• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) turunan asam sinamat terhadap sel P388

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) turunan asam sinamat terhadap sel P388"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR

AKTIVITAS (HKSA) TURUNAN ASAM SINAMAT

TERHADAP SEL P388

SKRIPSI

AHMAD ARSYADUL MUSHLIHIN

1111102000020

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR

AKTIVITAS (HKSA) TURUNAN ASAM SINAMAT

TERHADAP SEL P388

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AHMAD ARSYADUL MUSHLIHIN

1111102000020

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Judul : HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR AKTIFITAS

(HKSA) TURUNAN ASAM SINAMAT TERHADAP SEL P388

Telah dilakukan analisis hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas (HKSA) turunan asam sinamat terhadap sel p388 dengan menggunakan deskriptor parameter hidrofobik berupa log P dan log D, parameter sterik berupa indeks Harary, indeks Randic, dan indeks Wiener, dan parameter elektronik berupa PPSA1 dan PNSA1. Tujuan dari penelitian ini adalah untukpmendapatkan model persamaan HKSA yang baik dan dapat digunakan untuk memprediksi aktivitas antikanker senyawa turunan asam sinamat lain.Data aktivitas biologis yang digunakan ialah data aktivitas antikanker terhadap sel p388 yang didapat dari berbagai literatur. Data set yang didapat kemudian dibagi menjadi training set 75% dan tes set 25%.Model persamaan HKSA dibentuk dengan menggunakan Multilinear Regression (MLR) dengan metode enter sehingga didapatkan model persamaan seagai berikut :

Log1/IC50= -4,793 + (-0,983 logP) + (-0,00898 PPSA) + (-0,00138 PNSA) +

0,378 harary + 0,191 randic + (-0,008705 WPATH) + (-0,3247 WPOL)

Dari 6 senyawa turunan asam sinamat lain yang diprediksi aktivitasnya senyawa 2-(3-Phenyl-acryloyloxy)-benzoic acidmemiliki aktivitas antikanker paling baik dengan IC50 4,29 µM

(7)

ABSTRACT

Title : QUANTITATIVE STRUCTURE ACTIVITY RELATIONSHIP (QSAR)CINNAMIC ACID DERIVATIVES OF THE P388CELLS

An analysis towards the quantitative structure activity relationship (QSAR) cinnamic acid derivatives of the P388 cells using a hydrophobic parameter descriptors such as of log P and log D, steric parameters such as index Harary, Randic index, and the Wiener index, and electronic parameters such as PPSAI and PNSAI has been done recently. The objectives of this research were to obtain good QSAR equation model and to predict the anticancer activity of other cinnamic acid derivatives. Biological activity data being used was the anticancer activity data of the P388 cells that were obtained from various literatures. The data set then was divided into training set 75% and test set 25%. QSAR equation model was formed by used Multilinear Regression (MLR) with enter method and it was obtained the equation model as below:

Log1/IC50= -4,793 + (-0,983 logP) + (-0,00898 PPSA) + (-0,00138 PNSA) +

0,378 harary + 0,191 randic + (-0,008705 WPATH) + (-0,3247 WPOL)

From the six other cinnamic acid derivative compounds wichactivityare being predicted,2-(3-Phenyl-acryloyloxy)-benzoic acidshowed the best anticancer activity with IC50 4.29 µM.

(8)

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai macam nikmat, karunia serta

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula kami haturkan kepada

pemimpin seluruh umat dan rahmat bagi semesta alam baginda Nabi Besar

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari

akhir nanti, semoga kita senantiasa mendapatkan syafaat dari beliau.

Skripsi dengan judul “Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) Turunan Asam Sinamat Terhadap Sel P388” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari

adanya beberapa pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Oleh karena

itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya

kepada :

1. Supandi M. Si., Apt. sebagai Pembimbing I dan Andrianopsyah Mas Jaya

Putra, M. Sc. sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

pikiran dan tenaganya serta memberikan ilmu terbaik yang dimiliki

sehingga menutupi banyak keterbatasan penulis.

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Yardi, M. Sc., P.hD., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu/Bapak Dosen dan Staff Akademika Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

(9)

5. Sahabat-sahabat GR (Bisrie, Sam’ul, Fikri, Habibie) yang selalu menghibur dan menyemangati penulis.

6. Ayahanda Mohammad Yahya pemimpin dalam keluarga dunia yang selalu

menjadi panutan penulis dalam meraih cita-cita dan Ibunda Balkis tercinta,

bidadari dalam hidup ini yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,

dukungan, do’a dan nasihat tak terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu. Saudara penulis Ade Musyrifah Zahroh,

Aliya Luthfiyyah Khumairo yang selalu memberikan semangat dan

dorongan untuk kesuksesan penulis. Beribu cinta untuk kalian semua.

7. Kakak-kakak Farmasi, Arif, Agung, Dimas, Fikri dan semua kakak 2009

serta 2010 lain yang selalu ikhlas membantu dan memberikan bimbingan

selama penulis berada di lingkungan kampus hingga saat penulis selesai

mengerjakan penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat D8 (Akas, Deni, Rifki, Mufidah, Monic, Nanda, Puspita)

yang selalu mengingatkan penulis untuk terus bersemangat menyelesaikan

skripsi ini

9. Teman-teman SODA (Agus, Shinta, Bona, Hari, Kak Rima, Nasar, Jamal),

PETANG, Keluarga Universitas Kehidupan, Keluarga Tantra yang

menemani pendakian penulis ketika penulis sedang membutuhkan

inspirasi dalam menulis skripsi.

10. Teman-teman Docking Team (Eko, Mazaya, Wahidin, Wahyu, Haidar)

yang selalu membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

11. Teman-teman farmasi angkatan 2011, Semut (sebelas imut) yang telah

berjuang bersama selama penelitian ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan

dan kekurangan, kritik dan saran pembaca diharapkan penulis untuk memperbaiki

kemampuan penulis.

Jakarta, Juli 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR ORIGINALITAS ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

1.4. Tujuan Penelitian... 3

1.5. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker ... 5

2.1.1. Perbedaan Sel Kanker dan Sel Normal ... 7

2.1.2. Leukemia (Kanker Darah) ... 9

2.2. Asam Sinamat ... 10

2.3. Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) ... 12

2.4. Metode Hansch ... 14

2.4.1. Parameter Sifat Kimia Fisika dalam HKSA Model Hansch . 15 2.5. Deskriptor ... 19

2.6. Marvin Sketch ... 20

(12)

2.8. LigandScout………. 21

2.9. Open Babel……… 21

2.10.CDK descriptor ……….. 22

2.11PubChem ………. 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Penelitian dan Lokasi ... 23

3.2. Alat ... 23

3.2.1. Perangkat Keras... 23

3.2.2. Perangkat Lunak ... 23

3.3. Bahan ... 23

3.4. Prosedur Kerja ... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Set ... 26

4.2. Pemilihan Deskriptor... 38

4.3. Penghilangan Outlier... 45

4.4. Pembagian Data Set ... 46

4.5. Model Persamaan HKSA ... 47

4.6. Hasil Validasi Model Persamaan HKSA ... 49

4.7. PengujianAktivitas Sampel Set ... 51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 54

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Asam Sinamat ... 11

Gambar 2.2. Naga dalam Mitologi Babylon Istar ... 20

Gambar 4.1. Pembuatan Struktur Asam Sinamat ... 26

Gambar 4.2. Struktur Senyawa dengan Kode S1 dan S7 ... 40

Gambar 4.3. Struktur Senyawa dengan Kode S14 dan S20 ... 42

Gambar 4.4. Kurva Hubungan Indeks Harary Terhadap Kenaikan Aktivitas ... 44

Gambar 4.5. Pensejajaran Data Set Terhadap Asam Sinamat ... 45

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Struktur dan Aktivitas Data Set 27

Tabel 4.2. Data Aktivitas, log P, dan log D 38

Tabel 4.3. Data Deskriptor Sterik 42

Tabel 4.4. Korelasi Deskriptor terhadap Aktivitas 44

Tabel 4.5.Data Set Berdasarkan Aktivitas 46

Tabel 4.6.Parameter Statistik Dua Model Persamaan HKSA 50

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ... 59

Lampiran 2. Tabel Korelasi Deskriptor Terhadap Aktivitas Menggunakan log D ... 60

Lampiran 3. Tabel Korelasi Deskriptor Terhadap Aktivitas Menggunakan Log P ... 60

Lampiran 4. Validasi Persamaan HKSA menggunakan log D ... 61

Lampiran 5. Validasi Persamaan HKSA menggunakan log P ... 62

Lampiran 6. Rekap Perhitungan Deskriptor ... 63

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah istilah penyakit yang dapat mempengaruhi bagian

dari tubuh manusia, istilah lain yang digunakan untuk kanker adalah tumor

dan neoplasma. Salah satu tanda umum yang terjadi pada kanker adalah

pertumbuhan sel-sel yang lebih cepat dari pertumbuhan sel normal,

kemudian sel kanker akan menyerang tubuh kemudian akan menyebar

kebagian lain. Kanker merupakan penyebab kematian terbesar didunia

yang dihitung dari 8,2 juta kematian pada tahun 2012. Kasus kanker yang

paling banyak menyebabkan kematian berturut-turut adalah: kanker

paru-paru (1,59 juta kematian), kanker hati (745.000 kematian), kanker perut

(723.000 kematian), kanker kolon (694.000 kematian), kanker payudara

(521.000 kematian), kanker esophagus (400.000 kematian) (WHO 2014).

