PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN
MTS MUHAMMADIYAH WATES
SKRIPSI
Oleh : ANDANG SUTEJO
20110720127
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL
TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU
DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i) Strata Satu
pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
ANDANG SUTEJO
20110720127
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
ii
Lampiran : 4 eks. skripsi Yogyakarta, 12 Oktober 2016 Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara :
Nama : Andang Sutejo
NPM : 20110720127
Judul :PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN
MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS
MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES
telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.
Wassalamu „alaikum Wr. Wb
Pembimbing
iii
PENGESAHAN
Judul Skripsi
PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL
TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI MTS MUHAMMADIYAH SEMANU
DAN MTS MUHAMMADIYAH WATES
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Andang Sutejo
NPM : 20110720127
telah diunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 26 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang : Rahmawati, M.PSi ( ...) Pembimbing : Drs. Dwi Santosa AB., M.Pd. ( ...) Penguji : Dr. Hj. Akif Khilmiyah,M. Ag ( ...)
Yogyakarta, 26 Desember 2016 Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
iv
MOTTO
يراخبلا هاور
((ه َلعو آْرقْلا مَلعت ْ م ْمكرْيخ
)).
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (Kitab shohih Bukhari, 2000:75)
v
PERSEMBAHAN
Teruntuk :
1.Kedua Orang tuaku yang telah membantu dalam do‟a sehingga skripsi ini bisa diujikan. Mudah-mudahan Allah membalas amal ibadahnya.
2.Mbak Yati yang selalu memberikan do‟a dan motivasinya. Kakak Agung yang telah mendobrak dan mengentong semangat saya, di saat saya lelah
mengerjakan skripsi.
3.Teman-teman seperjuangan angakatan 2011 Jurusan PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
vi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Andang Sutejo
Tempat/ Tanggal lahir : Gunungkidul, 26 Mei 1991 NPM : 20110720127
Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam
Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
“Perbandingan Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates” adalah benar -benar karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang penah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian surat peryataan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 1 Oktober 2016 Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menulis dan menyelesaikan skripsi dengan lancar. Tak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta mereka yang mengemban sunnah-Nya sampai akhir zaman.
Atas limpahan berkat dan karunia Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA
TERHADAP PENGGUNAAN MODEL TSAQIFA DAN MODEL IQRO’ DI
MTS MUHAMMADIYAH SEMANU DAN MTS MUHAMMADIYAH
WATES”
Dalam penyelesaian skripsi ini, tentu penulis mendapat bantuan, dukungan dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
viii
3. Bapak Drs. Dwi Santosa, AB, M.Pd , selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dengan penuh keikhlasan dan telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Segenap Bapak/ Ibu dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan pelayanan yang baik kepada penulis selama masa kuliah.
5. Bapak Budi Santosa, S.Pd, selaku Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah Semanu dan Bapak Drs. Hudayawan Arif, MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo guna penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/ Ibu Guru dan karyawan MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo yang sudi meluangkan waktu untuk berbagi informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini, serta telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis melakukan penelitian.
ix
8. Bapak Yatino dan Ibu Sini tercinta yang selalu memberikan dukungan dan do‟a kepada penulis sehingga penulis selalu memiliki motivasi yang tiada habisnya untuk menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman angkatan 2011 Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menemani perjalanan kuliah dan sudi berbagi ilmu selama masa kuliah.
10. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT menerima amalan serta memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Aamiin
Dengan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan waktu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 2014 Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA DINAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Sistematika Pembahasan ... 6
xi
B. Kerangka Teoritik ... 10
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42
B. Konsep dan Variabel Penelitian ... 43
C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 44
E. Metode Analisis Data ... 46
BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran MTs Muhammadiyah Semanu 1. Letak Geografis ... 48
2. Gambaran singkat ... 48
3. Profil Sekolah ... 49
4. Sejarah singkat ... 50
5. Visi dan Misi ... 51
6. Tujuan ... 51
7. Struktur organisasi ... 52
8. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 52
xii
2. Gambaran singkat ... 60
3. Profil Sekolah ... 61
4.Sejarah singkat ... 61
5.Visi dan Misi ... 64
6.Tujuan ... 64
7.Struktur organisasi ... 64
8.Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 65
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PersepsiSiswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo ... 71
B.Analisis Perbandingan PersepsiSiswa terhadap Penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro‟ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo ... 95
BAB VI : PENUTUP A.Kesimpulan ... 104
B.Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Struktur organisasi MTs Muhammadiyah Semanu... 52
Tabel 2: Daftar Guru dan Karyawan MTs Muhammadiyah Semanu ... 53
Tabel 3: Keadaan Siswa MTs Muhammadiyah Semanu ... 55
Tabel 4: Keadaan sarana dan fasilitas MTs Muhammadiyah Semanu ... 57
Tabel 5: Inventaris MTs Muhammadiyah Semanu ... 57
Tabel 6: Struktur Organisasi MTs Muhammadiyah Wates ... 65
Tabel 7: Daftar Guru dan Karyawan MTs Muhammadiyah Wates ... 66
Tabel 8: Keadaan Siswa MTs Muhammadiyah Wates ... 68
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi siswa terhadap penggunaan cara cepat membaca Al-Qur’an dengan Model Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif kuantitatif. Subyek penelitian merupakan 100 siswa dari MTs Muhammadiyah Semanu dan 176 siswa dari MTs Muhammadiyah Wates dengan populasi sebanyak 276 siswa. Teknik sampling yang digunakan yaitunon-probability samplingdengan mengambil 25% dari populasi. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah rumus t-test.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara persepsi siswa terhadap penggunaan Model Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo, yang diperoleh dari to atau t hitung 3,98 > t tabel pada taraf signifikansi 5% (2,00) dan 1% (2,65). Karena “t” yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu to = 3,98) lebih besar daripada “tt”, maka hipotesis alterntif (Ha) diterima, yaitu ada perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan Model Iqro’ dan Model Tsaqifa di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Islam merupakan agama Allah yang sempurna dan telah disempurnakan. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rosulullah Muhammad SAW sebagai mu’jizat terbesar yang pernah diturunkan. Al-Qur’an diturunkan agar selalu dibaca orang yang masih hidup dan juga agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka. Baik fisik maupun otak dan pikirannya. Satu hal yang pasti bahwa Al-Qur’an memerintahkan membacanya dengan tartil”(idawati dan mahadun, 2006: iv)
Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berjanji bahwa akan
memudahkan siapa saja yang mau mempelajarinya dan itu dapat dilihat
dalam firman-Nya surah Al- Qomar yang dalam satu surah di sebutkan
oleh allah SWT sebanyak empat kali yaitu dalam ayat 17, 22, 32, dan 40
yang ayatnya berbunyi:
uli Rom ꤨlm 팰䘖虀䘖팰lui lϓ ˶lή 䘖D䘖 uDή t䘖x uK䘖N R䘖D䘖ή䘖
“Artinya: Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? “ (Departemen Agama RI, 2006, hal. 423)
Didalam ayat diatas dalam Tafsir Ibnu Katsir ; Dan sungguh, telah
kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang
mau mengambil pelajaran?. “Yaitu kami telah mudahkan cara
membacanya dan kami mudahkan pula cara memahaminya”. (Muhammad
Nasib Ar Rifa’I, 2012: 391). Sedangkan dalam tafsir Al-Qurthubi; “kami
menghafalnya dengan kemudahan. Maka, siapa yang ingin menghafalnya,
niscaya dia akan dibantu” (Ahmad Khotib, 2009: 473).
Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Utsman R.A
dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
′䘖⸷˶䘖〼䘖 䘖DㄲuDή 䘖′˶䘖吠䘖〼 ꤨ䘖m ′i u˴䘖ϣ
“Artinya: Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya”(Ubaid Al Sindy, 2000:75).
Pesan yang terkandung adalah syarat menjadi Muslim terbaik
adalah dengan belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Ilmu pertama kali
yang harus dikaji seorang muslim adalah Al-Qur’an. Belajar dan mengajar
adalah kewajiban setiap orang Islam, baik formal atau non-formal.
