• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN BERKALA BANCASSURANCE NAMA BANK : POSISI BULAN a) : PERIODE b) :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN BERKALA BANCASSURANCE NAMA BANK : POSISI BULAN a) : PERIODE b) :"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAMPIRAN 20

LAPORAN BERKALA BANCASSURANCE

NAMA BANK : ……… POSISI BULAN a) : ……… PERIODE b) : ………

Pihak Model Jenis Nama Jumlah Jumlah Valuta Total Nilai

Nama Keterangan Jenis c) Terkait d) Bisnis Produk e) Produk Polis f) Nasabah g) Asal Pertanggungan h) Fund l)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

a)

diisi posisi bulan laporan, misalnya posisi bulan Juni 2011 b)

diisi periode laporan, misalnya Triwulan II, 2011 c)

diisi dengan "jiwa" atau "umum" atau "reasuransi" d)

diisi dengan "ya" atau "tidak". Pihak Terkait sesuai ketentuan yang berlaku tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit f)

diisi jumlah polis didasarkan pada polis yang masih outstanding /masih berlaku/belum dicairkan/in force policy g)

diisi jumlah nasabah didasarkan pada polis yang masih outstanding/ masih berlaku/belum dicairkan/ in force policy h)

diisi jumlah pertanggungan dalam satuan penuh valuta asal didasarkan pada polis yang masih outstanding /masih berlaku/belum dicairkan/ in force policy

Perusahaan Asuransi Premi Diterima

Fee Based Income k) Akumulasi sejak awal i) Bulan Laporan j) e)

jenis produk meliputi umum, jiwa, unit link , lainnya

i)

diisi premi/fee yang diterima sejak produk dijual oleh bank s/d akhir bulan pelaporan dalam satuan penuh valuta asal, yang berasal dari nasabah yang polisnya masih outstanding /masih berlaku/belum dicairkan/ in force policy per posisi akhir bulan pelaporan

j)

seluruh premi/fee yang diterima dalam satuan penuh valuta asal selama bulan laporan k)

fee based income dalam satuan penuh valuta asal untuk semua mata uang atau valuta asal dan disajikan dalam jumlah net (setelah dikurangi pajak yang dikenakan oleh perusahaan asuransi) l)

Nilai fund dari asuransi milik nasabah yang polisnya masih outstanding/ masih berlaku/ belum dicairkan/ in force policy per posisi laporan dalam satuan penuh valuta asal, dihitung sejak produk tersebut dijual oleh bank kepada masing-masing nasabah tersebut sampai dengan akhir bulan pelaporan. Apabila jenis produk diisi unit link maka kolom ini harus diisi.

360

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010

Lampiran 16

(3)

No Nama Kolom Jenis Data Jumlah Posisi Keterangan

a Sandi Pelapor Character 6 1-6 Diisi Sandi bank Pelapor (sesuai lampiran) b Periode Laporan Character 6 7-12 Diisi periode laporan (mmyyyy)

c Jenis Laporan Character 2 13-14 Diisi sesuai daftar sandi.Khusus untuk LKPBU diisi '01' d No Form Character 4 15-18 Diisi no form yg Dilaporkan

e Jumlah Record Isi Numeric 6 19-24 Jumlah transaksi yg dilaporkan

No Nama Kolom Jenis Data Jumlah Posisi Keterangan

1 Nama Perusahaan Asuransi Numeric 5 1-5 Diisi dengan sandi nama perusahaan Asuransi (sesuai lampiran) 2Keterangan Character 50 6-55 Diisi apabila kolom "Nama Perusahaan Asuransi" berisi sandi "lainnya" 3 Jenis Perusahaan Asuransi Numeric 1 56-56 Diisi sandi "Jenis Perusahaan Asuransi " : '1' jiwa, atau '2' umum dan '3' reassuransi 4 Pihak Terkait Numeric 1 57-57 Diisi sandi "Pihak Terkait" : '1' jika ya, '2' jika tidak

5Jenis Model Bisnis Numeric 1 58-58

Diisi sandi "Jenis Model Bisnis" (sesuai lampiran). Khusus untuk model bisnis referal , asuransi terkait dengan fasilitas pembiayaan dari bank seperti misalnya KPR tidak perlu dilaporkan dalam laporan bancassurance ini

6Jenis Produk Numeric 3 59-61 Diisi sandi "Jenis Produk" (sesuai lampiran) 7 Nama Produk Character 50 62-111 Diisi nama produk asuransi

8Jumlah Polis Numeric 8 112-119

Diisi jumlah polis didasarkan pada polis yang masih outstanding/masih berlaku/belum dicairkan/in force policy

9Jumlah Nasabah Numeric 8 120-127

Diisi jumlah nasabah didasarkan pada polis yang masih outstanding/masih . berlaku/belum dicairkan/ in force policy . Harus <= kolom jumlah polis 10Valuta Asal Character 3 128-130 Diisi jenis valuta asal sesuai Sandi Mata Uang (terlampir) 11Total Pertanggungan Numeric 15 131-145

Diisi jumlah pertanggungan dalam satuan penuh valuta asal didasarkan pada polis yang masih outstanding/masih berlaku/belum dicairkan/ in force policy

Premi diterima terdiri dari 12 & 13

12Akumulasi Sejak Awal Numeric 15 146-160

premi/fee yang diterima sejak produk dijual oleh bank s/d akhir bulan pelaporan dalam satuan penuh valuta asal, yang berasal dari nasabah yang polisnya masih outstanding/berlaku (in force policy) per posisi akhir bulan pelaporan

13Bulan Laporan Numeric 15 161-175

seluruh premi/fee yang diterima dalam satuan penuh valuta asal selama bulan laporan

14Fee Based Income Numeric 15 176-190

fee based income dalam satuan penuh valuta asal untuk semua mata uang atau valuta asal dan disajikan dalam jumlah net (setelah dikurangi pajak yang dikenakan oleh persh. asuransi

15Nilai Fund Numeric 15 191-205

Nilai fund dari asuransi milik nasabah yang masih outstanding/berlaku per posisi laporan (in force policy) dalam satuan penuh valuta asal , dihitung sejak produk tersebut dijual oleh bank kepada masing-masing nasabah tersebut sampai dengan akhir bulan pelaporan. Apabila jenis produk diisi unit link maka kolom ini harus diisi. Untuk sandi jenis produk lain kolom ini boleh tidak diisi

(4)

No Nama Perusahaan Sandi

1 PT. ACE Life Assurance 101

2 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 102

3 PT. Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha 103

4 PT. AIA Financial 104

5 PT. Asuransi Allianz Life Indonesia 105

6 PT. Avrist Assurance 106

7 PT AXA Financial Indonesia 107

8 PT. AXA Life Indonesia 108

9 PT. AXA Mandiri Financial Services 109

10 PT. Asuransi Jiwa Bakrie 110

11 PT. BNI Life Insurance 111

12 PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera 112

13 PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya 113

14 PT. Asuransi Jiwa Bumi Masyarakat Mandiri 114

15 PT. Asuransi Jiwa Central Asia Raya 115

16 PT. Asuransi CIGNA 116

17 PT. CIMB Sun Life 117

18 PT. Commonwealth Life 118

19 PT. Equity Life Indonesia 119

20 PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia 120

21 PT. Great Eastern Life Indonesia 121

22 PT. Heksa Eka Life Insurance 122

23 PT. Indolife Pensiontama 123

24 PT. Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia 124

25 PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) 125

26 PT. Asuransi Jiwa Kresna Life 126

27 PT. MAA Life Assurance 127

28 PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia 128

29 PT. Mayapada Life 129

30 PT. Asuransi Jiwa Mega Life 130

31 PT. Multicor Life Insurance 131

32 PT. Asuransi Jiwa Nusantara 132

33 PT. Panin Anugrah life 133

34 PT. Panin Life Tbk 134

35 PT. Pasaraya Life Insurance 135

36 PT. Prudential Life Insurance 136

37 PT. Asuransi Jiwa Recapital 137

38 PT. Asuransi Jiwa Sequis Financial 138

39 PT. Asuransi Jiwa Sequis Life 139

40 PT. Asuransi Jiwa Sinarmas 140

41 PT. Sun Life Financial Indonesia 141

42 PT. Asuransi Syariah Mubarakah 142

43 PT. Asuransi Takaful Keluarga 143

44 PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri 144

45 PT. UOB Life - Sun Assurance 145

46 PT. Asuransi Winterthur Life Indonesia 146

47 PT. ACE INA Insurance 201

Nama Perusahaan Asuransi

(5)

