• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI

KLINIK-KLINIK BERSALIN DI KECAMATAN JOHAN

PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh

Suriani 091121008

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini

yang berjudul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.

Penyelesaian Proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, MKep. Sp. KMB. CWCC selaku dosen

Pembimbing Akademik.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing I, yang

telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis, memberikan

ilmu dan memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam

pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku dosen pembimbing II, atas

arahannya selama melakukan penelitian.

5. Ibu Ellyta Aizar, SKp selaku dosen penguji, atas atas arahannya untuk

(4)

6. Begitu pula kepada seluruh staf pengajar dan administrasi Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada

semua pihak yang telah membantu penulis. Harapan penulis semoga karya ini

bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.

Medan, 11 Januari 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul….………. i

Halaman Pengesahan……… ii

Prakata……… iii

Daftar Isi……….. iv

Daftar Tabel……… v

Abstrak……… vi

BAB 1 Pendahuluan 2.1Latar belakang……….. 1

2.2Tujuan penelitian………... 4

2.3Pertanyaan Penelitian………... 4

2.4Manfaat penelitian……… 5

BAB 2 Tinjauan pustaka 2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini……….………. 6

2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini…….………….…………... 6

2.3 Faktor yang Mendukung Terlaksananya IMD…..………… 7

2.4 Faktor yang Menghambat Terlaksanya IMD………. 11

2.5 Tatalaksanan IMD………. 13

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1Kerangka konseptual……… 16

(6)

BAB 4 Metode penelitian

4.1Desain Penelitian……… 19

4.2Populasi dan Sampel……….………. 19

4.2.1 Populasi……… 19

4.2.2 Sampel………. 19

4.3Lokasi dan waktu penelitian……….. 20

4.4Pertimbangan Etik Penelitian……… 20

4.5Instrumen penelitian……….. 21

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian…………..… 21

4.7Pengumpulan Data…………...……….. 22

4.8Analisa Data……….. 22

BAB 5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian……….……… 24

5.11 Deskripsi Karakterisitik Responden……… 24

5.2 Pembahasan………. 27

5.2.1 Ketepatan Waktu Pelaksanaan IMD……….. 27

5.2.2 Ketepatan Tehnik/Cara Pelaksanaan IMD……….. 28

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan………. 31

6.2 Saran……….. 31

6.2.1 Pelayanan Keperawatan……….. 31

6.2.2 Profesi Keperawatan………. …. 32

(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Inform Consent

2. Kuesioner

3. Hasil Uji Reliabilitas

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

5. Surat Izin Penelitian dari Klinik Klinik Bersalin

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Klinik…….……. .

Distribusi Frekuensi Karakteristik Demorafi Responden di

Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh

Barat..………..……….…….

Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan ketepatan waktu

Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan

Pahlawan Aceh Barat..……….

Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan tehnik/cara

Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan

Pahlawan Aceh Barat……… 22

24

25

(9)

Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik

Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Nama : Suriani

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama kelahiran bayi. Klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan yang melaksanakan praktek IMD hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada bulan juli 2010 yang melibatkan ibu-ibu bersalin di 8 klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Lebih dari 70% responden menyatakan telah melakukan praktek IMD pada waktu dan cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.dari hasil penelitian diharapkan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang Inisiasi Menyusu Dini sehingga ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik besalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

(10)

Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik

Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Nama : Suriani

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama kelahiran bayi. Klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan yang melaksanakan praktek IMD hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada bulan juli 2010 yang melibatkan ibu-ibu bersalin di 8 klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Lebih dari 70% responden menyatakan telah melakukan praktek IMD pada waktu dan cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.dari hasil penelitian diharapkan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang Inisiasi Menyusu Dini sehingga ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik besalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan

pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur.

SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi dan kemampuan berkomunikasi

serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Men Neg PP,

2008). Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diupayakan dengan

pemberian Air Susu Ibu (ASI). Secara eksklusif dan dengan proses yang benar.

Hal ini bisa dicapai karena ASI merupakan satu-satunya makanan yang sempurna

untuk menjamin tumbuh kembang selama bulan-bulan pertama kehidupan ekstra

uteri.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang alami yang disediakan untuk

bayi. Pemberian ASI secara eksklusif serta proses menyusui yang benar

merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang

berkualitas, karena ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk

menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu dalam

proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani,

emosi maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya.

Masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya.

(12)

sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusui terganggu. Penolong

persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya untuk dibersihkan, ditimbang,

diberi pakaian dan alasan lainnya.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi

manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk

mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal

kehidupannya untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar,

dengan menyusui secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan

perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).

Pelaksanaan IMD pada saat setelah bayi lahir yang diterapkan pada setiap

ibu yang akan melahirkan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi karena proses

alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi

kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam

pertama pada awal kehidupannya. Menurut Karen dan Edmon (2006) dengan

pelaksanaan IMD 22% dapat menyelamatkan nyawa bayi umur di bawah 28 hari

dan ternyata bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui dini delapan kali lebih

berhasil diberi ASI eksklusif (Fika & Syafiq, 2003).

Manfaat dari IMD yaitu apabila terjadi kontak kulit dan hentakan kepala

bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi pada puting susu ibu dan sekitarnya,

isapan bayi pada puting ibu, merangsang pengeluaran hormon oksitosin, hormon

oksitosin ini sangat membantu rahim ibu untuk berkontraksi sehingga merangsang

(13)

Kurang pemahaman tentang inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI

secara eksklusif, menyebabkan pelaksanaan IMD dan pemberian ASI secara

eksklusif tidak dihiraukan: bayi tidak dilakukan IMD, pemberian pisang sebagai

makanan utama, memberi susu formula, memberikan makanan siap saji, padahal

penyuluhan tentang IMD dan ASI eksklusif semakin gencar, petugas kesehatan

sudah banyak dilatih baik itu pelatihan IMD maupun ASI eksklusif, posyandu

semakin aktif, promosi bidan delima dan lain-lain.

Pemahaman tentang IMD dan pemberian ASI secara eksklusif merupakan

persoalan yang sangat penting. Yang memungkinkan terlaksananya IMD dan

pemberian ASI secara eksklusif apabila individu, keluarga, petugas kesehatan

serta masyarakat sudah memahami tentang pengertian, manfaat, serta tujuan dari

IMD dan pemberian ASI secara eksklusif. Anggapan ini sejalan dengan pendapat

Roesli (2008), bahwa ketidak keberhasilan ibu menyusui bayinya sampai usia

enam bulan, sebenarnya hanya satu masalah, yaitu ibu belum memahami

sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh ASI

terutama saat mereka harus bekerja.

IMD akhir-akhir ini banyak digaungkan The United Nations Children’s

Fund (UNICEF). Pemerintah Indonesia telah mencanangkan IMD sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI yang relatif dengan ASI eklusif.

IMD merupakan bagian dari manajemen laktasi yang relatif baru dan harus

disosialisasikan secara benar ke masyarakat (Hegar, 2004).

Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran terdiri dari 12 Kecamatan, 321

(14)

Kabupaten Aceh Barat yaitu Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 26 klinik

bersalin. Dari 26 klinik bersalin tersebut, hanya 8 klinik bersalin yang

melaksanakan IMD sedangkan 18 klinik lainya belum melaksanakan IMD.

Padahal, para bidan didaerah tersebut telah mengikuti pelatihan diataranya yaitu

pelatihan asuhan persalinan normal (APN) dan pelatihan IMD.

Pada kenyataannya klinik-klinik di Kecamatan Johan Pahlawan yang

melaksanakan praktek IMD hanya 2,08% dari 400 orang ibu yang melahirkan

diklinik bersalin, hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan

IMD. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan bidan (penolong ibu

melahirkan) tentang pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir, sikap bidan (penolong

ibu melahirkan) tidak ingin mengetahui untuk melaksanakan IMD juga

merupakan pengaruh dalam pelaksanaan IMD. Selain itu, faktor kebudayaan yang

berkembang di masyarakat bahwa bayi baru lahir dalam keadaan kotor tidak suci,

adanya darah vernix atau lemak dan air ketuban yang masih melekat pada tubuh

bayi, selain itu yang melahirkan dengan tindakan operasi merasa cemas dan takut

melaksanakan IMD berhubungan dengan operasi.

Berdasarkan paparan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan suatu

penelitian tentang “Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin

di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.

2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik

(15)

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin

di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?

