• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien di Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien di Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TERHADAP

PELAKSANAAN KUNJUNGAN MASA NIFAS

PADA PASIEN RUMAH BERSALIN

DELIMA MEDAN

TAHUN 2013

YULIA WIDIANTI

125102053

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: download buku kunjungan rumah

(2)
(3)
(4)

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013

Abstrak Yulia Widianti

Latar belakang : Masa nifas adalah masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu.

Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013.

Metodologi : Desain penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah populasi seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Bersalin Delima Medan pada bulan Pebruari sampai April tahun 2013. Total populasi sampel penelitian berjumlah 34 responden. Hasil analisis disajikan dalam tabel distribusi.

Hasil :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%)dan minoritas responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%). Sikap ibu nifas terhadap pelaksanan kunjungan masa nifas mayoritas responden bersikap positif sebanyak 23 orang (67,6%) dan minoritas bersikap negatif sebanyak 11 orang (32,4%).

Kesimpulan :Dari hasil penelitian ini diharapkan para ibu khususnya ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian ibu dapat diturunkan.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Sebagai puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmadNya yang

selalu memberikan pertolongan dan perlindungan serta kesehatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Pengetahuan dan

Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien di Rumah

Bersalin Delima Medan Tahun 2013”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis

untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata M,kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara sekaligus sebagai penguji II dalam sidang hasil Karya Tulis

Ilmiah ini.

2. Nur Asnah Sitohang, S.kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan

PendidikFakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai

penguji I dalam sidang proposal penelitian.

3. Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.kes selaku dosen pembimbing proposal yang

selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing peneliti, serta selalu

memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal ini.

4. Erniyati S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan I dan juga sebagai penguji I dalam

sidang hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb selaku dosen dan penguji II dalam sidang

proposal penelitian.

6. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing

akademik peneliti selama mengikuti pendidikan di D-IV USU.

7. Seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

8. Hj. Masdelima Parinduri yang telah membantu penulis dalam memberi izin dan

(6)

9. Ibu direktris Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhan Batu Hj. Masrah Hasibuan,

M.Kes yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan dan dukungan kepada

penulis untuk mengikuti program studi D-IV ini.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta atas doa, dukungan moril dan

materi serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis, semoga penulis dapat

memberikan yang terbaik berkat doa yang diberikan.

11. Ibu Farida dan Bapak Harmeyn Harahap selaku wali penulis dalam memberikan

segala bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.

12. Serta untuk sahabat-sahabat terbaik penulis Nurma D.P, Kak Ade, Mbak Yuli,

Jijah, Kak Sunarti, Lolo, Tetty, Wiwik dan seluruh teman-teman seperjuangan

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan T.A

2012/2013 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

banyak memberi bantuan dan perhatian dalam menyelesaikan proposal ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rezeki serta perlindungan dan kesehatan

dalam menjalankan ibadah kepada-Nya serta dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,

semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan

pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.

Medan, 01 Juli 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG KTI

ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kunjungan Nifas Pada Ibu Nifas 1. Pengertian Masa Nifas ... 6

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 6

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan ... 7

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1. Perubahan Sistem Reproduksi ... 9

2. Perubahan Sistem Pencernaan ... 11

(8)

C. Kebijakan Program Nasional Nifas... 13

D. Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah ... 16

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 21

B. Defenisi Operasional ... 22

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 23

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

I. Analisis Data ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden ... 30

2. Pengetahuan Responden ... 32

3. Sikap Responden ... 32

B. Pembahasan 1. Pengetahuan Responden ... 33

2. Sikap Responden ... 35

C. Keterbatasan Penelitian ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpilan ... 36

B. Saran ... 37

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel3.1 Defenisi Opersional ... 22

Tabel5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

Responden Rumah Bersalin Delima Medan ... 31

Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan

Masa Nifas Rumah Bersalin Delima Medan ... 32

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas

(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(11)

DAFTARLAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian

(12)

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013

Abstrak Yulia Widianti

Latar belakang : Masa nifas adalah masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu.

Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013.

Metodologi : Desain penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah populasi seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Bersalin Delima Medan pada bulan Pebruari sampai April tahun 2013. Total populasi sampel penelitian berjumlah 34 responden. Hasil analisis disajikan dalam tabel distribusi.

