• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Persamaan Struktural untuk Mengetahui Loyalitas Konsumen, Studi pada Toko Parfum Cinta Aroma (CA Perfumerry) di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Persamaan Struktural untuk Mengetahui Loyalitas Konsumen, Studi pada Toko Parfum Cinta Aroma (CA Perfumerry) di Medan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK

MENGETAHUI LOYALITAS KONSUMEN

( Studi Kasus : Pelanggan Cinta Aroma (CA) Perfumerry di Medan )

SKRIPSI

NUR HAYATI

100803033

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK

MENGETAHUI LOYALITAS KONSUMEN

( Studi Kasus : Pelanggan Cinta Aroma (CA) Perfumerry di Medan )

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NUR HAYATI

100803033

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Model Persamaan Struktural untuk Mengetahui Loyalitas Konsumen, Studi pada Toko Parfum Cinta Aroma (CA Perfumerry) di Medan

Kategori : Skripsi

Nama : Nur Hayati

Nomor Induk Mahasiswa : 100803033

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Partano Siagian, M.Sc Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si NIP. 19511227 198003 1 001 NIP. 19530303 198303 1 002

Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KONSUMEN

( Studi Kasus : Pelanggan Cinta Aroma (CA) Perfumerry di Medan )

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Juli 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dalam waktu telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan Bapak Drs. Partano Siagian, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si Ph.D, selaku ketua Departemen Matematika Ibu Dra. Mardiningsih, M.Sc selaku sekretasis Departemen Matematika, Bapak Drs. Gim Tarigan M.Si dan Bapak Pengarapen Bangun, M.Si selaku penguji skripsi, dan staf pengajar Matematika di FMIPA USU, beserta pegawai Administrasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang tercinta Ibunda Farida Hanum dan Ayahanda yang telah memberikan dorongan dan semua bantuan yang diperlukan. Keluarga penulis yang penulis sayangi Kak Janah, Bang Jo, Kak Ipah, Tika terima kasih atas dorongan dan bantuan yang diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tari dan karyawan CA Perfumerry yang lain. Akhirnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Imel, Zati, Yundy, Wewen, Ade, Nimut, Mila, Lita, Vela dan Sharah atas semua warna yang kalian berikan, kalian kesebelasan yang luar biasa.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang jauh lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa.

(6)

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KONSUMEN

(Studi Kasus : Pelanggan Cinta Aroma (CA) Perfumerry di Medan)

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk memperoleh model persamaan struktural yang terbaik yang dapat menggambarkan hubungan antar peubah laten dan hubungan antara peubah laten dan peubah indikatornya dan untuk mengetahui konstruk mana yang paling mempengaruhi loyalitas dari konsumen. Bahan penelitian adalah hasil survei konsumen CA Perfumerry dengan menggunakan kuisioner yang diukur dengan skala likert. Model pengukuran yang diperoleh adalah : persepsi ditunjukkan melalui harga, citra, tahap pelayanan dan momen pelayanan; daya saing ditunjukkan melalui keunikan dan kualitas; nilai produk ditunjukkan melalui nilai emosi, nilai epistem dan nilai kondisi; kepuasan ditunjukkan melalui keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan kasat mata; dan loyalitas ditunjukkan melalui hubungan, retensi, rekomendasi dan perubahan. Model struktural yang diperoleh adalah : persepsi berhubungan dengan daya saing dan nilai produk, dengan koefisien lintas sebesar 0,70 dan 0,34; nilai produk berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas, dengan koefisien lintas sebesar 0,62 dan 0,96; daya saing berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas dengan koefisien lintas sebesar 0,79 dan 0,71. Secara keseluruhan faktor yang paling berhubungan dengan loyalitas adalah nilai produk, dan faktor yang paling berpengaruh dengan kepuasan adalah daya saing.

(7)

STRUCTURAL EQUATION MODELLING TO KNOW LOYALTY OF CUSTOMER

(Case Study: Customer of Cinta Aroma (CA) Perfumerry in Medan)

ABSTRACT

This study is to obtain the best structural equation modelling to describe the relationship between the latent variables and the relationship between the latent variables and the indicator variables and to determine which constructs most affect the loyalty of costumers. Materials research is costumer of CA Perfumerry survey questionnaire measured using a Likert scale. Measurement model obtained is: perception demonstrated through by price, image, stage and moment of care services; competitiveness shown by the uniqueness and quality; the value of the product indicated by the value of emotions, values of epistem and value of conditions; satisfaction indicated through by reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible; and loyalty demonstrated through by relationships, retention, recommendation and change. Structural models obtained are: perception related to competitiveness and value of products, with a coefficient cross 0,70 and 0,34; value products related to satisfaction and loyalty, with coefficients cross 0,62 and 0,96; competitiveness associated with satisfaction and loyalty with a coefficient cross 0,79 and 0,71. Overall the factors most related to loyalty is the value of the product, and the most influential factor in satisfaction is competitiveness.

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Kontribusi Penelitian

2.7 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi 8

2.7.1 Koefisien Korelasi 8

2.7.2 Koefisien Determinasi 9

2.8 Analisis Multivariat 9

2.9 Regresi Linier Berganda 11

2.10 Structural Equation Modelling 11 2.10.1 Sejarah SEM dan Pengertian 11

2.10.2 Prinsip-prinsip Dasar 13

2.10.3 Konsep dan Istilah 14

2.10.4 Model Analisis Jalur 16

2.10.4.1 Model Regresi Berganda 16

2.10.4.2 Model Mediasi 16

2.10.4.3 Model Kombinasi Pertama dan Kedua 17

2.10.4.4 Model Kompleks 17

2.10.4.5 Model Rekursif dan Non Rekursif 18

(9)

2.10.5.2 Persamaan Dua Jalur 20 2.10.5.3 Persamaan Tiga Jalur 20

2.11 Metode Maximum Likelihood 21

2.12 Validitas dan Reliabilitas 22

2.13 Evaluasi Kelayakan Model 23

Bab 3 Metodologi Penelitian

3.1 Merumuskan Masalah

25

3.2 Studi Literatur 25

3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data 25

3.4 Membuat landasan Teori 27

3.4.1 Variabel Penelitian 27

3.5 Analisis dan Pengolahan Data 28

3.6 Membuat Kesimpulan dan Saran 29

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Pengolahan Data 30

4.1.1 Pengembangan Model Berbasis Teori 30 4.1.2 Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan 32

Hubungan Kausalitas

4.1.3 Konversi Diagram Jalur ke dalam Serangkaian 32 Persamaan Struktural dan Spesifikasi Model Pengukuran 4.1.4 Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimasi 34 4.1.5 Menguji Unidimensionalitas Masing-masing Konstruk 34

Dengan Konfirmatori Analisis Faktor

4.1.5.1 Uji Konfirmatori Konstruk Eksogen Persepsi 34 4.1.5.2 Uji Konfirmatori Antar Konstruk Endogen Nilai 36 Produk, Daya Saing, Kepuasan dan Loyalitas

4.1.6 Estimasi Persamaan Full Model 41 4.1.7 Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural 42

4.1.8 Interpretasi Model 50

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Saran 58

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Indikator-indikator dari Konstruk 31 4.2 Regression Weights: Konstruk Eksogen 35 4.3 Standardized Regression Weights: Konstruk Eksogen 36 4.4 Ukuran Kebaikan Model Persamaan Struktural pada 40

