TUGAS AKHIR
PENGARUH PEMASANGAN REAKTOR SHUNT
TERHADAP TEGANGAN TRANSIEN AKIBAT PELEPASAN BEBAN DI GARDU INDUK 275 KV PANGKALAN SUSU-BINJAI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik
Oleh :
DEDY WIDYA SITINDAON NIM : 110402024
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FEF{GA}AUg FE&{ASASSA}T REAKTOR,Sg{r/Afir
T'SRKA5.}AP T'KSAA{#AN T.R.&ftSgE.N AKISAT PSLEPASAFI ESEAN
&F GAKF$ XH*T]]K 3?5 KV FASGKAT"AIq SUS{I-EIF{JAI
Gleh:
g$e*ryIp?'e*wglp&$?S
S&3:11S4S?S24
?ugas Akhir ini dia.!rit<*n untuk mei**gkapi saiah satu qyarat
untuk memperaletr gelar $arja*a Tek$ifu
Fada
PEFARTSIbfEFT TH,KFfiK ELAKTRO
FAK{IT,TAS
TSKNK
{JF{TVERSTTAS SUMAT$RA TITAR{
Bffi$_4,Iq
sidang pada t*nggal 2 lrulan Desemb*r tahun z0l5 di depan pengnji :
l.
In Zarlknmaaen
F*nq fuF"€"2.
trn $yahruwnrdi: Ke€Eea P*nguji
: Amggofa Pengrrji
Disetnjui oleh :
Pernbirnbing T*gas Akhtr,
%
Lz-.Er Riswsr! Diryri.Ih€.T
(
_____
IrtIP: 19S1{}484t9ffi €. e SWI
f;{f
l--dl#
\"i\.i{*,n
\t
*\i--\3>D;'
PENGARTII{ PEMASANGAI{ REAKTOR SHTINT
TERHADAP TEGAFIGAN TRANSXEN AKMAT PELEPASAI\I BEBA}I
DI GARI}U INDUK 275 KV PAITGK.4.I.AIV SUSU.BINJAI
*{ch:
DEDY lVnpYA SITTnmIAON
NIhf:110402S24
Tugas Akhir ini diajukan untuk rnelengkapi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarj*na Teknik
pada
NruTARTEMEN TEKNIK SLEKTRO
FAK{'LTAS TEKNIK
UNTVSRSTTAS STJMAT]ERA UTAITA
MEE}A}{
Sidang pada tanggal2 bulan Oktober tahun 20lS di depan penguji :
1.
KetuaFengnji
; Ir. Zulkamaea pane, M.T.2.
AnggotaPenguji
: trr. SyahrawardiDisettliui oleh :
Pennbimbing Tugas Akhir,
.-1-'q€r^"*.--f-V
(Ir. Riswan Dinzi,ftd"T.
FIIP : 196104{M1988111@1
%ry
r=8"L-={
-
\ ru'rtrDEfABSTRAK
Salah satu permasalahan yang timbul pada saluran transmisi tegangan
ekstra tinggi (200-500kV) adalah tegangan lebih transien yang terjadi pada saat
operasi hubung buka atau biasa disebut pelepasan beban. Tegangan lebih ini perlu
diperhatikan dalam perencanaan sistem transmisi agar tidak merusak peralatan.
Salah satu upaya untuk mengontrol tegangan lebih ini adalah dengan menggunakan
salah satu kompensator saluran, yaitu reaktor shunt. Reaktor shunt dipasang pada
sisi penerima saluran transmisi.
Pada Tugas Akhir ini, akan mempelajari pengaruh pemasangan reaktor shunt
terhadap kenaikan tegangan yang terjadi pada ujung penerima saluran transmisi
akibat pelepasan beban pada penyulang. Penelitian dilakukan di SUTET 275 kV
Pangkalan Susu-Binjai. Tegangan lebih diamati pada bus sisi penerima 275 kV
yang berada di GI 275 kV Binjai dan pelepasan beban dilakukan pada penyulang 20
kV di GI 150 kV Binjai dengan tahapan 10% - 100%, dengan kenaikan 10% tiap
tahapannya. Simulasi dilakukan pada perangkat lunak ETAP 11.0 dengan
memanfaatkan fitur Tansient Stability Analysis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
pemasangan reaktor shunt pada Tragi Binjai mampu menurunkan tegangan lebih
sebesar 3,613%.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
PENGARUH PEMASANGAN REAKTOR SHUNT
TERHADAP TEGANGAN TRANSIEN AKIBAT PELEPASAN BEBAN DI GARDU INDUK 275 kV PANGKALAN SUSU-BINJAI
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah
membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya dan
juga kepada kedua adik penulis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1 Bapak Ir. Riswan Dinzi, M.T selaku Dosen Pembimbing, Bapak
Ir. Zulkarnaen Pane, M.T dan Bapak Ir. Syahrawardi selaku Dosen
Penguji penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan
2 Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku dosen wali penulis
yang banyak memberikan masukan dan pengarahan selama
perkuliahan.
3 Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST,
MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik dan seluruh staf pengajar.
4 Kedua orang tua tercinta, Ir. Bernat Tindaon dan Juniar Simanjuntak
yang memberikan segenap dukungan doa, daya dan dana kepada
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
5 Kedua adik tersayang, Rani dan Dian yang mengisi keceriaan
penulis selama perkuliahan, sahabat bercanda, sahabat bersedih,
sahabat berjuang membangun keluarga tercinta bersama.
6 Sahabat-sahabat seperjuangan penulis : Youki, Sandro, Yudha, Ari,
Riandi, Mian. Teman sepermainan saat memulai perkuliahan di
semester awal, mengisi suka-duka perkuliahan, teman liburan
bersama, teman Kerja Praktek hingga menjadi sahabat dan
mengakhiri perkuliahan bersama.
7 Teman-teman satu stambuk 2011 yang banyak membantu penulis
dalam perkuliahan : Memory, Winner, Anriadi, Guntur, Anry, Tony,
Hans, dan teman-teman elektro semuanya.
