• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI

UKM TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

Wirda Hanum 060501061 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara Medan

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Wirda Hanum Nim : 060501061

Departemen : Ekonomi Pembangunan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : WIRDA HANUM

Nim : 060501061

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentarsi : Perencanaan

Judul :ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI UKM TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI SUMATERA UTARA .

Ketua Departemen Pembimbing Sripsi

(Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec) (Dr.Murni Daulay,Msi)

195104211982031002 1311124084

Penguji I Penguji II

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : WIRDA HANUM

Nim : 060501061

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentarsi : Perencanaan

Judul : ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN

INDUSTRI UKM TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI SUMATERA UTARA.

Tanggal : Ketua Departemen

(Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec) 195304081998021001

Tanggal : Dekan

(5)

In facing the free trade area and economic territory, there the growth of UKM is pointed to; 1) the growth of bisnis area which is condusif to UKM, 2) the growth of financial intistutions which gives the accses to the cheaper and transparant capital source, 3) to give the more effective serve service of non financial business to UKM and, 4) to form the strategic among UKM’s. Whether the UKM develop or death in the area of free trade area depends on the capability to compete and increasing efisiency and also to form the business alliance with other institution.

ABSTRACT

The goals of this research is to know how far the contribution of UKM generally to wards the industrial growth in Nort Sumatera. The research method uses the quantitative approachment based on the sekunder data numeric size from the year 1994-2008 which obtained from the BPS Nort Sumatera,uses dependent variable (Y) Nort Sumatera industrial growth and independent variable, UKM industrial labour absorption (X1, UKM industrial output (X2) and UKM industrial total effort (X3), because these variable very influent the Nort Sumatera Industrial Growth.

The Result of this research is to show thatUKM sector own the contribution towards the econpomic growth, specially in industrial sector of PDRB. There are also the factors which can be a challegge towards the growth of UKM. The factor of entrepreneurship has an important role in increasing the capability of UKM in Indonesia, specifically in North Sumatera.

(6)

ABSTRAK

Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan otonomisasi daerah maka pengembangan UKM di arahkan pada; 1) pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM, 2) pengembangan lembaga-lembaga finansial yang dapat memberikan akses terhadap sumber modal yang transparan dan lebih murah, 3) memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih efektif, dan 4) pembentukan aliansi strategis antara UKM dengan UKM lainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi UKM secara umum terhadap pertumbuhan industri Sumatera Utara. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data skunder yang berbentuk angka-angka dari tahun 1994-2008 yang diperoleh dari BPS Sumatera Utara, menggunakan variabel dependen pertumbuhan industri Sumatera Utara (Y) dan variabel independen penyerapan tenaga kerja UKM (X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3), karena variabel-variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor UKM memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor industri . Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara”. Isi dan materi skripsi ini di dasarkan pada penelitian perpustakaan serta perkembangan dan data sekunder yang terkait dengan hal yang diteliti.

Adapun skripsi ini diselesaikan sebagai tugas akhir penulis untuk menlengkapai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapai oleh penulis baik materil maupun moril, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Kepala Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Murni Daulay, Msi selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulisan dan penyempurnaan skripsi ini.

(8)

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku dosen wali, serta dosen pengajar mata kuliah di FE -USU yang sudah membantu, membimbing, mengarahkan dan membuka wawasan penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Staf administrasi FE-USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

urusan-urusan administrasi selama perkulian .

7. Pegawai BPS Medan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang duperlukan penulis.

8. Dengan rasa hormat kepada ayahanda Roidan dan ibunda Dewi Suhita, lubis yang telah mendukung dengan do’a dan kasih sayang yang ternilai.

9. Kepada kakaku Erlina Yunita dan adiku Rizki Anggara atas do’anya dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada sahabat-sahabatku anak-anak EP ’06 terima kasih atas sarannya. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini sehingga dapat dipergunakan dalam pengembangan dan pemahaman studi ilmiah.

Medan, Februari 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAC ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ……….. 5

1.3 Hipotesis ……….. 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II URAIAN TEORITIS ……….. 7

2.1 Industrialisasi ……….. 7

2.1.1 Defenisi Industri dan Industrialisasi ……….. 7

2.1.2 Strategi Industrialisasi ……….. 10

2.1.3 Peranan Industri Terhadap Perekonomian ……….. 13

2.1.4 Permasalahan Sektor Industri ……….. 15

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ……….. 18

2.2.1 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi ……….. 18

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional ……….. 20

(10)

2.3 PDRB ……….. 25

2.3.1 Metode Perhitungan PDRB ……….. 25

2.4 Ekspor ……….. 27

2.4.1 Pengertian Ekspor ……….. 27

2.4.2 Peran Sektor Ekspor ……….. 28

2.4.3 Struktur Ekspor Industri/ Manufaktur ……….. 29

2.5 Total OutPut/ Total Produksi ……….. 30

2.5.1 Pengertian Produksi ……….. 30

2.6 Penyerapan Tenaga Kerja ……….. 31

2.7 Defenisi Usaha ……….. 34

2.8 Modal ……….. 36

BAB III METODE PENELITIAN……….. 38

3.1 Ruang Lingkup Penelitian………... 38

3.2 Pendekatan Penelitian ……….. 38

3.3 Jenis Variabel ……….. 38

3.4 Jenis Dan Sumber Data ……… ……… 38

3.5 Metode Pengumpulan Data ……… 39

3.6 Pengolahan Data ……….. 39

3.7 Model Analisis Data ……….. 39

3.8 Test Of Goodness Of Fit ……….. 41

3.8.1 Koefisien Determinasi ……….. 41

3.8.2 Uji T-Statistik ……….. 41

3.8.3 Uji F-Statistik ……….. 43

(11)