Konstruk Eksogen

4.5 Regression Weights: Konstruk Endogen 38 4.6 Standardized Regression Weights: Konstruk Endogen 38 4.7 Regression Weights: Modifikasi Konstruk Endogen 40 4.8 Standardized Regression Weights: Modifikasi Konstruk 40

Endogen

4.9 Assessment of normality 42

4.10 Observations farthest from the centroid 43 (Mahalanobis distance)

4.11 Regression Weights: Persamaan Full Model 46 4.12 Standardized Regression Weights: Persamaan Full Model 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1 Model Analisis Jalur SEM 14

2.2 Bentuk Model Regresi Berganda 16

2.3 Bentuk Model Mediasi 17

2.4 Model Kombinasi Pertama dan Kedua 17

2.5 Bentuk Model Kompleks 18

2.6 Bentuk Model Rekursif dan Non Rekursif 18 2.7 Bentuk Model Persamaan Satu Jalur dalam SEM 19 2.8 Bentuk Model Persamaan Dua Jalur dalam SEM 20 2.9 Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur dalam SEM 21

4.1 Model Kerangka Teoritis 34

4.2 Model Diagram Jalur Hubungan Kausalitas 36

4.3 Persepsi Konsumen 39

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Cabang-cabang CA Perfumerry di Medan 60

2. Kuisioner 61

(13)

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KONSUMEN

(Studi Kasus : Pelanggan Cinta Aroma (CA) Perfumerry di Medan)

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk memperoleh model persamaan struktural yang terbaik yang dapat menggambarkan hubungan antar peubah laten dan hubungan antara peubah laten dan peubah indikatornya dan untuk mengetahui konstruk mana yang paling mempengaruhi loyalitas dari konsumen. Bahan penelitian adalah hasil survei konsumen CA Perfumerry dengan menggunakan kuisioner yang diukur dengan skala likert. Model pengukuran yang diperoleh adalah : persepsi ditunjukkan melalui harga, citra, tahap pelayanan dan momen pelayanan; daya saing ditunjukkan melalui keunikan dan kualitas; nilai produk ditunjukkan melalui nilai emosi, nilai epistem dan nilai kondisi; kepuasan ditunjukkan melalui keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan kasat mata; dan loyalitas ditunjukkan melalui hubungan, retensi, rekomendasi dan perubahan. Model struktural yang diperoleh adalah : persepsi berhubungan dengan daya saing dan nilai produk, dengan koefisien lintas sebesar 0,70 dan 0,34; nilai produk berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas, dengan koefisien lintas sebesar 0,62 dan 0,96; daya saing berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas dengan koefisien lintas sebesar 0,79 dan 0,71. Secara keseluruhan faktor yang paling berhubungan dengan loyalitas adalah nilai produk, dan faktor yang paling berpengaruh dengan kepuasan adalah daya saing.

(14)

STRUCTURAL EQUATION MODELLING TO KNOW LOYALTY OF CUSTOMER

(Case Study: Customer of Cinta Aroma (CA) Perfumerry in Medan)

ABSTRACT

This study is to obtain the best structural equation modelling to describe the relationship between the latent variables and the relationship between the latent variables and the indicator variables and to determine which constructs most affect the loyalty of costumers. Materials research is costumer of CA Perfumerry survey questionnaire measured using a Likert scale. Measurement model obtained is: perception demonstrated through by price, image, stage and moment of care services; competitiveness shown by the uniqueness and quality; the value of the product indicated by the value of emotions, values of epistem and value of conditions; satisfaction indicated through by reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible; and loyalty demonstrated through by relationships, retention, recommendation and change. Structural models obtained are: perception related to competitiveness and value of products, with a coefficient cross 0,70 and 0,34; value products related to satisfaction and loyalty, with coefficients cross 0,62 and 0,96; competitiveness associated with satisfaction and loyalty with a coefficient cross 0,79 and 0,71. Overall the factors most related to loyalty is the value of the product, and the most influential factor in satisfaction is competitiveness.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu bidang usaha yang mulai bermunculan sekarang ini adalah usaha

dibidang pengolahan bibit parfum. Banyak konsumen yang mulai menggemari

parfum yang pengolahannya tanpa alkohol dibandingkan pafum-parfum import.

Dari segi harga serta daya tahan, pengolahan bibit parfum terkadang lebih

memuaskan konsumen.

Dengan adanya kualitas yang baik dari segala aspek dalam suatu

perusahaan, akan menciptakan persepsi-persepsi tertentu bagi para konsumennya.

Setelah konsumen puas dengan produk atau jasa yang diterimanya, konsumen

akan membandingkan dengan pelayanan yang diberikan. Apabila konsumen

merasa benar-benar puas, mereka akan memberikan rekomendasi kepada orang

lain untuk membeli di tempat yang sama. Oleh karena itu, perusahaan harus mulai

memikirkan pentingnya pelayanan pelanggan secara lebih matang melalui kualitas

pelayanan, produk, dan persepsi-persepsi pelanggan karena kini disadari bahwa

pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek vital dalam bertahan didunia

bisnis untuk memenangkan persaingan (Tjiptono, 2005).

Ada 6 alasan mengapa suatu institusi perlu mendapatkan loyalitas

pelanggannya (Kotler, Hayes dan Bloom, 2002; dalam Kotler, 2004):

1. Pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi

keuntungan besar kepada institusi.

2. Biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibanding menjaga dan

mempertahankan pelanggan yang ada.

3. Pelanggan yang sudah percaya kepada institusi dalam suatu urusan akan

percaya juga dengan urusan lainnya.

4. Biaya operasi institusi akan menjadi efisien jika memiliki banyak pelanggan

(16)

5. Institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan

pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan institusi.

6. Pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula untuk

menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.

Toko Parfum CA Perfumerry di Medan mulai ada sejak Juni 2006,

merupakan salah satu dari toko-toko parfum yang mulai berkembang di Medan ini

dalam pengolahan bibit parfum isi ulang. Menjual lebih dari 200 macam jenis

bibit parfum dengan berbagai merk yang banyak digemari masyarakat. Sampai

tahun 2013 toko parfum CA Perfumerry ini sudah memiliki 14 cabang diberbagai

daerah di Medan ini. Tidak hanya memiliki cabang disini, CA Perfumerry juga

memiliki cabang diluar kota seperti Surabaya, Balikpapan, Lombok, Banjarmasin,

Manado, Palembang dan Mataram. Memberikan harga yang terjangkau, serta

kualitas yang sudah tidak diragukan lagi dalam pengolahan bibit parfum,

menjadikan toko parfum ini semakin meningkatkan resistensinya.

Karena beberapa hal tersebut, jelas bahwa analisis kepuasan pelanggan

perlu diadakan secara berkala oleh suatu perusahaan, agar perusahaan tersebut

mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki atau lebih ditingkatkan lagi

untuk mempertahankan atau bahkan menambah jumlah konsumen. Ada banyak

cara untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu dengan pendekatan multiple

logistic regression, structural equation modelling, partial least square dan

generalized maximum entropy (Alamsyah, 2008: 62).

Structural Equation Modelling (SEM) atau model persamaan struktural

merupakan analisis multivariat yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antar variabel secara kompleks. Analisis data dengan mengunakan SEM berfungsi

untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam

penelitian. SEM digunakan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model

(Hair et.al, 2006: 711). Syarat utama menggunakan SEM adalah membangun

suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran

dalam bentuk diagram jalur. SEM merupakan sekumpulan teknik – teknik statistik

yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan.

Ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan SEM diantaranya adalah

(17)

sulit untuk diselesaikan dengan metode analisis jalur pada regresi linear. Kedua,

SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang

bersifat multiple relationship. Ketiga, kesalahan pada masing – masing observasi

tidak diabaikan tetapi tetap dianalisis, sehingga SEM cukup akurat untuk

menganalisis data kuesioner yang melibatkan persepsi. Keempat, Peneliti dapat

dengan mudah memodifikasi model untuk memperbaiki model yang telah disusun

agar lebih layak secara statistik. Kelima, SEM mampu menganalisis hubungan

timbal balik secara serempak.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis menjadikan Toko Parfum CA

Perfumerry sebagai objek pengamatan dalam pembuatan skripsi ini dengan judul

“Model Persamaan Struktural Untuk Mengetahui Loyalitas Konsumen,

Studi pada Toko Parfum Cinta Aroma (CA Perfumerry) di Medan.

1.2Perumusan Masalah

Semakin banyaknya bermunculan toko pengolahan bibit parfum yang sejenis

dengan CA Perfumerry, melalui penelitian ini menggunakan model persamaan

struktural diharapkan mampu menentukan variabel construct yang mempunyai

pengaruh paling besar sehingga CA Perfumerry dapat mempertahankan

konsumennya, dan bagaimana menentukan model persamaan struktural terbaik

dari loyalitas konsumen.

1.3Batasan Masalah

Untuk membuat permasalahan lebih terarah dan mencegah meluasnya

permasalahan, maka dilakukan pembatasan – pembatasan antara lain :

1. Objek penelitian adalah pelanggan yang datang ke CA Perfumerry untuk

membeli parfum.

2. Konsumen yang diteliti sebagai sampelnya diambil dari lima toko parfum

(18)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh persepsi, nilai produk,

daya saing dan kepuasan konsumen untuk menghasilkan loyalitas konsumen

dengan menggunakan model persamaan struktural. Menentukan konstruk mana

yang paling berpengaruh pada loyalitas sehingga bisa ditingkatkan.

1.5Kontribusi Penelitian

1.

Menambah

referensi bagi pembaca dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang.

2.

Memberikan

informasi kepada CA Perfumerry seberapa pentingnya nilai produk, daya

saing, persepsi dan kepuasan pelanggan menghasilkan loyalitas

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Loyalitas Konsumen

Loyalitas adalah sikap positif seseorang terhadap suatu merek, sehingga

konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada

saat sekarang maupun masa datang (Sumarwan, 2002). Perusahaan yang memiliki

dukungan konsumen yang loyal akan dapat meningkatkan kinerja produk dari

produsen sampai pengguna akhir secara optimal dan dapat meningkatkan

dukungan pelayanan kepada konsumen. Pada akhirnya perusahaan dapat

meningkatkan 4-R kepada konsumennya (Rangkuti, 2002). 4-R tersebut adalah :

1. Costumer Relationship, hubungan kedekatan dengam konsumen.

2. Costumer Retention, mempertahankan konsumen yang sudah ada.

3. Costumer Referrals, kesediaan konsumen untuk memberitahukan

kepuasan yang mereka nikmati kepada orang lain.

4. Costumer Recovery, mengubah kesalahan dengan segera dan cepat.

2.2Kepuasan Konsumen

Menurut Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap

kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Konsumen mempunyai kriteria

yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis yang memberikan kepuasan

kepada para konsumen (Christopher Lovelock, 1994, dalam Rangkuti, 2002).

Kriteria tersebut adalah :

1. Reliabiliy (Keandalan), kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat

sesuai dengan yang dijanjikan.

2. Responsiveness (Daya tanggap), kemampuan karyawan untuk membantu

konsumen menyediakan jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan.

3. Assurance (Jaminan), pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk

(20)

4. Emphaty (Empati), karyawan harus memberikan perhatian dan mengerti

kebutuhan konsumen.

5. Tangible (Kasat mata), penampilan karyawan, fasilitas fisik, peralatan dan

alat-alat komunikasi.

2.3Nilai Produk

Nilai produk adalah pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk

(Rangkuti, 2002). Konsumen memilih membeli atau tidak suatu produk

berdasarkan lima komponen nilai (Seth Newman Gross, 1991, dalam Rangkuti,

2002). Kelima komponen nilai tersebut adalah:

1. Nilai fungsi, manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk

tersebut untuk memenuhi fungsinya dari sudut pandang pertimbangan

ekonomi.

2. Nilai sosial, manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan suatu

produk tersebut untuk mengidentikkan konsumen dengan suatu kelompok

sosial tertentu.

3. Nilai emosi, manfaat suatu produk dikaitkan kemampuan produk tersebut

untuk membangkitkan perasaan pemakainya.

4. Nilai epistem, manfaat suatu produk dikaitkan kemampuan produk

tersebut untuk memenuhi keingintahuan pemakainya.

5. Nilai kondisi, manfaat suatu produk dikaitkan kemampuan produk tersebut

untuk memenuhi keperluan konsumen pada saat dan kondisi tertentu.

2.4Persepsi Konsumen

Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan

mengartikan stimulus yang diterima melalui alat indranya menjadi suatu makna.

Persepsi konsumen atas suatu jasa meliputi persepsi konsumen atas kesesuaian

harga dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan, persepsi konsumen terhadap

citra perusahaan, persepsi konsumen di setiap tahap pelayanan yang diberikan dan

(21)

2.5Daya Saing

Daya saing adalah kemampuan suatu produk, jasa maupun barang agar dapat

menarik konsumen. Suatu produk hanya memiliki daya saing bila keunggulan

produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen. Keunggulan suatu produk jasa

terletak pada keunikan serta kualitas pelayanan produk jasa disesuaikan dengan

manfaat serta yang dibutuhkan oleh konsumen (Rangkuti, 2002).

2.6 Kovariansi

Kovariansi adalah jantung analisis dalam banyak pemodelan statistika, terutama

yang menyangkut hubungan antara dua variabel atau lebih, meskipun seringkali

tidak ditunjukkan secara eksplisit. Kovariansi dapat diartikan sebagai ukuran

keeratan hubungan antara dua variabel .

Definisi (Bain dan Engelhardt, 1992) Kovariansi antara dua variabel random X

dan Y didefinisikan sebagai :

Kov(X,Y) =

σ

xy = E[(X-µx

) -

(Y-

µ

y

)]

sedangkan variansi dari suatu variabel random X didefinisikan sebagai :

Var(X) =

σ

xx =

σ

x2= E[(X-

µx)

2

]

Menurut Bain dan Engelhardt (1992) dan Bollen (1989) sifat- sifat kovariansi

antara lain adalah jika X dan Y adalah variabel random sedangkan a dan b

konstanta maka :

1. Kov(X,Y) = E(XY) E(X)E(Y) = µXY −µX µY ,

2. Kov(c, X) = 0 ,

3. Kov(aX,bY) = abKov(XY) ,

4. Kov(X + a,Y + b) = Kov(XY) ,

(22)

2.7Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

2.7.1. Koefisien Korelasi

J.Supranto (2010) di dalam kehidupan sehari-hari, kejadian ekonomi dan kejadian

lainnya saling berhubungan dan mempengaruhi. Kejadian-kejadian tersebut bisa

dinyatakan sebagai perubahahan nilai variabel X dan Y. Analisis korelasi

bertujuan untuk mengetahui kuatnya hubungan antar variabel X dan Y sebagai

variabel bebas dan tak bebas.

