ANALISA RESPON SPEKTRUM PADA BANGUNAN
BERTINGKAT BANYAK DENGAN MENGGUNAKAN
MULTI FRICTION PENDULUM SYSTEM
(MFPS)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh : ANDI RIZKI
04 0404 014
SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISA RESPON SPEKTRUM PADA BANGUNAN
BERTINGKAT BANYAK DENGAN MENGGUNAKAN
MULTI FRICTION PENDULUM SYSTEM
(MFPS)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh :
04 0404 014 ANDI RIZKI
Pengesahan untuk disidangkankan :
`
SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009 Pembimbing
Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT. NIP. 131 754 529
Co Pembimbing
ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan / system untuk anti
gempa, telah ditemukan suatu perangkat anti seismic yang disebut base isolator. Base isolator adalah teknik pengontrolan terhadap respon gempa pada struktur selama getaran gempa yang terjadi. Penggunaan base isolator pada bangunan akan memisahkan bangunan atau struktur dari pergerakan horizontal tanah dengan cara nenyisipkan suatu elemen yang mempunyai kekakuan geser yang relative kecil antara pondasi dengan struktur utama yang berada di atasnya. Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan elemen baik struktural maupun nonstruktural umumnya disebabkan adanya interstory drift (perbedaan simpangan antar tingkat). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral. tetapi , hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan.
Pada tugas akhir ini digunakan base isolator dengan jenis Multi Friction Pendulum System (MFPS). Bangunan yang direncanakan adalah bangunan lima lantai dan sepuluh lantai yang berada pada wilayah gempa Indonesia zona 5. Kedua banguan direncanakan dengan denah yang simetris dengan ukuran dimensi bangunan yang telah ditentukan. Sehingga nantinya struktur-struktur tersebut akan dibandingkan antara struktur dengan MFPS dan struktur tanpa MFPS. Pada tugas akhir ini juga akan dibandingkan antara metode Respon Spektrum dengan metode Time History dengan bantuan perhitungan komputer ETABS v9.2.0. Sehingga pada analisa perhitungannya diperoleh gaya – gaya yang bekerja pada struktur (momen ,lintang dan normal) serta displacement dan periode getar struktur.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...i
ABSTRAK ...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
DAFTAR NOTASI ...xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Permasalahan...5
1.3 Tujuan Penulisan ...6
1.4 Pembatasan Masalah ...6
1.5 Metodologi Pembahasan ...8
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Umum ... ...9
2.2 Karakteristik Struktur Bangunan...15
2.2.1 Massa……… …...16
2.2.1.1 Model Lumped Mass………...16
2.2.1.2 Consistent Mass Matrix………...17
2.2.2 Kekakuan ...18
2.2.3 Redaman ... ...19
2.3 Simpangan Drift Akibat Gaya Gempa...19
2.4 Derajat Kebebasan (Degree Of Freedom, DOF) ...21
2.4.1 Persamaan Difrensial pada Struktur SDOF ...21
2.4.2 Persamaan Difrensial SDOF akibat Base Motion...23
2.4.3.1 Matriks Massa, Matriks Kekakuan dan Matriks Redaman..25
2.4.3.2 Matriks Redaman...28
2.4.3.3 Non Klasikal / Non Proporsional Damping...29
2.4.3.4 Klasikal / Proporsional Damping...31
2.4.4 Getaran Bebas Pada Struktur MDOF...32
2.4.4.1 Nilai Karakteristik ( Eigenproblem)...32
2.4.4.2 Frekuensi Sudut (ω) dan Normal Modes...34
2.4.5 Model Analisis ( Mode Superposition Methods)...37
2.4.5.1 Persamaan Difrensial Independen (Uncoupling) ...37
2.4.5.2 Getaran Bebas Tanpa Redaman ...42
2.4.5.3 Getaran Bebas Dengan Redaman ...45
2.4.5.4 Persamaan Difrensial Dependen (Coupling) ...48
2.4.5.5 Penyelesaian Persamaan Difrensial Gerakan ...49
2.4.5.6 Metode β-Newmark ...49
2.4.5.7 Persamaan Difrensial MDOF akibat Base Motion...52
2.5 Respon Spektrum……….. ...56
2.5.1 Model Amplitude Zj dan Model Displacement Yj ...59
2.5.2 Model Seismic Force Fj ...62
2.5.3 Model Storey Shear Vij ...65
2.5.4 Model Storey Drift δi ...65
2.5.5 Model Lateral Displacemant ...66
2.5.6 Model Overturning Moment ...67
2.5.7 Model Base Shear Vi...67
2.5.8 Model Effective Weight ...68
BAB III ANALISA MULTI FRICTION PENDULUM SYSTEM (MFPS) PADA BANGUNAN 3.1 Umum ... ...70
3.2 Multi Friction Pendulum System ... ...71
3.2.2 Tes Meja Getar Struktur Baja Dengan Peredam MFPS………77
3.3 Respon Gempa Linear Pada Struktur Elastik ...82
3.3.1 Persamaan Gerakan………....82
3.3.2 Analisa Sistem………...83
3.3.3 Desain Spektrum Elastis………...87
3.3.4 Jumlah Respon………...90
3.3.5 Perencanaan Bangunan Simetris…………...92
3.3.5.1 Gerakan Translasi Pada Tanah………...92
3.3.5.2 Gerakan Rotasi Pada Tanah ……...…...93
3.3.6 Perencanaan Bangunan Tidak Simetris…...95
3.4 Analisa Linear Untuk Struktur Dengan Banyak Tingkat ...99
3.4.1 Prosedur Analisa ...100
3.4.2 Persamaan Gerakan Pada Struktur Atas ...102
3.5 Aplikasi Multi Friction Pendulum System ...99
BAB 4 APLIKASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan ... ...116
4.2 Data Struktur ...116
4.3 Perhitungan Beban Struktur ...120
4.3.1 Perhitungan Beban Untuk Struktur 10 Lantai...120
4.3.2 Perhitungan Beban Untuk Struktur 5 Lantai...123
4.4 Data-data Multi Friction Pendulu System (MFPS) ...126
4.4.1 Perhitungan Kekakuan Linear MFPS Untuk Arah X dan Y ...128
4.4.1.1 Bangunan 10 Lantai………. ...128
4.4.1.2 Bangunan 5 Lantai………..…………. ...129
4.5 Prosedur Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Dengan Multi Friction Pendulum System (MFPS) ...130
4.6 Prosedur Analisa ETABS v9.2.0 Input dan Output ...131
4.6.1 Data Input Pada Analisa ETABS v9.2.0 ...131
4.7 Hasil Perhitungan ...141
4.7.1 Momen, Lintang dan Normal Tanpa MFPS Pada Balok dan Kolom...141
4.7.1.1 Pada Struktur 10 Lantai ...141
4.7.1.2 Pada Struktur 5 Lantai ...145
4.7.2 Momen, Lintang dan Normal Dengan MFPS Pada Balok dan Kolom...147
4.7.2.1 Pada Struktur 10 Lantai...147
4.7.2.2 Pada Struktur 5 Lantai...151
4.8 Kontrol Drift Maksimum Berdasarkan SNI 1726-2003 Tanpa Multi Friction Pendulum System (MFPS)...161
4.8.1 Pada Struktur 10 Lantai...162
4.8.2 Pada Struktur 5 Lantai...164
4.9 Perhitungan Rasio Simpangan Antar Tingkat Pada Arah X dan Y Tanpa Multi Friction Pendulum System Struktur 10 Lantai……….165
4.10 Perhitungan Rasio Simpangan Antar Tingkat Pada Arah X dan Y Tanpa Multi Friction Pendulum System Struktur 5 Lantai……..….168
4.11 Kontrol Drift Maksimum Berdasarkan SNI 1726-2003 Dengan Multi Friction Pendulum System (MFPS)………...170
4.11.1 Pada Struktur 10 Lantai...171
4.11.2 Pada Struktur 5 Lantai...173
4.12 Perhitungan Rasio Simpangan Antar Tingkat Pada Arah X dan Y Dengan Multi Friction Pendulum System Struktur 10 Lantai……..174
4.13 Perhitungan Rasio Simpangan Antar Tingkat Pada Arah X dan Y Dengan Multi Friction Pendulum System Struktur 5 Lantai…...….177
4.14 Perbandingan Antara Reaksi Perletakkan Dengan Base Shear Pada Struktur 10 Lantai………..….179
4.14.1 Pada Arah X Tanpa MFPS...179
4.14.2 Pada Arah Y Tanpa MFPS...182
4.14.3 Pada Arah X Dengan MFPS...185
4.15 Perbandingan Antara Reaksi Perletakkan Dengan Base Shear
Pada Struktur 5 Lantai………..……..….191
4.15.1 Pada Arah X Tanpa MFPS...191
4.15.2 Pada Arah Y Tanpa MFPS...194
4.15.3 Pada Arah X Dengan MFPS...197
- 4.16 Perbandingan Nilai Periode Untuk Struktur Tanpa Menggunakan MFPS dan Dengan MFPS………203
4.16.1 Untuk Struktur 10 Lantai...203
4.16.2 Untuk Struktur 5 Lantai...203
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... ...208
5.2 Saran...209
ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan / system untuk anti gempa, telah ditemukan suatu perangkat anti seismic yang disebut base isolator. Base isolator adalah teknik pengontrolan terhadap respon gempa pada struktur selama getaran gempa yang terjadi. Penggunaan base isolator pada bangunan akan memisahkan bangunan atau struktur dari pergerakan horizontal tanah dengan cara nenyisipkan suatu elemen yang mempunyai kekakuan geser yang relative kecil antara pondasi dengan struktur utama yang berada di atasnya. Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan elemen baik struktural maupun nonstruktural umumnya disebabkan adanya interstory drift (perbedaan simpangan antar tingkat). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral. tetapi , hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan.
