Disusun oleh:
DRYMUHARMA nセZQPSPQUPRWRWP
JURUSAN PENDIDllUN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
(IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
urn
SYARIF HIDAYATULLAH JAIURTA
IPS dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat" diajukan kepada
Fakultas IImu Tarbiyab dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hudayatullab Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyab pada tanggal, 04 Januari
2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berbak memperoleh gelar
Sarjana Stratal (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan (Tadris) IPS.
Jakarta, 04 Januari 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (KetuaJ urusan/Program Studi) Tanggal
Drs. H. Nurochim, MM. NIP. 050 046 643
Penguji I
Drs.
n.
Nurochim, MM. NIP. 050 046 643PengujiII
Abdul. Rozak, M. Si. NIP. 150277 689
t$..
WNセ
7..cd?
..
セ NZNW[[セN
t!1l...
Mengetahui:
Dekan,
Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan
Skl'ipsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh Dry muharma Nim. 103015027270
Pembimbing
\7
s ada MA.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, karena
berkat ralunat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, kaum kerabat, selia pengikutnya dan para penerus ajaran-ajaran
yang dibawanya. Amien.
Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam menempuh program Strata
Satu (SI) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan
dan bantuan beberapa pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Merangkap sebagai dosen
pembimbing skripsi yang banyak memberikan bimbingan dan arahan yang
amat berharga dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Nurochim, MM., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
4. Bapak pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memperkenankan penulis untuk mendapatkan berbagai literatur
demi terwujudnya skripsi ini.
5. Untuk Ibunda (aIm) dan Ayahanda tercinta, ananda takkan bisa membalas
mengorbankan harta dan bendanya serta berbagai motivasi serta bimbingan
yang menyertai peljalanan penulis dalam menyelesaikan tugas mulia ini
(menuntut ilmu pengetahuan) yang sekiranya tidak akan rnampu diraih sernua
orang, tidakkan terbalaskan rasanya jasa yang telah diberikan kepada penulis.
Hanya ucapan terirnakasih dan do'a jualah yang pantas diucapkan kepada
Allah SWT, sernoga dibalas dengan balasan yang setirnpal. Arnien.
7. Kepala Sekolah dan guru-guru SMA PORI 56 Ciputat Tangerang yang telah
rnembantu penulis menyelesaikan skripsi.
8. Kakak-kakak, adik-adik, dan farnili terdekatku yang tercinta sernoga Allah
selalu rnernberikan kernudahan kepada kita sernua. Canda dan tawa yang
seakan mengiringi selalu petjalanan kita, semoga rnenjadikan motivasi yang
lebih dalarn rnenapaki rnakna kehidupan ini hendaknya. Arnien.
9. Buat ternan-ternan seperjuangan angkatan 2003 PIPS terirnakasih atas
bantuannya yang sangat tinggi bagi penulis.
Dernikianlah penulis rnengucapkan terirna kasih dan berdo'a sernoga Allah
SWT rnernberikan balasnya, akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.
Jakarta, II Syawwal 1428 H. 23 Oktober 2007 M.
Salam takzim,
KATA PENGANTAR i
DAFTAR lSI iii
DAFTAR T ABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
I. Identifikasi Masalah 6
2. Pembatasan Masalah 7
3. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Kegunaan Penelitan 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 9
A. Kompetensi Pedagogik 9
1. Pengetian Kompetensi Pedagogik Guru 9
2. Aspek-aspek Kompetensi Guru 14
3. Kompetensi Gum dalam Melakukan Kegiatan Pembelajaran .. 15
B. Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial... 27
1. Pengertian Pendidikan IPS 27
2. Metode Pembelajaran IPS 30
セN Tujuan Pengajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS) 31
C. Pengertian Prestasi Balajar Siswa 33
1. Pengertian Prestasi Balajar Siswa 33
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa 36
D. Kerangka Berfikir 39
2. Waktu Penelitian 42
B. Variabel Penelitian 42
C. Populasi dan Sampel 42
D. Telmik Pengumpulan Data 43
E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 44
I. Teknik Pengolahan Data 44
2. Teknik Analisa Data 44
F. Instrument Penelitian 46
I. Kompetensi Pedagogik Ouru IPS 46
2. Prestasi Belajar Siswa 48
BAB IV HASIL PENELITIAN 49
A. Deskripsi Data 49
I. Pola Pengajaran IPS di SMA PORI 56 Ciputat Tangerang 49
2. Data Hasil Penelitian tentang Variabel X dan Variabel Y 50
3. Uji Coba Instrumen 55
4. Upaya SMA PORI 56 Ciputat dalam Meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Ouru IPS 56
B. Analisi Data 58
C. Interprestasi Data 60
BAB V PENUTUP 62
A. Kesimpulan 62
B. Saran-saran 63
Tabel I
Tabel2
Tabel3
Tabel4
Tabe! 5
Tabel6
Tabel7
Tabe! 8
Tabel9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Halaman
Kisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru IPS 47
Rangkuman Skor Variabel X dan Variabel Y 50
Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogik Guru IPS 52
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa 54
Interprestasi Hasil Koefisien Korelasi Produk Momen 59
Nyata Kore!asi Rxy dengan Thitung dan Ttabel 61
Uji Coba Instrumen 67
Penghitungan Uji Instrumen 68
Skor Dasar Variabel X dan Variabel Y 70
Skor Variabe! Kompetensi Pedagogik Guru IPS (X) 71
Nilai Raport Siswa yang Dijadikan Responden 72
Rincian Prestasi Belajar IPS Siswa 74
Koefisien Korelasi antm'a Kompetensi Pedagogik Guru IPS (X)
dan Prestasi Be!ajar Siswa 75
Tabel 14 Rangkuman Data Deskriptif dan Implementasi Strurges 76
Tabe! 15 Distribusi Frekuensi Variabel X 76
Tabe! 16 Ujin Normalitas Dan Kompetensi Pedagogik Guru IPS 77
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Variabel Y 79
Tabel 18 Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Siswa 80
Tabel 19 Koefisien Korelasi Rxy Dengan Thitung Dan Ttabel 82
Lampiran I
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Uji Coba Instrument.. 67
Skor Dasar Variabel X dan Variabel Y Penelitian 70
Rangkuman Skor Variabel X dan Variabel Y 75
[image:9.595.63.464.164.520.2]Penghitungan Dasar Hasil Penelitian 76
Tabel Landasan Statistik 83
A. Latal' Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya
suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju-mundurnya pendidikan bangsa ini.
Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga
pendidikan sampai pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan.
Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secm'a personal, sosial,
maupun profesionaL harus benar-benar dipikirkan, karena pada dasarnya guru
langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan
pendidikau.
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya anak, dan again yang terjemahannya adalah membimbing. Oengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Oalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie terse but berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia dewasa. Oalam perkembangan selanjutnya, pendidikan bermii usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi.1
Oi Indonesia proses pendidikan secm'a umUl11 clilakukan dalam bentuk
pembelajaran, hal iui dapat dilihat dari lemhaga-lembaga pendidikan yang ada
di Negara ini mulai dari lembaga yang hersifat keagamaan seperti Madrasah
lbtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) clan
lain-lain, adapun bersifat umum seperti Sekolah Oasar (SO), Sekolah Lanjutan
lain-lain. Dari berbagai macam lembaga ini pendidikan biasa diberikan dalam
bentuk materi pengetahuan, keterampilan dan latihan semua hal yang
diberikan tersebut adalah hasil belajar atau prestasi belajar. Istilah prestasi
belajar diberikan kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang
optimal dari suatu aktifitas belajar.
