• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN POLA MAKAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM : 071000201 EVA YANTI SITUMORANG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN POLA MAKAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM : 071000201 EVA YANTI SITUMORANG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi Dengan Judu l :

Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan

Di RSU dr. Pirngadi Medan 2009

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

Nim : 071000201 Eva Yanti Situmorang

Skripsi Ini telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan Di Hadapan Tim Penguji

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyrakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi

NIP : 196706131993031004 NIP : 132049788

(4)

ABSTRAK

Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Meningkatnya angka kegemukan, diabetes, dan tekanan darah tinggi sangat mempengaruhi peningkatan resiko gagal ginjal, penderita gagal ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal (glomerulus filtration pace). Apabila kapasitas penyaringannya < 15 ml/menit maka pasien harus menjalani hemodialisa untuk bertahan hidup. Selain itu mereka perlu mengatur pola makan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola makan pada pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah (hemodialisa). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain sekat silang (cross sectional) dengan menggunakan sampel yaitu pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak 55 orang yang diambil secara purposif sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara, formulir food frekuensi, dan food recall 2x 24 jam, selain itu juga data sekunder yang berasal dari kantor bagian pengembangan ilmiah di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Dari hasil penelitian ini bahwa karakteristik berdasarkan umur 54-62 tahun menunjukkan jumlah yang tertinggi. Pola makan, jenis, jumlah dan frekuensi belum baik sehingga asupan energi, proteinnya secara umum berada pada kategori tidak baik, sedangkan asupan kalium dan natrium umumnya berada pada kategori tidak baik. Asupan air pada umumnya berada pada kategori lebih.

Untuk itu disarankan perlu peningkatan gizi yang sesuai dengan anjuran, perlu dibuat menu sehingga penyelenggaraan makanan lebih teratur.

(5)

ABSTRACT

The Food Consumption Pattern Description of Patient with Kidney Failure Taking Ambulatory Haemodialysis in Publik Hospital of Dr. Pirngadi Medan 2009.

The increased number of obesity, diabetes, and high pressure blood largely affect the risks of develoving kidney dirsorder with glomerulus filtration pace < 15 ml/minute that must take the haemodialysis for survival. In addition, it is important for them regulated their eating pattern.

The objective of this research would be to know the diet-pattern description of patient with kidney failure taking ambulatory haemodialysis. This is a descriptive study with cross sectional design by using the samples, i.e. the individuals with kidney disorder undergoing the ambulatory haemodialysis in public hospital of Dr. Pirngadi Medan, 55 individuals, through purposive sampling. The data used were primary data collected by interview, food frequency form, and food recall of 2x24 hours, and also secondary data gained from Division of Scientifiec Development in public Hospital of Dr. Pirngadi Medan.

The result of research has proven that characteristic based on age group 54-62 years presented highest number that food consumption pattern, types, number and frequency were insufficient so that the intake of energy, and protein lied in poor category. Consumed potassium and natrium lied in poor category. The water intake generally lied in over category.

It is then suggested to increase nutrient intake to meet the nutritional requirement and to arrange the diet for better food management.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : EVA YANTI SITUMORANG

Tempat/tanggal lahir : Tanjungbalai, 28 Januari 1975

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin Jumlah Bersaudara : 5 Orang

Alamat Rumah : Jln Jamin Ginting Gg. Budi Bukit 28 Simpang Simalingkar Medan Alamat Kantor : Jln Tali Air No. 21 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1981-1987 : SD Negeri No. 134411 Tanjungbalai Tahun 1987-1990 : SLTP Negeri 1 Tanjungbalai

Tahun 1990-1993 : SMU Negeri 1 Tanjungbalai Tahun 1994-1997 : Akademi Keperawatan Medan Tahun 2007-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “GAMBARAN POLA MAKAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009”

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda F. Situmorang dan Ibunda R. Sidabutar yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih saying serta memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku dosen pembimbing I, dan Ibu Dr. Ir. Evawany. Y. Aritonang, MSi selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(8)

3. Asfriaty, SKM, MKes, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama pendidikan

4. dosen Penguji yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini 5. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat

6. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH selaku Kepala Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Pirngadi Medan

7. Suamiku tercinta Sanvery Sihombing, SKM, anakku tersayang Adrian Sihombing dan Imanuel Sihombing yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi, dukungan, dan doa kepada penulis

8. Teman-teman di peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Januari 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis ... 6

2.1.2. Penyebab GGK ... 6

2.2. Penanganan Gagal Ginjal ... 8

2.2.1. Diagnosis Gagal Ginjal Kronis ... 8

2.2.2. Pemeriksaan Yang Diperlukan ... 9

2.2.3. Upaya Pengobatan Penderita GGK ... 9

2.3. Zat Gizi Pada penderita GGK ... 10

2.4. Diet Penyakit Ginjal Kronis ... 13

2.4.1. Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronis ... 14

2.4.2. Syarat Pemberian Diet Pada GGK ... 14

2.5. Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani hemodialisa ... 15

2.5.1 Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal ... 20

2.6. Kerangka Konsep ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

(10)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 22

4.1.1. Pelayanan Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 30

4.1.2. Fasilitas Di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 31

4.1.3. Ketenagaan Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 31

4.1.4. Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 32

4.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Cuci Darah (Hemodialisa) ... 36

4.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa ... 36

4.3. Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Rawat Jalan Yang Menjalani Hemodialisa ... 37

4.3.1. Jenis Bahan Makanan ... 37

4.3.2. Bahan Makanan Sumber Energi ... 37

4.3.3. Bahan Makanan Sayuran Dan Buah ... 38

4.3.4. Bahan Makanan Yang Menggunakan Garam Dalam Bahan Makanan ... 39

(11)

4.4. Konsumsi Zat Gizi Responden ... 40

4.4.1. Jumlah Konsumsi Bahan Makanan Sumber Energi .... 40

4.4.2. Jumlah Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein .. 40

4.4.3. Jumlah Air/Cairan Yang Diminum ... 40

4.4.4. Jumlah Urin Yang Keluar ... 40

4.5. Jumlah Asupan Energi, Protein, Dan Air... 41

4.5.1. Asupan Energi ... 41

4.5.2. Asupan Zat Protein ... 41

4.5.3. Asupan Kalium ... 41

4.5.4. Asupan Natrium ... 42

4.5.5. Asupan Air ... 42

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1. Karakteristik Responden ... 43

5.2. Pola Makan... 43

5.2.1. Jenis Dan Frekuensi Bahan Makanan ... 43

5.2.2. Jenis Lauk Pauk Protein (Hewani) ... 44

5.2.3. Jenis Sayur ... 45

5.2.4. Jenis Buah-Buahan ... 46

5.2.5. Jenis Minuman ... 46

5.3. Pola Makan Berdasarkan Asupan Energi dan Protein ... 47

5.3.1. Konsumsi Energi ... 47

5.3.2. Konsumsi Protein ... 47

5.3.3. Konsumsi Air ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) ... 8

Tabel 2.2. Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Menurut Standart Poli Gizi Dr. Pringadi Medan ... 16

