• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS dengan prestasi belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS dengan prestasi belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh:

DRYMUHARMA nセZQPSPQUPRWRWP

JURUSAN PENDIDllUN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

urn

SYARIF HIDAYATULLAH JAIURTA

(2)

IPS dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat" diajukan kepada

Fakultas IImu Tarbiyab dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hudayatullab Jakarta,

dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyab pada tanggal, 04 Januari

2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berbak memperoleh gelar

Sarjana Stratal (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan (Tadris) IPS.

Jakarta, 04 Januari 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (KetuaJ urusan/Program Studi) Tanggal

Drs. H. Nurochim, MM. NIP. 050 046 643

Penguji I

Drs.

n.

Nurochim, MM. NIP. 050 046 643

PengujiII

Abdul. Rozak, M. Si. NIP. 150277 689

t$..

WNセ

7..

cd?

..

セ NZNW[[セN

t!1l...

Mengetahui:

Dekan,

Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan

(3)

Skl'ipsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh Dry muharma Nim. 103015027270

Pembimbing

\7

s ada MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(4)

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, karena

berkat ralunat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw, kaum kerabat, selia pengikutnya dan para penerus ajaran-ajaran

yang dibawanya. Amien.

Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam menempuh program Strata

Satu (SI) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan

dan bantuan beberapa pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Merangkap sebagai dosen

pembimbing skripsi yang banyak memberikan bimbingan dan arahan yang

amat berharga dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Nurochim, MM., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis.

4. Bapak pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memperkenankan penulis untuk mendapatkan berbagai literatur

demi terwujudnya skripsi ini.

5. Untuk Ibunda (aIm) dan Ayahanda tercinta, ananda takkan bisa membalas

(5)

mengorbankan harta dan bendanya serta berbagai motivasi serta bimbingan

yang menyertai peljalanan penulis dalam menyelesaikan tugas mulia ini

(menuntut ilmu pengetahuan) yang sekiranya tidak akan rnampu diraih sernua

orang, tidakkan terbalaskan rasanya jasa yang telah diberikan kepada penulis.

Hanya ucapan terirnakasih dan do'a jualah yang pantas diucapkan kepada

Allah SWT, sernoga dibalas dengan balasan yang setirnpal. Arnien.

7. Kepala Sekolah dan guru-guru SMA PORI 56 Ciputat Tangerang yang telah

rnembantu penulis menyelesaikan skripsi.

8. Kakak-kakak, adik-adik, dan farnili terdekatku yang tercinta sernoga Allah

selalu rnernberikan kernudahan kepada kita sernua. Canda dan tawa yang

seakan mengiringi selalu petjalanan kita, semoga rnenjadikan motivasi yang

lebih dalarn rnenapaki rnakna kehidupan ini hendaknya. Arnien.

9. Buat ternan-ternan seperjuangan angkatan 2003 PIPS terirnakasih atas

bantuannya yang sangat tinggi bagi penulis.

Dernikianlah penulis rnengucapkan terirna kasih dan berdo'a sernoga Allah

SWT rnernberikan balasnya, akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat

bermanfaat.

Jakarta, II Syawwal 1428 H. 23 Oktober 2007 M.

Salam takzim,

(6)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR lSI iii

DAFTAR T ABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

I. Identifikasi Masalah 6

2. Pembatasan Masalah 7

3. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Kegunaan Penelitan 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 9

A. Kompetensi Pedagogik 9

1. Pengetian Kompetensi Pedagogik Guru 9

2. Aspek-aspek Kompetensi Guru 14

3. Kompetensi Gum dalam Melakukan Kegiatan Pembelajaran .. 15

B. Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial... 27

1. Pengertian Pendidikan IPS 27

2. Metode Pembelajaran IPS 30

セN Tujuan Pengajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS) 31

C. Pengertian Prestasi Balajar Siswa 33

1. Pengertian Prestasi Balajar Siswa 33

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa 36

D. Kerangka Berfikir 39

(7)

2. Waktu Penelitian 42

B. Variabel Penelitian 42

C. Populasi dan Sampel 42

D. Telmik Pengumpulan Data 43

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 44

I. Teknik Pengolahan Data 44

2. Teknik Analisa Data 44

F. Instrument Penelitian 46

I. Kompetensi Pedagogik Ouru IPS 46

2. Prestasi Belajar Siswa 48

BAB IV HASIL PENELITIAN 49

A. Deskripsi Data 49

I. Pola Pengajaran IPS di SMA PORI 56 Ciputat Tangerang 49

2. Data Hasil Penelitian tentang Variabel X dan Variabel Y 50

3. Uji Coba Instrumen 55

4. Upaya SMA PORI 56 Ciputat dalam Meningkatkan Kompetensi

Pedagogik Ouru IPS 56

B. Analisi Data 58

C. Interprestasi Data 60

BAB V PENUTUP 62

A. Kesimpulan 62

B. Saran-saran 63

(8)
[image:8.595.70.460.152.595.2]

Tabel I

Tabel2

Tabel3

Tabel4

Tabe! 5

Tabel6

Tabel7

Tabe! 8

Tabel9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12

Tabel 13

Halaman

Kisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru IPS 47

Rangkuman Skor Variabel X dan Variabel Y 50

Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogik Guru IPS 52

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa 54

Interprestasi Hasil Koefisien Korelasi Produk Momen 59

Nyata Kore!asi Rxy dengan Thitung dan Ttabel 61

Uji Coba Instrumen 67

Penghitungan Uji Instrumen 68

Skor Dasar Variabel X dan Variabel Y 70

Skor Variabe! Kompetensi Pedagogik Guru IPS (X) 71

Nilai Raport Siswa yang Dijadikan Responden 72

Rincian Prestasi Belajar IPS Siswa 74

Koefisien Korelasi antm'a Kompetensi Pedagogik Guru IPS (X)

dan Prestasi Be!ajar Siswa 75

Tabel 14 Rangkuman Data Deskriptif dan Implementasi Strurges 76

Tabe! 15 Distribusi Frekuensi Variabel X 76

Tabe! 16 Ujin Normalitas Dan Kompetensi Pedagogik Guru IPS 77

Tabel 17 Distribusi Frekuensi Variabel Y 79

Tabel 18 Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Siswa 80

Tabel 19 Koefisien Korelasi Rxy Dengan Thitung Dan Ttabel 82

(9)

Lampiran I

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Uji Coba Instrument.. 67

Skor Dasar Variabel X dan Variabel Y Penelitian 70

Rangkuman Skor Variabel X dan Variabel Y 75

[image:9.595.63.464.164.520.2]

Penghitungan Dasar Hasil Penelitian 76

Tabel Landasan Statistik 83

(10)

A. Latal' Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam

kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya

suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju-mundurnya pendidikan bangsa ini.

Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus

dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.

Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga

pendidikan sampai pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan.

Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secm'a personal, sosial,

maupun profesionaL harus benar-benar dipikirkan, karena pada dasarnya guru

langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan

pendidikau.

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya anak, dan again yang terjemahannya adalah membimbing. Oengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Oalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie terse but berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia dewasa. Oalam perkembangan selanjutnya, pendidikan bermii usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi.1

Oi Indonesia proses pendidikan secm'a umUl11 clilakukan dalam bentuk

pembelajaran, hal iui dapat dilihat dari lemhaga-lembaga pendidikan yang ada

di Negara ini mulai dari lembaga yang hersifat keagamaan seperti Madrasah

lbtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) clan

lain-lain, adapun bersifat umum seperti Sekolah Oasar (SO), Sekolah Lanjutan

(11)

lain-lain. Dari berbagai macam lembaga ini pendidikan biasa diberikan dalam

bentuk materi pengetahuan, keterampilan dan latihan semua hal yang

diberikan tersebut adalah hasil belajar atau prestasi belajar. Istilah prestasi

belajar diberikan kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang

optimal dari suatu aktifitas belajar.