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar mengemukakan
bahwa, "prestasi belajar merupakan psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dari belajar siswa,,2 Sedangkan menurut Dewa Ketut Subardi
"prestasi belajar diartikan sebagai taraf prestasi yang telah dicapai dari
macam-macam mata pelajaran yang diikuti, dapat dari nilai-nilai dalam raport
tiap semester atau nilai ujian akhir tiap jenjang sekolah yang dilaluinya"J
Prestasi belajar siswa dalam bentuk kongkrit pemberian angka nilai
dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai
materi pelajaran yang diberikan adalah ikut menentukan dan mendorong siswa
meningkatkan prestasi belajar.
Kendatipun clemikian adalah benar bahwa prestasi belajar yang berupa
angka nilai tersebut hanya salah satu indikasi clari data atau informasi akibat
kegiatan evaluasi (dalam pengajaran). Oleh karena itu guru kelas harus
obyektif clalam menentukan dan menclorong siswa untuk menigkatkan hasil
belajar tersebut.
Penguasaan materi atau keterampilan yang climaksucl dikemukakan
oleh Ngalim Purwanto meliputi tiga aspek, yaitu "kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) clan psikomotorik (keterampilan)".4
Ketiga aspek tersebut akan clijadikan sebagai landasan clalam upaya
peningkatan prestasi belajar siswa.
Dalam aspek kognitif siswa cliharapkan memiliki kemampuan yang
meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman. analisis, sintesis dan evaluasi.
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar.(Jakarta: PT. Logos. 1999). Cet. I, h. 148
Aspek afektif merupakan aspek yang menunjukan kemampuan
bersikap yang tampak dalam perilaku. Aspek afektif dicapai melalui lima
tahapan, yaitu: Pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai,
pengorganisasian dan karakteristik dari nilai yang komplek.
Adapun aspek psikomotor merupakan aspek yang menunjukan
kemampuan kerja otot, sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh atau
bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam aspek psikomotor ini adalah mulai
dari gerak yang paling sederhana sampai pada gerak yang memerlukan adanya
koorclinasian yang baik
Prestasi belajar sebagai salah satu dari data atau infonnasi (yang
cliwujudkan clengan angka nilai) kegiatan evaluasi pengajaran clipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi tercapainya
prestasi belajar. Oleh karena itu clalam hal ini guru kelas dituntut untuk
berlaku clialogis dan interaktif dalam menghaclapi siswanya.
Abu Ahmacli mengutip dan berkesimpulan atas pendapat para pakar
penclidikan mengungkapkan bahwa, "faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa clibagi clalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal"S
Faktor internal tercliri clari: faktor jasmaniah (psikologis), faktor
psikologis yang tercliri atas: faktor intelektif clan faktor non intelektif dan
faktor kematangan fisik clan psikis.
Sedangkan faktor eksternal terdiri clari: perlama, faktor sosial yang
tercliri dari: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat clan kelompok, kedua,
faktor budaya seperti aclat-istiaclat, ilmu pengetahuan clan kesenian, keliga
faktor instrumental (lingkungan fisik) seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar
clan iklim, keempalfaktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Dengan memenuhi faktor-faktor tersebut cliharapkan siswa menjacli
manusia yang seutuhnya dengan kata lain menjadi manusia yang berdaya guna
ruah di Negara ini untuk lebih memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Sejarah menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan
keberhasilan suatu bangsa bukanlah kekayaan alam yang dimilikinya,
melainkan kualitas sumber daya manusianya sebagai insan dengan segala
keutuhannya (human being as a whole), dengan segenap daya yang ada pada
dirinya yaitu claya pikir, claya clzikir, dan moral. Dengan fakta tersebut maIm
pendidikan clengan penekanan terhadap pembentukan sumber claya manusia
yang utuh dan siap bersaing dalam era pasar bebas sangatlah diperhatikan clan
perIu clijalankan clengan segenap kemampuan yang ada, dan untuk
menciptakan manusia yang utuh tersebut maka cliperlukanlah tenaga ahli clan
kompeten clalam bidangnya (pendidikan), sehingga clapat mencetak manusia
seperti yang clibutuhkan di atas.
Profesi guru pacla saat ini masih banyak clibicarakan orang-orang atau
masih saja clipertanyakan, baik clikalangan para pakar pendiclikan maupan cli
luar pakar pencliclikan. Bahkan selama clasawarsa terakhir ini hampir setiap
hari, media massa khususnya media massa cetak harian maupun mingguan
memuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang
cendrung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya yang menyangkut
kepentingan umum sampai kepacla hal-hal yang sifatnya sangat pribacli,
seclangkan dari pihak guru sencliri tak mampu membela cliri.
Masyarakat/orang tua muricl pun kaclang-kadang mencemoohkan clan
menucling guru ticlak kompeten, ticlak berkualitas clan sebagainya, manakala
putera/puteri mereka ticlak bisa menyelesaikan persoalan yang clihaclapinya
sencliri atau ticlak memiliki kemampuan yang sesuai dengan keinginan orang
tua.
Menurut Uzer Usman mengutip clari penclapat Nana Sudjana,
renclahnya pengakuan sebagaian masyarakat terhaclap profesi guru clisebabkan
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pun dapat menjadi guru asal ia berpengetahuan.
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya atau kompetensi yang dimilikinya, apalagi berusaha mengembangkan profesi itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru.
4. Penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadi, sehingga wibawa guru semakin merosot.6
Dan jika dikaitkan dengan industrialisasi yang sedang berkembang
dengan kemajuan IPTEK seperti yang disinggung di atas, banyak dari
kalangan industrialisasi/bisnis pun lllelllprotes para guru karena kualitas para
lulusan dianggapnya kurang lllellluaskan bagi kepentingan perusahaannya. Di
mata para murid-muriel pun khususnya eli sekolah lllenengah atas di kota-kota
pada umumnya cendrung menghorlllati gurunya hanya dikarenakan ingin
mendapatkan nilai yang baik atau naik kelas/lulus Ujian Akhir Nasional
(UAN) dengan peringkat teliinggi tanpa kelja keras. Tentu saja tuduhan dan
protes dari berbagai kalangan tersebut akan lllerongrong wibawa guru, bahkan
cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan mal·tabat guru. Akankah
demikian nasiblllu wahai pahlawan tanpa tandajasa?
Syafruddin Nurdin lllengungkapkan dalam bukunya Guru Profesional
dan Illlplikasi Kurikulum, Guru yang dalam pandangan tradisional adalah
"sebagai orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan atau pengeliian yang telah singkat lagi yaitu manusia yang
digugu dan ditiru"/ akankah hilang eksistensinya dengan kritikan dan hujatan
yang ada dan silih berganti datangnya. Untuk lllenjawab semua tantangan dan
kritikan yang ada dan terus bertambah tersebut, guru sebagai tenaga ahli untuk
membentuk manusia yang seutuhnya di sekolah sangatlah perlu diperhatikan
kOl11petensi yang dil11iliki atau dikuasainya, khususnya kompetensi
pedagogik. Sebenarnya profesi keguruan bukanlah profesi yang asal dan
l11udah untuk didapatkan. Hal ini c1ikarenakan untuk l11enjacli seorang guru
tidaklah mudah. Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu
kompleksnya.
Hal ini Juga penting, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan
kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis,
dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cendrung kerdil
karena tidak mempunyai dunianya sendiri.