Tabel 2.3. Daftar Kadar Natrium Dan Kalium Bahan Makanan (mg/100gr Bahan Makanan ) ... 18

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 33

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 34

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 35

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 35

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Cuci Darah Yang Melakukan Rawat Jalan Ke Instalasi Hemodialisa ... 36

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa Yang Melakukan Rawat Jalan Ke Instalasi Hemodialisa ... 36

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Yang Dikonsumsi Setiap Hari ... 37

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Sumber Energi dan Sumber Protein ... 37

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Konsumsi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Sayuran Pada Pasien GGH Di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 38

(13)

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Makan Dan Jenis Minuman Pada

Pasien GGH Rawat Jalan Di RSUD dr. Pirngadi Medan ... 39

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Energi ... 41

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Protein ... 41

Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Kalium ... 41

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Natrium ... 42

Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Air ... 42

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21 Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisa

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD dr. Pirngadi Medan

Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam Lampiran 3. Formulir Food Frekuensi

Lampiran 4. Master Data Penelitian Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD dr. Pirngadi Medan

Lampiran 5. Surat Survei Penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan

(16)

ABSTRAK

Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

Meningkatnya angka kegemukan, diabetes, dan tekanan darah tinggi sangat mempengaruhi peningkatan resiko gagal ginjal, penderita gagal ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal (glomerulus filtration pace). Apabila kapasitas penyaringannya < 15 ml/menit maka pasien harus menjalani hemodialisa untuk bertahan hidup. Selain itu mereka perlu mengatur pola makan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola makan pada pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah (hemodialisa). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain sekat silang (cross sectional) dengan menggunakan sampel yaitu pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak 55 orang yang diambil secara purposif sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara, formulir food frekuensi, dan food recall 2x 24 jam, selain itu juga data sekunder yang berasal dari kantor bagian pengembangan ilmiah di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Dari hasil penelitian ini bahwa karakteristik berdasarkan umur 54-62 tahun menunjukkan jumlah yang tertinggi. Pola makan, jenis, jumlah dan frekuensi belum baik sehingga asupan energi, proteinnya secara umum berada pada kategori tidak baik, sedangkan asupan kalium dan natrium umumnya berada pada kategori tidak baik. Asupan air pada umumnya berada pada kategori lebih.

Untuk itu disarankan perlu peningkatan gizi yang sesuai dengan anjuran, perlu dibuat menu sehingga penyelenggaraan makanan lebih teratur.

(17)

ABSTRACT

The Food Consumption Pattern Description of Patient with Kidney Failure Taking Ambulatory Haemodialysis in Publik Hospital of Dr. Pirngadi Medan 2009.

The increased number of obesity, diabetes, and high pressure blood largely affect the risks of develoving kidney dirsorder with glomerulus filtration pace < 15 ml/minute that must take the haemodialysis for survival. In addition, it is important for them regulated their eating pattern.

The objective of this research would be to know the diet-pattern description of patient with kidney failure taking ambulatory haemodialysis. This is a descriptive study with cross sectional design by using the samples, i.e. the individuals with kidney disorder undergoing the ambulatory haemodialysis in public hospital of Dr. Pirngadi Medan, 55 individuals, through purposive sampling. The data used were primary data collected by interview, food frequency form, and food recall of 2x24 hours, and also secondary data gained from Division of Scientifiec Development in public Hospital of Dr. Pirngadi Medan.

The result of research has proven that characteristic based on age group 54-62 years presented highest number that food consumption pattern, types, number and frequency were insufficient so that the intake of energy, and protein lied in poor category. Consumed potassium and natrium lied in poor category. The water intake generally lied in over category.

It is then suggested to increase nutrient intake to meet the nutritional requirement and to arrange the diet for better food management.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dimana peningkatan jumlah penderita terus bertambah hingga saat ini. Berdasarkan hasil survei Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 1990 sampai 1992 menunjukkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 orang pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia menderita gagal ginjal. Penderita gagal ginjal tahap akhir/ terminal di Indonesia bertambah sekitar 100 orang pasien setiap 1 juta penduduk/tahun dan hanya 3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu orang penderita gagal ginjal di Indonesia saat ini (Sapri, 2004).

Meningkatnya angka kegemukan, diabetes dan tekanan darah tinggi sangat mempengaruhi peningkatan risiko gagal ginjal. Penanganan penyakit gagal ginjal seperti sebuah tindakan dalam fungsinya, yang umumnya tidak hanya satu, tetapi banyak komponen nutrisi yang perlu dikontrol ( Peckenpaylit, 2007 ).

(19)

Keberhasilan penatalaksanaan pengaturan pola konsumsi pangan pada penderita gagal ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud antara lain motivasi atau keyakinan sembuh terhadap program pengobatan yang diberikan (Becker, 1974 dikutip Kotler, 1987). Sedangkan menurut Mechenbaum (1977) dikutip dari Niven (2002), faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien yaitu melalui dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, dan uang.

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal ( Ardaya, 2003 ). Penderita yang berada pada stadium akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti yaitu hemodialisis (HD), peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos Ambulatory Peritoneal dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal ( Wilson & Price, 1994 ).

Penyakit ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin rendah. Penderita dengan test klirens kreatinin <15 ml/menit dianjurkan untuk

(20)

Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai terapi pendamping ( komplementer ) utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan peradangan, dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein dengan kalori yang cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan ginjal. Kalori yang cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung kegiatan sehari– hari, dan berat badan normal tetap terjaga

( Tim Redaksi Vitahealth, 2008 ).

Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sukar untuk di patuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita ( Sidabutar, 1992 ).

Berdasarkan penelitian tahun 2004 di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan pada penderita GGK yang menjadi HD, menunjukkan 67,3% penderita yang patuh dan 32,7% penderita yang tidak patuh. Hal tersebut antara lain karena dipengaruhi faktor keterlibatan tenaga kesehatan dan faktor lamanya (> 1 tahun) menjalani HD.

(21)

meningkatnya proporsi penderita gagal ginjal kronik harus dicermati bagaimana pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal tersebut. Karena dengan adanya pengaturan diet yang baik, maka penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal kembali, dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisa untuk jangka waktu yang cukup lama (Ikaristi, 2007).

Melihat pentingnya diet bagi pasien gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa, maka peneliti tertarik untuk meneliti diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan pada pasien gagal ginjal rawat jalan yang menjalani hemodialisa di RSUD dr.Pirngadi Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola makan penderita gagal ginjal rawat jalan yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

(22)

2. Untuk mengetahui jenis, jumlah, frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi penderita gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.

3. Untuk mengetahui asupan zat gizi : energi, protein, dan air pada penderita gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.

