• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN

MTS MUHAMMADIYAH WATES

SKRIPSI

Oleh : ANDANG SUTEJO

20110720127

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL

TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU

DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i) Strata Satu

pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ANDANG SUTEJO

20110720127

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

(3)

ii

Lampiran : 4 eks. skripsi Yogyakarta, 12 Oktober 2016 Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara :

Nama : Andang Sutejo

NPM : 20110720127

Judul :PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN

MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS

MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES

telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu „alaikum Wr. Wb

Pembimbing

(4)

iii

PENGESAHAN

Judul Skripsi

PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL

TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU

DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Andang Sutejo

NPM : 20110720127

telah diunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 26 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Rahmawati, M.PSi ( ...) Pembimbing : Drs. Dwi Santosa AB., M.Pd. ( ...) Penguji : Dr. Hj. Akif Khilmiyah,M. Ag ( ...)

Yogyakarta, 26 Desember 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(5)

iv

MOTTO

يراخبلا هاور

((

ه َلعو آْرقْلا مَلعت ْ م ْمكرْيخ

))

.

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (Kitab shohih Bukhari, 2000:75)

(6)

v

PERSEMBAHAN

Teruntuk :

1.Kedua Orang tuaku yang telah membantu dalam do‟a sehingga skripsi ini bisa diujikan. Mudah-mudahan Allah membalas amal ibadahnya.

2.Mbak Yati yang selalu memberikan do‟a dan motivasinya. Kakak Agung yang telah mendobrak dan mengentong semangat saya, di saat saya lelah

mengerjakan skripsi.

3.Teman-teman seperjuangan angakatan 2011 Jurusan PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

vi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Andang Sutejo

Tempat/ Tanggal lahir : Gunungkidul, 26 Mei 1991 NPM : 20110720127

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“Perbandingan Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates” adalah benar -benar karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang penah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat peryataan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 1 Oktober 2016 Yang menyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menulis dan menyelesaikan skripsi dengan lancar. Tak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta mereka yang mengemban sunnah-Nya sampai akhir zaman.

Atas limpahan berkat dan karunia Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA

TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI

MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH

WATES”

Dalam penyelesaian skripsi ini, tentu penulis mendapat bantuan, dukungan dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

viii

3. Bapak Drs. Dwi Santosa, AB, M.Pd , selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dengan penuh keikhlasan dan telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Segenap Bapak/ Ibu dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan pelayanan yang baik kepada penulis selama masa kuliah.

5. Bapak Budi Santosa, S.Pd, selaku Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah Semanu dan Bapak Drs. Hudayawan Arif, MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo guna penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/ Ibu Guru dan karyawan MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo yang sudi meluangkan waktu untuk berbagi informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini, serta telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis melakukan penelitian.

(10)

ix

8. Bapak Yatino dan Ibu Sini tercinta yang selalu memberikan dukungan dan do‟a kepada penulis sehingga penulis selalu memiliki motivasi yang tiada habisnya untuk menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman angkatan 2011 Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menemani perjalanan kuliah dan sudi berbagi ilmu selama masa kuliah.

10. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT menerima amalan serta memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Aamiin

Dengan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan waktu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 2014 Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 6

(12)

xi

B. Kerangka Teoritik ... 10

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Konsep dan Variabel Penelitian ... 43

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran MTs Muhammadiyah Semanu 1. Letak Geografis ... 48

2. Gambaran singkat ... 48

3. Profil Sekolah ... 49

4. Sejarah singkat ... 50

5. Visi dan Misi ... 51

6. Tujuan ... 51

7. Struktur organisasi ... 52

8. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 52

(13)

xii

2. Gambaran singkat ... 60

3. Profil Sekolah ... 61

4.Sejarah singkat ... 61

5.Visi dan Misi ... 64

6.Tujuan ... 64

7.Struktur organisasi ... 64

8.Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 65

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PersepsiSiswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo ... 71

B.Analisis Perbandingan PersepsiSiswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo ... 95

BAB VI : PENUTUP A.Kesimpulan ... 104

B.Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Struktur organisasi MTs Muhammadiyah Semanu... 52

Tabel 2: Daftar Guru dan Karyawan MTs Muhammadiyah Semanu ... 53

Tabel 3: Keadaan Siswa MTs Muhammadiyah Semanu ... 55

Tabel 4: Keadaan sarana dan fasilitas MTs Muhammadiyah Semanu ... 57

Tabel 5: Inventaris MTs Muhammadiyah Semanu ... 57

Tabel 6: Struktur Organisasi MTs Muhammadiyah Wates ... 65

Tabel 7: Daftar Guru dan Karyawan MTs Muhammadiyah Wates ... 66

Tabel 8: Keadaan Siswa MTs Muhammadiyah Wates ... 68

(15)
(16)
(17)

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi siswa terhadap penggunaan cara cepat membaca Al-Qur’an dengan Model Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif kuantitatif. Subyek penelitian merupakan 100 siswa dari MTs Muhammadiyah Semanu dan 176 siswa dari MTs Muhammadiyah Wates dengan populasi sebanyak 276 siswa. Teknik sampling yang digunakan yaitunon-probability samplingdengan mengambil 25% dari populasi. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah rumus t-test.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara persepsi siswa terhadap penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo, yang diperoleh dari to atau t hitung 3,98 > t tabel pada taraf signifikansi 5% (2,00) dan 1% (2,65). Karena “t” yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu to = 3,98) lebih besar daripada “tt”, maka hipotesis alterntif (Ha) diterima, yaitu ada perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan Model Iqro’ dan Model Tsaqifa di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Islam merupakan agama Allah yang sempurna dan telah disempurnakan. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rosulullah Muhammad SAW sebagai mu’jizat terbesar yang pernah diturunkan. Al-Qur’an diturunkan agar selalu dibaca orang yang masih hidup dan juga agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka. Baik fisik maupun otak dan pikirannya. Satu hal yang pasti bahwa Al-Qur’an memerintahkan membacanya dengan tartil”(idawati dan mahadun, 2006: iv)

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berjanji bahwa akan

memudahkan siapa saja yang mau mempelajarinya dan itu dapat dilihat

dalam firman-Nya surah Al- Qomar yang dalam satu surah di sebutkan

oleh allah SWT sebanyak empat kali yaitu dalam ayat 17, 22, 32, dan 40

yang ayatnya berbunyi:

uli Rom ꤨlm 팰䘖虀䘖팰lui lϓ ˶lή 䘖D䘖 uDή t䘖x uK䘖N R䘖D䘖ή䘖

“Artinya: Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? “ (Departemen Agama RI, 2006, hal. 423)

Didalam ayat diatas dalam Tafsir Ibnu Katsir ; Dan sungguh, telah

kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang

mau mengambil pelajaran?. “Yaitu kami telah mudahkan cara

membacanya dan kami mudahkan pula cara memahaminya”. (Muhammad

Nasib Ar Rifa’I, 2012: 391). Sedangkan dalam tafsir Al-Qurthubi; “kami

(19)

menghafalnya dengan kemudahan. Maka, siapa yang ingin menghafalnya,

niscaya dia akan dibantu” (Ahmad Khotib, 2009: 473).

Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Utsman R.A

dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

′䘖⸷˶䘖〼䘖 䘖DㄲuDή 䘖′˶䘖吠䘖〼 ꤨ䘖m ′i u˴䘖ϣ

“Artinya: Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya”(Ubaid Al Sindy, 2000:75).

Pesan yang terkandung adalah syarat menjadi Muslim terbaik

adalah dengan belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Ilmu pertama kali

yang harus dikaji seorang muslim adalah Al-Qur’an. Belajar dan mengajar

adalah kewajiban setiap orang Islam, baik formal atau non-formal.

“Belajar membaca Al- Qur’an itu sangat penting, sebab Al- Qur’an adalah kitab suci dan pedoman hidup manusia. Siapa yang ingin selamat hidupnya harus mempelajari Al- Qur’an. Caranya dengan membaca Al- Qur’an, memahami serta mengamalkan isinya. Ketika membaca Al- Qur’an hendaknya dengan cara yang baik dan benar” (Ahmad Taswin, 1990:i).

Dalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan yang manfaatnya

sangat besar bagi mereka. Adapun berbagai macam ilmu pengetahuan dan

manfaat tersebut tidak mungkin diperoleh tanpa adanya proses pendidikan

yang panjang. Sehingga bentuk pendidikan dilaksanakan secara formal

dan non-formal. Pendidikan mempunyai peran pokok dalam pembentukan

manusia yang berkepribadian utama. Dalam mempelajari ilmu-ilmu

agama, termasuk juga ilmu Al-Qur’an, dapat juga dijumpai di

(20)

ilmu-ilmu agama yaitu Pondok Pesantren, Madrasah Tsanawiyah, dan setiap

lembaga pendidikan mempunyai karakteristik masing-masing dalam

proses pembelajarannya.

Belajar membaca Al-Qur’an sudah seharusnya dimulai sejak usia

dini, yaitu masa kanak-kanak. Dalam ilmu psikologi pada masa ini

terkandung potensi yang sangat besar, sehingga para ahli pendidikan

menyebutnya dengan usia emas (sekolah). Di sekolah dengan adanya

pembelajaran tata cara membaca Al-Qur’an, maka siswa diharapkan

mampu mengaplikasikannya dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan

benar. Dengan cara menggunakan model yang baik dan tepat maka dapat

menunjang keberhasilan proses pengajaran membaca Al-Qur’an. Pada

prinsipnya tidak ada model mengajar yang sempurna dan sesuai dengan

semua pokok pembahasan, namun setiap model mengajar selalu memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian seorang

pengajar harus mempunyai keahlian bagaimana menentukan suatu

pembelajaran yang tepat dan jelas. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar

seorang pengajar harus mengetahui pula tanggapan anak didik dalam

mengikuti pelajaran yang diberikan, sehingga dapat membangkitkan

motivasi belajar siswa dengan kemampuannya dalam memilih model

mengajar. Namun kenyataanya, selama ini masih banyak

sekolahan-sekolahan yang menggunakan model pengajaran membaca Al-Qur’an

(21)

sehingga seringkali muncul kejenuhan-kejenuhan pada siswa dan

pemanfaatan waktu yang cukup lama.

Hal tersebut terlihat pada lemahnya respon para siswa terhadap

rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh seorang pengajar. Siswa tidak

terlalu serius dalam proses belajar membaca ayat Al-Qur’an karena

mereka tidak terlalu tertarik dengan model pembelajaran yang itu-itu saja.

Sehingga cenderung membosankan. Kasus ini tidak bisa dianggap sepele

karena jika terjadi terus-menerus setiap tahunnya maka kejenuhan tersebut

akan mengakibatkan siswa enggan untuk belajar. Hal ini mengindikasikan

bagaimana model pembelajaran mempengaruhi persepsi siswa terhadap

penggunaan model belajar membaca Al-Qur’an.

Kenyataan ini dapat terlihat dari wawancara guru PAI MTs

Muhammadiyah Semanu yang memiliki persepsi bahwa penggunaan

model lama cenderung memakan waktu yang cukup lama sehingga siswa

mudah bosan kemudian guru ini beralih menggunakan model baru dengan

dibarengi cara pengajaran yang baru pula, ternyata model versi baru, ini

sangat berpengaruh sekali dalam membantu pembelajaran membaca

Al-Qur’an terutama dalam penggunaan waktu yang efektif.

Sedangkan wawancara dari guru Al-Qur’an Hadits di MTs

Muhammadiyah Wates Kulonprogo memiliki persepsi bahwa penggunaan

model lama masih kurang efektif terutama dalam penggunaan waktu.

Dengan munculnya model-model baru dengan cara cepat

(22)

pendidikan di Indonesia saat ini, diantaranya yaitu : Model Iqro’, Model

Qiro’ati, Model Al- Baghdad, dan Model Tsaqifa. Begitu banyaknya

model yang diciptakan dengan mengikuti perkembangan zaman dan

kebutuhan pada saat ini, maka peneliti tertarik meneliti dua model sebagai

perbandingan yaitu Model Iqro’ dan Model Tsaqifa. Model Iqro’ yang

merupakan model yang populer lebih dahulu atau terlebih dahulu di

terbitkan dari pada model Tsaqifa. Tentunya pengajaran model lama dan

baru sangat berbeda sekali.

Berdasarkan dari perbedaan kedua model pembelajaran tersebut,

maka peneliti tertarik melakukan penelitian perbandingan untuk mencari

perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan kedua model tersebut.

Untuk itu, peneliti mengangkat judul tentang “Perbandingan Persepsi

Siswa Terhadap Penggunaan Model Tsaqifa Dan Model Iqro’ Di MTs

Muhammadiyah Semanu Dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan model

Tsaqifa dan model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs

Muhammadiyah Wates Kulon Progo?

(23)

Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1. Untuk membandingkan persepsi siswa terhadap penggunaan Model

Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs

Muhammadiyah Wates Kulonprogo.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada

para pengajar supaya dapat memilih model pembelajaran baca

Al-Qur’an yang praktis dan efektif. Hasil penelitian ini juga dapat

diterapkan dalam lingkup dunia pendidikan seperti pembelajaran di

sekolah dan TPA.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi

penelitian-penelitian dimasa mendatang sehingga dapat mengembangkan

keilmuan dan pemikiran serta menambah wawasan bagi pengajar dan

pembelajar di sekolah maupun di masyarakat.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan skripsi ini merupakan uraian secara garis

besar dari isi keseluruhan skripsi. Adapun sistematika pembahasan

skripsi adalah sebagai berikut : BAB I berisi pendahuluan, berisikan

tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. BAB

(24)

BAB III berisikan: model penelitian. BAB IV berisikan: Gambaran

Umum MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah

Wates Kulonprogo yang meliputi : Letak Geografis, Gambaran

Singkat, sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Tujuan, Struktur Organisasi,

Keadaan Guru, Siswa, dan Kariawan, Sarana dan Prasarana. BAB V

berisikan: Hasil dan pembahasan penelitian. BAB VI Penutup yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Fungsi kajian pustaka yaitu untuk mengemukakan hasil- hasil

penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu yang ada hubugannya dengan

penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang telah dilakukan

dan sejauh ini telah peneliti ketahui adalah sebagai berikut :

Skripsi yang ditulis oleh Ecep Rahmat Hidayat jurusan pendidikan

Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negri Sunan kalijaga

Yogayakarta tahun 2010 yang berjudul “penggunaan model Tsaqifa

dalam pembelajaran qira’ah” (Studi Eksperiman pada kelas VIII MTs

Muhammadiyah Wates Kulon Progo)”. Skripsi ini membahas tentang

bagaimana efektifitas penggunaan model Tsaqifa dalam pembelajaran

Qira’ah pada kelas VIII MTs Muhammadiyah Wates Kulon Progo”. Dari

hasil penelitian eksperimen ini menunjukkan dengan menggunakan model

Tsaqifa dalam pembelajaran Qira’ah pada kelas VIII MTs Muhammadiyah

Wates Kulon Proga secara umum siswa lebih cepat dan mudah mengenal

dan membaca tulisan teks arab. Karena, pada pembelajarannya bertahap

dari yang satu huruf sampai dengan empat huruf dan akhirnya dapat

membaca kalimat (jumlah) dan disertai dengan tulisan latin.

(26)

pembelajaran Iqro’ bagi siswa kelas III Min Tirto Salam Kabupaten

Magelang”. Skripsi ini mengungkap tentang bagaimana model Iqro’ untuk

mengatasi membaca Al- Qur’an pada siswa kelas III MIN Tirto Salam

Magelang. Hasil model Iqro’ yang dipakai dengan cara berkelompok

sangat membantu siswa siswi kelas III MIN Tirto dalam pembelajaran

Qur’an. model Iqro’ membuat siswa siswi aktif dalam pembelajaran

Al-Qur’an. Adapun model tersebut telah dapat menghantarkan siswa siswi

dalam belajar membaca Al- Qur’an terbukti dengan sudah meningkat yaitu

3 anak lagi yang sudah dapat menyelesaikan Iqro’ 1 jadi sampai siklus ini

total yang sudah dapat membaca Iqro’ jilid satu (1) adalah 11 anak, yang

belum selesai 5 anak masih pada Iqro’ jilid 1 hal 6, sedangkan 4 anak

sudah selesai Iqro’ jilid 6 hal 11, 4 anak sampai hal 26, 3 anak sampai hal

21.

