S K R I P S I
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL PADA PERUSAHAAN REAL
ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH :
CHRISTINA ULINA
0 7 0 5 0 3 2 0 7
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Real Estate dan Property yang
Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah
dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
untuk progaram S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,benar,
apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Maret 2011 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan Real Estate Dan Property
Yang Terdaftar di BEI”, disusun dalam dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama penyususnan skripsi ini saya telah memperoleh bimbingan,
dorongan semangat, nasehat, dan bantuan baik secara moril maupun materil dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si, Ak. selaku Ketua Progarm studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam proses
bimbingan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Bapak
Drs. Sucipto MM, Ak. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran kepada peneliti.
6. Kedua orang tua saya yang terkasih, Drs. Musa Mahdi Sinuraya dan Dra.
Meriahna Carlia Depari yang telah senantiasa melimpahkan doa, cinta dan
kasih sayangnya serta kedua saudara saya Patricia Hatita Sinuraya dan
Jeremia Jepta Sinuraya yang selalu memberikan doa dan dukungannya
kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya.
Medan, Maret 2011 Peneliti,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial. Variabel yang diuji adalah kepemilikan saham, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 dan 2009.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Dari 43 anggota populasi, diperoleh 20 perusahaan sampel sebagai objek penelitian selama 2 tahun pengamatan dengan 40 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dan laporan keuangan konsolidasi perusahaan yang dipublikasikan melalui website dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial, sedangkan kepemilikan saham,
leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
ABSTRACT
The purposes of this research is to know the factors influence of social disclosure. The variables that tested are the common stock, leverage, firm size, and profitability. The research is on real estate and property company that listed on Indonesian Common Stock Exchange between 2008 and 2009.
Sampling method that used is purposive sampling. From 43 members of population, there are 20 sample companies as research objects for 2 years observation with 40 unit analysis. Data that used in this research is annual report and consolidated financial statment from each company that published on website
The result of this research shows that common stock, leverage, firm size, and profitability have not influence simultaneously toward the comprehensiveness of social diclosure. Partially, there is only profitability has significant positive influence toward of sosial disclosure, but this test showed that common stock, leverage and profitability have not influence toward of social disclosure .
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT...v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ... ...7
C. Tujuan Penelitian...7
D. Manfaat Penelitian...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan...9
2. Tujuan Pengungkapan Sosial...11
3. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan...12
4. Pelaporan Informasi Sosial...13
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...18
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual...21
2. Hipotesis Penelitia...23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...24
B. Populasi dan Sampel Peneli...24
C. Jenis dan Sumber Data...26
D. Metode Pengumpulan Data...27
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...27
F. Metode Analisis Data...31
G. Jadwal Penelitian...36
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian...37
B. Statistik Deskriptif...37
C. Analisis Hasil Penelitian...39
1. Uji Normalitas...40
2. Uji Multikolinearitas...42
3. Uji Autokorelasi.../...43
4. Uji Heterokedastisitas...44
3. Uji Parsial (t-test) ...50
4. Uji Simultan (f-test) ...52
E. Pembahasan Hasil Penelitian...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...56
B. Keterbatasan Penelitian...57
C. Saran...57
DAFTAR PUSTAKA...59
DAFTAR TABEL
Kategori dalam corporate sustainability reporting...10
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu...20
Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel...25
Defenisi Operasional dan Pengukuran variabel...30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Kerangka Konseptual ...
Histogram ...
Grafik P-Plot ...
Scatterplot ... 21
40
41
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul
Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Real Estate dan Property ...61
Lampiran 2 Kriteria Pengungkapan Sosial ... 63
Lampiran 3 Perhitungan Indeks Pengungkapan Sosial 2008-2009 ... 64
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial. Variabel yang diuji adalah kepemilikan saham, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 dan 2009.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Dari 43 anggota populasi, diperoleh 20 perusahaan sampel sebagai objek penelitian selama 2 tahun pengamatan dengan 40 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dan laporan keuangan konsolidasi perusahaan yang dipublikasikan melalui website dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial, sedangkan kepemilikan saham,
leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
ABSTRACT
The purposes of this research is to know the factors influence of social disclosure. The variables that tested are the common stock, leverage, firm size, and profitability. The research is on real estate and property company that listed on Indonesian Common Stock Exchange between 2008 and 2009.