4. Untuk mengetahui apakah konsumsi pangan sumber kalium dan natrium sesuai dengan standar atau tidak pada penderita gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi yang membantu bagi masyarakat mengenai disiplin terapi diet gagal ginjal.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gagal Ginjal Kronik

2.1.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Menurut NKF (National Kidney Foundation, 2002), Penyakit Gagal Ginjal (PGK) adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. PGK merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Wilson & Price, 1994).

Gagal ginjal kronik ( menahun ) merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel karena suatu penyakit ( Hartono, 2005 ).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dalam jangka waktu lama. Dalam kondisi tersebut diperlukan terapi pengganti untuk mempertahankan hidup penderita yaitu hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal.

Dialisis adalah suatu tindakan terapi pengganti yang hanya menggantikan sebagian fungsi ginjal yaitu fungsi ekskresi untuk membuang zat-zat toksin dari tubuh (Raharjo, 1992).

2.1.2. Penyebab GGK

(24)

Penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia semual dilaporkan dengan tiga penyebab yaitu : glomerulus nefritis (46,6%), sumbatan dan infeksi (40,65%), dan diabetik nefropati (6,6%) (Sidabutar, 1996).

Bermacam-macam Etiologi

GGK dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Penyakit Glomerulus Primer; penyebab terbanyak adalah glomerulus nefritik kronik.

2. Penyakit tubulus primer; hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam berat seperti tembaga, dan kadmium.

3. Penyakit vaskuler; iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal, hipertensi maligna atau hipertensi aksekrasi.

4. Infeksi Pielonefritis kronika terapi (nepropati repluks) inbercolusis.

5. Obstruksi; batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra, dan tumor.

6. Penyakit Autoimun; lupus eritomatosus sistemik, polior tentisnodosa, sindroma granulomatesa wegener.

(25)

Tabel 2.1. Klasifikasi PGK

Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Stadium 1

Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih normal >90ml/menit

Stadium 2

Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89 ml/menit

Stadium 3 Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit Stadium 4 Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit Stadium 5 Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 ml/menit

Klasifikasi PGK ini mempunyai konsekwensi terhadap rencana kerja pengelolaan PGK baik berupa terapi obat-obatan maupun terapi nutrisi. Pada setiap stadium terjadi perubahan patofisiologi maupun gangguan metabolik. Tujuan pengelolaan adalah untuk memperlambat prograsifitas penyakit ginjal (Tryani, 2005). 2.2. Penanganan Gagal Ginjal

2.2.1. Diagnosis Gagal Ginjal Kronis

Kita dapat mendiagnosis pasien yang menderita gagal ginjal kronis melalui gejala klinis seperti berikut (Alatas, 2002) :

1. Gangguan pada sistem gastrointestinal : Anoreksia, nausea, cegukan. 2. Kulit : pucat, ekimosis, urea frost, bekas-bekas garutan karena gatal.

3. Sistem hematologi : berkurangnya produksi eritropoetin, hemolisis, defisiensi besi.

4. Sistem saraf dan otot.

(26)

6. Sistem endokrin : gangguan seksual, gangguan metabolisme glukosa, lemak dan vitamin D.

7. Gangguan sistem lain : terdapat pada tulang, asidosis metabolik. 2.2.2. Pemeriksaan yang Diperlukan

Di bawah ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa penderita gagal ginjal kronis (Alatas, 2002) :

1. Pemeriksaan laboratorium : urine, kreatinin darah, sedimen urin dan elektrolit serum.

2. Pemeriksaan EKG. 3. Ultrasonograpi (USG). 4. Foto polos abdomen.

5. Pemeriksaan radiologi tulang. 6. Pielografi Intra Vena (PIV). 7. Pemeriksaan Prelografi Retrograd. 8. Pemeriksaan foto dada.

2.2.3. Upaya Pengobatan Penderita GGK

a. Penatalaksanaan Konservatif Gagal Ginjal Progresif (Alatas, 2002)

Diadakan untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi, mencegah akibat jangka panjang, dan memperlambat insufiensi ginjal, dapat dilakukan dengan cara:

(27)

3. Tidak sembarang minum obat dan dalam jangka waktu yang lama.

4. Mematuhi program diet seperti : batasi makanan yang mengandung kalium, natrium, protein tinggi, garam tinggi, dan kolesterol tinggi.

5. Memakai alat pelindung diri saat bekerja dengan bahan kontaminan. 6. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terutama fungsi ginjal. 7. Mengurangi stres dan meningkatkan berpikir positif.

8. Meningkatkan aktivitas yang aman. b. Dialisis

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin pencuci darah ( dialiser ) yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Dialisa aadalah suatu proses dimana solut dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membrane berpori darisuattu kompartemen cair menuju kompartemen lainnya ( Poice, 2006 ). Hemodialisis dan dialysis peritoneal merupakan dua tehnik utama dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi solut dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai responden terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu ( Burton, 1990 ).

2.3. Zat Gizi pada penderita GGK

Unsur-unsur gizi (nutrient) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan conventional yang dapat digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus dilaksanakan dan memerlukan pemantauan ketat.

(28)

Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan nefron yang masih berfungsi itu untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik dan mengatur eksresi natrium kedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan ginjal dan menurunnya glomerulus (GFR) hingga 10 % atau kurang dari nilai normlnya, maka produksi air seni akan menjadi sedikit sehingga masukan air dan natrium dalam jumlah yang lazim tidak dapat ditolerir. Kebutuhan penderita akan air dapat ditentukan lewat pengukuran jumlah air seni yang dikeluarkan selama 24 jam dengan memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini akan menganti jumlah kehilangan air yang hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).

2. Natrium

Natrium perlu dibatasi karena natrium diperlukan di dalam tubuh walaupun faal ginjal sudah menurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan bendungan paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah berat badan, kadar Na urine, serum dan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium harus diberikan dalam jumlah maksimal yang dapat ditolerir dengan tujuan untuk mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinya asupan natrium yang ditandai nya terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan (oedema).

3. Protein

(29)

optimal. Dari protein 0,5 gr/kg BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-kurangnya 60% atau 0,35 gr/kg BB/ hari berupa protein dengan nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik tinggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan amino essensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak).

4. Kalium

Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya berkaitan dengan oliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat- obatan yang mengandung kalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu kisaran yang sempit yaitu 3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena hiperkalmia.

5. Kalori/ Energi a. Asupan Energi

Kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh berbagai factor metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan dari sumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang penting bagi penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan nitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi disarankan masukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari, kebutuhan asupan kalori penderita GGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari

(30)

6. Lemak

Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk pasien dialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.

7. Vitamin

Defisiensi asam folat, piridoksin dan vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamin tersebut. diantaranya vitamin larut lemak, kadar vitamin A meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplemen tasi.

2.4. Diet Penyakit Ginjal Kronik

2.4.1. Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronik

Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia). 3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006).

Pada penderita GGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat/tidak mencukupi.

