• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas Dalam Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas Dalam Pasar Modal"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILAS DALAM PASAR MODAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

CHRISTOPHER ISKANDAR NIM : 070200121

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

CHRISTOPHER ISKANDAR 070200121

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Windha, SH, M.Hum)

NIP. 19750112 200501 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) (Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)

NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal di dalam

Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat yang rela mati di atas kayu salib dan

bangkit pada hari ketiga untuk memberi keselamatan dan penebusan di dalam-Nya

kepada umat pilihan-Nya.

Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM PRINSIP

RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL adalah guna memenuhi

persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Penulis sadar akan ketidaksempurnaan hasil penulisan skripsi ini

sehingga berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang

membangun agar menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih

sempurna lagi, baik dari segi substansi ataupun dari segi cara penulisannya.

Secara khusus, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua penulis, Freddy Iskandar yang menganjurkan penulis untuk menjalani

studi di fakultas hukum dan Srilian Putti Leo yang sangat menyayangi penulis.

Sehingga penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata

Satu ini. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada kakak penulis

Christia Iskandar. Penulis berterima kasih kepada Om Surya Mertjoe yang sudah

memberikan dukungan moril dan nasehat yang banyak membantu penulis selama

menjalani studi di Fakultas Hukum USU. Penulis juga berterima kasih kepada

abang sepupu penulis Alexander Leo, yang telah banyak mendukung dan

(4)

Tak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr. Syahril

Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) dan Mantan Rektor Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan, Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis,

DTM&H, Sp.A(K).

2. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.LI selaku Pembantu Rektor IV

atas segala dukungannya kepada penulis yang sangat berarti dan bermanfaat

bagi penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum.,DFM, selaku Pembantu Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

4. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan

Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala

bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum

(5)

atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat

bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Guru Besar dan Dosen Hukum

Ekonomi serta Dosen Pembimbing I. Di tengah kesibukan beliau, beliau

selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas

penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala

bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi

penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi serta

Dosen Pembimbing II. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu

penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian

skripsi ini. Bagi penulis, beliau adalah figur yang tekun dalam mendidik

mahasiswa. Penulis merasa salut atas dedikasi beliau dalam mengasuh

beberapa mata kuliah hukum ekonomi yang pernah penulis ikuti. Ucapan

terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan,

dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya

penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S selaku Dosen Hukum Pidana.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama

mengikuti perkuliahan di fakultas hukum.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama

(6)

10. Ibu Dr. Keizerina Devi, S.H., M. Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama

mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi.

11. Ibu Syamsiar Yulia, S.H., CN, selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih

sebesar-besarnya atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa baru

sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.

12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu

yang telah diberikan.

13. Bapak Pdt. Romeo Q. Mazo, BSBA, M.Div selaku Gembala Konsulen GRII

Medan dan Bapak Radjali Ramli, M.Div selaku Gembala Sidang GRII Medan

yang telah memberikan nasehat dan membimbing penulis untuk semakin

mengenal Allah yang sejati.

14. Sanak keluarga yaitu Hermansyah Leo, Priskila Tan, dr. Elmansyah Leo,

Johanes Leo, Jameshin Adlin, Dewi Christian Leo, dan Sophie Christian yang

memberi dukungan dan perhatian kepada penulis.

15. Denny Salim, teman dan rekan penulis, yang telah memberikan banyak

dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

16. Teman-teman gereja yaitu kepada saudari Ewi Ritonga, Helena Ginting, dan

Dewi Arianti Winarko yang sudah banyak membantu penulis dalam memakai

fasilitas yang mendukung penulisan skripsi. Juga terima kasih kepada saudara

Isvento yang sudah membantu penulis dalam memprint skripsi. Terima kasih

(7)

Yosef Effendi, Rudy Y, Chique S, Vincent S, dan Jimmy N Winanto yang

sudah menemani penulis dalam suka dan duka selama menulis skripsi.

17. Teman-teman kuliah yaitu kepada Hendry, Edyson, Suhardi Fonger,

Agmalun Hasugian, Stebert, Darwin, dan Ferdiansyah yang menjadi teman

akrab yang baik selama di kampus.

Salam Hormat,

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI...vi ABSTRAKSI...viii

BAB Ι PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...11

D. Keaslian penulisan...12 E. Tinjauan Kepustakaan...13

F. Metode Penulisan 16

G. Sistematika Penulisan 19

BAB ΙΙ Prinsip Responsibilitas dalam Kerangka Good Corporate

Governance (GCG)

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance

(GCG)...22

B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)...31

C. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam Pasar

Modal...42

D. Pertanggungjawaban (Responsibilitas) Perusahaan Publik/Emiten

dalam Menjalankan Keterbukaan Informasi kepada Investor dan Publik...47

E. Pelanggaran Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibilitas) yang

(9)

BAB ΙΙΙ Penerapan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan Publik

A. Pengaturan Hukum dalam Pengelolaan Perusahaan

Publik/Emiten...56

B. Kaitan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan

Publik...65

C. Kepatuhan Perusahaan Publik dalam Menjalankan Prinsip

Responsibilitas Menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku...72

BAB ΙV Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal

A. Latar Belakang dan Konsep Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan (CSR)...82

B. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan

(CSR) dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia...91

C. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)

Perusahaan Publik/Emiten...99

D. Implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)

Perusahaan Publik/Emiten...104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...115 B. Saran...116

(10)

Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.

ABSTRAKSI

Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan corporate social responsibility.

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.

Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

(11)

Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.

Kata kunci: Prinsip Responsibilitas. *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(12)

Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.

