• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BUDAYA INFORMASI

DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PENGETAHUAN: Studi Kasus pada Perusahaan Waspada Online

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan studi untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S. Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

DISUSUN OLEH

RICHARD TOGARANTA GINTING 060709038

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SATRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Ginting, Richard Togaranta. 2010. Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan: studi kasus pada Perusahaan Waspada Online. Medan. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Waspada Online pada bulan Maret-Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara mendalam dengan informan yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online.

Berdasarkan data wawancara hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya informasi yang dilakukan pada Perusahaan Waspada Online adalah proses pengetahuan yang dimulai data-data yang diperoleh melalui ide, gagasan serta pemikiran yang didiskusikan (briefing) dalam rapat redaksi akan menjadi informasi yang dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan Waspada Online dalam pengambilan keputusan untuk menghasilkan berita yang layak untuk dipublikasikan.

(3)

KATA PENGANTAR

Penulis sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karuniaNya yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan pada waktunya.

Selama menjalani masa perkuliahan di Departemen Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara sampai

kepada penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan saran dan kritik dari

berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada orangtua penulis, buat Papa dan Mama yang penulis sayangi,

St. N. Ginting, S.Pd dan M. T. Br Manalu, terimakasih buat doa, semangat,

motivasi, dukungan moral dan materil yang tak terhingga sehingga penulis bisa

seperti ini sekarang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof., Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Himma Dewiyana, ST, M. Hum, selaku dosen pembimbing I penulis, yang

telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam

proses membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi

ini. Terimakasih Ibu buat semua waktu dan ilmu yang Ibu berikan kepada

saya, saya bangga menjadi anak bimbingan Ibu.

4. Ibu Hotlan Siahaan, S. Sos, selaku Dosen Wali Penulis dan sekaligus sebagai

Pembimbing II yang memberikan masukan serta motivasi bagi penulis.

5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

6. Perusahaan Waspada Online, terimakasih atas kesempatan dan kesediaan

untuk mengizinkan penulis meneliti pada perusahaan Waspada Online.

7. Kakak Penulis, Apriani Puspika Ginting, S.Sos dan Yunika Margaretha

Ginting, serta adikku Bill Roy Agusmanto Ginting, terimakasih buat doa,

semangat dan motivasi serta bantuan moral dan materil dan paling penting

(4)

8. Seluruh Keluarga Besar dan Saudara/Saudari penulis yang telah memberikan

perhatian, doa dan restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman yang penulis sayangi khususnya untuk teman-teman stambuk

2006, terimakasih atas semangat yang kalian berikan selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

10.Senior stambuk 2004 dan 2005, juga adik kelasku stambuk 2007 dan 2008,

terimakasih atas kerjasamanya selama ini.

11.Teman-teman Penulis di NHKBP Galang, terimakasih atas semangat dan

kebersamaan kita tetap takut akan akan Dia selalu untuk tetap melayani Tuhan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, masih banyak

kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Medan, Juni 2010

Penulis

Richard Togaranta Ginting

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DARTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 3

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 4

2.1 Budaya Informasi ... 4

2.1.1 Manfaat dan Tujuan Informasi... 6

2.1.2 Manfaat Budaya Informasi ... 7

2.1.3 Tujuan Budaya Informasi ... 8

2.1.4 Objek Kajian Budaya Informasi ... 8

2.2 Manajemen Pengetahuan ... 9

2.2.1 Jenis Pengetahuan ... 10

2.2.2 Sumber Pengetahuan ... 12

2.2.3 Level Manajemen Pengetahuan ... 13

2.3 Organisasi Perusahaan ... 14

2.3.1 Struktur Organisasi ... 17

2.3.2 Sistem Informasi Manajemen ... 17

2.4 Implementasi Manajemen Pengetahuan pada Perusahaan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Pendekatan Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 20

3.3 Tahap-tahap Penelitian ... 20

3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 20

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 20

3.3.3 Tahap Penentuan Informan ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4.1 Wawancara ... 21

3.4.2 Observasi ... 22

3.5 Alat Bantu Pengumpulan Data ... 22

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 23

3.5.2 Pedoman Observasi ... 23

3.5.3 Alat Perekam ... 23

3.6 Analisis Data ... 23

3.7 Keabsahan Penelitian ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

4.1 Karakteristik Informan ... 25

4.2 Pendekatan Manajemen Pengetahuan ... 25

(6)

4.4 Proses Mendapatkan Data ... 26

4.5 Mengumpulkan Data menjadi Informasi ... 27

4.6 Pengolahan Informasi ... 27

4.7 Penciptaan Pengetahuan ... 28

4.8 Penyaringan Pengetahuan ... 28

4.9 Mengkomunikasikan Hasil Keputusan/Kebijakan ... 29

4.10 Rangkuman Penelitian ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 31

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DARTAR LAMPIRAN

(10)

ABSTRAK

Ginting, Richard Togaranta. 2010. Kajian Budaya Informasi dengan Pendekatan Manajemen Pengetahuan: studi kasus pada Perusahaan Waspada Online. Medan. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Waspada Online pada bulan Maret-Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara mendalam dengan informan yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online.

Berdasarkan data wawancara hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya informasi yang dilakukan pada Perusahaan Waspada Online adalah proses pengetahuan yang dimulai data-data yang diperoleh melalui ide, gagasan serta pemikiran yang didiskusikan (briefing) dalam rapat redaksi akan menjadi informasi yang dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan Waspada Online dalam pengambilan keputusan untuk menghasilkan berita yang layak untuk dipublikasikan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Era informasi menuntut keterampilan menemukan dan menggunakan

informasi secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan penguasaan kemampuan ini

muncul sebagai dampak adanya ledakan informasi yang membawa perubahan

mendasar dalam sistem teknologi dan komunikasi pada saat ini. Penguasaan

informasi menuntun pengguna untuk mampu mencari, mengevaluasi dan

menggunakan informasi secara efektif sejalan dengan kemajuan teknologi dan

perkembangan informasi itu sendiri.

Berkembangnya informasi juga akan membawa perubahan akan pengetahuan

yang ada. Pengetahuan yang timbul terjadi setelah adanya proses komunikasi

menvebabkan terjadinya perubahan pola pikir untuk memecahkan sebuah masalah

atau membantu untuk menciptakan pengetahuan baru. Adakalanya seseorang

menyamakan informasi dan pengetahuan, namun pada dasarnya pengetahuan

berhubungan erat dengan tindakan dan keputusan sedangkan informasi bebas dari

tindakan dan keputusan.

