TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILAS DALAM PASAR MODAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
CHRISTOPHER ISKANDAR NIM : 070200121
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
CHRISTOPHER ISKANDAR 070200121
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
(Windha, SH, M.Hum)
NIP. 19750112 200501 2 002
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) (Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)
NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal di dalam
Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat yang rela mati di atas kayu salib dan
bangkit pada hari ketiga untuk memberi keselamatan dan penebusan di dalam-Nya
kepada umat pilihan-Nya.
Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM PRINSIP
RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL adalah guna memenuhi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Penulis sadar akan ketidaksempurnaan hasil penulisan skripsi ini
sehingga berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih
sempurna lagi, baik dari segi substansi ataupun dari segi cara penulisannya.
Secara khusus, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua penulis, Freddy Iskandar yang menganjurkan penulis untuk menjalani
studi di fakultas hukum dan Srilian Putti Leo yang sangat menyayangi penulis.
Sehingga penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata
Satu ini. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada kakak penulis
Christia Iskandar. Penulis berterima kasih kepada Om Surya Mertjoe yang sudah
memberikan dukungan moril dan nasehat yang banyak membantu penulis selama
menjalani studi di Fakultas Hukum USU. Penulis juga berterima kasih kepada
abang sepupu penulis Alexander Leo, yang telah banyak mendukung dan
Tak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) dan Mantan Rektor Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan, Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis,
DTM&H, Sp.A(K).
2. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.LI selaku Pembantu Rektor IV
atas segala dukungannya kepada penulis yang sangat berarti dan bermanfaat
bagi penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum.,DFM, selaku Pembantu Dekan
II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
4. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan
Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum
atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat
bagi penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Guru Besar dan Dosen Hukum
Ekonomi serta Dosen Pembimbing I. Di tengah kesibukan beliau, beliau
selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi serta
Dosen Pembimbing II. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu
penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian
skripsi ini. Bagi penulis, beliau adalah figur yang tekun dalam mendidik
mahasiswa. Penulis merasa salut atas dedikasi beliau dalam mengasuh
beberapa mata kuliah hukum ekonomi yang pernah penulis ikuti. Ucapan
terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan,
dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S selaku Dosen Hukum Pidana.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama
mengikuti perkuliahan di fakultas hukum.
9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama
10. Ibu Dr. Keizerina Devi, S.H., M. Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama
mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi.
11. Ibu Syamsiar Yulia, S.H., CN, selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih
sebesar-besarnya atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa baru
sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.
12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu
yang telah diberikan.
13. Bapak Pdt. Romeo Q. Mazo, BSBA, M.Div selaku Gembala Konsulen GRII
Medan dan Bapak Radjali Ramli, M.Div selaku Gembala Sidang GRII Medan
yang telah memberikan nasehat dan membimbing penulis untuk semakin
mengenal Allah yang sejati.
14. Sanak keluarga yaitu Hermansyah Leo, Priskila Tan, dr. Elmansyah Leo,
Johanes Leo, Jameshin Adlin, Dewi Christian Leo, dan Sophie Christian yang
memberi dukungan dan perhatian kepada penulis.
15. Denny Salim, teman dan rekan penulis, yang telah memberikan banyak
dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti perkuliahan.
16. Teman-teman gereja yaitu kepada saudari Ewi Ritonga, Helena Ginting, dan
Dewi Arianti Winarko yang sudah banyak membantu penulis dalam memakai
fasilitas yang mendukung penulisan skripsi. Juga terima kasih kepada saudara
Isvento yang sudah membantu penulis dalam memprint skripsi. Terima kasih
Yosef Effendi, Rudy Y, Chique S, Vincent S, dan Jimmy N Winanto yang
sudah menemani penulis dalam suka dan duka selama menulis skripsi.
17. Teman-teman kuliah yaitu kepada Hendry, Edyson, Suhardi Fonger,
Agmalun Hasugian, Stebert, Darwin, dan Ferdiansyah yang menjadi teman
akrab yang baik selama di kampus.
Salam Hormat,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...vi ABSTRAKSI...viii
BAB Ι PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...11
D. Keaslian penulisan...12 E. Tinjauan Kepustakaan...13
F. Metode Penulisan 16
G. Sistematika Penulisan 19
BAB ΙΙ Prinsip Responsibilitas dalam Kerangka Good Corporate
Governance (GCG)
A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance
(GCG)...22
B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)...31
C. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam Pasar
Modal...42
D. Pertanggungjawaban (Responsibilitas) Perusahaan Publik/Emiten
dalam Menjalankan Keterbukaan Informasi kepada Investor dan Publik...47
E. Pelanggaran Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibilitas) yang
BAB ΙΙΙ Penerapan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan Publik
A. Pengaturan Hukum dalam Pengelolaan Perusahaan
Publik/Emiten...56
B. Kaitan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan
Publik...65
C. Kepatuhan Perusahaan Publik dalam Menjalankan Prinsip
Responsibilitas Menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku...72
BAB ΙV Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social
Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal
A. Latar Belakang dan Konsep Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan (CSR)...82
B. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan
(CSR) dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia...91
C. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)
Perusahaan Publik/Emiten...99
D. Implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)
Perusahaan Publik/Emiten...104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...115 B. Saran...116
Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.