3.9.1 Multikolinieritas ……….. ……… 44

3.9.2 Serial Correlation/Autocorrelation ………45

3.10 Defenisi Operasional Variabel ……….... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ESTIMASI ……… 48

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ……… 48

4.1.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara ………... 48

4.1.2 Kondisi Iklim ……… 50

4.1.3 Kondisi Demografi ………... 50

4.1.4 Potensi Wilayah ………... 51

4.2 Perkembangan Pembangunan Ekonomi Sektor Industri Sumatera Utara ……… 53

4.3 Peran Sektor Perindustrian Pada Perekonomian Sumatera Utara ……….... 54

4.4 Kondisi UMKM Sumatera Utara ……… 55

4.5 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Di Sumatera Utara ……… 57

4.6 Perkembangan Total Output Industri UKM di Sumatera Utara ……… 60

4.7 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri UKM Sumatera Utara ……… 61

4.8 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ……… 63

4.9 Hasil Estimasi dan Interprestasi ……… 66

4.9.1 Interprestasi Model ……… 66

(12)

4.10.1 Koefisien Determinasi R2 ……… 67

4.10.2 Uji T-stat ……… 68

4.11 Uji F-statistik ……… 71

4.12 Uji Penyimpangan Asumsi klasik ……… 72

4.12.1 Multikolinieritas ……… 72

4.12.2 uji Autokorelasi ……… 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 74

5.1 Kesimpulan ……… 74

5.2 Saran ……… 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya Tenaga Kerja ……… 8

Tabel 2. Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional ……… 14

Tabel 3. Kondisi Geografis SUMUT Menurut Kabupaten Kota ……… 49

Tabel 4. Pertumbuhan UMKM Sumatera Utara Tahun 1986-2006 ……… 56

Tabel 5. Struktur UMKM Sumatera Utara ………... 57

Tabel 6. Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia 1996-2000 ……….... 57

Tabel 7. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di Sumatera Utara Tahun 1994-2008 ……… 59

Tabel 8. Total Output Sektor Industri UKM di Sumatera Utara ……… 60

Tabel 9. Jumlah Usaha Industri UKM ……… 62

Tabel 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi SUMUT Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan harga Konstan Tahun 2003-2006 ……… 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Dan Pekerja UKM, 1996-2000… 35

Gambar 2. Kurva Uji T-atatistik ……….. 42

Gambar 3. Kurva Uji F-Statistik ……….. 43

Gambar 4. Kurva Uji Durbin-Watson ……… . 46

Gambar 5. Jumlah Usaha (Unit) (X3) ……….. 61

Gambar 6. Kurva Uji T-Statistik Variabel Tenaga Kerja ……….. 68

Gambar 7. Kurva Uji T-Statistik Variabel Total Output ……….. 69

Gambar 8. Kurva Uji T-Statistik Variabel Jumlah Usaha ……….. 70

Gambar 9. Kurva Uji F-statistik ……….. 72

Gambar 10. Kurva Uji D-W Stat ……….. 73

(15)

In facing the free trade area and economic territory, there the growth of UKM is pointed to; 1) the growth of bisnis area which is condusif to UKM, 2) the growth of financial intistutions which gives the accses to the cheaper and transparant capital source, 3) to give the more effective serve service of non financial business to UKM and, 4) to form the strategic among UKM’s. Whether the UKM develop or death in the area of free trade area depends on the capability to compete and increasing efisiency and also to form the business alliance with other institution.

ABSTRACT

The goals of this research is to know how far the contribution of UKM generally to wards the industrial growth in Nort Sumatera. The research method uses the quantitative approachment based on the sekunder data numeric size from the year 1994-2008 which obtained from the BPS Nort Sumatera,uses dependent variable (Y) Nort Sumatera industrial growth and independent variable, UKM industrial labour absorption (X1, UKM industrial output (X2) and UKM industrial total effort (X3), because these variable very influent the Nort Sumatera Industrial Growth.

The Result of this research is to show thatUKM sector own the contribution towards the econpomic growth, specially in industrial sector of PDRB. There are also the factors which can be a challegge towards the growth of UKM. The factor of entrepreneurship has an important role in increasing the capability of UKM in Indonesia, specifically in North Sumatera.

(16)

ABSTRAK

Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan otonomisasi daerah maka pengembangan UKM di arahkan pada; 1) pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM, 2) pengembangan lembaga-lembaga finansial yang dapat memberikan akses terhadap sumber modal yang transparan dan lebih murah, 3) memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih efektif, dan 4) pembentukan aliansi strategis antara UKM dengan UKM lainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi UKM secara umum terhadap pertumbuhan industri Sumatera Utara. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data skunder yang berbentuk angka-angka dari tahun 1994-2008 yang diperoleh dari BPS Sumatera Utara, menggunakan variabel dependen pertumbuhan industri Sumatera Utara (Y) dan variabel independen penyerapan tenaga kerja UKM (X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3), karena variabel-variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor UKM memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor industri . Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan ekonomi yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi merupakan proses perubahan struktur ekonomi dari struktur ekonomi pertanian atau agraris ke struktur ekonomi industri. Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi memberikan dampak yang positif bagi perekonomian di Indonesia, dengan kata lain sektor industri manufaktur muncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat mengimbangi laju pertumbuhan sektor pertanian.

Thee (1993) mengemukakan bahwa pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar perananya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri berskala kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya, sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada giliranya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

(18)

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7% dan dalam ekspor nonmigas hanya 15%, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99% dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas, 14/12/2001). Namun, dalam kenyataannya selama

ini UKM kurang mendapatkan perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan barulah muncul belakangan ini saja.

Sementara itu belakangan ini banyak diungkapkan bahwa UKM memiliki peran penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk UKM diyakini pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi (Kompas. 14/12/2001). Hal

serupa juga berlaku bagi sektor informal. Usaha kecil sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat informal dan karena itu relatif mudah untuk dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru.

Pendapat mengenai peran UKM atau sektor informal tersebut ada benarnya setidaknya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001). Alasan

pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan

tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering

mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal

(19)

kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.

