PENGARUH JARAK PISAU ATAS PISAU BAWAH DAN DIAMETER PINANG MUDA TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN
SKRIPSI
OLEH :
AHMAD ERWIN NASUTION
050305014/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH JARAK PISAU ATAS PISAU BAWAH DAN DIAMETER PINANG MUDA TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN
SKRIPSI
OLEH :
AHMAD ERWIN NASUTION
050305014/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,
Ir. Terip Karo Karo, MS. Linda Masniary Lubis, STP, M.SI Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : PENGARUH DIAMETER PINANG MUDA DAN JARAK ANTARA PISAU ATAS DAN PISAU BAWAH TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN
Nama : Ahmad Erwin Nasution
Nim : 050305014
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui oleh Komisi Pembimbing:
Ir. Terip Karo Karo, MS Linda Masniary Lubis, STP, M.SI Ketua Anggota
Mengetahui:
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si. Ketua Departemen
THE EFECT OF YOUNG ARECA AND DISTANCE FRUIT DIAMETER OF UPPER AND UNDER KNIFES ON THE QUALTY OF
PEELED PRODUCT
The aim of this research was to find the effect of young areca fruit diameter and distance of upper and under knifs quality of peeled product. The research had been performed using completely randomized design with two factors i-e : diameter of areca fruit (D1= <3,50 cm ; D2 = 3,50 – 3,60 cm; D3 = <3,60 – 3,70; D4 = <3,70 cm) and the distance of upper and under knifes (P1 = 1,5 cm; P2 = 1,7 cm; D3 = 1,9 cm; P4 = 2,1 cm). Parameters analyzed were machine capacity , percentage of peeled fruit, percentage of nut on the peel, percentage of loosed nut percentage of fruit unpeeled, percentage of intact nut, percentage of defect areca nut.
The result showed that the fruit diameter had significant effect on all parameters except the percentages of deffect nut and intact nut . The distance of upper and under knifes had highly significant effect on all parameters except percentage of nut on the peel, percentage of loosed nut which were significantly diffect. The interaction of diameter of young areca fruit anf distance of upper and under knifes had highly significant effect on all parameters except machine capacity which were significantly diffect.
The best result for young areca fruit diameters was on D4 = (> 3,70 cm) and the distance between upper and under knifes J3 = (1,9 cm).
Key word: Young areca fruit, Fruit peeled machine, Diameter of young areca fruit distance of upper and under knifes.
PENGARUH DIAMETER PINANG MUDA DAN JARAK ANTARA PISAU ATAS DAN PISAU BAWAH TERHADAP KUALITAS
HASIL PENGUPASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh diameter pinang muda dan jarak antara pisau atas dan pisau bawah pada mesin pengupas pinang terhadap kualitas hasil pengupasan. Penelitian dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu diameter (D1 = < 3,50 cm, D2 = 3,50 – 3,60 cm, D3 = <3,60 – 3,70 cm , D4 = < 3,70 cm). Jarak pisau atas dan pisau bawah (P1 = 1.5 cm, P2 = 1.7 cm, D3 = 1.9 cm, P4 = 2.1 cm). Parameter yang diamati meliputi kapasitas alat, persentase buah terkupas, persentase biji lengket pada kulit, persentase biji lepas kulit, persentase buah tidak terkupas, persentase biji pinang utuh, persentase biji pinang cacat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pinang muda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji pinang utuh dan persentase biji pinang cacat yang berbeda tidak nyata. Jarak pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji lengket pada kulit dan persentase biji lepas kulit yang berbeda nyata. Interaksi antara diameter pinang muda dan jarak pisau atas pisau bawah memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas alat yang berbeda nyata.
Perlakuan yang paling baik untuk diameter pinang muda yaitu pada perlakuan D4 (>3,70 cm) dan jarak pisau atas dan pisau bawah yang paling baik J3 (1,9 cm).
RIWAYAT HIDUP
AHMAD ERWIN NASUTION, lahir pada tanggal 12 Desember 1986 di Kisaran. Adalah anak dari Bapak Drs. Darwis Nasution dan Ibu Elidar Hareva SH. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Penulis memasuki Sekolah Dasar (SD) Negri 010086 Kisaran pada tahun
1993 dan tamat pada 1999, kemudian memasuki SMP N 1 Kisaran dan tamat pada
tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA N 2 Kisaran dan lulus
seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP. Penulis memilih
program studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis penah menjadi asisten
Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis
juga aktif berorganisasa di Himpunan Mahasiswa Islam(HmI) sebagai Ketua
Umum Komisariat Fakutas Pertanian periode 2008 – 2009, Ketua Bidang Humas
Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP) periode 2008 – 2009,
Ketua Bidang Kemahasiswaan Kumpulan Aspirasi Mahasiswa Bersama (KAM
Bersama) periode 2008 – 2009, anggota pengajian Agricultur Teknologi Muslim
(ATM) periode 2008 – 2009, anggota Majelis Musyawarah Fakultas (MMF) di
pemerintahan mahasiswa Fakutas Pertanian periode 2009 – 2010. Penulis
melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah
Terhadap Kualitas Hasil Pengupasan “.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
Ir. Terip Karo Karo. MS, sebagai ketua komisi Pembimbing dan
Linda Masniary Lubis, STP, M.SI, sebagai anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada penulis terutama
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepda orang tua tercinta,
ayahanda Drs. Darwis Nasution dan Ibunda Elidar Hareva. SH yang telah banyak
memberikan bantuan moril dan materil serta do’a yang tiada henti kepada penulis,
juga banyak terima kasih kepada Adinda Zuli Fadli Nasition dan Mutiara Rizki
Nasution, serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis selama ini.
Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua teman – teman seperjuangan yang banyak memberi dorongan, inspirasi,
dan menemani baik dalam keadaan suka maupun duka, terutama teman – teman
THP’05 dan juga kepada semua asisten laboratorium Biokimia yang telah
Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya penulis.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian... 2
TINJAUAN PUSTAKA Pinang ... 3
Botani Pinang ... 4
Penyebaran dan Produksi ... 5
Panen dan Pasca panen ... 6
Alat Mesin Pasca Panen Pinang ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan Penelitian... 13
Peralatan... 13
Waktu dan Tempat Penelitian ... 13
Metode Penelitian ... 14
Model Rancangan ... 15
Pelaksanaan Penelitian ... 15
Pengamatan dan Pengukuran Data... 17
Kapasitas Pengupasan ... 17
Persentase Buah Pinang Terkupas ... 17
Persentase Biji Lengket pada Kulit ... 18
Persentase Biji Lepas Kulit ... 18
Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas ... 18
Persentase Biji Utuh... 19
Persentase Biji Cacat... 19
Diagram Alir Penelitian Pengupasa Buah Pinang Muda ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Parameter yang Diamati... 21
Kapasitas Pengupasan (buah/ jam)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas
Pengupasan(buah/jam) ... 23 Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Kapasitas
Pengupasan (buah/jam) ... 25 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/jam)... 27 Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Buah Pinang Terkupas (%) ... 29 Pengaru Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)... 30 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)... 32 Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Biji Lengket pada Kulit (%)... 34 Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)... 36 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%) ... 38 Persentase Biji Lepas Kulit (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Biji Lepas Kulit (%) ... 39 Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Persentase Biji Lepas Kulit (%) ... 41 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Persentase
Biji Lepas Kulit (%) ... 43 Persentase Buah Tidak Terkupas (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Buah Tidak Terkupas (%) ... 45 Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Buah Tidak Terkupas (%) ... 46 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Bawah terhadap Persentase
Buah Tidak Terkupas (%) ... 48 Persentase Biji Utuh (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Biji Utuh (%)... 50 Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Persentase Biji Utuh (%)... 52 Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Persentase
Persentase Biji Cacat (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Biji Cacat (%)... 55
Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Cacat (%)... 56
Pengaruh Interaksi antara Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang terhadap Persentase Biji Cacat (%)... 57
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59
Saran... 60
DAFTAR PUSTAKA... 61
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal 1. Spesifikasi Motor Listrik ... 11
2. Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Parameter yang
Diamati ... 21
3. Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Parameter
yang Diamati ... 22
4. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah
terhadapKapasitas Pengupasan (buah/jam)... 24
5. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda
terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/jam)... 25
6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Kapasitas Pengupasan
(buah/jam) ... 27
7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%) ... 29
8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda
terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%) ... 31
9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
Buah Pinang Terkupas (%) ... 32
10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%) ... 34
11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda
terhadap Biji Lengket pada Kulit (%) ... 36
12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
Biji Lengket pada Kulit (%)... 38
13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Biji Lepas Kulit (%) ... 40
14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda
15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji
Lepas Kulit (%) ... 43
16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Tidak Terkupas (%) ... 45
17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda
Persentase Buah Tidak Terkupas (%) ... 47
18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
Buah Tidak Terkupas (%) ... 49
19 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Biji Utuh (%)... 51
20. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
Biji Utuh (%)... 53
21. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah
terhadapPersentase Biji Cacat (%) ... 55
22. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal 1. Buah Pinang Muda dan Buah Pinang Masak... 6
2. Mesin Pengupas Pinang Muda ... 9
3. Diagram Alir Penelitian Pengupasan Buah Pinang Muda ... 20
4. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas
Pengupasan (buah/Jam)... 24
5. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda
Kapasitas Pengupasan (buah/Jam) ... 26
6. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan
Diameter Pinang Muda terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/Jam) ... 28
7. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap
Persentase Buah Terkupas (%)... 30
8. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase BuahTerkupas(%) ... 31
9. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan
Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Buah Terkupas (%) ... 33
10. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap
Persentase Biji Lengket pada Kulit(%) ... 35
11. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Persentase Biji Lengket pada Kulit(%) ... 37
12. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap Persentase
Biji Lengket pada Kulit (%)... 39
13. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase
Biji Lepas Kulit (%) ... 41
14. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Persentase Biji Lepas Kulit (%) ... 42
15. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan
16. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap
Persentase Buah Tidak Terkupas (%) ... 46
17. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap
Persentase Buah Tidak Terkupas (%) ... 48
18. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadapPersentase Buah Tidak Terkupas (%)... 50
19. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap
Persentase Biji Utuh (%)... 52
20. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan
Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Utuh (%) ... 54
21. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap
Persentase Biji Cacat (%)... 56
22. Grafik Hubungan Interaksi antara Jarak Pisau Atas Pisau Bawah dan Diameter Pinang Muda terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal 1. Data Pengamatan Analisa Kapasitas Pengupasan (buah/jam) 62
2. Data Pengamatan Analisa Persentase Buah Pinang Terkupas (%) 63
3. Data Pengamatan Analisa Persentase Biji Lengket Pada Kulit (%) 64
4. Data Pengamatan Analisa Persentase Biji Lepas Kulit (%) 65
5. Data Pengamatan Analisa Persentase Buah Tidak Terkupas (%) 66
6. Data Pengamatan Analisa Persentase Biji Utuh (%) 67
7. Data Pengamatan Analisa Persentase Biji Cacat (%) 68
8. Gambar Bagian – bagian Mesin Pengupas Pinang Muda 69
9. Gambar Hasil Analisa Terhadap Parameter 71
10. Tabel Data Persiapan (cm) 72
THE EFECT OF YOUNG ARECA AND DISTANCE FRUIT DIAMETER OF UPPER AND UNDER KNIFES ON THE QUALTY OF
PEELED PRODUCT
The aim of this research was to find the effect of young areca fruit diameter and distance of upper and under knifs quality of peeled product. The research had been performed using completely randomized design with two factors i-e : diameter of areca fruit (D1= <3,50 cm ; D2 = 3,50 – 3,60 cm; D3 = <3,60 – 3,70; D4 = <3,70 cm) and the distance of upper and under knifes (P1 = 1,5 cm; P2 = 1,7 cm; D3 = 1,9 cm; P4 = 2,1 cm). Parameters analyzed were machine capacity , percentage of peeled fruit, percentage of nut on the peel, percentage of loosed nut percentage of fruit unpeeled, percentage of intact nut, percentage of defect areca nut.
The result showed that the fruit diameter had significant effect on all parameters except the percentages of deffect nut and intact nut . The distance of upper and under knifes had highly significant effect on all parameters except percentage of nut on the peel, percentage of loosed nut which were significantly diffect. The interaction of diameter of young areca fruit anf distance of upper and under knifes had highly significant effect on all parameters except machine capacity which were significantly diffect.
The best result for young areca fruit diameters was on D4 = (> 3,70 cm) and the distance between upper and under knifes J3 = (1,9 cm).
Key word: Young areca fruit, Fruit peeled machine, Diameter of young areca fruit distance of upper and under knifes.
PENGARUH DIAMETER PINANG MUDA DAN JARAK ANTARA PISAU ATAS DAN PISAU BAWAH TERHADAP KUALITAS
HASIL PENGUPASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh diameter pinang muda dan jarak antara pisau atas dan pisau bawah pada mesin pengupas pinang terhadap kualitas hasil pengupasan. Penelitian dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu diameter (D1 = < 3,50 cm, D2 = 3,50 – 3,60 cm, D3 = <3,60 – 3,70 cm , D4 = < 3,70 cm). Jarak pisau atas dan pisau bawah (P1 = 1.5 cm, P2 = 1.7 cm, D3 = 1.9 cm, P4 = 2.1 cm). Parameter yang diamati meliputi kapasitas alat, persentase buah terkupas, persentase biji lengket pada kulit, persentase biji lepas kulit, persentase buah tidak terkupas, persentase biji pinang utuh, persentase biji pinang cacat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pinang muda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji pinang utuh dan persentase biji pinang cacat yang berbeda tidak nyata. Jarak pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji lengket pada kulit dan persentase biji lepas kulit yang berbeda nyata. Interaksi antara diameter pinang muda dan jarak pisau atas pisau bawah memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas alat yang berbeda nyata.
Perlakuan yang paling baik untuk diameter pinang muda yaitu pada perlakuan D4 (>3,70 cm) dan jarak pisau atas dan pisau bawah yang paling baik J3 (1,9 cm).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pinang (Betel Nut/ Areca catechu) banyak terdapat di Indonesia baik di
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di Indonesia, biji pinang
digunakan oleh sebagian kecil masyarakat sebagai bahan campuran sirih.
