• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Efek Syari’ah Dalam Hukum Pasar Modal Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Efek Syari’ah Dalam Hukum Pasar Modal Di Indonesia"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EFEK SYARI’AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL

INDONESIA

A. Sejarah Efek Syari’ah.

1. Sejarah hukum pasar modal.

Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat di bagi dalam era sebagai berikut :28

Di Indonesia kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai abad ke 19 .

Menurut buku effectengids yang dikeluarkan Veereniging voor den effecttenchandel

pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Karena bursa belum

dikenal, perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga

catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. 1. Masa penjajahan

29

Pada tahun 1892, perusahaan perkebunan “ Cultuurmaatscappij Goalpara”

yang berkantor di Batavia mengeluarkan prosfektus penjualan 400 saham dengan

harga 500 gulden persaham empat tahun kemudian. Het centrum dari Jogjakarta juga

mengeluarkan prosfektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga

perdana 100 gulden persaham. Selain kedua perusahaan itu beberapa perusahaan

perkebunan juga mengeluarkan prospektus untuk mendapatkan dana dari masyarakat,

tetapi tidak jelas apakah saham itu diperjual belikan. Menurut dugaan, yang banyak di

28

Iman Syahputra Tunggal, Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia( Jakarta,harvindo 2000) hal 3

29

(2)

perjual belikan di Hindia Belanda waktu itu adalah saham atu obligasi yang tercatat

di Bursa Amsterdam yang dimiliki oleh investor yang ada di Batavia, Surabaya dan

semarang.30

Karena tiadanya bursa yang resmi di Batavia. Sedangkan para pedagang sibuk

memperjualbelikan efek-efek, Amsterdame Effektenbueurs mendirikan cabangnya di

Batavia. Bursa efek terseut didirikan tanggal 14 Desember 1912. Saat itu yang

menjadi penyelenggara bursa adalah Vereniging voor de Effectenchandel. Ditingkat

Asia. Bursa Batavia ini merupakan yang keempat tertua setelah Bombay ( 1830),

Hongkong( 1871), dan Tokyo (1878). Bursa efek di Batavia didirikan dalam rangka

memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh sangat

pesat di Indonesia. Dalam waktu singkat bursa tadi tumbuh sebagai bursa

Internasional yang sangat menguntungkan. Efek yang diperjual belikan terdiri dari

saham dan obligasi perusahaan-perusahaan. Belanda yang beropersdi Di Indonesia31

30

Ibid, hal 4

31

Ibid.

2. Awal kemerdekaan.

Setelah PD II kegiatan penanaman modal tidak banyak dilakukan, karena

peraturan saat itu memaksa para pemilik modal menahan uang mereka didalam

negeri. Pemilik efek yang membutuhkan likuiditas terpaksa mengirimkan efeknya

keluar negeri. Umumnya ke Amsterdam. Karena sarana transfortasi yang ada masih

(3)

Pada tanggal 13 Juni 1952, Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo

dengan resmi membuka Bursa Efek di Jakarta yang berlokasi di Javasche Bank(Bank

Indonesia) JakartaKota. Pada peresmian tersebut,perdagangan efek belum dimulai.

Perdagangan efek baru berlangsung esok harinya.Pada hari pertama bursa ini hanya

diperdagangkan tiga persen Obligasi Republik Indonesia 1950 dan empat persen

Obligasi Lening Gemente Buitsenzorg (Kota Praja Bogor) 1937.Sampai minggu

kedua pembukaan bursa efek, perdagangan efek hanya terbatas pada efek-efek yang

laris, diantaranya tiga persen saham obligasi, saham Escopmtobankdan saham

perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) Vercenigde Prauwenveren.32

Para anggota bursa pada waktu itu terbagi dalam dua kelompok.Pertama,

bank-bank pemerintah dan beberapa bank swasta nasional. Bank-bank tersebut adalah

Bank Negara Indonesia( Jakarta), Bank Rakyat Indonesia( Jakarta), Bank Industri

Negara( Jakarta), Bank Perniagaan Indonesia NV (Jakarta), Bank Dagang Nasional

Indonesia NV (Medan), Bank Soerakarta MAB (Solo), Bank Timoer NV( Semarang),

Bank Indonesia NV (Palembang), Bank Nasional NV ( Bukit Tinggi), Indonesia

Banking Corporation NV( Yogjakarta ), Kalimantan Banking & Trading Corp.

(Samarinda), dan NV Bank veniging Oei Tiong Ham( Semarang). Pemerintah

mengaktifkan kembali pasar modal Indonesia dengan terlebih dahulu membentuk

Badan Pelaksana Pasar Modal atau Bapepem.Bapepem diserahi tugas menjalankan

32

(4)

pasar modal. Selain itu dibentuk juga Badan Pembina Pasar Modal yang selanjutnya

disebut Badan Pembina yang bertugas:33

Era ini merupakan awal keberadaan pasar modal Indonesia yang ditandai

dengan mulainya kegiatan pasar modal, sehingga setelah sepuluh tahun diaktifkannya

pasar modal,jumlah perusahaan yang go public adalah 24 perusahaan dengan dana

yang terhimpun sebesar Rp 131,4 miliyar. Nilai dan Volume perdangan saham masih

rendah, yaitu mencapai rata-rata Rp. 1,5 Juta atau 149 saham perhari.Nilai

kapitalisasi pasar pada akhir tahun 1987 sebesar Rp 112 milyar

1. Memberikan pertimbangan kebijakan kepada Menteri Keuangan dalam

melaksanakan wewenangnaya dibidang pasar modal berdasarkan UU

no.15/1952 Tentang Bursa dan Peraturan Perundang-undangan lainnya .