2.4.2 Syarat Pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik

(31)

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi. 3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak

jenuh ganda.

4. Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein dan lemak.

5. Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria, banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.

6. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

7. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).

8. Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, vitamin D.

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :

1. Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.

2. Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.

(32)

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial murni.

2.5. Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa

Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, 1985). Sedangkan menurut Suharjo (1996), pola konsumsi pangan adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan, dan sosial.

(33)

Tabel 2.5. Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Menurut Standart Poli Gizi Dr. Pringadi Medan

Pukul 16.00 wib

Maezena 10 gr 2 sdm

Sumber : Poli Gizi RSUD. dr. Pirngadi Medan 2009 .

Dimana: Energi : 2000 kal; Protein : 40 gr; Diet rendah protein : Rendah Garam

(34)

Contoh Menu :

Diet Rendah Protein Rendah garam

Pagi Siang Malam

< 10.00 wib 10.00 wib < 1600 wib 16.00 wib < 20.00 wib 20.00 wib

Nasi Kue talam Nasi Agar-agar Nasi Susu

Telur ceplok Teh manis Ikan panggang The manis Daging bistik

Tumis labu

siam Ca. sayur Sup sayur

Susu Pepaya Pepaya

Teh manis Teh manis

Sumber : Poli Gizi RSUD. dr. Pirngadi Medan 2009 .

Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan energi, protein, dan beberapa mineral seperti kalium, natrium, dan air. Pengaturan diit sukar dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992).

Ahmad Sapri (2004), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani HD di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Hasilnya menunjukkan 67,3% penderita yang patuh dan 32,7% penderita yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan. Hal tersebut antara lain faktor keterlibatan tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan, lama menjalani HD lebih dari 1 tahun pda penderita yang patuh lebih besar.

(35)

kecenderungan penurunan kadar ureum dan kadar kreatinin dari pemberian diet rendah protein.

Tabel 2.3. Daftar Kadar Natrium dan Kalium Bahan Makanan (mg/100 g’ Bahan Makanan) menurut Almatsier (2006)

I. Sumber Karbohidrat

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Beras giling Roti coklat tak bergaram Roti kismis Roti putih

Roti putih tak bergaram Roti susu

II. Sumber Protein Hewani

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Ayam Corned beef Daging anak sapi Daging babi

(36)

III. Sumber Protein Nabati

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Kacang hijau

Keju kacang tanah Tahu

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Andewi

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

(37)

VI. Susu

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Cokelat susu Es krim Susu

Susu asam bubuk Susu kambing Susu kental manis

100

Susu kental tak bergula Susuh penuh cair Susu penuh bubuk Susu skim cair Susu skim bubuk Yoghurt

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Kelapa

Margarin tak bergaram Mentega

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium

Bit (4% alcohol)

2.5.1 Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal

Salah satu penyebab kerusakan ginjal adalah penyakit batu ginjal dan saluran kemih (GSK). Kelainan ini bukanlah sesuatu yang baru tetapi sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Penyelidikan tentang penyebab dan pengobatan penyakit batu GSK sudah mencapai banyak kemajuan selama 2 dekade ini, dimana :

(38)

c. Pengambilan batu makin kurang invasive : tindakan-tindakan bedah atau tindakan- tindakan yang memakai alat yang dimasukkan ke dalam tubuh).

Salah satu pencegahan dari gagal ginjal ini adalah dengan makanan dan anjuran diet sebagai upaya timbulnya batu di kemudian hari.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan :

Keterangan :

*

= Didasarkan pada mengonsumsi atau tidak mengonsumsi sayuran dan buah sumber natrium dan kalium, bahan makanan tidak menggunakan garam dapur.

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Kaitan antara Pola Makan dan Penyakit Gagal Ginjal

Skema di atas menunjukkan pola makan dilihat jenis, jumlah, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi setiap hari dapat diketahui jumlah asupan gizinya yang terdiri dari energi, protein, natrium, kalium, dan air pada gagal ginjal.

Pola Makan : - Jenis - Jumlah - Frekuensi

Penderita Gagal Ginjal Jumlah Asupan Gizi :

- Energi - Protein

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran pola konsumsi makanan pasien gagal ginjal rawat jalan di RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU dr. Pirngadi Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena RSU dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu pusat dialisis, dengan jumlah yang memadai untuk dilakukan penelitian.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai Mei-Desember 2009.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(40)

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria menjalani cuci darah ≥ 1 tahun. Dari kriteria tersebut sampel didapat sebanyak 55 orang.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang diguakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Formulir data umum responden.

2. Formulir food frequency makan. 3. Formulir food recall 2 x 24 jam. 4. Alat ukur urine tabung silinder.

5. Timbangan injak Berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. 6. Gelas ukur

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer terdiri dari karakteristik responden : pendidikan, pekerjaan, umur, suku, agama, jenis kelamin, dan berat badan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan data diperoleh dengan cara wawancara menggunakan form food recall 24 Jam dan frekuensi makanan yang dikomsumsi pasien gagal ginjal

(41)

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data tentang jumlah pasien rawat jalan yang melakukan hemodialisis dan gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari Kantor Bagian Pengembangan Ilmiah di RSUD dr.Pirngadi Medan.

3.6 Defenisi Operasional

1. Pasien gagal ginjal yang mengalami hemodialisa adalah pasien yang menurut diagnosa dokter dinyatakan menderita gagal ginjal kronik dan dianjurkan cuci darah ( hemodialisa).

2. Pola makan adalah jumlah, jenis, frekuensi makanan yang dimakan oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa setiap hari.

3. Asupan energi, zat gizi (protein), dan air adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi pasien gagal ginjal hemodialisa dalam sehari dibandingkan dengan anjuran RSUD dr. Pirngadi Medan.

4. Komsumsi kalium, Natrium, yang di konsumsi pasien gagal ginjal dalam sehari disesuaikan dengan standar rumah sakit dr.Pirngadi Medan yaitu tidak mengkomsumsi yang mengandung kalium tinggi dan makanan tanpa garam.

(42)

6. Jumlah pangan adalah banyaknya komsumsi energi, protein, kalium, natrium dan air yang dikonsumsi pasien gagal ginjal dalam sehari.

7. Jenis bahan makanan adalah setiap macam makanan yang dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa (rendah protein, rendah garam).

3.7 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dilakukan dengan memperhatikan jenis, jumlah,frekuensi dan tingkat kecukupan pangan pasien gagal ginjal rawat jalan yang menjalani hemodialisa

1. Recall 24 jam selama dua hari beturut-turut di konversi menjadi zat gizi (energi dan protein) dan dihitung zat gizi yang di konsumsi, hasilnya dibandingkan dengan standart RSUD Dr.Pirngadi Medan.

2. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis bahan makanan yang di konsumsi pasien GGH, yaitu : 1-3x sehari, 4-6x seminggu, 1-3x seminggu, jarang (frekuensi: 1x dalam 2 minggu), tidak pernah.

