• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan uang dalam sebuah pernikahan terhadap Elinor dan Marianne pada novel Sense and Sensibility karya Jane Austen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan uang dalam sebuah pernikahan terhadap Elinor dan Marianne pada novel Sense and Sensibility karya Jane Austen"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Biodata Diri

a. Nama : Rina Watini

b. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 30 Oktober 1989 c. Alamat : Suraja RT/RW 001/017 No.132

Desa Cibodas Kec. Pasirjambu Kab. Bandung 40972

d. Nomor Telepon : 085721202408 e. Jenis Kelamin : Perempuan

f. Kebangsaan : Indonesia

g. Agama : Islam

h. Hobi : Menyanyi, membaca novel

B.Latar Belakang Pendidikan Formal

No Nama Sekolah dan Perguruan Tinggi Tahun

(2)

2 SMP Negeri I Pasirjambu 2002 – 2005

3 SMA Negeri I Ciwidey 2005 – 2008

4 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 2008 – 2014

C.Latar Belakang Pendidikan Informal

No Tahun Program Keterangan

1 2008 Kegiatan “Mentoring of English

Conversation Club” Bersertifikat

3 2009 Seminar “Copywriting as a Creative

Thinking” Bersertifikat

Consumer Behavior” Bersertifikat 7 2010 Seminar dan Pelatihan “Translating

& Interpreting Workshop” Bersertifikat 8 2011 Seminar “Copywriting Linguistics on

Media” Bersertifikat

9 2011 Seminar “Building Confidence in

(3)

62

14 2012 Seminar “Fun with Office 2010” Bersertifikat 15 2013 Studia HumanikFeminisme” a “Mengenal Ragam Bersertifikat 16 2013 Seminar Copywriting “Go Viral” Bersertifikat 17 2013 Seminar dan Training Motivasi Bersertifikat

D.Pengalaman Berorganisasi dan Bekerja

No Tahun Organisasi

1 2002 – 2005 Anggota PASKIBRA dan OSIS SMP Negeri 1 Pasirjambu 3 2005 – 2008 Anggota OSIS SMA Negeri 1

Ciwidey

4 2008 – 2009 Anggota Himpunan Mahasiswa (HIMA) Prodi Sastra Inggris

5 2012 Bekerja di DINAS KEBUDAYAAN

(4)

THE ROLE OF MONEY IN A MARRIAGE

TO ELINOR AND MARIANNE IN THE NOVEL SENSE AND

SENSIBILITY BY JANE AUSTEN

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

RINA WATINI 63708012

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(5)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyelesaiannya, berbagai kesulitan turut mengiringi langkah penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu. Ucapan terimakasih atas dukungan, bimbingan, bantuan, dan do’a penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia;

2. Dr. Juanda selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris;

3. Asih Prihandini, S.S., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Wali. Terimakasih atas bantuan, dukungan, bimbingan, arahan dalam proses bimbingan maupun pembelajaran selama ini;

4. Nenden Rikma Dewi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Pembantu dan selaku Koordinator Jurnal. Terimakasih atas semua saran yang membangun, waktu, dan kesabaran dalam membimbing, serta berbagi pengetahuan mengenai kesusastraan kepada saya hingga terselesaikannya skripsi ini;

5. Retno Purwani Sari, S.S., M. Hum., selaku Koordinator Skripsi yang selalu memberikan semangat;

(6)

ix selaku dosen Sastra Inggris;

8. Seluruh Staf dan karyawan yang telah membantu, khususnya mbak Nita selaku sekretaris jurusan sastra inggris;

9. Kedua orang tua yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan mendukung agar segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

10.Kakaku tercinta Wina Sovianti, S.T dan adik kecilku tersayang yang selalu mendukung dan mendo’a kan selama ini, juga tunanganku Wildan Kuswandi S.Kom yang selalu setia menungguku hingga lulus, dan selalu mendukung dan memberi semangat ketika proses skripsi ini; 11.Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, Achie, Uchi, Qiong, Lanceu, Ires, Aip, Mas, Imam, Diki, Hendri, Teh elfri, bang Andre, dan semua mahasiswa/i sastra inggris yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan maupun penyajian skripsi ini, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran.

Bandung, Januari 2013

(7)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN

LEMBAR PERNYATAAN BUKTI KEPEMILIKAN DEDIKASI

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

1.5 Kerangka Pemikiran 4

BAB II: KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Marxism 8

2.1.1 Status sosial 9

2.1.2 Properti 10

(8)

xi

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data 18

3.3.1 Teknik Analisis Data 19

BAB IV: PEMBAHASAN

4.1 Status sosial 20

4.2 Properti 29

4.3 Women as property 35

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 38

5.2 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

SYNOPSIS 41

LAMPIRAN 43

(9)

40

DAFTAR PUSTAKA

Austen, Jane. 1992. Sense and Sensibility. London: Wordsworth Classics.

Barry, Petter. 2010. Beginning Teory; Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Creswell, John W 2002. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage Publications.

Eitzen, D. Stanley and Maxine Baca Zinn. 1991. In Conflict and Order Understanding Society. Simon & Schuster, Inc; Massachusetts.

Engels, Friedrich and karl Marx. 1846. The German Ideology. USA. Progress Publisher.

Marx, Karl. 1974. Capital Vol. I. Moscow: Progress Publishers

Engels, Friedrich and karl Marx. 1848. Manifesto of the Communist Party. Moscow. USSR.

Marx, Karl. 1974. Capital Vol. I. Moscow: Progress Publishers

Marx, Karl. 1974. A contribution to the Critique of Political Economy. New York: International Publisher.

Muray, Marry. 1995. The law of the father?. London and New York: Routledge.

(10)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Uang sebagai alat tukar memiliki fungsi dan peranan penting terhadap kegiatan perekonomian maupun kehidupan sosial. Uang juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian. Bila jumlahnya melebihi kebutuhan, uang akan mengakibatkan kehidupan ekonomi yang tidak normal begitupun sebaliknya. Hal ini yang menyebabkan uang menjadi sesuatu yang sangat penting untuk menentukan seimbang atau tidaknya kehidupan perekonomian. Sementara itu, dalam kehidupan sosial, peranan uang tidak hanya berperan sebagai alat tukar menukar, tetapi ternyata juga berperan untuk menunjukkan tingkat kekayaan seseorang.

