• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Sana Dharma bagian b Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Sana Dharma bagian b Jakarta"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )

Oleh :

OCTAVINA NIM: 1810011000063

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )

Oleh :

OCTAVINA NIM: 1810011000063

Dibawah Bimbingan

Siti Khodijah NIP.197007271997032004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan agama

Islam Di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta, disusun oleh Octavina, NIM.1810011000063, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,15 September 2014 Yang mengesahkan

Pembimbing

(4)
(5)
(6)

i

Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukkan Kepribadian Peserta didik di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif

melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan

(Field Research), dimana metode ini menggambarkan dan memaparkan masalah secara sistematis dan rasional.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakanObservasi, Wawancara dan Dokumentasi di SLB Sana Dharma Jakarta. Responden penelitian ini diambil dari siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa, bagian B tunarunggu ( Tidak Dapat Mendengar ).

Dari penelitian dikemukakan hasil penelitian yang diharapkan dapat menunjukan gambaran dengan jelas Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diSlb Sana Dharma Dalam Pembentukkan Kepribadian Peserta didik di SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta adalah sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan pada penerapan pendidikan akhlak dalam upaya

membentuk kepribadian siswa yaitu dengan menggunakan metode yang

menyenangkan seperti: Ceramah, Tanya jawab,Bercerita, Nasehat,

Demonstrasi, Drill, Resitasi serta ditunjang dengan kurikulum dan silabus yang berkarakter.

2. Relevansi metode yang diterapkan dengan metode didik sebagai alat pengantar

materi pelajaran dan untuk peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan dengan mudah.

3. Untuk menanamkan kebiasaan dalam diri peserta didik dan menumbuhkan

rasa kesadaran akan menjalankan Ibadah baik itu shalat wajib, shalat sunnah, Puasa dan kegiatan ibadah lainnya,

4. Seluruh dewan guru dan staff sekolah diwajibkan untuk memberikan contoh

(7)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hidayah dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SLB SANA DHARMA BAGIAN B JAKARTA“ guna memenuhi persyaratan

untuk mencapai gelar sarjana SI (Strata Satu).

Shalawat dan salam semoga slalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kini kita berada dalam agama dan hidayah Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Agama Islam Universitas Islam Negri Jakarta

2. Bapak Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negri Jakarta

3. Ibu Marhamah Soleh,Lc,MA. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam

4. Ibu Siti Khadijah Ibrahim,MA. Dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Para Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai

harganya dan atas kebijaksanaannya dalam memberikan tugas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua tercinta (Ayahanda) Madina Haka, (Ibunda) Hj. Farida

Mahmud yang telah memberikan doa yang tidak terhingga hingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi ini.

7. Suami tercinta Rizki Febrian dan Anak tersayang labib Rivi Febrian yang

(8)

iii

9. Para dewan guru dan peserta didik SLB Sana Dharma Bagian B Jakarta, yang

telah membantu dalam memberikan informasi guna penyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk dapat merampungkan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan kelas C Pai Dms Tarbiyah yang banyak

memberikan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan-kekurangan pada skripsi ini,untuk itu kritik,dan saran-saran sangatlah penulis harapkan. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis dapat memepersembahkan semuanya,semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi yang telah membantu dalam hal menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materiil akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dariNya.Amien.

Jazakumullah khairan katsiran…

Jakarta, 3 Oktober 2014

(9)
(10)
(11)
(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, mereka dilahirkan dalam keadaan lemah yang tak berdaya, sehingga memerlukan bantuan dan kasih sayang sepenuhnya dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pada hakekatnya semua manusia memerlukan

pendidikan, terlebih lagi pada anak yang memiliki kelainan.1

Kebutuhan mereka terhadap pendidikan sangat mutlak dan jauh lebih besar dari manusia normal, akan tetapi mereka kurang mendapat perhatian dari sebagian besar masyarakat Indonesia, karena pemahaman terhadap peserta didik yang berkelainan pada umumnya kurang membudaya, tampaknya faktor ekonomi juga penyebab mengapa pendidikan untuk anak berkelainan ini masih kurang terperhatikan. Sebagian masyarakat lebih

cenderung memberikan prioritas terhadap urusan ekonomi.2

Penyandang cacat tunarungu sebagai individu masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Tetapi untuk mengembangkan potensi perlukan adanya program khusus yaitu program rehabilitasi usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang tunarungu, memerlukan upaya khusus untuk tercapainya tujuan rehabilitasi bagi penyandang tunarungu.

Anak berkelahi berbeda dengan anak biasa dalam beberapa segi. Sehingga mereka memerlukan pendidikan tersendiri, yaitu pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kelainan mereka yaitu pendidikan luar biasa di sekolah luar biasa.

Yang mendasari perlunya pendidikan untuk anak berkelainan adalah

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak

mendapat pengajaran” dan UU No 12 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 yang

1

M. Arifin, Ilmu pendidikan Islam, ( Jakarta: Bima Aksara, 1996 ), h.2

2Ibid,

(13)

berbunyi: “Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus

dielenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental“.

Islam memandang bahwa memberikan pendidikan pada anak cacat adalah merupakan kewajiban bagi umat beragama, karena menjadi kewajiban hamba Allah untuk saling tolong menolong dan berbuat kebaikan terhadap sesamanya. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban umat beragama secara individual maupun secara bersama-sama. Allah sendiri tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan manusianya sendiri.3

Atas dasar kewajiban dan saling menolong terhadap sesama manusia itu, Islam memandang bahwa setiap manusia mempunyai hak dan derajat yang sama dihadapan Allah SWT. Bahwa Allah tidak membedakan umatnya, semuanya dipandang sama. Adanya kelainan, gangguan, hambatan dan kekurangan yang dimiliki anak cacat, membuat mereka memerlukan bantuan khusus di bidang pendidikan, agar mereka dapat menunaikan kewajiban

terhadap Tuhan, masyarakat dan dirinya sendiri.4

Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa untuk itu pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik yang berkelainan sangat diperlukan mengingat peserta didik memiliki hak yang sama sebagai warga

negara Indonesia.5

3

H. Abuddin Nata, Metodologi studi Islma, ( Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001), h. 285

4

Ibid,h.3

5Ibid,

(14)

Kelainan yang disandang mereka tentu saja menuntut penyelenggaraan pendidikan sekolah secara khusus, jenis pendidikan yang dibutuhkan bagi peserta didik berkelainan disesuaikan dengan jenis ketunaannya.