Revolusi informasi membawa dampak perkembangan yang luar biasa kepada

teori informasi. Mulai dari konsep hingga metodenya menjadikan informasi dapat

menyebar dengan cepat melalui interaksi manusia dengan manusia lainnya

maupun interaksi manusia dengan manusia lingkungannya. Hal inilah yang

mendorong terjadinya komunikasi yang tidak terbatas antara manusia yang satu

dengan yang lainnya sehingga informasi terus menyebar tanpa kenal waktu dan

tempat. Interaksi komunikasi dan informasi dari manusia yang satu dengan

manusia yang lain dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh

aktivitas yang dikerjakannya inilah yang dapat kita sebut budaya informasi. Tren

budaya informasi mulai berkembang akhir-akhir ini dan menjadi topik penelitian

yang sangat menarik untuk diteliti demi pengembangan budaya informasi itu

sendiri.

Budaya informasi dapat diteliti pada organisasi maupun perusahaan. Data-data

yang diperoleh dan dikumpulkan menjadi informasi yang berguna bagi setiap

(12)

dikomunikasikan kepada orang lain dan kemudian itu menjadi pengetahuan bagi

orang tersebut dan menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Hal

inilah yang kemudian menjadi siklus manajemen yang terpola dalam manajemen

pengetahuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan.

Waspada Online merupakan salah satu media Online terbesar di luar jawa

yang berfungsi sebagai penyedia jasa informasi di internet. Waspada Online

merupakan salah satu dari tiga perusahaan di bawah grup Waspada. Terdapat

perusahaan Bumi Warta Waspada yang mengelola Harian Waspada, kemudian

terdapat satu sekolah, yakni Sekolah Eria di jl. Sisingamangaraja Medan.

Dipilihnya perusahaan Waspada Online sebagai objek penelitian penulis

dikarenakan sebagai media Online, Waspada Online berkomitmen untuk

menghasilkan berita yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Waspada Online beralamat Kantor Pusat Bumi Warta Waspada yang berada di

Lantai empat gedung yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto/Brigjen Katamso no.1

Medan. Sebagai media Online yang menyediakan informasi tentu bagaimana

informasi yang nantinya jadi berita tersebut dikumpulkan, dikelola dan

dimanfaatkan menjadi sesuatu hal yang menarik.

Meskipun pemimpin redaksi bertanggungjawab terhadap sebagai pemimpin

perusahaan, redaktur pelaksana memegang peranan yang penting dalam

pengambilan keputusan untuk menjadikan informasi yang diperoleh wartawan

atau reporter layak untuk dipublikasikan. Bagaimana budaya informasi

berlangsung dari wartawan atau reporter sampai ke meja redaksi dan redaktur

pelaksana bertanggungjawab melalui rapat (briefing) untuk menghasilkan

keputusan bahwa berita layak dipublikasikan menjadi fenomena yang menarik

untuk diteliti. Jika dihubungkan dari proses sebuah data menjadi pengetahuan

jelas akan akan menjadi proses yang merupakan aspek manajemen pengetahuan.

Berdasarkan fenomena di atas, masalah yang muncul adalah bagaimanakah

budaya informasi pada Perusahaan Waspada Online jika dikaitkan dengan

manajemen pengetahuan? Berdasarkan latar belakang dan ketertarikan penulis

maka penulis menetapkan judul penelitian ”Kajian Budaya Informasi dengan

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah budaya

informasi pada Perusahaan Waspada Online jika diteliti dengan pendekatan

manajemen pengetahuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui budaya informasi pada

perusahaan Perusahaan Waspada Online dengan pendekatan manajemen

pengetahuan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Pihak Perusahaan Waspada Online sebagai instrumen masukan untuk

meningkatkan kinerja Perusahaan Waspada Online.

2. Memberikan bahan masukan bagi peneliti yang akan membahas masalah

budaya informasi (information culture).

3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan serta pemahaman tentang budaya informasi (information

culture).

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah mengenai kajian budaya informasi (information culture)

dengan pendekatan manajemen pengetahuan pada Perusahaan Waspada Online

Medan. Adapun ruang lingkup penelitian meliputi konsep manajemen

pengetahuan dimana data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, dilelolah,

dimanfaatkan dan dapat menjadi pengetahuan untuk pengambilan kebijakan

pimpinan Perusahaan Waspada Online yang berfungsi sebagai pengambil

(14)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Budaya Informasi

Budaya informasi adalah mencakup perilaku dan kecenderungan seseorang

dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi untuk membantu seseorang

maupun menyelesaikan pekerjaannya. Informasi yang digunakan merupakan

transformasi dari data-data yang dihasilkan berdasarkan fakta. Data tersebut

dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain yang kemudian menjadi

informasi. Informasi yang diterima oleh orang lain akan menjadi pengetahuan

yang nantinya akan bermanfaat baginya untuk mengambil keputusan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Menurut Koentjaraningrat (2001:72) yang dimaksud dengan budaya adalah,

"Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar".

Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan budaya

merupakan segala tindakan dan aktivitas yang dilakukan manusia yang menjadi

aktivitas rutin yang selalu dikerjakan manusia untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan definisi informasi itu sendiri harus dipahami dari karakteristik data

dari sebuah peristiwa yang selanjutnya diteruskan menjadi pengetahuan. Informasi

dapat disediakan sebagai data yang maknanya mudah dimengerti sehingga

membantu dalam konteks penggunaannya.

Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang definisi informasi yang di

antaranya dikemukakan oleh Hasugian (2009:91) yaitu, "Informasi adalah

susunan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan informasi adalah data yang

suda h diolah".

Stevenson dalam Sulistyo-Basuki (2006:16) menyatakan bahwa "Informasi

sebagai kata benda bermakna pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam

bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain".

Ada juga definisi mengenai informasi yang dikemukan oleh Davis dalam

Kadir (2003: 28) bahwa, "Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah

bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan

(15)

atas informasi juga dapat dideskripsikan sebagai kumpulan data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima

(Kristanto, 2003: 6).

Dari uraian beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa definisi

informasi sangat bergantung kepada ilmu yang mengkajinya asalkan makna dari

informasi itu sendiri dapat dengan mudah dimengerti yang mana dapat mewakili

seluruh fakta, kesimpulan, ide-ide serta karya intelektual yang telah

dikomunikasikan secara formal maupun informal.