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar mengemukakan

bahwa, "prestasi belajar merupakan psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dari belajar siswa,,2 Sedangkan menurut Dewa Ketut Subardi

"prestasi belajar diartikan sebagai taraf prestasi yang telah dicapai dari

macam-macam mata pelajaran yang diikuti, dapat dari nilai-nilai dalam raport

tiap semester atau nilai ujian akhir tiap jenjang sekolah yang dilaluinya"J

Prestasi belajar siswa dalam bentuk kongkrit pemberian angka nilai

dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai

materi pelajaran yang diberikan adalah ikut menentukan dan mendorong siswa

meningkatkan prestasi belajar.

Kendatipun clemikian adalah benar bahwa prestasi belajar yang berupa

angka nilai tersebut hanya salah satu indikasi clari data atau informasi akibat

kegiatan evaluasi (dalam pengajaran). Oleh karena itu guru kelas harus

obyektif clalam menentukan dan menclorong siswa untuk menigkatkan hasil

belajar tersebut.

Penguasaan materi atau keterampilan yang climaksucl dikemukakan

oleh Ngalim Purwanto meliputi tiga aspek, yaitu "kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap) clan psikomotorik (keterampilan)".4

Ketiga aspek tersebut akan clijadikan sebagai landasan clalam upaya

peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam aspek kognitif siswa cliharapkan memiliki kemampuan yang

meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman. analisis, sintesis dan evaluasi.

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar.(Jakarta: PT. Logos. 1999). Cet. I, h. 148

(12)

Aspek afektif merupakan aspek yang menunjukan kemampuan

bersikap yang tampak dalam perilaku. Aspek afektif dicapai melalui lima

tahapan, yaitu: Pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai,

pengorganisasian dan karakteristik dari nilai yang komplek.

Adapun aspek psikomotor merupakan aspek yang menunjukan

kemampuan kerja otot, sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh atau

bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam aspek psikomotor ini adalah mulai

dari gerak yang paling sederhana sampai pada gerak yang memerlukan adanya

koorclinasian yang baik

Prestasi belajar sebagai salah satu dari data atau infonnasi (yang

cliwujudkan clengan angka nilai) kegiatan evaluasi pengajaran clipengaruhi

oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi tercapainya

prestasi belajar. Oleh karena itu clalam hal ini guru kelas dituntut untuk

berlaku clialogis dan interaktif dalam menghaclapi siswanya.

Abu Ahmacli mengutip dan berkesimpulan atas pendapat para pakar

penclidikan mengungkapkan bahwa, "faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa clibagi clalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal"S

Faktor internal tercliri clari: faktor jasmaniah (psikologis), faktor

psikologis yang tercliri atas: faktor intelektif clan faktor non intelektif dan

faktor kematangan fisik clan psikis.

Sedangkan faktor eksternal terdiri clari: perlama, faktor sosial yang

tercliri dari: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat clan kelompok, kedua,

faktor budaya seperti aclat-istiaclat, ilmu pengetahuan clan kesenian, keliga

faktor instrumental (lingkungan fisik) seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar

clan iklim, keempalfaktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

Dengan memenuhi faktor-faktor tersebut cliharapkan siswa menjacli

manusia yang seutuhnya dengan kata lain menjadi manusia yang berdaya guna

(13)

ruah di Negara ini untuk lebih memajukan dan meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Sejarah menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan

keberhasilan suatu bangsa bukanlah kekayaan alam yang dimilikinya,

melainkan kualitas sumber daya manusianya sebagai insan dengan segala

keutuhannya (human being as a whole), dengan segenap daya yang ada pada

dirinya yaitu claya pikir, claya clzikir, dan moral. Dengan fakta tersebut maIm

pendidikan clengan penekanan terhadap pembentukan sumber claya manusia

yang utuh dan siap bersaing dalam era pasar bebas sangatlah diperhatikan clan

perIu clijalankan clengan segenap kemampuan yang ada, dan untuk

menciptakan manusia yang utuh tersebut maka cliperlukanlah tenaga ahli clan

kompeten clalam bidangnya (pendidikan), sehingga clapat mencetak manusia

seperti yang clibutuhkan di atas.

Profesi guru pacla saat ini masih banyak clibicarakan orang-orang atau

masih saja clipertanyakan, baik clikalangan para pakar pendiclikan maupan cli

luar pakar pencliclikan. Bahkan selama clasawarsa terakhir ini hampir setiap

hari, media massa khususnya media massa cetak harian maupun mingguan

memuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang

cendrung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya yang menyangkut

kepentingan umum sampai kepacla hal-hal yang sifatnya sangat pribacli,

seclangkan dari pihak guru sencliri tak mampu membela cliri.

Masyarakat/orang tua muricl pun kaclang-kadang mencemoohkan clan

menucling guru ticlak kompeten, ticlak berkualitas clan sebagainya, manakala

putera/puteri mereka ticlak bisa menyelesaikan persoalan yang clihaclapinya

sencliri atau ticlak memiliki kemampuan yang sesuai dengan keinginan orang

tua.

Menurut Uzer Usman mengutip clari penclapat Nana Sudjana,

renclahnya pengakuan sebagaian masyarakat terhaclap profesi guru clisebabkan

(14)

1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pun dapat menjadi guru asal ia berpengetahuan.

2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.

3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya atau kompetensi yang dimilikinya, apalagi berusaha mengembangkan profesi itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru.

4. Penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadi, sehingga wibawa guru semakin merosot.6

Dan jika dikaitkan dengan industrialisasi yang sedang berkembang

dengan kemajuan IPTEK seperti yang disinggung di atas, banyak dari

kalangan industrialisasi/bisnis pun lllelllprotes para guru karena kualitas para

lulusan dianggapnya kurang lllellluaskan bagi kepentingan perusahaannya. Di

mata para murid-muriel pun khususnya eli sekolah lllenengah atas di kota-kota

pada umumnya cendrung menghorlllati gurunya hanya dikarenakan ingin

mendapatkan nilai yang baik atau naik kelas/lulus Ujian Akhir Nasional

(UAN) dengan peringkat teliinggi tanpa kelja keras. Tentu saja tuduhan dan

protes dari berbagai kalangan tersebut akan lllerongrong wibawa guru, bahkan

cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan mal·tabat guru. Akankah

demikian nasiblllu wahai pahlawan tanpa tandajasa?

Syafruddin Nurdin lllengungkapkan dalam bukunya Guru Profesional

dan Illlplikasi Kurikulum, Guru yang dalam pandangan tradisional adalah

"sebagai orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan atau pengeliian yang telah singkat lagi yaitu manusia yang

digugu dan ditiru"/ akankah hilang eksistensinya dengan kritikan dan hujatan

yang ada dan silih berganti datangnya. Untuk lllenjawab semua tantangan dan

kritikan yang ada dan terus bertambah tersebut, guru sebagai tenaga ahli untuk

membentuk manusia yang seutuhnya di sekolah sangatlah perlu diperhatikan

kOl11petensi yang dil11iliki atau dikuasainya, khususnya kompetensi

pedagogik. Sebenarnya profesi keguruan bukanlah profesi yang asal dan

l11udah untuk didapatkan. Hal ini c1ikarenakan untuk l11enjacli seorang guru

(15)

tidaklah mudah. Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu

kompleksnya.

Hal ini Juga penting, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan

kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis,

dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cendrung kerdil

karena tidak mempunyai dunianya sendiri.

