• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN XIV KELURAHAN BANTAN KEC.

MEDAN TEMBUNG TAHUN 2011

LOISE JULIYANTI SIAGIAN 105102065

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Loise Juliyanti Siagian

Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif. viii + 51 hal + 9 tabel + 1 skema + 7 Lampiran

Abstrak

Pemberian ASI secara eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa bahan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Makanan atau minuman lain yang dimaksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, atau pun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif. Kegagalan primer yaitu apabila ASI tidak diberikan atau diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi sejak lahir, dan kegagalan sekunder yaitu apabila diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan pada bayi sampai usia 6 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011. Desain penelitian ini bersifat deskritif dengan besar sampel 34 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berumur 26-30 tahun sebanyak 23 responden (67,6%), mayoritas responden pada paritas 1 orang sebanyak 25 responden (73,5%), mayoritas pendidikan responden SMA sebanyak 24 responden (70,6%), mayoritas responden adalah ibu tidak bekerja sebanyak 25 responden (73,5%). Analisa data menggunakan analisis statistik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 25 responden (73,5%) kurang informasi, sebanyak 31 responden (91,2%) mengalami masalah menyusui, sebanyak 28 responden (82,4%) percaya mitos, sebanyak 23 responden (67,6%) mengalami kegagalan sekunder, dan sebanyak 11 responden (32,4%) mengalami kegagalan primer. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa masih banyak ibu yang mengalami kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan untuk semakin peduli dan dapat memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan mengenai informasi tentang ASI eksklusif kepada ibu-ibu hamil, bersalin, dan menyusui.

Daftar Pustaka : 31 (2004-2010)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik

3. Ibu Idau Ginting, SST, M.Kes sebagai dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Kedua orangtua yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, serta dukungan moril dan material.

(5)

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. ASI ... 6

1. Defenisi ASI ... 6

2. Manajemen Laktasi ... 7

3. Manfaat Pemberian ASI ... 9

4. Kandungan ASI ... 14

5. Penyimpanan ASI ... 18

6. Cara Menyusui ... 19

7. Posisi Menyusui ... 19

8. Tekhnik Menyusui ... 20

B. ASI Eksklusif ... 20

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi produktivitas ASI ... 21

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif ... 22

BAB III. KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 27

B. Defenisi Operasional ... 28

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

(7)

2. Waktu Penelitian ... 30

D. Pertimbangan Etik ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 31

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

H. Analisis Data ... 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Karaktaristik Responden ... 34

2. Berdasarkan Faktor Informasi ... 36

3. Berdasarkan Faktor Masalah Menyusui ... 38

4. Berdasarkan Faktor Percaya Mitos ... 40

5. Berdasarkan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif... 42

B. Pembahasan... 43

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 43

2. Keterbatasan Penelitian ... 48

3. Implikasi Penelitian ... 48

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5. 1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Karakteristik Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Kec. Bantan Medan-Tembung Tahun 2011 ... 35 Tabel 5. 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Informasi Terhadap

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan

Kec. Bantan Medan-Tembung Tahun 2011 ... 36 Tabel 5. 3. Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Informasi Terhadap

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan

Kec. Bantan Medan-Tembung Tahun 2011 ... 37 Tabel 5. 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Masalah Menyusui

Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011 ... 38 Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Masalah Menyusui

Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011 ... 39 Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Percaya Mitos Terhadap

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan

Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011 ... 40 Tabel 5. 7 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Percaya Mitos Terhadap

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan

(9)

Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011 ... 42 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian

ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec.

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Balasan

(12)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Loise Juliyanti Siagian

Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif. viii + 51 hal + 9 tabel + 1 skema + 7 Lampiran

Abstrak

Pemberian ASI secara eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa bahan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Makanan atau minuman lain yang dimaksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, atau pun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif. Kegagalan primer yaitu apabila ASI tidak diberikan atau diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi sejak lahir, dan kegagalan sekunder yaitu apabila diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan pada bayi sampai usia 6 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011. Desain penelitian ini bersifat deskritif dengan besar sampel 34 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berumur 26-30 tahun sebanyak 23 responden (67,6%), mayoritas responden pada paritas 1 orang sebanyak 25 responden (73,5%), mayoritas pendidikan responden SMA sebanyak 24 responden (70,6%), mayoritas responden adalah ibu tidak bekerja sebanyak 25 responden (73,5%). Analisa data menggunakan analisis statistik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 25 responden (73,5%) kurang informasi, sebanyak 31 responden (91,2%) mengalami masalah menyusui, sebanyak 28 responden (82,4%) percaya mitos, sebanyak 23 responden (67,6%) mengalami kegagalan sekunder, dan sebanyak 11 responden (32,4%) mengalami kegagalan primer. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa masih banyak ibu yang mengalami kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan untuk semakin peduli dan dapat memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan mengenai informasi tentang ASI eksklusif kepada ibu-ibu hamil, bersalin, dan menyusui.

Daftar Pustaka : 31 (2004-2010)

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ASI merupakan makanan yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak dirangsang sedini mungkin dengan cara menyusui sejak bayi lahir hingga selama mungkin (Sarwono, 2002, hal. 266).

ASI (air susu ibu) dirancang sempurna untuk memenuhi kebutuhan bayi. ASI mengandung prebiotik oligosakarida, zat yang memberi makan bakteri baik yang ada di perut. Bakteri ini bekerja melawan virus sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi yang masuk lewat saluran pencernaan. Bahkan ASI mengandung asam lemak yang penting dalam membantu perkembangan kecerdasan bayi. ASI juga bersifat alami, ASI mengandung semua gizi dan antibodi yang diperlukan bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI bisa mengurangi resiko diabetes dan leukimia dini. Menyusui dengan ASI juga membantu melindungi bayi dari infeksi saluran pernapasan dan telinga serta beberapa jenis alergi (Novianti, 2009, hal. 25). Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang dan kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibu, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan saat disusui ibu (Prasetyono, 2009, hal. 28).