Ada pendapat dari beberapa ahli yang menyatakan tentang definisi budaya

informasi. "'Information culture can be broadly, defined as the cultural

consideration of information" (Bauchspies, 2006). Ginman dalam Wang

(2005:213) mendefinisikan budaya informasi sebagai:

Transformation of intellectual resources is maintained alongside the transformation of material resources. The primary resources for this type of transformation are varying kinds of knowledge and information. The output achieved is a processed intellectual product which is necessary for the material activities to function and develop positively.

Pengertian budaya informasi menurut Marchand dalam Suroso (1996:1)

adalah mencakup nilai-nilai, sikap dan perilaku yang mempengaruhi orang dalam

perusahaan tersebut di dalam segenap cara pandang, mengumpulkan,

mengorganisasi, memproses, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi.

Pendapat lain yang menjelaskan pengertian budaya informasi dikemukakan

oleh Suroso (1996:2) yang menjelaskan definisi budaya informasi berdasarkan

fungsi manajer untuk pembentukan strategi dan pengimplementasian perubahan :

Budaya Fungsional :Manajer menggunakan informasi sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain.

Budaya Berbagi :Manajer dan pegawai saling percaya untuk berbagi informasi dalam upaya peningkatan kinerja mereka.

Budaya Mencari :Manajer dan pegawai menggunakan informasi untuk memahami masa depan dan menentukan bagaimana mereka dapat berubah untuk memenuhi tantangan masa depan.

(16)

Pendapat lain tentang budaya informasi menyatakan bahwa budaya informasi

"the manifestation of an individual's or group's knowledge or information

experience within the context of the person's or group's social, political,

psychological, or intellectual milieu" (Jablonski, 2006:123).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa budaya informasi

merupakan transformasi intelektual dalam menggunakan informasi baik oleh

perorangan maupun kelompok untuk membantu dalam pengambilan strategi dan

implementasi perubahan.

2.1.1 Manfaat dan Tujuan Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas seseorang. Menurut Notoatmodjo (2008:34) bahwa semakin banyak

informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan

dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa informasi bermanfaat untuk

menambah pengetahuan seseorang yang nantinya akan membentuk cara pandang

dan wawasannya.

Ahli lain yakni Terry (1962:21) menjelaskan berguna atau tidaknya

informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu:

1. Tujuan si penerima

Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.

2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.

3. Waktu

Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.

4. Ruang dan tempat

Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai.

5. Bentuk

(17)

serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.

6. Semantik

Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.

Dari paparan keenam aspek di atas dapat dilihat bahwa informasi bermanfaat

untuk penerimanya, bila sesuai dengan pola penyampaian, waktu yang tepat,

ruang dan tempat serta bentuk dan semantik dari informasi itu sendiri.

2.1.2 Manfaat Budaya Informasi

Kini semakin banyak perusahaan yang menyadari betapa pentingnya

melakukan transformasi perusahaan sesuai dengan perkembangan industri dan

pasar. Oleh karena itu, banyak manajer yang sepakat bahwa budaya informasi

merupakan suatu elemen yang penting dalam pembentukan strategi dan

pengimplementasian perubahan (Suroso, 2005:3). Banyak manajer bersikap

gegabah ketika perusahaan menghadapi krisis dan ancaman industri yang radikal,

budaya informasi bermanfaat kepada perusahaan ketika manajer langsung

mengembangkan rencana aksi sebelum benar-benar tahu apakah aksi-aksi ini akan

memperburuk atau memperbaiki (Marchand, 1997:56).

Dari kedua pendapat di atas dapat ditinjau bahwa ternyata budaya informasi

tidak hanya bermanfaat dalam pembentukan strategi dan pengimplementasian

perubahan, namun juga bermanfaat kepada perusahaan ketika dalam kondisi kritis

karena digunakan sebagai pertimbangan.

2.1.3 Tujuan Budaya Informasi

Budaya informasi memiliki arti dan tujuan yang jelas untuk membantu

setiap individu ataupun organisasi untuk pengambilan kebijakan strategis dan

implementasi perubahan. Suroso (1998:43) menjelaskan tujuan informasi ke

dalam empat tantangan sebagai berikut:

1. Mereka harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang yang tampak (visible assets). Padahal selama ini informasi dianggap sebagai aset yang tak tampak (invisible assets).

(18)

informasi yang ada. Meskipun, misalnya jaringan komputer dan komunikasi memberikan alat untuk menggunakan informasi dan pengetahuan untuk keunggulan kompetitif, bagaimana dan kenapa karyawan menggunakan informasi tersebut akan menjadi lebih penting.

3. Pekerja berpendidikan tinggi akan lebih bisa menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap manajerial yang mempengaruhi bagaimana cara informasi dan pengetahuan digunakan. Mereka akan lebih mudah untuk mengenali perilaku informasi yang merusak atau perilaku informasi yang di luar nilai budaya dan tujuan bisnis perusahaan.

4. Perusahaan yang paling pertama dalam industrinya mengaitkan budaya informasi kepada strategi bisnis dan pasarnya akan mendapatkan keunggulan kompetitif.

Dari paparan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan budaya informasi

pada dasarnya memberikan dampak positif bagi pelakunya baik perorangan

maupun organisasi. Dalam kaitannya pada perusahaan, budaya informasi

memberikan kemajuan perusahaan yang lebih baik dalam bantuan untuk

pengambilan keputusan strategis.

Ada juga pendapat yang mengemukakan tentang tujuan budaya informasi.

Salah satunya adalah Wang (2005:213) yang mendeskripsikan tujuan budaya

informasi ke dalam empat pertanyaan:

1. How do they collect, organize, deliver and share information?

2. How do they apply information technology to facilitate their information flow?

3. To what extent are their personnel willing to share information? 4. How develoved are their information literacy skills?

Dari empat pertanyaan di atas dapat dilihat bahwa tujuan budaya informasi

memberikan kemampuan literasi informasi kepada seluruh pelaku informasi.

2.1.4 Objek Kajian Budaya informasi

Budaya informasi kini dianggap sebagai salah satu elemen kritis yang perlu

diperhatikan dalam transformasi perusahaan. Budaya informasi mempengaruhi

cara orang menggunakan infromasi dan merefleksikan kepentingan pimpinan

organisasi untuk menggunakan informasi dalam mencapai kesuksesan atau

menghindari kegagalan. Objek kajian budaya informasi mencakup budaya

fungsional (functional), budaya berbagi (sharing), budaya mencari (inquiring) dan

(19)

meliputi dari keseluruhan aktivitas kita mencakup fungsi, berbagi, mencari dan

menemukan.

