PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL GALLERY WALK (GW) PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 7
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
MARTHA EKA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas XI SMA Negeri 7
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
MARTHA EKA PUTRI
Keterampilan proses siswa merupakan salah satu tuntutan hasil belajar (student learning outcome) yang harus dimiliki oleh siswa sekolah menengah. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan proses siswa belum dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode/model pembelajaran yang tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses siswa. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses oleh siswa yaitu model pembelajaran Gallery Walk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses siswa pada materi pokok sistem pencernaan makanan.
Martha Eka Putri
ii
populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 17. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan proses siswa yang dihitung dengan N-gain pada kelas eksperimen yaitu 43,20 dan pada kelas kontrol yaitu 22,84. Adapun indikator keterampilan proses yang diteliti yaitu observasi, klasifikasi, interpretasi, dan prediksi, pada kelas eksperimen indikator tertinggi yaitu observasi (95) dan indikator terendah yaitu prediksi (65,50). Selain itu, rata-rata aktivitas siswa pada kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan dari pertemuan I sampai III yang mencapai 13,2 %. Aspek membuat kesimpulan merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran GW.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model GW memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses dan aktivitas belajar siswa kelas XI SMA negeri 7 Bandar Lampung materi pokok Sistem pencernaan Manusia.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 7
Bandar Lampung T.P 2011/2012)
Oleh
MARTHA EKA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
v
Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA
Nama Mahasiswa : Martha Eka Putri Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024034
Program Studi : PendidikanBiologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Drs. Arwin Achmad, M.Si. Pramudiyanti, S.Si, M.Si NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19730310 199802 2001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ____________
Sekretaris : Pramudiyanti, S.Si, M.Si. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo, M.Si ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315198503 1003
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Maret 1989 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Usman Arval, SE dan Ibu Ipnawati, S.Pd.SD
Penulis memasuki pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) Beringin Raya Bandar Lampung pada tahun 1994. Pada tahun 1995-2001 penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Beringin Raya Bandar Lampung. Tahun 2001-2004 Sekolah Menengah Pertama di SMP N 14 Bandar Lampung, Tahun 2004-2007 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA YP Unila. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
ii
Aku bersyukur kepadamu ya Allah atas izin mu jua lah
Kebahagiaan ini dapat ku raih....
Aku persembahkan kebahagiaan ini, buah manis dari
perjuangan dan jerih payahku kepada:
Ayahanda Usman Arval, SE dan ibunda Ipnawati, S.Pd.SD
Dalam suka dan duka yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku
dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas, dan
mencukupkan segala kebutuhanku dalam menyelesaikan pendidikanku. Takkan
mungkin ananda dapat membalasnya walau sampai akhir hayat, hanya Allah
yang bisa membalas semua pengorbanan papi dan mami. Mudah-mudahan
kelak ananda dapat membahagiakan dan membuat kalian bangga telah memiliki
putri sepertiku.
Will always Love U…
♥Adik – adikku, Meida Dwi Suciati, Nia Septiana, Febri Ramadhani
dan M.Ikhsan Arvaldo
Terimakasih untuk segala cinta dan dukunga n yang kalian berikan untukku.
♥ Suamiku Terkasih ( Erwin )
Terimakasih untuk segala cinta dan pengorbananmu dalam hidupku
Para pendidik dan dosen yang telah berjasa
Sahabat-sahabatku yang selalu ada baik dalam keadaan suka maupun duka.
iii MOTTO
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.”
(QS. Ar-Ra’du:28)
“Sejauh pandangan mata melihat indahnya karunia Allah SWT, akan semakin
besar kegigihan hati menggapai pandangan itu dengan jalan-NYA”
(Martha Eka Putri)
“ Seorang Winner tidak akan pernah berkata tidak bisa sebelum ia mencoba dan
berusaha semampunya”
iv
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Gallery walk (GW) Terhadap Keterampilan Proses Siswa Pada Materi Pokok
Sistem Pencernaan Makanan (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA
Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu
Dekan yang telah memberi izin penelitian.
2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi.
4. Pramudiyanti, S.Si.,M.Si selaku Pembimbing Akademik dan pembimbing II yang telah memberikan saran-saran berharga.
5. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
v
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha PMIPA.
7. Drs. Suharto, M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 7, yang telah memberi izin atas kepentingan penelitian.
8. Nefi Gusmasari, S. Si., selaku guru mitra yang telah memberi masukan dan arahan selama penelitian.
9. Kembali ucapan terimakasih teristimewa untuk keluargaku, papi dan mami, udo, dan adik-adikku.
10. Kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 dan adik tingkatku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 untuk motivasinya.
11. Sahabat-sahabatku ‘Q-Rap’, Melda Ariyanti, Padilah Fitriyana Sari, Yulisa Wulandari, Aditya Prayoga, Fitriadi, Achmad Fauzi, I.Gusti Putu , Feri Ardiyanto, Wening Sudrajat, terimakasih atas persahabatan yang telah kita jalin selama ini dengan cerita yang begitu indah, semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat, jangan saling melupakan.
