PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI
KLINIK-KLINIK BERSALIN DI KECAMATAN JOHAN
PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Oleh
Suriani 091121008
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
yang berjudul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.
Penyelesaian Proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Dedi Ardinata M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, MKep. Sp. KMB. CWCC selaku dosen
Pembimbing Akademik.
3. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing I, yang
telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis, memberikan
ilmu dan memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam
pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku dosen pembimbing II, atas
arahannya selama melakukan penelitian.
5. Ibu Ellyta Aizar, SKp selaku dosen penguji, atas atas arahannya untuk
6. Begitu pula kepada seluruh staf pengajar dan administrasi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada
semua pihak yang telah membantu penulis. Harapan penulis semoga karya ini
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.
Medan, 11 Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul….………. i
Halaman Pengesahan……… ii
Prakata……… iii
Daftar Isi……….. iv
Daftar Tabel……… v
Abstrak……… vi
BAB 1 Pendahuluan 2.1Latar belakang……….. 1
2.2Tujuan penelitian………... 4
2.3Pertanyaan Penelitian………... 4
2.4Manfaat penelitian……… 5
BAB 2 Tinjauan pustaka 2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini……….………. 6
2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini…….………….…………... 6
2.3 Faktor yang Mendukung Terlaksananya IMD…..………… 7
2.4 Faktor yang Menghambat Terlaksanya IMD………. 11
2.5 Tatalaksanan IMD………. 13
BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1Kerangka konseptual……… 16
BAB 4 Metode penelitian
4.1Desain Penelitian……… 19
4.2Populasi dan Sampel……….………. 19
4.2.1 Populasi……… 19
4.2.2 Sampel………. 19
4.3Lokasi dan waktu penelitian……….. 20
4.4Pertimbangan Etik Penelitian……… 20
4.5Instrumen penelitian……….. 21
4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian…………..… 21
4.7Pengumpulan Data…………...……….. 22
4.8Analisa Data……….. 22
BAB 5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian……….……… 24
5.11 Deskripsi Karakterisitik Responden……… 24
5.2 Pembahasan………. 27
5.2.1 Ketepatan Waktu Pelaksanaan IMD……….. 27
5.2.2 Ketepatan Tehnik/Cara Pelaksanaan IMD……….. 28
BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan………. 31
6.2 Saran……….. 31
6.2.1 Pelayanan Keperawatan……….. 31
6.2.2 Profesi Keperawatan………. …. 32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Inform Consent
2. Kuesioner
3. Hasil Uji Reliabilitas
4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
5. Surat Izin Penelitian dari Klinik Klinik Bersalin
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Klinik…….……. .
Distribusi Frekuensi Karakteristik Demorafi Responden di
Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh
Barat..………..……….…….
Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan ketepatan waktu
Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat..……….
Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan tehnik/cara
Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan
Pahlawan Aceh Barat……… 22
24
25
Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik
Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Nama : Suriani
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama kelahiran bayi. Klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan yang melaksanakan praktek IMD hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada bulan juli 2010 yang melibatkan ibu-ibu bersalin di 8 klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Lebih dari 70% responden menyatakan telah melakukan praktek IMD pada waktu dan cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.dari hasil penelitian diharapkan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang Inisiasi Menyusu Dini sehingga ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik besalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik
Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Nama : Suriani
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama kelahiran bayi. Klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan yang melaksanakan praktek IMD hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada bulan juli 2010 yang melibatkan ibu-ibu bersalin di 8 klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Lebih dari 70% responden menyatakan telah melakukan praktek IMD pada waktu dan cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.dari hasil penelitian diharapkan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang Inisiasi Menyusu Dini sehingga ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik besalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan
pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur.
SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi dan kemampuan berkomunikasi
serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Men Neg PP,
2008). Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diupayakan dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Secara eksklusif dan dengan proses yang benar.
Hal ini bisa dicapai karena ASI merupakan satu-satunya makanan yang sempurna
untuk menjamin tumbuh kembang selama bulan-bulan pertama kehidupan ekstra
uteri.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang alami yang disediakan untuk
bayi. Pemberian ASI secara eksklusif serta proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang
berkualitas, karena ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk
menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu dalam
proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani,
emosi maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya.
Masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya.
sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusui terganggu. Penolong
persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya untuk dibersihkan, ditimbang,
diberi pakaian dan alasan lainnya.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk
mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal
kehidupannya untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar,
dengan menyusui secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan
perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).
Pelaksanaan IMD pada saat setelah bayi lahir yang diterapkan pada setiap
ibu yang akan melahirkan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi karena proses
alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusui, yaitu dengan memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam
pertama pada awal kehidupannya. Menurut Karen dan Edmon (2006) dengan
pelaksanaan IMD 22% dapat menyelamatkan nyawa bayi umur di bawah 28 hari
dan ternyata bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui dini delapan kali lebih
berhasil diberi ASI eksklusif (Fika & Syafiq, 2003).
Manfaat dari IMD yaitu apabila terjadi kontak kulit dan hentakan kepala
bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi pada puting susu ibu dan sekitarnya,
isapan bayi pada puting ibu, merangsang pengeluaran hormon oksitosin, hormon
oksitosin ini sangat membantu rahim ibu untuk berkontraksi sehingga merangsang
Kurang pemahaman tentang inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI
secara eksklusif, menyebabkan pelaksanaan IMD dan pemberian ASI secara
eksklusif tidak dihiraukan: bayi tidak dilakukan IMD, pemberian pisang sebagai
makanan utama, memberi susu formula, memberikan makanan siap saji, padahal
penyuluhan tentang IMD dan ASI eksklusif semakin gencar, petugas kesehatan
sudah banyak dilatih baik itu pelatihan IMD maupun ASI eksklusif, posyandu
semakin aktif, promosi bidan delima dan lain-lain.
Pemahaman tentang IMD dan pemberian ASI secara eksklusif merupakan
persoalan yang sangat penting. Yang memungkinkan terlaksananya IMD dan
pemberian ASI secara eksklusif apabila individu, keluarga, petugas kesehatan
serta masyarakat sudah memahami tentang pengertian, manfaat, serta tujuan dari
IMD dan pemberian ASI secara eksklusif. Anggapan ini sejalan dengan pendapat
Roesli (2008), bahwa ketidak keberhasilan ibu menyusui bayinya sampai usia
enam bulan, sebenarnya hanya satu masalah, yaitu ibu belum memahami
sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh ASI
terutama saat mereka harus bekerja.
IMD akhir-akhir ini banyak digaungkan The United Nations Children’s
Fund (UNICEF). Pemerintah Indonesia telah mencanangkan IMD sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI yang relatif dengan ASI eklusif.
IMD merupakan bagian dari manajemen laktasi yang relatif baru dan harus
disosialisasikan secara benar ke masyarakat (Hegar, 2004).
Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran terdiri dari 12 Kecamatan, 321
Kabupaten Aceh Barat yaitu Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 26 klinik
bersalin. Dari 26 klinik bersalin tersebut, hanya 8 klinik bersalin yang
melaksanakan IMD sedangkan 18 klinik lainya belum melaksanakan IMD.
Padahal, para bidan didaerah tersebut telah mengikuti pelatihan diataranya yaitu
pelatihan asuhan persalinan normal (APN) dan pelatihan IMD.
Pada kenyataannya klinik-klinik di Kecamatan Johan Pahlawan yang
melaksanakan praktek IMD hanya 2,08% dari 400 orang ibu yang melahirkan
diklinik bersalin, hanya 30 % ibu yang melahirkan mendapatkan pelaksanaan
IMD. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan bidan (penolong ibu
melahirkan) tentang pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir, sikap bidan (penolong
ibu melahirkan) tidak ingin mengetahui untuk melaksanakan IMD juga
merupakan pengaruh dalam pelaksanaan IMD. Selain itu, faktor kebudayaan yang
berkembang di masyarakat bahwa bayi baru lahir dalam keadaan kotor tidak suci,
adanya darah vernix atau lemak dan air ketuban yang masih melekat pada tubuh
bayi, selain itu yang melahirkan dengan tindakan operasi merasa cemas dan takut
melaksanakan IMD berhubungan dengan operasi.
Berdasarkan paparan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan suatu
penelitian tentang “Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin
di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.
2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik-Klinik Bersalin
di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?
4. Manfaat Penelitian
4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sumber informasi tentang
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi
pendidikan keperawatan dalam mengajarkan asuhan keperawatan dalam bentuk
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan intervensi keperawatan pada
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berharga sebagai
data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Pelaksanaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi
mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi Menyusu Dini
adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan
membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini disebut
baby crawl (Hegar dkk, 2008).Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya
sendiri (tidak disodorkan ke puting susu) (Dinkes Kulonprogo, 2009 ).
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan
dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar.
Kolostrum selain baik untuk kesehatan bayi juga memberikan kekebalan pasif
yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi,
meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan
nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan
panas, merangsang kolostrum segera keluar. Bagi Ibu adalah merangsang
produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI,
3. Faktor Yang Mendukung Terlaksananya IMD
Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaanya yang
mendukung untuk terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:
3.1.Peran Petugas Kesehatan
Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan
agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau
relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui
sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya. Dari
pengalaman, petugas kesehatan atau relawan dapat membantu ibu dalam
memahami hal-hal berikut:
3.1.1. Pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena
tidak perlu membeli susu formula.
3.1.2. Memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya
karena sudah melihat peragaan tentang cara-cara mengatasi
masalah menyusui, seperti puting susu lecet, bingung puting, bayi
rewel dan sebagainya.
3.1.3. Memahami bahwa bayi yang disusui jarang mengalami penyakit
diare, infeksi saluran nafas bila dibandingkan dengan bayi yang
tidak mendapatkan ASI (Sulistriani, 2004).
Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua
petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan
memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus
mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan
benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat
menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan
rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Syarifah (2000) yang meneliti faktor
determinan terhadap pola pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas
Gandus Kecamatan Ilir Barat II Palembang dengan jumlah responden 97 orang
(ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan), ditemukan empat variabel
mempunyai hubungan yang bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu:
pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari
hasil analisis menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian
ASI adalah dukungan petugas kesehatan.
3.2.Pengetahuan
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor
utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya
pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus
mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang
menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat
memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan
kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula
secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.
Pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI yang baik dan benar dapat
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Simbolon (2004), yang meneliti hubungan
perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas Teluk
Nibung Tanjung Balai tahun 2004, ditemukan hanya 13% bayi yang di beri ASI
eksklusif dan diikuti pemberian ASI sampai bayi berumur dua tahun. Jumlah
responden sebanyak 100 orang ibu yang pernah menyusui dimana usia balita 2-4
tahun. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa hanya 41% yang memiliki
kategori pengetahuan baik, 39% kategori pengetahuan sedang dan 20% kategori
kurang. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.
3.3.Sikap
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik
buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).
Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dididik,
apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, maka let down reflex
penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong
pengeluaran ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui
merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan
dan ukuran tubuhnya.
3.4. Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk,
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah
satu faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau
penduduk sampai ke pelosok. Namun ketersediaannya masih dirasakan sangat
kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari Kepala Puskesmas Johan Pahlawan menyatakan bahwa:
Hanya terdapat satu puskesmas, ada yang dibantu 4 puskesmas pembantu, dan 1
polindes serta 22 pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Rumah Sakit Umum Daerah terletak di Kecamatan Johan Pahlawan, akan
tetapi umumnya masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan lebih sering
menggunakan jasa bidan untuk membantu proses kelahiran bayi. Penduduk yang
mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan
dengan cara medis, fasilitas kesehatan yang sering digunakan untuk berobat
adalah Puskesmas dan Pustu. Apabila tingkat penyakitnya lebih parah baru
masyarakat akan menggunakan rumah sakit sebagai pusat rujukannya. Jarak
tempuh masyarakat dengan pusat pelayanan medis sangat bervariasi, akan tetapi
3.5.Dukungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan
suami dan orang-orang terdekat.
4. Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan IMD 4.1.Ibu Kelelahan
Proses melahirkan yang letih dan melelahkan, serta ibu masih merasakan
kesakitan setelah melahirkan membuat ibu enggan melakukan IMD. Ada beberapa
intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan
menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan
saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin bisa
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya. Kelahiran dengan
obat-obatan dan tindakan seperti operasi, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit
didaerah kulit yang digunting saat episiotomi dan kelelahan ibu dapat pula
mengganggu kemampuan alamiah ini.
4.2.Kurang Pengetahuan Petugas Kesehatan
Pengetahuan tentang IMD belum banyak diketahui masyarakat, bahkan
juga oleh petugas kesehatan. Hal ini wajar karena IMD adalah ilmu pengetahuan
yang baru bagi Indonesia. Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami
kesulitan untuk melakukan IMD dan menyusui bayinya, hal ini disebabkan
kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara
terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusui sejak dilahirkan. Selama ini
penolong persalinan selalu memisahkan bayi-bayi dari ibunya segera setelah lahir,
untuk dibersihkan, ditimbang, dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat
mengganggu proses alami bayi untuk menyusui.
4.3.ASI Tidak Cukup
Salah satu alasan umum yang paling sering para ibu berikan untuk memulai
pemberian susu botol, atau berhenti menyusui adalah mereka menganggap diri
mereka tidak punya cukup ASI. Biasanya sekalipun ibu menganggap dirinya tidak
punya cukup ASI, nyatanya bayi mendapatkan semua yang dibutuhkan oleh bayi.
Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu, bahkan untuk
dua bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan lebih dari yang bayi mereka
perlukan.
4.4.Kebiasaan
Menurut Sulastriani (2004), bahwa pemberian ASI tidak lepas dari
pengaruh tatanan budaya. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang diwarnai oleh
adat (budaya), tatanan norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan
kepercayaan (agama). Perilaku umumnya tidak terjadi tiba-tiba. Perilaku adalah
hasil dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat
pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan
pemahaman tentang perilaku ibu, keluarga, dan lingkungan sosial budayanya
masyarakat sekitarnya tentang ASI dan menyusui. Apakah mereka mendukung
IMD, tidak peduli, atau justru menghalangi pemberian ASI. Pemahaman ini perlu
agar bisa lebih mengetahui alasan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui.
Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak para ibu-ibu yang merasa
ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang
kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang
cukup untuk bayinya. Tuhan telah menciptakan tubuh manusia begitu sempurna.
Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya sehingga bayi
tidak pernah merasa kekurangan apabila proses pemberian ASI juga dilakukan
secara teratur (Utami, 2000).
5. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Tatalaksana IMD dapat dibagi atas dua yaitu Inisiasi Menyusu Dini secara
umum dan Tatalaksana Inisiasi Meyusu Dini Pada Operasi Caesar.
5.1.Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum
Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum yaitu menganjurkan
suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, memberi saran kepada
petugas kesehatan untuk tidak menggunakan atau mengurangi penggunaan obat
kimiawi saat persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya
pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing, Biarkan ibu menentukan cara
melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau
kecuali kedua tangannya, lemak putih (vernix) yang memberi kenyamanan pada
kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau di
perut ibu. Memberikan kesempatan kulit bayi melekat dengan kulit ibu minimum
satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti dan bayi
diberikan topi agar panas tubuh bayi tidak hilang.
Selanjutnya, bayi dibiarkan untuk mencari putting susu ibu. Ibu juga dapat
merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke
puting susu. Ayah memberi dukungan agar dapat membantu ibu untuk mengenali
tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung
beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan
rasa percaya diri ibu. Bayi diberi kesempatan bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum
satu jam, jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,
kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama, memberi anjuran untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan
kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar,
bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau
menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda, rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu
kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu. Pemberian minum pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI
5.2.Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
Sementara Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
dimana usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat
dilakukan. Namun sebaiknya ibu diberikan anastesi spinal atau epidural yaitu ibu
dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi setelah
operasi caesar. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi
dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika
keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada
kesempatan yang tercepat.
Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu
sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat
bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untu
memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hanngat.
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada operasi caesar
memerlukan tenaga dan pelayanan kesehatan yang produktif. Ruang operasi
diusahakan berada pada suhu ruangan 20° - 25° C. Selimut bayi diberikan agar
menutupi punggung bayi dan badan ibu dan topi bayi diberikan agar mengurangi
hilangnya panas dari kepala bayi. Selanjutnya pelaksanaanya sama dengan
tatalaksana umum. Jika IMD belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi
maka bayi harus dipindahkan sebelum satu jam dan bayi tetap diletakkan di dada
ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. IMD dapat
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan
kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 1 : Kerangka konseptual pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di
klinik-klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Faktor Penghambat
- Ibu kelelahan
- Kurang Pengetahuan
- Petugas Kesehatan
- ASI tidak cukup
- Kebiasaan Faktor Pendukung
-Petugas Kesehatan - Dukungan keluarga
-Pengetahuan - Sikap
-Sarana Kesehatan
IMD
2. Definisi Operasional
IMD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan IMD di
klinik-klinik yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Pelaksanaan IMD dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat, akan tetapi
pada penelitian ini kedua factor tersebut diabaikan.
Pelaksanaan IMD dinilai dengan menilai ketepatan waktu dilakukan IMD
dan tehnik/cara pelaksanaannya. Waktu dilakukan IMD dinilai tepat jika
dilakukan segera setelah bayi lahir (dalam jam pertama setelah kelahiran bayi)
dan disebut tidak tepat jika diberikan setelah jam pertama tersebut.
Cara pelaksanaan IMD disebut tepat jika semua komponen dalam tehnik
IMD dilaksanakan dan disebut tidak tepat jika ada komponen yang tidak
dilakukan. Komponen yang harus ada adalah:
1. Bayi langsung diletakkan di atas dada ibu dan dibiarkan mencari puting susu
ibu sendiri.
2. Tidak mendahulukan membersihkan lemak pada tubuh bayi baru lahir dari
pada IMD.
3. Petugas kesehatan memotivasi agar ayah memberi dukungan pada ibu saat
menyusu pertama kali.
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-Klinik yang ada di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
2. Populasi dan Sampel 2.1.Populasi
Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran terdiri dari 12 Kecamatan, 321
Desa, dan 12 Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Salah satu Kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat yaitu Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 26 klinik
bersalin. Dari 26 klinik bersalin tersebut, hanya 8 klinik bersalin yang
melaksanakan IMD sedangkan 18 klinik lainnya belum melaksanakan IMD.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan di Klinik-Klinik
Bersalin yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang
melaksanakan IMD yaitu 8 klinik bersalin.
2.2.Sampel
Sampel diambil secara total sampling, yaitu seluruh ibu-ibu yang
melahirkan di Klinik-Klinik Bersalin dari tanggal 10 juli sampai dengan 24 juli
2010 di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang melaksanakan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klinik
No. Nama Klinik Jumlah Sampel
1. Klinik 1 6
2. Klinik 2 4
3. Klinik 3 2
4. Klinik 4 2
5. Klinik 5 2
6. Klinik 6 1
7. Klinik 7 1
8. Klinik 8 1
Jumlah sampel 19
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di klinik-klinik yang ada di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan alasan bahwa di lokasi tersebut masih
banyak terdapat klinik-klinik yang belum sepenuhnya melaksanakan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), meskipun klinik tersebut berada di sekitar Kota Kabupaten
Aceh Barat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan mulai 10 juli
sampai 24 juli 2010.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Menurut
Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada
penelitian ini yaitu: 1) Self Determination, yaitu peneliti memberi kebebasan
kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti
menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan
manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka
responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti
tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan
memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)
Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner dan pedoman wawancara atau interview yang terdiri dari dua bagian
yaitu bagian pertama data demografi responden yang meliputi usia, status, agama,
suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan. Bagian kedua merupakan kuesioner
pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang terdiri 9 pertanyaan. Dua pertanyaan
tentang ketepatan waktu yaitu nomor 1 dan 2, dan tujuh soal tentang ketepatan
cara pelaksanan IMD mulai pertanyaan nomor 3 sampai dengan nomor 9.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau mampu
mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
ini, peneliti menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan
sikap. Uji Validitas isi instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen, dilakukan uji
reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam
ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data
yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data
diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan analisa cronbach alpha
setelah pengumpulan data terhadap 30 responden di klinik bersalin Kecamatan
Merbau Aceh Barat dan diperoleh hasil 0,744. Menurut Sugiono (2006) sebuah
instrument dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya diatas 0,60. Maka
instrument untuk pengetahuan dan sikap yang digunakan pada penelitian ini telah
reliabel.
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut 1) Mengajukan permohonan izin penelitian kepada
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2) Kemudian diikuti dengan
permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan,
3) Selanjutnya izin penelitian disampaikan kepada Pimpinan Klinik-Klinik
bersalin yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat., 4)
Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, 5)
mendapatkan persetujuan responden, pengumpulan data dimulai, 7) peneliti
mengolah data dan selanjutnya menganalisa data.
8. Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan analisa data, yang secara garis besar
meliputi empat langkah yaitu 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas,
kelengkapan isian data, 2) Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring)
terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang
tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa
yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan
pengolahan data dengan komputerisasi.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dalam bentuk tabel (Setiadi, 2007). Data
disajikan dalam bentuk tabel yaitu distribusi frekuensi dan persentase.
Pelaksanaan IMD pada klinik-klinik bersalin yang ada di kecamatan Johan
Pahlawan disebut baik jika dilaksanakan pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang tepat. Kuesioner nomor 1 dan 2 digunakan untuk menilai ketepatan waktu
pelaksanaan IMD. Kuesioner nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 digunakan untuk
menilai pelaksanaan IMD. Penilaian pelaksanaan IMD dinilai dalam dua kategori
yaitu tepat dan tidak tepat. Nilai tertinggi dari untuk pelaksanaan IMD adalah 9
dan nilai terendah adalah 0. Maka panjang kelas adalah: 9/2 = 4,5 dibulatkan jadi
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah
dilakukan analisa data Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik
Bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini dideskripsikan tentang karakteristik responden, dan
gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat .
1.1.Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia ibu, usia
kehamilan, status persalinan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.
Pada table 5.1 dapat dilihat bahwa hampir semua responden berada pada rentang
usia 19-40 tahun. Semua responden beragama Islam. Pendidikan terakhir
responden rata-rata yaitu pendidikan SMA sebanyak (78,9%). Pekerjaan
responden rata-rata adalah Ibu Rumah Tangga yaitu (84,2%). Responden paling
banyak berasal dari Klinik Bersalin 1 (31,57%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
Karakteristik Presentasi Frekuensi
Tabel 3 di bawah ini menggambarkan bahwa mayoritas responden
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan ketepatan waktu Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
Selama IMD, bayi tidak dipisahkan dari ibu selama 24 jam.
Bayi lahir langsung diletakkan di atas dada ibu dan dibiarkan mencari putting susu ibu.
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan tehnik/cara Pelaksanaan IMD di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat
No. Pernyataan (No)
Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut sehingga membantu bayi mencari putting susu ibu.
Petugas kesehatan memberi motivasi dalam pelaksanaan IMD.
Pada IMD, lemak pada tubuh bayi tidak dibersihkan.
Sebelum dilakukan IMD, lemak pada bayi tidak perlu dibersihkan.
Pada IMD terjadi kontak kulit langsung antara kulit ibu dan kulit bayi.
Bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibu sampai berhasil menyusu pertama kali.
Saat IMD, bayi dan ibu diberi selimut.
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden telah
mendapat pelaksanaan IMD dengan tehnik/cara yang tepat dari petugas kesehatan
klinik bersalin tempat respnden melahirkan. Pelaksanaan IMD di klinik-klinik
bersalin Kecamatan Johan Pahlawan sudah terlaksana dengan tepat (100%).
2. Pembahasan
2.1.Ketepatan Waktu Pelaksanaan IMD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih 75% responden menyatakan
telah melakukan praktek IMD pada waktu yang tepat setelah persalinan di
beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu pelaksanaan IMD pada beberapa
klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat telah
dilaksanakan dengan baik. Penilaian ketepatan waktu pelaksanaan IMD ini dinilai
dengan caran menanyakan beberapa item pelaksanaan IMD yang terkait waktu
pelaksanaan pada ibu-ibu yang telah melahirkan di klinik-klinik bersalin tersebut.
Di dalam penelitian ini, item pernyataan nomor 1 dan 2, merupakan item
pernyataan untuk menilai ktepatan waktu pelaksanaan IMD.
Menurut Hegar dkk, (2008) Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi
di atas dada atau perut ibu segera setelah persalinan dan membiarkan bayi mencari
puting susu ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran.
Masih ada sebagian responden yang belum mendapat pelaksanaan IMD pada
waktu yang tepat setelah melahirkan, mungkin karena masih ada petugas
banyak memahami hal-hal terkait ketepatan waktu pelaksaan IMD. Ada
kemungkinan masih ada tenaga kesehatan yang menganggap sama Inisiasi
Menyusu Dini dengan waktu menyusu pertama kali. Keduanya merupakan hal
yang berbeda.
Inisiasi Menyusu Dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi
segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan
aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian
menyusu pada satu jam pertama kelahiran, sedangkan waktu menyusu pertama
kali yaitu bayi tidak langsung diberi kesempatan mencari putting susu ibunya
segera setelah lahir pada satu jam pertama kelahiran. Beberapa faktor yang
menghambat ketepatan waktu pelaksanaan IMD yaitu bayi dikhawatirkan merasa
kedinginan, ibu kelelahan dan harus dijahit setelah proses pada episiotomi
persalinan, kurangnya pengetahuan petugas kesehatan, ASI ibu yang kurang
cukup dan kebiasaan atau tatanan budayanya berlaku dimasyarakat maupun
prosedur yang di Rumah Sakit.
2.2.Ketepatatan Tehnik/Cara Pelaksanaan IMD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih 70% responden menyatakan
telah melakukan praktek IMD dengan tehnik/cara pelaksanaan yang tepat setelah
persalinan di beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan cara/tehnik pelaksanaan IMD
pada beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat telah dilaksanakan dengan baik. Penilaian ketepatan cara/ tehnik
IMD yang terkait tehnik/ cara pelaksanaan pada ibu-ibu yang telah melahirkan di
klinik-klinik bersalin tersebut. Di dalam penelitian ini, item pernyataan nomor 3,
4, 5, 6, 7, 8, dan 9 merupakan item pernyataan untuk menilai ketepatan cara/
tehnik pelaksanaan IMD.
Hampir semua responden mendapat pelaksanaan IMD dengan tehnik/cara
yang tepat setelah melahirkan hal ini mungkin dikarenakan bidan penolong
persalinan telah mendapat pelatihan tentang IMD. Selain itu juga mungkin karena
penolong persalinan dan ibu-ibu yang melahirkan di klinik-klinik bersalin
kecamatan Johan Pahlawan mulai menyadari tentang manfaat Inisiasi Menyusu
Dini
Dampak Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan
kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI seegera keluar yang disesuaikan
dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi
mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dan bayi, mencegah kehilangan panas. Dampak IMD bagi Ibu adalah merangsang
produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI,
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih dari 78% responden
menyatakan telah dilakukan praktek IMD pada waktu yang tepat dan lebih dari 84
% responden telah dilakukan pada cara/tehnik yang tepat setelah persalinan di
beberapa klinik bersalin di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Hal ini menunjukkan petugas kesehatan/penolong persalinan di beberapa klinik
bersalin di kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat telah
mempraktekkan IMD dengan waktu dan cara/tehnik yang tepat.
2. Saran
2.1.Pelayanan Keperawatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan pada pelayanan
keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang
pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, sehingga ibu-ibu yang melahirkan di
klinik-klinik bersalin mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan Inisiasi
Menyusu Dini. Sehingga memiliki banyak manfaat untuk ibu dan bayinya.