Wang (2005.215) berpendapat bahwa objek kajian budaya informasi

diklasifikasikan berdasarkan proses dalam organisasi dan mengintegrasikannya ke

dalam beberapa bentuk data:

1. Public databases: governments statistical sources, industry information, bidding information. products details and the like:

2. Domain knowledge data: research reports, periodical articles, marketing intelligence. and so forth-,

3. News: web news sources, Online news databases, and suchlike;

4. Information related to partners and rivals: the portals of competitors, suppliers, customers and similars.

Objek kajian budaya informasi menurut paparan di atas menunjukkan

adanya bentuk-bentuk yang berbeda dari keseluruhan aspek kajian budaya

informasi, khususnya pada perusahaan.

2.2 Manajemen Pengetahuan

Konsep manajemen pengetahuan (knowledge management) berasal dan

berkembang di dunia bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki

pengoperasian perusahaan dalam rangka meraih keuntungan organisasi dan

meningkatkan keuntungan perusahaan. Manajemen pengetahuan berfungsi untuk

memperbaiki komunikasi di antara manajer dengan para pekerja untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses kerja.

Seiring dengan berkembangnya pemanfaatan internet pada tahun 1990-an,

yang menjadi pendorong utama berkembangnya penerapan manajemen

pengetahuan. Saat ini definisi manajemen pengetahuan masih beragam di antara

para peneliti. Perbedaan asumsi tersebut disebabkan oleh timbulnya kesulitan

untuk membedakan secara tegas antara informasi dan pengetahuan.

Pemahaman konsep pengetahuan dan informasi menimbulkan banyak

perbedaan bagi para peneliti. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa informasi

adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk yang dapat

dipahami, atau data yang telah diproses atau ditata untuk menyajikan fakta yang

mengandung makna. Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi yang sesuai

(20)

pengetahuan berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.

Informasi adalah kenyataan, sedangkan pengetahuan adalah informasi yang

diinterpretasikan dan diintegrasikan.

Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari

manajemen pengetahuan, Koine dalam Siregar (2005:7), ”manajemen

pengetahuan adalah suatu disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan

terintegrasi terhadap pengidentifikasian, pengelolaan dan pendistribusian semua

aset informasi suatu organisasi”.

Pendapat lain dijabarkan oleh Laudon (2002:192) yang menyatakan bahwa

pada dasarnya,

Manajemen pengetahuan berfungsi meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan dalam suatu organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan organisasi tersebut.

Menurut Malhotra (1997:19), "Manajemen pengetahuan merupakan isu

penting mengenai adopsi organisasi, kelangsungan hidup, dan kompetensi

organisasi untuk menghadapi peningkatan perubahan lingkungan yang terputus".

Menurut Siregar (2005:3), "Manajemen pengetahuan didefinisikan sebagai suatu

disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan terintegrasi terhadap

pengidentifikasian, pengelolaan dan pendistribusian semua aset informasi suatu

organisasi".

Dari beberapa paparan di atas dapat dilihat bahwa manajemen pengetahuan

berbeda-beda tergantung siapa yang mendefinisikan dan dalam konteks apa

definisi tersebut diterapkan.

2.2.1 Jenis Pengetahuan

Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis. Abdullah

(2008:2) membagi jenis-jenis pengetahuan ke dalam enam jenis diantaranya:

1. Pengetahuan langsung (immediate);

(21)

dan beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana, untuk sekali melihat kita langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya? Apabila kita sedikit mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya.

2. Pengetahuan tak langsung (mediated);

Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banvak berhubungan dengan penafsiran dan pencerapan pikiran kita.

3. Pengetahuan indrawi (perceptual)

Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto, dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanva akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.

4. Pengetahuan konseptual (conceptual)

Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.

5. Pengetahuan partikular (particular)

Pengetahuan particular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.

6. Pengetahuan universal (universal)

Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, Hasan, Husain, dan…), ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua individunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).

Keenam tipe pengetahuan tersebut tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan

(22)

yang berfungsi bagi seorang individu dan organisasi yang menjalankan suatu

perusahaan.

2.2.2 Sumber Pengetahuan

Sumber-sumper pengetahuan dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,

menurut Short (2000:354-357) sumber pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori,

yaitu:

1. Modal pengetahuan (knowledge capital)

Aset pengetahuan boieh jadi tersimpan. atau terletak pada pekerjaan rutin, proses dan prosedur, peran jabatan dan pertanggungjawaban, dan struktur organisasi. Pengetahuan yang tersimpan dalam sistem ini digunakan secara reguler untuk melaksanakan tugas atau langkah-langkah proses pekerjaan secara konsisten.

2. Modal Sosial (social capital)

Memberikan definisi aset sosial sebagai sejumlah sumberdaya yang potensial dan aktual yang tersimpan dan diperoleh dari jaringan antar hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori aset sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka. Studi ini bermaksud memperluas konsep social capital di perpustakaan, dari hanya sebagai penjamin (quarantor) akses ke kesediaan data/info exchange ke arah terbentuknya trust untuk menjalankan standar perpustakaan yang akan dibuat, dengan melibatkan agen dalam proses standarisasi.

3. Modal Infrastruktur (Infrastructure Capital)

Telah dimaklumi secara bahwa kekuatan layanan informasi tergantung pada ketersediaan infrastruktur informasi yang dapat memenuhi meningkatnya permintaan akan pertukaran dan manipulasi informasi melalui jaringan kepada pengguna yang terpisah secara geografis. Infrastruktur kapital mencakup sumber-sumber pengetahuan. Suatu perusahaan, seperti jaringan LAN/WAN, file, server, network, intranet, PC, dan aplikasinya. Pendek kata, semua infrastruktur teknologi informasi dapat dikatakan sebagai bagian dari infrastructure capital Juga mencakup struktur organisasi, pembukuan atau pemberkasan, peran pertanggungjawaban, dan lokasi kantor secara geografis yang menyediakan sarana fisik dalam berbagai pasar. Sumberdaya ini secara rutin ditopang oleh perusahaan dengan tugas keseharian, baik administrasi maupun operasional.

Secara ringkas, Prusak dalam Dewiyana (2009:28) menggambarkan

sumber-sumber pengetahuan, social capital, dan infrastructure capital dalam

(23)

Tabel 2.1: Sumber-sumber pengetahuan

Knowledge Resources Social Capital Infrastructure

Explicit Culture Processes

Tacit Trust Resources

Formal Knowledge Behavior Technology

Informal Human Capital Issues Matric

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa agen yang menggunakan aset

pengetahuan (customer capital) mampu masuk ke semua aspek.