12. Teman-teman seperjuanganku Biologi 2007, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.
13. Teman-teman senasib dan seperjuangan, Nova, Anggi, Fitri, Rini, Yulita, A.Rudhia, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, juga untuk Nurvita dan Mba Herlina yang telah membantu sebagai observer selama penelitian. 14. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di
tuliskan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis
DAFTAR ISI
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Ekspermien ... 62
2. Silabus Kelas Kontrol……… 66
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 67
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……….. 82
5. Lembar Instruksi Kelompok……….. 93
6. Kunci Jawaban Lembar Instruksi………. . 109
7. Soal Pretes dan Postes... 130
8. Rubrik Pretes Postes………. .. 140
9. Data Hasil Penelitia………. 143
10. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 176
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lembar observasi Keterampilan Proses Siswa... 43
2. Persentase Keterampilan Proses... 44
3. Aktivitas Siswa... 44
4. Klasifikasi Aktuvitas Siswa... 45
5. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas N-gain siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ………47
6. Hasil uji t - N – gian, pretes dan postes siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... ... 48
7. Hasil Analisis rata-rata N-Gain Indikator KPS pada kelompok eksperimen dan Kontrol……….. 49
8. Hasil peningkatan KPS oleh siswa pada kelas Eksperimen dan Kontrol…… 50
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat... 10
2. Desain pretest-postest tak ekuivalen ... 32
3. Diagram rata-rata pretes, postes dan N – gain keterampilan proses oleh
siswa………... 40
4. Diagram rata-rata indikator KPS………. 43
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Martha Eka Putri
NPM : 0743024034
Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya adalah hasil pekerjaan saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali dosen pembimbing dan sepanjang pengetahuan saya
tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah
dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi ppada universitas
atau institute lain.
Hormat Saya,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dengan aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara. Pendidikan ialah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup (Depdiknas, 2003:1-2)
Pengertian pendidikan, proses pelaksanaan pendidikan seharusnya
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa, sehingga
siswa mengalami sendiri sehingga pembelajaran mengarah pada
pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga
mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa,karena
sesungguhnya belajar pada hakikatnya suatu proses, yakni suatu proses
mengatur lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan
mendorong siswa belajar (Sagala, 2010 : 9).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diterapkan oleh sekolah
saat ini menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student
center, sehingga diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Agar siswa aktif dalam proses pembelajaran diperlukan model yang membuat
siswa aktif, siswa menemukan sendiri pengetahuannya, siswa terlibat
langsung sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan
pengalaman yang berkesan bagi siswa. Sesungguhnya belajar merupakan
suatu proses atau suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Pada prinsipnya setiap siswa mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar
karena didorong rasa ingin tahu, dan mengakibatkan keinginan mencari
jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan sehingga tak disadari setiap orang
pernah melakukan penelitian secara tidak langsung (Sagala, 2010 : 9).
Pada saat ini seharusnya dikembangkan pembelajaran yang pada prinsipnya
mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Keterampilan
yang sudah dimiliki oleh siswa antara lain: mengamati, menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu, membuat
hipotesis, merancang eksperimen, menginterprestasikan data, menarik
kesimpulan sementara, meramalkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan
(Semiawan, 1986: 17-18).
Keterampilan-keterampilan ini berproses dalam kerja ilmiah yang digunakan
oleh para ahli. Membiasakan para siswa berlatih menjadi ilmuan akan
dengan menekankan pada siswa belajar, bagaimana siswa mengelola
perolehannya, sehingga menjadi miliknya, dipahami, dimengerti dan dapat
diterapkan sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat sesuai kebutuhan
(Sriyono dkk, 1992: 36).
Keterampilan proses dapat dikatakan sebagai kompetensi yang bersifat
generik. Keterampilan proses memiliki peran yang sangat penting dalam
proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, kemampuan
keterampilan proses dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan siswa.
Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah, selain dapat melatih
detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat pula membentuk pola
berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan
proses sains dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir
siswa (Mahmudin, 2010:10).
Hasil observasi yang dilakukan di SMA N 7 Bandar Lampung, pada kelas XI
IPA 1 dan kelas XI IPA 3 diketahui bahwa proses pembelajaran biologi di
kelas XI SMA N 7 Bandar Lampung masih menggunakan metode ceramah
yaitu guru memberikan penjelasan langsung. Metode ceramah ialah
penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk
menjelaskan uraiannya, guru menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar.
Berdasarkan hasil wawancara langsung pada siswa menunjukan bahwa
pelajaran biologi dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit untuk dipahami
oleh siswa karena materi yang cukup banyak, dan siswa kurang mengetahui
sehari-hari. Pada saat pembelajaran di kelas, gurulah sebagai satu-satunya
sumber belajar sehingga membuat keterlibatan siswa kurang optimal, yang
menyebabkan kurang berkembangnya keterampilan yang dimilki siswa,
termasuk keterampilan proses siswa. Keterampilan proses siswa juga tidak
pernah dinilai dan dikembangkan oleh guru, sehingga dapat dikatakan
keterampilan proses siswa rendah.
Di SMA Negeri 7 Bandar Lampung kriteria ketuntasan belajar yaitu 67, dari
kriteria ketuntasan sebelumnya yaitu 65, terbukti dari rata-rata ketuntasan
belajar siswa hanya 25% yang mendapat nilai ≥ 67, dan sisanya memperoleh
nilai <67. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 67, sehingga diperlukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga siswa
mampu mencapai ketuntasan belajar.
Hasil penelitian oleh Rohmad (2010:23), bahwa penerapan model GW dapat
menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi
hidup, siswa menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi maksimal.
Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah siswa
hanya menunjukkan sikap yang kurang berkeaktifan dan cenderung pasif
dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses
pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari
siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh
guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk,
yang lain. Model pembelajaran GW merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa, sehingga siswa terlibat aktif secara mental maupun fisik
dalam proses pembelajaran namun dalam pelaksanaannya guru menyediakan
bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Berbeda dengan model
pembelajaran lain yang umumnya kelas lebih cenderung dikuasai oleh guru
sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran terbatas, dan kemampuan
berpikir siswa kurang dapat terlatih. Model GW dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan (Anonim, 2009:3).
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa
menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah model GW.
Model GW dapat membiasakan siswa membangun kerjasama dalam
memecahkan masalah belajar, mengaktifkan mental dan fisik siswa selama
proses pembelajaran, membiasakan siswa dalam memberi saran dan kritik
(Rodgres, 2010:13).
Dari uraian di atas, maka akan diadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Penerapan Pembelajran Model GW Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan
Makanan Terhadap Keterampilan Proses Siswa Kelas XI Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
1. Apakah penerapan model pembelajaran GW dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa pada materi pokok sistem pencernaan
makanan?
2. Apakah rata-rata indikator keterampilan proses siswa meningkat secara
signifikan pada materi sistem pencernaan makanan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan pembelajaran GW terhadap keterampilan proses siswa pada
materi pokok sistem pencernaan makanan.
2. Rata-rata indikator keterampilan proses siswa meningkat secara signifikan
pada materi pokok sistem pencernaan makanan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
a. Memberi wawasan yang lebih luas untuk mengenal lebih jauh
penerapan model GW dalam pembelajaran biologi.
b. Mengetahui cara peningkatan keterampilan proses sains melalui
penerapan GW .
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan keterampilan proses sains untuk menemukan konsep.
b. Membiasakan siswa belajar melalui keterampilan proses sains.
3. Bagi Peneliti
Mengembangkan kemampuan melakukan penelitian dan menerapkan ilmu
yang telah diperoleh sebagai persiapan untuk menjadi calon guru.
4. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses belajar
dalam mata pelajaran biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Siswa kelas XI IPA, yang terdiri dari kelas XI IPA 1, dan XI IPA 3
SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2011/2012.
2. Objek penelitian
Keterampilan Proses dan aktivitas siswa pada pokok bahasan Sistem
pencernaan Makanan.
3. Keterampilan Proses diperoleh dari hasil pretes dan postes
4. Materi Pokok yang diteliti adalah Sistem Pencernaan makanan
terhadap keterampilan proses siswa.
5. Dengan melihat penerapan model pembelajaran GW terhadap
peningkatan tiap indikator keterampilan proses yaitu : keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasikan, meramalkan (memprediksi), dan
6. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung akan diambil
melalui observasi. Aktivitas yang akan diamati seperti kemampuan
siswa bertanya, memberi kritik dan saran, bertukar informasi dan
membuat kesimpulan.
F. Kerangka Pikir
Pelajaran biologi merupakan bagian dari ilmu sains yaitu ilmu yang bermula
timbul dari rasa ingin tahu manusia, dan rasa keingintahuan tersebut membuat
manusia selalu mengamati gejala-gejala alam yang ada dan mencoba
memahami hasil. Selama ini pelajaran biologi merupakan salah satu mata
pelajaran yang masih dianggap cukup sulit oleh siswa SMA Negeri 7 karena
mereka menganggap bahwa pelajaran biologi banyak materi dengan nama
ilmiah dan istilah-istilah asing yang sulit dihafal. Proses pembelajaran biologi
di SMA Negeri 7 masih menggunakan metode ceramah. Siswa lebih banyak
memperoleh informasi dari guru sehingga siswa masih sulit untuk
menemukan konsep sendiri pada materi pembelajaran. Hal tersebut dapat
menyebabkan siswa kurang menggali keterampilan proses
yang dimiliki. Rendahnya keterampilan proses siswa pada umumnya
diakibatkan oleh proses pembelajaran yang memungkinkan siswa hanya
menerima informasi dari guru, Sehingga keterampilan proses siswa belum
optimal. Dalam upaya meningkatkan keterampilan proses siswa pada
pelajaran biologi, dilakukan dengan penerapan model GW. Model GW
dirancang untuk mengajak siswa secara langsung menunjukkan hasil karya
yang relatif singkat. Pelaksanaan pembelajaran model GW yaitu tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,
termasuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan
serta sesuatu yang baru dan memotivasi siswa dalam proses belajar.Sesuatu
yang baru tersebut bemula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran GW adalah sebagai berikut. Siswa membuat
gambar atau skema yang dapat dipamerkan dengan menempelkan di depan
kelas kemudian mempresentasikan kepada kelompok lain bedasarkan tema
yang telah ditentukan. Kelompok lain berputar mengamati dan menilai dari
setiap hasil karya kelompok lain kemudian dipertanyakan pada saat diskusi
kelompok dan ditanggap. Kemudian siswa mengklasifikasikan berdasarkan
perbedaan, persamaan serta hubungannya yang berkaitan dengan materi
tersebut. Setelah penggalerian selesai guru akan mengklarifikasi serta
menyimpulkan hasil dari tiap kelompok. Dengan kegiatan tersebut maka
pembelajaran lebih menyenangkan sehingga keterampilan proses siswa
meningkat.
Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa meliputi
kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, memberi kritik dan
saran, bertukar informasi dan membuat kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X serta variabel Y. Variabel X
adalah variable bebas yaitu penggunaan model GW, dan variabel Y adalah
Hubungan antara variable tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini
Keterangan : X : Variabel bebas yang menggunakan
Model GW, Y : Variabel terikat yaitu keterampilan proses siswa. Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
G. Hipotesis
1) Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan
pembelajaran model GW dalam meningkatkan keterampilan
proses siswa pada materi pokok sistem pencernaan makanan
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan pembelajaran model
GW dalam meningkatkan keterampilan proses siswa pada
materi pokok sistem pencernaan makanan
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Gallery Walk
Secara etimologi, model pembelajaran GW terdiri dari dua kata yaitu Gallery
dan Walk.Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk
memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.
Misalnya pameran buku,lukisan, tulisan dan lain-lain. Sedangkan walk
artinya berjalan atau melangkah.
Pembelajaran GW menurut Silberman (2010:264), GW atau Gallery belajar
merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah dipelajari
oleh siswa selama ini. Berdasarkan uraian tersebut, GW atau Gallery belajar
merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat
mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang ditemukan itu dilihat secara
langsung. GW(Gallery berjalan) juga dapat memotivasi keaktifan siswa
dalam proses belajar. Sebab bila sesuatu yang ditemukan itu berbeda antara
yang satu dengan yang lain maka dapat saling mengoreksi antara sesama
siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri. Dengan menggunakan
GW (Gallery Belajar) diharapkan dapat mengatasi kendala materi
pembelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal. Sehingga
12
efisiensi waktu pelajaran, dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran
karena strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi
tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling
mengisi kekurangannya itu (Ismail, 2008:89).
Model GW atau gallery belajar adalah model pembelajaran yang dapat
memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun
skema sesuai hal- hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat
diskusi di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap
kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian
dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil
kerja dilakukan pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah
semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan
klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.
Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai (Ismail,
2008:90).
Strategi belajar-mengajar, menurut David (2010:3) ialah strategi belajar
mengajar meliputi rencana, metode, model atau seperangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan mengajar tertentu.
Ada beberapa komponen dalam pemakaian model GW
Komponen-komponen tersebut adalah :
13
2. Siswa, dalam kegiatan belajar mengajar siswa
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini p erlu
dipertimbangkan dalam pemakaian model GW.
3. Alat/ bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano dan Spidol
(Ismail, 2008:90)
Langkah-langkah penerapan modelpembelajaran GW adalah siswa dibagi
dalam beberapa kelompok 4-5 kelompok, kelompok-kelompok tersebut telah
ditentukan mengenai topic/tema yang akan mereka bahas dengan
menggunakan kertas plano, hasil kerja kelompok ditempel di dinding,
masing-masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain, salah satu
wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain
mengoreksi bersama-sama, klarifikasi dan penyimpulan.
Pada model pembelajaran GW ini terdapat kelebihan dan kelemahan pada
proses pembelajarannya. Kelebihan model GW seperti : Siswa terbiasa
membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar, terjadi
sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran,
membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar
kawannya, mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar,
membiasakan siswa memberi dan menerima kritik. Sedangkan kelemahan
model pembelajaran GW bila anggota kelompok terlalu banyak akan
terjadi sebagian siswa menggantungkan kerja kawannya, guru perlu ekstra
cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif,
14
Mekanisme Pembelajaran GW adalah (1) Dimulai dengan tahap early
planning. Beberapa hari sebelumnya telah mengumumkan dikelas tersebut
bahwa akan dilaksanakan GW untuk topik tertentu yang sudah di tentukan.
Tiap kelompok ini harus menyiapkan materi dari topik yang sudah ditentukan
dan dimanifestasikan dalam bentuk poster yang nantinya akan dipamerkan ke
kelompok lain. (2) Tiap kelompok menampilkan poster di stand
masing-masing yang sudah dibuat. Tiap stand akan dijaga oleh 1-2 orang selebihnya
akan menjadi pengunjung di stand kelompok lain. Setiap kelompok
pengunjung diberi waktu 5 menit untuk bertanya terkait materi yang telah
disampaikan. Pengunjung juga disyaratkan untuk mencatat informasi apa saja
yang mereka peroleh ditiap stand. (3)Setelah semua kelompok selesai
berkunjung selanjutnya adalah diskusi dalam kelompok. Dalam diskusi ini
anggota kelompok yang bertugas berkeliling sebagai pengunjung akan
menjelaskan ulang informasi yang diperolehnya dari stand lain kepada
anggota yang bertugas sebagai penjaga stand. Dalam diskusi ini juga, penjaga
stand akan melaporkan jika terdapat pertanyaan dari kelompok lain yang
tidak mampu dijawab oleh penjaga stand spada saat pelaksanaan GW, untuk
dicari jawabannya. (4)Selanjutnya sesi feedback yang dilakukan oleh
fasilitator, juga feedback dari kelompok. Dalam sesi ini memberikan
reinforcement (penguatan) kepada seluruh kelompok tentang pelaksanaan
kegiatan GW secara keseluruhan. Selain itu juga ada beberapa catatan yang
dibuat terutama tentang keaktifan anggota kelompok.Pada bagian feedback
oleh fasilitator untuk menghargai hasil jerih payah dan kreatifitas mereka,
15
B. Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh
guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah
berbicara. Dalam metode ini guru sangat mendominasi dan menjadi
subyek dalam pembelajaran, sedangkan siswa menjadi obyek pasif
menerima apa yang disampaikan oleh guru (Prasetyo, 2010:1). Metode
ceramah adalah metode yang paling banyak disukai oleh kebanyakan guru,
karena paling mudah mengatur kelas maupun mengorganisirnya. Bila guru
dalam menyampaikan pesan (dalam hal ini materi pelajaran) dilakukan secara
lisan kepada siswa, maka guru tersebut telah dapat dikatakan memberi
ceramah (Hisyam, 2010:13).
