• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PETRUS ROMIL SUDIN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Petrus Romil Sudin

(3)

ABSTRAK

PETRUS ROMIL SUDIN. Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.

Air merupakan sumberdaya yang esensial bagi kehidupan manusia. Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat lokal dalam memanfaatkan air tanah sehingga menimbulkan kelangkaan air. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya air, mengestimasi nilai Willingness to Pay (WTP),

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan mengkaji pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, WTP, regresi, dan analisis kelayakan investasi.

Hasil penelitian karakteristik pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting menunjukan bahwa tingkat penghasilan masyarakat pengguna air adalah Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 3-4 m³/hari/KK, dan jumlah pengguna air adalah 5-6 orang/KK. Rata-rata nilai WTP pengguna sumberdaya air adalah Rp 149,05 per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah usia, penerimaan, dan jumlah kebutuhan air. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar

Rp 16.210.358,7; Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,18; dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 19%. Selanjutnya dalam analisis ekonomi nilai NPV

diperoleh sebesar Rp 38.839.914,09; Net B/C sebesar 1,55; dan IRR sebesar 32%. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak dan akan memberikan manfaat dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Pemerintah dan masyarakat disarankan dapat melakukan penataan ruang agar pengalokasian sumberdaya air bersih bagi masyarakat lokal terjamin secara berkelanjutan.

(4)

ABSTRACT

PETRUS ROMIL SUDIN. Economic Analysis of The Utilization and Development of Water Resources (Case Study: Cibereum Sunting, Mulyaharja Village, South Bogor sub-District, Bogor City). Supervised by TRIDOYO

KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN

Water is the principal and essential resource for human life. The development of housing increase the competition of groundwater demand and leads to groundwater scarcity. The objectives of this research are to examine the characteristics of water resources user, to estimate the value of Willingness to Pay (WTP), to analyze the factor affect of WTP, and to examine feasibility of development clean water resservoir in Cibereum Sunting, Mulyaharja Village, South Bogor sub-district, Bogor City. This research used several analyses, such as descriptive, WTP, regression, and feasibility study. The results show that the characteristics of water users in Cibereum Sunting have revenue approximately Rp 1,000,001-Rp 2,000,000 per month, the amount of water needed are 3-4 m³/day/household, and number of water users are 5-6 person/household. The average value of WTP of water user is estimated Rp 149.05 per m³. The factors affect of WTP are age, revenue, and the amount of water needs. Based on the financial feasibility analysis for Net Present Value (NPV) is Rp 16,210,358.7; Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) is 1.18; and Internal Rate of Return (IRR) is 19%. Then, based on the economic feasibility analysis for NPV is Rp 38,839,914.09; Net B/C is 1.55; and IRR is 32%. It can be concluded that the development of clean water reservoir is feasible and important for continuous water supply for local people. The water resource optimal allocation policy must be established by government and stakeholders.

(5)

PETRUS ROMIL SUDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM

(6)

Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

Nama : Petrus Romil Sudin NIM : H44090089

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S Benny Osta Nababan, S.Pi, M. Si Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. Aceng Hidayat M.T Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah sumberdaya air, dengan judul Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Gervasius Sudin dan Mama Maria Agustina Mei, serta adik-adik tersayang Fendy, Weniks, Ersan, dan Heru, yang selalu memberikan motivasi, doa, dan kasih sayang.

Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Kantor Kesbang, Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air, BPS, Kecamatan, Kelurahan, Kepala RT/RW, dan masyarakat Cibereum Sunting yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB para Dosen beserta Staf ESL atas semua dukungan dan bantuan selama masa studi.

Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Charra, Eno, Edwina, Hesti, dan Nur serta rekan-rekan ESL 46 atas kebersamaan dan kekompakannya.

Gilang Putri Rembulan yang selalu memberikan dukungan bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengembangkan sumberdaya air bagi kesejahteraan masyarakat.

Bogor, Februari 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Ruang Lingkup ... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 6

II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Sumberdaya Air... 7

2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Air ... 8

2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air ... 10

2.4 Contingent Valuation Method (CVM) ... 11

2.5 Analisis Regresi Berganda ... 14

2.6 Pengembangan Sumberdaya Air ... 15

2.7 Analisis Kelayakan ... 16

2.8 Analisis Sensitivitas.... ... 19

2.9 Penelitian Terdahulu ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.2 Metode Penelitian ... 25

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.4 Metode Pengambilan Sampel ... 26

4.5 Metode Analisis Data ... 27

(9)

4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

WTP Responden ... 31

4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih ... 31

4.5.5 Analisis Sensitivitas ... 34

4.6 Batasan Penelitian ... 34

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36

5.1 Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja ... 36

5.1.1 Kependudukan ... 37

5.1.2 Pelanggan Air Bersih PDAM ... 39

5.2 Kampung Cibereum Sunting ... 39

5.3 Potensi Sumberdaya Air di Kampung Cibereum Sunting ... 40

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

6.1 Karakteristik Pengguna Air Tanah ... 42

6.1.1 Usia ... 42

6.1.2 Jenis Kelamin ... 43

6.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ... 43

6.1.4 Penghasilan ... 44

6.1.5 Jumlah Pengguna Air ... 45

6.1.6 Jumlah Kebutuhan Air ... 46

6.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap Ketersediaan Air ... 47