ABSTRAKSI

Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan corporate social responsibility.

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.

Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

(13)

Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.

Kata kunci: Prinsip Responsibilitas. *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep Good Corporate Governance bukan sesuatu yang baru bagi

manajemen korporasi. Awalnya konsep GCG di Indonesia diperkenalkan oleh

pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka

economy recovery pasca krisis.1 Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa

terkemuka dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika

Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta

Parmalat di Italia pada awal dekade 2000-an.2

Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan

(Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada

pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan norma yang berlaku.

3

1

Ridwan Khairandy & Camilia Malik, Good Corporate Governance : Perkembangan Pemikiran, dan Implementasinya di Indonesia, (Yogyakarta:Kreasi Total , 2007),hlm 60.

Good Corporate Governance memiliki 4

(empat) kaidah atau prinsip pokok yaitu transparansi (keterbukaan), akuntabilitas,

2 Siswanto Sutojo & E. John Alridge, Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat, (Jakarta:PT. Damar Mulia Pustaka, 2008),hlm 1.

(15)

responsibilitas, dan fairness. Di Amerika Serikat konsep tentang Good Corporate

Governance sendiri lebih bermakna pada tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility) dan perilaku etis para stakeholders yang di dalamnya

termasuk para karyawan, pelanggan, supplier, kreditur, dan sebagainya. Di sini,

perusahaan berperan sebagai trustee dan hubungan antara perusahaan dan para

stakeholder-nya harus didasarkan pada kontrak sosial di mana perusahaan secara

moral terikat pada constituency statutes4 untuk memperhatikan seluruh

kepentingan dalam kelompoknya.5

Secara hukum di Indonesia penerapan Good Corporate Governance

terdapat dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu

Pasal 1 angka 25 mengenai prinsip keterbukaan. Dengan adanya prinsip

keterbukaan di pasar modal, maka perusahaan dalam hal ini adalah perusahaan

publik dapat mempertanggungjawabkan informasi, laporan keuangan, dan

keterbukaan informasi mengenai lingkungan kepada publik. Adanya prinsip

keterbukaan di pasar modal dapat dihindari kejahatan yang merugikan investor

dan publik seperti manipulasi pasar dan insider trading. Selain itu penerapan

Good Corporate Governance juga terdapat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 yaitu Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan

dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu Pasal

15 huruf b yang menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan

CSR. Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

4 Constituency Statue adalah perwakilan stakeholders dari kelompok – kelompok tertentu misalnya perwakilan dari seerikat pekerja untuk ditempatkan pada dewan direktur dan eksekutif dalam hal ini harus memperhatikan kepentingan stakeholders dalam keputusan – keputusan bisnisnya.

(16)

BUMN yaitu di Penjelasan Umum Bagian IV Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang BUMN menyebutkan Pengurusan dan pengawasan BUMN harus

dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance). Prinsip GCG yang dianut OECD dan beberapa lembaga lain menempatkan prinsip responsibility atau tanggung jawab sebagai pilar

tegaknya GCG.6 Prinsip Responsibilitas (Pertanggungjawaban) adalah kesesuaian

(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang

sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini

termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial,

perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian,

dan persaingan yang sehat.7 Prinsip Responsibilitas juga mencakup hal-hal yang

terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari

masyarakat.8

Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung

jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan

adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi

profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis,

menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.

sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya

bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di

dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan

(17)

stakeholders yaitu masyarakat. Prinsip responsibilitas ini juga menentang ajaran Milton Friedman bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab moral.

Jika orang bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut dia, itu adalah tanggung

jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan. Alasannya,

tanggung jawab sosial-moral tidak bisa dilemparkan kepada orang lain, dan

karena itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab

sosial. Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab itu hanya terbatas pada

lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab

sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan

itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.10 Namun a-moral theory

tersebut memberi peluang “free ride” bagi pengusaha dalam menjalankan bisnis,

dengan berbagai pelanggaran etis bahkan hukum.11

Prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan

usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan

lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah kuasi entitas

publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu

kelompok tapi juga kepada banyak pihak.

12

10 Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1998), hlm 118.

Teori yang mendasari hubungan

antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan adalah teori stakeholders.

Fokus daripada teori ini terletak pada 2 (dua) wacana utama. Pertama, apa yang

menjadi tujuan dari perusahaan, dan kedua, apa tugas yang diemban oleh manajer

11 Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Festschrift in honor Stephen Tong, (Jakarta : Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007), hlm 650.

(18)

atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholders. Terkait dengan perusahaan,

teori stakeholders secara garis besar menyatakan bahwa tujuan daripada suatu

perusahaan adalah mendatangkan manfaat bagi semua stakeholders. Teori ini

pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai (values) merupakan faktor

yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis.13

Penerapan prinsip responsibilitas oleh salah satunya adalah penerapan

tanggung jawab sosial dan lingkungan atau yang lebih sering dikenal Corporate

Social Responsibility (CSR). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ini merupakan konsekuensi logis dari teori stakeholder yang memandang perusahaan

sebagai institusi sosial dimana tujuan perusahaan hanya untuk mencapai

keuntungan maksimum. Selain itu konsekuensi logis dari teori ini juga adalah

perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau Corporate Social

Responsibility (CSR) untuk mengambil bagian dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dimana perusahaan bertindak dari masyarakat itu.

14

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru.

Konsep ini dapat dijumpai pada masa pemerintahan Hammurabi di Babilonia

(1700-an SM). Dalam kode Hammurabi, terdapat sanksi bagi para pengusaha

yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi

pelanggannya.