Menurut Sumantri dan Permana yang dikutip oleh Baso Intang Sappaile,
menyatakan bahwa metode ceramah adalah metode yang paling populer dan
banyak dilakukan guru, selain mudah penyajiannya, juga tidak banyak
memerlukan media. Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian
informasi, dimana guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan siswa
mendengarkan atau menerimanya (Hisyam, 2010:15).
Melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah,
guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Gage dan
Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk
penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar
16
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah dapat menampung
kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih
murah, konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas
belajar kepada siswa, guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang
penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin, tidak
adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghamba
terlaksananya pelajaran dengan ceramah. Sedangkan kekurangan metode
ceramah pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif,
karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep yang
diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat catatan saja, kepadatan
konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan
yang diajarkan, pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat
terlupakan, ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar
Menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
Salah satu peran penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru atau
pendidik. Tugas guru adalah melihat apakah berbagai pengaruh yang ada
disekeliling siswa telah dipilih dan diatur agar dapat mendorong timbulnya
minat belajar dikalangan anak didik. Seorang guru membatasi dirinya dalam
berbicara dengan anak-anak sesuai dengan daya pengertiannya, jangan
diberikan kepadanya sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh akalnya karena
akibatnya ia akan lari dari pelajaran atau akalnya memberontak terhadapnya.
Isyarat tersebut di atas harus diperhatikan oleh seorang guru di dalam
17
sesuai dengan materi pelajaran yang diterimanya atau tingkat kecerdasannya
maka akan sangat fatal akibatnya bagi anak bahkan akan menimbulkan
dekadensi belajar dan trauma bagi anak . Olehnya itu di dalam menyajikan
suatu pelajaran bagi guru hendaknya sesuai dengan materi pelajaran yang
diajarkan dan sesuai dengan tingkat pola pikir anak didik (Roestiyah,
2001:137). Dalam pembelajaran metode ceramah ada beberapa
langkah-langkah yang harus dilakukan guru, yaitu:
a. Langkah persiapan
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah merumuskan tujuan yang akan dicapai secara
jelas dan terarah. Apa saja yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran dengaan metode ceramah berakhir.
2) Menentukan pokok- pokok materi yang akan diceramahkan. Tingkat
penguasaan guru terhadap materi pembelajaran akan sangat
menentukan dalam metode ceramah. Oleh sebab itu, Guru sebaiknya
harus mempersiapkan terlebih dahulu pokok-pokok materi yang akan
disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Termasuk persiapan-persiapan media, ilustrasi-ilustrasi yang sesuai,
agar bisa lebih memperjelas materi ceramah yang akan disampaikan
3) Mempersiapkan alat bantu pembelajaran untuk menghindari
kesalahan-kesalahan persepsi siswa, dan meningkatkan kualitas ceramah, sangat
diperlukan alat bantu pembelajaran, misalnya dengan mempersiapkan
18
b. Langkah pelaksanaan
Langkah-langkah yang harus di persiapkan dalam tahap ini adalah
pembukaan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat menentukan,
karena keberhasilan pelaksanaan metode ceramah sangat ditentukan
oleh langkah pembukaan ini. Dalam langkah pembukaan ada beberapa
hal yang harus diperhatikan antara lain :
1) Meyakinkan siswa memahami tujuan yang akan dicapai dengan
mengemukakan kepada siswa. Mengapa siswa harus paham dengan
tujuan yang harus dicapai? Tujuan akan merangsang siswa untuk
termotivasi mengikuti proses pembelajaran melalui metode ceramah.
2) Melakukan langkah apersepsi, yaitu menghubungkan materi pelajaran
yang sudah diberikan sebelumnya dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan kemudian. Hal ini dilakukan untuk membangun kembali
memori, dan menciptakan kondisi agar siswa mampu menerima materi
pembelajaran dengan mudah.
c) Langkah penyajian
Langkah penyajian merupakan tahap penyampaian materi pembelajaran
dengan cara bertutur. Oleh sebab itu agar ceramah berkualitas, guru
menjaga perhatian siswa agar tetap fokus pada materi pembahasan yang
diberikan yaitu dengan:
1) Selalu menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa.
Kontak mata merupakan salah satu cara agar siswa tetap
memperhatikan pada materi pembelajaran yang diberikan. Selain dari
19
kepada muridnya. Upayakan agar tidak memberi catatan-catatan yang
panjang, dan tidak berlama-lama menghadap ke papan tulis, dan
kontak mata harus harus tetap dijaga.
