SKRIPSI
Oleh: RisqiAgusriani NPM : 20120720137
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ix
HALAMAN NOTA DINAS ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan pustaka ... 8
B. kerangka Teori ... 11
1. Pengertian Efektivitas ... 11
2. Keaktifan Belajar ... 12
a. Keaktifan ... 12
b. Belajar ... 14
c. Ciri-ciri keaktifan belajar... 18
3. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran ... 18
4. Jenis –jenis pendekatan Dalam Pembelajaran ... 20
1. Pendekatan Individual ... 20
2. Ciri-ciri Pendekatan Individual ... 20
3. Pendekatan Kelompok ... 23
4. Pendekatan Edukatif ... 24
5. Pendekatan Keagamaan ... 25
C. Pendidikan Agama Islam ... 26
1. Pendidikan Agama Islam ... 26
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 28
3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ... 30
x
3. Tujuan Sekolah Dasar ... 39
F. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 41
B. Jenis Penelitian ... 41
C. variabel Penelitian ... 41
D. paradigma Penelitian ... 42
E. populasi Dan Sampel ... 43
F. metode Pengumpulan Data ... 43
G. Instrument Penelitian ... 44
1. Kisi-kisi InstrumentPenelitian ... 44
2. Pengukuran Instrument Penelitian ... 45
H. Uji Coba Instrument ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Deskripsi penelitian ... 54
2. Deskripsi Data ... 54
a. Efetivitas pendekatan PAI(X) ... 54
b. Keaktifan Belajar (Y) ... 55
3. Uji Prasyarat Analisis ... 57
a. Uji Normalitas ... 57
b. Uji Linieritas ... 57
4. Uji Hipotesis ... 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V PENUTUP ... 63
xii
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor efektivitas pendekatan Pembelajaran PAI ... 55
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor keaktifan Belajar ... 56
Tabel 5. Ringkasan Uji Normalitas Variabel X Dan Y ... 57
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 57
vii
memberikan Rahmat, Hidayah serta Inayah- Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Pendidikan Agama Islam pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan kajian tentang hubungan efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV SDN Tlogo Kasian Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti sangat banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan materiil sehingga terwujud skripsi ini.
Selanjutnya pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang dalam kepada:
1. Dekan Fakultas Agama Islam yang telah memberikan persetujuan atas pelaksanaan skripsi ini.
2. Kepala jurusan dan Sekertaris jurusan PAI yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sejak awal dilaksanakannya penelitian ini.
3. Bapak Dr. M. Azhar, MA Sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan sejak awal dilaksanakannya penelitian ini. 4. Bapak Drs. Dwi Santosa, AB, M.Pd. sebagai Dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk kepada peneliti dengan tulus ikhlas selama proses penyusunan skripsi hingga selesai.
viii
8. Ibu dan Bapak atas kasih sayang dan jerih payahnya dalam membimbing dan mendidik yang tidak akan pernah dapat peneliti membalas semuanya.
9. Mas shoim faoziantoro, adik-adikku sepupu dan tante-tanteku om dan sahabat peneliti yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk peneliti.
10.Teman-teman PAI-C seperjuangan angkatan 2012,Tia, Hidayah, dan semua teman kelas yang tak dapat peneliti sebutkan semuanya atas persahabatan dan kekeluargaannya.
11.Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas sumbangan tenaga, pikiran selama penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak tersebut diatas mendapat balasan yang jauh lebih besar dan lebih baik dari Allah SWT.
Selanjutnya peneliti sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan skripsi ini. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin Ya Robbal‘alamin
Yogyakarta, 7 Februari 2016
Penyusun
Risqi agusriani
ix
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Untuk orang tua tercinta, Bapak Djuwahir & Ibu surasih Untuk kakaku tersayang, Shoim Faoziantoro
Almamaterku
xiii
pembelajaran PAI, (2) keaktifan belajar, dan (3) hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di SD Tlogo Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian expost facto. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD N Tlogo Bantul Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa yang sekaligus dijadikan sampel, sehingga penelitian ini tergolong penelitian populasi. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitan adalah angket model skala Likert. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment yang didahului uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di SD N Tlogo Bantul Yogyakarta dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata (Mean) = 57,42 pada interval antara 52,26 – 61,78. (2) Keaktifan belajar siswa kelas IV di SD N Tlogo Bantul Yogyakarta dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata (Mean) = 56,46 pada interval antara 49,5 – 58,5. (3) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta dengan nilai rxy 0,651 > rtabel 0,334. Koefisien
determinan (R2) sebesar 0,424, artinya besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel efektivitas pendekatan pembelajaran PAI (X) terhadap variabel keaktifan belajar (Y) adalah sebesar 42,4%, sedangakan sisanya 57,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
1
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama menjadi kebutuhan bersama dalam rangka membina
manusia dalam berperilaku sesuai norma yang ada.Pendidikan agama Islam
sebagaiusaha yang diperlukan untuk menanamkan ajaran agama Islam yang
tujuannya adalah untuk mengembangkan moral dan kepribadian manusia.
