• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar PAI siswa di SMPN 250 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar PAI siswa di SMPN 250 Jakarta"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

m

SMP NEGERI 250 JAKARTA

Skripsi

Diaj ukan Kepada Fakllltas Ilmll Tarbiyah Dan Kegmuan Untllk Memenllhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sllljana Pendidikllll [sllllll (S.PdJ)

Oleh

lIN QURROTUL AINI

105011000014

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DI SMP NEGERI 250 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Tarbiyah

Oleh:

lIN QURROTUI, AINI

セNQPUPQQPPPPQT

Dibawah Bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HlDAYATULLAH

(3)

,and Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar PAl Siswa di SMP Negeri 250 Jakarta" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 29 Oesember 2009 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.PdJ) dalal1l bidang Pendidikan Agal1la.

Ciputat, 29 Oesember 2009 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia ( Ketua Jurusan PAl) Or.H. Abd. Fattah Wibisono,MA NIP. :195801I2 198803 1002

Nセ

Sekretaris Jurusan PAl Drs. Safiuddin Shidiq, M.Ag NIP. : 19670328200003 I 001

Penguji I

Drs. Faridal Arkal1l, M.Pd NIP.: 19500307197903 I 004

I!L:'2..

Zセ

...

S

Penguji II Tanenji, MA

NIP. : 19720712 199803 I 004

l

d...o"",

0). .

Mengetahui

Dekan Fakuitas IImu Tarbiyah dan Keguruan

,l,

(4)

Nama

: Iin Qurrotul Aini

TempatJtanggallahir : Tangerang, 08 Desember 1987

NIM

: 105011000014

Fakultas/Jurusan

: Hmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi

: Pengaruh Penerapan Pendekatan

Contextual Teaching

and Learning

(CTL) terhadap Motivasi Belajar PAl Siswa

di SMP Negeri 250 Jakarta

Dosen Pembimbing

: Bahrissalim, M.Ag.

H.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

(5)

Terhadap Motivasi Belajar PAl Siswa di SMP Negeri250 Jakarta"

Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstrnksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Belajar bukan juga sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang lalu, tetapi pengetahuan itu pada dasamya merupakan organisasi dari semua yang di pahami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola berpikir, pola bertindak dan kemampuan memecahkan masalah.

Oleh karena itu seorang guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi, siswa harus 1l1embangun pengetahuan dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bennllkana dan relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswauntuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka dan juga dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka untukbelajar. Hal· ini sesuai dengan motto dari pendekatan kontekstual yaitu "carabelajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri pemahamannya".

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh infonnasi objektif mengenai, bagaimana motivasi belajar PAl siswa dengan diterapkan pendekatan CTL, dan untuk mel1getahui ada tidaknya pengaruh antara penerapan pendekatan CTL terhadap motivasi belajar PAl siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 250 Jakarta dengan menggunakan metode ex post facto. Data diperoleh melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan sampel penelitian adalah 30 siswa. Pengambilan satupel dilakukan denganrandom sampling.

Dari hasil penghitungan rxysebesar 0,473. Jika melihat pada pedoman atau anear-anear menyatakan terdapat korelasi positif antara variable Xdan variable Y yangsedang atau cukupan. Sedangkan pada pengujian hipotesis bahwaterdapat pengaruh yang positif antara penerapan pendekatan CTL terhadaprnbtivasi belajar PAl siswa di SMP Negeri 250 Jakarta. Hal tersebut dapatdilihat berdasarkan jumlah nilai rxy lebih besar dari r"'bl'atau r,pada taraf signifikansi 5

(6)

Alhamdulillah Rabbil 'Aalamiin, segala puji bagi Allah swt atas segala nikmat-Nya, yang telah melimpahkan kasih sayang, pemberi segala potensi dalam diri manusia, yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, yang Maha Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Sholawat serta salam semoga Allah swt limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk dan pedoman kepada segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

Alhamdulillah; berkat bantuan dan petunjuk dari semua pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempumaan. Untuk itu dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak

lupa mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Dekan Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UlN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAl) Fakultas Jlmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Bahrissalim, M.Ag dosen pembimbing skripsi yang telah, b@yak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan -··serta motivasi yang bermanfaat dan tak pernah henti-hentinya bagi penulis. 4. Dr. Hj. Siti Salmiah dosen Penasehat Akademik.

5. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

(7)

AJamaliulail, Evi Nurlutfiah A.Haqqin Najili dan AbduITohim yang sudah banyak membantu dari awal perkuliahan sampai selesai demi tercapainya cita-cita penulis.

9. Drs. Muhammad Syuhairi Kepala SMP Negeri 250 Jakarta yang telah memberikan izin penulis dalam penelitian skripsi.

10. Sobari, S.Ag Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMP Negeri 250 Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu melengkapkan data-data yang penulis perlukan sehingga penelitian skripsi dapat diselesaikan. 11. Sahabat setiaku, M.Dhaniyatul Firmansyah, Rohmat Himmatul Aliyah,

Siti Masruroh, Ulfa Qodarna, dan lin Rofina Danti tak akan terlupa pesan dan kesannya yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat kebanggaanku, Nurrohmah, Fadhiah, Nur Awalia, Khaerul Badriyah dan Susilawati yang selalu memberikan motivasi.

13. Ternan-ternan mahasiswa PAl angkatan 2005 khususnya kelas A (empat tahun kita bersama)

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Bijaksana. Amin.

Penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangan pemikiran bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah kita berharap. Semoga segala aktivitas kita mempunyai nilai ibadah dan mendapat Ridla-Nya. Amin.

Jakarta, Desember 2009

(8)

LEMBARPERNYATAAN

セiャセQイセ ...•.•...•...•セ ...•... i

KATA PENGANTAR ii

IIゥ|ャAQイセ iセi

...•...

j1V

DAFTAR TABEL

0 • • 0 • • • • • • • • • ,• • • • " 0 . . vii

DAFfAR LAMPIRAN viii

BAR I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Masalah 7

D. Perumusan Masalah 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

F. Sistematika Penulisan 8

BAR II LANDASAN TEORI

A. Strategi, Metode dan Pendekatan 10

B.