Hasil :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%)dan minoritas responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%). Sikap ibu nifas terhadap pelaksanan kunjungan masa nifas mayoritas responden bersikap positif sebanyak 23 orang (67,6%) dan minoritas bersikap negatif sebanyak 11 orang (32,4%).

Kesimpulan :Dari hasil penelitian ini diharapkan para ibu khususnya ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian ibu dapat diturunkan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi

rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang

mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha,

2009).

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka

kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi

kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya

pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan

kehamilan dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa

disebut juga puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Marsudiningsih, 2003).

Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa nifas ini terjadi

perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis, yaitu perubahan fisik,

involusiuterus, dan pengeluaran lokhia, laktasi pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang

baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis

maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu

sebagai orang tua baru dan memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk

mengahadapi kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayang sehingga dapat memulai menjalani kehidupan sebagai keluarga baru

(14)

Menurut data World Health Organization (2001) di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,

proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.

Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan post partum primer merupakan

perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan post partum

primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama

kelahiran.

Menurut data Depkes (2007) angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu

target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development

Goals (MDGs) yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target

yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat

risiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun, demikian upaya untuk mewujudkan target

tujuan pembangunan MDGsmasih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang

terus menerus.

Hasil penelitian Marsudiningsih (2003) berdasarkan survei demografi kesehatan

Indonesia tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,

meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.

Sementara target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada

sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Persoalan kematian yang terjadi lantaran

indikasi yang lazim muncul yakni dikarenakan perdarahan pasca melahirkan,

hipertensi saat hamil atau pre eklampsi dan infeksi. Namun ternyata masih ada faktor

lain yang cukup penting misalnya, pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik,

(15)

Dari hasil penelitian Marsudiningsih (2003) menurut Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara (2010) penyebab utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada

survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan karena komplikasi persalinan (45%),

retensio placenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklampsia masing-masing (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam

nifas (4%).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini kerena merupakan masa kritis

baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24

jam pertama (Depkes, 2006).

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk

pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan rumah

direncanakan untuk bekerja sama dengan keluarga dan di jadwalkan berdasarkan

kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam

setelah pulang (Saleha, 2009).

Menurut Aisyaroh (2012) dalam penelitian Marsudiningsih (2003) yang hasilnya

berupa monitoring ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian keadaan sakit

(morbiditas) nifas karena memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu sehingga dengan memonitoring ibu yang baik dapat di deteksi morbiditas ibu lebih banyak.

Kurangnya monitoring ibu selama masa nifas berdampak pada kemungkinan tidak

tercatatnya morbiditas ibu. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat

(16)

Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat masa nifas

sekitar 60% mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru

mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan

kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saleha, 2009).

Terdapat beberapa penentuan waktu kontak atau kunjungan masa nifas yang

dilakukan untuk mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi

yaitu dengan menilai status ibu dan bayi baru lahir, serta untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Marsudiningsih, 2003).

Berdasarkan uraian sebelumnya penulis merasa tertarik untuk meneliti

bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa

nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu

mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan

masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap

pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima

(17)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan

masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.

b. Untuk mengetahui sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa

nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kebidanan terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas dengan meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas.

2. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan sumber data untuk

penelitian berikutnya.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kunjungan Nifas Pada Ibu Nifas (Post Partum)

1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)

Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas

(puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira enam minggu.

Puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya reproduksi wanita

pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Batasan waktu nifas yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu

yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah

40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2011) dalam Saifuddin (2006) selama bidan memberikan

asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu

nifas. Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologis

(19)

pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu

terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis

yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah

yang terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2011) setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas

dan tanggung jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus

dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun

reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan

standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa

nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain:

a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk

(20)

b. Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam kedua,

jika kontraksi tidak kuat. Massase Uterus sampai keras karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.

c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit pada

jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan

kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri posisi yang nyaman,

dukung program bounding attachman dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan

keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,

perawatan payudara, kebersihan diri.

e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis

selama masa nifas.

f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan

anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

j. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bhaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekkan kebersihan yang aman.

k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan

diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat

proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

(21)

l. Memberikan asuhan secara professional.

B. PerubahanFisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Menurut Mitayani (2009) perubahan-perubahan yang terjadi antara lain

sebagai berikut:

a. Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah

sebagai berikut:

1) Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga

membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot

atrofi.

2) Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum

hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama

progesteron.

4) Efek Oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

(22)

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta

mengurangi perdarahan.

b. Lokhia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa

cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokhia.

Lokhia adalah ekskresi cairan rahim selama m

reaksi basa atau alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat

dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokhia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhia

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi

menjadi lokhiarubra, sanguilenta, serosa dan alba.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi

berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di

vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan

mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar

240 hingga 270 ml.

c. Vagina dan perineum

Selama pros

peregangan. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

(23)

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan

otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada

akhir puerperium dengan latihan harian.

2. Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan

cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot

polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun

demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal (Wheeler,

2003).

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,

antara lain :

a. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan

untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan

waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar

progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

b. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke

(24)

c. PengosonganUsus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan

tonus otot usus menurun selama proses

pascapartum, diare sebelum

hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada m

membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

1) Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.

2) Pemberian cairan yang cukup.

3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.

4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau

obat yang lain.

3. Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu badan : setelah melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5

derajat celcius dari keadaan normal, setelah dua jam pertama melahirkan

suhu badan akan kembali normal.

b. Nadi dan pernafasan : nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit

setelah melahirkan, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan pada

penderita, sedangkan pernafasan akan sedikit lebih meningkat setelah

melahirkan kemudian kembali seperti keadaan seperti semula.

c. Tekanan darah : setelah melahirkan pada kasus normal, tekanan darah

(25)

menghilang dengan sendirinya bila tidak ada penyakit-penyakit lain yang

menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan.

C. Kebijakan Program Nasional Nifas

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada

beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada

ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan

perkembangannya antara lain (Saleha, 2009).

1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri; pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia; jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan sehat.

Menurut Varney (2007), selama puerperium awal bidan sebaiknya menemui

wanita sedikitnya satu hari sekali. Setiap kunjungan meliputi aspek sebagai

berikut:

a. Tinjauan Catatan Klien

Sebelum bidan memulai kunjungan, bidan meninjau setiap bagian

perawatan kelahiran dan antepartum yang belum diketahuinya sehingga ia dapat memiliki pengetahuan ketika berbicara dengan ibu baru tersebut. Hal

(26)

kesehatan bayi baru lahir. Peninjauan catatan sejak kelahiran juga

membantu bidan mengetahui catatan tanda-tanda vital ibu, hasil

laboratorium, penggunaan obat-obatan, dan setiap komentar dari perawat.

Catatan perkembangan dan program sebelumnya juga ditinjau. Waktu yang

sudah berlalu sejak kelahiran, dalam jam atau hari, dipastikan untuk

mengidentifikasi temuan fisik yang diharapkan.

b. Riwayat

Saat bidan memulai kunjungannya, topic pertamanya adalah kelahiran. Saat

wanita membagi pengalamannya, ia memberi informasi yang dapat

divalidasi atau di perbaiki, dan memberi petunjuk topic mana yang

merupakan masalah besar baginya. Informasi tambahan dapat ditanyakan

untuk mengkaji pemulihan fisik dan kemajuan ibu dalam belajar menjadi

orang tua bagi anaknya yang baru lahir.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan selama periode pasca partum awal meliputi sebagai berikut:

1) Pengkajian tanda-tanda vital termasuk kecenderungan selama periode

setelah kelahiran.

2) Pemeriksaan payudara termasuk menunjukkan adanya kolostrum dan

penatalaksanaan puting susu pada wanita menyusui.

3) Auskultasi jantung dan paru-paru, sesuai indikasi keluhan ibu, atau

perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.

4) Evaluasi bagian perut ibu terhadap involusio uterus dan kandung kemih.

5) Evaluasi nyeri tekan sudut costo-vertebral angle (CVA) jika di

(27)

6) Pengkajian perineum terhadap memar, edema, hematoma dan

penyembuhan setiap jahitan.

7) Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia

8) Pemeriksaan anus terhadap adanya haemoroid

9) Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya edema, nyeri tekan atau panas

pada betis dan refleks.