2.2.3 Level Manajemen Pengetahuan

Level manajemen pengetahuan terdiri dari beberapa tingkatan yang

digambarkan dengan piramida gambar berikut, dimana masing-masing tingkatan

menunjukkan proses yang saling terkait satu sama lain.

Wisdom Wisdom

Knowledge Knowledge

Information Information

Data Data

Processing

Judgement and values Experience and learning

Heuristic and rules

Disparate data Data analized and applied Information analized and applied Knowledge analized and applied

Gambar 2.1 : Piramida Manajemen Pengetahuan

Sumber: Diolah dari Outsell (2000:10), Bawden (1996:75); Partridge dan

Hussain (1994:2), Rosenberg (2001:70) dalam Dewiyana

(24)

Level 1: Data tersebar ditransformasikan oleh processing (pemrosesan data)

ke informasi. Pada level ini biasanya disebut manajemen dokumen

yaitu mengelolah isi informasi (content management),

mengorganisasikan dan mendistribusikan informasi. Pemakai dapat

melakukan akses dan temu kembali dokumen secara Online pada

database.

Level 2: Data dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi informasi.

Pemakai bisa menyumbangkan informasi ke sistem, menciptakan

isi baru dan mengembangkan database pengetahuan. Pemakai bisa

membaca dokumen Online, men-download, melengkapinya dan

kemudian mengirimkannya ke tujuan yang dikehendaki. Dengan

demikian informasi dapat secara terus menerus di-update.

Level 3: Informasi dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi pengetahuan.

Hal ini memerlukan pemahaman tentang input dan output

informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Pengetahuan

dibangun oleh organisasi melalui proses pemerolehan,

pendistribusian, kolaborasi dan komunikasi serta penciptaan

pengetahuan baru.

Level 4: Pengetahuan dianalisis dan diterapkan sehingga membuat orang

bijaksana. Pada level ini enterprise intelligence dikembangkan

dengan membangun jaringan pakar, interaksi dengan database

operasional, dan performance support, dimana pengetahuan baru

yang dihasilkan, ditambahkan pada sistem.

Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa level manajemen pengetahuan

saling terkait antara level yang satu dengan yang lain.

2.3 Organisasi Perusahaan

Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokkan

menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama

(biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih

besar di bagian bawah daripada di puncak). Seperti tampak pada gambar piramida

(25)

Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Manajer

Menurut Leod tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas adalah:

1. Manajemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara. keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer)

Dapat dilihat bahwa jenis tingkatan manajer menunjukkan adanya

perbedaan kriteria dari masing-masing manajer lini, menengah dan puncak sesuai

dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Seorang ahli riset ilmu manajemen mengemukakan bahwa ada sepuluh

peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. la kemudian

mengelompokkan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Peran antarpribadi

Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin dan penghubung.

2. Peran informasional

Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.

(26)

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding(Mintzberg, 1970:169).

Dari paparan peran manajer di atas dapat dilihat bahwa manajer memiliki

peran antarpribadi, peran informasional dan peran pengambilan keputusan.

Setiap manajer membutuhkan keterampilan dasar untuk memimpin sebuah

perusahaan. Minimal tiga keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang

manajer. Ketiga keterampilan tersebut adalah:

1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

3. Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pads tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain ( Kart, 1970:68).

Selain tiga, keterampilan dasar di atas, Griffin (1995:35) menambahkan

dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

1. Keterampilan manajemen waktu

(27)

waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

2. Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).

Dapat dilihat dari paparan di atas bahwa setiap manajer memiliki

keterampilan dalam memimpin sebuah perusahaan, mulai dari keterampilan

konseptual, berhubungan dengan orang lain, keterampilan teknis, manajemen

waktu dan pengambilan keputusan.

2.3.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan

pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas

dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan

hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Miliken (1987:35)

menyebutkan empat hal yang menjadi elemen struktur organisasi. Empat elemen

dalam struktur organisasi yaitu :

1) Adanya spesialisasi kegiatan kerja 2) Adanya standardisasi kegiatan kerja 3) Adanya koordinasi kegiatan kerja 4) Besaran seluruh organisasi.

Dapat dilihat dari paparan di atas bahwa empat elemen struktur organisasi

adalah keseluruhan dari aktivitas organisasi yang terdiri dari spesialisasi,

standardisasi, koordinasi dan besaran seluruh organisasi.

2.3.2 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi di

dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh

(28)

manajemen dapat didefinisikan sebagai "Kumpulan dari interaksi sistem-sistem

informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk

menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam

kegiatan perencanaan dan pengendalian”( Davis, 1998:231).

Leod (1996:54) mengemukakan bahwa sistem informasi manajemen sebagai

”suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa

pemakai dengan kebutuhan serupa, Output informasi digunakan oleh manajer

dalam perusahaan untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah”.

Sedangkan menurut Komaruddin dalam Effendy (1989:111) sistem informasi

manajemen adalah pendekatan yang terorganisir dan terencana untuk memberikan

eksekutif bantuan informasi yang teat yang memberikan kemudahan bagi proses

manajemen”.

Dari ketiga paparan di atas tampak bahwa sistem informasi manajemen

merupakan suatu sistem yang berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan,

pengorganisasian, penampilan dan pemanfaatan informasi yang diperlukan dalam

sebuah organisasi.

2.4 Implementasi Manajemen Pengetahuan pada Perusahaan

Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam manajemen

pengetahuan sebagai pemungkin proses bisnis yang bertujuan yang bertujuan

untuk menciptakan, menyimpan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan.

Dari sisi pandang yang lebih kritis lagi, Birkinsaw (2001:42) mengidentifikasi

3 hal dalam manajemen pengetahuan yaitu:

1. Pengelolaan pengetahuan sudah berlangsung sejak awal berdirinya sebuah organisasi. Cara sebuah organisasi menentukan struktur dan hirarki anggota sudah merupakan upaya mengelola pengetahuan dan menempatkan orang-orang yang berpengetahuan sama di satu tempat. Kelompok-kelompok informal sudah sejak lama ada di berbagai organisasi, dan menjadi tempat bagi pertukaran informasi dan pengetahuan yang efektif, persoalannya sekarang adalah mengidentifikasi hal-hal tersebut dan membuatnya lebih efektif lagi. 2. Manajemen pengetahuan merupakan proses panjang dan lama, yang

(29)

3. Beberapa teknik manajemen pengetahuan sudah dilakukan sejak dulu. misalnya pengaktifan komunitas praktisi sudah sejak lama menjadi perhatian dari hubungan masyarakat internal (internal public relations) dan pangkalan data pengetahuan memperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan pangkalan data dalam sebuah sistem informasi, persoalannya sekarang adalah bagaimana teknik-teknik manajemen pengetahuan ini yang mirip dengan teknik-teknik tradisional dan relevan dengan perubahan organisasi.