4. Manfaat Penelitian

4.1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sumber informasi tentang

pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi

pendidikan keperawatan dalam mengajarkan asuhan keperawatan dalam bentuk

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan intervensi keperawatan pada

pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini.

4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berharga sebagai

data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Pelaksanaan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi

mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi Menyusu Dini

adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan

membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu

jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini disebut

baby crawl (Hegar dkk, 2008).Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya

sendiri (tidak disodorkan ke puting susu) (Dinkes Kulonprogo, 2009 ).

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )

Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan

dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar.

Kolostrum selain baik untuk kesehatan bayi juga memberikan kekebalan pasif

yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi,

meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan

nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan

panas, merangsang kolostrum segera keluar. Bagi Ibu adalah merangsang

produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI,

(17)

3. Faktor Yang Mendukung Terlaksananya IMD

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak

berjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaanya yang

mendukung untuk terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:

3.1.Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan

agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau

relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui

sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya. Dari

pengalaman, petugas kesehatan atau relawan dapat membantu ibu dalam

memahami hal-hal berikut:

3.1.1. Pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena

tidak perlu membeli susu formula.

3.1.2. Memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya

karena sudah melihat peragaan tentang cara-cara mengatasi

masalah menyusui, seperti puting susu lecet, bingung puting, bayi

rewel dan sebagainya.

3.1.3. Memahami bahwa bayi yang disusui jarang mengalami penyakit

diare, infeksi saluran nafas bila dibandingkan dengan bayi yang

tidak mendapatkan ASI (Sulistriani, 2004).

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua

petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan

(18)

memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus

mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan

benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat

menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan

rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Syarifah (2000) yang meneliti faktor

determinan terhadap pola pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas

Gandus Kecamatan Ilir Barat II Palembang dengan jumlah responden 97 orang

(ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan), ditemukan empat variabel

mempunyai hubungan yang bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu:

pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari

hasil analisis menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian

ASI adalah dukungan petugas kesehatan.

3.2.Pengetahuan

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor

utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya

pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus

mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang

menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat

memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan

(19)

kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula

secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.

Pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI yang baik dan benar dapat

dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Simbolon (2004), yang meneliti hubungan

perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas Teluk

Nibung Tanjung Balai tahun 2004, ditemukan hanya 13% bayi yang di beri ASI

eksklusif dan diikuti pemberian ASI sampai bayi berumur dua tahun. Jumlah

responden sebanyak 100 orang ibu yang pernah menyusui dimana usia balita 2-4

tahun. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa hanya 41% yang memiliki

kategori pengetahuan baik, 39% kategori pengetahuan sedang dan 20% kategori

kurang. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.

3.3.Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik

buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian

mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dididik,

apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, maka let down reflex

(20)

penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong

pengeluaran ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui

merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan

dan ukuran tubuhnya.

3.4. Sarana Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah

satu faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau

penduduk sampai ke pelosok. Namun ketersediaannya masih dirasakan sangat

kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini. Berdasarkan informasi

yang diperoleh dari Kepala Puskesmas Johan Pahlawan menyatakan bahwa:

Hanya terdapat satu puskesmas, ada yang dibantu 4 puskesmas pembantu, dan 1

polindes serta 22 pos pelayanan terpadu (Posyandu).

Rumah Sakit Umum Daerah terletak di Kecamatan Johan Pahlawan, akan

tetapi umumnya masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan lebih sering

menggunakan jasa bidan untuk membantu proses kelahiran bayi. Penduduk yang

mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan

dengan cara medis, fasilitas kesehatan yang sering digunakan untuk berobat

adalah Puskesmas dan Pustu. Apabila tingkat penyakitnya lebih parah baru

masyarakat akan menggunakan rumah sakit sebagai pusat rujukannya. Jarak

tempuh masyarakat dengan pusat pelayanan medis sangat bervariasi, akan tetapi

(21)

3.5.Dukungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan

suami dan orang-orang terdekat.

4. Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan IMD 4.1.Ibu Kelelahan

Proses melahirkan yang letih dan melelahkan, serta ibu masih merasakan

kesakitan setelah melahirkan membuat ibu enggan melakukan IMD. Ada beberapa

intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan

menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan

saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin bisa

menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya. Kelahiran dengan

obat-obatan dan tindakan seperti operasi, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit

didaerah kulit yang digunting saat episiotomi dan kelelahan ibu dapat pula

mengganggu kemampuan alamiah ini.

4.2.Kurang Pengetahuan Petugas Kesehatan

Pengetahuan tentang IMD belum banyak diketahui masyarakat, bahkan

juga oleh petugas kesehatan. Hal ini wajar karena IMD adalah ilmu pengetahuan

yang baru bagi Indonesia. Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami

kesulitan untuk melakukan IMD dan menyusui bayinya, hal ini disebabkan

kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara

(22)

terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusui sejak dilahirkan. Selama ini

penolong persalinan selalu memisahkan bayi-bayi dari ibunya segera setelah lahir,

untuk dibersihkan, ditimbang, dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat

mengganggu proses alami bayi untuk menyusui.

4.3.ASI Tidak Cukup

Salah satu alasan umum yang paling sering para ibu berikan untuk memulai

pemberian susu botol, atau berhenti menyusui adalah mereka menganggap diri

mereka tidak punya cukup ASI. Biasanya sekalipun ibu menganggap dirinya tidak

punya cukup ASI, nyatanya bayi mendapatkan semua yang dibutuhkan oleh bayi.

Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu, bahkan untuk

dua bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan lebih dari yang bayi mereka

perlukan.

4.4.Kebiasaan

Menurut Sulastriani (2004), bahwa pemberian ASI tidak lepas dari

pengaruh tatanan budaya. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang diwarnai oleh

adat (budaya), tatanan norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan

kepercayaan (agama). Perilaku umumnya tidak terjadi tiba-tiba. Perilaku adalah

hasil dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang

selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat

pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan

pemahaman tentang perilaku ibu, keluarga, dan lingkungan sosial budayanya

(23)

masyarakat sekitarnya tentang ASI dan menyusui. Apakah mereka mendukung

IMD, tidak peduli, atau justru menghalangi pemberian ASI. Pemahaman ini perlu

agar bisa lebih mengetahui alasan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui.

Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak

memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak para ibu-ibu yang merasa

ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang

kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang

cukup untuk bayinya. Tuhan telah menciptakan tubuh manusia begitu sempurna.

Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya sehingga bayi

tidak pernah merasa kekurangan apabila proses pemberian ASI juga dilakukan

secara teratur (Utami, 2000).

5. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Tatalaksana IMD dapat dibagi atas dua yaitu Inisiasi Menyusu Dini secara

umum dan Tatalaksana Inisiasi Meyusu Dini Pada Operasi Caesar.

5.1.Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum

Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum yaitu menganjurkan

suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, memberi saran kepada

petugas kesehatan untuk tidak menggunakan atau mengurangi penggunaan obat

kimiawi saat persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya

pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing, Biarkan ibu menentukan cara

melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau

(24)

kecuali kedua tangannya, lemak putih (vernix) yang memberi kenyamanan pada

kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau di

perut ibu. Memberikan kesempatan kulit bayi melekat dengan kulit ibu minimum

satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti dan bayi

diberikan topi agar panas tubuh bayi tidak hilang.

Selanjutnya, bayi dibiarkan untuk mencari putting susu ibu. Ibu juga dapat

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke

puting susu. Ayah memberi dukungan agar dapat membantu ibu untuk mengenali

tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung

beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan

rasa percaya diri ibu. Bayi diberi kesempatan bersentuhan dengan kulit ibunya

setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum

satu jam, jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,

kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu

pertama, memberi anjuran untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan

kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar,

bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau

menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan

tetesan mata bayi dapat ditunda, rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu

kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu. Pemberian minum pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI

(25)

5.2.Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

Sementara Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

dimana usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat

dilakukan. Namun sebaiknya ibu diberikan anastesi spinal atau epidural yaitu ibu

dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi setelah

operasi caesar. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi

dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika

keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada

kesempatan yang tercepat.

Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu

sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat

bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untu

memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hanngat.