Pada tugas akhir ini digunakan base isolator dengan jenis Multi Friction Pendulum System (MFPS). Bangunan yang direncanakan adalah bangunan lima lantai dan sepuluh lantai yang berada pada wilayah gempa Indonesia zona 5. Kedua banguan direncanakan dengan denah yang simetris dengan ukuran dimensi bangunan yang telah ditentukan. Sehingga nantinya struktur-struktur tersebut akan dibandingkan antara struktur dengan MFPS dan struktur tanpa MFPS. Pada tugas akhir ini juga akan dibandingkan antara metode Respon Spektrum dengan metode Time History dengan bantuan perhitungan komputer ETABS v9.2.0. Sehingga pada analisa perhitungannya diperoleh gaya – gaya yang bekerja pada struktur (momen ,lintang dan normal) serta displacement dan periode getar struktur.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wilayah Indonesia dibagi dalam 6 (enam) wilayah gempa dengan
masing-masing tingkat kerawanan terjadinya gempa dan wilayah Indonesia merupakan
wilayah yang sering dilanda gempa karena terletak pada 4 (empat) lempeng
tektonik yaitu lempeng Australia-India, lempeng Euro-Asia, lempeng Pasifik dan
Philipine. Gempa bumi tidak mungkin dicegah dan sulit sekali diramalkan kapan
terjadi, dimana lokasinya dan berapa magnitudenya. Jadi yang harus dilakukan
adalah bagaimana mengatasi atau memperkecil pengaruh kerusakan yang
ditimbulkan oleh gempa bumi.
Pada negara yang merupakan daerah rawan gempa seperti Indonesia
diperlukan perencanaan struktur bangunan yang memperhatikan pengaruh dari
beban-beban luar sehingga bangunan tersebut dapat mampu bertahan dari beban
gempa yang terjadi terhadap bangunan tersebut. Bangunan yang dapat menahan
beban-beban dari luar dapat berasal dari bangunan itu sendiri ataupun beban
akibat kejadian alam. Salah satu dari beban tersebut adalah beban gempa yang
terjadi pada bangunan yang tidak dapat diprediksi secara pasti.
Struktur bangunan yang telah ada telah memperhitungkan berat dari
bangunan tersebut sehingga kekuatan akibat gempa pada bangunan akan sangat
bergantung pada ukuran dan ketinggian bangunan itu sendiri karena itu dalam
perhitungan beban gempa biasanya diambil dari data-data gempa yang telah
BAB 2
TEORI DASAR
2.1 UMUM
Getaran sering dirasakan oleh manusia pada kehidupan sehari-hari. Suatu
benda akan bergetar apabila terdapat sumber energi yang diteruskan sampai ke
benda yang bersangkutan. Gempa bumi misalnya, walaupun tidak termasuk
kejadian sehari-hari juga dapat menimbulkan getaran. Energi mekanik akibat
rusaknya struktur batuan pada peristiwa gempa bumi selanjutnya akan diubah
menjadi energi gelombang yang menggetarkan batuan sekelilingnya. Getaran
batuan akibat gempa bumi selanjutnya diteruskan oleh media tanah sampai pada
permukaan tanah. Tanah yang bergetar akibat gempa akan mengakibatkan
bangunan yang berada di atas tanah ikut bergetar. Kerusakan bangunan sering
terjadi akibat peristiwa gempa bumi seperti ini, khususnya pada daerah-daerah
tertentu.
Gempa bumi merupakan salah satu bagian daripada jenis beban yang dapat
membebani struktur selain beban mati, beban hidup dan beban angin. Beban
gempa memang tidak selalu diperhitungkan dalam perencanaan atau analisa
struktur. Namun bagi struktur yang dibuat pada suatu lokasi dimana gempa bumi
dapat terjadi maka analisa ini harus dibuat.
Kerusakan bangunan akibat gempa bumi dapat diantisipasi dengan
beberapa metode, baik secara konvensional maupun secara teknologi. Pada saat
struktur dari bahaya gempa, yang dikenal denganMulti Friction Pendulum System
(MFPS).
Multi Friction Pendulum System (MFPS) adalah salah satu dari system
isolasi dasar yang telah berkembang sejak penemuan bahan composite teflon
sebagai lapisan permukaan dengan tingkat durabilitas yang tinggi serta koefisien
gesekan yang kecil. Penggunaan base isolator baik secara teoritis maupun
experimental telah terbukti efektif untuk mereduksi gaya gempa yang bekerja
pada struktur bangunan. Hasil percobaan yang pernah dilakukan beberapa ahli
sebelumnya, menunjukkan energi gempa dapat diisolasi oleh kekakuan geser yang
kecil dari isolator. Dengan adanya redaman gesekan yang dihasilkan oleh
mekanisme gesekan dari pergeseran antar muka dapat mereduksi perpindahan
isolator secara efektif. Berhubung kekakuan strukur bangunan atas jauh lebih
besar dari isolator dasar, maka bangunan atas dapat dimodelkan sebagai rigid
body akibat gaya gempa. Jadi ragam pertama hanya menimbulkan deformasi
lateral pada system isolasi dasar.
Friction Pendulum System (FPS) merupakan salah satu sistem base
isolator jenis geser yang telah terbukti secara efisien untuk mereduksi gaya gempa
yang bekerja pada struktur. Sistem ini akan memisahkan bangunan atau struktur
dari komponen horizontal pergerakan tanah dengan menyisipkan bahan isolator
dengan kekakuan geser yang relative kecil antara bangunana atas dengan
pondasinya. Bangunan dengan sistem ini akan mempunyai waktu getar yang lebih
besar dibandingkan dari bangunan konvensional. Akibatnya percepatan gempa
Sistem Friction Pendulum System (FPS) pertama kali dikembangkan
dengan hanya satu permukaan cekung oleh A. Zayas pada tahun 1987 ( Taylor,
W.A dan Igusha, T. 2004 ). Namun, penelitian yang terus menerus dilakukan oleh
para ahli ( Tsai C.S et.al 2003, 2004, Constantinou C.M 2004 ) untuk
meningkatkan efektif dan kinerja isolasi dasar, maka telah melahirkan penemuan
yang disebut Multi Friction Pendulum System (MFPS) yang mempunyai dua
permukaan cekung dan dilengkapi dengan articulted slider. Sistem ini mempunyai
kapasitas tahanan terhadap perpindahan dua kali lebih besar dari FPS.