Implementasi manajemen pengetahuan dapat dilihat dari paparan di atas

bahwa pengelolaan pengetahuan diolah sejak berdirinya organisasi sesuai dengan

cara dan ketentuan dan masing-masing organisasi.

Griffin (1995:56) mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.

Yaitu,

Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua. manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

Dari pendapat Griffin di atas dapat dilihat bahwa Pengambilan keputusan

dilakukan oleh manajer yang bertanggung jawab terhadap seluruh anggota

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin,

2003:15).

Menurut Poerwandari (1998:19) penelitian kualitatif adalah ”penelitian yang

menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi

wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang pengumpulan data, pengolahan datanya tidak

didasarkan pada penghitungan statistik melainkan dengan cara deskriptif,

misalnya wawancara.

3.2 Lokasi Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah Perusahaan Waspada Online

Medan yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto/Brigjen Katamso No.1 Medan .

3.3 Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu

3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian

Pertama sekali peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun

berdasarkan permasalahan yang terjadi pada perusahaan yakni mengenai kajian

budaya informasi. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan

mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Peneliti membuat kesepakatan dengan Informan mengenai waktu dan tempat

untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah

wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan

(31)

dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian

metode analisis data. Setelah itu, peneliti membuat kesimpulan atas penelitian

yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

3.3.3 Tahap Penentuan Informan

Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut

Amir (2009:2), purposive sampling adalah "Pengambilan sampel secara sengaja

sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan". Dalam bahasa sederhana

purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel

atau Informan tertentu sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria)

sampel. Dalam hal ini Informan penulis adalah pengambil keputusan yang

mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan pada Perusahaan Waspada

Online yaitu Redaktur Pelaksana Perusahaan Waspada Online .

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data,

yaitu:

3.4.1 Wawancara

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara. yakni dengan wawancara mendalam. Menurut Moleong

(1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah ”percakapan dengan

maksud-maksud tertentu”. Pada metode ini peneliti dan Informan berhadapan langsung

(face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

Kerlinger dalam Hasan (2000:7) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan

metode wawancara :

1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

2. Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

(32)

Menurut Yin (2003:124) disamping kekuatan, metode wawancara juga

memiliki kelemahan, yaitu

1. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunannya kurang baik.

2. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

3. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.

4. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.

Selain memiliki kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan

yang didasari oleh kemungkinan-kemungkinan bias pada Informan. Untuk

mengatasinya maka Penulis menggunakan triangulasi data.

3.4.2 Observasi

Selain wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut

Nawawi dan Martini (1991:19) observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala dalam objek penelitian.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

teriadinva wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton dalam Poerwandari (1998:63) tujuan observasi adalah

mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari

perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Dengan demikian selain wawancara, metode observasi sangat membantu

untuk mengetahui tentang kondisi tempat penelitian.

3.5 Alat Bantu Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (1998:98) penulis sangat berperan dalam seluruh proses

(33)

data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpan. Dalam

mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu atau instrumen

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu:

3.5.1 Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan

tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

3.5.2 Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan

sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil

observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap

lingkungan atau setting, wawancara, serta pengaruhnva terhadap perilaku subjek

dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.

3.5.3 Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti

dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk

mencatat jawabanjmvaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam

barn dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan

alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

3.6 Analisis Data

Analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu wawancara, observasi yang ditulis dalam catatan lapangan, dan

catatan lainnya. setelah itu dilakukan penyalinan dan pemilihan data. Data dipilih

dan dibuat abstraksi. Kemudian penyusunan data dalam satuan-satuan dan

melaksanakan pemeriksaan keabsahan data yang kemudian membuat kesimpulan

(34)

3.7 Keabsahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Pada dasarnya

dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku dalam menganalisa data,

atau dalam analisa data kuantitatif, tekniknya sudah jelas dan pasti, sedangkan

dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum tersedia, oleh sebab itu

ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan

harus dimiliki oleh peneliti.

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi,

yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut,

dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan

melalui sumber yang lainnya.

Menurut Moloeng (2007:330), “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”. Di luar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya.

Denzin dalam Moloeng (2007:330) membedakan empat macam, trianggulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori.

Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi

tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk

pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil

pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara

keduanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam

memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan interview digunakan untuk

menjaring data primer berupa kajian informasi manajer yang berkaitan

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menampilkan hasil dan pembahasan dari data

wawancara yang telah dilakukan kepada Informan.

4.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Redaktur Pelaksana perusahaan

Waspada Online yang mempunyai tanggungjawab dalam pengambilan keputusan

dan memiliki wewenang dalam publikasi berita pada perusahaan Waspada Online.

4.2 Pendekatan Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses. Pada perusahaan Waspada

Online pengambilan keputusan yang merupakan kebijakan dari Redaktur

Pelaksana yang diperoleh berdasarkan rapat redaksi. Data diperoleh melalui

sumbangan ide, pikiran dan gagasan dari setiap divisi yang menjadi pertimbangan

pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berasal dari

data tersebut kemudian akan menjadi pengetahuan bagi pimpinan perusahaan

yang membawa dampak terhadap hasil kebijakan perusahaan.

4.3 Peran Pimpinan dalam Pengambilan Keputusan

Pimpinan sangat berperan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, sebuah

perusahaan membutuhkan pimpinan yang bijaksana dan memiliki kemampuan

dalam mengambil keputusan. Perusahaan Waspada Online yang merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia jasa informasi di internet harus

memiliki pimpinan yang mampu mentransformasi informasi yang sudah diperoleh

wartawan di lapangan menjadi berita yang layak disajikan kepada masyarakat.

Informan yang merupakan redaktur pelaksana harus mampu membedakan

informasi mana yang layak dan tidak layak untuk dipulikasikan ke publik.

Pimpinan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan dengan seksama

(36)

harus diikuti oleh seluruh anggota divisi. Seperti yang disebutkan Informan

bahwa:

”..Informasi yang sudah dikumpulkan wartawan kita, masuk ke meja redaksi kemudian masuk ke meja editor dan kita sepakati melalui rapat redaksi apakah layak publish ato gak!, namun pimpinan tetap sebagai pemegang keputusan berita itu layak publish ato gak..”.