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada operasi caesar

memerlukan tenaga dan pelayanan kesehatan yang produktif. Ruang operasi

diusahakan berada pada suhu ruangan 20° - 25° C. Selimut bayi diberikan agar

menutupi punggung bayi dan badan ibu dan topi bayi diberikan agar mengurangi

hilangnya panas dari kepala bayi. Selanjutnya pelaksanaanya sama dengan

tatalaksana umum. Jika IMD belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi

maka bayi harus dipindahkan sebelum satu jam dan bayi tetap diletakkan di dada

ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. IMD dapat

(26)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan

kerangka konsep sebagai berikut :

Skema 1 : Kerangka konseptual pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di

klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Faktor Penghambat

- Ibu kelelahan

- Kurang Pengetahuan

- Petugas Kesehatan

- ASI tidak cukup

- Kebiasaan Faktor Pendukung

-Petugas Kesehatan - Dukungan keluarga

-Pengetahuan - Sikap

-Sarana Kesehatan

IMD

(27)

2. Definisi Operasional

IMD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan IMD di

klinik-klinik yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Pelaksanaan IMD dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat, akan tetapi

pada penelitian ini kedua factor tersebut diabaikan.

Pelaksanaan IMD dinilai dengan menilai ketepatan waktu dilakukan IMD

dan tehnik/cara pelaksanaannya. Waktu dilakukan IMD dinilai tepat jika

dilakukan segera setelah bayi lahir (dalam jam pertama setelah kelahiran bayi)

dan disebut tidak tepat jika diberikan setelah jam pertama tersebut.

Cara pelaksanaan IMD disebut tepat jika semua komponen dalam tehnik

IMD dilaksanakan dan disebut tidak tepat jika ada komponen yang tidak

dilakukan. Komponen yang harus ada adalah:

1. Bayi langsung diletakkan di atas dada ibu dan dibiarkan mencari puting susu

ibu sendiri.

2. Tidak mendahulukan membersihkan lemak pada tubuh bayi baru lahir dari

pada IMD.

3. Petugas kesehatan memotivasi agar ayah memberi dukungan pada ibu saat

menyusu pertama kali.

(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif bertujuan

untuk mengetahui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-Klinik yang ada di

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

2. Populasi dan Sampel 2.1.Populasi

Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran terdiri dari 12 Kecamatan, 321

Desa, dan 12 Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Salah satu Kecamatan di

Kabupaten Aceh Barat yaitu Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 26 klinik

bersalin. Dari 26 klinik bersalin tersebut, hanya 8 klinik bersalin yang

melaksanakan IMD sedangkan 18 klinik lainnya belum melaksanakan IMD.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan di Klinik-Klinik

Bersalin yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang

melaksanakan IMD yaitu 8 klinik bersalin.

2.2.Sampel

Sampel diambil secara total sampling, yaitu seluruh ibu-ibu yang

melahirkan di Klinik-Klinik Bersalin dari tanggal 10 juli sampai dengan 24 juli

2010 di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang melaksanakan

(29)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klinik

No. Nama Klinik Jumlah Sampel

1. Klinik 1 6

2. Klinik 2 4

3. Klinik 3 2

4. Klinik 4 2

5. Klinik 5 2

6. Klinik 6 1

7. Klinik 7 1

8. Klinik 8 1

Jumlah sampel 19

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di klinik-klinik yang ada di Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan alasan bahwa di lokasi tersebut masih

banyak terdapat klinik-klinik yang belum sepenuhnya melaksanakan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), meskipun klinik tersebut berada di sekitar Kota Kabupaten

Aceh Barat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan mulai 10 juli

sampai 24 juli 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Menurut

Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada

penelitian ini yaitu: 1) Self Determination, yaitu peneliti memberi kebebasan

kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti

(30)

menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan

manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka

responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti

tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan

memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)

Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner dan pedoman wawancara atau interview yang terdiri dari dua bagian

yaitu bagian pertama data demografi responden yang meliputi usia, status, agama,

suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan. Bagian kedua merupakan kuesioner

pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang terdiri 9 pertanyaan. Dua pertanyaan

tentang ketepatan waktu yaitu nomor 1 dan 2, dan tujuh soal tentang ketepatan

cara pelaksanan IMD mulai pertanyaan nomor 3 sampai dengan nomor 9.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau mampu

mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

(31)

ini, peneliti menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan

sikap. Uji Validitas isi instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen, dilakukan uji

reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam

ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data

yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data

diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner

pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan analisa cronbach alpha

setelah pengumpulan data terhadap 30 responden di klinik bersalin Kecamatan

Merbau Aceh Barat dan diperoleh hasil 0,744. Menurut Sugiono (2006) sebuah

instrument dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya diatas 0,60. Maka

instrument untuk pengetahuan dan sikap yang digunakan pada penelitian ini telah

reliabel.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut 1) Mengajukan permohonan izin penelitian kepada