Kalau X dan Y berkorelasi sangat kuat, analisis dilanjutkan dengan analisis

regresi yang bertujuan untuk :

a. Mengetahui besarnya pengaruh dari perubahan X terhadap Y kalau X naik

1 unit (satu satuan), berapa kali kenaikan Y.

Catatan :

Kita bisa mengatakan besarnya pengaruh X terhadap Y kalau X naik 1

unit, kalau variabel, selain X dikontrol (konstan), tak mempengaruhi Y,

misalnya dalam eksperimen, sebab yang mempengaruhi Y banyak faktor

bukan hanya X.

b. Memperkirakan/meramalkan nilai Y kalau variabel X yang berkorelasi

dengan Y sudah diketahui. (X sudah terjadi, merupakan kebijakan

pimpinan atau merupakan ramalan). Kalau X diketahui X0, berapa nilai

Y0?

Analisis korelasi dan regresi sangat penting bagi pimpinan, oleh karena pada

dasarnya setiap kebijakan (policy) dari pimpinan (baik perusahaan

swasta/BUMN/asing, maupun para pejabat pemerintah) pada dasarnya

dimaksudkan untuk melakukan perubahan (change) sesuai dengan keinginan atau

harapan.

Hubungan X dan Y positif kalau kenaikan/penurunan X diikuti dengan

kenaikan/penurunan Y, sedangkan hubungan negatif kalau kenaikan/penurunan X

diikuti penurunan/kenaikan Y.

Koefisien korelasi (r) merupakan suatu nilai untuk mengukur kuatnya

(23)

di mana

dan perkiraan dan berada diantara .

Kalau , X dan Y tidak berkolerasi

Kalau hubungan X dan Y lemah positif atau negatif

hubungan X dan Y cukup kuat positif atau negatif

hubungan X dan Y kuat positif atau negatif

hubungan X dan Y sangat kuat positif atau negatif

hubungan X dan Y sempurna positif atau negatif.

2.7.2 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (r2) merupakan sumbangan (share) dari X terhadap variasi

(naik turunnya) Y, tingkat variasi ditunjukkan oleh besarnya nilai varian Y.

Misalnya X = biaya promosi, Y = hasil penjualan. r = 0,9 dan r2 = (0,9)2 = 0,81

artinya sumbangan X (biaya promosi) terhadap variasi (naik turunnya) Y (hasil

penjualan) = 81%, sisanya 19% merupakan sumbangan faktor lain seperti harga,

daya beli, mutu barang, dan lain-lain.

2.8Analisis Multivariat

Masalah (problem) ialah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan atau

harapan. Setiap masalah yang timbul pasti ada faktor penyebab umumnya lebih

dari satu. Kalau masalah kita sebut sebagai variabel tak bebas Y dan faktor

penyebab sebagai variabel bebas X, maka oleh karena ada lebih dari satu X,

katakan ada k buah, maka kita tulis faktor penyebab : X1, X2, ... , Xi, ... , Xk. Artinya

Y disebabkan oleh X1, X2, ... , Xi, ... , Xk. Misalnya penjualan menurun disebabkan

karena biaya promosi, harga, mutu pelayanan, saingan produk impor.

Masing-masing faktor akan mempunyai pengaruh positif (menaikkan) atau negatif

(24)

pengaruh dari beberapa variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) kita

menggunakan metode ketergantungan/depedensi (depedency method).

Berbeda dengan yang disebutkan di atas, keingintahuan tentang sesuatu

dan memang belum tahu, juga merupakan masalah. Misalnya ingin menentukan

segmen pasar dengan membentuk kelompok (cluster) berdasarkan beberapa

atribut seperti penghasilan, kekayaan, pendidikan, daerah tempat tinggal,

kedudukan sosial, banyaknya mobil yang dimiliki, luas tanah yang dimiliki

dijadikan dua segmen pasar yaitu pelanggan kaya dan tidak kaya. Jadi, peran

peneliti membantu mencarikan faktor penyebab timbulnya masalah atau

membantu untuk mencarikan informasi yang diinginkan seperti profil pelanggan,

pengelompokkan pelanggan atau segmen pasar yang ideal untuk dilayani secara

tepat.

Berdasarkan dua alasan di atas, analisis multivariat bisa dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Analisis depedensi/ketergantungan (depedency methods), bertujuan untuk

menjelaskan atau meramalkan nilai variabel tak bebas berdasarkan lebih

dari satu variabel bebas yang mempengaruhinya (X1, X2, ... , Xi, ... , Xk dan

Y), kalau hanya melibatkan satu variabel bebas, analisis disebut analisis

bivariat ( X dan Y).

2. Analisis interdepedensi/saling ketergantungan (interdepedence methods),

bertujuan untuk memberikan arti (meaning) kepada suatu set variabel

(kelompok variabel) atau mengelompokkan suatu set variabel menjadi

kelompok yang lebih sedikit jumlahnya dan masing-masing kelompok

membentuk variabel baru yang disebut faktor (mereduksi jumlah variabel).

Perlu dijelaskan disini bahwa jenis skala yang dipergunakan untuk

mengukur variabel tak bebas (Y) dan variabel bebas (X) dan juga banyaknya

variabel tak bebas akan menetukan teknik analisis multivariat yang tepat. Dalam

analisis multivariat data non-metrik (kualitatif) untuk nominal dan ordinal

sedangkan data metrik (kuantitatif) untuk interval dan ratio (J. Supranto. 2010,

(25)

2.9Regresi Linier Berganda

Perlu diketahui bahwa faktor penyebab perubahan Y bukan hanya X akan tetapi

masih banyak faktor lainnya. Kalau kita ingin memperhitungkan pengaruh lebih

dari satu variabel bebas X, kita harus menggunakan analisis korelasi dan regresi

linier berganda.

Manfaat Analisis Regresi Linier Berganda secara ringkas sebagai berikut :

1. Dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel

bebas (yang tercakup dalam persamaan) terhadap variabel tak bebas, kalau

variabel bebas tersebut naik 1 unit, dan variabel lainnya (sisanya) tetap

dengan menggunakan nilai koefisien regresi parsial.

2. Dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel tak bebas Y, kalau

seluruh variabel bebasnya sudah diketahui nilainya dan semua koefisien

regresi parsial sudah dihitung.

Model regresi linier berganda sebagai berikut

Ada (k+1) variabel dalam persamaan

Satu variabel tak bebas Y

k variabel bebas X : X1, X2, ... , Xk

df = degrees of freedom = n – (k+1)

= banyaknya observasi (elemen sampel) dikurangi banyaknya variabel

dalam persamaan.

= kesalahan pengganggu (distrubance’s error) yaitu kesalahan yang

terjadi pada perkiraan/ramalan nilai Y disebabkan ada faktor lain

yang mempengaruhi Y akan tetapi tidak diperhitungkan (tidak

(26)

2.10 Structural Equation Modelling (SEM)

2.10.1 Sejarah SEM dan Pengertian

Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya teknik

ini dikenal dengan analisis jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis

structural equation modelling. Dari defenisi beberapa ahli menyebutkan

diantaranya, ”Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab

akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi

variabel bergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung

(Robert D. Rutherford 1993). Sementara itu, definisi lain mengatakan ”Analisis

jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan

untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikasi

(significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.”

(Paul Webley,1997). David Garson dari North Carolina State University

mendefenisikan analisis jalur sebagai ’model perluasan regresi yang digunakan

untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model

hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan

dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal

menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel

dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang

lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang

dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan

dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003).