Skripsi yang ditulis oleh Roheni jurusan pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2013 yang berjudul “Efektivitas Program Aplikasi model Iqro’ Klasik Pada Pembelajaran Al- Qur’an Hadits Siswa Kelas

VII SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana pelaksanaan program aplikasi model Iqro’

klasik pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits siswa kelas VII SMP

Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta dan bagaimana efektivitas program

aplikasi model Iqro’ klasik pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits siswa

(27)

Pelaksanaan program aplikasi model Iqro’ Klasik digunakan sebagai lahan

pengenalan awal dalam pembelajaran Al-Qur’an karena didalamnya berisi

kegiatan membaca dan menulis rangkaian huruf hijai’ah yang merupakan

modal awal dalam pembelajaran Al- Qur’an hadits khususnya kelas VII

SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta 2. Kegiatan aplikasi model

Iqro’ klasik di SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta ditinjau dengan

dua segi efektivitas yaitu : segi efektivitas kemampuan membaca Iqro’

dengan segi efektifitas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata

pelajaran Al- Qur’an Hadits.

Berbeda dengan penelitian diatas maka peneliti hendak dilakukan

berfokus pada persepsi siwa terhadap model cara cepat membaca

Al-Qur’an yang berjudul perbandingan persepsi siswa terhadap

penggunaan model Tsaqifa dan model Iqro’ di MTs Muhammadiyah

Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis serta membandingkan

persepsi siswa terhadap penggunaan model Tsaqifa dan model Iqro’ di

MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates

Kulonprogo.

B. Kerangka Teoritik

.Persepsi

a. Pengertian persepsi

(28)

inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”. (Slameto, 2010:102)

Persepsi dapat dikatakan sebagai sebuah pandangan dari

hasil pengalaman individu yang di transformasikan melalui panca

indera. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda yang

akan mempengaruhi perbedaan perilaku setiap individu.

“Persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diinterpretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna” (Robbins, 2003:97)

Setiap individu berhasil memperoleh makna/ arti/

pandangan ketika mereka berhasil menganalisa, menginterpretasi,

dan meng-evaluasi setiap pengalaman yang di dapatkan

menggunakan panca indera. Individu akan memperoleh sebuah

persepsi

“Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan

atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

pengindraan.” (Purwodarminto, 1990: 759)

Persepsi merupakan respon berupa perilaku yang langsung di

jalankan oleh seseorang ketika mereka telah mengetahui sesuatu hal

melalui pengindraan. Untuk itu, perbedaaan persepsi akan membuat

perbedaan perilaku dari setiap orang sebagai hasil dari penyerapan panca

(29)

Jadi, persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu hal,

hasil dari pengalaman yang berhasil di analisa, di interpretasikan dan di

simpulkan melalui panca indra setiap individu. Persepsi yang dihasilkan

dari setiap individu berbeda-beda sehingga mempengaruhi perbedaan

sikap dan perilaku.

2. Iqro’.

Pengertian Iqro’

“Iqro’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an yang disusun secara praktis dan sistematis, sehingga memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan membaca Al-Qur’an”( As’ad Humam, 1990: I ).

Model Iqro’ tersusun secara hirerkis. Kenyataan ini terlihat

dari cara penyampaiannya dalam mengenalkan 28 huruf

hijaizahnya dan cara pengajaran penyambungan hurufnya

bertahap demi tahap kemudian dilanjutkan dengan pengamalan

langsung membaca surat-surat pendek. Sehingga model ini

menarik untuk dipelajari karena cara belajarnya yang

berkesinambungan.

“Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkat yang sempurna”(Siti Nadhirah, 2011:31 ).

Dalam penggunaan Model Iqro’, siswa dituntut untuk

paham pada setiap tahap sehingga dapat lanjut pada tahap

(30)

sebelumnya, maka siswa akan kesulitan untuk lanjut pada tahap

selanjutnya.

Iqro’ adalah suatu model membaca Al-Qur’an yang

menekankan langsung pada latihan membaca, adapun proses

pelaksanaan pembelajaran ini berlangsung melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. “Ath thoriqah bil muhaakah.

Artinya : model pengajaran dengan cara meniru. Ustadz memberikan contoh-contoh bacaan yang benar kemudian menirukannya. Oleh karena itu bagaimanapun juga tingkat kefasihan anak banyak bergantung pada kefasihan ustadz-nya.

2. Ath thoriqah bil musyaafahah.

Artinya: model pengajaran dengan cara anak melihat gerak-gerik bibirnya ustadz dan ustadz juga melihat gerak-gerik bibirnya anak. model ini sangat penting untuk mengajarkan makhrojul huruf.

3. Ath thoriqah bil kalamissyoriih.

Artinya: model pengajaran dengan cara ustadz mempergunakan ucapan yang jelas dan komunikatif. Walaupun dalam buku Iqro’ anak dituntut lebih aktif, namun tidak berarti ustadnya pasif. Ustadz tetap aktif menyimak bacaan anak sambil memberikan motivasi dan komentar- komentar komunikatif.

4. Ath thoriqah bissyualimaqoosyiditta’liimii.

Artinya: model pengajaran dengan cara ustadz mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan anak menjawabnya. Ustadz menunjuk bagian-bagian huruf tertentu dan anak membacanya”(Budiyanto, 1995: 21-23).

Dalam persoalan penerapan Model Iqro’ tidak hanya

menekankan siswa aktif saja melainkan guru sebagai motorik

penggerak bagi siswa, sehingga kefasihan anak dalam belajar

(31)

huruf- huruf hijaizah. Dengan demikian model ini sangat jelas

sekali bahwa dalam penerapannya guru dan siswa saling

memperhatikan dimana keluarnya dan bagaimana keluarnya

huruf. Model ini sangat bagus sekali dalam membantu belajar

siswa karena melalui sebagai berikut: pertama, model

pengajaran dengan cara meniru. Kedua, model pengajaran

dengan anak melihat gerak-gerik bibirnya ustad dan ustadzah

juga melihat gerak-gerik bibirnya anak. Ketiga, model

pengajaran dengan cara ustadz mempergunakan ucapan yang

jelas dan komunikatif. Keempat, model pengajaran dengan cara

ustad mengajukan pertanyaan–pertanyaan dan anak

menjawabnya.

Jadi pengertian Iqro’ adalah model belajar membaca

Al-Qur’an yang tersusun secara praktis dan sistematis, dalam

pembahasannya menekankan siswa aktif dan guru sebagai

sumber belajar siswa.

3. Tsaqifa

Pengertian Tsaqifa

(32)

Dengan demikian model ini tidak mempersulit bagi siapa

saja untuk belajar bisa cepat membaca Al-Qur’an. Yang tanpa

modal bisa baca huruf hijaizah sama sekali. Dengan demikian

menggunakan model ini mampu membantu pembelajar untuk bisa

cepat baca Al-Qur’an dengan mudah dan cepat. Baik itu dari

kalangan remaja ataupun hingga orang tua yang betul–betul tidak

mampu membaca Al–Qur’an sama sekali. Namun syarat dalam

penerapan model ini harus faham betul tentang Bahasa Indonesia

dan huruf latin. Dengan modal syarat ini maka pembelajaran

model Tsaqifa dapat tersalurkan dengan mudah dan baik.

“Tsaqifa adalah metode cara cepat membaca Al- Qur’an dengan membuat kesan bahwa belajar mengaji itu mudah dan menyenangkan, tidak mengganggu kesibukan lain. Dengan model ini, cukup dengan tujuh setengah jam dapat membaca Al-Qur’an. model ini praktis dan simpel, dengan mengedepankan pembelajaran secara mandiri (Umar Taqwim, 2011: 11)

Selain tidak mempersulit dalam belajarnya model ini juga

membuat kesan bahwa belajar membaca Al-Qur’an itu sangat

mudah dan menyenangkan serta tidak memakan waktu yang

cukup lama, melainkan hanya memakan waktu selama tujuh

setengah jam pertemuan. Sehingga bagi remaja ataupun orang

tua yang sibuk dengan kesibukannya model ini sangat

membantu sekali dalam usaha belajar membaca Al-Qur’an.