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2) Kemudian diikuti dengan

permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan,

3) Selanjutnya izin penelitian disampaikan kepada Pimpinan Klinik-Klinik

bersalin yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat., 4)

Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, 5)

(32)

mendapatkan persetujuan responden, pengumpulan data dimulai, 7) peneliti

mengolah data dan selanjutnya menganalisa data.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data, yang secara garis besar

meliputi empat langkah yaitu 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas,

kelengkapan isian data, 2) Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring)

terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang

tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa

yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan

pengolahan data dengan komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dalam bentuk tabel (Setiadi, 2007). Data

disajikan dalam bentuk tabel yaitu distribusi frekuensi dan persentase.

Pelaksanaan IMD pada klinik-klinik bersalin yang ada di kecamatan Johan

Pahlawan disebut baik jika dilaksanakan pada waktu yang tepat dan dengan cara

yang tepat. Kuesioner nomor 1 dan 2 digunakan untuk menilai ketepatan waktu

pelaksanaan IMD. Kuesioner nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 digunakan untuk

menilai pelaksanaan IMD. Penilaian pelaksanaan IMD dinilai dalam dua kategori

yaitu tepat dan tidak tepat. Nilai tertinggi dari untuk pelaksanaan IMD adalah 9

dan nilai terendah adalah 0. Maka panjang kelas adalah: 9/2 = 4,5 dibulatkan jadi

(33)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah

dilakukan analisa data Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik

Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini dideskripsikan tentang karakteristik responden, dan

gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin di

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat .

1.1.Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia ibu, usia

kehamilan, status persalinan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Pada table 5.1 dapat dilihat bahwa hampir semua responden berada pada rentang

usia 19-40 tahun. Semua responden beragama Islam. Pendidikan terakhir

responden rata-rata yaitu pendidikan SMA sebanyak (78,9%). Pekerjaan

responden rata-rata adalah Ibu Rumah Tangga yaitu (84,2%). Responden paling

banyak berasal dari Klinik Bersalin 1 (31,57%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(34)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat

Karakteristik Presentasi Frekuensi

Tabel 3 di bawah ini menggambarkan bahwa mayoritas responden

(35)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan ketepatan waktu Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat

Selama IMD, bayi tidak dipisahkan dari ibu selama 24 jam.

Bayi lahir langsung diletakkan di atas dada ibu dan dibiarkan mencari putting susu ibu.

Tabel 4 Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan tehnik/cara Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat

No. Pernyataan (No)

Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut sehingga membantu bayi mencari putting susu ibu.

Petugas kesehatan memberi motivasi dalam pelaksanaan IMD.

Pada IMD, lemak pada tubuh bayi tidak dibersihkan.

Sebelum dilakukan IMD, lemak pada bayi tidak perlu dibersihkan.

Pada IMD terjadi kontak kulit langsung antara kulit ibu dan kulit bayi.

Bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibu sampai berhasil menyusu pertama kali.

Saat IMD, bayi dan ibu diberi selimut.

(36)

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden telah

mendapat pelaksanaan IMD dengan tehnik/cara yang tepat dari petugas kesehatan

klinik bersalin tempat respnden melahirkan. Pelaksanaan IMD di klinik-klinik

bersalin Kecamatan Johan Pahlawan sudah terlaksana dengan tepat (100%).

2. Pembahasan

2.1.Ketepatan Waktu Pelaksanaan IMD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih 75% responden menyatakan

telah melakukan praktek IMD pada waktu yang tepat setelah persalinan di

beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu pelaksanaan IMD pada beberapa

klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat telah

dilaksanakan dengan baik. Penilaian ketepatan waktu pelaksanaan IMD ini dinilai

dengan caran menanyakan beberapa item pelaksanaan IMD yang terkait waktu

pelaksanaan pada ibu-ibu yang telah melahirkan di klinik-klinik bersalin tersebut.