Usaha kecil menengah (UKM) sebagaimana dimaksud dalam UU No.9 tahun 1995 dan Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha produktif yang berskala kecil dengan kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dalam pembahasan ini lembaga-lembaga keuangan formal dan non-formal sangat dibutuhkan perananya untuk mendorong pelaku UKM untuk maju, pemerintah. Dorongan yang dibutuhkan tidak hanya dalam aspek permodalan, tetapi juga dalam aspek pengembangan manajemen pengelolaan usaha serta informasi pasar baik domestik maupun manca negara. Untuk itu pelaku UKM memerlukan sokongan dari pemerintah agar dapat bersaing dipasar global.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) di Sumut pada tahun 2009 diatas 50% menyusul semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi daerah itu. "Hingga Oktober peyaluran kredit ke UKM sudah mencapai 49% dari total kredit yang disalurkan perbankan yang sebesar Rp68,29 triliun. Prakiraan meningkatnya kredit untuk UKM, mengacu usaha UKM semakin berkembang dan sudah terbukti mampu bertahan pada benturan krisis ekonomi, sehingga bank semakin mempercayai pengusaha UKM itu. "Semakin otimistis karena potensi UKM di Sumut cukup besar, mulai dari produk makanan, minuman, hingga kerajinan.

(20)

Argumentasi ekonomi belakangan ini yakni karena UKM merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan kapital yang besar dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif tahan banting.

Seiring dengan berlakunya perdagangan bebas ASEAN 2003, sektor industri memegang peranan penting dalam menstabilkan kondisi perekonomian domestik. Perhatian secara khusus perlu diberikan kepada industri kecil menengah dengan cara menciptakan ikilm usaha yang kondusif agar dapat terus tumbuh dan berkembang seiring dengan majunya industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan pembagunan industri berdasarkan tujuan perekonomian dan kebijakan ekonomi yaitu peningkatan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian pendapatan secara merata, pengembangan industri serta penambahan jumlah tenaga kerja. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh industri UKM terhadap pertunbuhan sektor industri Sumatra Utara maka digunakan beberapa faktor antara lain jumlah unit usaha, total produksi, dan tenaga kerja, dimana hal-hal tersebut penting dalam membangun maupun mengembangkan industri UKM.

(21)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melihat adanya pengaruh industri UKM tersebut terhadap pertumbuhan sektor industri di Sumatera Utara. Untuk itu penulis meneliti dan mempelajarinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor

Industri Sumatera Utara”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

a. Apakah penyerapan tenaga kerja industri usaha kecil menengah (UKM) berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara?

b. Apakah total produksi industri usaha kecil menengah (UKM) berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara?

c. Apakah jumlah usaha industri usaha kecil menengah (UKM) berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

1.3 HIPOTESIS

a. Penyerapan tenaga kerja industri UKM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

b. Total produksi industri UKM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

(22)

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujan dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh penyerapan tenaga kerja industri UKM terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui pengaruh total output industri UKM terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

c. Untuk mengetahui pengaruh jumlah usaha industri UKM terhadap pertumbuhan sektor industri Sumatera Utara.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

b. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang ekonomi terutama untuk peneliti.

c. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada, khususnya mengenai sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi.

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 INDUSTRIALISASI

2.1.1 Defenisi Industri dan Industrialisasi

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas , industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy,1996).

Dalam pengertian kedua, kata industri sering disebut sektor industri pengolahan/manufaktur yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi.

Toto Hadikusumo (1990) pengertian industri adalah:

(24)

Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai

leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi

(Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Chenery,1986).

Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector.

Berdasarkan pengalaman dihampir semua negara, dapat disimpulkan bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan pendapatan perkapita setiap tahun.

Tabel 1

Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya Tenaga Kerja

No Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja (orang)

1 Industri Besar 100 keatas

2 Industri Sedang 20-99

3 Industri Kecil 5-19

(25)

A. Industri Besar Sedang

Pengelompokan sektor industri di Indonesia dibedakan menjadi dua. Pertama, pembagian sektor industri pengolahan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Berdasarkan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan menjadi Sembilan sub sektor. Pengelompokan yang kedua adalah pembagian berdasarkan banyaknya tenaga kerja. Dengan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan menjadi empat sub golongan, yaitu: industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Berdasarkan pengolompokan ini, industri besar sedang menghasilkan nilai tambah terbesar.

B. Industri Kecil dan Rumah Tangga

Dalam rangka menunjang pembangunan disektor industri, pemerintah tidak hanya memperhatikan pertumbuhan industri besar dan sedang saja, melainkan juga membantu berkembangnya industri kecil dan rumah tangga.

Industri kecil dan rumah tangga memegang peranan penting dalam pembangunan, khusunya negara-negara yang sedang membangun, karena industri ini dapat membuka lapangan kerja yang luas, membuka kesempatan usaha dan memperluas basis pembangunan. Dalam berbagai bidang, industri kecil dan rumah tangga juga meningkatkan ekspor.

(26)

C. Industri Kecil Dan Menengah

Sementara itu UKM (Usaha Kecil Menengah) meliputi usaha kecil informal/ tradisional dan juga usaha menengah, yang mengelola usahanya sudah lebih maju jika dibandingkan dengan industri kecil informal dan tradisional. Disamping itu juga dari segi permodalan juga sudah lebih besar dan manejemen juga lebih maju.

Upaya pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan, yaitu denga menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga sektor industri terutama sektor industri UKM dapat terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan majunya industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan industri berdasarkan tujuan perekonomian serta kebijaksanaan ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian pendapatan secara merata, perkembangan industri regional, serta pengurangan jumlah pengangguran.

2.1.2 Strategi Industrialisasi

a. Strategi Subtitusi Impor (SI)

(27)

Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor. Strategi PE dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor.