Setelah penulis mengamati situasi lapangan yang akan diteliti, maka
fenomena yang ada pada Sekolah Menengah Atas PGRI 56 Ciputat adalah
suatu keadaan di mana seorang guru (khususnya Guru IPS) sangatlah
diperhatikan dengan amanah yang diberikan oleh lembaga tersebut. Akan
tetapi, apakah segi kualitas guru tersebut memenuhi syarat untuk ュ・ャセ。、ゥ guru
yang benar kompeten dibidang keilmuannya, jib dil ihat dari segi kegiatan
ekstra kurikulernya mungkin peran aktif guru tersebut sangat berpengaruh
seperti dalam kegiatan sosial siswa atau dikenal sekarang ini sebagi rohis
SMA. Akan tetapi sangat ironis, jika seorang guru sudah berada di dalam
kelas, penguasaan kompetensi pedagogiknya tidak mampu mengantarkan
siswa pada suatu peningkatan atau pencapaian prestasi belajar yang lebih bailc
Atas elasar fenomena eli atas, penulis tertarik untuk meneliti hal ini
yang elituangkan elalam bentuk skripsi elengan juelul "Hubungan antara
Kompetensi Pedagogik Guru IPS dengan PJ'estasi Bela.jar Siswa di SMA
PGRI 56 Ciputat."
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Pel'umusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Kurangnya penguasaan guru IPS terhaelap kompetensi pedagogik.
b. Kurangnya pemahaman siswa terhaelap materi pelajaran IPS.
c. Prestasi belajar siswa paela mata pelajaran IPS kurang memuaskan
(masih eli bawah rata-rata).
el. Rendahnya penerapan kompetensi peelagogik oleh guru IPS dalam
e. Ketidak jelasan hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS
dengan prestasi siswa.
2. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang diuraikan maka untuk
menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan. maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalahan pada:
a. Kurangnya penguasaan guru IPS terhadap kompetensi pedagogik.
b. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kurang memuaskan
(masih di bawah rata-rata).
c. Ketidak jelasan hubungan antara kompetensi pedagogik guru IPS
elengan prestasi siswa.
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah eli atas penulis merumuskan
permasalahan ini yaitu:
a. Bagaimana penguasaan guru IPS terhadap kompetensi pedagogik?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas I dan II SMA PORI 56
Ciputat?
c. Adakah hubungan antara kompetensi peelagogik guru IPS dengan
prestasi belajar siswa eli SMA PORI 56 Ciputat?
eI. Seberapa besar kontribusi yang elisumbangkan oleh kompetensi peelagogik guru IPS terhaelap prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
I. Untuk mengetahui penguasaan kompetensi peelagogik oleh Ouru IPS eli
SMA PORI 56 Ciputat.
2. Untuk mengetahui kedaan prestasi belajar siswa kelas I elan II SMA PORI
56 Ciputat.
3. Untuk mengetahui jawaban ketielak jelasan hubungan antara kompetensi
pedagogik guru IPS elengan prestasi belajar siswa.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini meliputi, sebagai berikut:
I. Menjadi tolok ukur bagi para guru bidang studi khllsllsnya pada IPS dalam
meningkatkan kompetensinya, terlltama kompetensi pedagogik.
2. Menjadi masukan bagi para pengelola lembaga pendidikan khususnya
dalam bidang perekrutan pegawai dan tenaga pengajar untuk lebih selektif
dalal11 menjaring pegawai dan tenaga pengajar yang benar-benar
profesional dan kompeten terhadap bidang keahliannya.
3. Dan menul11buhkan daya kritis bagi siswa untuk lebih bijaksana terhadap
A. Kompetensi Pedagogik
l. Pengertian Kompetensi Pedagogil( Guru
Kata kompetensi guru berasal dari bahasa lnggris yaitu competency
yang berarti kecakapan atau kemampuan. Seperti dinyatakan oleh
Roestiyah yang dikutip dari pendapat Robert Houston bahwa "kompetensi
sebagai suatu tugas yang memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuaan yang dituntut oleh jabatan seseorang".l
Dalam pengertian ini lebih menitik beratkan pada tugas guru dalam
mengajar, kompetensi juga dapat diartikan sebagai kewenangan atau
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah"The ability of
a teacher to responsibly perform has or her duties appropiately,,2 yang
diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya seCaI'a belianggungjawab
dan layak.
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan "kompetensi itu berasal
dari kata kompeten yang berarti cakap, berkuasa dalam memutuskan atau
menentukan sesuatu,,3 artinya berupa kemahiran dalam memutuskan atau
menentukan sesuatu untuk dilakukan kepada setiap peserta didik.
Kompetensi juga berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
Sedangkan menurut A. Sahertian yang dimaksud "kompetensi
adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
I NY. Roesliyah ,Masatah-masatah Jlmu KeguI"uan, (Jakarta: Balai Puslaka, 1989), h. 18
pendidikan dan latihan".4 Dipahami bahwa, seseorang dapat dikatakan
berkompeten dalam suatu bidang tertentu apabila ia mengaplikasikan
kemampuannya melalui proses pendidikan dan pelatihan yang telah
dijalaninya, karena dari hasil tersebut pengalaman demi pengalaman akan
ia raih dan akan menjadi modal awal terhadap suatu bidang pekerjaan yang
ditekuni. Sebagaimana Mulyasa yang mengutip pendapat Me Ahsan
mengemukakan bahwa "competency is a knowledge, skill, and abilities
that aperson achieves, wich become part of his or her being to the exent
can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor
behaviors".5 Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku berdasarkan dad
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sebaik-baiknya. Hal ini
menjelaskan bahwa seseorang yang berkompetensi bukan hanya
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan setelah
melakukan pelatihan, tapi juga membutuhkan aspek-aspek lain dalam diri
individu yang akan menjadi satu kesatuan yang bail"
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna
sebagaimana yang dikutip oleh Moh Uzer Usman dari beberapa pendapat,
antara lain menurut Broke and Stone: "Kompetensi merupakan gambaran
hakikat kualitatif dad perilaku guru yang tampak sangat bermti", dan juga
menurut Charles Jhonson "kompetensi merupakan perilaku yang rasional
untuk meneapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan".6 Seem'a keseluruhan kompetensi bukan hanya memiliki
pengetahuan, keterampilan, selia kemampuan sebagai tugas seseorang tapi
juga merupakan penguasaan dalam diri seseorang yang meneakup perilaku
4 Pie!. Sahertian, Supervisi Pene/idikan dalam Rangka Program in Service Education,
(Jakarta: Rineka Cipla, 1992), h. 25
5Mulyasa, KUI'ikutum Bel'basis Kampe/ensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.
rasional sebagai wujud dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
seseorang.
Adapnn menurut pendapat Zakiyah Darajat kompetensi guru
merupakan "kemampuan seorang guru dalam me1aksanakan kewajibannya
sebagai pengajar yang bertanggungjawab dan layak".7 Definisi ini
menunjukkan bahwa tanggungjawab seorang pengajar dalam melakukan
tugasnya mendidik sebagai wujud dari pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki secara rasional oleh jabatan seseorang.
Kompetensi menurut Departemen Pendidikan Nasional dimiikan
sebagai "pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan beliindak",8 Dalam pengertian
ini kompetensi diarahkan untuk dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam suatu profesi dalam pekerjaan maupun bidang lainnya.
Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi seorang guru dalam melakukan tugasnya mendidik haruslah
sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya selia diikuti
oleh perilaku rasional yang bertanggungjawab dan layak sebagai bagian
dari diri seorang guru.
Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional agar dapat bernilai secara
nyata maupun bekelja dibidangnya secara efektif dan efisien.