2. Memberikan pertimbangan kebijakan kepada Menteri Keuangan dalam

melaksanakan wewenangnya terhadap Badan Usaha Milik Negara

(BUMN),BUMN yang dimaksud adalah PT Danareksa yang diaharapkan

menjadi “tiang utama” dipasar modal dasar Rp 50 Milyar yang disetor

Rp.10 milyar.

3. Era pra Deregulasi tahun 1977-1987

34

Pada tanggal 10 Agustus 1977, tidak lama setelah pendirian Bapepam.

Pemerintah meresmikan pasar modal di zaman orde baru. Perusahaan-perusahaan

diberikan kesempatan untuk menjual sahamnya kepada masyarakat,dan masyarakat

33

Ibid.

34

(5)

diberikan kesempatan untuk membeli saham-saham tersebut. Dengan cara ini,

masyarakat mulai melangkah maju dalam usaha dalam membangun ekonomi

kekeluargaan seperti yang diisyaratkan Pasal 33 UUD 1945. Perdagangan dimulai

dengan system call tertutup untuk menentukan harga pertama ; kemudahan dilakukan

call terbuka untuk harga-harga berikutnya. Pemimpin call pada tahun-tahun pertama

adalah Kepala Bagian Perdagangan efek Bapepam. Frits A .Oroh.

Pada awal diaktifkannya kembali pasar modal, unsur yang yang menonjol

adalah asas pemerataan kepemilikan saham kepada masyarakat luas. Kalau

perusahaan hanya dikuasai oleh keluarga atau sekelompok orang tertentu, kekayaan

tak akan merata. Dengan bursa saham yang memberi kesempatan kepada masyarakat

untuk memiliki saham , kemakmuran yang dihasilkan pembangunan akan lebih

merata 35

Untuk mencapai tujuan ini pemerintah berperan aktif didalam menangani

bursa. Bapepam bertugas membina dan melaksakan bursa efek. Sedangkan PT

Denaraksa yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah mempunyai wewenang luas.

Selain lembaga keuangan bukan bank, denaraksa juga bertindak sebagai lembaga

keuangan bukan bank, Danareksa juga bertindak sebagai pialang dan stabilisator

harga saham didalam perdagangan harian. Untuk itu danareksa mempunyai hak

eksklusif membeli saham yang masuk bursa sampai 50 persen, mendahului yang lain.

35

(6)

Pasar sangat sepi dan harga saham cenderung turun. Ini tercermin dari tipisnya nilai

serta Volume transaksi dan jatuhnya indeks harga saham Gabungan di Bursa. 36

Era ini ditandai dengan diberlakukannya Paket Desember 1987, Paket oktober

1988 dan paket desember 1988. Melalui kebijakan deregulasi ini telah berhasil

diletakkan landasan bagi bangkitnya kegiatan pasar modal di Indonesia. Hal penting

yang perlu dicatat adalah pada era ini telah diberlakukan kebijakan yang memberikan

perlakuan yang sama terhadap penghasilan bunga dari sector perbankan dan deviden

dari sector pasar modal. Pada era ini operusahaan yang go-public meningkat pesat

dari 24 perusahaan menjadi 145 perusahaan yang menawarkan saham. Demikian juga

halnya dengan perusahaan yang menawarkan obligasi telah mengalami peningkatan

dari 9 perusahaan menjadi 24 perusahaan. Dana yang dihimpun dari 1991 adalah Rp

9 triliyun dan Rp 2,2 triliyun masing-masing untuk saham dan obligasi. Dengan

demikian total dana yang dihimpun melalui pasar modal mencapai Rp 11,2 triliyun.

Nilai kapitalisasi pasar pada periode ini juga menunjukkan peningkatan yang sangat

mengesankan yaitu dari Rp 112 miliyar pada akhir tahun 1987 menjadi Rp 16,4

triliyun pada akhir tahun 1991 4. Era deregulasi tahun 1987-1991

37

36

Ibid.

37

Ibid hal 7

(7)

Era ini diawali dengan menurunnya aktifitas dibursa sebagai akibat dari tight

money policy dan lemahnya kondisi bursa internasional. Selanjutnya mulai

pertengahan tahun 1993 pasar modal mulai mengalami peningkatan, yaitu Indeks

Harga Saham Gabungan di BEJ mencapai 280.146 pada bulan januari 1993 telah

mampu meningkat menjadi 588,765 pada akhir 1993 kendatipun mengalami

penurunan jika dilihat kondisi pada tanggal 24 Januari 1995, yaitu IHSG mencapai

435,459. Hal lain yang perlu dicatat pada era ini adalah peningkatan nilai

perdagangan dibursa efek Jakarta dari Rp 5.778,2 miliyar pada tahun 1991 menjadi

Rp 19.086, 2 miliyar pada desember 1993. Sedangkan selama tahun 1994 nilai

perdagangan yang dapat dicapai adalah Rp 25.449,9 miliyar. Jika ditinjau dari jumlah

emiten, telah terjadi peningkatan yang cukup besar. Berdasarkan jumlah perusahaan

yang memperoleh peryataan efektif dari Bapepam, peningkatan tersebut adalah dari

145 emiten yang menerbitkan saham menjadi 231 emiten pada akhir januari 1995.