Beberapa pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini terutama adalah sebagai berikut :

1. Sumber daya alam (seperti bahan baku) dan faktor produksi (terutama tenaga kerja) cukup tersedia didalam negeri sehingga secara teoritis, biaya produksi untuk intensitas penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut yang tinggi menjadi rendah.

2. Potensi permintaan didalam negeri yang memadai.

3. Untuk mendorong perkembangan sektor industri manufaktur didalam negeri. 4. Dengan berkembangnya industri didalam negeri, maka kesempatan kerja

diharapkan terbuka luas.

5. Dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor, yang berarti juga mengurangi defisit saldo neraca perdagangan dan menghemat cadangan devisa.

Pelaksanaan strategi SI terdiri atas dua tahap yaitu :

1. industri yang dikembangkan adalah industri yang membuat barang-barang konsumsi, walaupun tidak semuanya durable goods (seperti kendaraan

(28)

2. Industri yang dikembangkan adalah industri hulu (upstream industries).

b. Strategi Promosi Ekspor (PE)

Melihat pengalaman yang kurang berhasil dengan strategi SI, badan-badan dunia (seperti IMF dan Bank Dunia) menganjurkan agar negara-negara berkembang menerapkan strategi PE. Sesuai dengan teori klasik mengenai perdagangan internasional, outward-oriented strategy ini melibatkan pembangunan sektor industri

manufaktur sesuai dengan keunggulan komperatif yang dimiliki negara bersangkutan. Dalam prakteknya, banyak negara yang menerapkan strategi PE dengan menghilangkan beberapa rintangan terhadap ekspor.

Beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan strategi tersebut membawa hasil yang baik adalah sebagai berikut :

a. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar, yang sepenuhnya merefleksikan kelangkaan dari barang yang bersangkutan, baik dipasar output maupun pasar input.

b. Tingkat proteksi dari impor harus rendah.

c. Nilai tukar mata uang harus realistis, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang asing yang bersangkutan.

d. Lebih penting lagi, harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor.

(29)

2.1.3 Peranan Industri Terhadap Perekonomian

Filosofi mendasar dari pembangunan suatu negara adalah menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya. Di era globalisasi perdagangan dewasa ini, tidak bisa kemakmuran suatu bangsa hanya dapat terwujud melalui pembangunan industri, baik industri jasa maupun industri barang (manufaktur).

Bagi Indonesia, sekitar 250 juta penduduk, pembangunan sektor manufaktur merupakan satu-satunya pilihan. Sebab, sektor inilah yang mampu memberikan lapangan kerja besar dengan pengupahan yang lebih sistematis dibandingkan sektor industri produk primer (pertanian) maupun industri jasa.

Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi negara. Sayangnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sekitar 145 juta angakatan kerja (usia produktif) saat ini baru sekitar 15 juta orang yang bekerja pada sektor industri. Sektor ini ternyata juga baru mampu menyumbang sekitar 25% dari total PDB Indonesia. Angka yang relatif masih sangat kecil.

(30)

Tabel 2

Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional (%)

Cabang Industri 2005 2006 2007*

1. Makanan, minuman, & tembakau 2,7 4,8 5,0 2. Tekstil, barang kulit, & alas kaki 1,3 1,5 4,5 3. Barang kayu & hasil hutan -1,3 -2,0 4,0

4. Kertas & barang cetakan 2.5 0,4 6,8

5. Pupuk, kimia, & barang dari karpet 8,9 5,3 8,0 6. Semen & bahan galian non logam 3,8 -1,5 7,0 7. Logam dasar, besi,& baja -3,8 5,6 6,0 8. Alat angkut, mesin & peralatan 12,4 9,0 12,4

9. Barang lainnya 2,6 4,35 6,2

Total Industri 5,9 5,0 7,9

Sumber : Dinas Perindustrian dan perdagangan (Disperindag) *) Proyeksi

Rendahnya kontribusi industri terhadap PDB mengindikasikan bahwa pembangunan sektor tersebut sejauh ini belum mampu menjadi penolong yang besar terhadap tumbuh dan berkembangnya sektor usaha lain. Kondisi tadi juga mengindikasikan bahwa pembangunan industri nasional belum mampu menciptakan keterkaitan yang efisien antar sektor hulu dan hilir serta antara industri dengan sektor ekonomi lainya.

(31)

menciptakan kemakmuran bagi rakyat, dengan belajar pada apa yang terjadi selama tahun 2006, yang merupakan tahun kegagalan dalam pembangunan industri nasional.

2.1.4 Permasalahan Sektor Industri

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri di Sumatera Utara kebijakan dan strategi pemgembangan sektor industri yang akan diterapkan hendaknya mampu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam dunia usaha khususnya sektor industri. Permasalahan-permasalahan yang ada disektor industri harus bisa diatasi agar para pengusaha atau investor bergairah lagi menanamkan investasi di Sumatera Utara.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor industri adalah: a. Masalah Birokrasi

i. Perizinan tidak transparan, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan terjadi tumpang tindih vertikal (antara pusat dan daerah) serta horizontal (antar instansi daerah).

ii. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai peraturan perundang-undangan masih cenderung kurang tegas.

iii. Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap administrasi perpajakan terutama kaitanya dengan produk-produk ekspor yang sangat tidak efisien.