Model persamaan struktural (SEM) meliputi seluruh model yang terkenal

dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel

analysis, confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis yang

merupakan salah satu nama program komputer.

Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua

karakteristik, yaitu

1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait

(27)

2. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat

(unobserved consepts) dalam hubungan–hubungan ini dan

memperhitungkan pengukuran kesalahan di dalam proses estimasi

2.10.2 Prinsip-Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya

ialah :

a. Adanya linieritas (Linierity). Hubungan antar variabel bersifat linier,:

b. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek interaksi

c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data

berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala

interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive

interval (MSI) terlebih dahulu

d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah

satu variabel dalam model

e. Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh

berkorelasi dengan semua variabel endogeneus dalam model. Jika

dilanggar maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk

mengestimasikan parameter-parameter jalur.

f. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh

terjadi pemutaran kembali (looping)

g. Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterprestasikan

koefisien-koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab

yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan

merefleksikan kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur

dan tidak akan dapat diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya

dengan akibat langsung dan tidak langsung.

h. Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang

maksimal, sebaiknya digunakan sampel di atas 100.

(28)

2.10.3 Konsep dan Istilah

Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar. Pada Gambar 2.1

Model Analisis Jalur (SEM) akan diterangkan konsep-konsep dan istilah dasar :

Gambar 2.1 Model Analisis Jalur SEM

1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas,

perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan

anak panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab

akibat antara variabel-variabel eksogenous atau perantara dengan satu variabel

tergantung atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan-kesalahan

(variabel residue) dengan semua variabel endogeneus masing-masing. Anak

panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel

eksogeneus.

2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan, meliputi pertama,

jalur-jalur arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua jalur-jalur-jalur-jalur

korelasi dari semua variabel endogeneus yang dikorelasikan dengan

vaiabel-variabel yang lain yang mempunyai anak panah anak panah menuju ke vaiabel-variabel

yang sudah ada tersebut.

3. Variabel eksogeneus. Variabel-variabel eksogeneus dalam suatu model jalur

ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau

dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada

(29)

bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel eksogeneus dikorelasikan

maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang

menghubungkan variabel-variabel tersebut.

4. Variabel endogeneus. Variabel endogeneus ialah variabel yang mempunyai

anak panah-anak panah menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang

termasuk didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung.

Variabel perantara endogeneus mempunyai anak panah yang menuju arahnya

dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun

variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya.

5. Koefisien jalur/pembobotan jalur. Koefisien jalur adalah koefisien regresi

standar atau disebut ”beta” yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu

variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu.

Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel

penyebab maka koefisien-koefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien

regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel terhadap

variabel lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua variabel

lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau

matriks korelasi sebagai masukan.

6. Variabel-variabel eksogeneus yang dikorelasikan. Jika semua variabel

eksogeneus dikorelasikan maka sebagai penanda hubungannya ialah anak

panah dengan dua kepala yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan

koefisien korelasinya.

7. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai

’gangguan’ atau ’residue’ mencerminkan adanya varian yang tidak dapat

diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah

dengan kesalahan pengukuran.

8. Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua

koefisien jalurnya.

9. Dekomposisi pengaruh. Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk

mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung

dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak

(30)

tertentu. Ini didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linier, pengaruh

penyebab total suatu variabel ’i’ terhadap variabel ’j’ adalah jumlah semua

nilai jalur dari ’i’ ke ’j’ .

2.10.4 Model Analisis Jalur

Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang

lebih rumit, di antaranya diterangkan dibawah ini :

2.10.4.1Model Regresi Berganda

Model pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda

dengan menggunakan dua variabel eksogeneous, yaitu X1 dan X2 dengan satu

variabel endogeneus Y. Model digambarkan pada Gambar 2.2. Bentuk model

regresi berganda sbb :

Gambar 2.2 Bentuk Model Regresi Berganda

2.10.4.2Model Mediasi

Model kedua adalah model mediasi atau perantara di mana variabel Y

memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model digambarkan, pada

Gambar 2.3. Bentuk model mediasi : X1

X2

(31)

Gambar 2.3 Bentuk Model Mediasi

2.10.4.3Model Kombinasi Pertama dan Kedua

Model ketiga ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu

variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak

langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan pada

Gambar 2.4. Model kombinasi pertama dan kedua :

Gambar 2.4 Model Kombinasi Pertama dan Kedua

2.10.4.4 Model Kompleks

Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1

secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung

mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1

model digambarkan pada Gambar 2.5. Bentuk model kompleks: Y

X2 X1

Y

(32)

Gambar 2.5 Bentuk Model Kompleks

2.10.4.5 Model Rekursif dan Non Rekursif

Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan

non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti

Gambar 2.6. Bentuk model rekursif dan non rekursif

Gambar 2.6 Bentuk Model Rekursif dan Non Rekursif

Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari

3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1

b. Hanya terdapat satu variabel eksogeneous, yaitu 1 dan tiga variabel

endogenuous, yaitu 2,3 dan 4. Masing-masing variabel endogeneous

diterangkan oleh variabel 1 dan error (e, e dan e ) Model non recursif Y1

X2

(33)

terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang terbalik

(looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab

akibat (reciprocal cause).

2.10.5 Persamaan Jalur SEM

2.10.5.1Persamaan Satu Jalur

Bentuk model yang mengandung unsur persamaan satu jalur adalah pada model

regresi berganda. Dimana hanya terdapat satu variabel endogeneus yang

disebabkan oleh beberapa variabel eksogeneus. Bentuk modelnya dapat dilihat

pada Gambar 2.7. Bentuk model persamaan satu jalur dalam SEM

Gambar 2.7 Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM

Keterangan:

a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus

b. Variabel Y adalah variabel endogeneus

(34)

2.10.5.2 Persamaan Dua Jalur

Dalam persamaan dua jalur model dikembangkan atas tiga variabel eksogeneus

dan 2 variabel endogeneus. Model persamaannya dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Bentuk Model persamaan dua jalur dalam SEM :

Gambar 2.8 Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM

Keterangan:

a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus

b. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus

Persamaannya adalah:

a. Y1=RY1 X1 + RY X2+ RY X3 + €1 (Pers. Substruktur 1)

b. Y2=RY2 X1 + RY2 X2+ RY2 X3 + €2 (Pers. Substruktur 2)

2.10.5.3 Persamaan Tiga Jalur

Dalam model persamaan tiga jalur, pada umumnya terdapat 2 variabel eksogeneus

murni, dan satu variabel eksogeneus perantara, dan terdapat 2 variabel

endogeneus. Bentuk model persamaan strukturalnya dapat dilihat secara lengkap

(35)

Gambar 2.9 Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM

Keterangan:

a. Variabel X1 dan X3 adalah variabel eksogeneus

b. Variabel X2 adalah variabel perantara

c. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus

Persamaannya adalah:

a. X2=R X2 X1 + R X2 X3 + €1 (Pers. Substruktur 1)

b. Y1=RY1 X1 + RY1X2+ €2 (Pers. Substruktur 2)

c. Y2=RY2 X3 + RY2 Y1+ €3 (Pers. Substruktur 3)

2.11 Metode Maximum Likelihood

Fungsi likelihood didefinisikan sebagai fungsi densitas peluang bersama dari n

variabel acak X1, ... , Xn yang dipandang sebagai fungsi θ.

Jika X1, ... , Xn sampel acak dengan fungsi densitas peluang f (x;θ) maka

fungsi likelihood L(θ) didefinisikan sebagai :

L(θ) = f (x1;θ) ... f (xn;θ)

Untuk mengilustrasikan metode maximum likelihood, kita mengasumsikan

(36)

parameter populasi, misalnya θ, yang harus ditentukan dengan menggunakan suatu statistik tertentu, kemudian fungsi kepadatan dapat dilambangkan sebagai f

(x;θ). Dengan mengasumsikan bahwa terdapat n pengamatan yang independen x1,

... , xn. Fungsi Likelihood untuk pengamatan-pengamatan ini adalah:

L(θ) = f (x1;θ). f (x2;θ)... f (xn;θ)

Estimator maximum likelihood dapat diperoleh dengan menentukan

turunan dari L terhadap θ dan menyatakannya sama dengan nol atau dapat ditulis

sebagai L (θ) = 0. Dalam hal ini akan lebih mudah untuk terlebih dahulu

menghitung logaritma dan kemudian menentukan turunannya:

ln L (θ) = 0.

(Lipschuts dan Schiller, 2005:166)

2.12 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah kemampuan indikator dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur. Validitas dinilai dengan cara menguji hipotesis H0 : = 0 lawan H1 :

, indikator dikatakan valid jika memiliki nilai hitung lebih besar dari

t-hitung pada taraf nyata , yaitu jika nilai t-hitung lebih besar dari 1,96.

Reliabilitas adalah ukuran yang berkaitan dengan kekonsistenan

indikator-indikator terhadap peubah laten yang diukurnya. Indikator secara bersama-sama

mengukur peubah latennya diukur reliabilitasnya dengan menggunakan reliabilitas

konstruk. Reliabilitas diukur melalui persamaan berikut :

Di mana :

k = jumlah peubah indikator yang mengukur peubah laten ke-j

(37)

= ragam galat pengukuran indikator ke-i

Semakin besar nilai reliabilitas konstruk maka akan semakin baik

indikator-indikator dalam mengukur peubah latennya. Nilai reliabilitas yang

disarankan adalah lebih besar dari 0.50 (Hair et al. 1998).

2.13 Evaluasi Kelayakan Model

Kelayakan model dapat dilihat dari berbagai ukuran kelayakan model, dalam

penelitian ini ukuran kelayak model yang digunakan adalah :

1. Chi-kuadrat

Nilai chi-kuadrat yang diperoleh relatif besar terhadap derajat bebas,

mengindikasikan bahwa matriks hasil dugaan model tidak sesuai dengan

matriks data. Sebaliknya chi-kuadrat yang relatif kecil terhadap derajat

bebas, mengindikasikan bahwa matriks hasil dugaan model sesuai dengan

matriks data. Ada beberapa kelemahan dalam uji chi-kuadrat yaitu

tergantung pada asumsi kenormalan ganda, untuk memperoleh kecocokan

yang lebih baik diperlukan model yang lebih kompleks, sensitif terhadap

ukuran contoh (Mueller, 1996, dalam Wijanto, 2008).

2. Root Mean Square Residual (RMR)

Nilai RMR menunjukkan rata-rata sisaan koragam atau sisaan korelasi

(Bollen, 1989). Formula bagi RMR adalah :

di mana ∑ adalah koragam populasi dan ∑(θ) adalah koragam model. Nilai

RMR yang lebih kecil atau sama dengan 0,05 mengindikasikan bahwa

model tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan

model struktural dengan matriks data asal.

3. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Nilai RMSEA merupakan ukuran ketidakcocokan model berdasarkan

(38)

Model dengan nilai RMSEA lebih besar dari 0,10 mengindikasikan bahwa

model tersebut tidak baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan

model struktural dengan matriks data asal ( McCallum, 1996, dalam

Wijanto, 2008).

4. Goodness-of-Fit Index (GFI)

Nilai GFI mempresentasikan persen keragaman data yang dapat

diterangkan oleh model. Formula GFI untuk metode maximum likelihood

adalah :

Model nilai GFI lebih besar daripada 0,90 mengindikasikan bahwa model

tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan model

struktural dengan matriks data asal (Sharma 1996).

5. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)

Nilai AGFI merupakan modifikasi dari nilai GFI dengan mengakomodasi

derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Formula bagi

AGFI adalah :

Model dengan nilai AGFI lebih besar dari 0,80 mengindikasikan bahwa

model tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan

(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan

yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan

merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui

dengan cermat.

3.1 Merumuskan Masalah

Langkah awal pada penelitian ini adalah merumuskan masalah. Masalah yang

dirumuskan berdasarkan pendahuluan yaitu apakah construct dalam penelitian ini

yang paling berpengaruh untuk membentuk loyalitas konsumen dan bagaimana

model persamaan struktural terbaik yang diperoleh untuk menggambarkan

loyalitas. Adapun data yang digunakan dalam proses analisis adalah data primer

dengan penyebaran kuesioner kepada Pelanggan CA Perfumerry.

3.2 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan,

mengkaji dan menganalisis Model Persamaan Struktural. Penelusuran

referensi ini bersumber dari buku, jurnal maupun penelitian yang

telah ada sebelumnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

metode yang dipakai.

3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lima toko cabang parfum CA Perfumerry yang

memiliki omset terbanyak diantara 14 cabang CA Perfumerry di Medan dengan

rincian sebagai berikut :

1. Plaza Medan Fair Lt 2 no. 99

(40)

3. Jl. Gaperta

4. Jl. Karya Sei Agul

5. Plaza Medan Fair lt 3

Penelitian dilakukan selama 3 minggu dimulai pada tanggal 21 April 2014

sampai tanggal 12 Mei 2014.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Pelanggan parfum di lima toko cabang CA

Perfumerry di Medan yang membeli parfum untuk dirinya sendiri, minimal

pembelian 2 x. Unit analisis penelitian ini adalah pelanggan yang berjenis kelamin

perempuan. Hal ini dilakukan karena diperkirakan kelompok pelanggan ini

bersifat netral dikarenakan karyawan-karyawan toko CA Perfumerry adalah

perempuan. Sehingga mampu menjawab pertanyaan survey dengan objektif.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung

dengan individu responden. Kuisioner yang digunakan diukur dengan skala likert

berskala lima yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Pengambilan contoh dilakukan ketika pembeli telah membeli parfum di

masing-masing lima toko yang dipilih berdasarkan kriteria awal dan pembeli yang terpilih

sebagai responden adalah pembeli yang telah sering membeli parfum di CA

Perfumerry. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah

non probability sampling/non random sampling, dengan teknik yang digunakan

adalah purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil dari anggota populasi

yaitu 100 orang pelanggan yang membeli parfum di lima toko cabang CA

Perfumerry di Medan selama periode pengumpulan data. Hait et al (1998)

menyarankan bahwa ukuran contoh minimum yaitu sebanyak 5 observasi untuk

setiap peubah indikator dan untuk ukuran contoh yang disarankan jika

menggunakan metode maximum likelihood adalah antara 100-200.

(41)

Setelah mendapatkan data yang dimaksud, selanjutnya dilakukan

pembahasan secara teoritis mengenai metode yang digunakan dalam

penelitian berdasarkan hasil studi literatur. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana metode yang digunakan dalam kajian

teorinya sebelum digunakan dalam penelitian.

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas dalam penelitian kali ini adalah persepsi konsumen yang terdiri

dari empat indikator yaitu :

1) Harga (X1)

2) Citra (X2)

3) Tahap Pelayanan (X3)

4) Momen Pelayanan (X4).

2. Variabel Tak Bebas (Dependent)

Variabel tak bebas dalam penelitian ini ada empat yaitu :

A. Nilai Produk, yang terdiri dari lima indikator yaitu :

1) Nilai Fungsi (X5)

2) Nilai Sosial (X6)

3) Nilai Epistem (X7)

4) Nilai Emosi (X8)

5) Nilai Kondisi (X9)

B. Daya Saing, yang terdiri dari dua indikator yaitu :

1) Keunikan (X10)

2) Kualitas (X11)

C. Kepuasan Konsumen, yang terdiri dari lima indikator yaitu :

1) Keandalan (X12)

2) Daya Tanggap (X13)

(42)

4) Empati (X15)

5) Kasat Mata (X16)

D. Loyalitas Konsumen, yang terdiri dari empat indikator yaitu :

1) Hubungan (X17)

2) Retensi (X18)

3) Rekomendasi (X19)

4) Perubahan (X20)

3.5Analisis dan Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan Structural Equation

Modelling (SEM) dengan metode confirmatory analysis (CFA). CFA adalah

model pengukuran dimana variabel-variabel teramati (indikator-indikator)

merefleksikan satu variabel laten tertentu (latent dimension).

Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM, yaitu:

1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM. Model ini adalah suatu

model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan antar dimensi atau

variabel.

2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang telah dibentuk

berdasarkan dasar teori.

3. Membagi path diagram tersebut menjadi suatu set dari model pengukuran

(measurement model) dan model structural (structural model).

4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan.

5. Menguji Unidimensionalitas Masing-masing Konstruk dengan Konfirmatori

Analisis Faktor.

6. Mengestimasi Persamaan Full Model.

7. Menguji Evaluasi Asumsi Model Struktural.

(43)

Pada tahap akhir dari penelitian ini ditarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil

pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya

akan diberikan saran-saran yang dianggap penting dan mungkin untuk

ditindaklanjuti baik untuk kepentingan praktisi maupun untuk penyempurnaan

(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

Untuk menentukan hubungan variabel yang berpengaruh terhadap pembentukan

loyalitas konsumen CA Perfumerry, maka dapat ditentukan dengan jalur SEM

berdasarkan setiap tahapan-tahapan berikut:

4.1.1 Pengembangan Model Berbasis Teori

Berdasarkan pada kajian teori yang ada dan hasil-hasil penelitian sebelumnya,

diajukan model hubungan antar konstruk seperti dibawah ini :

Gambar 4.1 Model Kerangka Teoritis

Persepsi

Nilai Produk

(45)

Adapun indikator-indikator dari konstruk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.1 Indikator-indikator dari Konstruk

Konstruk Indikator Konstruk Kode

1. Persepsi 1. Harga

4. Kepuasan 1.Keandalan 2.Daya Tanggap

5. Loyalitas 1. Hubungan 2. Retensi

Sampel dari penelitian ini adalah pelanggan CA Perfumerry yang membeli di lima

toko cabang CA Perfumerry di Medan dengan kriteria berjenis kelamin

perempuan. Jumlah responden yang mengisi kuisioner ada 100 orang dan tabulasi

(46)

4.1.2 Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan

Kausalitas

Berdasarkan dari kajian teori yang ada dibuat gambar diagram jalur hubungan

kausalitas antar konstruk beserta indkatornya. Gambar hubungan antar konstruk

dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Hubungan Kausalitas

4.1.3 Konversi Diagram Jalur ke dalam Serangkaian Persamaan

Struktural dan Spesifikasi Model Pengukuran

Persamaan struktural dari model diagram jalur dinyatakan sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

(47)

Konstruk Endogen Nilai Produk

Konstruk Endogen Daya Saing

Konstruk Endogen Kepuasan

Konstruk Endogen Loyalitas

(48)

Model persamaan struktural mengakomodasi input matriks dalam bentuk

covariance atau korelasi. Untuk analisis faktor konfirmatori kedua jenis input

matriks ini dapat digunakan. Namun demikian karena tujuannya adalah

mengeksplorasi pola saling hubungan (interrelationship), maka input matriks

dalam bentuk korelasi yang digunakan. Program AMOS akan mengkonversikan

dari data mentah ke bentuk kovarian atau korelasi lebih dahulu sebagai input

analisis. Kemudian untuk estimasi dipilih estimasi Maximum Likelihood (ML)

untuk mengestimasi data yang sudah diinput. Estimasi Maximum Likelihood (ML)

dipilih karena dengan model estimasi Maximum Likelihood (ML) minimum

diperlukan 100 buah sampel. Ketika sampel dinaikkan di atas nilai 100, metode

Maximum Likelihood (ML) meningkat sensitivitasnya untuk mendetekasi

perbedaan antar data. Begitu sampel menjadi besar, maka metode Maximum

Likelihood (ML) menjadi angat sensitive dan selalu menghasilkan perbedaan

secara signifikan sehingga ukuran Goodness of Fit menjadi jelek. Jadi dapat

direkomendasikan bahwa ukuran sampel antara 100 sampai 200 harus digunakan

unutk metode estimasi Maximum Likelihood (ML).

4.1.5 Menguji Unidimensionalitas Masing-masing Konstruk dengan

Konfimatori Analisis Faktor

Analisis Konfirmatori dilakukan antar variabel eksogen dan antar variabel

endogen. Pada model hanya ada satu variabel eksogen yaitu Persepsi. Sedangkan

memiliki 4 variabel endogen yaitu Nilai Produk, Daya Saing, Kepuasan dan

Loyalitas.

4.1.5.1Uji Konfirmatori Konstruk Eksogen Persepsi

(49)

Gambar 4.3 Perserpsi Konsumen

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 14 Number of distinct parameters to be estimated: 12 Degrees of freedom (14 - 12): 2

Result (Default model)

Minimum was achieved Chi-square = 1,881 Degrees of freedom = 2 Probability level = ,390

Tabel 4.2 Regression Weights: Konstruk Eksogen

Estimate S.E. C.R. P Label X4 <--- Persepsi 1,000

(50)

Tabel 4.3 Standardized Regression Weights: Konstruk Eksogen

Estimate X4 <--- Persepsi ,934 X3 <--- Persepsi ,737 X2 <--- Persepsi ,629 X1 <--- Persepsi ,586

Tabel 4.4 Ukuran Kebaikan Model Persamaan Struktural pada Konstruk Eksogen

Kriteria Pengujian Nilai yang disarankan Hasil Uji χ2

Nilai p ≥ 0,05 1,881

(Nilai p=0,390)

RMSEA ≤ 0,10 0,000

TLI ≥ 0,90 1,003

GFI ≥ 0,90 0,901

AGFI ≥ 0,80 0,810

Berdasarkan ukuran kebaikan model untuk konstruk eksogen yang

disajikan pada Tabel 4.4, menunjukkan bahwa model yang diperoleh untuk

konstruk ini merupakan model yang sangat baik. Hal ini berdasarkan ukuran

kebaikan model RMSEA, TLI, GFI, AGFI yang sesuai dengan nilai yang

disarankan. Nilai loading faktor semua sudah signifikan dan semua memiliki nilai

loading diatas 0,50 jadi sudah memenuhi convergen validity.

4.1.5.2Uji Konfirmatori antar Konstruk Endogen Nilai Produk, Daya Saing,

Kepuasan dan Loyalitas

Keempat variabel endogen ini saling kita kovariankan dan berikut ini disajikan

hasil pengolahan uji konfirmatori antar konstruk Nilai Produk, Daya Saing,

(51)

Gambar 4.4 Hasil Uji Konfirmatori Konstruk Endogen

Result (Default model)

Minimum was achieved

Chi-square = 196,303

Degrees of freedom = 98

(52)

Tabel 4.5 Regression Weights: Konstruk Endogen

Tabel 4.6 Standardized Regression Weights: Konstruk Endogen

(53)

Hasil uji Chi-squares menunjukkan nilai 196,303 dengan probabilitas p = 0,000

hal ini dapat diartikan bahwa model tidak fit. Kriteria fit lainnya seperti GFI,

AGFI, TLI, dan RMSEA juga memberikan nilai yang tidak fit. Untuk itu perlu

dilihat nilai convergent validity dari indikator-indikator pembentuk konstruk

laten. Dilihat dari nilai standardized loading factor apakah ada yang nilainya

dibawah 0,50. Nilai loading factor dibawah 0,50 kita drop dari analisis karena

dianggap tidak valid mengukur konstruk latennya. Dalam hal ini yang harus

didrop adalah Y2, Y1. Model dire-estimasi kembali dengan hasil seperti dibawah

ini ;

(54)

Tabel 4.7 Regression Weights: Modifikasi Konstruk Endogen

Tabel 4.8 Standardized Regression Weights: Modifikasi Konstruk Endogen

Estimate

Hasil nilai Chi-squares 140,851 dengan probabilitas p=0,000 menunjukkan bahwa

(55)

sesuai dengan yang direkomendasikan. Nilai loading faktor semua sudah

signifikan dan semua memiliki nilai loading diatas 0,50.

4.1.6 Estimasi Persamaan Full Model

Setelah dilakukan analisis konfirmatori langkah selanjutnya adalah melakukan

estimasi model model full struktural yang hanya memasukkan indikator yang

telah diuji dengan konfirmatori. Berikut ini tampilannya :

Gambar 4.6 Hasil Analisis Full Model Persamaan Struktural

Model persamaan struktural ini ternyata telah memenuhi kriteria model fit yang

ditunjukkan dengan nilai Chi-squares = 240,396 dengan probabilitas p=0,000.

(56)

nilainya sesuai dengan ketentuan yang diberikan begitu juga nilai standardized

loading faktor yang nilainya tidak ada yang dibawah nilai 0,50

4.1.7 Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural

1. Normalitas Data

Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio

skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikan 0,01. Data dapat

disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value

dibawah harga mutlak 2,58. Hasil output normalitas data dapat terlihat dibawah

ini ;

Tabel 4.9 Assessment of normality

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

Multivariate 74,868 13,951

Dari nilai critical ratio skewness value semua indikator menunjukkan distribusi

(57)

2. Evaluasi Outlier

Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim, bail untuk sebuah variabel tunggal ataupun

variabel-variabel kombinasi (Hair et al, 1998). Deteksi terhadap multivariat outliers

dilakukan dengan memperhatikan nilai mahalanobis distance. Kriteria yang

digunakan adalah berdasarkan nilai Chi-squares pada derajat kebebasan (degreee

of freedom) 20 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikan p<0.001.

Nilai 20 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikan p<0.001. Nilai

Mahalonabis distance . hal ini berarti semua kasus yang

mempunyai mahalonobis distance yang lebih besar dari 45.32 adalah multivariat

outliers. Berikut ini hasil output mahalanobis distance dari program AMOS ;

Tabel 4.10 Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

(58)
(59)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

Angka-angka pada tabel di atas menunjukkkan seberapa jauh jarak sebuah data

dari titik pusat tertentu, jarak tersebut diukur dengan metode Mahalanobis.

Semakin jauh jarak sebuah data dengan titik pusat (centroid), semakin ada

kemungkinan data masuk dalam kategori outlier, atau data yang sangat berbeda

(60)

Mahalanobis Distance, dari yang terbesar sampai terkecil. Sebuah data termasuk

outlier jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,001. Pada data di

atas, angka diurutkan mulai dari nomor data yang mempunyai jarak terbesar. Dari

100 data, data nomor 24 dapat dianggap data outlier, karena pada kolom p1 dan

p2 mempunyai nilai yang kurang dari 0,001. Jika data mempunyai angka yang

sudah di atas 0,001, maka dapat dianggap bukan outlier. Selain itu, data nomor 24

mempunyai nilai diatas 45.32 sehingga dianggap multivariat outliers.

3. Estimasi nilai parameter

Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dapat dilihat dari hasil koefisien

standardized regression. Hasil output estimasi dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 4.11 Regression Weights: Persamaan Full Model

(61)

Estimate S.E. C.R. P Label Y13 <--- Loyalitas ,766 ,156 4,896 *** par_11 Y4 <--- Nilai Produk 1,000

Y3 <--- Nilai Produk ,883 ,175 5,052 *** par_15 Y5 <--- Nilai Produk 1,174 ,193 6,071 *** par_22

Tabel 4.12 Standardized Regression Weights: Persamaan Full Model

Estimate

(62)

4. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah

variabel bentukan yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing

indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Terdapat

dua cara yang dapat digunakan, yaitu composite (construct) reliability dan

variance extracted. Cut-off value dari construct reliability adalah minimal 0,70

sedangkan cut-off value untuk variance extraced minimal 0,50.

Composite reliability didapat dengan rumus :

1. Standardized loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk

tiap-tiap indikator

2. adalah measurement erroe = 1 – (standardized loading)2

Sum standardized loading untuk :

(63)

Perhitungan Reliabilitas

Reliabilitas untuk masing-masing konstruk terlihat Daya Saing dan Nilai produk

memiliki nilai dibawah cut-off value 0,70.

5. Variance Extraced

Variance Extraced memperlihatkan jumlah varians dari indikator-indikator yang

diekstraksi oleh variabel bentukan yang dikembangkan. Nilai variance extraced

yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator itu telah mewakili secara baik

variabel bentukan yang dikembangkan. Besarnya nilai variance extraced dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

(64)

Perhitungan Variance Extraced

Hasil perhitungan variance extraced menunjukkan bahwa semua konstruk

memnuhi syarat cut-off value minimal 0,50, kecuali untuk konstruk loyalitas dan

nilai produk dengan nilai variance dibawah 0,50.

4.1.8 Interpretasi Model

Hubungan antar variabel model dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Hubungan Antar Variabel

Hubungan Antar Variabel Nilai Hubungan

Keterangan

Persepsi dan X1 0,610 Pengaruh persepsi terhadap X1 kuat

Persepsi dan X2 0,633 Pengaruh persepsi terhadap X2 kuat

Persepsi dan X3 0,767 Pengaruh persepsi terhadap X3 sangat kuat

Persepsi dan X4 0,894 Pengaruh persepsi terhadap X4 sangatkuat

Nilai Produk dan Y3 0,578 Pengaruh Nilai Produk terhadap Y3 cukup

kuat

Nilai Produk dan Y4 0,640 Pengaruh Nilai Produk terhadap Y4 kuat

Nilai Produk dan Y5 0,891 Pengaruh Nilai Produk terhadap Y5 sangat

Gambar

Gambar 2.1 Model Analisis Jalur SEM
Gambar 2.2 Bentuk Model Regresi Berganda
Gambar 2.3 Bentuk Model Mediasi
Gambar 2.6 Bentuk Model Rekursif dan Non Rekursif
+7

Referensi

Dokumen terkait