PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TERHADAP
PELAKSANAAN KUNJUNGAN MASA NIFAS
PADA PASIEN RUMAH BERSALIN
DELIMA MEDAN
TAHUN 2013
YULIA WIDIANTI
125102053
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
▸ Baca selengkapnya: download buku kunjungan rumah
(2)(3)(4)Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013
Abstrak Yulia Widianti
Latar belakang : Masa nifas adalah masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013.
Metodologi : Desain penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah populasi seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Bersalin Delima Medan pada bulan Pebruari sampai April tahun 2013. Total populasi sampel penelitian berjumlah 34 responden. Hasil analisis disajikan dalam tabel distribusi.
Hasil :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%)dan minoritas responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%). Sikap ibu nifas terhadap pelaksanan kunjungan masa nifas mayoritas responden bersikap positif sebanyak 23 orang (67,6%) dan minoritas bersikap negatif sebanyak 11 orang (32,4%).
Kesimpulan :Dari hasil penelitian ini diharapkan para ibu khususnya ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian ibu dapat diturunkan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Sebagai puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmadNya yang
selalu memberikan pertolongan dan perlindungan serta kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Pengetahuan dan
Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien di Rumah
Bersalin Delima Medan Tahun 2013”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :
1. dr. Dedi Ardinata M,kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara sekaligus sebagai penguji II dalam sidang hasil Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. Nur Asnah Sitohang, S.kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
PendidikFakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai
penguji I dalam sidang proposal penelitian.
3. Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.kes selaku dosen pembimbing proposal yang
selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing peneliti, serta selalu
memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
4. Erniyati S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan I dan juga sebagai penguji I dalam
sidang hasil Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb selaku dosen dan penguji II dalam sidang
proposal penelitian.
6. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik peneliti selama mengikuti pendidikan di D-IV USU.
7. Seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.
8. Hj. Masdelima Parinduri yang telah membantu penulis dalam memberi izin dan
9. Ibu direktris Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhan Batu Hj. Masrah Hasibuan,
M.Kes yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan dan dukungan kepada
penulis untuk mengikuti program studi D-IV ini.
10. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta atas doa, dukungan moril dan
materi serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis, semoga penulis dapat
memberikan yang terbaik berkat doa yang diberikan.
11. Ibu Farida dan Bapak Harmeyn Harahap selaku wali penulis dalam memberikan
segala bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.
12. Serta untuk sahabat-sahabat terbaik penulis Nurma D.P, Kak Ade, Mbak Yuli,
Jijah, Kak Sunarti, Lolo, Tetty, Wiwik dan seluruh teman-teman seperjuangan
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan T.A
2012/2013 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak memberi bantuan dan perhatian dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rezeki serta perlindungan dan kesehatan
dalam menjalankan ibadah kepada-Nya serta dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.
Medan, 01 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG KTI
ABSTRAK
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kunjungan Nifas Pada Ibu Nifas 1. Pengertian Masa Nifas ... 6
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 6
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan ... 7
B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1. Perubahan Sistem Reproduksi ... 9
2. Perubahan Sistem Pencernaan ... 11
C. Kebijakan Program Nasional Nifas... 13
D. Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah ... 16
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 21
B. Defenisi Operasional ... 22
BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 23
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 28
I. Analisis Data ... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden ... 30
2. Pengetahuan Responden ... 32
3. Sikap Responden ... 32
B. Pembahasan 1. Pengetahuan Responden ... 33
2. Sikap Responden ... 35
C. Keterbatasan Penelitian ... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpilan ... 36
B. Saran ... 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel3.1 Defenisi Opersional ... 22
Tabel5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik
Responden Rumah Bersalin Delima Medan ... 31
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan
Masa Nifas Rumah Bersalin Delima Medan ... 32
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar kuesioner
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian
Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas Pada Pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013
Abstrak Yulia Widianti
Latar belakang : Masa nifas adalah masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013.