(32)

b. Masalah Teknologi.

i. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Penerapan teknologi tepat

guna belum banyak dimanfaatkan oleh industri untuk meningkatkan

produksi.

ii. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena kualitas

sumber daya manusia relatif rendah.

c. Masalah Bahan Baku

i. Suplai bahan baku kurang memadai antara lain karena kesulitan dalam

memperoleh bahan baku dipasaran.

ii. Harga bahan baku terlalu tinggi terutama bahan baku yang berasal dari impor

karena tergantung nilai kurs terhadap dolar.

d. Masalah Pemasaran

i. Pemasaran hasil produksi agak sulit dan harganya rendah sehingga hasil

penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi yang cukup tinggi.

ii. Permintaan produk dipasaran sangat rendah walaupun harganya rendah

karena kalah bersaing dengan perusahaan lain.

iii. Asosiasi pengusaha belum berperan dalam mengkoordinasikan produk

sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar usaha sejenis.

e. Masalah Permodalan.

i. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keungan dan nonbank rumit dan

lama sehingga dalam pencairan kredit sangat lama.

ii. Suku bunga kredit perbankan cukup tinggi sehingga kredit menjadi mahal.

f. Masalah Manejemen

i. Pola manegemen yang sesuai dengan kebutuhan sebelum bisa diterapakan

karena pengetahuan dam manegerial skill relatife rendah sehingga strategi

(33)

ii. Kemampuan pengusaha mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah

sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak tepat.

iii. Produktifitas karyawan masih rendah sedangkan intensitas pelatihan yang

dilaksanakan oleh industri belum juga menggembirakan.

g. Permasalahn Industri Kecil

i. Sebagian besar industri kecil yang ada merupakan usaha sampingan atau

pelengkap bagi pengusaha kecil dengan produksi yang berfluktuasi cukup

besar atau berpola musiman atau tidak beraturan.

ii. Sikap dan reaksi pengusaha industri kecil yang ada pada umunya lambat dan

kurang tanggap untuk mengikuti perkembangan sehubungan dengan latar

belakang budaya agraris.

iii. Sulitnya menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil

dalam rangka peningkatan mutu dan pengembangan produk baru

iv. Volume permintaan atas hasil produksi industri kecil pada umunya terbatas

(34)

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan dimasa yang akan datang.

Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih rata. Dengan demikian maka daerah yang miskin tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “ Redistribution With Growth”.

(35)

ekonomi secara potensial cenderung meningkatkan produktifitas kerja, dan meningkatkan skala unit usaha.

Kuznets (1966) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai

kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama, maka untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Oleh karena itu beberapa komponen penting yang perlu dianalisa pada pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua investasi baru pada tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan masyarakat di infestasikan dengan tujuan memperbesar output. Pabrik baru, mesin peralatan, dan material meningkatkan stok modal secara fisik suatu negara dan memungkinkan tercapainya peningkatan output. Investasi produktif ini juga harus dilengkapi dengan infrastruktur sosial ekonomi yaitu: jalan, air, listrik, sanitasi, komunikasi dan sebagainya guna menunjang aktifitas perekonomian secara terpadu.

2. Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja

(36)

3. Kemajuan Teknologi

Dalam pengertian yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukanya cara baru atau perbaikan cara penyelesaian tugas tradisional. Kemajuan teknologi yang netral terjadi apabila penggunaan teknologi berhasil mencapai tingkat prouksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Kemajuan teknologi hemat pekerja terjadi apabila dengan menggunakan jumlah input pekerja dan modal akan dicapai input yang lebih tinggi. Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal akan menghasilkan metode produksi padat yang lebih efisien.

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu variabel-variabel seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal dan imbalan bagi faktor dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.

(37)

mulai diragukan kebenaranya. Dalam keadaan demikian terjadi penyimpangan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang diperlukan tetapi tidak mencukupi bagi proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat. Sebaliknya pembangunan bukan saja memerlukan peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa tetapi juga harus menjamin pembagianya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat.

2.2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W. Rostow

W.W Rostow yang terkenal sebagai ahli sejarah ekonomi dari Amerika Serikat menyatakan bahwa perubahan dari keterbelakangan kepada kemajuan dijelaskan dalam satu seri tahapan yang harus dilalui oleh setiap negara, seperti diungkapkan Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth”,yang menunjukan

bagaimana seorang ahli sejarah ekonomi didalam melakukan generalisasi perjalanan sejarah modern, adalah mungkin untuk mengenal masyarakat, dalam dimensi ekonomi yang terletak dalam salah satu dari lima kategori, yaitu masyarakat tradisional prasyarat untuk tinggal landas kearah pertumbuhan yang berkesinambungan, kematangan, dan zaman masa konsumsi yang tinggi.

1. Tahap Masyarakat Tradisional

(38)

pemikiran yang tidak rasional melainkan oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun temurun.

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas

Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan cirri-ciri penting dari suatu masyarakat yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat dan kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti ini muncul maka dapat dikatakan proses pertumbuhan ekonomi sudah mulai berlaku. Sehingga Rostow menyebut tahapan ini adalah sebagai masa transisi, dimana masyarakat sudah harus mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan dan terus berkembang.

3. Tahap Lepas Landas

Dalam tahapan ini pertumbuhan terus terjadi, kemudian adanya perubahan yang cukup drastis di masyarakat, politik, dan juga ekonomi. Adapun cirri – cirri tahapan lepas landas yaitu :

1. Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif, kenaikan itu terjadi mulai dari 5% menjadi 10%.

2. Terjadinya perkembangan pada sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

3. Adanya suatu platform politik, sosial, intitusional yang akan menjamin berlangsungnya perluasan struktur modern dan juga potensi ekonomi.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

(39)

5. Tahap Konsumsi Tinggi

Tahapan ini adalah tahapan yang terakhir dari teori pertumbuhan Rostow,

dimana masyarakat lebih memeperhatikan masalah konsumsi dan kesejahteraan , dan bukan lagi terhadap masalah produksi. Dalam hal ini bagaimana pemerintah berusaha untuk memperbesar kekuasan ke luar negeri, sehingga dapat menahlukkan Negara-negara lain. Kemudian masyarakat mempertinggi konsumsi barang-barang mewah.