Penggunaan composite teflon sebagai bahan lapisan permukaan cekung yang
memiliki durabilitas yang sangat tinggi menyebabkan system ini mampu
menahan tegangan tekan yang tinggi dan pembebanan siklis sampai ribuan kali
tanpa mengalami perubahan / kerusakan secara visual. Percobaan beban siklis
yang dilakukan di National Centre for Research Earthquake Engineering (NCREE)
di Taiwan (Tsai C.S et.al 2003) dan di Universitas Buffalo New York
(Constantinou C.M 2004) menunjukkan kurva histeresis loop sangat stabil
walaupun dibebanin ratusan siklis.
Aplikasi penggunaan isolasi seismic pada bangunan penting seperti rumah
sakit, telekomunikasi, pusat komputer, apartement, bangunan kantor, gedung
perkuliahan, bangunan komersial, bangunan berbahaya seperti instalasi nuklir,
bahan kimia dan bangunan bersejarah terus meningkat sejak gempa Kobe dan
Northrigde. Untuk bangunan rumah sakit, pembangkit listrik, telekomunikasi
harus diberi perhatian lebih khusus, berhubung bangunan ini harus tetap berfungsi
Kegunaan base isolator yakni meningkatkan daya tahan struktur terhadap
gempa telah dibuktikan dari percobaan dan study teori sebagai suatu cara yang
efisien.
Beban dinamis adalah beban yang berubah-ubah menurut waktu, arah
maupun posoisinya. Beban dinamis dapat dikatagorikan dalam dua hal yaitu
beban periodik maupun beban non periodik. Dalam hal ini beban dinamis yang
dimaksud adalah beban atau gaya gempa.
Gaya gempa tidak dapat diprediksi kapan datangnya, sehinga ketika
gempa menimpa struktur bangunan maka ada hal yang dapat dilihat. Bangunan itu
tetap kokoh tanpa ada korban jiwa, bangunan rusak tanpa ada korban jiwa, dan
bisa juga bangunan rusak serta terdapat korban jiwa. Gaya gempa adalah
goncangan alamiah bersumber bumi. Goncangan alamiah yang mengguncang
bumi beserta apa saja yang ada di atasnya pada hakekatnya adalah perambatan
energi berwujud gelombang. Energi yang merambat di dalam bumi atau lapisan
tanah atau di dalam air laut menciptakan goncangan pada bumi yang di kenal
gempa bumi atau tsunami. Pada dasarnya telah diketahui bahwa bagian
permukaan bumi kita ini terdiri dari lempeng-lempeng bumi yang disebut
lempeng tektonik (tectonic plate). Oleh energi yang terdapat di dalam bumi
(hotspot, arus konveksi dll.), lempeng-lempeng itu digerakkan satu dengan
lainnya. Lempeng-lempeng tektonik tadi bergerak satu terhadap lainnya dengan
kecepatan antara 2 cm/tahun sampai 15 cm/tahun. Pergerakkan lempeng-lempeng
itu ada yang saling menjauh (berpisah), ada yang saling berpapasan berlawanan
arah. Ada pula yang saling bertemu atau bertubrukkan. Semua jenis pergerakkan
kekuatan gempa yang tersimpan di dalam bumi pada batas-batas pertemuan
lempeng bumi itu. Energi gempa yang paling besar terdapat pada batas pertemuan
atau perbenturan lempeng tektonik. Energi yang tersimpan pada jalur perbenturan
lempeng bumi itu telah menimbulkan gempa bumi besar. Proses tekan menekan
dan desak mendesak diantara massa bumi pada lempeng-lempeng tektonik telah
menciptakan pengumpulan dan penimbunan energi di dalam bumi. Jangka waktu
proses penimbunan dan pelepasan energi yang menimbulkan gempa bumi itu
berlangsung antara 30-600 tahun. Terdapat variasi siklus berulang gempa antara
satu kawasan dengan kawasan lain, ada siklus kejadian gempa bumi 30-50
tahunan, ada 100 tahun, 200 tahun dan 600 tahun. Energi yang terkumpul atau
tersimpan di dalam bumi / massa batuan pada suatu saat tidak mampu lagi ditahan
oleh massa bumi dan akhirnya bumi / batuan itu pecah / remuk / patah atau sobek
(rupture). Pada saat bumi itu remuk atau pecah disaat itulah energi dilepaskan dan
bergerak dalam wujud gelombang. Energi yang bergerak dalam wujud gelombang
yang merambat di dalam tanah di daratan disebut gempa bumi. Dan yang
merambat di dalam air laut disebut tsunami, sedangkan yang merambat di dalam
danau disebut ’seische’.
Permasalahan gaya gempa ini berbeda dengan pembebanan- pembebanan
statis, sehingga dalam perhitungannya gaya gempa tidak mempunyai solusi
tunggal seperti pada gaya statis karena respon dan beban berubah menurut waktu.
Besarnya tingkat pembebanan gempa berbeda-beda dari satu wilayah
kewilayah lain, yang tergantung pada keadaan seismetektonik, geografi dan
geologi setempat. Analisa gempa terutama pada bangunan tinggi perlu dilakukan
Beban gempa yang terutama dalam arah mendatar akan menimbulkan simpangan
(driff) yang perlu dikontrol.
Dalam perencanaan struktur atau bangunan yang mempunyai ketahanan
terhadap gempa dengan tingkat keamanan yang memadai, struktur yang harus
dirancang dapat memikul gaya horizontal atau gaya gempa. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa struktur dapat memberikan layanan yang sesuai
dengan perencanaan. Menurut T. Paulay (1988), tingkat layanan dari struktur gaya
gempa terdiri dari tiga, yaitu:
1. Serviceability.
Jika gempa dengan intensitas percepatan tanah yang kecil dalam waktu
ulang yang besar mengenai struktur, disyaratkan tidak mengganggu fungsi
bangunan, seperti aktivitas normal didalam bangunan dan perlengkapan yang ada.
Artinya tidak dibenarkan ada terjadi kerusakan pada struktur baik pada komponen
struktur maupun dalam elemen non-struktur yang ada. Dalam perencanaan harus
diperhatikan kontrol dan batas simpangan (driff) yang dapat terjadi semasa gempa,
serta menjamin kekuatan yang cukup bagi komponen struktur untuk menahan
gaya gempa yang terjadi dan diharapkan struktur masih berprilaku elastis.
2. Kontrol kerusakan.
Jika struktur dikenai gempa dengan waktu ulang sesuai dengan umur atau,
masa rencana bangunan, maka struktur direncanakan untuk dapat menahan gempa
ringan atau gempa kecil tanpa terjadi kerusakan pada komponen struktur ataupun
maupun komponen non-struktur, dan diharapkan struktur dalam batas elastis.
3. Survival
direncanakan membebani struktur, maka struktur direncankan untuk dapat
bertahan dengan tingkat kerusakan yang besar tanpa mengalami kerusakan dan
keruntuhan (collapse). Tujuan utama dari keadaan batas ini adalah untuk
menyelamakan jiwa manusia.
Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah load
pad dari komponen gaya atau getaran horizontal. Getaran horizontal tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan di lokasi puncak atau ujung
bangunan dapat mengalami pembesaran hingga dua kalinya. Bila aliran gaya pada
bangunan itu lebih besar daripada kekuatan struktur maka bangunan itu akan
rusak parah.
Untuk daerah yang rawan gempa bumi dibutuhkan ekstra kewaspadaan
dan solusi teknologi tepat guna yang mampu meminimalkan korban jiwa dan
harta benda. Untuk itu betapa pentingnya penerapan teknologi yang tepat guna.
Dalam hal ini penggunaan sistem Multi Friction Pendulum System (MFPS) sesuai
dengan hal di atas.
2.2 DINAMIK KARAKTERISTIK STRUKTUR BANGUNAN
Pada persamaan difrensial melibatkan tiga properti utama suatu struktur
yaitu massa, kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu umumnya disebut
dinamik karakteristik struktur. Properti-properti tersebut sangat spesifik yang
tidak semuanya digunakan pada problem statik. Kekakuan elemen / struktur
adalah salah satu-satunya karakteristik yang dipakai pada problem statik,
2.2.1 Massa
Suatu struktur yang kontinu kemungkinan mempunyai banyak derajat
kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya
derajat kebebasan umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan
menimbulkan kesulitan. Hal ini terjadi karena banyaknya persamaan differensial
yang ada.