Data frekuensi makan diolah menjadi 5 jenis, yaitu : 1-3x sehari, 4-6x seminggu, 1-3x seminggu, jarang (frekuensi: 1x dalam 2 minggu), tidak pernah. dengan menggunakan formulir food frequency.

(43)

3. Asupan energi untuk pasien dikategorikan :

- Baik, bila jumlah asupan energi sesuai dengan anjuran: 2000 kal, dengan batas toleransi ±10%.

- Tidak baik, bila jumlah asupan energi sesuai dengan anjuran: < 2000 kal - 10% dan > 2000 kal + 10%

4. Asupan protein: banyaknya jumlah protein yang dikonsumsi pasien pasien gagal ginjal:

- Baik, bila jumlah asupan protein sesuai dengan anjuran 40 gr dengan batas toleransi ±10%.

- Tidak baik, jika jumlah asupan protein tidak sesuai dengan anjuran , 40 gr, <10% atau >10%.

5. Konsumsi Kalium adalah banyaknya kalium yang dikomsumsi pasien gagal ginjal hemodialisa dikategorikan :

- Baik, bila sesuai standar yaitu tidak mengonsumsi sayuran berwarna hijau dan buah yang tidak mengandung kalium tinggi (pepaya).

- Tidak baik, bila tidak sesuai standar yaitu mengonsumsi sayuran berwarna hijau dan buah yang mengandung kalium tinggi.

6. Konsumsi Natrium adalah banyaknya natrium yang dikomsumsi pasien gagal ginjal hemodialisa dikategorikan :

(44)

7. Jumlah asupan air adalah banyaknya urine yang keluar dalam 24jam ditambah 500ml dikategorikan :

- Kurang: jumlah urine yang keluar dalam 24 jam + < 500 ml air. (air putih + teh manis + susu).

- Cukup: jumlah urine yang keluar dalam 24 jam + 500 ml air. (air putih + teh manis + susu).

- Lebih: jumlah urine yang keluar dalam 24 jam + > 500 ml air. (air putih + teh manis + susu).

8. Data jenis bahan makanan dikelompokkan menjadi:

a. Sumber Protein bernilai biologik tinggi (protein hewani)

b. Rendah Kalium (Sayuran :labu, wortel, jipang. dan buah : pepaya).

3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.

2. Tabulating, menghitung dan menjumlahkan data yang telah dikumpulkan. 3.8.2 Analisa Data

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 yang berlokasi di jalan Prof. HM. Yamin, SH No 47 Medan. Pemilik Pemda Prov. Sumatera Utara, kualifikasi: kelas B pendidikan, status Rumah Sakit Swadana 11 februari 1998 , Penelitian Akreditasi Dasar, tanggal 14 April 2000.

Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi kota Medan memiliki luas 73.123,90m²

dengan ruang rawat inap berjumlah 29 ruangan dan rawat jalan (kilnik rawat jalan) terdiri dari 58 klinik. Dalam usaha pelayanan medis Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi kota Medan terdiri dari beberapa unit, yaitu : Penyakit Dalam, bedah, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Kesehatan Anak, Penyakit Mata, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Penyakit Kulit dan Kelamin, Penyakit Paru-paru, Penyakit Jiwa, Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Medis, Kedokteran Kehakiman dan Anastesi.

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari RSUD dr.Pirngadi Medan mempunyai Motto: Aegroti Salus Lex Suprema (kepentingan penderita adalah yang utama) melalui visi: Dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat

(46)

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna kepada masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, keadaan sosio ekonomi, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub spesialistik, bermutu profesional dan etis.

3. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat berlindung upaya pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman, di tempat mana penderita memperoleh kepercayaan dan harapan.

4. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat untuk memberikan pelayanan yang berhasil guna dan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

5. Memberikan pelayanan masyarakat yang terjangkau oleh masyarakat kurang mampu sesuai dengan yang berlaku, sesuai dengan fungsi sosial Rumah Sakit. 6. Mengembangkan pelayanan Rumah Sakit yang bersifat sosio medis dalam rangka

pelayanan kesehatan paripurna yang berorientasi pada penderita sebagai manusia seutuhnya.

Sesuai dengan tugasnya RSUD dr.Pirngadi Medan melaksakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan dengan serasi terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan, dan upaya rujukan, maka RSUD dr.Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

(47)

3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan 4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan pedidikan dan pelatihan 6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan 7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

4.1.1 Pelayanan Instalasi Hemodialisa RSUD dr.Pirngadi Medan

Pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit khususnya di instalasi hemodialisa merupakan salah satu pelayanan untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya dalam rangka meningkatkan kesehatan pasien. Di instalasi hemodialisa dilakukan pelayanan apa yang disebut dengan cuci darah, dimana pelayanan cuci darah ini dilakukan oleh pasien gagal ginjal. pelaksanaanya dua kali dalam seminggu setiap pasien. Sekali cuci darah membutuhkan waktu 5 jam. Pasien yang datang cuci darah mayoritas pasien askes dan jamkesmas biaya cuci darah ditanggung oleh pemerintah hanya sanggup memberikan dua kali seminggu dalam pelaksanaan cuci darah. Dimana pelaksanaan cuci darah banyak dibutuhkan terapidan obat-obatan dan jumlah mesin cuci darah terbatas.

Dalam pelaksanaan cuci darah ini dibantu perawat yang sudah mendapat pelatihan. Dalam pelaksanaan cuci darah dimulai pukul 6 pagi sampai 20.00wib. di instalasi hemodialisa ada istilah oncall, dimana di luar jam kerja perawat dari instalasi hemodialisa siap untuk datang apabila ada pasien darurat untuk cuci darah.

(48)

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan peneliti, pengobatan tambahan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan untuk kesehatan yaitu terdiri dari:

- Food Supplement dimana makanan ini berbentuk tepung berisikan energi (212 kal), protein (10 gr), natrium (2,5 mg) dikemas dalam bentuk sachet. Ini diberikan apabila pasien gagal ginjal hemodialisa kurang nafsu makan.

- Pemberian infus kidmin yang berisikan 7,2 % asam amino. Ini berfungsi untuk menghambat pemecahan protein otot dan meningkatkan sintesis protein otot.

- Pemberian Raboransia (penambahan vitamin melalui suntikan) yaitu: ferdion 1 ampul atau Neurobion 1 ampul.

