KAJIAN BUDAYA INFORMASI
DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PENGETAHUAN: Studi Kasus pada Perusahaan Waspada Online
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S. Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi
DISUSUN OLEH
RICHARD TOGARANTA GINTING 060709038
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SATRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Ginting, Richard Togaranta. 2010. Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan: studi kasus pada Perusahaan Waspada Online. Medan. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Waspada Online pada bulan Maret-Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara mendalam dengan informan yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online.
Berdasarkan data wawancara hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya informasi yang dilakukan pada Perusahaan Waspada Online adalah proses pengetahuan yang dimulai data-data yang diperoleh melalui ide, gagasan serta pemikiran yang didiskusikan (briefing) dalam rapat redaksi akan menjadi informasi yang dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan Waspada Online dalam pengambilan keputusan untuk menghasilkan berita yang layak untuk dipublikasikan.
KATA PENGANTAR
Penulis sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan pada waktunya.
Selama menjalani masa perkuliahan di Departemen Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara sampai
kepada penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan saran dan kritik dari
berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada orangtua penulis, buat Papa dan Mama yang penulis sayangi,
St. N. Ginting, S.Pd dan M. T. Br Manalu, terimakasih buat doa, semangat,
motivasi, dukungan moral dan materil yang tak terhingga sehingga penulis bisa
seperti ini sekarang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof., Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Himma Dewiyana, ST, M. Hum, selaku dosen pembimbing I penulis, yang
telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam
proses membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi
ini. Terimakasih Ibu buat semua waktu dan ilmu yang Ibu berikan kepada
saya, saya bangga menjadi anak bimbingan Ibu.
4. Ibu Hotlan Siahaan, S. Sos, selaku Dosen Wali Penulis dan sekaligus sebagai
Pembimbing II yang memberikan masukan serta motivasi bagi penulis.
5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
6. Perusahaan Waspada Online, terimakasih atas kesempatan dan kesediaan
untuk mengizinkan penulis meneliti pada perusahaan Waspada Online.
7. Kakak Penulis, Apriani Puspika Ginting, S.Sos dan Yunika Margaretha
Ginting, serta adikku Bill Roy Agusmanto Ginting, terimakasih buat doa,
semangat dan motivasi serta bantuan moral dan materil dan paling penting
8. Seluruh Keluarga Besar dan Saudara/Saudari penulis yang telah memberikan
perhatian, doa dan restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman yang penulis sayangi khususnya untuk teman-teman stambuk
2006, terimakasih atas semangat yang kalian berikan selama perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini.
10.Senior stambuk 2004 dan 2005, juga adik kelasku stambuk 2007 dan 2008,
terimakasih atas kerjasamanya selama ini.
11.Teman-teman Penulis di NHKBP Galang, terimakasih atas semangat dan
kebersamaan kita tetap takut akan akan Dia selalu untuk tetap melayani Tuhan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, masih banyak
kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak.
Medan, Juni 2010
Penulis
Richard Togaranta Ginting
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DARTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 3
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 4
2.1 Budaya Informasi ... 4
2.1.1 Manfaat dan Tujuan Informasi... 6
2.1.2 Manfaat Budaya Informasi ... 7
2.1.3 Tujuan Budaya Informasi ... 8
2.1.4 Objek Kajian Budaya Informasi ... 8
2.2 Manajemen Pengetahuan ... 9
2.2.1 Jenis Pengetahuan ... 10
2.2.2 Sumber Pengetahuan ... 12
2.2.3 Level Manajemen Pengetahuan ... 13
2.3 Organisasi Perusahaan ... 14
2.3.1 Struktur Organisasi ... 17
2.3.2 Sistem Informasi Manajemen ... 17
2.4 Implementasi Manajemen Pengetahuan pada Perusahaan ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Pendekatan Penelitian ... 20
3.2 Lokasi Penelitian ... 20
3.3 Tahap-tahap Penelitian ... 20
3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 20
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.3.3 Tahap Penentuan Informan ... 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.4.1 Wawancara ... 21
3.4.2 Observasi ... 22
3.5 Alat Bantu Pengumpulan Data ... 22
3.5.1 Pedoman Wawancara ... 23
3.5.2 Pedoman Observasi ... 23
3.5.3 Alat Perekam ... 23
3.6 Analisis Data ... 23
3.7 Keabsahan Penelitian ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25
4.1 Karakteristik Informan ... 25
4.2 Pendekatan Manajemen Pengetahuan ... 25
4.4 Proses Mendapatkan Data ... 26
4.5 Mengumpulkan Data menjadi Informasi ... 27
4.6 Pengolahan Informasi ... 27
4.7 Penciptaan Pengetahuan ... 28
4.8 Penyaringan Pengetahuan ... 28
4.9 Mengkomunikasikan Hasil Keputusan/Kebijakan ... 29
4.10 Rangkuman Penelitian ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 31
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DARTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Ginting, Richard Togaranta. 2010. Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan: studi kasus pada Perusahaan Waspada Online. Medan. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Waspada Online pada bulan Maret-Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara mendalam dengan informan yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online.
Berdasarkan data wawancara hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya informasi yang dilakukan pada Perusahaan Waspada Online adalah proses pengetahuan yang dimulai data-data yang diperoleh melalui ide, gagasan serta pemikiran yang didiskusikan (briefing) dalam rapat redaksi akan menjadi informasi yang dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan Waspada Online dalam pengambilan keputusan untuk menghasilkan berita yang layak untuk dipublikasikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Era informasi menuntut keterampilan menemukan dan menggunakan
informasi secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan penguasaan kemampuan ini
muncul sebagai dampak adanya ledakan informasi yang membawa perubahan
mendasar dalam sistem teknologi dan komunikasi pada saat ini. Penguasaan
informasi menuntun pengguna untuk mampu mencari, mengevaluasi dan
menggunakan informasi secara efektif sejalan dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan informasi itu sendiri.
Berkembangnya informasi juga akan membawa perubahan akan pengetahuan
yang ada. Pengetahuan yang timbul terjadi setelah adanya proses komunikasi
menvebabkan terjadinya perubahan pola pikir untuk memecahkan sebuah masalah
atau membantu untuk menciptakan pengetahuan baru. Adakalanya seseorang
menyamakan informasi dan pengetahuan, namun pada dasarnya pengetahuan
berhubungan erat dengan tindakan dan keputusan sedangkan informasi bebas dari
tindakan dan keputusan.