Di dalam penelitian ini, item pernyataan nomor 1 dan 2, merupakan item

pernyataan untuk menilai ktepatan waktu pelaksanaan IMD.

Menurut Hegar dkk, (2008) Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi

di atas dada atau perut ibu segera setelah persalinan dan membiarkan bayi mencari

puting susu ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran.

Masih ada sebagian responden yang belum mendapat pelaksanaan IMD pada

waktu yang tepat setelah melahirkan, mungkin karena masih ada petugas

(37)

banyak memahami hal-hal terkait ketepatan waktu pelaksaan IMD. Ada

kemungkinan masih ada tenaga kesehatan yang menganggap sama Inisiasi

Menyusu Dini dengan waktu menyusu pertama kali. Keduanya merupakan hal

yang berbeda.

Inisiasi Menyusu Dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi

segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian

menyusu pada satu jam pertama kelahiran, sedangkan waktu menyusu pertama

kali yaitu bayi tidak langsung diberi kesempatan mencari putting susu ibunya

segera setelah lahir pada satu jam pertama kelahiran. Beberapa faktor yang

menghambat ketepatan waktu pelaksanaan IMD yaitu bayi dikhawatirkan merasa

kedinginan, ibu kelelahan dan harus dijahit setelah proses pada episiotomi

persalinan, kurangnya pengetahuan petugas kesehatan, ASI ibu yang kurang

cukup dan kebiasaan atau tatanan budayanya berlaku dimasyarakat maupun

prosedur yang di Rumah Sakit.

2.2.Ketepatatan Tehnik/Cara Pelaksanaan IMD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih 70% responden menyatakan

telah melakukan praktek IMD dengan tehnik/cara pelaksanaan yang tepat setelah

persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten

Aceh Barat. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan cara/tehnik pelaksanaan IMD

pada beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat telah dilaksanakan dengan baik. Penilaian ketepatan cara/ tehnik

(38)

IMD yang terkait tehnik/ cara pelaksanaan pada ibu-ibu yang telah melahirkan di

klinik-klinik bersalin tersebut. Di dalam penelitian ini, item pernyataan nomor 3,

4, 5, 6, 7, 8, dan 9 merupakan item pernyataan untuk menilai ketepatan cara/

tehnik pelaksanaan IMD.

Hampir semua responden mendapat pelaksanaan IMD dengan tehnik/cara

yang tepat setelah melahirkan hal ini mungkin dikarenakan bidan penolong

persalinan telah mendapat pelatihan tentang IMD. Selain itu juga mungkin karena

penolong persalinan dan ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik bersalin

kecamatan Johan Pahlawan mulai menyadari tentang manfaat Inisiasi Menyusu

Dini

Dampak Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan

kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI seegera keluar yang disesuaikan

dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang

segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi

mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu

dan bayi, mencegah kehilangan panas. Dampak IMD bagi Ibu adalah merangsang

produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI,

meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih dari 78% responden

menyatakan telah dilakukan praktek IMD pada waktu yang tepat dan lebih dari 84

% responden telah dilakukan pada cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di

beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Hal ini menunjukkan petugas kesehatan/penolong persalinan di beberapa klinik

bersalin di kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat telah

mempraktekkan IMD dengan waktu dan cara/tehnik yang tepat.

2. Saran

2.1.Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan pada pelayanan

keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang

pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, sehingga ibu-ibu yang melahirkan di

klinik-klinik bersalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi

Menyusu Dini. Sehingga memiliki banyak manfaat untuk ibu dan bayinya.

2.2.Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah

wawasan keilmuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam ruang

(40)

2.3.Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan pelaksanaan tentang kegiatan Inisiasi

Menyusu Dini dilakukan penelitian yang lebih detail lagi yaitu dengan

melakukan observasi pelaksanaan IMD pada ibu yang melahirkan di klinik

bersalin untuk melihat ketepatan waktu dan tehnik/cara pelaksanaan Inisiasi

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 13.

Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Behrman R.E. (1998). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson: TexBook of Pediatrics)

Edisi 12. Jakarta: EGC.

BPS Kab, Aceh Barat. (2008). Kecamatan Johan Pahlawan Dalam Angka. BPS

Kabupaten Aceh Barat.