**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.
ABSTRAKSI
Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan corporate social responsibility.
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.
Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Kata kunci: Prinsip Responsibilitas. *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.
**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.
ABSTRAKSI
Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan corporate social responsibility.
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.
Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Kata kunci: Prinsip Responsibilitas. *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep Good Corporate Governance bukan sesuatu yang baru bagi
manajemen korporasi. Awalnya konsep GCG di Indonesia diperkenalkan oleh
pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka
economy recovery pasca krisis.1 Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa
terkemuka dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika
Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta
Parmalat di Italia pada awal dekade 2000-an.2
Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan
(Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada
pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.
3
1
Ridwan Khairandy & Camilia Malik, Good Corporate Governance : Perkembangan Pemikiran, dan Implementasinya di Indonesia, (Yogyakarta:Kreasi Total , 2007),hlm 60.
Good Corporate Governance memiliki 4
(empat) kaidah atau prinsip pokok yaitu transparansi (keterbukaan), akuntabilitas,
2 Siswanto Sutojo & E. John Alridge, Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat, (Jakarta:PT. Damar Mulia Pustaka, 2008),hlm 1.
responsibilitas, dan fairness. Di Amerika Serikat konsep tentang Good Corporate
Governance sendiri lebih bermakna pada tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility) dan perilaku etis para stakeholders yang di dalamnya
termasuk para karyawan, pelanggan, supplier, kreditur, dan sebagainya. Di sini,
perusahaan berperan sebagai trustee dan hubungan antara perusahaan dan para
stakeholder-nya harus didasarkan pada kontrak sosial di mana perusahaan secara
moral terikat pada constituency statutes4 untuk memperhatikan seluruh
kepentingan dalam kelompoknya.5
Secara hukum di Indonesia penerapan Good Corporate Governance
terdapat dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu
Pasal 1 angka 25 mengenai prinsip keterbukaan. Dengan adanya prinsip
keterbukaan di pasar modal, maka perusahaan dalam hal ini adalah perusahaan
publik dapat mempertanggungjawabkan informasi, laporan keuangan, dan
keterbukaan informasi mengenai lingkungan kepada publik. Adanya prinsip
keterbukaan di pasar modal dapat dihindari kejahatan yang merugikan investor
dan publik seperti manipulasi pasar dan insider trading. Selain itu penerapan
Good Corporate Governance juga terdapat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 yaitu Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu Pasal
15 huruf b yang menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan
CSR. Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
4 Constituency Statue adalah perwakilan stakeholders dari kelompok – kelompok tertentu misalnya perwakilan dari seerikat pekerja untuk ditempatkan pada dewan direktur dan eksekutif dalam hal ini harus memperhatikan kepentingan stakeholders dalam keputusan – keputusan bisnisnya.
BUMN yaitu di Penjelasan Umum Bagian IV Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang BUMN menyebutkan Pengurusan dan pengawasan BUMN harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Prinsip GCG yang dianut OECD dan beberapa lembaga lain menempatkan prinsip responsibility atau tanggung jawab sebagai pilar
tegaknya GCG.6 Prinsip Responsibilitas (Pertanggungjawaban) adalah kesesuaian
(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang
sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial,
perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian,
dan persaingan yang sehat.7 Prinsip Responsibilitas juga mencakup hal-hal yang
terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari
masyarakat.8
Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung
jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan
adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi
profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis,
menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya
bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di
dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan
stakeholders yaitu masyarakat. Prinsip responsibilitas ini juga menentang ajaran Milton Friedman bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab moral.
Jika orang bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut dia, itu adalah tanggung
jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan. Alasannya,
tanggung jawab sosial-moral tidak bisa dilemparkan kepada orang lain, dan
karena itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab
sosial. Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab itu hanya terbatas pada
lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab
sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan
itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.10 Namun a-moral theory
tersebut memberi peluang “free ride” bagi pengusaha dalam menjalankan bisnis,
dengan berbagai pelanggaran etis bahkan hukum.11
Prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan
usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan
lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah kuasi entitas
publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu
kelompok tapi juga kepada banyak pihak.
12
10 Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1998), hlm 118.
Teori yang mendasari hubungan
antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan adalah teori stakeholders.
Fokus daripada teori ini terletak pada 2 (dua) wacana utama. Pertama, apa yang
menjadi tujuan dari perusahaan, dan kedua, apa tugas yang diemban oleh manajer
11 Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Festschrift in honor Stephen Tong, (Jakarta : Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007), hlm 650.
atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholders. Terkait dengan perusahaan,
teori stakeholders secara garis besar menyatakan bahwa tujuan daripada suatu
perusahaan adalah mendatangkan manfaat bagi semua stakeholders. Teori ini
pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai (values) merupakan faktor
yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis.13
Penerapan prinsip responsibilitas oleh salah satunya adalah penerapan
tanggung jawab sosial dan lingkungan atau yang lebih sering dikenal Corporate
Social Responsibility (CSR). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ini merupakan konsekuensi logis dari teori stakeholder yang memandang perusahaan
sebagai institusi sosial dimana tujuan perusahaan hanya untuk mencapai
keuntungan maksimum. Selain itu konsekuensi logis dari teori ini juga adalah
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk mengambil bagian dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dimana perusahaan bertindak dari masyarakat itu.
14
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru.