(11)

2

berhubungan dengan status sosial dan properti yang keduanya sangat berpengaruh dalam sebuah pernikahan.

Elinor dan Marianne kehilangan rumah dan warisan mereka sepeninggal ayahnya karena pada abad ke-18 hukum umum Inggris mengatur untuk tidak memberikan hak waris kepada anak perempuan. Hal ini menyebabkan keduanya menjadi miskin dan tidak bisa menikah dengan laki-laki yang mereka cintai karena status sosial mereka berbeda. Elinor berstatus sosial rendah, sedangkan Edward berstatus sosial tinggi. Bagi Elinor dan Marianne pernikahan bukanlah sebuah pilihan, tetapi sebuah kebutuhan karena perempuan tidak diberi kebebasan untuk mewarisi uang.

Disebabkan oleh uang dan properti dalam pernikahan, Elinor dan Marianne memiliki beberapa masalah dalam kehidupannya. Pertama, mereka tidak mendapatkan warisan karena mereka perempuan. Kedua, Elinor dan Marrianne berasal dari keluarga berstatus rendah sehingga tidak memiliki properti dan membuat mereka tidak dapat menikahi laki-laki yang mereka cintai.

Dalam proses penelitian peranan uang dalam pernikahan, teori yang bisa digunakan untuk mengkaji data yang didapat yaitu teori Marxisme berfokus pada women as property yang didukung oleh teori status sosial dan properti. Marxisme didasarkan pada sistem ekonomi dan sosial yang mengritik kapitalisme, seperti kelas sosial dan eksploitasi dengan tujuan membuat masyarakat tanpa kelas dan masyarakat tanpa klasifikasi sosial.

(12)

yang berjudul “Social Classes in The Princess Casamassima by Henry James”. Penelitiannya menjelaskan masalah sosial yang terjadi pada masyarakat selalu tentang kemiskinan, diskriminasi dan kelas sosial dengan menggunakan teori Marxisme menurut Karl Marx dan Engels. Selain itu, ada juga penelitian dari Rika Agustin (2011) yang berjudul “Belenggu-Belenggu Patriarki yang Dihadapi Oleh Tokoh Utama di dalam Novel The Bell Jar Karya Sylvia Plath. Penelitiannya menjelaskan sistem patriarki yang membelenggu perempuan pada institusi keluarga dan kehidupan sosial, sehingga menyebabkan adanya perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Teori Feminis radikal oleh Kate Millet digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut dan disimpulkan bahwa di dalam novel The Bell Jar terdapat ketimpangan gender yang muncul dalam beberapa aspek, seperti biologis dan sosiologis.

Oleh karena itu, berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya penulis mengambil topik tentang uang dalam pernikahan dua orang perempuan dalam novel Sense and Sensibility untuk diteliti dengan judul “Peranan uang dalam sebuah pernikahan terhadap Elinor dan Marianne pada novel Sense and Sensibility karya Jane Austen”.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat dua rumusan masalah yang didapat dari penelitian ini, yaitu:

(13)

4

2. Bagaimana pandangan Elinor dan Marianne terhadap sebuah pernikahan pada novel “Sense and Sensibility”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat dua tujuan penelitian, di antaranya:

1. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan uang berperan penting dalam pernikahan Elinor dan Marianne pada novel “Sense and Sensibility”.

2. Mendeskripsikan pandangan Elinor dan Marianne terhadap sebuah pernikahan pada novel “Sense and Sensibility”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran dan pengetahuan bagi mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai peran uang dalam pernikahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan informasi yang berguna terhadap perkembangan di bidang sastra, khususnya mengenai Marxis tentang status sosial, properti, dan women as property. Penelitian ini juga diharapkan bisa membuat penulis mengetahui lebih dalam mengenai gagasan Marxisme tentang status sosial, properti, dan women as property.

1.5 Kerangka Pemikiran

(14)

property. Konsep pokok yang menjadi pembahasan adalah uang dan pernikahan yang dapat diihat dari status sosial dan properti. Dalam hal ini, status sosial dan properti ada kaitannya dengan uang dan pernikahan, dimana status sosial dan properti merupakan faktor-faktor yang menyebabkan karakter-karakter utama tidak bisa menikah. Hal ini dikarenakan uang sangat dibutuhkan untuk kebahagiaan pernikahan dua karakter utama. Mereka bisa keluar dari kemiskinan ketika sudah menikah dengan laki-laki yang kaya, karena anak laki-laki selalu mewarisi harta ayahnya.

Berdasarkan pemetaan antara kelas-kelas sosial, Borjuis dan Proletar, uang dan properti menjadi dua hal yang penting untuk diperoleh dan dipertahankan. Borjuis adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan karena mereka memiliki uang, sedangkan kaum proletar adalah orang yang harus mengikuti aturan yang diberikan oleh mereka yang memiliki properti. Dalam hal ini, perempuan yang harus mengikuti aturan kaum borjuis sehingga perempuan hanya di anggap sebagai propeti yang hanya mengikuti aturan kaum borjuis.

(15)

6

hanya berstatus sebagai seorang anak dan istri. Pada abad ke-18, perempuan sangat ditekankan untuk menikah. Dalam hal pernikahan, perempuan sangat bergantung kepada laki-laki. Ketergantungan perempuan pada laki-laki bisa menyebabkan ketertindasan terhadap perempuan, sehingga perempuan tidak mendapatkan warisan. Dengan demikian, jalan satu-satunya untuk mereka keluar dari kemiskinan adalah dengan menikahi laki-laki kaya, karena pada abad tersebut, semua properti diwarisi oleh keturunan laki-laki. Hal ini menyebabkan perempuan hanya dianggap sebagai properti oleh orang-orang yang berstatus sosial tinggi.

(16)

Gambar 1.1. Kerangka pemikiran Sense and Sensibility

Peranan Uang dalam sebuah pernikahan terhadap Elinor dan

Marianne Marxism

Status Sosial Property

Women’s Property

(17)

8 BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini, penulis memaparkan teori yang digunakan sebagai landasan dalam menganalisis data sesuai dengan topik yang dikaji dalam penelitian. Sesuai dengan tema dari penelitian yaitu peran uang dalam sebuah pernikahan terhadap Elinor dan Marianne pada novel Sense and Sensibility, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan uang berperan penting dalam pernikahan Elinor dan Marianne, sehingga Elinor dan Marianne tidak bisa menikah dengan laki-laki yang mereka cintai. Faktor-faktor tersebut adalah faktor status sosial, properti, dan women as property. Oleh karena itu, teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Marxisme tentang status sosial, properti, dan women as property.