Pada periode yang sama jumlah emiten yang menerbitkan obligasi juga meningkat

dari 24 emiten menjadi 46 emiten. Apaila dilihat dari sisi jumlah dana yang

dihimpun, maka keseluruhan dana yang dihimpun, maka keseluruhan dana akhir

januari 1995 mencapai Rp 33,48 triliyun masing-masing saham sebesar RP. 26,79

triliyun untuk saham dan Rp. 6,69 triliyun untuk obligasi . Jika dilihat dari jumlah

kapitalisasi pasar, maka pada tanggal 24 januari 1995 kapitalisasi pasar di Bursa Efek

Jakarta mencapai Rp.99,33 triliyun.38

38

(8)

Instrument pasar modal syari’ah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal

ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syari’ah pada 8 Juli 1997 oleh PT

Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerja sama

dengan PT Danareksa Investmen Management meluncurkan Jakarta Islamic

Indekspada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin

menanamkan dananya secara syari’ah. Dengan hadirnya Indeks tersebut. Maka para

pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi

dengan penerapan prinsip syari’ah.39

Perkembangan selanjutnya, instrument investasi syari’ah di Pasar modal terus

bertambah dengan kehadiran Obligasi Syari’ah PT indosat Tbk. pada awal September

2002. Insrument ini merupakan obligasi syari’ah pertama dan dilanjutkan dengan

penerbitan obligasi syari’ah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali

obligasi syari’ah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syari’ah Ijarah.

Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrument baru yaitu Reksadana Indeks

dimana Indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks Jakarta Islamic

Indeks (JII).40

Secara global, walaupun agama Islam dan sistem ekonomi syari’ah mulai

disebarkan di Timur Tengah dan sebagian besar umat Islam Dunia berada Di

Indonesia, namun Equaty fund dan Indeks saham secara luas yang mengikuti

39

Andri Soemitra , Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah ( Jakarta: Kencana 2015) hal 116-117.

40

(9)

ketentuan syuari’ah lebih dahulu diluncurkan di Amerika. Equaty Fund pertama

adalah The Amana Fund yang diluncurkan pada bulan Juni1986 oleh North American

Islamic Trust. Pada bulan Februari 1999, Dow Jones Indexes meluncurkan Dow

Jones Islamic Market Index (DJIM) dan sampai akhir tahun 2002 Dow Jones Islamic

Market Index (DJIM) dan sampai akhir tahun 2002 Dow Jones terus mengembangkan

seri DJIM dengan DJIM-Japan, DJIM-Asia, DJIM-Amerikas, DJIM-Internet dan

yang terakhir DJIM-Ektra Liquid. Namun,ternyata kurang dari 5% perusahaan yang

diliput dalam DJIM berasal dari Negara yang mayoritas penduduknya beragama

islam. Sermentara banyak sekali Islamic Private dan mutual funt yang mengikutu DJ

Islamic Market Indeks, termasuk corporate dan retail fund yang diluncurkan lembaga

keungan dari Timur Tengah seperti Albaraka, SAM-BA dan Wafra. Bahkan pada

bulan Nopember 1999, Finansial Times Stock Excange (FTSE) Internasional di

London juga telah meluncurkan the FTSE Glob,al Islamic Indeks Series (

FTSE-GIIS)dan The Internasional Finance Corporation Indexes, unit dari IFC- World

Bank,telah bekerja sama dengan ANZ Bank meluncurkan benchmark untuk Islamic

Leasing Fund.41

Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan

pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan

pelaksanaannya tidak bertentangan

B. Pengertian dan Bentuk –bentuk efek syari’ah

41

(10)

Adapun yang dimaksud sebagai efek-efek syariah menurut Fatwa DSN MUI

No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan

Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal mencakup Saham Syariah, Reksadana

Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan Aset Syariah, dan surat berharga

lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Belakangan, instrumen keuangan

syariah bertambah dengan adanya fatwa DSN-MUI Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008

tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah, fatwa DSN-MUI

Nomor: 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah pada tanggal 6 Maret 2008,

fatwa DSN-MUI Nomor: 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara.

Berikut ini adalah penjelasan dari bentuk-bentuk dari efek syari’ah:

1. Saham syari’ah.

Saham atau Stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada

suatu perusahaan terbatas. Dengan demikian sipemilik saham merupakan pemilik

perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya ,maka semakin besar pula

kekuasaannya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal

dengan nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan

keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang di bagi dan laba di

tahan. 42

42

(11)

Disamping itu dengan aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder pemegang

saham dimungkinkan memperoleh capital again yaitu selisih antara harga beli

dengan harga jual saham. Namun, pemegang saham juga harus siap menghadapi

resiko capital lose yang merupakan kebalikan dari capital gain serta resiko likuiditas,

yaitu ketika perusahaan yang sahamnya dimiliki kemudian dinyatakan bangkrut oleh

pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan , maka hak klaim dari pemegang

saham mendapat perioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat

dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).43

Sedangkan Saham syari’ah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan

suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara

pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.Saham merupakan surat

berharga yang mempresentasikan penyertaan modal kedalam suatuperusahaan.

Sementara dalam prinsipsyari’ah, penyertaan modal dilakukan pada

perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syari’ah,seperti bidang

perjudian,riba,memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman beralkohol.

Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu perusahaan yang

kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dapat dilakukan

berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah.Akad musyakarah umumnya

dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah umumnya

dilakukan pada saham perusahaan publik.44

43

Ibid. Hal 138

44

(12)

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut

diterbitkanoleh:45

a) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak

bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.

b) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak

bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur

dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:

i. perjudian dan permainan yang tergolong judi;

ii. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;

iii. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

iv. bank berbasis bunga;

v. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

vi. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi

(maisir), antara lain asuransi konvensional;

45

Mul irawan, Penguatan Kerangka Hukum Terkait Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Syari’ah Pada Pengadilan Agama. Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 5, Nomor 3, November

(13)

vii. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan

barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan

karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang

atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;

viii. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

2) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari

82%, dan

3) rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih

dari 10%.

2. Obligasi syari’ah (sukuk).

Obligasi syari’ah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

no.52/DSN-MUI /IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip

syari’ah yang dikeluarkan emiten untukmembayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo.

Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan

mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share),

atas aset yang mendasarinya46

46

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 18/POJK.04/2015 pasal 1 ayat 1

(14)

mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bungamelainkan dalambentuk bagi

hasil/margin/fee.47

Sukuk dalam prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan

pokok, antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai

pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa

sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitansukuk, dan adanya akad atau

perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Selain

itu , sukuk juga harus distruktur secara syari’ah agar instrument keuangan ini aman

dan terbebas dari riba’,gharar,dan maysir48

Obligasi syari’ah yang juga dikenal dengan sukuk merupakan efek syari’ah

berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian

penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan asset berwujud

tertentu, nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi

tertentu, serta kepemilikan atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi

tertentu.49

47

Andri soemitra , Op Cit hal 143

48

Ibid

49

Ibid

Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah

mendapatkan endorsementdari The Accounting and Auditing Organisation for Islamic

Finansial Institusion (AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No.19 Tahun 2008 tentang

(15)

1. SukukIjarah,yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Ijarah

dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau

menyewakan hak dan manfaat atas suatu asset kepada pihak lain berdasarkan

harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

asset itu sendiri. Sukuk Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya Bittamliek(

Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and Sublease.

2. Sukuk Mudarabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

Mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal(rab almaal) dan pihak lain

menyediakan keahlian (Mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut akan

dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang

timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.

3. Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

Musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal

untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang tekah ada, atau

membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung

bersama sesuai dengan jumlah pertisipasi modal masing-masing pihak.

4.Sukuk Istisma’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

Istisma dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu

proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/ proyek

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.50

50

(16)

3. Reksadana syari’ah

Reksadana syari’ah sebagaisebuah lembaga penghimpun dana yang dijalankan

secara syari’ah telah mengalami pertumbuhan diberbagai dunia.Salah satu hal

menarik mengenai reksadana syari’ah adalah keterlibatan banyak institusi keuangan

dunia dalam pemasaran dan pemakaiannya. Menurut beberapa kalangan, Eropa

sendiri sekarang ada lebih dari 50 pengelola reksadana syari’ah, salah satunya adalah

Al- Sukoor European Equity Fund,yang dikelola oleh Commerzbank AG, Jerman.51

Menurut Agus Budiarto bahwa prinsipnya cara kerja reksa dana52

51

Ibid.

52

EVAWATI: Kajian Yuridis Reksadana Dalam Hukum Islam Dan Hukum Nasional, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mataram. ,

.1) pertama

mengumpulkan dana dari masyarakat dengan menerbitkan sahamnya sendiri yang

dijual kepada masyarakat investor, 2) setelah dana terkumpul reksadana

menginvestasikannya pada surat berharga yang dianggap paling menguntungkan,

untuk itu reksadana melakukan spesialisasi sesuai dengan keahliannya, 3) dari hasil

investasi tersebut keuntungannya akan dibagikan kepada masyarakat pemegang

saham.

Cara kerja reksadana menurut Agus Budiarto tersebut cukup sederhana, hal ini

dapat mendorong keinginan investor untuk berinvestasi di Reksadana karena

a. adanya spesialisasi dari reksadana dalam menginvestasikan kembali modal

dari investor, kemudian keuntungan dari investasi yang dilakukan oleh manajer

(17)

b. Mekanisme Kerja Reksadana Syariah. Kebijakan Investasi reksadana syariah

hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan Syari’ah

Islam53

Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi

kolektif EBA syariah yang berportofolio-nya terdiri dari aset keuangan berupa

tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian

hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi

yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset

keuangan setara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. ,meliput i:

1. Efek Pasar Modal Syariah: Obligasi Syariah (Sukuk); Saham-saham yang masuk

dalam DES (Daftar Efek Syariah), serta efek surat hutang lainnya yang sesuai

dengan prinsipsyariah.

2. Instrumen Pasar Uang Syariah: - Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) -

Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-Bank (SIMA) - Certificate of Deposit

Mudharabah Mutlaqah (CD Mudharabah Mutlaqah) - Certificate of Deposit

Mudharabah Muqayyadah (CD Mudharabah Muqayyadah)

4. Efek Beragun Asset Syari’ah

54

Ketentuan melakukan Penawaran umum EBA Syari’ah55

Adrian sutedi, loc cit.

55

(18)

1. Mengikuti Ketentuan umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran, Peraturan

Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek beragun aset

(Asset Backet Securities)serta ketentuan tentang Penawaran Umum yang

terkait lainnya;

2. Mencantumkan ketentuan dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun

Asset (KIK-EBA) Syari’ah dan informasi tambahan dalam prosfektus

hal-hal sebagai berikut;

a. Bahwa Aset yang menjadi fortofolio EBA Syari’ah tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip syari’ah dipasar modal.

b. Wakil manager investasi melaksanakan pengelolaan KIK-EBA

Syari’ah dan penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kustodian

pada Bank Kustodian mengerti kegiatan-kegiatan yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip syari’ah di pasar modal;

c. Kata “Syari’ah” pada nama EBA yang diterbitkan;

d. Mekanisme pembersihan fortopolio dan dana EBA Syari’ah dari

UNsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah

dipasar modal;

e. Bahwa pengelolaan dana EBA Syari’ah dilarang bertentangan dengan

prinsip-prinsip syari’ah di pasar modal.