Di beberapa negara terutama negara-negara Asia Selatan seperti India, Pakistan,
Bangladesh, Nepal dan Maldives banyak masyarakatnya mengkonsumsi pinang
sebagai kebutuhan sehari-hari. Di beberapa negara Eropa seperti Inggris, pinang
dibutuhkan guna memenuhi permintaan masyarakat Asia Selatan yang tinggal di
negara tersebut. Di Jerman, Belgia dan Belanda serta Korea Selatan dan China
pinang digunakan untuk bahan baku farmasi. Berdasarkan data-data yang ada
pinang asal Indonesia sangat diminati atau dengan kata lain 80 % kebutuhan dunia
akan pinang dipenuhi dari Indonesia. Dengan demikian ekspor pinang merupakan
suatu peluang usaha yang sangat menjanjikan karena peluang yang sangat tinggi
disertai dengan berlimpahnya bahan baku yang ada.
Penanganan buah pinang sesudah di panen adalah pengeringan dan
pengupasan. Pengeringan biasanya dilakukan bagi buah pinang yang sudah tua.
Pengeringan dilakukan untuk mempermudah pengupasan pinang. Pengupasan
pinang dilakukan oleh masyarakat umumnya masih sederhana yaitu dengan
memakai pisau. Proses ini memerlukan waktu yang lama dan tenaga kerja yang
banyak. Pengupasan buah pinang muda tidak memerlukan proses pengeringan
tetapi pinang muda dapat langsung dikupas. Ditinjau dari segi ekonomi biji pinang
hanya dijadikan sebagai tambahan ketika mengkonsumsi sirih tetapi bisa juga
untuk menjaga kesehatan dari kecanduan nikotin.
Oleh karena itu dibutuhkan mesin pengupas pinang muda untuk
meningkatkan kapasitas. Pengupasan prototipe sudah ada tetapi bagaimana tingkat
efisiensinya dan kualitas hasil pengupasan tidak begitu nyata, maka dengan
demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang, “Pengaruh DiameterPinang Muda dan Jarak Antara Pisau Atas Pisau Bawah Terhadap Kualitas Hasil Pengupasan”.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diameter
pinang muda dan jarak antara pisau atas dan pisau bawah pada mesin pengupas
pinang terhadap kualitas hasil pengupasan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai sumber informasi dalam pengupasan buah pinang muda.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh diameter buah pinang muda terhadap kualitas hasil pengupasan.
Ada pengaruh jarak antara pisau atas dan pisau bawah terhadap kualitas hasil
pengupasan.
Ada pengaruh interaksi antara diameter pinang muda dengan jarak pisau atas
TINJAUAN PUSTAKA
Pinang
Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang
dapat mencapai tinggi 15 - 20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm.
Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai
jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi
setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5 - 8 tahun tergantung keadaan tanah.
Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25 - 30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan,
agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji
tampak berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm
yang berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989).
Tanaman pinang (Areca catechu L.) termasuk dalam famili
Arecaceae, merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Salah satu
jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman.
Secara rinci, sistimatika tanaman pinang dapat diuraikan seperti berikut :
Divisi : Plantae
Kelas : Monokotil
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae atau Palmae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
(Syamsuhidayat Hutapea, 1991; Backer and Van Den Brink, 1965).
Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat
karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa
dan pinang merah. Salah satu jenis pinang yang sudah dikenal masyarakat adalah
pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya.
2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.
3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm
4. Garis lingkaran batang tampak jelas.
5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm
serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan
saat masak tua (Anonimous1, 2008)
Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi,
tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak
menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang and Lee, 1996). Nonaka (1989)
menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu
tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin
mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi,
anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000).
Botani Pinang
Pinang sirih tidak membutuhkan pemeliharaan atau perawatan secara
khusus. Sampai saat ini belum ditemukan hewan atau penyakit yang menimbulkan
gangguan serius pada tumbuhan ini. Kebutuhan utama bagi pinang sirih adalah
sinar matahari yang cukup, temperatur udara antara 20 - 32 C, dan curah hujan
2.000 - 3.000 mm per tahun. Ketinggian tanah ideal untuk pertumbuhan pinang
dapat dilakukan melalui proses pembibitan dari biji pohon yang telah berumur
lebih dari 15 tahun dan mampu menghasilkan setidaknya 350 butir pinang per
bulan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan setelah
penyiangan. Tanpa proses pemupukan teratur pohon pinang berbuah pada umur
4 - 6 tahun (Anonimous2, 2008)
Pemberian pupuk secara teratur dapat mempercepat usia produktif
tanaman menjadi 3,5 tahun dengan hasil produksi yang lebih optimal. puncak
produksi adalah pada saat tanaman berumur 10 - 20 tahun. Pada tanaman pinang
dewasa panen dapat dilakukan 4 - 6 kali per tahun. Pada usia 3,5 - 4 tahun
rata-rata produksi pohon pinang mencapai 1,5 kg/pohon per bulan atau
11.250 kg/hektar per tahun. Pada usia diatas 6 tahun rata-rata produksinya kurang
lebih 22.500 kg/hektar per tahun. Lanjutnya, untuk memperoleh hasil optimal
terdapat dua sistem tanam yang dapat dikembangkan, yaitu sistem monokultur
dan sistem tumpangsari (Anonimous3, 2008).
Penyebaran dan Produksi
Bisnis pinang di Jambi kian menjanjikan. Bahkan kini pinang menjadi
salah satu komoditi ekspor, terutama untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Selain kualitasnya yang bagus, juga harga pinang untuk ekspor ini kian
menjanjikan. Kini rata-rata per kilo harga pinang dibandrol Rp 3.500. Sebelumnya
harga biji pinang pernah mencapai Rp 5.000 per kilo. Namun kini banyaknya
produksi buah harga pinang di Jambi berdampak pada penurunan harga. Kondisi
ini cukup dikeluhkan sebagian petani pinang di Jambi. Karena selama ini buah
pinang cukup banyak membantu perekonomian masyarakat Jambi. Warga
bahkan sudah menjadi penghasilan pokok. Sementara data di Dinas Perindutrian
dan Perdagangan (Disperindag) ekspor biji pinang juga menjadi salah satu
komoditi primadona. Tahun 2006 lalu ekspor biji pinang volume mencapai
5.055.519 Kg, sedangkan nilai ekspor mencapai USD 2.820.744,4. Jumlah ini
terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Di triwulan pertama 2007,
ekspor biji pinang mencapai 1.891.200 kg, dengan nilai ekspor sebesar USD
1.113.464,54. Lalu di April 2007 volume ekspor pinang Jambi sebesar
900.700 kg, dengan nilai sebanyak USD 547.185,47 (Anonimous3, 2009)
Panen dan Pasca Panen
A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Panen buah masak penuh
Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah
masak. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau
kemerahan. Panen dapat dilakukan setiap hari dengan menggilir beberapa
kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebelum
produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering buah yang di panen harus dalam
kondisi kuning seperti pada Gambar 1.