Brunette R.W. (1989). Peran Kaum Wanita : Bagaimana menjadi Cakap dan

Seimbang dalam Aneka Peran. Yogyakarta: Kanisius.

Depkes RI. (2005). Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen

Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Departemen kesehatan R.I. (1996). Info Pangan dan Gizi Volume VII. Jakarta:

Depkes RI.

Dorlan. (2002). Kamus Kedokteran Edisi 2. Jakarta: EGC.

Fikawati S. dan Syafiq A. (2003). Hubungan antara Menyusui Segera (Immediate

Breastfeeding) dan pemberian ASI Eksklusif Sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti Mei-Agustus 2003 Vol. 22 No.2.

Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(42)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONCERN)

Saya yang bernama Suriani 091121008 adalah mahasiswa S1 Keperawatan

Jalur B Universitas Sumatera Utara Jalur Medan. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klik Bersalin

Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. Penelitian ini merupakan salah satu

kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di S1 Keperawatan Jalur B Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharakan kesedian ibu untuk berpartisipasi

dalam penelitain ini dimana penelitian ini tidak akan membawa dampak yang

membahayakan. Saya mohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembaran kuesioner

dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar

persetujuan ini sebagai bukti ketersediaan Ibu.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas ingin

mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu

berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima Kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.

Medan, 2010

(43)

Lampiran 2

Kuesioner

I. Identitas Informan (Ibu)

Nama :

Umur :

Agama :A. Islam B.Kristen C. Hindu

D. Hindu E. Buddha F. Lain-lain

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Status Persalinan :G…………..P……….A………..

II. Klinik Yang Dikunjungi

A. Klinik 1 E. Klinik 5

B. Klinik 2 F. Klinik 6

C. Klinik 3 G. Klinik 7

D. Klinik 4 H. Klinik 8

III. Kuesioner

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist pada

kolom Ya dan Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah pada saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini,

selama 24 jam pertama setelah bayi lahir bayi tidak

dipisahkan dari ibunya

(44)

dada ibu dan dibiarkan mencari puting susu ibunya.

3. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut

saat bayi baru lahir mencari puting susu ibunya untuk

menyusui pertama kali

4. Apakah ada motivasi dari petugas kesehatan agar

ayah memberi dukungan ibu saat menyusi pertama

kali.

5. Apakah benar saat IMD lemak pada tubuh bayi tidak

perlu dibersihkan terlebih dahulu

6. Sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, bayi

dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan

kotoran lemak pada kulit bayi baru lahir.

7. Proses yang dilakukan saat Inisiasi Menyusu Dini

adalah melakukan kontak langsung kulit bayi dengan

kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit

satu jam.

8. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya

dalam waktu satu jam, bayi tetap bersentuhan dengan

kulit ibu sampai berhasil menyusu pertama kali

9. Pada saat Inisiasi Menyusu Dini, bayi dan ibunya

diberi selimut untuk mencegah kedinginan pada ibu

(45)

Lampiran 3

DATASET ACTIVATE DataSet0. NEW FILE. RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009

VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017

VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025

VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033

VAR00034 VAR00035 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA

/SUMMARY=TOTAL.

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(46)

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP

Nama : Suriani

Tempat tanggal lahir : Kuta Sayeh, 3 Juni 1969

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Meulaboh Aceh Barat

Riwayat Pendidikan :

1. MIN (1976-1982)

2. MTSN (1982-1985)

3. SPK (1985-1988)

4. D3 Keperawatan DEPKES Meulaboh (2000-2003)

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klinik
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan ketepatan waktu Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat

Referensi

Dokumen terkait

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dalam menalar aturan IUPAC

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA3. Asli

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan pembuatan

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi Desa

Demikian atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terima kasih.. Semarang, 18 Juli 2013

Ber dasar kan hal-hal ter sebut di atas, maka Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Tata Kota Bandar Lampung mengumumkan pemenang dan pemenang cadangan penyedia jasa

Kriteria yang akan digunakan adalah bakat siswa, minat siswa, nilai. raport,dan nilai dari

 Pada boiler yang berbahan bakar minyak atau gas, sebaiknya dibuat kotak sekering untuk kabel sistim sambungan yang dapat mematikan jika terjadi kebakaran atau panas yang