2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uterus

berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan berdasarkan

perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang diharapkan dalam dua minggu

pasca partum. Perhatian khusus harus diberikan pada seberapa baik wanita

mengatasi perubahan ini dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua.

Pada saat ini juga adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan

kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan memilih memulai hubungan seksual

segera setelah lokhia ibu menghilang.

4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan konseling untuk

keluarga berencana secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tnda bahaya

yang dialami oleh ibu dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran

(28)

Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ini sering kali terdiri dari

pemeriksaan riwayat lengkap, fisik, dan panggul. Selain itu, kunjungan

meliputi penapisan adanya kontra indikasi terhadap setiap metode keluarga

berencana. Selain pengkajian yang dibahas diatas untuk penggunaan pnggilan

telepon atau kunjungan dua minggu, riwayat tambahan lain meliputi sebagai

berikut:

a. Permulaan hubungan seksual dan waktu penggunaan kontrasepsi

b. Metode keluarga berencana yang di inginkan

c. Adanya gejala demam, kedinginan, pilek dan flu

d. Payudara apakah ada masalah pada puting susu, perawatan payudara, atau

gejala mastitis. e. Fungsi perkemihan

f. Perubahan lokhia

g. Kram atau nyeri tungkai

D. Program Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas di Rumah

Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan apabila

direncanakan dan diorganisasikan dengan baik. Bidan perlu meninjau kembali

catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran dan catatan lain yang bisa digunakan

sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian perawatan lanjutan yang

diberikan. Setelah kunjungan tersebut direncanakan, bidan haru mempersiapkan

semua peralatan yang diperlukan, materi instruksi dan keterangan yang dapat

diberikan kepada keluarga yang akan dikunjungi (Saleha, 2009).

Setelah melahirkan ibu memasuki masa nifas dimana sebelum pulang dari tempat

(29)

terhadap dirinya maupun terhadap bayinya, hal ini dapat dilakukan ibu dan dibantu

oleh suami, maupun keluarganya agar ibu dapat mempelajari semua yang harus

dilakukan maka ibu diberikan buku pegangan agar jika ibu lupa melakukannya ibu

dapat melihat ulang apa yang harus dilakukan (Saleha, 2009).

Kunjungan rumah post partum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena

membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam

lingkungan yang alami dan aman. Bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang

ada dirumah, demikian pula keamanan dirumah dan lingkungn sekitar. Kedua data

tersebut bermanfaat untuk merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan.

Kunjungan rumah lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik

dan psikologis yang rumit (Saleha, 2009).

Menurut Saleha (2009) selain keuntungan, kunjungan rumah post partum juga memiliki keterbatasan yang masih sering dijumpai, yaitu sebagai berikut:

1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.

2. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan.

3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.

E. PENGETAHUAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan berarti segala sesuatu yang

diketahui. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

(30)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Mubarak, 2007), yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Pengukuran tingkatan

pengetahuan ini menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara luas. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya.

3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

(31)

F. SIKAP

Dalam kamus besar bahasa Indonesia sikap berarti perbuatan dan sebagainya

yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Menurut Notoadmojo (2007), Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Newcomb (seorang ahli psikologis sosial) menyatakan bahwa sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan

(Notoatmodjo, 2007), yaitu :

1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan perhatian

orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi

(32)

suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap yang positif terhadap gizi

anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep. Konsep yang ingin diamati

dan diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoadmojo, 2005).

Kerangka konsep dari penelitian digambarkan sebagai berikut :

Gbr. 3.1. Skema Kerangka Konsep

Skema kerangka konsep diatas menjelaskan penelitian akan

meng-identifikasikan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan

masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013. Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

(34)

B. Definisi Opresional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Kemampuan ibu

nifas di RB

Kuesioner Dengan

menghitung

Kuesioner Dengan skor,

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif, yang menggambarkanpengetahuan dan sikap ibu

nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin

Delima Medan tahun 2013, dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti.Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu yang bersalin mulai bulan Pebruari sampai dengan April

yaitu sebanyak 34ibu yang bersalin di Rumah Bersalin Delima Medan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini

diambil dengan metode sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua

anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasi kecil

(Hidayat, 2007). Adapun jumlah sampelditeliti dalam penelitian ini adalah

sejumlah populasi yang peneliti peroleh yaitu sebanyak 34 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Delima Medan.