Dalam PP No.19 tahun 2005 pasal 28 tentang Standar Nasional
Pendidikan ayat 3 disebutkan bahwa seorang pendidik atau pun pengajar
hm'us memiliki 4 kompetensi yaitu:
a, Kompelensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peselia didik, perancangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
7 Zakiyah Darajat. Pendidikan Islam dalelln Keluarga dan Sekolah, (Jak",la: Ruhama,
b. Kompelensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia.
c. Kompelensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secm'a luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.
d. Kompetensi 80s/ai, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secm'a efektif dengan peselia didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar9
Sedangkan pengeliian peelagogik menurut Nana Syaoelih
Sukmadinata adalah "penguasaan kemampuan melakukan proses belajar
mengajar atau kemampuan e1alam mengajar"IO. Definisi ini menyatakan
bahwa setiap tenaga pengajar suelah pasti memiliki kemampuan e1asar yaitu
kemampuan melakukan pengajaran e1engan segala ruanglingkupnya yang
meliputi interaksi dengan peserta didik, perancangan, pelaksanaan, selia
evaluasi pembelajaran bahkan pengembangan potensi peselia e1idik.
Peelagogik menurut Abel. Rahman "interaksi atau pergaulan yang
bersifat menelielik antm'a penelielik yang e1imaksuel dan berusaha untuk
mempengaruhi terelielik, e1emi perkembangan dan kedewasaan peselia
e1ielik"ll.
Menurut Burhanuelelin Salam yang dikutip dari Langevelel seorang
ahli pedagogik dari Negeri Belanela mengemukakan bahwa, peelagogik
(penelidikan) ialah "suatu bimbingan yang e1iberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu
keelewasaan",12 disamping itu Mochtar Buchori mengutip penelapat para
ahli pendidikan Muhammaeliyah Jakarta mengemukakan bahwa,
"peelagogik diteljemahkan e1engan kata ilmu mendidik dan yang dibahas
9Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia No. 19 tahull tentang SNP, (Jakarta: Lembaga
Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial, 2005), Cet. III, h. 27
10Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan KurikuluJ11 Teo,.; Dam Praktek,(Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 193
ialah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak".13 Hal ini
menjelaskan bahwa pedagogik merupakan kemampuan mengajar dalam
berinteraksi dengan peserta didik dalam memberikan ilmu pengetahuan
dengan tujuan mengembangkan kepribadian dan kedewasaan birfikir bagi
peselia didik.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 8, menjelaskan ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mengemban
tugasnya selaku pedagog yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keil1lanan, ketaqwaan, dan ahlak l1lulia
e. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f. Memperoleh penghasilan yang tidak ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan seem'a berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanmlakan tugasnya
I. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai ォ・キ・ョ。ョセ。ョ
l1lengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan.1 Untuk meningkatkan kualitas para pengajar perlu dilakukan suatu
sistem penguj ian terhadap kompetensi guru, uj i kompetensi guru dilakukan
secara nasional, regional, maupun loka!. Mulyasa menyatakan pentingnya
uji kompetensi guru yaitu:
a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru
b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru c. Untuk mengelol1lpokan guru
d. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan kurikulul1l e. Merupakan alat penilaian guru
f. Mendorong kegiatan dan hasil belaj ar15.
13 Mochtar Buchori, Ilmu Pene/ie/ikan e/an Praklek Pene/ie/ikan e/alam Remmgan.
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1994), Cet. I, h. 19
-Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik guru dalam mengajar adalah kepemilikan kecapakan kelja atau
keahlian yang selaras dengan tuntutan bidang kerja sebagai seorang
pengajar dengan mengutamakan kecakapan akademik, sosial, dan
profesionalitas, dengan demikian ia mempunyai wewenang yang
benar-benar ahli dalam kegUluan dan pelayanan sosial untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Aspek-aspek Kompetensi
Terdapat beberapa aspek kompetensi yang mencakup kompetensi
seorang guru diantaranya adalah: "(I) Takwa dan berilmu pengetahuan, (2) Sehat jasmani dan rohani. (3) Berahlak (berlaku baik), mencintai
jabatannya, adi!, sabar, berwibawa, manusiawi, bekelja sama dengan
guru-guru yang lain dan masyarakat".16
Sedangkan menurut Tatty S.B Alman yang dikutip dari buku
Muhammad Nurdin, bahwa guru yang memiliki kompetensi pedagogik
harus memiliki:
I) "Keterampilan(Skill)
2) Sikap diri (Attitude)
3) Kebiasaan (Habbit),,17
Sebagai salah satu usaha mengembangkan mutu pengajaran sangat
diperlukan kesatuan aspek-aspek yang bukan hanya dari pengetahuan yang
dimiliki berdasarkan ilmu akademiknya, namun diperlukan juga
perwujudan atau aplikasi ilmu yang dimilikinya yang kemudian menjadi
keterampilan atau bakat di dalam diri, kemampuan yang paling dasar
adalah kemampuan dalam mengantisipasi perubahan yang teljadi baik
dalam kelas maupun di luar kelas yang akan menjadi sikap diri pada anak
didik dan sampai pada menjadi kebiasaan diri dalam menjalankan masa
depan anak didik.
16 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi AgamaliAIN, flmu Pendidikan Islam, (Jakarta::
Lebih lanjut, dalam PP tentang guru dikemukakan bahwa:
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
I) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/silabus 4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar (EHB)
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya18
3. Kompctcnsi Guru dalam McIakukan Kcgiatan Pcmbclajaran
lstilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda,
tetapi dapat berhubungan erat, bahkan teljadi kaitan dan interaksi saling
pengaruh mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Penulis
memahami, semua itu merupakan kegiatan pembelajaran. Jika dilihat dari
definisi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya
Kurikulum dan Pembelajaran yang dirangkum dari berbagai pandangan
parah ahli pendidikan bahwa, pembelajaran adalah "suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran".19
Dari definisi tersebut mencerminkan bahwa, pengajaran
merupakan aktivitas (proses) pembelajaran yang dilakukan oleh guru
terhadap peserta didik, berjalan seCaI'a sistematik yang terdiri banyak
komponen, tidak bersifat parsial (terpisah atau bekelja sendiri-sendiri),
tetapi hams berjalan teratur, saling bergantung, komplementer dan
berkesinambungan. Untuk itu diperlukan langkah-Iangkah yang tepat
terhadap kelancaran proses pembelajaran, Kemampuan guru yang
secaI'a efektif dan efisien atau keberhasilan guru dalam menyiapkan
perencanaan pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan
mengevaluasi hasil pengajaran. Disamping pengajaran yang sistematik.
l11aka perlu juga ditunjang oleh pengembangan kurikulul11 yang jelas sesuai
penjelasan berikut ini.
Istilah kurikulul11 memiliki arti yang berbeda-beda yang
dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pendidikan sampai kini. Sri
Purnmni mengutip dari kmnus Webster tahun 1812, "kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu curlr yang berarti pelari. Juga berasal dari kata
cursus yang artinya course atau track. Track memiliki arti jarak suatu
lintasan yang harus ditempuh dalam suatu lomba lari untuk mencapai
garis akhir lintasan,,2o
Dalam hal ini pengertian kurikulum menulUt Oemar Hamalik
ialah: "'jangka waktu pendidikan yang harus ditel11puh oleh siswa yang
bertujuan mendapatkan ijazah".21 Ijazah sebagai suatu bukti bahwa telah
menempuh kurikulum berupa pelajaran-pelajaran telientu untuk mencapai
garis finis.
Istilah kurikulum mulai dikenal dalam dunia pendidikan dengan
alii sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa. Namun
semakin hari pengertian kurikulum semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan tugas dan peran yang dibebankan kepada sekolah. Sekolah
bukan hanya bertugas l11engembangkan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa tetapi seluruh kepribadian anak harus dibinanya.