Setelah penulis mengamati situasi lapangan yang akan diteliti, maka

fenomena yang ada pada Sekolah Menengah Atas PGRI 56 Ciputat adalah

suatu keadaan di mana seorang guru (khususnya Guru IPS) sangatlah

diperhatikan dengan amanah yang diberikan oleh lembaga tersebut. Akan

tetapi, apakah segi kualitas guru tersebut memenuhi syarat untuk ュ・ャセ。、ゥ guru

yang benar kompeten dibidang keilmuannya, jib dil ihat dari segi kegiatan

ekstra kurikulernya mungkin peran aktif guru tersebut sangat berpengaruh

seperti dalam kegiatan sosial siswa atau dikenal sekarang ini sebagi rohis

SMA. Akan tetapi sangat ironis, jika seorang guru sudah berada di dalam

kelas, penguasaan kompetensi pedagogiknya tidak mampu mengantarkan

siswa pada suatu peningkatan atau pencapaian prestasi belajar yang lebih bailc

Atas elasar fenomena eli atas, penulis tertarik untuk meneliti hal ini

yang elituangkan elalam bentuk skripsi elengan juelul "Hubungan antara

Kompetensi Pedagogik Guru IPS dengan PJ'estasi Bela.jar Siswa di SMA

PGRI 56 Ciputat."

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Pel'umusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Kurangnya penguasaan guru IPS terhaelap kompetensi pedagogik.

b. Kurangnya pemahaman siswa terhaelap materi pelajaran IPS.

c. Prestasi belajar siswa paela mata pelajaran IPS kurang memuaskan

(masih eli bawah rata-rata).

el. Rendahnya penerapan kompetensi peelagogik oleh guru IPS dalam

(16)

e. Ketidak jelasan hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS

dengan prestasi siswa.

2. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya ruang lingkup yang diuraikan maka untuk

menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan. maka penulis

membatasi ruang lingkup permasalahan pada:

a. Kurangnya penguasaan guru IPS terhadap kompetensi pedagogik.

b. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kurang memuaskan

(masih di bawah rata-rata).

c. Ketidak jelasan hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS

elengan prestasi siswa.

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah eli atas penulis merumuskan

permasalahan ini yaitu:

a. Bagaimana penguasaan guru IPS terhadap kompetensi pedagogik?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas I dan II SMA PORI 56

Ciputat?

c. Adakah hubungan antara kompetensi peelagogik guru IPS dengan

prestasi belajar siswa eli SMA PORI 56 Ciputat?

eI. Seberapa besar kontribusi yang elisumbangkan oleh kompetensi peelagogik guru IPS terhaelap prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

I. Untuk mengetahui penguasaan kompetensi peelagogik oleh Ouru IPS eli

SMA PORI 56 Ciputat.

2. Untuk mengetahui kedaan prestasi belajar siswa kelas I elan II SMA PORI

56 Ciputat.

3. Untuk mengetahui jawaban ketielak jelasan hubungan antara kompetensi

pedagogik guru IPS elengan prestasi belajar siswa.

(17)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi, sebagai berikut:

I. Menjadi tolok ukur bagi para guru bidang studi khllsllsnya pada IPS dalam

meningkatkan kompetensinya, terlltama kompetensi pedagogik.

2. Menjadi masukan bagi para pengelola lembaga pendidikan khususnya

dalam bidang perekrutan pegawai dan tenaga pengajar untuk lebih selektif

dalal11 menjaring pegawai dan tenaga pengajar yang benar-benar

profesional dan kompeten terhadap bidang keahliannya.

3. Dan menul11buhkan daya kritis bagi siswa untuk lebih bijaksana terhadap

(18)

A. Kompetensi Pedagogik

l. Pengertian Kompetensi Pedagogil( Guru

Kata kompetensi guru berasal dari bahasa lnggris yaitu competency

yang berarti kecakapan atau kemampuan. Seperti dinyatakan oleh

Roestiyah yang dikutip dari pendapat Robert Houston bahwa "kompetensi

sebagai suatu tugas yang memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuaan yang dituntut oleh jabatan seseorang".l

Dalam pengertian ini lebih menitik beratkan pada tugas guru dalam

mengajar, kompetensi juga dapat diartikan sebagai kewenangan atau

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah"The ability of

a teacher to responsibly perform has or her duties appropiately,,2 yang

diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya seCaI'a belianggungjawab

dan layak.

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan "kompetensi itu berasal

dari kata kompeten yang berarti cakap, berkuasa dalam memutuskan atau

menentukan sesuatu,,3 artinya berupa kemahiran dalam memutuskan atau

menentukan sesuatu untuk dilakukan kepada setiap peserta didik.

Kompetensi juga berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau

kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.

Sedangkan menurut A. Sahertian yang dimaksud "kompetensi

adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui

I NY. Roesliyah ,Masatah-masatah Jlmu KeguI"uan, (Jakarta: Balai Puslaka, 1989), h. 18

(19)

pendidikan dan latihan".4 Dipahami bahwa, seseorang dapat dikatakan

berkompeten dalam suatu bidang tertentu apabila ia mengaplikasikan

kemampuannya melalui proses pendidikan dan pelatihan yang telah

dijalaninya, karena dari hasil tersebut pengalaman demi pengalaman akan

ia raih dan akan menjadi modal awal terhadap suatu bidang pekerjaan yang

ditekuni. Sebagaimana Mulyasa yang mengutip pendapat Me Ahsan

mengemukakan bahwa "competency is a knowledge, skill, and abilities

that aperson achieves, wich become part of his or her being to the exent

can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor

behaviors".5 Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari

dirinya sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku berdasarkan dad

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sebaik-baiknya. Hal ini

menjelaskan bahwa seseorang yang berkompetensi bukan hanya

berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan setelah

melakukan pelatihan, tapi juga membutuhkan aspek-aspek lain dalam diri

individu yang akan menjadi satu kesatuan yang bail"

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna

sebagaimana yang dikutip oleh Moh Uzer Usman dari beberapa pendapat,

antara lain menurut Broke and Stone: "Kompetensi merupakan gambaran

hakikat kualitatif dad perilaku guru yang tampak sangat bermti", dan juga

menurut Charles Jhonson "kompetensi merupakan perilaku yang rasional

untuk meneapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

diharapkan".6 Seem'a keseluruhan kompetensi bukan hanya memiliki

pengetahuan, keterampilan, selia kemampuan sebagai tugas seseorang tapi

juga merupakan penguasaan dalam diri seseorang yang meneakup perilaku

4 Pie!. Sahertian, Supervisi Pene/idikan dalam Rangka Program in Service Education,

(Jakarta: Rineka Cipla, 1992), h. 25

5Mulyasa, KUI'ikutum Bel'basis Kampe/ensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.

(20)

rasional sebagai wujud dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

seseorang.

Adapnn menurut pendapat Zakiyah Darajat kompetensi guru

merupakan "kemampuan seorang guru dalam me1aksanakan kewajibannya

sebagai pengajar yang bertanggungjawab dan layak".7 Definisi ini

menunjukkan bahwa tanggungjawab seorang pengajar dalam melakukan

tugasnya mendidik sebagai wujud dari pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki secara rasional oleh jabatan seseorang.

Kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional dimiikan

sebagai "pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan beliindak",8 Dalam pengertian

ini kompetensi diarahkan untuk dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam suatu profesi dalam pekerjaan maupun bidang lainnya.

Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa

kompetensi seorang guru dalam melakukan tugasnya mendidik haruslah

sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya selia diikuti

oleh perilaku rasional yang bertanggungjawab dan layak sebagai bagian

dari diri seorang guru.

Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional agar dapat bernilai secara

nyata maupun bekelja dibidangnya secara efektif dan efisien.

Dalam PP No.19 tahun 2005 pasal 28 tentang Standar Nasional

Pendidikan ayat 3 disebutkan bahwa seorang pendidik atau pun pengajar

hm'us memiliki 4 kompetensi yaitu:

a, Kompelensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peselia didik, perancangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

7 Zakiyah Darajat. Pendidikan Islam dalelln Keluarga dan Sekolah, (Jak",la: Ruhama,

(21)

b. Kompelensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia.

c. Kompelensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secm'a luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.

d. Kompetensi 80s/ai, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secm'a efektif dengan peselia didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar9

Sedangkan pengeliian peelagogik menurut Nana Syaoelih

Sukmadinata adalah "penguasaan kemampuan melakukan proses belajar

mengajar atau kemampuan e1alam mengajar"IO. Definisi ini menyatakan

bahwa setiap tenaga pengajar suelah pasti memiliki kemampuan e1asar yaitu

kemampuan melakukan pengajaran e1engan segala ruanglingkupnya yang

meliputi interaksi dengan peserta didik, perancangan, pelaksanaan, selia

evaluasi pembelajaran bahkan pengembangan potensi peselia e1idik.