2.1 Marxisme

(18)

menguasai kaum bawah (proletar). Saat itu kaum proletar (buruh) dipaksakan untuk bekerja hanya demi kaum bangsawan.

Pekerjaan adalah manifestasi dari roda sebuah penghasilan, namun ada jenis pekerjaan yang tersembunyi, yakni “modal”. Menurut hukum logika, siapa yang bekerja maka dia akan menuai hasil, namun terdapat pula kondisi seorang yang tidak bekerja dan tetap mendapat hasil yang lebih tinggi dari orang yang bekerja. Kondisi semacam ini hanya dialami oleh kaum borjuis. Sistem seperti inilah yang dikenal dengan sistem kapital (Marx and Engels, 1848: 10).

Dalam kutipan “Capital is the all dominating economic power of bourgeois

society.” Marx menyatakan bahwa kapital adalah modal ekonomi yang

didominasi oleh kaum borjuis yang berwujud ketidaksetaraan keuntungan antara borjuis dengan proletar akibat dari egoisme pihak borjuis. Egoisme yang dimiliki oleh kaum borjuis adalah keinginannya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

2.1.1 Status sosial

Status sosial adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan pekerjaan dan posisi mereka dalam masyarakat. Oleh karena itu, Eitzen dan Zinn (1991: 231) menyatakan bahwa status sosial adalah konsep yang rumit yang berpusat pada ekonomi. Ini berarti bahwa status sosial didasarkan pada berapa banyak uang yang dimiliki seseorang.

(19)

10

menengah yang memiliki banyak uang sehingga mereka bisa mendapatkan hak istimewa. Marx dan Engels (1846) menyatakan bahwa secara sosiologis status sosial merupakan satu bentuk pengelompokan orang-orang ke dalam lapisan-lapisan masyarakat berdasarkan dimensi tersebut. Dengan demikian, status sosial memiliki peran dalam hubungan seseorang dan mempengaruhi kehidupan pribadi seperti dalam pernikahan mereka. Perkembangan status sosial sangat penting untuk mengisi kesenjangan sosial antara kelas atas-kelas menengah dan kelas bawah. Mereka membenarkan bahwa dalam masyarakat yang menganut sistem kelas sosial mempunyai kekayaan dan mempunyai uang maka mereka akan memiliki hubungan antara perkembangan private property—kekayaan pribadi— dengan penindasan terhadap kaum perempuan.

Orang-orang dari semua kelas sosial, tentunya ingin mencapai posisi yang lebih tinggi dalam masyarakat untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, sehingga untuk mencapai posisi tersebut mereka menggunakan semua upaya untuk mencapai ambisi mereka dan mencapai posisi yang lebih tinggi dalam masyarakat. Orang yang memiliki status sosial tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang berstatus sosialnya rendah.

2.1.2 Properti

(20)

jatuh ke tangan anak laki-laki pertama. Sekaya apapun seorang perempuan, ketika dia sudah menikah maka semua kekayaannya akan jatuh ketangan laki-laki. Engels (1846: 18) menyebutkan bahwa "pernikahan didasarkan pada supremasi laki-laki, dengan tujuan yang menghasilkan anak-anak dari ayah tak terbantahkan, karena anak-anak ini yang akan mewarisi kekayaan ayah mereka sebagai pewaris alami.” Berdasarkan pernyataan Marx di atas, laki-laki memegang kekuasaan tertinggi dalam keluarga, sehingga apabila dalam satu keluarga terdapat satu anak laki-laki, semua warisan akan jatuh kepada dia.

Oleh sebab itu, kedudukan kaum laki-laki sebagai pewaris dianggap lebih tinggi daripada kaum perempuan karena kesetaraan pada perempuan dan laki-laki tidak akan pernah ada, sehingga perempuan berkedudukan lebih rendah daripada laki-laki dan berakibat dia mengalami eksploitasi oleh kaum laki-laki. Engels (1846) menyatakan bahwa kesenjangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan tidak didasarkan pada sifat yang melekat pada mereka, tetapi merupakan hasil dari kondisi sosial yaitu sebuah kondisi yang mengakibatkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, pada abad ke-18, perempuan dapat menjadi kaya ketika dia telah mewarisi kekayaan ayahnya jika dia tidak memiliki saudara laki-laki.

(21)

12

Berdasarkan kondisi tersebut, Engels berspekulasi bahwa pria diciptakan patriarki, suatu sistem warisan yang akan diwarisi melalui jalur ayah. Dia menjamin bahwa mereka dan keturunan laki-laki mereka akan mempertahankan private property-kepemilikan kekayaan- yang dimilikinya. Bahkan disebabkan oleh kedudukannya yang dianggap lebih tinggi, perempuan menjadi milik dari laki-laki—women as property.

2.1.3 Women as property

Perempuan selalu tunduk dan patuh kepada laki-laki, sehingga perempuan hanya diam di rumah, mengurus suami, tidak melakukan apa-apa, dan melahirkan. Hal ini membuat perempuan hanya dianggap sebagai properti, atau dikenal dengan istilah women as property. Hak milik perempuan pada abad ke-18 sebagian besar tergantung pada status perkawinan mereka. Begitu perempuan menikah, hak milik mereka diatur oleh hukum umum Inggris, yang mengharuskan bahwa kekayaan perempuan dalam sebuah pernikahan, secara hukum dimiliki oleh suami mereka. Teori yang akan digunakan adalah teori Marxisme. Seperti dalam kutipan berikut ini:

As well -- traditionally, women lost all rights to own property or exercise contract rights after marriage. Before marriage, such rights usually belonged not to the woman, but to her father. (Engels, 1846: 23)

(22)

tetap menjadi milik laki-laki dan perempuan tidak memperoleh bagian meski hanya sedikit.

Dalam hal ini, perempuan kembali lagi kepada statusnya yaitu sebagai seorang anak dan istri, sehingga kadang-kadang dipaksa untuk memiliki anak. Pada abad ke-18 terdapat sebuah undang-undang bernama coverture law (1701) yang menyebutkan bahwa suami berhak atas semua harta pribadi istri. Di samping itu, pernikahan dan properti dalam undang-undang ini menetapkan bahwa perempuan yang sudah menikah tidak memiliki kekuatan hukum yang terpisah dari suaminya, sehingga perempuan hanya dapat menuruti perkataan suaminya.