8 Sahabat-sahabat Sion Ministry yang telah mendoakan penulis : Bg
Johnris Samosir, Kak Sarah, Daniel, Bg Robert, adik-adik PA,
teman sedivisi dan seluruh pekerja. Terima kasih atas pembentukan
9 Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bertujuan untuk
menyempurnakan dan memperkaya kajian Tugas Akhir ini. Akhir kata
penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Manfaat ... 3
1.6 Metode Penelitian ... 3
1.7 Langkah-langkah Penelitian ... 4
2. SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK ... 6
2.1 Pengertian Umum Saluran Transmisi ... 6
2.2 Karakteristik Listrik Dari Saluran Transmisi ... 7
2.2.1 Resistansi ... 7
2.2.2 Induktansi ... 9
2.2.3 Kapasitansi ... 12
2.3 Karakteristik Penyaluran Daya... 16
2.3.1 Saluran Transmisi Jarak Pendek ... 16
2.3.2 Saluran Transmisi Jarak Menengah ... 17
2.3.3 Saluran Transmisi Jarak Jauh ... 19
2.4 Studi Aliran Daya Sistem Tenaga Listriik ... 19
2.5 Profil Arus dan Tegangan Saluran Transmisi Pada Saat Beban Nol... 23
2.6Hubungan Daya Reaktif dengan Profil Tegangan ... 25
2.7.1 Analisis Transien : Gelombang Berjalan ... 26
2.7.2 Analisi Transien : Gelombang Pantul ... 29
2.8 Efek Feranti Pada Saluran Transmisi ... 31
2.9 Arus Pengisian ... 33
3. PENGARUH PEMASANGAN REAKTOR SHUNT PADA SALURAN TRANSMISI ... 34
3.1 Kompensasi Saluran Transmisi ... 34
3.2 Pengaruh Pemasangan Reaktor Shunt Terhadap Daya Reaktif ... 35
3.3 Profil Tegangan Sepanjang Saluran Dengan Kompensator Reaktor Shunt ... 35
3.5 Persamaan untuk Menentukan Rating Reaktor Shunt ... 36
4. PERANCANGAN SIMULASI PELEPASAN BEBAN... 38
4.1 ETAP (Electrical Transient Analysis Program) ... 38
4.2 Sistem Tenaga Listrik Tragi Binjai PT PLN (Persero)... 39
4.3 Variabel Masukan dan Keluaran Simulasi ... 42
4.3.1 Variabel Masukan Peralatan ... 42
4.3.2 Perhitungan Jumlah Beban ... 44
4.3.3 Variabel yang Diamati ... 45
4.3.4 Prosedur Penelitian ... 46
5. SIMULASI DAN ANALISA ... 47
5.1 Skenario Pelepasan Beban ... 47
5.2 Menjalankan Simulasi ... 49
5.3 Hasil Simulasi ... 50
5.4 Analisa Data ... 73
5.4.1 Simulasi Pelepasan Beban Tanpa Reaktor Shunt ... 73
5.4.2 Simulasi Pelepasan Beban Dengan Reaktor Shunt ... 76
5.5 Menentukan cara menghitung Rating Reaktor Shunt yang Efisien Sesuai dengan Parameter Transmisi ... 82
5.6Analisis Manfaat PemasanganReaktor Shunt dengan Kapasitas 59,5 MVAR di GI 275 kB Binjai ... 86
6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
6.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1 PLTU 2 SUMATERA UTARA 2X220 MW MEDAN
INSPECTION REPORT
LAMPIRAN 2 EQUIPMENT BASIC TECHNICAL PARAMETER
PLTU PANGKALAN SUSU
LAMPIRAN 3 DATA BEBAN HARIAN PENYULANG GI BINJAI
TANGGAL 1-7 JULI 2015 UPT SUMABGUT, TRAGI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ... Siklus Transposisi ... 12
Gambar 2.2 ... Metode Muatan Bayangan ... 15
Gambar 2.3 ... Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak Pendel .. 16
Gambar 2.4a ... Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak ... Menengah Rangkaian T ... 18
Gambar 2.4b ... Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak ... Menengah Rangkaian ... 18
Gambar 2.5 ... Fasor-fasor Persamaan (2.20) Dilukis Dalam Bidang ... Kompleks ... 20
Gambar 2.6 ... Diagram Daya yang Diperoleh dengan Menggeser Titik ... Asal Sumbu Koordinat pada Gambar 2.5 ... 22
Gambar 3.1 ... Profil Tengangan Sepanjang Saluran dengan Kompensasi ... Reaktor Shunt ... 36
Gambar 3.2 ... Rangkaian Pengganti Saluran Transmisi Setelah Dipasang Reaktor Shunt ... 37
Gambar 4.1a ... Single Line Diagram GI 275 kV Binjai ... 40
Gambar 4.1b ... Single Line Diagram GI 150 kV Binjai ... 41
Gambar 4.2 ... Menara SUTET 275kV Pangkalan Susu-Binjai ... 44
Gambar 4.3 ... Diagram Alir Penelitian ... 46
Gambar 5.1 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 10% tanpa Reaktor Shunt ... 51
Gambar 5.2 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 20% tanpa Reaktor Shunt ... 52
Gambar 5.3 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 30% tanpa Reaktor Shunt ... 53
Gambar 5.4 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 40% tanpa Reaktor Shunt ... 54
Gambar 5.5 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 50% tanpa Reaktor Shunt ... 55
Gambar 5.6 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 60% tanpa Reaktor Shunt ... 56
Gambar 5.7 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 70% tanpa Reaktor Shunt ... 57
Gambar 5.8 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 80% tanpa Reaktor Shunt ... 58
Gambar 5.9 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 90% tanpa Reaktor Shunt ... 59
Gambar 5.10 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 100% tanpa Reaktor Shunt ... 60
Gambar 5.11 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 10% dengan Reaktor Shunt ... 61
Gambar 5.13 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 30% dengan Reaktor Shunt ... 63
Gambar 5.14 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 40% dengan Reaktor Shunt ... 64
Gambar 5.15 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 50% dengan Reaktor Shunt ... 65
Gambar 5.16 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 60% dengan Reaktor Shunt ... 66
Gambar 5.17 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 70% dengan Reaktor Shunt ... 67
Gambar 5.18 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 80% dengan Reaktor Shunt ... 68
Gambar 5.19 ... Kurva V-t Pelepasan Beban 90% dengan Reaktor Shunt ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ... Nilai Parameter Generator di PLTU Pangkalan Susu ... 42
Tabel 4.2 ... Data Kapasitas Transformator yang Terpasang pada Sistem
... Tenaga Listrik Pangkalan Susu-Binjai ... 43
Tabel 4.3 ... Saluran Transmisi SUTET 275kV Pangkalan Susu-Binjai ... 43
Tabel 4.4 ... Data Beban Penyulang di GI 150 kV Binjai ... 45
Tabel 5.1 ... Skenario Pelepasan Beban Untuk Simulai Transient Stability
... ETAP 11.0 ... 48
Tabel 5.2 ... Hasil Simulasi Pelepasan Beban, Sistem Tidak Terpasang
... Reaktor Shunt (1 pu = 275 kV) ... 71
Tabel 5.3 ... Hasil Simulasi Pelepasan Beban, Sistem Terpasang dengan
... Reaktor Shunt (1 pu = 275 kV) ... 71
Tabel 5.4 ... Hasil Simulasi Pelepasan Beban tanpa Reaktor Shunt ... 72
Tabel 5.5 ... Hasil Simulasi Pelepasan Beban dengan Reaktor Shunt ... 72
Tabel 5.6 ... Besar Tegangan Lebih Transien pada Saat Pelepasan Beban
... Di Tragi Binjai Tanpa Reaktor Shunt ... 80
Tabel 5.7 ... Besar Tegangan Lebih Transien pada Saat Pelepasan Beban di
... Tragi Binjai dengan Terpasang Reaktor Shunt ... 81
Tabel 5.8 ... Persentase Penurunan Kenaikan Tegangan Lebih Akibat
... Pemasangan Reaktor Shunt ... 82
Tabel 5.9 ... Besar Tegangan Lebih Transien pada Saat Pelepasan Beban di
Tragi Binjai dengan Terpasang Reaktor Shunt 38,5 MVAR . 86
Tabel 5.10 ... Perbandingan Nilai Tegangan Lebih yang Timbul Saat Pelepasan
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang timbul pada saluran transmisi tegangan
ekstra tinggi (200-500kV) adalah tegangan lebih transien yang terjadi pada saat
operasi hubung buka atau biasa disebut pelepasan beban. Tegangan lebih ini perlu
diperhatikan dalam perencanaan sistem transmisi agar tidak merusak peralatan.