2) Gunakanlah bahasa dan kata-kata yang mudah dicerna, komunikatif
dan tidak bertele-tele. Jangan menggunakan istilah-istilah yang tidak
populer. Selain itu intonasi suara, artikulasi harus tetap dijaga dalam
bertutur kata.
3) Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat,
agar mudah ditangkap oleh siswa.
4) Tanggapilah respon atau pertanyaan-pertanyaan siswa sesegera
mungkin dengan baik.
5) Jagalah agar kondisi kelas tetap dalam suasana yang aktif, interaktif,
komunikatif, kondusif, serta dalam suasana yang menggairahkan dan
menyenangkan.
2) Merangsang siswa untuk membuat tanggapan atau ulasan tentang
20
3) Melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh
siswa mampu menguasai materi pembelajaran yang sudah diberikan.
C. Keterampilan proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola
(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut (Azhar, 1993: 7).
Sedangkan menurut Semiawan (1996 : 23) pendekatan keterampilan proses
adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA)
dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan
pengetahuan sehingga siswa akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta
dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan
pembelajaran khusus. Keterampilan proses adalah keterampilan yang
diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan
mendasar yang telah dikembangkan terlatih lama-kelamaan akan menjadi
suatu keterampilan (Wahyana, dalam Trianto, 2010:144).
Funk (dalam Indrawati, 1999:5) membagi keterampialan proses menjadi 2
tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process
21
Dimyati (2002:138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
adalah :
1. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat
tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan
ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan.
2. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan
kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
3. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan
membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Keterampilan proses tingkat dasar meliputi:
a) Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah
yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan
serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan
proses yang lain (Dimiyati, 1999 :142). Kegiatan mengamati, menurut
penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar,
meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Djamarah, 2000 :89). Bahwa kegiatan mengamati dapat dilakukan siswa
melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan
mengumpulkan dan atau informasi. Jadi kegiatan mengamati merupakan
22
siswa, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada
dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda
walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu
mengamati, karena setiap hari mungkin siswa melihat beraneka ragam
tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar
melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan
tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b) Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih
berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengklasifikasi menurut Djamarah adalah
siswa dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan,
mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan (Djamarah,
2000 : 89). Melalui keterampilan mengklasifikasi siswa diharapkan
mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar
mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-hari dapat menambah
pengetahuan dasar mereka.
c) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
23
dengan baik pada diri siswa apabila mereka melakukan aktivitas
berdiskusi,mendeklamasikan,mendramatikan,bertanya,mengarang
memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar dan penampilan (Dimyati, 1993:143).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan
bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan
gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada
berbicara.
d) Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar siswa dapat
mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan
"membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah
ditetapkan (Dimiyati, 1999 : 144). Kegiatan pengukuran yang dilakukan
siswa berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena
semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.
e) Memprediksi
Memprediksi adalah antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu
hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan
pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep
dalam ilmu pengetahuan (Dimiyati, 1999: 144). Menurut (Djamarah,
24
dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar antisipasi yang
berdasarkan pada kecendrungan/pola.
Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan
misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi,
memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu
dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan
merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai
berikut : kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut
dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan,
mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah
dilakukan apa yang akan diharapkan.
f) Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk me
mutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep
dan prinsip yang diketahui (Dimyati, 1999: 145). Kegiatan yang
menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas
rapat-rapat. Siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada
oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar
dilakukan sebagai pengembangan keterampilan siswa yang dimulai dari
25
D. Pentingnya Penerapan Keterampilan Proses
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar
didapatkan agar hasil belajar yang optimal
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran ini (Dimyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam
kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di
sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan lain dalam individu. Semiawan (1990:14)
menyatakankan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan
pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepa sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa.
2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
dengan contoh-contoh kongkrit.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus
26
4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa.
E. Peran Keterampilan Proses
Keterampilan proses perlu dilatih dalam pengajaran IPA karena keterampilan
proses mempunyai peran-peran sebagai berikut: (a) Membantu siswa belajar
mengembangkan pikirannya; (b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penemuan; (c) Meningkatkan daya ingat; (d) Memberi kepuasan
instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu; (e) Membantu siswa
mempelajari konsep-konsep sains. Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses IPA, anak akan mampu menentukan dan mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sendiri
sikap nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu
menjadi roda-roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep
serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai (Trianto, 2010:148).
F. Tujuan melatih keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
Melatih keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk
memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal. Mata pelajaran akan
mudah dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif
lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa
belajar tersebut melalui pengamatan dan eksperimen. Selain itu, tujuan
melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan sebagai
berikut: (a) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam
27
dalam belajar; (b) Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik
keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya; (c)
Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan
secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi; (d) Untuk lebih
memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena
dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan
menemukan konsep tersebut; (e) mengembangkan pengetahuan teori dan
konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat; (f) Sebagai
persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam
masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam
memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan (Muhammad, dalam
Trianto, 2010: 150).
G. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar,
maka semakin baik pembelajaran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sardiman (2003:95) berikut.
“Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.”
Aktivitas sangat diperlukan dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi
efektif, seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171): “Pengajaran
28
atau melakukan aktivitas sendiri.” Berdasarkan pendapat di atas, dapat
dikatakan bahwa dalam pembelajaran Biologi sangat diperlukan adanya
keterlibatan siswa secara aktif agar belajar menjadi efektif dan dapat
mencapai hasil yang baik.