Metodologi : Desain penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah populasi seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Bersalin Delima Medan pada bulan Pebruari sampai April tahun 2013. Total populasi sampel penelitian berjumlah 34 responden. Hasil analisis disajikan dalam tabel distribusi.
Hasil :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%)dan minoritas responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%). Sikap ibu nifas terhadap pelaksanan kunjungan masa nifas mayoritas responden bersikap positif sebanyak 23 orang (67,6%) dan minoritas bersikap negatif sebanyak 11 orang (32,4%).
Kesimpulan :Dari hasil penelitian ini diharapkan para ibu khususnya ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian ibu dapat diturunkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha,
2009).
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya
pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa
disebut juga puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Marsudiningsih, 2003).
Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa nifas ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis, yaitu perubahan fisik,
involusiuterus, dan pengeluaran lokhia, laktasi pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis. Karena pada masa nifas ini ibu-ibu yang
baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis
maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membantu ibu
sebagai orang tua baru dan memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk
mengahadapi kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih
sayang sehingga dapat memulai menjalani kehidupan sebagai keluarga baru
Menurut data World Health Organization (2001) di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.
Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan post partum primer merupakan
perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan post partum
primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran.
Menurut data Depkes (2007) angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu
target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development
Goals (MDGs) yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat
risiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun, demikian upaya untuk mewujudkan target
tujuan pembangunan MDGsmasih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang
terus menerus.
Hasil penelitian Marsudiningsih (2003) berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.
Sementara target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada
sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Persoalan kematian yang terjadi lantaran
indikasi yang lazim muncul yakni dikarenakan perdarahan pasca melahirkan,
hipertensi saat hamil atau pre eklampsi dan infeksi. Namun ternyata masih ada faktor
lain yang cukup penting misalnya, pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik,
Dari hasil penelitian Marsudiningsih (2003) menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara (2010) penyebab utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada
survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan karena komplikasi persalinan (45%),
retensio placenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklampsia masing-masing (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam
nifas (4%).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini kerena merupakan masa kritis
baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama (Depkes, 2006).
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan rumah
direncanakan untuk bekerja sama dengan keluarga dan di jadwalkan berdasarkan
kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang (Saleha, 2009).
Menurut Aisyaroh (2012) dalam penelitian Marsudiningsih (2003) yang hasilnya
berupa monitoring ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian keadaan sakit
(morbiditas) nifas karena memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu sehingga dengan memonitoring ibu yang baik dapat di deteksi morbiditas ibu lebih banyak.
Kurangnya monitoring ibu selama masa nifas berdampak pada kemungkinan tidak
tercatatnya morbiditas ibu. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat
Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat masa nifas
sekitar 60% mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru
mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan
kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saleha, 2009).
Terdapat beberapa penentuan waktu kontak atau kunjungan masa nifas yang
dilakukan untuk mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi
yaitu dengan menilai status ibu dan bayi baru lahir, serta untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Marsudiningsih, 2003).
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis merasa tertarik untuk meneliti
bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa
nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu
mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan
masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap
pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan
masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.
b. Untuk mengetahui sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa
nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas dengan meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas.
2. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan sumber data untuk
penelitian berikutnya.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kunjungan Nifas Pada Ibu Nifas (Post Partum)
1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)
Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas
(puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira enam minggu.
Puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Batasan waktu nifas yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu
yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah
40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Rukiyah (2011) dalam Saifuddin (2006) selama bidan memberikan
asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu
nifas. Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologis
pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu
terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis
yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa
data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah
yang terjadi pada ibu dan bayi.
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke
langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Menurut Rukiyah (2011) setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas
dan tanggung jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus
dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun
reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan
standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa
nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain:
a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk
b. Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam kedua,
jika kontraksi tidak kuat. Massase Uterus sampai keras karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.
c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit pada
jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan
kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri posisi yang nyaman,
dukung program bounding attachman dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan
keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,
perawatan payudara, kebersihan diri.
e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
j. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bhaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
l. Memberikan asuhan secara professional.
B. PerubahanFisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Menurut Mitayani (2009) perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
sebagai berikut:
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah
sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
2) Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum
hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
progesteron.
4) Efek Oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
b. Lokhia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokhia.
Lokhia adalah ekskresi cairan rahim selama m
reaksi basa atau alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokhia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi
menjadi lokhiarubra, sanguilenta, serosa dan alba.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di
vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan
mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar
240 hingga 270 ml.
c. Vagina dan perineum
Selama pros
peregangan. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan
otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada
akhir puerperium dengan latihan harian.
2. Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal (Wheeler,
2003).
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain :
a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
c. PengosonganUsus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses
pascapartum, diare sebelum
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada m
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup.
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
3. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan : setelah melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5
derajat celcius dari keadaan normal, setelah dua jam pertama melahirkan
suhu badan akan kembali normal.
b. Nadi dan pernafasan : nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit
setelah melahirkan, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan pada
penderita, sedangkan pernafasan akan sedikit lebih meningkat setelah
melahirkan kemudian kembali seperti keadaan seperti semula.
c. Tekanan darah : setelah melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
menghilang dengan sendirinya bila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan.
C. Kebijakan Program Nasional Nifas
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada
beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada
ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan
perkembangannya antara lain (Saleha, 2009).
1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri; pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia; jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan sehat.
Menurut Varney (2007), selama puerperium awal bidan sebaiknya menemui
wanita sedikitnya satu hari sekali. Setiap kunjungan meliputi aspek sebagai
berikut:
a. Tinjauan Catatan Klien
Sebelum bidan memulai kunjungan, bidan meninjau setiap bagian
perawatan kelahiran dan antepartum yang belum diketahuinya sehingga ia dapat memiliki pengetahuan ketika berbicara dengan ibu baru tersebut. Hal
kesehatan bayi baru lahir. Peninjauan catatan sejak kelahiran juga
membantu bidan mengetahui catatan tanda-tanda vital ibu, hasil
laboratorium, penggunaan obat-obatan, dan setiap komentar dari perawat.
Catatan perkembangan dan program sebelumnya juga ditinjau. Waktu yang
sudah berlalu sejak kelahiran, dalam jam atau hari, dipastikan untuk
mengidentifikasi temuan fisik yang diharapkan.
b. Riwayat
Saat bidan memulai kunjungannya, topic pertamanya adalah kelahiran. Saat
wanita membagi pengalamannya, ia memberi informasi yang dapat
divalidasi atau di perbaiki, dan memberi petunjuk topic mana yang
merupakan masalah besar baginya. Informasi tambahan dapat ditanyakan
untuk mengkaji pemulihan fisik dan kemajuan ibu dalam belajar menjadi
orang tua bagi anaknya yang baru lahir.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan selama periode pasca partum awal meliputi sebagai berikut:
1) Pengkajian tanda-tanda vital termasuk kecenderungan selama periode
setelah kelahiran.
2) Pemeriksaan payudara termasuk menunjukkan adanya kolostrum dan
penatalaksanaan puting susu pada wanita menyusui.
3) Auskultasi jantung dan paru-paru, sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
4) Evaluasi bagian perut ibu terhadap involusio uterus dan kandung kemih.
5) Evaluasi nyeri tekan sudut costo-vertebral angle (CVA) jika di
6) Pengkajian perineum terhadap memar, edema, hematoma dan
penyembuhan setiap jahitan.
7) Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia
8) Pemeriksaan anus terhadap adanya haemoroid
9) Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya edema, nyeri tekan atau panas
pada betis dan refleks.
2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uterus
berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan berdasarkan
perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang diharapkan dalam dua minggu
pasca partum. Perhatian khusus harus diberikan pada seberapa baik wanita
mengatasi perubahan ini dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua.
Pada saat ini juga adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan
kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan memilih memulai hubungan seksual
segera setelah lokhia ibu menghilang.