Peelagogik menurut Abel. Rahman "interaksi atau pergaulan yang

bersifat menelielik antm'a penelielik yang e1imaksuel dan berusaha untuk

mempengaruhi terelielik, e1emi perkembangan dan kedewasaan peselia

e1ielik"ll.

Menurut Burhanuelelin Salam yang dikutip dari Langevelel seorang

ahli pedagogik dari Negeri Belanela mengemukakan bahwa, peelagogik

(penelidikan) ialah "suatu bimbingan yang e1iberikan oleh orang dewasa

kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu

keelewasaan",12 disamping itu Mochtar Buchori mengutip penelapat para

ahli pendidikan Muhammaeliyah Jakarta mengemukakan bahwa,

"peelagogik diteljemahkan e1engan kata ilmu mendidik dan yang dibahas

9Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia No. 19 tahull tentang SNP, (Jakarta: Lembaga

Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial, 2005), Cet. III, h. 27

10Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan KurikuluJ11 Teo,.; Dam Praktek,(Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2005), h. 193

(22)

ialah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak".13 Hal ini

menjelaskan bahwa pedagogik merupakan kemampuan mengajar dalam

berinteraksi dengan peserta didik dalam memberikan ilmu pengetahuan

dengan tujuan mengembangkan kepribadian dan kedewasaan birfikir bagi

peselia didik.

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 8, menjelaskan ada

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mengemban

tugasnya selaku pedagog yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keil1lanan, ketaqwaan, dan ahlak l1lulia

e. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f. Memperoleh penghasilan yang tidak ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan seem'a berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanmlakan tugasnya

I. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai ォ・キ・ョ。ョセ。ョ

l1lengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan.1 Untuk meningkatkan kualitas para pengajar perlu dilakukan suatu

sistem penguj ian terhadap kompetensi guru, uj i kompetensi guru dilakukan

secara nasional, regional, maupun loka!. Mulyasa menyatakan pentingnya

uji kompetensi guru yaitu:

a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru

b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru c. Untuk mengelol1lpokan guru

d. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan kurikulul1l e. Merupakan alat penilaian guru

f. Mendorong kegiatan dan hasil belaj ar15.

13 Mochtar Buchori, Ilmu Pene/ie/ikan e/an Praklek Pene/ie/ikan e/alam Remmgan.

(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1994), Cet. I, h. 19

(23)

-Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

pedagogik guru dalam mengajar adalah kepemilikan kecapakan kelja atau

keahlian yang selaras dengan tuntutan bidang kerja sebagai seorang

pengajar dengan mengutamakan kecakapan akademik, sosial, dan

profesionalitas, dengan demikian ia mempunyai wewenang yang

benar-benar ahli dalam kegUluan dan pelayanan sosial untuk meningkatkan mutu

pendidikan.

2. Aspek-aspek Kompetensi

Terdapat beberapa aspek kompetensi yang mencakup kompetensi

seorang guru diantaranya adalah: "(I) Takwa dan berilmu pengetahuan, (2) Sehat jasmani dan rohani. (3) Berahlak (berlaku baik), mencintai

jabatannya, adi!, sabar, berwibawa, manusiawi, bekelja sama dengan

guru-guru yang lain dan masyarakat".16

Sedangkan menurut Tatty S.B Alman yang dikutip dari buku

Muhammad Nurdin, bahwa guru yang memiliki kompetensi pedagogik

harus memiliki:

I) "Keterampilan(Skill)

2) Sikap diri (Attitude)

3) Kebiasaan (Habbit),,17

Sebagai salah satu usaha mengembangkan mutu pengajaran sangat

diperlukan kesatuan aspek-aspek yang bukan hanya dari pengetahuan yang

dimiliki berdasarkan ilmu akademiknya, namun diperlukan juga

perwujudan atau aplikasi ilmu yang dimilikinya yang kemudian menjadi

keterampilan atau bakat di dalam diri, kemampuan yang paling dasar

adalah kemampuan dalam mengantisipasi perubahan yang teljadi baik

dalam kelas maupun di luar kelas yang akan menjadi sikap diri pada anak

didik dan sampai pada menjadi kebiasaan diri dalam menjalankan masa

depan anak didik.

16 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi AgamaliAIN, flmu Pendidikan Islam, (Jakarta::

(24)

Lebih lanjut, dalam PP tentang guru dikemukakan bahwa:

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal

sebagai berikut:

I) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/silabus 4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar (EHB)

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya18

3. Kompctcnsi Guru dalam McIakukan Kcgiatan Pcmbclajaran

lstilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda,

tetapi dapat berhubungan erat, bahkan teljadi kaitan dan interaksi saling

pengaruh mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Penulis

memahami, semua itu merupakan kegiatan pembelajaran. Jika dilihat dari

definisi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya

Kurikulum dan Pembelajaran yang dirangkum dari berbagai pandangan

parah ahli pendidikan bahwa, pembelajaran adalah "suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran".19

Dari definisi tersebut mencerminkan bahwa, pengajaran

merupakan aktivitas (proses) pembelajaran yang dilakukan oleh guru

terhadap peserta didik, berjalan seCaI'a sistematik yang terdiri banyak

komponen, tidak bersifat parsial (terpisah atau bekelja sendiri-sendiri),

tetapi hams berjalan teratur, saling bergantung, komplementer dan

berkesinambungan. Untuk itu diperlukan langkah-Iangkah yang tepat

terhadap kelancaran proses pembelajaran, Kemampuan guru yang

(25)

secaI'a efektif dan efisien atau keberhasilan guru dalam menyiapkan

perencanaan pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan

mengevaluasi hasil pengajaran. Disamping pengajaran yang sistematik.

l11aka perlu juga ditunjang oleh pengembangan kurikulul11 yang jelas sesuai

penjelasan berikut ini.

Istilah kurikulul11 memiliki arti yang berbeda-beda yang

dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pendidikan sampai kini. Sri

Purnmni mengutip dari kmnus Webster tahun 1812, "kurikulum berasal

dari bahasa Yunani, yaitu curlr yang berarti pelari. Juga berasal dari kata

cursus yang artinya course atau track. Track memiliki arti jarak suatu

lintasan yang harus ditempuh dalam suatu lomba lari untuk mencapai

garis akhir lintasan,,2o

Dalam hal ini pengertian kurikulum menulUt Oemar Hamalik

ialah: "'jangka waktu pendidikan yang harus ditel11puh oleh siswa yang

bertujuan mendapatkan ijazah".21 Ijazah sebagai suatu bukti bahwa telah

menempuh kurikulum berupa pelajaran-pelajaran telientu untuk mencapai

garis finis.

Istilah kurikulum mulai dikenal dalam dunia pendidikan dengan

alii sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa. Namun

semakin hari pengertian kurikulum semakin berkembang sejalan dengan

perkembangan tugas dan peran yang dibebankan kepada sekolah. Sekolah

bukan hanya bertugas l11engembangkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor siswa tetapi seluruh kepribadian anak harus dibinanya.

Selain itu pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat dan pelaksanaan

tugas dalam pendidikan yang seharusnya dilaksanakan dalam lingkungan

keluarga kini dipercayakan kepada sekolah. Tuntutan masyarakat akan

pentingnya pendidikan yang bennakna serta pendidikan yang dapat

20 Sri Purnami I. Subekti, Kurikulum: Pengantar Untuk Kurikulum Kreatif dan Praktek Sesuai Perkembangan, (Jakarta: Guna Widya, 1995), h. 101

(26)

memberikan kemampuan-kemampuan tertentu bagi SISWa untuk bekal

te,jun dimasyarakat dan dunia kerja.