Revolusi informasi membawa dampak perkembangan yang luar biasa kepada
teori informasi. Mulai dari konsep hingga metodenya menjadikan informasi dapat
menyebar dengan cepat melalui interaksi manusia dengan manusia lainnya
maupun interaksi manusia dengan manusia lingkungannya. Hal inilah yang
mendorong terjadinya komunikasi yang tidak terbatas antara manusia yang satu
dengan yang lainnya sehingga informasi terus menyebar tanpa kenal waktu dan
tempat. Interaksi komunikasi dan informasi dari manusia yang satu dengan
manusia yang lain dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh
aktivitas yang dikerjakannya inilah yang dapat kita sebut budaya informasi. Tren
budaya informasi mulai berkembang akhir-akhir ini dan menjadi topik penelitian
yang sangat menarik untuk diteliti demi pengembangan budaya informasi itu
sendiri.
Budaya informasi dapat diteliti pada organisasi maupun perusahaan. Data-data
yang diperoleh dan dikumpulkan menjadi informasi yang berguna bagi setiap
dikomunikasikan kepada orang lain dan kemudian itu menjadi pengetahuan bagi
orang tersebut dan menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Hal
inilah yang kemudian menjadi siklus manajemen yang terpola dalam manajemen
pengetahuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
Waspada Online merupakan salah satu media Online terbesar di luar jawa
yang berfungsi sebagai penyedia jasa informasi di internet. Waspada Online
merupakan salah satu dari tiga perusahaan di bawah grup Waspada. Terdapat
perusahaan Bumi Warta Waspada yang mengelola Harian Waspada, kemudian
terdapat satu sekolah, yakni Sekolah Eria di jl. Sisingamangaraja Medan.
Dipilihnya perusahaan Waspada Online sebagai objek penelitian penulis
dikarenakan sebagai media Online, Waspada Online berkomitmen untuk
menghasilkan berita yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Waspada Online beralamat Kantor Pusat Bumi Warta Waspada yang berada di
Lantai empat gedung yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto/Brigjen Katamso no.1
Medan. Sebagai media Online yang menyediakan informasi tentu bagaimana
informasi yang nantinya jadi berita tersebut dikumpulkan, dikelola dan
dimanfaatkan menjadi sesuatu hal yang menarik.
Meskipun pemimpin redaksi bertanggungjawab terhadap sebagai pemimpin
perusahaan, redaktur pelaksana memegang peranan yang penting dalam
pengambilan keputusan untuk menjadikan informasi yang diperoleh wartawan
atau reporter layak untuk dipublikasikan. Bagaimana budaya informasi
berlangsung dari wartawan atau reporter sampai ke meja redaksi dan redaktur
pelaksana bertanggungjawab melalui rapat (briefing) untuk menghasilkan
keputusan bahwa berita layak dipublikasikan menjadi fenomena yang menarik
untuk diteliti. Jika dihubungkan dari proses sebuah data menjadi pengetahuan
jelas akan akan menjadi proses yang merupakan aspek manajemen pengetahuan.
Berdasarkan fenomena di atas, masalah yang muncul adalah bagaimanakah
budaya informasi pada Perusahaan Waspada Online jika dikaitkan dengan
manajemen pengetahuan? Berdasarkan latar belakang dan ketertarikan penulis
maka penulis menetapkan judul penelitian ”Kajian Budaya Informasi dengan
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah budaya
informasi pada Perusahaan Waspada Online jika diteliti dengan pendekatan
manajemen pengetahuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui budaya informasi pada
perusahaan Perusahaan Waspada Online dengan pendekatan manajemen
pengetahuan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Pihak Perusahaan Waspada Online sebagai instrumen masukan untuk
meningkatkan kinerja Perusahaan Waspada Online.
2. Memberikan bahan masukan bagi peneliti yang akan membahas masalah
budaya informasi (information culture).
3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta pemahaman tentang budaya informasi (information
culture).
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah mengenai kajian budaya informasi (information culture)
dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online
Medan. Adapun ruang lingkup penelitian meliputi konsep manajemen
pengetahuan dimana data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, dilelolah,
dimanfaatkan dan dapat menjadi pengetahuan untuk pengambilan kebijakan
pimpinan Perusahaan Waspada Online yang berfungsi sebagai pengambil
BAB II
KAJIAN TEORITIS 2.1 Budaya Informasi
Budaya informasi adalah mencakup perilaku dan kecenderungan seseorang
dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi untuk membantu seseorang
maupun menyelesaikan pekerjaannya. Informasi yang digunakan merupakan
transformasi dari data-data yang dihasilkan berdasarkan fakta. Data tersebut
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain yang kemudian menjadi
informasi. Informasi yang diterima oleh orang lain akan menjadi pengetahuan
yang nantinya akan bermanfaat baginya untuk mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Menurut Koentjaraningrat (2001:72) yang dimaksud dengan budaya adalah,
"Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar".
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan budaya
merupakan segala tindakan dan aktivitas yang dilakukan manusia yang menjadi
aktivitas rutin yang selalu dikerjakan manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan definisi informasi itu sendiri harus dipahami dari karakteristik data
dari sebuah peristiwa yang selanjutnya diteruskan menjadi pengetahuan. Informasi
dapat disediakan sebagai data yang maknanya mudah dimengerti sehingga
membantu dalam konteks penggunaannya.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang definisi informasi yang di
antaranya dikemukakan oleh Hasugian (2009:91) yaitu, "Informasi adalah
susunan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan informasi adalah data yang
suda h diolah".
Stevenson dalam Sulistyo-Basuki (2006:16) menyatakan bahwa "Informasi
sebagai kata benda bermakna pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam
bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain".
Ada juga definisi mengenai informasi yang dikemukan oleh Davis dalam
Kadir (2003: 28) bahwa, "Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan
atas informasi juga dapat dideskripsikan sebagai kumpulan data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima
(Kristanto, 2003: 6).