49 PT. Asia Reliance General Insurance 203

50 PT. Asuransi Adira Dinamika 204

51 PT. Asuransi AIOI Indonesia 205

52 PT. Asuransi AIU Indonesia 206

53 PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia 207 54 PT. Asuransi Andika Raharja Putera 208

55 PT. Asuransi Artarindo 209

56 PT. Asuransi Asoka Mas 210

57 PT. Asuransi Asrtra Buana 211

58 PT. Asuransi AXA Indonesia 212

59 PT. Asuransi Bangun Askrida 213

60 PT. Asuransi Bhakti Bhayangkara 214 61 PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 215 62 PT. Asuransi Binagriya Upakara 216

63 PT. Asuransi Bintang Tbk 217

64 PT. Asuransi Bosowa Periskop 218

65 PT. Bringin Sejahtera Artamakmur 219 66 PT. Asuransi Buana Independent 220

67 PT. Asuransi Central Asia 221

68 PT. Asuransi Chubb Indonesia 222

69 PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 223

70 PT. Asuransi Dharma Bangsa 224

71 PT. Asuransi Eka Lloyd Jaya 225

72 PT. Asuransi Ekspor Indonesia 226

73 PT. Asuransi Umum Videi 227

74 PT. Asuransi Recapital 228

75 PT. Asuransi Hanjin Korindo 229

76 PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 230 77 PT. Asuransi Himalaya Pelindung 231

78 PT. Asuransi Indrapura 232

79 PT. Asuransi Intra Asia 233

80 PT. Jamindo General Insurance 234

81 PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) 235 82 PT. Asuransi Jasaraharja Putera 236

83 PT. Asuransi Jasa Tania 237

84 PT. Pan Pacific Insurance 238

85 PT. Asuransi Jaya Proteksi 239

86 PT. Asuransi Karyamas Sentralindo 240 87 PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) 241 88 PT. Asuransi Maipark Indonesia 242

89 PT. Asuransi Mega Pratama 243

90 PT. Asuransi Mitra Maparya 244

91 PT. Asuransi MSIG Indonesia 245

92 PT. Asuransi Multi Artha Guna Tbk 246

93 PT. Asuransi Parolamas 247

94 PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia 248

(6)

No Nama Perusahaan Sandi 96 PT. Asuransi Purna Artanugraha 250

97 PT. Asuransi Putra Mandiri 251

98 PT. Asuransi QBE Pool Indonesia 252

99 PT. Asuransi Raksa Pratikara 253

100 PT. Asuransi Rama Satria Wibawa 254

101 PT. Asuransi Ramayana Tbk 255

102 PT. Asuransi Raya 256

103 PT. Asuransi Reliance Indonesia 257

104 PT. Asuransi Samsung Tugu 258

105 PT. Asuransi Sarijaya 259

106 PT. Asuransi Sinar Mas 260

107 PT. Asuransi Starlite International 261

108 PT. Asuransi Takaful Umum 262

109 PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia 263

110 PT. Asuransi Tri Pakarta 264

111 PT. Asuransi Tugu Kresna Pratama 265 112 PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 266

113 PT. Asuransi Umum Centris 267

114 PT. Asuransi Umum Mega 268

115 PT. Asuransi Wahana Tata 269

116 PT. Asuransi Wuwungan 270

117 PT. Batavia Mitratama Insurance 271

118 PT. Berdikari Insurance 272

119 PT. China Insurance Indonesia 273 120 PT. Citra International Underwriters 274 121 PT. Kurnia Insurance Indonesia 275

122 PT. LIG Insurance Indonesia 276

123 PT. Lippo General Insurance Tbk 277

124 PT. Asuransi Lloyd Indonesia 278

125 PT. MAA General Assurance 279

126 PT. Maskapai Asuransi Sonwellis 280 127 PT. Pacific International Indonesia Insurance 281

128 PT. Panin Insurance Tbk 282

129 PT. Sarana Lindung Upaya 283

130 PT. Sompo Japan Insurance Indonesia 284

131 PT. Staco Jasapratama 285

132 PT. Transpacific General Insurance 286

133 PT. Tugu Pratama Indonesia 287

134 PT. Asuransi Wanamekar Handayani 288 135 PT. Zurich Insurance Indonesia 289

136 PT. ASKES (Persero) 290

137 PT. ASABRI (Persero) 291

138 PT. Jamsostek (Persero) 292

139 PT. Jasa Raharja (Persero) 293

140 PT. TASPEN (Persero) 294

141 PT. Maskapai Reasuransi IndonesiaTbk 301 142 PT. Reasuransi International Indonesia 302 143 PT. Reasuransi Nasional Indonesia 303 144 PT. Tugu Reasuransi Indonesia 304

145 Lainnya 999

Nama Perusahaan Asuransi

(7)
(8)

1

PEDOMAN PENERAPAN STRATEGI ANTI FRAUD BAGI BANK UMUM

I. LATAR BELAKANG

1. Dalam rangka mencegah terjadinya kasus-kasus penyimpangan

operasional pada perbankan, khususnya Fraud yang dapat merugikan nasabah atau Bank maka diperlukan peningkatan efektifitas pengendalian intern, sebagai upaya meminimalkan risiko Fraud dengan cara menerapkan strategi anti Fraud.

2. Selama ini, baik secara langsung maupun tidak langsung,

pelaksanaan pencegahan Fraud telah dilaksanakan Bank, antara lain melalui penerapan Manajemen Risiko khususnya sistem pengendalian intern, dan pelaksanaan tata kelola yang baik. Namun demikian, agar penerapannya menjadi efektif masih diperlukan upaya peningkatan agar pencegahan Fraud tersebut benar-benar menjadi fokus perhatian dan budaya di Bank pada seluruh aspek organisasi, baik oleh manajemen maupun karyawan.

3. Efektifitas pengendalian Fraud dalam bisnis proses merupakan

tanggung jawab pihak manajemen, sehingga diperlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh tentang Fraud oleh manajemen agar dapat memberikan arahan dan menumbuhkan awareness untuk pengendalian risiko Fraud pada Bank.

4. Strategi anti Fraud merupakan wujud komitmen manajemen

Bank dalam mengendalikan Fraud yang diterapkan dalam bentuk sistem pengendalian Fraud. Strategi ini menuntut

366

LAMPIRAN 21

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011

Lampiran 17

(9)

manajemen untuk mengerahkan sumber daya agar sistem pengendalian Fraud dapat diimplementasikan secara efektif dan berkesinambungan.

5. Pedoman penerapan strategi anti Fraud dalam ketentuan ini

mengarahkan Bank dalam melakukan pengendalian Fraud melalui upaya-upaya yang tidak hanya ditujukan untuk pencegahan namun juga untuk mendeteksi dan melakukan investigasi serta memperbaiki sistem sebagai bagian dari strategi yang bersifat integral dalam mengendalikan Fraud.

II. PEDOMAN UMUM PENERAPAN STRATEGI ANTI FRAUD

1. Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan Fraud adalah

tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku Fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jenis-jenis perbuatan yang tergolong Fraud adalah kecurangan, penipuan, penggelapan aset, pembocoran informasi, tindak pidana perbankan (tipibank), dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Strategi anti Fraud adalah strategi Bank dalam mengendalikan

Fraud yang dirancang dengan mengacu pada proses terjadinya Fraud dengan memperhatikan karakteristik dan jangkauan dari potensi Fraud yang tersusun secara komprehensif-integralistik dan diimplementasikan dalam bentuk sistem pengendalian Fraud. Penerapan strategi anti Fraud merupakan bagian dari

(10)

3

penerapan Manajemen Risiko, khususnya yang terkait dengan aspek sistem pengendalian intern.

3. Keberhasilan strategi anti Fraud dipengaruhi oleh lingkungan

yang mendukung terciptanya kondisi yang kondusif sehingga semua pihak yang terkait dapat berperan dengan baik dalam mengimplementasikan sistem pengendalian Fraud.

4. Struktur strategi anti Fraud secara utuh menggabungkan

prinsip dasar dari Manajemen Risiko khususnya pengendalian intern dan tata kelola yang baik. Implementasi strategi anti Fraud dalam bentuk sistem pengendalian Fraud dijabarkan melalui 4 (empat) pilar strategi pengendalian Fraud yang saling berkaitan yaitu: (i) pencegahan; (ii) deteksi; (iii) investigasi, pelaporan, dan sanksi; (iv) serta pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.

III. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Penerapan strategi anti Fraud sebagai bagian dari pelaksanaan penerapan Manajemen Risiko tidak dapat dipisahkan dari cakupan penerapan Manajemen Risiko secara umum. Oleh karena itu efektifitas penerapan strategi anti Fraud paling kurang perlu didukung dengan penguatan pada aspek-aspek Manajemen Risiko yang fokus pada pengendalian Fraud. Aspek-aspek tersebut paling kurang meliputi pengawasan aktif manajemen, struktur organisasi dan pertanggungjawaban, serta pengendalian dan pemantauan. Cakupan minimum untuk setiap aspek pendukung tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan Aktif Manajemen

Pengawasan aktif manajemen terhadap Fraud mencakup hal-hal

yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab pihak

manajemen baik Dewan Komisaris maupun Direksi.