Informan juga dengan jelas mengatakan bahwa informasi yang dijadikan

berita itu juga mempertimbangkan masukan dari setiap divisi dalam rapat redaksi.

Namun biasanya, informasi yang memiliki resiko tinggi untuk dipublikasikan

akan dipertimbangkan lebih matang lagi untuk disajikan ke publik, seperti yang

disampaikan Informan bahwa:

“..Kita gak mau berisiko untuk berita yang belum jelas,memang harus benar-benar menyampaikan yang sebenarnya, bukan untuk memprovokasi.., jadi harus di godok lagi apakah itu layak dipublish ato gak..”

Dapat dilihat bahwa pimpinan perusahaan Waspada Online harus mampu

mengitegrasikan seluruh kemampuan staff dari setiap divisi untuk mengambil

keputusan dan pertimbangan yang jelas untuk menentukan layak tidaknya

informasi menjadi berita yang pantas dipublikasi ke masyarakat melalui internet.

4.4 Proses Mendapatkan Data

Pimpinan perusahaan memperoleh data untuk dijadikan informasi yang

berfungsi dalam pengambilan keputusan diperoleh dari staff dari setiap divisi

redaksi. Pimpinan yang bijaksana akan mendengarkan informasi dari setiap divisi

untuk menentukan keputusan layak tidaknya informasi dipublikasi. Data-data

yang diperoleh dari setiap dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

oleh pimpinan. Informan mengatakan bahwa:

(37)

Sumber informasi juga menjadi pertimbangan yang penting bagi pimpinan

perusahaan dalam pengambilan keputusan selain dari pengetahuan dan wawasan

pimpinan perusahaan.

4.5 Mengumpulkan Data menjadi Informasi

Pimpinan perusahaan Waspada Online juga memiliki cara dalam

mengumpulkan informasi sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.

Pimpinan memperoleh informasi melalui tim redaksi pada Perusahaan Waspada

Online. Selain itu, pimpinan juga memperoleh informasi melalui pusat informasi

yang ada di Jakarta seperti yang dijelaskan oleh Informan:

‘…Kita punya biro di Jakarta, yang fungsinya untuk control dan contributor dengan skala nasional, karena server kita di sana, yang kemudian diupdate melalui pimpinan di sini, jadi itu juga jadi pertimbangan direksi yang di Medan…”.

Pimpinan perusahaan yang berfungsi sebagai decision maker

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara untuk

medapatkan hasil terbaik bagi perusahaan. Masyarakat akan menilai eksistensi

Waspada Online melalui berita-berita yang disajikan. Semakin baik dan

berkualitas akan membuat Waspada Online semakin eksis dalam penyedia jasa

informasi di internet.

4.6 Pengolahan Informasi

Ada berbagai cara yang dilakukan oleh redaksi dalam mengolah informasi

yang telah masuk ke meja redaksi. Dengan mengikuti pedoman manajemen

pengetahuan yang mengisyaratkan adanya alur dari sebuah data menjadi informasi

dan kemudian menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain. Cara

pengolahan informasi meliputi bagaimana informasi diperoleh melalui wartawan

di lapangan, kemudian akan diangkat ke meja redaksi dan diorganisasikan di

setiap divisi. Kemudian akan dipertimbangkan lebih matang lagi dalam rapat

redaksi yang dipimpin oleh pimpinan perusahaan. Informan menjelaskan bahwa

(38)

Selain itu, cara pengolahan informasi harus memperhatikan segala

pertimbangan dan proses yang ada sehingga layak untuk dijadikan sebagai berita

yang bermanfaat bagi masyarakat.

4.7 Penciptaan Pengetahuan

Penciptaan pengetahuan adalah proses penyusunan data/informasi dalam

sebuah konteks sedemikian sehingga memungkinkan terjadinya knowledge baru.

Sebuah pengetahuan dapat tercipta melalui perubahan dan perkembangan

bertahap dari pengetahuan yang sudah ada. Pengetahuan juga bisa terbentuk

melalui perubahan yang lebih radikal, dalam bentuk inovasi. Kedua bentuk

penciptaan pengetahuan ini melibatkan kegiatan menciptakan

kombinasi-kombinasi baru, baik dengan jalan mengkombinasi-kombinasikan elemen-elemen yang

tadinya tidak saling berhubungan, maupun dengan mengembangkan cara baru

dalam mengkombinasikan elemen-elemen yang sudah berhubungan.

Dalam situasi di mana pengetahuan dimiliki oleh pihak-pihak yang berbeda,

maka pertukaran merupakan prasyarat bagi penggabungan pengetahuan. Pada

umumnya diciptakan melalui proses penggabungan dari pihak-pihak berbeda,

misalnya pimpinan perusahaan dengan seluruh anggota divisi, melalui

perpindahan pengetahuan eksplisit (yang dimiliki secara individual maupun

kolektif) pada anggota organisasi.

4.8 Penyaringan Pengetahuan

Dalam praktiknya pengetahuan diperoleh melalui suatu seleksi atau proses

penyaringan (filtering process). Proses ini berguna untuk mempertimbangkan

mana informasi yang tepat untuk digunakan dan mana yang harus diabaikan.

Keputusan untuk meneriman atau menolak sangat bergantung pada persepsi atau

relevansi informasi dalam konteks kedekatan (immediate context). Seperti yang

diutarakan oleh Informan:

(39)

Elemen dasar seperti proses yang seleksi berita menunjukkan bahwa seseorang

harus memutuskan informasi mana yang akan diambil untuk menambah tempat

penyimpanan pengetahuannya.

Faktor utama yang menentukan mana informasi yang akan dinilai, adalah

relevansi informasi dari pimpinan perusahaan kepada seluruh anggota divisi.

Relevansi juga berarti bahwa seseorang akan lebih memperhatikan ke informasi

yang lebih menarik.

4.9 Mengkomunikasikan Hasil Keputusan/Kebijakan

Budaya informasi terjadi apabila informasi sudah menjadi sesuatu kebiasaan

dalam indivividu maupun organisasi. Budaya informasi jika dimasukkan aspek

manajemen pengetahuan di dalamnya maka akan menjadi sinergi dalam

kelangsungan perusahaan. Dengan kata lain, budaya informasi akan membawa

dampak positif terhadap perusahaan khususnya perusahaan Waspada Online.

