(40)

bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang

ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah

bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan

mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam

aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan

menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.Oleh karena itu, Pendidikan jasmani dan

kesehatan adalah termasuk mata pelajaran di sekolah yang merupakan bagian tujuan hidup sehat

menuju pertumbuhan jasmani, mental, social, dan emosional yang selaras serasi da seimbang dari

berbagai bentuk dan macam-macam kegiatan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan disekolah salah

satunya yaitu dengan diberikannya materi pembelajaran tentang cabang olahraga bolavoli

Pada kurikulum KTSP sekolah-sekolah diberi wewenang untuk mengembangkan dan mengelola

kurikulum sesuai dengan potensi sekolah, permasalahan sekolah, dan kebutuhan sekolah namun

dalam pengembangan dan pengelolaannya sekolah-sekolah harus mengacu pada perangkat

dokumen KTSP yang di dalamnya memuat Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan

(SKL) yang sudah ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Di dalam KTSP terdapat komponen yang menyusun struktur dan muatan kurikulum yang di

dalamnya mengatur mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa di sekolah. Pendidikan

jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam muatan

KTSP, mata pelajaran ini diajarkan kepada pada siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah

menengah atas. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pelaksanaan

materi pembelajaran dilakukan melalui aktivitas jasmani yang memiliki tujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, dan keterampilan sosial. Adapun

(41)

dikelasifikasikan sebagai berikut: 1). permainan dan olahraga, 2). aktivitas pengembangan, 3). uji

diri atau senam, 4). aktivitas ritmik, 5). aktivitas akuatik, 6). aktivitas luar sekolah, 7). kesehatan.

Pada materi permainan dan olahraga, pembelajaran dikembangkan menjadi beberapa sub materi

seperti olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,

dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, sepak

bola, bola voli, dan bola basket.

Kompetensi Dasar merupakan perincian lebih lanjut dari Standar Kompetensi. Menurut Depdiknas

(2004:18), Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan minimal yang harus

dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa siswa twrsebut telah menguasai Standar Kompetensi

yang telah ditentukan. Materi Pokok Pendidikan Jasmani adalah materi yang dipelajari oleh siswa,

sebagai sarana untuk mencapai Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran. Materi Pokok

Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : 1) Permainan dan olahraga, 2)

Aktivitas Pengembangan, 3) Uji diri atau senam, 4) Aktivitas ritmik, 5) Akuatik (aktivitas air), dan

6) Aktivitas luar sekolah.

Bolavoli merupakan salah satu materi pokok permainan bolabesar yang harus dilakukan siswa

dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Bolavoli merupakan salah satu mata pelajaran praktik

yang diberikan kepada siswa dalam pelaksanaannya memberikan pengalaman pendidikan gerak

bagi siswa, sebagaimana karakteristiknya bolavoli mengandung unsur keterampilan gerak, yaitu

berupa teknik-teknik memainkan bola dalam permainan bolavoli.

Tujuan yang harus dicapai oleh setiap siswa harus menguasai keterampilan dalam melakukan gerak

dasar bermain bolavoli dengan baik dan benar melalui pengamatan dan latihan sehingga dapat

(42)

bolavoli untuk kelas VI terdiri dari beberapa indikator, salah satu di antaranya adalah melakukan

gerak dasar servis bawah .

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis mengajar di SD dapat dikatakan bahwa

penguasaan keterampilan servis bawah bolavoli yang dicapai siswa belum menunjukkan

kemampuan seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran masih banyak

siswa yang enggan melakukan gerak dasar servis bawah minat dan motivasi penyebabnya diduga

pada saat belajar model pembelajara kurang bervareasi. Hal tersebut terlihat masih banyaknya

kesalahan-kesalahan yang dilakukan, di antaranya masih kurangnya koordinasi antara gerakan

awal, pelaksanaan dan gerak lanjutan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa tersebut merupakan

hambatan yang berarti untuk tercapainya hasil belajar servis bawah yang optimal, kurang sesuai

dengan yang diharapkan pada pembelajaran gerak dasar servis bawah dalam bermainan bolavoli

siswa kelas VI SDN Kali Bening Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Rata-rata nilai tidak mencapai standar ketuntuasan (KKM) di SDN Kali BeningTalang Padang

yaitu 65. Dari 24 siswa kelas VI yang mendapat nilai sama atau lebih besar dari 65 hanya 5 dari

24 siswa atau sebesar 21%, sedangkan yang belum tuntas sebesar 79% atau 19 dari 24 siswa

yang dinyatakan tuntas dalam belajar atau berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai

dengan standar mutu dalam kurikulum (KTSP) jika mencapai nilai 67 atau lebih kecil dinyatakan

belum tuntas atau remedial jika mendapat nilai kurang dari 66. Diduga pada pembelajaran gerak

dasar servis bawah dalam bermain voli dikarenakan bolavoli mini yang ada masih terlalu berat dan

jumlahnya sangat terbatas hanya ada dua buah di SDN Kali Bening Talang Padang. Dari dugaan

di atas penulis mencoba mengatasinya dengan memodifikasi bola agar lebih ringan dan siswa

tidak enggan melakukannya pada saat pembelajaran berlangsung,di samping itu agar tidak terlalu

(43)

permasalahan yang dikemukakan di atas penulis tertarik menindak lanjuti dengan kajian berupa

penelitian kaji tindak dengan judul ”Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Servis Bawah Dalam

Bermain Bolavoli Dengan Model Kelompok Pada Siswa kelas VI SDN Kali Bening Kec. Talang

Padang Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain

:Kurangnya bolavoli yang ada di SDN Kali Bening untuk pembelajaran gerak dasar servis

bawahdalam bermain bolavoli?