Terdapat dua permodelan pokok yang umumnya dilakukan untuk
mendeskripsikan massa struktur.
2.2.1.1 Model Lumped Mass
Model pertama adalah model diskretisasi massa yaitu massa diangggap
menggumpal pada tempat-tempat (lumped mass) join atau tempat-tempat tertentu.
Dalam hal ini gerakan / degree of freedom suatu join sudah ditentukan. Untuk titik
nodal yang hanya mempunyai satu derajat kebebasan / satu translasi maka
nantinya elemen atau struktur yang bersangkutan akan mempunyai matriks yang
isinya hanya bagian diagonal saja. Clough dan Penzien (1993) mengatakan bahwa
bagian off-diagonal akan sama dengan nol karena gaya inersia hanya bekerja pada
tiap-tiap massa. Selanjutnya juga dikatakan bahwa apabila terdapat gerakan rotasi
massa ( rotation degree of freedom ), maka pada model lumped mass ini juga
tidak akan ada rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini
massa dianggap menggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (mass
moment of inertia dapat dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik).
Dalam kondisi tersebut terdapat matriks massa dengan diagonal mass of moment
Pada bangunan gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat
pada tiap-tiap lantai tingkat bangunan. Dengan demikian untuk setiap tingkat
hanya ada satu tingkat massa yang mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena
hanya terdapat satu derajat kebebasan yang terjadi pada setiap massa / tingkat,
maka jumlah derajat kebebasan pada suatu bangunan bertingkat banyak akan
ditunjukkan oleh banyaknya tingkat bangunan yang bersangkutan. Pada kondisi
tersebut matriks massa hanya akan berisi pada bagian diagonal saja.
2.2.1.2Model Consistent Mass Matrix
Model ini adalah model yang kedua dari kemungkinan permodelan massa
struktur. Pada prinsip consistent mass matrix ini, elemen struktur akan
berdeformasi menurut bentuk fungsi (shape function) tertentu. Permodelan massa
seperti ini akan sangat bermanfaat pada struktur yang distribusi massanya kontinu.
Apabila tiga derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi)
diperhitungkan pada setiap node maka standar consistent mass matrix akan
menghasilkan full-populated consistent matrix artinya suatu matriks yang
off-diagonal matriksnya tidak sama dengan nol. Pada lumped mass model tidak akan
terjadi ketergantungan antar massa (mass coupling) karena matriks massa adalah
diagonal. Apabila tidak demikian maka mass moment of inertia akibat translasi
dan rotasi harus diperhitungkan.
Pada bangunan bertingkat banyak yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap
tingkat bangunan, maka penggunaan model lumped mass masih cukup akurat.
Untuk pembahasan struktur MDOF seterusnya maka model inilah (lumped mass)
2.2.2 Kekakuan
kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang
sangat penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur
akan mempunyai hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri
atau Eigenproblem. Hubungan tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut ω, dan periode getar struktur T. Kedua nilai ini merupakan parameter yang sangat
penting dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik struktur.
Pada prinsip bangunan geser ( shear building ) balok pada lantai tingkat
dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan.
Adanya plat lantai yang menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat
membantu kekakuan balok sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada
prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat
dibandingkan dengan balok, namun demikian rasio tersebut tidak selalu linear
dengan kekakuannya. Dengan prinsif shear building maka dimungkinkan
pemakaian lumped mass model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat
dihitung berdasarkan rumus yang telah ada.
Pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin besar kemampuannya
dalam mengekang rotasi ujung kolom, sehingga akan menambah kekuatan kolom.
Perhitungan kekakuan kolom akan lebih teliti apabila pengaruh plat lantai
2.2.3 Redaman
Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi ( energi dissipation) oleh
struktur akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu antara lain
adalah pelepasan energi oleh adanya gerakan antar molekul didalam material,
pelepasan energi oleh gesekan alat penyambung maupun system dukungan,
pelepasan energi oleh adanya gesekan dengan udara dan pada respon inelastic
pelepasan energi juga terjadi akibat adanya sendi plastis. Karena redaman
berfungsi melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon struktur.
2.3 SIMPANGAN (DRIFF) AKIBAT GAYA GEMPA
Simpangan (driff) adalah sebagai perpindahan lateral relative antara dua
tingkat bangunan yang berdekatan atau dapat dikatakan simpangan mendatar
tiap-tiap tingkat bangunan (horizontal story to story deflection).
Simpangan lateral dari suatu system struktur akibat beban gempa adalah
sangat penting yang dilihat dari tiga pandangan yang berbeda, menurut Farzat
Naeim (1989):
1. Kestabilan struktur (structural stability)
2. Kesempurnaan arsitektural (architectural integrity) dan potensi kerusakan
bermacam-macam komponen bukan struktur
3. Kenyaman manusia (human comfort), sewaktu terjadi gempa bumi dan
Dalam pada itu juga, Richard N. White (1987) berpendapat bahwa dalam
perencanaan bangunan tinggi selalu dipengaruhi oleh pertimbangan lenturan
(deflection), bukannya oleh kekuatan (strength).
Simpangan antar tingkat dari suatu titik pada suatu lantai harus ditentukan
sebagai simpangan horizontal titik itu, relative terhadap titik yang sesuai pada
lantai yang berada dibawahnya. Perbandingan antar simpangan antar tingkat dan
tinggi tingkat yang bersangkutan tidak boleh melebihi 0.005 dengan ketentuan
dalam segala hal simpangan tersebut tidak boleh lebih dari 2 cm. Terhadap
simpangan antar tingkat telah diadakan pembatasan-pembatasan untuk menjamin
agar kenyamanan bagi para penghuni gedung tidak terganggu dan juga untuk
mengurangi momen-momen sekunder yang terjadi akibat penyimpangan garis
kerja gaya aksial didalam kolom-kolom (yang lebih dikenal dengan P-delta).
Berdasarkan UBC 1997 bahwa batasan story driff atau simpangan antar
tingkat adalah sebagai berikut:
Untuk periode bangunan yang pendek T< 0.7 detik, maka simpangan antar tingkat
Δm ≤ 0.0025Ih atau 2.5% dari tinggi bangunan.
Untuk periode bangunan yang pendek T> 0.7 detik, maka simpangan antar tingkat
2.4 DERAJAT KEBEBASAN (DEGREE OF FREEDOM, DOF)
Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang
diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. Pada masalah
dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah
tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi
hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa
pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik bertanda
negative ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan
suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu Y(t).
Struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF
system).
Dalam model system SDOF atau berderajat kebebasan tunggal, setiap
massa m, kekakuan k, mekanisme kehilangan atau redaman c, dan gaya luar yang
dianggap tertumpu pada elemen fisik tunggal.
Struktur yang mempunyai n-derjat kebebasan atau struktur dengan derajat
kebebasan banyak disebut multi degree of freedom (MDOF). Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa jumlah derajat kebebasan adalah jumlah koordinat yang
diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa pada saat tertentu.
2.4.1 Persamaan Differensial Pada Struktur SDOF
System derajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan mempunyai satu
koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu yang
ditinjau. Bangunan satu tingkat adalah salah satu contoh bangunan derajat
Pada gambar 2.1 tampak model matematik untuk SDOF system. Tampak
bahwa P(t) adalah beban dinamik yaitu beban yang intensitasnya merupakan
fungsi dari waktu. Struktur seperti pada gambar 2.1.a kemudian digambar secara
ideal seperti tampak pada gambar 2.1.b yaitu gambar yang telah dimodelkan.
Notasi m, k, dan c seperti yang tampak pada gambar berturut-turut adalah massa,
kekakuan kolom dan redaman.
Gambar 2.1 Permodelan Struktur SDOF
Apabila beban dinamik P(t) bekerja kearah kanan, maka akan terdapat
perlawanan pegas, damper dan gaya redaman seperti pada gambar 2.1.c.
Gambar 2.7.d. adalah gambar keseimbangan dinamik yang bekerja pada massa m.