2. Panen buah muda
Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur
antara 7 - 8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses
pasca panen melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah
terserang hama/penyakit.
B. Penanganan pasca panen
Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah
cepat kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar
matahari, setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah
itu buah dijemur kembali selama 50 jam. Penjemuran berlangsung selama 4 hari
secara berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung
plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang.
Kegunaan tanaman pinang, dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan,
bahan bangunan, dan hiasan, bagian-bagian tanamannya sangat berkhasiat
menyembuhkan beberapa penyakit.
1. Daun
Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati gangguan
radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk daun
muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot. Selain obat, daun
pinang dijadikan sebagai pucuk pupuk hijau.
2. Pelepah
Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan,
3. Batang
Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air.
Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdekaan, batang pinang dipakai
sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya sendiri dapat dipakai untuk
mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring.
4. Sabut buah
Buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata.
5. Biji
Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti pewarna
kain, dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk
mendapatkan produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat
sudah masuk kedalam daftar prioritas WHO (Word Health
Organization/organisasi kesehatan dunia) yang bernaung dibawah PBB. Biji
pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum Masehi,
terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji
pinang sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid,
Mesin Pasca Panen Pinang
Gambar 2. Mesin Pengupas Pinang Muda
Di dalam proses pasca panen pinang muda ini terdiri dari proses
pengupasan pinang dari pinang yang utuh sampai keluar biji pinang yang utuh,
pada proses pengupasan ini melibatkan atau menggunakan mesin pengupasan
pinang muda yang di rancang oleh Ir. Terip Karo-karo, MS yang terdiri dari :
1. Bagian Kerangka
Pada bagian kerangka mesin ini sebagai bahan dasar adalah besi siku, yang
berguna sebagai penahan atau dudukan mesin pengupas pinang muda ini,
disamping itu kerangka ini juga dapat memperkokoh mesin ini sehingga bisa
kelihatan menarik.
2. Bagian Mekanik
Bagian mekanik mesin ini terdiri dari 2 lahar duduk dan 2 lahar tumpu
yang terletak di bagian kiri dan kanan, di mana fungsi lahar ini adalah untuk
3. Per setelan pisau atas
Per hanya terdapat pada setelan pisau atas karena pisau atas berfungsi
sebagai pengaturan untuk menentukan jarak antara pisau atas dan pisau bawah,
sedangkan pisau bawah statis dan tidak dapat digerakkan. Hal ini juga dapat
memudahkan kita dalam hal pengupasan pinang muda yang diinginkan, karena
bentuk dan diameter pinang sangat bervariasi. Per tersebut sebanyak 2 buah yang
terletak dibagian kiri dan kanan mesin pengupas pinang muda. Ukuran jarak
antara pisau atas dengan pisau bawah yang terdapat pada mesin dapat diatur oleh
per setelan antara 1,5 – 3,0 cm, ukuran ini juga harus disesuaikan dengan diameter
pinang muda.
4. Mata Pisau.
Mata pisau ini panjangnya 10 cm sebanyak 16 buah yang terbuat dari besi
dan terdapat pada dudukan atas dan dudukan bawah, jarak antara pisau yang satu
dan lainnya adalah 2,5 cm. Fungsi mata pisau ini adalah untuk mengupas atau
melepaskan kulit pinang dari biji.
5. Pullly Pisau dan Tali Kipas
Pada mesin ini terdapat 2 buah poly untuk memutar pada pisau atas dan
pisau bawah. Fungsi dari poli pisau adalah untuk mengerakkan pisau dengan
bantuan tali kipas yang telah dihubungkan dengan motor listrik.
6. Motor Listrik
Motor listrik berjumlah 2 buah yang berfungsi untuk menggerakkan poly
Tabel 1. Spesifikasi Motor Listrik
No Spesifikasi Motor Listrik Pisau Atas Motor Listrk Pisau Bawah 1 Tipe AO27124 Y801 – 4
2 Tenaga 0,5 HP, 380 V 0,75 HP 380V
3 Arus 1,12 A 1,5 A
4 Putaran 1400 rpm 1390 rpm
Sumber. Pencatatan Pada Data yang Tersedia.
7. Pengaturan Kecepatan
Putaran pisau diatur dengan pengaturan putaran motor dengan bantuan
inverter telemecanic ¾ HP dan 2 HP.
Unit mesin pengupasan buah pinang muda dilengkapi saluran pemasukan
yang mempunyai dimensi 29,5 x 40,5 x 40,5 cm2 dengan kemiringan 55o berfungsi sebagai sarana masuknya buah pinang muda secara utuh dan
mengarahkannya menuju pisau pengupas. Unit pengupas terbuat dari baja dengan
panjang pisau 10 cm lebar 2 cm dan tebal 1 cm. Jumlah pisau pengupas sebanyak
16 buah pisau atas dan 16 buah pisau bawah dan jarak antara mata pisau 2,5 cm
yang kemudian digerakkan oleh motor listrik secara langsung. Saluran
pengeluaran dengan dimensi 35 x 13,5 x 13 cm2 yang berfungsi sebagai tempat keluarnya hasil kupasan, yang dipasang dengan kemiringan 60o. Rangka mesin pengupasan buah pinang muda terbuat dari besi L 4 x 4 cmdan tebal 0,5 cm.
Mekanisme kerja mesin pengupas buah pinang muda, mesin ini bakerja
digerakkan oleh 2 motor listrik 3 phase dengan daya 0,5 HP / 1400 rpm, untuk
memutar pisau pengupas. Buah piang muda di masukkan ke saluran pemasukan
dan kemudian bergelinding menuju mata pisau pengupas. Buah pinang muda
dikupas dengan memisahkan kulit dengan biji sehingga menghasilkan biji yang
Kapasitas dan daya suatu gilingan bergantung pada banyak faktor seperti
laju pemasukan bahan, kecepatan, daya yang tersedia, macam bahan yang
digunakan serta ukuran bahan (Smith dan Wilkes, 1990).
Biji pecah atau cacat merupakan mutu rendah, biji pecah dapat disebabkan
karena jarak gilingan yang terlalu dekat dan kecepatan putaran tidak sesuai
(Hadewiyato dan Soehardi, 1981).
BAHAN DAN METODA
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pinang muda dengan karakter buah pinang yang
sudah bulat utuh atau dengan kata lain sudah terbentuk biji. Buah pinang muda ini
diperoleh dari petani pinang tepatnya di Jln. Johar Simapang Purwo. Desa Sei
Mencirin Kecamatan Sunggal, Medan.