(14)

Menurut WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi tentang upaya pencapaian, pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun lebih (Prasetyono, 2009, hal. 31)

Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau tidak bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Sentra Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat (Yuliarti, 2010).

Berkembangnya informasi yang tidak benar dan kurang tepat di masyarakat, serta masalah menyusui seperti puting susu yang pendek atau terbenam, payudara bengkak, puting susu nyeri/lecet, ditambah lagi adanya mitos menyusui, membuat ibu kurang percaya diri serta enggan untuk menyusui. Mitos-mitos diajarkan secara turun-temurun sehingga menjadi semacam budaya/adat istiadat (Indarti, 2007, Hal : 44).

(15)

kesulitan ibu selama menyusui (Milligan & Pugh, 1994).

UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Peditrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI sejak pertama kelahirannya. Angka ini naik 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi (Prasetyono, 2009).

Di Indonesia hanya sekitar 8% saja ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan 4% bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam setelah kelahirannya. Padahal 21.000 kematian bayi baru lahir usia dibawah 28 hari di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati, 2010).

Diketahui pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya, seperti diare, dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Prasetyono, 2009).

(16)

Sebuah lembaga survei kesehatan tahun 2007 cakupan ASI eksklusif masih 53,5%, pemberian ASI kepada bayi satu jam pasca persalinan hanya 9%, sedangkan pemberian ASI kepada bayi hari pertama setelah kelahirannya adalah 51,7%. Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif ini menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita di Indonesia (Prasetyono, 2009).

Dari uraian diatas, peneliti ingin meneliti tentang faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakterisitik responden.

(17)

c. Untuk mengetahui faktor masalah menyusui terhadap kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

d. Untuk mengetahui faktor percaya mitos terhadap kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi pelayanan kesehatan untuk peningkatan cakupan program pemberian ASI eksklusif dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi serta pengembangan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat mengenai faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

4. Bagi Peneliti

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI (Air Susu Ibu) 1. Definisi

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009, hal. 21).

Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi, makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. ASI memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan bayi pada masa awal pertumbuhannya. ASI juga mudah disajikan dari pada susu formula (babycare, 2008, hal. 50).

Bayi yang diberi ASI lebih sehat, bayi yang diberi susu formula lebih sering mengalami infeksi saluran kemih, saluran nafas, dan telinga. Bayi juga sering mengalami diare dan sakit perut (kolik). Memberi susu formula meningkatkan risiko alergi makanan, asma, diabetes dan penyakit saluran pencernaan kronis. Selain itu juga menyebabkan kecenderungan ke arah kadar kolesterol dan tekanan darah yang lebih tinggi. Anak-anak yang diberi susu formula juga lebih besar untuk mengalami kelebihan berat badan.

(19)

2. Manajemen Laktasi

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eksklusif.

Anatomi Payudara meliputi : 1. Aerola

Aerola adalah daerah berwarna gelap yang mengeliling puting susu. Pada aerola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar aerola.

2. Alveoli

Alveoli adalah kantong pennghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk mengahasilkan ASI.

3. Duktus laktiferus

Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus.

4. Sinus laktiferus/ampula

Sinus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar aerola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.

5. Jaringan lemak dan penyangga

(20)

Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi. 6. Air susu dan hormon rolaktin

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel seksetori alveolus (pabrik ASI).

Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI. Makin sering bayi meyusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambatnya kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu menyusui pada malam hari penting untuk menunda kehamilan.

7. Air susu dan reflek oksitosin

(21)

sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri (Asi, 2008, hal.17-21).

3. Manfaat Pemberian ASI a. Bagi Bayi

1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik sesuai dengan pertumbuhan bayi dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, umumnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera menghentikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.

2. Mengandung antibodi

(22)

antibodi terhadap bakteri E.Coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.Coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E.Coli, juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap salmonella typhe, shigla dan antibodi terhadap virus seperti rota virus, polio dan campak.

3. ASI mengandung komposisi yang tepat.

Yaitu dari berbagai makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4. Mengurangi caries dentis

Insiden caries dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

5. Memberi rasa nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi untuk perkenbangan bayi, kontak kulit ibu dan ke kulit bayi, yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik.

6. Terhindar dari alergi.

(23)

7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

Telah dibuktikan pada salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

b. Bagi Ibu

1. Aspek Kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

2. Aspek Kesehatan Ibu

(24)

Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding daripada yang tidak menyusui.

3. Aspek Penurunan berat Badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih muda dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebeum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat selain karena ada janin, juga karena ada penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Maka, dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.

4. Aspek Psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Bagi Keluarga 1. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Penghematan juga disebabkan bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2. Aspek Psikologi

(25)

kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyediakan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

d. Bagi Negara

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi misalnya diare, otitis media dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak dibawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.

(26)

2. Menghemat devisa negara.

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

4. Peningkatan kualitas generasi penerus.

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas genersi penerus bangsa akan terjamin (Kristiyasari, 2009, hal.15-22).