Dari uraian beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa definisi
informasi sangat bergantung kepada ilmu yang mengkajinya asalkan makna dari
informasi itu sendiri dapat dengan mudah dimengerti yang mana dapat mewakili
seluruh fakta, kesimpulan, ide-ide serta karya intelektual yang telah
dikomunikasikan secara formal maupun informal.
Ada pendapat dari beberapa ahli yang menyatakan tentang definisi budaya
informasi. "'Information culture can be broadly, defined as the cultural
consideration of information" (Bauchspies, 2006). Ginman dalam Wang
(2005:213) mendefinisikan budaya informasi sebagai:
Transformation of intellectual resources is maintained alongside the transformation of material resources. The primary resources for this type of transformation are varying kinds of knowledge and information. The output achieved is a processed intellectual product which is necessary for the material activities to function and develop positively.
Pengertian budaya informasi menurut Marchand dalam Suroso (1996:1)
adalah mencakup nilai-nilai, sikap dan perilaku yang mempengaruhi orang dalam
perusahaan tersebut di dalam segenap cara pandang, mengumpulkan,
mengorganisasi, memproses, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi.
Pendapat lain yang menjelaskan pengertian budaya informasi dikemukakan
oleh Suroso (1996:2) yang menjelaskan definisi budaya informasi berdasarkan
fungsi manajer untuk pembentukan strategi dan pengimplementasian perubahan :
Budaya Fungsional :Manajer menggunakan informasi sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain.
Budaya Berbagi :Manajer dan pegawai saling percaya untuk berbagi informasi dalam upaya peningkatan kinerja mereka.
Budaya Mencari :Manajer dan pegawai menggunakan informasi untuk memahami masa depan dan menentukan bagaimana mereka dapat berubah untuk memenuhi tantangan masa depan.
Pendapat lain tentang budaya informasi menyatakan bahwa budaya informasi
"the manifestation of an individual's or group's knowledge or information
experience within the context of the person's or group's social, political,
psychological, or intellectual milieu" (Jablonski, 2006:123).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa budaya informasi
merupakan transformasi intelektual dalam menggunakan informasi baik oleh
perorangan maupun kelompok untuk membantu dalam pengambilan strategi dan
implementasi perubahan.
2.1.1 Manfaat dan Tujuan Informasi
Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa
cemas seseorang. Menurut Notoatmodjo (2008:34) bahwa semakin banyak
informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan
dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa informasi bermanfaat untuk
menambah pengetahuan seseorang yang nantinya akan membentuk cara pandang
dan wawasannya.
Ahli lain yakni Terry (1962:21) menjelaskan berguna atau tidaknya
informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu:
1. Tujuan si penerima
Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data
Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.
3. Waktu
Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.
4. Ruang dan tempat
Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai.
5. Bentuk
serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.
6. Semantik
Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.
Dari paparan keenam aspek di atas dapat dilihat bahwa informasi bermanfaat
untuk penerimanya, bila sesuai dengan pola penyampaian, waktu yang tepat,
ruang dan tempat serta bentuk dan semantik dari informasi itu sendiri.
2.1.2 Manfaat Budaya Informasi
Kini semakin banyak perusahaan yang menyadari betapa pentingnya
melakukan transformasi perusahaan sesuai dengan perkembangan industri dan
pasar. Oleh karena itu, banyak manajer yang sepakat bahwa budaya informasi
merupakan suatu elemen yang penting dalam pembentukan strategi dan
pengimplementasian perubahan (Suroso, 2005:3). Banyak manajer bersikap
gegabah ketika perusahaan menghadapi krisis dan ancaman industri yang radikal,
budaya informasi bermanfaat kepada perusahaan ketika manajer langsung
mengembangkan rencana aksi sebelum benar-benar tahu apakah aksi-aksi ini akan
memperburuk atau memperbaiki (Marchand, 1997:56).
Dari kedua pendapat di atas dapat ditinjau bahwa ternyata budaya informasi
tidak hanya bermanfaat dalam pembentukan strategi dan pengimplementasian
perubahan, namun juga bermanfaat kepada perusahaan ketika dalam kondisi kritis
karena digunakan sebagai pertimbangan.
2.1.3 Tujuan Budaya Informasi
Budaya informasi memiliki arti dan tujuan yang jelas untuk membantu
setiap individu ataupun organisasi untuk pengambilan kebijakan strategis dan
implementasi perubahan. Suroso (1998:43) menjelaskan tujuan informasi ke
dalam empat tantangan sebagai berikut:
1. Mereka harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang yang tampak (visible assets). Padahal selama ini informasi dianggap sebagai aset yang tak tampak (invisible assets).
informasi yang ada. Meskipun, misalnya jaringan komputer dan komunikasi memberikan alat untuk menggunakan informasi dan pengetahuan untuk keunggulan kompetitif, bagaimana dan kenapa karyawan menggunakan informasi tersebut akan menjadi lebih penting.
3. Pekerja berpendidikan tinggi akan lebih bisa menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap manajerial yang mempengaruhi bagaimana cara informasi dan pengetahuan digunakan. Mereka akan lebih mudah untuk mengenali perilaku informasi yang merusak atau perilaku informasi yang di luar nilai budaya dan tujuan bisnis perusahaan.
4. Perusahaan yang paling pertama dalam industrinya mengaitkan budaya informasi kepada strategi bisnis dan pasarnya akan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Dari paparan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan budaya informasi
pada dasarnya memberikan dampak positif bagi pelakunya baik perorangan
maupun organisasi. Dalam kaitannya pada perusahaan, budaya informasi
memberikan kemajuan perusahaan yang lebih baik dalam bantuan untuk
pengambilan keputusan strategis.
Ada juga pendapat yang mengemukakan tentang tujuan budaya informasi.
Salah satunya adalah Wang (2005:213) yang mendeskripsikan tujuan budaya
informasi ke dalam empat pertanyaan:
1. How do they collect, organize, deliver and share information?
2. How do they apply information technology to facilitate their information flow?
3. To what extent are their personnel willing to share information? 4. How develoved are their information literacy skills?
Dari empat pertanyaan di atas dapat dilihat bahwa tujuan budaya informasi
memberikan kemampuan literasi informasi kepada seluruh pelaku informasi.