Salah satu upaya untuk mengontrol tegangan lebih ini adalah dengan menggunakan
salah satu kompensator saluran, yaitu reaktor shunt. Reaktor shunt dipasang pada
sisi penerima saluran transmisi.
Pada Tugas Akhir ini, akan mempelajari pengaruh pemasangan reaktor shunt
terhadap kenaikan tegangan yang terjadi pada ujung penerima saluran transmisi
akibat pelepasan beban pada penyulang. Penelitian dilakukan di SUTET 275 kV
Pangkalan Susu-Binjai. Tegangan lebih diamati pada bus sisi penerima 275 kV
yang berada di GI 275 kV Binjai dan pelepasan beban dilakukan pada penyulang 20
kV di GI 150 kV Binjai dengan tahapan 10% - 100%, dengan kenaikan 10% tiap
tahapannya. Simulasi dilakukan pada perangkat lunak ETAP 11.0 dengan
memanfaatkan fitur Tansient Stability Analysis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
pemasangan reaktor shunt pada Tragi Binjai mampu menurunkan tegangan lebih
sebesar 3,613%.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat terjadi pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik dapat
menimbulkan tegangan lebih transien. Apabila suatu sistem tenaga listrik tidak
mampu menyuplai penuh daya pada saat beban puncak, maka pelepasan beban
tidak dapat dihindarkan agar pembangkit yang bekerja tidak mengalami beban
lebih (overload).
Untuk saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (200-500kV) perlu juga
dipertimbangkan tegangan lebih yang diakibatkan efek feranti. Efek feranti
adalah suatu kondisi dimana tegangan pada sisi penerima lebih besar dari
tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan
oleh adanya line charging pada saluran transmisi. Tegangan lebih ini perlu
diperhatikan dalam perencanaan sistem transmisi agar tidak merusak peralatan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan tegangan ini adalah
pemasangan kompensator yang berfungsi untuk mengkompensasi sifat kapasitif
saluran, yaitu reaktor shunt. Reaktor shunt dirancang untuk mengatur tegangan
saluran dengan cara menyuplai daya reaktif induktif dengan kata lain menyerap
daya reaktif. Dengan pemasangan reaktor shunt, perlu diketahui apakah
amplitudo tegangan transien yang ditimbulkan akibat pelepasan beban masih
memenuhi nilai yang diizinkan tanpa merusak peralatan terpasang.
Pada tugas akhir ini, penulis akan melakukan simulasi untuk melihat
pengaruh pemasangan reaktor shunt pada saluran transmisi terhadap tegangan
menggunakan perangkat lunak ETAP 11.0 untuk studi kasus saluran transmisi 275
kV Pangkalan Susu-Binjai, PT PLN (Persero). Simulasi ini diharapkan dapat
menjadi salah satu referensi PT PLN (Persero) dan sidang pembaca dalam
perencanaan sistem transmisi yang terpasang dengan reaktor shunt.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh dipasang atau tidaknya reaktor shunt terhadap
tegangan pada ujung penerima saluran transmisi, yaitu pada GI 275kV
Binjai ?
2. Bagaimana menentukan rating reaktor shunt ?
3. Apakah amplitudo tegangan lebih transien pada ujung sisi penerima yang
ditimbulkan akibat pelepasan beban masih memenuhi nilai yang
diijinkan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pemasangan reaktor shunt terhadap tegangan lebih
transien yang timbul pada ujung penerima saluran transmisi, yaitu pada
GI 275kV Binjai.
2. Menentukan cara menghitung rating reaktor shunt yang efisien sesuai
dengan parameter transmisi.
3. Menentukan kemampuan reaktor shunt yang terpasang pada GI 275 kV
4. Menentukan kapasitas beban yang dapat dilepaskan dari sistem agar
tegangan lebih transien yang terjadi masih dapat diterima peralatan
terpasang tanpa merusak peralatan tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini
adalah :
1. Saluran transmisi yang disimulasikan adalah Saluran Transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV Pangkalan Susu-Binjai.
2. Pada GI 275 kV Binjai telah terpasang Reaktor shunt berkapasitas 59,5
MVAR. Reaktor dengan kapasitas tersebut direncanakan untuk
pengembangan jangka panjang. Simulasi dilakukan untuk mengetahui
manfaat dari pemasangan reaktor tersebut saat ini, sebelum
pengembangan.
3. Simulasi studi analisis profil tegangan ini menggunakan perangkat lunak
ETAP 11.0
4. Pengukuran dilakukan di ujung penerima Saluran Transmisi Pangkalan
Susu-Binjai, yaitu di GI 275 kV Binjai.
5. Kapasitas beban yang dilepasakan bervariasi, mulai dari 0% - 100%
kapasitas beban terpasang.
1.5 Manfaat
Dari penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat diketahui penurunan atau
terhubung dengan reaktor shunt. Adapun hasil dari simulasi ini diharapkan
menjadi bahan referensi untuk menjaga tegangan yang sesuai pada daerah yang
diteliti sehinggga dapat menjaga tegangan pada rentang nilai yang tepat untuk
mempertahankan kestabilan sistem dan menjaga peralatan terpasang dari
kerusakan akibat tengangan lebih transien.
1.6 Metode Penelitian
Beberapa metode yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi antara lain:
a. Skripsi ini menggunakan data sistem tenaga listrik Tragi Binjai PT PLN
(Persero) yang disimulasikan dengan perangkat lunak ETAP 11.0
b. Untuk dapat mengetahui variasi tegangan lebih yang mungkin terjadi
dalam sistem tenaga listik tersebut dibuat beberapa skenario pelepasan
beban.
c. Pengukuran tegangan lebih dilakukan pada ujung sisi penerima Saluran
Transmisi Pangkalan Susu – Binjai 275 kV dengan menggunakan fitur
Transient Stability Analysis pada perangkat lunak ETAP 11.0.
1.7 Langkah-langkah Penulisan
a Studi literatur, yaitu dengan mencari buku-buku dan artikel yang
digunakan untuk referensi yang ada di perpustakaan USU maupun
internet.
b Konsultasi dengan pembimbing baik dosen maupun pembimbing di
lapangan serta rekan-rekan yang berpengalaman berkaitan dengan materi
c Observasi data, dalam skripsi ini dibutuhkan data-data yang akan diolah
untuk membuktikan kebenaran kenaikan tegangan akibat pelepasan beban
pada sisi penyulang 20 kV. Data tersebut antara lain diagram saluran
tunggal dari suatu sistem tenaga listrik Tragi Binjai PT PLN (Persero) dan
BAB 2
SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK
2.1 Pengertian Umum Saluran Transmisi
Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat
dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan
disalurkan melaui penghantar-penghantar dari pusat pembangkit tenaga listrik ke
pusat-pusat beban, baik langsung maupun melalui saluran penghubung, yaitu GI.
Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran udara
(overhead line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran udara
menyalurkan tenaga listrik melalui penghantar-penghantar yang digantung pada
tiang-tiang transmisi dengan perantaraan isolator-isolator, sedangkan sistem
saluran bawah tanah meyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel bawah tanah.
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal.
Berdasarkan dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) 60038,
tegangan transmisi dapat dikelompokkan menjadi : tegangan menengah
(1kV-35kV), tegangan tinggi (35kV – 230 kV) dan tegangan ekstra tinggi (230kV –
800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current)
dan sistem arus searah (D.C./direct current). Di dalam sistem A.C. penaikan dan
penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan
transforma-tor. Pada sistem ini terdapat A.C. satu fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa karena daya yang
diabaikan. Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem A.C. paling
banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus
seaorah mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih sederhana, daya-guna yang
tinggi serta tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak
jauh. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem D.C. baru dianggap ekonomis bila
jarak saluran udara lebih dari 640 km atau saluran bawah tanah lebih panjang dari
50 km [1].
2.2 Karakteristik Listrik dari Saluran Transmisi
Saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter yang mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu
resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi [2]. Parameter-parameter ini
merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan saluran transmisi.
Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi rata
disepanjang saluran. Sedangkan konduktansi dan kapasitansi yang terdapat
diantara penghantar-penghantar dari suatu saluran fasa-tunggal atau di antara
sebuah penghantar dan netral dari suatu saluran tiga-fasa membentuk admitansi
paralel. Dalam perhitungan, rangkaian saluran ekivalen yang dibentuk dari
parameter-parameter dijadikan satu meskipun resistansi, induktansi dan
kapasitansi tersebut terbagi merata di sepanjang saluran.
2.2.1 Resistansi
( )
2
I P
R (2.1)
dimana P = rugi daya pada penghantar (Watt)
I = arus yang mengalir (Ampere)
Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat distribusi
arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus yang merata di
seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah, sedangkan
tidak pada arus bolak-balik (ac).
Resistansi dc dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini
) (
0
A l
R (2.2)
dimana = resistivitas penghantar (Ω.m)
l = panjang penghantar (m)
A = luas penampang (m2)
Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin
tidak merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan tidak
meratanya kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin effect).
Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada kemungkinan
terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik-tengah
penampang penghantar. Fluks bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih
tinggi pada serat-serat di bagian dalam daripada di sekitar permukaan penghantar,
karena fluks yang meliputi serat dekat permukaan penghantar lebih sedikit
daripada fluks yang meliputi serat di bagian dalam penghantar. Berdasarkan
hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan perubahan arus yang
dalam menyebabkan meningkatnya kerapatan arus pada serat-serat yang lebih
dekat ke permukaan penghantar dan karena itu resistansi efektifnya meningkat.
Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-balik arus cenderung mengalir melalui
permukaan penghantar.
Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh jenis
penghantar pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel karakteristik
listrik dari penghantar yang dibuatnya, termasuk diantaranya nilai resistansi ac
penghantar dalam satuan Ω/km (Standar Internasional) atau Ω/mi (American
Standart).
Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh suhu, ditunjukkan oleh persamaan
berikut [1]
)] (
1
[ 2 1
1
2 R T T
R
(2.3)dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2, dan adalah koefisien
suhu dari resistansi, yang nilainya tergantung dari bahan konduktor.
2.2.2 Induktansi
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang
diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus [2].
Persamaan awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah menghubungkan
tegangan imbas dengan kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian.
Tegangan imbas adalah
dt d
e (2.4)
= banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber-turns)
Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari
fluks dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.
Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang
ditimbulkannya akan turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di mana
medan magnet ditimbulkan mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya
fluks gandeng berbanding lurus dengan arus, dan karena itu tegangan imbasnya
sebanding dengan kecepatan perubahan arus [2],
dt di L
e (2.5)
Dimana L = konstanta kesebandingan
= induktansi (H)
dt di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
Dari Persamaan 2.3 dan 2.4 maka didapat persamaan umum induktansi
saluran dalam satuan Henry, yaitu [2]
i
L (2.6)
dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan
ampere (A).
Induktansi timbal-balik antara dua rangkaian didefenisikan sebagai fluks
gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada rangkaian kedua
per ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua. Jika arus I2 menghasilkan
fluks gandeng dengan rangkaian 1 sebanyak
12, maka induktansi( )
2 12
12 H
I
M (2.7)
Dimana
12 = fluks gandeng yang dihasilkan I2 terhadap rangkaian 1 (Wbt)I2 = arus yang mengalir pada rangkaian kedua.
Pada saluran tiga fasa induktansi rata-rata satu penghantar pada suatu
saluran ditentukan dengan persamaan [2]
2 10 7 ln (H /m)
D D L s eq a
untuk penghantar tunggal,
2 10 7 ln (H /m)
D D L b s eq a
untuk penghantar berkas.
dengan 3
31 23 12D D
D
Deq dan Ds adalah GMR penghantar tunggal dan
b s
D
adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dsb akan berubah sesuai dengan jumlah
lilitan dalam suatu berkas .
Untuk suatu berkas dua-lilitan
d r d r c Db
s
4 2
) (
Untuk suatu berkas tiga-lilitan
3 2
9 3
)
(r d d rd
c
Dsb
Untuk suatu berkas empat-lilitan
4 3 16 4 09 , 1 ) 2 ( 2 1 rd d d d r c
Dsb
Persamaan di atas merupakan persamaan untuk saluran yang telah
ditransposisikan, yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa
di sepanjang saluran sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki
posisi semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama, lihat Gambar 2.1
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3 a
b
c
c
a
b
b
c
a D12
D23
D31
Gambar 2.1 Siklus Transposisi
Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan
jarak pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya adalah
kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi [2].
2.2.3 Kapasitansi
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara
penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah.
Kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi
pada pelat kapasitor bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk menentukan
nilai kapasitansi antara penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan [2]
). / ( ) ln(
m F
r D k
Cab (2.8)
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan
kapasitansi ke tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per
satuan beda potensial antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral
untuk saluran dan kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar
[2]. ). / ( ) ln( 2 m F r D k
Can (2.9)
Dimana Cab = kapasitansi antara penghantar a-b (F/m)
an
C = kapasitansi antara penghantar-tanah (F/m)
k = permeabilitan bahan dielektrik
D = jarak antara penghantar (m)
r = jari-jari antara penghantar (m)
Persamaan (2.9) juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi
saluran tiga-fasa dengan jarak pemisah yang sama. Jika penghantar pada saluran
tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama, kapasitansi masing-masing fasa
ke netral tidak sama. Namun untuk susunan penghantar yang biasa,
ketidaksimetrisan saluran yang tidak ditrasnposisikan adalah sangat kecil,
sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua saluran
itu ditransposisikan. Untuk saluran tiga fasa yang ditransposisikan, nilai
kapasitansi fasa ke netral ditentukan dengan persamaan [2]
) / ( ) ln( 2 m F r D k C eq n
untuk penghantar tunggal,
) / ( ) ln( 2 m F c D D k C b s eq n
Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan
c
Dsb adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dsbc akan berubah sesuai dengan
jumlah lilitan dalam suatu berkas .