Dalam hal pernikahan, perempuan sangat bergantung kepada laki-laki. Ketergantungannya ini menyebabkan perempuan mengalami ketertindasan sehingga salah satu akibatnya adalah mereka tidak memiliki hak untuk mendapatkan warisan. Dengan demikian, jalan satu-satunya untuk mereka keluar dari kemiskinan adalah dengan menikahi laki-laki kaya, sebab pada abad ini semua properti diwarisi oleh keturunan laki-laki. Meski pun demikian, perempuan tidak dapat memiliki kekayaan yang diberikan suaminya dan hanya dapat menikmatinya selama dia berstatus sebagai istri laki-laki tersebut. Dengan kata lain, sebuah pernikahan hanya dianggap sebagai pertukaran komersil yang membuat masing-masing pasangan hanya dimanfaatkan untuk mengorbankan cintanya demi sebuah properti.

(23)

14

(24)

15

Pada bab ini, penulis memaparkan objek penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik menganalisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Objek Penelitian

Novel berjudul Sense and Sensibility karya Jane Austen merupakan sumber yang digunakan dalam penelitian ini. Objek pada penelitian ini adalah peranan uang dalam pernikahan yang dialami Elinor dan Marianne pada Novel Sense and Sensibility karya Jane Austen. Penulis memilih novel tersebut sebagai sumber data karena penulis menemukan beberapa faktor yang menyebabkan uang berperan penting dalam pernikahan Elinor dan Marianne. Novel ini akan dianalisis dengan menggunakan teori Marxisme tentang status sosial, property, dan women as property.

Novel ini menceritakan tentang kakak beradik Dashwood yaitu Elinor dan Marianne. Masalah yang diangkat dalam novel ini berfokus pada perbedaan status sosial dan kepemilikan properti terhadap kebahagian kehidupan perempuan.

3.2 Sinopsis

(25)

16

almarhumah istri pertamanya, Henry memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama John Dashwood, sedangkan dari istri keduanya, Henry memiliki tiga orang anak perempuan, yaitu Elinor, Marianne, dan Margareth.

Istri pertama Henry adalah orang kaya, maka John mewarisi kekayaan ibunya, sedangkan istri kedua Henry tidak memiliki apa-apa, sehingga sepeninggal ayahnya Norland Park pun jatuh ke tangan John. Bagi ketiga putri Dashwood, karena ibu mereka tidak memiliki apa-apa, serta hukum umum inggris yang mengatur untuk tidak memberikan hak waris terhadap anak perempuan membuat Mrs Dashwood dan ketiga putrinya terusir dari Norland Park.

Sebelum meninggal Henry telah berpesan kepada John agar berbaik hati membagi sedikit dari kekayaannya kepada ibu tiri dan ketiga saudara tirinya. Namun, karena keserakahan istri John yang bernama Fanny, John tidak memberikan sedikit harta pun untuk mereka.

Atas kebaikan seorang sepupu jauh bernama Sir John Middleton, Mrs Dashwood dan ketiga putrinya tinggal di sebuah pondok kecil di Barton. Dari pondok inilah cerita dimulai, ketika mereka menghadapi kehidupannya sebagai orang miskin dan tanpa uang. Tradisi inggris saat itu mewajibkan perempuan memberikan mas kawin kepada laki-laki. Jadi sudah dapat dibayangkan bagaimana nasib ketiga putri Mrs. Dashwood. Mereka tidak bisa menikah dengan laki-laki yang mereka cintai.

(26)

ibunya Edward sangat selektif dalam memilihkan pasangan untuk anak-anaknya. Dia menginginkan Edward menikah dengan perempuan yang kaya dan mempunyai status sosial.

Berbeda dengan Elinor, Marianne adalah gadis lincah, ceria, dan menarik. Kolonel Brandon adalah seorang pemuda berusia 35 tahun. Brandon sangat kaya raya dan dia sangat mencintai Marianne. Namun, Marianne justru lebih mencintai Willoughby. Willoughby adalah seorang pemuda miskin yang suka menyakiti hati perempuan. Willoughby meninggalkan Marianne untuk menikahi seorang perempuan kaya bernama Miss Grey. Marianne sangat sedih ditinggalkan oleh Willoughby. Daya tarik Willoughby membuat Marianne dibutakan terhadap kenyataan bahwa Kolonel Brandon begitu baik dan selalu setia menunggu balasan cinta dari Marianne.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatif adalah:

“a qualitative research is defined as an inquiry process of understanding a social or human problem, based on building a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting (Cresswell;2002:5)

Metode ini digunakan dalam menganalisa data yang telah terkumpul, karena

metode ini dapat menggambarkan kehidupan sosial yang sesuai dengan topik

(27)

18

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari sumber berupa buku, artikel, internet, maupun catatan selama perkuliahan yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa langkah untuk mengumpulkan data, diantaranya:

1. Membaca Novel

Novel yang dipilih adalah novel karya Jane Austen yang berjudul Sense and Sensibility. Novel tersebut dibaca berulang-ulang dan dipahami secara mendalam, agar dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan dua karakter utama perempuan tidak bisa menikah

2. Mencari Data

Setelah membaca berulang-ulang dan memahami isi novel tersebut, maka dilakukan pencarian data-data yang berhubungan dengan rumusan masalah dan topik yang diangkat.

3. Menglasifikasi Data

Dalam tahap ini, data-data yang telah terkumpul kemudian dipilih berdasarkan klasifikasinya.

4. Menganalisis Data

(28)

3.3.2 Teknik Analisis Data

(29)

20 BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas faktor-faktor yang menyebabkan uang berperan penting dalam pernikahan Elinor dan Marianne dan telah mempengaruhi pernikahan keduanya. Faktor-faktor ini akan diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu status sosial dan properti yang akan menyebabkan women as property. Status sosial dan properti mempengaruhi kehidupan perempuan, sehingga perempuan hanya dianggap sebagai properti yang hanya diam di rumah, tidak bekerja dan mematuhi perkataan suaminya.