Sampling method that used is purposive sampling. From 43 members of population, there are 20 sample companies as research objects for 2 years observation with 40 unit analysis. Data that used in this research is annual report and consolidated financial statment from each company that published on website
The result of this research shows that common stock, leverage, firm size, and profitability have not influence simultaneously toward the comprehensiveness of social diclosure. Partially, there is only profitability has significant positive influence toward of sosial disclosure, but this test showed that common stock, leverage and profitability have not influence toward of social disclosure .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena
pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah
negara terhadap pihak luar maupun pihak di dalam negeri. Pengembangan
perekonomian nasional suatu negara tidak terlepas dari pengembangan pasar
modal di dunia internasional. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan seperti
keharusan melakukan pengungkapan bagi perusahaan publik, perlindungan
terhadap investor, nilai pemegang saham dalam bentuk tata kelola perusahaan
(coorporate governance), untuk meningkatkan kualitas dari pasar modal sebuah
negara serta menarik para investor. Dengan keberpihakan perusahaan terhadap
pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber alam
dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia.
Aktivitas perusahaan memberi dampak negatif dan positif bagi lingkungan
internal perusahaan seperti karyawan dan lingkungan eksternal perusahaan seperti
investor, kreditur dan masyarakat yang diungkapkan dalam laporan tahunan.
Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian
yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak
sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi
perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak
memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini
disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal
yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik.
Pentingnya pengungkapan sosial perusahaan (corporate social disclosure)
berkaitan dengan adanya kontrak (perjanjian) sosial (social contract). Perusahaan
senatiasa dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada tiga garis dasar,
yaitu aspek ekonomi, memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan
masyarakat lokal dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan
balik dari eksploitasi terhadap sumber daya alam (Siagian, 2010:50). Kasus
pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont, Kasus Free Port (1967) di kabupaten
Fakfak propinsi Papua, PT Kaltim Prima Coal (pertambangan terbesar batu bara)
dan Unocal (minyak) yang beroperasi sejak tahun 1970-an di daerah Marangkayu
Kutai Timur, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bojong (2002), Lapindo di
Sidoarjo serta demonstrasi para karyawan akibat ketidakadilan perusahaan di
berbagai kota merupakan fenomena riil yang memiliki dampak besar terhadap
lingkungan dan kehidupan masyarakat (Wibisono,2007). Hal tersebut
membuktikan bahwa mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate
Social Responsibility) akan berakibat pada munculnya berbagai masalah yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. Kondisi tersebut
Di Indonesia pada dasarnya pelaporan nonkeuangan ini secara umum telah
terakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1
tentang Penyajian Laporan Keuangan, pada paragraf 09 (IAI, 2009) dinyatakan
bahwa :
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan. Akibatnya yang terjadi di dalam praktik
perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan
mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka
memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial.
Menurut Pearce dan Robinson (2008:70) “tanggung jawab sosial
perusahaan adalah gagasan bahwa suatu perusahaan memiliki tugas untuk
melayani masyarakat sekaligus kepentingan keuangan pemegang sahamnya”.
Pada umumnya, pihak luar sering kali menuntut agar klaim pihak dalam
diletakkan di bawah kepentingan masyarakat. Sedangkan pihak dalam cenderung
berpendapat bahwa klaim pihak luar yang saling bersaing harus saling
diseimbangkan dengan cara sedemikian rupa sehingga melindungi misi
perusahaan.
Meskipun pengungkapan sosial atau CSR tidak diwajibkan untuk
informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel, serta tata kelola perusahaan
yang semakin baik (good corporate governance) mengharuskan perusahaan untuk
melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela, seperti pengungkapan mengenai
aktivitas sosial dan lingkungan. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai
sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak
masyarakat untuk hidup aman, tenteram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan
mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi (Anggraini, 2006).
Di Indonesia, regulasi mengenai kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan
beserta laporannya diatur oleh Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. UndangUndang tersebut mewajibkan perseroan yang bidang
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (pasal 74 ayat 1) serta
menyampaikan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dilaporan tahunan perseroan (pasal 66 ayat 2). Fenomena yang terjadi pada
kenyataannya masih ada perusahaan yang tidak melakukan pelaporan tanggung
jawab sosialnya di setiap periodenya. Hal ini disebabkan karena di dalam regulasi
tersebut tidak terdapat sanksi tegas. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa
regulasi bukanlah faktor penentu dalam mempengaruhi perusahaan publik untuk
menyampaikan pengungkapan informasi sosialnya dalam laporan tahunan, untuk
itu perlu dikaji lebih jauh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengungkapan tanggungjawab sosial.
sosial, sebaliknya tidak ditemukan hubungan antara laba dengan pengungkapan
informasi sosial. Siagian (2010:14) menemukan bahwa ada tiga asas pokok yang
harus diperhatikan pelaku usaha dalam tanggungjawab sosial perusahaannya,
yaitu :
1. Perusahaan harus memberikan perhatian penuh pada pengembangan fungsi-fungsi ekonomi masyarakat.
2. Pengembangan perlu menyadari eksistensi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat setempat dengan segala perubahan yang terjadi pada nilai-nilai tersebut.