Adanya pendidikan agama Islam bagianak-anak dan keluarga menjadi sangat
penting. Salah satu upaya pemberian pendidikan agama Islam bagi umat
muslim adalah melalui lembaga pendidikan yang ada di sekolah.
Ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah
kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar mengajar. Guru
menempati kedudukan sentral, sebab guru harus mampu menerjemahkan dan
menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian
mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses
pengajaran di sekolah. Salah satu cirri pengajaran yang berhasil dapat dilihat
dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa, makin
tinggi peluang berhasilnya pengajaran. Kegiatan belajar siswa tersebut
meliputi belajar secara mandiri/individual, kelompok dan klasikal.
Dalam kegiatan belajar ini, siswa dituntut untuk dapat aktif dalam
sebagai sumber belajar yang utama.Pada saat melakukan kegiatan belajar
aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan.
Belajar aktif merupakan langkah cepat yang menyenangkan, mendukung, dan
secara pribadi menarik hati. Sering kali, siswa tidak hanya terpaku di tempat
duduk mereka saja, tetapi berpindah-pindah dan berpikir keras.
Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara
untuk membuat peserta didik aktif lebih awal melalui aktivitas- aktivitas yang
membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka
berpikir tentang materi pelajaran. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah
dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan memudahkan
siswa dalam menerima pelajaran. Selainitu, sekolah juga harus bisa
mengembangkan metode pembelajaran yang mampu membuat para siswa
lebih aktif. Salah satucara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
pembelajaran aktif. Ketika belajar secara aktif, peserta didik mencari sesuatu.
Mereka ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk
menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.
Masalah klasik yang tetap aktual yang menjadi permasalahan mendasar
dalam pendidikan adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan
oleh pendidik yang kenyataannya merupakan orang yang secara langsung
terlibat dalam pembelajaran. Kebanyakan peserta didik mengikuti program
seperti ini, kegiatan belajar mengajar tidak ubahnya hanya meliputi datang
mengingat atau bahkan mengikuti apa adanya segala informasi yang
disampaikan oleh guru. Guru adalah praktisi yang bertanggung jawab atas
berhasil tidaknya program sekolah atau madrasah.
Guru merupakan ujung tombak atau memiliki peran sentral dalam
kegiatan pembelajaran di ruangkelas. Peran peserta didik di dalam proses
belajar mengajar ialah berusaha aktif untuk mengembangkan dirinya di
bawah bimbingan guru. Selama ini metodologi pembelajaran agama islam
yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti
ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran, menghafal dan demonstari
praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Dari situasi pembelajaran
semacam ini hampir tidak ada kesempatan bagi peserta didik untuk
menuangkan kretifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Hal tersebut
menyebabkan proses pembelajaran tidak menggairahkan, peserta didik
tampak bosan, jenuh dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran agama.
Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi pribadi muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Alloh SWT dan keberhasilan menanamkan
nilai-nilai agama Islam, khususnya penanaman yang dilaksanakan pada anak
usia sekolah dasar (SD). Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam akan dapat
mencapai hasil yang baik dalam mengajar bukan hanya penyajian materi
pelajaran secara menyeluruh melainkan dapat diserap, dipahami dan
diamalkan oleh siswa.
Untuk mencapai hal diatas, guru Pendidikan Agama Islam dituntut
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemahaman dan
kemampuan siswa dengan penekanan belajar melalui alat bantu lainnya
sebagai sumber belajar agar pembelajarannya lebih menarik dan cocok bagi
siswa. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan diperoleh keterangan
bahwa di SD N Tlogo telah menggunakan model aktif dan berkembang,
namun hasil yang dicapai belum optimal sesuai dengan harapan. Oleh karena
itu penelitian akan menerapkan secara optimal dari keaktifan belajar dari segi
pendekatan pembelajaran yang aktif.
Metode mengajar guru menjadi permasalahan inti dalam proses
pembelajaran. Karena metode adalah cara menyampaikan materi pengajaran
kepada peserta didik yang kita ajar. Peranan metode mengajar adalah alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dalam interaksi ini guru
berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru. Pendekatan pembelajaran pun seharusnya
harus diubah. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru harus diubah
menjadi pendekatan yang berorientasi pada peserta didik (student oriented).
Karena dalam pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik
sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar
mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Berdasarkan gambaran permasalah di atas, peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di
SD N Tlogo Bantul Yogyakarta?
2. Bagaimana keaktifan belajar siswa kelasIV di SDN Tlogo Bantul
Yogyakarta?
3. Adakah hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan
keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di SDN Tlogo
Bantul Yogyakarta.
2. Keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta.
3. Hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan
keaktifan belajar siswa kelas IV di SD Tlogo Bantul Yogyakarta.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini
1. Secara Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kepada
pembaca atau praktisi pengajar mengenai pendekatan pembelajaran
PAI yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
dunia pendidikan.
c. Memberikan referensi untuk peneliti yang lain yang ada kaitannya
dengan kependidikan.