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 49

6.4 Analisis Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih di Kampung Cibereum Sunting ... 52

6.4.1 Aspek Teknis ... 52

6.4.2 Aspek Sosial ... 53

6.4.3 Aspek Manajemen... ... 54

6.4.4 Aspek Finansial dan Ekonomi Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih ... 54

6.4.4.1 Penentuan Harga Bayangan ... 54

6.4.4.2 Analisis Arus Tunai ... 55

6.4.4.3 Analisis Finansial ... 58

(10)

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 65 1 Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011... 3

2 Jenis dan sumber data ... 26

3 Metode analisis data ... 27

4 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 . 37 5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 ... 38

6 Jumlah pelanggan PDAM di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011... 39

7 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan tingkat penghasilan Tahun 2013... 44

8 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan rata-rata biaya pengeluaran Tahun 2013 ... 45

9 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi kebutuhan air Tahun 2013... 46

10 Menghitung dugaan nilai rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.. ... 47

11 Total WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. ... 49

12 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. ... 50

(11)

14 RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung

Cibereum Sunting Tahun 2013... 57

15 Biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013... ... 58

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Kerangka pemikiran ... 24

2 Sebaran usia masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ... 42

3 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jenis kelamin Tahun 2013 ... 43

4 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi tingkat pendidikan Tahun 2013 . 44 5 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah pengguna air per KK Tahun 2013 ... 46

6 Kurva penawaran WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ... 48

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Peta wilayah Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor ... 69

2 Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013... 70

3 Data karakteristik responden pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ... 71

4 Uji kenormalan data ... 72

5 Konstruksi bangunan embung kecil ... 73

6 Filter air ... 74

7 Penyusutan bahan bangunan ... 75

(12)

9 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan kemampuan membayar

masyarakat di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ... 76 10 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan

penampungan air bersih (perubahan jumlah debit air filter

menjadi 31 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun

2013... 77 11 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan

penampungan air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai

100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ... 78 12 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan

sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS di Kampung

Cibereum Sunting Tahun 2013.. ... 79 13 Analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan

sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun

2013... 80 14 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan

penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air dari filter menjadi 26,5 m³ per jam) di Kampung Cibereum

Sunting Tahun 2013 ... 81 15 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan

penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting

(13)

1.1 Latar Belakang

Air adalah sumberdaya alam utama yang penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Pasal 4 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa, sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Jelas bahwa masalah kelangkaan sumberdaya air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, sosial maupun ekonomi. Pada dasarnya sumberdaya air dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kegiatan konsumsi, sanitasi, rekreasi, dan lain sebagainya. Selain sebagai kebutuhan dasar air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi, pertanian, pariwisata, dan industri.

Berdasarkan keseluruhan air yang ada di bumi sebagian besar berada di laut yaitu sebesar 97 persen dan air tawar hanya 3 persen. Air tawar yang relatif sedikit sebagian besar berada di kutub sebagai es yaitu sebesar 75 persen, sedangkan air yang berada di sungai, danau, dan air tanah adalah 25 persen, yang terbagi atas air permukaan yang hanya 1,2 persen dan air tanah sebesar 98 persen (Wiyono 2007). Air tanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi (hydrology cycle) yang

meliputi berbagai aspek biologi, geologi, dan fisika yang sangat menentukan ketersediaan air tanah disuatu daerah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari peredaran air di permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan atmosfir, baik dalam bentuk uap air maupun bentuk cair (Wiyono 2007).

Air merupakan hak asasi manusia hal ini dipertegas pada Pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air yang menyatakan bahwa, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Inti dari undang-undang tersebut adalah bahwa setiap manusia di muka bumi memiliki hak dasar yang sama dalam pemanfaatan dan akses sumberdaya air.

Air merupakan barang publik (public goods) sehingga memberikan insentif

(14)

dan berlebihan menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air. Masalah air yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk, sementara sumberdaya air yang dapat diperbaharui tidak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan kebutuhan air meningkat melebihi ketersediaanya sehingga dalam jangka panjang air dengan cepat menjadi sumberdaya yang semakin langka.

Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,2 persen per tahun, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 250 juta orang yang tinggal di Indonesia. Tingkat urbanisasi di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 68 persen pada tahun 2025 dan empat propinsi di Jawa tingkat urbanisasinya akan mencapai di atas 80 persen, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Hal ini menunjukan bahwa tingkat urbanisasi di propinsi Pulau Jawa sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total1. Tingginya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar untuk tempat tinggal, khususnya di kota besar seperti Kota Bogor. Akibatnya daerah resapan air yang mempengaruhi sumberdaya air tanah menjadi semakin berkurang luasnya. Selain itu, jumlah kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat tidak semuanya disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku public service sehingga

masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai alternatif penyediaan air bersih untuk kebutuhannya sehari-hari. Meningkatnya aktivitas rumah tangga dan pembangunan di perkotaan tidak hanya berdampak pada pola pemanfaatan air tanah secara berlebihan tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi air tanah yang dicirikan dengan turunnya permukaan air tanah, kuantitas maupun kualitasnya.

Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dengan luas wilayah 4,79 km². Kelurahan Mulyaharja memiliki jumlah penduduk terbanyak dari 16 kelurahan lainnya yaitu 18.739 jiwa dan kepadatan penduduknya 3.912 jiwa/km². Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk di Kecamatan Bogor Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.

1http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/923/939/ diakses pada tanggal 23 April

(15)

Tabel 1 Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011

No. Kelurahan (km²)Luas Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km²)

1 Mulyaharja 4,79 18.739 3.912

Jumlah 30,81 168.793 135.178

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2011)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan luas lahan terbesar. Menurut BPS Kota Bogor (2011), jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mulyaharja yang belum mendapatkan layanan PDAM berjumlah 3.385 KK dari jumlah total 4.446 KK yang berdomisili di kelurahan tersebut. Data ini menunjukan bahwa masih banyak jumlah rumah tangga yang belum mendapatkan layanan air bersih dari PDAM. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat maupun perumahan.

(16)

timbul persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat setempat dalam memanfaatkan air. Masyarakat Kampung Cibereum Sunting saat ini telah mengalami kelangkaan sumberdaya air khususnya air tanah. Debit pasokan air tanah mengalami penurunan bahkan habis pada saat musim kemarau. Keadaan tersebut merupakan dampak dari adanya aktivitas pembangunan beberapa perumahan di sekitar wilayah Kampung Cibereum Sunting yang turut memanfaatkan air tanah untuk kebutuhannya.

Sumberdaya air sebagai jasa lingkungan memiliki keterbatasan dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan sumberdaya air yang kurang bijak pada akhirnya akan menjadikan air sebagai barang yang langka. Kelangkaan air di Kampung Cibereum Sunting seharusnya mengubah pandangan masyarakat setempat bahwa air bukan lagi sebagai barang murah melainkan barang yang memiliki nilai ekonomi intrinsik (intrinsic value)

yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan secara lestari sehingga keberlanjutan dari pemanfaatan sumberdaya air tetap terjaga dengan baik.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dihadapi warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting adalah belum tersedianya air bersih secara berkesinambungan. Pada musim kemarau, persediaan air dalam tanah berkurang sehingga warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Rendahnya akses masyarakat pedesaan terhadap perolehan kemudahan pelayanan dan penyehatan lingkungan disebabkan oleh lemahnya pengelolaan sumberdaya air, rendahnya akses air bersih oleh masyarakat miskin di pedesaan, kapasitas pemanfaatan, dan pola pengembangan sumberdaya air yang tidak memadai.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi masyarakat di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

(17)

2. Berapa nilai kemampuan membayar (Willingness to Pay-WTP) masyarakat

Kampung Cibereum Sunting terhadap ketersediaan air bersih?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat untuk memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting?

4. Bagaimana kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting.

2. Mengestimasi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap ketersediaan air bersih.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTP masyarakat untuk memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting.

4. Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji karakteristik masyarakat Kampung Cibereum Sunting dengan pendekatan deskriptif, kemudian mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat dengan menggunakan pendekatan

Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan yang dilakukan diharapkan

mampu menjelaskan berapa besar kesediaan masyarakat untuk menjaga kualitas lingkungan. Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat menggunakan pendekatan regresi linear berganda dengan empat variabel yaitu; usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air. Analisis berikutnya adalah kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih sehingga dapat menanggulangi kelangkaan air pada musim kemarau. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value

(18)

Perhitungan hasil kriteria tersebut diharapkan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun sehingga dapat memberikan manfaat dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan pemerintah dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian merupakan bagian dari aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan dan hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara akademis maupun praktis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar ketersediaannya dapat terus dimanfaatkan pada masa yang akan datang. 2. Bagi masyarakat setempat, penelitian diharapkan mampu memberikan

penjelasan betapa pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar dapat terus dimanfaatkan. Dengan demikian, dapat mendorong masyarakat untuk lebih gigih dalam menjaga lingkungannya dan turut berpartisipasi dalam mengurangi eksploitasi sumberdaya air secara berlebihan dan mengontrol pemanfaatan air secara bijak.

(19)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Air

Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, sedangkan daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, definisi dari sumberdaya air adalah air, sumber air yang terkandung di dalamnya.

Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang vital bagi kehidupan manusia. Di beberapa daerah, air masih dianggap sebagai public goods sehingga timbul

kecenderungan air disia-siakan ketika berlimpah dan dicari ketika terjadi kelangkaan. Sumberdaya air memiliki sifat terbuka (open access) dan memiliki

hak kepemilikan yang lemah sehingga air mudah mengalami perubahan dalam kuantitas dan kualitas sebagai akibat dari ketidakjelasan hak-hak atas pengelolaan dan pemanfaatannya.

Menurut Anwar (1992) dalam Kusuma (2006), sumberdaya air memiliki karakteristik khusus, yaitu:

1. Mobilitas air. Air yang bersifat cair mudah mengalir, menguap, dan meresap di berbagai media sehingga sulit untuk melaksanakan penegasan hak atas sumberdaya ini secara eksklusif agar dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.

2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, penyampaian, dan distribusi air terjadi skala yang demikian menyebabakan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah

(20)

3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam kekeringan dan banjir, sumberdaya air dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.

4. Kapasitas dan daya asimilasi dari bahan air. Zat cair memiliki daya larut untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau pencemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air mengarah kepada komoditas yang bersifat umum di mana setiap dapat menganggapnya sebagai tempat membuang sampah.

5. Penggunaannya dapat dilakukan secara beruntun (sequential use).

Penggunaan secara beruntun dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitasnya sehingga sering menimbulkan eksternalitas.

6. Penggunaannya yang serbaguna (multiple use). Dengan kegunaanya yang

banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.

7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness). Apabila ditambah dengan

biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menjadikan sumberdaya air bersifat open access.

8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat masih mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan yang tidak patut dikomersilkan sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar.

Sumberdaya air yang bersifat barang umum memberi insentif pada pola pemanfaatan air yang berlebihan sehingga berdampak pada kelangkaan air. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan sistem penyediaan air bersih agar ketersediaan air bersih tetap terjaga.

2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Air

(21)

berkurangnya kuantitas dan kualitas air yang berdampak pada kelangkaan air. Pada saat sumberdaya air semakin sulit didapat maka seharusnya sumberdaya air dibayar dengan harga yang mahal oleh karena itu sumberdaya air setidaknya dikelola dengan baik dan efisien dalam pemanfaatanya.

Menurut Wiyono (2007) bahwa perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana penggunaan sumberdaya air agar lebih efisien. Salah satu cara yang dilakukan adalah pendekatan orientasi kebutuhan (demand oriented) yang memperhatikan

kebutuhan nyata akan air yang dapat diukur dari kerelaan pemakai air untuk membayar. Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Memaksa pemberi air untuk memproduksi air secara efisien, sebab jika tidak pemakai akan menolak untuk membayar.

2. Menumbuhkan kesadaran kepada pemakai air bahwa air itu mempunyai harga dan mereka harus membayar.

Beberapa sebab mengapa para pengelola air pada setiap tingkat baik pada tingkat nasional, propinsi, dan daerah harus mengendalikan kebutuhan air antara lain: (1) penggunaan air selalu meningkat sedangkan sumberdaya air terbatas; (2) sumberdaya air mudah rusak atau tercemar baik secara kualitas maupun kuantitas; (3) biaya untuk mengembangkan sumberdaya air selalu meningkat; (4) keterbatasan dana sebagai kendala investasi; (5) kekurangan air telah terjadi di seluruh dunia; dan (6) terbatasnya pengembangan sumberdaya air yang tidak mempengaruhi lingkungan (Sanim 2011).

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dapat dilihat bahwa prioritas pemanfaatan air adalah:

1. Air minum (kebutuhan rumah tangga dan perkotaan) disebut juga air baku, air bersih, atau air minum. Tingkat konsumsi air tergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang searah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Pertanian; sumberdaya air yang dibutuhkan dalam lingkup pertanian seperti kebutuhan air pada musim tanam, kualitas air, dan kelembagaan petani pemakai air.

(22)

4. Ketenagaan; kebutuhan akan listrik menjadikan sumberdaya air sebagai alternatif energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

5. Industri; sektor industri membutuhkan air dalam proses produksi sebagai input maupun output produksi jumlah air yang dibutuhkan tergantung besarnya industri, misalnya melalui banyaknya produksi dan banyaknya tenaga kerja.

6. Lalu lintas air; kebutuhan air untuk transportasi merupakan kebutuhan air yang non-konsumtif. Sungai dan saluran dapat berpotensi menjadi prasarana transportasi yang penting pada beberapa tempat di Indonesia. Perhubungan melalui sungai yang relatif mudah dan murah turut memacu perkembangan ekonomi.

7. Rekreasi; kebutuhan air untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata relatif kecil tetapi memerlukan kuantitas dan kualitas tertentu juga harus diperhatikan keberlanjutan pantai maupun danau sebagai objek pariwisata.

2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air

Sumberdaya air sebagai salah satu sumberdaya strategis yang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pertanian, industri, dan kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pengguna air. Pengguna sumberdaya air juga disebut sebagai konsumen. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Beberapa karakteristik konsumen menurut Engel et al. (1994) dalam

(23)

Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus bisa memilih distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam keputusan untuk menerima sesuatu yang baru.

2.4 Contingent Valuation Method (CVM)

CVM atau metode valuasi kontingensi merupakan metode valuasi SDA dan lingkungan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat selaku konsumen tentang manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik metode ini adalah dengan wawancara langsung terhadap responden yang memanfaatkan suatu SDA dan lingkungan yang dimaksud. Teknik ini diharapkan mampu menentukan preferensi masyarakat terhadap SDA dan lingkungan dan mengemukakan nilai WTP atau kesanggupan membayar masyarakat dalam bentuk nilai moneter.

Metode valuasi kontingensi merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar (non market value). Pada hakikatnya, tujuan dari

CVM adalah: (1) WTP dari masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lain-lain) dan (2) Willingness to Accept (WTA) kerusakan suatu

lingkungan (Fauzi 2006).

(24)

yang negatif, (2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan (3) harus ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan penghitungnya.

CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat mengenai berapa nilai maksimum yang sanggup diberikan kepada suatu barang dan jasa lingkungan agar fungsi dari barang dan jasa lingkungan tersebut tetap terjaga. Asumsi dari metode CVM adalah bahwa masyarakat atau individu memahami tentang pilihan mereka dan mengetahui kondisi lingkungan yang akan dinilai.

Terdapat empat metode dalam penawaran besarnya nilai WTP atau WTA (Hanley dan Spash 1993), yaitu:

1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)

Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya” maka besarnya nilai uang

diturunkan atau dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati. 2. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)

Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan timbul bias titik awal. Kelemahan metode ini adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya. 3. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)

(25)

metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik.

4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)

Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya penurunan nilai kualitas lingkungan.

Selanjutnya, beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan Spash (1993), yaitu:

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuesioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon atau surat.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut.

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

(26)

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan atau mengagregatkan data merupakan proses ketika rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud.

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang atau jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang atau jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan sejenis.

2.5 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Menurut Supangat (2007), persamaaan garis regresi merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable)

sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear) adalah suatu

garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya variabel yang lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).

Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa

peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah

bebas dan komponen sisaan ε (error). Model ini

(27)

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data

populasi atau sampai n untuk data contoh. merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas . Koefisien merupakan intersep model regresi berganda.

Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model

regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus 2004): 1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari

tergantung pada tertentu adalah nol.

2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif. 3. Varian bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama

asumsi homoskedastisitas.

4. Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €.

5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya.

6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2.

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi

yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.

2.6 Pengembangan Sumberdaya Air

Pengembangan sumberdaya air (water resource development) didefinisikan

(28)

perikanan, dan sebagainya (Wiyono 2007). Terkait masalah pengembangan sumberdaya air akan terdapat persepsi yang berbeda tergantung dari sudut pandang masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut. Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering maka pola pengembangan sumberdaya air yang cocok seperti penanggulangan kekeringan dengan membangun waduk, embung, dan juga bendungan. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah yang cukup air pola pengembangan yang cocok adalah pengendalian banjir.

Selanjutnya menurut Ditjen Pengairan (1985) dalam Wiyono (2007), membagi tahapan proyek-proyek pengairan sebagai berikut:

1. Studi inventarisasi potensi pengembangan sumberdaya air secara umum. 2. Studi identifikasi nama proyek-proyek pengairan setelah tahap inventarisasi. 3. Studi rekonesan atau pengenalan data pendahuluan.

4. Studi rencana induk (master plan) atau rencana umum pengembangan terpadu

menyeluruh sumberdaya air di suatu wilayah sungai. Tahap ini disebut juga sebagai tahap pre-feasibility study.

5. Studi kelayakan (feasibility) atau telah kemungkinan masing-masing elemen

proyek sumberdaya air yang dikembangkan.

6. Perencanaan teknis sampai dokumen kontrak siap pelaksanaan fisik. 7. Pembebasan lahan (land acquisition).

8. Konstruksi atau pelaksanaan fisik lapangan.

9. Operasi dan pemeliharaan prasarana yang dibangun (termasuk pengaturan sumberdaya air dan pemanfaatan pada tingkat pemakai).

10. Pendidikan masyarakat. Tahap ini merupakan usulan yang dapat ditambahkan.

2.7 Analisis Kelayakan

Tahapan yang cukup penting dalam pelaksanaan proyek pembangunan adalah tahap analisis kelayakan atau disebut juga feasibility study. Analisis

(29)

usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun ekonomi.

Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Proyek finansial sering juga disebut private returns hal yang harus diperhatikan dalam

analisis finansial yaitu waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang

berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal.

Analisis ekonomi adalah analisis yang melihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total, produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut the social returns atau the economic returns dari suatu proyek.

Analisis finansial dan ekonomi merupakan pelengkap, analisis finansial meninjau dari sudut peserta proyek secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat (Gittinger 2008). Terkait ukuran-ukuran arus tunai berdiskonto yang sama digunakan dalam analisis finansial untuk mengestimasi hasil yang akan diterima oleh peserta proyek juga sama digunakan dalam analisis ekonomi untuk estimasi besarnya hasil yang akan diterima oleh masyarakat, maka akan timbul kebingungan dalam mengaplikasikan kedua analisis tersebut. Menurut Gittinger (2008), terdapat tiga perbedaan penting yang harus diingat antara kedua analisis tersebut yaitu:

1. Analisis ekonomi, pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer. Pajak-pajak yang merupakan bagian dari manfaat proyek secara keseluruhan ditransfer kepada pemerintah yang bertindak atas nama masyarakat dan pajak-pajak tersebut tidak dianggap sebagai biaya. Sebaliknya, subsidi pemerintah kepada proyek merupakan biaya bagi masyarakat. Analisis finansial, pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil.

(30)

diubah sedemikian sehingga analisis tersebut dapat mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang sudah disesuaikan disebut harga bayangan (shadow price) atau harga buku (accounting price).

3. Bunga terhadap modal dalam analisis ekonomi tidak dipisahkan dan dikurangkan dari hasil bruto. Bunga modal merupakan bagian dari hasil keseluruhan terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat secara keseluruhan. Analisis finansial, bunga yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar dapat dikurangkan untuk memperoleh gambaran arus manfaat yang tersedia bagi pemilik modal. Akan tetapi, bunga yang dibayar kepada entity dari sudut padang analisis finansial bukan merupakan biaya karena bunga merupakan bagian dari hasil keseluruhan terhadap harta yang dikontribusikan oleh badan usaha.

Analisis finansial maupun ekonomi terhadap suatu usaha atau proyek memiliki beberapa kriteria kelayakan sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV)

Didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang

dikeluarkan. NPV dianggap layak apabila bernilai positif (NPV > 0). 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa angka antara jumlah nilai bersih sekarang (present value) yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang (present value) yang negatif. Net B/C ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan

manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Jika nilai Net B/C > 1 maka proyek dikatakan layak secara ekonomi dan layak untuk

dibangun.

3. Internal Rate of Return (IRR)

(31)

2.8 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu pendekatan yang langsung menganalisis pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisis proyek (Gittinger 2008). Analisis sensitivitas penting untuk dilakukan dalam suatu proyek investasi karena dapat menilai apakah suatu proyek masih layak apabila terjadi perubahan harga input maupun output dari proyek itu sendiri.

Secara umum proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya yang terjadi pada awal pelaksanaan proyek daripada perubahan harga yang terjadi kemudian. Tiap analisis sensitivitas harus dilaksanakan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam mengukur kemanfaatan proyek, dan kemudian dapat menarik kesimpulan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi proyek.

2.9 Penelitian Terdahulu

Studi yang terkait mengenai nilai ekonomi sumberdaya air adalah Sanim et al. (2009) dengan melakukan analisis nilai ekonomi sumberdaya air DAS Wai

Betung Kota Bandar Lampung. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut yaitu untuk mengkaji nilai ekonomi air dan mengkaji kontribusi pengguna air terhadap biaya rehabilitasi DAS Way Betung, sedangkan manfaatnya adalah untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan terutama dalam pemanfaatan sumberdaya air dan perencanaan pengembangan sumberdaya air di masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai penelitian tersebut adalah seperangkat data kuesioner untuk masing-masing pengguna air. Pemilihan responden dilakukan dengan purposive sampling, untuk mengetahui

kesediaan membayar biaya rehabilitasi DAS Way Betung dari pengguna air dengan menggunakan metode WTP.

(32)

mewah mampu membuat sumur bor yang dapat menjamin ketersediaan air bagi keperluan rumah tangganya sehingga kebutuhan air tidak tergantung kepada PDAM.

Merryana (2009) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab, Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah WTP, analisis regresi berganda, dan analisis regresi logit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) masyarakat Desa Curug Goong sebesar Rp 101/KK/liter dan diperoleh nilai total WTP dari populasi adalah Rp 83.835 per liter.

Guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka dalam penelitian ini ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah pengguna air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan. Namun, setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan dua variabel yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna air yang harus dikeluarkan dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS yaitu autokorelasi. Dari hasil regresi menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf 90 persen.

(33)

lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Nilai rataan WTP responden adalah Rp 101/KK/liter. Untuk setiap kepala keluarga yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp 83.835 per liter. Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah Rp 5.240.617.805 per tahun. Biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp 544.758.500 per tahun. Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.

Selanjutnya, Mardiyatuljanah (2009) melakukan penelitian tentang studi kelayakan ekonomi pompanisasi Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sebaliknya, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 60 responden yang terdiri dari 30 orang responden yang menggunakan pompanisasi dan 30 orang responden yang tidak menggunakan pompanisasi. Penentuan responden berdasarkan random sampling. Kriteria kelayakan yang

investasi yang digunakan adalah NPV, Net B/C, dan IRR. Manfaat dan biaya yang dihitung dengan discount factor telah memperhitungkan nilai waktu dari uang

(time value of money) selama umur proyek.

Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas dan analisis switching value.

Analisis sensitivitas adalah menentukan suatu nilai untuk melakukan perubahan-perubahan pada komponen penerimaan dan pengeluaran serta mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan investasi suatu proyek. Sebaliknya, analisis

switching value menentukan perubahan maksimum dari komponen penerimaan

dan pengeluaran agar proyek dapat diterima.

Hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 80.257.566. Nilai ini berarti investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih tambahan yaitu sebesar Rp 80.257.566. Nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,10. Hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan

penerimaan sebesar Rp 1,10. Selanjutnya, nilai IRR yang diperoleh sebesar 16 persen. Dengan demikian, pembangunan pompanisasi yang akan dilaksanakan

(34)

Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap harga input (harga pestisida). Dari hasil analisis diperoleh NPV sebesar Rp 71.757.826, yang menunjukan bahwa investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih sebesar Rp 71.757 826 dan masih layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,09. Hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,09. Kemudian, nilai IRR diperoleh sebesar 16 persen dan analisis switching value diperoleh perubahan

harga pestisida pada analisis kelayakan ekonomi mencapai kondisi yang

mendekati keuntungan normal dan proyek dapat diterima ketika NPV Rp 6.850.724. Nilai ini berarti investasi pompanisasi akan memberikan

(35)

Beberapa daerah di Indonesia sering menghadapi masalah kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Krisis sumberdaya air yang dialami Indonesia menyangkut pada aspek penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam hal penyediaan, masalah yang timbul mencakup aspek kuantitas dan kualitas. Secara spasial, permasalahan air dapat digolongkan pada dua wilayah yaitu perkotaan dan pedesaan. Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih, air bersih yang sehat akan langka, pengelolaannya rumit, dan untuk memperoleh air bersih diperlukan biaya yang tinggi sehingga air menjadi barang yang mahal. Banyaknya pembangunan dan tingginya aktivitas di kota besar seperti Kota Bogor, memberikan insentif pada tingginya kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Tingkat permintaan yang tinggi terhadap air bersih oleh rumah tangga maupun industri, tidak dapat sepenuhnya disuplai oleh PDAM selaku public service sehingga alternatif sumber air bersih diperoleh dari air tanah. Pola

pemakaian air tanah yang intensif dan berlebihan dalam jangka panjang mengakibatkan degradasi pada sumberdaya air yang berdampak pada kelangkaan air bersih.

Penelitian ini diawali dengan mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya air dengan metode deskriptif, kemudian menganalisis nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih dengan menggunakan metode CVM. Nilai WTP tersebut diharapkan dapat menggambarkan preferensi masyarakat terhadap air bersih dan juga sebagai acuan untuk menentukan harga sosial air bersih dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat dianalisis dengan regresi linier berganda. Analisis berikutnya adalah mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR.

(36)

Keterangan: Batasan penelitian

24

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Aktivitas pembangunan

Pembangunan lahan pertanian Pembangunan perumahan Pembangunan industri

Kelangkaan ketersediaan air bersih secara berkesinambungan

Estimasi nilai WTP

masyarakat terhadap air bersih Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP

Analisis pengembangan penampungan sumberdaya

air bersih

Analisis WTP Analisis regresi berganda Analisis kelayakan

Pemanfaatan sumberdaya air secara berkelanjutan Karakteristik pengguna

sumberdaya air

Peningkatan pemanfaatan air

(37)

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RW 07 Cibereum Sunting (lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan survei diketahui bahwa kelangkaan air bersih menurut

masyarakat dirasakan setelah adanya pembangunan perumahan ABC. Pengeboran air tanah secara berlebihan oleh pihak perumahan menimbulkan persaingan antara warga Kampung Cibereum Sunting dan pihak perumahan dalam memanfaatkan air bersih, khususnya air tanah. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Mei sampai Juni 2013 untuk pengambilan data dan dilanjutkan pengolahan data pada bulan Juli 2013.

4.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yaitu penelitian yang informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah data dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Data dan informasi yang diperoleh dari responden berupa data primer dan sekunder. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjawab tujuan satu yaitu mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di kampung Cibereum Sunting, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua, ketiga dan keempat masing-masing yaitu mengestimasi besar nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan mengkaji pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan observasi langsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan sumberdaya air, keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan terkait pola pemanfaatan air oleh masyarakat setempat.

(38)

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai besarnya nilai WTP masyarakat untuk tetap memperoleh manfaat sumberdaya air dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi geografis, lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan data harga bahan bangunan. Data ini diperoleh dari kantor Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, dan Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Jenis dan sumber data dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan sumber data Jenis

data

Teknik pengambilan

data Data yang dibutuhkan Sumber data Primer - Wawancara

Sekunder Wawancara - Demografi - Geografis

(39)

rumah tangga atau orang yang berperan dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling (secara

sengaja) berjumlah 40 responden dari total populasi sebanyak 390 KK. Penentuan jumlah responden tersebut ditetapkan penulis mengacu pada Walpole (1997) yang menyatakan bahwa jumlah 30 responden sudah dapat mewakili populasi karena bila ukuran contohnya lebih besar atau sama dengan 30 responden penarikan contoh tersebut dapat menjamin hasil yang dapat mewakili populasinya.

4.5 Metode Analisis Data

Metode analisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting. Sebaliknya data kuantitatif diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Minitab untuk mengestimasi

nilai WTP, menganalisis regresi, dan menganalisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Metode analisis data

No. Tujuan Data yang diperlukan Sumber data Metode

(40)

4.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Marzuki (2009), analisis deskriptif merupakan teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang kaku, selain itu agar penelitian dapat memberikan kesimpulan yang menarik. Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

4.5.2 Analisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan

WTP atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar ataupun mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. Tahap-tahap untuk menentukan WTP dalam penelitian ini meliputi:

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar terjadinya kelangkaan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Adanya pembangunan perumahan turut memperparah kelangkaan air tanah Kampung Cibereum Sunting. Jalan keluar dari masalah ini adalah menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk upaya konservasi. Pasar hipotetik dibuat dalam bentuk skenario sebagai berikut:

Pasar Hipotetik :

(41)

serta curah hujan yang tidak menentu. Terkait masalah tersebut, apakah masyarakat bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan melalui pengadaan pengembangan sumberdaya air untuk mengatasi kelangkaan air pada saat musim kemarau”. Skenario ini diharapkan mampu membuat masyarakat mengetahui gambaran pasar hipotetik dan apakah masyarakat bersedia membayar sejumlah nominal uang untuk memperbaiki jasa lingkungan tersebut.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya WTP (Obtaining Bids)

Pada tahap ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden apakah mereka mau membayar atau tidak sejumlah uang tertentu untuk memperoleh perbaikan jasa lingkungan. Metode ini lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai WTP dalam penelitian ini adalah model referendum atau discrete choice (dichotomous choice),

responden diberi satu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Salah satu model CVM yang paling umum digunakan adalah dikotomous. Pendekatan ini merupakan alternatif terbaik untuk menjawab defisiensi pendekatan Contingent Valuation yang didasarkan pada pertanyaan

terbuka maupun bidding games (Fauzi 2006).

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

Tahap ini diduga dengan melakukan nilai rata-rata yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.

Keterangan:

= Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke-i

= Frekuensi relatif = Jumlah responden

(42)

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

= Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³) = Usia masyarakat pengguna air (tahun)

= Penghasilan masyarakat pengguna air (Rp per bulan) = Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK)

= Jumlah pengguna air (orang per KK) 5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

= Total WTP

= WTP individu sampel ke-i

= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP = Jumlah sampel

= Jumlah populasi

= Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

(43)

4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden

Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan satu peubah bebas. Pada model regresi berganda (multiple regression model) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas XІ, XЇ,

XЈ, ………, Xk dan komponen sisaan (error).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Persamaan regresi berganda nilai WTP dalam penelitian ini sebagai berikut:

Keterangan:

= Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³)

= Intercept

= Koefisien regresi

U = Usia masyarakat pengguna air (tahun) P = Penghasilan rumah tangga (Rp per bulan) JKA = Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK) JPA = Jumlah pengguna air (orang per KK)

= Galat atau error

Variabel-variabel di atas ditentukan dan dipilih berdasarkan teori-tori ekonomi yang berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP bagi penerima manfaat sumberdaya air meliputi: usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air.

4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih

(44)

Pengembangan prasarana air bersih bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan. Rencana pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor adalah embung kecil. Konsep dasar pengembangan tersebut adalah mensuplai air bersih secara berkesinambungan untuk masyarakat. Pengembangan sumberdaya air akan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Daya dukung sumberdaya air.

2. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. 3. Kemampuan pembayaran.

4. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumberdaya air.

Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih diawali dengan merangkum kebutuhan masyarakat untuk dirumuskan menjadi tujuan dari penelitian. Sumberdaya air yang tersedia dalam embung kecil dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Pengembangan tersebut dilakukan dengan membangun penampungan air beserta kelengkapannya dalam rangka pemanfaatan sumberdaya air yang selanjutnya disebut sebagai proyek pengembangan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting.

Salah satu analisis penting yang harus dilakukan adalah analisis benefit-cost

yang hasilnya dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu rencana atau skenario pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dari sudut pandang finansial dan ekonomi. Data-data penerimaan dan pengeluaran terkait pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang diambil dari masyarakat diolah melalui cash flow. Manfaat dan biaya dihitung dengan di-discount factor yang telah memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money) selama umur proyek. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah

NPV, Net B/C, dan IRR. 1) Net Present Value

(45)

Keterangan:

= Manfaat pada tahun ke-t = Biaya pada tahun ke-t = Discount factor

= Tahun 1, 2, 3, …….., n = Umur proyek

NPV ≥ 0, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun, sebaliknya NPV ≤ 0, maka pengembangan tersebut tidak layak. 2) Net Benefit-Cost Ratio

Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Secara matematis Net B/C dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

= Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tahun

= Discount rate (%)

= Umur proyek

Proyek layak dilaksanakan jika nilai Net B/C ≥ 1, artinya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, nilai Net B/C ≤ 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan.

3) Internal Rate of Return

Gambar

Tabel 1  Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011
Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 2  Jenis dan sumber data
Tabel 3. Tabel 3  Metode analisis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian, poin yang ketiga dari Permohonan kami adalah pemanggilan paksa yang dilakukan oleh DPR melanggar hak atas persamaan di muka hukum (equality before the

Selanjutnya pada Pedon AP-3, faktor pembatas yang mempengaruhi salah satu penggunaan lahan berkelanjutan adalah tekstur tanah lapisan atas yang tergolong bertekstur

Kritik Islam terhadap konsep kesehatan reproduksi wanita dalam CEDAW berangkat dari perbedaan.. worldview Islam dengan worldview

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah informasi khususnya di bidang keperawatan tentang posisi tubuh saat bekerja

Using conformal mapping, find the harmonic function f which is defined outside of the two circles drawn in figure 6 (unfortu- nately they don’t quite look like circles, because of

Karena penderita talasemia pada anak - anak di Medan cukup banyak, Maka perlu penelitian tentang efek – efek negatif yang terjadi akibat pemberian tranfusi darah secara.. terus

dengan resep yang dikirim via telepon.Menurut aturan Wiscosin dapat diterima walaupun tidak menggunakan tandatangan... Tandatangan dan Sumber lain yang

 merupakan petugas yang tetap pada pelayanan rujukan.  Ramah tamah dan tekun.  Bersedia membantu pemakai perpustakan.  Memiliki pengetahuan umum yang luas. 