3. Perusahaan perlu menyadari tentang pentingnya keprihatinan kepada keadaan lingkungan dan gaji pekerja yang wajar, pemecahan masalah kemiskinan, dan pembangunan pedesaan.
Sehingga perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi pada saat sekarang
dibandingkan laba di masa depan. Supaya perusahaan dapat menyajikan laba yang
lebih tinggi, maka perusahaan harus mengurangi biaya-biaya yang kurang efektif.
Penelitian Sembiring (2005) menemukan bahwa size, profile dan ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial
perusahaan, namun tidak menemukan pengaruh signifikan antara profitabilitas
dan leverage dengan pengungkapan sosial. Anggraini (2006) menemukan
hubungan signifikan antara persentase kepemilikan manajemen dan tipe industri
terhadap pengungkapan informasi sosial, namun tidak berhasil membuktikan
pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap kebijakan
pengungkapan informasi sosial. Marpaung (2010) menemukan bahwa
pengungkapan sosial hanya dipengaruhi oleh financial leverage, namun tidak
menemukan pengaruh ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, profitabilitas,
Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan variabel
independen ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas menjadi motivasi bagi
peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mereplikasi beberapa
penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
penambahan variabel independen kepemilikan saham oleh masyarakat umum
(publik) dengan alasan minat masyarakat yang semakin meningkat untuk
berpartisipasi dalam pembelian saham milik perusahaan terbuka (Tbk) di BEI.
Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode 2008 dan 2009. Alasan dalam pemilihan jenis perusahaan karena
populasi ini belum pernah digunakan oleh penelti sebelumnya. Peneliti juga ingin
mengetahui sejauh mana perusahaan real estate dan property menunjukkan
tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi
sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunannya. Selain itu
dikarenakan krisis keuangan di Amerika Serikat tahun 2008 yang bermula dari
krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak
yang signifikan terhadap perekonomian dunia, termasuk sektor real estate dan
property di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti lebih lanjut
dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial
III. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemilikan saham berpengaruh terhadap pengungkapan
sosial pada perusahaan real estate dan property di BEI?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan sosial pada
perusahaan real estate dan property di BEI?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan sosial
pada perusahaan real estate dan property di BEI?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sosial pada
perusahaan real estate dan property di BEI?
5. Apakah kepemilikan saham, leverage, ukuran perusahaan dan
profitabilitas memiliki pengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan sosial yang diungkapkan pada perusahaan real estate
dan property di BEI?
IV. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
kepemilikan saham terhadap pengungkapan sosial.
2. Untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
3. Untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
profitabilitas terhadap pengungkapan sosial.
4. Untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sosial.
5. Untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
kepemilikan saham, leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan
secara simultan terhadap pengungkapan sosial.
B. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini:
1. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber
informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya serta dapat
memberikan kontribusi pada pembuktian implementasi teori.
2. Bagi peneliti sendiri, sebagai bahan masukan apabila dimintai
pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi perusahaan publik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya dan interaksinya dengan stokeholders, yang melebihi tanggung jawab
organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Menurut Pearce dan Robinson
(2008:72) tanggung jawab sosial terdiri atas:
a.Tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities) yang dimana tugas manajer sebagai agen dari pemilik perusahaan, untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
b.Tanggung jawab hukum (legal responsibilities) mencerminkan kewajiban perusahaan untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktivitas bisnis.
c. Tanggung jawab etika (ethical responsibilities) mencerminkan gagasan perusahaan mengenai perilaku bisnis yang benar dan layak.
d. Tanggung jawab diskersi (discretionary responsibilities) merupakan tanggung jawab yang secara sukarela diambil oleh suatu bisnis yang mencakup hubungan masyarakat, kewargaan yang baik, dan tanggung jawab sosial perusahaan secara penuh.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang
disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan
mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja
organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sustainability reporting harus menjadi dokumen
Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan
sektor industrinya.
Darwin (2004) mengatakan bahwa “Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja
sosial”. Pembagian Corporate Sustainability Reporting menurut Darwin dapat
dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Kategori dalam Corporate Sustainability Reporting menurut Darwin
Kategori Aspek
Kinerja Ekonomi Pengaruh ekonomi secara langsung
Pelanggan, pemasok, karyawan, penyedia modal dan sektor publik
Kinerja Lingkungan Hal-hal yang terkait dengan lingkungan
Bahan baku, energi, air, keanekaragaman hayati (biodiversity), emisi, sungai, dan sampah, pemasok, produk dan jasa, pelaksanaan, dan angkutan
Kinerja Sosial
Praktik Kerja Keamanan dan keselamatan tenaga kerja, pendidikan dan
training, kesempatan kerja
Hak manusia Strategi dan manajemen, non diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja di bawah umur, kedisiplinan, keamanan, dll.