2.1.4 Objek Kajian Budaya informasi
Budaya informasi kini dianggap sebagai salah satu elemen kritis yang perlu
diperhatikan dalam transformasi perusahaan. Budaya informasi mempengaruhi
cara orang menggunakan infromasi dan merefleksikan kepentingan pimpinan
organisasi untuk menggunakan informasi dalam mencapai kesuksesan atau
menghindari kegagalan. Objek kajian budaya informasi mencakup budaya
fungsional (functional), budaya berbagi (sharing), budaya mencari (inquiring) dan
meliputi dari keseluruhan aktivitas kita mencakup fungsi, berbagi, mencari dan
menemukan.
Wang (2005.215) berpendapat bahwa objek kajian budaya informasi
diklasifikasikan berdasarkan proses dalam organisasi dan mengintegrasikannya ke
dalam beberapa bentuk data:
1. Public databases: governments statistical sources, industry information, bidding information. products details and the like:
2. Domain knowledge data: research reports, periodical articles, marketing intelligence. and so forth-,
3. News: web news sources, Online news databases, and suchlike;
4. Information related to partners and rivals: the portals of competitors, suppliers, customers and similars.
Objek kajian budaya informasi menurut paparan di atas menunjukkan
adanya bentuk-bentuk yang berbeda dari keseluruhan aspek kajian budaya
informasi, khususnya pada perusahaan.
2.2 Manajemen Pengetahuan
Konsep manajemen pengetahuan (knowledge management) berasal dan
berkembang di dunia bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
pengoperasian perusahaan dalam rangka meraih keuntungan organisasi dan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Manajemen pengetahuan berfungsi untuk
memperbaiki komunikasi di antara manajer dengan para pekerja untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses kerja.
Seiring dengan berkembangnya pemanfaatan internet pada tahun 1990-an,
yang menjadi pendorong utama berkembangnya penerapan manajemen
pengetahuan. Saat ini definisi manajemen pengetahuan masih beragam di antara
para peneliti. Perbedaan asumsi tersebut disebabkan oleh timbulnya kesulitan
untuk membedakan secara tegas antara informasi dan pengetahuan.
Pemahaman konsep pengetahuan dan informasi menimbulkan banyak
perbedaan bagi para peneliti. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa informasi
adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk yang dapat
dipahami, atau data yang telah diproses atau ditata untuk menyajikan fakta yang
mengandung makna. Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi yang sesuai
pengetahuan berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Informasi adalah kenyataan, sedangkan pengetahuan adalah informasi yang
diinterpretasikan dan diintegrasikan.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari
manajemen pengetahuan, Koine dalam Siregar (2005:7), ”manajemen
pengetahuan adalah suatu disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan
terintegrasi terhadap pengidentifikasian, pengelolaan dan pendistribusian semua
aset informasi suatu organisasi”.
Pendapat lain dijabarkan oleh Laudon (2002:192) yang menyatakan bahwa
pada dasarnya,
Manajemen pengetahuan berfungsi meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan dalam suatu organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan organisasi tersebut.
Menurut Malhotra (1997:19), "Manajemen pengetahuan merupakan isu
penting mengenai adopsi organisasi, kelangsungan hidup, dan kompetensi
organisasi untuk menghadapi peningkatan perubahan lingkungan yang terputus".
Menurut Siregar (2005:3), "Manajemen pengetahuan didefinisikan sebagai suatu
disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan terintegrasi terhadap
pengidentifikasian, pengelolaan dan pendistribusian semua aset informasi suatu
organisasi".
Dari beberapa paparan di atas dapat dilihat bahwa manajemen pengetahuan
berbeda-beda tergantung siapa yang mendefinisikan dan dalam konteks apa
definisi tersebut diterapkan.
2.2.1 Jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis. Abdullah
(2008:2) membagi jenis-jenis pengetahuan ke dalam enam jenis diantaranya:
1. Pengetahuan langsung (immediate);
dan beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana, untuk sekali melihat kita langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya? Apabila kita sedikit mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya.
2. Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banvak berhubungan dengan penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
3. Pengetahuan indrawi (perceptual)
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto, dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanva akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.
5. Pengetahuan partikular (particular)
Pengetahuan particular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
6. Pengetahuan universal (universal)
Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, Hasan, Husain, dan…), ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua individunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).
Keenam tipe pengetahuan tersebut tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan
yang berfungsi bagi seorang individu dan organisasi yang menjalankan suatu
perusahaan.
2.2.2 Sumber Pengetahuan
Sumber-sumper pengetahuan dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,
menurut Short (2000:354-357) sumber pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Modal pengetahuan (knowledge capital)
Aset pengetahuan boieh jadi tersimpan. atau terletak pada pekerjaan rutin, proses dan prosedur, peran jabatan dan pertanggungjawaban, dan struktur organisasi. Pengetahuan yang tersimpan dalam sistem ini digunakan secara reguler untuk melaksanakan tugas atau langkah-langkah proses pekerjaan secara konsisten.
2. Modal Sosial (social capital)
Memberikan definisi aset sosial sebagai sejumlah sumberdaya yang potensial dan aktual yang tersimpan dan diperoleh dari jaringan antar hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori aset sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka. Studi ini bermaksud memperluas konsep social capital di perpustakaan, dari hanya sebagai penjamin (quarantor) akses ke kesediaan data/info exchange ke arah terbentuknya trust untuk menjalankan standar perpustakaan yang akan dibuat, dengan melibatkan agen dalam proses standarisasi.
3. Modal Infrastruktur (Infrastructure Capital)
Telah dimaklumi secara bahwa kekuatan layanan informasi tergantung pada ketersediaan infrastruktur informasi yang dapat memenuhi meningkatnya permintaan akan pertukaran dan manipulasi informasi melalui jaringan kepada pengguna yang terpisah secara geografis. Infrastruktur kapital mencakup sumber-sumber pengetahuan. Suatu perusahaan, seperti jaringan LAN/WAN, file, server, network, intranet, PC, dan aplikasinya. Pendek kata, semua infrastruktur teknologi informasi dapat dikatakan sebagai bagian dari infrastructure capital Juga mencakup struktur organisasi, pembukuan atau pemberkasan, peran pertanggungjawaban, dan lokasi kantor secara geografis yang menyediakan sarana fisik dalam berbagai pasar. Sumberdaya ini secara rutin ditopang oleh perusahaan dengan tugas keseharian, baik administrasi maupun operasional.