- Dianjurkan trasfusi darah apabila HB darah penderita GGH berjumlah 7 gr 4.1.2. Fasilitas di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.Pirngadi Medan

1. Tempat tidur = 27 buah

2. Mesin cuci darah = 27 buah

4.1.3. Ketenagaan Instalasi Hemodialisa RSUD dr.Pirngadi Medan

(49)

4.1.4. Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD dr.Pirngadi Medan

(Sumber : Administrasi Instalasi Hemodialisa)

Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Pirngadi Medan

Struktur organisasi di instalasi ini sebagai kepala instalasi hemodialisa adalah Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH. sekaligus sebgai staff medik yang didampingi oleh Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Dr. A. Rahim Rasyid lubis, SpPD-KGH. Sebagai sekretaris Encep Suhendra Hw, SKep, Ns. Sebagai bendahara Gorga Saleh Dalimunthe, AMK. Administrasi Ellis Nurlinda Sitorus, M, Nopin SE. Rani Karlina Amd, Hary Triyono, SE, Eka perawat ada 25 orang yang melaksanakan kegiatan sehari-hari untuk membantu pasien Hemodialisa.

KETUA

STAF MEDIS

SEKRETARIS

ADMINISTRASI

(50)

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin responden yang banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 29 orang (54,50%) sedangkan laki-laki 26 orang (45,50%)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 26 45,50

Perempuan 29 54,50

Jumlah 55 100,00

4.2.2 Umur Responden

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa kelompok umur penderita gagal ginjal rawat jalan hemodialisa pada kelompok umur 54-62 tahun sebanyak 25,50%. Penyebab kemudahan terjadinya gagal ginjal ada beberapa faktor resiko salah satu diantaranya faktor umur (lumenta, dkk).

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Jumlah %

18 – 26 2 3,60

27 – 35 9 16,40

36 – 44 11 20,00

45 – 53 12 21,80

54 – 62 14 25,50

63 – 71 6 10,90

72 – 80 1 1,80

(51)

4.2.3 Pendidikan Responden

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SLTA dan Perguruan Tinggi sama nilainya yaitu sebanyak 19 orang (34,55%) disusul pendidikan SLTP sebanyak 11 orang (20,00%) dan yang paling sedikit SD yaitu sebanyak 6 orang (10,90%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah %

SD 6 10,90

SLTP 11 20,00

SLTA 19 34,55

Perguruan Tinggi 19 34,55

Jumlah 55 100,00

4.2.4 Pekerjaan Responden

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penyakit gagal ginjal rawat jalan hemodialisa yang bekerja sebagai wiraswata 36,40%, dimana dari hasil penelitian pasien gagal ginjal ini sebelum menderita gagal ginjal, mereka menjalani pola hidup tidak sehat, dietnya tidak teratur, mereka mengosumsi makanan siap saji dan minum yang tidak teratur.

Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah %

IRT 12 21,80

PNS 18 32,70

Tidak ada pekerjaan 4 7,20

Guru Swasta 1 1,80

Wiraswasta 20 36,40

(52)

4.2.5 Suku Responden

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Suku Jumlah %

Batak Toba 24 43,60

Batak Karo 8 14,50

Jawa 12 21,80

Tionghoa 2 3,60

Melayu 3 5,50

Nias 1 1,80

Minang 5 9,10

Jumlah 55 100,00

Dari Tabel 4.5 di atas dilihat bahwa suku batak toba pada pasien gagal ginjal hemodialisa rawat jalan sebanyak 43,60%. Hal ini disebabkan mayoritas yang datang berobat RSUD dr.Pirngadi Medan adalah suku batak toba.

4.2.6 Agama Responden

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Agama Jumlah %

Islam 34 61,80

Katolik 2 3,50

Protestan 19 34,50

Jumlah 55 100,00

(53)

4.2.7 Distribusi Responden Lama Cuci Darah (Hemodialisa)/Tahun

Tabel 4.7. Distribusi Responden berdasarkan Lamanya Cuci Darah yang MelakukanRawat Jalan ke Instalasi Hemodialisa

Lama (tahun) Jumlah %

1 21 38,20

2 15 27,30

3 10 18,20

4 2 3,60

5 4 7,20

6 1 1,80

7 2 3,60

Jumlah 55 100,00

Dengan melihat tabel di atas pasien gagal ginjal hemodialisa rawat jalan hanya 3,6% yang paling lama cuci darah 7 tahun dimana pasien ini menjalani diet ketat dan berat badan tetap terjaga.

4.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa yang Melakukan Rawat Jalan ke Instalasi Hemodialisa

Diagnosa Jumlah %

Glomerulus nefritis, sumbatan dan infeksi 34 61.81

Hipertensi 13 23.63

Diabetes 8 14.54

Jumlah 55 100

(54)

4.3 Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Rawat Jalan Yang Menjalani Hemodialisa 4.3.1 Jenis bahan Makanan

Jenis bahan makanan dalam hal ini adalah jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh responden dengan menggunakan Food Recall.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Yang Dikonsumsi Setiap Hari

Jenis Bahan Makanan Jumlah %

Nasi + lauk-pauk + sayur+buah 28 50,9

Nasi + lauk-pauk + sayur 24 43,6

Nasi + lauk-pauk 3 5,5

Jumlah 55 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jenis bahan makanan dengan susunan lengkap (nasi + lauk + sayur + buah) sebanyak 28orang (50,9%), (nasi + lauk + sayur) sebanyak 24orang (43,6%) dan (nasi + lauk) sebanyak 3orang (5,5%)

4.3.2 Bahan Makanan Sumber Energi

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan

Sumber Energi dan Sumber Protein pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Jenis Bahan Makanan

Frekuensi Bahan Makanan

Total

seminggu Jarang

(55)

Tabel 4.10 di atas terlihat bahwa frekuensi dan jenis bahan makanan pada makanan pokok yaitu nasi dikonsumsi 55 orang responden (100%) dengan frekuensi 3x sehari, sedangkan 1 orang (1,8%) mengkonsumsi ubi kayu dengan frekuensi 1-3x sseminggu. dari table juga dapat dilihat bahwa jenis lauk pauk yaitu telur, ikan basah umumnya dikonsumsi 4-6x sehari, sedangkan ayam, daging jarang dikonsumsi. 4.3.3 Bahan Makanan Sayuran dan Buah

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Konsumsi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Sayuran pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Sayuran rendah kalium (sesuai

anjuran)

Frekuensi Makanan Perminggu

Total

seminggu Jarang

Tidak

seminggu Jarang

Tidak

(56)

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makanan dan Jenis Makanan Buah pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Jenis Bahan Makanan

Frekuensi Makanan Perminggu

Total

seminggu Jarang

Tidak

Dari tabel 4.12 diatas telihat bahwa jenis makanan buah yaitu: pepaya, jeruk umunya dikonsumsi 1-3x seminggu, sedangakan apel, semangka dan pear jarang dikonsumsi dan tidak pernah sama sekali mengkonsumsi buah 49,09 %.

4.3.4 Bahan Makanan Yang Menggunakan Garam Dalam Bahan Makanan Dari 55 penderita gagal ginjal hemodialisa 100% menggunakan garam dalam bahan makanan.

4.3.5 Sumber Bahan Minuman yang Dikonsumsi

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Minuman Pada pasien GGH Rawat jalan di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

(57)

Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa jenis minuman air putih, susu nefrisol dan teh manis paling banyak dengan frekuensi > 1-3x sehari sebanyak 26 orang (47,30%).

4.4 Konsumsi Zat Gizi Responden

4.4.1 Jumlah Konsumsi Bahan Makanan Sumber Energi

Dari 55 orang penderita gagal ginjal hemodialisa yang diteliti berdasarkan food recall 2 x 24 jam konsumsi energi penderita GGH berkisar 1064,5 – 2361,4 kal

dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 1712,9 kal.

4.4.2. Jumlah Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein

Dari recall 2 x 24 jam pada responden di dapat konsumsi pada gagal ginjal hemodialisa pada kisaran terendah 24,9 – 82 gr dengan rata-rata konsumsi protein gagal ginjal hemodialisa per hari 44,9 gr.

4.4.3 Jumlah Air/Cairan yang Diminum

Dengan menggunakan gelas ukur pada responden didapat jumlah air yang diminum dalam 24 jam berkisar antara 300-1000ml dengan rata-rata air yang diminum/24jam adalah 682,7 ml.

4.4.4 Jumlah Urine yang Keluar

(58)

4.5 Jumlah Asupan Energi, Protein, Kalium, Natrium dan Air 4.5.1 Asupan Energi

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Yang Dikonsumsi Responden

Asupan Energi N %

Baik 11 20,00

Tidak baik 44 80,00

Jumlah 55 100,00

Dari Tabel 4.14 di atas terlihat 20,00 % responden adalah baik sedangkan yang tidak baik sebesar 80,00 % (asupan energi dibawah anjuran sebesar 65,45 % dan diatas anjuran sebesar 14,54 %).

4.5.2. Asupan Zat Protein

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Protein Yang Dikonsumsi pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Asupan Protein N %

Baik 18 32,7

Tidak Baik 37 67,3

Jumlah 55 100,0

Dari Tabel 4.15 di atas terlihat 27,27 % responden adalah baik sedangkan yang tidak baik sebesar 72,72 % (asupan protein dibawah anjuran sebesar 25,45 % dan diatas anjuran sebesar 47,27 %).

4.5.2 Asupan Kalium

Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Kalium Yang Dikonsumsi pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Asupan Kalium N %

Baik 0 0

Tidak Baik 55 100,00

(59)

Asupan kalium dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik dan tidak baik, tidak baik sebanyak 55 orang (100%).

4.5.3 Asupan Natrium

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Natrium Yang Dikonsumsi pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Asupan Natrium N %

Baik 0 0

Tidak Baik 55 100,00

Jumlah 55 100,00

Asupan natrium dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik dan tidak baik, tidak baik sebanyak 55 orang (100%).

4.5.4 Asupan Air

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Air Yang Dikonsumsi pada Pasien GGH di RSU Dr. Pirngadi Medan

Asupan Air N %

Kurang 4 7,3

Cukup 25 45,5

Lebih 26 47,2

Jumlah 55 100,00

(60)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap penderita gagal ginjal hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan dengan melihat gambaran pola makan sehari-hari dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.1 Karakteristik Responden

Pada karakteristik golongan umur 54-62 tahun sebanyak 14 orang (25,5%) menunjukkan angka yang paling tinggi. Pada kelompok umur ini responden yang gagal ginjal diakibatkan infeksi ginjal. Hal ini terbukti apa yang dikatakan Sidabutar 1996, bahwa penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia adalah yang paling besar Glomerulus Nefritis (46,6%), sumbatan dan infeksi (40,65%) dan diabetik nefropati (6,6%).

5.2 Pola Makan

5.2.1 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan dalam kategori baik 50,9% dan tidak baik 49,1%. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi, karena responden tidak mampu untuk makanan lengkap untuk dikonsumsi. Frekuensi untuk makan nasi adalah 100% dengan mengkonsumsi 1-3x sehari mengkonsumsi roti, mie dan ubi kayu dengan frekuensi 1-3x seminggu.

(61)

Dari berat badan juga dapat dilihat pola makan pasien dimana kalau pasien mengonsumsi makanan yang berlebih tentu berat badan juga naik.

Jadi kenaikan berat badan pada pasien gagal ginjal tidak boleh lebih dari 2 kg dari berat badan kering (Weight Dry).

Dari hasil penelitian pasien menjalani hemodialisa 5-7 tahun melakukan hal yang sama di mana mereka menjaga disiplin dietnya baik dari jumlah jenis dan frekuensi makan agar berat badan tidak naik. Dapat juga dilihat dari konsumsi zat gizi responden sesuai dengan standar.

Peneliti juga menanyakan kebiasaan makan, responden ada mengonsumsi makanan siap saji, seperti : bakso, indomie dan mi goreng. Jenis makanan ini dikonsumsi responden sebagai makan utama dan dimana pada pagi hari sebagai sarapan. Bakso, indomie dan mi goreng diperoleh dari penjual jajanan yang ada pinggiran jalan/pajak.

5.2.2 Jenis Lauk Pauk Protein (Hewani)

(62)

Pada setiap tindakan dialisis akan terjadi kehilangan 10-12 gram asam amino dan 1/3 nya merupakan asam amino esensial, bila tidak ditanggulangi dengan baik akan menyebabkan malnutrisi. Asupan protein sekurang-kurangnya 50%, asupan protein berasal dari protein biologi tinggi yang lengkap asam amino esensialnya (Triyani, 2005).

5.2.3 Jenis Sayur

Sayur merupakan sumber vitamin dan mineral, akan tetapi pada gagal ginjal mengkonsumsi sayur harus dibatasi terutama sayur rendah kalium. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sayuran yang dikonsumsi adalah daun ubi dan kangkung umunya dikonsumsi 1-3x sehari, bayam di konsumsi 4-5x seminggu, wortel, sawi, buncis umumnya di konsumsi 1-3x seminggu, sedangkan gori dan kacang panjang jarang dikonsumsi, dan yang tidak pernah mengkonsumsi sayur adalah sebesar 5,45 %. Hal ini menunjukkan yang dikonsumsi penderita GGH jenis sayuran umunya bersumber kalium tinggi (tidak sesuai dengan standar)

Hiperglikemia merupakan urutan ketujuh penyebab kematian pasien gagal ginjal dengan hemodialisa sebesar 3,9% yang disebabkan asupan kalium yang tinggi (Kride, 1997). Kebutuhan kalium pada penderita hanya dianjurkan tidak mengkonsumsi sayuran yang bersumber kalium tinggi (umumnya sayuran yang berwarna hijau).

(63)

bahwa makanan yang menjadi pilihan untuk diet yang rendah natrium serta rendah protein, yaitu: buah-buahan dan sebagian besar sayuran, terpaksa juga dibatasi mengingat kandungan kaliumnya yang tinggi. Apabila masukan kalium harus dibatasi pula, diet ginjal tersebut akan semakin sulit diterima penderita. Salah satu cara untuk membatasi masukan kalium tanpa mengurangi akseptibilitas terhadap diet, adalah dengan proses perkolasi (baeching) sayuran. Sebagian besar kalium dapat dikeluarkan dari sayuran dengan merendam sayuran di dalam sejumlah besar air untuk waktu yang lama dan kemudian setelah itu air rendaman dibuang, masak sayuran ini dalam sejumlah besar air yang baru (Hartono, 1990).