f. Akad Syari’ah dan skema transaksi syari’ah yang digunakan dalam

(19)

g. Ringkasan Akad Syari’ah yang dilakukan oleh para Pihak;

h. Besarnya nisbah pembayaran bagi hasil, margin, atau fee, dan

i. Rencana Jadwal dan tata cara pembagian dan/atau pembayaran bagi

hasil, margin atau fee

5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

Fatwa DSN MUI Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan investasi dipasar modal

tidak hanya berhenti pada instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada

produk derivatifnya. Produk turunan saham (derivative) yang dinilai sesuai dengan

kriteria DSN adalah produk Right (HMTED). Produk yang bersifat hak dan melekat

dengan produk induknya itu menjadi produk investasi yang sudah memenuhi kriteria

DSN .Mekanisme HMTED ini dipandang lebih menguntungkan dibandingkan harus

meminjam kebank karena dana yangdiperoleh lebih murah, tak ada biaya

tambahan,provit dan masalah administrasi bank lain nya, karena dana dipasok oleh

pemegang sahamnya sendiri.56

Mekanisme rights bersifat opsional dimana rights merupakan hak untuk

membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Rights ini

diberikan kepada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan

saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada saat secondoffering.Berbedadengan

warran masa perdagangan rights sangat singkat, berkisar antara 1-2 minggu

56

(20)

sajaContoh, emiten mengeluarkan saham baru lewat mekanisme rights issue

(HMTED) atau disebut juga second offering untuk mengembangkan usahanya. Setiap

pemilik satu saham lama berhak mendapat dua saham baru dengan exercise price Rp

950,-. Hak untuk membeli saham baru ini yang dinamakan rights57

Mekanisme warran bersifat opsional dimana warran merupakan hak untuk

membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah Jika pemegang saham lama tidak mau membeli tambahan saham baru tadi, dia

bias menjual sebagian atau semua rights yang dia miliki dipasar pada periode

diperdagangkan. Jika memang mau menambah kepemilikannya,maka dia bisa

mendapatkan saham baru pada harga Rp.950,-Rights sebelum jatuh tempo bisa

diperdagangkan. Dan hasil penjualannya rights tersebut merupakan keuntungan bagi

investor yang memilikinya.

6. Warran Syari’ah

Fatwa DSN-MUI Nomor: 66/ DSN-MUI/III/2008 tentang Warran Syari’ah pada

tanggal6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi dipasar modal tidak

hanya berhenti pada instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada

produk derivatifnya. Produk turunan saham(derivatif) yang dinilai sesuai dengan

kriteria DSN adalah juga warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham dengan

imbalan(warran). Seorang pemegang saham diperbolehkan untuk mengalihkan

kepemilikan sahamnya kepada oranglain dengan mendapatkan imbalan.

57

(21)

ditetapkan pula.Misalkan warran saham ABCD jatuh tempopada November 2010,

dengan exercise price Rp.1000,- Artinya,jika investor memiliki warran saham ABCD,

maka dia berhak untuk membeli satu saham ABCD itu pada bulan November 2010

pada harga Rp.1000,-.Warran sebelum jatuh tempo bisa diperdagangkan. Dan hasil

penjualannya warran tersebut merupakan keuntungan bagi investor yang

memilikinya.58

C. Perbedaan Efek syari’ah dan Efek konvensional59

Pasar Modal Konvensional

a. Instrumen yang dijual dalam pasar modal konvensional adalah saham,

obligasi, Reksa dana, opsi.

b. Saham yang diperjualkan datang dari semua emiten tanpa mengindahkan halal

dan haram, adanya transaksi yang berbunga, mengandung transaksi yang

spekulatif dan manipulatif, instrumen transaksi yang digunakan mengandung

sistem bunga.

c. Indeksnya dikeluarkan oleh pasar modal konvensional, seluruh saham yang

tercantum dalam bursa mengabaikan aspek halal dan haram

d. Mekanisme transaksi pasar modal konvensional adalah digunakannya konsep

bunga yang terdapat unsur riba, terdapat juga transaksi yang tidak jelas,

58

Andri soemitra,Loc Cit hal 153.

(22)

spekulatif, manipulatif dan judi. Saham perusahaan bergerak dalam semua

bidang.

e. Obligasi konvensional berdasarkan prinsip bunga, pemegang obligasi sebagai

kreditur (orang yang berpiutang), nisbah mengikuti perkembangan suku

bunga.

Pasar Modal Syariah

a. Instrumen yang dijual dalam pasar modal ini yaitu saham, obligasi syariah dan

reksa dana syariah.

b. Saham yang diperjualkan datang dari semua emiten yang memenuhi

syarat-syarat syariah, tidak ada transaksi yang ber bunga, tidak ada transaksi yang

meragukan dan juga tidak ada yang tidak sesuai dengan etika dan tidak

bermoral seperti manipulasi pasar, instrumen transaksi menggunakan

mudharabah, musyarakah dan salam.

c. Indeks syariah dikeluarkan oleh pasar modal syariah, seluruh saham yang

tercantum dalam bursa sesuai halal.

d. Mekanisme transaksi pasar modal syariah adalah tidak menggunakan

transaksi Ribawi, tidak ada transaksi yang gharar (meragukan), spekulatif dan

judi. Saham perusahaan tidak bergerak dalam bidang yang diharamkan oleh

(23)

e. Obligasi syariah berdasarkan akad mudharabah dengan menggunakan fatwa

DSN-MUI No.7/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah.

Pemegang obligasi sebagai pemodal atau shahibul mal. Dan nisbah harus

disebutkan dalam akad.

D. Dasar Hukum Keberadaan Efek Syari’ah

Lembaga yang memiliki kewenangan menfatwakan hukum-hukum syari’ah

terkait dengan lembaga ekonomidan keuangan adalah para ulama yang terkoordinasi

dibawah Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Dalam

kepengurusan DSN-MUI,terdapat Badan Pelaksana Harian (BPH) yang

keanggotaannya terdiri daripara pakar yang bukan hanya ahli di bidang

masing-masing,tetapi juga memiliki komitmen dan pemahaman tentang hukum syari’ah.