Selain itu model ini juga sangat praktis karena model

(33)

huruf hijaizahnya dengan menggunakan nama–nama. Maka dari

itu, model ini tidak terkesan membosankan melainkan sangat

menarik dan mudah dipahami, walaupun tanpa adanya

pembimbing model ini juga tidak sulit untuk dipelajari.

“metode ini banyak mengedepankan penggunaan otak sebelah kanan dan menggunakan berbagai analogi-analogi dalam paembelajarannya, sehingga memudahkan murid untuk menerima pelajaran dan tidak membebani (Umar Taqwim( 2007:1).

Dengan model cara cepat membaca Al-Qur’an seperti ini

maka dalam pembelajarannya siswa tidak terbebani dengan

pemikiran- pemikiran yang berat melainkan dapat belajar

dengan mudah dan menyenangkan. Dalam penggunan otak

sebelah kanan yang mengedepankan manfaat seni ataupun

kreatifitas seseorang, maka model ini sangat membantu para

siswa dalam usaha motivasi belajarnya. Selain itu dengan

penggunaan analogi–analogi (perumpamaan), maka dalam usaha

belajarnya siswa akan sangat membantu sekali dalam

penangkapan memorinya yang akan dapat dengan mudah selalu

diingatnya.

Jadi, jika ditinjau dari perngertian diatas pengertian model

Tsaqifa adalah model alternatif cara cepat membaca Al-Qur’an

bagi kalangan yang terlambat belajar ataupun ketinggalan, yang

(34)

4. Model Iqro’ Dan model Tsaqifa a. Model Iqro’.

Dalam pelaksanaan dengan menggunakan model Iqro’, Model

Iqro’ memberikan petunjuk tahap–tahap penjelasannya sampai

dengan enam jilid pembahasan, serta dilengkapi dengan petunjuk

pengajaran dan pembelajarannya per-jilid, dari jilid 1 sampai

dengan jilid 6.

Dengan demikian akan kami terangkan petunjuk tahap–tahap

pembahasan:

1) Jilid 1

Petunjuk mengajar jilid I

1. “Sistem

a. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran.

b. Privat. Penyimakan secara seorang demi seorang, sedang bila secara klasikal, ada buku khusus “Iqro’ Klasikal” yang dilengkapi dengan peraga. c. Asistensi. Setiap santri yang lebih tinggi

pelajrannya diharap membantu menyimak santri lain.

2. Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak komentar. 3. Sekali huruf dibaca betul, tidak boleh/jangan diulang

lagi.

4. Bila santri keliru panjang- panjang dalam membaca huruf, maka guru harus dengan tegas memperingatkan (seBAB yang betul dengan pendek-pendek) dan membacanya agar diputus- putus, bila perlu ditekan.

(35)

6. Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah, maka sebelum dikuasai benar, jangan naik kejilid berikutnya. Sedangkan jika kemampuannya maksimal tetap belum fasikh, maka sementara boleh: (sya) lebih diarahkan ke bunyi SIA dari pada (SA), (dho) lebih diarahkan ke bunyi dho kendor dari pada keliru DO, do lebih diarahkan kebunyi dha dibaca dengan bibir agak maju, qo lebih diarahkan kebunyi ko daripada keliru kho. Jadi bisa naik ke pelajaran dua dengan “her” pada huruf- huruf tertentu.

7. Bagi santri yang betul- betul menguasai dan, sekiranya mampu berpacu dalam menyelesaikan belajarnya maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak utuh sehalaman.

8. Untuk ebta, sebaiknya ditentukan guru pengujinya” (Assad Humam: 2000: 4).

Dari petunjuk pengajaran diatas model ini

mengarahkan bahwa penggunaan model Iqro’ dalam cara

cepat membaca Al-Qur’an. Model ini menekankan siswa

aktif dan guru sebagai sumber belajar siswa, artinya

kefasihan guru dalam melafatkan huruf-huruf arab

menentukan kefasihan santrinya dalam menghafal

huruf-huruf arab.

Pada pembahasan ini, kajiannya membahas tentang

huruf-huruf fathah secara terpisah. Jadi kajian ini

memudahkan siswa untuk menghafal huruf arab ataupun

mempelajarinya. Dan bagi siswa yang sudah paham atau

lancar dalam belajarnya boleh di loncat-loncat

pengajarannya kehalaman berikutnya. Namun sebaliknya,

apabila belum lancar dalam menghafal harus

(36)

dilanjutkan ke halaman berikutnya. Sehingga, model ini

benar-benar menekan kedisiplinan dalam belajarnya.

2) Jilid 2

Petunjuk mengajar jilid 2

a. Pentunjuk mengajar jilid 1 nomer 1, 2, 3, 4, 5, dan 8 masih berlaku untuk jilid 2 ini.

b. Bila pada pelajaran yang lalu ada “her” pada huruf-huruf tertentu, maka dalam mempelajari jilid 2 ini, bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf yang “her” tersebut.

c. Mengenai judul-judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu menerangkan. Umpama: ini Ba di muka, ini Ba di tengah, ini Ba di akhir. SeBAB biasanya santri faham bisa membacanya. Jadi guru hanya menyimak saja.

d. Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara panjangnya boleh lebih 2 harokat. Yang penting harus jelas beda mana yang pendek dan mana yang panjang.

e. Membacanya tetap dengan putus- putus saja yaitu walaupun hurufnya bersambung.

f. Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri cendrung keliru baca panjang, yang semestinya satu harokat, maka membacanya agar dirangkai saja dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang (yang mestinya pendek) guru cukup meneggur “mengapa dibaca panjang”? dan bila santri keliru baca pendek (yang seharusnya dibaca panjang) guru cukup menegur pula “mengapa dibaca pendek”?. (As’ad Humam, 1990:2).

Petunjuk pembelajaran jilid dua ini mengarahkan

bahwa pada jilid 1 nomer 1,2,3,4,5,6,7,8 masih berlaku

untuk jilid dua, artinya huruf-huruf yang mudah untuk

dihafal dilakukan pengembangan dalam bentuk perubahan

(37)

begitu memudahkan pemahaman bagi siswa. Namun

walaupun hurufnya tetap disambung-sambungkan,

membacanya tetap juga dibaca secara putus-putus. Dengan

begitu, siswa mampu membedakan mana bacaan pendek

dan mana bacaan panjang.

3) Jilid 3

petunjuk mengajar jilid 3

a. Petunjuk mengajar jilid 1 nomer 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomer 4 dan 6 masih berlaku untuk jilid 3 ini.

b. Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena sambil mengingat ingat huruf didepannya, maka tegurlah dengan “membacanya putus- putus saja ?” dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak terpikir.

c. Guru tidak boleh memberi contoh satu kalimat yang menimbulkan anak ingin meniru irama maupun igin meniru lancarnya si Guru. Bila hal ini terjadi santri akan terbebani berpikir membacakalimat- kalimat yang panjang, sehingga mem,bacanya banyak kesalahan (panjang, pendek, mengulang- ulang, dsb), sedangkan pedoman mengajar santri hanya diajak berpikir perhuruf atau dua/tiga huruf (bila menemuyi bacaan mad/idghom, dsb).

d. Bila santri mengulang- ulang bacaan (karena sambil berfikir bacaan di depannya). Sebagai contoh: wamaa dibaca berulang- ulang, maka tegurlah dengan: wamaa ada berapa? SeBAB pedomannya sekali dibaca betul tidak boleh diulang. (As’ad Humam, 2000: 2).