4.1 Status Sosial

Dalam proses hubungan sosial secara umum status sosial merupakan sesuatu yang sangat penting tergantung pada dimensi budaya, ekonomi, dan politik yang diatur oleh masyarakat untuk menentukan ukuran status sosialnya. Secara sosiologis, status sosial merupakan satu bentuk pengelompokan orang-orang ke dalam lapisan-lapisan berdasarkan dimensi tersebut. Dengan demikian, status sosial memiliki peran dalam hubungan seseorang dan mempengaruhi kehidupan pribadi seperti dalam pernikahan.

(30)

adalah menikahi laki-laki kaya untuk mendapatkan status sosial dan kebahagiaan. Status sosial merupakan salah satu faktor yang berperan penting kehidupan Elinor dan Marianne. Seperti yang tergambar pada novel Sense and Sensibility. Dalam novel ini, Elinor dan Marianne tidak mempunyai uang untuk menikah, sehingga mereka diharuskan menikahi laki-laki kaya supaya mereka dapat keluar dari kemiskinan.

Elinor dan Marianne adalah kakak beradik Dashwood yang tinggal di Southwest Inggris, tepatnya di Sussex. Mereka tinggal dikawasan elit, tepatnya di Norland Park. Masyarakat di sekitar Norland Park sangat menghormati keluarga Dashwood karena keluarga Dashwood merupakan tuan tanah yang kaya raya. Berikut adalah kondisi Norland Park yang digambarkan pada saat itu:

“The family of Dashwood had long been settled in Sussex. Their estate was large, and their residence was at Norland Park, in the centre of their property, where, for many generations, they had lived in so respectable a manner as to engage the general good opinion of their surrounding acquaintance.”(Austen, 1992: 1)

(31)

22

Henry Dashwood memiliki dua orang istri. Dari almarhum istri pertamanya, Henry memiliki satu orang putra yaitu John Dashwood. Sementara itu dari istri keduanya Henry memiliki tiga orang anak, yaitu Elinor, Marianne, dan Margareth. Istri pertama Henry adalah seorang perempuan kaya, sehingga John sebagai anak tunggal mewarisi kekayaan ibunya dan kekayaan ayahnya. Hal ini menyebabkan Norland Park dan semua harta warisan menjadi milik John. Bagi ketiga saudara tirinya, karena ibu mereka tidak memiliki apa-apa serta hukum umum Inggris yang mengatur untuk tidak memberikan hak waris terhadap anak perempuan, membuat Elinor, Marianne, Margareth, serta ibunya meninggalkan Norland Park.

Kejatuhan Elinor dan Marriane dimulai sejak itu, sehingga mereka harus tinggal di sebuah pondok kecil yang sangat jauh dari Norland Park. Mereka menghadapi kehidupannyatanpa uang. Kemiskinan yang terjadi secara tiba-tiba menyebabkan status sosial mereka seketika berubah menjadi kelas bawah. Hal ini pula yang menyebabkanElinor dan Marriane tidak bisa menikah dengan laki-laki yang mereka cintai. Elinor diam-diam menyukai Edward, adik ipar dari John Dashwood. Dia seorang pribadi yang sederhana, cerdas tapi pendiam. Edward juga menyadari bahwa mereka tidak mungkin bersama karena status sosial yang berbeda.

(32)

Setelah Norland Park jatuh ketangan John, Edward pun ikut tinggal bersama kakaknya, Fanny, di Norland Park. Pada awalnya Edward dan Elinor tinggal bersama-sama di sana, dan membuat mereka saling jatuh cinta. Mrs Ferrars, yang tidak lain adalah ibu dari Fanny dan Edward, tidak menyetujui hubungan mereka karena status sosial Elinor dan Edward berbeda. Mengetahui perbedaan status tersebut, Elinor, Marianne, Margaret, dan Mrs. Dashwood meninggalkan Norland Park dan tinggal di sebuah pondok kecil.

"It is but a cottage," she continued, "but I hopeto see many of my friends in it. A room or two caneasily be added; and if my friends find no difficultyin travelling so far to see me, I am sure I will findnone in accommodating them." (Austen, 1992: 18)

Meskipun mereka tinggal di sebuah pondok kecil, tapi mereka berharap teman-temannya masih bisa mengunjungi mereka di Barton. Mereka juga masih berharap kalau teman-temannya tidak berubah terhadap mereka. Elinor dan Marianne masih menginginkan kondisi dan situasi yang sama ketika di Norland Park. Mereka juga berharap bisa menambahkan dua ruangan lagi untuk teman-temannya ketika mengunjungi mereka di Barton, sehingga teman-teman-temannya bisa dengan leluasa menginap di sana. Mereka dulu dapat bebas bermain dengan teman-temannya ataupun sekedar mengadakan pesta. Akan tetapi hal itu menjadi mustahil untuk dilakukan sebab status sosial mereka telah berubah.

(33)

24

tinggi dan sebagai akibatnya dia sangat selektif dalam memilihkan pasangan untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan Elinor dan Edward. square; and beyond them were the offices and the stairs. Four bed-rooms and two garrets formed the rest of the house. It had not been built many years and was in good repair. In comparison of Norland, it was poor and small indeed!”(Austen, 1992: 20)

Data di atas, menunjukkan perbedaan yang terjadi antara Norland Park dan Barton. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Elinor, Marianne, Margaret, serta ibunya meninggalkan Norland Park dan tinggal disebuah pondok kecil. Pondok itu memiliki sebuah lorong yang sempit yang dipergunakan untuk jalan ke kebun belakang. Meski bangunan ini telah dibangun bertahun-tahun lamanya, tetapi pondok ini masih terlihat lebih baik dan nyaman daripada Elinor dan Marianne harus tinggal di jalanan. Tentunya, kondisi yang mereka jalani sekarang ini berbeda dengan keadaan mereka di Norland Park.Perubahan status sosial yang dialami oleh Elinor dan Marianne berdampak pada kehidupan mereka. Mereka harus hidup serba kekurangan. Mereka pun benar-benar telah kehilangan semua yang pernah mereka miliki termasuk kehilangan uang dan status sosial.

(34)

Mrs. Ferrars terhadap Elinor. Keluarga Mrs. Ferrars benar-benar tidak menyetujui hubungan Elinor dan Marianne. Ketidaksetujuan keluarga Ferrars, terlihat jelas pada kutipan dibawah ini:

“He is very far from being independent. What his mother really is we cannot know; but, from Fanny's occasional mention of her conduct and opinions, we have never been disposed to think her amiable; and I am very much mistaken if Edward is not himself aware that there would be many difficulties in his way, if he were to wish to marry a woman who had not either a great fortune or high rank.”(Austen, 1992: 15)

Data di atas menunjukkan bahwa keluarga Ferrars, menginginkan Edward menikah dengan perempuan yang kaya dan mempunyai status sosial yang tinggi. Fanny dan Mrs. Ferrars tidak mempedulikan kebahagiaan Edward. Keangkuhan Mrs. Ferrars membuktikan bahwa status sosial lebih penting bagi keluarga mereka daripada kebahagiaan anaknya. Mrs. Ferrars mengakui bahwa jika anak-anaknya menikah dengan perempuan yang lebih kaya dan berstatus sosial tinggi, maka anak-anaknya akan hidup bahagia.

(35)

26

pergi karena lebih memilih untuk menikah dengan adiknya Edward, yaitu Robert. Hal ini dikarenakan hak waris keluarga Ferrars akan jatuh ke tangan Robert, anak paling bungsu. Hal ini terjadi ketika pertunangan rahasia Edward dan Lucy diketahui oleh Mrs. Ferrars dan membuat Edward diusir oleh ibunya sendiri. Mrs. Ferrars kecewa kepada Edward sehingga dia memberikan semua warisannya untuk Robert, adik Edward.Edward tidak mematuhi perkataan ibunya untuk menikah dengan perempuan kaya, sehingga dia mewariskan kekayaannya kepada Robert.

Edward tidak menginginkan perbedaan status sosial dalam kehidupannya. Dia berpikir bahwa semua manusia itu sama, tidak ada perbedaan dalam hal apapun. Hal ini membuat ketidaknyamanan terhadap Edward dan terlihat pada pernyataannya“I shall no attempt it. I have no wish to be distinguished about social; and have every reason to hope I never shall. Thank Heaven! I cannot be forced into genius and eloquence.” (Austen, 1992: 68).

(36)

"And you really are not engaged to him!" said she[Mrs. Dashwood] "Yet it certainly soon will happen. But two advantages will proceed from this delay. I shall not lose you so soon, and Edward will have greater opportunity of improving that natural taste for your favourite pursuit which must be so indispensably necessary to your future felicity. Oh! if he should be so far stimulated by your genius as to learn to draw himself, how delightful it would be!"(Austen, 1992: 78)

Data di atas menunjukkan bahwa Mrs. Dashwood juga menginginkan kebahagiaan bagi Elinor dan Marianne. Sebagai seorang ibu, dia menginginkan agar Elinor dan Marianne menikah dengan laki-laki yang lebih mapan. Dia beranggapan bahwa mereka akan terbebas dari kemiskinan dan hidup lebih bahagia ketika telah menikah dengan laki-laki yang status sosialnya tinggi.

Sementara itu, Marianne mengalami kisah percintaan yang berbeda dengan Elinor.Marianne sangat mencintai Willoughby, seorang pemuda tampan yang suka menyakiti hati perempuan. Meski Willoughby sering menyakiti perempuan, Marianne mencintainya karena pertolongannya di waktu lalu.

(37)

28

Willoughby memang berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi kehidupannya lebih cenderung disebut sebagai miskin. Oleh karena itu, dia dapat berbuat apa saja agar kehidupannya menjadi lebih baik. Marianne menganggap dirinya dan Willoughby sama-sama dalam keadaan miskin, sehingga baginya percintaan mereka tidak akan menemui kendala. Akan tetapi, Willoughby meninggalkan Marianne untuk menikah dengan perempuan yang lebih kaya. Hal ini membuat Marianne sangat terpukul dan sedih.

“Marianne would have thought herself very inexcusable had she been able to sleep at all the first night after parting from Willoughby. She would have been ashamed to look her family in the face the next morning, had she not risen from her bed in more need of repose than when she lay down in it.” (Austen, 1992: 62)

Marianne sangat terpukul karena ditinggalkan oleh Willoughby, sehingga membuat dia sakit kepala ketika bangun dari tempat tidur. Dia bahkan tidak mau makan, dan setiap dia akan berbicara tidak ada satu pun kata keluar dari mulutnya selain isak tangis. Dia tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa Willoughby meninggalkannya untuk perempuan yang kaya dan mempunyai status sosial yang tinggi.Marianne sudah benar-benar kehilangan Willoughby. Rasa kehilangan dalam hati Marianne menyebabkan emosinya naik turun. Tak jarang pertengkaran antara Elinor dan Marianne terjadi di dalam pondok kecilnya.

"I am afraid," replied Elinor, "that the pleasantness of an employment does not always evince its propriety.”

(38)

Data di atas merupakan perkataan Marianne tentang kesederhanaan. Terjadi pertengkaran antara Elinor dan Marianne mengenai status sosial yang mereka miliki. Meski keduanya adalah kakak beradik, mereka menunjukkan perbedaan pandangan terhadap masyarakat yang berkelas. Mereka juga membicarakan bahwa mereka harus banyak mengkontrol semua yang akan dilakukan. Marianne tampaknya hanya menginginkan apapun yang dia ingin lakukan tanpa memikirkan konsekuensinya, sedangkan Elinor selalu berpikir tentang konsekuensi dari tindakan apapun yang dia lakukan. Sifat Marianne yang sedikit tempramen tidak terlalu ditanggapi oleh Elinor. Elinor mengerti dengan kondisi Marianne. Dia selalu mendukungMarianne agar tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, status sosial menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam pernikahan dan mempengaruhi kehidupan Elinor dan Marianne. Namun demikian, terdapatfaktor lain yang mempengaruhi kehidupan Elinor dan Marianne, yaitu properti.

4.2 Properti

(39)

30

lebih memilih Robert.Dalam novel ini, properti sangat penting untuk Elinor dan Marianne. Mereka tidak bisa menikah dengan laki-laki yang mereka cintai seperti yang dialami oleh Marianne terhadap Willoughby.