“Belajar membaca Al- Qur’an itu sangat penting, sebab Al- Qur’an adalah kitab suci dan pedoman hidup manusia. Siapa yang ingin selamat hidupnya harus mempelajari Al- Qur’an. Caranya dengan membaca Al- Qur’an, memahami serta mengamalkan isinya. Ketika membaca Al- Qur’an hendaknya dengan cara yang baik dan benar” (Ahmad Taswin, 1990:i).
Dalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan yang manfaatnya
sangat besar bagi mereka. Adapun berbagai macam ilmu pengetahuan dan
manfaat tersebut tidak mungkin diperoleh tanpa adanya proses pendidikan
yang panjang. Sehingga bentuk pendidikan dilaksanakan secara formal
dan non-formal. Pendidikan mempunyai peran pokok dalam pembentukan
manusia yang berkepribadian utama. Dalam mempelajari ilmu-ilmu
agama, termasuk juga ilmu Al-Qur’an, dapat juga dijumpai di
ilmu-ilmu agama yaitu Pondok Pesantren, Madrasah Tsanawiyah, dan setiap
lembaga pendidikan mempunyai karakteristik masing-masing dalam
proses pembelajarannya.
Belajar membaca Al-Qur’an sudah seharusnya dimulai sejak usia
dini, yaitu masa kanak-kanak. Dalam ilmu psikologi pada masa ini
terkandung potensi yang sangat besar, sehingga para ahli pendidikan
menyebutnya dengan usia emas (sekolah). Di sekolah dengan adanya
pembelajaran tata cara membaca Al-Qur’an, maka siswa diharapkan
mampu mengaplikasikannya dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan
benar. Dengan cara menggunakan model yang baik dan tepat maka dapat
menunjang keberhasilan proses pengajaran membaca Al-Qur’an. Pada
prinsipnya tidak ada model mengajar yang sempurna dan sesuai dengan
semua pokok pembahasan, namun setiap model mengajar selalu memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian seorang
pengajar harus mempunyai keahlian bagaimana menentukan suatu
pembelajaran yang tepat dan jelas. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar
seorang pengajar harus mengetahui pula tanggapan anak didik dalam
mengikuti pelajaran yang diberikan, sehingga dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa dengan kemampuannya dalam memilih model
mengajar. Namun kenyataanya, selama ini masih banyak
sekolahan-sekolahan yang menggunakan model pengajaran membaca Al-Qur’an
sehingga seringkali muncul kejenuhan-kejenuhan pada siswa dan
pemanfaatan waktu yang cukup lama.
Hal tersebut terlihat pada lemahnya respon para siswa terhadap
rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh seorang pengajar. Siswa tidak
terlalu serius dalam proses belajar membaca ayat Al-Qur’an karena
mereka tidak terlalu tertarik dengan model pembelajaran yang itu-itu saja.
Sehingga cenderung membosankan. Kasus ini tidak bisa dianggap sepele
karena jika terjadi terus-menerus setiap tahunnya maka kejenuhan tersebut
akan mengakibatkan siswa enggan untuk belajar. Hal ini mengindikasikan
bagaimana model pembelajaran mempengaruhi persepsi siswa terhadap
penggunaan model belajar membaca Al-Qur’an.
Kenyataan ini dapat terlihat dari wawancara guru PAI MTs
Muhammadiyah Semanu yang memiliki persepsi bahwa penggunaan
model lama cenderung memakan waktu yang cukup lama sehingga siswa
mudah bosan kemudian guru ini beralih menggunakan model baru dengan
dibarengi cara pengajaran yang baru pula, ternyata model versi baru, ini
sangat berpengaruh sekali dalam membantu pembelajaran membaca
Al-Qur’an terutama dalam penggunaan waktu yang efektif.
Sedangkan wawancara dari guru Al-Qur’an Hadits di MTs
Muhammadiyah Wates Kulonprogo memiliki persepsi bahwa penggunaan
model lama masih kurang efektif terutama dalam penggunaan waktu.
Dengan munculnya model-model baru dengan cara cepat
pendidikan di Indonesia saat ini, diantaranya yaitu : Model Iqro’, Model
Qiro’ati, Model Al- Baghdad, dan Model Tsaqifa. Begitu banyaknya
model yang diciptakan dengan mengikuti perkembangan zaman dan
kebutuhan pada saat ini, maka peneliti tertarik meneliti dua model sebagai
perbandingan yaitu Model Iqro’ dan Model Tsaqifa. Model Iqro’ yang
merupakan model yang populer lebih dahulu atau terlebih dahulu di
terbitkan dari pada model Tsaqifa. Tentunya pengajaran model lama dan
baru sangat berbeda sekali.
Berdasarkan dari perbedaan kedua model pembelajaran tersebut,
maka peneliti tertarik melakukan penelitian perbandingan untuk mencari
perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan kedua model tersebut.
Untuk itu, peneliti mengangkat judul tentang “Perbandingan Persepsi
Siswa Terhadap Penggunaan Model Tsaqifa Dan Model Iqro’ Di MTs
Muhammadiyah Semanu Dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan model
Tsaqifa dan model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs
Muhammadiyah Wates Kulon Progo?
Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk membandingkan persepsi siswa terhadap penggunaan Model
Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs
Muhammadiyah Wates Kulonprogo.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada
para pengajar supaya dapat memilih model pembelajaran baca
Al-Qur’an yang praktis dan efektif. Hasil penelitian ini juga dapat
diterapkan dalam lingkup dunia pendidikan seperti pembelajaran di
sekolah dan TPA.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi
penelitian-penelitian dimasa mendatang sehingga dapat mengembangkan
keilmuan dan pemikiran serta menambah wawasan bagi pengajar dan
pembelajar di sekolah maupun di masyarakat.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini merupakan uraian secara garis
besar dari isi keseluruhan skripsi. Adapun sistematika pembahasan
skripsi adalah sebagai berikut : BAB I berisi pendahuluan, berisikan
tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. BAB
BAB III berisikan: model penelitian. BAB IV berisikan: Gambaran
Umum MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah
Wates Kulonprogo yang meliputi : Letak Geografis, Gambaran
Singkat, sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Tujuan, Struktur Organisasi,
Keadaan Guru, Siswa, dan Kariawan, Sarana dan Prasarana. BAB V
berisikan: Hasil dan pembahasan penelitian. BAB VI Penutup yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka
Fungsi kajian pustaka yaitu untuk mengemukakan hasil- hasil
penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu yang ada hubugannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang telah dilakukan
dan sejauh ini telah peneliti ketahui adalah sebagai berikut :
Skripsi yang ditulis oleh Ecep Rahmat Hidayat jurusan pendidikan
Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negri Sunan kalijaga
Yogayakarta tahun 2010 yang berjudul “penggunaan model Tsaqifa
dalam pembelajaran qira’ah” (Studi Eksperiman pada kelas VIII MTs
Muhammadiyah Wates Kulon Progo)”. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana efektifitas penggunaan model Tsaqifa dalam pembelajaran
Qira’ah pada kelas VIII MTs Muhammadiyah Wates Kulon Progo”. Dari
hasil penelitian eksperimen ini menunjukkan dengan menggunakan model
Tsaqifa dalam pembelajaran Qira’ah pada kelas VIII MTs Muhammadiyah
Wates Kulon Proga secara umum siswa lebih cepat dan mudah mengenal
dan membaca tulisan teks arab. Karena, pada pembelajarannya bertahap
dari yang satu huruf sampai dengan empat huruf dan akhirnya dapat
membaca kalimat (jumlah) dan disertai dengan tulisan latin.
pembelajaran Iqro’ bagi siswa kelas III Min Tirto Salam Kabupaten
Magelang”. Skripsi ini mengungkap tentang bagaimana model Iqro’ untuk
mengatasi membaca Al- Qur’an pada siswa kelas III MIN Tirto Salam
Magelang. Hasil model Iqro’ yang dipakai dengan cara berkelompok
sangat membantu siswa siswi kelas III MIN Tirto dalam pembelajaran
Qur’an. model Iqro’ membuat siswa siswi aktif dalam pembelajaran
Al-Qur’an. Adapun model tersebut telah dapat menghantarkan siswa siswi
dalam belajar membaca Al- Qur’an terbukti dengan sudah meningkat yaitu
3 anak lagi yang sudah dapat menyelesaikan Iqro’ 1 jadi sampai siklus ini
total yang sudah dapat membaca Iqro’ jilid satu (1) adalah 11 anak, yang
belum selesai 5 anak masih pada Iqro’ jilid 1 hal 6, sedangkan 4 anak
sudah selesai Iqro’ jilid 6 hal 11, 4 anak sampai hal 26, 3 anak sampai hal
21.