Mengkomunikasikan hasil keputusan/kebijakan dalam perusahaan Waspada

Online dilakukan oleh pimpinan perusahaan melalui rapat redaksi yang kemudian

akan dilaksanakan dalam publikasi berita. Informan menyatakan bahwa:

“…hasil keputusan harus dikomunikasikan kepada semua staff, sehingga ada penegasan kembali bahwa berita akan akan diturunkan akan seperti ini loh jadinya…”.

Pimpinan perusahaan mengkomunikasikan keputusan dan kebijakan dengan

seksama kepada setiap staff sehingga menunjukkan walaupun keputusan tetap

pada tangan pimpinan perusahaan, hasil keputusan harus disosialisasikan melalui

komunikasi yang baik kepada seluruh staff.

4.10 Rangkuman Penelitian

Rangkuman penelitian ini mencakup data yang diperoleh lalu dikumpulkan

kemudian diolah menjadi informasi. Terjadi penyaringan informasi menjadikan

pengetahuan bagi pimpinan perusahaan sebagai pertimbangan untuk mengambil

(40)

Gambar 4.10 Transformasi Data menjadi Berita

Dari gambar 4.10 di atas tampak bahwa berita yang akan dipublish

mengalami transformasi dari sebuah data hingga menjadi suatu kebijakan.

Data

Berita yang akan dipublish Penyaringan

Informasi

Kebijakan Pertimbangan

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

beberapa hal seperti di bawah ini:

1. Budaya informasi terjadi apabila informasi sudah menjadi sesuatu

kebiasaan dalam individu maupun organisasi. Budaya informasi yang

dihubungkan dengan aspek manajemen pengetahuan di dalamnya

maka akan menjadi sinergi dalam kelangsungan perusahaan. Dengan

kata lain, budaya informasi akan membawa dampak positif terhadap

perusahaan khususnya perusahaan Waspada Online.

2. Budaya informasi dengan pendekatan manajemen pengetahuan

merupakan keseluruhan aktivitas dan kegiatan dalam setiap individu

maupun organisasi mulai dari bagaimana mengumpulkan informasi,

mengolah dan memanfaatkan serta mengkomunikasikan informasi

tersebut untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai individu

maupun organisasi.

3. Proses manajemen pengetahuan dimulai dari data yang masuk ke meja

redaksi melalui fakta-fakta yang sudah didapat oleh wartawan di

lapangan, kemudian menjadi informasi yang dalam hal ini diproses di

meja redaksi yang menjadi berita yang layak untuk disajikan dan

akhirnya menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

4. Data diperoleh melalui sumbangan ide, pikiran dan gagasan dari

setiap divisi yang menjadi pertimbangan pimpinan perusahaan dalam

pengambilan keputusan. Informasi yang berasal dari tersebut

kemudian akan menjadi pengetahuan bagi pimpinan perusahaan yang

(42)

4.2 SARAN

Dari beberapa kesimpulan di atas, saran yang dapat penulis berikan pada

penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Waspada Online hendaknya semakin terus

mempertahankan dan mengembangkan budaya informasi pada

perusahaan untuk mencapai tujuan maksimal dari perusahaan.

2. Perusahan Waspada Online hendaknya mempertahankan

mengutamakan rapat redaksi dalam pertimbangan pengambilan

keputusan berdasarkan pemikiran-pemikiran yang ada dalam setiap

redaksi.

3. Setiap perusahaan hendaknya menggunakan budaya informasi dan

mensinergikannya dengan manajemen pengetahuan sehingga akan

didapat keputusan dan kebijakan yang terbaik, khususnya bagi

perusahaan penyediaan jasa informasi tidak menyesatkan masyarakat

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2003. Pemrograman Pascal Buku 1. Yogyakarta: Andi Offset.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bauchspies, R.W.Jr. 2006. Mail List Discussion- Information Culture: Concept and Application. hhtp://www.si.umich.edu/cristaled/postings/VIOI.htm]; diakses 6 Februari 2010.

Birkinsaw, Julian. 2001. Making Sense of Knowledge Management, IVEY Business Journal, March/April, pp:32-36.

Brown, A.D. 1990. Information, Communication and Cultural Organization. A Grounded Theory Approach. PhD Thesis. Slieffield. University of Sheffield.

Dewiyana, Himma. 2009. Laporan Penelitian: Perpustakaan dalam Konteks Knoiviedge Management: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Medan:USU Press.

Drabenstott, K.M. 2006. Mail List Discussion- Information Culture: Concept and Application.

hhtp://www.si.umich.edu/cristaled/postings/V101.html:diakses 6 Februari 2010.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Sistem Informasi Manajemen. Bandung : Mandar Maju

Gendina. N I. 2004. Information literacy for information culture: Separation for unity.RussianReseachResults.http:/,/www.lila.ori!j!Vfiiia70/proiz04.htm: diakses 4 Februari 2010.

Ginman,A. 1987. Information Culture and Bussines Performance. IATUL Quarterlv, Vol 2. N0.2. Pp 93-106.

Gupta, Y. A and Chin, D.C.W. 1991. An Empirical Examination of Information System Expenditure: a stage hypothesis using the information on proccesing and organizational life cycle approaches. Journal of Information Science. Vol. 17, pp 17- 105.

Gambar

Gambar 2.1 : Piramida Manajemen Pengetahuan
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Manajer
Gambar 4.10 Transformasi Data menjadi Berita

Referensi

Dokumen terkait

Media informasi bagi anak-anak dapat membantu dalam pengetahuan tentang kebudayaan Sunda, ditambah melalui keunikan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar yang dapat

Tercipta proses inovasi sangat didukung oleh budaya perusahaan, lambatnya proses inovasi yang terjadi disebabkan budaya perusahaan yang lemah, sehingga proses

Hasil dari penelitian ini adalah etika menunjukkan hubungan positif dengan pembuatan pengetahuan dan performa organisasi, namun proses pembuatan pengetahuan sendiri

Perusahaan harus mempertimbangkan dalam pemilihan cara atau metode dalam pengembangan sistem informasi agar tidak terjadi Kesalahan di dalam pemilihan metode yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi, teknologi informasi terhadap kinerja manajerial yang dimediasi oleh sistem informasi

Penelitian menggunakan 4 jenis variabel, kepemimpinan, manajemen pengetahuan, budaya organisasi dan kinerja, Untuk analisis dari data penelitian, maka teknik analisis

aktivitas user dimulai dari pilih menu beranda kemudian tampil beranda, pilih menu berita kemudian tampil berita dan dapat mencari berita, pilih menu cagar

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi, teknologi informasi terhadap kinerja manajerial yang dimediasi oleh sistem informasi