Selain itu pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat dan pelaksanaan
tugas dalam pendidikan yang seharusnya dilaksanakan dalam lingkungan
keluarga kini dipercayakan kepada sekolah. Tuntutan masyarakat akan
pentingnya pendidikan yang bennakna serta pendidikan yang dapat
20 Sri Purnami I. Subekti, Kurikulum: Pengantar Untuk Kurikulum Kreatif dan Praktek Sesuai Perkembangan, (Jakarta: Guna Widya, 1995), h. 101
memberikan kemampuan-kemampuan tertentu bagi SISWa untuk bekal
te,jun dimasyarakat dan dunia kerja.
Demikian pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat dan penyebaran informasi yang tidak dapat
dibendung membutuhkan aktifitas sekolah yang tidak hanya mentransfer
ilmu Hエイ。ョセヲ・イ of knowledge) yang ada dalam buku. Dengan peran dan tugas sekolah yang semakin berat maka pengertian kurikulum berkembang
menjadi luas. Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan
sistem pembelajaran, guru sebagai pengelola pembelajaran bersama tenaga
kependidikan harus memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam
bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, bahwa
pengembangan kurikulum terdiri dari dua prinsip yaitu "prinsip umum dan
prinsip khusus, prinsip umum terdiri dari prinsip relevansi, fleksibelitas,
kontinuitas, praktis dan efektivitas. Sedangkan prinsip khusus yaitu prinsip
yang yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar
siswa, dan penilaian".22 Perwujudan kurikulum tersebut seluruhnya
terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan
dan keberhasilan kurilmlum. Dialah sebenarnya perencana, pelakasana,
penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum
diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi
pengembangnan kemampuan siswa secaJ'a optimal sesuai dengan tuntutan
dan perkembangan masyarakat.
Hamalik menafsirkan kurikulum berdasarkan lSI dan materi,
rencana pembelajaran, dan pengalaman belajar.
kegiatan-kegiatan kurikulum yang tidak terbatas dalam ruangan kelas saja (intrakurikuler) tetapi juga meneakup kegiatan-kegiatan yang di luar kelas (ekstra kurikuler).23
Dengan penge11ian kurikulum di atas, maka banyak pengalaman
belajar yang harus dikuasai oleh siswa dapat diperoleh melalui Iingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Interaksi siswa dengan
lingkungan fisik dapat diperoleh di laboratorium, halaman sekolah dan
sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan tempat
terjadinya interaksi sosial. Hal ini teljadi dalam kelas dalam bentuk
interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa serta murid dengan
murid. Interaksi ini dapat juga terjadi di luar sepe11i di bus, halte atau
tempat umum lainnya.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia NomoI'
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
"kurikulum adalah seperangkat reneana dan peraturan mengenai tujuan isi
dan bahan pelajaran serta eara yang eligunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk meneapai tujuan pendidikan
tertentu".24 Pengertian yang lebih luas diberikan oleh Zurinal dan Wahdi
Sayuti, kurikulum aelalah "serangkaian metoele belajar dalam mengajar,
eara mengevaluasi kemampuan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga
pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu,
jumlah ruang, dana serta pilihan pelajaran".25
Dari berbagai pandangan dan penelapat para ahli yang telah
dikemukakan eli atas elapat elisimpulkan bahwa paela hakekatnya kurikulum
adalah segala pengalaman belajar yang eliberikan dalam bentuk rencana
atau program pembelajaran yang ditransformasikan oleh guru kepada
siswa yang disusun -seCaI'a sistematis, direncanakan dan diorganisasi oleh
sekolah elalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Setiap
2J Mulyasa,Slandar Kompelensi dan Sel'lifikasi GUI'Ii. h. 16-18.
jenjang pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat dasar, menengah
maupun Perguruan Tinggi memiliki kurikulum tersendiri. Setiap
kurikulum yang ada tentu disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Untuk merealisasikan kurikulum yang telah disusun, malm guru
sebagai motor penggerak dari kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
memulai aktivitasnya sebagai penga.lar dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi, hal ini dapat dipahami
berdasarkan uraian sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pada dasarnya merupakan persmpan untuk
menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu
masalah atau pekeljaan. Sesuai dengan pendapat Made Pirdata bahwa,
"Perencanaan merupalmn hubungan antara apa adanya sekarang (what
is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian
dengan kebutuhan, penentuan, tujuan, prioritas, program, dan alokasi
sUll1bcr ",.26
Ahmad Rohani menjelaskan dalam bukunya Penjelasan
Pengajaran, bahwa menurut teod, "tahap perencanaan merupakan
dasar untuk menyusun langkah-Iangkah penyelesaian suatu masalah
yang mengarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Sebelum
melakukan suatu pekeljaan perIu dilakukan perencanaan yang matang,
agar pada tahap pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang baik".27
Dalam hal ini perlu menjadi perhatian oleh guru dalam
menyusun perencanaan kurikulum antara lain: tujuan, bahan atau isi,
metode dan alat serta evaluasi. Tujuannya untuk menentukan kemana
warga belajar akan dibawa, bahan atau isi harus sesuai dengan
tuntutan, standar atau kemampuan belajar Slswa. Bahan juga dapat
difungsikan untuk memberi isi atau makna terhadap tujuan.
serta efektifitas serta efesiensi belajar yang mengarah kepada semangat
atau tumbulmya motivasi pembelajaran yang tinggi, baik siswa selaku
obyek ajar atau guru selaku subyek pembelajaran.
Dengan kata lainnya penggunaan metode dan alat berfungsi
sebagai kelanjutan serta kelancaran dari proses pembelajaran.
Sedangkan penilaian berfungsi untuk mengukur seberapa jauh tujuan
itu tercapai clan tindakan apa -yang harus clilakukan apabila tujuan
belum tercapai.
b. Pelaksanaan Pengajaran
Rencana pengajaran yang clisusun belum mempunym mii
sebelum clilaksanakan cli clepan kelas dengan mengikut sertakan teman
sejawat clan memanfaatkan unsur-unsur terkait seperti, ahli kurikulum,
ahli evaluasi serta ahli bidang studio Dalam hubungan ini, terlihat
komunikasi multi arah antm'a guru sebagai pengajar, para ahli dan
warga belajar sebagai subjek belajar.
Menurut Slameto mengutip dari penclapat Gaqne dan Brigs
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan yang perlu
ditampilkan oleh guru aclalah sebagai berikut:
I) Memotivasi warga belajar, dari memulai pelajaran sampm menutup pelajaran.
2) Kemampuan mengemukakan tujuan pelajaran dengan jelas clan mudah dipahami clan cliketahui kearah mana ia tuju.
3) Kemampuan menyajikan bahan pelajaran clengan metode mengajar relevan clengan tujuan pengajaran.
4) Kemampuan melaksanakan penguatan kemauan belajar (reinfocement)
5) Melakukan penilaian hasil belajar.
6) Kemauan mempersiapkan alat-alat bentu pelajaran dan menggunakannya clengan baik.
7) Kemampuan memperbaiki pengajaran untuk keperluan mengajar dimasa yang akan clatang
8) Kemampuan melakukan layanan bimbingan konseling.28
Agar kegiatan pembelajaran dapat teralisasikan dengan baik
tersebut diharapkan dapat memahami selia membuat strategi
pembelajanm yang lebih baik pula.
Sebelum kepada strategi pembelajaran, pembahasan ini akan
menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi strategi dan pembelajaran.
Pengertian strategi biasanya dikaitkan dengan taktik (terutama dikenal
dalam lingkungan militer).