Skripsi yang ditulis oleh Roheni jurusan pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2013 yang berjudul “Efektivitas Program Aplikasi model Iqro’ Klasik Pada Pembelajaran Al- Qur’an Hadits Siswa Kelas
VII SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini
membahas tentang bagaimana pelaksanaan program aplikasi model Iqro’
klasik pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta dan bagaimana efektivitas program
aplikasi model Iqro’ klasik pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits siswa
Pelaksanaan program aplikasi model Iqro’ Klasik digunakan sebagai lahan
pengenalan awal dalam pembelajaran Al-Qur’an karena didalamnya berisi
kegiatan membaca dan menulis rangkaian huruf hijai’ah yang merupakan
modal awal dalam pembelajaran Al- Qur’an hadits khususnya kelas VII
SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta 2. Kegiatan aplikasi model
Iqro’ klasik di SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta ditinjau dengan
dua segi efektivitas yaitu : segi efektivitas kemampuan membaca Iqro’
dengan segi efektifitas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata
pelajaran Al- Qur’an Hadits.
Berbeda dengan penelitian diatas maka peneliti hendak dilakukan
berfokus pada persepsi siwa terhadap model cara cepat membaca
Al-Qur’an yang berjudul perbandingan persepsi siswa terhadap
penggunaan model Tsaqifa dan model Iqro’ di MTs Muhammadiyah
Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis serta membandingkan
persepsi siswa terhadap penggunaan model Tsaqifa dan model Iqro’ di
MTs Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates
Kulonprogo.
B. Kerangka Teoritik
.Persepsi
a. Pengertian persepsi
inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”. (Slameto, 2010:102)
Persepsi dapat dikatakan sebagai sebuah pandangan dari
hasil pengalaman individu yang di transformasikan melalui panca
indera. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda yang
akan mempengaruhi perbedaan perilaku setiap individu.
“Persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diinterpretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna” (Robbins, 2003:97)
Setiap individu berhasil memperoleh makna/ arti/
pandangan ketika mereka berhasil menganalisa, menginterpretasi,
dan meng-evaluasi setiap pengalaman yang di dapatkan
menggunakan panca indera. Individu akan memperoleh sebuah
persepsi
“Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pengindraan.” (Purwodarminto, 1990: 759)
Persepsi merupakan respon berupa perilaku yang langsung di
jalankan oleh seseorang ketika mereka telah mengetahui sesuatu hal
melalui pengindraan. Untuk itu, perbedaaan persepsi akan membuat
perbedaan perilaku dari setiap orang sebagai hasil dari penyerapan panca
Jadi, persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu hal,
hasil dari pengalaman yang berhasil di analisa, di interpretasikan dan di
simpulkan melalui panca indra setiap individu. Persepsi yang dihasilkan
dari setiap individu berbeda-beda sehingga mempengaruhi perbedaan
sikap dan perilaku.
2. Iqro’.
Pengertian Iqro’
“Iqro’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an yang disusun secara praktis dan sistematis, sehingga memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan membaca Al-Qur’an”( As’ad Humam, 1990: I ).
Model Iqro’ tersusun secara hirerkis. Kenyataan ini terlihat
dari cara penyampaiannya dalam mengenalkan 28 huruf
hijaizahnya dan cara pengajaran penyambungan hurufnya
bertahap demi tahap kemudian dilanjutkan dengan pengamalan
langsung membaca surat-surat pendek. Sehingga model ini
menarik untuk dipelajari karena cara belajarnya yang
berkesinambungan.
“Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkat yang sempurna”(Siti Nadhirah, 2011:31 ).
Dalam penggunaan Model Iqro’, siswa dituntut untuk
paham pada setiap tahap sehingga dapat lanjut pada tahap
sebelumnya, maka siswa akan kesulitan untuk lanjut pada tahap
selanjutnya.
Iqro’ adalah suatu model membaca Al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca, adapun proses
pelaksanaan pembelajaran ini berlangsung melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. “Ath thoriqah bil muhaakah.
Artinya : model pengajaran dengan cara meniru. Ustadz memberikan contoh-contoh bacaan yang benar kemudian menirukannya. Oleh karena itu bagaimanapun juga tingkat kefasihan anak banyak bergantung pada kefasihan ustadz-nya.
2. Ath thoriqah bil musyaafahah.
Artinya: model pengajaran dengan cara anak melihat gerak-gerik bibirnya ustadz dan ustadz juga melihat gerak-gerik bibirnya anak. model ini sangat penting untuk mengajarkan makhrojul huruf.
3. Ath thoriqah bil kalamissyoriih.
Artinya: model pengajaran dengan cara ustadz mempergunakan ucapan yang jelas dan komunikatif. Walaupun dalam buku Iqro’ anak dituntut lebih aktif, namun tidak berarti ustadnya pasif. Ustadz tetap aktif menyimak bacaan anak sambil memberikan motivasi dan komentar- komentar komunikatif.
4. Ath thoriqah bissyualimaqoosyiditta’liimii.
Artinya: model pengajaran dengan cara ustadz mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan anak menjawabnya. Ustadz menunjuk bagian-bagian huruf tertentu dan anak membacanya”(Budiyanto, 1995: 21-23).
Dalam persoalan penerapan Model Iqro’ tidak hanya
menekankan siswa aktif saja melainkan guru sebagai motorik
penggerak bagi siswa, sehingga kefasihan anak dalam belajar
huruf- huruf hijaizah. Dengan demikian model ini sangat jelas
sekali bahwa dalam penerapannya guru dan siswa saling
memperhatikan dimana keluarnya dan bagaimana keluarnya
huruf. Model ini sangat bagus sekali dalam membantu belajar
siswa karena melalui sebagai berikut: pertama, model
pengajaran dengan cara meniru. Kedua, model pengajaran
dengan anak melihat gerak-gerik bibirnya ustad dan ustadzah
juga melihat gerak-gerik bibirnya anak. Ketiga, model
pengajaran dengan cara ustadz mempergunakan ucapan yang
jelas dan komunikatif. Keempat, model pengajaran dengan cara
ustad mengajukan pertanyaan–pertanyaan dan anak
menjawabnya.
Jadi pengertian Iqro’ adalah model belajar membaca
Al-Qur’an yang tersusun secara praktis dan sistematis, dalam
pembahasannya menekankan siswa aktif dan guru sebagai
sumber belajar siswa.
3. Tsaqifa
Pengertian Tsaqifa
Dengan demikian model ini tidak mempersulit bagi siapa
saja untuk belajar bisa cepat membaca Al-Qur’an. Yang tanpa
modal bisa baca huruf hijaizah sama sekali. Dengan demikian
menggunakan model ini mampu membantu pembelajar untuk bisa
cepat baca Al-Qur’an dengan mudah dan cepat. Baik itu dari
kalangan remaja ataupun hingga orang tua yang betul–betul tidak
mampu membaca Al–Qur’an sama sekali. Namun syarat dalam
penerapan model ini harus faham betul tentang Bahasa Indonesia
dan huruf latin. Dengan modal syarat ini maka pembelajaran
model Tsaqifa dapat tersalurkan dengan mudah dan baik.