Secara ringkas, Prusak dalam Dewiyana (2009:28) menggambarkan
sumber-sumber pengetahuan, social capital, dan infrastructure capital dalam
Tabel 2.1: Sumber-sumber pengetahuan
Knowledge Resources Social Capital Infrastructure
Explicit Culture Processes
Tacit Trust Resources
Formal Knowledge Behavior Technology
Informal Human Capital Issues Matric
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa agen yang menggunakan aset
pengetahuan (customer capital) mampu masuk ke semua aspek.
2.2.3 Level Manajemen Pengetahuan
Level manajemen pengetahuan terdiri dari beberapa tingkatan yang
digambarkan dengan piramida gambar berikut, dimana masing-masing tingkatan
menunjukkan proses yang saling terkait satu sama lain.
Wisdom Wisdom
Knowledge Knowledge
Information Information
Data Data
Processing
Judgement and values Experience and learning
Heuristic and rules
Disparate data Data analized and applied Information analized and applied Knowledge analized and applied
Gambar 2.1 : Piramida Manajemen Pengetahuan
Sumber: Diolah dari Outsell (2000:10), Bawden (1996:75); Partridge dan
Hussain (1994:2), Rosenberg (2001:70) dalam Dewiyana
Level 1: Data tersebar ditransformasikan oleh processing (pemrosesan data)
ke informasi. Pada level ini biasanya disebut manajemen dokumen
yaitu mengelolah isi informasi (content management),
mengorganisasikan dan mendistribusikan informasi. Pemakai dapat
melakukan akses dan temu kembali dokumen secara Online pada
database.
Level 2: Data dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi informasi.
Pemakai bisa menyumbangkan informasi ke sistem, menciptakan
isi baru dan mengembangkan database pengetahuan. Pemakai bisa
membaca dokumen Online, men-download, melengkapinya dan
kemudian mengirimkannya ke tujuan yang dikehendaki. Dengan
demikian informasi dapat secara terus menerus di-update.
Level 3: Informasi dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi pengetahuan.
Hal ini memerlukan pemahaman tentang input dan output
informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Pengetahuan
dibangun oleh organisasi melalui proses pemerolehan,
pendistribusian, kolaborasi dan komunikasi serta penciptaan
pengetahuan baru.
Level 4: Pengetahuan dianalisis dan diterapkan sehingga membuat orang
bijaksana. Pada level ini enterprise intelligence dikembangkan
dengan membangun jaringan pakar, interaksi dengan database
operasional, dan performance support, dimana pengetahuan baru
yang dihasilkan, ditambahkan pada sistem.
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa level manajemen pengetahuan
saling terkait antara level yang satu dengan yang lain.
2.3 Organisasi Perusahaan
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokkan
menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama
(biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih
besar di bagian bawah daripada di puncak). Seperti tampak pada gambar piramida
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Manajer
Menurut Leod tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas adalah:
1. Manajemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara. keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer)
Dapat dilihat bahwa jenis tingkatan manajer menunjukkan adanya
perbedaan kriteria dari masing-masing manajer lini, menengah dan puncak sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Seorang ahli riset ilmu manajemen mengemukakan bahwa ada sepuluh
peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. la kemudian
mengelompokkan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin dan penghubung.
2. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding(Mintzberg, 1970:169).
Dari paparan peran manajer di atas dapat dilihat bahwa manajer memiliki
peran antarpribadi, peran informasional dan peran pengambilan keputusan.
Setiap manajer membutuhkan keterampilan dasar untuk memimpin sebuah
perusahaan. Minimal tiga keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang
manajer. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pads tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain ( Kart, 1970:68).
Selain tiga, keterampilan dasar di atas, Griffin (1995:35) menambahkan
dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
1. Keterampilan manajemen waktu
waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).
Dapat dilihat dari paparan di atas bahwa setiap manajer memiliki
keterampilan dalam memimpin sebuah perusahaan, mulai dari keterampilan
konseptual, berhubungan dengan orang lain, keterampilan teknis, manajemen
waktu dan pengambilan keputusan.
2.3.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas
dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan
hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Miliken (1987:35)
menyebutkan empat hal yang menjadi elemen struktur organisasi. Empat elemen
dalam struktur organisasi yaitu :
1) Adanya spesialisasi kegiatan kerja 2) Adanya standardisasi kegiatan kerja 3) Adanya koordinasi kegiatan kerja 4) Besaran seluruh organisasi.
Dapat dilihat dari paparan di atas bahwa empat elemen struktur organisasi
adalah keseluruhan dari aktivitas organisasi yang terdiri dari spesialisasi,
standardisasi, koordinasi dan besaran seluruh organisasi.
2.3.2 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi di
dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
manajemen dapat didefinisikan sebagai "Kumpulan dari interaksi sistem-sistem
informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk
menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam
kegiatan perencanaan dan pengendalian”( Davis, 1998:231).
Leod (1996:54) mengemukakan bahwa sistem informasi manajemen sebagai
”suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa
pemakai dengan kebutuhan serupa, Output informasi digunakan oleh manajer
dalam perusahaan untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah”.
Sedangkan menurut Komaruddin dalam Effendy (1989:111) sistem informasi
manajemen adalah pendekatan yang terorganisir dan terencana untuk memberikan
eksekutif bantuan informasi yang teat yang memberikan kemudahan bagi proses
manajemen”.
Dari ketiga paparan di atas tampak bahwa sistem informasi manajemen
merupakan suatu sistem yang berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan,
pengorganisasian, penampilan dan pemanfaatan informasi yang diperlukan dalam
sebuah organisasi.
2.4 Implementasi Manajemen Pengetahuan pada Perusahaan
Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam manajemen
pengetahuan sebagai pemungkin proses bisnis yang bertujuan yang bertujuan
untuk menciptakan, menyimpan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan.