Willoughby lebih memilih menikah dengan perempuan kaya yang bernama MissGrey. Miss Grey adalah seorang Lady kaya raya, seperti yang tergambar dalam pembicaraan antara Mrs. Jenning dan Marianne “have you [Marianne] likewise heard that Miss Grey has fifty thousand pounds? In that, if in anything, we may find an explanation." (Austen, 1992: 148)

Mrs. Jenings mencoba menjelaskan kepada Mrs. Dashwood, Elinor, dan Marianne bahwa Miss Grey mempunyai pendapatan sekitar 50.000 pounds. Properti yang dia miliki sangat banyak, sehingga membuat Willoughby mendekatidia dan ingin menikahinya. Properti yang dimiliki Miss Grey lebih banyak dibandingkan dengan yang dimiliki Kolonel Brandon dan keluarga Ferrars; tentunya kekayaan yang jauh lebih besar daripada Elinor dan Marianne. Hal ini membuat Elinor dan Marianneterlibat dalam obrolan tentang hubungan antara uang dan kebahagiaan.

"Strange if it would!" cried Marianne. "What have wealth or grandeur to do with happiness?"

"Grandeur has but little," said Elinor, "but wealth has much to do with it." "Elinor, for shame!" said Marianne; "money can only give happiness where there is nothing else to give it. Beyond a competence, it can afford no real satisfaction, as far as mere self is concerned." (Austen, 1992: 68)

(40)

bahwa uang memiliki banyak kaitannya dengan kebahagiaanHal ini diungkapkan Elinor ketika dia tidak bisa menikah dengan Edward. Marianne sempat menolak akan pentingnya uang dalam sebuah pernikahan. Menurutnyacinta lebih penting dalam sebuah pernikahan. Namun pemikiran Marianne salah ketika Willoughby meninggalkannya karena uang dan status sosial. Willoughby lebih memilih menikah dengan wanita kaya daripada dengan Marianne. Hingga pada akhirnya, Elinor dan Marianne berpikir bahwa jika mereka memiliki banyak uang, mereka pun pasti akan menemukan kebahagiaan dan dapat menikahi laki-laki yang mereka cintai. Pernyataan Marianne menyebabkan terjadinya perjodohan yang dilakukan oleh Mrs Jenning terhadap Marianne.

Mrs Jenning adalah seorang janda yang sering kali menjodohkan anak-anak muda yang dikenalnya. Mrs Jenning berusaha menjodohkan antara Marianne dan Kolonel Brandon yang umurnya jauh lebih tua dari Marianne. Kolonel Brandon sangat mencintai Marianne sejak awal mereka bertemu, namun Marianne tidak menyukai Kolonel Brandon karena menurutnya perbedaan umur mereka terlalu jauh. Marianne lebih suka kepada Willoughby yang umurnya tidak terlalu jauh dengannya. Dengan demikian, faktor umur—selain properti—pun berpengaruh terhadap pernikahan Marianne. Hal ini terlihat ketika dia tidak menyukai Brandon karena terlalu tua, dan lebih memilih Willougby. Namun, Willoughby lebih mengutamakan properti daripada cinta, sehingga dia rela mengorbankan cintanya kepada Marianne dengan menikahi MissGrey yang jauh lebih kaya daripada Marianne.

(41)

32

her home be uncomfortable, or her fortune small, I can suppose that she might bring herself to submit to the offices of a nurse, for the sake of the provision and security of a wife. In his marrying such a woman therefore there would be nothing unsuitable. It would be a compact of convenience, and the world would be satisfied. In my eyes it would be no marriage at all, but that would be nothing. To me it would seem only a commercial exchange, in which each wished to be benefited at the expense of the other."(Austen, 1992:28)

Data di atas merupakan usaha Mrs. Jenning dalam menjodohkan Marianne. Mrs. Jening yakin bahwa Kolonel Brandon sangat mencintai Marianne. Dia mengambil keputusan bahwa Marianne dan Kolonel Brandon harus segera menikah. Marianne tentu saja menolak keputusan Mrs. Jening, alasan dia menolak adalah umur mereka yang terpaut jauh. Marianne menganggap bahwa Kolonel Brandon sudah diambang kematian. Marianne juga menganggap bahwa Kolonel Brandon lebih tepat menjadi ayahnya dibandingkan menjadi suaminya. Pendapat yang sama juga datang dari Elinor, dia tidak setuju atas perjodohan Marianne dan Brandon. Menurut Elinor, Kolonel Brandon tidak seharusnya menikah dengan gadis yang lebih muda. Elinor menyarankan kalau Kolonel Brandon menikah dengan perempuan yang seusianya, sehingga dapat memberi kenyamanan dalam pernikahannya.

(42)

Kolonel Brandon mempunyai pendapatan sekitar 2000 poundsper tahun dari propertinya, Delaford, sebuah gereja di pedesaan. Selain menjadiseorang perwira tentara, dia juga menjadi seorang pastor di Delaford dan mempunyaipenghasilan sekitar 250 pounds per tahun. Dari pekerjaannya sebagai perwira tentara, dia selalu mendapatkan hadiah uang bahkan dipromosikan untuk naik pangkat sebagai Letnan Kolonel, karena kebijaksanaannya.

Dalam hal ini, meskipun Kolonel Brandon memiliki properti, tetapi Marianne masih belum yakin untuk menikah dengannya. Marianne sebenarnya tidak terlalu memperdulikan properti dalam pernikahannya, tetapi setelah dia mengalami sendiri bahwa dia ditinggalkan oleh Willoughby demi uang, akhirnya Marianne menyadari bahwa dalam sebuah pernikahan itu, properti memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan tentunya untuk kebahagiaan mereka.

Seperti pada pernyataan “On this point Sir John could give more certain intelligence; and he told them that Mr. Willoughby had no property of his own in the country;”(Austen, 1992: 32). Willoughby memang tidak mempunyai properti, sehingga jika dia menikah dengan Marianne, dia tidak akan memperoleh properti sebagai bentuk dari hasil pertukaran komersil dalam sebuah pernikahan.