Tabrani Rusyan dkk, berkesimpulan dalam bukunya
Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar bahwa, strategi seCal'a
umum dapat didefinisikan sebagai "garis besar haluan bertindak untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan,,29
Kata strategi di sini juga berarti cara atau taktik suatu rencana
belajar yang berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran yang lebih
populer dengan sebutan strategi pembelajaran.
Strategi diartikan sebagi garis-garis besar haluan untuk
beliindak dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar biasa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sumanti
dan Permana berpendapat dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
bahwa, pada dasarnya strategi pembelajaran menyangkut empat hal
utama yaitu, "1) penetapan tujuan pengajaran, 2) pemilihan sistem
pembelajaran, 3)pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan tehnik
pembelajaran dan 4) menetapkan kriteria keberhasilan proses
pembelajaran dari evaluasi yang dilakukan".30
Uraian ini memperlihatkan upaya guru dalam merencanakan
kegiatan pengajarannya seCal'a sistematis dengan memanfaatkan segala
sesuatunya agar bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak-anak didik
secara tuntas.
29 Tabran; RlIsyan dkk. Pendekatan dalelln Proses Betajar lvIengajar (Bandllng: CV.
Sebagai guru yang baik, hendaknya ia harus memahami tentang
pribadi anak didiknya, baik anak didik sebagai individu dengan segala
keunikannya dan sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang
berbeda. Setidaknya ada beberapa hal yang membedakan anak didik
dengan yang lainnya, yaitu segi intelektual, psikologi, dan biologisnya.
Perbedaan inilah yang menimbulkan perbedaan perlakuan dalam
kegiatan pembelajaran.
Roestiyah dkk mengutip dan sepakat dengan pendapat De
Queluy dan Gazali, mendefinisikan mengajar dengan: "Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling
singkat dan tepat".J] Dari pengeliian di atas dapat diketahui bahwa
mengajar pada intinya yaitu aktivitas atau kegiatan guru dalam
menanamkan pengetahuan dan pengalaman kepada seseorang melalui
kegiatan yang dihubungkan dengan anak sehingga tel:jadi proses
pembelajaran.
Dari pengertian di atas, maka mengajar di sini dapat dimiikan
sebagai tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya
yaitu usaha guru dalam menggunakan variabel pengajm'an (tujuan,
bahan metode, alat dan evaluasi agar guru dapat mempengaruhi peselia
didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk memudahkan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan atau telah ditetapkan, maka Sri Anitah dkk juga tak
mau ketinggalan mengutip dari pendapat Gropper mengatakan bahwa,
"strategi pembelajaran merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang
cocok dengan tujuan yang akan dicapai tiap tingkah laku yang harus
dipelajari dan dipraktekkan, karena setiap materi dan tujuan pengajaran
berbeda satu sarna lain".J2 Maka jenis kegiatan yang harus dipraktekan
Adapun strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan demi
terciptanya suatu suasana dimana antara guru dan para peserta didik
teljalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling
menghormati dan saling mempercayai, maka hal ini akan tumbuh
subur apabila:
I) Guru bersikap hangat dalam membina sikap persahabatan dengan semua peserta didik. Menghargai mereka dan menerima mereka dengan berbagai keterbatasan,
2) Guru bersikap adil sehingga l11ereka diperlakukan sal11a tanpa tUl11buh rasa di anak-tirikan atau disisihkan,
3) Guru bersikap objektifterhadap kesalahan peserta didik dengan melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila peserta didik l11elanggar disiplin yang telah disetujui bersama,
4) Guru tidak menuntut para peserta didik di depan teman-temannya sehingga menyebabkan mereka kehilangan l11uka, 5) Dapat diciptakan suatu kondisi sehingga setiap peserta didik
merasa berhasil dalam segi-segi tertentu dan tidak senantiasa berada dalam situasi kegagalan dan kekecewaan,
6) Suasana kehidupan disekolah tidak mendorong peserta didik kearah tingkah laku yang tidak dikehendaki.33
Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan
hadiah-hadiah bagi peserta didik yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan
disiplin yang berlaku sebagai suri tauladan yang baik.
Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya
tertib ke arah siasat (strategi). Sikap ini akan memberi kesempatan bagi
peserta didik untuk ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang
aktif, kondusif, dan terkendali serta terarah kepada tegaknya disiplin
sekolah sebagaimana yang diharapkan bersama.
c. Melakukan Evaluasi
Soekartawi berpendapat evaluasi adalah "cara untuk
mengetahui sejauh mana sasaran belajar suatu rangkaian pelajaran
dapat tercapai".34 Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada waktu-waktu
tertentu sesuai dengan kehendak guru. Kegiatan mengevaluasi hasil
belajar juga merupakan salah satu kegiatan yang tidak kalah
pentingnya dalam kegiatan institusional lainnya.
Pada hakikatnya, Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tujuan
pengajaran yang telah dicapai dan berapa besar tingkat perubahan
terjadi clalam cliri warga belajar sebagai akibat dari proses
pembelajaran. Mau ticlak mau, guru clituntut untuk mempunyai
keterampilan dalam mengevaluasi, sehingga hasilnya berguna bagi
anak clidik clan guru itu sencliri.
Berclasarkan tujuan evaluasi terse but, Soekartawi kembali
mengungkapkan seorang guru sebelum melakukan evaluasi hendaknya
memahami terlebih clahulu tentang prinsip-prinsip evaluasi yaitu:
I) Prinsip integritas, maksuclnya adalah hasil evaluasi Juga menyangkut aspek kognitif clan psikomotor.
2) Prinsip kontinuitas, maksudnya adalah proses evaluasi henclaknya berkesinambungan selama mengikuti kegiatan pengajaran.
3) Prinsip obyektifitas, maksudnya aclalah hasil evaluasi yang cliperoleh henclaknya clapat cli interprestasikan dengan jelas clan tepat tanpa clipengaruhi unsur-unsur subjektifitas guru clalam melakukannya.35
Dengan clemikian yang dimaksucl dengan kompetensi
peclagogik adalah kemapuan guru dalam melaksanakan tugas utama
clalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan pengajaran, evaluasi clan pengembangan terhadap
berbagai potensi yang clil11iliki oleh peselta diclik.
Selain clari itu selaku pedagok, guru juga diharapkan clapat
menguasai cara belajar yang efektif, harus mal11pu membuat model
satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu
mengaJar cli kelas, mampu memberikan nasehat clan petunjuk yang
berguna, menguasai tehnik-tehnik memberikan bimbingan clan
penyuluhan, mampu menyusun clan l11elaksanakan prosedur penilaian
Sebelum sampai kepada uraian tentang kompetensi gum dalam
melakukan evaluasi, penulis kemukakan terlebih dahulu beberapa
bentuk evaluasi atau penilaian. Menurut buku Pedoman Kegiatan
Be/ajar Mengajar, bahwa evaluasi atau penilaian terbagi tiga, yaitu:
"penilaian program, 2. penilaian proses pembelajaran, dan 3. penilaian hasil belajar.,,36
I) Penilaian program, merupakan salah satu kegiatan penilaian
terhadap program pengajaran, teermasuk di dalamnya melakukan
penilaian terhadap kurikulum dan sarana serta prasarana
pendidikan. Penilaian program ini pun termasuk salah satu bagian
penilaian terhadap kegiatan dan kemajuan belajar siswa.