Gambar-gambar tersebut umumnya disebut free body diagram. Berdasarkan
prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut, maka dapat
diperoleh hubungan,
dimana:
fD
f
= c.ý
S
Apabila persamaan (2.4.1) disubtitusikan ke persamaan (2.4.2), maka akan
diperoleh
= k.y (2.4.2)
mÿ+ cý+ ky = p(t) (2.4.3)
Persamaan (2.4.3) adalah persamaan differensial gerakan massa suatu
struktur SDOF yang memperoleh pembebanan dinamik p(t). pada problema
dinamik.
Yang penting untuk diketahui adalah simpangan horizontal tingkat atau dalam
persamaaan tersebut adalah y(t).
2.4.2 Persamaan Difrensial Struktur SDOF akibat Base Motion
Beban dinamik yang umum dipakai pada analisa struktur selain beban
angin adalah beban gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah
menjadi bergetar yang getarannya direkam dalam bentuk aselogram. Tanah yang
bergetar akan menyebabkan semua benda yang berada di atas tanah akan ikut
bergetar termasuk struktur bangunan. Di dalam hal ini masih ada anggapan
bahwa antara fondasi dan tanah pendukungnya bergerak secara bersama-sama
atau fondasi dianggap menyatu dengan tanah. Anggapan ini sebetulnya tidak
sepenuhnya benar karena tanah bukanlah material yang kaku yang mampu
menyatu dengan fondasi. Kejadian yang sesungguhnya adalah bahwa antara tanah
dan fondasi tidak akan bergerak secara bersamaan. Fondasi masih akan bergerak
rumit karena sudah memperhitungkan pengaruh tanah terhadap analisis struktur
yang umumnya disebut soil-structure interaction analysis.
Untuk menyusun persamaan difrensial gerakan massa akibat gerakan tanah
maka anggapan di atas tetap dipakai, yaitu tanah menyatu secara kaku dengan
kolom atau kolom dianggap dijepit pada ujung bawahnya. Pada kondisi tersebut
ujung bawah kolom dan tanah dasar bergerak secara bersamaan. Persamaan
difrensial gerakan massa struktur SDOF akibat gerakan tanah selanjutnya dapat
dirturunkan dengan mengambil model seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur SDOF Akibat Base Motion
Berdasarkan pada free body diagram seperti gambar di atas maka
deformasi total yang terjadi adalah
Dari free body diagram yang mengandung gaya inersia f1
f
tampak bahwa
persamaan kesetimbangannya menjadi
I + fD + fS
dimana inersia adalah,
= 0 (2.4.5)
fI = myt
Dengan mensubstisusikan persamaan (2.4.2) dan (2.4.6) ke (2.4.4) dan
(2.4.6),sehingga diproleh persmaaannya sebagai berikut,
(2.4.6)
my + cy + ky= - mÿg
Persamaan tersebut disebut persamaan difrensial relative karena gaya
inersia, gaya redam dan gaya pegas ketiga-tiganya timbul akibat adanya
simpangan relative. Ruas kanan pada persamaan (2.4.7) disebut sebagai beban
gempa efektif atau beban gerakan tanah efektif. Ruas kanan tersebut seolah
menjadi gaya dinamik efektif yang bekerja pada elevasi lantai tingkat. Kemudian
gaya luar ini akan disebut sebagai gaya efektif gempa:
(t) (2.4.7)
Peef (t) - mÿg (t). (2.4.8)
2.4.3 Persamaan Difrensial Struktur MDOF
2.4.3.1 Matriks Massa, Matriks Kekakuan dan Matriks Redaman
Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur dengan
derajat kebebasan banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada
struktur dengan derajat kebebasan tunggal SDOF. Anggapan seperti prinsip shear
building masih berlaku pada struktur dengan derajat kebebasan banyak (MDOF).
keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium) pada suatu massa yang ditinjau.
Untuk memperoleh persamaan tersebut maka diambil model struktur MDOF.
Struktur bangunan gedung bertingkat 3, akan mempunyai 3 derajat
kebebasan. Sering kali jumlah derajat kebebasan dihubungkan secara langsung
dengan jumlahnya tingkat. Persamaan diferensial gerakan tersebut umumnya
disusun berdasarkan atas goyangan struktur menurut first mode atau mode
pertama seperti yang tampak pada garis putus-putus. Masalah mode ini akan
dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan mendatang. Berdasarkan pada
keseimbangan dinamik pada free body diagram. maka akan diperoleh :
0 ) ( ) ( )
( 2 1 2 2 1 1
2 1 1 1 1 1
1y +k y +c y −k y −y −c y −y −F t =
m (2.4.9)
0 ) ( ) ( ) ( ) ( )
( 2 1 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2
2 2
2y +k y −y +c y −y −k y −y −c y −y F t =
m (2.4.10)
0 ) ( ) ( )
( 2 1 3 3 2 1
3 3
3y +k y −y + c y −y −F t =
m (2.4.11)
Pada persamaan-persamaan tersebut diatas tampak bahwa keseimbangan
dinamik suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman
dan simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat
seperti itu umumnya disebut coupled equation karena persamaan-persamaan
tersebut akan tergantung satu sama lain. Penyelesaian persamaan coupled harus
dilakukan secara simultan artinya dengan melibatkan semua persamaan yang ada.
Pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial gerakannya
merupakan persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan yang lain.
Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut
parameter yang sama (percepatan, kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan
) ( ) ) ( )
( 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1
1
1y c c y c y k k y k y F t
m + + − + + − = (2.4.12)
) ( )
( )
( 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2
1 2 2
2y c y c c y c y y k k y k y F t
m − + + − + + − = (2.4.13)
) ( 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
3y c y c y k y k y F t
m − + − + = (8.2) (2.4.14)
Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :
= − − + − − + + − − + − − + + ) ( ) ( ) ( 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 1 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 1 t F t F t F y y y k k k k k k k k k y y y c c c c c c c c c y y y m m m
(Pers. 2.4.14 dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompleks,
[M]{Ÿ} + [C]{Ỳ} + [K]{Y} = {F(t)} (2.4.15)
Yang mana [M], [C] dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks
dan matriks kekakuan yang dapat ditulis menjadi,
[M] = 3 2 1 0 0 0 0 0 0 m m m
, [C] =
− − + − − + 3 3 3 3 2 2 2 2 1 0 0 c c c c c c c c c , [K] = − − + − − + 3 3 3 3 2 2 2 2 1 0 0 k k k k k k k k k (2.4.16)
Sedangkan {Ÿ}, {Ỳ} dan {Y} dan {F(t)} masing-masing adalah vektor percepatan, vektor kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban, atau,
{Ϋ} = 3 2 1 y y y
, {Y} = 3 2 1 y y y
, {Y} = 3 2 1 y y y
dan {F(t)} =
Secara visual Chopra (1995) menyajikan keseimbangan antara gaya dinamik, gaya
pegas, gaya redam dan gaya inersia seperti pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan fS, fD, dan f1
(Chopra, 1995)
2.4.3.2 Matriks Redaman
Pada persamaan diferensial di atas, maka tersusunlah berturut-turut
matriks massa, matriks redaman dan matriks kekakuan. Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya bahwa kekakuan kolom sudah dapat dihitung secara lebih
pasti. Kekakuan kolom dapat dihitung berdasarkan model kekakuan balok yang
dipakai. Dengan demikian matriks kekakuan sudah dapat disusun dengan jelas.
Pada bagian lain yang sudah dibahas adalah massa struktur. Apabila model
distribusi massa struktur sudah dapat dikenali dengan baik, maka massa setiap
derajat kebebasan juga dapat dihitung dengan mudah. Akhirnya matriks massa
juga dapat disusun secara jelas. Maka sesuatu yang perlu dibahas lebih lanjut
adalah matriks redaman. Sebelum menginjak matriks redaman maka akan dibahas
2.4.3.3 Non Klasikal / Non Proporsional Damping
Apabila matriks massa dan matriks kekakuan telah dapat disusun, maka
selanjutnya tinggallah matriks redaman. Pada struktur SDOF, koefisien redaman
c dapat dihitung yaitu merupakan produk antara rasio antara redaman-redaman
kritik. Pada Bab III telah dibahas tentang sistem redaman yaitu redaman klasik
(clasiccal damping) dan redaman non-klasik (non clasiccal damping). Damping
non-klasik dapat tergantung pada frekuensi (frequency dependent). Clough dan
Penzien (1993) memberikan contoh damping non-klasik.