1. Bola voli mini yang digunakan dalam belajar terlalu berat untuk siswa kelas VI.

2. Masih banyak siswa yang takut melakukan gerak dasar servis bawah menggunakan bola

standar di karenakan terlalu berat untuk ukuran siswa kelas VI.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

”Apakah model kelompok bola plastik dan karet dapat meningkatkan kemampuan gerak

dasar Servis bawah dalam bermain bolavoli pada siswa kelas VISDN Kali Bening Tahun

Ajaran 2012/2013”.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah di atas maka penelitian inibertujuan

(44)

1. Memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar servis bawah dengan menggunakan

alat model kooperatif tipe TSTS, modifikasi, dan Alat bantu.

2. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar servis bawah dengan model model

kooperatif tipe TSTS, modifikasi, dan Alat bantu.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian diatas tercapai, maka hasil yang di harapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar gerak dasar servis bawah bermain

bolavoli.

2. Bagi guru Pendidikan Jasmani, merupakan inovasi dari pembelajaran yang sebelumnya dan

meningkatkan rasa percaya diri karena mampu mengembangkan pengetahuan, pengalaman,

strategi, peralatan, dan fasilitas pembelajaran.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNILA, sebagai upaya pengembangan model

pembelajaran bagi calon guru.

4. Bagi Kepala Sekolah, sebagai masuakan bagi guru penjas disekolah untuk mencoba model

(45)
(46)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Apriyadi

NPM : 1113126001

Tempat/ tanggal lahir : Kali Bening, Talang Padang 13 April 1982

Alamat : Kali BeningTalang Padang,

KabupatenTanggamus.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul

“UpayaMeningkatkanKemampuanGerakDasarServisBawahDalamBermainBolavoliDengan Model

KooperatifPadaSiswaKelas VI SDN Kali BeningKecamatanTalang Padang TahunPelajaran

2012/2013” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal Oktobers.dNopember 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan

terimakasih.

Bandar Lampung, Januari2013..

(47)
(48)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

anugerah dan hidayah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat

mempersembahkan karya terbaikku kepada kedua orang tuaku, ibunda Sariah,

Ayahda Jaka , dan Kakak dan adik-adiku yang telah memberikan dukungan dan

motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Suamiku yang tercinta, tersayang, dan Terhormat yang selalu setia

mendampingiku dalam suka dan duka dalam keseharian dalam segenap kehidupan

dalam suka dan duka yang tak henti-hentinya memberikan dorongan dan

dukungan Umroh dan anak-anakku Azka Wafi Alhajj dan Adzkia Millatul

Ulya.

(49)
(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama Apriyadidilahirkan di Kali

BeningTalang Padang, 13 April 1982 Talang Padang.

Anak dari pasangan Bapak Jaka dan Ibu Sariah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di

SDN Kali Beningtamat tahun 1994, kemudian menempuh pendidikan Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Talang Padang tamat pada tahun 1997 dan

melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Talang Padang tamat tahun

2000. Kuliah D2 di UT UPBJJ Bandar Lampung Pokjar Talang Padang Tahun

2009.

Pada tahun 2011 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan

(51)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Servis

Bawah Dalam Bermain Bolavoli Dengan Model Kooperatif Alat Pada Siswa Kelas VI SDN Kali

Bening Kec. Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”adalah dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, M.Pd Selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Heru Sulistinta, M.O.r. selaku Penguji utama, atas kritik dan sarannya yang telah

memberikan banyak masukan selama masa studi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Kepala SD Negeri Kali Bening, Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan program S1

secepatnya. Semangat.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian

tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember2012 Penulis

Gambar

Gambar 1. Bermain bolavoli
Gambar 2.  Rangkaian gerak dasar servis bawah dalam bolavoli
Tabel 2. Penetapan KKM
Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran ceramah dengan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two

Keempat senyawa kecuali EPMS berpotensi menghambat tirosinase lebih baik dibandingkan arbutin, asam kojik, dan hidrokuinon.. Kata kunci: Isopanduratin A,

Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan mengharamkan riba. Riba adalah salah satu usaha mencari rizki dengan cara yang tidak benar dan dibenci Allah Swt. Praktik

halusinasi dengar pada pasien skizofrenia paranoid. d) Untuk mengetahui gambaran respon psikologis saat terjadi. halusinasi dengar pada pasien skizofrenia paranoid..

Untuk menyelesaikan permasalahan dalam diagram lingkaran atau diagram batang maka hal pertama yang harus dikuasai adalah bagaimana kita bisa membaca data dalam

[r]

Mau mengungkapkan pendapat pada saat kegiatan tanya jawab nama pohon yang banyak tumbuh di gunung.

Hasil penelitian ini menunjukkan jenis perilaku-perilaku yang membuat orang lain bahagia pada masyarakat Jawa yaitu perilaku berbagi (sharing), perilaku memotivasi, nasehat

[r]