2) Penilaian proses belajar, diarahkan pada pelaksanaan tugas baik
tugas individual maupun rugas kelompok. Disamping itu, penilaian
pembelajaran diarahkan pada disiplin dan upaya yang dilakukan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai gambaran tentang penilaian pembelajaran tersebut
antara lain penilaian terhadap:
a) Kegiatan mengeljakan tugas yang diberikan oleh guru terhadap
siswa seCal'a individual.
b) Kegiatan mengeljakan tugas yang diberikan oleh gum terhadap
siswa seCal'a kelompok
c) Kegiatan ュ・ョァ・セェ。ォ。ョ soal-soal latihan baik secara individual maupun kelompok
d) Sistematika dan cara menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
e) Kemampuan melakukan disiplin pribadi dalam mengeljakan
soal atau tugas yang diberikan guru.
f) Kemampuan melakukan kegiatan pembelajaran secara teratur.
3) Penilaian hasil belajar, merupakan upaya pengumpulan informasi
"
.
yang dicapai oleh siswa pada akhir setiap semester atau akhir tahun
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa sangat jelas seorang guru
harus mempunyai kompetensi dalam mengevaluasi atau penilaian, baik
penilaian program, penilaian proses pembelajaran maupun menilai
hasil belajar, dimana tiga penilaian tersebut akan meliputi tiga ranah
yang dimiliki masing-masing individu manusia secara psikologis.
Adapun tiga ranah yang dimiliki masing-masing individu
tersebut adalah sesuai dengan pendapat Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawan dalam bukunya taksonomi (pengelompokan) tujuan
pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain
(daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a. Ranah proses berfikir(cognitive domain)
Menurut Anas Sudijono dikutip dari pendapat Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kogintif ini terdapat enam jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.
Keenam jenjang dimaksud adalah: (I) pengetahuanl hafalanl ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (aplikation), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesi5) dan (6) penilaian(evalution)37
b. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
Kembali Anas Sudijono mengutip dari David R. Krathwohl dalam bukunya yang berjudul Taxonomi Of Educational Objectives: Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, jadi kegiatan evaluasi pembelajaran akan meliputi jenjang yaitu: (I) receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), (2) responding (menanggapi), (3) valuing (menilai/menghargai), (4) organization (mengatur atau megorganisasikan), dan (5) characterization by a value complex ( karakterisasi dengan suatunilai atau komplek nilai)38
c. Ranah keterampilan(psychomotoric domain)
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas berupa kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar".39
Dipahami bahwa hasil belajar psikomotorik ini sebenamya
adalah merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil
belajar afektif. Basil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitf dan ranah afektifnya.
Apabila evaluasi dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran meliputi tiga aspek ranah tersebut di atas (ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik). Maka hasil
evaluasi pembelajaran akan dapat memberikan suatu jawaban yang
sesuai dengan tuntutan standar hasil pembelajaran yang berlaku
saat ini. Karena standar penilaian yang sedang digalakkan pada saat
ini, pada hakikatnya mengacu pada tiga aspek ranah sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya.
B. Pendidikan IPS
1. Pengertian Pendidikan IPS
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) merupakan mata
pelajaran yang membahas (mengkaji) kehidupan sosial yang didasarkan
pada komponen-komponen mata pelajaran IPS, yang sekiranya tak asing
bagi kita semua untuk mengetahui atau memahaminya. Menurut Syafrudin
Nurdin yang mengutip teljemahan Nu'man Sumantri (200: 44)
mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai: "(I)
pendidikan Islam yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai
kewarganegaraan, moral ideology Negara dan agama; (2) pendidikan IPS
L"""""". "
pendidikan IPS yang menekankan pada reflective inquiry; (4) pendidikan
IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir, 2 dan 3 di atas".40
Sebagaimana dikutib oleh Udin Winata Putra dari pendapat
Sarwono Prawirohardjo, bahwa PIPS dibagi dalam dua arah yaitu:
a. PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan pessekolahan.
b. PIPS pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplim lain yang relevan, untuk tujuan prefesional guru IPS.41
DaTi pengertian di atas, bahasan tentang PIPS ini lebih ditekankan
pada dunia persekolahan terutama pada Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang biasa dikenal dengan pelajaran IPS
lImu Pengetahuan Sosial yang di bagai dalam tiga kategori yaitu
dikenal dengan istilah ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial. Ketiga istilah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sarna lainnya,
karena saling memiliki keterkaitan. Pengertian dari ketiga istilah lImu
Pengetahuan Sosial ini menurut Nursid Sumaatmadja, adalah:
a. lImu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia sebagai anggota masayarakat.
b. Studi sosial adalah suatu bidang pengkajian tentang masalah sosial kehidupan manusia di masyarakat, dan mempelajari gejala sosial yang menjadi bagian dari kehidupan.
c. lImu pengetahuan sosial (IPS), adalah mempelajari kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah lalm dan kebutuhannya, baik itu cara menggunakan usaha, memnuhi materi, kebutuhan budaya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya alam di bumi, maupun mengatur kesejahteraan dan pemerintahan.42
Sementara Daldjoeni mengutip dua pendapat para ahli yaitu:
a. S. Nasotion mendefinisikan IPS demikian: "IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial" juga diatrtikan sebagai
40 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhalikon Individu Siswo dolam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.23
bagian dari mkurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranan manusia di dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, pemerintahan, dan psikologi sosial. b. Numan Sumantri mengartikan IPS sebagai pelajaran
ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Menyederhanakan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas, b) mempertautkan dan maemadukan bahan berasal aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi bahan pelajaran yang mudah dicerna.43
Hari Sudrajat berpendapat bahwa "ilmu pengetahuan sosial (IPS)
merupakan bidang studi yang multi disiplin terdiri dari beberapa mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial humaniora, yang mempelajari interaksi
manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat"44
Berdasarakan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS sebagai
program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial
semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggungjawab atas
kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luanya. Apalagi dalam
penyajianya, pelajaran IPS diberikan berdasarkan tingkat Genjang)
sekolah, jUl11lah bidang keill11uan yang dilibatkan di dalam IPS
berbeda-beda.
Di tingkat sekolah dasar terdiri dari geografi, sejarah, di tingkat
sekolah lanjutan terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, dan antropologi,
di tingkat menengah atas terdiri dari geografi, sosiologi,
ekonomi/akuntansi, tata negara dan pendidikan kewarganegaraan,
sedangkan di perguruan tinggi hampir seluruh bidang keilmuan sosial
dilibatkan pada kerangka IPS.
Oleh karena itu peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup
berpengetahuan dan kel11ampuan berfikir yang tinggi, malainkan harus
-13 Daldjoeni, Dasar-dasar IPS untuk Mahasiswa IKIP IFIKIP) dan Guru Sekolah
kewajiban dan tanggungjawab harus benar-benar diawali dari kemampuan
atau pun kecakapan yang dimiliki oleh seorang ahlinya (ahli dibidangnya),
terutama dalam penggunaan meteode pembelajaran ini.
Dengan penggunaan metode yang baik oleh guru dalam
penyampaian materi pelajaran IPS kepada peserta didik dengan baik,
sedikit-banyaknya akan mempermudah dalam pencapaian tujuan
pengajaran IPS, sesuai penjelasan di bawah ini.
3. Tujuan Pengajamn IImu Pengetahuan SosiaI (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu
maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku sosial,
sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan
mengaitkan pada usaha mempersiapkan murid atau peserta didik menjadi
warga Negara yang baik.