Pada gambar 2.4.a tampak kombinasi antara struktur beton di bagian
bawah misalnya dan struktur baja pada bagian atas. Jenis bahan akan
mempengaruhi rasio redaman. Antara struktur beton dan struktur baja akan
mempunyai perbedaan rasio redaman yang cukup signifikan. Oleh karena itu
sistem struktur mempunyai rasio redaman yang berbeda. Prinsip non-klasikal
damping akan berlaku pada struktur tersebut. Pada gambar 2.4.b adalah sistem
struktur yang memperhitungkan efek / pengaruh tanah dalam analisis struktur.
Analisis struktur seperti itu biasanya disebut analisis interaksi antara tanah dengan
bangunan (soil-structure interaction analysis). Struktur tanah umumnya
mempunyai kapasitas meredam energi atau mempunyai rasio redaman yang jauh
lebih besar daripada bangunan atas. Disamping itu interaksi antara tanah dan
fondasi sebenarnya adalah interaksi frequency dependent, artinya kualitas
Gambar 2.4 Struktur Dengan Damping Non-Klasik (Clough & Pensien, 1993)
Apabila interaksi antara tanah dengan struktur dipengaruhi frekuensi,
maka kekakuan dan redaman interaksi juga frequency dependent. Pada kondisi
tersebut sistem struktur tidak akan mempunyai standar mode shapes (akan dibahas
kemudian). Dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan seperti itu maka ada
empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama rasio redaman struktur atas yang
dipengaruhi oleh level respon, kedua rasio redaman pada stuktur atas dan bawah
sangat berbeda, ketiga rasio redaman struktur bawah tergantung pada frekuensi
beban dan keempat sistem struktur tidak akan mempunyai standar mode shapes.
Apabila analisis struktur akan memperhatikan hal itu semua, maka problemnya
tidak hanya terletak pada redaman tetapi penyelesaian yang komprehensif
terhadap sistem struktur. Penyelesaian soil-structure interaction pada bangunan
bertingkat banyak sungguhlah tidak sederhana. Oleh karena itu memperhitungkan
2.4.3.4 Klasikal / Proposional Damping
Damping dengan sistem ini relatif sederhana bila dibanding dengan
non-klasikal damping. Namun demikian penggunaan sistem damping seperti ini juga
terbatas, yaitu hanya dipakai pada analisis struktur yang tidak memperhatikan
interaksi antara tanah dengan bangunan. Ada juga yang memakainya, namun hal
itu disertai dengan anggapan-anggapan. Analisis struktur yang menggunakan
damping jenis ini adalah analisis struktur elastik maupun inelastik yang mana
struktur bangunan dianggap dijepit pada dasarnya.
Pada analisis dinamik yang menggunakan superposisi atas persamaan
independen (uncoupled modal superposition method) maka masih dapat dipakai
prinsip ekivalen damping rasio, yaitu yang dinyatakan dalam bentuk,
Cj = 2 ξj Mj ωj
yang mana C
(2.4.18)
j, Mj adalah suatu simbol yang berasosiasi dengan mode j, ξ dan ωj
Untuk menyederhanakan persoalan umumnya dipakai rasio redaman yang
konstan, artinya nilai rasio redaman diambil sama untuk semua mode. Apabila hal
ini telah disepakati maka analisis dinamik struktur dengan modal analis tidak
memerlukan matriks redaman. Cara ini mempunyai kelemahan, karena pada mode
yang lebih tinggi umumnya frekuensi sudut ω dan rasio redaman ξ akan lebih
besar.
berturut-turut adalah rasio redaman dan frekuensi sudut mode ke-j.
Pada analisis dinamik yang melakukan integrasi secara langsung dan
analisis dinamik inelastik, maka konsep ekivalen damping ratio sebagaimana
ini diperlukan suatu matriks redaman, dan oleh karenanya matriks redaman perlu
disusun. Didalam analisis tersebut damping matriks disusun berdasarkan satu dan
dua nilai proporsional damping. Terdapat beberapa sistem redaman proporsional
yang dapat disusun yang secara skematis ditunjukkan oleh gambar 2.5
Gambar 2.5 Jenis-Jenis Proporsional Damping
2.4.4 Getaran Bebas Pada Struktur MDOF 2.4.4.1 Nilai Karakteristik (Eigenproblem)
Sebagaimana disebut di atas bahwa walaupun getaran bebas (free vibration
system) pada kenyataannya jarang terjadi pada struktur MDOF, tetapi membahas
jenis getaran ini akan diperoleh suatu besaran/karakteristik dari struktur yang
bersangkutan yang selanjutnya akan sangat berguna untuk
pembahasan-pembahasan respon struktur berikutnya. Besaran-besaran tersebut terutama adalah
frekuensi sudut ω, periode getar T, frekuensi alam f dan normal modes.
Pada getaran bebas di struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak
(MDOF), maka matriks persamaan diferensial gerakannya adalah seperti pada
persamaan 8.8), dengan nilai ruas kanan sama dengan nol atau,
Telah dibahas sebelumnya bahwa frekuensi sudut pada struktur dengan
redaman (damped frequency) ωd
[M]{Ÿ} + [K]{Y} = 0 (2.4.20) nilainya hampir sama dengan frekuensi sudut
pada struktur yang dianggap tanpa redaman ω. Hal ini akan diperoleh apabila nilai
damping ratio ξ relatif kecil. Apabila hal ini diadopsi untuk struktur dengan
derajat kebebasan banyak, maka untuk nilai C = 0, pers. 2.4.19 akan menjadi,
Karena pers. 2.4.20 adalah persamaan diferensial pada struktur MDOF
yang dianggap tidak mempunyai redaman, maka sebagaimana penyelesaian
persamaan diferensial yang sejenis pada pembahasan-pembahasan di depan, maka
penyelesaian persamaan tersebut diharapkan dalam fungsi harmonik menurut
bentuk,
Y = {Ф}i
Ý = - ω{Ф}
sin (ωt)
i
Ÿ = - ω
cos (ωt) 2{Ф}isin (ωt)
(2.4.21)
Yang mana {Ф}i
- ω
adalah suatu koordinat masa pada mode yang ke-i. Substitusi
pers. 2.4.21 ke dalam pers. 2.4.20 selanjutnya akan diperoleh,
2[M] {Ф}i
{[K] - ω
sin (ωt) + [K] sin (ωt) = 0 2[M]}{Ф}
i = 0 (2.4.22)
Pers.2.4.22 adalah suatu persamaan yang sangat penting dan biasa disebut
persamaan eigenproblem atau karakteristik problem atau ada juga yang menyebut
eigenvalue problem. Pers. 2.4.22 tersebut adalah persamaan simultan yang harus
dicari penyelesaiannya. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan
Gabriel Cramer adalah salah satu ahli matematika yang berasal dari Swiss. Dalil
tersebut menyatakan bahwa penyelesaian persamaan simultan yang homogen akan
ada nilainya apabila determinan dari matriks yang merupakan koefisien dari
vektor {Ф}i
|[K] - ω
adalah nol, sehingga,
2
Jumlah mode pada struktur dengan derajat kebebasan banyak biasanya dapat
dihubungkan dengan jumlah massa. Mode itu sendiri adalah jenis / pola / ragam
getaran/ goyangan suatu struktur bangunan. Mode ini hanya merupakan fungsi
dari properti dinamik dari struktur yang bersangkutan (dalam hal ini adalah hanya
massa dan kekakuan tingkat) dan bebas dari pengaruh waktu dan frekuensi
getaran. Dengan adanya hubungan antara jumlah mode dengan jumlah massa
struktur, maka bangunan yang mempunyai 5 tingkat misalnya, akan mempunyai 5
derajat kebebasan dan akan mempunyai 5 jenis ”mode” gerakan dan akan
mempunyai 5 nilai frekuensi sudut yang berhubungan langsung dengan jenis /
nomor mode nya. Apabila jumlah derajat kebebasan adalah n, maka persamaan
9.5) akan menghasilkan suatu polinomial pangkat n yang selanjutnya akan
menghasilkan ω
[M]| = 0 (2.4.23)
12 untuk i = 1, 2,3 ...n. Selanjutnya, substitusi masing-masing
frekuensi ω1 ke dalam persamaan 9.4 akan diperoleh nilai-nilai Ф1, Ф2,... Фn.