Sosial Komunitas, korupsi, kompetisi dan penetapan harga Tanggung jawab
terhadap produk
Kesehatan dan keamanan pelanggan, iklan yang peduli
Model atau pola Corporate Social Responsibility (CSR) yang umum
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia (Irawan, 2004) melalui empat
model berikut:
a. Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
c. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga/organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.
Dengan demikian, seharusnya perusahaan tidak hanya menyadari kalau
kegiatan operasionalnya mempunyai dampak terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitarnya, tetapi sejak awal sudah memasukkan tujuan pertanggungjawaban
sosial di dalam tujuan perusahaannya.
2. Tujuan Pengungkapan Sosial
Secara umum tujuan pengungkapan sosial atau CSR adalah menyajikan
untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda. Tenaya
(2005:13) menyatakan tujuan pengungkapan sosial dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam.
b.Tujuan informatif merupakan tujuan yang yang diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan penggunaan laporan keuangan.
c.Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju.
3. Pengungkapan Informasi dalam Laporan Tahunan
Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai
sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan
(annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen
perusahaan dalam setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non
keuangan perusahaan yang berguna bagi pihak stokeholders untuk menganalisis
kondisi perusahaan pada periode tersebut. Pengungkapan informasi (Information
disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan
untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien. Dalam interpretasi yang
lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi baik yang terdapat dalam
laporan keuangan maupun komunikasi tambahan (supplementary communication)
yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan,
Alasan utama mengapa suatu pengungkapan diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan keputusan
investasi. Berkaitan dengan keputusan investasi, investor memerlukan tambahan
informasi yang bersifat non keuangan. Informasi yang dimuat dalam laporan
tahunan ini lebih dikenal dengan istilah pengungkapan laporan tahunan atau
annual report disclosure. Pengungkapan dapat berkaitan dengan laporan
keuangan utama, dan dengan yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan,
contohnya analisis manajemen dan ramalan atas operasi perusahaan di tahun
mendatang (Sudarmadji, 2007:54).
Tujuan pengungkapan menurut Securities Exchange Commision (SEC) dikategorikan menjadi dua yaitu propective disclosure yang dimaksudkan sebagai
upaya perlindungan terhadap investor dan informative disclosure, yang bertujuan
memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan (Wolk, Francis, Dan
Tearay dalam Utomo, 2000).
4. Pelaporan Informasi Sosial
Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan
bisnis dan masyarakat dalam rangka untuk mendefinisikan kembali peran dan
tugas perusahaan dari ekonomi murni menuju ke institusi ekonomi sosial [Dierkes
& Antal (1986), dalam Mangos & Lewis (1995)]. Mangos & Lewis (1995)
mengatakan perlunya paradigma sosial-ekonomi untuk menganalisis pemilihan
praktik akuntansi oleh manajemen. Dengan analisis ini maka akan dapat
sosial-ekonomi dan hubungannya dengan nilai perusahaan, termasuk bagaimana
manajemen akan mengambil keputusan terkait pengungkapan informasi sosial.
Pelaporan informasi dalam pengungkapan sosial perusahaan yang sering
juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social
accounting atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab
organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk
menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang
saham.
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan
sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan
minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Adapun
pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan
untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut.
Pengungkapan sosial perusahaan bersifat sukarela (voluntary disclosure)
diungkapkan oleh perusahaan secara sukarela tanpa diharuskan oleh standar yang
ada. Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial masih belum memiliki standar
timbulnya variasi luas pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan
masing-masing perusahaan.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial
a. Kepemilikan Saham
kepemilikan saham adalah kekuasaan seseorang atau suatu kelompok
yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sejumlah saham
yang dimiliki secara eksklusif terhadap suatu perusahaan dan menggunakannya
untuk tujuan pribadi. Kepemilkan saham ini dilihat dari presentase jumlah saham
yang dimiliki masyarakat (publik) di dalam perusahaan tersebut. Semakin besar
kepemilikan saham oleh publik dalam suatu perusahaan, maka semakin besar pula
tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
Presentase jumlah saham ini dapat dilihat dalam Annual Report.
b. Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2008:113). Di sisi lain
leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham.
Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya
suatu utang. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada
Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus
menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal
kerja dan ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat
leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan
melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan
laba sekarang lebih tinggi (Anggraini,2006). Supaya laba yang dilaporkan tinggi
maka manajer harus mengurangi biaya-biaya lain termasuk biaya untuk
mengungkapkan informasi sosial.
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran atas suatu perusahaan baik
dari segi aset maupun unsur lainnya seperti jumlah tenaga kerja. Perusahaan besar
merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan. Teori agensi dalam Marpaung (2010) menyatakan bahwa semakin
besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar.
Untuk mengurangi biaya keageenan tersebut, perusahaan akan cenderung
menngungkapkan informasi yang lebih luas.
Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja
dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk
memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan semakin besar. Hal ini berarti
d. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu
(Kasmir,2008:114). Di sisi lain dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk menghasilakan laba atau profit dalam upaya meningkatakan nilai pemegang
saham. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan
dalam Marpaung (2010), yaitu : return of equity, return on assets, earning per
share, net profit dan operating ratio.
Variabel profitabilitas dalam penelitain ini mengggunakan Return on
Asset (ROA). ROA adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan aktiva
untuk mengukur tingkat pengembalian investasi total. Return on asset merupakan
ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Menurut Donovan dan Gibson (2000) dalam Marpaung (2010):
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Sembiring (2005) yang melakukan
penelitian pengaruh size perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan
komisaris dan leverage pada perusahaan publik yang tercatat di BEI terhadap
karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggungjawab sosial. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, profile dan ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan sosial perusahaan, namun
tidak menemukan hubungan antara profitabilitas dan leverage dengan
pengungkapan sosial. Dan secara simultan keseluruhan variabel independen
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial.
Anggraini (2006) yang meneliti pengaruh presentase kepemilikan
manajemen, tingkat leverage, tipe industri, biaya poltis dan profitabilitas terhadap
pengungkapan sosial pada perusahaan menufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara persentase
kepemilikan manajemen dan tipe industri terhadap pengungkapan informasi
sosial, namun tidak berhasil membuktikan pengaruh ukuran perusahaan, leverage
dan profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial.
Marpaung (2010) yang melakukan penelitian pengaruh struktur
kepemilkan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan financial
leverage terhadap pengungkapan sosial pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI. Hasil penelitiaanya menemukan bahwa pengungkapan informasi sosial
ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap
Tabel 2.2
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Metode
Analisis Tercatat di Bursa Efek
Jakarta
Variabel independen penelitian terdiri dari size perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris dan leverage.
Analisis Regresi Berganda
Hasil penelitian secara simultan, tingkat pengaruh variabel independen yaitu size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris dan leverage mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara parsial, tiga variabel, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Anggraini Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Variabel independen penelitian terdiri dari persentase kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan, tingkat leverage, tipe industri, biaya politis dan profitabilitas
Analisis Regresi Berganda
Variabel persentase kepemilikan manajemen dan tipe industri yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial
Marpaung
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, maka kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Diolah oleh peneliti, 2011.
Variabel independen penelitian adalah kepemilikan saham, leverage, ukuran
perusahaan dan profitabilitas dan variabel dependen adalah pengungkapan sosial.
Berbagai penelitian seperti Hackston dan Milne (1996), dan Sembiring (2005) Kepemilikan Saham X1
Leverage X2
Ukuran Perusahaan X3
Pengungkapan Sosial
(Y)
Profitabilitas X4
H1
H2
H3
H4
H5
menemukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
sosial. Hal ini dikaitkan dengan pendapat bahwa perusahaan besar merupakan
emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebaliknya Roberts (1992) , Anggraini (2006) dan Marpaung (2010) tidak
menemukan hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial.
Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar
kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi, salah satunya dengan
mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk pengungkapan informasi sosial.
Penelitian Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) juga menunjukkan adanya
pengaruh negatif antara leverage dengan pengungkapan sosial.
Profitabilitas dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan
laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi
sosial yang lebih luas. Sebaliknya, seperti dinyatakan oleh Donovan dan Gibson
(2000) dalam Marpaung (2010) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan sosial perusahaan. Hal ini didukung dengan argumentasi bahwa
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan perusahaan. Pendapat ini sejalan dengan penelitian
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono:2006). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka
konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Kepemilikan saham berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
H2: Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sosial .
H5: Kepemilikan saham, leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono:2006:115).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai dengan
tahun 2009 yang terdiri atas 43 perusahaan.
Menurut Erlina (2008:75) “sampel adalah bagian dari populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik “pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu” (Erlina, 2008:83). Adapun yang menjadi
kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI dan
2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan yang lengkap
dan telah diaudit selama tahun 2008-2009.