5.2.4 Jenis Buah-buahan

Jenis buah yang disarankan di rumah sakit adalah buah pepaya karena buah pepaya tidak mengandung banyak air. Dari hasil penelitian menunjukkan jenis buah pepaya, jeruk umumnya dikonsumsi 1-3x seminggu, sedangkan apel, semangka dan pear jarang dikonsumsi dan yang tidak pernah mengkonsumsi buah sebesar 49,09%. 5.2.5 Jenis Minuman

Selain mengkonsumsi air putih, minuman/air yang dikonsumsi oleh responden harus disesuaikan dengan anjuran rumah sakit. Yang diperbolehkan yaitu susu, teh manis. Jenis susunya juga telah dianjurkan yaitu susu nefrisol.

(64)

sehingga responden tidak mampu untuk membeli dan ada yang tidak suka minum susu. Dalam mengonsumsi susu, air sebagai pelarutnya juga harus sedikit yaitu 100ml mengingat minum air harus dipatuhi dan ada juga responden dalam mengonsumsi susu seperti hal nya makan bubur hanya sedikit saja airnya.

5.3 Pola Makan Berdasarkan Asupan Energi dan Protein pada Pasien GGH di RSU Dr.Pirngadi Medan

5.3.1 Konsumsi Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Fungsi energi bagi tubuh adalah untuk mempertahankan proses kerja tubuh dan menjalankan aktivitas fisik setiap hari (Suryani,2002)

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa asupan energi responden yang terbanyak dengan kategori tidak baik. hal ini dikarenakan pola makan sumber energi yang dikonsumsi kurang beraneka ragam sehingga kebutuhan tubuh akan energi kurang terpenuhi, responden hilang nafsu makan terkadang ada mual dan muntah.

Penelitian Kalantar-Zadeh et al (2004) terhadap 331 penderita gagal ginjal kronik HD diperoleh sekitar 124 penderita (38%) mengalami anoreksia berpengaruh terhadap asupan energi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas hidup. 5.3.2 Konsumsi Protein

(65)

mengatur keseimbangan air, pembentukan anti bodi dan memberikan tenaga jikakebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Almatsier,2003).

Jumlah protein yang dikonsumsi responden paling banyak dikategorikan tidak baik 72,72% (dapat dilihat pada tabel 4.14). Hal ini disebabkan responden terjadi gangguan gastrointestinal, yaitu: hilang napsu makan, terkadang ada mual, dan muntah. Sama halnya dengan jumlah energi. Sumber protein yang dikonsumsi paling banyak adalah dari jenis ikan 81,8% dan telur 74,50%, ini disebabkan ikan dan telur mudah didapat dan terjangkau.

5.3.3 Konsumsi Air

(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah, sebagai berikut :

1. Karakteristik golongan umur 54-62 tahun menunjukkan angka yang paling tinggi.

2. Pola makan penderita gagal ginjal hemodialisa dari jenis, jumlah, frekuensi makanan yang dikonsumsi belum baik. Hal ini dapat dilihat pola makan yang tidak lengkap.

3. Asupan zat gizi: energi, protein paling banyak berada pada kategori tidak baik. Dan begitu juga dengan natrium dan kaliumnya masih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung kalium tinggi dan makanan yang menggunakan garam dapur (garam natrium),

4. Asupan air paling banyak berada kategori lebih yang mengakibatkan responden mengalami oedema terutama di daerah perut, sehingga perut kelihatan membesar.

(67)

6.2 Saran

1. Perlu peningkatan gizi yang sesuai dengan anjuran dan kesadaran pasien gagal ginjal melalui penyuluhan oleh bagian gizi maupun dokter RSUD. dr. pirngadi Medan.

2. Perlu dibuat menu (hari/minggu/10hari) baik pasien yang mampu keluarganya. Sehingga penyelenggaraan makanan lebih teratur baik dari segi : jenis, jumlah maupun frekuensi dari menu yang disajikan pengolahannya. 3. Dalam mengolah bahan makanan dengan cara bervariasi sehingga

menimbulkan selera walaupun makanannya tanpa garam.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2006). Pemilihan Diet. Edisi Baru, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ahmad Sapri. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Penderita GGK yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Dapat

diakses di

Endang. (2005). Nutrisi Tepat bagi Penderita gagal ginjal kronis tanpa hemodialisa.

Dapat diakses di

Hartono, Andrey. (1991). Prinsip Diet Penyakit Ginjal. Penerbit Arcan, Jakarta. Lumenta, Nico, A, dkk. (1992). Penyakit Ginjal. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia. Notoatmodjo, S (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Safrida. (2006). Perubahan Status Gizi Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan

Hemodialisis yang mendapat Konseling Gizi Berkesinambungan Di Rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Sekolah pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Saragih, E. (2005). Hubungan Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Perkembangan Kadar Ureum dan Kreatnin Darah Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Lubuk Pakam, D III Kesehatan Bidang Gizi.

Sidabutar, S.P. (1992). Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik. perhimpunan Nefrologi Indonesia, Jakarta.

Siswi, Ikaristi. (2007). Ketaatan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani hemodialisa di ruang Hemodialisa Rumah sakit Panti Rapi Yogyakarta Tahun 2007. Dapat Diakses di hhtp://keperawatan.gu.blogspot.com./ dapat dibuka 10 Mei 2009.

(69)

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi PGK
Tabel 2.5.
Tabel 2.3. Daftar Kadar Natrium dan Kalium Bahan Makanan (mg/100 g’ Bahan   Makanan) menurut Almatsier (2006)
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Kaitan antara Pola Makan dan Penyakit    Gagal Ginjal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pola makan dan dukungan keluarga pada penderita Diabetes Melitus yang menjalani rawat jalan di RSU Dr..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan menurut jenis makanan dan frekuensi makan, tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi ibu hamil di

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola makan ibu hamil dengan kondisi KEK berdasarkan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi di Kecamatan Bobotsari,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan menurut jenis makanan dan frekuensi makan, tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi ibu hamil di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan yang meliputi jenis makanan, jumlah konsumsi energi dan protein, serta frekuensi makan dengan Indeks Massa Tubuh siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa frekuensi makan pada makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh mahasiswa program

2.3 Diagnosa Gizi 2.3.1 Domain Asupan NI  NI-2.1 Asupan makanan dan minuman oral inadekuat berkaitan dengan nafsu makan yang menurun ditandai dengan hasil recall energi 37%, protein

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan Pasien Hipertensi Di IRNA F RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Kabupaten Bangkalan Madura Tahun 2011 No Pola makan Frekuensi