2.2.Profesi Keperawatan
Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah
wawasan keilmuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam ruang
2.3.Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan pelaksanaan tentang kegiatan Inisiasi
Menyusu Dini dilakukan penelitian yang lebih detail lagi yaitu dengan
melakukan observasi pelaksanaan IMD pada ibu yang melahirkan di klinik
bersalin untuk melihat ketepatan waktu dan tehnik/cara pelaksanaan Inisiasi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 13.
Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Behrman R.E. (1998). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson: TexBook of Pediatrics)
Edisi 12. Jakarta: EGC.
BPS Kab, Aceh Barat. (2008). Kecamatan Johan Pahlawan Dalam Angka. BPS
Kabupaten Aceh Barat.
Brunette R.W. (1989). Peran Kaum Wanita : Bagaimana menjadi Cakap dan
Seimbang dalam Aneka Peran. Yogyakarta: Kanisius.
Depkes RI. (2005). Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Departemen kesehatan R.I. (1996). Info Pangan dan Gizi Volume VII. Jakarta:
Depkes RI.
Dorlan. (2002). Kamus Kedokteran Edisi 2. Jakarta: EGC.
Fikawati S. dan Syafiq A. (2003). Hubungan antara Menyusui Segera (Immediate
Breastfeeding) dan pemberian ASI Eksklusif Sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti Mei-Agustus 2003 Vol. 22 No.2.
Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONCERN)
Saya yang bernama Suriani 091121008 adalah mahasiswa S1 Keperawatan
Jalur B Universitas Sumatera Utara Jalur Medan. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klik Bersalin
Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. Penelitian ini merupakan salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di S1 Keperawatan Jalur B Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mengharakan kesedian ibu untuk berpartisipasi
dalam penelitain ini dimana penelitian ini tidak akan membawa dampak yang
membahayakan. Saya mohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembaran kuesioner
dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti ketersediaan Ibu.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas ingin
mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu
berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Terima Kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.
Medan, 2010
Lampiran 2
Kuesioner
I. Identitas Informan (Ibu)Nama :
Umur :
Agama :A. Islam B.Kristen C. Hindu
D. Hindu E. Buddha F. Lain-lain
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Status Persalinan :G…………..P……….A………..
II. Klinik Yang Dikunjungi
A. Klinik 1 E. Klinik 5
B. Klinik 2 F. Klinik 6
C. Klinik 3 G. Klinik 7
D. Klinik 4 H. Klinik 8
III. Kuesioner
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist pada
kolom Ya dan Tidak
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah pada saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini,
selama 24 jam pertama setelah bayi lahir bayi tidak
dipisahkan dari ibunya
dada ibu dan dibiarkan mencari puting susu ibunya.
3. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut
saat bayi baru lahir mencari puting susu ibunya untuk
menyusui pertama kali
4. Apakah ada motivasi dari petugas kesehatan agar
ayah memberi dukungan ibu saat menyusi pertama
kali.
5. Apakah benar saat IMD lemak pada tubuh bayi tidak
perlu dibersihkan terlebih dahulu
6. Sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, bayi
dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan
kotoran lemak pada kulit bayi baru lahir.
7. Proses yang dilakukan saat Inisiasi Menyusu Dini
adalah melakukan kontak langsung kulit bayi dengan
kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit
satu jam.
8. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya
dalam waktu satu jam, bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibu sampai berhasil menyusu pertama kali
9. Pada saat Inisiasi Menyusu Dini, bayi dan ibunya
diberi selimut untuk mencegah kedinginan pada ibu
Lampiran 3
DATASET ACTIVATE DataSet0. NEW FILE. RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001
VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009
VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025
VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033
VAR00034 VAR00035 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Lampiran 6
RIWAYAT HIDUP
Nama : Suriani
Tempat tanggal lahir : Kuta Sayeh, 3 Juni 1969
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Meulaboh Aceh Barat
Riwayat Pendidikan :
1. MIN (1976-1982)
2. MTSN (1982-1985)
3. SPK (1985-1988)
4. D3 Keperawatan DEPKES Meulaboh (2000-2003)