Peralatan
Pisau - Digital rpm
Jangka sorong - Motor listrik
Mistar 30 cm - Timbangan
Besi siku - Stop Watch
Besi bulat - Telemecanik Inverter
Per 2 buah
Mata pisau
Tali kipas
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini setelah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai
dengan Januari 2010 bertempat di Workshop Pak Terip Karo karo Jalan Bunga
Sedap Malam XII No 4 Medan dan Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan
Metode Penelitan
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :
Faktor I : Diameter pinang (D)
D1 : < 3,50 cm D2 : 3,50 - 3,60cm D3 : >3,60 – 3,70 cm D4 : > 3,70 cm
Faktor II : Jarak pisau atas dan pisau bawah (J)
J1 : 1,5 cm J2 : 1,7 cm J3 : 1,9 cm J4 : 2,1 cm
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah
ulangan (n) adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) > 15
16 (n-1) > 15
16n – 16 > 15
16n > 31
Modal Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model :
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor D pada taraf ke-i dan faktor J pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari faktor D pada taraf ke-i
βj : Efek dari faktor J padap taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor D pada taraf ke-i dan faktor J pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor D pada taraf ke-i dan factor J pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka
dilanjutkan dengan uji LSR (Least Significant Range).
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Penelitian
a. Sortasi / Grading Pinang
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu persiapan untuk penelitian
yaitu sampel pinang muda dari berbagai jenis. Pinang muda yang dapat di kupas
mempunyai kriteria yaitu pinang sudah berbentuk bulat, didalamnya sudah berbiji
dan berwarna hijau. Berat pinang ditentukan dengan menimbang buah pinang
utuh. Diameter buah pinang ditentukan dengan mengukur sisi tengah buah pinang
yang berbentuk bulat diukur dengan jangka sorong. Tebal kulit ujung dapat di
diukur jarak antara sisi runcing buah pinang ke biji pinang. Tebal kulit pangkal
dapat ditentukan dengan membelah pinang secara lurus dengan pisau dan diukur
jarak sisi bawah dari buah pinang atau di tandai dengan adanya kelopak buah
pinang ke biji pinang. Tebal kulit samping dapat ditentukan dengan membelah
buah pinang dan diukur bagian tengah pinang dari kulit ke biji pinang dengan
menggunakan mistar. Kemudian pinang disatukan dalam satu kelompok.
b. Adapun prosedur pengujian alat pengupasan pinang muda adalah :
Dicampurkan semua pinang yang telah dikumpulkan dari beberapa tempat asal
tumbuhnya.
Dilakukan sortasi dengan batasan perlakuan diameter pinang muda yaitu
(<3,50; 3,50-3,60; >3,60-3,70; >3,70) yang masing - masing terdiri dari 30
buah tiap batasan. Sesuai perlakuan pada diameter Dilakukan pengukuran
terhadap berat, diameter, panjang, tebal kulit ujung, tebal kulit pangkal dan
tebal kulit samping pada pinang muda.
Dilakukan pengukuran pada sudut kemiringan 55o dari bantalan
penggelindingan pinang sampai ke pisau pengupas.
Dimasukkan pinang muda ke dalam mesin pengupas dengan jarak pisau atas
pisau bawah (1,5; 1,7; 1,9; 2,1)
Dilakukan pencatatan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas
30 buah pinang muda untuk masing – masing perlakuan.
Dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan cara analisis terhadap
parameter :
1 Kapasitas Pengupasan
3 Persentase Biji Lengket pada Kulit
4 Persentase Biji lepas Kulit
5 Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas
6 Persentase Biji Pinang Utuh
7 Persentase Biji Pinang cacat
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter :
Kapasitas Pengupasan (Purwadaria, 1988, dimodifikasi)
Disediakan 30 buah pinang
Dimasukkan ke dalam mesin pengupas pinang
Dilakukan pengukuran kapasitas pengupasan dengan membagi jumlah pinang
terhadap waktu yang dibutuhkan untuk pengupasan semua pinang tersebut.
Jumlah pinang Kapasitas pengupasan =
Waktu
Persentase Buah Pinang Terkupas (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)
Buah pinang terkupas ditentukan ketika buah pinang yang dimasukkan
kedalam mesin pengupas menghasilkan buah pinang yang bijinya lepas dari kulit
atau masih lengket namun dapat dilepas dengan tangan.
Disediakan 30 buah pinang muda.
Dilakukan perhitungan pada buah pinang yang terkupas
Buah pinang terkupas
Persentase Biji Lengket pada Kulit (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)
Biji lengket dengan kulit dari hasil pengupasan di tandai dengan buah
pinang terkupas tetapi dalam kondisi kulit yang berwarna hijau masih lengket dan
kulit pinang dapat dipisahkan dari biji.
Disediakan 30 buah pinang.
Dilakukan perhitungan kulit pinang yang lengket tapi dapat di kupas.
Biji lengket pada kulit
Persentase biji lengket pada kulit = x 100% Jumlah pinang yang dikupas
Persentase Biji Lepas Kulit (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)
Biji lepas kulit dari hasil pengupasan buah pinang ditandai dengan biji
terlepas dengan kulit tetapi masih ada serabut – serabut kulit yang melekat pada
biji pinang yang mempunyai ukuran sama atau lebih kecil dari 60 % bagian kulit
yang terlepas.
Disediakan 30 buah pinang
Dilakukan perhitungan pada biji pinang yang masih ada serabut – serabut
kulit.
Biji lepas kulit
Persentase biji lepas kulit = x 100% Jumlah pinang yang dikupas
Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Buah pinang tidak terkupas ditentukan ketika buah pinang yang
dimasukkan kedalam mesin pengupas menghasilkan buah pinang yang keluar
seperti semula atau terkupas sebagian namun tidak dapat dilepaskan bijinya
Disediakan 30 buah pinang muda.
Dilakukan perhitungan pinang yang dalam kondisi utuh atau sama sekali
tidak terkupas.
Buah pinang tidak terkupas
Persentase buah pinang tidak terkupas = x 100% Jumlah pinang yang dikupas
Persentase Biji Pinang Utuh (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)
Biji pinang utuh dari hasil pengupasan buah pinang di tandai dengan biji
pinang dalam keadaan bersih. Dalam hal ini yang dimaksud biji pinang utuh
memiliki ukuran > 75 % dari bagian yang utuh.
Disediakan sejumlah buah pinang yang terkupas.
Dilakukan perhitungan biji pinang yang utuh.
Biji pinang utuh
Persentase biji pinang utuh = x 100% Jumlah pinang yang terkupas
Persentase Biji Pinang Cacat (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)
Biji pinang cacat dari hasil pengupasan buah pinang di tandai dengan
adanya biji pinang yang sompel. Dalam hal ini yang dimaksud biji pinang cacat
memiliki sompel > 25 % bagian yang cacat.
Disediakan sejumlah buah pinang yang terkupas.
Dilakukan perhitungan biji pinang yang sompel dari hasil pengupasan.
Biji pinang cacat
Pengukuran
Sortasi
Penyesuaian jarak pisau atas dan pisau bawah.
Dimasukkan kedalam
pengupasan 30 buah Jarak Pisau Atas Pisau Bawah J1 = 1,5 cm J2 = 1,7 cm J3 = 1,9 cm J4 = 2,1 cm
Dicatat waktu yang dibutuhkan dalam pengupasan
Biji Pinang Muda
Analisa : 1 Kapasitas Pengupasan
2 Persentase Buah Pinang Terkupas 3 Persentase Biji Lengket pada Kulit 4 Persentase Biji Terlepas Kulit
5 Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas 6 Persentase Biji Pinang Utuh
7 Persentase Biji Pinang Cacat setiap perlakuan Pengukuran Diameter
[image:36.595.78.522.101.666.2]Pinang D1 = <3,50 cm D2 = 3,50 - 3,60 cm D3 = >3,60 -3,70 cm D4 = >3,70 cm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum melalui penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa
diameter pinang muda dan jarak pisau atas pisau bawah memberikan pengaruh
terhadap kapasitas pengupasan, biji terkupas, biji lengket pada kulit, biji lepas dari
kulit, biji tidak terkupas, biji utuh dan biji cacat dapat dijelaskan di bawah ini.