(43)

34

Seperti pada pernyataan "I should be puzzled to spend a large fortune myself," said Mrs. Dashwood, "if my children were all to be rich without my help." (Austen, 1992: 69) Mrs Dashwood menjelaskan tentang properti. Properti yang dimaksud adalah kekayaan yang dimiliki oleh laki-laki yang akan menikahi anak-anaknya. Dia melihat propertisebagai aset keluarga yang sangat dibutuhkan oleh Elinor dan Marianne. Ketika mereka menikah dengan laki-laki yang kaya, dia tidak bisa membayangkan anak-anaknya akan menghabiskan uang suaminya. Hal ini membuat John, kakak tiri mereka merasa bersalah kepada mereka karena telah mengusir mereka dari Norland Park. Seperti dalam kutipan di bawah ini:

"Not so large, I dare say, as many people suppose. I do not mean to complain, however; it is undoubtedly a comfortable one, and I hope, will in time be better. The inclosure of Norland Common, now carrying on, is a most serious drain. And then I have made a little purchase within this half year -- East Kingham Farm, you must remember the place, where old Gibson used to live. The land was so very desirable for me in every respect, so immediately adjoining my own property, that I felt it my duty to buy it. I could not have answered it to my conscience to let it fall into any other hands. A man must pay for his convenience, and it has cost me a vast deal of money." (Austen, 1992: 168)

(44)

properti sangat dibutuhkan dalam kebahagiaan pernikahan mereka. Status sosial dan properti mengakibatkan perempuan hanya dianggap sebagai properti.

4.3Women as property

Women as property sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II merupakan suatu teori bahwa perempuan hanya dianggap sebagai properti. Perempuan selalu tunduk dan patuh kepada laki-laki, sehingga perempuan hanya diam dirumah, mengurus suami dan melahirkan. Seperti yang terjadi pada Elinor dan Marianne. Mereka memandang sebuah pernikahan itu sangat penting untuk kebahagiaan mereka karena menurut mereka, dengan menikah mereka akan terbebas dari kemiskinan.

"It is a great relief to me -- what Elinor told me this morning -- I have now heard exactly what I wished to hear." For some moments her voice was lost; but, recovering herself, she added, and with greater calmness than before: "I am now perfectly satisfied, I wish for no change. I never could have been happy with him, after knowing, as sooner or later I must have known, all this. I should have had no confidence, no esteem. Nothing could have done it away to my feelings." (Austen: 1992: 270)

Menurut Elinor, pernikahan Marianne pasti melibatkan Marianne itu sendiri, jika Marianne mengikuti keegoisannya dengan menikahi Willoughby, tidak akan ada kasih sayang dalam pernikahan tersebut, karena Marianne tidak mempunyai uang.Elinor juga mengatakan jika Marianne menikah dengan Willoughby, Marianne pasti akan selalu miskin dan tidak akan merubah kehidupan finansial mereka.

(45)

36

adalah yang terbaik. Dia mengatakan bahwa jika hidup dengan seseorang yang tidak dapat dipercaya seperti Willoughby, dia akan mengalami kesengsaraan dalam pernikahannya. Hal ini membuat Marianne sadar akan pentingnya properti dalam kehidupannya.

Berbeda dari Elinor dan Marianne, pandangan lain mengenai .... muncul dari ibunya Edward dan ibunya Elinor.

“Some mothers might have encouraged the intimacy from motives of interest, for Edward Ferrars was the eldest son of a man who had died very rich; and some might have repressed it from motives of prudence, for, except a trifling sum, the whole of his fortune depended on the will of his mother. But Mrs. Dashwood was alike uninfluenced by other consideration. It was enough for her that he appeared to be amiable, that he loved her daughter, and that Elinor returned the partiality.” (Austen, 1992: 11)

Data di atas, menunjukan bahwa pandangan berbeda mengenai pernikahan muncul dari Mrs. Ferrars dan Mrs. Dashwood. Mrs. Ferrars berpendapat bahwa pernikahan itu adalah murni bersifat ekonomi. Pendapat ini diperjelas dengan tidak direstuinya hubungan antara Elinor dan Edward. Ibunya Edward menginginkan Edward menikah dengan orang yang kaya dan status sosialnya tinggi. Mrs. Ferrars berbicara begitu karena menurut dia jika anaknya menikah dengan orang kaya yang status sosialnya tinggi, anaknya tidak akan kekurangan ekonomi dan tidak akan sengsara.

(46)

“Elinor was not inclined, after a little observation, to give him credit for being so genuinely and unaffectedly ill-natured or ill-bred as he wished to appear. His temper might perhaps be a little soured by finding, like many others of his sex, that through some unaccountable bias in favour of beauty, he was the husband of a very silly woman -- but she knew that this kind of blunder was too common for any sensible man to be lastingly hurt by it.” (Austen, 1992: 84)

Pandangan Elinor terhadap sebuah pernikahan tidak seperti kebanyakan orang yang berpikir menikah itu untuk bercerai. Elinor berpendapat bahwa menikah itu untuk hidup. Tentunya hidup yang lebih baik lagi dari sekarang yang serba kekurangan. Elinor mengatakan bahwa pernikahan itu sangat membantu dia keluar dari kemiskinan. Dia akan hidup bahagia ketika menikah. Dalam hal pernikahan, properti sangat dibutuhkan karena akan menjadi penentu dalam kebahagiaan mereka. Elinor dan Marianne sama-sama ingin menikah dengan orang yang akan membahagiakannya. Mereka menginginkan laki-laki yang tidak mengutamakan properti.

(47)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara ringkas simpulan hasil penelitian dan saran yang ditujukan untuk pembaca.

5.1 Simpulan

(48)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di dalam novel Sense and Sensibility, peranan uang dalam pernikahan Elinor dan marianne sangat penting. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pernikahan Elinor dan Marianne. Faktor tersebut adalah status sosial dan properti yang mengakibatkan women as property.

5.2 Saran

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kecermatan siswa dalam menganalisa informasi yang didapat masih kurang dan cenderung menghiraukan informasi tersebut.Ketelitian siswa dalam mengerjakan soal masih

[r]

BAB I : Pendahuluan. Dalam bagian ini penelitian akan menjabarkan tentang latar belakang peneliti mengambil judul tentang kearifan lokal jenis dan motif batik

SLrrat ijin/tugas Praktek Industri ini diberikan untuk dipergunakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.. Setelah selesai agar melaporkan

Jika dibandingkan dengan nilai chi-square tabel dengan (-x=0.05) dengan derajat bebas db=1 yang bernilai 3.84, sehingga keputusannya adalah kita tolak Ho atau

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Guided Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V SD

diharapkan dari penelitian……….. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan pada tingkat sub kelas………….... Penggunaan lahan Kota Bima tahun 2005 ... Penggunaan lahan Kota Bima

Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa kiambang yang difermentasi dengan ketiga jenis kapang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata ( P<0,01) terhadap kandungan