Bagi penderita yang tidak dapat melihat atau tunanetra ditempatkan di bagian A, peserta yang tidak dapat mendengar atau tunarungu ditempatkan di bagian B, peserta didik yang menderita keterbelakangan mental di bagian C, dan bagi peserta yang cacat tubuh atau tunadaksa di bagian D, dan untuk mereka yang memiliki kelainan tingkah laku atau tuna laras di bagian E.

Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental atau kelainan perilaku agar mereka mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan.Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki di tingkatkan dan di manfaatkan agar mereka dapat diterima oleh masyarakat sebagaimana masyarakat pada

umumnya, khususnya diterima dalam dunia kerja.6

Disamping itu pendidikan agama Islam bagi mereka sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rohaniahnya. Pendidikan agama Islam juga sebagai sumber motivasi untuk memberikan dorongan kepada peserta didik untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri, keyakinan atas suatu sifat rahman dan rahim, Allah SWT.

Selama ini tampaknya, pendidikan Islam yang diberikan sekolah SLB masih mengalami berbagai kesulitan dalam pelaksanaannya, dikarenakan ada beberapa kendala antara lain:

Dilihat dari pendidikan, Selama ini belum banyak pendidik agama di SLB yang berlatar belakang (Pendidikan Luar Biasa). Buku penunjang, yaitu belum ada buku-buku agama yang khusus untuk menunjang program pendidikan di SLB yang sesuai dengan taraf ketunaannya. Alokasi waktu untuk anak luar biasa, pendidikan agama islam 2 jam itu sangat minim (kurang). Faktor anak didik, yaitu terbatasnya kemampuan anak dalam

menguasai pelajaran agama khususnya dalam bidang membaca Al-Qur’an

6Ibid

(15)

dan sebagian orang tua, menganggap mereka tidak perlu diberikan pendidikan agama.

Atas dasar pemikiran yang dikemukakan diatas, penulis tertarik membahas dan meneliti mengenai pendidikan agama islam bagi mereka

dengan judul: “Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Bagian B Jakarta”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dari penulisan ini, dapat diidentifikasikan dari beberapa faktor yang menjadi kendala antara lain:

1. Dilihat dari faktor pendidikan, Selama ini belum banyak pendidik agama di

SLB yang berlatar belakang (Pendidikan Luar Biasa).

2. Faktor buku penunjang, yaitu belum ada buku-buku agama yang khusus

untuk menunjang program pendidikan di SLB yang sesuai dengan taraf ketunaannya.

3. Faktor alokasi waktu untuk peserta didik luar biasa, pendidikan agama islam

2 jam itu sangat minim (kurang).

4. Faktor peserta didik, yaitu terbatasnya kemampuan peserta didik dalam

menguasai pelajaran agama khususnya dalam bidang membaca Al-Qur’an

5. Faktor pada sebagian orang tua, menganggap tidak perlu diberikan

pendidikan agama.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :

a. Metode-metode pembelajaran apa saja yang digunakan dan bagaimana

tingkat keberhasilannya dalam penggunaan metode pembelajaran tersebut?

b. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari terhadap peseta didik tuna rungu?

c. Terbatasnya kemampuan peserta didik dalam menguasai pelajaran agama

(16)

d. Alokasi waktu untuk peserta didik luar biasa, pendidikan agama islam sangat minim (kurang).

e. Mengembangkan minat dan kepercayaan peserta didik di SLB Sana Dharma

Bagian B Jakarta

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang menjadi titik fokus dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Bagian B Jakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB sana

dharma bagian B jakarta.7

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pembelajaran agama islam dengan tujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mereka mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan dan rohaniahnya.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian adalah :

1. Bagi peserta didik di Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Jakarta penelitian

ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran agama islam dan sebagai motivasi untuk memberikan dorongan kepada mereka untuk menumbuhkan rasa percaya diri, keyakinan atas suatu sifat rahman dan rahim kepada Allah SWT.

2. Bagi guru penelitian ini sangat penting dalam membantu proses belajar

mengajar yang lebih efektif bagi peserta didik tuna rungu dengan metode pembelajaran agama islam

7

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan mengartikan atau mendefinisikam pendidikan. Perbedaan ini dikarenakan latar belakang sudut pandang. Menurut Muhibin Syah pendidikan adalah proses pemeliharaan atau memberi latihan. Dalam proses memelihara dan memberikan latihan ini diperlukan adanya ajaran tuntunan

dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran peserta didik.8

Sedangkan menurut Muhibin Syah mendefinisikan pendidikan agama sebagai salah satu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia sebagai hamba Allah. Sebab islam mempedomankan seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik didunia maupun di akherat yang berpedoman pada Al-Quran sebagai sumber rujukan

utama Pendidikan Agama dalam Islam.9

Pendidikan agama islam sebagai proses untuk menanamkan akhlak yang mulia kepada peserta didik, menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan pendidikan agama proses pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan agar dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah menyeluruh, serta menjadi ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akherat.

a. Dasar Pendidikan Agama islam

Dasar hukum dari pendidikan agama Islam terdiri dari :

1) Al-Quran

Al-Quran Ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril kepada NabiMuhamad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok

8

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2002),h.10

9

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1996),h.25

(18)

sangat penting yang dapat dikembangkan dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu, yang berhubungan dengan amal yang disebut

dengan syari’ah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam

membicarakan ilmu tentang syari’ah ini, Ibadah untuk perbuatan yang

berhubungan dengan Allah SWT dan mu’amalah untuk perbuatan yang

berhubungan selain dengan Allah.Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.

2) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasululloh dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan tersebut. Sunnah merupakan ajaran kedua Al-Quran, sunnah berisi pedoman untuk memaslahatan hidup manusa alam segala aspek untuk membina umat menjadi manusia atau muslim yang bertaqwa.

3) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk menetapkan sesuatu hukum sya’riat islam dalam hal-hal yang ternyata

belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.10

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang diharapakan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan

menerima seluruh cita-cita ideal yang terapat dalam Al-Quran.11

10

Ibid.,h.21

11Siti Khadijah Ibrahim (Dosen FITK UIN Jakarta) Aga…http://www.slideshare.net/

(19)

Tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah mewujudkan manusia

Ideal sebagai “ abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah SWT.

Berdasarkan tujuan pendidikan Islam itu dapat diarahkan untuk membentuk mukmin yang kuat secara fisik, maksudnya adalah kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relavan bagi para peserta didik.

Selanjutnya tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-cita

ideal yang terdapat pada dalam Al-Qur’an. Peningkatan jiwa dan

kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan Nabi Muhamad SAW ini adalah merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang

sebenar-benarnya.12

Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relavan dengan apa yang mereka pelajari. Disamping itu pendidikan Islam mengacu pada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan.

12

(20)

Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan

manusia ideal sebagai “abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah SWT. Rumusan tujuan pendidikan agama Islam antara lain:

1) Membiasakan peserta didik untuk beriman kepada Allah, mencintai,

mentaatinya dan berkepribadian mulia.

2) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan

adab sopan santun Islam sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama, atas dasar cinta dan senang hati

3) Membimbing peserta didik kearah sikap yang sehat yang dapat

membantu berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka membantu orang, merasa sayang kepada orang lemah dan miskin, mengganggap semua orang itu sama, menghargai orang lain, dan memelihara milik pribumi, negara dan kepentingan umum.

Menurut Imam Ghazali dikutip oleh Djamaludin tujuan pendidikan

Islam adalah: “membina insan paripurna yang takarrub kepada Allah,

bahagia didunia dan akherat, tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan Ilmu yang dipelajariya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya pada pembentukan insan

paripurna”.13

Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul metodologi pembelajaran agama Islam menyatakan bahwa, tujuan pendidikan agama Islam itu harus meliputi tiga aspek (daerah binaan, domain,) yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuan adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar peserta didik paham akan ajaran agama Islam. Pada aspek afektif, tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta didik menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek

13

(21)

psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta didik terampil

melakukan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.14

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghambat kepada khaliknya dengan jiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera serta dapat dikatakan terbentuknya insan kamil.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Cakupan tersebut setidaknya menggambarkan bahwa ruang lingkup PendidikanAgama Islam diharapkan dapat mewujudkan keserasian, kesadaran dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan saling

melengkapi, Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran islam, dalam arti ia

merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fiqih (ibadah, muamalah),

sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut.Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.Syariah/fiqih dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah

14

(22)

(keimanan dan keyakinan hidup). Syariah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (Ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olah raga/kesehatan, dan lain-lain ) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.

Ruang lingkup pendidikan agama Islam pada dasarnya mencakup lima unsur pokok, yaitu: Al-Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih/ Ibadah, Sejarah kebudayaan Islam. Secara khusus untuk peserta didik ruang lingkup pendidikan agama Islam berisi tentang :

1) Rukun Iman, bertujuan untuk mengenal enam rukun Iman dapat

menyebutkan sifat Allah, menyebutkan nama malaikat dan nama-nama Rasul.

2) Rukun Islam, untuk mengenal lima rukun Islam, mengenal arti sholat,

puasa, membaca dan menghafal serta melafazkan niat sholat.

3) Akhlakul karimah dimaksud menanamkan kebiasaan yang baik

diantaranya membiasakan membaca do’a ketika melakukan pekerjaan

yang baik, mengenal dan menyayangi ciptaan Allah, bersikap ramah, menjaga kebersihan dan mengucapkan salam.

(23)

a). Taat beribadah, mampu berdzkir ddan berdo’a, menjalankan rukun Islam, terutama sahadat, shalat, zakat dan puasa

b). Mampu membaca Al-Qur’an dan menulis dengan benar

c). Memiliki kepribadian muslim, artinya didalam diri peserta didik selalu terpancar kesalehan pribadi dengan selalu menampakkan kebajikan yang patut dipertahankan dan diteladani

d). Mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syari’at Islam dengan

baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

e). Menghayati, memahami dan mengambil manfaat sejarah sejarah dan perkembangan agama Islam dalam hal ini sesuaikan dengan kemampuannya.

Pendidikan agama Islam pada peserta didik memang harus berisi tentang materi rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah. Ketiga hal ini menjadi dasar pengetahuan agama, sehingga kalau sejak dini pengetahuan tentang rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah sudah dibiasakan melakukan dalam kehidupan sehari-hari dari kecil, maka setelah besar peserta didik dharapkan akan memiliki kepribadian religi.

B.Pengertian pendidikan

(24)

Sementara itu,kata yang berarti mendidik dapat kita lihat di

dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 24 :

































Artinya : “… Ya Tuhan, sayangilah keduanya (Ibu Bapakku) sebagaimana

mereka telah mendidikku diwaktu kecil.” (QS.Al-Isra:24)

Kata lain yang mengandung arti pendidikan ialah “ ﱡﺪ ﺁﺐ “ seperti sabda

Rasul:

Artinya: “ Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku “

Pengertian pendidikan seperti yang biasa telah dipahami oleh kebanyakan orang sekarang belum terdapat pada zaman Nabi, akan tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukkan pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang arab yang tadinya penyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha Nabi dalam mengIslamkan dan menyebarkan ajaran-ajaran beliau, maka terjadilah perubahan baik dari segi tingkah laku maupun keimanan. Mereka telah berkepribadian muslim sebagaiamana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam.

(25)

Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh, oleh karena itu pendidikan haruslah diajarkan tidak hanya pada pendidikan umum saja, akan tetapi haruslah diajarkan dengan pendidikan Islam.