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan konseling untuk
keluarga berencana secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tnda bahaya
yang dialami oleh ibu dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran
Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ini sering kali terdiri dari
pemeriksaan riwayat lengkap, fisik, dan panggul. Selain itu, kunjungan
meliputi penapisan adanya kontra indikasi terhadap setiap metode keluarga
berencana. Selain pengkajian yang dibahas diatas untuk penggunaan pnggilan
telepon atau kunjungan dua minggu, riwayat tambahan lain meliputi sebagai
berikut:
a. Permulaan hubungan seksual dan waktu penggunaan kontrasepsi
b. Metode keluarga berencana yang di inginkan
c. Adanya gejala demam, kedinginan, pilek dan flu
d. Payudara apakah ada masalah pada puting susu, perawatan payudara, atau
gejala mastitis. e. Fungsi perkemihan
f. Perubahan lokhia
g. Kram atau nyeri tungkai
D. Program Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas di Rumah
Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan apabila
direncanakan dan diorganisasikan dengan baik. Bidan perlu meninjau kembali
catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran dan catatan lain yang bisa digunakan
sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian perawatan lanjutan yang
diberikan. Setelah kunjungan tersebut direncanakan, bidan haru mempersiapkan
semua peralatan yang diperlukan, materi instruksi dan keterangan yang dapat
diberikan kepada keluarga yang akan dikunjungi (Saleha, 2009).
Setelah melahirkan ibu memasuki masa nifas dimana sebelum pulang dari tempat
terhadap dirinya maupun terhadap bayinya, hal ini dapat dilakukan ibu dan dibantu
oleh suami, maupun keluarganya agar ibu dapat mempelajari semua yang harus
dilakukan maka ibu diberikan buku pegangan agar jika ibu lupa melakukannya ibu
dapat melihat ulang apa yang harus dilakukan (Saleha, 2009).
Kunjungan rumah post partum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena
membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam
lingkungan yang alami dan aman. Bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang
ada dirumah, demikian pula keamanan dirumah dan lingkungn sekitar. Kedua data
tersebut bermanfaat untuk merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan.
Kunjungan rumah lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik
dan psikologis yang rumit (Saleha, 2009).
Menurut Saleha (2009) selain keuntungan, kunjungan rumah post partum juga memiliki keterbatasan yang masih sering dijumpai, yaitu sebagai berikut:
1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.
2. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan.
3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
E. PENGETAHUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan berarti segala sesuatu yang
diketahui. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Mubarak, 2007), yaitu :
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Pengukuran tingkatan
pengetahuan ini menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara luas. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya.
3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
F. SIKAP
Dalam kamus besar bahasa Indonesia sikap berarti perbuatan dan sebagainya
yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Menurut Notoadmojo (2007), Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Newcomb (seorang ahli psikologis sosial) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
(Notoatmodjo, 2007), yaitu :
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan perhatian
orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau
salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap yang positif terhadap gizi
anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep. Konsep yang ingin diamati
dan diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoadmojo, 2005).
Kerangka konsep dari penelitian digambarkan sebagai berikut :
Gbr. 3.1. Skema Kerangka Konsep
Skema kerangka konsep diatas menjelaskan penelitian akan
meng-identifikasikan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan
masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan Tahun 2013. Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
B. Definisi Opresional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat
Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan Kemampuan ibu
nifas di RB
Kuesioner Dengan
menghitung
Kuesioner Dengan skor,
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif, yang menggambarkanpengetahuan dan sikap ibu
nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin
Delima Medan tahun 2013, dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti.Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang bersalin mulai bulan Pebruari sampai dengan April
yaitu sebanyak 34ibu yang bersalin di Rumah Bersalin Delima Medan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan metode sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua
anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasi kecil
(Hidayat, 2007). Adapun jumlah sampelditeliti dalam penelitian ini adalah
sejumlah populasi yang peneliti peroleh yaitu sebanyak 34 orang.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Delima Medan.