D. Waktu Penelitian

(36)

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada

Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada ibu pimpinan

Rumah Bersalin Delima Medan ibu Hj. Masdelima, tempat peneliti melakukan

penelitian untuk mengambil data dalam bentuk penyebaran kuesioner.

Sebelum menyebarkan kuesioner terlebih dahulu peneliti memberikan lembaran

persetujuan (Informed consent) menjadi responden dan diberikan kepada calon

responden yang akan diteliti, peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah

penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani dengan pengisian

lembaran persetujuan yang dilanjutkan dengan pengisian lembaran kuisioner. Peneliti

juga memberikan kesempatan kepada responden jika memilih untuk menarik diri dari

pertanyaan untuk menghargai hak- hak responden.

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden

pada masing- masing lembaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008). Alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner yaitu daftar pertanyaan

yang sudah disusun dengan baik, dimana responden dapat memberikan jawaban atau

dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Adapun data yang dikumpulkan adalah

data primer yaitu data didapat langsung pada responden. Instrumen penelitian yang

(37)

1. Pertanyaan tertutup atau berstruktur yaitu dimana kuesioner dibuat

sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau

menjawab pada jawaban yang sudah ada.

2. Checklist atau daftar cek yang merupakan daftar yang berisi pernyataan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberi

cek (√) sesuai dengan yang diinginkan (Hidayat, 2007). Kuesioner tersebut

disusun berdasarkan literatur untuk mengukur pengetahuan dan sikap

responden.

Alat ukur dalam peneltian ini terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Data Demografi meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, paritas

b. Kuesioner mengenai pengetahuan ibu nifas terhadap pelaksanaan

kunjungan masa nifas yang berjumlah 10 pertanyaan terdiri dari

multiple choice dengan 3 pilihan jawaban dengan kriteria pemberian

nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat

pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000

dalam Tidora Manurung, 2010) :

1) Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore > 6

2) Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore 4 - 6.

3) Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh

(38)

c. Kuesioner mengenai sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan

masa nifas yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan pertanyaan berupa

lembar Checklist dengan menggunakan skala likert terdiri dari 4 pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju

dengan kriteria pemberian nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, nilai 3

untuk jawaban setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju dan nilai 1

untuk jawaban sangat tidak setuju.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat sikap

responden dengankriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000 dalam Tidora

Manurung, 2010) :

1) Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore >30

2) Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore 20 - 30

3) Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh

pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore <20.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji validitas

Uji validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut

semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya

(39)

Sebelum mengumpulkan data, instrument harus di konsultasikan kepada

dosen pembimbing. Uji content validity dilakukan dengan mengonsulkan

kepadadosen ahlinya sehingga hasil dari seluruh pertanyaan dinyatakan valid.

Dalam hal ini peneliti telah melakukan content validity pada bulan Maret tahun 2013 dengan Ibu Hj. Juliani, SST, MARS dengan score indeks untuk

pengetahuan 0,76 dan skor indeks untuk sikap 0,7. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan alat ukur yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan.serta

dilakukan uji coba dengan uji korelasi tiap- tiap pertanyaan dengan skors total

kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna

(construct validity), berarti semua item pertanyaan dapat digunakan sebagai alat ukur.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur

memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap

sekelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan

bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali

pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka

hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel (Arikunto,2006).

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha

yang diolah melalui program komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 responden di Kelurahan Harjosariyang mempunyai kriteria yang sama dengan

(40)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu nifas

terhadap kunjungan masa nifas. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah

dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara, dan mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada ibu

pimpinan Rumah Bersalin Delima Medan, setelah mendapat izin maka peneliti

melaksanakan penelitian. Selanjutnya peneliti mencari calon responden yang sesuai

dengan kriteria dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini dan meminta

persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani

informed consent, setelah itu peneliti mendampingi responden dan menjelaskan

kepada responden jika ada pertanyaan yang kurang jelas. Kemudian peneliti

memeriksa kembali kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul

dianalisis.