(11)

Kewenangan dan tanggung jawab tersebut paling kurang sebagai berikut:

a. pengembangan budaya dan kepedulian terhadap anti Fraud

pada seluruh jenjang organisasi, antara lain meliputi deklarasi anti fraud statement dan komunikasi yang memadai kepada seluruh jenjang organisasi tentang perilaku yang termasuk tindakan Fraud;

b. penyusunan dan pengawasan penerapan kode etik terkait

dengan pencegahan Fraud bagi seluruh jenjang organisasi;

c. penyusunan dan pengawasan penerapan strategi anti Fraud

secara menyeluruh;

d. pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM),

khususnya yang terkait dengan peningkatan awareness dan pengendalian Fraud;

e. pemantauan dan evaluasi atas kejadian-kejadian Fraud serta

penetapan tindak lanjut; dan

f. pengembangan saluran komunikasi yang efektif di internal

Bank agar seluruh pejabat/pegawai Bank memahami dan mematuhi kebijakan dan prosedur yang berlaku, termasuk kebijakan dalam rangka pengendalian Fraud.

2. Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

Untuk mendukung efektifitas penerapan strategi anti Fraud, Bank wajib memiliki unit atau fungsi yang menangani

implementasi strategi anti Fraud. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pembentukan unit atau fungsi tersebut paling kurang sebagai berikut:

a. pembentukan unit atau fungsi dalam struktur organisasi

disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha Bank;

(12)

5

c. pertanggungjawaban unit atau fungsi tersebut langsung

kepada Direktur Utama serta hubungan komunikasi dan pelaporan secara langsung kepada Dewan Komisaris; dan

d. pelaksanaan tugas pada unit atau fungsi tersebut harus

dilakukan oleh SDM yang memiliki kompetensi, integritas,

dan independensi, serta didukung dengan

pertanggungjawaban yang jelas.

3. Pengendalian dan Pemantauan

Dalam melakukan pengendalian dan pemantauan, Bank wajib melakukan langkah-langkah yang fokus untuk meningkatkan efektifitas penerapan strategi anti Fraud. Langkah-langkah tersebut paling kurang sebagai berikut:

a. penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian yang

khusus ditujukan untuk pengendalian Fraud;

b. pengendalian melalui kaji ulang baik oleh manajemen (top

level review) maupun kaji ulang operasional (functional review) oleh SKAI atas pelaksanaan strategi anti Fraud;

c. pengendalian di bidang SDM yang ditujukan untuk

peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan pengendalian Fraud, misalnya kebijakan rotasi, kebijakan mutasi, cuti wajib, dan aktivitas sosial atau gathering;

d. penetapan pemisahan fungsi dalam pelaksanaan aktivitas

Bank pada seluruh jenjang organisasi, misalnya penerapan four eyes principle dalam aktivitas perkreditan dengan tujuan agar setiap pihak yang terkait dalam aktivitas tersebut tidak memiliki peluang untuk melakukan dan menyembunyikan Fraud dalam pelaksanaan tugasnya;

e. pengendalian sistem informasi yang mendukung pengolahan,

penyimpanan, dan pengamanan data secara elektronik untuk mencegah potensi terjadinya Fraud. Termasuk dalam rangka

(13)

pengamanan data, Bank wajib memiliki program kontinjensi yang memadai. Pengendalian sistem informasi ini perlu

disertai dengan tersedianya sistem akuntansi untuk

menjamin penggunaan data yang akurat dan konsisten dalam pencatatan dan pelaporan keuangan Bank, antara lain melalui rekonsiliasi atau verifikasi data secara berkala; dan

f. pengendalian lain dalam rangka pengendalian Fraud seperti

pengendalian aset fisik dan dokumentasi.

IV. STRATEGI ANTI FRAUD

Strategi anti Fraud yang disusun secara komprehensif-integralistik dan diimplementasikan dalam bentuk sistem pengendalian Fraud

diterapkan dengan menggunakan perangkat-perangkat yang

merupakan penjabaran dari 4 (empat) pilar yang saling berkaitan sebagai berikut:

1. Pencegahan

Pilar pencegahan memuat perangkat-perangkat yang ditujukan untuk mengurangi potensi terjadinya Fraud, yang paling kurang mencakup:

a. Anti Fraud Awareness

Anti Fraud awareness adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan Fraud oleh seluruh pihak terkait.

Melalui kepemimpinan yang baik didukung dengan anti Fraud awareness yang tinggi diharapkan tumbuh kepedulian semua unsur di Bank terhadap pengendalian Fraud.

Moral dan awareness dari pimpinan terhadap anti Fraud harus menjiwai setiap kebijakan atau ketentuan yang ditetapkannya.

(14)

7

Upaya untuk menumbuhkan anti Fraud awareness dilakukan antara lain melalui:

1) Penyusunan dan sosialisasi Anti Fraud Statement. Contohnya kebijakan zero tolerance terhadap Fraud. 2) Program employee awareness.

Contohnya penyelenggaraan seminar atau diskusi terkait anti Fraud, training, dan publikasi mengenai pemahaman

terhadap bentuk-bentuk Fraud, transparansi hasil

investigasi, dan tindak lanjut terhadap Fraud yang dilakukan secara berkesinambungan.

3) Program customer awareness.

Contohnya pembuatan brosur anti Fraud, penjelasan

tertulis maupun melalui sarana lainnya untuk

meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan

nasabah/deposan terhadap kemungkinan terjadinya

Fraud.

b. Identifikasi Kerawanan

Identifikasi kerawanan merupakan proses Manajemen Risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai potensi risiko terjadinya Fraud.

Secara umum, identifikasi kerawanan ditujukan untuk mengidentifikasi risiko terjadinya Fraud yang melekat pada setiap aktivitas yang berpotensi merugikan Bank.

Bank wajib melakukan identifikasi kerawanan pada setiap

aktivitas. Hasil identifikasi didokumentasikan dan

diinformasikan kepada pihak berkepentingan dan selalu dikinikan terutama terhadap aktivitas yang dinilai berisiko tinggi untuk terjadinya Fraud.

(15)

c. Know Your Employee

Sebagai upaya pencegahan terjadinya Fraud, kebijakan know your employee merupakan upaya pengendalian dari aspek SDM. Kebijakan know your employee yang dimiliki Bank paling kurang mencakup:

1) sistem dan prosedur rekruitmen yang efektif. Melalui sistem ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai rekam jejak calon karyawan (pre employee screening) secara lengkap dan akurat;

2) sistem seleksi yang dilengkapi kualifikasi yang tepat dengan mempertimbangkan risiko, serta ditetapkan secara

obyektif dan transparan. Sistem tersebut harus

menjangkau pelaksanaan promosi maupun mutasi, termasuk penempatan pada posisi yang memiliki risiko tinggi terhadap Fraud; dan

3) kebijakan “mengenali karyawan” (know your employee) antara lain mencakup pengenalan dan pemantauan karakter, perilaku, dan gaya hidup karyawan.

2. Deteksi

Pilar deteksi memuat perangkat-perangkat yang ditujukan untuk mengidentifikasikan dan menemukan kejadian Fraud, yang paling kurang mencakup:

a. Kebijakan dan Mekanisme Whistleblowing

Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas

penerapan sistem pengendalian Fraud dengan

menitikberatkan pada pengungkapan dari pengaduan.

Kebijakan whistleblowing harus dirumuskan secara jelas, mudah dimengerti, dan dapat diimplementasikan secara efektif agar memberikan dorongan serta kesadaran kepada pegawai dan pejabat Bank untuk melaporkan Fraud yang

(16)

9

terjadi. Untuk meningkatkan efektifitas penerapan kebijakan whistleblowing maka kebijakan tersebut paling kurang mencakup:

1) Perlindungan kepada Whistleblower

Bank harus memiliki komitmen untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada setiap pelapor Fraud serta menjamin kerahasiaan identitas pelapor Fraud dan laporan Fraud yang disampaikan.

2) Regulasi yang terkait dengan Pengaduan Fraud

Bank perlu menyusun ketentuan internal terkait

pengaduan Fraud dengan mengacu pada ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

3) Sistem Pelaporan dan Mekanisme Tindak Lanjut Laporan

Fraud

Bank perlu menyusun sistem pelaporan Fraud yang efektif yang memuat kejelasan proses pelaporan, antara lain mengenai tata cara pelaporan, sarana, dan pihak yang bertanggung jawab untuk menangani pelaporan. Sistem pelaporan harus didukung dengan adanya kejelasan mekanisme tindak lanjut terhadap kejadian Fraud yang dilaporkan.

Kebijakan tersebut wajib ditransparankan dan diterapkan secara konsisten agar dapat menimbulkan kepercayaan

seluruh karyawan Bank terhadap kehandalan dan

kerahasiaan mekanisme whisleblowing. b. Surprise Audit

Kebijakan dan mekanisme surprise audit perlu dilakukan terutama pada unit bisnis yang berisiko tinggi atau rawan terhadap terjadinya Fraud. Pelaksanaan surprise audit dapat

(17)

meningkatkan kewaspadaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

c. Surveillance System

Surveillance system merupakan suatu tindakan pengujian atau pemeriksaan yang dilakukan tanpa diketahui atau disadari oleh pihak yang diuji atau diperiksa dalam rangka memantau dan menguji efektifitas kebijakan anti Fraud. Surveillance system dapat dilakukan oleh pihak independen dan/atau pihak internal Bank.

3. Investigasi, Pelaporan, dan Sanksi

Pilar investigasi, pelaporan, dan sanksi memuat perangkat-perangkat yang ditujukan untuk menggali informasi, sistem pelaporan termasuk pengenaan sanksi atas kejadian Fraud, yang paling kurang mencakup:

a. Investigasi

Investigasi dilakukan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan kejadian yang patut diduga merupakan tindakan Fraud.

Investigasi merupakan bagian penting dalam sistem

pengendalian Fraud yang memberikan pesan kepada setiap pihak terkait bahwa setiap indikasi tindakan Fraud yang terdeteksi akan selalu diproses sesuai standar investigasi yang berlaku dan pelakunya akan diproses sesuai ketentuan yang berlaku.

Standar investigasi yang dimiliki Bank paling kurang mencakup:

1) penentuan pihak yang berwenang melaksanakan

investigasi dengan memperhatikan independensi dan kompetensi yang dibutuhkan; dan

(18)

11

2) mekanisme pelaksanaan investigasi dalam rangka

menindaklanjuti hasil deteksi dengan tetap menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh.

b. Pelaporan

Bank wajib memiliki mekanisme pelaporan yang efektif atas pelaksanaan investigasi dan kejadian Fraud yang ditemukan. Mekanisme pelaporan tersebut mencakup pelaporan secara internal kepada pihak manajemen Bank maupun kepada Bank Indonesia.

c. Pengenaan Sanksi

Bank wajib memiliki kebijakan pengenaan sanksi secara internal yang efektif dalam rangka menindaklanjuti hasil investigasi agar menimbulkan efek jera bagi para pelaku Fraud. Kebijakan ini paling kurang memuat hal-hal berikut: 1) mekanisme pengenaan sanksi; dan

2) pihak yang berwenang mengenakan sanksi.

Kebijakan pengenaan sanksi harus diterapkan secara transparan dan konsisten.

4. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut

Pilar pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut memuat perangkat-perangkat yang ditujukan untuk memantau dan mengevaluasi kejadian Fraud serta tindak lanjut yang

diperlukan berdasarkan hasil evaluasi, paling kurang

mencakup:

a. Pemantauan

Salah satu langkah penting dalam mengimplementasikan sistem pengendalian Fraud adalah memantau tindak lanjut yang dilakukan terhadap kejadian-kejadian Fraud, baik sesuai ketentuan internal Bank maupun sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(19)

b. Evaluasi

Untuk mendukung pelaksanaan evaluasi, Bank perlu memelihara data kejadian Fraud (Fraud profiling). Data kejadian tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu evaluasi. Data kejadian Fraud tersebut, paling kurang mencakup data dan informasi sebagaimana tercakup dalam Lampiran 2.

Berdasarkan data kejadian Fraud dan hasil evaluasi tersebut dapat diidentifikasi kelemahan dan penyebab terjadinya Fraud serta ditentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan, termasuk memperkuat sistem pengendalian intern. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengendalian Fraud perlu dilakukan secara berkala.

c. Tindak lanjut

Bank wajib memiliki mekanisme tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi atas kejadian Fraud untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan memperkuat sistem pengendalian intern agar dapat mencegah terulangnya kembali Fraud karena kelemahan yang serupa.

DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA

(20)

378

Lampiran 18

(21)

1 PT BANK ………

LAPORAN PENERAPAN STRATEGI ANTI FRAUD SEMESTER I/II*) – TAHUN ……

I. Perkembangan Pelaksanaan Penerapan Strategi Anti Fraud a)

……….… ……….……….… II. Inventarisasi Kejadian Fraud dan Tindak Lanjut

Kejadian Fraud Tindak Lanjut

Jenis Fraudb) (1) Tanggal terjadi nya Fraud (2) Divisi/ Bagian terjadinya Fraud (3) Pihak yang terlibatc) (4) Jabatan (5) Kerugian d) (jutaan rupiah) (6) Tindakan Bank e) (7) Kelemahan /penyebab terjadinya Fraud f) (8) Tindak lanjut/ perbaikan g) (9) ...,... (ttd) (...)

(22)

2 PENJELASAN UNTUK PENGISIAN LAPORAN

a) Menjelaskan secara singkat mengenai hasil evaluasi dan langkah-langkah tindak lanjut penerapan strategi anti Fraud pada periode laporan.

b) Jenis Fraud antara lain, kecurangan, penipuan, penggelapan aset, pembocoran informasi, tindak pidana bank, atau lainnya.

c) Pihak yang terlibat meliputi seluruh pihak yang diindikasikan terlibat/ikut serta dalam Fraud. Jika pihak yang terlibat lebih dari 1 (satu) orang, dijelaskan peran masing-masing pihak.

d) Kerugian diisi dengan kerugian yang telah terjadi ataupun perkiraan kerugian.

e) Tindakan Bank merupakan respon Bank atas kejadian Fraud baik berupa tindakan kepada pelaku, pihak yang dirugikan ataupun tindakan lainnya. Tindakan kepada pelaku Fraud antara lain berupa sanksi administratif kepegawaian dan/atau kewajiban ganti rugi. Tindakan kepada pihak yang dirugikan antara lain berupa penggantian kerugian dan/atau upaya pemulihan nama baik. Tindakan lain misalnya laporan kepada pihak yang berwenang dan/atau upaya hukum yang dilakukan.

f) Kelemahan/penyebab terjadinya Fraud merupakan identifikasi kelemahan pada Bank yang menimbulkan Fraud, dapat berupa kelemahan kebijakan, sistem dan prosedur, atau sumber daya manusia, maupun penyebab lainnya yang tidak berasal dari Bank.

g) Tindak lanjut/perbaikan merupakan upaya yang telah atau akan dilakukan Bank terkait kelemahan yang menimbulkan Fraud.

DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA,

MULIAMAN D. HADAD

(23)
(24)

1

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

I. LATAR BELAKANG

1. Semakin berkembangnya inovasi layanan Bank dalam

menyediakan produk dan/atau aktivitas yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabahnya mendorong adanya suatu segmen nasabah tertentu yang menginginkan Bank dapat memberikan layanan perbankan secara lebih personal dan mendapatkan tambahan layanan keistimewaan tertentu.

2. Selama ini upaya Bank untuk memenuhi kebutuhan Nasabah

Prima berpotensi meningkatkan profil risiko perbankan, khususnya risiko operasional, risiko hukum, dan risiko reputasi. Sehubungan dengan hal tersebut, telah diatur secara bank-wide antara lain mengenai penerapan manajemen risiko, anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan teroris, serta transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah sebagai acuan standar minimal bagi Bank dalam memberikan layanan kepada nasabahnya.

3. Mengingat potensi risiko LNP sebagaimana dikemukakan di

atas, maka atas layanan tersebut dipandang perlu untuk

merumuskan suatu standar minimal sebagai pedoman

penyusunan kebijakan dan penerapan manajemen risiko pada aspek tertentu. Standar minimal dimaksud antara lain didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko, serta memperhatikan pengaturan mengenai anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan teroris, serta transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.

II. KEBIJAKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

Bank wajib memiliki kebijakan LNP, yang paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut:

382

Surat Edaran bank Indonesia Nomor 13/29/DPNP Tahun 2011

(25)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

1. Persyaratan Nasabah Prima

Dalam melaksanakan LNP, Bank menetapkan persyaratan tertentu bagi nasabah yang harus dipenuhi untuk dapat diperlakukan sebagai Nasabah Prima, paling kurang:

a. rata-rata jumlah minimum dana nasabah yang harus

mengendap di Bank dalam periode tertentu, termasuk dana yang telah diinvestasikan pada produk yang dipasarkan Bank;

b. telah melalui proses Enhanced Due Diligence (EDD); dan

c. atas dasar pengajuan/permohonan dari nasabah.

Sehubungan dengan EDD, pelaksanaannya mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan program APU dan PPT. Implementasi EDD dalam LNP misalnya pengaturan mengenai pejabat yang berwenang memberikan persetujuan atas hubungan usaha dengan calon Nasabah Prima adalah pejabat senior.

2. Ruang lingkup produk dan/atau aktivitas Bank

Ruang lingkup kebijakan LNP mencakup produk dan/atau

aktivitas yang ditawarkan Bank dalam LNP dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai produk dan/atau aktivitas Bank.

a. Produk dan/atau aktivitas

Produk dan/atau aktivitas yang dapat ditawarkan dalam LNP mencakup:

1) produk dan/atau aktivitas tradisional perbankan yang

memiliki fitur dasar sesuai karakteristik produk dan/atau aktivitas tersebut, seperti giro, tabungan,

deposito, sertifikat deposito, kredit/pembiayaan,

produk derivatif yang bersifat plain vanilla, bank garansi, dan trade finance;

(26)

3

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

2) produk dan/atau aktivitas non tradisional perbankan

seperti Structured Product dan produk keuangan non

Bank seperti Reksa Dana dan Bancassurance.

b. Pemenuhan terhadap ketentuan

Produk dan/atau aktivitas yang ditawarkan telah

memenuhi kriteria:

1) telah memenuhi dan/atau tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan otoritas lain yang terkait dengan penawaran produk dan/atau aktivitas oleh Bank. Contoh:

a) Surat Edaran Bank Indonesia mengenai

penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas berkaitan dengan Reksa Dana.

b) Peraturan Bank Indonesia mengenai pembelian

dan transaksi valuta asing terhadap Rupiah.

c) Peraturan Bapepam mengenai Pedoman

Pengelolaan Portofolio Efek untuk Kepentingan

Nasabah secara Individual yang melarang

Manajer Investasi menggunakan agen untuk menawarkan aktivitas tersebut.

2) telah mendapat surat penegasan atau persetujuan dari

Bank Indonesia dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia mengenai pelaporan produk atau aktivitas baru, dan ketentuan lainnya terkait produk dan/atau aktivitas, seperti ketentuan mengenai bancassurance dan structured product.

Contoh:

Surat penegasan Bank Indonesia atas laporan rencana

(27)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

penjualan efek Reksa Dana yang disampaikan Bank dengan menyertakan surat pernyataan efektif untuk produk Reksa Dana dari Bapepam dan LK.

c. Telah memiliki mekanisme kerja sama dengan perusahaan

mitra

Dalam hal Bank bekerja sama dengan perusahaan mitra dalam rangka pemasaran produk-produk non Bank, maka Bank perlu memiliki mekanisme kerja sama untuk memastikan bahwa perusahaan mitra memenuhi syarat menjadi mitra kerja baik sebelum maupun selama kerja sama dilakukan. Mekanisme tersebut paling kurang memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) prinsip kehati-hatian dan penerapan manajemen

risiko sebagaimana diatur dalam peraturan terkait produk keuangan non Bank yang ditawarkan melalui Bank;

2) prinsip hubungan kerja sama yang wajar (arm’s length

principle) khususnya jika mitra merupakan pihak terkait dengan Bank; dan

3) prinsip perlindungan nasabah antara lain diperlukan

dalam menentukan tindak lanjut atas kondisi kinerja mitra yang memburuk.

d. Telah mempertimbangkan risiko dari produk dan/atau

aktivitas yang ditawarkan dengan menghindari potensi risiko yang tidak terbatas, seperti tidak memberikan fasilitas kartu kredit tanpa limit dan produk tanpa jangka waktu.

3. Cakupan keistimewaan LNP

Pemberian keistimewaan dalam LNP harus melalui penetapan Bank terlebih dahulu. Penetapan tersebut memuat antara lain:

(28)

5

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

a. keistimewaan yang dapat diberikan;

b. waktu pemberian (jangka waktu tertentu atau

sewaktu-waktu atau selamanya);

c. kriteria yang harus dipenuhi nasabah untuk mendapatkan

keistimewaan seperti syarat maupun kondisi dan situasi yang dihadapi, profil Nasabah Prima, pengelompokan Nasabah Prima dan lain-lain.

Contoh keistimewaan layanan yang terkait dengan transaksi keuangan antara lain:

a. layanan personal dari petugas Bank yang menjadi penghubung (relationship manager) antara Bank dan Nasabah Prima tertentu;

b. pick up service;

c. tarif dan perlakuan spesial atas beberapa layanan seperti

produk tresuri, fund transfer, bill paying services, ATM, internet banking, safe deposit box, emergency cash, dan/atau kredit/pembiayaan (termasuk kartu kredit).

Contoh keistimewaan layanan non keuangan antara lain membership golf, executive lounge dan/atau antar jemput bandara.

4. Nama layanan dan pengelompokan Nasabah Prima

Dalam rangka membedakan layanan prima untuk Nasabah Prima dengan nasabah lainnya secara umum, Bank harus menetapkan nama tersendiri (brand name) untuk LNP. Selain itu, dalam hal Bank melakukan pengelompokan Nasabah Prima ke dalam beberapa kelompok, maka untuk masing-masing kelompok Bank menetapkan antara lain nama kelompok, persyaratan Nasabah Prima, dan cakupan layanan produk dan/atau aktivitas.

(29)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

Contoh:

Dalam hal Bank memiliki tiga kelompok Nasabah Prima, maka Bank menetapkan:

a. penggunaan nama yang berbeda untuk masing-masing

kelompok, misalnya kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.

b. batas minimum dan maksimum total simpanan pada

dan/atau pinjaman dari Bank, dan/atau nilai produk keuangan non Bank yang dibeli melalui Bank secara bertingkat, misalnya untuk menjadi Nasabah Prima kelompok A paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah), kelompok B paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), dan kelompok C paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing.

III. MANAJEMEN RISIKO PADA ASPEK-ASPEK TERTENTU

Dalam melakukan LNP, selain menerapkan manajemen risiko secara umum sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai manajemen risiko, Bank harus menerapkan manajemen risiko pada aspek-aspek tertentu sebagai berikut:

1. Aspek Pendukung Keistimewaan Layanan

Penerapan manajemen risiko dalam rangka pemberian

keistimewaan LNP, paling kurang mencakup:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam rangka meminimalisasi risiko operasional LNP yang berasal dari faktor manusia, diperlukan pemenuhan sumber daya manusia yang memadai, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas sesuai dengan karakteristik

(30)

7

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

ditawarkan dalam LNP. Untuk itu Bank harus menetapkan paling kurang:

1) Persyaratan dan kualifikasi jabatan tertentu

SDM dalam LNP wajib memenuhi persyaratan dan kualifikasi, baik yang secara umum berlaku di Bank maupun yang spesifik terkait produk dan/atau

aktivitas dalam LNP secara memadai. Contoh

kualifikasi dan persyaratan antara lain :

a) Memiliki izin sebagai Wakil Agen Penjual Efek

Reksa Dana (WAPERD) untuk dapat memasarkan produk Reksa Dana;

b) Memahami dan mampu menjelaskan produk atau

jasa yang ditawarkan dalam LNP dengan baik.

2) Wewenang dan tanggung jawab yang jelas

Dalam rangka mendukung proses kerja, Bank

memiliki struktur organisasi yang mendukung

efektivitas pengendalian intern. Struktur organisasi yang demikian memuat kejelasan tugas yang terkait dengan wewenang dan tanggung jawab SDM dalam LNP, tata cara pelaporan dan penugasan ke dan dari atasan (line of command), dan evaluasi unit bisnis,

yang memungkinkan diterapkannya pengawasan

melekat secara berjenjang.

3) Penerapan prinsip Know Your Employee (KYE)

Dalam rangka pengendalian dan

pencegahan/pendeteksian fraud, prinsip KYE

diterapkan melalui mekanisme antara lain:

a) Prosedur penyaringan (screening) pegawai baru

pada LNP;

b) Pemantauan profil pegawai secara berkala.

(31)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

4) Sistem remunerasi

Bank menetapkan sistem remunerasi yang jelas dan transparan. Misalnya dalam rangka menetapkan formulasi struktur insentif, selain mempertimbangkan pencapaian target finansial, Bank juga memperhatikan kualitas layanan.

5) Kebijakan pengendalian risiko yang terkait dengan

manajemen SDM

Pengendalian risiko yang terkait dengan sistem dan proses di bidang manajemen SDM dilakukan antara

lain dengan menetapkan kode etik pegawai,

peningkatan kompetensi dan integritas SDM,

pengaturan dan pengawasan internal yang memadai pada proses rekrutmen, rotasi, mutasi, promosi, dan cuti.

6) Kebijakan evaluasi secara berkala

Dalam rangka menilai tingkat kecukupan dan konsistensi penerapan kebijakan dan prosedur di bidang SDM, Bank harus melakukan evaluasi secara berkala.

b. Operasional LNP

Dalam rangka melaksanakan kebijakan LNP yang telah ditetapkan, maka diperlukan adanya prosedur tertulis operasional LNP yang telah mempertimbangkan hasil

proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko. Prosedur operasional LNP meliputi setiap produk dan/atau aktivitas yang ditawarkan dalam LNP. Penetapan prosedur khusus pada LNP harus memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko

(32)

9

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

terutama aspek pengendalian internal dan ketentuan yang mengatur mengenai APU dan PPT.

Penyusunan prosedur operasional LNP perlu

memperhatikan:

1) kebijakan, prosedur dan penetapan limit yang berlaku

untuk setiap produk dan/atau aktivitas Bank.

2) terciptanya pengendalian intern yang efektif, antara

lain dengan menerapkan prinsip pemisahan tugas (segregation of duties). Dalam hal ini, perlu dihindari pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang

menimbulkan benturan kepentingan (conflict of

interest).

Contoh pemisahan tugas antara lain :

a) suatu pekerjaan yang dilakukan oleh unit yang

berhubungan langsung dengan nasabah tidak boleh dilakukan oleh unit yang memproses transaksi dan konfirmasi; dan

b) suatu pekerjaan yang dilakukan oleh unit yang

menyampaikan laporan berkala kepada nasabah dan menatausahakan bukti penyampaian tidak boleh dilakukan oleh unit yang berhubungan langsung dengan nasabah.

3) seluruh keistimewaan atau perlakuan khusus dari

penyediaan produk dan/atau aktivitas dalam LNP.

4) kriteria yang harus dipenuhi oleh Nasabah Prima yang

mendapat layanan khusus seperti syarat maupun kondisi dan situasi yang dihadapi, profil Nasabah Prima, pengelompokan Nasabah Prima, dan lain-lain.

Pelaksanaan prosedur operasional LNP perlu

memperhatikan:

1) program APU dan PPT mengingat LNP merupakan

(33)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

salah satu area berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang.

Penerapan Bank atas ketentuan APU dan PPT antara lain dengan melakukan Enhanced Due Diligence (EDD) secara berkala atas Nasabah Prima dan transaksi tertentu, penanganan red flags, dan melakukan analisis atas transaksi yang berpotensi mencurigakan.

2) efektivitas kebijakan dan prosedur LNP.

Dalam rangka memastikan efektivitas prosedur

operasional LNP tersebut perlu didukung:

a) pengendalian internal yang memadai, antara lain

dengan metode seperti surprise audit dan mystery shopping secara berkala; dan

b) evaluasi terhadap kepatuhan atas ketentuan yang

berlaku dan perkembangan kegiatan LNP.

3) hasil pemantauan dan koreksi penyimpangan.

Hasil pemantauan dan koreksi penyimpangan antara lain diperoleh dengan melakukan:

a) pemantauan secara terus menerus termasuk

diantaranya pemeriksaan oleh internal control mengenai kebenaran pemrosesan setiap transaksi di akhir hari;

b) pelaksanaan fungsi audit intern yang efektif dan

menyeluruh; dan

c) perbaikan terhadap penyimpangan baik yang

diidentifikasi oleh satuan kerja operasional, satuan kerja audit intern, maupun pihak lainnya.

c. Penawaran produk dan/atau aktivitas

Dalam menawarkan produk dan/atau aktivitas kepada masing-masing Nasabah Prima, selain memastikan bahwa

(34)

11

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

surat izin/penegasan telah diperoleh untuk produk non tradisional, Bank juga mempertimbangkan kesesuaian spesifikasi, karakteristik, dan risiko dari produk dan/atau aktivitas yang ditawarkan dengan karakteristik dan profil risiko Nasabah Prima tersebut. Sebelum ditawarkan kepada

Nasabah Prima, produk dan/atau aktivitas dan

keistimewaan layanan tersebut harus melalui persetujuan pejabat yang berwenang pada LNP yang ditetapkan Bank. Penawaran produk dan/atau aktivitas dilakukan melalui proses sebagai berikut:

1) Penyeleksian produk dan/atau aktivitas

Bank melakukan identifikasi kesesuaian spesifikasi produk dan/atau aktivitas dengan jenis dan besar potensi risiko sesuai profil risiko nasabah. Analisa kesesuaian spesifikasi produk yang akan ditawarkan dengan risiko yang dapat ditoleransi oleh nasabah mencakup antara lain kesesuaian jangka waktu (durasi) dan jenis serta besarnya risiko.

Contoh:

a) Terkait jangka waktu produk, nasabah yang ingin

dapat menarik/mencairkan dana investasinya

sewaktu-waktu sebaiknya tidak ditawarkan produk yang memiliki jangka waktu panjang.

b) Terkait risiko produk dan risk appetite Nasabah

Prima, Bank sebaiknya tidak mereferensikan unit link yang ditanamkan pada surat berharga yang memiliki underlying berupa saham kepada Nasabah Prima yang termasuk kategori risk averse atau risk avoider, karena unit link seperti ini termasuk high risk product.

(35)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

2) Penetapan tarif dan perlakuan khusus untuk setiap

kelompok Nasabah Prima.

Pemberlakuan tarif istimewa dan perlakuan khusus atas produk dan/atau aktivitas tertentu dapat berbeda di antara masing-masing kelompok Nasabah Prima berdasarkan penetapan oleh Bank. Penerapannya harus disesuaikan dengan masing-masing profil Nasabah Prima.

Contoh:

a) Dasar pemberlakuan special rate yang

berbeda-beda untuk layanan penukaran uang valuta asing

dengan tarif khusus, selain berdasarkan

kelompok Nasabah Prima, juga berdasarkan volume dan frekuensi transaksi yang dilakukan nasabah, dan bisnis nasabah yang mendasari diperlukannya penukaran uang valas tersebut.

b) Keringanan biaya transaksi, provisi dan komisi.

3) Penetapan kondisi/syarat untuk layanan istimewa

Bank harus menetapkan syarat untuk setiap layanan istimewa. Apabila persyaratan tersebut dapat dipenuhi

oleh Nasabah Prima yang meminta tambahan

kenyamanan dan/atau kelancaran transaksi, maka Nasabah Prima tersebut dapat menikmati layanan istimewa.

Contoh kondisi/syarat yang harus ditetapkan oleh Bank:

a) pick up service memperhatikan jumlah setoran,

lokasi penjemputan, dan/atau klasifikasi

Nasabah Prima tertentu; dan

b) emergency cash memperhatikan kebutuhan

(36)

13

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

wilayah Indonesia atau kondisi khusus lainnya yang ditetapkan oleh Bank.

4) Evaluasi kesesuaian cakupan LNP

Dalam rangka memaksimalkan penggunaan layanan yang tersedia bagi setiap klasifikasi LNP dan

penerapan manajemen risiko, Bank melakukan

evaluasi secara berkala atas kesesuaian cakupan layanan yang diberikan kepada setiap Nasabah Prima. Tujuan evaluasi ini antara lain untuk meninjau status nasabah sebagai Nasabah Prima dan kesesuaian profil Nasabah Prima dengan produk dan/aktivitas yang telah diperolehnya maupun yang akan ditawarkan Bank kepada Nasabah Prima.

Evaluasi paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) portofolio simpanan/investasi dan pinjaman

nasabah di/dari Bank atau yang dibeli melalui Bank;

b) tujuan, pengalaman dan kemampuan menyerap

kerugian investasi; dan

c) preferensi, persepsi dan toleransi terhadap risiko.

d. Teknologi informasi

Dalam rangka memastikan terpenuhinya kebutuhan

informasi, perlindungan data nasabah, terjaminnya

kerahasiaan data Bank, dan untuk mendukung

pengelolaan risiko Bank diperlukan sistem teknologi informasi dan pengamanan informasi yang memadai. Dukungan teknologi informasi tersebut antara lain tercermin dari kemampuan sistem teknologi informasi menghasilkan laporan yang akurat dan komprehensif

(37)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

dalam aktivitas LNP. Contoh:

1) laporan sistem informasi manajemen risiko yang

dilaporkan secara berkala kepada Direksi, perlu memenuhi paling kurang mengenai:

a) eksposur risiko LNP;

b) kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur

serta penetapan limit;

c) realisasi pelaksanaan Manajemen Risiko

dibandingkan dengan target yang ditetapkan;

d) pemantauan perkembangan informasi dan data

terkait LNP dilakukan secara bulanan, antara lain meliputi jumlah nasabah, volume produk yang dijual, kantor yang memberikan layanan, dan informasi terkait lainnya.

2) teknologi informasi mampu mengolah informasi dan

data secara terintegrasi sehingga seluruh aktivitas keuangan Nasabah Prima yang dilakukan pada dan/atau melalui Bank dapat tersajikan secara tepat waktu dan akurat.

Contoh terintegrasinya data/informasi:

1) tersedianya data keuangan Nasabah Prima terkait

simpanan, pinjaman, dan produk keuangan lainnya yang dibeli Nasabah Prima baik yang diterbitkan oleh Bank maupun non Bank;

2) pemberian tanda/indikator khusus bagi rekening

Nasabah Prima yang dapat memperlancar

penyediaan layanan keistimewaan bagi Nasabah Prima; dan/atau

(38)

15

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

menyimpan spesimen tanda-tangan Nasabah Prima.

2. Aspek transparansi, edukasi dan perlindungan nasabah

Dalam melaksanakan LNP dan sebagai bagian dari upaya pemenuhan aspek transparansi, edukasi dan perlindungan nasabah baik yang diatur oleh Bank Indonesia maupun otoritas lainnya, Bank melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan mengenai spesifikasi LNP

1) Bank harus menjelaskan secara tertulis dan lisan

mengenai nama/brand name dari LNP, masing-masing kelompok Nasabah Prima dalam LNP dan kriterianya (apabila ada), cakupan layanan produk dan/atau aktivitas yang tersedia untuk ditawarkan kepada Nasabah Prima. Untuk itu, hal-hal yang perlu dijelaskan antara lain:

a) spesifikasi dan karakteristik produk dan/atau

aktivitas;

b) keistimewaan yang dapat diperoleh sebagai

Nasabah Prima; dan

c) risiko, tanggung jawab, hak, dan kewajiban baik

untuk pihak Bank maupun Nasabah Prima.

2) dalam hal produk dan/atau aktivitas yang ditawarkan

bukan produk dan/atau aktivitas Bank yang

bersangkutan, maka Bank wajib:

a) menjelaskan bahwa tanggung jawab atas produk

dan aktivitas non Bank yang ditawarkan oleh atau melalui Bank bukan berada pada Bank; dan

b) menjelaskan kepada Nasabah Prima bahwa

produk dan/atau aktivitas tersebut telah

memperoleh surat penegasan dan/atau

(39)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

persetujuan dari Bank Indonesia dan otoritas terkait.

3) pemberian informasi mengenai produk dan/atau

aktivitas tidak dapat melebihi kewenangan/izin yang dimiliki Bank.

4) pemberian informasi mengenai produk dan/atau

aktivitas tidak dapat menggunakan pengaruh atau tekanan untuk kepentingan Bank, grup Bank atau pegawai Bank.

5) tidak memberikan informasi yang menyesatkan

(misleading) dan/atau yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku (misconduct) mengenai produk dan/atau aktivitas yang ditawarkan.

b. Memastikan kejelasan hubungan antara Bank dan

Nasabah Prima

Hubungan antara Bank dan Nasabah Prima dalam LNP harus didasarkan pada kesepakatan tertulis yang paling kurang memuat:

1) hak dan kewajiban Bank dan Nasabah Prima

a) contoh hak Bank:

(1) mengevaluasi status Nasabah Prima secara

berkala;

(2) meminta data pendukung terkait profil

nasabah dan transaksi yang dilakukan oleh nasabah.

b) contoh kewajiban Bank:

(1) memperoleh persetujuan tertulis dari

Nasabah Prima dalam hal Bank akan

memberikan dan/atau menyebarluaskan

(40)

17

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

untuk tujuan komersial kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan;

(2) segera memberitahukan kepada Nasabah

Prima jika terdapat perubahan standar prosedur operasi yang harus dan/atau dapat diikuti Nasabah Prima dalam bertransaksi

melalui Bank. Informasi mengenai

perubahan standar prosedur operasi

dimaksud harus disampaikan sebelum

diberlakukan secara efektif dalam waktu yang cukup kepada Nasabah Prima.

c) contoh hak Nasabah Prima:

(1) memperoleh informasi mengenai aktivitas

keuangannya setiap saat diperlukan;

(2) memperoleh konfirmasi dan notifikasi

transaksi dengan metode dan besaran sesuai yang disepakati dengan bank.

d) contoh kewajiban Nasabah Prima:

(1) memenuhi persyaratan yang ditetapkan bank

untuk melakukan suatu transaksi keuangan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) memberikan persetujuan kepada mitra bank

untuk memberikan data terkait produk keuangan non bank yang ditransaksikan Nasabah Prima dengan mitra Bank melalui Bank dalam rangka penyampaian informasi berkala yang komprehensif.

2) Penyelesaian perselisihan

Untuk mengantisipasi perselisihan antara Bank dan

(41)

PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

Nasabah Prima, dalam hubungan hukum antara Bank dan Nasabah Prima perlu dicantumkan tata cara penyelesaian perselisihan.

3) Hal-hal lain yang memerlukan kesepakatan bersama

antara Bank dan Nasabah Prima, antara lain :

a) periodisasi maupun media penyampaian

informasi atas laporan berkala kepada Nasabah Prima sesuai kesepakatan, seperti melalui surat, e-mail, atau diambil sendiri secara langsung oleh Nasabah Prima;

b) batasan penggunaan layanan keistimewaan yang

diberikan Bank untuk Nasabah Prima, apakah hanya untuk digunakan oleh nasabah atau dapat diberikan kepada atau dinikmati oleh anggota keluarga atau perusahaan nasabah;

c) tata cara konfirmasi dan/atau notifikasi transaksi

termasuk batasan nilai transaksi yang harus dikonfirmasi dan/atau notifikasi;

d) pihak yang harus dihubungi apabila terdapat

situasi darurat pada nasabah.

c. Memastikan kewenangan pelaku transaksi

Bank harus memiliki suatu mekanisme untuk memastikan bahwa transaksi benar dilakukan oleh Nasabah Prima yang bersangkutan atau kuasa yang mewakili Nasabah Prima tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan:

1) menggunakan metode verifikasi transaksi, misalnya

melalui konfirmasi sebelum transaksi diproses (ex ante) dan notifikasi setelah transaksi diproses (ex post), sesuai dengan kesepakatan antara Bank dan Nasabah Prima;

(42)

19

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN

LAYANAN NASABAH PRIMA

2) menggunakan batasan besarnya nilai transaksi yang

harus dikonfirmasi oleh Bank kepada Nasabah Prima.

Unsur yang dapat dipertimbangkan dalam

menentukan batasan tersebut antara lain:

a) kebijakan back office masing-masing Bank untuk

masing-masing jenis transaksi;

b) kelompok Nasabah Prima; dan/atau

c) risk appetite Nasabah Prima.

d. Menyampaikan informasi berkala

Bank menyampaikan informasi mengenai total dana dan investasi beserta rinciannya kepada Nasabah Prima secara terintegrasi dengan metode dan media penyampaian yang disepakati Nasabah Prima. Informasi tersebut paling kurang mencakup:

1) laporan mutasi rekening simpanan (statement of

account);

2) laporan rekening kredit/pembiayaan /pinjaman; dan

3) laporan transaksi produk keuangan non Bank.

(43)
(44)

(dalam jutaan rupiah)

No. POS - POS BANK KONSOLIDASI

AKTIVA 1. Kas

2. Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia

b. Sertifikat Bank Indonesia c. Lainnya

3. Giro pada bank lain a. Rupiah b. Valuta asing

4. Penempatan pada bank lain a. Rupiah

PPA - Penempatan pada bank lain -/- b. Valuta asing

PPA - Penempatan pada bank lain -/- 5. Surat Berharga yang dimiliki

a. Rupiah

i. Diperdagangkan ii. Tersedia untuk dijual iii. Dimiliki hingga jatuh tempo PPA - Surat berharga yang dimiliki -/- b. Valuta asing

i. Diperdagangkan ii. Tersedia untuk dijual iii. Dimiliki hingga jatuh tempo PPA - Surat berharga yang dimiliki -/-

6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali 7. Obligasi Pemerintah

a. Diperdagangkan b. Tersedia untuk dijual c. Dimiliki hingga jatuh tempo

8. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

a. Rupiah

PPA - Reverse Repo -/-b. Valuta asing PPA - Reverse Repo -/-9. Tagihan derivatif

PPA - Tagihan derivatif -/- 10. Kredit yang diberikan

a. Rupiah

i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain

PPA - Kredit yang diberikan -/- b. Valuta asing

i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain

PPA - Kredit yang diberikan -/- 11. Tagihan akseptasi

PPA - Tagihan akseptasi -/-12. Penyertaan

PPA - Penyertaan

-/-13. Pendapatan yang masih akan diterima 14. Biaya dibayar dimuka

15. Uang muka pajak 16. Aktiva pajak tangguhan 17. Aktiva tetap

Akumulasi penyusutan aktiva tetap -/-18. Properti terbengkalai

PPA - Properti terbengkalai -/- *) 19. Aktiva sewa guna

Akumulasi penyusutan aktiva sewa guna -/-20. Agunan yang diambil alih

PPA - Agunan yang diambil alih -/- *) 21. Aktiva lain-lain

Total Aktiva

Laporan Keuangan Konsolidasi N E R A C A

Bank : Tanggal :

402

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/27/DPNP tanggal 27 November 2006

(45)

b. Valuta asing 2. Kewajiban segera lainnya 3. Tabungan

4. Simpanan berjangka a. Rupiah

i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain

b. Valuta asing

i. Pihak terkait dengan bank ii. Pihak lain

5. Sertifikat deposito a. Rupiah b. Valuta asing 6. Simpanan dari bank lain

7. Kewajiban pembelian kembali surat berharga yang dijual dengan syarat repo

8. Kewajiban derivatif 9. Kewajiban akseptasi

10. Surat berharga yang diterbitkan a. Rupiah

b. Valuta asing 11. Pinjaman yang diterima

a. Fas. pendanaan jangka pendek Bank Indonesia b. Lainnya

i. Rupiah

- Pihak terkait dengan bank - Pihak lain

ii. Valuta asing

- Pihak terkait dengan bank - Pihak lain

12. Estimasi kerugian komitmen & kontinjensi 13. Kewajiban sewa guna usaha

14. Beban yang masih harus dibayar 15. Taksiran pajak penghasilan 16. Kewajiban pajak tangguhan 17. Kewajiban lain-lain 18. Pinjaman subordinasi

a. Pihak terkait dengan bank b. Pihak lain

19. Modal Pinjaman

a. Pihak terkait dengan bank b. Pihak lain 20. Hak minoritas 21. Ekuitas a. Modal disetor b. Agio (disagio) c. Modal sumbangan d. Dana setoran modal

e. Selisih penjabaran laporan keuangan f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap

g. Laba (rugi) yang belum direalisasi dari surat berharga h. Pendapatan komprehensif lainnya

i. Saldo laba (rugi) tahun lalu j. Saldo laba (rugi) tahun berjalan

(46)

404

Lampiran 21

(47)

(dalam jutaan rupiah)

No. POS - POS BANK KONSOLIDASI

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL 1. Pendapatan bunga

1.1. Hasil bunga a. Rupiah b. Valuta asing 1.2. Provisi dan komisi a. Rupiah

b. Valuta asing

Jumlah Pendapatan Bunga 2. Beban bunga

2.1. Beban bunga a. Rupiah b. Valuta asing 2.2. Komisi dan provisi Jumlah Beban Bunga Pendapatan Bunga Bersih 3. Pendapatan operasional lainnya

3.1. Pendapatan provisi, komisi, fee 3.2. Pendapatan transaksi valuta asing 3.3. Pendapatan kenaikan nilai surat berharga 3.4 Pendapatan lainnya

Jumlah Pendapatan Operasional lainnya 4. Beban (Pendapatan) Penyisihan Penghapusan Aktiva

5. Beban (Pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 6. Beban operasional lainnya

6.1. Beban administrasi dan umum 6.2. Beban personalia

6.3. Beban penurunan nilai surat berharga 6.4. Beban transaksi valas

6.5 Beban promosi 6.6. Beban lainnya

Jumlah Beban Operasional Lainnya LABA (RUGI) OPERASIONAL

PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL 7. Pendapatan non operasional

8. Beban non operasional

Pendapatan (Beban) Non Operasional 9. Pendapatan/Beban Luar Biasa

10. LABA/ RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 11. Taksiran pajak penghasilan

-/-12. LABA/ RUGI TAHUN BERJALAN 13. Hak minoritas

-/-14. Saldo laba (rugi) awal tahun 15. Dividen

Lainnya

16. Saldo laba (rugi) akhir Periode 17. Laba bersih per saham *)

Bank : Tanggal :

Laporan Laba Rugi Laporan Keuangan Konsolidasi

(48)

406

Lampiran 22

(49)

(dalam jutaan rupiah)

No. POS - POS BANK KONSOLIDASI

KOMITMEN Tagihan Komitmen

1. Fasilitas pinjaman yg diterima dan belum digunakan

a. Rupiah b. Valuta asing

2. Lainnya

Jumlah Tagihan Komitmen Kewajiban Komitmen

1. Fasilitas kredit kepada nasabah yg belum ditarik

a. Rupiah b. Valuta asing

2. Irrevocable L/C yang masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor

3. Lainnya

Jumlah Kewajiban Komitmen JUMLAH KOMITMEN BERSIH KONTINJENSI

Tagihan Kontinjensi

1. Garansi yang diterima

a. Rupiah b. Valuta asing

2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian

a. Rupiah b. Valuta asing

3. Lainnya

Jumlah Tagihan Kontinjensi Kewajiban Kontinjensi

1. Garansi yang diberikan

a. Bank garansi - Rupiah - Valuta asing b. Lainnya

2. Revocable L/C yang masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor

3. Lainnya

Jumlah Kewajiban Kontinjensi JUMLAH KONTINJENSI BERSIH

Tanggal :

Laporan Keuangan Konsolidasi Komitmen dan Kontinjensi

(50)

408

Lampiran 23

(51)

(dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN BANK KONSOLIDASI

I. KOMPONEN MODAL A. MODAL INTI

1. Modal Disetor

2. Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves) a. Agio Saham

b. Disagio (-/-) c. Modal Sumbangan

d. Cadangan Umum dan Tujuan

e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-)

g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) h. Rugi tahun berjalan (-/-)

j. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih Lebih

2) Selisih Kurang (-/-) k. Dana Setoran Modal

l. Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) m. Hak minoritas

3. Goodwill (-/-)

4. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi (-/-) 5. Kekurangan modal dari Risk Based Capital untuk Perusahaan Anak yang melakukan kegiatan usaha Asuransi (-/-)

6. Kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva/ PPA (-/-) B. MODAL PELENGKAP

(Maks. 100% dari Modal Inti) 1. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap

2. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi

3. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari ATMR)

4. Modal Pinjaman

5. Pinjaman Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti)

6. Peningkatan harga saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG MEMENUHI PERSYARATAN D. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR

II. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B)

III. TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR (A+B+D)

IV. PENYERTAAN (-/-)

V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT (II – IV)

VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (III – IV) VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT

VIII. ATMR RISIKO PASAR (SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR) IX. ATMR RISIKO PASAR (RISIKO EKUITAS)

X. JUMLAH ATMR RISIKO KREDIT + RISIKO PASAR (VII+VIII+IX)

XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT (V : VII)

XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (VI : X)

LAPORAN PERHITUNGAN KPMM SECARA KONSOLIDASI Bank : ……….

(52)

410

Lampiran 24

Gambar

Tabel  diatas  hanya  merupakan  contoh.  Bank  hendaknya  membuat  kriteria  risiko  yang  disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank yang bersangkutan

Referensi

Dokumen terkait

well-being ) sehingga korban akan merasa tidak nyaman, i harga diri yang rendah dan kurangnya keterampilan sos s dapat diarti-kan sebagai suatu program pelatihan sist

Berdasarkan kepada hasil uji hipotesis, maka jenis hubungan antara variabel gaya kepemimpinan transformasional tim pembina LBD dengan sikap terhadap pelatihan

Butir-butir tersebut adalah manifestasi dari dua pedoman ajaran agama islam, yaitu Al-Qur ‟ an dan Hadits.Yang menjadi inti dari tunjuk ajar bukanlah dilihat dari

menunjukkan bahwa wujud kebijakan optimal dapat menjadi kompleks, pada waktu tertentu, diperlukan jumlah pesanan di satu atau lebih dari lokasi yang bervariasi dengan waktu

Limbah cair kelapa sawit memberi pengaruh negatif terhadap tingkah laku kedua ikan uji yang ditunjukkan dengan melambatnya aktivitas gerak tubuh dan gerakan operculum insang seiring

Suzuki Indomobil Motor International menganut struktur organisasi fungsional yang terpusat, dimana setiap fungsional bertanggung jawab atas 3 fungsi

Tujuannya adalah ketika kita melakukan editing da- ta bibliogra saat dilakukannya proses stock take, maka untuk menghasilkan perubahan pada data bibliogra yang terdapat di modul

Hutan sagu termasuk dalam zona pemanfaatan lahan penting bagi masyarakat di Desa Wambena, Kabupaten Jayapura dan dikenal dengan istilah “pi pau”. Mengacu pada