15

Di Indonesia, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) juga bukan

merupakan hal yang baru dimana pada masyarakat Sibolga di Sumatera Utara,

terdapat kebiasaan bahwa bagi pemilik tambak udang yang panen, sekitar 20

(19)

persen harus disisihkan untuk masyarakat. Kemudian Islam mewajibkan seluruh

pengikutnya untuk melaksanakan zakat.16 Kristen juga mengajarkan untuk

memberikan perpuluhan, yaitu 10% dari penghasilannya, kepada gereja dan untuk

mencintai sesama manusia seperti diri sendiri.17 Begitu juga Buddha yang

mengajarkan berderma tanpa pamrih melalui Dana Paramita.18

Secara hukum, pengaturan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

baru diatur sejak adanya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yaitu dalam Pasal 74. Undang-Undang Perseroan Terbatas

sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak mengaturnya.

Apalagi KUHD sama sekali tidak menyinggungnya.

19

Pengaturan tentang

Corporate Social Responsibility (CSR) juga dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang pada Pasal 15 huruf b menyebutkan kewajiban setiap

penamam modal untuk melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Akan

tetapi, itu hanya untuk investor asing. Selain itu untuk Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 tentang BUMN memang ada mengatur tentang besaran dan tata cara

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan dijabarkan lagi dalam

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 5 Tahun 2007 telah mengatur tentang

program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.20

Hal ini yang mendasari pelaksanaan prinsip responsibilitas yang salah

(20)

(CSR) perusahaan di Indonesia termasuk juga perusahaan publik, emiten maupun

perusahaan terbuka. Selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan terbatas yang menjadi payung hukum perseroan terbuka juga Undang –

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal ini dapat dilihat dari

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyebutkan

Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau perseroan yang melakukan

penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang pasar modal. Jadi perseoran terbuka yang merupakan perseroan terbatas

dan emiten dalam pasar modal selain harus mematuhi aturan dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas juga harus mematuhi

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat

diwujudkan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan mengenai perlindungan

lingkungan hidup. Ketentuan BAPEPAM menentukan, bahwa pendapat dan

laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran dari

perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultan hukum mengenai semua

izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau

kegiatan yang direncanakan perusahaan publik.21

21 Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-49/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX. B. 1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan.

Seperti izin lingkungan, izin –

izin usaha, lokasi, mendirikan bangunan, penggunaan bangunan untuk pabrik,

analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah. Investor dan

publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan

(21)

dalam rumusan Pasal 28H ayat 1 yang menentukan setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.22

Menurut Koesnadi Hardjasoemantri masalah berkenaan dengan pemberian

informasi kepada masyarakat terdiri dari pemastian penerimaan informasi,

informasi tepat waktu (timely information), informasi lengkap (comprehensive

information), informasi yang dipahami (comprehensible information) dan informasi lintas batas (transfrontier infromation).

Karena itu setiap

orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai

lingkungan hidup yang baik.

23

Maka perusahaan publik atau

emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup.

Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak boleh melakukan

missrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan

keterbukaan masalah lingkungan hidup.24

Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar

modal dapat mempengaruhi harga saham emiten di pasar modal. Karena apabila

terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab

perlindungan lingkungan hidup mengakibatkan harga saham dari emiten bergerak

ke bawah.25

22 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm 174.

Hal ini dapat dilihat dari kasus bocornya sumur minyak bawah laut

yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British

23 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1999), hlm 109 – 111.

24 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta : Univesitas Indonesia Press, 2001), hlm 204.

(22)

Petroleum di Amerika Serikat di mana nilai sahamnya mengalami pemurunan hingga 40 % pada beberapa akhir pekan kedua Juni 2010 di bursa saham Amerika

Serikat.26

Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen emiten

dalam pasar modal terhadap lingkungan dan sosial adalah Sri Kehati Indeks.

Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) bekerja sama dengan PT Bursa Efek

Indonesia (BEI) untuk mendorong investasi di pasar modal agar mengacu pada

tata cara Sustainable and Responsible Investment Index dengan nama Sri Kehati

Indeks. Kedua lembaga ini bekerja sama atas dasar ingin mengoreksi kegagalan

pasar dalam menampung isyarat lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Pasar

Modal adalah alat yang mempertemukan penawar dan peminta modal. Dalam

mekanisme pasar modal ini, kini dikembangkan tolok ukur yang memuat segi

lingkungan hidup dan lingkungan sosial melalui Sri Kehati Indeks.

27

Indeks harga saham SRI-KEHATI dimaksudkan untuk memberikan

tambahan pedoman investasi bagi pemodal. Dengan membangun suatu

benchmark indeks harga saham baru yang secara khusus memuat kinerja harga

saham emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong

usaha-usaha berkelanjutan melalui kinerja metodologi yang berdasarkan kepada

kepedulian mengenai lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang

baik. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen yang

berkesinambungan dari kalangan bisnis. Untuk berperilaku secara etis dan

memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas

26 Warta Ekonomi, No.16/XXII/9 – 22 Agustus 2010, hlm 54.

(23)

kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat

luas pada umumnya.28

Adanya prinsip responsibilitas dalam pasar modal membuat perusahaan

atau emiten mempunyai kewajiban untuk benar-benar berkomitmen terhadap

tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) oleh emiten sebenarnya menguntungkan emiten sendiri karena dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik

yang merupakan salah satu implemenatsi prinsip responsibilitas oleh emiten,

maka sebenarnya menaikkan nilai dan kualitas emiten sendiri di mata investor dan

publik. Dengan adanya komitmen dan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR) serta keterbukaan

informasi mengenai masalah lingkungan hidup oleh emiten terhadap terhadap

investor maka emiten di sini dapat mempertanggungjawabkan infromasi dan

kebijakan bisnisnya baik secara moral dan hukum mengenai masalah lingkungan

hidup dan pelaksanaan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap investor dan publik.