Konsep ini dapat dijumpai pada masa pemerintahan Hammurabi di Babilonia
(1700-an SM). Dalam kode Hammurabi, terdapat sanksi bagi para pengusaha
yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi
pelanggannya.
15
Di Indonesia, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) juga bukan
merupakan hal yang baru dimana pada masyarakat Sibolga di Sumatera Utara,
terdapat kebiasaan bahwa bagi pemilik tambak udang yang panen, sekitar 20
persen harus disisihkan untuk masyarakat. Kemudian Islam mewajibkan seluruh
pengikutnya untuk melaksanakan zakat.16 Kristen juga mengajarkan untuk
memberikan perpuluhan, yaitu 10% dari penghasilannya, kepada gereja dan untuk
mencintai sesama manusia seperti diri sendiri.17 Begitu juga Buddha yang
mengajarkan berderma tanpa pamrih melalui Dana Paramita.18
Secara hukum, pengaturan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
baru diatur sejak adanya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yaitu dalam Pasal 74. Undang-Undang Perseroan Terbatas
sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak mengaturnya.
Apalagi KUHD sama sekali tidak menyinggungnya.
19
Pengaturan tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) juga dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang pada Pasal 15 huruf b menyebutkan kewajiban setiap
penamam modal untuk melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Akan
tetapi, itu hanya untuk investor asing. Selain itu untuk Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN memang ada mengatur tentang besaran dan tata cara
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan dijabarkan lagi dalam
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 5 Tahun 2007 telah mengatur tentang
program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.20
Hal ini yang mendasari pelaksanaan prinsip responsibilitas yang salah
(CSR) perusahaan di Indonesia termasuk juga perusahaan publik, emiten maupun
perusahaan terbuka. Selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan terbatas yang menjadi payung hukum perseroan terbuka juga Undang –
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal ini dapat dilihat dari
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyebutkan
Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau perseroan yang melakukan
penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal. Jadi perseoran terbuka yang merupakan perseroan terbatas
dan emiten dalam pasar modal selain harus mematuhi aturan dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas juga harus mematuhi
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat
diwujudkan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan mengenai perlindungan
lingkungan hidup. Ketentuan BAPEPAM menentukan, bahwa pendapat dan
laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran dari
perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultan hukum mengenai semua
izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau
kegiatan yang direncanakan perusahaan publik.21
21 Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-49/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX. B. 1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan.
Seperti izin lingkungan, izin –
izin usaha, lokasi, mendirikan bangunan, penggunaan bangunan untuk pabrik,
analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah. Investor dan
publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan
dalam rumusan Pasal 28H ayat 1 yang menentukan setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.22
Menurut Koesnadi Hardjasoemantri masalah berkenaan dengan pemberian
informasi kepada masyarakat terdiri dari pemastian penerimaan informasi,
informasi tepat waktu (timely information), informasi lengkap (comprehensive
information), informasi yang dipahami (comprehensible information) dan informasi lintas batas (transfrontier infromation).
Karena itu setiap
orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai
lingkungan hidup yang baik.
23
Maka perusahaan publik atau
emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup.
Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak boleh melakukan
missrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan
keterbukaan masalah lingkungan hidup.24
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar
modal dapat mempengaruhi harga saham emiten di pasar modal. Karena apabila
terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab
perlindungan lingkungan hidup mengakibatkan harga saham dari emiten bergerak
ke bawah.25
22 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm 174.
Hal ini dapat dilihat dari kasus bocornya sumur minyak bawah laut
yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British
23 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1999), hlm 109 – 111.
24 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta : Univesitas Indonesia Press, 2001), hlm 204.
Petroleum di Amerika Serikat di mana nilai sahamnya mengalami pemurunan hingga 40 % pada beberapa akhir pekan kedua Juni 2010 di bursa saham Amerika
Serikat.26
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen emiten
dalam pasar modal terhadap lingkungan dan sosial adalah Sri Kehati Indeks.
Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) bekerja sama dengan PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk mendorong investasi di pasar modal agar mengacu pada
tata cara Sustainable and Responsible Investment Index dengan nama Sri Kehati
Indeks. Kedua lembaga ini bekerja sama atas dasar ingin mengoreksi kegagalan
pasar dalam menampung isyarat lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Pasar
Modal adalah alat yang mempertemukan penawar dan peminta modal. Dalam
mekanisme pasar modal ini, kini dikembangkan tolok ukur yang memuat segi
lingkungan hidup dan lingkungan sosial melalui Sri Kehati Indeks.
27
Indeks harga saham SRI-KEHATI dimaksudkan untuk memberikan
tambahan pedoman investasi bagi pemodal. Dengan membangun suatu
benchmark indeks harga saham baru yang secara khusus memuat kinerja harga
saham emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong
usaha-usaha berkelanjutan melalui kinerja metodologi yang berdasarkan kepada
kepedulian mengenai lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang
baik. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen yang
berkesinambungan dari kalangan bisnis. Untuk berperilaku secara etis dan
memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas
26 Warta Ekonomi, No.16/XXII/9 – 22 Agustus 2010, hlm 54.
kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat
luas pada umumnya.28
Adanya prinsip responsibilitas dalam pasar modal membuat perusahaan
atau emiten mempunyai kewajiban untuk benar-benar berkomitmen terhadap
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) oleh emiten sebenarnya menguntungkan emiten sendiri karena dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik
yang merupakan salah satu implemenatsi prinsip responsibilitas oleh emiten,
maka sebenarnya menaikkan nilai dan kualitas emiten sendiri di mata investor dan
publik. Dengan adanya komitmen dan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR) serta keterbukaan
informasi mengenai masalah lingkungan hidup oleh emiten terhadap terhadap
investor maka emiten di sini dapat mempertanggungjawabkan infromasi dan
kebijakan bisnisnya baik secara moral dan hukum mengenai masalah lingkungan
hidup dan pelaksanaan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau
Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap investor dan publik.