Demikian pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang begitu pesat dan penyebaran informasi yang tidak dapat

dibendung membutuhkan aktifitas sekolah yang tidak hanya mentransfer

ilmu Hエイ。ョセヲ・イ of knowledge) yang ada dalam buku. Dengan peran dan tugas sekolah yang semakin berat maka pengertian kurikulum berkembang

menjadi luas. Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan

sistem pembelajaran, guru sebagai pengelola pembelajaran bersama tenaga

kependidikan harus memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam

bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, bahwa

pengembangan kurikulum terdiri dari dua prinsip yaitu "prinsip umum dan

prinsip khusus, prinsip umum terdiri dari prinsip relevansi, fleksibelitas,

kontinuitas, praktis dan efektivitas. Sedangkan prinsip khusus yaitu prinsip

yang yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar

siswa, dan penilaian".22 Perwujudan kurikulum tersebut seluruhnya

terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan

dan keberhasilan kurilmlum. Dialah sebenarnya perencana, pelakasana,

penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum

diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi

pengembangnan kemampuan siswa secaJ'a optimal sesuai dengan tuntutan

dan perkembangan masyarakat.

Hamalik menafsirkan kurikulum berdasarkan lSI dan materi,

rencana pembelajaran, dan pengalaman belajar.

(27)

kegiatan-kegiatan kurikulum yang tidak terbatas dalam ruangan kelas saja (intrakurikuler) tetapi juga meneakup kegiatan-kegiatan yang di luar kelas (ekstra kurikuler).23

Dengan penge11ian kurikulum di atas, maka banyak pengalaman

belajar yang harus dikuasai oleh siswa dapat diperoleh melalui Iingkungan,

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Interaksi siswa dengan

lingkungan fisik dapat diperoleh di laboratorium, halaman sekolah dan

sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan tempat

terjadinya interaksi sosial. Hal ini teljadi dalam kelas dalam bentuk

interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa serta murid dengan

murid. Interaksi ini dapat juga terjadi di luar sepe11i di bus, halte atau

tempat umum lainnya.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia NomoI'

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

"kurikulum adalah seperangkat reneana dan peraturan mengenai tujuan isi

dan bahan pelajaran serta eara yang eligunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk meneapai tujuan pendidikan

tertentu".24 Pengertian yang lebih luas diberikan oleh Zurinal dan Wahdi

Sayuti, kurikulum aelalah "serangkaian metoele belajar dalam mengajar,

eara mengevaluasi kemampuan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga

pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu,

jumlah ruang, dana serta pilihan pelajaran".25

Dari berbagai pandangan dan penelapat para ahli yang telah

dikemukakan eli atas elapat elisimpulkan bahwa paela hakekatnya kurikulum

adalah segala pengalaman belajar yang eliberikan dalam bentuk rencana

atau program pembelajaran yang ditransformasikan oleh guru kepada

siswa yang disusun -seCaI'a sistematis, direncanakan dan diorganisasi oleh

sekolah elalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Setiap

2J Mulyasa,Slandar Kompelensi dan Sel'lifikasi GUI'Ii. h. 16-18.

(28)

jenjang pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat dasar, menengah

maupun Perguruan Tinggi memiliki kurikulum tersendiri. Setiap

kurikulum yang ada tentu disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Untuk merealisasikan kurikulum yang telah disusun, malm guru

sebagai motor penggerak dari kegiatan pembelajaran diharapkan dapat

memulai aktivitasnya sebagai penga.lar dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi, hal ini dapat dipahami

berdasarkan uraian sebagai berikut:

a. Perencanaan Pengajaran

Perencanaan pada dasarnya merupakan persmpan untuk

menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu

masalah atau pekeljaan. Sesuai dengan pendapat Made Pirdata bahwa,

"Perencanaan merupalmn hubungan antara apa adanya sekarang (what

is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian

dengan kebutuhan, penentuan, tujuan, prioritas, program, dan alokasi

sUll1bcr ",.26

Ahmad Rohani menjelaskan dalam bukunya Penjelasan

Pengajaran, bahwa menurut teod, "tahap perencanaan merupakan

dasar untuk menyusun langkah-Iangkah penyelesaian suatu masalah

yang mengarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Sebelum

melakukan suatu pekeljaan perIu dilakukan perencanaan yang matang,

agar pada tahap pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang baik".27

Dalam hal ini perlu menjadi perhatian oleh guru dalam

menyusun perencanaan kurikulum antara lain: tujuan, bahan atau isi,

metode dan alat serta evaluasi. Tujuannya untuk menentukan kemana

warga belajar akan dibawa, bahan atau isi harus sesuai dengan

tuntutan, standar atau kemampuan belajar Slswa. Bahan juga dapat

difungsikan untuk memberi isi atau makna terhadap tujuan.

(29)

serta efektifitas serta efesiensi belajar yang mengarah kepada semangat

atau tumbulmya motivasi pembelajaran yang tinggi, baik siswa selaku

obyek ajar atau guru selaku subyek pembelajaran.

Dengan kata lainnya penggunaan metode dan alat berfungsi

sebagai kelanjutan serta kelancaran dari proses pembelajaran.

Sedangkan penilaian berfungsi untuk mengukur seberapa jauh tujuan

itu tercapai clan tindakan apa -yang harus clilakukan apabila tujuan

belum tercapai.

b. Pelaksanaan Pengajaran

Rencana pengajaran yang clisusun belum mempunym mii

sebelum clilaksanakan cli clepan kelas dengan mengikut sertakan teman

sejawat clan memanfaatkan unsur-unsur terkait seperti, ahli kurikulum,

ahli evaluasi serta ahli bidang studio Dalam hubungan ini, terlihat

komunikasi multi arah antm'a guru sebagai pengajar, para ahli dan

warga belajar sebagai subjek belajar.

Menurut Slameto mengutip dari penclapat Gaqne dan Brigs

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan yang perlu

ditampilkan oleh guru aclalah sebagai berikut:

I) Memotivasi warga belajar, dari memulai pelajaran sampm menutup pelajaran.

2) Kemampuan mengemukakan tujuan pelajaran dengan jelas clan mudah dipahami clan cliketahui kearah mana ia tuju.

3) Kemampuan menyajikan bahan pelajaran clengan metode mengajar relevan clengan tujuan pengajaran.

4) Kemampuan melaksanakan penguatan kemauan belajar (reinfocement)

5) Melakukan penilaian hasil belajar.

6) Kemauan mempersiapkan alat-alat bentu pelajaran dan menggunakannya clengan baik.

7) Kemampuan memperbaiki pengajaran untuk keperluan mengajar dimasa yang akan clatang

8) Kemampuan melakukan layanan bimbingan konseling.28

Agar kegiatan pembelajaran dapat teralisasikan dengan baik

(30)

tersebut diharapkan dapat memahami selia membuat strategi

pembelajanm yang lebih baik pula.

Sebelum kepada strategi pembelajaran, pembahasan ini akan

menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi strategi dan pembelajaran.

Pengertian strategi biasanya dikaitkan dengan taktik (terutama dikenal

dalam lingkungan militer).

Tabrani Rusyan dkk, berkesimpulan dalam bukunya

Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar bahwa, strategi seCal'a

umum dapat didefinisikan sebagai "garis besar haluan bertindak untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan,,29

Kata strategi di sini juga berarti cara atau taktik suatu rencana

belajar yang berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran yang lebih

populer dengan sebutan strategi pembelajaran.