Istilah lain, dari pendidikan adalah “education” dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa latin “educare” yang berarti memasukkan ilmu kepada

seseorang.15 Pengertian pendidikan secara terminology menurut banyak pakar

pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.16

Sedangkan menurut Hasan Langgulung Pendidikan bermakna

mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam

masyarakat.17

Pendidikan menurut Al-Attas Islam pendidikan sebagai pengenalan dan

pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan

yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut.18

Zuhairani berpendapat bahwa pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generani terdahulu untuk dapat mentransfer pengetahuannya, kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya,baik secara

jasmaniah maupun rohaniah.19

15

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1992, hal.4

16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT.Remaja Rosdakarya: Bandung, Cet.ke-9, hal.24

17

Opcit

18

Opcit, hal.29

19

(26)

Pendidikan menurut Prof. H. M. Arifin M.Ed merupakan usaha membina, mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan

jasmaniah yang berlangsung secara bertahap.20

Rama Yulis berpendapat Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia

menjadi orang dewasa.21

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam pengertian umum yaitu memberikan pimpinan, pertolongan, bimbingan maupun bantuan kepada peserta didik agar dapat berkembang dan tumbuh menjadi dewasa baik jasmani maupun rohani. Selain itu, pendidikan juga berusaha untuk dapat mengembangkan aspek-aspek kepribadian anak, termasuk aspek individualism, sosialitas, moralitas, dan aspek religius. Sehingga dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang harmonis, seimbang antara kebutuhan fisik baik materi, sosial dan kebutuhan mental spiritual antara dunia dan akhirat.

Manusia merupakan makhluk hidup yang harus hidup antar sesama, dimana mereka saling membutuhkan, kerjasama antar manusia dimana dalam hal ini akan timbul yang namanya kepekaan sosial, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku, tabiat, sopan santun dengan harapan dan pandangan orang lain. Oleh karena itu Pendidikan akhlak adalah suatu usaha berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didiknya yang berkaitan dengan budi pekerti sehingga jasmani dan rohani dapat berkembang menjadi kepribadian utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

20

H.M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta.Bina aksara,1987,Cet.ke-1,h.10

21

(27)

C. Pendidikan Akhlak dalam Pembentukan Kepribadian Peserta Didik Pendidikan dan pengajaran akhlak merupakan hal yang pertama dan utama sebagai upaya untuk mencerdaskan manusia disamping itu juga pendidikan dan pengajaran akhlak juga dapat menuntun dan membimbing seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia diakhirat nanti. Karna pengajaran dimulai sejak anak dilahirkan kedunia ini, karna anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT, untuk dibimbing dan diarahkan menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Prof. Dr.dzakiah Daradjat mengatakan : ”orang tua adalah pembina yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan

sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sudah tumbuh itu”.22

Masa anak sesudah lahir atau masa anak-anak adalah tahapan terpenting dalam membentuk kepribadian.Sebab baik buruknya kepribadian anak ketika dewasa banyak ditentukan oleh pendidikan masa kecilnya. Dikarenakan setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, dan baik atau tidaknya ketika dewasa nanti tergantung kepada didikan kedua orang tuanya, sebagaimana sabda nabi SAW dalam salah satu haditsnya :

”Tiada seorang anakpun yang tidak dilahirkan dalam keadaan suci (sebagai Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan yahudi atau

nasrani ataupun majusi.”(HR.Bukhari dari Abu Hurairah)23

Sehubungan dengan itu, Prof.Dr.Dzakiah Daradjat dalam bukunya,

Ilmu jiwa agama, mengatakan sebagai berikut :

“Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam

hidupnya...”24

22

Dradjat Zakiah, Prof.Dr. Ilmu Jiwa agama, Jakarta:Bulan Bintang,1993,h.35

23

H.A.Mustafa,150 Hadits-hadits Pilihan, Surabaya:al-Ikhlas,1987,h.16

24

(28)

Pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yang berlangsung cepat, melainkan mengalami proses yang memakan waktu cukup lama dimana pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembentukan iman dan akhlak. Dalam pembentukan kepribadian peserta didik sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena pembiasaan dan latihan tersebut akan dapat membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap dan kepribadiannya itu akan bertambah jelas dan kuat, dan nantinya tidak akan tergoyahkan lagi dari segala bentuk godaan dan gangguan.

Oleh karena itu jika pendidikan akhlak telah tertanam dalam diri peserta didik dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya, maka ia akan dapat berfungsi sebagai pengendali dalam setiap tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan akan menjadikan kehidupan yang diridhoi oleh Allah SWT dimasa kini dan akan datang baik di dunia maupun diakhirat.

D. Metode Penelitian Agama

Metode penelitian agama sebagai suatu kajian dan penelitian ilmiah dalam lingkup akademik bukan sesuatu yang baru, hal ini dibedakan dengan kajian teologi. Kajian atau penelitian ilmiah tentang agama berfokus pada fenomena sosial-budaya keagamaan dalam kehidupan masyarakat, bukan berbicara tentang bukti-bukti bahwa tuhan itu ada, tentang hal ini menjadi kompetensi kajian teologi (filsafat ketuhanan).

(29)

Kebhinekaan atau kemajemukan kehidupan keagamaan inilah tidak saja merupakan sesuatu yang mengagumkan bagi banyak bangsa-bangsa dari negara lain, tetapi dengan tanpa memelihara akar kesatuan persatuan bangsa negara Indonesia hal mana kedudukan dan peran agama dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang krusial ini, maka dapat merupakan potensi konflik yang serius yang dapat mengancam kesatuan persatuan masyarakat bangsa Indonesia.