Dengan demikian Sri Kehati Indeks merupakan indikator
untuk melihat komitmen perusahaan terbuka terhadap lingkungan hidup dan sosial
termasuk di dalamnya komitmen perusahaan atau emiten terhadap Corporate
Social Responsibility (CSR).
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian Tinjauan Hukum Prinsip responsibilitas dalam Pasar Modal adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate
Governance?
2. Bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan
publik ?
3. Bagaimana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social
Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal.
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar sarjana hukum. Namun berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan lain yang hendak dicapai dalam penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate
Governance.
2. Untuk mengetahui pengaturan hukum penerapan responsibilitas dalam
3. Untuk mengetahui konsep dan pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan/(Corporate Social Responsibility) Perusahaan Publik dalam pasar
modal.
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis, melalui penulisan skripsi ini dapat menjadi sumbangsih bagi
ilmu pengetahuan khususnya mengenai Prinsip Responsibilitas dan sekaligus
memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam tulisan ini maupun
dalam bidang lainnya.
2. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca kalangan
akademisi, ataupun sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin
membahas mengenai Prinsip Responsibilitas.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas
dalam Pasar Modal”. Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan fakultas dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini belum pernah diangkat
ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan
pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian
penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis
menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan
E. Tinjauan Kepustakaan
Good Corporate Governance (GCG) menjadi pedoman perusahaan- perusahaan pada dewasa ini dalam pengelolaan dan manajemen perusahaan.
Istilah corporate governance juga sering digunakan untuk menyebut Good
Corporate Governance (GCG). Pengertian Good Corporate Governance (GCG) menurut World Bank, merupakan kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah
yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan
bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan.29
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) tidak hanya dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN tetapi ada dalam pasar modal di mana
Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengakomodasi Salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah
prinsip responsibility atau prinsip responsibilitas (tanggung jawab) yaitu
tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholders baik stakeholders internal
maupun terhadap stakeholders eksternal. Selain itu prinsip responsibilitas ini juga
berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan serta
kepatuhan perusahaaan terhadap hukum.
29
prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk melindungi investor dan
pemegang saham publik.
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam
pasar modal juga termasuk penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan
publik/emiten baik yang berbentuk BUMN maupun yang non-BUMN. Perusahaan
publik dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas disebut perseroan publik. Perseroan Publik menurut Pasal 1
angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah
perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal yang
disetor sesuai dengan ketentuan peraturan. Perseroan Terbuka menurut Pasal 1
angka 7 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah
perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Yang
melakukan penawaran umum di pasar modal hanya emiten. Emiten menurut Pasal
1 angka 6 Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak
yang melakukan penawaran umum.
Salah satu penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan publik/
emiten dalam pasar modal adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan/Corporate Social Responsibility (CSR) selain kepatuhan perusahaan
publik/emiten terhadap hukum dalam pengelolaan perusahaan publik/emiten. Jadi
penerapan prinsip responsibiltas yang merupakan salah satu prinsip Good
Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu konsep di mana organisasi–organisasi, terutama perusahaan-perusahaaan memiliki satu tanggung
jawab untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan dari para konsumen, para
karyawan, pemegang saham, masyarakat sekitar, dan kepedulian lingkungan
hidup pada semua aspek kegiatan perusahaan mereka. Tanggung jawab ini
memperluas melebihi ketentuan tanggung jawab mereka untuk menuruti peraturan
perundang-undangan.30
Maka corporate Social Responsibility/CSR sangat berhubungan dengan
prinsip sustainnable development (pembangunan berkelanjutan), di mana
berpendapat bahwa perusahaan harus membuat keputusan berdasarkan tidak saja
pada faktor finansial seperti keuntungan atau keuntungan saham, tetapi juga
berdasarakn pada konsekuensi sosial dan lingkungan baik jangka pendek maupun
jangka panjang dari aktivitas-aktivitas mereka.
Definisi Corporate Social Responsibility/CSR menurut Magnan & Ferrel
(2004) adalah “ A business acts ini socially responsible manner when its decision
and account for and balance diverse stakeholder interest”. Defenisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap
kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan
tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial
bertanggung jawab.31
30
2007.
Sedangkan, Schermerhorn memberikan defenisi Corporate Social
Responsibility/(CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertidak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal.32
Jadi, Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu atau sebuah
pendekatan di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan kesukarelaan dan kemitraan.