Dari sisi pandang yang lebih kritis lagi, Birkinsaw (2001:42) mengidentifikasi
3 hal dalam manajemen pengetahuan yaitu:
1. Pengelolaan pengetahuan sudah berlangsung sejak awal berdirinya sebuah organisasi. Cara sebuah organisasi menentukan struktur dan hirarki anggota sudah merupakan upaya mengelola pengetahuan dan menempatkan orang-orang yang berpengetahuan sama di satu tempat. Kelompok-kelompok informal sudah sejak lama ada di berbagai organisasi, dan menjadi tempat bagi pertukaran informasi dan pengetahuan yang efektif, persoalannya sekarang adalah mengidentifikasi hal-hal tersebut dan membuatnya lebih efektif lagi. 2. Manajemen pengetahuan merupakan proses panjang dan lama, yang
3. Beberapa teknik manajemen pengetahuan sudah dilakukan sejak dulu. misalnya pengaktifan komunitas praktisi sudah sejak lama menjadi perhatian dari hubungan masyarakat internal (internal public relations) dan pangkalan data pengetahuan memperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan pangkalan data dalam sebuah sistem informasi, persoalannya sekarang adalah bagaimana teknik-teknik manajemen pengetahuan ini yang mirip dengan teknik-teknik tradisional dan relevan dengan perubahan organisasi.
Implementasi manajemen pengetahuan dapat dilihat dari paparan di atas
bahwa pengelolaan pengetahuan diolah sejak berdirinya organisasi sesuai dengan
cara dan ketentuan dan masing-masing organisasi.
Griffin (1995:56) mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
Yaitu,
Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua. manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Dari pendapat Griffin di atas dapat dilihat bahwa Pengambilan keputusan
dilakukan oleh manajer yang bertanggung jawab terhadap seluruh anggota
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin,
2003:15).
Menurut Poerwandari (1998:19) penelitian kualitatif adalah ”penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi
wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang pengumpulan data, pengolahan datanya tidak
didasarkan pada penghitungan statistik melainkan dengan cara deskriptif,
misalnya wawancara.
3.2 Lokasi Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah Perusahaan Waspada Online
Medan yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto/Brigjen Katamso No.1 Medan .
3.3 Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu
3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian
Pertama sekali peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan permasalahan yang terjadi pada perusahaan yakni mengenai kajian
budaya informasi. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti membuat kesepakatan dengan Informan mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah
wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan
dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian
metode analisis data. Setelah itu, peneliti membuat kesimpulan atas penelitian
yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
3.3.3 Tahap Penentuan Informan
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut
Amir (2009:2), purposive sampling adalah "Pengambilan sampel secara sengaja
sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan". Dalam bahasa sederhana
purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel
atau Informan tertentu sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria)
sampel. Dalam hal ini Informan penulis adalah pengambil keputusan yang
mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan pada Perusahaan Waspada
Online yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online .
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data,
yaitu:
3.4.1 Wawancara
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. yakni dengan wawancara mendalam. Menurut Moleong
(1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah ”percakapan dengan
maksud-maksud tertentu”. Pada metode ini peneliti dan Informan berhadapan langsung
(face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
Kerlinger dalam Hasan (2000:7) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan
metode wawancara :
1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
2. Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
Menurut Yin (2003:124) disamping kekuatan, metode wawancara juga
memiliki kelemahan, yaitu
1. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunannya kurang baik.
2. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
3. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
4. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.
Selain memiliki kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan
yang didasari oleh kemungkinan-kemungkinan bias pada Informan. Untuk
mengatasinya maka Penulis menggunakan triangulasi data.
3.4.2 Observasi
Selain wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut
Nawawi dan Martini (1991:19) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
teriadinva wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton dalam Poerwandari (1998:63) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dengan demikian selain wawancara, metode observasi sangat membantu
untuk mengetahui tentang kondisi tempat penelitian.
3.5 Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998:98) penulis sangat berperan dalam seluruh proses
data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpan. Dalam
mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu atau instrumen
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu:
3.5.1 Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan
tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
3.5.2 Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan
sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil
observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap
lingkungan atau setting, wawancara, serta pengaruhnva terhadap perilaku subjek
dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3.5.3 Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti
dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk
mencatat jawabanjmvaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam
barn dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan
alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
3.6 Analisis Data
Analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, observasi yang ditulis dalam catatan lapangan, dan
catatan lainnya. setelah itu dilakukan penyalinan dan pemilihan data. Data dipilih
dan dibuat abstraksi. Kemudian penyusunan data dalam satuan-satuan dan
melaksanakan pemeriksaan keabsahan data yang kemudian membuat kesimpulan
3.7 Keabsahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Pada dasarnya
dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku dalam menganalisa data,
atau dalam analisa data kuantitatif, tekniknya sudah jelas dan pasti, sedangkan
dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum tersedia, oleh sebab itu
ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan
harus dimiliki oleh peneliti.
Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi,
yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut,
dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan
melalui sumber yang lainnya.
Menurut Moloeng (2007:330), “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”. Di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.
Denzin dalam Moloeng (2007:330) membedakan empat macam, trianggulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi
tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk
pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil
pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara
keduanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam
memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan interview digunakan untuk
menjaring data primer berupa kajian informasi manajer yang berkaitan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menampilkan hasil dan pembahasan dari data
wawancara yang telah dilakukan kepada Informan.
4.1 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Redaktur Pelaksana perusahaan
Waspada Online yang mempunyai tanggungjawab dalam pengambilan keputusan
dan memiliki wewenang dalam publikasi berita pada perusahaan Waspada Online.
4.2 Pendekatan Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses. Pada perusahaan Waspada
Online pengambilan keputusan yang merupakan kebijakan dari Redaktur
Pelaksana yang diperoleh berdasarkan rapat redaksi. Data diperoleh melalui
sumbangan ide, pikiran dan gagasan dari setiap divisi yang menjadi pertimbangan
pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berasal dari
data tersebut kemudian akan menjadi pengetahuan bagi pimpinan perusahaan
yang membawa dampak terhadap hasil kebijakan perusahaan.