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada
Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada ibu pimpinan
Rumah Bersalin Delima Medan ibu Hj. Masdelima, tempat peneliti melakukan
penelitian untuk mengambil data dalam bentuk penyebaran kuesioner.
Sebelum menyebarkan kuesioner terlebih dahulu peneliti memberikan lembaran
persetujuan (Informed consent) menjadi responden dan diberikan kepada calon
responden yang akan diteliti, peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah
penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani dengan pengisian
lembaran persetujuan yang dilanjutkan dengan pengisian lembaran kuisioner. Peneliti
juga memberikan kesempatan kepada responden jika memilih untuk menarik diri dari
pertanyaan untuk menghargai hak- hak responden.
Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
pada masing- masing lembaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008). Alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner yaitu daftar pertanyaan
yang sudah disusun dengan baik, dimana responden dapat memberikan jawaban atau
dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Adapun data yang dikumpulkan adalah
data primer yaitu data didapat langsung pada responden. Instrumen penelitian yang
1. Pertanyaan tertutup atau berstruktur yaitu dimana kuesioner dibuat
sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau
menjawab pada jawaban yang sudah ada.
2. Checklist atau daftar cek yang merupakan daftar yang berisi pernyataan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberi
cek (√) sesuai dengan yang diinginkan (Hidayat, 2007). Kuesioner tersebut
disusun berdasarkan literatur untuk mengukur pengetahuan dan sikap
responden.
Alat ukur dalam peneltian ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Data Demografi meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, paritas
b. Kuesioner mengenai pengetahuan ibu nifas terhadap pelaksanaan
kunjungan masa nifas yang berjumlah 10 pertanyaan terdiri dari
multiple choice dengan 3 pilihan jawaban dengan kriteria pemberian
nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.
Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000
dalam Tidora Manurung, 2010) :
1) Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore > 6
2) Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore 4 - 6.
3) Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh
c. Kuesioner mengenai sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan
masa nifas yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan pertanyaan berupa
lembar Checklist dengan menggunakan skala likert terdiri dari 4 pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
dengan kriteria pemberian nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, nilai 3
untuk jawaban setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju dan nilai 1
untuk jawaban sangat tidak setuju.
Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat sikap
responden dengankriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000 dalam Tidora
Manurung, 2010) :
1) Baik, bila nilai responden > 66,67% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore >30
2) Cukup, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore 20 - 30
3) Kurang, bila nilai responden < 33,33% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skore <20.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji validitas
Uji validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut
semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya
Sebelum mengumpulkan data, instrument harus di konsultasikan kepada
dosen pembimbing. Uji content validity dilakukan dengan mengonsulkan
kepadadosen ahlinya sehingga hasil dari seluruh pertanyaan dinyatakan valid.
Dalam hal ini peneliti telah melakukan content validity pada bulan Maret tahun 2013 dengan Ibu Hj. Juliani, SST, MARS dengan score indeks untuk
pengetahuan 0,76 dan skor indeks untuk sikap 0,7. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan alat ukur yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan.serta
dilakukan uji coba dengan uji korelasi tiap- tiap pertanyaan dengan skors total
kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna
(construct validity), berarti semua item pertanyaan dapat digunakan sebagai alat ukur.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap
sekelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan
bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali
pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka
hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel (Arikunto,2006).
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha
yang diolah melalui program komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 responden di Kelurahan Harjosariyang mempunyai kriteria yang sama dengan
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu nifas
terhadap kunjungan masa nifas. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah
dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara, dan mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada ibu
pimpinan Rumah Bersalin Delima Medan, setelah mendapat izin maka peneliti
melaksanakan penelitian. Selanjutnya peneliti mencari calon responden yang sesuai
dengan kriteria dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini dan meminta
persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani
informed consent, setelah itu peneliti mendampingi responden dan menjelaskan
kepada responden jika ada pertanyaan yang kurang jelas. Kemudian peneliti
memeriksa kembali kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul
dianalisis.
I. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisi data kembali dengan
tahapan: 1) Editing, yaitu data diperiksa atau dicek isian kuasioner. Jika tidak lengkap maka meminta responden untuk melakukan pengisian kembali, 2)
Coding, yaitu dengan memberikan code pada setiap jawaban responden untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan analisa dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpuln data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel, 3)
Tabulating, yakni menghitung data yang telah lengkap, sesuai dengan
Analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat. Analisis data dalam
penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap
masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi,
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
mengenai pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa
nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013. Penelitian ini telah
dilaksanakan mulai bulan April hingga Juni 2013 di RumahBersalin Delima
Medan, dengan jumlah responden sebanyak 34 orang.
Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan
kunjungan masa nifas, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 10
(sepuluh) pertanyaan untuk pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk sikap, berikut
ini akan dijabarkan hasil dari penelitian tersebut yaitu karakteristik responden,
pengetahuan dan sikap responden di Rumah Bersalin Delima Medan tahun 2013.
1. Karakteristik Responden
Peneliti menggolongkan karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, paritas dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden Pasiendi Klinik Bersalin Delima
Karakteristik Frekuensi Persentase
Umur
Berdasarkan tabel5.1. dapat diketahui bahwa, karakteristik umur mayoritas
responden dengan umur 20-35 tahun sebanyak 13 orang (38,2%) dan minoritas
responden berumur > 35 tahun sebanyak 9 orang (26,5%). Karakteristik
pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang
(32,4%) dan minoritas responden berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 4
orang (11,8%). Karakteristik paritas ibu mayoritas responden dengan primipara
sebanyak 13 orang (38,2%) dan minoritas responden dengan secundipara
sebanyak 9 orang (26,5%). Karakteristik pekerjaan mayoritas responden yang
IRT sebanyak 17 orang (50,0%) dan berdasarkan pekerjaan responden minoritas
2. Pengetahuan Responden
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai pengetahuan ibu terhadap
pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien di rumah bersalin delima Medan
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas di Rumah Bersalin Delima Medan
Variabel F %
Baik 5 14,7
Cukup 15 44,1
Kurang 14 41,2
Total 34 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh bahwa pengetahuan responden tentang
pelaksanaan kunjungan masa nifassebagian mayoritas menunjukkan
pengetahuan cukup yaitu 15 orang ( 44,1%) dan minoritas pengetahuan baik 8
orang (14,7 %).
3. Sikap Responden
Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan objek. Sikap bersifat sosial, yang menuntut perilaku kita
sehingga kita bertindak sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan (Purwanto, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai sikap ibu
nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas pada pasien di rumah bersalin
Tabel 5.3
Distribusi Sikap Ibu Nifas Terhadap Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifasdi Rumah Bersalin Delima Medan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Positif 23 67,6
Negatif 11 32,4
Total 34 100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas tentang kategori sikap menunjukkan bahwa
mayoritas responden bersikap positif terhadap kunjungan masa nifas yaitu 23 orang
(67,6 %) dan yang bersikap negatif yaitu 11 orang (32,4 %).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh data yang
merupakan keadaan nyata cara menyebarkan kuesioner kepada 34 orang
responden yaitu ibu nifas terhadap pelaksanaan kunjungan masa nifas di rumah
bersalin delima Medan tahun 2013. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan Responden
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui, bahwa sebagian besar umur responden
antara 25 – 35 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (38,2%). Menurut Anderson
(1975) yang dikutip Azhari menyatakan umur merupakan salah satu bagian
yang dimiliki seseorang yaitu faktor yang dapat mempengaruhi memori atau
besar pengetahuan responden tentang pelaksanann kunjungan masa nifas
yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (44,1%).
Notoadmojo (2005) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihata, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan berkembang menjadi
ilmu apabila memenuhi kriteria diantaranya mempunyai objek kajian,
mempunyai metode pendekatan, dan bersifat universal (mendapatkan pengakuan secara umum).