33
F. Metode Penulisan
Dalam setiap usaha penulisan haruslah menggunakan metode penulisan yang
sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh
penulis dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan
permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
menganalisa hukum yang positif yang tertulis. Penelitian hukum normatif
merupakan penilaian kepustakaan, yaitu disini peneliti melakukan penelitian
32 John R. Schermerhorn, Management for Productivity (New York: John Wiley & Son, 1993), hal 42.
terhadap data sekunder. Pada penelitian hukum normatif, sering kali hukum
dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangn
atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas.
b. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain
dalam masyarakat. Penelitian ini kadang-kadang berawal dari hipotesis, tetapi
dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau
memperkuat teori yang sudah ada. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu variabel, namun variabel tersebut
tidak saling bersinggungan.
c. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis-normatif. Pendekatan
penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap data
sekunder. yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi
ini.
d. Sumber data
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan prinsip
responsibilitas dalam pasar modal dan Corporate Social Responsibility/CSR
antara lain Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan
Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang No.
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang terkait.
2. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa
buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini.
3. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/ atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
e. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
penelitian kepustakaan (library research) yang merupakan pengumpulan
data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan berupa
dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan sebagai dasar ilmiah dalam
pembahasan materi.
f. Analisis data
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam
penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas.
Analisis data dilakukan dengan:
1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Memilah kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian
3. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep dan
pasal-pasal yang ada.
4. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kwalitatif.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka penulisan dan pembahasannya
harus dilakukan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya sitematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat
latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD
CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Bab ini menjabarkan pengertian, latar belakang, konsep dan
pengaturan Good Corporate Governance (GCG). Selain itu bab ini
juga menjabarkan penerapan Good Corporate Governance (GCG)
dalam pasar modal. Bab ini juga membahas pertanggungjawaban
(responsibilitas) perusahaan publik dalam menjalankan keterbukaan
informasi kepada investor dan publik serta dijabarkan juga
pelanggaran prinsip pertanggungjawaban (responsibilitas) perusahaan
publik yang mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran
dalam pasar modal.
BAB III : PENERAPAN PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM
PENGELOLAAN PERUSAHAAN PUBLIK
Bab ini membahas pengaturan hukum dalam pengelolaan perusahaan
Publik dan kaitannya dengan prinsip responsibilitas. Bab ini juga
responsibilitas menurut peraturan perundang–undangan yang
berlaku.
BAB IV : TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PERUSAHAAN
PUBLIK DALAM PASAR MODAL
Bab ini membahas tentang latar belakang, konsep, dan pengaturan Tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) dalam
perundang-undangan di Indonesia. Selain itu Bab ini juga membahas standarisasi
dan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR)
Perusahaan Publik.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai pembahasan
BAB II
PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD
CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance (GCG) atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tata kelola perusahaan yang baik berasal dari istilah corporate governance.
Istilah corporate governance sendiri berasal dari istilah governance yang secara
umum diartikan dalam bahasa Indonesia disebut tata kelola. Sir Adrian Cadbury
memberikan pengertian corporate governance yaitu keseimbangan antara tujuan
ekonomi dan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Di samping itu
juga menekankan akuntabilitas dalam pengelolaan segala sumber daya yang
memperhatikan seluruh kepentingan, baik individu, perusahaan dan masyarakat.34
Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117 / M-MBU / 2002
tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada
BUMN, Corporate Governance adalah suatu prosedur struktur yang digunakan
oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Definisi ini menekankan pada
keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders
yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai
pemegang saham.35
Corporate governance menurut John Lowry dan Alan Dignam adalah subjek yang memiliki banyak aspek. Tema utama dari corporate governance
adalah masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat. Hal terkait namun
merupakan pembahasan yang terpisah dari fokus pembahasan pada dampak dari
sistem corporate governance yaitu dalam efisiensi ekonomi dengan perhatian
yang lebih besar pada kesejahteraan para pemegang saham. Selain itu ada aspek
lain dari corporate governance seperti sudut pandang pemangku kepentingan atau
stakeholders yang menuntut perhatian, transparansi, pertanggungjawaban atau responsibilitas serta keadilan lebih terhadap pihak-pihak selain pemegang saham
misalnya terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan.36
Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern
telah meningkat pada awal tahun 2000-an hingga sekarang, terutama sejak
keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation,
Worldcom, dan Parmalat di Italia. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan baru diakui banyak pihak setelah terjadi skandal korporasi terbesar beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat seperti
Enron Corporation, Health South, Tyco, dan WorldCom yang telah menurunkan
tingkat kepercayaan investor dan publik terhadap perusahaan.37
35 Ibid, hlm 8.
Dari hasil
penyelidikan para regulator pemerintah dan analisis para cendekiawan manajemen
36
2010.
dapat disimpulkan penyebab utama tumbangnya perusahaan–perusahaan besar itu
adalah karena lemahnya penerapan prinsip–prinsip good corporate governance
mereka.
Kelemahan penerapan prinsip good corporate governance itu dapat
ditandai empat macam hal. Pertama adalah lemahnya peranan the board of
directors dalam mengendalikan pengelolaan perusahaan. Board of directors kurang aktif dalam menganalisis startegi bisnis perusahaan. Kedua yaitu semakin
bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang perusahaan dan
mengambil keputusan–keputusan penting yang bersangkutan dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Ketiga adalah tidak transparan, akurat dan tepat
waktunya pengungkapan laporan perkembangan bisnis dan keuangan oleh board
of directors kepada pemagang saham dan kreditor. Keempat yaitu dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di
bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh
manajemen senior.38 Sebagai reaksi terhadap kejatuhan banyak perusahaan publik
di dunia secara tidak wajar. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan
undang-undang reformasi corporate governance yang sering disebut Sarbanes-Oxley
Act.39
Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar belum berakhir. Kejatuhan
perusahaan–perusahaan besar di Amerika Serikat berlanjut pada krisis ekonomi
global pada tahun 2008. Krisis ekonomi global ini dimulai dari krisis ekonomi
yang menimpa Amerika Serikat (AS). Krisis ekonomi yang menimpa Amerika
Serikat berasal dari kredit macet sektor perumahan AS atau hipotek/
mortgage. Krisis hipotek/mortgage berawal dari gagal bayarnya sejumlah kredit
perumahan oleh warga Amerika Serikat sendiri.40
Puncaknya Bear Stearns, perusahaan investasi dan keuangan terbesar di
Amerika Serikat tumbang pada 11 Juli 2008. Mencegah hal serupa, pemerintah
federal melalui Federal Housing Finance Agency (FHFA) pada 7 September 2008
mengambil alih dua perusahaan yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac. Krisis
keuangan di Amerika Serikat ini benar– benar menjadi krisis berskala global.
Lehman Brothers pada 14 September 2008 mengajukan pailit ke pengadilan dan
dikabulkan.41 Kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang
sejarah kebangkrutan AS.42
Pada hari yang sama muncul pengumuman dijualnya perusahaan investasi
dan keuangan Merryl Linch karena mengalami masalah likuiditas.43 Krisis
berlanjut setelah perusahaan asuransi American International Group (AIG) pada
16 September 2008 turut mengalami kelangkaan likuiditas dan gagal menemukan
investor strategis, AIG masih bertahan dengan pemberian pinjaman penyelamatan
dari bank sentral Amerika Serikat The Fed.44
Begitu juga dengan Washington
Mutual pada tanggal 26 September 2008 mengajukan pailit. Washington Mutual,
Inc segera 45
Faisal Basri & Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, (Penerbit : Kencana Prenada Media Group ,2009), hlm 544.
42
diakes tanggal 17 September 2008.
43 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 544. 44 Ibid, hlm 545.
Masalah krisis belum selesai muncul lagi skandal Goldman Sachs.
Goldman Sachs melakukan ommision dalam investasi perbankan terhadap
informasi vital tentang produk portofolio.46 Ada dua kesalahan Goldman Sachs,
yakni mengakali investor dan tak jujur kepada para investornya.47
Menurut ekonom A Prasetyantoko ada salah satu inti masalah yang
menyebabkan kehancuran finansial Amerika Serikat adalah semata–mata
kesalahan prosedur tata kelola yang mengakibatkan fenomena kegagalan (market
failure).
Ommision yang
dilakukan Goldman Sachs ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate
governance yaitu prinsip transparansi atau keterbukaan terutama mengenai informasi yang mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan dan
mempengaruhi harga.
48
Menurutnya, secara teknis krisis terjadi karena pelaku ekonomi terlalu
ekspansif dan spekulatif dalam kebijakan keuangan sehingga tak mampu
membayar kewajibannya. Untuk melunasi utangnya, seluruh aset harus dijual.
Tipikal ini menurutnya disebut ekonomi gelembung (bubble).49
Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengesahkan Undang-Undang
Reformasi Sektor Keuangan yang lebih sering disebut Dodd-Frank Wall Street
Reform Act dengan ditandatanganinya undang-undang tersebut oleh Presiden Jadi dari pendapat
ekonom A Prasetyantoko dapat diketahui salah satu penyebab krisis global 2008
adalah kesalahan dalam penerapan corporate governance di Amerika Serikat.
46
TIME, 3 May 2010, hlm 22.
48 A. Prasetyantoko, Krisis Finansial Dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009), hlm 228.
Barack Obama tanggal 21 Juli 2010 sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
krisis global di Amerika Serikat.50 Undang-Undang ini memberi kewenangan baru
kepada pemerintah untuk mengeluarkan perusahaan gagal keuangannya yang
berpotensi membahayakan seluruh sistem.51 Undang-undang juga menetapkan
standar yang ketat dan pengawasan untuk melindungi konsumen dan ekonomi
Amerika Serikat, investor dan bisnis, berakhir didanai dana talangan wajib pajak
dari lembaga keuangan, memberikan sistem peringatan lanjutan pada stabilitas
ekonomi, menciptakan aturan tentang kompensasi eksekutif dan tata kelola
perusahaan, dan menghilangkan celah yang mengarah ke resesi ekonomi.52
Presiden Barack Obama dalam pidatonya saat penandatanganan Dodd-Frank Wall
Street Reform Act menyatakan undang-undang ini dirancang agar semua orang mengikuti aturan yang sama sehingga perusahaan bersaing dengan sehat
berdasarkan harga dan kualitas bukan dengan trik dan jebakan. Menurutnya ini
menuntut akuntabilitas dan pertanggungjawabkan dari semua pihak.53
Konsep good corporate governance (GCG) di Asia juga mulai menjadi
perhatian sejak terjadi krisis ekonomi Asia 1998 yang melanda negara-negara
kawasan Asia dan juga Indonesia. Krisis ekonomi Asia 1998 ditandai dengan
gejala keguncangan keuangan di Thailand sudah terlihat beberapa bulan
50 Undang - Undang tersebut diberi nama Dodd-Frank Wall Street Reform. Dodd diambil dari nama senator wakil Connecticut, Christopher Dodd, sedangkan Frank berasal dari nama anggota Kongres wakil Massachusetts, Barney Frank.