I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisi data kembali dengan

tahapan: 1) Editing, yaitu data diperiksa atau dicek isian kuasioner. Jika tidak lengkap maka meminta responden untuk melakukan pengisian kembali, 2)

Coding, yaitu dengan memberikan code pada setiap jawaban responden untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisa dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpuln data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel, 3)

Tabulating, yakni menghitung data yang telah lengkap, sesuai dengan

(41)

Analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat. Analisis data dalam

penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap

masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi,

(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian

mengenai pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa

nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013. Penelitian ini telah

dilaksanakan mulai bulan April hingga Juni 2013 di RumahBersalin Delima

Medan, dengan jumlah responden sebanyak 34 orang.

Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan

kunjungan masa nifas, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 10

(sepuluh) pertanyaan untuk pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk sikap, berikut

ini akan dijabarkan hasil dari penelitian tersebut yaitu karakteristik responden,

pengetahuan dan sikap responden di Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.

1. Karakteristik Responden

Peneliti menggolongkan karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, paritas dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada

(43)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden Pasiendi Klinik Bersalin Delima

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur

Berdasarkan tabel5.1. dapat diketahui bahwa, karakteristik umur mayoritas

responden dengan umur 20-35 tahun sebanyak 13 orang (38,2%) dan minoritas

responden berumur > 35 tahun sebanyak 9 orang (26,5%). Karakteristik

pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang

(32,4%) dan minoritas responden berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 4

orang (11,8%). Karakteristik paritas ibu mayoritas responden dengan primipara

sebanyak 13 orang (38,2%) dan minoritas responden dengan secundipara

sebanyak 9 orang (26,5%). Karakteristik pekerjaan mayoritas responden yang

IRT sebanyak 17 orang (50,0%) dan berdasarkan pekerjaan responden minoritas

(44)

2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai pengetahuan ibu terhadap

pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien di rumah bersalin delima Medan

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas di Rumah Bersalin Delima Medan

Variabel F %

Baik 5 14,7

Cukup 15 44,1

Kurang 14 41,2

Total 34 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh bahwa pengetahuan responden tentang

pelaksanaan kunjungan masa nifassebagian mayoritas menunjukkan

pengetahuan cukup yaitu 15 orang ( 44,1%) dan minoritas pengetahuan baik 8

orang (14,7 %).

3. Sikap Responden

Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan objek. Sikap bersifat sosial, yang menuntut perilaku kita

sehingga kita bertindak sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan (Purwanto, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai sikap ibu

nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien di rumah bersalin

(45)

Tabel 5.3

Distribusi Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifasdi Rumah Bersalin Delima Medan

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Positif 23 67,6

Negatif 11 32,4

Total 34 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas tentang kategori sikap menunjukkan bahwa

mayoritas responden bersikap positif terhadap kunjungan masa nifas yaitu 23 orang

(67,6 %) dan yang bersikap negatif yaitu 11 orang (32,4 %).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh data yang

merupakan keadaan nyata cara menyebarkan kuesioner kepada 34 orang

responden yaitu ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas di rumah

bersalin delima Medan tahun 2013. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam

melakukan pembahasan hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui, bahwa sebagian besar umur responden

antara 25 – 35 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (38,2%). Menurut Anderson

(1975) yang dikutip Azhari menyatakan umur merupakan salah satu bagian

yang dimiliki seseorang yaitu faktor yang dapat mempengaruhi memori atau

(46)

besar pengetahuan responden tentang pelaksanann kunjungan masa nifas

yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%).

Notoadmojo (2005) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihata, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan berkembang menjadi

ilmu apabila memenuhi kriteria diantaranya mempunyai objek kajian,

mempunyai metode pendekatan, dan bersifat universal (mendapatkan pengakuan secara umum).