Dengan demikian Sri Kehati Indeks merupakan indikator

untuk melihat komitmen perusahaan terbuka terhadap lingkungan hidup dan sosial

termasuk di dalamnya komitmen perusahaan atau emiten terhadap Corporate

Social Responsibility (CSR).

(24)

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian Tinjauan Hukum Prinsip responsibilitas dalam Pasar Modal adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate

Governance?

2. Bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan

publik ?

3. Bagaimana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal.

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar sarjana hukum. Namun berdasarkan permasalahan yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan lain yang hendak dicapai dalam penulisan ini

adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate

Governance.

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum penerapan responsibilitas dalam

(25)

3. Untuk mengetahui konsep dan pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan/(Corporate Social Responsibility) Perusahaan Publik dalam pasar

modal.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis, melalui penulisan skripsi ini dapat menjadi sumbangsih bagi

ilmu pengetahuan khususnya mengenai Prinsip Responsibilitas dan sekaligus

memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam tulisan ini maupun

dalam bidang lainnya.

2. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca kalangan

akademisi, ataupun sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin

membahas mengenai Prinsip Responsibilitas.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas

dalam Pasar Modal”. Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan fakultas dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini belum pernah diangkat

ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan

pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian

penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis

menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan

(26)

E. Tinjauan Kepustakaan

Good Corporate Governance (GCG) menjadi pedoman perusahaan- perusahaan pada dewasa ini dalam pengelolaan dan manajemen perusahaan.

Istilah corporate governance juga sering digunakan untuk menyebut Good

Corporate Governance (GCG). Pengertian Good Corporate Governance (GCG) menurut World Bank, merupakan kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah

yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan

bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara

keseluruhan.29

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) tidak hanya dalam

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang

No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang No. 19

Tahun 2003 tentang BUMN tetapi ada dalam pasar modal di mana

Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengakomodasi Salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah

prinsip responsibility atau prinsip responsibilitas (tanggung jawab) yaitu

tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholders baik stakeholders internal

maupun terhadap stakeholders eksternal. Selain itu prinsip responsibilitas ini juga

berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan serta

kepatuhan perusahaaan terhadap hukum.

29

(27)

prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk melindungi investor dan

pemegang saham publik.

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam

pasar modal juga termasuk penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan

publik/emiten baik yang berbentuk BUMN maupun yang non-BUMN. Perusahaan

publik dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas disebut perseroan publik. Perseroan Publik menurut Pasal 1

angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah

perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal yang

disetor sesuai dengan ketentuan peraturan. Perseroan Terbuka menurut Pasal 1

angka 7 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah

perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Yang

melakukan penawaran umum di pasar modal hanya emiten. Emiten menurut Pasal

1 angka 6 Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak

yang melakukan penawaran umum.

Salah satu penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan publik/

emiten dalam pasar modal adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan/Corporate Social Responsibility (CSR) selain kepatuhan perusahaan

publik/emiten terhadap hukum dalam pengelolaan perusahaan publik/emiten. Jadi

penerapan prinsip responsibiltas yang merupakan salah satu prinsip Good

(28)

Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu konsep di mana organisasi–organisasi, terutama perusahaan-perusahaaan memiliki satu tanggung

jawab untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan dari para konsumen, para

karyawan, pemegang saham, masyarakat sekitar, dan kepedulian lingkungan

hidup pada semua aspek kegiatan perusahaan mereka. Tanggung jawab ini

memperluas melebihi ketentuan tanggung jawab mereka untuk menuruti peraturan

perundang-undangan.30

Maka corporate Social Responsibility/CSR sangat berhubungan dengan

prinsip sustainnable development (pembangunan berkelanjutan), di mana

berpendapat bahwa perusahaan harus membuat keputusan berdasarkan tidak saja

pada faktor finansial seperti keuntungan atau keuntungan saham, tetapi juga

berdasarakn pada konsekuensi sosial dan lingkungan baik jangka pendek maupun

jangka panjang dari aktivitas-aktivitas mereka.

Definisi Corporate Social Responsibility/CSR menurut Magnan & Ferrel

(2004) adalah “ A business acts ini socially responsible manner when its decision

and account for and balance diverse stakeholder interest”. Defenisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap

kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan

tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial

bertanggung jawab.31

30

2007.

(29)

Sedangkan, Schermerhorn memberikan defenisi Corporate Social

Responsibility/(CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertidak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan

kepentingan publik eksternal.32

Jadi, Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu atau sebuah

pendekatan di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam

operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku

kepentingan (stakeholders) berdasarkan kesukarelaan dan kemitraan.

33

F. Metode Penulisan

Dalam setiap usaha penulisan haruslah menggunakan metode penulisan yang

sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh

penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan

permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang

dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

menganalisa hukum yang positif yang tertulis. Penelitian hukum normatif

merupakan penilaian kepustakaan, yaitu disini peneliti melakukan penelitian

32 John R. Schermerhorn, Management for Productivity (New York: John Wiley & Son, 1993), hal 42.

(30)

terhadap data sekunder. Pada penelitian hukum normatif, sering kali hukum

dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangn

atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang dianggap pantas.

b. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat. Penelitian ini kadang-kadang berawal dari hipotesis, tetapi

dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau

memperkuat teori yang sudah ada. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu variabel, namun variabel tersebut

tidak saling bersinggungan.

c. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis-normatif. Pendekatan

penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap data

sekunder. yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi

ini.

d. Sumber data

(31)

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan prinsip

responsibilitas dalam pasar modal dan Corporate Social Responsibility/CSR

antara lain Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan

Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang No.

8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan

lainnya yang terkait.

2. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini.

3. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum

primer dan/ atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan Kamus

Besar Bahasa Indonesia.

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

penelitian kepustakaan (library research) yang merupakan pengumpulan

data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan berupa

(32)

dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan sebagai dasar ilmiah dalam

pembahasan materi.

f. Analisis data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam

penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas.

Analisis data dilakukan dengan:

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti.

2. Memilah kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian

3. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep dan

pasal-pasal yang ada.

4. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kwalitatif.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka penulisan dan pembahasannya

harus dilakukan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

diperlukan adanya sitematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per

bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini

(33)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat

latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD

CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Bab ini menjabarkan pengertian, latar belakang, konsep dan

pengaturan Good Corporate Governance (GCG). Selain itu bab ini

juga menjabarkan penerapan Good Corporate Governance (GCG)

dalam pasar modal. Bab ini juga membahas pertanggungjawaban

(responsibilitas) perusahaan publik dalam menjalankan keterbukaan

informasi kepada investor dan publik serta dijabarkan juga

pelanggaran prinsip pertanggungjawaban (responsibilitas) perusahaan

publik yang mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran

dalam pasar modal.

BAB III : PENERAPAN PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM

PENGELOLAAN PERUSAHAAN PUBLIK

Bab ini membahas pengaturan hukum dalam pengelolaan perusahaan

Publik dan kaitannya dengan prinsip responsibilitas. Bab ini juga

(34)

responsibilitas menurut peraturan perundang–undangan yang

berlaku.

BAB IV : TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PERUSAHAAN

PUBLIK DALAM PASAR MODAL

Bab ini membahas tentang latar belakang, konsep, dan pengaturan Tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) dalam

perundang-undangan di Indonesia. Selain itu Bab ini juga membahas standarisasi

dan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR)

Perusahaan Publik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai pembahasan

(35)

BAB II

PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD

CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance (GCG) atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tata kelola perusahaan yang baik berasal dari istilah corporate governance.

Istilah corporate governance sendiri berasal dari istilah governance yang secara

umum diartikan dalam bahasa Indonesia disebut tata kelola. Sir Adrian Cadbury

memberikan pengertian corporate governance yaitu keseimbangan antara tujuan

ekonomi dan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Di samping itu

juga menekankan akuntabilitas dalam pengelolaan segala sumber daya yang

memperhatikan seluruh kepentingan, baik individu, perusahaan dan masyarakat.34

Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117 / M-MBU / 2002

tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada

BUMN, Corporate Governance adalah suatu prosedur struktur yang digunakan

oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang

dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan

peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Definisi ini menekankan pada

keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada

peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders

(36)

yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai

pemegang saham.35

Corporate governance menurut John Lowry dan Alan Dignam adalah subjek yang memiliki banyak aspek. Tema utama dari corporate governance

adalah masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat. Hal terkait namun

merupakan pembahasan yang terpisah dari fokus pembahasan pada dampak dari

sistem corporate governance yaitu dalam efisiensi ekonomi dengan perhatian

yang lebih besar pada kesejahteraan para pemegang saham. Selain itu ada aspek

lain dari corporate governance seperti sudut pandang pemangku kepentingan atau

stakeholders yang menuntut perhatian, transparansi, pertanggungjawaban atau responsibilitas serta keadilan lebih terhadap pihak-pihak selain pemegang saham

misalnya terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan.36

Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern

telah meningkat pada awal tahun 2000-an hingga sekarang, terutama sejak

keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation,

Worldcom, dan Parmalat di Italia. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan baru diakui banyak pihak setelah terjadi skandal korporasi terbesar beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat seperti

Enron Corporation, Health South, Tyco, dan WorldCom yang telah menurunkan

tingkat kepercayaan investor dan publik terhadap perusahaan.37

35 Ibid, hlm 8.

Dari hasil

penyelidikan para regulator pemerintah dan analisis para cendekiawan manajemen

36

2010.

(37)

dapat disimpulkan penyebab utama tumbangnya perusahaan–perusahaan besar itu

adalah karena lemahnya penerapan prinsip–prinsip good corporate governance

mereka.

Kelemahan penerapan prinsip good corporate governance itu dapat

ditandai empat macam hal. Pertama adalah lemahnya peranan the board of

directors dalam mengendalikan pengelolaan perusahaan. Board of directors kurang aktif dalam menganalisis startegi bisnis perusahaan. Kedua yaitu semakin

bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang perusahaan dan

mengambil keputusan–keputusan penting yang bersangkutan dengan

kelangsungan hidup perusahaan. Ketiga adalah tidak transparan, akurat dan tepat

waktunya pengungkapan laporan perkembangan bisnis dan keuangan oleh board

of directors kepada pemagang saham dan kreditor. Keempat yaitu dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di

bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh

manajemen senior.38 Sebagai reaksi terhadap kejatuhan banyak perusahaan publik

di dunia secara tidak wajar. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan

undang-undang reformasi corporate governance yang sering disebut Sarbanes-Oxley

Act.39

Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar belum berakhir. Kejatuhan

perusahaan–perusahaan besar di Amerika Serikat berlanjut pada krisis ekonomi

global pada tahun 2008. Krisis ekonomi global ini dimulai dari krisis ekonomi

yang menimpa Amerika Serikat (AS). Krisis ekonomi yang menimpa Amerika

(38)

Serikat berasal dari kredit macet sektor perumahan AS atau hipotek/

mortgage. Krisis hipotek/mortgage berawal dari gagal bayarnya sejumlah kredit

perumahan oleh warga Amerika Serikat sendiri.40

Puncaknya Bear Stearns, perusahaan investasi dan keuangan terbesar di

Amerika Serikat tumbang pada 11 Juli 2008. Mencegah hal serupa, pemerintah

federal melalui Federal Housing Finance Agency (FHFA) pada 7 September 2008

mengambil alih dua perusahaan yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac. Krisis

keuangan di Amerika Serikat ini benar– benar menjadi krisis berskala global.