2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan input (masukan) serta gambaran kepada sekolah
mengenai meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pendekatan
pembelajaran pendidikan agama Islam dan meningkatkan keaktifan
siswa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menetapan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan tingkat
kedisiplinan siswa dalam proses belajarnya.
b. Bagi peneliti untuk mengetahui kondisi sebenarnya lingkungan belajar
yang akan mempengaruhi keaktifan belajar siswa disekolah,sekaligus
sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun ke dunia
pendidikan.
c. Sebagai sumbangan pemikiran dan menambah wawasan mengenai
pendekatan pembelajaran yang aktif dan meningkat dalam
bahan acuan dalam mengoptimalkan pelaksanaan proses belajar
mengajar.
d. Menambah wawasan penulis dalam hal penelitian kependidikan.
e. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada
bidang yang sama.
f. Memberikan wawasan bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk
mendapatkan pendekatan pembelajaran yang tepat.
E. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini disusun dalam lima bab pembahasan sebagai acuan dalam
berfikir secara sistematis. Adapun rencangan sismeatika pembahasan skripsi
ini dijelaskan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang berisi gambaran umum isi penelitian yang
terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Pusaka yang berisi tentang teori
yang berhubungan dengan penelitian.
Bab III Metode Penelitian yang berisi tentang tempat dan waktu
penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, paradigma penelitian, populasi
dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba
instrumen, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan yang berisi tentang paparan
data dan diskusi hasil penelitian.
8
1. Chamidah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap dengan
skripsi yang berjudul “Korelasi Pendekatan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan Prestasi Belajar Siswa KelasV SD Negri
Karangjengkol 03 pada tahun 2010 dengan Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)”. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui korelasi pendekatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan metode PAKEM. Penelitian ini tergolong penelitian
ex-post facto. Hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,457 dengan nilai
p-value 0,001 < 0,05, artinya ada korelasi positif dan signifikan
pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan prestasi
belajarsiswa kelas V SD Negri Karangjengkol 03 tahun 2010 dengan
menggunakan PAKEM.
2. Skripsi Asep Rumliyani mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Sunan Kali Jaga
Yogyakarta dengan skripsi yang berjudul “Evektivitas pembelajaran
PAI melalui media lagu di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Notoprajan
Yogyakarta pada tahun 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk
Kanak-Kanak Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta dan tanpa
menggunakan media lagu. Penelitian ini tergolong penelitian
eksperimen semu (quasi experiment). Hasil penelitian diperoleh nilai
thit = 4,324 dengan nilai p-value = 0,000 < 0,005. Artinya,
menggunakan media lagu pada pendidikan taman kanak-kanak lebih
efektif dalam pembelajaran PAI dibandingkan tanpa menggunakan
lagu.
3. Arif Saifullah (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Aktif Tipe Pemilahan Kartu (Card Sort) Untuk Meningkatkan
Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran
Fiqih di Mts TarbiyatulIslamiyah Pati”.Penelitian ini adalah lemahnya
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs Tarbiyatul
Islamiyah disebabkan karena selama ini Model Pembelajaran yang
sering dipakai masih menggunakan motode klasikal (ceramah).Hal ini
berdampak pada keengganan siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga menimbulkan lemahnya keaktifan dan prestasi
belajar siswa.Subyek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Tarbiyatul
Islamiyah Pati yang berjumlah 30 siswa.Pengumpulan data dilakukan
menggunakan lembar observasi keaktifan, intervew, dokumentasi,
catatan lapangan dan tes hasil belajar.Adapun teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan
data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang
Penelitian yang dilakukan berjudul “Hubungan Efektivitas Pendekatan
Pembelajaran PAI dengan Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV di SD Tlogo
Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini akan membahas tentang pendekatan
pembelajaran PAI, keaktifan belajar, dan hubungan efektivitas pendekatan
pembelajaran pai dengan keaktifan belajar.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu
adalah sebagai berikut.
A. Perbedaan dengan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Chamida (2010)
adalah pada subjek penelitian, yaitu siswa kelas V SDN Karangjengkol 03.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Chamida
(2010) adalah pada subjek penelitian, yaitu pada variabel prestasi belajar
dan siswa kelas V SDN Karangjengkol 03.
B. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asep
Rumliyani (2010) adalah pada media lagu dan subjek penelitian, yaitu
siswa TK Aisyiyah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arif Saefullah (2010) adalah pada media lagu dan subjek
penelitian, yaitu siswa TK Aisyiyah.
C. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asep
Rumliyani (2010) adalah pada media lagu dan subjek penelitian, yaitu
siswa TK Aisyiyah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arif Saefullah (2009) adalah pada variabel prestasi belajar
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Efektivitas
Pengertian Efektifitas, kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu
effective yang bearti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan
baik. Definisi efektifitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Efektivitas organisasi adalah konsep
tentang efektif dimana sebuah organisasi bertujuan untuk menghasilkan
(Effendy, 2009:14).Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya
kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan
sasaran yang dituju.Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian
efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.
Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan
efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu
dengan membandingkan antara input dan outputnya (Siagaan, 2001: 24).
Efektivitas juga bisa diartikan sebagau pengukuran keberhasilan dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika
sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah
ditentukan, maka cara tersebut adalah efektif (Mahmudi, 2005:92).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pengertian
efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu
memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam
tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. dari
beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas merupakan
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari
beberapa pilihan lainnya.
2. Keaktifan Belajar
a. Keaktifan
Belajar adalah suatu usaha untuk mengmpulkan sejumlah
pengetahuan. Winkel (Anwar dan Harmi, 2011: 107), “belajar adalah
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkat
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”. Menurut
Slameto (2010:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya, Thobroni dan Mustofa (2013:16) mengatakan
bahwa belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih
hidup.
Keaktifan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaberasal
dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk. Kata keaktifan juga bisa
Menurut Hamalik (2011: 32) salah satu faktor yang mempengaruhi
belajar adalah faktor kegiatan seperti pengulangan dan ulangan. Siswa
yang belajar dengan melakukan banyak kegiatan baik kegiatan yang
melibatkan syaraf seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir,
kegiatan motorik dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lain yang
diperlukan untuk memperoleh pengetahuan sikap, kebiasaan dan
minat.
Sriyono (2012:9) mengungkapkan bahwa keaktifan adalah pada
waktu mengajar guru harus mengusahakan agar siswanya aktif jasmani
maupun rohani. Karwati dan Priansa (2014: 152-154) mengungkapkan
bahwa:
Keaktifan belajar yang dialami oleh siswa berhubungan dengan segala aktivitas yang terjadi, baik secara fisik maupun non fisik. Keaktifan akan menciptakan situasi belajar yang aktif. Belajar yang aktif adalah suatu sistem belajat mengajar yang menekankan keaktifan siswa, baik secara fisik, mental intelektual, maupun emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antar aspek kognitif,afektif, dan psikomotor.
Menurut Rusman (2012:324) Pembelajaran yang aktif
merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
aktivitas siswa dalam mengakses berbagai infomasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga
mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
Indikator yang mencerminkan keaktifan dalam proses
pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45), yaitu
bertanya jika ada hal yang belum dipahami, menjawab pertanyaan
yang diajukan, mencatat tugas atau hal yang diterangkan guru,
mencatat informasi, mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan
hal-hal yang dijelaskan guru, aktif dalam berdiskusi dalam kelompok
dan terlibat dalam menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan adalah suatu keadaan bahwa siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari aktifnya siswa dalam berbagai
kegiatan diantaranya: mengerjakan soal di depan kelas, menjawab
pertanyaan guru, dan berdiskusi dengan teman.
b. Belajar
Semakin baik sistem belajar yang dikembangkan maka semakin
meningkat pengetahuan dan keterampilannya.Untuk itu, belajar harus
dikonsep dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut
Djaali (2012:115), belajar adalah aktivitas untuk mendapatkan
pengetahuan akademik.Belajar juga digambarkan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman. Walgito (2010:167) menyatakan bahwa belajar suatu
proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in
behavior or performance).
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap
berkat latihan dan pengalaman.Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang.Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, serta dijalankan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.Belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa
dilandasi I‟tikad dan maksud tertentu”.
Menurut Syah (2010:93), belajar adalah key term (istilah kunci)
yang paling vital dalam setiap suasan pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesuungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagai suatu prises, belajar hampir selau
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan
makna yang terkandung dalam belajar.
Menurut Purwanto (2013:84-85), beberapa elemen yang penting
yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu sebagai berikut.
1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman,
3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, dan
Menurut Sardiman (2007:19), proses belajar pada prinsipnya
bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta
prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki
makna bagi subjek didik. Dapat diinterpretasikan bahwa struktur
kognitif dari belajar dapat mempengaruhi perkembangan afeksi atau
penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut
akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep
pembentukan superego, yakni suatu proses belajar melalui suatu
peniruan, proses interaksi antara pribadi dengan pihak lain.
Purwanto (2013:85) berpendapat bahwa:
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan suatu periode waktu yang sangat panjang.Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, atau pun bertahun-tahun.Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
Menurut Sagala (2010:12), untuk menangkap isi dan pesan
belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan
kemampuan pada ranah-ranah: 1) Kognitif yaitu kemampuan yang
berkenan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari
kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintensis dan
emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dalam penalaran yang terdiri dari
kategori penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotorik yaitu
kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
komplek, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Dapat dijelaskan
bahwa seseorang dapat mengamati tingkah laku orang telah belajar
setelah membandingkan sebelum belajar.
Menurut Purwanto (2013:102), telah dikatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan
atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Sampai
dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil
baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam
faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua
golongan sebagai berikut.
1) Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual
2) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, belajar adalah suatu proses
yang berlangsung secara terus menerus sehingga seseorang dapat
diakui oleh masyarakat dan merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
c. Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Menurut Slameto (2003:17), ciri-ciri keaktifan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri
kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan
elaborasi, sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan
kepribadian kreatif kreatif. Kedua ciri ini samapentingnnya,
kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan
menghasilkan apapun. Keaktifan hanya dapat dilahirkan dari orang
cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat.