Untuk suatu berkas dua-lilitan
d r d
r c
Dsb 4 2
) (
Untuk suatu berkas tiga-lilitan
3 2
9 3
)
(r d d rd
c Db
s
Untuk suatu berkas empat-lilitan
4 3 16 4 09 , 1 ) 2 ( 2 1 rd d d d r c
Dsb
Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah perlu menggunakan
metode muatan bayangan, lihat Gambar 2.1. Pada metode ini bumi dapat
diumpamakan dengan suatu penghantar khayal yang bermuatan di bawah
permukaan bumi pada jarak yang sama dengan penghantar asli di atas bumi.
Penghantar semacam itu mempunyai muatan yang sama tetapi berlawanan tanda
dengan penghantar aslinya dan disebut penghantar bayangan. Jika ditempatkan
satu penghantar bayangan untuk setiap penghantar atas-tiang, fluks antara
penghantar asli dengan bayangannya adalah tegak lurus pada bidang yang
menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu permukaan ekipotensial. Fluks di
atas bidang itu adalah sama seperti bila bumi ada tanpa adanya penghantar
bayangan. Persamaan untuk menentukan kapasitansi saluran kabel ke tanah adalah
[2] : ) ln( ) ln( 2 3 3 2 1 3 ' 31 ' 23 ' 12 H H H H H H c D D k C b s eq n
Dimana Cn = kapasitansi saluran kabel ke tanah (F/m)
' 12
H = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 (m)
' 23
H = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 (m)
' 31
H = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 (m)
1
H = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi (m)
2
H = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)
3
H = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi (m)
H
1 H2 H3
H 1
2 '
H 2
3 ' H
31 '
1 2 3
1' 2' 3'
Permukaan bumi
2.3 Karakteristik Penyaluran Daya
Dalam mempelajari karakteristik penyaluran daya dalam keadaan normal,
lazim diandaikan saluran transmisi dengan rangkaian yang konstantanya
didistribusikan atau rangkaian yang konstantanya dikonsentrasikan, yaitu bila
salurannya pendek.
2.3.1 Saluran Transmisi Jarak Pendek
Oleh karena pengaruh kapasitansi dan konduktansi bocor dapat diabaikan
pada saluran transmisi pendek (kurang dari 80 km), maka saluran tersebut dapat
dianggap sebagai rangkaian impedansi yang terdiri dari tahanan dan induktansi,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Dengan demikian maka impedansi Z
dan admitansinya Ydinyatakan oleh [1] :
jB G jb g l y Y jX R jx r l z Z ) ( ) ( (2.11)
Dimana rtahanan kawat (Ω/km)
x reaktansi kawat =2fL(Ω/km)
g konduktansi kawat (mho/km)
b suseptansi kawat = 2fC(mho/km)
Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan
S
E ER
R X
Bila kondisi pada ujung penerima diketahui, maka hubungan antara
tegangan dan arus dinyatakan oleh persamaan berikut [1] :
r r
R r
S E I IX
E cos (2.12)
Dengan regulasi tegangan
) sin cos
( r r
r R r r S X R E I E E
E
(2.13)
Sebaliknya bila kondisi pada titik pengirim diketahui maka
) sin cos
( R r r
S
r E I IX
E (2.14)
Dimana ES tegangan pada ujung pengirim
r
E tegangan pada ujung penerima
R
I arus pada ujung penerima
R jumlah tahanan saluran (Ω)
X jumlah reaktansi saluran (Ω)
r
cos faktor daya pada ujung penerima
r
sin faktor daya-buta pada ujung penerima
2.3.2 Saluran Transmisi Jarak Mengengah
Saluran transmisi jarak-menengah dapat dianggap sebagai rangkaian
T atau rangkaian [1], perhatikan Gambar 2.4.
Dengan IS merupakan arus yang mengalir pada ujung pengirim, untuk rangkaian
Y E Y Z I I Y Z Z I Y Z E E r r S r r S ) 2 1 ( ) 4 1 ( ) 2 1 ( (2.15)
dan rangkaian persamaannya adalah :
) 4 1 ( ) 2 1 ( ) 2 1 ( Y Z Y E Y Z I I Z I Y Z E E r r S r r S Beban S
E
Y
2
R
2
X
R E2
R
2
X
SI
Beban SE
ER2
Y
2
Y
R
X
SI
Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan
Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan
(a)
[image:32.595.152.475.183.612.2](b)
2.3.3 Saluran Transmisi Jarak Jauh
Untuk saluran transmisi jarak jauh, konstantanya didistribusikan sehingga
persamaannya menjadi [1] :
l Z E l I I l Z I l I E S r S r r S sinh cosh sinh cosh 0 0 (2.16)
Dimana Z0 impedansi karakteristik =
z y
= konstanta rambatan = zy
2.4 Studi Aliran Daya Sistem Tenaga
Aliran daya pada setiap titik di sepanjang saluran transmisi dapat diturunkan
dengan persamaan konstanta ABCD saluran transmisi berikut [2].
R R S AV BI
V (2.17)
B AV V
I S R
R (2.18) Dengan membuat
A V A B B V A
A R S
0 0 (2.19) Didapatkan () . () B V A B V
IR S R (2.20)
Maka daya kompleks VRIR* pada ujung penerima adalah
) ( . ) ( . 2 B V A B V V jQ
PR R S R R (2.21)
) cos( . ) cos( . 2 B V A B V V
PR S R R (2.22)
) sin( . ) sin( . 2 B V A B V V
QR S R R (2.23)
Rumusan untuk daya kompleks PR jQR merupakan hasil gabungan dua fasor
yang dinyatakan dalam bentuk polar dan dapat direpresentasikan dalam bidang
kompleks yang kordinat-kordinat mendatar dan tegaknya adalah dalam satuan
daya. Gambar 2.5 menunjukkan kedua besaran kompleks tersebut dan selisihnya.
jQ P
[image:34.595.176.354.315.529.2]B V VS. R B V A R 2 . ) ( ) ( R var watt
Gambar 2.5 Fasor-fasor Persamaan (2.20) dilukis dalam bidang kompleks
Gambar 2.6 menunjukkan fasor-fasor yang sama dengan titik asal
sumbu-sumbu koordinat yang telah digeser. Gambar ini merupakan suatu diagram daya
dengan hasil yang besarnya adalah PR jQR atau VR.IR dengan sudut R
terhadap sumbu mendatar . Komponen-komponen nyata dan khayal dari
R R jQ
R R
R R V I
P cos (2.24)
R R R R V I
Q sin (2.25)
Dimana R adalah sudut fasa dengan mana VR mendahului IR .
Pada Gambar 2.6 posisi n tidak tergantung pada arus IR dan tidak akan
berubah selama VR konstan. Kemudian jarak antara n dan k adalah konstan untuk
nilai VS dan VR yang tetap. Karena itu, dengan berubahnya jarak antara O dan k
dengan perubahan beban, titik k yang harus tetap berada pada jarak yang konstan
dari titik n yang tetap, dibatasi geraknya di sekeliling lingkaran yang berpusat
pada n. Setiap perubahan pada PR akan memerlukan suatu perubahan pula pada
R
Q untuk menjaga k tetap pada lingkaran. Jika suatu nilai VS lain dibuat konstan
untuk nilai VR yang sama, letak titik n tidak berubah tetapi akan didapatkan suatu
lingkaran baru dengan jari-jari nk.
Dengan menganalisis Gambar 2.6, terlihat bahwa ada suatu limit bagi daya
yang dapat dikirimkan ke ujung penerima saluran untuk tegangan ujung pengirim
dan ujung penerima yang sudah ditentukan besarnya. Suatu penambahan dari daya
yang dikirim berarti bahwa titik k akan bergeser sepanjang lingkaran sehingga
sudut sama dengan nol; yang berarti, lebih banyak daya yang akan
B V
VS . R
B V A. R2
) (
) (
R
var
watt
R R I
V .
O
n
[image:36.595.144.485.87.419.2]k
Gambar 2.6 Diagram daya yang diperoleh dengan menggeser titik-asal sumbu koordinat pada Gambar 2.5
Peningkatan yang lebih lanjut akan berakibat berkurangnya daya yang
diterima. Daya maksimum yang dapat ditransmisikan dapat ditentukan dengan
persamaan [2] :
) cos( ,
2
max
B V A
B V V
PR S R R (2.26)
Jika tegangan ujung penerima dipertahankan konstan dan lingkaran ujung
penerima digambar untuk berbagai nilai tegangan ujung pengirim, lingkaran yang
dihasilkan akan konsentris karena letak pusat lingkaran daya ujung penerima tidak
2.5 Profil Arus dan Tegangan Saluran Transmisi pada Saat Beban Nol
Apabila suatu saluran transmisi diasumsikan telah ditransposisi, maka
parameter saluran dapat ditunjukkan persamaan berikut
L j R
z (2.27)
C j G
y (2.28)
Dimana zmerupakan impedansi seri per unit panjang/fasa dan ymerupakan
adimitansi paralel per unit panjang/fasa.
Pada saluran tranmisi yang memperhitungkan efek kapasitansi dan
induktansi pada saluran, nilai arus dan tegangan pada sisi penerima ditentukan
dengan persamaan berikut, untuk x merupakan jarak dari ujung penerima [1]:
x R C R x R C
R Z I e V Z I e
V
V
2 2 (2.29) x R C R x R C
R Z I e V Z I e
V
I
2 / 2 / (2.30) dimana y z
ZC / (2.31)
zy j (2.32)
Konstanta ZCdisebut dengan karakteristik impedansi dan disebut dengan
konstanta perambatan (propagation constant). Bilangan real pada konstanta
perambatan disebut dengan koefisien pelemahan (attenuation constant) , dan
bilangan imajiner disebut konstanta fasa (phase constant) .
x R x R e V e V
V 2 2 (2.33) x C R x C R e Z V e Z V
I
2
2 (2.34)
Dengan mengabaikan rugi-rugi saluran, j j LC , Persamaan (2.32) dan
(2.33) dapat disederhanakan menjadi [1]
) cos( x V
V R (2.35)
) sin( ) ( x Z V j I C R (2.36)
Arus dan tegangan pada ujung pengirim diperoleh dengan mensubsitusi panjangl
untuk x.
cos ) cos( R S R S V E l V E (2.37) dan tan ) ( sin ) ( C S S C R S Z E j I Z V j I (2.38)
Dimana l. Sudut disebut dengan panjang elektrik (electric length) atau
sudut saluran. sudut saluran yang dinyatakan dalam satuan radian. Berdasarkan
persamaan di atas, arus dan tegangan saluran dapat dinyatakan dalam bentuk
tegangan pengirim ES,
cos
cos x
E
V S (2.39)
cos sin C S Z x E j
Berdasarkan Persamaan (2.39) dan (2.40) nilai V dan I berbanding lurus
dengan nilai x dan . Semakin besar nilai nilai x dan maka semakin besar pula
tengangan pada ujung sisi penerima. Kenaikaan tegangan pada ujung sisi
penerima ini disebabkan karena adanya arus pengisian yang mengalir melalui
saluran induktansi. Fenomena ini disebut dengan efek feranti. Fenomena ini
pertama kali diketahui oleh Ferranti pada saluran udara yang menyuplai
konsumen berbedan rendah.
2.6 Hubungan Daya Reaktif dengan Profil Tegangan
Persamaan yang menunjukkan hubungan antara daya reaktif dan tegangan
pada suatu saluran transmisi adalah [3],
cos ( / )sin
cos R C C R
S E Z Q E
E (2.41)
Dengan demikian, maka
sin ) sin cos ( C R R R Z E s E E
Q (2.42)
Daya reaktif pada ujung sisi pengirim ditentukan dengan persamaan :
sin ) sin cos ( C RS S S Z E sR E E
Q (2.43)
Jika tegangan pada ujung sisi pengirim dan penerima adalah sama, maka
sin ) cos (cos 2 C S S R Z E Q
Q (2.44)
Dimana = sudut beban
S
Q = daya reaktif sisi pengirim
R
2.7 Tegangan Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik
Adakalanya suatu sistem tenaga listrik mengalami tegangan lebih impuls
karena adanya operasi hubung-buka (switching operation) atau karena transmisi
sistem tenaga listrik disambar petir [4] . Tegangan lebih impuls yang diakibatkan
oleh adanya operasi hubung-buka disebut tegangan impuls hubung-buka,
sedangkan tegangan lebih impuls yang diakibatkan oleh sambaran petir pada
transmisi sistem tenaga listrik disebut tegangan lebih impuls petir.
2.7.1 Analisi Transien : Gelombang Berjalan
Gejala tegangan lebih transien pada saluran transmisi dapat diselesaikan
dengan membuat rangkaian ekivalen satu fase, sehingga tiga fase saluran
transmisi diasumsikan sebagai satu fasa tunggal. Studi tentang surja hubung pada
saluran transmisi adalah sangat kompleks, sehingga pada penelitian ini hanya
mempelajari kasus suatu saluran yang tanpa rugi. Suatu saluran tranpa
rugi-rugi adalah representasi yang baik dari saluran-saluran frekuensi tinggi di mana
L
dan C menjadi sangat besar dibandingkan dengan R dan G. Pendekatan
yang dipilih untuk persoalan ini sama seperti yang telah digunakan untuk
menurunkan hubungan-hubungan tegangan dan arus dalam keadaan steady state
untuk yang saluran panjang dengan konstanta-konstanta yang tersebear merata
[5].
Tegangan V dan I adalah fungsi-fungsi x dan t bersama-sama, sehingga perlu
menggunakan turunan sabagaian. Persamaan jatuh tegangan seri di sepanjang
elemen saluran adalah :
x t i L Ri x x V
)
Demikian pula halnya : x t V C Gv x x V ) ( (2.46)
Persamaan di atas dapat dibagi dengan x, dan karena hanya membahas
suatu saluran tanpa rugi-rugi, maka R dan G akan sama dengan nol sehingga
didapatkan : t i L x V (2.47) Dan t V C x i (2.48)
Sekarang variable I dapat dihilangkan dengan menghitung turunan sebagian
kedua suku dalam persamaan 3 terhadap x dan turunan sebagian kedua suku
dalam persamaan 4 terhadap t. Prosedur ini menghasilkan 2i/xt pada kedua
persamaan yang dihasilkan, dan dengan mengeliminir turunan sebagian kedua dari
variable i dari kedua persamaan tersebut, didapatkan :
2 2 2 2 1 t V x V LC (2.49)
Persamaan 5 ini adalah yang dinamakan persamaan gelombang berjalan
suatu saluran tanpa rugi-rugi. Penyelesaian persamaan ini adalah fungsi dari (x-vt)
dan tegangannya dinyatakan dengan :
) ( )
( 2
1 x vt f x vt
f
V (2.50)
Yang merupakan suatu penyelesaian untuk terjadinya komponen-komponen
ke depan dan kebelakang sebuah gelombang berjalan secara bersamaan pada
sebuah saluran tanpa rugi-rugi. Variabel v yang menyatakan kecepatan gelombang
LC
v 1 (2.51)
Dengan :
v kecepatan rambat gelombang (m/s)
L induktansi saluran (H/m)
C kapasitansi saluran (F/m)
Jika gelombang yang berjalan ke depan yang disebut juga dengan
gelombang datang, dinyatakan dengan :
) (
1 x vt
f
V (2.52)
Maka gelombang arus akan ditimbulkan oleh muatan-muatan yang bergerak
dapat dinyatakan dengan :
) ( 1
1 x vt
f LC
i (2.53)
Dari Persamaan (2.37) dan Persamaan (2.38) didapatkan bahwa :
C L i
V
(2.54)
Perbandingan antara V dan I dinamakan impedansi karakteristik atau
impedansi surja (Zc) dari saluran tanpa rugi-rugi.
Pada saaat suatu tegangan v(t) diterapkan pada salah satu ujung saluran
transmisi tanpa rugi-rugi, maka unit kapasitansi C pertama dimuati pada tegangan
v(t). Kapasitansi ini kemudian meluah kedalam unit kapasitansi berikutnya
melalui induktansi L. Proses bermuatan-peluahan ini berlajut hingga ujung saluran
dan energi gelombang dialihkan dari bentuk elektronik (dalam kapasitansi) ke
bentuk magnetic (dalam induktansi). Jadi, gelombang tegangan bergerak maju
ekivalen juga. Propagasi gelombang tegangan dan arus ini disebut gelombang
berjalan (travelling wave) dan gelombang ini kelihatan seolah-olah tegangan dan
arus berjalan sepanjang saluran dengan kecepatan yang diberikan oleh persamaan
7.
Saat gelombang yang berjalan pada suatu saluran transmisi mencapai titik
transisi, seperti suatu rangkaian terbuka, rangkaian hubungan singkat, suatu
sambungan dengan saluran lain atau kabel, belitan mesin dan lain-lain, maka pada
titik itu terjadi perubahan parameter saluran. Akibatnya sebagian dari gelombang
berjalan bergerak melewati bagian lain dari rangkaian. Pada titik transisi,
tegangan atau arus dapat berharga nol sampai dua kali harga semula tergantung
pada karakteristik terminalnya. Gelombang berjalan asal (impinging wave) disebut
gelombang datang (incident wave) dan dua macama gelombang lain yang muncul
pada titik transmisi dissebut dengan gelombang pantul (reflected wave) dan
gelombang maju (transmitted wave).
2.7.2 Analisis Transien : Gelombang Pantul
Jika tegangan dihubungkan pada ujung pengirim suatu saluran transmisi
yang ditutup dengan suatu impedansi ZR. Pada saat saklar ditutup dan suatu
tegangan terhubung pada suatu saluran, maka suatu gelombang tegangan V
mulai berjalan sepanjang saluran diikuti oleh suatu gelombang arus i.
Perbandingan antara VR dan iR di ujung saluran pada setiap saat harus sama
dengan resistansi penutup ZR
Oleh karena itu kedatangan V dan idi ujung penerima di mana nilai-nilainya
belakang atau gelombang-gelombang pantulan Vdan iyang nilai-nilainya di
ujung adalah VRdan iRsedemikian sehingga [5],
R R R R R R i i V V i V (2.55)
Dengan VRdan iRadalah gelombang-gelombang Vdan iyang diukur pada
ujung penerima.
Jika dibuat ZC L/Cdidapat :
C R R Z V i (2.56) dan C R R Z V i (2.57)
Kemudian dengan memasukkan nilai iRdan
R
i ke dalam Persamaan (2.55)
dihasilkan persamaan :
R C R C R R V Z Z Z Z V (2.58)
Koefisien pantulan Runtuk tegangan pada ujung penerima saluran didefenisikan
sebagai VR /VR, jadi [5]:
C R C R R Z Z Z Z (2.59) dengan : R
= koefisien pantulan pada ujung penerima
R
Z = impedansi ujung penerima
C
Pada saluran yang ditutup dengan impedansi karakteristik ZC, terlihat
bahwa koefisien pantulan sama dengan nol, sehingga tidak ada gelombang
pantulan dan saluran berlaku seakan-akan panjangnya tidak terhingga. Pada saat
ujung saluran yang merupakan suatu rangkaian terbuka ZR adalah tak terhingga
akan didapatkan harga R sama dengan 1 (satu). Dengan demikian tegangan yang
terjadi pada ujung penerima menjadi 2 kalinya tegangan sumber (ujung pengirim).
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa besar tegangan lebih transien
sangat tergantung pada impedansi karakteristik (ZC L/C), dimana impedansi
karakteristik tersenut sangat berpengaruh terhadap koefisien panrulan R.
Gelombang-gelombang yang berjalan kembali kea rah ujung pengirim akan
menyebabkan pantulan-pantulan baru yang ditentukan oleh koefisien pantulan
pada ujung pengirim S dan impedansi ujung pengirim ZR.
C S
C S S
Z Z
Z Z
(2.60)
Dengan :
S
= koefisien pantulan pada ujung pengirim
S
Z = impedansi ujung pengirim
C
Z = impedansi karakteristik
2.8 Efek Feranti pada Saluran Transmisi
Efek feranti adalah gejala yang timbul akibat dari keadaan pembebanan
pada ujung penerima, yang mengakibatkan tegangan pada titik atau lokasi yang
Hubungan antara tegangan dan arus pada saluran transmisi panjang telah
dirumuskan pada persamaan terdahulu yaitu [3] :
l I l Z V I l Z I l V V R C R S C R R S cosh sinh sinh cosh (2.61) Dimana : Y Z
ZC impedansi karakteristik
j ZY
konstanta propagasi
konstanta redaman
konstanta pergeseran fasa
Apabila rugi-rugi daya diabaikan ( 0) maka l jl, sehingga
hubungan tegangan dan arus dapat ditulis [3]:
l jI
l V
VS Rcos RRsin (2.62)
l I l Z V j
I R R
C R
S sin cos (2.63)
Dimana :
l
sudut karakteristik
power angle, sudut antara VS dan VR
= sudut antara arus ISdan VR
R
= sudut power factor pada ujung VR
Karena rugi-rugi diabaikan maka l jl
Dengan
LC
v 1 kecepatan propagasi
Untuk sistem dengan frekuensi 50 Hz dan v300.000 Km/s, maka :
Km Km
Km o o
o
100 / 6 /
06 , 0 ) / ( 000 . 300
50 .
2
Jadi secara umum hargaldidapat 6o/100 Km, sehingga dalam menghitung
tegangan efek Ferranti cukup menggunakan harga ltersebut.
2.9 Arus Pengisian
Pada saluran transmisi admitansi shuntnya terdiri dari konduktansi (G) dan
reaktansi kapasitif (C). Konduktansinya sering diabaikan karena pengaruhnya
pada admitansi shunt sangat kecil [6].
Kapasitansi saluran transmisi merupakan akibata beda potensial antar
penghantar. Kapasitansi antara penghantar-penghantar sejajar besarnta konstan
tergantung pada ukuran dan jarak pemisiah antar penghantar.
Suatu tegangan bolak-balik yang dipasang pada saluran transmisi akan
menyebabkan muatan pada penghantar di suatu titik berubah sesuai dengan
perubahan nilai tegangan sesaat antar penghantar pada titik itu. Perbedaan ini
menyebabkan muatan mengalir. Arus yang disebabkan oleh aliran muatan karena
tegangan bolak-balik disebut arus pengisian (charging current). Arus ini mengalir
BAB 3
PENGARUH PEMASANGAN REAKTOR SHUNT PADA SALURAN TRANSMISI
3.1 Kompensasi Saluran Transmisi
Peralatan kompensasi pada saluran transmisi dibutuhkan untuk mengontrol
tegnagn kerja disepanjang saluran, memperkecil sudut karakteristik ldari
saluran sehingga stabilitas sistem lebih terjamin dan untuk menaikkan kapasitas
penyaluran.
Alat-alat kompensasi yang digunakan adalah reaktor shunt, kapasitor seri
dan kapasitor shunt. Penggunaan alat-alat kompensasi ini dapat berdiri sendiri
atau merupakan kombinasi dari dua alat, tergantung pada kebutuhan sistem.
Reaktor shunt digunakan untuk mengkompensasi akibat sifat kapasitif
saluran, khususnya untuk membatasi kenaikan tegangan saat open circuit atau
beban ringan. Reaktor shunt cenderung menurunkan daya natural.
Kapasitor shunt digunakan untuk menambah kapasitansi saluran pada saat
saliran mendapat beban berat. Kapasitor shunt mengbangkitkan daya reaktif yang
cenderung untuk menaikkan tegangan. Penggunaan kapasitor shunt akan dapat
menaikkan daya natural.
Kapasitor seri digunakan untuk mengkompensasi panjang saluran atau
mengurangi sudut sehingga dapat menjaga kestabilan sistem dan menaikkan
transfer daya. Untuk saluran yang tidak terlalu panjang
500Km
hanyadiperlukan kompensasi dengan reaktor shunt, sedangkan kombinasi reaktor shunt
3.2 Pengaruh Pemasangan Reaktor Shunt Terhadap Daya Reaktif
Pada saat beban ringan terjadi kelebihan daya reaktir kapasitif sebesar [7]:
2
V Y
QC C (3.1)
Dimana YCadalah admitansi saluran.
Pemasangan reaktor shunt akan memberikan daya induktif sebesar [5]:
2
V Y
Qi i (3.2)
Dimana Yiadalah admitansi shunt.
Dengan demikian daya reaktif setelah pemasangan reaktor shunt besarnya akan
menjadi [5]:
Y Y
V2QL C i (3.3)
Dari Persamaan (3.5) dapat dilihat bahwa pemasangan reaktor shunt pada saluran
akan mengurangi daya reaktif kapasitif yang berlebihan.
3.3 Profil Tegangan Sepanjang Saluran dengan Kompensator Reaktor Shunt
Profil tegangan merupakan besar tegangan pada titik-titik tertentu saluran
mulai dari ujung pengirim sampai ujung penerima, pada saat saluran transmisi
mendapat beban yang tertentu besarnya.
Pengaruh dari kompensasi reaktor shunt terhadap tegangan dapat dilihat
pada Gambar 3.1 [7].
Keterangan gambar :
a. Saluran transmisi pada beban nol dengan kompensasi di tengah dan di
ujung-ujungnya.
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pemsangan reaktor shunt diperlukan
pada saat beban ringan.
0,8 1,0 1,2 1,4
800
0 200 400 600
(a)
(b)
V (pu)
Jarak dari ujung pengirim (Km)
(a) Saluran transmisi pada beban nol dengan kompensasi di tengah dan di ujung-ujungnya.
[image:50.595.176.451.143.414.2](b) Saluran transmisi pada beban natural dengan kompensasi di tengah dan di ujung-ujungnya.
Gambar 3.1 Profil Tegangan Sepanjang Saluran dengan Kompesasi Reaktor
Shunt
3.4 Persamaan untuk Menentukan rating Reaktor Shunt
Dari Gambar 3.2 maka besar dari LP (reaktor shunt) dirumuskan dengan
persamaan berikut [8]:
CE CC
kLp
3 .
. 1
2
(3.4)
Dimana :
Lp : reaktor shunt
k : konstanta bernilai 0,8
C
C : kapasitansi antar kabel fasa
E
AC
T
AC
S
AC
R
CC
CC CC
CE CE CE
LP LP LP
CB
CB
CB
Gambar 3.2 Rangkaian Pengganti Saluran Transmisi Setelah Dipasang Reaktor
BAB 4
PERANCANGAN SIMULASI PELEPASAN BEBAN
4.1 ETAP (Electrical Transient Analysis Program)
ETAP merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat melakukan
penggambaran Single Line Diagram (SLD) secara grafis dan mengadakan
bebarapa analisis/studi yakni load flow (aliran daya), short circuit analysis
(hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability, protective device
coordination, dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja
dengan ETAP adalah [9]:
One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan
listrik sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan.
Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam
sistem kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang
detai/lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisis.
Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSII,
frekuensi sistem dan metode-metode yang dipakai.
Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan dengan
metode studi yang akan dilakukan dan format hasil analisis.
Pada skripsi ini fitur ETAP yang digunakan untuk s