Pengaruh Diameter Pinang Muda terhadap Parameter yang diamati.
Dari hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa perlakuan
perbedaan diameter pinang muda memberikan pengaruh terhadap kapasitas
pengupasan, buah terkupas, biji lengket pada kulit, biji lepas dengan kulit, biji
tidak terkupas, biji utuh dan biji cacat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Parameter yang Diamati.
Perlakuan (diameter)
Kapasitas (buah/jam)
Buah Terkupas
(%)
Biji Lengket
pada Kulit (%)
Biji Lepas dari kulit
(%)
Buah tidak terkupas
(%)
Biji Utuh (%)
Biji Cacat
(%)
D1 (< 3,50) 3179,350 66,665 29,200 37,645 33,335 60,269 40,306 D2 (3,50-3,60) 3944,700 74,996 27,063 47,933 25,004 61,901 39,169 D3 (> 3,60-3,70) 4648,500 70,349 26,213 44,136 29,651 62,944 38,695 D4 (>3,70) 5131,525 86,666 27,888 58,778 13,334 61,474 39,016
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas pengupasan tertinggi diperoleh
dari diameter >3,70 cm yaitu 5131,525 (buah/jam) dan terendah pada diameter
pinang <3,50 cm yaitu 3179,350 (buah/jam). Pada persentase biji terkupas
tertinggi diperoleh pada diameter pinang >3,70 cm yaitu 86,66 (%) dan terendah
pada diameter pinang <3,50 cm yaitu 66,665 (%). Pada persentase biji lengket
pada kulit tertinggi diperoleh pada diameter pinang <3,50 cm yaitu 29,200 (%)
dan terendah diperoleh pada diameter pinang >3,60-3.70 cm yaitu 26,213 (%).
yaitu 58,778 (%) dan terendah diperoleh pada diameter pinang <3,50 cm yaitu
37,645 (%). Pada persentase buah tidak terkupas tertinggi diperoleh pada diameter
pinang >3,60-3,70 cm yaitu 29,651 (%) dan terendah diperoleh pada diameter
pinang <3,70 cm yaitu 13,334(%). Pada persentase biji utuh tertinggi diperoleh
pada diameter pinang <3,60-3,70 cm yaitu 62,944 (%) dan terendah diperoleh
pada diameter pinang <3,50 cm yaitu 60,269 (%). Pada persentase biji cacat
tertinggi diperoleh pada diameter pinang <3,50 cm yaitu 40,306 (%) dan terendah
diperoleh pada diameter pinang <3,60-3,70 cm yaitu 38,695 (%).
Pengaruh Jarak Pisau Atas dan Pisau Bawah terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum
menunjukan bahwa jarak pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh
terhadap kapasitas pengupasan, buah terkupas, biji lengket pada kulit, biji lepas
dari kulit, buah tidak terkupas, biji utuh dan biji cacat. Dapat dilihat pada Tabel 3
berikut:
Tabel 3. Pengaruh Jarak Pisau Atas dan Pisau Bawah terhadap Parameter yang Diamati
Perlakuan (diameter)
Kapasitas (buah/jam)
Buah Terkupas
(%)
Biji Lengket
pada Kulit (%)
Biji Lepas dari kulit
(%)
Buah tidak terkupas
(%)
Biji Utuh (%)
Biji Cacat
(%)
P1 (1,5) 3181,425 99,583 26,238 73,345 0,417 53,995 47,256
P2 (1,7) 3524,650 97,499 27,488 70,011 2,501 59,466 40,533
P3 (1,9) 5431,275 67,014 38,338 28,676 32,986 69,855 30,721
P4 (2,1) 4766,725 34,581 18,300 16,281 65,419 63,271 38,676
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kapasitas pengupasan tertinggi diperoleh
pada jarak pisau atas pisau bawah 1,9 cm yaitu 5431,275 buah/jam dan terendah
diperoleh pada jarak pisau atas pisau bawah 1,5 cm yaitu 3181,425 buah/jam.
1,5 cm yaitu 99,583 % dan terendah pada jarak pisau atas pisau bawah 2,1 yaitu
34,581 %. Persentase biji lengket pada kulit tertinggi diperoleh pada jarak pisau
atas pisau bawah 1,9 cm yaitu 38,338 % dan terendah diperoleh pada jarak pisau
atas pisau bawah 2,1 cm yaitu 18,300 %. Persentase biji lepas dari kulit tertinggi
diperoleh pada jarak pisau atas pisau bawah 1,5 cm yaitu 73,345 % dan terendah
pada jarak pisau atas pisau bawah 2,1 cm yaitu 16,281 %. Persentase buah tidak
terkupas tertinggi pada jarak pisau atas pisau bawah 2,1 cm yaitu 65,419 % dan
terendah diperoleh pada jarak pisau atas pisau bawah 1,5 cm yaitu 0,417 %.
Persentase biji utuh tertinggi diperoleh pada jarak pisau atas pisau bawah 1,9 cm
yaitu 69,855% dan terendah diperoleh pada jarak pisau atas dan bawah 1,5 cm
yaitu 53,995 %. Persentase biji cacat tertinggi diperoleh pada jarak pisau atas
pisau bawah 1,5 cm yaitu 47,256% dan terendah diperoleh pada jarak pisau atas
pisau bawah 1,9 cm yaitu 30,721%.
Kapasitas Pengupasan (buah/jam)
Pengaruh Ukuran Diameter Pinang terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/jam)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa
diameter pinang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kapasitas pengupasan. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh diameter pinang terhadap kapasitas pengupasan untuk
Tabel 4. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/Jam)
LSR Notasi Jarak
0,05 0,01
Diameter Pinang
Muda (D) Rataan 0,05 0,01
- - - D1 = < 3,50 cm 3179,350 a A 2 448,096 616,879 D2 = 3,50- 3,60cm 3944,700 b A 3 470,501 648,246 D3 = >3,60 – 3,70 cm 4648,500 c B 4 482,450 664,676 D4 = > 3,70 cm 5131,525 d C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan D1 berbeda nyata terhadap D2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan D3 dan D4. Perlakuan D2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan D3 dan D4. Perlakuan D3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan D4. Kapasitas pengupasan tertinggi terdapat pada perlakuan D4 yaitu sebesar 5131,525 (buah/jam) dan terendah terdapat pada perlakuan D1 yaitu sebesar 3179,350 (buah/jam).