Melalui penelitian dan pengkajian secara mendalam terhadap berbagai persoalan,

BPH merekomendasikan kepada Pimpinan DSN-MUI untuk memberikan fatwa

kepada lembaga terkait, sebelum ditindak lanjutidalam bentuk kebijakan. Dalam hal

ini,kesadaran dan pemahaman terhadap prinsip syari’ah bagipara pelaku kebijakan

akan sangat menentukan. 60

60

(24)

DSN-MUI ketika memberikan fatwa selalu merujuk pada dalil-dalil syara’

yang berfungsi sebagai dasar hukum. Adapun fatwa DSN-MUI yang terkait dengan

pengembangan pasar modal syari’ah adalah sebagai berikut:

1) No.05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang jual beli saham

2) No.20/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Tentang pedoman pelaksanaan

investasi untuk reksadana

3) NO.32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Tentang Obligasi syari’ah

4) NO.33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Tentang Obligasi syari’ah

Mudharabah

5) NO.41/DSN-MUI/III/2004 Tentang Tentang obligasi syari’ah ijarah

6) NO.40/DSN-MUI/IX/2003 Tentang Tentang pedoman umum

penerapan prinsip syari’ah di pasar modal

7) NO.59/DSN-MUI/IV/2007Tentang obligasi syari’ah Konversi

Sebagai tindak lanjut fatwa DSN-MUI, Bapepam juga telah mengeluarkan

kebijakan terkait dengan pengembangan pasar modal syari’ah. Pada tanggal 23

November 2006, Bapepam dan LK melalui Keputusan Ketua Bapepam –LK Nomor

Kep-130/BL/2006 (Peraturan Peraturan nomor IX.A.13) tentang penertbitan efek

syari’ah dan keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-131/BL/ 2006(Peraturan

Nomor IX.A.14) tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syari’ah61

61

Ibid.

(25)

Penerbitan paket regulasi tersebut dilatarbelakangi oleh semakin kerasnya

tuntutan masyarakat, baik dari kalangan perusahaan maupun investor agar

dilingkungan pasar modal terdapat suatu dasar hukum (peraturan) untuk menerbitkan

efek dipasar modal berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Melalui surat

NOMORB-271/DSN/XI/2006 tanggal 24 Oktober 2006, DSN-MUI menetapkan bahwa secara

umum kedua peraturan yang dimaksud tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah

dan fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan olehDSN-MUI. Disamping kedua peraturan

tersebut, ada juga peraturan II.K.1 dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor:

KEP-314/BL/2007 tentang Kriteria dan Penerbitan Efek Syari’ah.

E. Prinsip-Prinsip dalam Efek Syari’ah

Dalam bidang ekonomi, Islam menempatkan self interest(maslahah al-ifrad)

da social interest (maslahah al-jama’ah) sebagai jaminan serta keadilan ekonomi,

jaminan sosialdan pemanfaatan sumber daya ekonomi sebagai prinsip fundamental

sistem ekonominya. Penerapan prinsip syari’ah secara utuh dan lengkap dalam

kegiatan ekonomi, terutama pasar modal syari’ah, berdasarkan pada

landasan-landasan yang sesuai denganajaran Islam. Landasan-landasan-landasan tersebut berasal dari

Al-qur’an

QS Al-Baqarah (2): 275,278-279

“ Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

(26)

bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba... “

QS An-Nisa(4);29;

“ Wahai orang –orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang

berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu membunuh

dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu”

QS Aljumu’ah (62);10

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia

Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”

;QS Al-Maidah(5):1)

“ Wahai orang-orang yang beriman penuhilah janji-janji....

,serta hadis Nabi saw,ataupun dari hasil ijtihad para ahli hukum islam.62

Sesuai dengan kaidah ushul fikih (kaidah dasar-dasar hukum fikih), dalam

masalah ibadah, hukum asal sesuatu adalah terlarang, kecualiada perintah yang

membolehkannya,sedangkan dalam masalah muammalat, hukum asal sesuatu adalah

di perbolehkan, kecuali ada larangannya. Dengan demikian, berdasarkan syari’ah

Islam,pada prinsipnya segala perikatan adalah diperbolehkan kecuali ada nash yang

melarangnya. Perikatan-perikatan yang berkaitan dengan kerjasama usaha,

penanaman modal, utang-piutang, pinjam meminjam, jual beli, dan sebagainya, pada

62

(27)

dasarnya boleh dilakukan seorang muslim dengan anggota masyarakat

lainnya,sepanjang dalam perikatan tersebut tidak terdapat hal-hal yang dilarang.

Dalam masalah muammalat ini, syari’at Islam juga tidakpernah membeda-bedakan

hak dan kewajiban antara muslim dan nonmuslim ,masing-masing mempunyai hak

dan kewajiban sesuai dengan apa yang mereka perjanjikan. Hal tersebut sesuai

dengan ucapan Imam Ali Bin Abu Thalib:” Dalam bidang muammalat, kewajiban

mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita”.63

Bentuk ideal pasar modal (syari’ah) dapat dicapai dengan terpenuhinya empat

pilar pasar modal 64

1) Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaedah keadilan,

kehati-hatian dan transparansi berikut ini.

2) Pelaku pasar (investor) yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang

resiko dan manfaat transaksi dipasar modal.

3) Infrastruktur informasi bursa efek yang transparan dan tepat waktu yang

merata yang ditunjang dengan mekanisme pasar yang wajar.

4) Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat

diselenggarakan secara efisien,efektif dan ekonomis.

Dalam aspek muammalat, Islam mengajarkan prinsip-prinsip dasar yang harus

diperhatikan oleh setiap muslim,misalnya seperti berikut ini;

63

ibid

64

(28)

1) Tidak mencari rezeki pada hal-hal yang haram, baik dari segi dzatnya maupun

cara mendapatkannya serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram

pula.

2) Tidak menzhalimi dan tidak dizalimi

3) Keadilan pendistribusian kemakmuran

4) Transaksi dilakukan atas dasar riba sama rida.