4. Kandungan ASI

Kandungan yang terdapat di dalam ASI, antara lain: a. Protein

(27)

dapat berkembang baik dan berfungsi optimal. Protein di dalam ASI benar-benar diciptakan dengan tepat, sehingga sesuai dengan tingkat metabolisme yang dijalankan oleh berbagai sistem organ di tubuh bayi, dengan demikian tubuh bayi akan dengan mudah menerimanya.

b. Lemak

Lemak pada ASI merupakan lemak penghasil energi utama. ASI juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia muda. Lemak adalah zat gizi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Seperti juga protein dalam ASI, kadar lemak di dalam ASI juga lebih muda diuraikan dan diserap oleh tubuh bayi dibandingkan lemak yang terdapat di dalam air susu sapi. Lemak ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain DHA, ALA, AA dan lain sebagainya. DHA merupakan zat yang penting untuk membantu pertumbuhan, perkembangan serta mempertahankan fungsi kerja jaringan otak. Jadi semakin lama menyusui semakin tinggi pula kadar DHA di dalam otak bayi. ASI juga mengandung kolesterol yang diperlukan untuk membangun sel-sel anak, membentuk hormon, serta vitamin D. Selain itu, lemak yang terdapat di dalam ASI juga berpengaruh untuk membentuk kulit sehat.

c. Karbohidrat

(28)

d. Laktosa

Laktosa merupakan karbohidrat utama di dalam ASI. Fungsinya sebagai sumber energi. Fungsi lainnya meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

e. Zat gizi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0mg/liter), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI memang lebih mudah diserap.

f. Mineral

ASI memang mengandung mineral yang lebih sedikit dari pada susu sapi. Bahkan susu sapi mengandung mineral empat kali lebih banyak dari pada ASI. Namun, jika bayi lebih banyak mengkonsumsi susu sapi maka ginjal bayi akan semakin bekerja keras.

g. Sodium

Ternyata jumlah sodium ASI sangatlah cocok dengan kebutuhan bayi. Sodium yang ada pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapat proses modifikasi (proses perubahan dari susu segar ke susu kaleng atau bubuk).

h. Kalsium, fosfor dan magnesium

(29)

i. Vitamin

Kadar vitamin A, B, C, D, dan E dalam ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadarnya dalam susu sapi, namun dalam ASI kadar vitamin K memang terdapat dalam jumlah yang sedikit. Akan tetapi tetap saja ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena susu sapi paling cocok untuk anak sapi, bukan untuk bayi.

j. Taurin

Fungsi taurin adalah berperan dalam perkembangan mata si kecil. Pada mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berperan dalam perkembangan otak dan sistem saraf. Apabila si kecil mendapat ASI, maka kebutuhan akan taurin dapat tercukupi. Namun susu sapi atau formula bayi biasanya hanya mengandung taurin dalam jumlah. Jika anda ingin memenuhi taurin pada bayi dengan susu formula, pastikan susu formula yang anda pilih telah diperkaya dengan zat gizi ini.

k. Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi. Bayi yang lebih banyak mengkonsumsi susu formula akan lebih sering mengalami diare karena bakteri lactobacillus dalam susu sapi sangatlah sedikit.

l. Lactoferin dan Lisozim

(30)

menyusu dengan botol dan dot). m. Mengandung Air

Memang sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu jika sang ibu ingin produktivitas ASI banyak maka ia harus sering meminum air putih yang banyak (Kodrat, 2010, hal. 45-50).

5. Penyimpanan ASI

Air susu yang dikeluarkan harus diperlakukan dengan hati-hati seperti makanan segar lainnya. Air susu paling baik disimpan dalam wadah makanan dengan khusus dengan porsi ukuran menyusui (2 ons untuk bayi baru lahir). Air susu harus didinginkan baik dalam lemari es atau dalam pendingin dengan es batu, segera setelah dikeluarkan. Air susu yang dingin akan terpisah menjadi lapisan krim dan cairan. Ibu sering kali bahwa ini berarti air susu menjadi asam dan harus diyakinkan kembali bahwa air susu dapat diaduk perlahan untuk mencampur krim.

(31)

6. Cara Menyusui

Usahakan memberikan ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buatlah kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 sampai 3 jam sekali. Menjelang akhir minggu keenam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 sampai 12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam hari (Kristiyansari, 2009).

7. Posisi Menyusui

(32)

8. Tehnik Menyusui

Bayi mengisap secara naluriah akan tetapi pada awalnya mungkin dia mengalami kesulitan menemukan puting ibunya. Cara menolong yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara. Kemudian, masukkan puting ke mulut bayi. Pastikan bayi mengisap seluruh daerah gelap dari payudara (aerola) dan bukan hanya putingnya saja. Pastikan bayi mengisap seluruh aerola, bukan hanya putingnya saja. Untuk memperlancar ASI ibu dapat menekan-nekan aerola. Dan untuk menghentikan hisapan, sebuah jari di sudut mulutnya atau dorong dagunya ke bawah perlahan-lahan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Biasanya bayi berhenti dan mengisap lalu melepaskan puting setelah merasa kenyang. Air susu keluar banyak selama beberapa menit awal menyusui tetapi bayi akan terus mengisap beberapa saat lagi. Secara bergantian, bayi mengisap ke payudara sebelah lagi sampai selesai menyusui.Maka ibu terhindar dari pembengkakan payudara akibat terlalu penuh dengan air susu (Kristiyansari, 2009.)

B. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Makanan atau minuman lain yang di maksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, ataupun makanan padat seperti pisang pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air putih pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif (Kodrat, 2010, hal. 21).

(33)

ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup, pertumbuhan dan perkembanngan bayi (Yuliarti, 2010, hal. 32).

Memberikan ASI secara eksklusif memberi keuntungan untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, lingkungan dan masyarakat pun akan lebih mendapat keuntungan (Roesli, 2000, hal.5).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas ASI

Menurut (Kodrat, 2010), produksi ASI dapat meningkat dan dapat juga menurun. Karena jika si bayi minum ASI ibu juga akan banyak. Dan jika si bayi meminum ASI sedikit maka produktivitas ASI juga akan berkurang. Sebab produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi kelenjar payudara. Namun di samping faktor si ibu, ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi produktivitas ASI antara lain :

1. Berat badan Bayi

Berat badan bayi dapat mempengaruhi produktivitas ASI, dimana terdapat hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>2500 gr).

2. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah sehingga bayi tidak mampu mengisap secara efektif.

3. Umur Ibu

(34)

dari satu kali, produksi ASI pada hari ke empat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

4. Ibu Yang Stres

Kondisi ibu yang mudah cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga dapat berpengaruh pada produksi ASI. Hal ini dikarenakan stres dapat menghambat pengeluaran ASI.

5. Ibu Yang Merokok

Ibu yang merokok dapat mengurangi produksi ASInya disebabkan rokok dapat mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

6. Ibu Yang Alkoholic

Ibu yang mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan produktivitas ASI. Walaupun mengkonsumsi alkohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

7. Ibu Yang Mengkonsumsi Pil Kontrasepsi

Pengguna pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI Eksklusif 1. Kurang Informasi

(35)

formula jika merasa ASI nya kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin.

Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.

2. Masalah menyusui

a. Puting susu yang pendek/terbenam

Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek, dan datar atau terbenam. Dengan kehamilan, biasanya puting menjadi lentur. Namun, memang kerap terjadi sampai sesudah bersalin, puting belum juga menonjol keluar. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal, puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. ASI di simpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah aerola mamae. Jadi, untuk mendapatkan ASI, aerola mamae yang perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar.

b. Payudara bengkak.

Tiga hari pasca-persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu berhenti menyusui, kondisi ini akan semakin parah, dan ibu mengalami demam.

(36)

Ini masalah yang paling banyak dialami ibu menyusui. Puting nyeri atau lecet terjadi akibat beberapa faktor. Yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya mengisap pada puting. Padahal, seharusnya pada sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi jika pada akhir menyusui, bayi tidak benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersikan puting dengan alkohol atau sabun puting yang lecet dapat membuat ibu merasa tersiksa saat menyusui karena rasa sakit. Jika ibu melewati waktu menyusui untuk menghindari rasa sakit, dapat menyebabkan tidak terjadinya pengosongan payudara, akibatnya produksi ASI berkurang.

d. Saluran ASI tersumbat

Kelenjer air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau lebih saluran ini bisa tersumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi bayi, atau BH yang terlalu ketat, sehingga sebagian saluran ASI tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga dapat terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada pembengkakan.

e. Radang payudara

(37)

f. Abses payudara

Jika sampai terjadi abses, perawatan yang bisa dilakukan sama jika terjadi radang payudara, namun, nanah yang terjadi harus dikeluarkan dengan insisi. Selama luka bekas insisi belum sembuh maka bayi hanya dapat menyusui dari payuduara yang sehat.

g. ASI kurang

Masih banyak ibu merasa ASI-nya kurang, mungkin karena setelah beberapa hari payudaranya tidak terasa tegang lagi, sementara bayi minta di susukan. Kondisi ini sebenarnya wajar. Payudara memang tidak terasa tegang lagi walaupun produksi ASI tetap banyak. Tentang bayi, mereka memang sering minta disusuhkan karena ASI cepat tercerna sehinga perut cepat kosong.

h. Ibu dengan penyakit

Sering kali dengan alasan ibu sakit, penyusuhan dihentikan.padahal,dalam banyak han ini tidak perlu, karena lebih berbahaya bagi bayi jika mulai diberi susu formula dari pada terus menyusu dari ibu yang sakit. Penyusuhan hanya dibenarkan untuk dihentikan jika ibu sakit sangat berat, seperti gagal ginjal, jantung, atau kanker. Bahkan ibu yang terkena gangguan jiwa pun, masih dianjurkan menyusui bayinya di bawah pengawasan (Danuatmaja, Meiliasari, 2007, hal 548-52).

3. Mitos-mitos

Mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi tentang sesuatu hal (wikipedia. com, 2008).

(38)
(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yaitu faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Skema 1. Skema Kerangka Konsep Faktor-faktor:

1. Informasi

2. Masalah menyusui 3. Percaya mitos

Kegagalan

(40)

B. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur

Cara

Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kegagalan

Pemberian ASI eksklusif. 1.Kegagalan primer 2.Kegagalan sekunder

Kegagalan ibu dalam memberikan ASI tanpa bahan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Apabila ASI tidak diberikan atau diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan lain pada bayi

sejak lahir.

Apabila diberikan ASI bersamaan dengan makanan dan minuman tambahan pada bayi sampai usia 6 bulan

Kuesioner Check List

1). Jika ibu gagal dalam memberikan ASI eksklusif sejak bayi lahir = 1

2). Jika ibu gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi dibawah usia 6 bulan = 2

Nominal

2. Informasi Sumber berita secara lengkap dan jelas tentang ASI eksklusif

Kuesioner Check List

1. Cukup : jika skor jawaban 0-5

2.Kurang : jika skor jawaban 6-10

Nominal

3. Masalah menyusui

Masalah-masalah yang terjadi pada payudara ibu selama masa menyusui

Kuesioner Check List 1.Tidak mengalami : jika skor jawaban 0-3 2.Mengalami : jika skor jawaban 4-6

Nominal

4. Percaya mitos

Ibu percaya informasi yang sebenarnya salah tapi dianggap benar dalam memberikan ASI eksklusif tentang ASI.

Kuesioner Check List

1.Tidak : jika skor jawaban 0-5

2.Ya : jika skor jawaban 6-10.

(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penenlitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dimana peneliti ingin mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada masing-masing responden yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia nol sampai enam bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Kec. Bantan Medan-Tembung 2011.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia nol sampai enam bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-tembung sebanyak 34 orang.

2. Sampel

(42)

C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2011. D. Pertimbangan Etik

(43)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada dan di konsultasikan kepada pembimbing. Dimana pada bagian pertama instrumen berisi data demografi responden yang berisi umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan.

Bagian kedua instrumen berisi pertanyaan untuk mengetahui kegagalan pemberian ASI eksklusif, bagian ini terdiri dari 1 pertanyaan.

Bagian ketiga, kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian mengenai kurang informasi sebanyak 10 pertanyaan, masalah menyusui sebanyak 6 pertanyaan, dan percaya mitos sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban multiple choice. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0.

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas (kesahihan) adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan sebuah instrumen yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas akan dilakukan secara conten validity kepada ahlinya yaitu spesialis kandungan.

2. Uji Realibilitas

(44)

Sedangkan uji Realibilitas maka didapat nilai Cronbach’s alfa untuk kuransg informasi adalah 0,701, masalah menyusui adalah 0,857, dan untuk percaya mitos 0,661 (Reliabel).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti akan mengumpulkan data. Pada saat pengumpulan data, peneliti akan mendatangi kepala lingkungan setempat untuk meminta izin melakukan penelitian di Lingkungan XIV Kelurahan Kec. Bantan Medan Tembung. Setelah mendapat izin, peneliti akan melaksanakan pengumpulan data pada ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu ibu yang mempunyai bayi berusia nol sampai enam bulan. Dengan meminta bantuan kepala lingkungan setempat, peneliti mendatangi rumah calon responden berdasarkan alamat yang telah didapatkan di Lingkungan XIV Kelurahan Kec. Medan-Tembung. Peneliti akan mendatangi rumah-rumah calon responden pada sore hari, dengan pertimbangan calon responden sudah berada dirumah dan bagi yang pekerja sudah tidak sibuk lagi.

Setelah mendapatkan responden maka peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta prosedur penelitian.

Selanjutnya peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel pada penelitian ini dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

(45)

H. Analisis Data

Semua data terkumpul dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung dengan jumlah responden 34 orang.

Selanjutnya, untuk melihat faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 1 pertanyaan untuk kegagalan ASI eksklusif, 10 pertanyaan untuk kurang informasi, 6 pertanyaan untuk masalah menyusui, dan 10 pertanyaan untuk percaya mitos. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011.

1. Karakteristik Responden

(47)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Tentang Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Ekslklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Kec. Bantan

Medan-Tembung Tahun 2011

Karakteristik f %

Umur

1. < 25 tahun 2. 26 - 30 tahun 3. > 31 tahun

9 23 2 26,5 67,6 5,9

Total 34 100

Paritas 1 2 3 4 25 6 1 2 73,5 17,6 2,9 5,9

Total 34 100

Pendidikan SD SMP SMU PT 2 5 24 3 5,9 14,7 70,6 8,8

Total 34 100

Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 25 9 73,5 26,5

[image:47.612.107.548.169.637.2]
(48)

2. Berdasarkan Faktor Informasi Responden

[image:48.612.88.568.329.625.2]

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang informasi ibu terhadap kegagalan pemberian ASI Eksklusif mayoritas menjawab tidak pada pernyataan nomor 8, sebanyak 29 responden (85,3%) , dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Informasi Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011

No. Pernyataan

Jawaban

Tidak Ya

f % f %

1 Defenisi ASI ekslusif 15 44,1 19 55,9

2 ASI yang keluar pertama kali berupa cairan berwarna kuning mengandung antibodi (daya tahan tubuh)

9 26,5 25 73,5 3 Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada

bayi yang diberi susu formula bagi bayi

23 67,6 11 32,4 4 ASI dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi seperti diare

pada bayi

25 73,5 9 26,5 5 Memberikan susu formula lebih praktis daripada ASI 21 61,8 13 38,2 6 Bayi yang hanya diberi ASI selama 6 bulan lebih cerdas

dibanding dengan bayi yang diberi susu formula

20 58,8 14 41,2 7 Hanya dengan memberi ASI saja cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan

24 70,6 10 29,4 8 Bayi dibawah usia 6 bulan diberikan makanan tambahan dapat

menyebabkan gangguan pencernaan seperti susah buang air besar pada bayi

29 85,3 5 14,7

9 Bayi boleh diberi ASI jika ibu sedang sakit 10 29,4 24 70,6 10 Dengan memberikan makanan tambahan bayi merasa lebih

kenyang

(49)
[image:49.612.146.529.325.407.2]

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, faktor informasi responden terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu kurang informasi sebanyak 25 responden (73,5%), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Informasi Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec.

Medan-Tembung Tahun 2011

Informasi Frekuensi(f) Persentase (%)

Cukup 9 26,5

Kurang 25 73,5

(50)

3. Berdasarkan Faktor Masalah Menyusui

[image:50.612.105.572.345.603.2]

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang masalah menyusui ibu terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif mayoritas menjawab ya adalah pernyataan nomor 1, yaitu 33 responden (97,1%), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Masalah Menyusui Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kelurahan Kec. Bantan Medan-Tembung Tahun 2011

No .

Pernyataan

Jawaban

Tidak Ya

f % f %

1 Puting payudara ibu mengalami lecet setelah menyusui 1 2,9 33 97,1 2 Selama memberi ASI ibu pernah mengalami bengkak

pada payudara

6 17,6 28 82,4

3 Selama menyusui ibu pernah demam karena payudara ibu bengkak

18 52,9 16 47,1

4 Ibu mengalami kurangnya produksi ASI 22 64,7 12 35,3 5 Ibu pernah merasa nyeri saat menyusui 10 29,4 24 70,6 6 Ibu mengalami keadaan dimana puting susu terbenam

saat menyusui

(51)
[image:51.612.143.529.319.401.2]

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, masalah menyusui responden terhadap kegagalan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa mayoritas dalam kategori ya yaitu 31 orang (91,2%) lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Masalah Menyusui Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011

Masalah Menyusui Frekuensi(f) Persentase (%)

Tidak 3 8,8

Ya 31 91,2

(52)

4. Berdasarkan Percaya Mitos

[image:52.612.114.573.286.646.2]

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang percaya mitos ibu-ibu terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif mayoritas menjawab ya adalah pertanyaan nomor 6, yaitu 33 responden (97,1%), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Percaya Mitos Terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung Tahun 2011

No .

Pernyataan

Jawaban

Tidak Ya

f % f %

1 Pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu formula baik bagi bayi

12 35,3 22 64,7

2 Pemberian ASI tidak dapat dilakukan jika ibu bekerja sehingga bayi harus diberikan susu formula

7 20,6 27 79,4

3 ASI dapat menimbulkan alergi pada bayi 7 20,6 27 79,4 4 Menyusui dapat merubah bentuk payudara menjadi

lebih jelek (kendur)

7 20,6 27 79,4

5 ASI yang pertama kali keluar adalah ASI kotor sehingga tidak baik untuk bayi

24 70,6 10 29,4

(53)
[image:53.612.149.527.324.407.2]

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, faktor percaya mitos terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif menunjukkan mayoritas responden dalam kategori ya yaitu 28 responden (82,4%), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Percaya Mitos terhadap Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV

Kec. Medan-Tembung Tahun 2011

Percaya Mitos Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak 6 17,6

Ya 28 82,4

(54)

5. Berdasarkan Kegagalan Pemberian ASI

[image:54.612.117.568.310.407.2]

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif mayoritas menjawab tidak yaitu sebanyak 23 responden (67,6%), sedangkan minoritas menjawab ya yaitu sebanyak 11 responden (32,4%), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kec. Medan

Tembung Tahun 2011

No .

Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1 Ibu memberikan makanan pendamping ASI seperti susu formula sejak bayi lahir

11 32,4 23 67,6

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 34 responden mayoritas responden mengalami kegagalan sekunder dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 23 orang (67,6%).

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Kegagalan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung

Tahun 2011

Kegagalan Frekuensi (f) Persenrase (%)

Primer 11 32,4

Sekunder 23 67,6

[image:54.612.105.541.577.691.2]
(55)

B.Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakterisitik responden, mengetahui faktor informasi terhadap kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif, mengetahui faktor masalah menyusui terhadap kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif, dan mengetahui faktor percaya mitos terhadap kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian diatas, maka penulis telah memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dari hasil menyebar kuesioner terhadap 34 responden di Lingkungan XIV Kelurahan Bantan Kec. Medan-Tembung. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan, dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Interprestasi dan diskusi hasil a. Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik umur dari 34 responden, didapatkan bahwa mayoritas responden berumur 26-30 tahun yaitu sebanyak 23 responden (67,6%). Mayoritas paritas responden adalah pada paritas 1 orang yaitu sebanyak 25 responden (73,5%). Mayoritas pendidikan responden adalah SMA yaitu sebanyak 24 responden (70,6%), dan dari 34 responden mayoritas pekerjaan responden adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 25 responden (73,5%).

b. Faktor Informasi Responden

(56)

Berdasarkan hasil analisis, ibu-ibu mengatakan dengan pemberian makanan tambahan bagi bayi lebih baik karena bayi merasa lebih kenyang.

Menurut Yuliarti (2010) para ahli memperkirakan terjadi peningkatan kasus alergi dalam 10 tahun terakhir. Salah satu penelitian di tahun 2007 menyebutkan bahwa alergi susu sapi merupakan bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, diperkirakan 2 – 7,5% anak dalam kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi. Alergi susu sapi sering ditemukan pada anak dibawah usia 3 tahun terutama dibawah usia 12 bulan. Hal ini dihubungkan dengan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering muncul adalah gangguan saluran cerna sebesar 50 - 80% mulai muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai darah, konstipasi (sembelit).

Berdasarkan kategori faktor informasi jawaban responden terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif diketahui bahwa mayoritas responden memiliki kurang informasi yaitu sebanyak 25 responden (73,5%). Dapat disimpulkan bahwa akibat kurang informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI nya kurang atau terbentur kendala menyusui.

(57)

Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa dengan memberikan informasi tentang bagaimana cara hidup sehat, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Hal ini berkaitan dengan informasi yang didapat ibu tersebut. Dimana bila tenaga kesehatan tidak memberikan informasi tentang ASI eksklusif dan tidak menyarankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif maka tindakan untuk pemberian ASI tidak akan pernah terlaksana dengan baik.

c. Faktor Masalah Menyusui Responden

Berdasarkan frekuensi dari 6 pernyataan jawaban responden tentang masalah menyusui ibu terhadap kegagalan pemberian ASI Eksklusif mayoritas menjawab ya pada pernyataan nomor 1, sebanyak 33 responden (97,1%).

Berdasarkan hasil analisis banyak ibu yang mengalami puting payudara lecet dikarenakan setiap bayi yang sering disusui sering menarik isapan yang terlalu kuat.

Hal ini sesuai dengan Danuatmaja (2007) puting lecet salah satunya terjadi karena kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Seharusnya sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi jika pada akhir menyusui, bayi tidak benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersihkan puting dengan alkohol atau sabun. Puting yang lecet dapat membuat ibu merasa tersiksa saat menyusui karena rasa sakit.

Berdasarkan kategori faktor masalah menyusui jawaban responden terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif diketahui bahwa mayoritas responden memiliki masalah menyusui yaitu sebanyak 31 responden (91,2%).

(58)

menyusui cukup beberapa menit saja. Pada hari-hari berikutnya bayi disusui setiap kalinya 15-20 menit, bergantian pada kedua payudara. Jadwal menyusui boleh sesuka hati, tidak perlu kaku, sekurang-kurangnya 3 jam, atau kapan saja bayi meminta.

Berdasarkan hasil analisis, ibu-ibu mengungkapkan bahwa ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya karena ibu mengalami masalah pada payudara. Banyaknya responden yang mengalami masalah menyusui seperti masalah pada payudara ibu akibat dari jadwal menyusui yang kurang baik dan posisi ibu dalam menyusui. Hal ini menyebabkan payudara ibu mengalami bengkak akibat ASI yang tidak keluar, nyeri saat menyusui, lecet, dan ibu merasa mengalami kurangnya produksi ASI.

Hal ini sesuai dengan Milligan & Pugh, (1994) tentang hasil sebuah penelitian yang menunjukkan 21,6 % dari semua wanita postpartum yang menyusui bayinya mengalami masalah dalam memberikan ASI karena kondisi-kondisi tertentu seperti nyeri payudara, dan adanya kesulitan ibu selama menyusui.

d. Faktor Percaya Mitos Responden

Berdasarkan frekuensi dari 10 pernyataan jawaban responden tentang percaya mitos ibu terhadap kegagalan pemberian ASI Eksklusif mayoritas menjawab ya pada pernyataan nomor 6, sebanyak 33 responden (97,1%).

Berdasarkan hasil analisis ibu mengungkapkan bahwa pisang dapat menyembuhkan diare pada bayi karena pisang baik untuk lambung. Padahal seharusnya bayi dibawah enam bulan tidak dibenarkan diberi makanan tambahan apapun selain ASI.

(59)

Berdasarkan kategori faktor percaya mitos jawaban responden terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif diketahui bahwa mayoritas responden percaya mitos yaitu sebanyak 28 responden (82,4%).

Berdasarkan hasil analisis, tingginya persentase responden dalam kategori percaya mitos dikarenakan ibu-ibu masih masih mempercayai tentang mitos ASI.

Hal ini sesuai dengan Indarti, (2007) berkembangnya informasi yang tidak benar dan kurang tepat di masyarakat dapat membuat ibu kurang percaya diri serta menurun semangatnya untuk menyusui. Yang sangat menyedihkan, mitos-mitos diajarkan secara turun-temurun sehingga menjadi semacam budaya / adat istiadat.

Menurut Evariny (2008) bahwa banyaknya mitos tentang menyusui membuat ibu kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada bayinya, ketakutan yang tidak beralasan semakin membuat ibu-ibu berhenti menyusui.

e. Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan kegagalan sekunder yaitu sebanyak 23 responden (67,6%) dan terdapat 11 responden (32,4%) kegagalan primer.

Menurut Yuliarti, (2010) hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Hal ini menyebabkan terjadinya kegagalan sekunder dengan adanya faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif seperti informasi, masalah menyusui, dan percaya mitos menimbulkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

(60)

adalah 51,7%. Hal ini menyebabkan terjadinya kegagalan primer dikarenakan ibu-ibu merasa susu formula penting diberikan untuk hari pertama kelahiran bayi, karena susu fomula lebih memenuhi kebutuhan bayi.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengumpulan data yaitu adanya responden yang sibuk, hingga tidak mempunyai cukup waktu untuk benar-benar menjawab kuesioner, sehingga peneliti melakukan wawancara langsung dengan memakai kuesioner sebagai pedoman.

3. Implikasi Penelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan kepada hamil, ibu bersalin, dan pasca bersalin mengenai informasi tentang ASI eksklusif.

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil distribusi frekuensi pada 34 responden berdasarkan karakteristik umur responden, didapatkan bahwa mayoritas responden berumur 26-30 tahun yaitu sebanyak 23 responden (67,6%), berdasarkan karakteristik paritas didapatkan mayoritas responden dengan paritas 1 orang yaitu sebanyak 25 responden (73,5%), berdasarkan karakteristik pendidikan, didapatkan bahwa mayoritas responden adalah ibu-ibu dengan pendidikan SMA sebanyak 24 responden (70,6%), dan berdasarkan karakteristik pekerjaan, didapatkan bahwa mayoritas responden adalah ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 25 responden (73,5%).

2. Dari hasil distribusi frekuensi pada 34 responden berdasarkan faktor yang menyebabkan kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif didapatkan bahwa responden yang kurang mendapat informasi yaitu sebanyak 25 responden (73,5%), responden memiliki masalah menyusui yaitu sebanyak 31 responden (91,2%), dan responden yang percaya mitos sebanyak 28 responden (82,4 %).

(62)

B. SARAN

1. Diharapkan kepada seluruh ibu hamil, bersalin, dan menyusui mendapatkan informasi yang tepat mengenai pemberian ASI sehingga dapat mengurangi kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan untuk semakin peduli dan dapat memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan mengenai informasi tentang ASI eksklusif kepada ibu-ibu hamil, bersalin, dan menyusui. Hendaknya para penyedia layanan kesehatan memiliki beban tanggung jawab dalam mempromosikan program pemberian ASI eksklusif dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Azis, (2007). Metdoe Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Milenia, (2008). Kiat Sukses Mencetak Bayi Sehat Dan Cerdas. Jakarta : ISBN Booth, (2008). Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Yogyakarta : PT Bhuana

Danuatmaja, Bonny, (2007). 40 hari pasca peersalinan, Jakarta : Puspa Swara Hegar, (2008). Bedah ASI. Jakarta : FKUI

Hidayat, A. A (2007). Metodologi penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta: Salemba medika

Kodrat, (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta : Media Baca

Kristiyansari, (2009). Asi,Menyusui Dan SADARI. Yogyakarta : Nuha Medika

Manik, M, Sitohang, N, A, & Asiah, N, (2010). Panduan penulisan karya tulis ilmiah. Medan : Tidak dipublikasikan

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta : Trans info media

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metode penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, (2009). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Novianti, N, (2009). Menuyusui Itu Indah, Yogyakarta : Octopus

Saleha, S, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Sugiono, (2010). Metode penelitianpendekatan kuantitatif, kualitatf, dan R & D, Baandung : Alfabeta

Sujiyatini., Djanah, N., Dan Kurniati, A., (2010). Asuhan Ibu Nifas, Yogyakarta : Cyrilus Publisher.