Menurut Lukman dan Hendra (2008), bahwa tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin baik pula pengetahuannya. Sedangkan menurut Azwar (2007)
pendidikan adalah persyaratan utama untuk membangun masyarakat berbasis
pengetahuan dan pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan
responden rata-rata cukup yaitu responden berpengetahuan cukup sebanyak 15
orang (44,1%) dari 34 responden. Jadi dapat kita lihat bahwa pendidikan
meningkatkan pengetahuan dan berdasarkan usia, Abu ahmadi menjelaskan
bahwa memori daya ingat seseorang dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu
umur. Dengan bertambahnya umur seseorang maka pengetahuan yang
diperolehnya juga akan mengalami pertambahan tetapi pada umur-umur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu
2. Sikap Responden
Berdasarkan hasil penelitian sikap responden terhadap pelaksanaan
kunjungan masa nifas pada pasien Rumah Bersalin Delima Medan
responden mayoritas bersikap positif yaitu sebanyak 23 orang (67,6%) dan
11 orang (32,4%) bersikap negatif.
Menurut Azwar (2007) faktor pengalaman pribadi seseorang salah satu
dengan pembentukan sikap. Sikap seseorang terbentuk atas dasar adanya
tanggapan dan untuk menanggapi seseorang harus mempunyai suatu
pengalaman yang berkaitan dengan objek.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini berdasarkan desain penelitian deskriptif yang hanya
menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pelaksanaan
kunjungan masa nifas.Sebaiknya pada penelitian lanjutan untuk meneliti ada
pengaruh pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap pentingnya kunjungan masa
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan karakteristik responden
a. Dari hasil penelitian ini mayoritas responden yang didapatkan pada umur
25 – 35 tahun sebanyak 13 orang (38,2%).
b. Dari segi tingkat pendidikan formal mayoritas responden pada tingkat
pendidikan SMA sebanyak 11 orang (32,4%).
c. Dari segi paritas mayoritas pada ibu primipara sebanyak 13 orang
(38,2%).
d. Dari segi pekerjaan mayoritas pada ibu yang tidak bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (50,0%).
2. Berdasarkan pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap kunjungan masa nifas
a. Pengetahuan
Diketahui mayoritas ibu berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang
(44,1%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (14,7%).
b. Sikap
Sikap ibu nifas terhadap hal berkaitan dengan kunjungan masa nifas,
diketahui mayoritas ibu mempunyai sikap positif sebanyak 23 orang
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan para ibu nifas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam
pelaksanaan kunjungan masa nifas agar angka kesakitan dan angka kematian
ibu dapat diturunkan serta mempertahankan sikap positif yang telah dimiliki
dan responden yang masih bersikap negatif hendaknya dapat bersikap yang
positif
2. Bagi peneliti lanjut
Agar dapat menggali variabel-variabel yang berkaitan dengan peningkatan
ilmu pengetahuan tentang pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, N. 2012.Jurnal Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan
Ketidak nyamanan Fisik yang Terjadi pada Ibu Selama Masa Nifas, Medan,
USU.
Ambarwati, E.R. 2008.Asuhan Kebidanan Nifas, Jogjakarta : Mitra Cendikia Offset. Depkes Pusat Data dan Informasi. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006, Jakarta :
Depkes RI.
---. 2006. Pedoman Bimbingan Teknis Asuhan Kebidanan dan Perinatal, Jakarta : Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika.
Marsudiningsih. 2003. Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan, Monitoring dan
Perawatan Ibu Pasca Persalinan Terhadap Kejadian Morbiditas Nifas, [diunduh 15 Mei]; hal : 72-82.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmojdo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya, Jakarta
Rineka Cipta.
---. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Rukiyah, A.Y. 2011.Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta : TIM.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,Jakarta : Salemba Medika Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4,Jakarta : EGC.
Wheeler, Linda. 2003. Buku Saku Perawatan Pranatal & Pasca Partum, Jakarta : EGC.