Menurut Sudjana (2012:61) keaktifan siswa dalam belajar dapat
dilihat dari hal-hal sebagai berikut.
1) Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas belajar.
2) Berani bertanya kepada siswa lain atau guru apabila menghadapi masalah
3) Terlibat aktif dalam pemecahan masalah
4) Berusaha mencari informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis.
8) Menerapkan pengetahuan yang diperoleh ke dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang
berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan hingga tercapai sasaran
belajar, selain itu pendekatan pembelajaran adalah arah suatu
kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif (Sagala, 2010:12).
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Sebagai pedoman umum untuk menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
b. Memberikan garis-garis rujukan perancangan pembelajaran. c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul.
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan (Purwanto, 2013:84-85).
Dari pendapat diatas, dapat diambil pengertian bahwa
pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran adalah
bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa.
Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,
4. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran 1. Pendekatan individual
Pendekatan individual merupakan pendekekatan
langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut.Pendekatan
individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pembelajaran.Pemilihan metode tidak bisa
begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual,
sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu
melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual.
2. Ciri-ciri pendekatan individual :
a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap
siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak
didik sebagai individu untuk aktif, kreatif, dan mandiri
dalam belajar.
b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua
anak didik secara individual.
c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di
kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol
d. Guru harus mampu menyajikan pelajaran yang menarik di
depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan,
mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan
siswa.
Oleh karena itu pendekatan individual dapat
mengefektifkan proses belajar mengajar. Interaksi guru dan
siswa berjalan dengan baik,dan terjadinya hubungan pribadi
yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak
langsung hal yang tersebut diatas merupakan keuntungan dari
pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual
yaitu :
a. Memungkinkan siswa yang lama dapat maju menurut
kemampuan masing-masing secara penuh dan tepat.
b. Mencagah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat
nyata melalui diskusi kelompok.
c. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar
perorangan.
d. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan
pertumbuhan yang yang bersifat mendidik,Bukan kepada
tuntutan-tuntutan guru dll.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan
a. Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai
dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta
didik.
b. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena
perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta
didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.
Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual sehingga
guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas
(Syaiful, 1997:62-63).
Pendekatan pembelajaran secara individual adalah
kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada
bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing
individu.
Siswa dalam pendekatan pembelajaran,maka siswa
memiliki keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan
sendiri,dalam hal ini siswa bertanggug jawab mengontrol
kegiatan belajar agar mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil
belajar sendiri.Kedudukan guru dalam pembelajaran
Tujuan guru dalam pengorganisasian adalah mengatur dan
memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir
(Mudjiono, 2002 : 162-163).
Dari pendapat diatas, dapat diambil pengertian
pendekatan individual adalah kegiatan belajar mengajar
secara individu atau seorang siswa dengan dibimbing oleh
guru yang member pengarahan dan pengetahuan ketika
siswa mengalami kesulitan belajar.
3. Pendekatan kelompok
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak
didik.Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang
ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina
sikap kesetiakawanan sosial dikelas.Anak didik dibiasakan
hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan ada kelebihan.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok,
maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu
tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar
pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan
bahan yang akan diajarkan kepada anak didik memang
Perbedaan individual anak didik pada aspek
biologis,Intelektual,dan psikologis dijadikan sebagai
pijakan melakukan pendekatan kelompok (Syaiful ,1997 :
63-64).
Pendekatan kelompok adalah kegiatan belajar
mengajar di kelas dalam membentuk kelompok kecil yang
terdiri dari 3-8 siwsa. Dalam pembelajaran kelompok
kecil, guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan
kepada tiap kelompok lebih intensif. Hal ini terjadi sebab
hubungan guru dengan siswa menjadi lebih sehat dan
akrab,siswa memperoleh bantuan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan belajar(Mudjiono,2002 : 165-166).
Berdasarkan pendapat diatas dapat di ambil pengertian
pendekatan kelompok yaitu pendekatan kelompok yang
proses belajar mengajar dilakukan secara kebersamaan
dalam bentuk kelompok kecil maupun kelompok
besar,namun guru tetap membimbing dan memberi arahan
pengetahuan terhadap siswa-siswa yang kurang paham
atau membutuhkan bimbingan dari guru.
4. Pendekatan edukatif.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni
membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau
cidera. Hal ini adalah nilai hukum tidak bernilai
pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hokum yang
salah.
Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya
satu, tetaapi bermacam-macam jenis dan tingkat
kesukarannya.Hal ini menghendaki pendekatan yang
tepat.Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati
dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan
juga pendekatan kelompok.
Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena
pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan
melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama
lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima
pendekatan tersebut sebagai berikut :
a. Pendekatan pengalaman
b. Pendekatan pembiasaan
c. Pendekatan emosional
d. Pendekatan rasional
e. Pendekatan fungsional ( Syaiful, 1997 : 67-69).