3. Perusahaan tersebut menyajikan laporan tahuan (annual report)
yang lengkap selama tahun 2008-2009.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, maka diperoleh 20 sampel
perusahaan real estate dan property dengan 40 unit analisis (20 x 2 tahun) yang
dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel
No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
Gowa Makassar Tourism Development
Tbk √ √ √ 9
Tabel 3.1 (Lanjutan)
(Kridaperdana Indahgraha) Tbk √ √ X
26 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ X
New Century Development (Putra
Surya Perkasa) Tbk √ √ X ID/Default.aspx didownload pada tanggal 3 September 2010
C. Jenis dan Sumber Data
gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data
yang melibatkan urutan waktu (time series)”. Data yang digunakan merupakan
data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan
keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten
(BEI & ICMD). Data dapat diperoleh dengan cara mengunduh situs
www.idx.co.id
D. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa
laporan keuangan perusahaan pertambangan yang dipublikasikan dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan cara mendownload dari situs
dengan periode pengamatan dan dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD).
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen
(terikat) dan variabel independen (bebas) .
1. Variabel dependen
Variabel dependen menurut Sugiyono (2006:3) adalah “variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Variabel
perusahaan. Penghitungan pengungkapan sosial akan dilakukan sesuai dengan
kategori informasi sosial menurut Darwin (2004).
Pendekatan untuk menghitung pengungkapan sosial dalam laporan tahunan
ini pada dasarnya diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu pendekatan
dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 (satu)
jika diungkapkan, dan nilai 0 (nol) jika tidak diungkapkan Haniffa et al, (2005).
Kemudian skor yang didapat dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Setelah itu dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan indeks pengungkapan tanggungjawab sosial dari setiap
sampel. Rumus perhitungan indeks Pengungkapan Tanggung jawab Sosial
(Corporate Social Responsibility Index) berdasarkan Haniffa et al, (2005) diukur
melalui rumus sebagai berikut :
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj : Jumlah item perusahaan j, nj ≤ 78
Xij : dummy variable: 1 = jika item diungkapkan; 0 = jika item i tidak
2. Variabel Independen
Variabel independen menurut Sugiyono (2006:3) adalah “variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
yang akan diuji pengaruhnya terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan
pengungkapan informasi sosial yaitu: a.Kepemilikan saham, b.Leverage, c.ukuran
perusahaan, d. Profitabiltas.
a. Kepemilikan Saham (X1)
Kepemilkan saham yang dilihat dari presentase jumlah saham yang dimiliki
masyarakat umum di dalam laporan tahunan perusahaan tersebut. Presentase
jumlah saham ini dapat dilihat dalam Annual Report.
b. Leverage (X2)
Leverage menunjukkan struktur pendanaan perusahaan. Diukur dengan
rasio utang atas aktiva. Rumus untuk menghitung leverage sebagai berikut:
Leverage =
Aktiva Total
Kewajiban Total
c. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran atas suatu perusahaan
baik dari segi aktiva maupun unsur lainnya seperti jumlah tenaga kerja. Diukur
yang dilakukan dalam penelitian Hackston & Milne (1992). Total aktiva tersebut
dalam milyaran bahkan triliyunan rupiah, hingga perlu disederhanakan untuk
mendapatkan data yang lebih mudah untuk dihitung. Total aktiva akan
ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural dengan cara:
Size = Log Natural (Total Aktiva)
d. Profitabilitas (X4)
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari kegiatan operasinya. Profitabilitas diukur melalui Return on Asset
(ROA) dengan rumus sebagai berikut:
ROA =
Ringkasan defenisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian
ini disajikan dalam tabel 3.2
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Simbol Defenisi Pengukuran Skala
1. Pengungkapan Sosial Y Informasi sosial yang diungkapkan perusahaan di dalam laporan tahunannya.
Diberi nilai:
1=jika diungkapkan. 0=jika tidak diungkapkan
Nominal
2. Kepemilikan Saham X1 Banyaknya jumlah saham yang dimiliki publik
Persentase jumlah saham Rasio
3. Leverage X2 Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Total kewajiban Total Aktiva
Rasio
4. Ukuran Perusahaan X3 Besarnya perusahaan Total Aktiva dalam logaritma natural
Rasio
5. Profitabilitas X4 Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya
Laba Bersih Setelah Pajak/ Total Aktiva
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda dan menggunakan software SPSS (Statistik Product and
Service Solution) peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum
melakukan pengujian hipotesis penelitian.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih
dahulu model tersebut diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau
tidak. Asumsi klasik merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi.
Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang
meliputi : Uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan dalam tahap awal dalam metode pemilihan
analisis data. Jika data normal digunakan uji parametik dan jika data tidak
normal digunakan non parametik atau treatment agar data normal. Tujuan
uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam bentuk
distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data peneliti
mengggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila probabilitas > 0,05 ,
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi
multikolienaritas pasa suatu model dapat dilihat yaitu jika nilai variance
inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang
dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolienaritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, hal
ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah
autokorelasi relatif tidak terjadi.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut:
1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi;
2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi;
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas dan
jika berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedasitas, menurut Ghozali
(2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada
pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur, maka telah terjadi heterokedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik-titik yang menyebar maka tidak terjadi
heterokedasitas.
Selain dengan melihat grafik Scatterplot, terjadi atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilihat dari uji statistik. Penelitian ini
menggunakan Uji Glejser untuk mendeteksi terjadinya heterokedastisitas.
Uji Glejser ini mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual
terhadap variabel independen. Jika variabel independen signfikan secara
statistik terhadap variabel dependen (signifikansi < 0,05), maka ada
indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen tidak
signifikan secara statistik terhadap variabel dependen (siginifikansi > 0,05)
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Model regresi untuk menguji hipotesis tersebut dinyatakan dengan
bentuk persamaan sebagai berikut:
Y= α + b
a. Uji signifikansi simultan (Uji F)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test.
Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi
Jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka Ha diterima berarti variabel
independen berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.
b. Uji signifikansi parsial (Uji t)
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test.
Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara
individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji-t dilakukan untuk
mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing – masing variabel bebas
terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh
variabel independen dan variabel dependen secara parsial.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ha= Masing-masing variabel independen berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan
ketentuan :
Jika t-hitung > t-tabel,maka Ha tidak dapat diterima.
Jika t-hitung < t-tabel,maka Ha diterima; artinya variabel
independen berpengaruh terhadap pengungkapan sosial
G. Jadwal Penelitian
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling (pemilihan sampel dengan kriteria). Populasi penelitian adalah seluruh
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
berjumlah 43 perusahaan. Dimana dari jumlah ini hanya 20 perusahaan yang
menjadi sampel, yaitu perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan
(financial report) dan laporan tahunan (annual report) melalui situs Bursa Efek
Indonesia untuk tahun 2008 dan 2009 serta mengungkapkan informasi sosial
melalui laporan tahunannya.
Penelitian dilakukan mulai dari tahun 2008-2009. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah kepemilikan saham oleh masyarakat (SHM), tingkat leverage
(LEV), ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah pengungkapan sosial (P.SOSIAL).
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
(Sugiyono 2007 : 142).
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
deviasi. Hasil pengujian statistik deskriptif pada sampel penelitian yang berjumlah
40 perusahaan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Melalui tabel statistik deskriptif di atas, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Variabel kepemilikan saham (SAHAM) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak
40 dengan nilai minimum 0,05 atau 5% yang dimiliki oleh PT.Jakarta
Setiabudi Internal Tbk. Nilai maksimum 0,94 atau 94% yang dimiliki oleh PT.
Kawasan Industri Jadabeka Tbk. Rata-rata porsi saham publik yang diteliti
selam 2008-2009 adalah 39,43%.
2. Variabel leverage memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai
minimum 0,05 yang diperoleh PT. Ciputra Property Tbk. Nilai maksimum
0,68 yang diperoleh oleh PT.Lippo Cikarang. Rata-rata nilai leverage yang
diteliti adalah 0,4214 atau 42,14%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan
yang menjadi sampel bersifat positif.
Nilai maksimum 30,12 yang diperoleh Lippo Karawaci. Rata-rata ukuran
perusahaan yang diteliti adalah selama 2008-2009 adalah 27,5175.
4. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 40,
dengan nilai minimum 0,00 yang diperoleh Royal Oak Development Asia
Tbk. Nilai maksimum 0,10 diperoleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
Rata-rata profitabilitas yang diteliti selama periode2008-2009 adalah 0,0302
atau 3,02%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel
bersifat positif.
5. Variabel pengungkapan sosial (P.SOSIAL) memiliki jumlah sampel (N)
sebanyak 40, dengan nilai minimum 0,16 yang diperoleh PT.Perdana
Gapuraprima Tbk, nilai maksimum 1,00 diperoleh Bakrie Development Tbk
dan PT.Lippo Karawaci. Rata-rata tingkat pengungkapan sosial adalah
64,65%. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel
bersifat positif.
6. jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 40 buah.