Hubungan antara diameter pinang muda dengan persentase buah terkupas
mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 4 berikut ini
6000,
Ŷ = 3833,8D – 9479,7 r = 0,9988 5000,
Kapasi
tas (
bua
h/jam
)
4000,
3000,
2000.0
1000.0
0,0 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9
Diameter Pinang (cm)
Dari Gambar 4 dapat dilihat semakin besar diameter pinang muda maka
kapasitas pengupasan semakin besar. Hal ini disebabkan ukuran diameter yang
besar dapat mempengaruhi gesekan dalam proses pengupasan sehingga kapasitas
alat semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes
(1990) yang menyatakan bahwa kapasitas dan daya suatu gilingan bergantung
pada banyak faktor seperti laju pemasukan bahan kecepatan daya yang tersedia
macam bahan yang digunakan serta ukuran bahan.
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/Jam)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa jarak
pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kapasitas pengupasan. Hasil pengujian dengan uji LSR menunjukkan
pengaruh jarak pisau atas pisau bawah terhadap kapasitas pengupasan untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (Buah/Jam)
LSR Jarak Pisau atas dan Notasi
Jarak
0,05 0,01 Bawah (J) Rataan 0,05 0,01
- - - J1 = 1,5 cm 3181,425 a A 2 448,096 616,879 J2 = 1,7 cm 3524,650 b A 3 470,501 648,246 J3 = 1,9 cm 5431,275 c B 4 482,450 664,676 J4 = 2,1 cm 4766,725 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
sebesar 5431,275 (buah/jam) dan terendah terdapat pada perlakuan J1 yaitu sebesar 3181,425 (buah/jam).
Hubungan antara diameter pinang muda dengan persentase buah terkupas
mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 5 berikut ini :
Ŷ= 3331,3J – 1770,3 6000
r = 0,8174 5000
0.0 1000.0 3000 4000
0
Kapasi
tas (
bua
h/jam
)
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Jarak pisau atas Pisau bawah (cm)
Gambar 5. Grafik Hubungan Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/Jam)
Dari Gambar 5 dapat dilihat semakin besar jarak pisau atas pisau bawah
maka kapasitas pengupasan semakin besar. Hal ini disebabkan karena ukuran
jarak pisau atas pisau bawah semakin besar sehingga pada waktu buah pinang
masuk ke dalam mesin pengupas pinang maka gesekan atau perlakuan yang
terjadi semakin menurun, dimana hal ini menyebabkan kapasitas pengupasan
besar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes (1990) yang
menyatakan bahwa kapasitas dan daya suatu gilingan bergantung pada banyak
faktor seperti laju pemasukan bahan kecepatan daya yang tersedia macam bahan
Pengaruh Interaksi Ukuran Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (Buah/Jam)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa jarak
pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05)
terhadap kapasitas pengupasan. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh interaksi diameter pinang dengan Jarak pisau atas
pisau bawah terhadap kapasitas pengupasan untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat
[image:43.595.115.512.317.571.2]pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (Buah/jam)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak
0,05 0,01 Rataan 0,05 0,01
- - - J1D1 2079,300 a A
2 896,192 1233,758 J1D2 3444,900 b A
3 941,002 1296,491 J1D3 3582,000 c B
4 964,900 1329,351 J1D4 3619,500 c CD
5 985,811 1356,237 J2D1 2998,900 c CD
6 997,760 1374,161 J2D2 3489,300 d CD
7 100,722 1395,072 J2D3 3661,500 d D
8 1012697 1410,009 J2D4 3948,900 d D
9 1018,672 1421,958 J3D1 4005,600 d D
10 1024,646 1430,920 J3D2 5121,900 d D
11 1024,646 1439,882 J3D3 5859,900 d D
12 1027,633 1445,856 J3D4 6737,700 d D
13 1027,633 1451,831 J4D1 3633,600 d D
14 1030,621 1457,806 J4D2 3722,700 d D
15 1030,621 1463,780 J4D3 5490,600 d D
16 1033,608 1466,768 J4D4 6220,000 e DE
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa kapasitas pengupasan tertinggi
Hubungan antara diameter pinang muda dengan persentase buah terkupas
mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 6 berikut ini :
Ŷ3 = 893,43D + 3197,7
8000 Ŷ4 = 952,71D + 2385
r = 0,9965 Ŷ1 = 475,77D + 1992
r = 0,9518
Kapasi
tas Ala
t (
buah
/jam
)
7000 r = 0,8897
6000
Ŷ2 = 302,22D + 2769,1
r = 0,9791
0 1000 2000 3000 4000 5000
0 3,3 3,5 3,7 3,9 4,1
Diameter Pinang (cm)
J1 1,5
J2 1,7
J3 1,9
J4 2,1
Gambar 6. Grafik Hubungan Interaksi Ukuran Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Kapasitas Pengupasan (buah/Jam)
Dari Gambar 6 dapat dilihat semakin besar ukuran diameter pinang dan
semakin besar jarak pisau atas pisau bawah maka kapasitas pengupasan akan
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada ukuran diameter yang besar dan
jarak pisau atas pisau bawah yang besar kecepatan pemasukan pinang akan
semakin cepat dimana hal ini disebabkan karena tidak adanya gesekan antara
buah pinang dan pisau maka kapasitas pengupasan semakin meningkat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes (1990) yang
menyatakan bahwa kapasitas dan daya suatu gilingan bergantung pada banyak
faktor seperti laju pemasukan bahan kecepatan daya yang tersedia macam bahan
Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
diameter pinang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
persentase buah pinang terkupas. Hasil pengujian dengan uji LSR menunjukkan
pengaruh diameter pinang terhadap persentase buah pinang terkupas untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
LSR Notasi Jarak
0,05 0,01
Diameter Pinang
Muda (D) Rataan 0,05 0,01
- - - D1 = < 3,50 cm 66,665 a A 2 4,676 6,438 D2 = 3,50- 3,60cm 74,996 b B 3 4,910 6,765 D3 = >3,60 – 3,70 cm 70,349 bc BC 4 5,035 6,937 D4 = > 3,70 cm 86,666 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan D1 berbeda sangat nyata dengan D2, D3 dan D4. Perlakuan D2 berbeda tidak nyata dengan D3 berbeda tidak nyata dengan D4. Perlakuan D3 berbeda sangat nyata dengan D4. Persentase buah terkupas diperoleh pada perlakuan D4 yaitu 86,666 % dan terendah diperoleh pada perlakuan D1 yaitu 66,665 %.
Dari Gambar 7 dapat dilihat semakin besar ukuran diameter buah pinang
maka persentase buah terkupas semakin besar. Hal ini disebabkan karena diameter
pinang muda yang besar mengalami gesekan yang besar pada proses pengupasan
sehingga persentase buah terkupas mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan
bergantung pada banyak faktor seperti laju pemasukan bahan, kecepatan daya
mesin pengupas yang digunakan dan ukuran bahan.