5. Pendekatan keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya
tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.Dalam
prakteknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa
penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar
seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat
menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua
mata pelajaran.Khususnya untuk mata pelajaran umum
sangat penting dengan pendekatan keagamaan.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk
memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa,
agar nilai-nilai agamanya tidak dicemohkan dan
dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati dan
diamalkan secara hayat siswa dikandung badan
(Syaiful, 1997 :78-79).
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pendidikan agama Islam
Pendidikan merupakan kata yang sudah angat
umum.Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang
mengenal istilah pendidikan.Begitu juga pendidikan agama
Islam (PAI). Sedangkan pendidikan agama Islam
merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana. Dalam menyiapkan peserta didik dalam
mengenal, menmahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persayuan bangsa. Mata pelajaran pendidikan
agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup
al-qur‟an dah al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh atau ibadah,
dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia , makhluk lainnya
maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun
minannas).Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha
sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,
dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid, 2004 : 130).
Syari‟at islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang
kalau kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik
untuk beriman daan beramal serta berahlak baik, sesuai
ajaran islam dengan berbagai metode dan pendekatan
(Zakiah, 2006 : 28).
Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang di atas
maka dapat dapat diambil pengertian bahwa pendidikan
agama islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara
sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan
baikjasmani maupun rohani sesuai dengan ajaran agama
islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama
islam sebagai pandangan hidup sehingga dapat
mendatangkan keselamatan.
2. Tujuan pendidikan agama islam
Pendidikan agama islam di sekolah atau di madrasah
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, mengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa danbernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang yang lebih tinggi (Majid, 2004 : 135).
Tujuan pendidikan agama islam peningkatan
ketakwaaan kepada tuhan Yang Maha ESa, sebagaimana
melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif, yang
pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara, yang sekaligus
menjadi tujuan pengajaran agama yaitu : membina manusia
beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan
ajaran-ajaran agama islam dengan baik dan sempurna,
sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan
kejayaan hidup dunia dan akhirat. Pada hakikatnya sama
dengan tujuan diturunkannya agama islam, yaitu
membentuk manusia muttaqin (Zakiah , 2004 : 172).
Tujuan pendidkan Agama Islam pada hakekatnya sama
dengan tujuan diturunkannya agama islam,yaitu membentuk
manusia muttaqin yang rentangnya berdimensi infinitum
(tidak terbatas menurut jangkauan manusia ), baik secara linier
maupun secara algoritmit (beraturan secara logis) berada
dalam garis mukmin,muslim,muhsin,dengan perangkat
komponen,variabel dan parameternya masing-masing secara
kualitatif bersifat kompetitif Menurut Zakiah, 2006:74).
Menurut Yunus,tujuan pendidikan agama islam adalah
menyiapkan anak supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap
melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat,sehingga
Secara garis besarnya tujuan pendidikan agama islamialah
“untuk membina manusia menjadi hamba allah yang shaleh
dengan seluruh aspek kehidupannya,perbuatan,pikiran dan
perasaan” (zakiah, 1995:35).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil pengertian
pendidikan agama islam adalah usaha bimbingan yang
dilakukan secara sadar untuk mengarahkan anak didik
mencapai kedewasaan baikjasmani maupun rohani sesuai
dengan ajaran agama islam dan pada akhirnya dapat
menjadikan ajaran agama islam yang baik dan menjadikan
agama islam sebagai pedoman umat manusia.
3. Ruang lingkup pendidikan agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup
segala bidang kehidupan manusia didunia dimana manusia
mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih
amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti,maka
pembentukan nilai dan sikap amaliah islamiyah dalam pribadi
manusia akan tercapai dengan efektif bilamana dilakukan
melalui proses kependidikan yang berjalan di atas
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan (Arifin 1996:13).
Adapun ruang lingkup mata pelajaran pendidikan agama islam
di sekolah dasar meliputi aspek-aspek :
b.Aqidah
c.Fiqih
d.Tarikh dan Kebudayaan Islam
a.Pendekatan Emosional
Emosi merupakan gejala kejiwaan yang ada dalam diri
seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah
perasaan. Pendekatan emosional merupakan usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini
ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana
yang buruk (Ramayulis, 2005:129)
Menurut standat kompetensi tentang pendidikan agam
islam, dari departemen pendidikan nasional,bahwa pendekatan
pendidikan agama islam secara terpadu, yang meliputi
keimanan, pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional
(Depdiknas, 2003: 13)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,
dengan beberapa pendekatan pembelajaran di atas proses belajar
mengajar pendidikan agama islam dapat menjadi aktif, sehingga
siswa dapat menguasai keterampilan yang diperlukan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang di tetapkan.
Pengertian meningkatkan keaktifan belajar siswa
menggunakan pendekatan pembelajaran pendidikan agama islam.
