• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAI DENGAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD N TLOGO BANTUL YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAI DENGAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD N TLOGO BANTUL YOGYAKARTA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh: RisqiAgusriani NPM : 20120720137

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

ix

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan pustaka ... 8

B. kerangka Teori ... 11

1. Pengertian Efektivitas ... 11

2. Keaktifan Belajar ... 12

a. Keaktifan ... 12

b. Belajar ... 14

c. Ciri-ciri keaktifan belajar... 18

3. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran ... 18

4. Jenis –jenis pendekatan Dalam Pembelajaran ... 20

1. Pendekatan Individual ... 20

2. Ciri-ciri Pendekatan Individual ... 20

3. Pendekatan Kelompok ... 23

4. Pendekatan Edukatif ... 24

5. Pendekatan Keagamaan ... 25

C. Pendidikan Agama Islam ... 26

1. Pendidikan Agama Islam ... 26

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 28

3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ... 30

(3)

x

3. Tujuan Sekolah Dasar ... 39

F. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 41

B. Jenis Penelitian ... 41

C. variabel Penelitian ... 41

D. paradigma Penelitian ... 42

E. populasi Dan Sampel ... 43

F. metode Pengumpulan Data ... 43

G. Instrument Penelitian ... 44

1. Kisi-kisi InstrumentPenelitian ... 44

2. Pengukuran Instrument Penelitian ... 45

H. Uji Coba Instrument ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi penelitian ... 54

2. Deskripsi Data ... 54

a. Efetivitas pendekatan PAI(X) ... 54

b. Keaktifan Belajar (Y) ... 55

3. Uji Prasyarat Analisis ... 57

a. Uji Normalitas ... 57

b. Uji Linieritas ... 57

4. Uji Hipotesis ... 58

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V PENUTUP ... 63

(4)
(5)

xii

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor efektivitas pendekatan Pembelajaran PAI ... 55

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor keaktifan Belajar ... 56

Tabel 5. Ringkasan Uji Normalitas Variabel X Dan Y ... 57

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 57

(6)

vii

memberikan Rahmat, Hidayah serta Inayah- Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Pendidikan Agama Islam pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini merupakan kajian tentang hubungan efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV SDN Tlogo Kasian Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti sangat banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan materiil sehingga terwujud skripsi ini.

Selanjutnya pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang dalam kepada:

1. Dekan Fakultas Agama Islam yang telah memberikan persetujuan atas pelaksanaan skripsi ini.

2. Kepala jurusan dan Sekertaris jurusan PAI yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sejak awal dilaksanakannya penelitian ini.

3. Bapak Dr. M. Azhar, MA Sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan sejak awal dilaksanakannya penelitian ini. 4. Bapak Drs. Dwi Santosa, AB, M.Pd. sebagai Dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk kepada peneliti dengan tulus ikhlas selama proses penyusunan skripsi hingga selesai.

(7)

viii

8. Ibu dan Bapak atas kasih sayang dan jerih payahnya dalam membimbing dan mendidik yang tidak akan pernah dapat peneliti membalas semuanya.

9. Mas shoim faoziantoro, adik-adikku sepupu dan tante-tanteku om dan sahabat peneliti yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk peneliti.

10.Teman-teman PAI-C seperjuangan angkatan 2012,Tia, Hidayah, dan semua teman kelas yang tak dapat peneliti sebutkan semuanya atas persahabatan dan kekeluargaannya.

11.Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas sumbangan tenaga, pikiran selama penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak tersebut diatas mendapat balasan yang jauh lebih besar dan lebih baik dari Allah SWT.

Selanjutnya peneliti sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan skripsi ini. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Amin Ya Robbal‘alamin

Yogyakarta, 7 Februari 2016

Penyusun

Risqi agusriani

(8)

ix

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Untuk orang tua tercinta, Bapak Djuwahir & Ibu surasih Untuk kakaku tersayang, Shoim Faoziantoro

Almamaterku

(9)
(10)
(11)
(12)

xiii

pembelajaran PAI, (2) keaktifan belajar, dan (3) hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di SD Tlogo Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian expost facto. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD N Tlogo Bantul Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa yang sekaligus dijadikan sampel, sehingga penelitian ini tergolong penelitian populasi. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitan adalah angket model skala Likert. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment yang didahului uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di SD N Tlogo Bantul Yogyakarta dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata (Mean) = 57,42 pada interval antara 52,26 – 61,78. (2) Keaktifan belajar siswa kelas IV di SD N Tlogo Bantul Yogyakarta dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata (Mean) = 56,46 pada interval antara 49,5 – 58,5. (3) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta dengan nilai rxy 0,651 > rtabel 0,334. Koefisien

determinan (R2) sebesar 0,424, artinya besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel efektivitas pendekatan pembelajaran PAI (X) terhadap variabel keaktifan belajar (Y) adalah sebesar 42,4%, sedangakan sisanya 57,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(13)
(14)

1

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama menjadi kebutuhan bersama dalam rangka membina

manusia dalam berperilaku sesuai norma yang ada.Pendidikan agama Islam

sebagaiusaha yang diperlukan untuk menanamkan ajaran agama Islam yang

tujuannya adalah untuk mengembangkan moral dan kepribadian manusia.

Adanya pendidikan agama Islam bagianak-anak dan keluarga menjadi sangat

penting. Salah satu upaya pemberian pendidikan agama Islam bagi umat

muslim adalah melalui lembaga pendidikan yang ada di sekolah.

Ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah

kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar mengajar. Guru

menempati kedudukan sentral, sebab guru harus mampu menerjemahkan dan

menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian

mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses

pengajaran di sekolah. Salah satu cirri pengajaran yang berhasil dapat dilihat

dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa, makin

tinggi peluang berhasilnya pengajaran. Kegiatan belajar siswa tersebut

meliputi belajar secara mandiri/individual, kelompok dan klasikal.

Dalam kegiatan belajar ini, siswa dituntut untuk dapat aktif dalam

(15)

sebagai sumber belajar yang utama.Pada saat melakukan kegiatan belajar

aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan.

Belajar aktif merupakan langkah cepat yang menyenangkan, mendukung, dan

secara pribadi menarik hati. Sering kali, siswa tidak hanya terpaku di tempat

duduk mereka saja, tetapi berpindah-pindah dan berpikir keras.

Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan

strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara

untuk membuat peserta didik aktif lebih awal melalui aktivitas- aktivitas yang

membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka

berpikir tentang materi pelajaran. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah

dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan memudahkan

siswa dalam menerima pelajaran. Selainitu, sekolah juga harus bisa

mengembangkan metode pembelajaran yang mampu membuat para siswa

lebih aktif. Salah satucara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan

pembelajaran aktif. Ketika belajar secara aktif, peserta didik mencari sesuatu.

Mereka ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk

menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.

Masalah klasik yang tetap aktual yang menjadi permasalahan mendasar

dalam pendidikan adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan

oleh pendidik yang kenyataannya merupakan orang yang secara langsung

terlibat dalam pembelajaran. Kebanyakan peserta didik mengikuti program

seperti ini, kegiatan belajar mengajar tidak ubahnya hanya meliputi datang

(16)

mengingat atau bahkan mengikuti apa adanya segala informasi yang

disampaikan oleh guru. Guru adalah praktisi yang bertanggung jawab atas

berhasil tidaknya program sekolah atau madrasah.

Guru merupakan ujung tombak atau memiliki peran sentral dalam

kegiatan pembelajaran di ruangkelas. Peran peserta didik di dalam proses

belajar mengajar ialah berusaha aktif untuk mengembangkan dirinya di

bawah bimbingan guru. Selama ini metodologi pembelajaran agama islam

yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti

ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran, menghafal dan demonstari

praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Dari situasi pembelajaran

semacam ini hampir tidak ada kesempatan bagi peserta didik untuk

menuangkan kretifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Hal tersebut

menyebabkan proses pembelajaran tidak menggairahkan, peserta didik

tampak bosan, jenuh dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran agama.

Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi pribadi muslim yang

beriman dan bertakwa kepada Alloh SWT dan keberhasilan menanamkan

nilai-nilai agama Islam, khususnya penanaman yang dilaksanakan pada anak

usia sekolah dasar (SD). Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam akan dapat

mencapai hasil yang baik dalam mengajar bukan hanya penyajian materi

pelajaran secara menyeluruh melainkan dapat diserap, dipahami dan

diamalkan oleh siswa.

Untuk mencapai hal diatas, guru Pendidikan Agama Islam dituntut

(17)

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemahaman dan

kemampuan siswa dengan penekanan belajar melalui alat bantu lainnya

sebagai sumber belajar agar pembelajarannya lebih menarik dan cocok bagi

siswa. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan diperoleh keterangan

bahwa di SD N Tlogo telah menggunakan model aktif dan berkembang,

namun hasil yang dicapai belum optimal sesuai dengan harapan. Oleh karena

itu penelitian akan menerapkan secara optimal dari keaktifan belajar dari segi

pendekatan pembelajaran yang aktif.

Metode mengajar guru menjadi permasalahan inti dalam proses

pembelajaran. Karena metode adalah cara menyampaikan materi pengajaran

kepada peserta didik yang kita ajar. Peranan metode mengajar adalah alat

untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dalam interaksi ini guru

berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru. Pendekatan pembelajaran pun seharusnya

harus diubah. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru harus diubah

menjadi pendekatan yang berorientasi pada peserta didik (student oriented).

Karena dalam pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik

sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar

mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.

Berdasarkan gambaran permasalah di atas, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI

(18)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di

SD N Tlogo Bantul Yogyakarta?

2. Bagaimana keaktifan belajar siswa kelasIV di SDN Tlogo Bantul

Yogyakarta?

3. Adakah hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan

keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Efektivitas pendekatan pembelajaran PAI siswa kelas IV di SDN Tlogo

Bantul Yogyakarta.

2. Keaktifan belajar siswa kelas IV di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta.

3. Hubungan antara efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan

keaktifan belajar siswa kelas IV di SD Tlogo Bantul Yogyakarta.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini

(19)

1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kepada

pembaca atau praktisi pengajar mengenai pendekatan pembelajaran

PAI yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan

dunia pendidikan.

c. Memberikan referensi untuk peneliti yang lain yang ada kaitannya

dengan kependidikan.

2. Secara Praktis

a. Dapat memberikan input (masukan) serta gambaran kepada sekolah

mengenai meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pendekatan

pembelajaran pendidikan agama Islam dan meningkatkan keaktifan

siswa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menetapan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan tingkat

kedisiplinan siswa dalam proses belajarnya.

b. Bagi peneliti untuk mengetahui kondisi sebenarnya lingkungan belajar

yang akan mempengaruhi keaktifan belajar siswa disekolah,sekaligus

sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun ke dunia

pendidikan.

c. Sebagai sumbangan pemikiran dan menambah wawasan mengenai

pendekatan pembelajaran yang aktif dan meningkat dalam

(20)

bahan acuan dalam mengoptimalkan pelaksanaan proses belajar

mengajar.

d. Menambah wawasan penulis dalam hal penelitian kependidikan.

e. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada

bidang yang sama.

f. Memberikan wawasan bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk

mendapatkan pendekatan pembelajaran yang tepat.

E. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini disusun dalam lima bab pembahasan sebagai acuan dalam

berfikir secara sistematis. Adapun rencangan sismeatika pembahasan skripsi

ini dijelaskan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan yang berisi gambaran umum isi penelitian yang

terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Pusaka yang berisi tentang teori

yang berhubungan dengan penelitian.

Bab III Metode Penelitian yang berisi tentang tempat dan waktu

penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, paradigma penelitian, populasi

dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba

instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan yang berisi tentang paparan

data dan diskusi hasil penelitian.

(21)

8

1. Chamidah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap dengan

skripsi yang berjudul “Korelasi Pendekatan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan Prestasi Belajar Siswa KelasV SD Negri

Karangjengkol 03 pada tahun 2010 dengan Menggunakan Pendekatan

Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)”. Penelitian

bertujuan untuk mengetahui korelasi pendekatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan metode PAKEM. Penelitian ini tergolong penelitian

ex-post facto. Hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,457 dengan nilai

p-value 0,001 < 0,05, artinya ada korelasi positif dan signifikan

pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan prestasi

belajarsiswa kelas V SD Negri Karangjengkol 03 tahun 2010 dengan

menggunakan PAKEM.

2. Skripsi Asep Rumliyani mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Sunan Kali Jaga

Yogyakarta dengan skripsi yang berjudul “Evektivitas pembelajaran

PAI melalui media lagu di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Notoprajan

Yogyakarta pada tahun 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk

(22)

Kanak-Kanak Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta dan tanpa

menggunakan media lagu. Penelitian ini tergolong penelitian

eksperimen semu (quasi experiment). Hasil penelitian diperoleh nilai

thit = 4,324 dengan nilai p-value = 0,000 < 0,005. Artinya,

menggunakan media lagu pada pendidikan taman kanak-kanak lebih

efektif dalam pembelajaran PAI dibandingkan tanpa menggunakan

lagu.

3. Arif Saifullah (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Aktif Tipe Pemilahan Kartu (Card Sort) Untuk Meningkatkan

Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran

Fiqih di Mts TarbiyatulIslamiyah Pati”.Penelitian ini adalah lemahnya

keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs Tarbiyatul

Islamiyah disebabkan karena selama ini Model Pembelajaran yang

sering dipakai masih menggunakan motode klasikal (ceramah).Hal ini

berdampak pada keengganan siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran sehingga menimbulkan lemahnya keaktifan dan prestasi

belajar siswa.Subyek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Tarbiyatul

Islamiyah Pati yang berjumlah 30 siswa.Pengumpulan data dilakukan

menggunakan lembar observasi keaktifan, intervew, dokumentasi,

catatan lapangan dan tes hasil belajar.Adapun teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan

data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang

(23)

Penelitian yang dilakukan berjudul “Hubungan Efektivitas Pendekatan

Pembelajaran PAI dengan Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV di SD Tlogo

Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini akan membahas tentang pendekatan

pembelajaran PAI, keaktifan belajar, dan hubungan efektivitas pendekatan

pembelajaran pai dengan keaktifan belajar.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu

adalah sebagai berikut.

A. Perbedaan dengan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Chamida (2010)

adalah pada subjek penelitian, yaitu siswa kelas V SDN Karangjengkol 03.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Chamida

(2010) adalah pada subjek penelitian, yaitu pada variabel prestasi belajar

dan siswa kelas V SDN Karangjengkol 03.

B. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asep

Rumliyani (2010) adalah pada media lagu dan subjek penelitian, yaitu

siswa TK Aisyiyah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arif Saefullah (2010) adalah pada media lagu dan subjek

penelitian, yaitu siswa TK Aisyiyah.

C. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asep

Rumliyani (2010) adalah pada media lagu dan subjek penelitian, yaitu

siswa TK Aisyiyah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arif Saefullah (2009) adalah pada variabel prestasi belajar

(24)

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Efektivitas

Pengertian Efektifitas, kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu

effective yang bearti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan

baik. Definisi efektifitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam

jangka pendek dan jangka panjang. Efektivitas organisasi adalah konsep

tentang efektif dimana sebuah organisasi bertujuan untuk menghasilkan

(Effendy, 2009:14).Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya

kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan

sasaran yang dituju.Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian

efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.

Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan

efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu

dengan membandingkan antara input dan outputnya (Siagaan, 2001: 24).

Efektivitas juga bisa diartikan sebagau pengukuran keberhasilan dalam

pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika

sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah

ditentukan, maka cara tersebut adalah efektif (Mahmudi, 2005:92).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pengertian

efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu

memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam

(25)

tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan

dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. dari

beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas merupakan

pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari

serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari

beberapa pilihan lainnya.

2. Keaktifan Belajar

a. Keaktifan

Belajar adalah suatu usaha untuk mengmpulkan sejumlah

pengetahuan. Winkel (Anwar dan Harmi, 2011: 107), “belajar adalah

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkat

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”. Menurut

Slameto (2010:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkunganya, Thobroni dan Mustofa (2013:16) mengatakan

bahwa belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan

secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih

hidup.