Contextual Teaching and Learning

(CTL) 11

1. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL 11

2. Definisi CTL 13

3. Krakteristik CTL 16

4. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembehljaran CTL... 17

5. Komponen-komponen Pembelajaran CTL 18

6. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional 21

C. Motivasi Belajar PAl 23

1. Motivasi 23

1. Definisi Motivasi 23

2. Tujuan Motivasi 25

3. Fungsi Motivasi 26

(9)

2. Tujuan Belajar 30 3. Ciri-ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar 31 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 32

5. Prinsip-prinsip Bellliar 33

3. Indikator Motivasi Belajar 34

4. Hakekat Pembelajarall PAl 35

I.Defillisi Pelldidikan Agama Islam 35

2. Dasar-dasar Pelaksanaan PAl... 37

3. Fungsi PAl 37

4. Tujuan dan Ruang Lillgkup PAl 38

D. Kerangka Berpikir 40

E. Perumusan Hipotesis 42

BABillMETODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu 43

B. Variabel Penelitian, Defmisi Konseptual dan Operasional 43

C. Metode Penelitian 44

D. Populasi dan Sampel 44

E. Tekllik Pellgumpulall Data 45

F. Instrument Penelitiall 46

G. Teknik Analisa Data 51

BABIV HASILPENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 250 Jakarta 55

B. Deskripsi Data 62

C. Analisa Data 66

(10)

DAFTAR PUSTA.KA , " 74

(11)

Tabel2 Tabel3 Tabel4 Tabel5-8 Tabel9-10 Tabel II Tabel12 Tabel13 Tabel14 Tabel15

: Kisi-kisi InstlUmen 47

: Interpretasi Kasar atau Sederhana

r Product Moment

52

: Data Siswa 56

: Pendidik dan Tenaga Kependidikan 57

: Data Ruang Belajar 59

: Lapangan Olahraga dan Upacara 60

: Koleksi Buku Perpustakaan 61

: Fasilitas Penunjang Perpustakaan 61

[image:11.595.63.444.106.529.2]
(12)

Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5.1 LamjJiran 5.2 Lampiran 5.3 Lampiran 6.1 Lampiran 6.2 Lampiran 6.3 Lampiran 7.1 Lampiran 7.2 Lampiran 8.1 LamjJiran 8.2 Lampiran 9.1 LamjJlran 9.2 Lampiran 9.3 Lampiran 9.4 Lampiran 10.1 Lampiran 10.2 Lampiran 10.3 Lampiran 10.4 Lampiran ll.l Lampiran 11.2

: Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

: Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran PAl I : Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran PAl II : Lembar Observasi

:RPP

: Skor Hasil Uji Coba Instrumen variabel X : Analisis Butir Uji Validitas Instrumen variabel X : Tabel Hasil Analisis Item Instrumen variabel X : Skor Hasil Uji Coba Instrumen variabel Y : Analisis Butir Uji Validltas Instrumen variabel Y : Tabel Hasil Analisis Item Instrumen variabel Y : Skor Hasil Uji Reliabilitas Instrumen variabel X : Langkah Perhltungan Reliabilitas Instrumen variabel X : Skor Hasil Uji Reliabilitas Instrumen variabel Y : Langkah Perhitungan Reliabilitas Instrumen variabel Y : Skor Variabel Penerapan Pendekatan CTL (X)

: Perhitnngan Banyak Kelas, Panjang Kelas, dati Distribusi Frekuensi Data Variabel X

: Perhitungan Mean, Median dati Modus Variabel X : Perhitungan Simpangan Baku Val'iabel X

: Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa(Y)

: Perhitnngan Banyak Kelas, Patljang Kelas, dan Distribusi Frekuensi Data Variabel Y

: Perhitnngan Mean, Median dan Modus Variabel Y : Perhitnngan Simpangan Baku Variabel Y

(13)
(14)

A. Latar Belakang Masalah

Sejak manusia menuntut kemajuau dau kehidupan, maka sejak itu

timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan

kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah pertumbuhau

masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam

memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan

kemajuan masyarakatnya.

Masalah pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting

dalam kehidupan. Proses pendidikan mempakan kegiatan memobilisasi

segenap komponen pendidikan, oleh pendidik terarah kepada pencapaian

tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu di laksanakan sangat

menentukan kualitas dari pembelajaran.

l'endidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam

UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidllpan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

(15)

berilmu, ca!mp, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Berdasarkan UU Sisdiknas diatas maka salah satu cirri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu cirri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia, sebagai mana firman Allah swt. Dalam surat AI-Ahzab ayat 21:

'.

セt

'.

'If'

:M 1' .'

If .

i

k::.;..

セMM

t

.&T

J " .

ott

If

J.ij

.r;-

イMBBBセ 'J'ry.!U セ セLLセNjセイMMオ

セセZmヲゥェ

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Bagi umat Islam, dan khususnya pendidikan Islam, kompetensi iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam. Dalam pandangan Islam kompetensi imtak dan iptek serta akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Bagaimana peran khalifah tersebut dapat dilaksanakan, diperlukan tiga hal (1) landasan yang kuat berupa imtak dan akhlak mulia, dan (2) alat untuk melaksanakan perannya sebagai khalifah adalah iptek.

Dengan demikian tidak mengenal dikotomi antara imtak dan iptek, namun justru sebaliknya perlu keterpadllan antara kedllanya. Berkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu dikaji lebih lanjut ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 , Pendidikan keagamaall berfungsi mempersiapkan

IHasbullah,Dasar-dasar Jlmu Pendidikan,(Jakarta: PT. RajaGraHndoPersada, 2008),

(16)

peserta didik meluadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama?

Pendidikan keagamaan merupakan salah satu bahan kajian dalam semua kurikulum pada semua jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, karena dengan pendidikan manusia akan mendapat macam-macam ilmu pengetahuan, dan Allah swt akan mengangkat derajat bagi orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah swt dalam surat AI-Mujaddalah ayat 11 :

Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengeJahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu keljakan

Dalam kurikulum yang terbaru yaitu Kurikulum 2004 pada pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik bersama dengan Pendidikan Kewarganegaraan dan yang lainnya. Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar mell1i1iki kualitas iman, taqwa dan akhlak ll1ulia.

Dengan dell1ikian ll1ateri pendidikan agall1a bukan hanya ll1engajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar ll1emiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun ll1ereka berada, dan dalall1 posisi apapun ll1ereka bekerja.

(17)

Maka saat ini permasalahan yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan pola pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai l\iaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkaImya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi memberikan arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Pennasalahan yang sering kali di jumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga di peroleh hasil yang efektif dan efisien.

Di

samping masalah lainnya yang juga sering di dapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap pola pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. Karena proses pembelajaran PAl pada umumnya hanya menggunakan metode ceramah, sehingga membuat siswa menjadijenuh dalam proses pembelajaran.

Selain itu, sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pell\iari dengan kehidupan nyata atau bagaimllna pengetahuan tersebut akan di pergunakan/dimanfaatkan. Padahal hal terpenting dalall1 pengajaran agama islam ialah kegiatan yang mendorotlg supaya yang di ajar terampil memperbuat pekerjaan ibadat itu, baik dari segi kegiatan badan, ataupun dad bacaan. Oleh karena itu dari pengajaran tersebllt yang di ajar di harapkan dapat melakukan ibadat dengan mudah.

(18)

pengaruhi lingkungan alam dan lingkungan sosial".J Seseorang yang secara

internal memiliki dnkungan belajar yang tinggi, baik kondisi jasmani yang

sehat dan sempurna, kecerdasan, motivasi, bakat, minat serta pemahaman.

Tentunya akan lebih baik lagi jika didukung oleh faktor eksternal yang

menguntungkan. Oleh karena itn, dalam proses belajar mengajar perlu

diciptakan suasana dan cara yang mendukung dalam proses belajar mengajar.

Pola pembelajaran yang di butuhkan siswa adalah suatu proses yang

dapat membantu mereka untuk membangun keterkaitan antara informasi

(pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka

miliki atau mereka kuasai, yang dapat mengajarkan mereka untuk mempelajari

konsep dan memberitahukan bagaimana konsep tersebut dapat di pergunakan

di luar kelas serta proses yang memperkenankan mereka untuk bekerja

bersama-sama (cooperative).

Proses pembelajarall seperti ini diyakilli dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi siswa. Dengan kata lain, pendekatan pembelajaran

sangat berperan terhadap motivasi belajar siswa, yang implikasinya akan

berpengaruh terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang mampu membantu guru mengaitkan materi

pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa nntuk membuat

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

adalah pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual ( CTL ) memnngkinkan proses belajar yang

tenang dan menyenangkan karena pembelajaran di lakukan secara alamiah,

sehingga peserta didik dapat mempraktikan secara langsung apa-apa yang

dipelajarinya. Dan juga pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik

memahami hakikat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan

meraka rajln dan tenllotivasi untuk seMntlasa belajar, bahkan kecanduan

belajar.

(19)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Encih Suwarsih (2009) dengan judul "Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Bemuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Fisika" menyatakan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap penerapan pendekatan kontekstual dan juga terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan kontekstual dengan bemuansa nilai terhadap hasil belajar fisika. Oleh karena itu pengajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual mendapatkan respon yang positif dari siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian yang dalam kegiatannya berusaha mengembangkan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pengembangan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada proses pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswa untuk menjadi manusia yang berakhlakul karimah. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul "Pengllrllh Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar PAl Siswa di SMPN 250

Jakarta".

B. Identifikasim。セ。ャ。ィ

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah diatas, dapat diindentifikasi permasalahan yang menyangkut Pengaruh Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar PAl Siswa, yaitu:

1. Proses pembelajaran di SMPN 250 Jakarta.

2. Penerapan Jlendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajarall PAl di SMPN 250 Jakarta

3. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAl di SMPN 250 Jakarta 4. Kompetensi guru PAl dalam penggunaan pendekatanContextual Teaching

(20)

5. Faktor pendukung dan penghambat penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran PAl di SMPN 250

Jakarta

6. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PAl dengan diterapkannya pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL)

7. Pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap motivasi belajar PAl siswa

c.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di identifikasikan di atas, maka tidak semua permasalahan dapat di teliti dalam waktu yang bersamaan. Untuk itu, maka masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini hanya di batasi pada dua masalah pokok, yaitu sebagai berikut:

I. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

3. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 250 Jakarta.

D. Perumusan MMalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapatlah di susun suatu rumusan masalah yang akan di carikan jawabannya dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

I. Bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(21)

2. Bagaimana motivasi bellUar siswa pada mata pelajaran PAl di SMPN 250 Jakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh positif antara penerapan pendekatanContextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar PAl siswa di SMPN 250 Jakarta?

E. TUjuandan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:

I. Untuk mengetahui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) pada mata pelajaran PAl di SMPN 250 Jakarta.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAl di SMPN 250 Jakarta.

3. Untuk mengetahui pengaruh positif antara penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar PAl siswa di SMPN 250 Jakarta.

Adapun manfaat yang di peroleh dari hasil pelaksanaan penelitian ini adalah:

I. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kepala sekolah dan para guru pada umumnya, khususnya guru PAl SMPN 250 Jakarta sebagai masukan dalam penyelenggataan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL).

2. Penelitian ini juga di harapakan berguna bagi penulis dalam menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang materi atau kajian yang akan di bahas.

F. Sistematika Pemllisan

Sistematika yang di maksud memberikan gambaran secara global mengenai penulisan skripsi ini dan merupakan rangkaian apa saja yang akan di uraikan nantinya, sehingga di harapkan dapat mempennudah pembaca dalam mengikuti tahapan pembahasannya.

Susunan penulisan skripsi ini akan di uraikan sebagai berikut :

(22)

BAR I PENDAHULUAN, pada bab ini akan di uraikan sebagai berikut : latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II LANDASAN TEORl, menguraikan tentang Strategi, Pendekatan dan Metodologi, Contextual Teaching and Learning ( latar belakang filosofis dan psikologis CTL, definisi CTL, karakteristik CTL, peranan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dan beberapa hal penting dalam pembelajaran CTL), motivasi belajar PAl ( pengertian dan beberapa hal penting tentang motivasi belajar, dan hakikat pembelajaran PAl ), kerangka berpikir dan perumusan hipotesis.

BAR III METODOLOGI PENELITIAN, dalam bab ini di jelaskan tentang

tempat dan waktu penelitian, Variabel penelitian, metode penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisa data.

BARIV HASIL PENELITIAN, pada bab ini di jelaskan gambaran umum SMP Negeri 250 Jakarta, deskripsi data, al1alisa data dan interpretasi data.

(23)

DaJam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal(J. R.

David, J976). Jadi, dengan demikian strategi pembeJajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk meneapai tujuan pendidikan tertentu.1

Metode berasaJ dati bahasa Yunani (Greeka) yaitu metha dan hodos,

Metha berarti melalui atau meJewati, dan hodos berarti jaJan atau eara. Jadi,

metode adalah jaJan atau eara yang hams dilaJui untuk mencapai tujuan tertentu?

Sttategi berbeda dengan metode. Strategi menul1juk j)ada sebuah pereneanaan untuk meneapai sesuatu, sedangkan metode adaJah eara yang dapat digunakan untuk melaksanaka\\ stHtegi.3

Jadi dengan demikian metode pada dasarnya berangkat dari snatu strategi tertentu. WaJau seeara teoritik tersedia eukup banyak strategi dan metode pembeJajaran yang dapat diterapkan di kelas, seyogyanya seorang pendidik dapat memilih strategi dan metode yang efektif.

lWina Sanjaya,SlraJegi PembeJajaran Berorientasi S/Qndar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Keneana Prenada Media Group, 2005), h. 126

2Prof. DR. Ramayulis,Mefodologi Pengajaran agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,

1994), h. 104

(24)

Adapun pendekatan sebenarnya berbeda baik dengan strategi maupun

metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

terhadap proses pembelajaran. Istilah ini merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya

strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau

tergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Roy Killen (1998) misalnya, ada

dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada

guru (teacher centred approaches),dan pendekatan yang berpusat pada siswa

(student-centred approaches).4

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi

pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang

digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan

berbagai metode pembelajaran.

B. Contextual Teachiug and Learning (CTL)

1. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL

a. Latar Belakdng Filosojis 'cTL

CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai

digagas oleh Mark BaldWin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean

Piaget. Pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakekat pengetahuan

rnempengaruhi konsep tetltang proses

belli

jar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil "pemberian" dari

orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi

yang dilakukan setiap individu.5

Pandangan Piaget tentang bagailhana sebenarnya pengetahuan

terbentilk dalam struktur kognitif 。エャセォL sangat berpengaruh terhadap

beberapa model pembelajaran di antaranya model pembelajaran

4Wina Sanjaya,Slra/egi Pembelqiaran. ... ,h. 127

(25)

kontekstual. Dan menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu

akan bennakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak

akan menjadi pengetahuan yang bennakna. Pengetahuan yang demikian

akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.6

b. Latar Belakang Psikologis CTL

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan

terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut

psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran

ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.

Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan

respon. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental

yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau

pengalaman?

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat

beberapa hal yang hams anda pahami tentang belajar dalam konteks

CTL:8

a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi

pengetahuan sesuai dehgan pengalaman yang mereka miliki

b. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-Iepas.

Pengetahuan itu pada dasamya merupakan organisasi dari semua

yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan

berpengaruh terhadap pola-pola prilaku manusia.

c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebah dengan

memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang

bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapijuga mental dan

6Wina Sanjaya,StrategiPembelajaran. ...•h. 259

7Wina Sanjaya,Pembelajaran Dolam ... ,h. 113

(26)

emosi. Belajar seCaIa kontekstual adalah belajar bagaimana anak

menghadapi setiap persoalan.

d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara

bertahap dari yang sederhana menuju yang komplek.

e. Belajar pada hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari

kenyataan.

2.DefinisiCTL

Teaching adalah refleksi sistem kepribadian seorang guru yang

bertindak secara professionaL Dan Learning adalah refleksi sistem

kepribadian siswa yang menunjukan prilaku yang terkait dengan tugas

yang diberikan.9 Dengan merujuk kedua definisi ini, dapat disimpulkan

bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni

membantu siswa menemukan makna (pengetahuan).

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada pemikiran John Dewey

yang menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang

dipelajari merupakan ornament atau bagian-bagian kecil kehidupan.lOAda

beberapa pengertian yang di berikan oleh paIa ahli, di sini ditampilkan

empat pengertian yang berasal dari sumber yang berbeda-beda.

Pertama,

Sistem CTt adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik

yang mereka pelajari dengan cara menghubungkah subjek-subjek

:1kademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu

dengan konteks keadadn pribadi, soshil, dan budaya mereka. Uhtuk

mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikul:

thembuat keterkailan-kelerkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan

yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan

9A. Chaedar Alwasilah,Contextual Teaching&Learning lvfenjadikan Kegiatan Be/ajar

Mengajar Mengasyikan dan Bermakna.(Bandung: Mizan Learning Center, 2006), h. 19.

10 Abdurrahman,Meaningful/earning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran,

(27)

keIjasama, berfikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh

dan berkembang mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan

penilaian autentik.11

Kedua, CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menentukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.12

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita fahami yaitu: (l) dalam CTL proses pembelajarannya diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung, (2) dalam CTL juga siswa dituntut untuk

menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata, dan (3) CTL bukan hartya mengharapkan siswa dapat

memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran

itu dapat mewamai prilakunya.

Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan

pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan

peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu

lllenghubungkart dan menernpkan konijJetensi hasil belajar dalam

kehidupan sehari-hari.

CTL memungkinkan proses Helajar yang tenang dan

menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga

peserta didik memahami hakekat, makna, {jan manfaat belajar, sehingga

lllemungkinkan mereka raj in, dah termotivasi untuk terwujud ketika

セ・ウ・イエ。 didik menyadari tentang <lpa yang mereka perlukan untuk hidup,

dan bagaimana cara menggapainya.13

IIA. Chaedar Alwasilah,Contextual Teaching&Learning...,h. 67 12 Wina Sanjaya,Pembe/ajaran da/am Imp/emen/asL.,h. 109.

13 E. Mulyasa, Imp/emen/asi Kuriku/um 2004. Panduan Pembe/ajaran KBK, (Bandung:

(28)

Keempat, Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, del1gan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni ; konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik(authentic assessment).

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat tetjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan 'w"'bermanfaat. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kOl1tekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membal1gun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menYl'\iikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa del1gan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya / cara

. b I ' 14

slswa e ajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pel1dekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di latJrkelas, CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi slswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehidl1pannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks

14Trianto,Model-model Pembelajaran inovatifBerorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

(29)

dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana cara belajar siswa.

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupuan secara kelompok.

3. KarakteristikCTL

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahmln yang sudah dipelajari.

2. Pembelajaran yang konteksstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru(acquiring knowledge).

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahatni dan diyakini.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge), artinya j:lengetahuan dan pengalaman yang diperoleh

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa.

5.

Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.'5
(30)

4. Peranan Guru & 8iswa daJam Proses Pembelajaran CTL

Setiap siswa memiliki gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dil11i1iki siswa tersebut Bobi Deporter (1992) menamakannya sebagai unsur l110dalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetik. Tipe visual, adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan cara l11enggunakan indra penglihatannya. Tipe auditorial, adalah tipe belajar dengan cara l11enggunakan alat pendengarannya; sedangkantipe kinestetik, adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan l11enyentuh.

Dalal11 proses pel11belajaran kontekstual, setiap guru perlu l11el11ahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya l11engajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan, sehiugga proses pembelajaran tidak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem penindasan.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala l11enggunakan pendekatan CTL.

I. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kel11ampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalat\\an yang dimilikinya.

2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang batu dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru.

3. Belajar bagi siswa adalah proses mertcari keterkaitan atal1 keterhubungan antara hal-hal yang baru detlgan hal-hal yang sudah diketahui.

(31)

Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan mengkonstruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya.16

s.

Komponen-Komponen PembelajaranCTL

Dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain, dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan tnjuh komponen dalam CTL, yaitn:17

I. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstUal. Pandangan konstruktivisme adalah pengetahuan di bangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetalil1an bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Tetapi manusia harus lnengkonstruksi pengetahl1an itn dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didlk perlu dibisaakan untllk memecahkan rtJasalah, menemukan sesuatn yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didlk harus mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri.

2.

Bertanya

Pengetahuan yang di millki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Karena itu bertanya merupakan strategi pembelajaran yang

16Wina Sanjaya,Pembelajaran Dalam Implemenlasi ... , h.116-117

(32)

berbasis kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang pr\lduktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

• Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik • Mengecek pemahaman peserta didik

• Membangkitkan respon pada peserta didik

• Mengetahui sejauh mana keigintahuan peserta didik • Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik

• Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru • Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta

didik, dan

• Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik 3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah sebagai berikut:

• Observasi • Bertanya

• Mengajukan dugaan • Pengumpulan data • penyimpulan 4. Masyarakat Belajar

(33)

dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara

formal maupun dalam kelompok belajar secara alamiah.

5. Pemodelan

Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang

dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya, guru memberikan

contoh bagaimana merapatkan saf. Proses modeling tidak terbatas dari

guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan peserta didik yang

dianggap memiliki kemampuan.

6. Refleksi

Refleksi merupakan proses pengedapan pengalaman yang telah

dipelajari dan dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui

proses refleksi, pengalaman belajar itu akan menjadi bagian dari

pengetahuan yang dimilikinya.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran

perkembangan peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran

dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru

mengidentifikasikan bahwa peserta didik mengalami kemacetan dalarn

belajar, maka guru segera bisa merlgambil tindakan yang tepat agar

peserta didik terbebas dari kemacetan belajar. Karena

gambaran-gambaran tentang kemajuan belajar ltu diperlukan disepanjang proses

pembelajaran, assessment tidak dilakukan di akhir periode seperti akhir

semester.

Kemajuan belajar dinilai dari proses dengan berbagai cara, bukan

melalui hasil. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau

orang lain. Karekteristikauthentic assessmentadalah sebagai berikut:

(34)

• Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

• Yang di ukur bllkan hanya mengingat fakta melainkan keterampilan dan performansi

• Berkesinambllngan • Terintegrasi, dan

• Oapat digunakan sebagai feed back

Sebllah kelas dikatakan menerapkan pendekatan CTL jika menerapkan ketujllh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kllriklllllm apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanaplln keadaannya (Oepdiknas, 2002).

Secara garis besar langkah-Iangklah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut :

I) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemllkan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahllan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejallh mllngkin kegiatan inkuiri lIntuk semlla topik 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakllkan refleksi di akhir pertemllan

7) Lakukan penilaian yang sebenamya dengan berbagai cara.IS

6. Perbedaan CTL dengan Pelbbehljaran Konvensiollal

Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan di sekolah sekarang ini? Oi bawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedlla model tersebllt dilihat dari konteks tertentu.

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembellUaran dengan cara

(35)

セ・ョ・セァォ。ョ dan menggali sendiri matel'i pelajaran. Sedangkan, dalam

pembelajaran konvensional ditempatkan sebagai objek belajar

yang berperan sebagai penerima infOlmasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalni kegiatan kelompok,

seperti kelja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.

Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak

belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal

materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara

riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran

bersifat teoritis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampnan didasarkan atas pengalaman; sedangkan

dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui

latihan-Iatihan.

5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan

diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah

nilai atau angka.

6. Dalam CTL, tindakall atau prilaku dibangun atas kesadaran diri

sendiri, misalnya individu tidak melakukan prilaku tertentu karena ia

menyadari bahwa prilaku itu memgikandan tidak bennanfaat;

sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakart atau prilaku

individu tidak melaknkan sesuatu disebabkart takut hukurrtan atan

sekadar untuk memperoleh aI1gka atau nilai gum.

Beberapa perbedaan pokdk di atas, menggambarkan bahwa CTL

memang memiliki karakteristik tersendiri baik diliHat dari asunisi maupun

proses pelaksanaan dan pengeloIaannya.19

(36)

C. )\tlotivasi Belajar PAl

1. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Motif(motive) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang

kemudian menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk

bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau

penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan

tujuan tertentu?O Karena itu motivasi erat hubungannya dengan

"gerak" yaitu gerakan yang di lakukan manusia atau di sebut tingkah

laku atau amaliyah?l

Menurut Akyas Azhari dalam bukunya Psikologi Umum dan

Perkembangan bahwa motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari

dalam diri seseorang yang mendorong yang bersangkutal1 untuk

berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan

tertentu. Sedangkan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi

pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi

sebmlh kebutuhan l1yata dan merupakan muara dari sebuah tindakal1?2

A()a tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (i) kebutuhan, (ii)

dorol1gan, dan(iii) tujuan. Kebutuhan teljadi bila individu merasa ada

ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan.

Dorongan merupakal1 kekuatan mental untuk melakukan kegiatal1

dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan

mentai yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian

tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu?3

Dalam diri seseorang, tnotivasi berfungsi sebagai pendorong

kemampuan, usaha, keingitlan, menentukal1 arah, dan menyeleksi

20 Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, Psikologi Pendidikon (Han dung: Remaja

Rosdakarya,2004), Cet. 20, h. 114.

2'Ramayulis,Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 79

22Akyas Azhari,Psikologi Umum dan Perkembangan,(Jakarta: PT Mizan Publika,

2004), Cet. I, h. 65.

23Dr. Dimyali dan Drs. Mudjiono,Be/ajar Dan Pembelajaran.(Jakarta: PT Asdi

(37)

tingkah laku.14 Oleh karena itu, dalam psikologi motivasi diartikan

sebagai gejala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu

tingkah laku.15

Motivasi dapat juga berarti kekuatan yang menjadi pendorong

kegiatan individu, yang menunjukan kondisi dalam diri individu yang

mendorong atau menggerakan individu tersebut melakukan kegiatan

mencapai suatu tujuan.16

Sartain menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian

yang sama. Ia mengatakan: pada umumnya suatu motivasi atau

dorongan adalah suatu pemyataan yang kompleks didalam suatu

organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang

menentukanlmembatasi tingkah laku organisme itu. Jika yang kita

tekankan adalah faktanya/obyeknya, yang menarik organisme itu,

maka kita menggunakan istilah "perangsang" (incentive).17

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah

laku yang menuntut/mendorong orang ulltuk memenuhi suatu

kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu

keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu

kebutuhanltuJuan yang nyata ingin dicapai.28

Pendapat lain mengatakan, Motivasi rnerupakan suatu usaha yang

disadari untuk menggerakan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku

seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga rnencapai haSil atau tujuan terterltu.29

"Abdul Mujib dan Jusuf Nlldzakir, Nuansa-nuansa Psikotogi Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002), h. 243

2S

M.

AlisUfSabri,Psikotogi Pendidikan ...,h. 85

26 Prof. Dr. Nana Syaodib Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Hb。ョ、オョセZ Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.!, h. 61

7 Abd. Raehman Abror, Psikalogi Pendidikan. (Yogyakarta:Tiara Waeana Yogya,

1993),c・セTL h. 60

28M. Alisuf Sabri,Penganlar Psikologi Umum dan Perkembangan,(Jakarata: Pedoman

IImu Jaya, 1993), Cet.!, h.l29.

(38)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan babwa motivasi

merupakan daya gerak, daya dorong yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang yang menimbulkan tingkah laku karena adanya perangsang

dalam rangka mencapai tujuan (goal). Keberhasilan dalam kegiatan

belajar, bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga

faktor-faktor non-intelektual, termasuk salab satunya yaitu motivasi.

Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam

dan luar individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli

memberikan istilah yang berbeda, seperti, desakan atau drive, motif

ataumotive,kebutuhan atauneeddan keinginan atau wish.

Walaupun ada kesamaan dan semuanya mengarah kepada

motivasi, beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal

tersebut. Desakan diartikan sebagai dorongan yang diarahakan kepada

pemenuhan kebutuhan - kebutuhan jasmaniah. Motif adalah dorongan

yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah.

Kebutuhan merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan

adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya.

Keinginan adalab harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu

yang dibutuhkan. Walaupun ada variasi makna keempat hal tersebut

sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, dan semuanya termasuk

suatu kondisi yang mendorong individu melakukan kegiatan.

2. TujullnMotivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adaJah untuk

menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keiIlgihan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dat>at mertit>eroleh

hasil atau mencapai tujuan tertentu.3° Setiap tindakall motivasi

mempunyai tujuan, makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan

dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu

(39)

dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.

Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar Jatar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

3. Fungsi Motivasi

Winkel mengibaratkan motivasi dengan kekuatan mesin di kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan yang berat.31

Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik sebagai berikut:32

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. fa berfungsi sebagai mesin bagi mobil ibarat Winkel sebelumnya. Besar keciinya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Pendapat lain tentang Fungsi motivasi dijelaskan Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab antara lain:

I) Penolong untuk berbuat dalam mencapai tujuan

2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai 3) Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai

motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.33

31 Drs. H. Martinis Yamin,Sertifikasi Prates; Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2006), CeL I, h. I76

(40)

Motivllsi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi kekuatan kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan. Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan yang dilaksanakau.

4. SiCat Motivasi

Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga maeam, yaitu:34 I) Motivasi takut (fear motivation), individu melakukan suatu

perbuatan karena takut.

2) Motivasi insentif (incentive motivation), individu melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif. Bentuk insentif ini bermaeam-maeam, seperti; mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan, piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan gaji, promosijabatan dan sebagainya.

3) Sikap (attitude motivation atau self motivation), motivasi ini bersifat instrinsik, muneul dari dalam diri individu, berbeda dari kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukan ketertarikan seseorang terhadap suatu objek. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesl1atu akan menunjukan motivasi yang besar terliadap hal itu. Motivasi ini datang dari dirinya sendiri karena addhya rasa senang atau suka serta faktor-faktor subyektiflainnya.

Motivasi takut dan motivasi insentif bersifat ekstrlnsik artihya lebiH terdapat pengaruh dari luar diri siswa, kedua motivasi ini perlu diberikan kepada siswa untuk meneapai tujuan pembelajaran, namnn motivasi sikap lebih penting, mengingat ia bersikap instrinsik atan dari

33Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,PSikologi Sualu Penganlar Dalam

PerspeklifIslam.(Jakarta: Keneano, 2005), CeLlI, h.149

(41)

dalam diri siswa, sehingga tidak ada kesan pell1aksaan, dan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesenangan.

5. Macam-macam Motivasi

M Alisuf Sabri menjelaskan, Pendorong timbulnya. tingkah laku

atau motivasi itu ada dua macalll yaitumotivasiintrinsikdanm()tivasi

ekstrinsik.35

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tinlblll dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: memahami konscp, memperoleh pengetahuan, melllperoleh kemampuan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, misalnya: belajar karena takut pada guru,karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya tidak ada kaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.

Baik motivasi instrinsik maupun Illotivasiekstrinsikkeduacduanya dapat nienjadi pendorong unttik belajar, tiamuti tentunya aktifitas dalam belajarnya memberikan kepuasanlganjaran ·akhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswauntuk belajar adalah motivasi instritisik.

6. Peratlan Motivasi、。ャセュ Belajar

Motivasi belajar adalah kekllatati-kekllatan atautemiga4enaga yang dapat memberikan dorongan kepadalcegiatan; belajaFniurid?6 Motivasi belajar dapat diarlikan juga sebagai •kesellltUhatidaya penggerak psikis di dalam diri siswa

ケ。ョァュ・ョゥャャャ「オャォ。エゥォセァゥ。エ。ョ

belajar, menjamin kelangsungan kegiatan beMjar、。ョャQQセュ「・ヲゥャ」。ョᄋ arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatti tujuan. Dikatakan keseluruhan, kerena pada umumnyabeberapa motif yangbersallla-sama ikut menggerakan siswa untuk belajar. Peranannya yang khas

" M.AlisufSabri,Psikologi Pendidikan. ..,h. 85

36Drs. Amir Daien IndraKusuma.Pengal1tar Urnu PendidikiIn.(Sllrabaya:Usaha

(42)

adalah dalam hal membangkitkan gairah rasa senang dan semangat

untuk belajar.

Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi siswa

menjadi tekun dalam proses belajar, dan kualitas hasil belajar siswa

kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar

mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil

belajamya.

2. Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu

berbuat apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase

perkembangannya manusia bisa menguasai berbagai skill maupun

pengetahuan.37 Ilelajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis

dan jenjarlg pendidikall. Drs. Muhibbin syah, MEd melldefillisikan

bahwa belajar merupakan tahapanperubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalamal1 dan intel'aksi

dengah lingkungan yang melibatkan proses kognitif.38

Ngalim ptlnvanto dalam bukullya psikologi pendidikan

menyimputkan dad beberapa ahli tentang belajar, yakhi:39

I) IleJajar meI1lmbulkan suatu perubahan (dalam arti, tingkah laku,

ka]3asltas) ydhg relatif telap.

2) p・ャエエセ。ィ。ョ ilU, pada pokoknya, membedakan antara keadllan

sebeltiltl iI1dividu berada dalam situasi belajar dan seslldah

melakukan belajar.

37Dra. Fadilah Suralaga, dkk,Psik%gi Pendidikon Da/am PerspektijIs/am,(Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 59

38 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed,Psik%gi Pendidikan,(Bandung:r・ュセェ。

Rosdakarya,1995), Cel.n, h.91

(43)

3) Perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja atau diperkuat.

Senada dengan Ngalim Purwanto, Sumadi Suryabrara,

menjelaskan pokok-pokok definisi belajar menurut para ahli, yakni:40 I) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral

changes, aktual, maupun potensial)

2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Dari beberapa rumusan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang disengaja, dalam rangka merubah prilaku seseoranglsiswa, dimana perubahan itu berlangsung melalui proses yang lama dan perubahan tersebut bersifat menetap. Jadi dalam belajar dibutuhkan adanya ketekunan dan kesabaran agar hasil dari bellUar yang dilakukan memperoleh hasil yang maksimaI.

2. Tujuall Belajar

Belajar adalah suafu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang helajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitahrtya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajat yang positif'serta dapat dicapai secara efektif hanyalah murtgkin tetjadi dalam jltoses belajar mengajar disekolah.

Menurut Winarno Surachmad,sebagaimana dikutipMAlisufSdbri,

tujuan belajar disekolah itu ditujukah utl!uk mencapai:41 I) Pengumpulan pengetahuan

2) Pemahaman konsep dan kecekatan/keterampilan 3) Pembentukan sikap dan perbuatan

''0Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikon(Jakarta:Rajagrafindo Pcrsada,200J), Cel ke-la, h.232

(44)

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan faktalingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.

Tujuan belajar ini penting diketahui tidak hanya oleh siswa tetapi juga oleh guru agar terjadi proses pembelajaran yang penuh motivasi dan keselarasan tujuan, sehingga pembelajaran dapat berjalan baik dan tujuan dari pembelajaran pun dapat tercapai.

3. Ciri-cltidan Kriteria kegiatanBelajar

Ontuk mengenal lebih jelas tentang kegiatan apa yang disebut belajar, maka perlu diketahui mengenai ciri-ciri kegiatanbelajar dan criterid persyaratan yang merupakan kondisi yang fundanlcntal dalam kegiatan bell\iar itu.

Belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentiflkasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:42

1) Belajar adalah aktlfitas yang mel1ghasilkanperubahanpaaa dlri individu yang beldjar (dalam arti perubrthan titlgkah lakU) baik aktual maupun potel1sial.

2) Perubahan itu prtda dasarnya adalah· diclapatkal1nya· kemampUan baru yang berlaku dalam waktu yang relatltJama

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

(45)

Selanjutnya, belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis, meskipun prosesnya sullt untuk dilihat secara nyata, tetapi kriteria persyaratan dalam proses belajar itu dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang fundamental dalam setiap kegiatan belajar. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada empat kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

I) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu. 2) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau

bahan atau materi yang akan dipelajari.

3) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan, atau perubahan fisiologis.

Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

4. f。ォエッセMヲ。ャ、ッイ yang Mempellgartlhi Belajat

Ausubel,mengelompokan faktor yang mempengaruhi belajar

kedalarn dua bagian yaitu:

1) Antar- perseorangan /pribadi(interpersonal Category)43

2) Situasi

Arltar-perseorangan/pribadi(intrapersonal category),yaitu faktor-faktor yang terdapat clalam did pelajar dan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Faktor atau perubahan stnllctur kognitif(cognitive structure val'iables)

2) Kesiapan yang berkembatlg(developmental readiness)

3) Kemampuan intelektual (intellectual ability)

4) Faktor l110tivasi dan sikap(motivational and attitudionaljaktors)

5) Faktor kepribadian (personality jaktors)

(46)

Katagori situasi(situational category),meliputi faktor-faktor belajar sebagai berikut:

I) Susunan atau rencana bahan pengajaran(the arrangement of instructional)

2) Faktor kelompok atau sosial tertentu(certain group and sosial faktors)

3) Karakteristik guru(characteristics ofthe teacher)

Tokoh lain berpendapat, ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasH belajar siswa di sekolah, yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yakni:44

a. Faktor internal yakni fakor-faktor yang berasaldari dalarn diri siswa, yakni :

I) Faktor fisiologis 2) Faktor psikologis.

b. Faktor eksternal siswa yakni faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yakni:

I) Faktor-faktor Iingkungan 2) Faktor-faktor instrumental

Kedua faktor tersebut diatils sangat berperan dalam l11empengaruhi belajar siswa, keberhasHan dan kegagalan dalam pel11belajaran di sekolab sangat tergantung pada kedua faktor tersebut.

セN Prinsip-prinslp Belajar

Prinsip-prilislp belajar yang dikemukan otehNasution,antara lain; I) Agar seseotang Henar - benar belajar ia }jams mempunyai suatu

tujuan

2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksa oleh orang lain.

(47)

3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran-kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya

4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan tingkah lakunya

5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau sampingan.

6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melaknkan. 7) Seorang belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya, atau

secara intekektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.

8) Dalam hal belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

9) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.45

Untuk itulah perlu diperhatikan bagi setiap guru yang mengajar prinsip-prinsip tersebut, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, sehinggagurumampu menyiapkan strategi yang baik dan metode yang variatif.

3.

I/itlikator

Motivasi

Belajar

Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang sedang belajar unttik mengadrtkan perubahan tingkah laku pada umumnya dan keinginan utlil1k belajar lebih seri1angat lagi. Indikator atau petunjuk yang drtpat dljllHikan acUan bagi motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Adanya rasa ingin tahu, minat serta perhatian siswa terHarlap peilljaran. 2) Adanya keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan prestasi

(keberhasilan dalam bell\iar) 3) Adanya kreativitas dalam belajar.

(48)

4) Adanya keinginan, semallgat, usaha yang keras dan rasa kebutuhan

:<'."Ci

dalam belajar.

5) Adanya ketekunanlintensitas yang cukup banyak dalam belajar. 6) Adanya keaktivan siswa dalam belajar.

7) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila mneguasai pelajaran.

8) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.

9) Adanya Iingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik. 10) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.

11) Adanya figur guru yang kompeten dan menarik dalam mengajar. 12) Adanya alatlmedia yang mencukupi kebutuhan siswa dalam belajar.

4. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI) 1. Definisi Pendidikan Againa Islam

Urgensi pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari pengertian pendidikan agama Islam itu sendiri. Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain Pendidikan Agama. Dan dalam penjelasanya dinyatakan bahwa pendidikan agama mernpakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhall Yang Maha Esa sesuai dengan agama yallg dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.

(49)

membentuk kesalehan terhadap alam sekitar. Kualitas amal saleh akan

menentukan derajat ketaqwaan (prestasi rohani/iman) seseorang

dihadapan Allah swt.

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

I. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara

berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai

2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam

arti ada yang dibimbing, diajari danlatau dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap

ajaran Agama Islam.

3. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang

melaukan kegiatan bimbingan, pengajaran danlatau latihan secara

sadar terhadap para peserta didiknya untuk l11encapaitujuan

pendidikan agama Islam.

4. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agamaIslamdiarahkall untuk

menil1gkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan

pengamalan ajaran Agama Islam dari pesertli didik, yang

disamping untuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus

untuk membentukォセウ。ャ・ィ。ョ sosial.

Usaha pembelajaran Pendidikan ••• Agama Islam •di sekolah

、ゥィ。イ。ーォセョ

.agar mampu Ihembentuk kesdlehan pribadi dan sekaligus

kesalehm\ sosial sehingga pendidikanagama Islamdibarapkllh jangan

sampai: (I) Menumbuhkan semangat fllnatisme; (2) Metlurhhililkan

sikap intdleran dikalangan pesel1a didik dan masyarakat Ihclbrlesia; dan

(3) Memperlemah kerukunan hidup beragama serta petsatuan dan

kesatuan nasional (Menteri Agama RI, 1996). Walhasil pendidikan

agama Islam diharapkan mampu menciptakanukbuwah Islamiyah

(50)

al-insaniyah, ukhuwah fial-wathaniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fidin al-Islam.46

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasioanal, yaitu:

Bagian kesembilan Pendidikan Keagamaan

Pasal30

I) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan latau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. 3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur

pendidikan formal, nonformal, dan informal.

4) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I), ayat

Gambar

Tabell: Data Populasi dan Sampel
VariabelTabel2Dimensi
BesarnyaTabel3 "r" Product
tabel nilai "r " product moment, yaitu:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

Menurut Agus Suprijono (2010:79) “ Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

Dengan rahmat dan karunia dari Allah SWT, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Pembelajaran contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan