• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Aromaterapi Lavender Secara Evaporasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Aromaterapi Lavender Secara Evaporasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Aromaterapi Lavender Secara Evaporasi Terhadap

Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KHALISHATURRAHMI NASUTION

110100269

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Efek Aromaterapi Lavender Secara Evaporasi Terhadap

Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

KHALISHATURRAHMI NASUTION

110100269

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Efek Aromaterapi Lavender Secara Evaporasi Terhadap

Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama

: Khalishaturrahmi Nasution

NIM

: 110100269

Pembimbing

Penguji I

(Prof. dr. Yasmeini Yazir)

(dr. Rina Amelia, MARS)

NIP: 19760420 200312 2 002

Penguji II

(dr. Devira Zahara, Sp.THT-KL)

NIP: 19781207 200801 2 013

Medan, 12 Januari 2015

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Aromaterapi adalah salah satu terapi yang sedang berkembang pesat di

dunia. Aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial lavender dapat

diberikan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan cara inhalasi. Salah

satu fungsi dari aromaterapi adalah memberikan efek menenangkan (relaksasi),

yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada bulan

September-November 2014 dengan tujuan untuk mengetahui efek aromaterapi

lavender secara evaporasi terhadap tekanan darah dan denyut jantung pada

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel

dipaparkan aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial lavender selama

20 menit. Pengukuran tekanan darah dan denyut jantung dilakukan 5 menit

sebelum dan sesudah pemaparan aromaterapi. Jumlah sampel adalah 34 orang dan

semua berjenis kelamin perempuan yang dipilih secara consecutive sampling.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi experiment)

dengan pretest-posttest design. Data yang telah didapat dianalisis dengan

menggunakan uji T-berpasangan dan uji Wilcoxon.

Dari hasil didapatkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik dengan rata-rata penurunan 5,735 ± 9,78 mmHg dan 5,265 ± 13,25

mmHg dan penurunan denyut jantung dengan rata-rata penurunan 3,441 ± 9,24

kali/menit. Penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang terjadi adalah

penurunan yang bermakna (p < 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aromaterapi dengan

menggunakan minyak esensial lavender dapat menyebabkan penurunan tekanan

darah dan denyut jantung yang bermakna.

(5)

ABSTRACT

Aromatherapy is a method of therapy that is currently growing rapidly

worldwide. Aromatherapy with lavender essential oil can be administered in

many ways, one of them is by inhalation. One of the function of aromatherapy is

to relax the body, which could lower blood pressure and heart rate.

This research was done in Faculty of Medicine of North Sumatra

University from September to November 2014 with the purpose of acknowledging

the effect of lavender aromatherapy administration by evaporation to the blood

pressure and heart rate of Faculty of Medicine of North Sumatra University

students. Sample was exposed to aromatherapy using lavender essential oil for 20

minutes. Heart rate and blood pressure measurement was done 5 minutes before

and after exposure. Number of samples taken is 34 women that was chosen by

consecutive sampling. This research is a quasi experiment with pretest-posttest

design. The data was analyzed using paired t-test and Wilcoxon test.

From the data it was found that there was a decrease in systolic and

diastolic blood pressure with the average of 5,735 ± 9,78 mmHg and 5,265 ±

13,25 mmHg respectively and a decrease in heart rate with the average of 3,441 ±

9,24 times/minute. The decrease of blood pressure and heart rate is significant (p

< 0,05).

According to the test results it can be concluded that aromatherapy with

lavender essential oil can cause a significant decrease in blood pressure and

heart rate.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala

rahmat-Nya penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya tulis

ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Efek Aromaterapi

Lavender Secara Evaporasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Denyut

Jantung pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan

moral dan material dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.

Pimpinan dan civitas academica Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah memungkinkan dan mempermudah penulis dalam

penyusunan karya tulis ilmiah,

2.

Prof. dr. Yasmeini Yazir selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan dan penulisan karya

tulis ilmiah,

3.

dr. Devira Zahara, Sp.THT-KL, dr. Rina Amelia, MARS, Prof. Dr. dr.

Rozaimah Zain-Hamid, M.S., Sp.FK selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik, saran, dan ilmu sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi

lebih baik,

4.

Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi materi

perkuliahan mengenai penelitian dan statistika kedokteran sehingga penulis

(7)

5.

Seluruh staf Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk dapat

menggunakan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara,

6.

Orangtua yang telah memberi dukungan moral dan material serta berbagai

saran yang membangun selama penyusunan karya tulis ilmiah,

7.

Teman-teman penulis Reyhana, Tririn, Ricky, Viany, dan Alda yang telah

membantu penulis dan juga selalu memberi dukungan dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

terlibat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini

dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.

Medan, 8 Desember 2014

Penulis,

Khalishaturrahmi Nasution

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...

i

ABSTRAK ...

ii

ABSTRACT...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ...

viii

DAFTAR GAMBAR ...

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

BAB 1 PENDAHULUAN...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Rumusan Masalah ...

3

1.3. Tujuan Penelitian ...

3

1.4. Manfaat Penelitian ...

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...

5

2.1. Tekanan Darah ...

5

2.1.1. Definisi Tekanan Darah ...

5

2.1.2. Fisiologi Tekanan Darah ...

6

2.1.3. Regulasi Tekanan Darah ...

7

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ....

9

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung ...

13

2.3.Aromaterapi ...

14

2.4. Fisiologi Penciuman ...

16

2.4.1. Epitel Penciuman dan Bulbus Olfaktorius ...

16

2.4.2. Korteks Penciuman ...

17

2.4.3. Reseptor Penciuman dan Transduksi Sinyal ...

18

2.4.4. Ambang Deteksi Bau ...

19

2.4.5. Odorant-binding Proteins ...

19

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penciuman ...

20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.

21

3.1. Kerangkan Konsep Penelitian ...

21

3.2. Definisi Operasional ...

21

3.3. Hipotesis ...

24

BAB 4 METODE PENELITIAN ...

25

4.1. Jenis Penelitian ...

25

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...

25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...

25

4.4. Metode Pengumpulan Data ...

27

4.5. Metode Analisis Data ...

27

(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

29

5.1. Hasil Penelitian ...

29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...

29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ...

29

5.1.3. Hasil Analisis Data ...

30

5.2. Pembahasan ...

33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...

37

6.1. Kesimpulan ...

37

6.2. Saran ...

37

DAFTAR PUSTAKA ...

38

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Meningkatkan Denyut Jantung 13

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang Menurunkan Denyut Jantung 14

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia 29

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Respon 30

Tekanan Darah dan Denyut Jantung

Tabel 5.3 Rata-rata Tekanan Darah Sebelum (Pretest) 31

dan Sesudah (Posttest) Pemaparan Aromaterapi

Tabel 5.4 Rata-rata Denyut Jantung Sebelum (Pretest) 31

dan Sesudah (Posttest) Pemaparan Aromaterapi

Tabel 5.5 Hasil Uji T-berpasangan (T-paired Test) 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Reseptor Penciuman 18

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 21

Gambar 3.2 Aroma Diffuser Ultrasmit® 22

Gambar 3.3 Digital Sphygmomanometer Omron® 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed

Consent)

LAMPIRAN 4 Data Induk

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Statistik

LAMPIRAN 6 Persetujuan Komisi Etik

(13)

ABSTRAK

Aromaterapi adalah salah satu terapi yang sedang berkembang pesat di

dunia. Aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial lavender dapat

diberikan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan cara inhalasi. Salah

satu fungsi dari aromaterapi adalah memberikan efek menenangkan (relaksasi),

yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada bulan

September-November 2014 dengan tujuan untuk mengetahui efek aromaterapi

lavender secara evaporasi terhadap tekanan darah dan denyut jantung pada

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel

dipaparkan aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial lavender selama

20 menit. Pengukuran tekanan darah dan denyut jantung dilakukan 5 menit

sebelum dan sesudah pemaparan aromaterapi. Jumlah sampel adalah 34 orang dan

semua berjenis kelamin perempuan yang dipilih secara consecutive sampling.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi experiment)

dengan pretest-posttest design. Data yang telah didapat dianalisis dengan

menggunakan uji T-berpasangan dan uji Wilcoxon.

Dari hasil didapatkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik dengan rata-rata penurunan 5,735 ± 9,78 mmHg dan 5,265 ± 13,25

mmHg dan penurunan denyut jantung dengan rata-rata penurunan 3,441 ± 9,24

kali/menit. Penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang terjadi adalah

penurunan yang bermakna (p < 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aromaterapi dengan

menggunakan minyak esensial lavender dapat menyebabkan penurunan tekanan

darah dan denyut jantung yang bermakna.

(14)

ABSTRACT

Aromatherapy is a method of therapy that is currently growing rapidly

worldwide. Aromatherapy with lavender essential oil can be administered in

many ways, one of them is by inhalation. One of the function of aromatherapy is

to relax the body, which could lower blood pressure and heart rate.

This research was done in Faculty of Medicine of North Sumatra

University from September to November 2014 with the purpose of acknowledging

the effect of lavender aromatherapy administration by evaporation to the blood

pressure and heart rate of Faculty of Medicine of North Sumatra University

students. Sample was exposed to aromatherapy using lavender essential oil for 20

minutes. Heart rate and blood pressure measurement was done 5 minutes before

and after exposure. Number of samples taken is 34 women that was chosen by

consecutive sampling. This research is a quasi experiment with pretest-posttest

design. The data was analyzed using paired t-test and Wilcoxon test.

From the data it was found that there was a decrease in systolic and

diastolic blood pressure with the average of 5,735 ± 9,78 mmHg and 5,265 ±

13,25 mmHg respectively and a decrease in heart rate with the average of 3,441 ±

9,24 times/minute. The decrease of blood pressure and heart rate is significant (p

< 0,05).

According to the test results it can be concluded that aromatherapy with

lavender essential oil can cause a significant decrease in blood pressure and

heart rate.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh

darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer. Curah

jantung dipengaruhi oleh stroke volume dan denyut jantung. Salah satu faktor yang juga

dapat mempengaruhi tekanan darah dan denyut jantung adalah aktivitas saraf simpatis

dan parasimpatis (Guyton dan Hall, 2008).

Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk setiap individu. Namun, secara umum

ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa ≥ 18 tahun adalah <120/80, angka

120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik. Tekanan darah

seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai normal, orang

tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai

normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi (Haryati, 2011).

Menurut American Heart Association (2013), ada beberapa hal yang dapat

meningkatkan tekanan darah, antara lain olahraga, konsumsi alkohol, stres, dan merokok.

Mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan

rekan-rekan seusianya, yang disebabkan oleh beberapa hal seperti keuangan, beban kerja,

tekanan kademik, hubungan yang tidak memadai antara dosen dan mahasiswa, masalah

keluarga, dan rasa cemas atas masa depan (Saravanan dan Wilks, 2014).

Denyut jantung merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Frekuensi denyut jantung adalah jumlah detak jantung dalam satu menit. Denyut jantung

bervariasi pada setiap orang. Denyut jantung normal adalah 60 kali/menit sampai 100

kali/menit (American Heart Association, 2014).

Aromaterapi adalah salah satu terapi yang paling berkembang pesat di dunia.

Aromaterapi didefinisikan sebagai penggunaan minyak esensial murni yang berasal dari

berbagai bagian tumbuhan, termasuk bunga, akar, atau daun, untuk memperbaiki

kesehatan fisik dan mental, kualitas hidup secara umum, atau hanya untuk kesenangan.

Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, seperti

berendam, kompres kulit, inhalasi langsung, ataupun dijadikan pengharum ruangan

(Thomas, 2002). Cara pemberian aromaterapi yang lebih sering digunakan adalah dengan

cara inhalasi (Liu, Lin, dan Chang, 2013).

Minyak esensial dalam aromaterapi yang biasa sering digunakan adalah bergamot,

(16)

dengan menggunakan minyak esensial bergamot terhadap 54 guru TK menunjukkan

bahwa pemaparan aromaterapi secara inhalasi selama 10 menit dapat menurunkan

rata-rata tekanan darah secara bermakna, yaitu tekanan sistol 123,30 mmHg menjadi 112,78

mHg dan diastol 82,91 mmHg menjadi 76,76 mmHg, dan rata-rata denyut jantung, yaitu

83,15 kali/menit menjadi 74,61 kali/menit. Penelitian terhadap 28 responden penderita

prehipertensi dan hipertensi yang menerima intervensi berupa inhalasi campuran minyak

esensial yang didalamnya terdapat lavender menunjukkan penuruan tekanan darah sistol

sebesar 4,7 mmHg dari 132,3 mmHg ke 127,6 mmHg dalam waktu empat minggu.

Tekanan darah diastol juga menurun sebesar 1,21 mmHg dari 85,7 mmHg ke 84,5 mmHg

juga dalam waktu empat minggu (Kim et al., 2012). Selain itu, penelitian terhadap 300

pekerja spa di Taiwan secara inhalasi dengan menggunakan minyak esensial lavender

selama 2 jam, mendapatkan hasil penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang dapat

dijumpai mulai dari menit ke-15 (Chuang et al., 2012).

Komposisi minyak esensial lavender sudah dipelajari dengan baik. Minyak esensial

lavender memiliki kandungan utama yaitu linalool dan linayl acetate (Xu et al., 2008).

Komposisi utama tersebut akan mencapai kadar tertinggi dalam darah pada menit ke-19

(Koulivand, Ghadiri, dan Ghorji, 2013). Kandungan utama tersebut akan merangsang

hipotalamus anterior, sebagai pusat parasimpatis. Aktivasi parasimpatis akan menurunkan

denyut jantung, yang kemudian akan berpengaruh terhadap tekanan darah (Widjaja,

2011).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang efek aromaterapi lavender

secara evaporasi terhadap penurunan tekanan darah dan denyut jantung pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana efek aromaterapi lavender secara evaporasi terhadap tekanan darah dan

denyut jantung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek aromaterapi lavender secara evaporasi terhadap tekanan

darah dan denyut jantung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi.

2. Untuk mengetahui rata-rata denyut jantung mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

1.4.1. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang manfaat aromaterapi dan

pengaruhnya terhadap tekanan darah dan denyut jantung, serta dapat

mengembangkan kemampuan di bidang penelitian kesehatan terutama dalam hal

penulisan karya ilmiah, pendataan serta analisisnya.

1.4.2. Bagi Subjek Penelitian

Diharapkan subjek penelitian mendapatkan efek relaksasi dan dapat memanfaatkan

aromaterapi sebagai penurun tekanan darah dan denyut jantung di kehidupan

sehari-hari.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pemahaman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara tentang manfaat dan penggunaan aromaterapi.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Menambah pemahaman masyarakat tentang manfaat dan pengguanaan aromaterapi

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tekanan Darah

2.1.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh

darah (Guyton dan Hall, 2008). Tekanan maksimal sewaktu darah dipompakan ke dalam

pembuluh selama fase sistol disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan minimal di

dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh darah yang lebih kecil di

hilir sewaktu diastol disebut tekanan diastolik. Tekanan darah pada aorta, arteri

brakhialis, dan arteri besar lainnya pada dewasa muda memiliki tekanan sistolik sekitar

120 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 70 mmHg. Penulisan tekanan darah secara

umum didahului oleh tekanan sistolik lalu tekanan diastolik, contohnya 120/70 mmHg

(Ganong, 2013). Nilai ambang terkini untuk tekanan darah normal yang ditentukan oleh

National Institutes of Health (NIH) adalah kurang dari 120/80 (Sherwood, 2011).

Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur di tubuh,

bukan tekanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan

dibagian lain pohon vaskular. Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sitolik

dan diastolik arteri, yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan arteri

rerata(Sherwood, 2011).

Tekanan arteri rerata adalah rata-rata tekanan darah selama siklus jantung. Karena

waktu sistol lebih singkat dibandingkan dengan waktu diastol, tekanan arteri rerata sedikit

lebih rendah dari nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan arteri rerata

dapat diperkirakan dengan menambahkan tekanan diastolik dengan sepertiga tekanan nadi

(pulse pressure). Tekanan nadi (pulse pressure) adalah tekanan sistolik dikurang dengan

tekanan diastolik (Sherwood, 2011).

Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang mengalirkan darah ke

jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini

harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai, tanpa tekanan ini,

(19)

yang dilakukan dalam aspek resistensi arteriol yang mendarahi organ-organ tersebut.

Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan tambahan kerja bagi

jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan

pecahnya pembuluh darah halus (Sherwood, 2011).

2.1.2. Fisiologi Tekanan Darah

Dua penentu tekanan arteri rerata adalah curah jantung dan resistensi perifer total

(Sherwood, 2011).Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam

satu satuan waktu. Dalam keadaan istirahat, seorang laki-laki dengan posisi terlentang

mempunyai curah jantung sebesar 5 L/menit. Volume darah total rerata adalah 5 sampai

5,5 liter, maka masing-masing paruh jantung setiap menit memompa setara dengan

seluruh volume darah (Ganong, 2013).

Curah jantung bergantung pada stroke volume(isi sekuncup) dan denyut jantung

(Sherwood, 2011). Denyut jantung dikontrol oleh sistem saraf otonom, dimana sistem

saraf simpatis meningkatkan denyut jantung dan parasimpatis menurunkannya. Denyut

jantung normal saat istirahat adalah 70 kali/menit (Ganong, 2013).

Stroke volume adalah jumlah darah yang dipompakan dalam satu detak jantung.

Jumlahnya sekitar 70 mL dari setiap ventrikel pada lelaki dewasa dalam keadaan istirahat

dan posisi terlentang. Stroke volume meningkat sebagai respon terhadap aktivitas

simpatis, yang merupakan kontrol ekstrinsik stroke volume. Sistem saraf simpatis

merangsang serat-serat otot jantung untuk berkontraksi lebih kuat, sedangakan

parasimpatis memiliki efek yang berlawanan. Stroke volume juga meningkat jika aliran

balik vena meningkat, yang merupakan kontrol intrinsik sekuncup sesuai hukum

Frank-Sterling jantung. Semakin besar aliran balik vena maka semakin besar pengisian diastol

kemudian semakin besar volume diastolik akhir dan ventrikel jantung akan semakin

teregang, dan sesuai Hukum Frank-Starling hal ini akan mengakibatkan panjang awal

serat otot sebelum berkontraksi akan semakin besar. Kemudian peningkatan panjang

menghasilkan peningkatan kekuatan pada kontraksi selanjutnya sehingga stroke volume

juga meningkat. Aliran balik vena juga meningkat oleh vasokontriksi vena. Volume

sirkulasi darah efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah dikembalikan ke

jantung. Volume darah jangka pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan

(20)

jangka panjang, volume darah bergantung pada keseimbangan garam dan air, yang secara

hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan

vasopresin (Sherwood, 2011).

Penentu utama lain tekanan arteri rerata, resistensi perifer total, bergantung pada

jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor utama yang menentukan kekentalan

darah adalah jumlah sel darah merah. Namun, jari-jari arteriol adalah faktor yang lebih

penting dalam menentukan resistensi perifer total. Jari-jari arterial dipengaruhi oleh

kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang menyamakan aliran darah dengan kebutuhan

metabolik. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis, suatu mekanisme

kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan

resistensi perifer total dan tekanan arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara

ekstrinsik oleh hormone vasopressin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten serta

penting dalam keseimbangan garam dan air (Sherwood, 2011).

2.1.3. Regulasi Tekanan Darah

Perubahan setiap faktor di atas yang mempengaruhi tekanan darah akan mengubah

tekanan darah, kecuali jika terjadi perubahan kompensasi di variabel lain yang menjaga

tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu organ bergantung pada gaya dorong tekanan

arteri rerata dan derajat vasokonstriksi arteriol organ tersebut. Karena tekanan arteri rerata

bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, maka jika

arteriol-arteriol di satu organ melebar, maka arteriol-arteriol-arteriol-arteriol di organ lain berkonstriksi untuk

mempertahakan tekanan darah arteri yang adekuat. Tekanan yang memadai diperlukan

untuk menghasilkan gaya untuk mendorong darah tidak saja ke organ yang mengalami

vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang bergantung pada aliran darah yang konstan

meskipun kebutuhan akan darah dari masing-masing organ berubah-ubah (Sherwood,

2011).

Tekanan arteri rerata secara terus menerus dipantau oleh baroreseptor (reseptor

tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Ketika terdeteksi adanya penyimpangan dari normal

maka berbagai respon refleks teraktifkan untuk mengembalikan tekanan arteri rerata ke

nilai normalnya (Sherwood, 2011).

Penyesuaian tekanan darah yang bekerja cepat (berlangsung secara beberapa detik

sampai menit) adalah dengan cara pengaturan sistem saraf melalui baroreseptor yang

berperan sebagai pressure buffer system terhadap fluktuasi tekanan arteri. Kenaikan

(21)

vasokonstriksi dan merangsang vagus sehingga mengakibatkan vasodilatasi sirkulasi

perifer dan pengurangan denyut jantung yang mengakibatkan penurunan tekanan darah.

Baroreseptor mengurangi variasi perubahan tekanan darah sehari-hari kira-kira 1/3-1/2

setengah dari tekanan yang terjadi dibandingkan jika baroreseptor tidak ada. Baroreseptor

tidak berperan pada pengaturan jangka panjang, karena terjadiya adaptasi (”resetting

baroreceptor”) dalam 1-2 hari setelah kenaikan tekanan darah sebesar apapun. Selain

refleks baroreseptor, pengaturan yang segera atau agak cepat (moderately rapid) bisa

melalui hormon yaitu melalui mekanik vasokonstraktor norepinefrin, epinefrin, renin

angiotensin, vasopresin, dan chemoreceptor dan CNS ischemic respon. Mekanisme ini

bekerja terutama bila tekanan darah turun (Majid, 2005).

Pengaturan jangka menengah berlangsung setelah beberapa menit terjadi kenaikan

tekanan darah dan berlangsung aktif 30 menit sampai beberapa jam, sedangkan pada saat

tersebut pengaturan melalui saraf tidak efektif lagi. Sistem pengaturan melalui:

1. Pergeseran Cairan Kapiler (Capillary Fluid Shift Mechanism)

Bila terjadi kenaikan tekanan darah terlalu tinggi, terjadi kehilangan cairan

kapiler ke intersitium, yang menyebabkan berkurangnya volume darah dan dengan

demikian menurunkan tekanan darah ke nilai normal. Besarnya penurunan yang

dapat ditimbulkan adalah kira-kira ¾ kenaikan yang terjadi.

2. Vascular Stress Relaxation

Jika tekanan darah turun tekanan organ yang menyimpan darah seperti vena,

hepar limpa, paru-paru juga turun, sedangkan pada kenaikan tekanan darah,

tekanan di organ-organ ini juga naik. Akibat kenaikan tekanan ini, terjadi

penyesuaian dalam pembuluh-pembuluh darah dengan akibat organ ini dapat lebih

banyak menampung jumlah darah yang ada.

Pengaturan jangka panjang terjadi melalui ginjal dengan dengan pengaturan

eksresi air dan natrium oleh pressure natriuresis. Hormon yang berperan adalah

renin-angiotensin-aldosteron, sistem yang menyebabkan retensi air dan garam

sebagai respon terhadap hipovolemia dan hiponatremia, vasopresin (anti diuretic

hormone = ADH), yang menyebabkan retensi air sebagai respon terhadap tekanan

darah yang turun ataupun hiperosmolalitas, dan atrial natriuretic peptide, yang

menyebabkan eksresi natrium dan diuresis terhadap respon distensi atrial (Majid,

(22)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah:

1. Variasi Diurnal Tekanan Darah

Dari penelitian didapatkan bahwa tekanan darah mencapai puncak tertinggi

pada pagi hari (mid morning), puncak kedua pada sore hari, menurun malam hari,

paling rendah pada waktu tidur sampai jam tiga sampai jam empat pagi, kemudian

tekanan darah naik perlahan sampai bangun pagi dimana tekanan darah naik secara

cepat. Tekanan darah dapat bervariasi sampai 40 mmHg dalam 24 jam (Majid,

2005).

2. Tidur dan Bangun Tidur

Menjelang bangun tidur tekanan darah meningkat 20 mmHg. Peningkatan

darah sistolik/diastolik bisa naik sewaktu mau bangun, kemudian naik lagi setelah

bangkit dari tidur dan bergerak. Naiknya tekanan darah pada awal pagi dapat

membahayakan dan kebanyakan mati mendadak terjadi pada saat tersebut.

Umumnya selama tidur, tekanan darah tidak banyak bervariasi (Majid, 2005).

3. Pengaruh Penuaan (Umur)

Perubahan usia pada jantung antara lain berupa penurunan cardiac index, heart

rate maksimum menurun, peningkatan kontraksi dan waktu relaksasi otot jantung,

penigkatan kekakuan otot jantung selama diastol, penumpukan pigmen sel-sel

miokardium.

Pengaruh pada pembuluh darah antara lain berupa densitas kapiler menurun,

compliance arteri menurun, peningkatan resistensi perifer. Hal ini dapat

(23)

4. Perubahan Sikap

Gerakan dari posisi terlentang ke posisi berdiri mempengaruhi sirkulasi oleh

adanya pengaruh gravitasi terhadap distribusi darah vena. Gravitasi dapat

menyebabkan peningkatan tekanan transmural 10 kali lipat, menyebabkan

redistribusi darah dari thoraks ke ekstremitas bawah kira-kira 500 ml. Tekanan

pengisian kardiak turun (melalui mekanisme Frank-Starling) menyebabkan stroke

volume dan pulse pressure arteri menurun 30-40%.

Perubahan turunnya tekanan dapat menyebabkan hipotensi postural dan

hoyong. Pengurangan pulse pressure dan tekanan sinus karotis mengurangi

aktivitas baroreseptor arteri dan juga aktivitas cardiac mechanoreceptor.

Pengurang aktivitas aferen secara cepat menimbulkan takikardi 15-20

denyut/menit, vasokonstriksi perifer san venokonstriksi splanknik. Respon ini akan

menaikkan tekanan arteri rerata sedikit diatas nilai posisi terlentang (Majid, 2005).

5. Valsalva Maneuver

Peristiwa mengedan (ekspirasi yang ditahan terhadap penutupan glottis)

menaikkan tekanan intrathoraks sehingga menghalangi aliran balik vena dan

mengakibatkan turunnya stroke volume dan pulse pressure dan disertai refleks

takikardi. Bila maneuver ini dihentikan, tekanan intratoraks turun dan darah vena

yang menumpuk mengalir sehingga menaikkan stroke volume (mekanisme Frank

Starling). Akibatnya naiknya pulse pressure menyebabkan timbulnya refleks

bradikardi secara dramatis. Valsava maneuver ini digunakan untuk tes klinis

persarafan otonom jantung (Majid, 2005).

6. Kondisi Kesehatan

Adapun beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain

(24)

7. Olahraga

Perubahan kardiovaskular bisa terjadi pada orang normal, untrained, usia

pertengahan yang melakukan exercise dinamik seperti berlari. Dapat terjadi

peningkatan denyut jantung dan curah jantung yang banyak, demikian juga tekanan

darah terutama sistolik dan pulse pressure. Perubahan ini oleh akibat penigkatan

kebutuhan metabolisme otot skelet sehingga diperlukan aliran darah yang cukup ke

otot skelet.

Pada exercise static (isometric) seperti handgrip, mengangkat beban 20 kg

selama 2-3 menit dapat meningkatkan tekanan diastolik sampai 30 mmHg. Hal ini

akan meningkatkan kerja jantung; oleh karena itu isometric exercise sebaiknya

dilarang pada penderita penyakit jantung iskemik.

Setelah melakukan olahraga, tekanan darah turun secara cepat dan tetap rendah

untuk beberapa jam. Dari berbagai penelitian diadapatkan bahwa olahraga

mempunyai efek antihipertensi sebesar 6 – 15 mmHg (Majid, 2005).

8. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan darah

tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen

untuk disuplai ke otot-otot jantung. Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan

denyut jantung dan tekanan darah dengan variasi mekanisme sebagai berikut :

a. Merangsang pelepasan norepinefrin melalui saraf adrenergik dan

meningkatkan kadar katekolamin yang dikeluarkan dari medula adrenal.

b. Merangsang chemoreceptor di carotid dan aortic bodies, yang

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

c. Bereaksi langsung pada miokardium untuk mengeluarkan efek positif

(25)

9. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan teratur dapat

meningkatkan tekanan darah secara dramatis. (American Heart Association, 2013).

10. Kondisi Psikis

Paparan stres kronik bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dan dapat

menyebabkan hipertensi (Gasperin et al., 2009). Menurut The American Institute of

Stress (2014), stres susah untuk didefenisikan karena stres berbeda untuk setiap

orang. Setiap orang akan memberikan respon yang berbeda terhadap stres yang

sama. Ketika seseorang mengalami stres, baik secara fisik ataupun psikologis,

sistem saraf simpatis mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk mensekresikan

hormon adrenalin dan kortisol. Salah satu efek dari hormon-hormon yang

dihasilkan kelenjar adrenal ini adalah peningkatan denyut jantung dan peningkatan

tekanan darah. Setelah stres terlewati, maka efek tersebut akan menghilang.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung

Jantung merupakan organ yang dipengaruhi oleh kerja sistem sarah simpatis dan

parasimpatis. Pelepasan norepinefrin dari postganglionic saraf simpatis mengaktivasi

1-adrenoreceptors di jantung , terutama di nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular, jaringan

konduktif His-Purkinje dan jaringan kontraktil atrium dan ventrikel. Stimulasi saraf

simpatis meningkatkan denyut jantung (kronotropi), laju transmisi jaringan konduktif

(dromotropi), dan kontraksi ventrikel (inotropi). Sedangkan pelepasan asetilkolin dari

postganglionic saraf parasimpatis (N. Vagus) mengaktivasi reseptor nikotinik di jantung,

terutama nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular dan otot atrium. Stimulasi nervus

vagus akan mengurangi denyut jantung, laju transmisi memalui nodus atrioventrikular,

(26)

Meningkatkan denyut jantung:

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Meningkatkan Denyut Jantung

Penurunan aktivitas baroreseptor arteri

Amarah

Peningkatan aktivitas reseptor regang atrium

Hipoksia

Inspirasi Stimulus yang paling nyeri

Kegembiraan Olahraga

Hormon tiroid Demam

Sumber: Ganong, 2013

Menurunkan denyut jantung:

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang Menurunkan Denyut Jantung

Peningkatan aktivitas baroreseptor arteri

Stimulasi nyeri pada nervus trigeminus

Ekspirasi Peningkatan tekanan intrakranial

Rasa takut Kesedihan

Sumber: Ganong, 2013

2.3. Aromaterapi

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial murni yang berasal dari berbagai

bagian tumbuhan, termasuk bunga, akar, atau daun, untuk memperbaiki kesehatan fisik

dan mental, kualitas hidup secara umum, atau hanya untuk kesenangan. Sekarang ini,

aromaterapi dapat tersedia dalam beberapa bentuk, seperti sabun, pencuci rambut, bath

(27)

aromaterapi dengan minyak esensial seperti mawar, lemon, lavender, geranium, dan

bergamot dapat diberikan melalui beberapa cara, seperti berendam, kompres kulit,

inhalasi langsung, ataupun dijadikan pengharum ruangan (Thomas, 2002). Aromaterapi

dapat diberikan dengan berbagai cara. Cara yang sering digunakan adalah dengan cara

inhalasi (Liu, Lin, dan Chang, 2013).

Efek dari minyak esensial paling cepat didapat dengan cara inhalasi. Inhalasi

aromaterapi dapat menstimulasi nervus olfaktorius dan kemudian mempengaruhi sistem

limbik. Sistem limbik dapat mempengaruhi kedua sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf

simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Cook, 2008).

Salah satu minyak esensial yang paling sering digunakan adalah lavender (Chang

dan Shen, 2011). Menurut Collet (1994) dalam Sakamoto et al. (2012) minyak esensial

lavender dapat menjadi terapi untuk insomnia, sakit kepala, migrain, ansietas, gugup, and

melankolis.

Pemeriksaan regio otak terhadap 10 perempuan sehat yang telah diberikan stimulus

wewangian lavender dengan menggunakan positron emission tomography mendapatkan

hasil peningkatan neuronal pada daerah orbitofrontal, girus singulata posterior, batang

otak, talamus, serebelum, dan penurunan aktivitas di girus presentralis dan possentralis

dan frontal eye field. Penemuan ini mengindikasikan bahwa aromaterapi dengan lavender

selain menimbulkan efek relaksasi, dapat juga meningkatkan gairah pada beberapa

subyek (Duan et al., 2007 dalam Koulivand, Ghadiri, dan Gorji, 2013).

Salah satu efek dari minyak esensial lavender adalah peningkatan aktivitas sistem

saraf parasimpatis dan penekanan aktivitas sistem saraf simpatis (Cook, 2008).

Komposisi minyak esensial lavender sudah diketahui dengan baik, komposisi utamanya

adalah

linalool

dan

linalyl acetate

. Menurut Jager et al. (1992) pada aplikasi minyak

esensial lavender secara topikal yaitu dengan

massage

, kadar

linalool

dan

linalyl

acetate

dalam darah dapat terdeteksi dengan cepat, dan mencapai puncak dalam 19

menit (Koulivand, Ghadiri, dan Ghorji, 2013).

Linalool

akan menstimulasi nervus

olfaktorius dan kemudian impuls berjalan menuju hipotalamus dan mempengaruhi

sistem saraf pusat.

Linalool

akan berikatan dengan reseptor GABA di sistem saraf

pusat dan menimbulkan efek relaksasi (Xu

et al.

, 2008). Minyak esensial lavender

meningkatkan efek gamma-aminobutyric aciddi amygdala. Linalool juga dapat

menghambat pengeluaran asetilkolin untuk menimbulkan efek menenangkan (Peng, Koo,

(28)

Sedangkan menurut Price (1997) dalam Widjaja (2011), impuls yang masuk ke

otak mengaktifkan jaras ke

nucleus Raphe

sehingga dihasilkan serotonin. Serotonin

yang dihasilkan akan merangsang hipotalamus anterior sebagai pusat parasimpatis.

Aktivasi sistem saraf parasimpatis menimbulkan efek inotropik dan kronotropik

negatif pada jantung yang menyebabkan penurunan kuat kontraksi dan frekuensi

denyut jantung (Guyton dan Hall, 2008). Lavender juga diperkirakan menghambat

kerja sistem saraf simpatis dengan cara menghambat reseptor histamin (Koulivand,

Ghadiri, dan Ghorji, 2013).

Seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis Rene Maurice Gattefosse menemukan

kegunaan minyak esensial lavender yaitu dapat menyembuhkan luka bakar tanpa

sedikitpun meninggalkan jaringan parut (Thomas, 2002). Lavender juga mempunyai efek

menenangkan (Cook, 2008). Hasil penelitian di Bali menunjukkan inhalasi minyak

esensial lavender dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis (Dewi, Putra, dan Witarsa, 2013). Minyak esensial lavender

juga dapat meningkatkan kualitas tidur (Lytle, Mwatha, dan Davis, 2014).

Selain itu, minyak esensial lavender dapat menurunkan tekanan darah dan efektif

dalam pengobatan hipertensi. Penelitian terhadap 28 responden penderita prehipertensi

dan hipertensi yang menerima intervensi berupa inhalasi campuran minyak esensial yang

didalamnya terdapat lavender menunjukkan penuruan tekanan darah sistolik sebesar 4,7

mmHg dari 132,3 mmHg ke 127,6 mmHg dalam waktu empat minggu. Tekanan darah

diastolik juga menurun sebesar 1,21 mmHg dari 85,7 mmHg ke 84,5 mmHg juga dalam

waktu empat minggu (Kim et al., 2012). Penelitian pada pasien di Intensive Care Unit

(ICU) juga menemukan bahwa massage kaki dengan minyak esensial lavender bukan

hanya dapat menurunkan tekanan darah, tetapi juga denyut jantung dan frekuensi nafas

(Hongratanaworakit, 2004).

2.4. Fisiologi Penciuman

2.4.1 Epitel Penciuman dan Bulbus Olfaktorius

Saraf-saraf penciuman sensoris terletak pada nasal mucosa dan berwarna kuning,

disebut epitel penciuman. Pada manusia, area ini seluas 10 cm2, dan berada pada bagian

atap rongga hidung dekat dengan septum nasal. Epitel penciuman manusia memiliki 50

(29)

cells) dan basal stem cells. Epitel penciuman dilapisi oleh lapisan mucus tipis yang

disekresikan oleh sel penyokong dan kelenjar Bowman yang terletak dibawah epitel

penciuman. Masing-masing saraf penciuman memiliki dendrit yang pendek dan tebal

yang berjalan ke rongga hidung. Pada ujung dendrit terdapat 6-12 silia. Nervus

olfaktorius akan melewati lempeng kribriformis yang merupakan bagian dari tulang

etmoidalis dan kemudian akan memasuki bulbus olfaktorius. Molekul odoran larut di

dalam mucus dan berikatan dengan reseptor pada silia saraf penciuman. Akson-akson

saraf sensoris penciuman (N. Olfaktorius) berjalan ke atas melalui lempeng kribriformis

tulang etmoidalis dan memasuki bulbus olfaktorius (olfactory bulbs). Pada bulbus

olfaktorius, akson-akson dari sel reseptor penciuman akan berhubungan dengan sel mitral

dan sel berumbai (tufted cells), yang akan membentuk glomeruli olfaktori. Bulbus

olfaktorius juga terdiri dari sel periglomerular, yang merupakan saraf inhibitory yang

menghubungkan satu glomerulus ke glomerulus lainnya, dan sel granul, yang tidak

memiliki akson, dan membuat sinaps dengan sel mitral atau sel berumbai. Pada

sinaps-sinaps ini, sel mitral atau sel berumbai akan merangsang sel granul dengan mengeluarkan

glutamat, kemudian sel granul akan menghambat kerja sel mitral atau sel granul dengan

mengeluarkan GABA.

Banyak ditemukan ujung-ujung bebas dari saraf trigeminal pada epitel penciuman.

Ujung-ujung bebas ini terstimulasi oleh substansi yang dapat mengiritasi, yang akan

membantu kita untuk mengenal karateristik bau tertentu, seperti peppermint, menthol, dan

chlorine. Aktivasi dari ujung-ujung bebas ini juga akan menginisiasi bersin, lakrimasi,

dan refleks lainnya. (Ganong, 2013)

2.4.2. Korteks Penciuman

Sel berumbai memiliki ukuran yang lebih kecil dan akson yang lebih tipis

dibandingkan dengan sel mitral, tapi kedua sel ini memiliki fungsi yang mirip.

Akson-akson dari sel mitral dan sel berumbai melewati bagian belakang lateral olfactory stria

dan akan berakhir pada dendrit dari sel-sel piramidal di lima bagian korteks penciuman:

nukleus olfaktorius anterior, olfactory tubercle, korteks piriformis, amigdala, dan korteks

entorinalis. Dari wilayah-wilayah ini, informasi berjalan langsung korteks frontalis atau

(30)

pada jalur yang menuju korteks orbitofrontalis. Jalur menuju amigdala mungkin

melibatkan respon emosional terhadap rangsangan penciuman, dan jalur menuju korteks

entorinalis bersangkutan dengan memori penciuman (Ganong, 2013).

2.4.3. Reseptor Penciuman dan Transduksi Sinyal

Terdapat kira-kira 500 gen penciuman yang fungsional pada manusia. Reseptor

penciuman adalah G protein coupled receptor (GPCR). Ketika molekul odoran berikatan

dengan reseptor tersebut, maka subunit alfa, beta, dan gamma dari protein G akan

berdisosiasi. Subunit alfa akan mengaktifkan adenilat siklase untuk mengkatalisis

produksi cAMP, yang berperan sebagai second messenger untuk membuka kanal kation,

yang kemudian akan meningkatkan permeabilias ion Na+, K+, dan Ca2+. Influks dari ion

Ca2+ akan membuat graded receptor potential. Lalu, kanal ion Cl- yang teraktivasi oleh

ion Ca2+ akan terbuka, kemudian depolarisasi sel akan terjadi lebih lanjut. Jika stimulus

dapat mencapai nilai ambang batas, potensial aksi dari nervus olfaktorius akan

[image:30.595.125.481.447.640.2]

terpicu.

Gambar 2.1. Reseptor Penciuman

(31)

Selain itu, jawaban mengapa 10.000 bau dapat dideteksi terletak pada organisasi

saraf dari jalur penciuman. Walaupun terdapat jutaan saraf sensori, masing-masing hanya

mengekspresikan satu dari 500 gen penciuman. Masing-masing saraf akan menuju satu

atau dua glomeruli. Hal ini akan memberikan peta dua dimensi yang khas terhadap

masing-masing bau pada bulbus olfaktorius. Sel-sel mitral dari glomeruli akan menuju ke

bagian korteks penciuman yangberbeda.

Inhibisi yang diperantarai oleh sel-sel periglomerular dan sel-sel granul, tujuannya

adalah untuk mempertajam dan memfokuskan sinyal-sinyal penciuman. Bagian ekstrasel

dari setiap glomerulus juga berosilasi, yang diatur oleh sel-sel granul. Fungsi dari osilasi

ini belum jelas diketahui, diperkirakan juga ikut membantu memfokuskan sinyak-sinyal

penciuman menuju korteks penciuman (Ganong, 2013).

2.4.4. Ambang Deteksi Bau

Molekul-molekul yang memproduksi bau (odoran) berukuran kecil, terdiri dari 3

sampai 20 atom karbon; dan molekul-molekul dengan jumlah atom karbon yang sama

tetapi berbeda konfigurasi strukstural memiliki bau yang berbeda. Molekul dengan

karakter sangat larut dalam air dan lemak memiliki bau yang kuat.

Ambang deteksi bau adalah konsentrasi terendah suatu zat kimia untuk dapat

dideteksi. Beberapa substansi dapat dideteksi pada konsentrasi yang sangat rendah seperti

H2S (0,0005 parts per million, ppm), asam asetat (0,016 ppm), minyak tanah (0,1 ppm),

dan bensin (0,3 ppm). Di sisi lain, ada substansi yang bersifat toksik yang tidak memiliki

bau. Substansi-substansi ini memiliki nilai ambang yang melebihi konsentrasi letal agar

dapat terdeteksi. Contohnya karbon dioksida (CO2), yang terdeteksi pada 74.000 ppm

tetapi sudah letal pada 50.000 ppm.

Tidak semua individu memiliki nilai ambang batas yang sama terhadap setiap

odoran. Ketika seseorang sudah dapat mendeteksi suatu odoran pada ambang batas

(32)

2.4.5. Odorant-binding Proteins

Epitel penciuman terdiri dari beberapa odorant-binding protein (OBP) yang

diproduksi oleh sel penyokong yang dikeluarkan ke ruang ekstraseluler. Protein tersebut

diperkirakan homolog dengan protein dalam tubuh yang berfungsi membawa molekul

lipofilik. OBP ini berfungsi: (1) mengkonsentrasikan odoran dan kemudian

mentransfernya ke reseptor, (2) mengencerkan molekul hidrofobik dari udara, (3)

mengisolir aroma menjauh dari tempat pengenalan bau (Ganong, 2013).

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penciuman

Anosmia (tidak dapat mencium bau) dan hiposmia atau hypesthesia (berkurangnya

sensitivitas penciuman) bisa berasal dari hidung tersumbat atau polip di hidung. Hal ini

juga bisa merupakan tanda dari masalah yang lebih serius seperti kerusakan nervus

olfaktorius yang disebabkan oleh fraktur lempeng kribriformis atau trauma kepala, tumor

seperti neuroblastoma atau meningioma, dan infeksi saluran pernafasan. Anosmia

kongenital merupakan suatu kelainan yang jarang ditemukan dimana seseorang terlahir

tanpa kemampuan untuk mencium bau. Penggunaan nasal dekongestan yang

berkepanjangan juga dapat menyebabkan anosmia. Kerusakan nervus olfaktorius sering

terlihat pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Menurut National Institue of Health,

1-2% populasi Amerika Utara yang berusia dibawah 65 tahun mengalami derajat

kehilangan penciuman yang bermakna. Proses penuaan juga berhubungan dengan

kelainan sensasi penciuman; 50% individu berusia 65 tahun sampai 80 tahun dan >75%

yang berusia 80 tahun memiliki gangguan kemampuan untuk mengenali bau. Anosmia

juga berhubungan dengan penurunan sensitifitas pengecapan (hipogeusia).

Hiperosmia (peningkatan sensitivitas penciuman) lebih jarang terjadi dibandingkan

dengan kehilangan kemampuan penciuman. Ibu hamil biasanya menjadi lebih sensitif

terhadap bau.

Disosmia (kesalahan persepsi bau) bias disebabkan oleh beberapa kelainan termasuk

infeksi sinus, kerusakan parsial pada nervus olfaktorius, dan kebersihan gigi yang buruk

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KerangkaKonsep

Kerangka konseppadapenelitianiniadalah:

[image:33.595.127.485.218.357.2]

VariabelIndependen

VariabelDependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Adapun definisi operasionaldaripenelitianiniadalah:

1)

Aromaterapi

a.

Definisi Aromaterapi

Aromaterapiadalahprosesinhalasi minyak esensial lavender 2%secara

evaporasi denganmenggunakanalataroma diffuserselama 20 menit.

b.

CaraUkur

-

Melarutkan 40 tetes minyak esensial lavender 100% ke dalam 100

ml air, untuk mendapatkan minyak esensial lavender 2%. Lalu

larutan minyak esensial lavender 2% tersebut dituangkan ke dalam

aroma diffuser.

c.

Alat Ukur

Aroma diffuser Ultrasmit

®

dan gelas ukur.

d.

HasilUkur

Minyak esensial lavender 2%.

e.

SkalaUkur

Aromaterapi lavender secara evaporasi selama 20 menit

- TekananDarah

• Tekanandarah sistolik

(34)
[image:34.595.283.399.155.310.2]

Skala numerik.

Gambar 3.2. Aroma DiffuserUltrasmit

®

2)

TekananDarah

a.

DefinisiTekananDarah

Tekanandarahadalahtekanan darah responden yang diukur pada arteri

brakialis dengan menggunakan digital sphygmomanometer.

b.

Cara Ukur

-

Pengukurantekanandarahdilakukanpadawaktu5menitsebelumdanse

sudahdiberikanaromaterapi.

-

Responden berada dalam posisi duduk.Kemudianpemeriksa

memasang digital sphygmomanometer pada lengan atas, sejajar

dengan posisi jantung.

-

Responden diminta untuk tetap duduk dan tenang selama

pengukuran.

-

Lalu dilakukan pengukuran dan hasil pengukuran dapat dibaca

pada layar monitor.

c.

AlatUkur

(35)

Hasilpengukurantekanandarahyang

terdiridaritekanansistoldandiastoldandalamsatuan mmHg

sebelumdansesudahpemberianaromaterapi.

e.

SkalaUkur

Skala numerik.

3)

DenyutJantung

a.

DefinisiDenyutJantung

Denyutjantungadalahjumlahdetakjantung selama satumenit, yang

diukur bersamaan dengan pengkuran tekanan darah menggunakan

digital sphygmomanometer.

b.

Cara Ukur

-

Pengukuran

denyut jantung

dilakukanpadawaktu5menitsebelumdansesudahdiberikanaromatera

pi, bersamaan dengan pengukuran tekanan darah.

-

Responden berada dalam posisi duduk.Kemudianpemeriksa

memasang digital sphygmomanometer pada lengan atas, sejajar

dengan jantung.

-

Responden diminta untuk tetap duduk dan tenang selama

pengukuran.

-

Lalu dilakukan pengukuran dan hasil pengukuran dapat dibaca

pada layar monitor.

c.

AlatUkur

Digital sphygmomanometerOmron

®

HEM – 7200.

d.

HasilUkur

Hasilpengukuranadalahjumlahdenyutjantungselamasatumenit

sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi.

e.

Skala Ukur

(36)
[image:36.595.287.397.114.223.2]

Gambar 3.3. Digital Sphygmomanometer Omron

®

HEM - 7200

3.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat penurunan tekanan darah dan denyut jantung

setelah pemberian aromaterapi lavender secara evaporasi pada mahasiswa Fakultas

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitianinimerupakan penelitian eksperimental semu (quasi experiment) dengan

pretest-posttest design (Mukhtar, 2011). Tujuannya adalah untuk melihat penurunan

tekanan darah dan denyut jantung setelah diberikan aromaterapi lavender secara

evaporasi selama 20 menit.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitianakandilakukanpada bulan September—November 2014.

TempatpenelitianadalahLaboratoriumFisiologiFakultasKedokteranUniversitas Sumatera

Utara. Penelitiandilakukan di laboratoriumagar

seluruhsubjekpenelitianmendapatkansuasanalingkungan yang

sama.LaboratoriumFisiologi FK USU jugasudahdikenalolehseluruhmahasiswa FK USU

danberadadalamkawasankampussehinggamudah dijangkau.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2012 (semester lima saat

dilakukan pengambilan dan pengumpulan data) Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Populasi memiliki rutinitas yang hampir sama di dalam kampus. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik individu dalam populasi tidak terlalu

berbeda. Karena jumlah populasi yang terlalu banyak yaitu 542 orang, maka diperlukan

penarikan sampel pada penelitian ini.

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1. Responden adalah mahasiswa perempuan angkatan 2012 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, berusia 18-23 tahun.

2. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan.

Kriteria Eksklusi:

1. Responden memiliki riwayat penyakit kardiovaskular.

2. Responden memiliki riwayat penyakit asma.

(38)

4. Responden alergi terhadap lavender.

5. Responden tidak merokok dan minum alkohol atau kopi enam jam sampai

dengan sesaat sebelum pemberian aromaterapi.

6. Responden mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi sistem

kardiovaskular sehari sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian.

7. Indeks massa tubuh > 25.

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan data sampel

untuk penelitian analitik berpasangan dengan data numerik (Wahyuni, 2007).

n = besarsampelminimum

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu

= harga varians di populasi (literatur)

= perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi

Maka didapatkan jumlah sampel adalah 34 orang. Sampel didapat dari seluruh

mahasiswa perempuan FK USU semester 5 dengan teknik non-probability sampling

dengan jenis consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan

memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek

(39)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari pengamatan dan

pencatatan hasil pengukuran. Pencatatan dilakukan pada lembar pencatatan hasil

pengukuran. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Calon responden diberi penjelasan mengenai penelitian hingga mengerti,

kemudian calon yang setuju untuk mengikuti penelitian diminta untuk mengisi

lembar persetujuan (Lampiran 2). Kemudian responden diwawancara untuk

menentukan apakah responden memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki

kriteria eksklusi. Jika responden memiliki kriteria eksklusi maka tidak

diikutsertakan dalam penelitian dan akan dicari responden pengganti.

b. Sehari sebelum dilakukanpenelitian, responden

sudahdihubungidandiberitahutanggaldanwaktusertatempatpelaksaanpenelitianya

yaitu di LaboratoriumFisiologi FK USU.

c. Semua responden ditempatkan pada ruangan yang sama.

d. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut jantung.

e. Setelah 5 menit, diberikan aromaterapi lavender secara evaporasi selama 20

menit.

f. Setelah 20 menit pemberian aromaterapi, tekanan darah dan denyut jantung

kembali diukur 5 menit kemudian.

g. Semua hasil pengukuran dicatat dalam tabel yang telah disediakan.

h. Penelitiandilakukansecarabertahapsampaijumlahsampel yang

dibutuhkanterpenuhi.

4.5. Metode Analisis Data

Proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program

komputer SPSS (Statistic Package for Sosial Science). Data hasil pengukuran

dipresentasikan dalam bentuk tabel. Pengujian menggunakan metode komputerisasi.

Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika

dari hasil uji didapat nilai p < 0,05, maka data dikatakan mempunyai distribusi tidak

normal. Sebaliknya, bila nilai p > 0,05, maka data mempunyai distribusi normal

(Mukhtar, 2011).

Jika data berdistribusi normal, uji hipotesis yang digunakan untuk menganalisis data

adalah uji t - berpasangan (t – paired test). Apabila ditemukan data tidak berdistribusi

(40)

4.6. Ethical Clearance

Ethical clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian

untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang

menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan

tertentu. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yaitu di lantai dua gedung FK USU yang terletak

di Jl. Dr. Mansyur No.5, Medan. Laboratorium Fisiologi dilengkapi oleh

pendingin ruangan, meja dan kursi, lemari,whiteboard, dankomputer, serta

peralatan pendukung praktikum fisiologi yang lengkap, seperti treadmill,

elektrokardiogram (EKG), elektromiogram (EMG), sphygmomanometer,

stetoskop, dan termometer.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester lima Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2014. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 34 dan semua berjenis kelamin perempuan. Sampel

berusia antara 18-21 tahun. Data lengkap mengenai usia responden dapat

[image:41.595.132.517.573.720.2]

dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Usia (tahun)

Frekuensi (orang)

Persentase dalam Kelompok

(%)

18

1

2,9

19

9

26,5

20

23

67,6

21

1

2,9

(42)

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sampel dalam penelitian berusia

antara 18-21 tahun. Dari 34 orang sampel yang paling banyak adalah berusia

20 tahun yaitu sebanyak 23 orang (67,6%) dan yang terendah berumur 18 dan

21 tahun (2.9%).

Data lengkap mengenai respon tekanan darah dan denyut jantung

[image:42.595.135.512.268.434.2]

responden dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Respon Tekanan

Darah dan Denyut Jantung

Frekuensi (orang)

Menurun

Tetap

Meningkat

Tekanan Darah

Sistolik

24

1

9

Tekanan Darah

Diastolik

20

2

12

Denyut Jantung

23

1

10

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil terjadi penurunan tekanan darah

sistolik pada 24 orang, penurunan tekanan darah diastolik pada 20 orang,

penurunan denyut jantung pada 23 orang.

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Hasil Perhitungan Tekanan Darah

Hasil perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian aromaterapi dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Rata-rata Tekanan Darah Sebelum (Pretest) dan

Sesudah (Posttest) Pemaparan Aromaterapi

Rata-rata Tekanan Darah (mmHg)

TD Sistolik

TD Diastolik

Pretest

111,21 ± 15,84

71,65 ± 17,10

(43)

Berdasarkan analisis data pada tabel 5.3 didapatkan bahwa

rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemaparan aromaterapi

(pretest) adalah 111,21 ± 15,84 mmHg dan 71,65 ± 17,10 mmHg untuk

tekanan darah diastolik. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik setelah pemaparan aromaterapi (posttest) adalah 105,47 ±

12,34 mmHg dan 66,38 ± 11,04 mmHg.

5.1.3.2 Hasil Perhitungan Denyut Jantung

Sedangkan hasil perhitungan denyut jantung diterangkan dalam

[image:43.595.163.517.353.477.2]

bentuk rata-rata pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Rata-rata Denyut Jantung Sebelum (Pretest) dan

Sesudah (Posttest) Pemaparan Aromaterapi

Rata-rata Denyut Jantung (kali/menit)

Pretest

Posttest

Denyut

Jantung

83,38 ± 10,36

79,94 ± 10,99

Berdasarkan analisis data pada tabel 5.4 didapatkan bahwa

rata-rata denyut jantung sebelum pemaparan aromaterapi (pretest) dan

sesudahnya (posttest) adalah 83,38 ± 10,36 kali/menit dan 79,94 ±

10,99 kali/menit.

5.1.3.3. Hasil Uji Statistik

Pada penelitian ini, uji statistik didahului dengan melakukan uji

normalitas data, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji

tersebut, didapatkan bahwa data tekanan darah sistolik dan denyut

jantung pretest dan posttest berdistribusi normal (p > 0,05), sedangkan

tekanan darah diastolik pretest dan posttest tidak berdistribusi normal (p

(44)

Untuk menilai penurunan tekanan darah sistolik dan denyut

jantung pretest dan posttest dilakukan analisis data dengan uji

t-berpasangan (t-paired test). Hasil uji t-paired test terhahap penurunan

[image:44.595.164.512.242.416.2]

tekanan sistolik dan denyut jantung dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Uji T-berpasangan (T-paired Test)

Variabel

Mean

Standar

Deviasi

Standar

Eror

Rata-rata

Sig

(2-tailed)

Tekanan

Darah

Sistolik

5,735 ±

9,78

9,783

1,678

0,002

Denyut

Jantung

3,441 ±

9,24

9,245

1,585

0,037

Berdasarkan analisis data pada tabel 5.5 didapatkan hasil uji

t-berpasangan dalam penurunan tekanan darah sistolik adalah penurunan

yang bermakna (p = 0,002; p < 0,005) dan memiliki nilai rata-rata

penurunan 5,735 ± 9,78 mmHg. Analisis data dengan uji t-berpasangan

dalam penurunan denyut jantung adalah penurunan yang bermakna (p =

0,037; p < 0.05) dan memiliki nilai rata-rata penurunan 3,441 ± 9,24

kali/menit.

Untuk menilai penurunan tekanan darah diastolik pretest dan

posttest dilakukan analisis data dengan uji Wilcoxon. Hasil uji

Wilcoxon terhadap penurunan tekanan darah diastolik dapat dilihat

(45)
[image:45.595.162.516.124.242.2]

Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon

Variabel

Mean

Asymp. Sig

(2-tailed)

Z

Tekanan

Darah

Diastolik

5,265 ± 13,25

0,031

-2,163

Berdasarkan analisis data pada tabel 5.6 didapatkan hasil uji

Wilcoxon dalam penurunan diastolik adalah penurunan yang bermakna

(p = 0,031; p <0,05) dan memiliki rata-rata penurunan 5,265 ± 13,25

mmHg.

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang bermakna dari

tekanan darah sistolik dan diastolik dan denyut jantung setelah sampel diberikan

aromaterapi selama 20 menit. Rata-rata tekanan darah sistolik menurun dari

111,21 ± 15,84 mmHg menjadi 105,47 ± 12,34 mmHg. Rata-rata tekanan darah

diastolik menurun dari 71,65 ± 17,10 mmHg menjadi 66,38 ± 11,04 mmHg.

Rata-rata denyut jantung menurun dari 83,38 ± 10,36 kali/menit menjadi 79,94 ± 10,99

kali/menit. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang mengatakan terdapat

penurunan tekanan darah dan denyut jantung setelah pemberian aromaterapi

selama 20 menit dapat diterima.

Penelitian Chang dan Shen (2011) terhadap 54 guru TK juga mendapatkan

hasil yang sama. Rata-rata tekanan darah sistolik menurun dari 123,30 ± 12,810

mmHg menjadi 112,78 ± 15,909 mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik

menurun dari 82,91 ± 7,86 mmHg menjadi 76,76 ± 7,997 mmHg, dan rata-rata

denyut jantung menurun dari 83,15 ± 13,964 kali/menit menjadi 74,61 ± 9,803

(46)

sistem saraf parasimpatis, yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah dan

denyut jantung.

Penelitian Chuang et al. (2014) terhadap 100 pekerja spa juga mendapatkan

hasil yang sama. Rata-rata penurunan tekanan sistolik dan diastolik pada menit

ke-15 adalah 0,81 mmHg dan 0,45 mmHg, sementara rata-rata penurunan denyut

jantungnya adalah 1,08 kali/menit. Penelitian Seo (2009) dalam Chuang et al.

(2014) juga melaporkan ada hubungan antara inhalasi minyak esensial dengan

penurunan tekanan darah dan denyut jantung pada siswi SMA. Chuang et al.

(2014) mengakatan bahwa pemaparan aromaterapi selama satu jam dapat

meredakan stres sehingga efektif dalam menurunkan tekanan darah dan denyut

jantung.

Selain pada orang sehat, aromaterapi juga diberikan pada pasien prehipertensi

dan hipertensi. Pada 28 pasien prehipertensi dan hipertensi, setelah inhalasi

aromaterapi terjadi penurunan tekanan darah sistolik dari 130,8 ± 5,65 mmHg

menjadi 125,8 ± 6,00 mmHg dan diastolik dari 84,1 mmHg ± 5,00 menjadi 83,2 ±

5,30 mmHg pada pasien prehipertensi. Sedangkan pada pasien hipertensi

penurunan tekanan darah sistolik 133,5 ± 5,54 mmHg menjadi 129,1 ± 5,14

mmHg, tekanan darah diastolik 87,2 ± 5,58 mmHg menjadi 85,7 ± 6,83 mmHg

(Kim et al., 2012).

Sedangkan pada pasien ICU yang diberikan aromaterapi mulai dari pukul

10.00 malam sampai 06.00 pagi, hanya terjadi penurunan tekanan darah setelah 6

jam, sementara tanda vital lain (termasuk denyut jantung) tidak dijumpai adanya

pengaruh (Lytle, Mwatha dan Davis, 2014). Berdasarkan penelitian Dunn et al.

(1995) dan Stevenson (1994) dalam Halm (2008), tidak dijumpai pengaruh

aromaterapi terhadap tekanan darah dan denyut jantung. Berdasarkan tabel 5.2,

beberapa responden tidak mengalami perubaha

Gambar

Gambar 2.1. Reseptor Penciuman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.2. Aroma DiffuserUltrasmit®
Gambar 3.3. Digital Sphygmomanometer Omron®  HEM - 7200
+6

Referensi

Dokumen terkait

The results showed that the technique used for the full waveform exploitation has effectively increased the ground penetration by 50 % and 20 %, respectively, during autumn and

Jelaskan peranan pendidikan kewarganegaraan dengan mengacu tujuan yang ingin dicapai?. Jelaskan ruang lingkup materi pokok

The first case is by using GPS onboard as control point and integration with proposed algorithm in image registration and the second case is image processing by using control

Mengapa PKn sebagai mata pelajaran persekolahan memiliki peran yang cukup strategis dalam membangun warga Negara demokratis?. Jelaskan kecerdasan yang harus

The effect of point density on the calculation of quantiles at the plot level is significantly different to that seen due to the variation of different flying heights. Decreasing

Mengapa suatu bangsa perlu memiliki pandangan hidup yang mantap dan diyakini kebenarannya oleh

In this way, inventory data is obtained in a fast, reliable manner, and it can be applied to improve the maintenance planning of the road network, or to feed a Spatial

The architectural history and development of the Affandi Museum can be traced by both details of alterations on the buildings themselves and archive documents.