Keaktifan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaberasal

dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk. Kata keaktifan juga bisa

(26)

Menurut Hamalik (2011: 32) salah satu faktor yang mempengaruhi

belajar adalah faktor kegiatan seperti pengulangan dan ulangan. Siswa

yang belajar dengan melakukan banyak kegiatan baik kegiatan yang

melibatkan syaraf seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir,

kegiatan motorik dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lain yang

diperlukan untuk memperoleh pengetahuan sikap, kebiasaan dan

minat.

Sriyono (2012:9) mengungkapkan bahwa keaktifan adalah pada

waktu mengajar guru harus mengusahakan agar siswanya aktif jasmani

maupun rohani. Karwati dan Priansa (2014: 152-154) mengungkapkan

bahwa:

Keaktifan belajar yang dialami oleh siswa berhubungan dengan segala aktivitas yang terjadi, baik secara fisik maupun non fisik. Keaktifan akan menciptakan situasi belajar yang aktif. Belajar yang aktif adalah suatu sistem belajat mengajar yang menekankan keaktifan siswa, baik secara fisik, mental intelektual, maupun emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antar aspek kognitif,afektif, dan psikomotor.

Menurut Rusman (2012:324) Pembelajaran yang aktif

merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan

aktivitas siswa dalam mengakses berbagai infomasi dan pengetahuan

untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga

mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan

(27)

Indikator yang mencerminkan keaktifan dalam proses

pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45), yaitu

bertanya jika ada hal yang belum dipahami, menjawab pertanyaan

yang diajukan, mencatat tugas atau hal yang diterangkan guru,

mencatat informasi, mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan

hal-hal yang dijelaskan guru, aktif dalam berdiskusi dalam kelompok

dan terlibat dalam menyimpulkan materi pembelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

keaktifan adalah suatu keadaan bahwa siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari aktifnya siswa dalam berbagai

kegiatan diantaranya: mengerjakan soal di depan kelas, menjawab

pertanyaan guru, dan berdiskusi dengan teman.

b. Belajar

Semakin baik sistem belajar yang dikembangkan maka semakin

meningkat pengetahuan dan keterampilannya.Untuk itu, belajar harus

dikonsep dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut

Djaali (2012:115), belajar adalah aktivitas untuk mendapatkan

pengetahuan akademik.Belajar juga digambarkan sebagai perubahan

tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau

pengalaman. Walgito (2010:167) menyatakan bahwa belajar suatu

proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in

behavior or performance).

(28)

“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap

berkat latihan dan pengalaman.Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang.Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, serta dijalankan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.Belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa

dilandasi I‟tikad dan maksud tertentu”.

Menurut Syah (2010:93), belajar adalah key term (istilah kunci)

yang paling vital dalam setiap suasan pendidikan, sehingga tanpa

belajar sesuungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagai suatu prises, belajar hampir selau

mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan

makna yang terkandung dalam belajar.

Menurut Purwanto (2013:84-85), beberapa elemen yang penting

yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu sebagai berikut.

1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman,

3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, dan

(29)

Menurut Sardiman (2007:19), proses belajar pada prinsipnya

bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta

prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki

makna bagi subjek didik. Dapat diinterpretasikan bahwa struktur

kognitif dari belajar dapat mempengaruhi perkembangan afeksi atau

penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut

akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep

pembentukan superego, yakni suatu proses belajar melalui suatu

peniruan, proses interaksi antara pribadi dengan pihak lain.

Purwanto (2013:85) berpendapat bahwa:

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan suatu periode waktu yang sangat panjang.Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, atau pun bertahun-tahun.Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.

Menurut Sagala (2010:12), untuk menangkap isi dan pesan

belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan

kemampuan pada ranah-ranah: 1) Kognitif yaitu kemampuan yang

berkenan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari

kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintensis dan

(30)

emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dalam penalaran yang terdiri dari

kategori penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap,

organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotorik yaitu

kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

komplek, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Dapat dijelaskan

bahwa seseorang dapat mengamati tingkah laku orang telah belajar

setelah membandingkan sebelum belajar.

Menurut Purwanto (2013:102), telah dikatakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan

atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Sampai

dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil

baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam

faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua

golongan sebagai berikut.

1) Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual

2) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, belajar adalah suatu proses

yang berlangsung secara terus menerus sehingga seseorang dapat

(31)

diakui oleh masyarakat dan merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

c. Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Menurut Slameto (2003:17), ciri-ciri keaktifan dapat

dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri

kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan

elaborasi, sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan

kepribadian kreatif kreatif. Kedua ciri ini samapentingnnya,

kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan

menghasilkan apapun. Keaktifan hanya dapat dilahirkan dari orang

cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat.

Menurut Sudjana (2012:61) keaktifan siswa dalam belajar dapat

dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

1) Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas belajar.

2) Berani bertanya kepada siswa lain atau guru apabila menghadapi masalah

3) Terlibat aktif dalam pemecahan masalah

4) Berusaha mencari informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang

sejenis.

8) Menerapkan pengetahuan yang diperoleh ke dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.

(32)

Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang

berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan hingga tercapai sasaran

belajar, selain itu pendekatan pembelajaran adalah arah suatu

kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.Dalam sebuah

pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan

fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha

menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi

yang kondusif (Sagala, 2010:12).

Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran dapat dijelaskan

sebagai berikut.

a. Sebagai pedoman umum untuk menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.

b. Memberikan garis-garis rujukan perancangan pembelajaran. c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.

d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul.

e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan (Purwanto, 2013:84-85).

Dari pendapat diatas, dapat diambil pengertian bahwa

pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk

menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran adalah

bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa.

Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,

(33)

4. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran 1. Pendekatan individual

Pendekatan individual merupakan pendekekatan

langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk

memecahkan kasus anak didiknya tersebut.Pendekatan

individual mempunyai arti yang sangat penting bagi

kepentingan pembelajaran.Pemilihan metode tidak bisa

begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual,

sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu

melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di

kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah

dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual.

2. Ciri-ciri pendekatan individual :

a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap

siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak

didik sebagai individu untuk aktif, kreatif, dan mandiri

dalam belajar.

b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua

anak didik secara individual.

c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di

kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol

(34)

d. Guru harus mampu menyajikan pelajaran yang menarik di

depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan,

mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan

siswa.

Oleh karena itu pendekatan individual dapat

mengefektifkan proses belajar mengajar. Interaksi guru dan

siswa berjalan dengan baik,dan terjadinya hubungan pribadi

yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak

langsung hal yang tersebut diatas merupakan keuntungan dari

pengajaran dengan pendekatan individual.

Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual

yaitu :

a. Memungkinkan siswa yang lama dapat maju menurut

kemampuan masing-masing secara penuh dan tepat.

b. Mencagah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat

nyata melalui diskusi kelompok.

c. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar

perorangan.

d. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan

pertumbuhan yang yang bersifat mendidik,Bukan kepada

tuntutan-tuntutan guru dll.

Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan

(35)

a. Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai

dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta

didik.

b. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena

perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta

didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah

diri/minder dalam pembelajaran.

Pemilihan metode tidak bisa begitu saja

mengabaikan kegunaan pendekatan individual sehingga

guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan

pendekatan individual terhadap anak didik di kelas

(Syaiful, 1997:62-63).

Pendekatan pembelajaran secara individual adalah

kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada

bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individu.

Siswa dalam pendekatan pembelajaran,maka siswa

memiliki keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan

sendiri,dalam hal ini siswa bertanggug jawab mengontrol

kegiatan belajar agar mencapai tujuan belajar yang

ditetapkan. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil

belajar sendiri.Kedudukan guru dalam pembelajaran

(36)

Tujuan guru dalam pengorganisasian adalah mengatur dan

memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir

(Mudjiono, 2002 : 162-163).

Dari pendapat diatas, dapat diambil pengertian

pendekatan individual adalah kegiatan belajar mengajar

secara individu atau seorang siswa dengan dibimbing oleh

guru yang member pengarahan dan pengetahuan ketika

siswa mengalami kesulitan belajar.

3. Pendekatan kelompok

pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh

kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak

didik.Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang

ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina

sikap kesetiakawanan sosial dikelas.Anak didik dibiasakan

hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan

menyadari bahwa dirinya ada kekurangan ada kelebihan.

Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok,

maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu

tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar

pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan

bahan yang akan diajarkan kepada anak didik memang

(37)

Perbedaan individual anak didik pada aspek

biologis,Intelektual,dan psikologis dijadikan sebagai

pijakan melakukan pendekatan kelompok (Syaiful ,1997 :

63-64).

Pendekatan kelompok adalah kegiatan belajar

mengajar di kelas dalam membentuk kelompok kecil yang

terdiri dari 3-8 siwsa. Dalam pembelajaran kelompok

kecil, guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan

kepada tiap kelompok lebih intensif. Hal ini terjadi sebab

hubungan guru dengan siswa menjadi lebih sehat dan

akrab,siswa memperoleh bantuan sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan belajar(Mudjiono,2002 : 165-166).

Berdasarkan pendapat diatas dapat di ambil pengertian

pendekatan kelompok yaitu pendekatan kelompok yang

proses belajar mengajar dilakukan secara kebersamaan

dalam bentuk kelompok kecil maupun kelompok

besar,namun guru tetap membimbing dan memberi arahan

pengetahuan terhadap siswa-siswa yang kurang paham

atau membutuhkan bimbingan dari guru.

4. Pendekatan edukatif.

Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni

membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang

(38)

hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau

cidera. Hal ini adalah nilai hukum tidak bernilai

pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hokum yang

salah.

Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya

satu, tetaapi bermacam-macam jenis dan tingkat

kesukarannya.Hal ini menghendaki pendekatan yang

tepat.Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati

dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan

juga pendekatan kelompok.

Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena

pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan

melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama

lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima

pendekatan tersebut sebagai berikut :

a. Pendekatan pengalaman

b. Pendekatan pembiasaan

c. Pendekatan emosional

d. Pendekatan rasional

e. Pendekatan fungsional ( Syaiful, 1997 : 67-69).

5. Pendekatan keagamaan

Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya

(39)

tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.Dalam

prakteknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa

penggabungan dua atau lebih pendekatan.

Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar

seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat

menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua

mata pelajaran.Khususnya untuk mata pelajaran umum

sangat penting dengan pendekatan keagamaan.

Pendekatan agama dapat membantu guru untuk

memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa,

agar nilai-nilai agamanya tidak dicemohkan dan

dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati dan

diamalkan secara hayat siswa dikandung badan

(Syaiful, 1997 :78-79).

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pendidikan agama Islam

Pendidikan merupakan kata yang sudah angat

umum.Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang

mengenal istilah pendidikan.Begitu juga pendidikan agama

Islam (PAI). Sedangkan pendidikan agama Islam

merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai

(40)

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana. Dalam menyiapkan peserta didik dalam

mengenal, menmahami, menghayati, hingga mengimani

ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persayuan bangsa. Mata pelajaran pendidikan

agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup

al-qur‟an dah al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh atau ibadah,

dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup

pendidikan agama islam mencakup perwujudan keserasian,

keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia , makhluk lainnya

maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun

minannas).Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha

sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka

mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid, 2004 : 130).

Syari‟at islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang

kalau kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik

(41)

untuk beriman daan beramal serta berahlak baik, sesuai

ajaran islam dengan berbagai metode dan pendekatan

(Zakiah, 2006 : 28).

Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang di atas

maka dapat dapat diambil pengertian bahwa pendidikan

agama islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara

sadar untuk mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan

baikjasmani maupun rohani sesuai dengan ajaran agama

islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama

islam sebagai pandangan hidup sehingga dapat

mendatangkan keselamatan.

2. Tujuan pendidikan agama islam

Pendidikan agama islam di sekolah atau di madrasah

bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, mengamalan serta pengalaman peserta didik

tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,

berbangsa danbernegara, serta untuk dapat melanjutkan

pada jenjang yang lebih tinggi (Majid, 2004 : 135).

Tujuan pendidikan agama islam peningkatan

ketakwaaan kepada tuhan Yang Maha ESa, sebagaimana

(42)

melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif, yang

pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara, yang sekaligus

menjadi tujuan pengajaran agama yaitu : membina manusia

beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan

ajaran-ajaran agama islam dengan baik dan sempurna,

sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh

kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan

kejayaan hidup dunia dan akhirat. Pada hakikatnya sama

dengan tujuan diturunkannya agama islam, yaitu

membentuk manusia muttaqin (Zakiah , 2004 : 172).

Tujuan pendidkan Agama Islam pada hakekatnya sama

dengan tujuan diturunkannya agama islam,yaitu membentuk

manusia muttaqin yang rentangnya berdimensi infinitum

(tidak terbatas menurut jangkauan manusia ), baik secara linier

maupun secara algoritmit (beraturan secara logis) berada

dalam garis mukmin,muslim,muhsin,dengan perangkat

komponen,variabel dan parameternya masing-masing secara

kualitatif bersifat kompetitif Menurut Zakiah, 2006:74).

Menurut Yunus,tujuan pendidikan agama islam adalah

menyiapkan anak supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap

melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat,sehingga

(43)

Secara garis besarnya tujuan pendidikan agama islamialah

“untuk membina manusia menjadi hamba allah yang shaleh

dengan seluruh aspek kehidupannya,perbuatan,pikiran dan

perasaan” (zakiah, 1995:35).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil pengertian

pendidikan agama islam adalah usaha bimbingan yang

dilakukan secara sadar untuk mengarahkan anak didik

mencapai kedewasaan baikjasmani maupun rohani sesuai

dengan ajaran agama islam dan pada akhirnya dapat

menjadikan ajaran agama islam yang baik dan menjadikan

agama islam sebagai pedoman umat manusia.

3. Ruang lingkup pendidikan agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup

segala bidang kehidupan manusia didunia dimana manusia

mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih

amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti,maka

pembentukan nilai dan sikap amaliah islamiyah dalam pribadi

manusia akan tercapai dengan efektif bilamana dilakukan

melalui proses kependidikan yang berjalan di atas

kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan (Arifin 1996:13).

Adapun ruang lingkup mata pelajaran pendidikan agama islam

di sekolah dasar meliputi aspek-aspek :

(44)

b.Aqidah

c.Fiqih

d.Tarikh dan Kebudayaan Islam

a.Pendekatan Emosional

Emosi merupakan gejala kejiwaan yang ada dalam diri

seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah

perasaan. Pendekatan emosional merupakan usaha untuk

menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini

ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana

yang buruk (Ramayulis, 2005:129)

Menurut standat kompetensi tentang pendidikan agam

islam, dari departemen pendidikan nasional,bahwa pendekatan

pendidikan agama islam secara terpadu, yang meliputi

keimanan, pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional

(Depdiknas, 2003: 13)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,

dengan beberapa pendekatan pembelajaran di atas proses belajar

mengajar pendidikan agama islam dapat menjadi aktif, sehingga

siswa dapat menguasai keterampilan yang diperlukan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang di tetapkan.

(45)

Pengertian meningkatkan keaktifan belajar siswa

menggunakan pendekatan pembelajaran pendidikan agama islam.

Dalam konteks pembelajaran ada empat unsur yaitu :

1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran

yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan

pembelajaran yang dipandang paling aktif.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau

prosedur,metode dan teknik pembelajaran.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran

keberhasilan atau criteria dan ukuran baku keberhasilan (Arifin

1996:13).

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa,yang

dimaksud dengan pendekatan pembelajaran pendidikan agama

islam yang aktif dan berkembang proses belajar mengajar adalah

sudut pandang suatu proses pembelajaran yang menjadikan suasana

belajar yang belajar mengajar menjadi aktif,siswa dapat

memusatkan secara penuh dalam belajar,sehingga siswa dapat

menguasai ketrampilan yang diperlukan sesuai dengan tujuan

pembelajaran pendidikan agama islam yang hendak di capai.

(46)

Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka

pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk

mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa,

cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif,

berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan

permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar

merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan

13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik

daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa.

Dalam (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional) dijelaskan pengertian pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan

pendidikan nasional dan pendidikan di sekolah dasar yaitu, untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran

dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara.

Sedangkan Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Kata pendidikan

berasal dari kata „didik‟ dan mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran

„an‟, dari devinisi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan

(47)

Jadi pendidikan adalah usaha untuk membimbing

anak.Pendidikan seperti yang diungkapkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Definisi pendidikan lainnya yaitu :

a. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing

manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. 2)

Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk

melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dia bisa mandiri,

akil-baliq dan bertanggung jawab. 3) Pendidikan adalah usaha agar

tercapai penentuan diri secara etis sesuai dengan hati nurani.

Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan

kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan

dan kemandirian. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan

pendidikan tidak lepas dari perspektif manusia dan

kemanusiaan (Baswir, 2003: 108).

“hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia,

yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu

keseluruhan di dalam eksistensinya”. Dalam proses pendidikan,

ada proses belajar dan pembelajaran, sehingga dalam

pendidikan jelas terjadi proses pembentukan manusia yang

(48)

perbuatan yang bersifat mendasar (fundamental), karena di

dalamnya terjadi proses dan perbuatan yang mengubah serta

menentukan jalan hidup manusia (Tilaar, 2002: 435).

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa:

Pengertian pendidikan yang tertuang dalam

Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan

sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk

mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan

lingkungan di mana dia hidup. “pendidikan merupakan suatu

proses yang berlangsung dalam kehidupan sebagai upaya untuk

menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri.

Proses penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang

dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang

berlangsung dalam kehidupan (Saroni, 2011 : 10).

Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan

tersebut meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya

memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan

unsur-unsur yaitu: pendidikan merupakan suatu proses, ada

hubungan antara pendidik dan peserta didik, serta memiliki

(49)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa

pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan

rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang bertujuan

menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan

lingkungan.

2. Tujuan Pendidikan

Dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan

sesuatu yang mendasar terutama pada pembentukan kualitas

sumber daya manusia.Pembangunan sumber daya manusia

berarti perlunya peningkatan pengetahuan, keterampilan dari

kemampuan semua orang dalam suatu masyarakat”.Tujuan

pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan (Fadjri, 2000 :

36).

Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota

masyarakat menjadi orang-orang yang berpribadi,

berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat

yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat

itu sendiri, mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan

perkembangan hidupnya dan berusaha untuk memenuhi

kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya

(50)

Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang

mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap

warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang

RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa,

berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian diatas tujuan- tujuan pendidikan

yang disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut

dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan wahana

terbentuknya masyarakat madani yang dapat membangun dan

meningkatkan martabat bangsa.Pendidikan juga merupakan

salah satu bentuk investasi manusia yang dapat meningkatkan

derajat kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi

pendidikan formal, yang diselenggarakan melalui proses

(51)

pandang sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang

direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di

lembaga pendidikan sekolah”(Suhartono 2008: 46). Sekolah

dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi

anak-anak usia 6-12 tahun.”(Suharjo 2006: 1).

Hal senada juga diungkapkan bahwa “sekolah dasar

sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program

belajar selama 6 tahun.”Mencermati kedua pernyataan Suharjo

dan Ihsan dapat dijelaskan bahwa sekolah dasar merupakan

jenjang pendidikan yang berlangsung selama enam

tahun(Ihsan, 2008: 26).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “jenjang pendidikan

dasar dan menengah adalah jenis pendidikan formal untuk

peserta didik usia 7 sampai 18 tahun dan merupakan

persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi”. Jika usia

anak pada saat masuk sekolah dasar, merujuk pada definisi

pendidikan dasar dalam Undang-Undang tersebut, berarti

pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi

pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar

(52)

tahun. Batasan usia 7-12 tahun inilah yang digunakan peneliti

dalam melakukan penelitian.

4. Tujuan Sekolah Dasar

Proses pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan

atau bagian integral dari pengembangan sumber daya manusia

(SDM) sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Dengan

demikian, pendidikan harus mampu melahirkan SDM yang

berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan dan

masyarakat, yaitu SDM yang menjadi sumber kekuatan atau

sumber pengerak (driving forces) bagi seluruh proses

pembangunan dan kehidupan masyarakat.

Sekolah memainkan peran penting sebagai dasar

pembentukan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui

sekolah, anak belajar untuk mengetahui dan membangun

keahlian serta membangun karakteristik mereka sebagai bekal

menuju kedewasaan. “The school function as a socializing

agent by providing the intellectual and social experiences

from which children develop the skill, knowledge, interest, and

attitudes that characterize them as individuals and that shape

their abilities to perform adult roles” (Berns, 2004: 212-213).

Tujuan pendidikan sekolah dasar sebagai berikut:

a. Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

(53)

b. Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap

dasar yang bermanfaat bagi siswa.

c. Membentuk warga negara yang baik.

d. Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP.

e. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja

di masyarakat.

f. Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat

mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur

hidup (Suharjo, 2006: 8).

Berdasarkan pengertian diatas sekolah dasar

diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar bagi anak yang diperlukan untuk hidup dalam

masyarakat, Selain itu, pendidikan sekolah dasar bertujuan

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

tingkat menengah.

B. HipotesisPenelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif dan signifikan

pendekatan pembelajaran PAI dengan keaktifan belajar siswa kelas IV di

(54)

41

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan mengambil lokasi di SDN Tlogo Bantul Yogyakarta.