5) Tidak ada unsur riba (tambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi yang

melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil/sesuai syari’ah ).

6) Tidak ada unsur maysir(perjudian).

7) Tidak ada unsur gharar(ketidak jelasan/samar-samar).

Secara umum, mekanisme pasar (bursa efek) yang wajar menurut syari’ah

meliputi aspek-aspek: kewajaran penawaran, kewajaran permintaan, dan kewajaran

kekuatan pasar. Dalam hal kewajaranpenawaran,prinsip syari’ahmelarang suatu pihak

untuk menjual barang (efek) yang belum dimiliki dan melarang gangguan pada

penawaran (mengganggu jumlah efek yang beredar) yang dicontohkan dengan

praktik menimbun barang dan praktik membeli hasil pertanian sebelum petani

tersebut sampai kepasar. Dalam hal kewajaran permintaan, prinsip syari’ah melarang

suatu pihak membeli atau mengajukan permintaan untuk membeli tanpa memiliki

kebutuhan dan daya beli (permintaan palsu).Sedangkan dalam hal kewajaran

(29)

dalam hal likuiditas perdagangan sehingga harga yang terbentuk dalam transaksi di

bursa efek merefleksikan kekuatan tawar menawar pasar yang seenarnya.65

Adapun pada saat emiten atau perusahaan publik yang bermaksud

menerbitkan efek syari’ah wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan

akad yang sesuai dengan syari’ah atasefek syari’ah yang dikeluarkan.Akad syari’ah

yang digunakan antara lain66

1) Ijarah, yaitu perjanjian(akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa

(pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna

jasa untuk menyerahkan hak penggunaan dan pemanfaatan atas suatu barang

dan /atau memberikan jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa

dan/atau upah(ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas kepemilikan

barang yang menjadi objek ijarah. :

2) Istishna adalah perjanjian (akad) antara pihak pemesan atau pembeli

(mustashni’) dan pihak pembuat atau penjual (shani’) untuk membuat objek

Istishna yang dibeli oleh pihak pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan

kriteria, persyaratan, dan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah pihak.

3) Kafalah, yaitu perjanjian(akad) dimana pihak penjamin(kafiil/guaarantoor)

berjanji memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin(makfuul

‘anhu/ashil/ debitur) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada

pihak lain(makfuul lahu/kreditur).

65

Ibid hal 70-71.

66

(30)

4) Mudaharabah (qiradh)adalah perjanjian(akad) dimana pihak yang

menyediakan dana(shahib almaal) berjanji kepada pengelola usaha(mudharib)

berjanji untuk mengelola modal tersebut.

5) Musyarakah adalah perjanjian (akad) kerjasama antara dua pihak atau lebih

(syarik) dengan cara menyertakan modal baik dalam bentuk uang maupun

bentuk aset lainnya untuk melakukan suatu usaha.

6) Wakalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang member kuasa kepada

pihak yang menerima kuasa(wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan

tertentu.

F. Perdagangan efek syari’ah di pasar modal.

Perdagangan efek syari’ah dipasar modal dibagi menjadi tiga macam pasar

yaitu pasar perdana,pasar sekunder, dan pasar parallel.

a. Pasar Perdana.

Pasar perdana adalah pasar dalam masa penawaran efek dan perusahaan

penjual efek (emiten) kepada masyarakatuntuk pertama kalinya. Dengan

demikian,berarti kegiatan pasar modal yang berkaitan dengan penawaran umum

berlangsung dipasar perdana atau pasar primer. Pasar perdana adalah penjualan

perdana efek adalah perusahaan yang menerbitkanefek sebelum efektersebut dijual

(31)

perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan

tersebut.67

67

Adrian sutedi, loc cit

Dengan demikian,pasar perdana merupakan penjualan perdana efek/sertifikat

atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan dipasar sekunder. Pada

saat ini efek/sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi dan bagi perusahaan yang

menerbitkan sahamnya dipasar ini, akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas,

seperti saham dan obligasi.

Dalam pasar perdana ini, saham(efek) yang ditawarkan kepada calon investor

adalah saham yang baru diterbitkan oleh emiten sehingga harganya sudah pasti dan

tidak boleh ditawar-tawar lagi. Agarcalon investor tidak merasa kecewa atas saham

yang telah dibelinya, mereka dapat mempelajari terlebih dahulu berbagai aspek dari

perusahaan tersebut seperti keadaan perusahaan yang dilihat dari berbagai aspek,

antara lain aspek hukum, aspek produksi, pemasaran, dan aspek keuangan yang dapat

diketahui melalui gambaran yangdiberikan dalam prosfektus perusahaan tersebut

pada saat perusahaan akan melakukan penawaran umum.

Selama proses penawaran umum dipasar primer, disinilah para calon investor

melakukan pemesanan akan saham(efek) yang ditawarkan oleh emiten kepada

penjamin emisi melalui agen penjual. Kemudian,penjamin emisi melakukan

penjatahan saham yaitu pengalokasian saham pesanan para investor sesuai jumlah

(32)

B. Pasar Sekunder68

1. Pasar regular adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan

berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan

(continuous auction market) oleh anggota bursa efek melalui JATS (Jakarta Pasar sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal karena pada pasar

sekunderterjadi aktivitas perdangan yang mempertemukan penjual dan pembeli efek.

Dipasar sekunder ini penerbit efek disebut investor jual sedangkan pembeli efek

disebut pembeli.Pasar sekunder, adalah penjual efek setelah penjualan pada pasar

perdana berakhir.Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek

tersebut.Jadi Pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar perdana

berakhir. Pada pasar ini efek yang diperdagangkan dengan harga kurs.