“Tsaqifa adalah metode cara cepat membaca Al- Qur’an dengan membuat kesan bahwa belajar mengaji itu mudah dan menyenangkan, tidak mengganggu kesibukan lain. Dengan model ini, cukup dengan tujuh setengah jam dapat membaca Al-Qur’an. model ini praktis dan simpel, dengan mengedepankan pembelajaran secara mandiri (Umar Taqwim, 2011: 11)
Selain tidak mempersulit dalam belajarnya model ini juga
membuat kesan bahwa belajar membaca Al-Qur’an itu sangat
mudah dan menyenangkan serta tidak memakan waktu yang
cukup lama, melainkan hanya memakan waktu selama tujuh
setengah jam pertemuan. Sehingga bagi remaja ataupun orang
tua yang sibuk dengan kesibukannya model ini sangat
membantu sekali dalam usaha belajar membaca Al-Qur’an.
Selain itu model ini juga sangat praktis karena model
huruf hijaizahnya dengan menggunakan nama–nama. Maka dari
itu, model ini tidak terkesan membosankan melainkan sangat
menarik dan mudah dipahami, walaupun tanpa adanya
pembimbing model ini juga tidak sulit untuk dipelajari.
“metode ini banyak mengedepankan penggunaan otak sebelah kanan dan menggunakan berbagai analogi-analogi dalam paembelajarannya, sehingga memudahkan murid untuk menerima pelajaran dan tidak membebani (Umar Taqwim( 2007:1).
Dengan model cara cepat membaca Al-Qur’an seperti ini
maka dalam pembelajarannya siswa tidak terbebani dengan
pemikiran- pemikiran yang berat melainkan dapat belajar
dengan mudah dan menyenangkan. Dalam penggunan otak
sebelah kanan yang mengedepankan manfaat seni ataupun
kreatifitas seseorang, maka model ini sangat membantu para
siswa dalam usaha motivasi belajarnya. Selain itu dengan
penggunaan analogi–analogi (perumpamaan), maka dalam usaha
belajarnya siswa akan sangat membantu sekali dalam
penangkapan memorinya yang akan dapat dengan mudah selalu
diingatnya.
Jadi, jika ditinjau dari perngertian diatas pengertian model
Tsaqifa adalah model alternatif cara cepat membaca Al-Qur’an
bagi kalangan yang terlambat belajar ataupun ketinggalan, yang
4. Model Iqro’ Dan model Tsaqifa a. Model Iqro’.
Dalam pelaksanaan dengan menggunakan model Iqro’, Model
Iqro’ memberikan petunjuk tahap–tahap penjelasannya sampai
dengan enam jilid pembahasan, serta dilengkapi dengan petunjuk
pengajaran dan pembelajarannya per-jilid, dari jilid 1 sampai
dengan jilid 6.
Dengan demikian akan kami terangkan petunjuk tahap–tahap
pembahasan:
1) Jilid 1
Petunjuk mengajar jilid I
1. “Sistem
a. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran.
b. Privat. Penyimakan secara seorang demi seorang, sedang bila secara klasikal, ada buku khusus “Iqro’ Klasikal” yang dilengkapi dengan peraga. c. Asistensi. Setiap santri yang lebih tinggi
pelajrannya diharap membantu menyimak santri lain.
2. Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak komentar. 3. Sekali huruf dibaca betul, tidak boleh/jangan diulang
lagi.
4. Bila santri keliru panjang- panjang dalam membaca huruf, maka guru harus dengan tegas memperingatkan (seBAB yang betul dengan pendek-pendek) dan membacanya agar diputus- putus, bila perlu ditekan.
6. Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah, maka sebelum dikuasai benar, jangan naik kejilid berikutnya. Sedangkan jika kemampuannya maksimal tetap belum fasikh, maka sementara boleh: (sya) lebih diarahkan ke bunyi SIA dari pada (SA), (dho) lebih diarahkan ke bunyi dho kendor dari pada keliru DO, do lebih diarahkan kebunyi dha dibaca dengan bibir agak maju, qo lebih diarahkan kebunyi ko daripada keliru kho. Jadi bisa naik ke pelajaran dua dengan “her” pada huruf- huruf tertentu.
7. Bagi santri yang betul- betul menguasai dan, sekiranya mampu berpacu dalam menyelesaikan belajarnya maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak utuh sehalaman.
8. Untuk ebta, sebaiknya ditentukan guru pengujinya” (Assad Humam: 2000: 4).
Dari petunjuk pengajaran diatas model ini
mengarahkan bahwa penggunaan model Iqro’ dalam cara
cepat membaca Al-Qur’an. Model ini menekankan siswa
aktif dan guru sebagai sumber belajar siswa, artinya
kefasihan guru dalam melafatkan huruf-huruf arab
menentukan kefasihan santrinya dalam menghafal
huruf-huruf arab.
Pada pembahasan ini, kajiannya membahas tentang
huruf-huruf fathah secara terpisah. Jadi kajian ini
memudahkan siswa untuk menghafal huruf arab ataupun
mempelajarinya. Dan bagi siswa yang sudah paham atau
lancar dalam belajarnya boleh di loncat-loncat
pengajarannya kehalaman berikutnya. Namun sebaliknya,
apabila belum lancar dalam menghafal harus
dilanjutkan ke halaman berikutnya. Sehingga, model ini
benar-benar menekan kedisiplinan dalam belajarnya.
2) Jilid 2
Petunjuk mengajar jilid 2
a. Pentunjuk mengajar jilid 1 nomer 1, 2, 3, 4, 5, dan 8 masih berlaku untuk jilid 2 ini.
b. Bila pada pelajaran yang lalu ada “her” pada huruf-huruf tertentu, maka dalam mempelajari jilid 2 ini, bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf yang “her” tersebut.
c. Mengenai judul-judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu menerangkan. Umpama: ini Ba di muka, ini Ba di tengah, ini Ba di akhir. SeBAB biasanya santri faham bisa membacanya. Jadi guru hanya menyimak saja.
d. Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara panjangnya boleh lebih 2 harokat. Yang penting harus jelas beda mana yang pendek dan mana yang panjang.
e. Membacanya tetap dengan putus- putus saja yaitu walaupun hurufnya bersambung.
f. Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri cendrung keliru baca panjang, yang semestinya satu harokat, maka membacanya agar dirangkai saja dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang (yang mestinya pendek) guru cukup meneggur “mengapa dibaca panjang”? dan bila santri keliru baca pendek (yang seharusnya dibaca panjang) guru cukup menegur pula “mengapa dibaca pendek”?. (As’ad Humam, 1990:2).
Petunjuk pembelajaran jilid dua ini mengarahkan
bahwa pada jilid 1 nomer 1,2,3,4,5,6,7,8 masih berlaku
untuk jilid dua, artinya huruf-huruf yang mudah untuk
dihafal dilakukan pengembangan dalam bentuk perubahan
begitu memudahkan pemahaman bagi siswa. Namun
walaupun hurufnya tetap disambung-sambungkan,
membacanya tetap juga dibaca secara putus-putus. Dengan
begitu, siswa mampu membedakan mana bacaan pendek
dan mana bacaan panjang.
3) Jilid 3
petunjuk mengajar jilid 3
a. Petunjuk mengajar jilid 1 nomer 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomer 4 dan 6 masih berlaku untuk jilid 3 ini.
b. Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena sambil mengingat ingat huruf didepannya, maka tegurlah dengan “membacanya putus- putus saja ?” dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak terpikir.
c. Guru tidak boleh memberi contoh satu kalimat yang menimbulkan anak ingin meniru irama maupun igin meniru lancarnya si Guru. Bila hal ini terjadi santri akan terbebani berpikir membacakalimat- kalimat yang panjang, sehingga mem,bacanya banyak kesalahan (panjang, pendek, mengulang- ulang, dsb), sedangkan pedoman mengajar santri hanya diajak berpikir perhuruf atau dua/tiga huruf (bila menemuyi bacaan mad/idghom, dsb).
d. Bila santri mengulang- ulang bacaan (karena sambil berfikir bacaan di depannya). Sebagai contoh: wamaa dibaca berulang- ulang, maka tegurlah dengan: wamaa ada berapa? SeBAB pedomannya sekali dibaca betul tidak boleh diulang. (As’ad Humam, 2000: 2).
Pada pentunjuk mengajar jilid 3, guru diarahkan
cukup memberi peringatan pada siswa khususnya dalam
melafalkan kesalahan huruf arab ataupun cukup
sangat fatal dalam membacanya. Dan guru tidak boleh
memberikan contoh satu kalimat yang menimbulkan
irama terbaru pada muridnya karena murid akan merasa
terbebani untuk menirunya.
4) Jilid 4
petunjuk mengajar jilid 4
Pada jilid 4, guru mengenalkan dan membedakan
tanda baca huruf fathah, kasroh, dlommah,sukun, dan
fathah tanwin, kasroh tanwin, dlommah tanwin. Serta
bacaan huruf qolqolah. Dalam pengenalan huruf qolqolah
boleh di baca dengan kata BAJU DI THOQO.
5) Jilid 5
petunjuk mengajar jilid 5
Petunjuk mengajar jilid 1 nomer 1234578 dan jilid 2 nomer 6, jilid 3 nomer 3 dan jilid 4 nomer 3 masih berlaku untuk jilid 5 ini.
1. Halaman 23 adalah surat al- mu’minun ayat 1-11 sebaiknya santri dianjurkan menghafalkan. Syukur dengan artinya.
2. Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedang lainnya menyimak.
3. Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idghom, ikhfa’ dsb. Yang penting secara praktis betul bacaannya.
Untuk petunjuk guru pada jilid 5, dalam usaha
pengajarannya,guru memberikan kebebasan pada
siswanya dalam belajarnya. Yaitu bagi siswa yang sudah
lancar membacanya boleh dilakukan secara
berkelompok dan bacanya secara bergilir (tadarus).
6) Jilid 6
petunjuk mengajar jilid 6
1. Petunjuk jilid 1 nomer 1,2,3,4,5,7,8 dan jilid 2 nomer 6, jilid 3 nomer3, 4 dan jilid 4 nomer 3 serta jilid 5 nomer3, 4. Semuanya tetap berlaku pada jilid 6 ini.
2. Materi halaman EBTA ini sebiknya dihafalkan, syukur dimengerti terjamahnya.
3. Walaupun telah menginjak jilid 6 ini, pedoman membaca “pelan pelan asal benar” tetap berlaku. Jadi tak apalah andaikata ada santri yang membacanya sangat lamban/tersendat-sendat/seperti banyak saktah atau terhenti. Asalkan setiap yang dibaca itu betul semuanya, maka yang penting adalah benar.
4. Santri jangan diajarai dengan bacaan berlagu walaupun dengan irama murottal.
5. Mengenai pelajaran tanda waqof, disederhanakan dan pengenalannya disatuykan di awal (halaman 21).
Pedoman pengajaran pada jilid 5 ini. Guru sebaiknya
memberikan keluasan siswa untuk usaha belajarnya.
Artinya bagi siswa yang masih terbata-bata atau belum
lancar dalam membacanya boleh dilanjutkan kehalaman
berikutnya, namun harus dengan satu syarat bahwa yang
membacanya itu benar semuanya. Sehingga dengan cara
seperti ini untuk kelancaran siswa dalam membacanya
boleh dilakukan secara bertahap demi tahap dengan cara
tadarrusan.
b. Pembelajaran Tsaqifa
Dalam pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan
model Tsaqifa, model ini memberikan sebuah petunjuk praktis
tahap -tahap pembelajarannya yang secara berkesinambungan.
Tahap-tahap pembahasannya tersebut mencangkup sampai dengan
9 BAB tahap pembahasannya. BAB pertama: pengenalan 18 huruf
hijaiyah dan perubahannya. BAB kedua: pengenalan 10 huruf
hijaiyah dan perubahannya. BAB ketiga: pengenalan tanda baca
fathah, kasroh dan dhommah. BAB keempat: pengenalan
harokat/tanda baca tanwin. BAB kelima: pengenalan bacaan
panjang (Mad). BAB keenam: pengenalan harokat sukun (bacaan
mati). BAB ketujuh: pengenalan huruf dobel (tasydid). BAB
kedelapan: latihan membaca Al-Qur’an. BAB kesembilan; tajwid
pengajarannya dan pembelajarannya per BAB. Jadi model ini
tanpa ada guru yang membimbingnya mudah untuk dipelajari.
Dengan demikian akan kami terangkan petunjuk BAB I
sampai BAB VIIII tahap-tahap pembahasannya:
1) Pembahasan BAB I (pengenalan 18 huruf hijaiyah dan
perubahannya).
Petunjuk pembahasan
iS R R R R R R R R R R R R R R R R
1. Huruf-huruf tersebut adalah huruf-huruf yang konsonnanya sama dengan huruf latin yang memungkinkan dipadukan menjadi kata- kata, sehingga terbentuk kalimat- kalimat yang mudah untuk diingat.
1. NA - MA SA - YA MA – LA RO – SA 2. KA – TA WA – JA TO – KO SO –
FA A –DA BA – HA – YA
2. Kemudian kalimat tersebut dipecah menjadi beberapa kata yang terbagi kedalam lima halaman.
3. Setiap huruf akan ditampilkan bentuk perubahannya dan posisinya.
4. Kemudian juga akan ditampilkan perpaduan huruf-huruf hijaiyah, dari perpaduan dua huruf, tiga huruf kemudian empat huruf.
Dalam pembahasannya untuk pengenalan huruf
hijaizah dikenalkan dengan nama-nama/istilah.
Seperti NA-MA SA-YA MA-LA RO-SA KA-TA
WA-JA TO-KO SO-FA A-DA-BA-HA-YA. Jadi bagi
guru yang pertama adalah mengajak siswa untuk
menghafalnya dan selanjutnya guru memberi tahu siswa
huruf-huruf hijaizah tersebut secara satu persatu.
2) pembahasan BAB II (pengenalan 10 huruf hijaiyah dan
perubahannya)
Petunjuk pembahasan BAB II
A i Ι R 즈 썈 ′ 뻨 ύ R
1. Huruf- huruf terebut adalah huruf yang konsannanya tidak sama dengan huruf latin, karena itu, pendekatannya berbeda, tidak dengan merangkainya menjadi sebuah kalimat (seperti BAB I).
Akan tetapi dengan pendekatan: a. Kesamaan bentuk huruf
b. Posisi tempat keluarnya huruf serta tempat-tempatnya.
c. Menganalogikn huruf dengan sesuatu yang mudah diingat.
2. Penampilan cara pengucapan huruf, perubahan bentuk serta posisinya.
3. Setiap perpaduan huruf selalu ditulis dengan dua versi, versi terpisah dan bersanbung. Hal untuk memudahkan siswa membedakan huruf asli dengan bentuk perubahannya. (Umar Taqwim, 2010 : 20).
Untuk pembahasan petunjuk ini tidak disesuaikan
dengan BAB 1 yang menggunakan kalimat-kalimat, akan
pelafatan keluarnya huruf tersebut. Sehingga memudahkan
bagi guru untuk mengajarkannya.
3) pembahasan BAB III (pengenalan harokat/tanda baca fathah,
kasroh dan dhommah)
Petunjuk Pembahasan
1. Kata lembaga yang telah diketahui siswa adalah modal efektif untuk mengenal harokat fathah, kasroh dan dhommah.
2. Kata lembaga yang telah berharokat fathah kemudian diubah menjadi harokat kasroh dan dhommah.
NA MA SA YA MA LA RO SA...
NI MI SI YI MI LI RI
SI...
NU MU SU YU MU LU RU SU...