Kanker atau malignant neoplasm merupakan penyakit dengan karakteristik

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Kanker umumnya disebabkan oleh

pemakaian tembakau (merokok), konsumsi makanan yang tidak sehat,

infeksi tertentu, paparan radiasi, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan

polutan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat secara langsung merusak gen

atau menyebabkan kesalahan kode genetik sehingga memicu mutasi sel

kanker (Anand dkk, 2008).

Dibandingkan dengan penyakit kanker lain seperti kanker paru dan

kanker payudara, leukemia (kanker darah) termasuk kanker yang jarang

terjadi. Meskipun demikian, leukemia merupakan jenis kanker yang paling

banyak ditemukan pada anak dibawah 15 tahun. Dari seluruh kejadian

kanker terdapat 32% yang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 74%

dari kelompok umur yang sama adalah kanker darah atau leukemia

(Belson dkk., 2007). Murine Leukimia P388 merupakan salah satu sel jenis

sel kanker leukemia yang sering digunakan dalam uji sitotoksisitas untuk

(17)

kanker. Sel kanker ini dikembang biakkan dari sel tikus yang dikenai agen

leukemia (Marwati, 2012).

Terdapat 3 pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien yang

terkena kanker yaitu: pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Akan

tetapi kemoterapi biasanya digunakan bersamaan dengan radioterapi

maupun pembedahan. Pengobatan menggunakan kemoterapi mempunyai

beberapa mekanisme yang berbeda, salah satu dari mekanismenya yaitu

dengan menghambat pensinyalan pada sel kanker (Patric, 2009).

Pengobatan dengan menggunakan obat-obat antikanker klasik tidak

mampu membedakan antara sel normal dan sel kanker, memiliki efek

samping yang berbahaya, sehingga membatasi penggunaannya dalam

jangka panjang. Kekurangan-kekurangan inilah yang menyebabkan

peneliti mencari obat yang selektif, dan lebih tidak toksik (El-Deeb, dkk.,

2009)

Asam Sinamat dan turunannya merupakan senyawa aromatis yang

terdapat di alam. Isolasi asam sinamat dan turunannya dapat dilakukan

dari propolis lebah, kayu manis, dan banyak tumbuhan, terutama

rempah-rempah, seperti: jahe, kencur, lengkuas dan bahkan buah-buahan (Shirat,

dkk., 2011). Asam sinamat dan turunannya memiliki aktivitas yang

beragam diantaranya: anti inflamasi, anti hipertensi, anti mikroba, anti

diabetik serta antikanker (Ramesh, 2012). Turunan asam sinamat dari

propolis lebah dilaporkan memiliki aktivitas anti tumor yang dapat

membunuh sel tumor (Mishima, dkk., 2005). Asam sinamat secara kimia

memiliki tiga gugus fungsi yang berpotensi sebagai sisi aktif, yakni

subtitusi pada cincin fenil, α,β unsaturated (ikatan rangkap), dan reaksi pada gugus karboksilat.

Kemajuan teknologi informasi pada saat ini dapat dijadikan

alternatif untuk pencarian obat baru. Kimia komputasi dan bioinformatika

berpotensi tinggi dalam ilmu kimia medisinal, tidak hanya mempercepat

proses penemuan obat tetapi juga mengubah cara penemuan dan

perancangan obat. Rational Drug Design (RDD) memfasilitasi dan

(18)

untuk mengidentifikasi senyawa baru (Koko, 2011). Salah satu aplikasi

kimia komputasi yang paling sering digunakan dalam desain senyawa obat

antaralain adalah kajian Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA).

Kajian HKSA bertujuan untuk mencari hubungan yang konsisten secara

empiris antara sifat-sifat molekular dan aktivitas biologis suatu senyawa

(Saputra, 2014).

Berdasarkan pada parameter yang digunakan, analisa HKSA

digolongkan dalam 3 metode, yaitu metode Hansch, metode Free-Wilson

dan metode 3 dimensi (Comparative Molecular Field Analysis (CoMFA)).

Metode Hansch berkembang dari pemikiran bahwa interaksi senyawa

dengan reseptor terjadi karena adanya efek gaya-gaya intermolekular

seperti interaksi hidrofobik, interaksi polar, interaksi elektrostatik dan efek

sterik senyawa. Analisis HKSA-3D dikembangkan sebagai antisipasi

permasalahan yang terdapat pada metode Hansh, yaitu senyawa-senyawa

enantiomer yang memiliki kuantitas sifat fisikokimia yang sama, tetapi

memiliki aktivitas biologis berbeda (Ridhatul, 2013).

Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian Hubungan

Kuantutatif Struktur Aktivitas (HKSA) senyawa turunan asam sinamat

dengan metode Hansch. Hal ini dilakukan karena kemajuan teknologi

dalam bidang kimia komputasi yang memungkinkan untuk mempercepat

dan menghemat biaya dalam melakukan pencarian kandidat obat baru.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah senyawa-senyawa turunan asam sinamat memiliki hubungan

kuantitatif struktur dan aktivitas yang baik terhadap sel P388?

1.3 Hipotesis

Senyawa-senyawa turunan asam sinnamat memiliki hubungan kuantitatif

struktur dan aktivitas yang baik terhadap sel P388

1.4 Tujuan Penelitian

1) Membentuk model persamaan hubungan kuantitatif struktur aktivitas

(HKSA) turunan asam sinamat terhadap sel P388.

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

1) Membantu memberikan informasi untuk menemukan obat antikanker yang

baru

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker

Kanker adalah istilah penyakit yang dapat mempengaruhi bagian

dari tubuh manusia, istilah lain yang digunakan untuk kanker adalah tumor

dan neoplasma. Salah satu tanda umum yang terjadi pada kanker adalah

pertumbuhan sel-sel yang lebih cepat dari pertumbuhan sel normal,

kemudian sel kanker akan menyerang tubuh kemudian akan menyebar

kebagian lain. Kanker merupakan penyebab kematian terbesar didunia

yang dihitung dari 8,2 juta kematian pada tahun 2012. Kasus kanker yang

paling banyak menyebabkan kematian berturut-turut adalah: kanker

paru-paru (1,59 juta kematian), kanker hati (745.000 kematian), kanker perut

(723.000 kematian), kanker kolon (694.000 kematian), kanker payudara

(521.000 kematian), kanker esophagus (400.000 kematian). (WHO 2014).

Kanker atau malignant neoplasm merupakan penyakit dengan

karakteristik pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Kanker umumnya

disebabkan oleh pemakaian tembakau, konsumsi makanan yang tidak

sehat, infeksi tertentu, paparan radiasi, kurangnya aktivitas fisik, obesitas,

dan polutan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat secara langsung merusak

gen atau menyebabkan kesalahan kode genetik sehingga memicu mutasi

sel kanker (Anand dkk, 2008). Penyebab lain yang juga dapat

menyebabkan kanker adalah virus, contohnya yaitu Human Papilloma

Virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker Rahim (Katzung ed 9).