Untuk memperoleh data, penelitian dilaksanakan mulai Agustus sampai

Desember 2016.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian expost facto.Menurut

Sigit (2003:171), penelitian expost facto adalah penelitian yang mempelajari

sebab dan akibat dari peristiwa yang sudah terjadi. Penelitian ini merupakan

penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada seberapa

eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002:239).

C. VariabelPenelitian

Menurut Suharto (2003:105), variabel penelitian diartikan sebagai salah

satu yang menjadi pengamatan penelitian yang didukung oleh beberapa

variabel sebagai faktor-faktor yang berperan dalam menjelaskan peristiwa

atau gejala yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Adapun variabel yang

(55)

1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel berikut (Sugiyono, 2007:39). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah efektivitas pendekatan pembelajaran PAI dengan X.

2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi

atau akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:39). Dalam

penelitian ini, variabel terikat adalah keaktifan belajar yang

dilambangkan dengan Y.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian menurut Sugiyono (2012: 66), merupakan pola

pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang

sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu

dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan

hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan

digunakan. Paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 1sebagaiberikut.

Keterangan :

X :Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI

Y :Keaktifan Belajar

(56)

E. Populasi dan Sampel

Menurut Suharto (2003:81), populasi adalah keseluruhan semesta

dan kesemestaan dan dapat didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu

kesatuan orang, kejadian, ataubenda yang akan dijadikan sasaran generalisasi

hasil-hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

IV SD N Tlogo Bantul Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa. Sampel

penelitian ini adalah seluruh populasi. Karena siswa diambil semua (populasi)

dengan demikian penelitian memilki seluruh siswa yang berjumlah 35 siswa.

Jadi, penelitian ini merupakan penelitian populasi.

F. Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2002:89), teknik pengumpulan data adalah cara

yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan

yang berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data. Metode yang

digunakan berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data.Metode

yang digunakan adalah metode angket, observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

1. Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang efektivitas

pendekatan pembelajaran PAI dan keaktifan belajar.

2. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pendekatan

pembelajaran yang diguanan dalam pembelajaran PAI.

3. Wawancara diguanakan untuk mendapatkan data tambahan tentang

(57)

4. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa

dan gambaran singkat tentang SD N Tlogo.

G. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi instrument penelitian

Instrumen peneltian alat suatu Landasan teori yang telah

dikembagkan . Kisi- kisi instrument dijelaskan sebagai berikut .alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiyono,2008:102). Penyesuaian butir-butir Variabel didasarkan atas

kisi-kisi angket yang telah disesuaikan dengan :

Tabel 1.Kisi-kisiAngket Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI

No. Variabel Indikator ButirSoal Jumlah

1. Efektivitas

No. Variabel Indikator Dimensi ButirSoal Jumlah

1. Keaktifan

Memberikansemangat 5,6 2

Pantangmenyerah 7,8 2

Proses kreatif Persiapan 9,10 2

Inkubasi 11,12 2

luminasi 13,14 2

Verivikasi 15,16 2

Produkkreatif Pengetahuan 17,18 2

Keterampilan 19,20 2

(58)

2. Pengukuran instrument penelitian

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Skala Likert yang dimodifikasi. Menurut Sugiyono (2008:93), skala

Likert digunakan untuk sikap, pendapat, persepsi seorang atau kelompok

orang tentang fenomenasosial”. Dalam skalaLikert, variabel yang diukur

dijabarkan menjadi komponen atau sub komponen, yang dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang berupa pertanyaan.

a. Pengukuran angket efektivitas pendekatan pembelajaranPAI

menggunakan skalaLikert yang dimodifikasi ini digunakan dalam

bentuk checklist dengan alternatif jawaban ; Selalu (SL), Sering

(SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).

b. Pengukuran angket keaktifan belajar menggunakan skalaLikert yang

dimodifikasi ini digunakan dalam bentuk checklist dengan alternatif

jawaban ; sangatsetuju (SS), setuju (ST), Ragu-ragu (RR), tidak

setuju (TS).

H. Uji Coba Instrumen

Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian

terlebih dahulu harus diuji cobakan pada sejumlah subyek yang mempunyai

karakteristik yang sama dengan calon responden (Suharsimi Arikunto,

2006:143) mengemukakan bahwa tujuan diadakan uji coba instrument

adalah untuk menguji keandalan instrument dan untuk menguji ketepatan

Gambar

Tabel 1.Kisi-kisiAngket Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Efektivitas Pendekatan Pembelajaran PAI (n = 35)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Keaktifan Belajar (n = 35)
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Linieritas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selain berdampak kepada penurunan tutupan karang keras, pemutihan karang pada tahun 2010 juga berdampak pada penurunan kelimpahan ikan karang terutama ikan karang pemakan polip karang

mendekati kolega yang bertingkahlaku untuk mendiskusikan komplain dan mencari resolusi; (3) Jika resolusi tidak akan datang pada level personal, konselor akan

Telah diuji, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan di hadapan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN

Salah satu game yang sedang banyak berkembang sekarang adalah game dengan basis web atau bisa disebut dengan gamebrowser karena besarnya ketergantungan masyarakat

Kendala-kendala yang di hadapi oleh Polri Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Manusia Melalui Media Online adalah

kasih sayang yang telah beliau berikan pada penulis yang tidak dapat ditukar..

Puji syukur Alhamdullah, peneliti panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan taufiq hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) untuk mengetahui sub masalah 1, yaitu mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa