PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
ARGIMORITA LYDIA
112407007
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
ARGIMORITA LYDIA
112407007
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengangguran Terbuka Tahun 2011 Di Provinsi Sumatera Utara.
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Argimorita Lydia
Nomor Induk Mahasiswa : 112407007 Program Studi : D3 Statistika Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2014
Disetujui Oleh:
Program Studi D3 Statistika FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Dr. Faigiziduhu Bu‟ulölö, M.Si Drs. Open Darnius, M.Sc
NIP. 195312181980031003 NIP. 196410141991031004
PERNYATAAN
PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
ARGIMORITA LYDIA 112407007
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2011 Di Provinsi Sumatera Utara.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Open Darnius, M.Sc selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Bapak Dr. Faigiziduhu Bu‟ulölö dan Dr. Suwarno
Ariswoyo, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus. M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan, seluruh staff dan Dosen Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, pengawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayahanda tercinta Ir. Andar S. Gultom, M.Pd, Ibunda tercinta Osmawid Simatupang dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.6 Metode Penelitian 5
1.7 Tinjauan Pustaka 6
1.8 Sistematika Penulisan 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Pengertian Analisis Jalur 9
2.2 Asumsi-asumsi Analisis Jalur 10
2.3 Manfaat Analisis Jalur 10
2.4 Beberapa Istilah dalam Analisis Jalur 11
2.5 Model Analisis Jalur 12
2.6 Model Persamaan Struktural 17
2.7 Koefisien Jalur 18
2.7.1 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap
Variabel Endogen 21
2.7.2 Pengujian Koefisen Jalur 22
2.8 Pengangguran 25
2.8.1 Pengangguran 33
BAB 3. GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 30
3.1 Lokasi dan Keadaan Geografis 30
3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis 30
3.1.2 Iklim 32
3.2 Penduduk Sumatera Utara 32
3.2.1 Jumlah Penduduk 32
3.2.2 Suku dan Agama 33
BAB 4 PENGOLAHAN DATA 36
4.1 Penyajian Data 36
4.2 Pengolahan Data 39
4.2.2 Merumuskan Hipotesis 40
4.2.3 Menggambarkan Model Jalur 40
4.2.4 Merumuskan Persamaan Struktural 42 4.2.5 Menentukan Matriks Korelasi Antar Variabel 43
4.2.6 Menghitung Koefisien Jalur 45
4.2.7 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap
Variabel Endogen 53
4.2.8 Pengujian Koefisien Jalur 62
BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 69
5.1 Pengertian Implementasi Sistem 69
5.2 Sekilas Tentang Program SPSS Versi 18 69
5.3 Pengolahan Data dengan SPSS 70
5.3.1 Mengaktifkan SPSS 70
5.3.2 Mengoperasikan SPSS 71
5.3.3 Pengisian dan Pengolahan Data 72
5.4 Pengolahan Data dengan R 74
5.4.1 Mengaktifkan R 74
5.4.2 Pengisian dan Pengolahan Data 76
BAB 6 PENUTUP 79
6.1 Kesimpulan 79
6.2 Saran 80
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel
Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara 31 Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota
Atas Dasar Harga Konstanta 2000 (persen) Tahun 2011 36 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 37 Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut
Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 37 Tabel 4.4 Rata-rata Lama Sekolah, Konsumsi Perkapita, Jumlah
Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks
Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 38 Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke
Atas Menurut Kabupaten/Kota 39
Tabel 4.6 Tabel Korelasi Antar Variabel 44
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar
Gambar 2.1 Model Regresi Linear 13
Gambar 2.2 Model Mediasi 13
Gambar 2.3 Model Kombinasi 14
Gambar 2.4 Model Kompleks 14
Gambar 2.5 Model Rekursif dan Non Rekursif 15
Gambar 2.6 Model Persamaan Satu Jalur 16
Gambar 2.7 Model Persamaan Dua Jalur 16
Gambar 2.8 Model Persamaan Tiga Jalur 17
Gambar 2.9 Diagram Jalur 17
Gambar 2.10 Hubungan Kausal dari 18
Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan
Paradigma Variabel 41
Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural 42
Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1 45
Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2 47
Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3 50
Gambar 4.6 Besar Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap
Endogen 53
Gambar 5.1 Tampilan Mengaktifkan SPSS 17.0 71
Gambar 5.2 Tampilan Worksheet SPSS 17.0 for Windows 71 Gambar 5.3 Tampilan Pengisian Dara Variabel Pada Variabel View 73 Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data Pada Variabel pada Data View 73 Gambar 5.5 Tampilan pada Jendela Bivariate Correlations 74
Gambar 5.6 Tampilan Mengaktifkan R-2.15.2 75
Gambar 5.7 Tampilan Worksheet R-2.15.2 for Windows 75 Gambar 5.8 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 76 Gambar 5.9 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 77 Gambar 5.10 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 78
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dalam pengelompokkan
negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakatnya, dimana salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh negara–negara berkembang termasuk indonesia adalah masalah pengangguran.
Penggangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi
mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk dipahami. Apabila pengangguran
tersebut tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan kerawanan sosial, dan
berpotensi mengakibatkan kemiskinan (Badan Pusat Statistik, 2007).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi, menimbulkan kesulitan pada Negara-
Negara berkembang untuk mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar sekali
dapat menimbulkan beberapa beberapa masalah baru dan salah satu masalah
tersebut adalah masalah pengangguran. Sedangkan pertambahan penduduk yang
semakin pesat dan semakin besar jumlahnya menyebabkan masalah pengangguran
menjadi bertambah buruk (Sadono Sukirno, 1985).
Pengangguran merupakan isu penting dalam pembangunan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara dan beberapa indikator ekonomi yang dapat
mempengaruhi besarnya tingkat pengangguran diantaranya adalah tingkat
penduduk dan tingkat kesempatan kerja. Dengan semakin tinggi tingkat inflasi
dan tingkat pertumbuhan penduduk maka akan berpengaruh dengan tingkat
pengangguran yang semakin tinggi. Sedangkan semakin tinggi tingkat upah dan
tingkat kesempatan kerja akan berpengaruh pada tingkat pengangguran yang
rendah.
Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan
pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya
kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak
perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik antara desa-desa maupun secara sektoral.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa
terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah/ pendapatan
yang besar antara daerah untuk datang dan mencari pekerjaan dikota.
Ada kecendrungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang
membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan
semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja),
bahan baku dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).
Kesempatan kerja timbul karena adanya investasi dan usaha. Untuk
memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi,
laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang
diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja.
Strategi pembangunan dan sasaran tujuan nasional harus benar -benar
memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja.
dahulu diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan
keterampilan yang memadai agar dalam pembangunan tersebut peningkatan
GDP (Gross Domestic Product) juga diikuti dengan peningkatan
produktivitas kerja.
Angkatan kerja yang telah bekerja tersebar di sektor-sektor ekonomi yang
ada dan sebagian besar berada disekitar industri, perdagangan dan keuangan.
Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan investasi akan
meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan upah akan menunrunkan
pengangguran.
Secara teoritis permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat
upah. Ditinjau dari faktor upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam
hal pengupahan adalah adanya perbedaan pengertian dan kepentingan
mengenai upah antara pengusaha dan pekerja. Sehingga hal ini diperlukan
kebijakan pemerintah untuk mengatasi perbedaan kepentingan tersebut.
Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya beli
masyarakateningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan
permintaan akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara
makro mendorong perusahaan untuk berkembang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul PENERAPAN
ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan suatu
masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Beberapa besar pengaruh laju
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks
pembangunan manusia, tingkat pertumbuhan PDRB, jumlah penduduk melek
huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan
hidup dapat mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera
Utara.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan ini dibatasi faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran terbuka pada 9 faktor saja yang dianggap penting seperti
dirumuskan dalam rumusan masalah yang datanya diambil dari BPS (Badan Pusat
Statistik) Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh
masing-masing faktor yakni laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk,
rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, tingkat pertumbuhan PDRB,
jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi angkatan
kerja dan angka harapan hidup, serta pengaruh total (simultan) terhadap tingkat
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan/input bagi pemerintah pada kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai rencana
peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
2. Menambah pengalaman penulis dalam menerapkan dan mengembangkan
konsep ilmiah (ilmu pengetahuan) yang diperoleh dari perkuliahan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diteliti.
1.6 Metode Penelitian
1. Jenis data dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur secara langsung atau
dinilai dengan angka yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara.
2. Teknik Pengumpulan data
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan
kepustakaan berupa jurnal, buku-buku, dan laporan-laporan penelitian yang
ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data tertulis (mengutip atau
3. Metode Pengolahan Data
Adapun metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen.
b. Merumuskan hipotesis.
c. Menggambarkan diagram jalur lengkap.
d. Merumuskan persamaan struktural.
e. Menghitung koefisien jalur.
f. Menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari
variabel eksogen terhadap variabel endogen.
g. Menguji koefisien jalur dan melakukan proses trimming apabila model
jalurnya tidak signifikan.
Membuat kesimpulan.
1.7 Tinjauan Pustaka
Metode analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab
akibat yang terjadi pada regresi linier berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung (terikat) tidak hanya secara langsung, tetapi
juga secara tidak langsung (Robert D Rutherford,1993).
Metode analisis data ini biasanya menggunakan model jalur. Model jalur
adalah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas (X), variabel
perantara, dan variabel terikat (Y). Pola hubungan ditunjukkan dengan
menggunakan anak panah yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara
akan diperoleh persamaan struktural. Secara umum rumus persamaan jalur dapat
dituliskan sebagai berikut:
di mana:
Y = variabel terikat
= koefisien jalur ke-i,
Xi = variabel bebas ke-i,
Untuk menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah:
1. Besarnya Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE) variabel bebas
terhadap variabel terikat .
DE = ( )2 ,
2. Besarnya Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) variabel
bebas terhadap variabel terikat melalui hubungan korelasi dari
variabel .
IE = ( ) ( ) ( ),
3. Besarnya Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) variabel
terhadap variabel terikat melalui variabel bebas .
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang diuraikan oleh penulis antara lain:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang segala sesuatu yang mencangkup tentang
penyelesaian masalah sesuai dengan judul yang dibuat secara teoritis.
BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA
Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat Privinsi Sumatera Utara, letak
dan keadaan geografis serta profil penduduk Provinsi Sumatera Utara .
BAB 4 PENGOLAHAN DATA
Bab ini menguraikan tentang analisis dan pengolahan data yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi hingga diperoleh suatu kesimpulan.
BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini menguraikan tentang penggunaan program R-2.15.2 dan SPSS 17.0
dalam mengolah data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti serta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Jalur
Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an
oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya sebuah
teknik yang merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Teknik ini juga dikenal sebagai model
sebab-akibat (causing modeling). Definisi analisis jalur, di antaranya: “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi
pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantungnya tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung”
(Robert D. Rutherford, 1993). Definisi lain mengatakan “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk
memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi
(significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel” (Paul Webley, 1997).
Model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen). Model analisis jalur yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab
akibat. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian dalam kerangka analisis jalur
hanya berkisar pada variabel bebas (X1, X2, …, Xk) berpengaruh terhadap variabel
kausal total maupun simultan seperangkat variabel bebas (X1, X2, …, Xk) terhadap
variabel terikat Y.
2.2 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum melakukan analisis, ada beberapa prinsip dasar atau asumsi yang
mendasari analisis jalur, yaitu:
1. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier,
adaptif, dan bersifat normal.
2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang
berbalik.
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio.
4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
5. Variabel observasi diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.
6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar
berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori
yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.
2.3 Manfaat Analisis Jalur
Manfaat model analisis jalur di antaranya adalah:
1. Untuk penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang
2. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan
prediksi dengan analisis jalur ini bersifat kualitatif.
3. Faktor dominan terhadap variabel terikat (Y) dapat digunakan untuk
menelusuri mekanisme pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y).
4. Pengujian model mengggunakan teori trimming baik untuk uji reliabilitas
konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.
2.4 Beberapa Istilah dalam Analisis Jalur
Model jalur adalah ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel
bebas, perantara dan terikat. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan
anak panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan
sebab-akibat antara variabel-variabel bebas (exogenous) atau perantara dengan satu
variabel dengan variabel terikat atau lebih. Anak panah juga menghubungkan
kesalahan (variable residue) dengan semua variabel terikat (endogenous)
masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan
variabel-variabel exogeneus.
Variabel exogenous dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak
ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak
panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika
antara variabel exogenous dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan
dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel-variabel
tersebut.
Variabel endogenous ialah variabel yang mempunyai anak-anak panah
menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk di dalamnya ialah
mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut
dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya mempunyai
anak panah yang menuju ke arahnya.
Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut „beta‟ yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel
terikat dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model
mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab, maka koefisien-koefisien
jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur besarnya
pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu
yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang
sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan.
Jenis pengaruh dalam analisis jalur yaitu Direct Effect (DE) dan Indirect
Effect (IE). Direct Effect (DE) adalah pengaruh langsung yang dapat dilihat dari
koefisien dari satu variabel ke variabel lainnya, dan Indirect Effect (IE) adalah
urutan jalur melalui satu atau lebih variabel perantara.
2.5 Model Analisis Jalur
Sebelum menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi,
diagram jalur terlebih dahulu dibuatkan dengan lengkap. Adapun model diagram
jalur dan persamaan struktural yang paling sederhana sampai dengan yang lebih
rumit di antaranya:
1. Model Regresi Berganda
Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua
Model digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Regresi Berganda
2. Model Mediasi
Model mediasi atau perantara di mana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel
X terhadap variabel Z. Model digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Model Mediasi
3. Model Kombinasi
Model ini merupakan kombinasi model regresi berganda dan model mediasi,
yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak
langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. X1
Y
X2
X
Y
Model digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Model Kombinasi
4. Model Kompleks
Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara
langsung mempengaruhi variabel Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak
langsung mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel
Y1. Model digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Model Kompleks X
Z
Y
X2
X1
5. Model Rekursif dan Model Non Rekursif
�41 e3
�21 �31
r21 �43
�32 �42
e1 e2
e1
Gambar 2.5 Model Rekursif dan Non Rekursif
Dari sisi pandang arah sebab-akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan
non rekursif. Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
- Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3, dan 4; dari 2 ke 3 dan
dari 3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1.
- Hanya terdapat satu variabel exogenous, yaitu 1 dan tiga variabel
endogenous, yaitu 2, 3, dan 4. Masing-masing variabel endogenous
diterangkan oleh variabel 1 dan error (e1, e2, e3).
- Satu variabel endogenous dapat menjadi penyebab variabel endogenous
lainnya, tetapi bukan ke variabel exogenous.
Model non rekursif terjadi jika anak panah tidak searah atau terjadi arah yang
terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat
sebab-akibat (reciprocal cause). Ada tiga tipe model dalam model rekursif dan non
rekursif, yaitu: 1
4 3
a). Model persamaan satu jalur
Gambar 2.6 Model Persamaan Satu Jalur
b). Model persamaan dua jalur
Gambar 2.7 Model Persamaan Dua Jalur X1
Y X2
X3
X1
Y2
X4
X2
c). Model persamaan tiga jalur
Gambar 2.8 Model Persamaan Tiga Jalur
2.6 Model Persamaan Struktural
Persamaan struktural atau juga disebut model struktural yaitu apabila setiap
variabel endogen (endogenous) secara unik keadaannya ditentukan oleh
seperangkat variabel eksogen (exogenous). Selanjutnya gambar meragakan
struktur hubungan kausal antar variabel disebut diagram jalur. Jadi, persamaan ini
Y=F(X1; X2; X3) dan Z=F(X1; X3;Y) merupakan persamaan struktural karena
setiap persamaan menjelaskan hubungan kausal yaitu variabel eksogen X1, X2,
dan X3 terhadap variabel endogen Y dan Z. Diagram jalur untuk model struktural
sebagai berikut:
ɛ1
ɛ2
Gambar 2.9 Diagram Jalur X1
Y X3
X4
X2
X1
Y X2
Z
Persamaan model struktural untuk diagram jalur, yaitu:
Jadi, secara sistematik analisis jalur mengikuti pola model struktural, sehingga
langkah awal untuk mengerjakan atau penerapan model analisis jalur yaitu dengan
merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur yang berdasarkan kajian teori
tertentu yang telah diuraikan.
2.7 Koefisien Jalur
Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel
endogen tertentu, dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur (path
coefficient) dari eksogen ke endogen.
ɛ
Gambar 2.10 Hubungan Kausal dari X1, X2, X3
Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas
keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi
r
X1X2.Hubungan X1 dan X2, ke X3 adalah hubungan kausal. Besarnya nilai numerik
koefisien jalur dan . Koefisien jalur menggambarkan besarnya
pengaruh langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap X3.
Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah: X1
X3
1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik
yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Dengan demikian
tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel eksogen dan variabel
endogennya.
2. Menghitung matriks korelasi antar variabel.
X1 X2 Xk
[
]
Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan
Product Moment Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik
koefisien korelasi dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang
hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Formulanya:
n j n j j j n j n j j j n j n j j j n j j j Y x Y X n X X n Y X Y X n r j j 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 di mana:koefisien korelasi variabel dan variabel
1,2,…,n
3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien
jalurnya. Misalkan dalam substruktur yang telah diidentifikasi terdapat k buah
variabel eksogen, dan sebuah variabel endogen Xu yang dinyatakan oleh
persamaan:
di mana:
= Variabel eksogenus ,
= Variabel endogenus
= error
dan untuk menghitung koefisien residunya ( ) dihitung dengan rumus:
√ ( )
di mana:
= Variabel eksogenus
= Variabel endogenus
= error
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyusun
sub-struktur tersebut:
X1 X2 Xk
[
4. Menghitung matriks invers korelasi eksogen, dengan rumus berikut:
X1 X Xk
[
]
5. Menghitung semua koefisien jalur , di mana melalui
rumus:
[
]
[
]
[
]
2.7.1 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogen dari dua atau lebih variabel
eksogen, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh
secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa
pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.
Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) secara
parsial (berdasarkan Gambar 2.10), dapat dilakukan dengan rumus:
1. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect atau DE) variabel bebas
terhadap variabel terikat .
DE=
(
)
2,
2. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect atau IE) variabel bebas
variable
.
,
3. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel terikat
.
Pengaruh Total = DE + IE
Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogen terhadap
variabel endogen dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(
) [
]
di mana:
1. adalah koefisien determinasi total terhadap atau
besarnya pengaruh variabel eksogen secara bersama-sama (gabungan) terhadap
variabel endogen.
2.
(
)
adalah koefisien jalur.3.
(
)
adalah koefisien variabel eksogendengan variabel endogen .
2.7.2 Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah
dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta menguji
perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel
1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
H0 :
= 0,
artinya tidak terdapat pengaruh variabel endogen ( )terhadap variabel endogen ( ).
H1 :
≠ 0,
artinya tidak terdapat pengaruh variabel endogen ( ) terhadapvariabel endogen ( ).
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu:
a. Untuk menguji setiap koefisien jalur:
√ ( )
di mana:
Banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji.
Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas
Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai
t
hitung lebih besar dari nilait
tabel.( )
b. Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan/bersama-sama:
di mana:
Banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji.
Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas k dan
.
Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel.
(
)
.2.8 Pengangguran
Sumber daya manusia mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya
manusia mengandung pengertian usaha kerja yang diberikan dalam proses
produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang
diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa.
Pengertian kedua dari sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu
melaksanakan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu dapat
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Payaman
Simanjutak, 1985).
Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources merupakan
penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi, maka
tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi.
Menurut Payaman J. Simanjutak ( 1985), penganggur adalah orang yang tidak
bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah
pengangguran dengan jumlah angkaran kerja dan dinyatakan dalam persen.
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis
yaitu:
a. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena
kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan
lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk
sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan
seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi.
b. Pengangguran structural
Pengangguran struktural terjadi karena ada problema dalam
struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang
demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja
yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu
menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut.
c. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar
musim panen da turun ke sawah, banyak orang yang tidak
mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu
musim yang baru. Selama masa mengunggu tersebut mereka
digolongkan sebagai penganggur musiman, namun dalam sensus
hal ini tidak jelas terlihat karena mereka menurut definisi
digolongkan bekerja.
Menurut Irawan dan Suparmoko (1983), di Negara yang sedang
berkembang, pengangguran dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Pengangguran yang kelihatan ( Visible underemployment )
Pengangguran yang kelihatan akan timbul apabila jumlah waktu kerja
yang sungguh- sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja
yang sanggup / disediakan untuk bekerja.
b. Pengangguran tak kentara ( invisible underemployment )
Pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah
menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan
dapat ditarik (setelah ada perubahan – perubahan sederhana dalam organisasi atau metode produksi tetapi tanpa suatu tambahan yang
besar) ke sektor/perusahaan lain tanpa mengurangi output.
c. Pengangguran potensial ( Potential underemployment)
Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada disguised
unemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat
ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi ouput; hanya harus
dibarengi dengan perubahan – perubahan fundamental dalam metode – metode produksi yang memerlukan pembentukan capital yang berarti.
Menurut BPS, Pengangguran terbuka terdiri atas:
1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan
2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha
4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan
kerja. Pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep
seluruh angkatankerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan
pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang
digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang
masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan
jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja
kurang dari 35 jam dalam seminggu). Namun masih mau menerima pekerjaan,
serta mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan itu.
Pekerja digolongkan setengah pengangguran parah (severely underemployment)
bila ia termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam
seminggu.
Menururt Kaufman dan Hotckiss (1999:657-668) penganguran akan
muncul dalam suatu perekonomian disebabkan oleh tiga hal; proses mencari kerja,
kelakuan upah dan efisiensi terhadap upah.
1. Proses mencari kerja
Pada proses ini disediakan penjelasan teoritis yang penting bagi
tingkat pengangguran. Munculnya angkatan kerja baru akan
menimbulkan persaingan yang ketat pada proses mencari kerja.
Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu
disebabkan adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain,
lapangan pekerjaan yang tersedia, serta informasi yang tidak
sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima, dan
sebagainya.
2. Kelakuan upah
Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat
upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada
proses produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan pergeseran
atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya akan terjadi
penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kelakuan
upah, dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan
pada tingkat upah semula. Hal itu akan menimbulkan kelebihan
penawaran (excess supply) pada tenaga kerja sebagai indikasi dari
adanya tingkat pengangguran akibat kelakuan upah yang terjadi.
3. Efisiensi upah
Besarnya upah juga dipengaruhi oleh efisiensi pada teori pengupahan.
Efisiensi yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut terjadi karena
semakin tinggi perusahaan membayar upah maka akan semakin keras
usaha pata pekerja untuk bekerja (walaupun akan muncul juga kondisi
dimana terjadi diminishing rate). Hal ini justru akan memberikan
konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih
pada tenaga kerja yang memiliki efisiensi lebih tinggi maka justru
akan terjadi pengangguran terpaksa akibat dari persaingan yang ketat
BAB 3
GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA
3.1 Geografi Sumatera Utara
3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10– 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, sebelah timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah
selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan disebelah barat
berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara
adalah 71.680,68 Km2, Sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan
sebagian kecil berada di provinsi pulau Nias, pulau-pulau Batu, serta beberapa
pulau kecil, baik dibagian Barat maupun dibagian Timur pantai pulau Sumatera.
Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah
terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km2, atau
sekitar 9,23% dari total luas Sumatera Utara, diiuti kabupaten Langkat dengan
luas 6263,29 Km2 atau 8,74% dari total luas Sumatera Utara, kemudian kabupaten
Simalungun dengan luas 4.386,60 Km2 atau sekitar 6,12% dari total luas Sumatera
Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 Km2
Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Adapun
[image:39.595.119.506.153.442.2]kabupaten/kota yang ada di rovinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara
Wilayah Kabupaten Wilayah Kota
Nias Nias Selatan Sibolga
Mandailing Natal Humbang Hasundutan Tanjung Balai
Tapanuli Selatan Pakpak Bharat Pematang Siantar
Tapanuli Tengah Samosir Tebing Tinggi
Tapanuli Utara Serdang Bedagai Medan
Toba Samosir Batu Bara Binjai
Labuhan Batu Padang Lawas Utara Padang Sidimpuan
Asahan Padang Lawas Gunung Sitoli
Simalungun Labuhan Batu Selatan
Dairi Labuhan Batu Utara
Karo Nias Utara
Deli serdang Nias Selatan
Langkat
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam
3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Daratan Tinggi, dan Pantai
Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,
Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Pdang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli
Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan
Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara,
Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten dairi, Kabupaten
karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten
Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten
Deli Serdang, Kabupaten Lngkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung
Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.
3.1.2 Iklim
Karena terletak dekat garis khatulistiwa provinsi Sumatera Utara tergolong
kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas
permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,40C, sebagian daerahnya
berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi
berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimal bisa mencapai 23,70C.
Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara
mempunyai musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi
pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi
pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim
tersebut diselingi oleh musim pancaroba.
3.2Penduduk Sumatera Utara
3.2.1 Jumlah Penduduk
Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah
penduduknyadi Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk
Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26
juta jiwa, dan hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta
jiwa. Pada bulan April 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan
penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada
bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan
penduduk Sumatera Utara tahun1990 adalah 143 jiwa per Km2 dan tahun 2000
meningkat menjadi 161 jiwa per Km2. Laju pertumbuhan penduduk selama kurun
waktu 1990-2000 adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi
1,22% per tahun.
Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.215.401 jiwa.
Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar
6.544.299 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.671.102 jiwa. Dengan
demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,52.
Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah
pedesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang
tinggal di pedesaan adalah 6,67 juta jiwa (50,48%) dan yang tinggal di daerah
perkotaan sebesar 6,54 juta jiwa (49,52%).
3.2.2 Suku dan Agama
Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu
sebagai penduduk asli provinsi ini. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera
Utara adalah sebagai berikut:
1. Melayu :Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan
Kabupaten Langkat
2. Batak Karo :Kabupaten Karo, Deli Serdang, Langkat, dan
3. Batak Toba :Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Samosir, dan
Kabupaten Toba Samosir
4. Batak Mandailing :Kabupaten Mandailing Natal.
5. Batak Angkola :Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas
6. Batak Simalungun :Kabupaten Simalungun
7. Batak Pakpak :Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat
8. Nias :Pulau Nias
9. Minangkabau :Kota Medan, Kabupaten Batu Bara, dan Pesisir
Barat
10.Aceh :Kota Medan
11.Jawa :Pesisir Timur
12.Tionghoa :Perkotaan pesisir Timur dan Barat
Sebagai provinsi yang multietnis maka pendududk provinsi Sumatera
Utara juga menganut agama ataupun kepercayaan yang beragam. Agama utama di
provinsi Sumatera Utara adalah:
1. Islam, terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,
Jawa, Aceh, Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun
dan Pakpak.
2. Kristen (Protestan dan Katolik), terutama dipeluk oleh suku Batak
Karo, Batak Toba, Pakpak, Mandailing, dan Nias.
3. Hindu, terutama dipeluk oleh suku Tamil diperkotaan.
4. Buddha, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan.
6. Parmalim, dipeluk oleh sebagian oleh suku Batak di Huta Tinggi.
7. Animisme, masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
4.1 Penyajian Data
Data yang akan diolah dalam tugas akhir ini adalah data yang dikumpulkan
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, yaitu data mengenai
tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 per
Kabupaten/Kota (persen).
Adapun data laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama
sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto
perkapita, jumlah penduduk yang melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat
partisipasi agkatan kerja dan angka hatapan hidup dapat dilihat pada tabel
[image:44.595.122.507.459.718.2]berikut:
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Tahun 2011
j Kabupaten/Kota 2011 J Kabupaten/Kota 2011
Kabupaten Kabupaten
1 Nias 6,81 18 Serdang Bedagai 5,98
2 Mandailing Natal 6,43 19 Batu Bara 5,11
3 Tapanuli Selatan 5,26 20 Padang Lawas Utara 6,81
4 Tapanuli Tengah 6,27 21 Padang Lawas 6,39
5 Tapanuli Utara 5,54 22 Labuhan Batu Selatan 6,13
6 Toba Samosir 5,26 23 Labuhan Batu Utara 6,21
7 Labuhan Batu 5,72 24 Nias Utara 6,88
8 Asahan 5,37 25 Nias Barat 6,76
9 Simalungun 5,81 Kota
10 Dairi 5,28 26 Sibolga 5,06
11 Karo 6,59 27 Tanjungbalai 5,11
12 Deli Serdang 6,01 28 Pematangsiantar 6,02
13 Langkat 5,78 29 Tebing Tinggi 6,67
14 Nias Selatan 4,46 30 Medan 7,69
15 Humbang Hasundutan 5,94 31 Binjai 6,28
16 Pakpak Bharat 5,98 32 Padangsidimpuan 5,99
17 Samosir 5,96 33 Gunung Sitoli 6,55
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
j Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
j Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kabupaten Kabupaten
1 Nias 132 605 18 Serdang Bedagai 599 941
2 Mandailing Natal 408 731 19 Batu Bara 379 400
3 Tapanuli Selatan 266 282 20 Padang Lawas Utara 225 621
4 Tapanuli Tengah 314 142 21 Padang Lawas 227 365
5 Tapanuli Utara 281 868 22 Labuhan Batu Selatan 280 269
6 Toba Samosir 174 748 23 Labuhan Batu Utara 333 793
7 Labuhan Batu 418 992 24 Nias Utara 128 343
8 Asahan 674 521 25 Nias Barat 82 572
9 Simalungun 825 366 Kota
10 Dairi 272 578 26 Sibolga 85 271
11 Karo 354 242 27 Tanjungbalai 155 889
12 Deli Serdang 1 807 173 28 Pematangsiantar 236 893
13 Langkat 976 582 29 Tebing Tinggi 146 606
14 Nias Selatan 292 417 30 Medan 2 117 224
15 Humbang
Hasundutan 173 255
31 Binjai
248 456
16 Pakpak Bharat 40 884 32 Padangsidimpuan 193 322
17 Samosir 120 772 33 Gunung Sitoli 127 382
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun 2011
j Kabupaten/Kota Rupiah j Kabupaten/Kota Rupiah
Kabupaten Kabupaten
1 Nias 4 114 201 18 Serdang Bedagai 8 039 104
2 Mandailing Natal 5 290 955 19 Batu Bara 20 485 243
3 Tapanuli Selatan 7 086 187 20 Padang Lawas Utara 3 710 435
4 Tapanuli Tengah 4 169 588 21 Padang Lawas 3 510 898
5 Tapanuli Utara 6 044 495 22 Labuhan Batu Selatan 10 737 944
6 Toba Samosir 10 612 552 23 Labuhan Batu Utara 10 065 377
7 Labuhan Batu 8 229 894 24 Nias Utara 4 078 894
8 Asahan 8 420 068 25 Nias Barat 3 285 312
9 Simalungun 7 141 787 Kota
10 Dairi 7 920 146 26 Sibolga 9 117 743
11 Karo 10 131 858 27 Tanjungbalai 9 419 060
12 Deli Serdang 8 515 516 28 Pematangsiantar 9 124 757
13 Langkat 7 810 450 29 Tebing Tinggi 8 481 007
14 Nias Selatan 4 339 593 30 Medan 18 220 195
15 Humbang
Hasundutan
6 154 848 31 Binjai 8 644 670
16 Pakpak Bharat 4 274 131 32 Padangsidimpuan 5 132 000
17 Samosir 9 287 062 33 Gunung Sitoli 7 254 260
[image:45.595.110.507.443.708.2]Tabel 4.4 Rata-rata lama sekolah, Konsumsi perkapita, Jumlah Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011
j Kabupaten/Kota
Rata-rata lama sekolah Konsumsi Perkapita Melek Huruf Angka Harapan Hidup IPM Kabupaten
1 Nias 8,86 610,30 90,44 69,77 69,03
2 Mandailing Natal 6,45 639,92 99,33 63,70 71,00
3 Tapanuli Selatan 7,92 646,21 99,83 67,34 74,39
4 Tapanuli Tengah 8,95 622,02 95,78 68,26 71,54
5 Tapanuli Utara 8,15 635,19 98,60 70,02 74,77
6 Toba Samosir 8,97 649,31 98,35 70,02 76,88
7 Labuhan Batu 9,89 638,21 97,96 70,75 74,53
8 Asahan 8,53 633,82 97,01 70,02 73,02
9 Simalungun 7,90 635,71 97,50 69,13 73,84
10 Dairi 8,70 630,60 98,16 69,08 73,48
11 Karo 8,91 628,55 98,72 68,59 75,73
12 Deli Serdang 9,22 635,17 98,53 72,29 75,62
13 Langkat 9,50 631,93 96,96 70,88 73,51
14 Nias Selatan 8,78 604,98 85,20 69,12 67,70
15 Humbang
Hasundutan
6,33 616,75 98,21 70,36 72,36
16 Pakpak Bharat 9,31 617,58 96,52 67,96 71,15
17 Samosir 8,20 625,88 97,47 67,81 74,12
18 Serdang Bedagai 9,54 631,93 97,80 69,84 73,58
19 Batu Bara 8,65 632,09 95,27 68,08 72,05
20 Padang Lawas
Utara
7,61 636,33 99,53 68,71 73,11
21 Padang Lawas 8,89 628,99 99,66 66,62 72,47
22 Labuhan Batu
Selatan
8,40 631,66 98,93 67,09 74,12
23 Labuhan Batu
Utara
8,21 633,10 98,53 70,23 73,85
24 Nias Utara 8,01 608,33 89,19 69,97 68,05
25 Nias Barat 6,10 611,71 84,30 69,24 67,05
26 Kota
Sibolga 9,72 632,51 99,29 70,29 75,42
27 Tanjung balai 8,89 627,56 98,99 70,76 74,61
28 Pematang siantar 10,89 637,56 99,47 72,29 77,82
29 Tebing Tinggi 9,90 642,57 98,73 71,47 76,86
30 Medan 10,84 638,19 99,36 72,06 77,68
31 Binjai 9,99 636,38 99,19 71,89 76,78
32 Padangsidimpuan 10,19 632,41 99,70 69,72 75,53
33 Gunung Sitoli 8,72 615,15 96,75 70,29 72,33
Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Kabupaten/Kota
j Kabupaten/Kota TPAK TPT J Kabupaten/Kota TPAK TPT
Kabupaten Kabupaten
1 Nias 76.51 4.69 18 Serdang Bedagai 73.69 4.89
2 Mandailing Natal 73.79 4.52 19 Batu Bara 74.09 4.97
3 Tapanuli Selatan 75.57 4.18 20 Padang Lawas
Utara 76.16 4.61
4 Tapanuli Tengah 74.03 5.22 21 Padang Lawas 74.87 6.95
5 Tapanuli Utara 74.80 3.85 22 Labuhan Batu
Selatan 76.15 3.92
6 Toba Samosir 74.51 2.35 23 Labuhan Batu
Utara 75.04 4.93
7 Labuhan Batu 73.55 5.88 24 Nias Utara 74.35 4.75
8 Asahan 73.22 6.14 25 Nias Barat 74.91 3.83
9 Simalungun 73.84 4.62 26 Kota
10 Dairi 76.09 2.60 Sibolga 68.76 9.82
11 Karo 75.75 4.46 27 Tanjung balai 68.17 10.88
12 Deli Serdang 70.24 7.69 28 Pematang siantar 65.79 9.50
13 Langkat 74.26 5.78 29 Tebing Tinggi 67.31 8.36
14 Nias Selatan 75.19 5.23 30 Medan 67.11 9.97
15 Humbang
Hasundutan 75.23 3.56 31 Binjai 67.85 8.73
16 Pakpak Bharat 83.03 3.92 32 Padang sidimpuan 69.45 8.81
17 Samosir 75.01 2.26 33 Gunung Sitoli 72.78 6.09
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
4.2 Pengolahan Data
4.2.1Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen
Variabel eksogen adalah Laju pertumbuhan ekonomi, Jumlah penduduk, Rata-rata
lama sekolah, Indeks pembangunan manusia, Produk domestik regional bruto per
kapita atas dasar harga konstan 2000, Melek huruf, Tingkat partisipasi angkatan
4.2.2Merumuskan Hipotesis
Hipotesis (sebagai H1) dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu rata-rata lama sekolah dan
indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angkatan
kerja secara signifikan.
2. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu produk domestik regional bruto,
melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen (Xk) yaitu
angka harapan hidup secara signifikan.
3. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu laju pertumbuhan ekonomi,
jumlah penduduk, angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel
endogen (Xk) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan.
4.2.3Menggambarkan Model Jalur
Menggambarkan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan
variabel dengan tahapan seperti berikut:
1. Terdapat hubungan kausalitas variabel laju pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat pengangguran terbuka .
2. Terdapat hubungan kausalitas variabel jumlah penduduk terhadap tingkat
pengangguran terbuka .
3. Terdapat hubungan korelasi variabel rata-rata lama sekolah dengan
angkatan kerja .
4. Terdapat hubungan kausalitas variabel indeks pembangunan manusia
5. Terdapat hubungan kausalitas variabel produk domestik regional bruto
terhadap angka harapan hidup .
6. Terdapat hubungan kausalitas variabel melek huruf terhadap angka
harapan hidup .
7. Terdapat hubungan kausalitas variabel konsumsi perkapita terhadap angka
harapan hidup .
8. Terdapat hubungan kausalitas variabel angka harapan hidup terhadap
tingkat pengangguran terbuka .
9. Terdapat hubungan kausalitas variabel angkatan kerja terhadap tingkat
[image:49.595.159.506.366.653.2]pengangguran terbuka
Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan Paradigma Variabel
di mana:
: Tingkat PengangguranTerbuka (%)
: Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
: Jumlah Penduduk (Jiwa)
: Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
: Indeks Pembangunan Manusia
: PDRB Per Kapita (Rupiah)
: Jumlah Penduduk Melek Huruf (Jiwa)
7 : Pengeluaran rill per kapita (Rupiah)
: Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (%)
: Harapan Hidup (Tahun)
4.2.4Merumuskan Persamaan Struktural
Merumuskan persamaan strukturalnya harus berdasarkan model diagram jalur
sebagai berikut:
[image:50.595.167.485.485.732.2]
Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural
Diagram jalur tersebut terdiri atas tiga persamaan sruktural, yaitu X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7 adalah variabel eksogen dan X8, X9, dan adalah variabel endogen.
Bentuk persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:
sub struktur 1
7
sub struktur 2
sub struktur 3
di mana:
variabel laju pertumbuhan ekonomi
variabel jumlah penduduk
variabel rata-rata lama sekolah
variabel indeks pembangunan manusia
variabel produk domestik regional bruto
variabel melek huruf
7 variabel konsumsi perkapita
variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja
variabel angka harapan hidup
variabel tingkat pengangguran terbuka
error
4.2.5 Menentukan Matriks Korelasi Antara Variabel
Untuk menghitung korelasi antara variabel produk domestik regional bruto,
pembangunan manusia dianalisis menggunakan SPSS dengan langkah-langkah
sebagi berikut
1. Klik Analyse.
2. Pilih Correlate.
3. Pilih Bivariate.
4. Masukkan variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata
lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto,
jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup,
angka harapan hidup dan tingkat pengangguran terbuka ke kolom Variables.
[image:52.595.95.535.417.734.2]5. Klik OK
Tabel 4.6 Tabel Matriks Korelasi Antara Variabel
4.2.6 Menghitung Koefisien Jalur
Dari rumusan hipotesis dan diagram jalur pada Gambar 4.2. Model dibagi menjadi
tiga sub struktur,yaitu:
1. Hubungan sub struktur X1 dan X2 terhadap X3.
ɛ1
[image:53.595.200.413.226.354.2]
Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1
Untuk menganalisis sub struktur 1, dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Persamaan struktural:
di mana:
variabel rata-rata lama sekolah
variabel indeks pembangunan manusia
variabel tingkat partisipasi angkatan kerja
error
b. Membuat matriks korelasi antar variabel
[
]
[
]
c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen
[ ]
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen
Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers
korelasi variabel eksogen sebagai berikut:
[
]
e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
Maka diperoleh persamaan struktural berikut:
Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus:
√
( ) [ ]
( ) [ ]
( )
( ) adalah koefisien determinasi,
√
√
0,877
Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi:
2. Hubungan sub struktur X5, X6, X7 terhadap X9.
[image:55.595.144.383.174.336.2]
Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2
Untuk menganalisis sub struktur 2, dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Persamaan struktural:
7
di mana:
variabel produk domestik regional bruto
variabel melek huruf
7 variabel konsumsi perkapita
error
b. Membuat matriks korelasi antar variabel
7 7[ ] 7 7[ ]
c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen
7
7
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen
Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers
korelasi variabel eksogen sebagai berikut:
[
]
e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen
[ ] [
]
[ ] [ ] [
]
[ ] [ ]
Maka diperoleh persamaan struktural berikut:
7
Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus:
√
[ ]
[
]
adalah koefisien determinasi,
√
√
0,913
Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi:
7 0,913
Hubungan sub struktur X1, X2, X8 dan X9 terhadap Y.
[image:58.595.159.490.291.555.2]
Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3
Untuk menganalisis sub struktur 3, dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Persamaan struktural:
di mana:
variabel laju pertumbuhan ekonomi
variabel jumlah penduduk
variabel tingkat partisipasi angkatan kerja
variabel angka harapan hidup
variabel tingkat pengangguran terbuka
error
b. Membuat matriks korelasi antar variabel
[ ] [ ]
c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen
Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers
korelasi variabel eksogen sebagai berikut:
[ ]
e. Menghi