Umumnya kanker berbentuk tumor, walaupun tidak semua tumor

adalah kanker. Tumor adalah pertumbuhan spontan jaringan baru yang

tidak mempunyai fungsi fisiologis, justru dapat menimbulkan gangguan

bahkan bersifat patologis. Tumor dapat bersifat benign (beninga), artinya

tidak berkembang menjadi kanker, misalnya kutil yang tidak menyebar.

Akan tetapi tumor juga dapat bersifat malignant (maligna), yang artinya

dapat menyebar seperti kanker paru yang dapat menyebar ke jaringan atau

(21)

Kanker berawal dari kerusakan materi genetic DNA (Deoxyribo

Nucleic Acid) sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetic sudah

mampu menghasilkan sel kanker atau neoplasma, sehigga kanker disebut

juga penyakit seluler. Kerusakan atau mutasi genetika yang dapat

menyebabkan kanker dapat terjadi karena factor dalam (endogen), yaitu

melalui kesalahan replikasi pada saat sel-sel digantikan oleh sel baru, atau

kesalahan genetic yang disebabkan oleh keturunan (orang tua) kanker

yang disebabkan factor endogen terjadi sebanyak 10-15%. Kanker juga

dapat disebabkan oleh factor luar atau eksogen (85-90%) melalui

perubahan struktur DNA akibat virus, infeksi berkelanjutan, polusi udara,

radiasi, dan bahan-bahan kimia (Silalahi, 2006 ).

Sel kanker mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan

akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat tumor

berkembang atau bermetastasis, dan gangguan sistemik lain sebagai akibat

sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi dan Gan, 2007). Agen

penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya

kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan

laporan berbagai penelitian dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan

ke dalam 4 golongan yaitu :

a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme

membentuk gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron,

sebagai hasil antara, yang kemudian dapat berikatan dengan

pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.

b. Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus

hepatitis B yang menyebabkan kanker hati.

c. Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang

290-370 nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

d. Agen biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu

pembentukan kanker payudara dan kanker rahim. Serangkaian

proses berkembangnya kanker disebut karsinogenesis.

Karsinogenesis adalah suatu proses terjadinya kanker melalui

(22)

menyebabkan transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan

(ganas) (Hanahan dan Weinberg, 2000). Perubahan basa DNA (mutasi)

merupakan perubahan selular mendasar yang menyebabkan terjadinya

kanker. Kanker tidak berasal dari mutasi tunggal, namun dibutuhkan

akumulasi dari beberapa mutasi (3 sampai 20 mutasi) dalam

karsinogenesis (Lodish dkk., 2004).

Karsinogenesis melibatkan inisiasi, promosi, progresi, dan

metastasis. Inisiasi merupakan perubahan spesifik pada DNA sel target

yang menuntun pada proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami

inisiasi atau prakanker dapat kembali ke tingkat normal secara spontan,

tetapi pada tingkat lebih lanjut menjadi ganas. Promosi merupakan tingkat

lanjutan dari tahap inisiasi. Sel-sel akan memperoleh beberapa keuntungan

selektif untuk tumbuh sehingga pertumbuhannya menjadi cepat dan

berubah menjadi bentuk tumor jinak. Tahap promosi berlangsung lama,

bisa lebih dari sepuluh tahun. Pada tahap perkembangan (progression),

terjadi instabilitas genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan

mutagenik dan epigenetik. Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel

tumor yang memiliki aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan

potensi metastatiknya meningkat. Metastasis melibatkan beberapa tahap

yang berbeda, termasuk memisahnya sel kanker dari tumor primer, masuk

ke dalam sirkulasi dan limfatik, serta perlekatan pada permukaan jaring

baru (Silalahi, 2006).

Untuk menghambat metastase sel kanker, kita harus mengetahui

cara kanker tersebut menyebar. Ada dua cara sel kanker ber-metastase,

yaitu melalui angiogenesis (pembentukan pembuluh darah yang baru) dan

penghancuran kolagen yang merupakan kerangka sel normal. Dengan

demikian, metastase akan dapat dihambat bila angiogenesis dapat dicegah,

sementara kolagen yang rusak bisa diperbaiki oleh tubuh sendiri dengan

memanfaatkan makanan tertentu

2.1.1. Perbedaan Sel Kanker dan Sel Normal

Sel kanker memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sel

(23)

1. Sel kanker tidak mengenal program kematian sel yang dikenal

dengan nama apoptosis. Protein p53 mampu mencegah replikasi

dari DNA yang rusak pada sel normal dan mendorong

penghancuran sendiri dari sel yang mengandung DNA yang tidak

normal. Peristiwa ini disebut apoptosis. Apoptosis sangat

dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan

dalam tubuh, yang mana semuanya fungsional dan menempati

tempat yang tepat dengan umur tertentu. Bila telah melewati masa

hidupnya, sel-sel normal (nonkanker) akan mati dengan sendirinya

tanpa ada efek peradangan (inflamasi), namun sel kanker berbeda

dengan karakteristik tersebut. Dia akan terus hidup meski

seharusnya mati (immortal). Mutasi dari gen p53 menyebabkan

proliferasi dan transformasi sel menjadi kehilangan kendali

(Sofyan, 2000).

2. Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstraseluler atau asosial.

Komunikasi ekstraseluler diperlukan untuk menjalin koordinasi

antar sel sehingga mereka dapat saling menunjang fungsi

masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial, sel kanker bertindak

semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh

lingkungannya. Sel kanker dapat memproduksi growth factor

sendiri sehingga tidak bergantung pada rangsangan sinyal

pertumbuhan dari luar untuk melakukan proliferasi. Dengan

demikian sel kanker dapat tumbuh menjadi tak terkendali

(Hanahan and Weinberg, 2000).

3. Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak

jaringan tersebut dan tumbuh subur di atas jaringan lain

membentuk anak sebar (metastasis). Semakin besar jangkauan

metastasis tumor, kanker semakin sulit disembuhkan. Kanker pada

stadium metastasis inilah yang merupakan penyebab 90% kematian

penderita kanker (Hanahan dan Weinberg, 2000).

4. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker

(24)

dapat mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh (Hanahan

dan Weinberg, 2000).

5. Sel kanker memiliki kemampuan yang tak terbatas dalam

memperbanyak dirinya sendiri (proliferasi), meski seharusnya ia

sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan

yang seharusnya. Dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

sinyal pertumbuhan dan kemampuan menghindar dari mekanisme

apoptosis, sel kanker memiliki kemampuan tak terbatas untuk

bereplikasi (Hanahan dan Weinberg, 2000).

2.1.3. Leukemia (Kanker Darah)

Leukemia adalah keganasan yang ditandai dengan proliferasi sel

imatur (sel leukemik) di sumsum tulang, darah tepi dengan infiltrasi organ

hati, limpa, dan kelenjar limfe. Proliferasi sel imatur mengakibatkan

penumpukan sel leukemik di dalam sumsum tulang dengan akibat fungsi

hematopoesis dan trombopoesis tertekan. Proliferasi sel imatur biasanya

disertai dengan penurunan apoptosis (Riawan, 2012).

Klasifikasi leukemia berdasarkan lama waktu terjadinya penyakit,

terdiri atas leukemia akut, yaitu leukemia yang terjadi dengan waktu yang

singkat (dalam hitungan hari sampai bulan), dan leukemia kronik dengan

waktu yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun). Klasifikasi

leukemia berdasarkan jenis sel darah putih matang terbanyak yaitu:

leukemia granulositik (mielositik) dan leukemia limfositik (Anies. 2009).

Menurut Jan Tambayong 2000 faktor penyebab leukemia dapat

dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Faktor genetik  terlihat pada kembar identik yang akan beresiko

tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia. Saudara

sekandung dari individu yang leukemia dan individu dengan

sindrom Down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia.

2. Penyakit yang didapat dengan resiko terkena leukemia mencakup

mielofibrosis, polisitemia vera, dan anemia refraktori sideroblastik,

(25)

3. Agen kimia dan fisik yang merupakan risiko signifikan terhadap

leukemia mencakup radiasi dan pemajanan jangka lama terhadap

benzene. Agen kemoterapi kloramfenikol dan agen pengkelat juga

berisiko.

Manifestasi klinis paling fatal adalah infeksi adalah infeksi, yang

ditandai dengan demam, menggigil, radang, dan lemah. Sering timbul

perdarahan (kulit, gingiva atau visera) karena trombositopenia. Nafsu

makan berkurang, berat badan menurun, keletihan, dan pucat (anemia).

Karena meninges terkena, maka timbul sakit kepala, gangguan

penglihatan, mual, dan muntah. Terdapat hepatosplenomegali, nyeri tekan

pada abdomen, anoreksia. Limfadenopati (Tambayong, 2000).

Dibandingkan dengan penyakit kanker lain seperti kanker paru dan

kanker payudara, leukemia (kanker darah) termasuk kanker yang jarang

terjadi. Meskipun demikian, leukemia merupakan jenis kanker yang paling

banyak ditemukan pada anak dibawah 15 tahun. Dari seluruh kejadian

kanker terdapat 32% yang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 74%

dari kelompok umur yang sama adalah kanker darah atau leukemia

(Belson dkk., 2007).

Murine Leukimia P388 merupakan salah satu sel jenis sel kanker

leukemia yang sering digunakan dalam uji sitotoksisitas untuk mengetahui

aktivitas suatu senyawa dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Sel

kanker ini dikembang biakkan dari sel tikus yang dikenai agen leukemia

(Marwati, 2012).

2.2. Asam Sinamat

Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologis penting pada tumbuhan dan hewan seperti perannya pembawa electron pada fotosintesis

dan dalam aktivitas enzim tertentu, menghambat dan mempercepat

pertumbuhan, bersifat racun terhadap herbivore, sehingga dimanfaatkan

sebagai herbisida dan lainnya. Selain dimanfaatkan sebagai antioksidan,

senyawa fenolik bermanfaat sebagai antimikroba, antikanker dan lain-lain.

(26)

banyak dimanfaatkan pada industry kosmetik dan makanan serta

bermanfaat dalam pengobatan kanker.

Asam sinnamat merupakan asam organic dengan bentuk Kristal

yang berwarna putih dan sedikit larut dalam air, merupakan senyawa alam

karena ditemukan dalam berbagai jenis tanaman, termasuk buah-buahan

(Marwati, 2012).

Asam Sinamat sinamat dan turunannya merupakan senyawa

aromatis yang terdapat di alam. Isolasi asam sinamat dan turunannya telah

dilakukan dari propolis lebah, kayu manis, dan banyak tumbuhan,

terutama rempah-rempah, seperti: jahe, kencur, lengkuas dan bahkan

buah-buahan (Shirat dkk, 2011). Penelitian tentang asam sinamat dan

turunannya sudah banyak dilakukan terutama untuk meningkatkan

penggunaannya sebagai bahan baku obat dengan meningkatkan aktivitas

biologisnya.

Asam sinamat dan turunannya memiliki aktivitas yang beragam

diantaranya: anti inflamasi, anti hipertensi, anti mikroba, anti diabetik

(Ramesh, 2012) serta antikanker. Turunan asam sinamat dari propolis

lebah dilaporkan memiliki aktivitas anti tumor yang dapat membunuh sel

tumor (Mishima dkk, 2005). Asam sinamat secara kimia memiliki tiga

gugus fungsi yang berpotensi sebagai sisi aktif, yakni subtitusi pada cincin

fenil, α,β unsaturated (ikatan rangkap), dan reaksi pada gugus karboksilat. Salah satu turunan asam sinamat adalah etil para metoksisinamat

(EPMS), EPMS merupakan minyak esensial terbesar yang dihasilkan dari

(27)

sitotoksik pada Artemia salina dengan uji brine shrimp lethality test

(Tewtrakul, 2005; Ekowati 2010). Liu dkk., 2010. Juga mengatakan bahwa

EPMS menghambat proliferasi kanker human hepatocellular liver (HEP

G2) dengan dosis yang belum diketahui. EPMS juga dapat menghambat

kanker gastric dengan menghambat angiogenesis sehingga pembelahan sel

kanker gastric terhambat (Liu dan Wei, 2005: Subchan, Bilal , 2011)

2.3. Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA)

Hubungan kuantititif struktur aktivitas (HKSA) merupakan hasil

akhir dari suatu proses yang dimuai dengan mendeskripsikan suatu

struktur molekul dan diakhiri dengan kesimpulan, hipotesis, dan prediksi

dari sifat fisiko kimia dan biologis molekul tersebut. Hubungan kuantitatif

struktur aktivitas (HKSA) didasarkan pada asumsi bahwa struktur suatu

molekul (secara geometri, elektronik, sterik) bertanggung jawab terhadap

terhadap sifat fisika, kimia, dan respon biologisnya yang digambarkan

dalam beberapa deskriptor. Dengan menggunakan model HKSA aktivitas

suatu bahan kimia yang memiliki kemiripan dan merupakan senyawa baru

yang akan dirancang dan belum diuji dapat diketahui aktivitasnya

(Todeschini, 2009).

Menurut Jean Piere dan Annick Panaye hipotesis yang mendasari

dilakukannya pengujian HKSA yaitu karena setiap molekul memiliki

fitur-fitur (geometric dan elektronik) yang berpengaruh terhadap sifat fisiko

kimia dan efek biologis molekul tersebut. Dengan demikian diasumsikan

dari suatu rangkaian molekul yang memiliki efek biologis yang sama serta

cara kerja yang sama maka kerja dari molekul tersebut dapat diwakili oleh

deskriptor dari molekul tersebut.

Tujuan akhir dari HKSA adalah membuat persamaan model HKSA

yang menggambarkan sifat dari serangkaian senyawa. Untuk mendapatan

model tersebut diperlukan pemilihan data set dari beberapa molekul. Pada

zaman dahulu HKSA hanya dikembangkan pada senyawa konginerik akan

tetapi seiring perkembangan zaman HKSA mulai digunakan untuk

berbagai jenis senyawa untuk mempercepat pengetahuan tentang suatu

(28)

tersedianya data penelitian yang telah dilakukan. Data eksperimen suatu

senyawa bisa didapatkan dengan cara melakukan eksperimen dan dengan

mencari dari literature (Todeschini, 2009).

Dalam pengumpulan data ini perlu berhati-hati karena model dari

HKSA memiliki keterbatasan akurasi pada eksperimen dengan kualitas

yang sangat tinggi. Untuk menghindari ketidak akuratan model HKSA

jika data set diperoleh dari literature maka sebaiknya data diambil hanya

dari satu literature saja atau dari beberapa sumber yang hamper sama

proses dan perlakuannya saat eksperimen (Todeschini, 2009).

Tahapan lain dalam penentuan model HKSA adalah penentuan

deskriptor yang tepat, akan tetapi pada kebanyakan kasus tidak ada yang

menyatakan deskriptor manakah yang terbaik untuk digunakan. Sehingga

pada beberapa peneliti cenderung untuk menggunakan deskriptor dengan

jumlah yang banyak. Model HKSA dinyatakan dalam persamaan regresi

yang dinyatakan sebagai berikut:

P= f (x1, x2, x3, ……, xp)

P = aktivitas suatu molekul

f = fungsi yang mewakili hubungan antara respond an

deskriptor

x1, x2, ……, xp = molecular deskriptor

Ordinary Least Square regression (OLS), atau biasa disebut

Multiple Linear Regression (MLR) merupakan tekhnik regresi yang paling

banyak digunakan dalam memperkirakan hubungan kuantitatif struktur

aktivitas (HKSA) antara molecular deskriptor dan aktivitas suatu molekul.

Regresi Partial Least Squares (PLS) merupakan persamaan yang biasa

digunakan terutama ketika molecular deskriptor untuk pengujian suatu

senyawa digunakan dalam jumlah yang banyak (Todeschini 2009).

Tahapan paling penting dalam pengembangan HKSA adalah

validasi model. Terdapat beberapa teknik validasi untuk mengevaluasi

kemampuan memprediksi suatu model. Validasi merupakan persyaratan

paling penting untuk diterimanya suatu model HKSA. Kemampuan

(29)

set (data yang menghasilkan suatu model), dan test set (data yang

digunakan untuk mengevaluasi kemampuan suatu model untuk

mempresiksi) (Todeschini, 2009).

Ketika suatu model telah divalidasi dan memberikan hasil yang

baik, maka model tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan sifat

dari molekul baru, mekanisme kerja suatu turunan senyawa, dan struktur

mana dari suatu molekul yang memberikan aktivitas biologis dari suatu

molekul. Pada mulanya perhatian hanya untuk mendapatkan model dengan

kemampuan memprediksi yang baik tanpa memperhatikan kemampuan

model tersebut untuk diinterpretasikan. Tentu saja model seperti ini

digunakan ketika tujuan penelitian untuk mendapatkan data kimia suatu

molekul, hal yang paling penting adalah model yang didapatkan harus

dapat dipercaya, dan tidak memperhatikan mengapa suatu deskriptor

dipilih dalam untuk membuat suatu model (Todeschini,2009).

Akan tetapi walaupun kemampuan mempresiksi model yang tinggi

untuk memprediksi suatu molekul harus berhati-hati karena jika molekul

memiliki chemical space yang jauh dari model maka hasil ekstrapolasi

yang didapatkan merupakan prediksi yang tidak dapat dipercaya. Untuk

mengatasi masalah ini maka dilakukan pengeluaran molekul yang tidak

relevan (Todeschini, 2009).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan model

HKSA memerlukan 3 hal penting yaitu:

1. Penyiapan sekumpulan data set yang telah diketahui aktifitas

biologisnya dengan struktur kimia dan aktivitas yang mirip.

2. Pemilihan molecular deskriptor yang paling tepat yang mampu

menggambarkan informasi tentang struktur yang akan diteliti.

3. Metode matematika untuk menentukan hubungan antara aktivitas

suatu molekul dengan strukturnya.

2.4. Metode Hansch

Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubungan

struktur kimia dengan aktifitas biologis (log 1/C )suatu turunan senyawa

(30)

fisika kimia dari subsituen yaitu parameter hidrofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es) yang terdapat pada molekul, yang dapat dinyatakan secara

matematis sebagai persamaan berikut:

Log A = aΣπ + bΣ σ + cΣ Es + d

Model pendekatan ini disebut juga model energy bebas linier

(linier free energy relationship = LFER) atau pendekatan

ekstratermodinamik. (Siswandono, 2008)

2.4.1 Parameter Sifat Kimia Fisika dalam HKSA Model Hansch

Parameter sifat kimia fisika yang sering digunakan dalam HKSA

model Hansch adalah parameter hidrofobik, elektronik dan sterik. Pada

proses distribusi atau pengangkutan obat, penembusan membrane biologis

sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam lemak/air, suasana pH dan

derajat ionisasi (pKa) sehingga dalam hubungan kuantitatif struktur dan

aktifitas, parameter kimia fisika yang sering dilibatkan adalah parameter

hidrofobik dan elektronik. Pada proses distribusi obat pengaruh sifat

hidrofobik pada umumnya lebih besar dibanding sifat elektronik.

1. Parameter hidofobik

Parameter hidrofobik (lipofilik) yang sering digunakan dalam

HKSA antara lain adalah logaritma koefisien partisi (log P), logaritma

koefisien distribusi (log D), tetapan π Hansch, tetapan fragmentasi f Rekker-Manhold dan tetapan kromatogram Rm.

a. Log P (koefisien partisi)

Koefisien partisi oktanol/air yang dinyatakan dalam log P

merupakan standar kuantitas untuk menentukan sifat hidrofobik/hidrofilik

suatu molekul. Parameter hidrofobik/hidrofilik adalah sifat yang sangat

penting dalam aplikasi biomedis. Sebagai contoh aplikasinya adalah untuk

memperkirakan distribusi obat dalam tubuh. Obat-obat yang bersifat

hidrofobik dengan koefisien partisi tinggi akan terdistribusi pada

kompartemen yang bersifat hidrofobik pula, misalnya lapisan lemak,

sedangkan obat-obat yang bersifat hidrofilik dengan koefisien partisi

rendah akan terdistribusi pada kompartemen hidrofilik, misalnya serum

(31)

Nilai log P dalam oktanol/air merupakan rasio logaritma

konsentrasi zat terlarut dalam oktanol dengan konsentrasi zat terlarut

dalam air. Secara matematis dituliskan dalam persamaan dibawah

b. Log D (koefisien distribusi)

Dalam ilmu fisika koefisien partisi (P) dan koefisien distribusi (D)

adalah perbandingan konsentrasi suatu senyawa dalam dua fase yang tidak

dapat saling bersatu dalam kesetimbangan. Koefisien disini tidak sama

dengan kelarutan suatu senyawa dalam dua fase tersebut (Leo, dkk. 1971).

Biasanya salah satu fasenya merupakan air dan fase yang lainnya bersifat

hidrofobik yaitu oktanol (Sangster, 1997).

Koefisien distribusi adalah rasio seluruh bentuk konsentrasi suatu

senyawa (terion dan tak terion) pada dua fase (oktanol dan air). Untuk

menghitung koefisien distribusi suatu senyawa fase air dari pelarut

diberikan buffer agar dapat ditentukan nilai koefisien distribusi suatu

senyawa pada pH tertentu. Logaritma dari koefisien distribusi disebut juga

dengan Log D

2. Parameter elektronik

Ada tiga jenis sifat elektronik yang digunakan dalam HKSA model

Hansch, yaitu:

1. Pengaruh berbagai substituent terhadap reaktifitas bagian molekul

yang tidak mengalami perubahan.

2. Sifat elektronik yang berkaitan dengan tetapan ionisasi (pKa) dan

berhubungan dengan bentuk terionkan dan tak terionkan dari suatu

senyawa pada pH tertentu.

3. Sifat oksidasi-reduksi atau reaktifitas senyawa.

Parameter elektronik yang digunakan pada penelitian ini

(32)

sejak tahun 1990 sebagai percobaan untuk menggambarkan informasi

struktur dari suatu molekul yang membantu menjelaskan interaksi polar

intermolekul. Perhitungan CPSA mempertimbangkan muatan dari setiap

atom dan juga interaksi tiap atom pada pelarut. Konsep dari perhitungan

ini adalah bahwa interaksi polar terjadi karena adanya perbedaan muatan

antar molekul, dan interaksi ini akan dipengaruhi oleh atom-atom lain

yang berikatan dengan molekul tersebut. Apabila suatu set deskriptor

mampu menjelaskan jenis interaksi dari suatu molekul maka akurasi dari

prediksi suatu model HKSA dapat meningkat. 25 deskriptor telah di

perkenalkan dan menjelaskan muatan dan permukaan pada suatu molekul

dengan berbagai cara (Staton, dkk. 2002).

Semenjak diperkenalkan CPSA telah banyak dipergunakan dalam

berbagai pemodelan HKSA dalam berbagai aktivitas biologi. Kemampuan

dari deskriptor inilah yang membuatnya menjadi sangat menarik. Ketika

deskriptor lain hanya mampu mengambarkan interaksi polar CPSA juga

mampu menggambarkan interaksi hidrofobik yang penting dengan baik

pada suatu molekul (Staton, dkk. 2002).

a. PPSA

Merupakan total dari seluruh muatan positif pada permukaan atom

yang berinteraksi dengan pelarut

b. PNSA

Merupakan total dari seluruh muatan negative pada permukaan

atom yang berinteraksi dengan pelarut

3. Parameter sterik

Tetapan sterik substituent dapat diukur berdasarkan sifat meruah

gugus-gugus dan efek gugus pada kontak obat dengan sisi reseptor yang

berdekatan. (Siswandono, 2008). Parameter strerik yang digunakan pada

(33)

Pada hampir setiap kasus, para kimiawan lebih memilih untuk

menggunakan indeks topologi sebagai deskriptor molekular untuk

melakukan evaluasi terhadap toksisitas dan untuk memprediksi aktivitas

biologi. Hal ini karena indeks topologi menawarkan cara yang mudah

dalam pengukuran cabang molekul, bentuk, ukuran, siklisitas, simetri,

sentrisitas, dan kompleksitas (Devillers, 1997)

Indeks topologi menjelaskan bahwa suatu struktur kimia, disebut

sebagai grafik kimia, yaitu suatu model kimia yang digunakan untuk

menjelaskan sifat interaksi antara obyek-obyek kimia (atom, ikatan,

gugusan atom, molekul, pasangan molekul, dan sebagainya) (Fitri, 2008).

Suatu grafik G = G(V,E), oleh Ivanciuc dan Balaban (1998)

dijelaskan sebagai pasangan terurut yang terdiri dari dua buah himpunan V

= V(G) dan E = E(G). Unsur-unsur pada himpunan V(G) disebut vertices

(puncak) dan unsur-unsur pada himpunan E(G), termasuk hubungan biner

antara puncak-puncak disebut edges (tepi). Jumlah puncak N

menggambarkan jumlah unsur-unsur pada V(G), N = |V(G)| dan jumlah

tepi M menggambarkan jumlah unsur-unsur pada E(G), M = |E(G)|.

Puncak-puncak suatu grafik diberi nama dari 1 sampai N, E(G) = (ν1, ν2,

..., νN), dan tepi yang menghubungkan puncak-puncak νi dan νj disebut

eij. Dua buah puncak νi dan νj pada grafik G disebut berdekatan atau

berbatasan bila terdapat tepi eij yang menyertainya.

a. Indeks Harary

Indeks Harary yang dinyatakan dengan H diturunkan dari

hubungan timbal balik (resiprokal) matriks jarak dan memiliki sejumlah

sifat-sifat yang menarik. Indeks ini berdasarkan pada dugaan para

kimiawan bahwa situs-situs yang terletak berjauhan dalam suatu struktur

seharusnya memiliki pengaruh yang lebih kecil antara satu dengan lainnya

daripada situs-situs yang letaknya berdekatan.

Indeks Harary H = H(G) pada grafik molekular G dengan puncak

N didefinisikan sebagai setengah dari jumlah diagonal unsur-unsur pada

matriks jarak resiprokal Dr = Dr(G) yang dituliskan pada persamaan

(34)

Matriks jarak resiprokal D

r

diperoleh dengan mengganti semua

diagonal unsur-unsur [D

ij] menjadi bentuk kebalikannya ditunjukkan pada

persamaan dibawah

sehingga untuk diagonal (D

r

)

ii bernilai nol (Lucic dkk., 2002) b. Indeks Randic

Indeks Randic atau indeks konektivitas molekular Randic sangat

mirip dengan indeks Zagreb, namun lebih dapat diterima dan digunakan

secara luas. Secara matematis dituliskan pada persamaan dibawah

Sesuai dengan definisi yang diberikan, maka semakin rapat grafik,

maka akan semakin rendah harga χ (Ivanciuc dan Balaban, 1998)

c. Indeks Wiener

Indeks Wiener atau Wiener number adalah indeks topologi suatu

molekul yang dihitung berdasarkan total jarak terpendek dari suatu

molekul yang mewakili atom selain hydrogen (Rouvray, 2002). Indeks

Wiener merupakan indeks topologi tertua yang digunakan dalam

memperhitungan percabangan suatu molekul (Todeschini, 2009).

Berdasarkan kesuksesan dari indeks Wiener ini dalam grafik kimia maka

dikembangkanlah indek- indeks topologi baru (Rouvray, 2002).

2.5.Deskriptor

Molekuler deskriptor adalah hasil dari logika dan matematika yang

mengubah informasi yang dikodekan dalam suatu molekul kemudian

direpresentasikan kedalam angka-angka yang berguna bagi penelitian

(35)

sebagai model untuk mempresiksi molekul lain. Molekuler deskriptor

diumpamakan sebagai naga dalam mitologi Babylon Istar yang sebenarnya

merupakan pencampuran beberapa hewan, masing-masing memiliki peran

sebagai bagian dari tubuh naga. Demikian halnya dengan molekuler

deskriptor memiliki beberapa arti yang berbeda tergantung pada titik

pandangnya (Todeschini, 2009).

2.6.Marvin Sketch

Marvin Sketch adalah sebuah aplikasi kimia untuk menggambar

struktur kimia, dan reaksi kimia serta menyimpannya dalam berbagai

format (MRV, CDX, SKC, SDF, RDF (V2000/V3000), RXN, MOL,

MOL2, SMILES, SMARTS, InChi, CML, FASTA, dll.). Marvin Sketch

mampu mengoreksi struktur kimia yang digambar baik secara 3D maupun

2D. Marvin Sketch merupakan aplikasi buatan ChemAxon dan

dikembangkan dengan java sehingga memerlukan Java Runtime

Environment (JRE) untuk berjalan. (ChemAxon 2015)

2.7. SPSS (Statistikal Package and Service Solution)

SPSS merupakan software statistik yang pertama kali dibuat pada

tahun 1968 oleh tiga mahasiswa Stanford University, yakni Norman H.

Nie, C. Hadlai Hull, dan Dale H. Bent. Saat itu software dioperasikan pada

computer mainframe. Setelah penerbit terkenal menerbitkan user manual

SPSS, program tersebut menjadi popular. Pada tahun 1984 SPSS pertama

(36)

dengan nama SPSS/PC+, dan sejalan dengan mulai populernya sistem

operasi Windows, pada tahun 1992 SPSS mengeluarkan versi Windows.

Pada mulanya SPSS ditujukan untuk penggunaan pengolahan data statistik

untuk ilmu social (SPSS adalah singkatan dari Statistikal Package for the

Social Science) namun seiring berkembangnya kerjasama dengan berbagai

software house maka kini SPSS memperluas pelayanannya untuk berbagai

jenis pengguna, seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu-ilmu

sains dan lainnya. Kini kepanjangan dari SPSS adalah Statistikal Product

and Service Solutions (Santoso, 2008)

2.8. Ligand Scout

Ligand Scout adalah perangkat lunak yang memungkinkan

penggunanya untuk melakukan pemodelan farmakofor secara 3D dari

kompleks ligand dan protein, atau dari training set dan test set dari

senyawa organic. Ligand Scout mampu menjelaskan fitur-fitur pada

struktur kimia 3D (seperti pendonor dan aseptor ikatan hidrogen, daerah

yang bersifat lipofil, serta grup yang memiliki sifat positif dan negative)

yang menggambarkan interaksi ligand dan situs tambat disekelilingnya

(makromolekul) (Wolber 2005). Ligand Scout juga mampu mensejajarkan

farmakofor dari ligan tersebut pada senyawa yang memiliki gugus

kromofor yang mirip (Wolber 2005). Pada tiap senyawa yang disejajarkan

dapat disisipkan gugus kromofor tambahan yang mampu memberi andil

pada interaksi antara ligand dan protein (makromolekul). Software ini

telah sukses digunakan dalam memprediksi senyawa penuntun dalam

desain obat contohnya ialah prediksi aktivitas biologi senyawa baru

terhadap inhibitor HIV reverse transcriptase. (Barecca 2007).

2.9.Open Babel

Open Babel adalah perangkat lunak untuk mengubah beberapa

format berkas kimia. Selain itu, perangkat ini menyediakan berbagai

fungsi berguna yaitu pencarian konformer dan penggambaran 2D,

penapisan, konversi batch, dan pencarian substruktur dan kemiripan. Open

(37)

format dan menulis 85 format. Perangkat ini tersedia secara gratis dari

http://openbabel.org (O’Boyle, dkk., 2011).

2.10. CDK Deskriptor

CDK adalah perpustakaan Java yang mendukung berbagai

informasi kimia mulai dari membaca berbagai macam format file molekul

hingga pembacaan molecular deskriptor. CDK mampu menghitung

molecular deskriptor secara topologi, geometri, Charge, dan secara

konstitusional. Keunggulan dari CDK adalah mampu secara otomatis

mengklasifikasikan deskriptor, pengguna dapat memilih deskriptor mana

yang akan digunakan, output dari aplikasi ini dapat berupa .xls sehingga

memudahkan dalam pengolahan data (Guha, 2014)

2.11. PubChem

PubChem (http://PubChem.ncbi.nlm.nih.gov) adalah gudang

informasi molekuler untuk umum, sebuah karya ilmiah dari Institut

Kesehatan Nasional Amerika (US National Institutes of Health / NIH).

Basis data PubChem memiliki lebih dari 27 juta catatan struktur kimia

khusus dari senyawa yang berasal dari hampir 70 juta senyawa endapan,

dan berisi lebih dari 449.000 catatan bioassay dengan lebih dari ribuan

biokimia in vitro dan skrining berbasis sel, dengan menargetkan lebih dari

7000 protein dan gen yang terhubung dengan lebih dari 1,8 juta senyawa

(Xie, 2010). Pada situs PubChem ini dapat diunduh struktur kimia dari

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan di Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong selama bulan Mei hingga Juli

2015

3.2 Alat

3.2.1 Perangkat Keras

Notebook Samsung (300E4C) dengan spesifikasi Intel ® Celeron ®

CPU B820 @1,7 GHz, RAM (Random Access Memory) 4 gigabyte, dan

Graphic Card (NVIDIA Optimus Ge Force 610M).

3.2.2 Perangkat Lunak

Windows 7 Ultimate 32 bit, Marvin sketch, CDK Deskriptor

Calculator 1.3.4, Marvin Sketch, SPSS 16, Open Babel GUI 2.3.2, Sigma

Plot 12.0, Microsoft Office Excel 2010, Java ™, Protein Data Bank

(www.pdb.org), PubChem (http://PubChem.ncbi.nlm.nih.gov), Ligand

Scout 3.1.2 trial. www.libgen.org. PubMed

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed)

3.3 Bahan

Senyawa-senyawa turunan asam sinamat dalam format 3D (.mol)

(Terlampir)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan Data

Dilakukan dengan mencari senyawa-senyawa turunan asam

(39)

diketahui IC50 dari senyawa tersebut. Pencarian dilakukan melalui

PubChem Bioassay (http://PubChem.ncbi.nlm.nih.gov)

3.4.2 Pemilihan Deskriptor dan Perhitungan Deskriptor

Deskriptor yang dipilih adalah CPSA (PPSA1 dan PNSA1) untuk

parameter elektronik, dan log D dan log P untuk mewakili parameter

hidrofobik, serta indeks topologi (indeks Randic, indeks harari dan indeks

Wiener) untuk parameter sterik.

Perhitungan deskriptor berupa CPSA, indeks Wiener dan log P

dilakukan menggunakan aplikasi CDK deskriptor dan input yang

digunakan adalah .mol serta outputnya berupa .xls. sedengkan untuk

indeks Harary dan indeks Randic akan di hitung menggunakan marvin

sketch kemudian nilai deskriptor yang telah didapat disatukan dalam

Microsoft office excel.

3.4.4 Pembagian Data dan Penghilangan Outlier

Data yang telah didapatkan kemudian dibagi menjadi dua

kelompok data yaitu training set, dan test set. Training set yang digunakan

sebanyak 23 Senyawa dan test set yang digunakan sebanyak 8 Senyawa.

Penghilangan outlier dilakukan dengan menggunakan Ligand

Scout trial dengan membandingkan gugus kromofor yang terdapat pada

senyawa-senyawa yang didapatkan. Dari data yang didapat hanya 31 yang

digunakan sebagai model persamaan HKSA karena terdapat beberapa

senyawa outlier

3.4.6 Pembuatan Model Persamaan Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas

Model persamaan dibuat menggunakan SPSS 16 dengan varieabel

dependent adalah Log 1/IC50 (aktivitas) dan variable independent berupa

log D, log P, PPSA1, PNSA1, indeks Harary, indeks randiks, dan indeks

(40)

3.4.7 Validasi Model HKSA

Validasi dilakukan dengan beberapa parameter statistik yaitu

koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (r2), Adjusted r2, standard of error (SE), Fhitung/Ftabel, prediction residual error sum of square (PRESS),

dan root mean square deviation (RMSD). Untuk menentukan nilai PRESS

(Prediction Error Sum Of Square) dilakukan dengan mengurangi hasil

Log 1/IC50 dari persamaan dengan Log 1/IC50 dari penelitian yang telah

dikakukan kemudian menjumlah seluruh simpangannya, dan RMSD (Root

Mean Square Deviation) dengan mengurangi hasil Log 1/IC50 dari

persamaan dengan Log 1/IC50 dari penelitian yang telah dikakukan,

kemudian merata-ratakan (menjumlah seluruhnya dan membagi pada

jumlah test set yang digunakan) kemudian dilakukan pengakar kuadratan

terhadap rata-rata yang telah didapatkan.

3.4.6 Pengujian Aktivitas senyawa turunan asam sinamat lain

Senyawa turunan asam sinamat digambar menggunakan Marvin

Sketch kemudian disimpan dalam format .mol dan dihitung deskriptornya.

Untuk deskriptor indeks Harary dan indeks Randic serta log D dihitung

menggunakan Marvin Sketch sedangkan CPSA, indeks Wiener, dan log P

dihitung menggunakan CDK deskriptor. Kemudian deskriptor yang

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Set

Data set senyawa turunan asam sinamat dikumpulkan dari 2

sumber yang berbeda yaitu: dari pubchem bioassay sebanyak 22 senyawa

dan dari kumpulan beberapa jurnal serta hasil penelitian Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebanyak 12 senyawa. Seluruh senyawa

kemudian disimpan dalam bentuk tiga dimensi yaitu (.mol). Data set yang

didapat dari jurnal dan dari penelitian LIPI terdahulu di gambar dengan

menggunakan MarvinSketch kemudian disimpan. Sedangkan data set

yang didapat dari pubchem bioassay didownload dalam format .sdf

kemudian di ubah menjadi format .mol menggunakan Open Babel GUI.

(42)

Dasar dari pemilihan data set ialah senyawa-senyawa turunan asam

sinamat yang digunakan harus memiliki kesamaan baik metode pada

pengujian in vitronya yaitu terhadap sel p388, begitu juga dengan kontrol

positifnya. Selain itu data set yang digunakan harus memiliki nilai

aktivitas berupa IC50 baik dalam satuan µM maupun dalam satuan µg/mL.

untuk data set yang memiliki aktivitas berupa µg/mL harus dirubah

menjadi µM agar seluruh satuan dari data set sama.

Tabel 4.1 struktur dan aktivitas data set

Struktur Kode IC 50

(µM)

Log 1/IC50

Referen

si

Piperidil para kumaramida

S1 0.0231 1.637 Firdaus,

dkk

2012

metil 2- cinnamido-3- hidroksi propanoat

S2 0.0432 1.364 Teni,

dkk

2014

N,N dietil para kumaramida

S3 0.107 0.9699 Firdaus,

dkk

(43)

N propil para kumaramida

S4 0.2609 0.5834 Firdaus,

dkk

2012

(E)-3-(2,5-difluorophenyl)-1-(4 hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S5 0.8639 0.0634 Dimmo

ck, dkk

1998

phenyl (2E)3phenylprop2enoate

(44)

(2E)1(4hydroxyphenyl)3[4(trifluoromethyl)phenyl]prop2en1one

S7 2.490 -0.3962 Dimmo

ck, dkk

1998

E)-3-(3-chlorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S8 2.82 -0.4502 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-1-(4-hydroxyphenyl)-3-phenylprop 2 en-1-one

S9 3.107 -0.4923 Dimmo

ck, dkk

(45)

(E)-3-(2,6-dichlorophenyl)-1-(4 hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S10 3.170 -0.5010 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(4-chlorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S11 3.6701 -0.5646 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(4-bromophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S12 5.514 -0.7414 Dimmo

ck, dkk

(46)

(E)-3-(2-chlorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S13 6.8502 -0.8357 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(2,4-dichlorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S14 7.8901 -0.8970 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-1-(3,4-dichlorophenyl)-3-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S15 8.5301 -0.9309 Dimmo

ck, dkk

(47)

(E)-3-(4-fluorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S16 8.55 -0.9319 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-1-(4-hydroxyphenyl)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-en-1-one

S17 8.7 -0.9395 Dimmo

ck, dkk

1998

(2E,4E)-1-(4-hydroxyphenyl)-5-phenylpenta-2,4-dien-1-one

S18 8.830 -0.9459 Dimmo

ck, dkk

(48)

(E)-1,3-diphenylprop-2-en-1-one

S19 9.6302 -0.9836 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(3,4-dichlorophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S20 11.700 -1.0681 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-1-(4-bromophenyl)-3-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S21 12.9 -1.110 Dimmo

ck, dkk

(49)

(E)-1-(4-hydroxyphenyl)-3-(4-nitrophenyl)prop-2-en-1-one

S22 13.140 1

-1.1185 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(4-hydroxyphenyl)-1-phenylprop-2-en-1-one

S23 14.300 2

-1.1553 Dimmo

ck, dkk

1998

(E)-3-(4-bromophenyl)-1-(4-hydroxyphenyl)prop-2-en-1-one

S24 16.649 -1.2214 Dimmo

ck, dkk

(50)

methyl

(2E)3(4nitrophenyl)prop2enoate

S25 38.517 -1.5856 LIPI

Cinnamaldehid

S26 44.779 -1.6510 LIPI

2methylpropyl (2E)3phenylprop2enoate

(51)

Butil sinamat

S28 96.494 -1.9845 LIPI

Metil sinamat

S29 125.47 7

-2.0985 LIPI

methyl

(2E)3(2nitrophenyl)prop2enoate

S30 134.08 6

-2.1273 LIPI

Asam sinamat

S31 329.73 3

(52)

4[(2E)3(4methoxyphenyl)prop2enoy l]phenyl (2E)3phenylprop2enoate

S32 10.207 -1.0088 Dimmo

ck, dkk

1998

4[(2E)3(4chlorophenyl)prop2enoyl] phenyl (2E)3 phenylprop2enoate

S33 3.827 -0.5828 Dimmo

ck, dkk

(53)

Catatan: Untuk mempermudah input data, nama senyawa selanjutnya akan

digantikan oleh kode senyawa

4.2. Pemilihan Deskriptor

Penelitian ini menggunakan tiga buah deskriptor yang terdiri dari

deskriptor hidrofobik, sterik, dan elektronik. Deskriptor hidrofobik berupa

log P, dan log D, deskriptor sterik terdiri dari indeks Harary, indeks

Randic, dan Indeks Wiener, serta deskriptor elektronik yaitu PPSA1 dan

PNSA1 sehingga total deskriptor yang digunakan adalah 8 buah.

4.2.1. Deskriptor Hidrofobik

1. Log P

Tabel 4.2 Data aktivitas, log p dan log D dari 23 senyawa turunan asam sinamat

Kode Log 1/IC 50 Log D Log P

S1 1.636 2.32 -0.4698

S2 1.364 0.7 0.3395

S4 0.5834 2.12 0.1459

S5 0.0634 3.75 1.7694

S7 -0.3962 4.34 2.8523

S8 -0.4502 4.07 2.3185

4[(2E)3phenylprop2enoyl]phenyl (2E)3 phenylprop2enoate

S34 4.624 -0.6649 Dimmo

ck, dkk

(54)

S9 -0.4923 3.46 1.9498

Nilai log P dari 23 senyawa turunan asam sinamat berkisar antara

-0,469 sampai dengan 2,825. Nilai log P berkaitan dengan distribusi obat

dalam tubuh. Semakin positif nilai log P senyawa akan cenderung berada

pada fase non polar daripada fase polar, sedangkan semakin negatif nilai

log P senyawa akan cenderung berada pada fase polar daripada fase non

polar, yang berarti senyawa tersebut hanya larut dalam cairan tubuh saja

dan sulit untuk menembus membran biologis sehingga tidak dapat

berikatan dengan reseptor.

Senyawa dengan nilai log P paling besar adalah senyawa dengan

(55)

halogen yaitu fluor (F) yang bersifat nonpolar, selain itu pada senyawa ini

terdapat gugus benzene yang juga bersifat nonpolar sehingga nilai dari log

P senyawa ini lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lainnya.

Senyawa dengan nilai log P paling kecil adalah senyawa dengan kode S1

(-0,469) kemungkinan hal ini terjadi karena adanya gugus amida. Dari

nilai ini dapat dilihat bahwa senyawa dengan kode S7 merupakan senyawa

yang lebih cenderung berada pada fase nonpolar sedangkan senyawa

dengan kode S1 memiliki kecenderungan untuk berada pada fase polar.

Gambar 4.2 senyawa dengan kode S1 dan S7

2. Log D

Deskriptor hidrofobik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

log D (koefisien distribusi) hal ini dilakukan karena pada data set terdapat

senyawa- senyawa yang bersifat terion. Pada dasarnya perhitungan

koefisien partisi dibagi menjadi beberapa cara diantaranya adalah:

1. Berdasarkan atomik

Perhitungan berdasarkan atomic cukup baik dan banyak digunakan

karena perhitungannya didasarkan pada elemen-elemen umum

yang digunakan dalam pembuatan obat (oksigen, nitrogen,

hydrogen, carbon, sulfur, dan halogen) (Cheng dkk. 2007)

2. Berdasarkan fragmen

Perhitungan berdasarkan fragmen mampu memberikan hasil

(56)

akan tetapi tidak dapat digunakan untuk molekul dengan gugus

fungsi yang tidak umum (Leo, 1995)

Dalam HKSA log P mampu memberikan hasil prediksi yang baik

tetapi pada lingkungan yang terion dan senyawa-senyawa yang terion

penggunaan logD (koefisien distribusi) akan lebih akurat.

4.2.2. Deskriptor Elektronik

Dalam penelitian ini deskriptor yang digunakan pada parameter

elektronik adalah CPSA (Charge Partial Surface Area) dari 29 deskriptor

CPSA yang mampu dihitung menggunakan CDK deskriptor kalkulator

hanya PPSA1 dan PNSA1 saja yang digunakan dalam penelitian ini.

Pemilihan deskriptor ini dilakukan karena kedua deskriptor tersebut telah

terbukti memiliki korelasi yang baik berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Staton, dkk. 2002. CPSA juga mampu membedakan antara

agonis dan antagonis pada senyawa yang berikatan dengan reseptor

estrogen. Dalam hal interaksi nonkovalen CPSA juga mampu untuk

menggantikan energy LUMO (Lowest Occupied Molecular Orbitals)

untuk menggambarkan sifat elektrofilitas local dan global suatu senyawa.

(Staton dkk. 2002)

Secara statistik PPSA1 dan PNSA1 memiliki korelasi yang kurang

baik terhadap aktivitas antikanker sehingga, akan tetapi deskriptor ini

memiliki kepekaan yang lebih baik dibandingkan dengan deskriptor indeks

topologi hal ini terlihat pada senyawa dengan kode S20 dan S14 dengan

struktur yang tersusun oleh atom-atom yang sama PPSA1 dan PNSA1

mampu memberikan hasil yang berbeda tidak seperti hasil yang didapat

(57)

Gambar 4.3 Struktur senyawa dengan kode S14 dan S20

4.2.3. Deskriptor Sterik

Deskriptor dari parameter sterik yang digunakan adalah indeks

topologi (indeks Wiener, indeks Harary, dan indeks Randic). Pemelihan

indeks Harary dan indeks Wiener adalah karena kesederhanaan dalam

perhitungannya sehingga lebih dapat diterima selain itu ketiga deskriptor

ini telah banyak digunakan dalam penelitian HKSA.

Tabel 4.3 data deskriptor sterik

Kode Indeks Harary

Indeks Radix

WPATH WPOL

S1 49.24 15.07 594 21

S2 51.93 14.76 709 22

S4 39.15 13.36 446 16

S5 58.74 13.38 784 26

S7 67.25 14.59 1092 29

S8 53.76 13.38 691 23

S9 49.28 13.38 592 21

S10 59.09 13.38 772 27

S13 54.06 13.38 680 24

S14 58.58 13.38 794 26

Gambar

Gambar 2.1.  Struktur Asam Sinamat  .................................................................
Tabel 4.1. Struktur dan Aktivitas Data Set
Gambar 2.2 Naga dalam mitologi  Babylon Istar diambil dari Molecular
Gambar 4.1 pembuatan struktur asam sinamat menggunakan Marvin Sketch dan download data set dari pubchem bioassay
+7

Referensi

Dokumen terkait

(HKSA), dengan metode tersebut, suatu struktur senyawa obat baru dapat.. dikembangkan dengan aktivitas baru yang

Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas (HKSA) calcium channel blocker (CCB) model senyawa turunan dihidropiridin menggunakan deskriptor sterik, hidrofobik dan

Telah dilakukan studi hubungan kuantitatif struktur aktivitas (HKSA) antiinflamasi dari 10 senyawa turunan asam sinamat dengan pendekatan Hansch berdasarkan

Berdasarkan dari hasil komputasi, molekul asam sinamat dinilai lebih berpotensi sebagai senyawa kadidat obat antikanker serviks karena memiliki interaksi berupa ikatan hidrogen

Pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan kuantitatif antara struktur senyawa turunan estradiol dengan aktivitas antikanker, khususnya yang memanfaatkan komputer

Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisika dari senyawa dan uji aktivitas lebih lambat dibanding dengan sintesis turunan senyawa.. Parameter teori

Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisika dari senyawa dan uji aktivitas lebih lambat dibanding dengan sintesis turunan senyawa.. Parameter teori

Berdasarkan persamaan HKSA terpilih, variabel bebas yang paling berpengaruh pada aktivitas antikanker dipilih untuk digunakan dalam desain struktur senyawa turunan