Strategi diartikan sebagi garis-garis besar haluan untuk

beliindak dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan belajar mengajar biasa diartikan sebagai

pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sumanti

dan Permana berpendapat dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar

bahwa, pada dasarnya strategi pembelajaran menyangkut empat hal

utama yaitu, "1) penetapan tujuan pengajaran, 2) pemilihan sistem

pembelajaran, 3)pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan tehnik

pembelajaran dan 4) menetapkan kriteria keberhasilan proses

pembelajaran dari evaluasi yang dilakukan".30

Uraian ini memperlihatkan upaya guru dalam merencanakan

kegiatan pengajarannya seCal'a sistematis dengan memanfaatkan segala

sesuatunya agar bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak-anak didik

secara tuntas.

29 Tabran; RlIsyan dkk. Pendekatan dalelln Proses Betajar lvIengajar (Bandllng: CV.

(31)

Sebagai guru yang baik, hendaknya ia harus memahami tentang

pribadi anak didiknya, baik anak didik sebagai individu dengan segala

keunikannya dan sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang

berbeda. Setidaknya ada beberapa hal yang membedakan anak didik

dengan yang lainnya, yaitu segi intelektual, psikologi, dan biologisnya.

Perbedaan inilah yang menimbulkan perbedaan perlakuan dalam

kegiatan pembelajaran.

Roestiyah dkk mengutip dan sepakat dengan pendapat De

Queluy dan Gazali, mendefinisikan mengajar dengan: "Mengajar

adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling

singkat dan tepat".J] Dari pengeliian di atas dapat diketahui bahwa

mengajar pada intinya yaitu aktivitas atau kegiatan guru dalam

menanamkan pengetahuan dan pengalaman kepada seseorang melalui

kegiatan yang dihubungkan dengan anak sehingga tel:jadi proses

pembelajaran.

Dari pengertian di atas, maka mengajar di sini dapat dimiikan

sebagai tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya

yaitu usaha guru dalam menggunakan variabel pengajm'an (tujuan,

bahan metode, alat dan evaluasi agar guru dapat mempengaruhi peselia

didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk memudahkan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan

yang diharapkan atau telah ditetapkan, maka Sri Anitah dkk juga tak

mau ketinggalan mengutip dari pendapat Gropper mengatakan bahwa,

"strategi pembelajaran merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang

cocok dengan tujuan yang akan dicapai tiap tingkah laku yang harus

dipelajari dan dipraktekkan, karena setiap materi dan tujuan pengajaran

berbeda satu sarna lain".J2 Maka jenis kegiatan yang harus dipraktekan

(32)

Adapun strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan demi

terciptanya suatu suasana dimana antara guru dan para peserta didik

teljalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling

menghormati dan saling mempercayai, maka hal ini akan tumbuh

subur apabila:

I) Guru bersikap hangat dalam membina sikap persahabatan dengan semua peserta didik. Menghargai mereka dan menerima mereka dengan berbagai keterbatasan,

2) Guru bersikap adil sehingga l11ereka diperlakukan sal11a tanpa tUl11buh rasa di anak-tirikan atau disisihkan,

3) Guru bersikap objektifterhadap kesalahan peserta didik dengan melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila peserta didik l11elanggar disiplin yang telah disetujui bersama,

4) Guru tidak menuntut para peserta didik di depan teman-temannya sehingga menyebabkan mereka kehilangan l11uka, 5) Dapat diciptakan suatu kondisi sehingga setiap peserta didik

merasa berhasil dalam segi-segi tertentu dan tidak senantiasa berada dalam situasi kegagalan dan kekecewaan,

6) Suasana kehidupan disekolah tidak mendorong peserta didik kearah tingkah laku yang tidak dikehendaki.33

Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan

hadiah-hadiah bagi peserta didik yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan

disiplin yang berlaku sebagai suri tauladan yang baik.

Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya

tertib ke arah siasat (strategi). Sikap ini akan memberi kesempatan bagi

peserta didik untuk ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang

aktif, kondusif, dan terkendali serta terarah kepada tegaknya disiplin

sekolah sebagaimana yang diharapkan bersama.

c. Melakukan Evaluasi

Soekartawi berpendapat evaluasi adalah "cara untuk

mengetahui sejauh mana sasaran belajar suatu rangkaian pelajaran

dapat tercapai".34 Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada waktu-waktu

tertentu sesuai dengan kehendak guru. Kegiatan mengevaluasi hasil

(33)

belajar juga merupakan salah satu kegiatan yang tidak kalah

pentingnya dalam kegiatan institusional lainnya.

Pada hakikatnya, Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tujuan

pengajaran yang telah dicapai dan berapa besar tingkat perubahan

terjadi clalam cliri warga belajar sebagai akibat dari proses

pembelajaran. Mau ticlak mau, guru clituntut untuk mempunyai

keterampilan dalam mengevaluasi, sehingga hasilnya berguna bagi

anak clidik clan guru itu sencliri.

Berclasarkan tujuan evaluasi terse but, Soekartawi kembali

mengungkapkan seorang guru sebelum melakukan evaluasi hendaknya

memahami terlebih clahulu tentang prinsip-prinsip evaluasi yaitu:

I) Prinsip integritas, maksuclnya adalah hasil evaluasi Juga menyangkut aspek kognitif clan psikomotor.

2) Prinsip kontinuitas, maksudnya adalah proses evaluasi henclaknya berkesinambungan selama mengikuti kegiatan pengajaran.

3) Prinsip obyektifitas, maksudnya aclalah hasil evaluasi yang cliperoleh henclaknya clapat cli interprestasikan dengan jelas clan tepat tanpa clipengaruhi unsur-unsur subjektifitas guru clalam melakukannya.35

Dengan clemikian yang dimaksucl dengan kompetensi

peclagogik adalah kemapuan guru dalam melaksanakan tugas utama

clalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan,

pelaksanaan pengajaran, evaluasi clan pengembangan terhadap

berbagai potensi yang clil11iliki oleh peselta diclik.

Selain clari itu selaku pedagok, guru juga diharapkan clapat

menguasai cara belajar yang efektif, harus mal11pu membuat model

satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu

mengaJar cli kelas, mampu memberikan nasehat clan petunjuk yang

berguna, menguasai tehnik-tehnik memberikan bimbingan clan

penyuluhan, mampu menyusun clan l11elaksanakan prosedur penilaian

(34)

Sebelum sampai kepada uraian tentang kompetensi gum dalam

melakukan evaluasi, penulis kemukakan terlebih dahulu beberapa

bentuk evaluasi atau penilaian. Menurut buku Pedoman Kegiatan

Be/ajar Mengajar, bahwa evaluasi atau penilaian terbagi tiga, yaitu:

"penilaian program, 2. penilaian proses pembelajaran, dan 3. penilaian hasil belajar.,,36

I) Penilaian program, merupakan salah satu kegiatan penilaian

terhadap program pengajaran, teermasuk di dalamnya melakukan

penilaian terhadap kurikulum dan sarana serta prasarana

pendidikan. Penilaian program ini pun termasuk salah satu bagian

penilaian terhadap kegiatan dan kemajuan belajar siswa.

2) Penilaian proses belajar, diarahkan pada pelaksanaan tugas baik

tugas individual maupun rugas kelompok. Disamping itu, penilaian

pembelajaran diarahkan pada disiplin dan upaya yang dilakukan

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagai gambaran tentang penilaian pembelajaran tersebut

antara lain penilaian terhadap:

a) Kegiatan mengeljakan tugas yang diberikan oleh guru terhadap

siswa seCal'a individual.

b) Kegiatan mengeljakan tugas yang diberikan oleh gum terhadap

siswa seCal'a kelompok

c) Kegiatan ュ・ョァ・セェ。ォ。ョ soal-soal latihan baik secara individual maupun kelompok

d) Sistematika dan cara menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

e) Kemampuan melakukan disiplin pribadi dalam mengeljakan

soal atau tugas yang diberikan guru.

f) Kemampuan melakukan kegiatan pembelajaran secara teratur.

3) Penilaian hasil belajar, merupakan upaya pengumpulan informasi

(35)

"

.

yang dicapai oleh siswa pada akhir setiap semester atau akhir tahun

pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa sangat jelas seorang guru

harus mempunyai kompetensi dalam mengevaluasi atau penilaian, baik

penilaian program, penilaian proses pembelajaran maupun menilai

hasil belajar, dimana tiga penilaian tersebut akan meliputi tiga ranah

yang dimiliki masing-masing individu manusia secara psikologis.

Adapun tiga ranah yang dimiliki masing-masing individu

tersebut adalah sesuai dengan pendapat Benjamin S. Bloom dan

kawan-kawan dalam bukunya taksonomi (pengelompokan) tujuan

pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain

(daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:

a. Ranah proses berfikir(cognitive domain)

Menurut Anas Sudijono dikutip dari pendapat Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kogintif ini terdapat enam jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.

Keenam jenjang dimaksud adalah: (I) pengetahuanl hafalanl ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (aplikation), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesi5) dan (6) penilaian(evalution)37

b. Ranah nilai atau sikap (affective domain)

Kembali Anas Sudijono mengutip dari David R. Krathwohl dalam bukunya yang berjudul Taxonomi Of Educational Objectives: Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, jadi kegiatan evaluasi pembelajaran akan meliputi jenjang yaitu: (I) receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), (2) responding (menanggapi), (3) valuing (menilai/menghargai), (4) organization (mengatur atau megorganisasikan), dan (5) characterization by a value complex ( karakterisasi dengan suatunilai atau komplek nilai)38

c. Ranah keterampilan(psychomotoric domain)

(36)

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas berupa kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar".39

Dipahami bahwa hasil belajar psikomotorik ini sebenamya

adalah merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil

belajar afektif. Basil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan

menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah

menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan

makna yang terkandung dalam ranah kognitf dan ranah afektifnya.

Apabila evaluasi dilakukan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran meliputi tiga aspek ranah tersebut di atas (ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik). Maka hasil

evaluasi pembelajaran akan dapat memberikan suatu jawaban yang

sesuai dengan tuntutan standar hasil pembelajaran yang berlaku

saat ini. Karena standar penilaian yang sedang digalakkan pada saat

ini, pada hakikatnya mengacu pada tiga aspek ranah sebagaimana

telah dijelaskan sebelumnya.

B. Pendidikan IPS

1. Pengertian Pendidikan IPS

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) merupakan mata

pelajaran yang membahas (mengkaji) kehidupan sosial yang didasarkan

pada komponen-komponen mata pelajaran IPS, yang sekiranya tak asing

bagi kita semua untuk mengetahui atau memahaminya. Menurut Syafrudin

Nurdin yang mengutip teljemahan Nu'man Sumantri (200: 44)

mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai: "(I)

pendidikan Islam yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai

kewarganegaraan, moral ideology Negara dan agama; (2) pendidikan IPS

(37)

L"""""". "

pendidikan IPS yang menekankan pada reflective inquiry; (4) pendidikan

IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir, 2 dan 3 di atas".40

Sebagaimana dikutib oleh Udin Winata Putra dari pendapat

Sarwono Prawirohardjo, bahwa PIPS dibagi dalam dua arah yaitu:

a. PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan pessekolahan.

b. PIPS pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplim lain yang relevan, untuk tujuan prefesional guru IPS.41

DaTi pengertian di atas, bahasan tentang PIPS ini lebih ditekankan

pada dunia persekolahan terutama pada Sekolah Menengah Atas (SMA),

yang biasa dikenal dengan pelajaran IPS

lImu Pengetahuan Sosial yang di bagai dalam tiga kategori yaitu

dikenal dengan istilah ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan

sosial. Ketiga istilah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sarna lainnya,

karena saling memiliki keterkaitan. Pengertian dari ketiga istilah lImu

Pengetahuan Sosial ini menurut Nursid Sumaatmadja, adalah:

a. lImu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia sebagai anggota masayarakat.

b. Studi sosial adalah suatu bidang pengkajian tentang masalah sosial kehidupan manusia di masyarakat, dan mempelajari gejala sosial yang menjadi bagian dari kehidupan.

c. lImu pengetahuan sosial (IPS), adalah mempelajari kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah lalm dan kebutuhannya, baik itu cara menggunakan usaha, memnuhi materi, kebutuhan budaya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya alam di bumi, maupun mengatur kesejahteraan dan pemerintahan.42

Sementara Daldjoeni mengutip dua pendapat para ahli yaitu:

a. S. Nasotion mendefinisikan IPS demikian: "IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial" juga diatrtikan sebagai

40 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhalikon Individu Siswo dolam

Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.23

(38)

bagian dari mkurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranan manusia di dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, pemerintahan, dan psikologi sosial. b. Numan Sumantri mengartikan IPS sebagai pelajaran

ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Menyederhanakan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas, b) mempertautkan dan maemadukan bahan berasal aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi bahan pelajaran yang mudah dicerna.43

Hari Sudrajat berpendapat bahwa "ilmu pengetahuan sosial (IPS)

merupakan bidang studi yang multi disiplin terdiri dari beberapa mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial humaniora, yang mempelajari interaksi

manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat"44

Berdasarakan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS sebagai

program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial

semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga

masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggungjawab atas

kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luanya. Apalagi dalam

penyajianya, pelajaran IPS diberikan berdasarkan tingkat Genjang)

sekolah, jUl11lah bidang keill11uan yang dilibatkan di dalam IPS

berbeda-beda.

Di tingkat sekolah dasar terdiri dari geografi, sejarah, di tingkat

sekolah lanjutan terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, dan antropologi,

di tingkat menengah atas terdiri dari geografi, sosiologi,

ekonomi/akuntansi, tata negara dan pendidikan kewarganegaraan,

sedangkan di perguruan tinggi hampir seluruh bidang keilmuan sosial

dilibatkan pada kerangka IPS.

Oleh karena itu peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup

berpengetahuan dan kel11ampuan berfikir yang tinggi, malainkan harus

-13 Daldjoeni, Dasar-dasar IPS untuk Mahasiswa IKIP IFIKIP) dan Guru Sekolah

(39)

kewajiban dan tanggungjawab harus benar-benar diawali dari kemampuan

atau pun kecakapan yang dimiliki oleh seorang ahlinya (ahli dibidangnya),

terutama dalam penggunaan meteode pembelajaran ini.

Dengan penggunaan metode yang baik oleh guru dalam

penyampaian materi pelajaran IPS kepada peserta didik dengan baik,

sedikit-banyaknya akan mempermudah dalam pencapaian tujuan

pengajaran IPS, sesuai penjelasan di bawah ini.

3. Tujuan Pengajamn IImu Pengetahuan SosiaI (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu

maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku sosial,

sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan

mengaitkan pada usaha mempersiapkan murid atau peserta didik menjadi

warga Negara yang baik.

N. Daljoeni dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial

untuk Mahasiswa IKIP menjelaskan bahwa, selama ini ada lima tujuan

pokok pengajaran IPS yaitu:

a. Pembelajaran IPS betujuan mel11persiapkan siswa untuk l11elanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi atau masuk keperguruan tinggi. Untuk ini mata pelajaran seperti: sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi haruslah diberikan lepas-lepas, sosiologi sebagai Yak tersendiri, guru pengajar pun harus khusus, sehingga di Indonesia dikenal adanya guru-guru berijazah akte A= untuk SLTP, BI dan BII

= untuk SLTA di bidang tertentu (sekarang di ubah menjadi akte DI,

D2, D3 dan SI).

b. IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang bailc Mata pelqiaran yang disajikan oleh guru sekaligus harus ditempatkan dalam konteks budaya melalui pengelolaan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.

c. IPS yang hakekatnya adalah suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas. Inilah yang kita temukan dalal11 definisi IPS sebagai: suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial, yang penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap siswa.

(40)

sosial sampai kultural. Dengan cara ini siswa dilatih berfikir demokratis47

Saripudin dalam bukunya Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu

Sosial di Sekolah Menengah menegaskan bahwa, tujuan pengajaran ilmu

pengetahuan sosial adalah "untuk mengembangkan pribadi Warga Negara

yang baik atau good citizenchip".48 Secara sederhana ini berarti,

pengajaran IPS yang dilakukan terhadap siswa adalah untuk dapat

memahami bahwa masyarakat itu merupakan suatu kesatuan (sistem) yang

permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan

pendekatan-pendekatan inter disipliner, yaitu pendekatan yang

komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ekonomi, sosiologi,

geografi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.

Menurut Etin Solihatin dan rahmjo tujuan dari pendidikan IPS

adalah "untuk bekal mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar

kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang

pendidikan yang lebih tinggi".49

Tujuan yang dikemukan oleh Etin tersebut di atas, mengharapkan

agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional

dalam menanggapi kenyataan atau permasalahan serta perubahan yang tak

menentu seperti yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia

maupun masyarakat dunia baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini

atau pun masa yang akan datang.

• 47 N. Daldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosialuntuk Mahasiswa IKIP (FKIP)

dan Guru Sekolah Lanjutan,h. 24 - 26

" Saripudin, Konsep dan Masalah Pengajaran Iimu Sosial di Sekolah Menengah,

(Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEND DIKTI Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan,

(41)

C. Pengertian Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia

pendidikan. Meskipun demikian istilah ini merupakan predikat yang

masih umum dan luas penggunaannya. Istilah prestasi belajar diberikan

kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang optimal dari

suatu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan

dari pengertian belajar. Oleh karena itu akan dikemukakan pengertian dari

masing-masing kedua kata tersebut.

Menurut rumusan bahasa, Prestasi ialah "hasil yang telah dicapai

(dilakukan, dikeljakan)"so Jadi jelaslah bahwa prestasi itu ada setelah

adanya aktifitas yang dilakukan seseorang.

Adapun mengenai definisi belajar sebagaimana dikemukakan para

ahli banyak sekali, mungkin sebanyak para ahli yang mengemukakannya.

Namun pada prinsipnya menuju pada suatu arah yaitu terjadinya

perubahan tingkah lalcu.

Sebelum mengemukakan definisi belajar dari para ahli, maIm

disini saya kemukakan arti belajar seCal'a bahasa yaitu "Berusaha

(berlatih) supaya mendapatkan sesuatu kepandaial1".51

Abd Rachman Abror mengutip pendapat Cronbach di dalam

bukunya Education Psikologi menyatakan: "Learning is shown by change

in behavior as result old experience".52 Jadi menurutnya belajar yang

sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalaminya itu si

pelajar mempergunakan panca inderanya.

Slameto mendefinisikan belajar adalah "suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku

yang bal'u dengan lingkungannya".53

50WJS. Poerwadiminta,Kamus Umwn Bahasa Indonesia, h.768 51 WJS. Poerwadiminta,Kamlls Umllm Bahasa tndonesia, h.605

(42)

Zainal dan Wahdi Sayuti mengutip pendapat Howard 1. Kingsley

mendefinisikan belajar sebagai berikut:"Learning ofthe Process by which

behavior (in the broadersence) is originated or change throuh practice or

training,,54 Yang jika di artikan kurang lebih seperti ini: Belajar adalah

proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan.

Cukup kiranya tiga ini untuk dijadikan sampel dari banyaknya

rumusan definisi belajar. Hal ini yang perIu digaris bawahi adalah bahwa

dengana belajar menimbulkan tmjadinya tingkah laku pada diri seseoral1g.

Akan tetapi perIu dicatat bahwa tidak semua terjadil1ya perubahan

tingka laku masuk pada pel1gertian belajar, sepelii berubahan jasmani dan

rohani dan sebagail1ya. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai perubahan

tingkah lalm 「・ャセ。イN Oleh karena itu menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Fakto-faktor yang Mempengaruhinya menyatakan, perIu

diketahui ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksudkan dalam

kategori hasil belajar.

a. Perubahan yang terjadi secara sadar, berarti bahwa individll yang belajar akan menyadari teljadinya perubahan itu, atau sekurang-kural1gnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, yaitu sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positf dan aktif. Bahwa perubahan tersebut senantiasa akan beliambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah bahwa perubahan tingkah lalm itu terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Bahwa suatu

proses belajar tersebut meliputi perubahan tingkah laku55

Jadi tatkala definisi prestasi dan belajar tersebut dipadllkan

menjadi kata majemuk yaitll prestasi belajar, maka pengertian prestasi

belajar adalah Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

(43)

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazim diberikan dengan nilai test

atau angka nilai yang diberikan guru.

Perstasi belajar siswa dalam bentuk konkrit pemberian angka nilai

dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa menguasai

pelajaran yang diberikan adalah ikut menentukan dan mendorong siswa

meningkatkan prestasi belajar.

Kendatipun demikian adalah benar bahwa prestasi belajar yang

berupa angka nilai tersebut hanya merupakan salah satu indikasi dari data

atau informasi akibat kegiatan evaluasi (dalam pengajaran). Oleh karena

itu guru kelas harus obyektif dalam menentukan dan mendorong siswa

untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.

Disisi lain, guru juga diharapkan dapat memberikan bekal terhadap

siswanya terutama segi penguasaan materi atau keterampilan, kemampuan

yang dimaksud meliputi tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut akan

dituangkan dalam buku laporan siswa (raport).

Prestasi belajar siswa seperti yang telah diungkapkan pada bagian

definisi bel'\iar di atas, sangat bergantung kepada besar kecilnya usaha dan

peljuangan dalam belajarnya, disamping adanya peliolongan dari Allah

SWT. Sulit kiranya memperoleh prestasi belajar yang baik tanpa adanya

usaha dan peljuangan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, bahkan

hanya mempakan impian yang tidak akan telwujud.

Berkaitan dengan usaha dan perjuangan untuk memperoleh

prestasi dan prestasi yang lainnya, Allah SWT menjelaskan di dalam

Al-Quran sebagi berikut:

(44)

Nana Sudjana mengatakan: "Hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi dua faktor utama yaitu: faktor dari siswa itu sendiri dan faktor

yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan".56

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan pendapat

yang sama, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

adalah "faktor dari dalam diri (faktor internal) dan faktor dari luar diri

(faktor eksternal)".57

a. Yang tergolong faktor internal adalah:

I) Faktor jasmaniah (fisikologis) baik yang bersifat bawaan atau yang

diperolehnya. yang termasuk fa!ctor ini misalnya: penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor ini sangat

menunjang keberhasilan belajarnya. bagaimanapun

sungguh-sunggulmya ia belajar, bermain basket misalnya, kemampuannya

tidak akan maksiamal jika dia memiliki postur tubuh yang pendek.

2) Faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperolehnya, terdiri atas:

a) Faktor intelektifyang meliputi Faktor kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecaka

Gambar

Tabel IKisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru IPS
Tabel Landasan Statistik
Tabell
Tabel.2Rangkuman Skor Kompetensi Pedagogik Guru IPS dan Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia ͟ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

menggarisbawahi bahwa dalam sistem politik yang demokratis, kontrol terhadap pemerintah dalam membuat keputusan tidak bisa' diabaikan, pemerintah harus dlpiiih secara

Pada tabel 1 diatas tergambar masih ada upah pekerja dibawah Standard upah minimum propinsi Jambi pada tahun 2007 adalah Rp.658 000,-Terjadinya upah dibawah UMP tersebut disebabkan

“Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013”.. Dalam

Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Daérah FPBS UPI.. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa

Teori dan Filsafat Ilmu Hukum , Bandar Lampung: Bahan Kuliah, Program Studi Magister Ilmu Hukum – Universitas Bandar Lampung. Poespoprodjo, W., 1986, Filsafat Moral Kesusilaan

Katalog buku merupakan suatu daftar yang berisi informasi buku yang dilakukan secara berurut, dapat berdasarkan kode buku tersebut, nama pengarang, judul buku dan nama penerbit.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI.