MAKALAH NIFAS DAN MENYUSUI
UPAYA MEMPERBANYAK ASI DAN MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Dosen Pengampu:
Titi Mursiti, SiT.,Bdn.,M.Kes
Oleh:
Krisdiyanti Rukmana Duwi P1337424122237 Fitri Rahmawati P1337424122238
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG KAMPUS KENDAL JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Titi Mursiti, SiT.,Bdn.,M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kendal, 28 Agustus 2023
Kelompok 12
DAFTAR ISI
Hlm COVER ...……… i
KATA PENGANTAR ...……….. ii
DAFTAR ISI ...………. iii
BAB I: PENDAHULUAN...………. 1
A. Latar Belakang ...……….. 1
B. Rumusan Masalah ...……….. 2
C. Tujuan Penulisan ...……….. 2
D. Manfaat Penulisan ...……… 2
BAB II: PEMBAHASAN ...……… 3
A. Definisi Nifas da...………... 3
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Orang Tua Proses 4 Menjadi Orang Tua... C. Perkenalan Ikatan dan Kasih Sayang... 5
D. Peran Orang Tua Setelah Bayi Lahir... 9
BAB III: PENUTUP ... 13
A. Kesimpulan ... 13
B. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 15
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegagalan dalam proses menyusui sering dsebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau "menolak"
menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bay sering menjadi "bingung puting" atau sering menangis, yang sering dinterprestasikan ole ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana upaya untuk memperbanyak Asi ? b. Apa masalah dalam pemberian Asi?
3. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang upaya memperbanyak Asi.
b. Mahasiswa memahami masalah dalam pemberian Asi.
4. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian in dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya tentang pengaruh kombinasi pijat oksitosin dan terapi akupresur terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
2. Mantaat Bagi Institust Pendidikan
Hasil penelitian in dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya serta menambah wawasan bagi pembaca tentang manfaat dari penerapan pijat oksitosin dan terapi akupresur terhadap produksi ASI.
3. Manfaat Bagi Profesi Kebidanan
Hasil penelitian in dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi atau referensi bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam asuhan kebidanan post natal care mengenai masala peningkatan pengeluaran ASI pada ibu nifas. mempelajari dan membaca tentang memiliki beberapa manfaat upaya memperbanyak asi dan mengetahui masalah dalam pemberian asi yang signifikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Upaya Dalam Memperbanyak ASI
Upaya menghasilkan ASI yang banyak dapat dilakukan dengan cara pembinaan dan pemeliharaan laktasi. Semakin sering ibu menyusui, semakin banyak produksi ASInya. Karena setiap kali menyusui akan terkirim sinyal ke otak yang mengeluarkan hormon oksotsin dan prolaktin. Upaya memperbanyak ASI dapat dilakukan oleh bayi maupun ibu. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ASI (Dewi ciselia, 2021) 1) Susuilah bayi sesering mungkin setiap 2 jam, siang dan malam hari
dengan lama menyusui 10-15 menit.
2) Setelah melahirkan bayi sebaiknya diperkenalkan dengan payudara walaupun ASI belum keluar. Biarkan bayi mencari sendiri putting susu ibunya (reflek tooting) karena isapan bayi sedini mungkin sangat penting bagi peningkatan ASI
3) Pastikan bayi menyusu dengan aposisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
4) Susuilah bayi sampai payudara terasa kosong bila ASI mash bersisi, menyusui berikutnya dimulai dari payudara yang belum kosong
5) Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman. Dan perbanyak minum setelah selesai menyusui
6) Ibu harus mempersiapkan mental untuk menyusui bayi. Motivasi yang kuat untuk menyusui bay merupakan salah satu upaya dalam memperbanyak ASI.
7) Gunakan bra yang longgar
8) Pentingnya mengikuti penyuluhan tentang manfaat dan keuntungan ASI serta aspek-aspek lain tentang menyusui dan laktasi
9) Melakukan perawatan payudara dan senam untuk kesehatan
10) Tingkatkan gizi pada makanan dan dikonsumsi, dan istirahat yang cukup 11) Yakinkan diri ibu bahwa ia dapat memproduksi ASI lebih banyak
melakukan hal tersebut di atas.
12) Ibu postpartum yang dilakukan teknik marmet menunjukkan hasil yang signifikan terhadap produksi ASI ibu merasakan aliran ASI yang keluar lebih banyak. Metode lain yang dapat membantu memaksimalkan reseptor oksitosin, merangsang let down reflex dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui adalah dengan cara melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat dan memperlancar produksi dan pengeluaran ASI. Hal ini bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum(Aryani et al., 2019).
B. Masalah Dalam Pemberian ASI 1. Masalah Menyusui Masa Antenatal
Pada masa antenatal, masalah jang sering timbul adalah: kurang/salah informasi putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.
a. Kurang / salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI shingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau sad memulangkan bayi. Sebagai cotoh, banyak ibu /petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:
Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bai menderta dare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksana.
ASI belum keluar pada hari pertama selingga bayi dianggap perlu dibeikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan shat mempunya persediaan kalori dan cairan vang dapat mempertahankannya tapa minuman selama beberapa hari.
Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI ole bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
Karena payudara berukuran keci dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyakya lemak pada payudara sedanglan kelenjar penghasil ASI sama banvakna walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menvusui antara lain meliputi:
a) Fisiologi laktasi
b) Keuntungan pemberian ASI c) Keuntungan rawat gabung
d) Cara menyusui yang baik dan benar e) Kerugian pemberian susu formula
f) Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
b. Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipuasi Hofman, menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan :
Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin Biarkan bayi "mencari" putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar dapat "keluar"
sebelum bayi "mengambil" nya.
Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat "ditarik"
dengan pompa putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
Bila terlalu penuh ASI dapat dperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.
2. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : puting susu datar, atau terbenam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses.
a. Putting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusi karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah :
Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat).
Kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky)
Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali- sekali memberikan obat lain, seperti krim, sale, dan lain-lain.
Putting susu yang sakit dapat distirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1×24 jam, dan biasanva akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam.
Selama putting susu distirahatkan, sebaiknya SAI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
b. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; pavudara udem, sakit, puting kencang kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal initeriadi karena antara lain produksi ASI meningkat.
terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, murgkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui.
Untuk mencegah maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan yang baik (3) menyusui "on demand"/ Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau nayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka dilakukan :
• Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
• Ibu harus rileks
• Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
• Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah tengah)
• Stimulasi payudara dan putting
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi dem.
Pakailah BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
c. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, begkak kadang kala diiikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.
Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan däkibatkan ole sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI disap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau akrena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada dua jenis Mastitis yaitu : yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective Mastitis.
Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
Kompres hangat/panas dan pemijatan
Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi putting pijat leher-punggung, dan lain-lain.
Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
Kalau sudah terjadi abses sebakya payudara yang skit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
3. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Laniut
Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang, ibu bekeria.
a. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang
"mungkin saja" ASI benar kurang antara lain:
• Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bay telah pandai menyusu.
• Bavi sering menangis atau bayi menolak menyusu
• Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
• Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak "dating", pasca lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya. Tanda bahwa ASI benar-benar kurang. antara lain :
• BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali
Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok faktor penyebab:
a) Faktor tehnik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, al. masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain
b) Faktor psikologis, juga sering terjadi
c) Faktor fisik ibu (jarang); al. KB, kontrasepsi, diuretic, hami, merokok, kurang gizi, dll
d) Sangat jarng, adalah factor kondisi bay, missal: penyakit, abnormalitas dan lain-lain
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meninglat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk disap bati dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.
b. Ibu yang bekerja
Seringkali alas an pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja:
• Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
• ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja
• Pangosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4 jam
• ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekeria dengan cangkir
• Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dangan di jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari
• Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
• Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI:
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cargkir atau tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml sudah bisa untuk pemberian 2 kali A 100 ml.
Penyimpanan ASI:
6-8 jam di temperature ruangan (190-25 ° C), bila mash kolostrum (susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam
1-2 hari di lemari es (4 °C)
Bertahun dalam "deep freezer" (-18 °G)
ASI beku perlu dicairkan dahul dalam lemari es 4 °C. ASI kemudian tidak boleh dimasakkan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.
D. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus
a. Ibu melahirkan dengan bedah Caesar
Segera rawat gabung,jika kondisi ibu dan bayi membaik,dan menyusui segera.
b. Ibu sakit\
Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS, tidak diperkenankan untuk menyusui, namun pada masyarakat yang tidak dapat membeli PASI, ASI tetap dianjurkan.
c. Ibu hamil
Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk makan lebih banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI berkurang, kontraksi uterus.
E. Masalah Pada Bayi
a. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis jangan biarkan bayi menangis terlalu lama puaskan menyusu. Sebab bayi menangis :
• Bayi merasa tidak aman
• Bayi merasa sakit
• Bavi Basah
• Bayi kurang gizi
Tindakan ibu : ibu tidak perlu cemas, karena akan mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
b. Bayi bingung putting
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Teriadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda : mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-putus dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan: jangan mudah memberi PASI,jika terpaksa berikan dengan sendok atau pipet.
c. Bayi premature
Susi dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit- langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi:
Bayi umur kehamilan < 30 mgg : BBL < 1250 gr. Biasanya diberi cairan infus selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik
Usia 30-32 mgg : BBL 1250 - 1500 gram.
Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari, namun nasih menerima makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan ASI ditingkatkan.
Usia 32-34 mgg : BBL 1500-1800 gram.
Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu sabar.
Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram.
Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara.
d. Bayi kuning
Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan, yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium.
Bilirubin dikeluarkan melaui feses, jadi kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
e. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup susui dengan football position, susui pada payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin berbeda
f. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.
Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.
g. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang sesuai, untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit lunak), dan pallatum durum ( langit-langit keras)
Manfaat menyusui bagi bai sumbing : melatih kekuatan otot rahang dan lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit ) : Menyusui dengan posisi duduk, putting dan areola pegang sat menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok, pipet, dot panjang
h. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting.
Cara menyusui: Ibu membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.
i. Bayi yang memerlukan perawatan
Ibu ikut dirawat supava pemberian ASI bisa dilaniutkan Seandainva tidak memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah
sakit. Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan sesuai jam nya.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Ciselia, Vivi Oktari (2021). Asyhan Kebidanan Masa Nifas. Surabaya: Jakad Media Publishing.
Aryani, Y., Alyensi, F., Kebidanan, J., Kebidanan, P., & Kemenkes, R. ; (2019).
PENERAPAN PIJAT OKSITOSIN DALAM UPAYA MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI MELALUI PELATIHAN PARA BIDAN. Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(Desember), 361–367.
Ulya, N., Andaria NIngsih, D., Dewi Yunadi, F., & Retnowati, M. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Pekalongan : PT. Nasya Expanding Management.
Vita Sutanto, A. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Bantul: Pustaka Baru Pres.
Yuliani , E. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui . Malang: CV Rena Cita Mandiri.