Pada pentunjuk mengajar jilid 3, guru diarahkan

cukup memberi peringatan pada siswa khususnya dalam

melafalkan kesalahan huruf arab ataupun cukup

(38)

sangat fatal dalam membacanya. Dan guru tidak boleh

memberikan contoh satu kalimat yang menimbulkan

irama terbaru pada muridnya karena murid akan merasa

terbebani untuk menirunya.

4) Jilid 4

petunjuk mengajar jilid 4

Pada jilid 4, guru mengenalkan dan membedakan

tanda baca huruf fathah, kasroh, dlommah,sukun, dan

fathah tanwin, kasroh tanwin, dlommah tanwin. Serta

bacaan huruf qolqolah. Dalam pengenalan huruf qolqolah

boleh di baca dengan kata BAJU DI THOQO.

5) Jilid 5

petunjuk mengajar jilid 5

Petunjuk mengajar jilid 1 nomer 1234578 dan jilid 2 nomer 6, jilid 3 nomer 3 dan jilid 4 nomer 3 masih berlaku untuk jilid 5 ini.

1. Halaman 23 adalah surat al- mu’minun ayat 1-11 sebaiknya santri dianjurkan menghafalkan. Syukur dengan artinya.

2. Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedang lainnya menyimak.

3. Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idghom, ikhfa’ dsb. Yang penting secara praktis betul bacaannya.

(39)

Untuk petunjuk guru pada jilid 5, dalam usaha

pengajarannya,guru memberikan kebebasan pada

siswanya dalam belajarnya. Yaitu bagi siswa yang sudah

lancar membacanya boleh dilakukan secara

berkelompok dan bacanya secara bergilir (tadarus).

6) Jilid 6

petunjuk mengajar jilid 6

1. Petunjuk jilid 1 nomer 1,2,3,4,5,7,8 dan jilid 2 nomer 6, jilid 3 nomer3, 4 dan jilid 4 nomer 3 serta jilid 5 nomer3, 4. Semuanya tetap berlaku pada jilid 6 ini.

2. Materi halaman EBTA ini sebiknya dihafalkan, syukur dimengerti terjamahnya.

3. Walaupun telah menginjak jilid 6 ini, pedoman membaca “pelan pelan asal benar” tetap berlaku. Jadi tak apalah andaikata ada santri yang membacanya sangat lamban/tersendat-sendat/seperti banyak saktah atau terhenti. Asalkan setiap yang dibaca itu betul semuanya, maka yang penting adalah benar.

4. Santri jangan diajarai dengan bacaan berlagu walaupun dengan irama murottal.

5. Mengenai pelajaran tanda waqof, disederhanakan dan pengenalannya disatuykan di awal (halaman 21).

(40)

Pedoman pengajaran pada jilid 5 ini. Guru sebaiknya

memberikan keluasan siswa untuk usaha belajarnya.

Artinya bagi siswa yang masih terbata-bata atau belum

lancar dalam membacanya boleh dilanjutkan kehalaman

berikutnya, namun harus dengan satu syarat bahwa yang

membacanya itu benar semuanya. Sehingga dengan cara

seperti ini untuk kelancaran siswa dalam membacanya

boleh dilakukan secara bertahap demi tahap dengan cara

tadarrusan.

b. Pembelajaran Tsaqifa

Dalam pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan

model Tsaqifa, model ini memberikan sebuah petunjuk praktis

tahap -tahap pembelajarannya yang secara berkesinambungan.

Tahap-tahap pembahasannya tersebut mencangkup sampai dengan

9 BAB tahap pembahasannya. BAB pertama: pengenalan 18 huruf

hijaiyah dan perubahannya. BAB kedua: pengenalan 10 huruf

hijaiyah dan perubahannya. BAB ketiga: pengenalan tanda baca

fathah, kasroh dan dhommah. BAB keempat: pengenalan

harokat/tanda baca tanwin. BAB kelima: pengenalan bacaan

panjang (Mad). BAB keenam: pengenalan harokat sukun (bacaan

mati). BAB ketujuh: pengenalan huruf dobel (tasydid). BAB

kedelapan: latihan membaca Al-Qur’an. BAB kesembilan; tajwid

(41)

pengajarannya dan pembelajarannya per BAB. Jadi model ini

tanpa ada guru yang membimbingnya mudah untuk dipelajari.

Dengan demikian akan kami terangkan petunjuk BAB I

sampai BAB VIIII tahap-tahap pembahasannya:

1) Pembahasan BAB I (pengenalan 18 huruf hijaiyah dan

perubahannya).

Petunjuk pembahasan

iS R R R R R R R R R R R R R R R R

1. Huruf-huruf tersebut adalah huruf-huruf yang konsonnanya sama dengan huruf latin yang memungkinkan dipadukan menjadi kata- kata, sehingga terbentuk kalimat- kalimat yang mudah untuk diingat.

1. NA - MA SA - YA MA – LA RO – SA 2. KA – TA WA – JA TO – KO SO –

FA A –DA BA – HA – YA

2. Kemudian kalimat tersebut dipecah menjadi beberapa kata yang terbagi kedalam lima halaman.

3. Setiap huruf akan ditampilkan bentuk perubahannya dan posisinya.

4. Kemudian juga akan ditampilkan perpaduan huruf-huruf hijaiyah, dari perpaduan dua huruf, tiga huruf kemudian empat huruf.

(42)

Dalam pembahasannya untuk pengenalan huruf

hijaizah dikenalkan dengan nama-nama/istilah.

Seperti NA-MA SA-YA MA-LA RO-SA KA-TA

WA-JA TO-KO SO-FA A-DA-BA-HA-YA. Jadi bagi

guru yang pertama adalah mengajak siswa untuk

menghafalnya dan selanjutnya guru memberi tahu siswa

huruf-huruf hijaizah tersebut secara satu persatu.

2) pembahasan BAB II (pengenalan 10 huruf hijaiyah dan

perubahannya)

Petunjuk pembahasan BAB II

A i Ι R 즈 썈 ′ 뻨 ύ R

1. Huruf- huruf terebut adalah huruf yang konsannanya tidak sama dengan huruf latin, karena itu, pendekatannya berbeda, tidak dengan merangkainya menjadi sebuah kalimat (seperti BAB I).

Akan tetapi dengan pendekatan: a. Kesamaan bentuk huruf

b. Posisi tempat keluarnya huruf serta tempat-tempatnya.

c. Menganalogikn huruf dengan sesuatu yang mudah diingat.

2. Penampilan cara pengucapan huruf, perubahan bentuk serta posisinya.

3. Setiap perpaduan huruf selalu ditulis dengan dua versi, versi terpisah dan bersanbung. Hal untuk memudahkan siswa membedakan huruf asli dengan bentuk perubahannya. (Umar Taqwim, 2010 : 20).

Untuk pembahasan petunjuk ini tidak disesuaikan

dengan BAB 1 yang menggunakan kalimat-kalimat, akan

(43)

pelafatan keluarnya huruf tersebut. Sehingga memudahkan

bagi guru untuk mengajarkannya.

3) pembahasan BAB III (pengenalan harokat/tanda baca fathah,

kasroh dan dhommah)

Petunjuk Pembahasan

1. Kata lembaga yang telah diketahui siswa adalah modal efektif untuk mengenal harokat fathah, kasroh dan dhommah.

2. Kata lembaga yang telah berharokat fathah kemudian diubah menjadi harokat kasroh dan dhommah.

NA MA SA YA MA LA RO SA...

NI MI SI YI MI LI RI

SI...

NU MU SU YU MU LU RU SU...

3. Penampilan semua perubahan bentuk huruf, harokat dan posisinya. Hal ini memudahkan siswa untuk membedakan perubahan huruf serta harokatnya (Taqwim, 2010: 24).

Untuk BAB III mengkaji pengenalan perubahan

harokat/tanda baca huruf hijaizah. Harokat/tanda baca

tersebut adalah Fathah, Kasroh, dan Dhommah. Cara

pengenalannya adalah dengan cara 28 huruf hijaizah

yang sudah disusun oleh model Tsaqifa. Huruf yang

semula dibaca NA-MA SA-YA MA-LA RO-SA

KA-TA WA-JA TO-KO SO-FA A-DA BA-HA-YA.,

kemudian diganti dengan tanda baca kasroh; NI-MI

SI-YI MI-LI RI-SI KI-TI WI-JI TI-KI SI-FI I-DI

BI-HI-YI. selanjutnya huruf fathah dan kasroh diganti

(44)

RU-SU KU-TU WU-JU TU-KU SU-FU U-DU

BU-HU-YU.