sebelumnya, tetapi mulai terasa di negara-negara tetangga setelah Thailand
mengambangkan kursnya pada awal Juli 1997.54
Pada tahun 1999, Asian Development Bank (ADB) mengadakan survei
tentang kelemahan penerapan corporate governance and finance di negara–
negara Asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis moneter tahun
1997. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina,
dan Thailand. Dalam survei ini ditemukan salah satu ciri khusus struktur
kepemilikan dan kepengurusan perusahaan–perusahaan di kelima negara tersebut
yaitu adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada keluarga atau kelompok
keluarga, bahkan pada perusahaan sekalipun.
55
Para pelaksana proyek riset Bank Dunia menulis sebuah paper untuk
American Economic Review bulan Maret 2001 bahwa problem pengelolaan korporat Asia timur tiada lain lebih parah dari yang dikemukan para pengamat
ketika puncak–puncaknya krisis finansial. Para peneliti juga menyimpulkan
bahwa konsetrasi pengambilan dalam segelintir kelompok yang cukup besar untuk
memanipulasi sistem politik negara berarti isu pentingnya adalah kemauan politik
untuk menegakkan hukum dan regulasi yang tertulis. Poin terakhir ini penting
karena ketidakmauan politisi yang duduk di pemerintahan untuk menegakkan
norma–norma regulasi paling tidak sama pentingnya dengan kurangnya undang–
undang sehingga menyebabkan para konglomerat bisa berbuat semaunya.
56
54 Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi, (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), hlm 83.
Jadi
krisis Asia terjadi karena penerapan prinsip good corporate governance yang
lemah dan sistem penegakan hukum yang lemah.
Hal yang sama juga dijumpai pada waktu krisis Asia tahun 1998 melanda
Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru di mana krisis ini mempengaruhi
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh Asian
Development Bank (ADB) menunjukkan faktor-faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang
tinggi. Kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Ketiga,
inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger
dan akuisisi perusahaan. Keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada
pendanaan eksternal dan kelima yaitu tidak memadainya pengawasan oleh para
kreditor.57
Selain itu, kajian Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa indeks good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah di
Asia Timur dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang. Hal
tersebut diperparah oleh inefisiensi hukum dan peradilan. Dalam studi yang sama
ditemukan bahwa indeks efisiensi hukum dan peradilan di Indonesia paling
rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang.
58
Rendahnya good corporate governance adalah rendahnya transparansi
dalam lingkungan bisnis di Indonesia. Indeks transparansi lingkungan bisnis yang
dikeluarkan oleh Political & Economic Risk Consultancy (PERC) menunjukkan
bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif tidak transparan.Ketidaktransparanan
57 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 63.
ini memungkinkan tumbuh berkembangnya praktik-praktik korporasi yang tidak
sehat yang tidak saja merugikan pemegang saham (publik/minoritas) dan
Pemerintah, menyulitkan investor atau mitra memperhitungkan dengan cermat
kualitas perusahaan mitra atau proyek investasi, meningkatkan premi resiko, dan
pada akhirnya juga akan menyuburkan praktik KKN. 59
Jika ini dibiarkan terus berlanjut maka rendahnya transparansi dalam
lingkungan bisnis, rendahnya efisiensi penegakan hukum, dan suburnya praktik
KKN akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Boediono,
pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada praktik kroniisme, kolusi antara
penguasa dan pengusaha, serta praktik–praktik monopolistik lainnya mungkin
dapat menghasilkan laju yang tinggi tapi tidak sustainable karena tidak
melahirkan kelompok yang mau memperjuangkan demokrasi, good governance,
dan kepastian hukum. Yang muncul bukanlah kelompok pembaharu melainkan
kelompok pemburu rente, bukan sistem ekonomi pasar yang penuh vitalitas,
melainkan kapitalisme palsu, yang lebih kompatibel dengan oligarki daripada
dengan demokrasi.60
Jadi penerapan prinsip corporate governance dan penegakan hukum yang
benar dan baik menjadi suatu kebutuhan di tengah-tengah rendahnya penerapan
prinsip corporate governance oleh korporasi–korporasi di Indonesia dan
penegakan hukum yang lemah di Indonesia.
59 Ibid, hlm 4.
B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)
Konsep tata kelola perusahaan/corporate governance merupakan
perkembangan dari konsep governance. Menurut Faisal Basri, konsep governance
jika ditinjau secara umum dan dilhat dari aspek pelaku utamanya, konsep
governance dapat dipilah menjadi tiga bagian. Pertama, public/political governance, yaitu proses di mana suatu masyarakat mengelola dirinya sendiri dan mengatasi berbagai persoalannya, dengan negara sebagai institusi utamanya.