Menurut Lukman dan Hendra (2008), bahwa tingkat pendidikan turut

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan

yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin baik pula pengetahuannya. Sedangkan menurut Azwar (2007)

pendidikan adalah persyaratan utama untuk membangun masyarakat berbasis

pengetahuan dan pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan

responden rata-rata cukup yaitu responden berpengetahuan cukup sebanyak 15

orang (44,1%) dari 34 responden. Jadi dapat kita lihat bahwa pendidikan

meningkatkan pengetahuan dan berdasarkan usia, Abu ahmadi menjelaskan

bahwa memori daya ingat seseorang dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu

umur. Dengan bertambahnya umur seseorang maka pengetahuan yang

diperolehnya juga akan mengalami pertambahan tetapi pada umur-umur tertentu

atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu

(47)

2. Sikap Responden

Berdasarkan hasil penelitian sikap responden terhadap pelaksanaan

kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan

responden mayoritas bersikap positif yaitu sebanyak 23 orang (67,6%) dan

11 orang (32,4%) bersikap negatif.

Menurut Azwar (2007) faktor pengalaman pribadi seseorang salah satu

dengan pembentukan sikap. Sikap seseorang terbentuk atas dasar adanya

tanggapan dan untuk menanggapi seseorang harus mempunyai suatu

pengalaman yang berkaitan dengan objek.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini berdasarkan desain penelitian deskriptif yang hanya

menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan

kunjungan masa nifas.Sebaiknya pada penelitian lanjutan untuk meneliti ada

pengaruh pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pentingnya kunjungan masa

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan karakteristik responden

a. Dari hasil penelitian ini mayoritas responden yang didapatkan pada umur

25 – 35 tahun sebanyak 13 orang (38,2%).

b. Dari segi tingkat pendidikan formal mayoritas responden pada tingkat

pendidikan SMA sebanyak 11 orang (32,4%).

c. Dari segi paritas mayoritas pada ibu primipara sebanyak 13 orang

(38,2%).

d. Dari segi pekerjaan mayoritas pada ibu yang tidak bekerja atau sebagai

ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (50,0%).

2. Berdasarkan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap kunjungan masa nifas

a. Pengetahuan

Diketahui mayoritas ibu berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang

(44,1%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%).

b. Sikap

Sikap ibu nifas terhadap hal berkaitan dengan kunjungan masa nifas,

diketahui mayoritas ibu mempunyai sikap positif sebanyak 23 orang

(49)

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan para ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam

pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian

ibu dapat diturunkan serta mempertahankan sikap positif yang telah dimiliki

dan responden yang masih bersikap negatif hendaknya dapat bersikap yang

positif

2. Bagi peneliti lanjut

Agar dapat menggali variabel-variabel yang berkaitan dengan peningkatan

ilmu pengetahuan tentang pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N. 2012.Jurnal Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan

Ketidak nyamanan Fisik yang Terjadi pada Ibu Selama Masa Nifas, Medan,

USU.

Ambarwati, E.R. 2008.Asuhan Kebidanan Nifas, Jogjakarta : Mitra Cendikia Offset. Depkes Pusat Data dan Informasi. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006, Jakarta :

Depkes RI.

---. 2006. Pedoman Bimbingan Teknis Asuhan Kebidanan dan Perinatal, Jakarta : Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika.

Marsudiningsih. 2003. Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan, Monitoring dan

Perawatan Ibu Pasca Persalinan Terhadap Kejadian Morbiditas Nifas, [diunduh 15 Mei]; hal : 72-82.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mengajar dalam Pendidikan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmojdo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya, Jakarta

Rineka Cipta.

---. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Rukiyah, A.Y. 2011.Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta : TIM.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,Jakarta : Salemba Medika Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4,Jakarta : EGC.

Wheeler, Linda. 2003. Buku Saku Perawatan Pranatal & Pasca Partum, Jakarta : EGC.

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 5.4 pilihan jawaban sikap Ibu nifas tentang perawatan luka perineum di klinik delima belawan tahun 2015, didapat bahwa ibu nifas yang

Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE. DI RUMAH BERSALIN HADIJAH MEDAN

Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika.. Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan,

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kunjungan masa nifas di puskesmas cimahi selatan tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa gambaran

Variabel independen adalah pengetahuan ibu tentang materi perawatan masa nifas dalam Buku KIA. Yang dimaksud dengan pengetahuan ialah segala informasi yang diketahui

Analisa univariat digunakan untuk dapat melihat distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas terhadap perawatan luka perineum di rumah bersalin rosita Analisa bivariat

Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas pada Ibu Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan kunjungan masa nifas