4.3 Peran Pimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Pimpinan sangat berperan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, sebuah
perusahaan membutuhkan pimpinan yang bijaksana dan memiliki kemampuan
dalam mengambil keputusan. Perusahaan Waspada Online yang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia jasa informasi di internet harus
memiliki pimpinan yang mampu mentransformasi informasi yang sudah diperoleh
wartawan di lapangan menjadi berita yang layak disajikan kepada masyarakat.
Informan yang merupakan redaktur pelaksana harus mampu membedakan
informasi mana yang layak dan tidak layak untuk dipulikasikan ke publik.
Pimpinan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan dengan seksama
harus diikuti oleh seluruh anggota divisi. Seperti yang disebutkan Informan
bahwa:
”..Informasi yang sudah dikumpulkan wartawan kita, masuk ke meja redaksi kemudian masuk ke meja editor dan kita sepakati melalui rapat redaksi apakah layak publish ato gak!, namun pimpinan tetap sebagai pemegang keputusan berita itu layak publish ato gak..”.
Informan juga dengan jelas mengatakan bahwa informasi yang dijadikan
berita itu juga mempertimbangkan masukan dari setiap divisi dalam rapat redaksi.
Namun biasanya, informasi yang memiliki resiko tinggi untuk dipublikasikan
akan dipertimbangkan lebih matang lagi untuk disajikan ke publik, seperti yang
disampaikan Informan bahwa:
“..Kita gak mau berisiko untuk berita yang belum jelas,memang harus benar-benar menyampaikan yang sebenarnya, bukan untuk memprovokasi.., jadi harus di godok lagi apakah itu layak dipublish ato gak..”
Dapat dilihat bahwa pimpinan perusahaan Waspada Online harus mampu
mengitegrasikan seluruh kemampuan staff dari setiap divisi untuk mengambil
keputusan dan pertimbangan yang jelas untuk menentukan layak tidaknya
informasi menjadi berita yang pantas dipublikasi ke masyarakat melalui internet.
4.4 Proses Mendapatkan Data
Pimpinan perusahaan memperoleh data untuk dijadikan informasi yang
berfungsi dalam pengambilan keputusan diperoleh dari staff dari setiap divisi
redaksi. Pimpinan yang bijaksana akan mendengarkan informasi dari setiap divisi
untuk menentukan keputusan layak tidaknya informasi dipublikasi. Data-data
yang diperoleh dari setiap dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
oleh pimpinan. Informan mengatakan bahwa:
Sumber informasi juga menjadi pertimbangan yang penting bagi pimpinan
perusahaan dalam pengambilan keputusan selain dari pengetahuan dan wawasan
pimpinan perusahaan.
4.5 Mengumpulkan Data menjadi Informasi
Pimpinan perusahaan Waspada Online juga memiliki cara dalam
mengumpulkan informasi sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.
Pimpinan memperoleh informasi melalui tim redaksi pada Perusahaan Waspada
Online. Selain itu, pimpinan juga memperoleh informasi melalui pusat informasi
yang ada di Jakarta seperti yang dijelaskan oleh Informan:
‘…Kita punya biro di Jakarta, yang fungsinya untuk control dan contributor dengan skala nasional, karena server kita di sana, yang kemudian diupdate melalui pimpinan di sini, jadi itu juga jadi pertimbangan direksi yang di Medan…”.
Pimpinan perusahaan yang berfungsi sebagai decision maker
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara untuk
medapatkan hasil terbaik bagi perusahaan. Masyarakat akan menilai eksistensi
Waspada Online melalui berita-berita yang disajikan. Semakin baik dan
berkualitas akan membuat Waspada Online semakin eksis dalam penyedia jasa
informasi di internet.
4.6 Pengolahan Informasi
Ada berbagai cara yang dilakukan oleh redaksi dalam mengolah informasi
yang telah masuk ke meja redaksi. Dengan mengikuti pedoman manajemen
pengetahuan yang mengisyaratkan adanya alur dari sebuah data menjadi informasi
dan kemudian menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain. Cara
pengolahan informasi meliputi bagaimana informasi diperoleh melalui wartawan
di lapangan, kemudian akan diangkat ke meja redaksi dan diorganisasikan di
setiap divisi. Kemudian akan dipertimbangkan lebih matang lagi dalam rapat
redaksi yang dipimpin oleh pimpinan perusahaan. Informan menjelaskan bahwa
Selain itu, cara pengolahan informasi harus memperhatikan segala
pertimbangan dan proses yang ada sehingga layak untuk dijadikan sebagai berita
yang bermanfaat bagi masyarakat.
4.7 Penciptaan Pengetahuan
Penciptaan pengetahuan adalah proses penyusunan data/informasi dalam
sebuah konteks sedemikian sehingga memungkinkan terjadinya knowledge baru.
Sebuah pengetahuan dapat tercipta melalui perubahan dan perkembangan
bertahap dari pengetahuan yang sudah ada. Pengetahuan juga bisa terbentuk
melalui perubahan yang lebih radikal, dalam bentuk inovasi. Kedua bentuk
penciptaan pengetahuan ini melibatkan kegiatan menciptakan
kombinasi-kombinasi baru, baik dengan jalan mengkombinasi-kombinasikan elemen-elemen yang
tadinya tidak saling berhubungan, maupun dengan mengembangkan cara baru
dalam mengkombinasikan elemen-elemen yang sudah berhubungan.
Dalam situasi di mana pengetahuan dimiliki oleh pihak-pihak yang berbeda,
maka pertukaran merupakan prasyarat bagi penggabungan pengetahuan. Pada
umumnya diciptakan melalui proses penggabungan dari pihak-pihak berbeda,
misalnya pimpinan perusahaan dengan seluruh anggota divisi, melalui
perpindahan pengetahuan eksplisit (yang dimiliki secara individual maupun
kolektif) pada anggota organisasi.
4.8 Penyaringan Pengetahuan
Dalam praktiknya pengetahuan diperoleh melalui suatu seleksi atau proses
penyaringan (filtering process). Proses ini berguna untuk mempertimbangkan
mana informasi yang tepat untuk digunakan dan mana yang harus diabaikan.