2.4.4.2 Frekuensi Sudut (ω) dan Normal Modes
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, didalam menghitung frekuensi sudut
untuk struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak (MDOF), diambil suatu
Untuk menghitung dan sekaligus menggambar normal modes maka diambil suatu
model struktur seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.6 Bangunan 2-DOF dan Model Matematika
Setiap struktur yang dibebani dengan beban dinamik akan mengalami
goyangan. Untuk struktur derajat kebebasan banyak, maka struktur yang
bersangkutan akan mempunyai banyak ragam / pola goyangan. Normal modes
adalah suatu istilah yang sering dipakai pada problem dinamika struktur, dan kata
tersebut diterjemahkan sebagai ragam/pola goyangan.
Kembali pada persoalan inti, suatu persamaan diferensial gerakan dapat
diperoleh dengan memperhatikan free body diagram seperti pada gambar 9.1. c
dan diperoleh,
0 ) ( 2 1
2 1 1 1
1y +k y −k y −y =
m
0 ) ( 2 1
2 2
2y +k y −y =
m (2.4.24)
Pers 2.4.24 dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana yaitu,
0 )
( 1 2 2 2 2
1
1y + k +k y −k y =
m
0 2 2 1 2 2
2y − k y +k y =
Pers 2.4.25 dapat ditulis dalam bentuk matriks yaitu, = + − + 0 0 0 ) ( 0 0 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 y y k k k k y y m m (2.4.26)
Selanjutnya persamaan Eigenproblem atas pers. 2.4.26 adalah,
= − − − − + 0 0 ) ( 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 θ θ ω ω m k k k m k k (2.4.27) Dengan Ф1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 ) ( m k k k m k k ω ω − − − − +
adalah suatu nilai / ordinat yang berhubungan dengan massa ke-i pada
ragam / pola goyangan massa ke-i. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pers.
2.4.27 akan ada penyelesaiannya apabila dipenuhi nilai determinan,
= 0 (2.4.28)
Apabila 2.4.28 tersebut diteruskan maka nilai determinannya adalah,
m1 m2 ω4 – {(k1 + k2) m2 – k2m1} ω2 + (k1 + k2) k2 – k22 = 0
(2.4.29)
Struktur dianggap tidak mempunyai redaman sehingga periode getar dicari
sebenarnya adalah merupakan undamped free vibration periods. Sebagaimana
disampaikan pada pembahasan struktur SDOF bahwa periode getar ini akan
sedikit lebih kecil dibanding dengan periode getar yang mana redaman struktur
diperhitungkan (ingat ωd < ω, sehingga T < Td
Selain daripada itu nilai-nilai mode shapes juga tidak dipengaruhi oleh
n n n n n n Z Z Z Z Y Z Z Z Z Y Z Z Z Z Y φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ + + + + = + + + + = + + + + = ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2 3 33 2 23 1 31 3 2 3 32 2 22 1 21 2 1 3 13 2 12 1 11 1
maka mode shapes merupakan nilai untuk struktur yang bersifat elastik, atau
hanya struktur yang elastiklah yang mempunyai nilai mode shapes. Juga tampak
bahwa nilai mode shapes tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban. Dengan
demikian apabila disimpulkan bahwa nilai-nilai mode shapes adalah :
a. bebas dari pengaruh redaman,
b. bebas dari pengaruh waktu
c. bebas dari pengaruh frekuensi beban dan
d. hanya untuk struktur yang elastik
2.4.5 Getaran Bebas Pada Struktur MDOF
2.4.5.1 Persamaan Difrensial Independen (Uncoupling)
Pada kondisi standar shear building, struktur yang mempunyai n-derajat
kebebasan akan mempunyai n-modes atau pola/ragam goyangan. Pada prinsip ini,
masing-masing modes akan memberikan kontribusi pada simpangan horizontal
tiap-tiap massa seperti ditunjukkan secara visual pada gambar 2.8 (Clough dan
Penzien, 1993). Pada prinsip ini, simpangan massa ke-i atau Yi dapat diperoleh
dengan menjumlahkan pengaruh atau kontribusi tiap-tiap modes. Kontribusi mode
ke-j terhadap simpangan horizontal massa ke-i tersebut dinyatakan dalam produk
antara φij dengan suatu modal aplitudo Zj atau seluruh kontribusi tersebut
[ ]
= nn nn n n n n n Z Z Z Z Y .. .. .. .. 3 2 1 ... 3 2 1 3 ... 33 32 31 11 ... 23 22 21 1 13 12 11 φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ (2.4.40)Pers. 2.4.40 juga dapat ditulis menjadi,
(2.4.41)
Gambar 2.7 Prinsip Metode Superposisi
Suku pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai suku ke-n pada ruas kanan
pers. 2.4.40 diatas adalah kontribusi mode pertama, kedua, ketiga dan seterusnya
sampai kontribusi mode ke-n. sebagai perjanjian, massa struktur MDOF diberi
indeks m, dengan i = 1,2,3,… m, sedangkan mode diberi indeks shape φij adalah
ordinat mode ke-j untuk massa ke-i.
Pers. 2.4.41 tersebut dapat ditulis dalam bentuk yang lebih kompak.
Derivative pertama dan kedua pers. 2.4.42 tersebut adalah,
[ ]
[ ]
= = .. .. . . Z Y Z Y φ φ (2.4.43)Subtitusi pers. 2.4.42 dan pers. 2.4.43 kedalam pers. 2.4.40 maka akan diperoleh,
[ ][ ]
..[ ]
{ }
.[ ][ ]
{ }
[ ]
{}
..1 yt M Z K Z C Z
M + =
+ φ φ
φ (2.4.44)
Pers. 2.4.44 sebetulnya adalah 1- set persamaan simultan dependent
non-homogen.
Untuk dapat mentransfer persamaan dependent menjadi persamaan independen,
maka pers. 2.4.44 premultiply dengan transpose suatu mode {φ}T sehingga
diperoleh,
{ }
T[ ][ ]
M Z{ }
T[ ][ ]
C Z{ }
T[ ][ ]
K{ } { }
Z T[ ]
M{}
yt.. . .. 1 φ φ φ φ φ φ φ + =− +
(2.4.45)
Untuk pembahasan awal akan ditinjau pengaruh mode ke-1 saja. Misalnya
diambil struktur yang mempunyai 3-derajat kebebasan, maka perkalian suku
pertama pers. 2.4.45 sebenarnya adalah berbentuk,
{
}
.. 3 .. 2 .. 1 33 32 31 23 22 21 13 12 11 2 2 1 31 12 11 0 0 0 0 0 0 Z Z Z m m m φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ φφ (2.4.46)
Menurut contoh sebelumnya telah terbukti bahwa hubungan orthogonal
akan terbukti apabila i tidak sama dengan j. dengan demikian untuk mode ke-1
{
}
.. 1 3 2 1 2 2 1 31 12 11 0 0 0 0 0 0 Z m m m φ φ φ φ φφ (2.4.47)
Untuk mode ke-j secara umum persamaan 2.4.47 juga dapat ditulis dengan,
{ }
Tj[ ]
M{ }
jZj.. φ
φ (2.4.48)
Cara seperti diatas juga berlaku untuk suku ke-2 dan ke-3 pada persamaan
2.4.43 Dengan demikian setelah diperhatikan hubungan orthogonal pers. 2.4.45
akan menjadi,
{ }
[ ]
{ }
..{ }
[ ]
{ }
.{ }
[ ]
{ }
{ }
[ ]
{}
.. 1 t T j j j T j j j T jjZ C Z K M y
M
Z
j φ φ φ φ
φ φ
φ + + =− (2.4.49)
Pers. 2.4.49 adalah persamaan deferensial yang bebas/independent antar
satu dengan yang lain. Persamaan tersebut diperoleh setelah diterapkannya
hubungan orthogonal, baik orthogonal untuk matriks massa, matriks redaman dan
matriks kekakuan. Sekali lagi bahwa apabila i tidak sama dengan j maka perkalian
suku-suku pada pers. 2.4.45 akan sama dengan nol, kecuali untuk i = j. Dengan
demikian untuk n-derajat kebebasan independent/ uncoupling. Dengan
sifat-sifat seperti itu maka penyelesaian persamaan diferensial dapat diselesaikan
untuk setiap pengaruh mode.