4) Petunjuk pembahasan BAB IV (pengenalan harokat/tanda

baca tanwin)

Petunjuk pembahasan

1. Siswa diajak untuk menganalisa perubahan harokat, dari fathah ke fathatain, kasroh ke kasrotain dan dhommah ke dhommatain.

2. Perpaduan dua huruf yang sama tetapi beda harokat. Ditulis dengan dua versi terpisah dan bersambung. Ini untuk memudahkan siswa memahami serta membedakan antara harokat biasa dan tanwin.

3. Dianjurkan siswa membaca huruf-huruf yang bersambung saja kecuali jika terpaksa karena ada beberapa huruf yang lupa (Taqwim: 2010: 28).

Pada pembahasan BAB 5. Tahap ini akan

diperkenalkan dengan harokat/tanda baca bacaan tanwin.

Serta cara baca dengan penyambungan hurufnya.

5) pembahasan BAB V (pengenalan bacaan panjang (MAD)

petunjuk pembahasan

1. Siswa diajak untuk menganalisa perubahan bentuk serta bacaan. Dari bacaan yang dibaca pendek kebacaan yang dibaca panjang.

2. Perpaduan tiga huruf yang sama tetapi beda harokat. Ditulis dengan dua versi, terpisah dan bersambung. Ini memudahkan siswa untuk memahami serta membedakan antara harokat biasa, tanwin dan bacaan panjang.

3. Siswa dianjurkan membaca huruf-huruf yang bersambung saja kecuali terpaksa karena ada beberapa huruf yang lupa (Taqwim, 2010: 33).

Pada tahap ini siswa diperkenalkan dari

(45)

kemudian di beri tanda baca yang berbeda seperti

bacaan tanwin dan tanda baca panjang (MAD).

6) Pembahasan BAB VI (Pengenalan Harokat Sukun/Bacaan

Mati)

Petunjuk Pembahasan

1. Semua huruf hijaiyah yang mati dipaparkan lengkap dengan konsanan huruf latinnya kemudian dipaparkan penerapannya.

2. Setiap huruf diiringi dengan beberapa contoh secukupnya adalah sebagai sarana latihan membaca, sehingga siswa terbiasa dan tahu fungsi daripada harokat sukun.

3. Pembahasannya terbagi menjadi empat huruf-empat huruf. Setiap pembahasan disertai latihan dari potongan ayat yang ada bacaan mati. Dan setiap kali terdapat bacaan huruf mati, huruf tersebut adalah huruf yang telah dibahas dipembahasan sebelumnya. (Tawim, 2010: 38).

Pada pembahasan BAB ini akan dikenalkan dengan

tanda baca sukun/huruf mati, serta perubahan hurufnya dan

cara bacanya.

7) Pembahasan BAB VII (Pengenalan Huruf Dobel/Tasydid)

a. Petunjuk Pembahasan

1. Pemaparan contoh yang disertai dengan huruf latin, memberi kemudahan serta kejelasan bagi siswa.

2. Pendekatan beruntun yang dimulai dari huruf hidup kehuruf mati kemudian kehuruf dobel. Hal ini dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk membedakan fungsi dari setiap harokat/tanda baca.

(46)

Tanda baca tasydid artinya tanda baca huruf dobel.

Cara membacanya ada dua huruf, pertama huruf dimatikan

dan kedua huruf dihidupkan. Contohnya seperti tabel diatas.

ANNA cara bacanya adalah huruf dimatikan AN dan

huruf dihidupkan NA jadi bacanya ANNA, bacaan

TADDA cara bacanya adalah pertama huruf dimatikan

TAD dan huruf dihidupkan DA jadi cara bacanya adalah

TADDA, JARRO pertama huruf dimatikan bacanya JAR

kemudian huruf dihidupkan RO.

8) Pembahasan BAB VIII (Latihan Membaca Al – Qurán )

“Untuk latihan membaca Al- Qurán pada BAB ini, tidak diawali dengan latihan membaca surat-surat pendek seperti Al-Fatihah, An- Naas, Al – Falak dan Al – ikhlas, akan tetapi langsung latihan membaca surat An-Naba juz ketiga puluh (30).

Hal ini memang disusun demikian, karena apabila latihan membacanya di mulai dari surat Al-fatihah, sudah bisa dipastikan siswa akan lancar membacanya, ia akan mengandalkan memoriyang telah dimiliki dan mengabaikan materi yang telah dipelajari. Akan tetapi bila latihan membacanya dimulai dari surat An-naba’kemungkinan kecil ia telah menghafalkannya dan ketika memberi surat tersebut, ia tidak akan mengandalkan memori hafalannya dan yang diandalkan adalah materi-materi yang telah dipelajarinya.

Untuk itu hal pertama kali yang harus diperhatikan siswa dalam latihan membaca adalah sebagai berikut:

1.Bacalah 2 atau 3 huruf dulu dengan diulang-ulang, bila telah lancar, lanjutkan 2 atau 3 huruf berikutnya hingga lancar. Lakukan hal serupa pada bacaan ayat-ayat yang lain.

(47)

3.Abaikan sementara, istilah-istilah tajwid ( idzhar, ikhfa’, ghunnah dll. ) fokuskan pada pelancaran huruf-huruf bersambung yang telah dikenal. 4.Setelah kira-kira dirasa sudah cukup menguasai

huruf-huruf bersambung yang dirangkai dalam satu ayat, silakan mempelajari tajwid secara bertahap, tanpa harus mengenal istilah-istilah/ nama-nama hukumnya” (Taqwim, 2010: 51).

Pada pembahasan BAB VIII sudah dimulai dengan

membaca bacaan kitab suci alqur’an. Cara bacanya dimulai

dengan membaca surat juz 30, namun cara mulai bacanya

bukan dari surat yang pendek namun dimulai dari surat

An-Naba, surat yang paling panjang kemudian menuju

pendek, dengan demikian membaca surat yang paling rumit

ketika membaca surat yang paling pendek otomatis sudah

lancar dalam membacanya.

9) Petunjuk pembahasan BAB VIIII (Tajwid Terapan model

Tsaqifa)

keterangan Cara

membaca contoh sesudahnya Bila ada Huruf

Pada pembahasan BAB VIIII siswa diajak belajar

hukum-hukum tajwid/hukum bacaan Al-Qur’an terapan model

(48)

Huruf-huruf yang tidak dibaca (dianggap tidak ada), Cara

melafadzkan kalimat Alloh, Cara membaca huruf yang di[antulkan

(Qolqolah), Bacaan sengau, Cara membaca huruf diakhir kalimat

(Waqof), Cara membaca nun sukun dan tanwin, bacaan panjang

(mad).

4. Remaja Usia 13 – 15 Tahun

a.Pengertian Remaja

Tahap remaja merupakan segmen perkembangan

individu yang sangat penting, yang diawali dengan

matangnya organ- organ fisik (seksual) sehingga mampu

bereproduksi.

“Menurut Konopka (pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal : 12 – 15 tahun : (b) remaja madya : 15 – 18 tahun , dan remaja akhir 19 – 22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependece) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat – minat seksual, perenungan diri, dan perhatian orang terhadap estetika dan isu – isu normal” (Samsu Yusuf, 2011:184).

Pendapat diatas sesuai dengan perkembangan remaja

pada saat ini, karena pada fase umur 12 – 22 tersebut

perkembangan seseorang akan terlihat sangat lebih jelas, baik

dari segi jasmani, rukhaniah ataupun dari segi kognitifnya.

Perkembangan jasmani, rukhaniah dan kognitifnya ini akan

(49)

tersebut. Dia akan mengenal lawan jenis secara mendalam,

sosial, budaya maupun berfikir kritis terhadap sesuatu yang ia

liat maupun yang dia alami sendiri.