Lehman Brothers pada 14 September 2008 mengajukan pailit ke pengadilan dan

dikabulkan.41 Kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang

sejarah kebangkrutan AS.42

Pada hari yang sama muncul pengumuman dijualnya perusahaan investasi

dan keuangan Merryl Linch karena mengalami masalah likuiditas.43 Krisis

berlanjut setelah perusahaan asuransi American International Group (AIG) pada

16 September 2008 turut mengalami kelangkaan likuiditas dan gagal menemukan

investor strategis, AIG masih bertahan dengan pemberian pinjaman penyelamatan

dari bank sentral Amerika Serikat The Fed.44

Begitu juga dengan Washington

Mutual pada tanggal 26 September 2008 mengajukan pailit. Washington Mutual,

Inc segera 45

Faisal Basri & Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, (Penerbit : Kencana Prenada Media Group ,2009), hlm 544.

42

diakes tanggal 17 September 2008.

43 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 544. 44 Ibid, hlm 545.

(39)

Masalah krisis belum selesai muncul lagi skandal Goldman Sachs.

Goldman Sachs melakukan ommision dalam investasi perbankan terhadap

informasi vital tentang produk portofolio.46 Ada dua kesalahan Goldman Sachs,

yakni mengakali investor dan tak jujur kepada para investornya.47

Menurut ekonom A Prasetyantoko ada salah satu inti masalah yang

menyebabkan kehancuran finansial Amerika Serikat adalah semata–mata

kesalahan prosedur tata kelola yang mengakibatkan fenomena kegagalan (market

failure).

Ommision yang

dilakukan Goldman Sachs ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate

governance yaitu prinsip transparansi atau keterbukaan terutama mengenai informasi yang mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan dan

mempengaruhi harga.

48

Menurutnya, secara teknis krisis terjadi karena pelaku ekonomi terlalu

ekspansif dan spekulatif dalam kebijakan keuangan sehingga tak mampu

membayar kewajibannya. Untuk melunasi utangnya, seluruh aset harus dijual.

Tipikal ini menurutnya disebut ekonomi gelembung (bubble).49

Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengesahkan Undang-Undang

Reformasi Sektor Keuangan yang lebih sering disebut Dodd-Frank Wall Street

Reform Act dengan ditandatanganinya undang-undang tersebut oleh Presiden Jadi dari pendapat

ekonom A Prasetyantoko dapat diketahui salah satu penyebab krisis global 2008

adalah kesalahan dalam penerapan corporate governance di Amerika Serikat.

46

TIME, 3 May 2010, hlm 22.

48 A. Prasetyantoko, Krisis Finansial Dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009), hlm 228.

(40)

Barack Obama tanggal 21 Juli 2010 sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

krisis global di Amerika Serikat.50 Undang-Undang ini memberi kewenangan baru

kepada pemerintah untuk mengeluarkan perusahaan gagal keuangannya yang

berpotensi membahayakan seluruh sistem.51 Undang-undang juga menetapkan

standar yang ketat dan pengawasan untuk melindungi konsumen dan ekonomi

Amerika Serikat, investor dan bisnis, berakhir didanai dana talangan wajib pajak

dari lembaga keuangan, memberikan sistem peringatan lanjutan pada stabilitas

ekonomi, menciptakan aturan tentang kompensasi eksekutif dan tata kelola

perusahaan, dan menghilangkan celah yang mengarah ke resesi ekonomi.52

Presiden Barack Obama dalam pidatonya saat penandatanganan Dodd-Frank Wall

Street Reform Act menyatakan undang-undang ini dirancang agar semua orang mengikuti aturan yang sama sehingga perusahaan bersaing dengan sehat

berdasarkan harga dan kualitas bukan dengan trik dan jebakan. Menurutnya ini

menuntut akuntabilitas dan pertanggungjawabkan dari semua pihak.53

Konsep good corporate governance (GCG) di Asia juga mulai menjadi

perhatian sejak terjadi krisis ekonomi Asia 1998 yang melanda negara-negara

kawasan Asia dan juga Indonesia. Krisis ekonomi Asia 1998 ditandai dengan

gejala keguncangan keuangan di Thailand sudah terlihat beberapa bulan

50 Undang - Undang tersebut diberi nama Dodd-Frank Wall Street Reform. Dodd diambil dari nama senator wakil Connecticut, Christopher Dodd, sedangkan Frank berasal dari nama anggota Kongres wakil Massachusetts, Barney Frank.

(41)

sebelumnya, tetapi mulai terasa di negara-negara tetangga setelah Thailand

mengambangkan kursnya pada awal Juli 1997.54

Pada tahun 1999, Asian Development Bank (ADB) mengadakan survei

tentang kelemahan penerapan corporate governance and finance di negara–

negara Asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis moneter tahun

1997. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina,

dan Thailand. Dalam survei ini ditemukan salah satu ciri khusus struktur

kepemilikan dan kepengurusan perusahaan–perusahaan di kelima negara tersebut

yaitu adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada keluarga atau kelompok

keluarga, bahkan pada perusahaan sekalipun.