Hubungan antara diameter pinang muda dengan persentase buah terkupas
mengikuti garis regresi linier seperti terlihat pada Gambar 7 berikut :
90
Persentas
e Biji
Terku
p
as (%)
80
70
60
r = 0,8274 Ŷ = 23,534D – 10,689 50
40
30
20
10
0
0,0 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0
Diameter Pinang Muda (cm)
Gambar 7. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa jarak
pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap buah terkupas. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh jarak pisau atas pisau bawah terhadap persentase buah
[image:46.595.141.487.187.360.2]terkupas untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
LSR Jarak Pisau atas dan
Bawah (J) Notasi
Jarak
0,05 0,01
Rataan
0,.05 0,01
- - - J1 = 1,5 cm 99,583 a A
2 4,676 6,438 J2 = 1,7 cm 97,499 a A
3 4,910 6,765 J3 = 1,9 cm 67,014 b B
4 5,035 6,937 J4 = 2,1 cm 34,581 c C
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan J1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2, dan berbeda sangat nyata dengan J3 dan J4. Perlakuan J2 berbeda sangat nyata dengan J3 dan J4. Perlakuan J3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan J4. Persentase buah terkupas tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 yaitu sebesar 99,583 % dan persentase buah terkupas terendah diperoleh pada perlakuan
J4 yaitu sebesar 34,581 %.
Hubungan antara jarak pisau atas pisau bawah dengan persentase buah
terkupas mengikuti garis linier seperti terlihat pada Gambar 8 berikut :
Ŷ = -116,56J + 283,85
120 r = -0,9491
Persentas
e Bua
h
Terk
upas
(%
)
100
80
60
40
20
0
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
[image:47.595.174.436.307.470.2]Jarak Pisau Atas-Bawah (cm)
Gambar 8. Grafik Hubungan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Dari Gambar 8 dapat dilihat semakin besar jarak pisau atas pisau bawah
maka persentase buah terkupas semakin menurun. Hal ini disebabkan karena jarak
pisau atas pisau bawah yang besar memberi sedikit gesekan sehingga persentase
buah terkupas menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes
(1990) yang menyatakan bahwa mesin pengupas bergantung pada banyak faktor
seperti laju pemasukan bahan, kecepatan daya mesin pengupas yang digunakan
Pengaruh Interaksi Ukuran Diameter Pinang dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%).
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
interaksi antara ukuran diameter pinang muda dan jarak pisau atas pisau bawah
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase buah terkupas yang diperoleh.
Hasil Pengujian dengan Least Significant Range (LSR) dapat dilihat pada Tabel 9
[image:48.595.116.511.291.543.2]berikut :
Tabel 9 . Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak
0.05 0.01 Rataan 0.05 0.01
- - - J1D1 98,330 a AB
2 9,353 12,876 J1D2 100,000 a A
3 9,820 13,530 J1D3 100,000 a A
4 10,070 13,873 J1D4 100,000 a A
5 10,288 14,154 J2D1 96,665 a A
6 10,413 14,341 J2D2 93,330 a A
7 10,506 14,559 J2D3 100,000 a A
8 10,569 14,715 J2D4 100,000 a A
9 10,631 14,840 J3D1 51,665 a AB
10 10,693 14,933 J3D2 79,995 a AB
11 10,693 15,027 J3D3 100,000 b B
12 10,725 15,089 J3D4 98,330 c C
13 10,725 15,152 J4D1 20,000 d C
14 10,756 15,214 J4D2 26,660 d CD
15 10,756 15,276 J4D3 43,330 e DE
16 10,787 15,307 J4D4 48,335 e E
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa buah terkupas tertinggi diperoleh pada
Hubungan interaksi ukuran diameter pinang muda dan jarak pisau atas
pisau bawah mengikuti persamaan linier seperti terlihat pada Gambar 9 berikut :
Persentas
e Bua
h
Terk
upas
(%
)
Diameter Pinang (cm) 0
120
100
80
60
40
20
0
Ŷ4 = -15,667D + 125,83
r = 0,9087 Ŷ3 = -17,001D + 128,34
r = 0,9343 Ŷ2 = 1,6675D + 93,33
r = 0,9343
3,3 3,5 3,7 3,9 4,1
J1 1,5
J2 1,7
J3 1,9
J4 2,1
Ŷ1 = -27,999D + 136,66
r = 0,9541
Gambar 9. Grafik Hubungan Interaksi Ukuran Diameter Pinang Muda dan Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Buah Pinang Terkupas (%)
Dari Gambar 9 dapat dilihat semakin besar ukuran diameter pinang muda
dan semakin besar jarak pisau atas pisau bawah maka persentase buah terkupas
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena buah pinang yang diameter besar
sesuai dengan jarak pisau atas pisau bawah yang besar maka dari itu terjadi suatu
gesekan terhadap keduanya maka buah pinang terkupas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes (1990) yang
menyatakan bahwa mesin pengupas bergantung pada banyak faktor seperti laju
pemasukan bahan, kecepatan daya mesin pengupas yang digunakan dan ukuran
Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)
Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Lengket pada kulit (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa
diameter pinang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
persentase biji lengket pada kulit. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh diameter pinang terhadap persentase biji lengket
pada kulit untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :
Tabel. 10 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)
LSR Notasi Jarak
0,05 0,01
Diameter Pinang
Muda (D) Rataan 0,05 0,01
- - - D1 = < 3,50 cm 29,200 a A 2 1,832 2,522 D2 = 3,50- 3,60cm 27,063 ab AB 3 1,924 2,650 D3 = >3,60 – 3,70 cm 26,213 b AB 4 1,972 2,718 D4 = > 3,70 cm 27,888 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa D1 berbeda tidak nyata dengan D2, D3 dan berbeda sangat nyata D4. Pada Perlakuan D2 berbeda tidak nyata dengan D3 dan berbeda tidak nyata dengan D4. Pada D3 berbeda nyata dengan D4. Persentase biji lengket pada kulit tertinggi diperoleh pada perlakuan D1 yaitu 29,2 % dan terendah pada perlakuan D3 yaitu 26,213 %.
Hubungan antara ukuran diameter pinang muda dengan persentase biji
lengket pada kulit mengikuti regresi garis kuadratik seperti terlihat
37
Ŷ = 31,771D2 - 234,78D + 460,23
Biji Len
g
ke
t Pa
da kuli
t (%)
R = 0,9828 33
29
25
21
0
0,0 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0
Diameter Pinang (cm)
Gambar 10. Grafik Hubungan Ukuran Diameter Pinang Muda terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa pada D1 (<3,50), D2 (3,50 – 3,60) dan D3 (>3,60 – 3,70) mengalami suatu penurunan tetapi pada D4 (>3,70) mengalami suatu kenaikan. Hal ini disebabkan karena pada D3 adanya sedikit gesekan pada proses pengupasan sehingga persentase biji lengket pada kulit mengalami
penurunan sedangkan pada perlakuan D4 suatu gesekan mengalami kenaikan karena diameter yang besar sehingga persentase biji lengket pada kulit mengalami
penurunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Wilkes (1990) yang
menyatakan bahwa mesin pengupas bergantung pada banyak faktor seperti laju
pemasukan bahan, kecepatan daya mesin pengupas yang digunakan dan ukuran
bahan.
Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Biji Lengket pada kulit (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa jarak
pisau atas dan pisau bawah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap persentase biji lengket pada kulit. Hasil pengujian dengan Least
persentase biji lengket pada kulit untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah terhadap Persentase Biji Lengket pada Kulit (%)
LSR Jarak Pisau atas dan
Bawah (J) Notasi
Jarak
0,05 0,01