Keputusan untuk meneriman atau menolak sangat bergantung pada persepsi atau
relevansi informasi dalam konteks kedekatan (immediate context). Seperti yang
diutarakan oleh Informan:
Elemen dasar seperti proses yang seleksi berita menunjukkan bahwa seseorang
harus memutuskan informasi mana yang akan diambil untuk menambah tempat
penyimpanan pengetahuannya.
Faktor utama yang menentukan mana informasi yang akan dinilai, adalah
relevansi informasi dari pimpinan perusahaan kepada seluruh anggota divisi.
Relevansi juga berarti bahwa seseorang akan lebih memperhatikan ke informasi
yang lebih menarik.
4.9 Mengkomunikasikan Hasil Keputusan/Kebijakan
Budaya informasi terjadi apabila informasi sudah menjadi sesuatu kebiasaan
dalam indivividu maupun organisasi. Budaya informasi jika dimasukkan aspek
manajemen pengetahuan di dalamnya maka akan menjadi sinergi dalam
kelangsungan perusahaan. Dengan kata lain, budaya informasi akan membawa
dampak positif terhadap perusahaan khususnya perusahaan Waspada Online.
Mengkomunikasikan hasil keputusan/kebijakan dalam perusahaan Waspada
Online dilakukan oleh pimpinan perusahaan melalui rapat redaksi yang kemudian
akan dilaksanakan dalam publikasi berita. Informan menyatakan bahwa:
“…hasil keputusan harus dikomunikasikan kepada semua staff, sehingga ada penegasan kembali bahwa berita akan akan diturunkan akan seperti ini loh jadinya…”.
Pimpinan perusahaan mengkomunikasikan keputusan dan kebijakan dengan
seksama kepada setiap staff sehingga menunjukkan walaupun keputusan tetap
pada tangan pimpinan perusahaan, hasil keputusan harus disosialisasikan melalui
komunikasi yang baik kepada seluruh staff.
4.10 Rangkuman Penelitian
Rangkuman penelitian ini mencakup data yang diperoleh lalu dikumpulkan
kemudian diolah menjadi informasi. Terjadi penyaringan informasi menjadikan
pengetahuan bagi pimpinan perusahaan sebagai pertimbangan untuk mengambil
Gambar 4.10 Transformasi Data menjadi Berita
Dari gambar 4.10 di atas tampak bahwa berita yang akan dipublish
mengalami transformasi dari sebuah data hingga menjadi suatu kebijakan.
Data
Berita yang akan dipublish Penyaringan
Informasi
Kebijakan Pertimbangan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
beberapa hal seperti di bawah ini:
1. Budaya informasi terjadi apabila informasi sudah menjadi sesuatu
kebiasaan dalam individu maupun organisasi. Budaya informasi yang
dihubungkan dengan aspek manajemen pengetahuan di dalamnya
maka akan menjadi sinergi dalam kelangsungan perusahaan. Dengan
kata lain, budaya informasi akan membawa dampak positif terhadap
perusahaan khususnya perusahaan Waspada Online.
2. Budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan
merupakan keseluruhan aktivitas dan kegiatan dalam setiap individu
maupun organisasi mulai dari bagaimana mengumpulkan informasi,
mengolah dan memanfaatkan serta mengkomunikasikan informasi
tersebut untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai individu
maupun organisasi.
3. Proses manajemen pengetahuan dimulai dari data yang masuk ke meja
redaksi melalui fakta-fakta yang sudah didapat oleh wartawan di
lapangan, kemudian menjadi informasi yang dalam hal ini diproses di
meja redaksi yang menjadi berita yang layak untuk disajikan dan
akhirnya menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
4. Data diperoleh melalui sumbangan ide, pikiran dan gagasan dari
setiap divisi yang menjadi pertimbangan pimpinan perusahaan dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang berasal dari tersebut
kemudian akan menjadi pengetahuan bagi pimpinan perusahaan yang
4.2 SARAN
Dari beberapa kesimpulan di atas, saran yang dapat penulis berikan pada
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan Waspada Online hendaknya semakin terus
mempertahankan dan mengembangkan budaya informasi pada
perusahaan untuk mencapai tujuan maksimal dari perusahaan.
2. Perusahan Waspada Online hendaknya mempertahankan
mengutamakan rapat redaksi dalam pertimbangan pengambilan
keputusan berdasarkan pemikiran-pemikiran yang ada dalam setiap
redaksi.
3. Setiap perusahaan hendaknya menggunakan budaya informasi dan
mensinergikannya dengan manajemen pengetahuan sehingga akan
didapat keputusan dan kebijakan yang terbaik, khususnya bagi
perusahaan penyediaan jasa informasi tidak menyesatkan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir. 2003. Pemrograman Pascal Buku 1. Yogyakarta: Andi Offset.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bauchspies, R.W.Jr. 2006. Mail List Discussion- Information Culture: Concept and Application. hhtp://www.si.umich.edu/cristaled/postings/VIOI.htm]; diakses 6 Februari 2010.
Birkinsaw, Julian. 2001. Making Sense of Knowledge Management, IVEY Business Journal, March/April, pp:32-36.
Brown, A.D. 1990. Information, Communication and Cultural Organization. A Grounded Theory Approach. PhD Thesis. Slieffield. University of Sheffield.
Dewiyana, Himma. 2009. Laporan Penelitian: Perpustakaan dalam Konteks Knoiviedge Management: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Medan:USU Press.
Drabenstott, K.M. 2006. Mail List Discussion- Information Culture: Concept and Application.
hhtp://www.si.umich.edu/cristaled/postings/V101.html:diakses 6 Februari 2010.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Sistem Informasi Manajemen. Bandung : Mandar Maju
Gendina. N I. 2004. Information literacy for information culture: Separation for unity.RussianReseachResults.http:/,/www.lila.ori!j!Vfiiia70/proiz04.htm: diakses 4 Februari 2010.
Ginman,A. 1987. Information Culture and Bussines Performance. IATUL Quarterlv, Vol 2. N0.2. Pp 93-106.
Gupta, Y. A and Chin, D.C.W. 1991. An Empirical Examination of Information System Expenditure: a stage hypothesis using the information on proccesing and organizational life cycle approaches. Journal of Information Science. Vol. 17, pp 17- 105.