3. Penampilan semua perubahan bentuk huruf, harokat dan posisinya. Hal ini memudahkan siswa untuk membedakan perubahan huruf serta harokatnya (Taqwim, 2010: 24).
Untuk BAB III mengkaji pengenalan perubahan
harokat/tanda baca huruf hijaizah. Harokat/tanda baca
tersebut adalah Fathah, Kasroh, dan Dhommah. Cara
pengenalannya adalah dengan cara 28 huruf hijaizah
yang sudah disusun oleh model Tsaqifa. Huruf yang
semula dibaca NA-MA SA-YA MA-LA RO-SA
KA-TA WA-JA TO-KO SO-FA A-DA BA-HA-YA.,
kemudian diganti dengan tanda baca kasroh; NI-MI
SI-YI MI-LI RI-SI KI-TI WI-JI TI-KI SI-FI I-DI
BI-HI-YI. selanjutnya huruf fathah dan kasroh diganti
RU-SU KU-TU WU-JU TU-KU SU-FU U-DU
BU-HU-YU.
4) Petunjuk pembahasan BAB IV (pengenalan harokat/tanda
baca tanwin)
Petunjuk pembahasan
1. Siswa diajak untuk menganalisa perubahan harokat, dari fathah ke fathatain, kasroh ke kasrotain dan dhommah ke dhommatain.
2. Perpaduan dua huruf yang sama tetapi beda harokat. Ditulis dengan dua versi terpisah dan bersambung. Ini untuk memudahkan siswa memahami serta membedakan antara harokat biasa dan tanwin.
3. Dianjurkan siswa membaca huruf-huruf yang bersambung saja kecuali jika terpaksa karena ada beberapa huruf yang lupa (Taqwim: 2010: 28).
Pada pembahasan BAB 5. Tahap ini akan
diperkenalkan dengan harokat/tanda baca bacaan tanwin.
Serta cara baca dengan penyambungan hurufnya.
5) pembahasan BAB V (pengenalan bacaan panjang (MAD)
petunjuk pembahasan
1. Siswa diajak untuk menganalisa perubahan bentuk serta bacaan. Dari bacaan yang dibaca pendek kebacaan yang dibaca panjang.
2. Perpaduan tiga huruf yang sama tetapi beda harokat. Ditulis dengan dua versi, terpisah dan bersambung. Ini memudahkan siswa untuk memahami serta membedakan antara harokat biasa, tanwin dan bacaan panjang.
3. Siswa dianjurkan membaca huruf-huruf yang bersambung saja kecuali terpaksa karena ada beberapa huruf yang lupa (Taqwim, 2010: 33).
Pada tahap ini siswa diperkenalkan dari
kemudian di beri tanda baca yang berbeda seperti
bacaan tanwin dan tanda baca panjang (MAD).
6) Pembahasan BAB VI (Pengenalan Harokat Sukun/Bacaan
Mati)
Petunjuk Pembahasan
1. Semua huruf hijaiyah yang mati dipaparkan lengkap dengan konsanan huruf latinnya kemudian dipaparkan penerapannya.
2. Setiap huruf diiringi dengan beberapa contoh secukupnya adalah sebagai sarana latihan membaca, sehingga siswa terbiasa dan tahu fungsi daripada harokat sukun.
3. Pembahasannya terbagi menjadi empat huruf-empat huruf. Setiap pembahasan disertai latihan dari potongan ayat yang ada bacaan mati. Dan setiap kali terdapat bacaan huruf mati, huruf tersebut adalah huruf yang telah dibahas dipembahasan sebelumnya. (Tawim, 2010: 38).
Pada pembahasan BAB ini akan dikenalkan dengan
tanda baca sukun/huruf mati, serta perubahan hurufnya dan
cara bacanya.
7) Pembahasan BAB VII (Pengenalan Huruf Dobel/Tasydid)
a. Petunjuk Pembahasan
1. Pemaparan contoh yang disertai dengan huruf latin, memberi kemudahan serta kejelasan bagi siswa.
2. Pendekatan beruntun yang dimulai dari huruf hidup kehuruf mati kemudian kehuruf dobel. Hal ini dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk membedakan fungsi dari setiap harokat/tanda baca.
Tanda baca tasydid artinya tanda baca huruf dobel.
Cara membacanya ada dua huruf, pertama huruf dimatikan
dan kedua huruf dihidupkan. Contohnya seperti tabel diatas.
ANNA cara bacanya adalah huruf dimatikan AN dan
huruf dihidupkan NA jadi bacanya ANNA, bacaan
TADDA cara bacanya adalah pertama huruf dimatikan
TAD dan huruf dihidupkan DA jadi cara bacanya adalah
TADDA, JARRO pertama huruf dimatikan bacanya JAR
kemudian huruf dihidupkan RO.
8) Pembahasan BAB VIII (Latihan Membaca Al – Qurán )
“Untuk latihan membaca Al- Qurán pada BAB ini, tidak diawali dengan latihan membaca surat-surat pendek seperti Al-Fatihah, An- Naas, Al – Falak dan Al – ikhlas, akan tetapi langsung latihan membaca surat An-Naba juz ketiga puluh (30).
Hal ini memang disusun demikian, karena apabila latihan membacanya di mulai dari surat Al-fatihah, sudah bisa dipastikan siswa akan lancar membacanya, ia akan mengandalkan memoriyang telah dimiliki dan mengabaikan materi yang telah dipelajari. Akan tetapi bila latihan membacanya dimulai dari surat An-naba’kemungkinan kecil ia telah menghafalkannya dan ketika memberi surat tersebut, ia tidak akan mengandalkan memori hafalannya dan yang diandalkan adalah materi-materi yang telah dipelajarinya.
Untuk itu hal pertama kali yang harus diperhatikan siswa dalam latihan membaca adalah sebagai berikut:
1.Bacalah 2 atau 3 huruf dulu dengan diulang-ulang, bila telah lancar, lanjutkan 2 atau 3 huruf berikutnya hingga lancar. Lakukan hal serupa pada bacaan ayat-ayat yang lain.
3.Abaikan sementara, istilah-istilah tajwid ( idzhar, ikhfa’, ghunnah dll. ) fokuskan pada pelancaran huruf-huruf bersambung yang telah dikenal. 4.Setelah kira-kira dirasa sudah cukup menguasai
huruf-huruf bersambung yang dirangkai dalam satu ayat, silakan mempelajari tajwid secara bertahap, tanpa harus mengenal istilah-istilah/ nama-nama hukumnya” (Taqwim, 2010: 51).
Pada pembahasan BAB VIII sudah dimulai dengan
membaca bacaan kitab suci alqur’an. Cara bacanya dimulai
dengan membaca surat juz 30, namun cara mulai bacanya
bukan dari surat yang pendek namun dimulai dari surat
An-Naba, surat yang paling panjang kemudian menuju
pendek, dengan demikian membaca surat yang paling rumit
ketika membaca surat yang paling pendek otomatis sudah
lancar dalam membacanya.
9) Petunjuk pembahasan BAB VIIII (Tajwid Terapan model
Tsaqifa)
keterangan Cara
membaca contoh sesudahnya Bila ada Huruf
Pada pembahasan BAB VIIII siswa diajak belajar
hukum-hukum tajwid/hukum bacaan Al-Qur’an terapan model
Huruf-huruf yang tidak dibaca (dianggap tidak ada), Cara
melafadzkan kalimat Alloh, Cara membaca huruf yang di[antulkan
(Qolqolah), Bacaan sengau, Cara membaca huruf diakhir kalimat
(Waqof), Cara membaca nun sukun dan tanwin, bacaan panjang
(mad).
4. Remaja Usia 13 – 15 Tahun
a.Pengertian Remaja
Tahap remaja merupakan segmen perkembangan
individu yang sangat penting, yang diawali dengan
matangnya organ- organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi.