Kedua, economic governance, yaitu keseluruhan proses produksi dan distribusi
berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat itu, dengan pihak
swasta (perusahaan–perusahaan) sebagai institusi utamanya. Ketiga, social
governance, yang berkenaan dengan sistem nilai dan keyakinan yang diharapkan dapat melandasi perilaku sosial dan pembuatan berbagai keputusan publik, dengan
masyarakat sipil (civil society) sebagai institusi utamanya.61
Dalam berbagai pembahasan, konsepsi governance secara umum mengacu
pada public/political governance. Namun dari waktu ke waktu, situasi di lapangan
menunjukkan bahwa yang harus disoroti dari jatuh bangunnya suatu bangsa,
bukan hanya pemerintah/negara saja, melainkan juga perusahaan–perusahaan dan
masyarakat sipilnya.
62
Maka untuk mewujudkan good governance tidak hanya
negara tetapi juga perusahaan dan masyarakat sipil. Dalam konteks pembangunan
ekonomi, maka negara dan pasar lebih dikedepankan sementara masyarakat sipil
merupakan fokus pembangunan politik dan sosial.63
61 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 232. 62 Ibid.
Dalam konteks ekonomi, baik tidaknya negara dan pasar di suatu
perekonomian dalam menjalankan tugasnya masing-masing dapat diukur dari
berupa tinggi rendahnya daya saing perekonomian yang bersangkutan. Ada empat
faktor utama yang menentukan daya saing secara langsung yaitu infrastruktur
fisik, kinerja makroekonomi, efisiensi pemerintah, dan efisiensi bisnis. Pada
hakekatnya, efisiensi pemerintah dapat dipadankan dengan kualitas political
governance negara. Sedangkan efisiensi bisnis dapat disetarakan dengan tata kelola perusahaan/corporate governance. Dari apa yang diuraikan dapat dilihat
akan pentingnya kerangka institusional publik dan privat yang menjelma sebagai
political governance dan economic/ corporate governance.64
Seiring dengan modernisasi dan kemajuan ekonomi, seperti di negara–
negara maju, peran langsung pemerintah atau negara dalam perekonomian
semakin terbatas/dibatasi dan pada unumnya hanya sampai pada peran sebagai
inisiator, regulator dan pengawas. Kedudukan negara sebagai pedagang dan
pencari laba melalui perusahaan negara dianggap bertentangan dengan perannya
yang lebih mendasar sebagai regulator sehingga lambat laun kegiatan itu
ditinggalkan. Sebagai gantinya peran pelaksana berbagai kegiatan ekonomi
khususnya sebagai produsen, distributor, dan pengelola segenap kegiatan
pendukungnya diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta atau perusahaan–
perusahaan.
65
Semakin maju sebuah perekonomian, semakin berperan sektor swasta
sehingga peran, karakter, dan kualitas perusahaan semakin penting. Perusahaan
pada hakikatnya memang sebuah institusi pencetak keuntungan bagi pemilik
perusahaan dan tidak ada kewajiban legal baginya untuk memperhatikan
kepentingan pihak lain. Dalam perkembangannya, pemahaman akan hakikat
perusahaan bergeser, karena perusahaan itu hidup di tengah masyarakat sehingga
sesungguhnya perusahaan tidak mungkin mengabaikan kepentingan masyarakat di
mana perusahaan itu hidup. Pengabaian kepentingan umum pada akhirnya akan
merugikan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, sebuah perusahaan yang
baik sesungguhnya bukan sekadar perusahaan yang mampu mencetak laba (untuk
kepentingan shareholders), namun juga yang peka dan mau membantu
pemenuhan kepentingan masyarakat banyak (stakeholders).66
Grup Penasehat Bisnis Sektor Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) menetapkan empat prinsip umum good corporate governance yaitu keadilan (fairness), keterbukaan (transparency), tanggung jawab (accountability), dan pertanggungjawaban (responsibility).
Bertolak dari hal
yang diuraikan di atas, maka konsepsi good corporate governance pun menjadi
semakin penting.
67
Prinsip–
prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:68
1. Keadilan (Fairness)
Prinsip ini tercermin melalui keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memberikan
66Ibid.
67 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (I), (Bandung : Books Terrace & Library, 2007), hlm 152.
perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, melalui
keterbukaan informasi serta melarang pembagian untuk pihak sendiri
dan perdagangan saham oleh orang dalam.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan
korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman
perilaku perusahaan (corporate conduct) dan/atau kebijakan-kebijakan
yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam
serta konflik kepentingan. Hal ini direalisasikan dengan menetapkan
peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, dan komite,
termasuk sistem remunerasi, penyajian informasi secara wajar dan
pengungkapan material secara penuh, serta mengedepankan
kesempatan kerja yang seimbangan (equal job opportunity).69
2. Keterbukaan (Transparency)
Prinsip ini menekankan pada keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hal ini,
hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya serta dapat ikut berperan serta serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang
mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari
keuntungan perusahaan.70
Prinsip keterbukaan diwujudkan dengan perusahaan harus
menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Setiap
perusahaan diharapkan dapat mempublikasikan informasi keuangan
serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada
kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para
investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara
mudah pada saat diperlukan.71
3. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini terlihat melalui tanggung jawab manajemen melalui
pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris, dan auditor secara seimbang. Hal ini merupakan bentuk
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ secara
efektif.72
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan
keuangan (financial statement) pada waktu yang tepat;
mengembangkan komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi
pengawasan oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan
kembali peran dan fungsi internal audit sebagai mitra bisnis yang
strategis; menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan
70 Ibid.