Dalam mengkaji remaja ini, ada beberapa tinjauan

maupun pendapat dari para ahli agar kita lebih mengenal

perkembangan seorang remaja.

1) Perspektif Biososial

Perspektif ini memfokuskan kajiannya pada

hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman

sosial. Tokoh – tokohnya adalah G. Stanley Hall dan

Roger Barker.

a) G. Stanley Hall menyakini melalui mekanisme evolusi, remaja dapat memperoleh sifat – sifat tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis.

b) Roger Barker berpendapat bahwa karena pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perolehan sifat – sifat yang diterima anak, maka pertumbuhan fisik seseorang menentukan pengalaman sosialnya” (Syamsu Yusuf, 2011: 185).

2) Perspektif Relasi Interpersonal

(50)

Sehingga periode remaja ini perlu adanya

pengarahan dari orang dewasa agar sianak itu sendiri dapat

berteman dengan orang baik (sholeh/sholihah) yang dapat

mengingatkan dia ketika berbuat salah dan selalu

mengajak dalam menjaga ibadahnya.

3) Perspektif Sosiologis dan Antropologis

“Perspektif ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja” (Syamsu Yusuf, 2011:187).

Prilaku seorang remaja paling bayak dipengaruhi

oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan sekitarnya

Contohnya: disekolahan,masyarakat dan lingkungan luar

lainnya dan juga faktor bawaan juga ikut berperan dalam

pembentukan karakter seorang remaja.

4) Perspektif Psikologis

“Teori-teori psikologis mengkaji hubungan antara

mekanisme penyelesaian psikologis dengan

kondisi-kondisi sosial yang memfasilitasinya

(mempengaruhinya)” (Syamsu Yusuf, 2011:188).

Apabila remaja berhasil memahami dirinya,

peran-perannya, dan makna hidup beragama, maka dia

akan menemukan jati dirinya, dalam artian dia akan

(51)

apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan,

kekacauan ataupun kepercayaan dirinya. Suasana

kegagalan tersebut berdampak kuranjg baik bagi remaja.

Dia cendrung kurang dapat menyesuaikan dirinya, baik

terhadap dirinya maupun orang lain.

5) Perpektif Belajar Sosial

“Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku sosial-antisosial anak atau remaja. Dalam hal ini bandura telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh respon baru ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah laku model dapat memperkuat atau memperlemah respon-respon yang tidak diharapkan (yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong remajaanak untuk melakukan kegiatan yang sama” (Syamsu Yusuf, 2011:190).

Pola tingkah laku seorang remaja bisa terpengaruh

hanya karena dia melihat (observasi)suatu obyek. Ketika

seseorang melihat obyek tersebut, seseorang menjadikan

obyek tersebut contoh untuk ditiru dalam tingkah lakunya.

6) Perspektif Psikoanalisis

(52)

saluran-saluran yang secara sosial dapat diterima. Contonhnya, insting agresif dapat disalurkan ke dalam kegiatan kreatif:seni musik atau drama” (Syamsu Yusuf, 2011:191).

Pada periode anak usia 13–15 tahun atau dikenal

dengan sebutan remaja awal. Pada periode ini

remajaterbebas dari masalah-masalah yang berkaitan

dengan masalah sosial dan insting seksual. pada

perkembangan ini remaja berusaha untuk mencari solusi

untuk mencapai pada perkembangan ego dan superegonya,

hal ini berhubungan dengan (kreatifitasnya). Bagi seorang

remaja awal yang butuh bimbingan ekstra dari kedua

orang tuanya, sangat diperlukan sekali demi membantu

perkembangannya. Sehingga bagi seorang pendidik sangat

berkesempatan sekali untuk mengajarkannya dalam

belajar membaca Al-Qur’an secara kreatif. sehingga

kesempatan ini harus di gunakan dengan sebaik-baiknya.

a. Kejiwaan Remaja Usia 13-15 Tahun

“Masa anak- anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.Aristoteles (384-322). Menurut pendapat Charlotte Buhler, masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan- dorongan meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan berekplorasi” (zakiah, 1995:50).

Pada periode ini anak mulai berusaha menemukan diri

(53)

pribadi. Kelebihan dan kekurangan dalam dirinya dapat ia

pahami dan dimengerti, sehingga remaja selalu berusaha

untuk mencapai jati dirinya yang sebenarnya.

“Sedangkan menurut pendapat Oswald Kroh, dari masa-menentang pertama sampai pada masa menentang kedua. Disebut pula sebagai masa keserasian atau masa bersekolah. Johan Amos Comenius (1592-1671) anak mulai diajarkan bahasa latin, sebagai bahasa kebudayaan yang dianggap paling kaya dan paling “tinggi” kedudukannya pada saat itu. Bahasa tersebut perlu diajarkan pada anak, agar anak bisa mencapai taraf “beradab” dan berbudaya” (Kartini kartono, 1995:148)

Pada fase ini remaja membutuhkan bimbingan berbahasa.

Karena dalam gaya berbahasanya mencerminkan sikap yang

beradap dan berbudaya. Disisi lain mencerminkan remaja

yang sopan santun dalam bertutur bahasa terhadap orang

dewasa dan juga menumbuhkan pelestarian bagi kebudayaan

dilingkungan masyarakatnya.

(54)

Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul,

karena disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal berkaitan dengan matangnya organ

seks, yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Namun disisi lain dia tahu perbuatan itu dilarang

oleh agama jika belum waktunya dan faktor lainnya adalah

anak ingin berbuat bebas sesuka hatinyatanpa ada yang

mengaturnya, namun anak juga sadar mereka masih dalam

tanggungan orangtuanya.Dan yang kedua adalah faktor

eksternal faktor ini berkaitan dengan pergaulan dengan

lingkungannya. Faktor lingkungan ini cendrung bertentangan

dengan keadaan dirinya, contohnya; temannya yang bertutur

bicara kuarang sopan dan suka menonton film-film yang

berbau porno. Sehingga anak ingin berusaha untuk mengikuti

hal-hal tersebut, namun dia tahu bahwa perbuatan itu

diharamkan oleh agama. sehingga Keadaan ini menjadikan

konflik terhadap diri remaja. Sikap berontak terhadap Tuhan

ketika berhadapan dengan aturan yang dilawannya.

b. Kebutuhan Remaja Terhadap Baca Al-Qur’an

(55)

Pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Allah

yang paling sempurna dari makhluk lainnya,

manusiadilengkapi dengan akal dan pikiran yang tidak

dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan demikian sebagai

manusia yang sehat, seharusnya manusia itu berusaha untuk

menjadi yang lebih pandai atau menjadi manusia yang lebih

baik dalam menggunakan kelebihan yang diberikan oleh

Allah SWT tersebut. Dengan cara segala niat yang diperbuat

oleh dirinya diniatkan karena Allah SWT dan selalu menjaga

kelebihan-kelebihan itu untuk mengabdi kepada-Nya.

Sesuai dengan kedudukan manusia yang mulia itu,

Allah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang sangat

bagus dan seimbang diantara makhluk-makhluknya. Hal ini

ditegaskan dalam kitab suci Al-Qur,an surat At-tin ayat 4:

R R -Ii S -ѷ δRϧ R

‘’sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baiknya”.

(56)

manusia disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial” (Hawi, 2014: 104).

Sehingga dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa

manusia mempunyai potensi-potensi yang dapat

dikembangkan. Dalam pengembangannya manusia perlu

adanya arahan serta pendidikannya yang jelas. Dalam

konteks ini dengan agama hidup manusia bisa terarah, karena

dengan agama hidup manusia akan terarah kepada tujuan

hidupnya yang jelas.

Pada tahap remaja ini tentunya pertumbuhan serta

perkembangan dan potensi yag dimiliki remaja membutuhkan

bimbingan agama yang sangat mendasar. Sehingga dari

pengkajian tersebut remaja membutuhkan

kebutuhan-kebutuhan akan agama. Karena dengan adanya

bimbingan dan arahan agama remaja akan mengenal sang

Tuhannya. Sehingga remaja akan mudah terkontrol dalam

hidupnya, bagaimana dia akan berbuat dan bagaimana dia

akan bertindak tanpa melanggar larangannya. Dengan

demikian remaja akan merasakan nyaman dan tenang dengan

keadaan jiwanya. Karena jiwanya dapat terarah dengan

petunjuk-petunjuk agama yang diberikan oleh Allah SWT

untuk umatnya.