C. Analisis Hasil Penelitian
Analisa dilakukan dengan model analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan
uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam
penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas, autokorelasi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dan data yang digunakan dalam penelitian adalah data
yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
dilakukan dengandua cara , yaitu analaisis grafik dan uji statistik (Ghozali,
2006 : 110). Uji normalitas dengan analisis dapat dilakukan dengan melihat
grafik histogram dan normal probabilty plot.
Gambar 4.1 HISTOGRAM
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2011
Pada histogram di atas, dapat dilihat bahwa bentuk kurva berbentuk
lonceng (bell shaped) cenderung di tengah dan tidak condong ke kiri maupun
terdistribusi normal.
Gambar 4.2 Grafik P-Plot Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Pada kurva di atas, dapat dilihat bahwa distribusi data menyebar di sekitar
garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data memiliki normalitas.
Normalitas data ini menyimpulkan bahwa data dapat dipakai dalam penelitian.
Uji normalitas kemudian dilanjutkan dengan uji statistik untuk melengkapi
hasil pengujian sebelumnya. Uji statistik yang digunakan untuk menguji
apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah uji statistik non parametrik
Kolmogoriv-Smirnov (K-S). Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai lebih kecil dari
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,954 lebih besar daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya variabel independen yang satu dengan yang lain
dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau
mendekati sempurna (Situmorang, 2010: 153). Uji Multikolinieritas bertujuan
untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antar variabel independen
dalam model regresi. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan mellihat
nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .20345037 Most Extreme
Differences
Absolute .081
Positive .069
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .514
Asymp. Sig. (2-tailed) .954
0,1 maka model penelitian terbebas dari multikolinieritas. Semakin tinggi VIF
maka semakin rendah tolerance.
Tabel 4.3
a. Dependent Variable: P.SOSIAL
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Dari tabel 4.3, masing- masing variabel independen memiliki VIF tidak
lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 sehingga dapat dinyatakan
bahwa model regresi linier berganda terbebas dari multikolinieritas dan dapat
digunakan dalam penelitian.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan
pengganggu sebelumnya. Ghozali (2005:95) menyatakan bahwa
“uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (sekarang) dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Autokorelasi sering terjadi pada
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson.
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :
a. angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
b. angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
c. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .463a .214 .124 .21476 1.674
a. Predictors: (Constant), ROA, SIZE, LEVERAGE, SAHAM b. Dependent Variable: P.SOSIAL
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Berdasarkan tabel 4.4, nilai Durbin Watson yaitu 1,674 maka dapat
dinyatakan bahwa data penelitian terbebas dari autokorelasi sehingga data yang
digunakan dapat dipakai dalam penelitian.
4. Uji Heterokedastisitas
Jika varians sama, maka dapat dismpulkan terdapat homoskedastisitas, sedangkan
jika varians tidak sama maka terdapat heterokedastisitas.
Menurut Situmorang (2010:103), untuk melihat ada tidaknya heterokedasititas
dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot yaitu titik-titik menyebar secara
acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun
di bawah angka nol pada sumbu Y.
Gambar 4.3 Scatterplot Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011.
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan penyebaran titik-
titik data yang memenuhi kriteria di atas. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa model regresi linier berganda terbebas dari heterokedastisitas dan dapat
digunakan dalam penelitian.
Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sullit menginterpretasikan hasil
grafik plot. Oleh karena itu, dilakukan uji statistik untuk menjamin keakuratan
hasil pengujian. Berikut ini tabel 4.5 menyajikan hasil uji heterokedastisitas
dengan uji Glejser.
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011.
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006:109). Tabel
di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen Absolut Ut (Absut).
Hal ini terlihat dari profibilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 %
(0,05) sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak menunjukkan adanya
D. Pengujian Hipotesis Penellitian
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variable independen atau predictor-nya
(Situmorang, 2010: 144). Kelemahan dalam penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Fungsi dari
Adjusted R Square adalah untuk mengurangi keraguan tersebut. Oleh karena
itu, banyak peneliti yang menyarankan menggunakan nilai Adjusted R Square
untuk mengevaluasi model.
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi (R)
Sumber : Data diolah oleh penelliti, 2011.
Berdasarkan tabel 4.6, nilai Adjusted R Square sebesar 0,124 dimana
12,4% variabel dependen luas pengungkapan sosial dijelaskan oleh variabel Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
m
n
n
1 .463a .214 .124 .21476
independen. Selisih sebesar 87,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
a. Dependent Variable: P.SOSIAL Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011.
Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi
berganda dihasilkan dengan cara memasukkan data input variabel ke fungsi
regresi. Data dianalisis dengan model regresi berganda dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
Y= α + b
1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ e Pengungkapan Sosial = α + b