55

Para pelaksana proyek riset Bank Dunia menulis sebuah paper untuk

American Economic Review bulan Maret 2001 bahwa problem pengelolaan korporat Asia timur tiada lain lebih parah dari yang dikemukan para pengamat

ketika puncak–puncaknya krisis finansial. Para peneliti juga menyimpulkan

bahwa konsetrasi pengambilan dalam segelintir kelompok yang cukup besar untuk

memanipulasi sistem politik negara berarti isu pentingnya adalah kemauan politik

untuk menegakkan hukum dan regulasi yang tertulis. Poin terakhir ini penting

karena ketidakmauan politisi yang duduk di pemerintahan untuk menegakkan

norma–norma regulasi paling tidak sama pentingnya dengan kurangnya undang–

undang sehingga menyebabkan para konglomerat bisa berbuat semaunya.

56

54 Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi, (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), hlm 83.

Jadi

(42)

krisis Asia terjadi karena penerapan prinsip good corporate governance yang

lemah dan sistem penegakan hukum yang lemah.

Hal yang sama juga dijumpai pada waktu krisis Asia tahun 1998 melanda

Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru di mana krisis ini mempengaruhi

krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh Asian

Development Bank (ADB) menunjukkan faktor-faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang

tinggi. Kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Ketiga,

inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger

dan akuisisi perusahaan. Keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada

pendanaan eksternal dan kelima yaitu tidak memadainya pengawasan oleh para

kreditor.57

Selain itu, kajian Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998 menunjukkan

bahwa indeks good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah di

Asia Timur dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang. Hal

tersebut diperparah oleh inefisiensi hukum dan peradilan. Dalam studi yang sama

ditemukan bahwa indeks efisiensi hukum dan peradilan di Indonesia paling

rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang.

58

Rendahnya good corporate governance adalah rendahnya transparansi

dalam lingkungan bisnis di Indonesia. Indeks transparansi lingkungan bisnis yang

dikeluarkan oleh Political & Economic Risk Consultancy (PERC) menunjukkan

bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif tidak transparan.Ketidaktransparanan

57 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 63.

(43)

ini memungkinkan tumbuh berkembangnya praktik-praktik korporasi yang tidak

sehat yang tidak saja merugikan pemegang saham (publik/minoritas) dan

Pemerintah, menyulitkan investor atau mitra memperhitungkan dengan cermat

kualitas perusahaan mitra atau proyek investasi, meningkatkan premi resiko, dan

pada akhirnya juga akan menyuburkan praktik KKN. 59

Jika ini dibiarkan terus berlanjut maka rendahnya transparansi dalam

lingkungan bisnis, rendahnya efisiensi penegakan hukum, dan suburnya praktik

KKN akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Boediono,

pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada praktik kroniisme, kolusi antara

penguasa dan pengusaha, serta praktik–praktik monopolistik lainnya mungkin

dapat menghasilkan laju yang tinggi tapi tidak sustainable karena tidak

melahirkan kelompok yang mau memperjuangkan demokrasi, good governance,

dan kepastian hukum. Yang muncul bukanlah kelompok pembaharu melainkan

kelompok pemburu rente, bukan sistem ekonomi pasar yang penuh vitalitas,

melainkan kapitalisme palsu, yang lebih kompatibel dengan oligarki daripada

dengan demokrasi.60

Jadi penerapan prinsip corporate governance dan penegakan hukum yang

benar dan baik menjadi suatu kebutuhan di tengah-tengah rendahnya penerapan

prinsip corporate governance oleh korporasi–korporasi di Indonesia dan

penegakan hukum yang lemah di Indonesia.

59 Ibid, hlm 4.

(44)

B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)

Konsep tata kelola perusahaan/corporate governance merupakan

perkembangan dari konsep governance. Menurut Faisal Basri, konsep governance

jika ditinjau secara umum dan dilhat dari aspek pelaku utamanya, konsep

governance dapat dipilah menjadi tiga bagian. Pertama, public/political governance, yaitu proses di mana suatu masyarakat mengelola dirinya sendiri dan mengatasi berbagai persoalannya, dengan negara sebagai institusi utamanya.

Kedua, economic governance, yaitu keseluruhan proses produksi dan distribusi

berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat itu, dengan pihak

swasta (perusahaan–perusahaan) sebagai institusi utamanya. Ketiga, social

governance, yang berkenaan dengan sistem nilai dan keyakinan yang diharapkan dapat melandasi perilaku sosial dan pembuatan berbagai keputusan publik, dengan

masyarakat sipil (civil society) sebagai institusi utamanya.61

Dalam berbagai pembahasan, konsepsi governance secara umum mengacu

pada public/political governance. Namun dari waktu ke waktu, situasi di lapangan

menunjukkan bahwa yang harus disoroti dari jatuh bangunnya suatu bangsa,

bukan hanya pemerintah/negara saja, melainkan juga perusahaan–perusahaan dan

masyarakat sipilnya.

62

Maka untuk mewujudkan good governance tidak hanya

negara tetapi juga perusahaan dan masyarakat sipil. Dalam konteks pembangunan

ekonomi, maka negara dan pasar lebih dikedepankan sementara masyarakat sipil

merupakan fokus pembangunan politik dan sosial.63

61 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 232. 62 Ibid.