Oleh Karena itu penelitian ilmiah pada umumnya tentang kehidupan keberagamaan melalui penelitian sosial budaya sangat mendesak untuk dilakukan, dalam hal ini penelitian dalam kajian antropologi agama segera perlu di perkenalkan sendini mungkin pada peserta didik melalui bimbingan dari guru dan orang tua. Penelitian atau kajian dalam kehidupan beragama tersebut, dalam antropologi budaya, secara universal agama itu sendiri merupakan salah satu unsur budayaan. Secara lengkap unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosil, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian dan (7) sistem religi, oleh karena itu pengertian agama sebagai suatu sistem religi dan sebagai suatu unsur kebudayaan menjadi mungkin untuk diteliti secara Ilmiah-antropologis. Dengan demikian fenomena keberagamaan yang menyangkut hal-hal yang bisa di observasi dan didalam tentang agama dan pola perilaku beragama dari pemeluknya dapat secara terbuka dilakukan sebagai sasaran penelitian dan kajian ilmiah. Kebudayaan, secara sederhana dapat didefinisikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Parsudi Suparlan (1982) yakni, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai ,makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterprestasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, an untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan dan hasil kelakuan.

(30)

dalam kategori kebudayaan. Kebudayaan atau seperangkat pengetahuan/ide dibedakan dengan kelakuan dan hasil kelakuan, akan tetapi ketiga-tiganya saling berkaitan dan mempengaruhi dalam kegiatan kehidupan manusia.

Sebab jika seperangkat pengetahuan/ide kebudayaan sebagai entitas kebudayaan maka hakekat kait mengkait dan saling mempengaruhi diantara ketiga unsur tersebut dalam kehidupan manusia tidak dapat dianalisis secara tajam dan dipahami secara masuk akal hakekat manusia dan kemanusiaan itu sendiri. Pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial maksudnya bahwa pengetahuan tersebut tidak diperoleh sebagai warisan genetic tetapi diperoleh dengan melalui proses belajar dari lingkungannya baik lingkungan sosial dan lingkungan alam.

Kebudayaan itu diperoleh melalui petunjuk simbolik atau dalam hal ini melalui komunikasi simbol dan dengan orang-orang lain, komunikasi ini membuahkan hasil dari para pelaku.

Ada tiga metode populer dalam metode penelitian agama ialah: metode sui generic, metode Ilmiah (saintific) dan metode sentesis. Ketiga metode

tersebut sekaligus mewakili aliran-aliran penelitian dalam agama.25

Metode sui generic, yaitu metode Ilmu Perbandingan Agama yang khusus dan berbeda dengan metode-metode lain. Dalam hal ini masih diperdebatkan apakah penelitian terhadap agama itu mempergunakan pendekatan khusus yang berbeda dengan pendekatan yang selama ini dibakukan dalam dalam penelitian Ilmiah, atau kajian agama itu sama dengan fnomena sosial dan budaya lain yang dapat didekati oleh metode Ilmiah yang baku. Perdebatan ini menyebabkan terpecahnya ilmuan agama ke dalam dua kubu sesuai dengan pendapat masing-masing tersebut.

Metode sainific, adalah metode Ilmiah.Diantara para penelitian agama berpendapat bahwa agama adalah bagian dari sistem sosial dan sistem budaya masyarakat. Oleh karena itu, ia sebagai fakta ilmiah yang dapat diteliti dengan mengikuti metode penelitian ilmiah, ia dikerjakan sesuai dengan urutan metode

25

(31)

ilmia, yaitu perumusan masalah, kerangka pemikiran, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan kesimpulan. Metode penelitian Ilmu Agama dapat diteliti dalam metode analisis kualitatif maupun kuantitatif.Selain itu dapat diteliti dengan metode penelitian lapangan yang biasa dipakai oleh sosiologi, antropologi, psikologi, filologi arkeologi dan sebagainya.

Metode sintesis, adalah metode alternatif, merupakan pendekatan yang ditawarkan sebagai jalan tengah dari perdebatan antara dua kubu yang mempertahankan pemakaian metode sui generic dan atau metode Ilmiah (saintifik).

Menurut Dadang Kahmadi, perlunya suau penelitian agama memakai metode sintesis karena metode tersebut merupakan penggabungan antara metode Ilmiah dan metode teologis. Metode sintesis berusaha untuk memakai

“kacamata” doktrin agama ketika ingin memahami fakta-fakta agama yang telah dikumpulkan. Artinya, bahasa agama harus dilibatkan dan dimasukkan kedalam analisis data dalam penelitian Ilmu perbandingan agama dan barulah penelitian itu akan mampu mengungkapkan makna agama yang diinginkan dan hasil penelitian tersebut mempunyai nilai informasi keagamaan.

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(32)

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi pengajaran yang tepat menurut Basrudin Usman adalah pola umum perbuatan guru dan peserta didik dalam kegiatan

mewujudkan kegiatan belajar mengajar.26

Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga mencapai tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a). Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran

Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya.

Jika memahami sifat dari masing-masing metode tersebut, pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut : Peserta didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Disekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya.Perbedaan individual peserta didik aspek biologis, intelektual dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar yang bertujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai

26

(33)

jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan peserta didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak

selamanya sama dari hari ke hari. Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan dan fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di sekolah.

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

b). Syarat-syarat metode pembelajaran

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah :

a). Metode mengajar harus membangkitkan motif, minat dan gairah belajar peserta didik

b). Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian peserta didik

c). Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mewujudkan hasil karya

d). Macam- macam metode pembelajaran

(34)

1) Metode proyek

Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pengggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.

2) Metode eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana

peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

3) Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru.

4) Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dalam diskusi terjadi interaks, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan peserta didikmenjadi aktif.

5) Metode demonstrasi

(35)

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

6) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru, metode Tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.

7) Metode latihan

Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

8) Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

E. Sekolah Luar Biasa

1. Pengertian Sekolah Luar Biasa

(36)

banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,

yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.27

Dalam ketentuan umum UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1

dikemukakan bahwa : “Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.28 Bertitik tolak dari tujuan itulah setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu proses pendidikan, yang pada akhirnya dapat

“mewujudkan terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi

potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam kehidupan. Dalam system pendidikan nasional Indonesia sekolah memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggra kegiatan

pendidikan.”Oleh karena itu, jelaslah bahwa Sekolah Luar Biasa memiliki dan mengembangan tugas yang berat tetapi penting.Berat karena harus selalu berperang menghadapi berbagai kelemahan, ancaman dan tantangan guna menselaraskan program-program kegiatan yang terealisir dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bergerak demikian cepat.Penting, karena tugas-tugas dan fungsi sekolah sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi anak-anak berkebutuhan khusus demi kelangsungan hidupnya yang harus selalu dinamis dan optimis. Melihat kedudukan sekolah yang demikian pentingnya, sekolah menjadi pusat dinamika masyarakat. Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial yang menentukan pembinaan pribadi anak dan sosialisasi serta

pembudayaan suatu bangsa.”