Dalam kaitannya dengan kebutuhan remaja ini Menurut

(57)

kebutuhan-kebutuhan remaja terhadap Agama dapat

tersalurkan melalui unsur-unsur kebutuhan dengan sebagai

berikut:

1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang; kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih. 2. Kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan yang

mendorong manusi mengharapkan adanya perlindungan.

3. Kebutuhan akan rasa harga diri; kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong mansia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain.

4. Kebutuhan akan rasa bebas; kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas, untuk mencapai kondisi dan situasi rasa lega.

5. Kebutuhan akan rasa sukses; kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.

6. Kebutuhan rasa ingin tahu (mengenal); kebutuhan manusia yang selalu meneliti dan menyelidikisesutu.

Dengan demikian akan kesadaran remaja terhadap

perlunya kebutuhan-kebutuhan terhadap agama. Remaja akan

dengan mudah untuk selalu belajar dan selalu berusaha akan

mengkaji ajaran islam lebih dalam lagi. Dengan cara

berusaha untuk belajar membaca kitab suci Al-Qurán yang

telah diturunkan oleh Allah sebagai pentunjuk bagi

hamba-hambanya. Sehingga dengan bisanya membaca

Al-Qur’an dan mengerti akan maknanya, remaja akan tahu

arah dan tujuan kehidupan seorang manusia sebagai hamba

(58)

oleh Nabinya sebagai hamba Allah yang beriman dan

bertaqwa kepada-Nya.

A. Hipotesis

Terdapat perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan Model

Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan di MTs

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang

bertujuan untuk mengetahui komparasi dari persepsi siswa terhadap

penggunaan kedua model tersebut, yaitu antara yang menggunakan

model Tsaqifa dan antara yang menggunakan model Iqro’ dalam belajar

membaca Al-Qur’an, dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa:

“penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti” (Sukmadinata, 2012: 56).

Dengan demikian penulis mengumpulkan data langsung di lapangan

untuk mempelajari kasus secara mendalam dan menganalisa keadaan

yang ada, khususnya tentang perbandingan pembelajaran membaca

Al-Qur’an dengan menggunakan model Tsaqifa di MTs

Muhammadiyah Semanu dengan menggunakan model Iqro’ di MTs

Muhammadiyah Wates Kulonprogo.

Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

(60)

fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan

bukti-bukti di lapangan.

B. Konsep Dan Variabel Penelitian

Menyatakan “variabel adalah obyek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Suharsimi Arikunto,

2006:118). Dalam penelitian ini, Model Tsaqifa merupakan Variabel X

sementara Model Iqro’ merupakan Variabel Y.

C. Populasi Dan Sampel Atau Lokasi Dan Subyek Penelitian

“Populasi adalah sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian” (Saifuddin Azwar, 1998:77). “Sampel

adalah sebagian dari populasi” (Safuddin Azwar, 1998:79). Menurut

catatan adminitrasi peserta didik di MTs Muhammadiyah Semanu

berjumlah 100 dan MTs Muhammadiyah Wates KulonProgo berjumlah

176. Maka, peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi yang ada.

Karena penelitian ini adalah penelitian sampel, maka penulis

mengambil sebagian dari peserta didik siswa dan siswi MTs

Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo.

Suharsimi Arikunto, 2006:26 mengemukakan:

(61)

Dengan berdasarkan itu penelitian ini mengambil sampel sebesar

25% dari 100 peserta didik di MTs Muhammadiyah Semanu dan

mengambil sampel sebesar 25% dari 176 peserta didik di MTs

Muhammadiyah Wates KulonProgo. Maka yang menjadi sampel

penelitian ini adalah sebanyak 30 peserta didik dari kelas dua di MTs

Muhammadiyah semanu dan 40 peserta didik dari kelas dua di MTs

Muhammadiyah Wates KulonProgo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan obyektif sesuai dengan

jenis penelitian, maka digunakan model sebagai berikut:

1. Kuisioner atau Angket

“Angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang ada didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik sampling” (Nasution, 1996: 128).

“kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dari jawaban responden tersebut dapat memperoleh data seperti pendapat dan sikap responden terhadap masalah yang diteliti” (Muhibbin syah, 2006: 151).

model angket ataupun kuisioner bertujuan untuk

memperoleh jawaban dari siswa, berkenaan dengan persepsi

siswa dalam penggunaan model belajar membaca Al-Qur’an

dengan menggunakan model Tsaqifa di MTs Muhammadiyah

Semanu ataupun model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Wates

(62)

pengumpulan data melalui angket yaitu non-probability

sampling.

2. Observasi

“Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2012: 220).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non

partisipatif yakni peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, hanya

berperan mengamati kegiatan saja dan melakukan pencatatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Penggunaan model ini bertujuan untuk memperoleh data

tentang gambaran praktik keberagaman peserta didik di sekolah,

dalam kaitannya siswa belajar membaca Al-Quran dengan

menggunakan model Tsaqifa dan model Iqro’, serta kegiatan

guru dalam mengajarkannya, dan letak geografis sekolahan.

3. Wawancara

“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari pewawancara”

(Sukmadinta, 2012: 155)

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab

lisan secara empat mata, berhadapan muka dan dengan arah

(63)

Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada kepala

madrasah, Guru PAI dan siswa kelas 2 untuk menggali

informasi tentang pembelajaran model Tsaqifa di MTs

Muhammadiyah Semanu dan model Iqro’ di MTs

Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Guna untuk mencari

tingkat kemudahan dan kesulitannya.

E. Metode Analisis Data a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang dimaksud adalah penggunaan data

dengan rumus sehingga akan memberikan kesimpulan terhadap

penelitian yang dilakukan. Adapun teknik analisis kuantitatif dalam

penelitian ini digunakan untuk menganalisis tentang perbedaan

pembelajaran model membaca Al-Qur’an antara model Tsaqifa

dengan model Iqro’ dengan menggunakan rumus : t-test =

t =

SEm  = Standart error perbedaan Mean variabel 1 dan Mean

variabel 2

Adapun untuk menghitung SEm1m2 dengan rumus

2

(64)

2

SEm = standart error Mean variabel 2

Untuk menghitung SEm1, m2 diperlukan rumus :

1

SEm,m2 =

1

N SD

1

SEm,m2 = Standart error Mean variabel 1 dan 2

SD = Standart deviasi

N = jumlah subyek

b. Data Kualitatif, dengan menggunakan analisa diskriptif non statiskik

melalui pola berfikir :

1. Induktif

Yaitu pembahasan yang berangkat dari suatu peristiwa atau

keadaan yang khusus kemudian ditarik suatu generalisasi

yang bersifat umum.

2. Deduktif

Yaitu pembahasan yang berangkat dari suatu peristiwa atau

keadaan yang bersifat umum kemudian ditarik suatu generalisasi

Gambar

Tabel 1Struktur Organisasi
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan bagian

IT Strategy Committee Audit Committee Compen-sation Committee Business Strategy Committee Finance Committee Board of Directors CEO Investment & Services Board (ISB) Value

Tabel 13 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menghafal Siswa Kelas Eksperimen yang Diterapkan Metode Lauhun dan Kemampuan Menghafal Siswa Kelas Kontrol yang Tidak Diterapkan Metode

Menimbang B bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 71 ayat (7) : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil wawancara dengan konselor (guru BK) dan beberapa siswa dalam penelitian pendahuluan menginformasikan bahwa siswa kelas XI SMK PGRI Wonoasri banyak yang belum memiliki

2 3 4 5 Kualitas materi perkuliahan Media/sarana pembelajaran yang tersdia Sistem pembelajaran yang digunakan dosen Mahasiswa bisa memahami materi berdialog dengan

Dalam perekaman data beban puncak pada Gardu Induk Srondol tidak disertakan atau dicantumkan posisi tap, padahal dalam perhitungan arus listrik di sisi primer,