“Menurut Konopka (pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal : 12 – 15 tahun : (b) remaja madya : 15 – 18 tahun , dan remaja akhir 19 – 22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependece) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat – minat seksual, perenungan diri, dan perhatian orang terhadap estetika dan isu – isu normal” (Samsu Yusuf, 2011:184).
Pendapat diatas sesuai dengan perkembangan remaja
pada saat ini, karena pada fase umur 12 – 22 tersebut
perkembangan seseorang akan terlihat sangat lebih jelas, baik
dari segi jasmani, rukhaniah ataupun dari segi kognitifnya.
Perkembangan jasmani, rukhaniah dan kognitifnya ini akan
tersebut. Dia akan mengenal lawan jenis secara mendalam,
sosial, budaya maupun berfikir kritis terhadap sesuatu yang ia
liat maupun yang dia alami sendiri.
Dalam mengkaji remaja ini, ada beberapa tinjauan
maupun pendapat dari para ahli agar kita lebih mengenal
perkembangan seorang remaja.
1) Perspektif Biososial
Perspektif ini memfokuskan kajiannya pada
hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman
sosial. Tokoh – tokohnya adalah G. Stanley Hall dan
Roger Barker.
a) “G. Stanley Hall menyakini melalui mekanisme evolusi, remaja dapat memperoleh sifat – sifat tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis.
b) Roger Barker berpendapat bahwa karena pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perolehan sifat – sifat yang diterima anak, maka pertumbuhan fisik seseorang menentukan pengalaman sosialnya” (Syamsu Yusuf, 2011: 185).
2) Perspektif Relasi Interpersonal
Sehingga periode remaja ini perlu adanya
pengarahan dari orang dewasa agar sianak itu sendiri dapat
berteman dengan orang baik (sholeh/sholihah) yang dapat
mengingatkan dia ketika berbuat salah dan selalu
mengajak dalam menjaga ibadahnya.
3) Perspektif Sosiologis dan Antropologis
“Perspektif ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja” (Syamsu Yusuf, 2011:187).
Prilaku seorang remaja paling bayak dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan sekitarnya
Contohnya: disekolahan,masyarakat dan lingkungan luar
lainnya dan juga faktor bawaan juga ikut berperan dalam
pembentukan karakter seorang remaja.
4) Perspektif Psikologis
“Teori-teori psikologis mengkaji hubungan antara
mekanisme penyelesaian psikologis dengan
kondisi-kondisi sosial yang memfasilitasinya
(mempengaruhinya)” (Syamsu Yusuf, 2011:188).
Apabila remaja berhasil memahami dirinya,
peran-perannya, dan makna hidup beragama, maka dia
akan menemukan jati dirinya, dalam artian dia akan
apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan,
kekacauan ataupun kepercayaan dirinya. Suasana
kegagalan tersebut berdampak kuranjg baik bagi remaja.
Dia cendrung kurang dapat menyesuaikan dirinya, baik
terhadap dirinya maupun orang lain.
5) Perpektif Belajar Sosial
“Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku sosial-antisosial anak atau remaja. Dalam hal ini bandura telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh respon baru ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah laku model dapat memperkuat atau memperlemah respon-respon yang tidak diharapkan (yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong remajaanak untuk melakukan kegiatan yang sama” (Syamsu Yusuf, 2011:190).
Pola tingkah laku seorang remaja bisa terpengaruh
hanya karena dia melihat (observasi)suatu obyek. Ketika
seseorang melihat obyek tersebut, seseorang menjadikan
obyek tersebut contoh untuk ditiru dalam tingkah lakunya.
6) Perspektif Psikoanalisis
saluran-saluran yang secara sosial dapat diterima. Contonhnya, insting agresif dapat disalurkan ke dalam kegiatan kreatif:seni musik atau drama” (Syamsu Yusuf, 2011:191).
Pada periode anak usia 13–15 tahun atau dikenal
dengan sebutan remaja awal. Pada periode ini
remajaterbebas dari masalah-masalah yang berkaitan
dengan masalah sosial dan insting seksual. pada
perkembangan ini remaja berusaha untuk mencari solusi
untuk mencapai pada perkembangan ego dan superegonya,
hal ini berhubungan dengan (kreatifitasnya). Bagi seorang
remaja awal yang butuh bimbingan ekstra dari kedua
orang tuanya, sangat diperlukan sekali demi membantu
perkembangannya. Sehingga bagi seorang pendidik sangat
berkesempatan sekali untuk mengajarkannya dalam
belajar membaca Al-Qur’an secara kreatif. sehingga
kesempatan ini harus di gunakan dengan sebaik-baiknya.
a. Kejiwaan Remaja Usia 13-15 Tahun
“Masa anak- anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.Aristoteles (384-322). Menurut pendapat Charlotte Buhler, masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan- dorongan meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan berekplorasi” (zakiah, 1995:50).
Pada periode ini anak mulai berusaha menemukan diri
pribadi. Kelebihan dan kekurangan dalam dirinya dapat ia
pahami dan dimengerti, sehingga remaja selalu berusaha
untuk mencapai jati dirinya yang sebenarnya.
“Sedangkan menurut pendapat Oswald Kroh, dari masa-menentang pertama sampai pada masa menentang kedua. Disebut pula sebagai masa keserasian atau masa bersekolah. Johan Amos Comenius (1592-1671) anak mulai diajarkan bahasa latin, sebagai bahasa kebudayaan yang dianggap paling kaya dan paling “tinggi” kedudukannya pada saat itu. Bahasa tersebut perlu diajarkan pada anak, agar anak bisa mencapai taraf “beradab” dan berbudaya” (Kartini kartono, 1995:148)
Pada fase ini remaja membutuhkan bimbingan berbahasa.
Karena dalam gaya berbahasanya mencerminkan sikap yang
beradap dan berbudaya. Disisi lain mencerminkan remaja
yang sopan santun dalam bertutur bahasa terhadap orang
dewasa dan juga menumbuhkan pelestarian bagi kebudayaan
dilingkungan masyarakatnya.
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul,
karena disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan matangnya organ
seks, yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Namun disisi lain dia tahu perbuatan itu dilarang
oleh agama jika belum waktunya dan faktor lainnya adalah
anak ingin berbuat bebas sesuka hatinyatanpa ada yang
mengaturnya, namun anak juga sadar mereka masih dalam
tanggungan orangtuanya.Dan yang kedua adalah faktor
eksternal faktor ini berkaitan dengan pergaulan dengan
lingkungannya. Faktor lingkungan ini cendrung bertentangan
dengan keadaan dirinya, contohnya; temannya yang bertutur
bicara kuarang sopan dan suka menonton film-film yang
berbau porno. Sehingga anak ingin berusaha untuk mengikuti
hal-hal tersebut, namun dia tahu bahwa perbuatan itu
diharamkan oleh agama. sehingga Keadaan ini menjadikan
konflik terhadap diri remaja. Sikap berontak terhadap Tuhan
ketika berhadapan dengan aturan yang dilawannya.
b. Kebutuhan Remaja Terhadap Baca Al-Qur’an
Pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling sempurna dari makhluk lainnya,
manusiadilengkapi dengan akal dan pikiran yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan demikian sebagai
manusia yang sehat, seharusnya manusia itu berusaha untuk
menjadi yang lebih pandai atau menjadi manusia yang lebih
baik dalam menggunakan kelebihan yang diberikan oleh
Allah SWT tersebut. Dengan cara segala niat yang diperbuat
oleh dirinya diniatkan karena Allah SWT dan selalu menjaga
kelebihan-kelebihan itu untuk mengabdi kepada-Nya.
Sesuai dengan kedudukan manusia yang mulia itu,
Allah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang sangat
bagus dan seimbang diantara makhluk-makhluknya. Hal ini
ditegaskan dalam kitab suci Al-Qur,an surat At-tin ayat 4:
R R -Ii S -ѷ δRϧ R
‘’sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baiknya”.
manusia disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial” (Hawi, 2014: 104).