Dalam konteks pembelajaran ada empat unsur yaitu :
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran
yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling aktif.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau
prosedur,metode dan teknik pembelajaran.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran
keberhasilan atau criteria dan ukuran baku keberhasilan (Arifin
1996:13).
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa,yang
dimaksud dengan pendekatan pembelajaran pendidikan agama
islam yang aktif dan berkembang proses belajar mengajar adalah
sudut pandang suatu proses pembelajaran yang menjadikan suasana
belajar yang belajar mengajar menjadi aktif,siswa dapat
memusatkan secara penuh dalam belajar,sehingga siswa dapat
menguasai ketrampilan yang diperlukan sesuai dengan tujuan
pembelajaran pendidikan agama islam yang hendak di capai.
Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka
pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk
mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa,
cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif,
berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan
permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar
merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan
13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik
daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa.
Dalam (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional) dijelaskan pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan
pendidikan nasional dan pendidikan di sekolah dasar yaitu, untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran
dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara.
Sedangkan Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Kata pendidikan
berasal dari kata „didik‟ dan mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran
„an‟, dari devinisi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan
Jadi pendidikan adalah usaha untuk membimbing
anak.Pendidikan seperti yang diungkapkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Definisi pendidikan lainnya yaitu :
a. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing
manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. 2)
Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk
melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dia bisa mandiri,
akil-baliq dan bertanggung jawab. 3) Pendidikan adalah usaha agar
tercapai penentuan diri secara etis sesuai dengan hati nurani.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan
kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan
dan kemandirian. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan
pendidikan tidak lepas dari perspektif manusia dan
kemanusiaan (Baswir, 2003: 108).
“hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia,
yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu
keseluruhan di dalam eksistensinya”. Dalam proses pendidikan,
ada proses belajar dan pembelajaran, sehingga dalam
pendidikan jelas terjadi proses pembentukan manusia yang
perbuatan yang bersifat mendasar (fundamental), karena di
dalamnya terjadi proses dan perbuatan yang mengubah serta
menentukan jalan hidup manusia (Tilaar, 2002: 435).
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa:
Pengertian pendidikan yang tertuang dalam
Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan
sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk
mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan
lingkungan di mana dia hidup. “pendidikan merupakan suatu
proses yang berlangsung dalam kehidupan sebagai upaya untuk
menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri.
Proses penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang
dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang
berlangsung dalam kehidupan (Saroni, 2011 : 10).
Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan
tersebut meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya
memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan
unsur-unsur yaitu: pendidikan merupakan suatu proses, ada
hubungan antara pendidik dan peserta didik, serta memiliki
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa
pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan
rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang bertujuan
menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan
lingkungan.
2. Tujuan Pendidikan
Dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan
sesuatu yang mendasar terutama pada pembentukan kualitas
sumber daya manusia.Pembangunan sumber daya manusia
berarti perlunya peningkatan pengetahuan, keterampilan dari
kemampuan semua orang dalam suatu masyarakat”.Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan (Fadjri, 2000 :
36).
Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota
masyarakat menjadi orang-orang yang berpribadi,
berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat
yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat
itu sendiri, mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan
perkembangan hidupnya dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya
Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang
mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap
warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa,
berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan pengertian diatas tujuan- tujuan pendidikan
yang disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut
dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan wahana
terbentuknya masyarakat madani yang dapat membangun dan
meningkatkan martabat bangsa.Pendidikan juga merupakan
salah satu bentuk investasi manusia yang dapat meningkatkan
derajat kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi
pendidikan formal, yang diselenggarakan melalui proses
pandang sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang
direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di
lembaga pendidikan sekolah”(Suhartono 2008: 46). Sekolah
dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi
anak-anak usia 6-12 tahun.”(Suharjo 2006: 1).
Hal senada juga diungkapkan bahwa “sekolah dasar
sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program
belajar selama 6 tahun.”Mencermati kedua pernyataan Suharjo
dan Ihsan dapat dijelaskan bahwa sekolah dasar merupakan
jenjang pendidikan yang berlangsung selama enam
tahun(Ihsan, 2008: 26).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah jenis pendidikan formal untuk
peserta didik usia 7 sampai 18 tahun dan merupakan
persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi”. Jika usia
anak pada saat masuk sekolah dasar, merujuk pada definisi
pendidikan dasar dalam Undang-Undang tersebut, berarti
pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi
pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar
tahun. Batasan usia 7-12 tahun inilah yang digunakan peneliti
dalam melakukan penelitian.
4. Tujuan Sekolah Dasar
Proses pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
atau bagian integral dari pengembangan sumber daya manusia
(SDM) sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Dengan
demikian, pendidikan harus mampu melahirkan SDM yang
berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan dan
masyarakat, yaitu SDM yang menjadi sumber kekuatan atau
sumber pengerak (driving forces) bagi seluruh proses
pembangunan dan kehidupan masyarakat.