Negara-negara maju seluruhnya telah melalui tahapan yakni tahapan tinggal landas kearah pertumbuhan yang berkesinambungan. Sedangkan negara-negara terbelakang masih berada dalam tahapan penyusunan kerangka landasan. Tinggal mengikuti suatu set aturan pembangunan tertentu untuk tinggal landas. Yang pada giliranya akan menuju kearah pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Salah satu fikiran utama mengenai pembangunan ialah bahwa setiap upaya untuk tinggal landas harus ada mobilisasi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Perubahan Struktur Ekonomi dan Industri

Banyak negara berkembang yang juga mengalami transisi ekonomi industrialisasi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda satu dengan yang lain. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan dalam hal-hal berikut:

1. Kondisi dan Struktur Awal Ekonomi dalam Negeri

(40)

2. Besarnya Pasar dalam Negeri

Dalam hal ini, besarnya pasar dalam negeri ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan rill perkapita akan mempengaruhi pola dan proses transisi ekonomi. Pasar dalam negeri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200juta orang (walaupun tingkat pendapatan perkapita rendah), merupakan salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan ekonomi termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainya mendukung.

3. Ciri Industrialisasi

Yang dimaksud dengan ciri industrialisasi disini adalah cara pelaksanaan strategi yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri dan insentif yang diberikan.

4. Keberadaan Sumber Daya Alam (SDA)

Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur), dari pada negara yang miskin SDA.

5. Kebijakan atau Strategi Pemerintah yang Diterapkan

Pola industrialisasi di negara yang menerapkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif seperti Indonesia selama orde baru berbeda dengan di negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung perkembangan industrinya.

(41)

peningkatan ekspor non migas, pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Sejalan dengan itu, untuk mempercepat laju pertumbuhan industri itu dan kondisi krisis ekonomi, pemerintah akan melakukan suatu terobosan yaitu menggeser urutan perioritas pembangunan dari industri pertanian dan pariwisata menjadi pertanian yang berbudaya teknologi industri.

2.3 PDRB

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi/ pembangunan ekonomi secara nominal dapat digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian secara keseluruhan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah untuk barang nominal dan jasa, serta ekspor netto.

2.3.1 Metode Perhitungan PDRB

i Metode Langsung

a. Pendekatan produksi

(42)

b. Pendekatan pendapataan

PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi (berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah / region dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian diatas, maka nilai tambah bruto adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

c. Pendekatan pengeluaran

PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestic bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) didalam suatu wilayah / region dalam jangka tertentu /setahun. Dengan metode ini, perhitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir barang dan jasa yang di poduksi.

ii. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat region. Sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitanya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

1. PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional suatu provinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

(43)

b.Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang disertai kenaikan harga pasar tidak menaikan daya beli penduduk dan kenaikan semacam ini merupakan kenaikan pendapatan yang tidak riil.

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riil) maka faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku. Sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

2.4EKSPOR

2.4.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing.

Menurut pasal 1 ayat 9 (Bab 1) UU No 32/1964, ekspor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran. Keluar Indonesia berarti keluar dari daerah. Pabean Indonesia atau keluar dari wilayah yurisdiksi Indonesia, keluar dari daerah berarti keluar peredaran diluar daerah pabean Indonesia dan diluar wilayah yurisdiksi Indonesia (Purba, 1997).

(44)

tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro, 2000).

Menurut pendapat Meir dan Baldwin, ekspor adalah salah satu perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainya dan perekonomian (Meir, dkk, 1965).

2.4.2 Peran Sektor Ekspor

Dari defenisi-defenisi ekspor di atas dapat di simpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain yaitu:

a. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dalam negeri yang sempit.

b. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikan produktivitas.

(45)

Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal, dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional.

2.4.3 Struktur Ekspor Industri Manufaktur

Pertumbuhan ekspor manufaktur Sumatera Utara bisa dikatakan cukup baik, namun perubahan strukturnya terkesan lambat. Barang-barang manufaktur yang di ekspor umumnya masih dari kategori produk sederhana dengan kandungan teknologi menengah ke bawah. Dari kelompok barang ini, lima diantaranya memiliki sekitar setengah dari total ekspor manufaktur, yaitu tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan elektronik.

(46)

2.5 TOTAL OUTPUT/TOTAL PRODUKSI

2.5.1 Pengertian produksi

Produksi aadalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output, biasanya dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input menjadi output dinamakan produksi (Sugiarto, Said Kelana:2000). Produksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses Produksi

Secara matematik fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Q = f (K, L, X,……,ẬZ)

Dimana:

Q = Output

K, L, X = Input (kapital, tenaga kerja, bahan baku) ÂZ = Pengalaman (learnig by doing)

Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang bertanggung jawab menghasilkan barang atau jasa harus menentukan kombinasi input-input yang akan dipakai untuk menghasilkanya.

Nilai produktivitas marjinal (marginal value product) suatu faktor adalah nilai

output tambahan yang dapat diproduksi dengan menyewa satu unit faktor yang bersangkutan. Nilai ini diukur dengan hasil penggalian harga output dengan produktivitas marjinal input tersebut.

Input ( capital, tenaga kerja, bahan baku, dll)

Fungsi produksi dengan teknologi tertentu).

(47)

2.6PENYERAPAN TENAGA KERJA

Di Indonesia pengertian tenaga kerja yang sering digunakan adalah tenaga kerja yang mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan, dan yang melakukan pekerjaan lain, seperti sekolah, dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik dan sewaktu-waktu dapat kerja.

Dalam Undang-undang pokok ketenagakerjaan No.25 Tahun 1997 tenaga kerja di defenisikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Proses dari uasaha-usaha penyerapan tenaga kerja yang merupakan topik dari penelitian ini dapat terwujud apabila pembinaan dan pengembangan industri dapat berjalan sebagai mana mestinya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.

Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan secara luas, menyerap atau menghisap dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja disuatu lapangan usaha, untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas umur yang berbeda-beda. India menggunakan batas umur 14 tahun sampai dengan 60 tahun , Amerika Serikat menggunakan batasan umur 10 tahun keatas tanpa batasan umur maksimum.

(48)

adalah semua orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapat upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lain, baik berupa uang ataupun barang, serta pekerja tidak dibayar, seperti pemilik dan pekerja keluarga.

Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenga kerja dengan kondisi tidak siap pakai. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan kerja yang tersedia ditengah-tengah masyarakat. Ketidak seimbangan penawaran tenaga kerja dengan pasar kerja akan menimbulkan pengangguran.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi permintaan Tenaga Kerja

a. Tingkat Upah

Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala produksi disebut efek skala produksi (scale effect).

(49)

b. Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi beberapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan teknologi yang menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuanya dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama, yang lebih berpengaruh dalam menetukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang lebih besar dari pada kemampuan manusia. Misalnya, mesin huller

(penggilingan padi) akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja untuk menumbuk padi.

c. Produktifitas Tanaga Kerja

Beberapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh beberapa tingkat produktifitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu dibutuhkan 30 karyawan dengan produktifitas standar yang bekerja selama 6 bulan. Namun dengan karyawan yang produktifitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat disesaikan oleh 20 karyawan dengan waktu 6 bulan.

(50)

2.7 DEFENISI USAHA

Sebelum membahas defenisi usaha kecil dan menengah, yang dimaksud dengan perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya, serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut (Profil Usaha Industri UKM, BPS, 2001).

Sedangkan dalam kamus lengkap ekonomi Collins disebutkan bahwa industri adalah suatu kelompok aktifitas ekonomi yang berkaitan dan diklasifikasikan sesuai dengan jenis dari barang dan jasa yang disediakan. Jadi UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

(51)

Gambar : 1 Perkembangan jumlah unit usaha kecil dan pekerja (UKM) 1996-2000

Sumber: Bps, (http://www.bps.go.id/)

Gambar hasil survei usaha terintegrasi diatas memberikan gambaran bagaimana peranan UKM bagi masyarakat di masa krisis. Survei tersebut terbatas hanya pada UKM yang tidak berbadan hukum sehingga hasilnya dapat juga merefleksikan sektor informal. Seluruh sektor ekonomi dicakup oleh survei tersebut, kecuali sektor pertanian. Oleh karena tidak mencakup sektor pertanian, maka hasil survei tersebut akan lebih mencerminkan UKM di perkotaan mengingat sektor pertanian sebagian besar berada di wilayah pedesaan.

Secara umum, hasil survei BPS di atas menunjukkan beberapa kecenderungan menarik. Dari gambar tampak bahwa jumlah unit usaha UKM cenderung berkurang. Jumlah unit usaha pada tahun 2000 masih tetap lebih sedikit dibandingkan sebelum krisis ekonomi. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah tenaga kerja. Hanya saja, penurunan jumlah tenaga kerja tidaklah setajam penurunan jumlah unit usaha. Oleh karena itu, tenaga kerja yang diserap oleh masing-masing unit usaha secara rata-rata

(52)

justru mengalami kenaikan. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa UKM sebetulnya juga mempunyai keunggulan dalam menyerap tenaga kerja di masa krisis ekonomi. Krisis ekonomi rupanya telah mempertinggi kemampuan masing-masing UKM untuk menyerap tenaga kerja. Dengan kata lain, sektor tersebut telah turut berperan dalam mengatasi persoalan pengangguran yang diakibatkan oleh krisis ekonomi.

2.8 MODAL

Berdasarkan UU NO.9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, peraturan pemerintah No.44 tahun 1997 tentang kemitraan dan keputusan bersama Mentri Negara Investasi/ Kepala BKPM dan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah No.22/sSK/1998 dan 07/SKBM/1998 tentang pemberdayaan Usaha Kecil melalui kemitraan dalam rangka penanaman modal.

a.Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteriasebagai berikut;

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjulan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliyar);

3) Milik warga Negara Indonesia;

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki dan dikuasai baik secra langsung maupun tidak langsung dengan usaha Menengah atau Usaha Besar.

(53)

b. Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan yang bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil. Usaha Menengah dan Besar meliputi usaha nasional (milik Negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

c. Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembanganoleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil adalah jenis usaha yang mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Penetapan jenis usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan akan diperluas secara bertahap, dengan memperhatikan perioritas program pembinaan pengusaha kecil secara nasional. Pemberdayaan usaha kecil melalui kemitaraan dalam rangka penanaman modal, bahwa tujuan pemberdayaan usaha kecil melalui kemitraan dibidang penanaman modal adalah untuk:

1) Meningkatkan peran serta usaha kecil dibidang penanaman modal dalam rangka pemerataan usaha dan kepemilikan aset produktif.

2) Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara dengan mengamati dan menganalisis pengaruh perkembangan industri UKM terhadap pertumbuhan industri di Sumatera Utara.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan ekonometrika menggunakan model regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), dimana peneliti berusaha menjelaskan hubungan dan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat yang dilengkapi dengan uji kesesuaian dan uji asumsi klasik.

3.3 Jenis Variabel

Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat dimana variable bebas yang digunakan terdiri dari jumlah tenaga kerja, total output, dan jumlah usaha sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan industri (PDRB sektor industri).

3.4 Jenis dan Sumber Data

(55)

Provinsi Sumatera Utara dan juga dinas yang terkait dengan penelitian ini yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Sumatera Utara. Selain itu data didapat juga dari jurnal, artikel maupun bacaan lainya yang berhubungan dengan penelitian ini baik yang didapat dari internet maupun media cetak.

3.5 Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan tehnik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara langsung dimana data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1994-2008 dan juga dengan cara menelaah berbagai bahan pustaka seperti jurnal, artikel, media cetak yang ada hubunganya dengan topik yang sedang diteliti.

3.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan program computer E-views 5.1. Disamping itu juga digunakan aplikasi Microsoft World 2007 dalam melakukan penulisan, dan Microsoft Excel 2007 sebagai program pembantu untuk dapat meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.