(64)

Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prasetyono, D.S., (2009). ASI eksklusif , Jogjakarta: DIVA press.

Roesli, Utami (2005). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta : Trubus Agriwidya Roesli, Utami (2009). Inisiasi Menyusui ASI, Jakarta : Pustaka Bunda Rosita, S. (2008). ASI Untuk Kecerdasan Bayi, Yogyakarta : Ayyana

Saifuddin, A. B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sidi, I.P.S., Suradi, R., Masoara, S., Boedihardjo, S.D., & Marnoto, W. (2004). Manajemen Laktasi, Jakarta: Kumpulan Perinatologi Indonesia.

Sradi., R, Tobing, HKR (2004). Manajemen Laktasi, Cetakan ke-2 Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta : EGC

Suyanto., Salamah, U., (2009). Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta: Mitra cendika offset.

Sujiyatini., Djanah, N., & Kurniati, A., (2010). Asuhan Ibu Nifas, Yogyakarta: Cyrillus Publisher.

Sulistyawati, A., (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: Andi offset. Varney, Helen (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (ed.4), Jakarta : EGC

(65)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama LOISE JULIYANTI SIAGIAN / 105102065 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bantan Medan-Tembung. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesedian bapak-bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi kuesioner dan lembar check list dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi suami dalam penelitian ini.

Medan, November 2010

Peneliti Responden

(66)

Kuesioner Penelitian

FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

No. Responden: I. Data Demografi

Petunjuk

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini.

1. usia : tahun

2. Paritas :

3. Pendidikan :

(67)

II. ASI EKSKLUSIF

1. Apakah ibu memberikan makanan pendamping ASI seperti susu formula sejak bayi lahir?

Ya Tidak

1. Mengenai kurang informasi

2. Apakah ibu tahu tentang ASI eksklusif?

Ya Tidak

3. Apakah ibu mengetahui bahwa ASI yang keluar pertama kali berupa cairan berwarna kuning mengandung antibodi (daya tahan tubuh)?

Ya Tidak

4. Apakah menurut ibu bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang diberi susu formula?

Ya Tidak

5. Apakah ibu tahu bahwa ASI dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi seperti diare pada bayi?

Ya Tidak

6. Apakah ibu merasa memberikan susu formula lebih praktis dari pada ASI?

Ya Tidak

7. Apakah ibu tahu bahwa bayi yang hanya diberi ASI selama 6 bulan lebih cerdas dibanding dengan bayi yang diberi susu formula?

Ya Tidak

8. Menurut ibu apakah hanya dengan memberi ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan?

Ya Tidak

9. Menurut ibu apakah jika bayi dibawah usia 6 bulan diberikan makanan tambahan dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti susah buang air besar pada bayi?

Ya Tidak

10. Apakah menurut ibu bayi boleh diberi ASI jika ibu sedang sakit seperti demam?

(68)

11. Apakah menurut ibu dengan memberikan makanan tambahan, bayi merasa lebih kenyang?

Ya Tidak

2. Mengenai Masalah Menyusui

12. Apakah puting payudara ibu mengalami lecet setelah menyusui?

Ya Tidak

13. Apakah selama memberi ASI ibu pernah mengalami bengkak pada payudara?

Ya Tidak

14. Apakah selama menyusui ibu pernah demam karena payudara ibu bengkak?

Ya Tidak

15. Apakah ibu mengalami kurangnya produksi ASI?

Ya Tidak

16. Apakah ibu pernah merasa nyeri saat menyusui?

Ya Tidak

17. Apakah ibu mengalami keadaan dimana puting susu terbenam saat menyusui?

Ya Tidak

C. Mengenai percaya mitos

18. Menurut ibu apakah pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu formula baik bagi bayi?

Ya Tidak

19. Menurut ibu apakah pemberian ASI tidak dapat dilakukan jika ibu bekerja sehingga bayi harus diberikan susu formula?

Ya Tidak

20. Menurut ibu apakah ASI dapat menimbulkan aler

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Informasi Terhadap
tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernyataan Masalah Menyusui
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kepala BNN Kota Malang yang sekaligus alumni ITN Malang ini juga memberikan apresiasi kepada ITN karena pada tahun ini menyelenggarakan tes urine bagi seluruh mahasiswa

Uji Efektivitas Antidiabetes Fraksi Petroleum Eter Daun Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Tikus Jantan Yang Diinduksi Glukosa.. Anisa Utami 1

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka

Kawasan di mana lokasi berlaku kejadian penyakit berdasarkan piawai yang telah ditetapkan melalui Protokol Veterinar Malaysia dan diuruskan berpandukan APTVM Pengurusan

Oleh karena itulah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang telah menikah (Zina muhshan) termasuk salah satu dari tiga orang yang darahnya diharamkan. Diriwayatkan oleh

1) Menurunnya jumlah kasus kematian bayi yaitu 119 kasus di tahun 2012 menjadi 118 kasus di tahun 2013. 3) Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Subang tahun 2013

Adapun gambaran rancangan use case diagram untuk kebutuhan user dapat dilihat pada gambar 4.3. Setelah admin melakukan login akan muncul halaman dashboard. Admin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, dan Kinerja Keuangan Terhadap Financial Risk