(45)

Dalam konteks ekonomi, baik tidaknya negara dan pasar di suatu

perekonomian dalam menjalankan tugasnya masing-masing dapat diukur dari

berupa tinggi rendahnya daya saing perekonomian yang bersangkutan. Ada empat

faktor utama yang menentukan daya saing secara langsung yaitu infrastruktur

fisik, kinerja makroekonomi, efisiensi pemerintah, dan efisiensi bisnis. Pada

hakekatnya, efisiensi pemerintah dapat dipadankan dengan kualitas political

governance negara. Sedangkan efisiensi bisnis dapat disetarakan dengan tata kelola perusahaan/corporate governance. Dari apa yang diuraikan dapat dilihat

akan pentingnya kerangka institusional publik dan privat yang menjelma sebagai

political governance dan economic/ corporate governance.64

Seiring dengan modernisasi dan kemajuan ekonomi, seperti di negara–

negara maju, peran langsung pemerintah atau negara dalam perekonomian

semakin terbatas/dibatasi dan pada unumnya hanya sampai pada peran sebagai

inisiator, regulator dan pengawas. Kedudukan negara sebagai pedagang dan

pencari laba melalui perusahaan negara dianggap bertentangan dengan perannya

yang lebih mendasar sebagai regulator sehingga lambat laun kegiatan itu

ditinggalkan. Sebagai gantinya peran pelaksana berbagai kegiatan ekonomi

khususnya sebagai produsen, distributor, dan pengelola segenap kegiatan

pendukungnya diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta atau perusahaan–

perusahaan.

65

Semakin maju sebuah perekonomian, semakin berperan sektor swasta

sehingga peran, karakter, dan kualitas perusahaan semakin penting. Perusahaan

(46)

pada hakikatnya memang sebuah institusi pencetak keuntungan bagi pemilik

perusahaan dan tidak ada kewajiban legal baginya untuk memperhatikan

kepentingan pihak lain. Dalam perkembangannya, pemahaman akan hakikat

perusahaan bergeser, karena perusahaan itu hidup di tengah masyarakat sehingga

sesungguhnya perusahaan tidak mungkin mengabaikan kepentingan masyarakat di

mana perusahaan itu hidup. Pengabaian kepentingan umum pada akhirnya akan

merugikan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, sebuah perusahaan yang

baik sesungguhnya bukan sekadar perusahaan yang mampu mencetak laba (untuk

kepentingan shareholders), namun juga yang peka dan mau membantu

pemenuhan kepentingan masyarakat banyak (stakeholders).66

Grup Penasehat Bisnis Sektor Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) menetapkan empat prinsip umum good corporate governance yaitu keadilan (fairness), keterbukaan (transparency), tanggung jawab (accountability), dan pertanggungjawaban (responsibility).

Bertolak dari hal

yang diuraikan di atas, maka konsepsi good corporate governance pun menjadi

semakin penting.

67

Prinsip–

prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:68

1. Keadilan (Fairness)

Prinsip ini tercermin melalui keadilan dan kesetaraan di dalam

memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memberikan

66Ibid.

67 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (I), (Bandung : Books Terrace & Library, 2007), hlm 152.

(47)

perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, melalui

keterbukaan informasi serta melarang pembagian untuk pihak sendiri

dan perdagangan saham oleh orang dalam.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan

korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman

perilaku perusahaan (corporate conduct) dan/atau kebijakan-kebijakan

yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam

serta konflik kepentingan. Hal ini direalisasikan dengan menetapkan

peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, dan komite,

termasuk sistem remunerasi, penyajian informasi secara wajar dan

pengungkapan material secara penuh, serta mengedepankan

kesempatan kerja yang seimbangan (equal job opportunity).69

2. Keterbukaan (Transparency)

Prinsip ini menekankan pada keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hal ini,

hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar

dan tepat pada waktunya serta dapat ikut berperan serta serta dalam

pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang

(48)

mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari

keuntungan perusahaan.70

Prinsip keterbukaan diwujudkan dengan perusahaan harus

menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada

berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Setiap

perusahaan diharapkan dapat mempublikasikan informasi keuangan

serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada

kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para

investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara

mudah pada saat diperlukan.71

3. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip ini terlihat melalui tanggung jawab manajemen melalui

pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang saham, dewan

komisaris, dan auditor secara seimbang. Hal ini merupakan bentuk

kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ secara

efektif.72

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan

keuangan (financial statement) pada waktu yang tepat;

mengembangkan komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi

pengawasan oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan

kembali peran dan fungsi internal audit sebagai mitra bisnis yang

strategis; menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan

70 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Program jangka pendek dan jangka panjang di MI Modern Al Azhary Ajibarang telah berjalan dengan baik akan tetapi terdapat beberapa kendala yang dihadapi, seperti adanya situasi

Penelitian ini akan dilakukan untuk memastikan bahwa beban kerja mental yang diberikan kepada bagian ground handling di bandara Adisutjipto Yogyakarta, tidak

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air

Perubahan volume dan massa serbuk kayu mahoni dalam bentuk Char selanjutnya akan berpengaruh terhadap faktor-faktor yang lain yang menjadi bahan analisa

Terdapat hubungan antara faktor safety leadership dengan safety performance, supervisor yang memperhatikan keselamatan di tempat kerja akan

[r]

Setelah melihat pandangan Marx tentang pekerjaan manusia, kita akan melihat lebih jauh bagaimana manusia merasa terasing dalam pekerjaannya yang seharusnya

Sesuai dengan tujuan pada penelitian ini, maka metode analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan sikap Ibu terhadap penyandang