3.7 Model Analisis Data

Dengan menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variable terikat menggunakan model ekonometrika dengan meregresikan variable-variabel yang ada dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

(56)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model ekonometrik dengan persamaan linier berganda (multiple regression )dengan spesifikasi model

sebagai berikut:

Y=α+β1X1+β2X2+ β3X3 + μ……….……...2

Keterangan;

Y = Pertumbuhan Industri diproxy dengan PDRB sektor industri Sumatera Utara berdasarkan harga konstan (Juta Rupiah)

α = Intercept/konstanta

X1 =Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa)

X2 = Total Produksi UKM (Juta Rupiah)

X3 = Jumlah Usaha (Unit)

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi

μ = Terms of Error (kesalahan pengganggu)

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut;

1

X Y

∂ ∂

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada jumlah tenaga kerja (X)1 , maka

pertumbuhan industri (Y) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

2

X Y

∂ ∂

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada total produksi (X2), maka pertumbuhan

industri (Y) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3

X Y

∂ ∂

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada jumlah usaha (X3), maka pertumbuhan

(57)

3.8 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1(0≤R 2≤1). Jika R2

semakin besar mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempuyai pengaruh yang besar terhadap dependen. Sebaliknya jika R2 semakin mendekati 0 maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen kecil terhadap variabel dependen.

3.8.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi secara individu signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainya konstan. Dalam uji t-statistik ini digunakan hipotesis ;

 H0 : bi = b artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variable independen.

 Ha : bi ≠ b artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Rumus untuk mencari t-hitung : t -hitung =

bi = Koefisienvariabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol

(58)

Ho diterima

Ho ditolak Ho ditolak

t-hitung t-tabel 0 t-tabel t-hitung Gambar: 2 Kurva Uji t-statistik

Dalam hal ini kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

 H0 : β1 = β2 = 0 , artinya H0 diterima dimana t-hitung < t-tabel yang

menunjukan bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan sebesar α.

 Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 , artinya Ha diterima dimana t-hitung > t-tabel yang

(59)

3.8.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat sebesar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

Ho : bi = bk………bk=0 (tidak ada pengaruh) Ha : bi ≠ b………... i=1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak artinya variabel dependen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dan jika F-hitung < F-tabel maka H0

diterima artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung =

R2 : Koefisien determinasi

k : Jumlah variable independen H0 diterima

n : Jumlah sampel

Ha diterima

0

(60)

Kriteria Pengambilan Keputusan:

 H0 : β1 = β2 = 0 , artinya H0 diterima dimana F-hitung < F-tabel yang

menunjukan bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

 Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 , artin ya Ha diterima diman a F-hitung > F-tabel yang

menunjukan bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.9.1 Multikolinieritas

Multikolinieriti adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah di dalam model regresi tersebut terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainya. Suatu model regresi dikatakan terkena multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependenya.

Adanya multikolinieriti ditandai dengan :  Standart error yang tidak terhingga  R2 sangat tinggi

 Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

 Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, dan α = 10%

Masalah multikolieritas juga dapat dideteksi dengan 2 (dua) cara lainnya, yaitu:  Korelasi antar variabel

(61)

3.9.2 Autokorelasi (Serial Correlation)

Autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang diurutkan menurut waktu dan ruang (time series). Autokorelasi ini menunjukan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Ada beberapa cara untuk menguji autokorelasi, yaitu sebagai berikut:

 Dengan memplot grafik

 Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson)

D- hitung =

− −

2 2

) 1 (

et et et

Dengan hipotesisnya sebagai berikut : H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

(62)

Ho ditolak Ho ditolak

Auto (+) Auto (-)

Ho diterima

0 dl du 2 4-du 4-dl

Gambar: 4 Kurva Uji Durbin-Watson

Keterangan :

H0 : Tidak ada autokorelasi

DW<du : Tolak H0 (ada korelasi positif)

Dw>4-du : Tolak H0 (ada korelasi negatif)

du˂DW˂ 4 -du : Tolak H0 (tidak ada autokorelasi)

(63)

3.10 Defenisi Operasional

1. Pertumbuhan sektor industri di proxy dengan PDRB sektor industri harga konstan

dihitung dalam juta rupiah.

2. Tenaga kerja adalah jumlah penduduk di Sumatera Utara yang sudah atau yang

bekerja pada industri UKM di Sumatera Utara, dalam jiwa.

3. Total produksi adalah nilai output yang dikeluarkan industri UKM dalam juta rupiah.

4. Jumlah usaha adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi,

Gambar

Tabel 11. PBDR Sumatera Utara  Atas Harga Konstan
Tabel 1 Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya Tenaga Kerja
Tabel 2
Gambar hasil survei usaha terintegrasi diatas memberikan gambaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian berikut ini sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan pada fokus penelitian sebagai hasil pengamatan atau observasi, hasil wawancara dengan guru

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) industri kecil kimia berorientasi kewirausahaan, 2) mengetahui kualitas LKPD yang layak

Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan mewawancarai 8 sbjek penelitian yang tergabung dalam organisasi karang taruna di Desa Kemiren menghasilkan dua

kopi jelas menerbitkan estetika nilai dalam dua watak manusia terpinggir yang direpresentasikan oleh Pak Amat dan Amran lantas menerbitkan rasa kasih

E 1% 1cm merupakan absorbansi suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi 1% b/v (1g/100ml) dan dengan kuvet yang mempunyai ketebalan 1cm pada ketebalan 1cm pada panjang gelombang

Skema kendali yang dirancang difungsikan untuk membuat arus sumber sama dengan komponen fundamental dari arus beban-1, kondisi ini dapat dicapai jika inverter MLP

peraturan yang telah diterapkan dalam suatu organisasi, sehingga untuk jangka panjang dapat pula meningkatkan kinerja pegawai atau karyawan tersebut. Cara pemberian reward

- limbah organic terlarut : perlakuan secara biologis, land disposal.. - Limbah anorganik terlarut : land disposal, perlakuan secara fisik