N. Daljoeni dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk Mahasiswa IKIP menjelaskan bahwa, selama ini ada lima tujuan
pokok pengajaran IPS yaitu:
a. Pembelajaran IPS betujuan mel11persiapkan siswa untuk l11elanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi atau masuk keperguruan tinggi. Untuk ini mata pelajaran seperti: sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi haruslah diberikan lepas-lepas, sosiologi sebagai Yak tersendiri, guru pengajar pun harus khusus, sehingga di Indonesia dikenal adanya guru-guru berijazah akte A= untuk SLTP, BI dan BII
= untuk SLTA di bidang tertentu (sekarang di ubah menjadi akte DI,
D2, D3 dan SI).
b. IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang bailc Mata pelqiaran yang disajikan oleh guru sekaligus harus ditempatkan dalam konteks budaya melalui pengelolaan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.
c. IPS yang hakekatnya adalah suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas. Inilah yang kita temukan dalal11 definisi IPS sebagai: suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial, yang penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap siswa.
sosial sampai kultural. Dengan cara ini siswa dilatih berfikir demokratis47
Saripudin dalam bukunya Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu
Sosial di Sekolah Menengah menegaskan bahwa, tujuan pengajaran ilmu
pengetahuan sosial adalah "untuk mengembangkan pribadi Warga Negara
yang baik atau good citizenchip".48 Secara sederhana ini berarti,
pengajaran IPS yang dilakukan terhadap siswa adalah untuk dapat
memahami bahwa masyarakat itu merupakan suatu kesatuan (sistem) yang
permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan
pendekatan-pendekatan inter disipliner, yaitu pendekatan yang
komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ekonomi, sosiologi,
geografi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.
Menurut Etin Solihatin dan rahmjo tujuan dari pendidikan IPS
adalah "untuk bekal mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi".49
Tujuan yang dikemukan oleh Etin tersebut di atas, mengharapkan
agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional
dalam menanggapi kenyataan atau permasalahan serta perubahan yang tak
menentu seperti yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia
maupun masyarakat dunia baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini
atau pun masa yang akan datang.
• 47 N. Daldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosialuntuk Mahasiswa IKIP (FKIP)
dan Guru Sekolah Lanjutan,h. 24 - 26
" Saripudin, Konsep dan Masalah Pengajaran Iimu Sosial di Sekolah Menengah,
(Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEND DIKTI Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan,
C. Pengertian Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia
pendidikan. Meskipun demikian istilah ini merupakan predikat yang
masih umum dan luas penggunaannya. Istilah prestasi belajar diberikan
kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang optimal dari
suatu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan
dari pengertian belajar. Oleh karena itu akan dikemukakan pengertian dari
masing-masing kedua kata tersebut.
Menurut rumusan bahasa, Prestasi ialah "hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikeljakan)"so Jadi jelaslah bahwa prestasi itu ada setelah
adanya aktifitas yang dilakukan seseorang.
Adapun mengenai definisi belajar sebagaimana dikemukakan para
ahli banyak sekali, mungkin sebanyak para ahli yang mengemukakannya.
Namun pada prinsipnya menuju pada suatu arah yaitu terjadinya
perubahan tingkah lalcu.
Sebelum mengemukakan definisi belajar dari para ahli, maIm
disini saya kemukakan arti belajar seCal'a bahasa yaitu "Berusaha
(berlatih) supaya mendapatkan sesuatu kepandaial1".51
Abd Rachman Abror mengutip pendapat Cronbach di dalam
bukunya Education Psikologi menyatakan: "Learning is shown by change
in behavior as result old experience".52 Jadi menurutnya belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalaminya itu si
pelajar mempergunakan panca inderanya.
Slameto mendefinisikan belajar adalah "suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku
yang bal'u dengan lingkungannya".53
50WJS. Poerwadiminta,Kamus Umwn Bahasa Indonesia, h.768 51 WJS. Poerwadiminta,Kamlls Umllm Bahasa tndonesia, h.605
Zainal dan Wahdi Sayuti mengutip pendapat Howard 1. Kingsley
mendefinisikan belajar sebagai berikut:"Learning ofthe Process by which
behavior (in the broadersence) is originated or change throuh practice or
training,,54 Yang jika di artikan kurang lebih seperti ini: Belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan.
Cukup kiranya tiga ini untuk dijadikan sampel dari banyaknya
rumusan definisi belajar. Hal ini yang perIu digaris bawahi adalah bahwa
dengana belajar menimbulkan tmjadinya tingkah laku pada diri seseoral1g.
Akan tetapi perIu dicatat bahwa tidak semua terjadil1ya perubahan
tingka laku masuk pada pel1gertian belajar, sepelii berubahan jasmani dan
rohani dan sebagail1ya. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai perubahan
tingkah lalm 「・ャセ。イN Oleh karena itu menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Fakto-faktor yang Mempengaruhinya menyatakan, perIu
diketahui ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksudkan dalam
kategori hasil belajar.
a. Perubahan yang terjadi secara sadar, berarti bahwa individll yang belajar akan menyadari teljadinya perubahan itu, atau sekurang-kural1gnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, yaitu sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positf dan aktif. Bahwa perubahan tersebut senantiasa akan beliambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah bahwa perubahan tingkah lalm itu terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Bahwa suatu
proses belajar tersebut meliputi perubahan tingkah laku55
Jadi tatkala definisi prestasi dan belajar tersebut dipadllkan
menjadi kata majemuk yaitll prestasi belajar, maka pengertian prestasi
belajar adalah Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazim diberikan dengan nilai test
atau angka nilai yang diberikan guru.
Perstasi belajar siswa dalam bentuk konkrit pemberian angka nilai
dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa menguasai
pelajaran yang diberikan adalah ikut menentukan dan mendorong siswa
meningkatkan prestasi belajar.
Kendatipun demikian adalah benar bahwa prestasi belajar yang
berupa angka nilai tersebut hanya merupakan salah satu indikasi dari data
atau informasi akibat kegiatan evaluasi (dalam pengajaran). Oleh karena
itu guru kelas harus obyektif dalam menentukan dan mendorong siswa
untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.
Disisi lain, guru juga diharapkan dapat memberikan bekal terhadap
siswanya terutama segi penguasaan materi atau keterampilan, kemampuan
yang dimaksud meliputi tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut akan
dituangkan dalam buku laporan siswa (raport).
Prestasi belajar siswa seperti yang telah diungkapkan pada bagian
definisi bel'\iar di atas, sangat bergantung kepada besar kecilnya usaha dan
peljuangan dalam belajarnya, disamping adanya peliolongan dari Allah
SWT. Sulit kiranya memperoleh prestasi belajar yang baik tanpa adanya
usaha dan peljuangan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, bahkan
hanya mempakan impian yang tidak akan telwujud.
Berkaitan dengan usaha dan perjuangan untuk memperoleh
prestasi dan prestasi yang lainnya, Allah SWT menjelaskan di dalam
Al-Quran sebagi berikut:
Nana Sudjana mengatakan: "Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi dua faktor utama yaitu: faktor dari siswa itu sendiri dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan".56
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan pendapat
yang sama, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
adalah "faktor dari dalam diri (faktor internal) dan faktor dari luar diri
(faktor eksternal)".57
a. Yang tergolong faktor internal adalah:
I) Faktor jasmaniah (fisikologis) baik yang bersifat bawaan atau yang
diperolehnya. yang termasuk fa!ctor ini misalnya: penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor ini sangat
menunjang keberhasilan belajarnya. bagaimanapun
sungguh-sunggulmya ia belajar, bermain basket misalnya, kemampuannya
tidak akan maksiamal jika dia memiliki postur tubuh yang pendek.
2) Faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya, terdiri atas:
a) Faktor intelektifyang meliputi Faktor kecerdasan dan bakat.
b) Faktor kecaka