Berdasarkan pers. 2.4.49 maka dapat didefenisikan suatu generalisasi
massa (generalized mass), redaman dan kekakuan sebagai berikut,
{ }
[ ]
{ }
{ }
[ ]
{ }
{ }
T[ ]
{ }
Misalnya bangunan bertingkat-3, maka orde perkalian matriks pada
pers. 2.4.40 adalah 1x3 x 3X3 3x1 = 1x1. artinya pers. 2.4.50 adalah satu
persamaan independent untuk mode ke-j. dengan demikian dengan memakai
pers. 2.4.50 maka persamaan 2.4.49 akan menjadi,
t j j j j j j
j Z
C
ZK
Z
P
yM
* .. * . * * ..= +
+ (2.4.51)
dengan,
{ }
Tj[ ]
Mj
P
* = φ(2.4.52)
Pada pembahasan sebelumnya diperoleh suatu hubungan bahwa,
j j j cr j j M C C C ω ξ * * * 2 =
= maka j j
cr j C C ω ξ 2 * = * * 2 j j j M K =
ω dan *
* j j j M P =
Γ (2.4.53)
Dengan hubungan-hubungan seperti pada pers.2.4.53 tersebut, maka
pers. 2.4.51 akan menjadi,
t j t j j j
j Z y
Z.. +2ξ ω . +
ω
2Z
=−Γ.. (2.4.54)dan
{ }
[ ]
{ }
[ ]
{ }
∑
∑
= = = = = Γ m i i j m i i j j T j T j j j m m M M jM
P
1 2 1 * * φ φ φφφ (2.4.55)
Pers. 2.4.55 sering disebut dengan partisipasi setiap mode atau
participation factor, Selanjutnya pers. 2.4.54 juga dapat ditulis menjadi,
.. 2 . 2 .. t j j j j j j j j
j Z
Z
yZ
+ =Γ +
Apabila diambil suatu notasi bahwa,
Γ
Γ
Γ
= = = j j j j j j j jj dan
g
Z
Z g Z
g , ,
. . ..
..
(2.4.57)
Maka pers. 2.4.57 akan menjadi,
.. . .. 2 2 t j j j j j
j g y
g + ξ ω +ω
g
= (2.4.58)Pers. 2.4.58 adalah persamaan diferensial yang independent karena
persamaan tersebut hanya berhubungan dengan tiap-tiap mode. Pers. 2.4.58
adalah mirip dengan persamaan diferensial SDOF seperti telah dibahas
sebelumnya.
Nilai partisipasi setiap mode akan dihitung dengan mudah setelah koordinat
setiap mode φ telah diperoleh. Nilai gi, .
gi dan ..
gi dapat dihitung dengan integrasi
secara numerik. Apabila nilai tersebut telah diperoleh maka nilaiZi dapat dihitung.
Dengan demikian simpangan horizontal setiap tingkat akan dapat dihitung.
2.4.5.2Getaran Bebas Tanpa Redaman
Untuk membahas pemakaian modal analis pada struktur getaran bebas
tanpa redaman, maka perlu dikemukakan prinsip-prinsip pokok yang akan
dilakukan. Seperti telah disampaikan pada pers. 10.1) bahwa simpangan struktur
dapat diperoleh dengan menjumlahkan produk antara koordinat normal modes
dengan faktor amplitudo Z untuk setiap mode yang ada. Untuk itu disamping
normal modes, faktor amplitudo tersebut harus dicari terlebih dahulu. Prinsip
{Y} = [φ]{Z}
Dengan demikian maka faktor amplitudo Z adalah,
{Z} = [φ]-1
dengan [φ]
{Y}
-1
Prinsip pemakaian getaran bebas pada modal analis ini dapat dilakukan
dengan memberikan nilai-nilai simpangan awal yang kemudian dinyatakan dalam
vektor simpangan {Y} pada persamaan 10.34) tersebut. Apabila faktor amplitudo
Z akibat adanya simpangan awal seperti pada persamaan 10.34) telah dihitung,
maka respon struktur / simpangan struktur dapat diperoleh dengan substitusi
kembali persamaan tersebut ke dalam pers 10.23).
adalah nilai inverse atas modal matriks dan {Y} adalah vektor
simpangan horisontal.
Secara manual, yang menjadi masalah adalah bagaimana memperoleh nilai
inverse atas modal matriks [φ]-1
[M*] = [Φ]
seperti pada persamaan 10.34). Nilai tersebut
salah satunya dapat diperoleh dengan memperhatikan generalized mass matrix
sebagai berikut,
T
dengan [Φ] adalah modal matriks. [M][Φ]
Dari persamaan 10.35) maka akan diperoleh,
[Φ]-1 = [M-]-1 [Φ]T[M]
Suatu alasan mengapa generalized mass matrix dipakai karena matriks massa
adalah matriks diagonal sehingga perkalian matriks dapat dilakukan secara lebih
mudah. Generalized mass matrix seperti tersebut pada persamaan 10.36) juga
dengan mudah. Apabila nilai inverse modal matrix seperti pada persamaan 10.36)
Gambar 2.8 Respon struktur MDOF akibat getaran bebas (tanpa redaman)
2.4.5.3Getaran Bebas Dengan Redaman (Damped Free Vibration Systems)
Apabila pembahasan di atas diperhatikan maka hitungan yang relatif
panjang adalah dalam rangka menghitung nilai inverse modal matriks [Φ]-1
Y = ∅1Z1 + ∅2Z2 + ∅3Z3 +... + ∅nZn
.
Untuk mencari nilai tersebut sebetulnya dapat dipakai cara yang lain yang relatif
lebih mudah. Untuk itu pembahasan akan dimulai dari persamaan,
Apabila pers. 10.40) dikalikan awal (premultiply) dengan ÖjT
n n T j T j T j T j T
j MY φ Mφ Z φ Mφ Z φ Mφ Z φ Mφ Z
φ = 1 1+ 2 2+ 3 3+...+
M maka,
Pada pembahasan hubungan orthogonal telah diketahui bahwa perkalian
pada suku-suku ruas kanan pers. 10.41) akan sama dengan nol kecuali untuk
koordinat φ yang subskribnya sama. Dengan demikian pers. 10.41) akan menjadi,
j j T j T
j MY φ Mφ Z
φ = , maka
Zj = Y
M M j T j j φ φ φ
Dengan logika yang sama juga akan diperoleh hubungan,
Żj = Y M M j T j j φ φ φ
Dengan memperhatikan persamaan 10.34) maka vektor modal amplitudo {Z}j
dapat diperoleh dengan,
Pers. 10.44) juga berarti bahwa melalui nilai inverse modal matriks maka akan
dapat diperoleh modal amplitudo , Zj yaitu modal amplitudo untuk tiap-tiap mode.
Selanjutnya dengan memperhatikan pers. 10.42) dan 10.44) maka diperoleh
hubungan, 1 ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ − = φ φ φφ M
M
T T
Senada dengan pers. 10.37), maka untuk struktur MDOF yang mempunyai
redaman, modal amplitudo Zj dapat dihitung berdasarkan,
Zj =
+ − ) ( sin ) 0 ( ) ( cos ) 0 ( , t Z t Z e j j d j j j t j ω ω ω ξω
Langkah yang pertama adalah menghitung modal amplitudo awal Zj(0) dan modal
Gambar 2.9 Respon struktur MDOF akibat getaran bebas (dengan redaman)
2.4.5.4 Persamaan Differensial Kouplling
Seperti telah dibahas sebelumnya, pada struktur bangunan derajat
kebebasan banyak (multi degree of freedom/ MDOF) umumnya akan mempunyai
persamaan diferensial gerakan banyak derajat kebebasan yang ada. Persamaan
diferensial gerakan pada struktur MDOF akibat beban dinamik dapat ditulis dalam
bentuk matriks yang kompak yaitu,
[M] {Ϋ} + [C] {Y<