Di balik fungsi dan peranan sekolah yang sangat esensial bagi perkembangan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa, serta tingginya harapan masyarakat terhadap sekolah ada satu realita yang masih jauh dari apa yang diharapkan oleh masyarakat.

27

Yuliana Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Pembelajaran Peserta Usia Dini, (Yayasan Citra Pendidikan Indonesia,2005),h.216

28

(37)

Dengan kata lain lembaga-lembaga sekolah masih berkualitas rendah dan belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal itu tercermin dari

rendahnya kualitas lulusan sekolah yang diekspresikan dengan

menganggurnya siswa-siswa yang telah lulus sekolah. Bahkan dalam realita keseharian terlihat para lulusan yang belum dapat hidup mandiri untuk mengatasi persoalan kehidupannya sehari-hari.

Hal ini sebagai cerminan masih rendahnya kualitas sumber daya

manusia sebagai output pendidikan diSekolah Luar Biasa,

bahwa lulusan sekolah khususnya diindonesia dinilai bermutu rendah dalam komparasi Internasional.

Dunia pendidikan belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih orientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan

mengecewakan masyarakat, dan terus mempertanyakan relevansi

pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya

bangsa.29

Berangkat dari kenyataan di atas maka mau tidak mau harus dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan sekolah sehingga menjadi lembaga pendidikan yang efektif dan produktif. Terwujudnya Sekolah Luar Biasa yang efektif dan produktif merupakan suatu ciri bahwa sekolah itu berhasil dalam mengemban dan menjalankan tugas dan fungsinya.

29

(38)

Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi, dan produktivitas suatu organiasasi harus selalu dapat diupayakan untuk terus ditingkatkan, terlepas dari tujuannya, misinya, jenisnya, strukturnya, dan ukurannya. Aksioma

tersebut berlaku bagi semua jenis organisasi.” Jadi, sesuai dengan pendapat tersebut, tentunya termasuk di dalamnya organisasi pendidikan atau Sekolah Luar Biasa harus melakukan berbagai upaya guna meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya, sehingga apa yang diharapkan dapat dicapai secara optimal.

Untuk melihat keberhasilan suatu sekolah tentu harus diukur dengan criteria, ada empat tujuan yaitu: Efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan

menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja, dapat digunakan

sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. Efektivitas produksi, yang berarti menghasilkan sejumlah lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Menelaah perkembangan yang terjadi di sekolah dan lulusan sekolah sebagai refleksi dari kualitas layanan pendidikan dibandingkan dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang di dalamnya meliputi : (1) Sandar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan, ternyata masih banyak kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Hal ini terlihat dengan masih rendahnya mutu kompetensi lulusan, masih kurangnya profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran, masih banyaknya guru yang belum berkualifikasi akademik S1, masih rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarkat, dan sebagainya.

(39)

Demikian pentingnya masalah mutu layanan pendidikan sehingga mempunyai kaitan yang sangat erat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Perhatian pada mutu layanan pendidikan yang menekankan pada kepuasan peserta didik muncul dalam rangka menarik para calon peserta didik, melayani dan meningkatan mutu pendidikan termasuk di dalamnya mutu layanan akademik serta mutu pembelajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar dapat diberikan secara optimal.Namun pada beberapa masalah layanan pendidikan pada sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menjadi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa tidak dapat terlepas dan harus didukung oleh berbagai pihak

yang berkepentingan (stakeholders) diantaranya pihak masyarakat. Hal ini

penting karena masyarakat memiliki peran yang sangat diperlukan oleh sekolah.

Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.Komite

sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

(40)

2. Kegiatan pendidikan di Sekolah Luar Biasa

Kegiatan belajar mengajar di SLB ini menyelenggarakan pendidikan formal bagi anak-anak tunarungu dari tingkat : TK (persiapan), Tingkat Dasar, Tingkat Lanjutan kejuruan, memberikan pelajaran perbaikan Bicara ( Speech Therapy).

Pendidikan luar biasa yang diselenggarakan bagi peserta didik tunarungu, bertujuan membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta , yang diperlukan oleh peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya sesuai dengan tingkat kelainannya, serta memperoleh kesiapan fisik, mental, perilaku dan sosial untuk mengikuti pendidikan pada SDLB atau SD melalui pendidikan terpadu.

Pendidikan luar biasa yang diselenggarakan di Sekolah Dasar Luar Biasa bagi peserta didik tunarungu, bertujuan memberikan kemampuan

dasar “ baca-tulis-hitung”, pengetahuan, keterampilan dasar, dan sikap yang bermanfaat bagi peserta didik sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Luar Biasa atau Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama melalui pendidikan terpadu.

Pendidikan luar biasa yang diselenggarakan di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa Bagi Peserta Didik tunarungu, bertujuan memberikan kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dasar, dan sikap keterampilan yang diperoleh di Sekolah Dasar Luar Biasa yang bermanfaat bagi peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Menengah Luar Biasa.

(41)

kemampuan yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa yang bermanfaat bagi peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan kelainan yang disandangnya dengan tingkat

perkembangan.30

F. Hasil Penelitian yang Relavan

Beberapa hasil penelitian yang relavan dengan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Siti Nabilah, tahun 2002. Judul penelitian Pelaksanaan Metode Pembelajaran Agama Islam dan Tingkat Keberhasilannya Pada Peserta Didik Tunarungu Di Slb Sana Dharma Bagian B Cilandak Barat Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dalam rangka penulisan Skripsi (S1) pada Fakultas Agama Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Juni 2002. Penelitian ini menitik beratkan kepada bagaimana mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang digunakan untuk anak tunarungu di SLB San Dharma Bagian B. hasil kesimpulan metode yang diterapkan di SLB Sana Dharma Bagian B Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah dengan metode Ceramah, diskusi, bercerita, resitasi dan Tanya jawab.

2. Khusnul mubarok, tahun 2009. Judul penelitian Pendekatan Bimbingan

Ibadah Shalat Pada Anak Tunarungu Bagian B di SLB Muara Sejahtera Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang. Penelitian ini dilakukan dalam penulisan Skripsi (S1) Pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengenal bahwa di dalam Agama Islam ada Ibadah yang namanya shalat lima waktu dan disertai gerakan dan bacaannya, jadi barang siapa yang akan melaksanakan Ibadah tersebut maka harus melalui bimbingan

30

(42)

terlebih dahulu agar Ibadah tersebut sesuai dengan syariat, rukun dan wajibnya shalat. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa bimbingan Ibadah pada anak tunaruggu bagian B di SLB Muara Sejahtera Pondok Ilir Pamulang Tanggerang ini dengan metode nasehat ( ceramah ), metode pembiasaan dan metode praktek.

3. Elliza Efina Rachmawati Putri, tahun 2013. Judul penelitian ini Strategi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Mental Siswa Di SLB Negeri Pembinaan Tingkat Nasional Tanggerang. Penelitian dilakukan dalam rangka penulisan Skripsi (S1) pada Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah jakarta 2013.

Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi pembelajaran pendidikan Agama islam yang diterapkan guru diSLB Negeri Pembinaan Tingkat Nasional sedikit siswa yang mengalami kegagalan dalam beradaptasi.

4. Eni Sifaul Aini, tahun 2012. Pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi

siswa penyandang Tunarungu diSLB Jakarta. Penelitian dilakukan dalam rangka penulisan Skripsi (S1) pada Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Penelitian ini untuk mengetahui Pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi penyandang tunarungu merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan problem peserta didik, kurikulum dan pendidik, Implikasi dari penelitian ini memberikan kontribusi untuk pengembangan mutu pendidikan Agama Islam diIndonesia.

5. Octavina, tahun 2014. Penerapan metode pembelajaran pendidikan

(43)

E. Kerangka Berfikir

Untuk dapat membentuk kepribadian seorang peserta didik dalam hal ini, maka dalam penyampaian pengajaran haruslah menggunakan cara-cara atau metode yang tidak membuat peserta didik bosan dan mengantuk, oleh karena itu pendidik dalam hal ini harus menggunakan metode yang pas dalam penyampaian sebuah materi. Sebelum itu penulis akan menjelaskan arti dari metode itu sendiri.

Secara etimologi pengertian metode adalah “cara yang teratur dan

berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.” 31 Al-Ghozali tokoh

pendidik Islam menyatakan tentang mengenai metode pendidikan yaitu :

Bila seorang dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu obat saja, maka banyak dari mereka yang mati, begitu pula bila seorang guru membawakan suatu metode, system dan latihan pada peserta didik, tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya, tumpul semangat berpikirnya. Seharusnya para guru meneliti terlebih dahulu sifat, umur, watak peserta didiknya, kemudian barulah ditetapkan metode, asuhannya, dan metode

yang harus dibawakan kepada peserta didiknya.32

Berdasarkan pendapat Al-Ghazali diatas dapat diketahui tidak ada satu

metode pun yang sempurna tanpa diselingi metode yang lain, karna penggunaan metode yang bervariasi akan sangat berguna bagi para pendidik, karna kalau hanya satu metode yang digunakan dalam satu pelajaran belum tentu tepat jika digunakan pada pelajaran lainnya. Adapun metode yang dipakai dalam pendidikan akhlak untuk menyampaikan materi pendidikan akhlak selain metode ceramah, cerita dan Tanya jawab dapat juga dipergunakan dengan metode lain yaitu :

1. Metode Keteladanan

Mencontoh keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan telah dibuktikan paling berhasil diterapkan untuk

31

W.J.S. Poedarminta, Loc.Cit

32Nasrudin Thaha

(44)

membentuk moral, spiritual dan etos sosial anak. Metode keteladanan merupakan metode yang harus dilakukan oleh para pendidik yakni dengan memberikan contoh yang baik bagi para peserta didik dalam berbagai hal perbuatan, tingkah laku dalam hal keseharian maupun dalam etika bersosialisasi dengan para peserta didik, sehingga para peserta didik dapat menjadikan guru sebagai suri tauladan yang patut diikuti.

2. Metode Pembiasaan

Sejak lahir anak telah memiliki sifat yang fitrah, dari sinilah peran pembiasaan pengajaran dan pendidikan peserta didik akan pertumbuhan dan perkembangannya. Karena metode pembiasaan merupakan metode paling efektif dalam pembentukkan akidah dari peserta didik, dimulai dari lingkungan keluarga, jika peserta didik mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua, dengan membiasakan melakukan pekerjaandan amalan yang baik maka peserta didik seterusnya akan melakukan hal tersebut, apalagi didukung oleh lingkungan sosial sekitar rumah juga baik maka semua akan dapat membentuk kepribadian yang baik.Oleh karena itu metode pembiasaan ini akan lebih baik jika dilakukan dari usia dini dengan di dukung oleh lingkungan sekitar.

3. Metode Nasehat

Dalam mewujudkan suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik, ada baiknya dalam menerangkan suatu materi disisipi dengan nasehat dan cerita dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti baik berbentuk lisan maupun tulisan, misalnya dengan mengambil materi

cerita dan nasehat yang diambil dari Al-Qur’an karena didalam Al-Qur’an

terdapat seruan yang menyenangkan, dan dibarengi dengan kelembutan, dan nasehat juga bersifat menyampaikan pesan yang menggambarkan akibat-akibat jika melakukan perbuatan yang tidak baik. Oleh karena itu

jika para pendidik menggunakan metode nasehat melalui al-qur’an, maka

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Sana Dharma Jakarta yang berlokasi di Jalan Taman Wijayakusuma Gang H. Sidik No. 63 B Cilandak Jakarta Selatan. Adapun alasan pemilihan sekolah ini adalah karena sekolah luar biasa ini memiliki karakteristik yang sesuai dengan judul penelitian.

Alasan lainnya adalah bertujuan untuk membina dan

mengambangkan insan yang beriman, bertaqwa kepada Allah, berakhlakul karimah dan menanamkan ajaran Pendidikan Agama Islam dengan pembelajaran Agama Islam terhadap anak tuna rungu.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan mulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan Juni 2014. Waktu yang singka ttersebut penelitian memanfaatkan semaksimal mungkin sehingga mulaidari proses observasi lapangan di Sekolah Sana Dharma Jakarta sampai penyusunan laporan penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif Metode ini bertujuan untuk membuat deskriptif gambaran yang sistematif, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, fenomena yang diselidiki. Sehingga dari penelitian ini akan terungkap suatu gambaran, atau pemaparan dan laporan suatu keadaan, objek,

peristiwa atau fakta dengan apa adanya dan penyingkapan fakta.33

33

Moh.Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta :Ghalia Indonesia,1988),h.63

(46)

Menggunakan model penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan suatu konteks khusus yang alamiah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Sana Dharma Bagian B Jakarta, mata pelajaran yang diteliti khusus pada mata pelajaran PAI.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Metode penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat dan sistematis .

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi Langsung Pada Guru

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana guru mengembangkan perilaku sosial peserta didik terutama yang berkaitan dengan perilaku kerjasama, saling menghormati, bersikap peduli terhadap teman dan orang lain, kemurahan hati atau tidak mementingkan diri sendiri, simpati dan perilaku ramah.

(47)
[image:47.595.112.515.157.754.2]

Tabel III.1

Kisi-Kisi Observasi Langsung Pada Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

No Indikator Item Pernyataan Skor

1 2 3 4 5

1. 2. 3. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Aqidah Akhlak Fiqih Al-Qur’an Hadist

1. Bagaimana guru pendidikan

agama Islam membiasakan perilaku kerjasama pada peserta didik

2. Bagaimana guru pendidikan

agama Islam membiasakan perilaku kemurahan hati dan tidak mementingkan diri sendiri.

3. Bagaimana guru pendidikan

agama Islam membiasakan berperilaku simpati pada peserta didik

4. Bagaimana guru pendidikan

agama Islam membiasakan perilaku ramah pada peserta didik.

Bagaiman guru meperagakan dan memberi contoh tata cara sholat,

puasa dan membayar zakat.

Al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan,

(48)

4. Ski

penggunaan pengalaman.

Bagaimana guru menerangkan, bercerita dan Menonton Video tentang kisah para nabi-nabi SAW dan sejarah kebudayaan Islam

2. Observasi Langsung Pada Peserta Didik

Observasi langsung pada peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial peserta didik yang berkaitan dengan : (1) saling Menghormati, (2) bersikap peduli terhadap teman dan orang lain, (3) kemurahan hati atau tidak mementingkan diri sendiri, (4) simpati (5) perilaku ramah dan (6) kerjasama.

[image:48.595.111.544.102.770.2]

Skala ini terdiri dari 10 (sepuluh) item dengan 3 (tiga) alternative penilaian yaitu: Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Berkembang Sangat Sulit (BSB), dan Mulai Muncul (MM). Pedoman observasi ini dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

Tabel III. 2

Kisi – Kisi Observasi Langsung Pada Peserta Didik

No Indikator Item Pernyataan

Skor B

S B

B S H

M M

1. Saling menghormati Bagaimana berperilaku saling

menghormati kepada sesama manusia

2. Bersikap peduli

terhadap teman

(49)

3. Kemurahan hati dan Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Bagaimana perilaku anak ketika berbagi makanan pada waktu istirahat sekolah dan perilaku anak ketika antri mencuci

tangansebelum/sesudah makan bersama di sekolah

4. Simpati Bagaimana perilaku anak ketika melihat

temannya jatuh

5. Ramah Membiasakan mengucapkansalamketika

bertemu guru atau teman dan bertegur sapa

6. Kerjasama Membiasakan kerjasama untuk

merapihkan kelas

Keterangan :

a. Skor untuk guru PAI

1. Skor 5 : Sangat baik

2. Skor 4 : Baik

3. Skor 3 : Kurang Baik

4. Skor 2 : Tidak Baik

5. Skor 1 : Sangat Tidak Baik

Ukuran skor diatas berdasarkan hasil dari observasi, guru yang memiliki nilai sangat baik adalah guru yang memiliki kriteria :

1. Menguasai materi pelajaran

2. Mampu mempraktikkannya bersama peserta didik

Gambar

Tabel III.1
Tabel III. 2
Tabel III.3
Tabel IV.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

M’2012 Hitam Ful Ors V. pjk bln 7 bs krdt dp ringan. Tebet Timur Dalam II No. Akses UI No.. Kondisi Istimewa/ Full Ori. Tebet Timur Dalam II No. 16 Jakarta Barat. Sgt Bgs BU.

Sedangkan penggunaan pihak penyedia jasa di luar negeri untuk kegiatan TI lainnya seperti pengembangan program dan aplikasi yang digunakan Bank serta pemeliharaan

belajar mengajar yang mengaktifkan siswa seperti belajar inkuiri, pemecahan masalah, dan lain-lain, siswa berperan lebih aktif. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar

pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan sosial dan perlindungan ekonomis

Didukung dengan adanya beberapa stasiun pemancar TV yang ada di kota Surabaya seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 dan peta persebarannya pada gambar 1, maka

Dalam pandangan (Azwir & Ibrahim 2019) bahwa karakter kepala sekolah yang visioner, dengan budaya sekolah yang relegius merupakan miniature masyarakat kita untuk

Pada perkara ini, Hoge Raad menyatakan bahwa pada dasarnya perbuatan melawan hukum harus diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan melanggar hak

Ordonansi Pengangkutan Udara No. 100), yang menyatakan: “…Apabila luka tersebut mengakibatkan kematian, maka suami atau isteri dari yang meninggal dunia, anak-anaknya, atau