Sekolah memainkan peran penting sebagai dasar
pembentukan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui
sekolah, anak belajar untuk mengetahui dan membangun
keahlian serta membangun karakteristik mereka sebagai bekal
menuju kedewasaan. “The school function as a socializing
agent by providing the intellectual and social experiences
from which children develop the skill, knowledge, interest, and
attitudes that characterize them as individuals and that shape
their abilities to perform adult roles” (Berns, 2004: 212-213).
Tujuan pendidikan sekolah dasar sebagai berikut:
a. Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
b. Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap
dasar yang bermanfaat bagi siswa.
c. Membentuk warga negara yang baik.
d. Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP.
e. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja
di masyarakat.
f. Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat
mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur
hidup (Suharjo, 2006: 8).
Berdasarkan pengertian diatas sekolah dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar bagi anak yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat, Selain itu, pendidikan sekolah dasar bertujuan
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tingkat menengah.
B. HipotesisPenelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif dan signifikan
pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di
41
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta.
Untuk memperoleh data, penelitian dilaksanakan mulai Agustus sampai
Desember 2016.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian expost facto.Menurut
Sigit (2003:171), penelitian expost facto adalah penelitian yang mempelajari
sebab dan akibat dari peristiwa yang sudah terjadi. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada seberapa
eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002:239).
C. VariabelPenelitian
Menurut Suharto (2003:105), variabel penelitian diartikan sebagai salah
satu yang menjadi pengamatan penelitian yang didukung oleh beberapa
variabel sebagai faktor-faktor yang berperan dalam menjelaskan peristiwa
atau gejala yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Adapun variabel yang
1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel berikut (Sugiyono, 2007:39). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan X.
2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi
atau akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:39). Dalam
penelitian ini, variabel terikat adalah keaktifan belajar yang
dilambangkan dengan Y.
D. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian menurut Sugiyono (2012: 66), merupakan pola
pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu
dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan
hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan. Paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 1sebagaiberikut.
Keterangan :
X :Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI
Y :Keaktifan Belajar
E. Populasi dan Sampel
Menurut Suharto (2003:81), populasi adalah keseluruhan semesta
dan kesemestaan dan dapat didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu
kesatuan orang, kejadian, ataubenda yang akan dijadikan sasaran generalisasi
hasil-hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
IV SD N Tlogo Bantul Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa. Sampel
penelitian ini adalah seluruh populasi. Karena siswa diambil semua (populasi)
dengan demikian penelitian memilki seluruh siswa yang berjumlah 35 siswa.
Jadi, penelitian ini merupakan penelitian populasi.
F. Metode Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2002:89), teknik pengumpulan data adalah cara
yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan
yang berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data. Metode yang
digunakan berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data.Metode
yang digunakan adalah metode angket, observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang efektivitas
pendekatan pembelajaran PAI dan keaktifan belajar.
2. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pendekatan
pembelajaran yang diguanan dalam pembelajaran PAI.
3. Wawancara diguanakan untuk mendapatkan data tambahan tentang
4. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa
dan gambaran singkat tentang SD N Tlogo.
G. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi instrument penelitian
Instrumen peneltian alat suatu Landasan teori yang telah
dikembagkan . Kisi- kisi instrument dijelaskan sebagai berikut .alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati
(Sugiyono,2008:102). Penyesuaian butir-butir Variabel didasarkan atas
kisi-kisi angket yang telah disesuaikan dengan :
Tabel 1.Kisi-kisiAngket Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI
No. Variabel Indikator ButirSoal Jumlah
1. Efektivitas
No. Variabel Indikator Dimensi ButirSoal Jumlah
1. Keaktifan
Memberikansemangat 5,6 2
Pantangmenyerah 7,8 2
Proses kreatif Persiapan 9,10 2
Inkubasi 11,12 2
luminasi 13,14 2
Verivikasi 15,16 2
Produkkreatif Pengetahuan 17,18 2
Keterampilan 19,20 2
2. Pengukuran instrument penelitian
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skala Likert yang dimodifikasi. Menurut Sugiyono (2008:93), skala
Likert digunakan untuk sikap, pendapat, persepsi seorang atau kelompok
orang tentang fenomenasosial”. Dalam skalaLikert, variabel yang diukur
dijabarkan menjadi komponen atau sub komponen, yang dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang berupa pertanyaan.
a. Pengukuran angket efektivitas pendekatan pembelajaranPAI
menggunakan skalaLikert yang dimodifikasi ini digunakan dalam
bentuk checklist dengan alternatif jawaban ; Selalu (SL), Sering
(SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).
b. Pengukuran angket keaktifan belajar menggunakan skalaLikert yang
dimodifikasi ini digunakan dalam bentuk checklist dengan alternatif
jawaban ; sangatsetuju (SS), setuju (ST), Ragu-ragu (RR), tidak
setuju (TS).
H. Uji Coba Instrumen
Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian
terlebih dahulu harus diuji cobakan pada sejumlah subyek yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan calon responden (Suharsimi Arikunto,
2006:143) mengemukakan bahwa tujuan diadakan uji coba instrument
adalah untuk menguji keandalan instrument dan untuk menguji ketepatan