Nasution (2003:85) menyatakan bahwa aktivitas adalah segala tingkah laku
atau usaha manusia, atau apa saja yang dikerjakan, diamati oleh seseorang
mencakup kerja pikiran dan badan. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan
mendengarkan atau mencatat, tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif
lain yag dilakukan siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101)
mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut.
a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar- gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain
bekerja atau bermain.
a. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
b. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : Mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
c. Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
d. Kegiatan-kegiatan menggambar : Menggambar, membuat grafik,
29
e. Kegiatan-kegiatan metrik : Melakukan percobaab, memilih alat- alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari, berkebun.
f. Kegiatan-kegiatan mental : Merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan,
membuat keputusan.
Hamalik (2004:175) mengungkapkan sebagai berikut:
“Penggunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa, sebab:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung
mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek
pribadi siswa secara integral.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar
menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat da orang tua
dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.
8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana
aktivitas dalam kehidupan masyarakat.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan aktivitas
pada pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk
kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, serta dapat mengembangkan
30
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Biologi, siswa
diharapkan benar-benar aktif, sehingga apa yang dipelajari akan lebih lama
diingat agar diperoleh hasil yang maksimal. Suatu konsep mudah dipahami
dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan
langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Dengan demikian, guru
hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar aktivitas
31
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012, yaitu pada bulan Januari 2012 di SMA Negeri 7 Bandar
Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester Genap
di SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 yang berjumlah 40
orang sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas XI IPA 3 yang
berjumlah 41orang sebagai kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain tes awal-tes akhir
tak equivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran GW , sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah.
Hasil tes awal dan tes akhir pada kedua kelas subyek dibandingkan. Struktur
32 (modifikasi dari Purwanto dan Sulistyastuti, 2007:90).
Gambar 2. Desain tes awal-tes akhir tak equivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat
diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen menggunakan
model GW dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran
ceramah.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
I
O1X O2
33
c. Mengumpulkan perangkat pembelajaran berupa gambar sesuai dengan
materi untuk setiap pertemuan yang akan diteliti dengan cara
mengunduh gambar dari berbagai sumber, yaitu :
Pertemuan 1: Uraian sub materi pokok struktur dan fungsi organ-organ
sistem pencernaan makanan manusia dengan cara
mengunduh foto organ-organ yang terdapat pada sistem
pencernaan makanan manusia.
Pertemuan 2: Uraian sub materi pokok proses dalam sistem pencernaan
pada hewan vertebrata
Pertemuan 3 : Uraian sub materi berbagai gangguan atau penyakit yang
terjadi pada sistem pencernaan makanan manusia dan
hewan dengan cara mengunduh foto-foto gangguan atau
penyakit yang terdapat pada sistem pencernaan makanan
manusia dan hewan.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Instruksi Kerja (LIK)
untuk setiap pertemuan. Lembar Instruksi Kerja (LIK) berisi gambar dan
pertanyaan serta petunjuk tentang struktur dan fungsi serta proses
pencernaan makanan manusia dan hewan,gangguan dan penyakit yang
dapat terjadi pada manusia dan hewan.
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal tes awal dan akhir
34
lembar observasi untuk pengamatan kemampuan keterampilan proses,
catatan lapangan, kemudian melakukan uji ahli soal.
f. Membentuk kelompok pada kelas eksperimen dalam kelas kontrol
berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa
dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai rendah. Setiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa dengan nilai yang heterogen (Lie, 2004 : 42 ).
g. Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok dan langsung memberi tugas
untuk diselesaikan dan dipamerankan pada pertemuan berikutnya oleh
masing-masing kelompok.
h. Guru membimbing tiap-tiap kelompok bagaimana menyelesaikan
tugasnya untuk dapat dipamerankan pada pertemuan selanjutnya.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model GW untuk
kelas eksperimen dan menggunakan metode ceramah
untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali
pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut :
A. Kelas Eksperimen
a. Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Guru memberikan tes awal mengenai materi sistem pencernaan
35
3. Guru memberikan Apersepsi dengan cara:
(pertemuan I) : mengajukan pertanyaan “ Apakah sebelum berangkat
sekolah kalian sudah sarapan pagi ?”
(Pertemuan II): Mengapa hewan ruminansia pada saat istirahat terlihat
seperti mengunyah di dalam mulutnya?”
(Pertemuan III): Mengapa apabila kita makan gorengan dengan banyak cuka yang mengandung asam cuka perut kita menjadi sakit ?”
4. Guru memberikan motivasi dengan cara: (pertemuan I dan II); “guru
memberikan penjelasan tentang manfaat sarapan yang di makan tadi
pagi, melalui beberapa organ yang menyusun sistem pencernaaan.
Pada hewan ruminansia terlihat mengunyah pada saat istirahat,
dikarenakan proses pencernaannya sangat panjang yang dikenal
dengan proses dikunyah, ditelan, dan dikeluarkan lagi-dikunyah lagi.
(Pertemuan II)
(pertemuan III); “ Guru memberikan penjelasan, bahwa mengonsumsi
asam cuka berlebih dapat menggangu kerja organ lambung sehingga
akan mengakibatkan sakit perut. Memberikan penjelasan
gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada organ-organ yang terdapat pada
sistem pencernaan manusia serta memberikan penjelasan bagaimana
sistem pencernaan pada hewan vertebrata”.
5. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama
membahas sub materi organ-organ pada sistem pencernaan makanan
36
pertemuan kedua membahas sub materi sistem pencernaan pada
hewan vertebrata dan pertemuan ketigamembahas sub materi
gangguan/kelainan pada sistem pencernaan makanan pada manusia
a) Kegiatan Inti
1. Guru memberikan LIK (Lembar Instruksi Kerja) yang berisi
pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan sub materi
organ-organ pada sistem pencernaan makanan pada manusia serta proses
pencernaan makanan pada manusia (Pertemuan 1) sub materi
pokok pada sistem pencernaan pada hewan vertebrata dan proses
dalam sistem pencernaan ( Pertemuan 2 ). Gangguan/kelainan
pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan
(Pertemuan 3).
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk menyiapkan hasil karya
nya untuk dipamerkan ke kelompok lain .
3. Guru memerintahkan masing-masing kelompok secara bergantian
untuk mengamati hasil karya kelompok lain dan memberikan
komentar pada hasil kerja kelompok lain.
4. Guru memberi kesempatan untuk membahas pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain serta mempresentasikan kembali
materi.
5. Dari materi yang telah dipamerkan tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
37
b) Kegiatan Akhir
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/
rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Guru memberikan postest (berupa soal bentuk essay) tentang
macam-macam organ pencernaan makanan pada manusia dan
hewan vertebrata, proses pencernaan makanan, serta
gangguan/kelainan pada sistem pencernaan makanan manusia.
3. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan
dipelajari selanjutnya.
B. Kelas Kontrol (Metode Ceramah)
a. Pendahuluan
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Guru memberikan tes awal mengenai materi sistem pencernaan
makanan (Pertemuan I).
3) Guru memberikan apersepsi :
(Pertemuan I) : Guru menanyakan kepada siswa ” Apakah sebelum
berangkat sekolah kalian sudah sarapan pagi?”.
(Pertemuan II) : Guru menanyakan kepada siswa” Mengapa hewan
rumninansia disebut sebagai hewan memamah
biak?”
(Pertemuan III): Mengapa apabila kita makan gorengan dengan
banyak cuka yang mengandung asam cuka perut
38
4) Guru memberikan motivasi :
(Pertemuan I) : Guru memberikan penjelasan, bahwa sarapan yang
kalian makan tadi pagi melalui beberapa organ yang
menyusun sistem pencernaaan, untuk itu kita perlu
mempelajari organ-organ yang menyusun sistem
pencernaan tersebut.
( Pertemuan II ) : Guru memberikan penjelasan bahwa proses pencernaan
pada ruminansia sangat panjang sehingga harus
mengunyah makanan yang kemudian ditelan, dikeluarkan
kembali, dan ditelan lagi. Saat dikunyah untuk kedua kali
ini lah yang disebut memamah biak. Untuk itu mari kita
identifikasi struktur dan fungsi organ yang ada pada
ruminansia
(Pertemuan II): Guru memberikan penjelasan, bahwa saat kita sakit perut
kita akan merasakan sakit pada bagian lambung kita dan
memberikan penjelasan gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi pada organ-organ yang terdapat pada
sistem pencernaan manusia serta memberikan penjelasan
bagaimana sistem pencernaan pada hewan vertebrata.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersipakan alat bantu
2) Guru mempersiapkan pokok-pokok materi
3) Guru memberi penjelasan dengan tahap penyampaian materi
39
c. Penutup
1) Guru memberikan ringkasan atau kesimpulan
2) Guru memberikan informasi untuk materi pada pertemuan selanjutnya
3) Guru mengadakan tes akhir untuk pertemuan terakhir (Pertemuan III).
4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
berupa aktivitas belajar siswa dengan mengunakan angket aktivitas
belajar. Data kuantitatif yaitu kemampuan keterampilan proses siswa
yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih
antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Tes awal dan Tes akhir
Data keterampilan proses berupa tes awal dan tes akhir. Nilai tes awal
diambil pada pertemuan ke I dan tes akhir diambil pada pertemuan ke.
Nilai tes awal diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada
setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai tes akhir
diambil setelah pembelajaran pertemuan ketiga . Bentuk soal yang
diberikan adalah berupa essay yang mengandung indikator
keterampilan proses, dan soal tes awal maupun tes akhir berupa soal
40
b) Lembar Observasi Keterampilan Proses
Lembar observasi keterampilann proses berisi semua aspek kegiatan
yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
c) Lembar Aktivitas Siswa
Lembar aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan siswa yang diamati
pada saat pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu berkritik dan saran,
bertanya, bertukar informasi dan membuat kesimpulan.
F. Teknik Analisis Data
a. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini
diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Uji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t menggunakan
software SPSS 17, sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors menggunakan
program SPSS 17.
41
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho Jika Lhitung < Ltabel dan tolak Ho jika Lhitung > Ltabel
(Sudjana, 2002:466) atau terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho
untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro, Gunawan, dan Marzuki,
2002:118).
2. Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS
17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua
rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.
Uji hipotesis dengan uji t terdiri dari:
42
c. Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U
Ho : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
1) Hipotesis
Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
tidak sama
2) Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig< 0,05