Pada pasar sekunder bertemu penawaran jual dan permintaan beli saham

(efek) yang transaksinya dilakukan melalui system otomasi computer.Jika pada pasar

primer harga saham yang ditawarkan sudah pasti dan tidak bias ditawar-tawar lagi,

maka dipasar sekunder ini harga jual dan harga beli saham ditentukan oleh

mekanisme pasar.

Dipasar sekunder ini pihak yang terlibat didalamnya hanyalah pihak-pihak

yang menerbitkan efek(investor jual) dengan pihak-pihak yang membeli efek(investor

beli) yang dalam segala aktivitasnya dilakukan oleh perantaraannya masing-masing

yang disebut dengan wakil perantara pedagang efek.

68

(33)

Automated Trading System) dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-3

setelah terjadinya transaksi bursa (T+3). Saham-saham di pasar reguler

diperdagangkan dalam satuan perdagangan “lot”. (1lot = 100lembar). Harga-harga

yang terjadi di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan indeks di

BEJ.69

4) Anggota bursa dengan KPEI

2. Pasar negosiasi adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan

berdasarkan tawar menawar individual antara anggota bursa jual dan anggota

bursa beli. Pasar negosiasi adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa

dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar langsung secara individual dan tidak

secara lelang yang berkesinambungan (non continuous auction market) dan

penyelesaiannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota bursa efek.

Pasar negosiasi dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar individual antara

anggota bursa beli dan anggota bursa jual dengan berpedoman pada kurs terakhir

di pasar reguler. Perdagangan Efek di Pasar Negosiasi dilakukan melalui proses

tawar menawar secara individual (negosiasi secara langsung) antar:

1) Anggota bursa, atau

2) Nasabah melalui satu anggota bursa, atau

3) Nasabah dengan anggota bursa, atau

(34)

Selanjutnya hasil kesepakatan dari tawar menawar tersebut diproses melalui JATS.

Anggota bursa dapat menyampaikan penawaran jual dan atau permintaan beli

melalui papan tampilan informasi (advertising) dan bisa diubah atau dibatalkan

sebelum kesepakatan dilaksanakan di JATS. Kesepakatan mulai mengikat pada

saat terjadi penjumpaan antara penawaran jual dan permintaan beli di JATS.70

3. Pasar tunai adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan dalam

rangkapemenuhan kewajiban anggotabursa yang gagal dalam penyelesaian

transaksiefek, berdasarkan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika Selain itu

pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses

tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh

anggota bursa efek melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa

yang sama dengan terjadinya transaksi bursa (T+0). Pasar tunai tersedia untuk

menyelesaikan kegagalan anggota bursa dalam memenuhi kewajibannya di pasar

reguler dan pasar negosiasi. Pasar tunai dilaksanakan dengan prinsip pembayaran

dan penyerahan seketika (cash & carry).71

B. Bursa Paralel.

Bursa parallel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang

menerbitkanefek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapatdilakukan melalui

70

Ibid

71

(35)

bursa parallel. Bursa Paralel adalah pasar perdagangan efek yang memiliki landasan

hukum dalam menjalankan aktifitas perdagangan efek, yaitu sebagai berikut:

1. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 862/KMK.01/1987 tanggal 23

Desember 1987 tentang Emisi dan Perdagangan Saham di Bursa Paralel;

2. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 863/KMK.01/1987 tanggal 23

Desember 1987 tentang Emisi dan Perdagangan Obligasi di Bursa Paralel;

3. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 864/KMK.01/1987 tanggal 23

Desember 1987 tentang Perdagangan Sekuritas di Bursa Paralel;

4. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 865/KMK.01/1987 tanggal 23

Desember 1987 tentang Penjamin Emisi di Bursa Paralel;

5. Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP : 011/PM/1987

tentang Ketentuan Pelaksanaan Emisi dan Perdagangan Saham di Bursa Paralel;

6. Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP : 012/PM/1987

tentang Ketentuan Pelaksana Emisi dan Perdagangan Obligasi di Bursa Paralel;

7. Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP : 013/PM/1987 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Perdagangan Sekuritas di Bursa Paralel;

8. Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP : 014/PM/1987 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Penjamin Emisi di Bursa Paralel;

Mekanisme perdagangan di Bursa Paralel dilakukan oleh pembentuk pasar

(market maker). Pembentuk pasar ini biasanya orang perorangan, dapat pula berbentuk

(36)

pembentuk pasarnya. Jadi pembentuk pasar ini yang melakukan jual beli saham atau

obligasi, dan perdagangan dilakukan di lantai informasi72

72

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan sebagai respon atas pembangunan atau tekanan iklim, REDD+ dapat menyebabkan situasi di mana masyarakat tidak dapat bergantung pada aset-

• Psikologi juga akan sangat membantu untuk melihat bagaimana proses mamahami diri sendiri dan orang lain atau bagaimana kita dapat menjadikan interaksi kita lebih bermakna

Pasien yang memiliki perhatian yang baik terhadap kesehatannya pada komponen fisik dan komponen mental setelah proses penyembuhan dari penyakit urolithiasis dapat

Sistem menampilkan form laporan secara lebih detail dan terperinci mulai dari transaksi penjualan, transaksi pembelian, stock barang keluar masuk, status karyawan 3.

Tidak boleh diklasifikasikan sebagai bahan toksik organ target spesifik (paparan tunggal). Tidak boleh diklasifikasikan sebagai bahan toksik organ target spesifik

Inflasi yang disebabkan terjadinya kenaikan harga ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,77 persen; kelompok transportasi,

d Terdapat perbedaan yang sangat nyata tentang kesukaan pada lilin sebelum dibakar antar formulasi yang dibuat dan formula dengan konsentrasi minyak

Peningkatan jumlah PUBLIKASI ILMIAH internasional bereputasi, yang mencerminkan kemampuan menciptakan invensi berbasis iptek sebagai hulu dari produk inovasi dengan nilai