Sehingga dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa
manusia mempunyai potensi-potensi yang dapat
dikembangkan. Dalam pengembangannya manusia perlu
adanya arahan serta pendidikannya yang jelas. Dalam
konteks ini dengan agama hidup manusia bisa terarah, karena
dengan agama hidup manusia akan terarah kepada tujuan
hidupnya yang jelas.
Pada tahap remaja ini tentunya pertumbuhan serta
perkembangan dan potensi yag dimiliki remaja membutuhkan
bimbingan agama yang sangat mendasar. Sehingga dari
pengkajian tersebut remaja membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan akan agama. Karena dengan adanya
bimbingan dan arahan agama remaja akan mengenal sang
Tuhannya. Sehingga remaja akan mudah terkontrol dalam
hidupnya, bagaimana dia akan berbuat dan bagaimana dia
akan bertindak tanpa melanggar larangannya. Dengan
demikian remaja akan merasakan nyaman dan tenang dengan
keadaan jiwanya. Karena jiwanya dapat terarah dengan
petunjuk-petunjuk agama yang diberikan oleh Allah SWT
untuk umatnya.
Dalam kaitannya dengan kebutuhan remaja ini Menurut
kebutuhan-kebutuhan remaja terhadap Agama dapat
tersalurkan melalui unsur-unsur kebutuhan dengan sebagai
berikut:
1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang; kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih. 2. Kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan yang
mendorong manusi mengharapkan adanya perlindungan.
3. Kebutuhan akan rasa harga diri; kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong mansia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain.
4. Kebutuhan akan rasa bebas; kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas, untuk mencapai kondisi dan situasi rasa lega.
5. Kebutuhan akan rasa sukses; kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.
6. Kebutuhan rasa ingin tahu (mengenal); kebutuhan manusia yang selalu meneliti dan menyelidikisesutu.
Dengan demikian akan kesadaran remaja terhadap
perlunya kebutuhan-kebutuhan terhadap agama. Remaja akan
dengan mudah untuk selalu belajar dan selalu berusaha akan
mengkaji ajaran islam lebih dalam lagi. Dengan cara
berusaha untuk belajar membaca kitab suci Al-Qurán yang
telah diturunkan oleh Allah sebagai pentunjuk bagi
hamba-hambanya. Sehingga dengan bisanya membaca
Al-Qur’an dan mengerti akan maknanya, remaja akan tahu
arah dan tujuan kehidupan seorang manusia sebagai hamba
oleh Nabinya sebagai hamba Allah yang beriman dan
bertaqwa kepada-Nya.
A. Hipotesis
Terdapat perbedaan persepsi siswa terhadap penggunaan Model
Tsaqifa dan Model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Semanu dan di MTs
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang
bertujuan untuk mengetahui komparasi dari persepsi siswa terhadap
penggunaan kedua model tersebut, yaitu antara yang menggunakan
model Tsaqifa dan antara yang menggunakan model Iqro’ dalam belajar
membaca Al-Qur’an, dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa:
“penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti” (Sukmadinata, 2012: 56).
Dengan demikian penulis mengumpulkan data langsung di lapangan
untuk mempelajari kasus secara mendalam dan menganalisa keadaan
yang ada, khususnya tentang perbandingan pembelajaran membaca
Al-Qur’an dengan menggunakan model Tsaqifa di MTs
Muhammadiyah Semanu dengan menggunakan model Iqro’ di MTs
Muhammadiyah Wates Kulonprogo.
Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan
bukti-bukti di lapangan.
B. Konsep Dan Variabel Penelitian
Menyatakan “variabel adalah obyek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Suharsimi Arikunto,
2006:118). Dalam penelitian ini, Model Tsaqifa merupakan Variabel X
sementara Model Iqro’ merupakan Variabel Y.
C. Populasi Dan Sampel Atau Lokasi Dan Subyek Penelitian
“Populasi adalah sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian” (Saifuddin Azwar, 1998:77). “Sampel
adalah sebagian dari populasi” (Safuddin Azwar, 1998:79). Menurut
catatan adminitrasi peserta didik di MTs Muhammadiyah Semanu
berjumlah 100 dan MTs Muhammadiyah Wates KulonProgo berjumlah
176. Maka, peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi yang ada.
Karena penelitian ini adalah penelitian sampel, maka penulis
mengambil sebagian dari peserta didik siswa dan siswi MTs
Muhammadiyah Semanu dan MTs Muhammadiyah Wates Kulonprogo.
Suharsimi Arikunto, 2006:26 mengemukakan:
Dengan berdasarkan itu penelitian ini mengambil sampel sebesar
25% dari 100 peserta didik di MTs Muhammadiyah Semanu dan
mengambil sampel sebesar 25% dari 176 peserta didik di MTs
Muhammadiyah Wates KulonProgo. Maka yang menjadi sampel
penelitian ini adalah sebanyak 30 peserta didik dari kelas dua di MTs
Muhammadiyah semanu dan 40 peserta didik dari kelas dua di MTs
Muhammadiyah Wates KulonProgo.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan obyektif sesuai dengan
jenis penelitian, maka digunakan model sebagai berikut:
1. Kuisioner atau Angket
“Angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang ada didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik sampling” (Nasution, 1996: 128).
“kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dari jawaban responden tersebut dapat memperoleh data seperti pendapat dan sikap responden terhadap masalah yang diteliti” (Muhibbin syah, 2006: 151).
model angket ataupun kuisioner bertujuan untuk
memperoleh jawaban dari siswa, berkenaan dengan persepsi
siswa dalam penggunaan model belajar membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan model Tsaqifa di MTs Muhammadiyah
Semanu ataupun model Iqro’ di MTs Muhammadiyah Wates
pengumpulan data melalui angket yaitu non-probability
sampling.
2. Observasi
“Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2012: 220).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non
partisipatif yakni peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, hanya
berperan mengamati kegiatan saja dan melakukan pencatatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Penggunaan model ini bertujuan untuk memperoleh data
tentang gambaran praktik keberagaman peserta didik di sekolah,
dalam kaitannya siswa belajar membaca Al-Quran dengan
menggunakan model Tsaqifa dan model Iqro’, serta kegiatan
guru dalam mengajarkannya, dan letak geografis sekolahan.
3. Wawancara
“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari pewawancara”
(Sukmadinta, 2012: 155)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab
lisan secara empat mata, berhadapan muka dan dengan arah
Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada kepala
madrasah, Guru PAI dan siswa kelas 2 untuk menggali
informasi tentang pembelajaran model Tsaqifa di MTs
Muhammadiyah Semanu dan model Iqro’ di MTs
Muhammadiyah Wates Kulonprogo. Guna untuk mencari
tingkat kemudahan dan kesulitannya.
E. Metode Analisis Data a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang dimaksud adalah penggunaan data
dengan rumus sehingga akan memberikan kesimpulan terhadap
penelitian yang dilakukan. Adapun teknik analisis kuantitatif dalam
penelitian ini digunakan untuk menganalisis tentang perbedaan
pembelajaran model membaca Al-Qur’an antara model Tsaqifa
dengan model Iqro’ dengan menggunakan rumus : t-test =
t =
SEm = Standart error perbedaan Mean variabel 1 dan Mean
variabel 2
Adapun untuk menghitung SEm1m2 dengan rumus
2
2
SEm = standart error Mean variabel 2
Untuk menghitung SEm1, m2 diperlukan rumus :
1
SEm,m2 =
1
N SD
1
SEm,m2 = Standart error Mean variabel 1 dan 2
SD = Standart deviasi
N = jumlah subyek
b. Data Kualitatif, dengan menggunakan analisa diskriptif non statiskik
melalui pola berfikir :
1. Induktif
Yaitu pembahasan yang berangkat dari suatu peristiwa atau
keadaan yang khusus kemudian ditarik suatu generalisasi
yang bersifat umum.
2. Deduktif
Yaitu pembahasan yang berangkat dari suatu peristiwa atau
keadaan yang bersifat umum kemudian ditarik suatu generalisasi