PERANAN KETENANGAN JIWA BAGI KEBERHASILAN
PROSES PENDIDIKAN REMAJA
Oleh:
SARBINI
NIM: 9911000144
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S-I
Fakultas Tarbiyah UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Oleh:
SARBINI
NIM: 9911000144
Di bawah Bimbingan :
r---_,,/
Drs. . Alisuf Sabri
NIP. 150 034 454
JURUSAN PENDIDIK.AN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
.JAKARTA
1425 H / 2004 M
Skripsi dengan judul "PERANANAN KETENANGAN JIW A BAGI KEBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA" telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Hari Rabu tanggal, 08 September 2004. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program
strata 1 (S 1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Sidang Munaqasah
Dekan I etua Merangkap Anggota
Prof. Dr. H. Salman H un NIP.150 062 568
Penguji I,
Drs. H. Mu'arifSam, MPd NIP. 150 268 585
Anggota
Jakarta, 11 September 2004
Pudek I I Sekretaris Merangkap Anggota,
Penguji II,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia
yang diberikan kepada penulis sehingga dapat merampungkan skripsi ini sebagai
syarat untuk mengikuti munaqasah dan wisuda sarjana. Shalawat dan salam penulis
haturkan kepada Nabi SAW.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan baik secara moral
maupun material dari semua pihak oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
I. Bapak Prof. DR. H. Salman Hamn, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Drs. A. F. Wibisono, M. Ag, ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Bapak Drs. M. Alisuf Sabri, pembimbing yang telah banyak memberikan peluang
waktunya dan dengan amat sabar membimbing serta mengarahkan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
saudara-saudara keluarga besar orang tua penulis yang ikut terlibat langsung baik
moril maupun material ikut mendukung dari awal sampai akhir keberhasilan
penyelesaian pendidikan tinggi.
6. Kakak Drs. Reza Ronaldo. M. M. sekuarga yang penulis anggap sebagai kakak
kandung penulis sendiri, yang ikut terlibat memberikan dukungan bimbingan baik
moril maupun material langsung maupun tidak langsung dari awal sampai akhir
keberhasilan pendidikan tinggi
7. Teman-teman dan sahabat yang baik, teman seperJuangan dalam pendidikan
maupun teman seperjuangan dalam lingkungan dunia kerja diantaranya Herliana,
Saidati, Anwar Sirait, Sanusi, Khairudin, Yusroni, Kazwaini, Sugino, Rudito,
Sugiono dan lainnya.
Akhirnya penulis berdoa semoga Allah SWT membalas jasa dan amal baik
mereka. Harapan penulis sehingga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.
11
Jakarta, 11 September 2004
Penulis
KA TAPENGANTAR ... .
DAFT AR ISi ... 111
BAB! PENDAHULUAN ... . A. Latar Belakang Masalah ... 2
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Metode Pembahasan ... 7
D. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KETENANGAN JIW A ... 9
A. Pengertian Ketenangan Jiwa ... 9
B. Faktor yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa ... 11
C. Adanya Kegoncangan dan Gangguan Jiwa ... 13
BABIII PENDIDIKAN BAGI REMAJA ... 18
A. Pengertian Pendidikan dan Remaja ... 18
I. Pengertian Pendidikan ... 18
2. Pengertian Remaja ... 20
B. Pendidikan Bagi Remaja ... 22
I. Pcmbinaan Lingkungan Keluarga ... 23
2. Pcmbinaan Lingkungan Sekolah ... 24
3. Pcmbinaan Lingkungan Masyarakat ... 26
C. Ciri-ciri Perkembangan Jiwa Remaja... 27
I. Ciri-ciri Umum Masa Remaja ... 27
2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Remaja ... 29
D. Perkembangan Seksual ... 33
G. Pendidikan yang Diperlukan Remaja ... 39
BAB IV IMP LI KASI KETENANGAN JIW A BAGI KEBERHASILAN PENDIDIKAN REMAJA ... 42
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Remaja ... 42
B. Pengaruh Ketenangan Jiwa Bagi Keberhasilan Proses Pcndidikan Remaja ... 45
C. Upaya Mendapatkan Ketenangan Jiwa Bagi Remaja ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Kcsimpulan ... 52
A. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN
Abad 21 ini adalab abad kemajuan. Jarak yang dulu sukar ditempub, kini dalam beberapa menit saja dapat dicapai, sehingga tidak ada alasan untuk mengelub dan menderita. Namun kesenangan dan fasilitas hidup yang cukup itu tidak mampu mendatangkan kebabagian. Babkan yang tampak mewarnai zaman modern ini adalab kecemasan, kegelisaban dan kehilangan ketenteraman bathin yang menimbulkan berbagai problema dan kontradiksi-kontradiksi, di antaranya terjadi kemerosotan moral, kenakalan anak dan remaja, kehilangan semangat kerja, kemunduran berpikir dan konsentrasi ( terutama dalam ha! belajar ), serta timbulnya berbagai penyakit yang belum dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Tidak jarang pula terjadi konflik perselisihan dan pertentangan yang tidak beralasan antara sesama manusia, yang terlihat sekarang ini adalab perkelahian antar sekolab.
tanggapan yang berbeda-beda tentang mereka. Ada yang berpendapat sahwa masa
remaja adalah masa yang penuh dengan persoalan dan kesukaran, dilain pihak ada
yang memandang umur remaja adalah masa yang paling indah, menyenangkan dan
penuh dengan kebahagian. Memang sulit untuk ditentukan secara pasti dengan ukuran
tertentu. Hal itu kama berat ringannya masalah dan kesulitan yang dihadapi remaja
banyak bergantung kepada tingkat sosial, ekonomi, budaya, dan latar belakang
keluarga.
Di antara konfik atau pertentangan yang terjadi pada diri remaja adalah perasan
( emosi)-nya terhadap agama. Sesungguhnya pengaruh perasan terhadap agama jauh
lebih besar dari pada rasio (logika). Beberapa banyak orang yang mengerti agama, dan
agama itu dapat diterima oleh pikirannya, tetapi dalam pelaksanaannya, ia sangat
lemah, kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan diri sesuai dengan pengertiannya
itu.
Usia 13,0 atau 14,0 adalah masa tidak stabilnya emosi dimana perasaan sering
tidak tenteram, keyakinannyapun akan terlihat mundur maju (ambivalence) serta
pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi
emosinya pada waktu tertentu. Kadang-kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada
Tuhan hingga terasa dekat dan seolah-olah ia berdialog langsung dengan-Nya,
kadang-kadang ia merasa jauh dengan Tuhan tidak dapat memusatkan pikiran waktu berdoa
atau sholat. Kondisi keimanan yang maju mundur itu adalah satu ciri khas remaja yang
Kepercayaan kepada Allah pada priode pertama dari masa remaja, bukanlah
keyakinan pikiran akan tetapi adalah kebutuhan jiwa. Disinilah letak perbedaan pokok
antara doa anak-anak dan doa remaja. Yang pertama memohon kepada Allah agar
terlepas dari azab neraka, karna ia takut akan hukuman luar yang dapat dirasa, ia tidak
dapat membayangkan adanya hukuman bathin ( rasa dosa ). Sedangkan pada remaja,
doanya adalah untuk memohon bantuan Allah supaya ia terlepas dari gejolak jiwanya
sendiri dan tertolong dalam menghadapi dorongan- dorongan nalurinya, karna ia takut
akan hukuman bathin yang abstrak itu. 1
Problema yang trjadi pada remaja, sebenarnya bersangkut paut dengan
pengaruh lingkungan di mana remaja itu hidup. Maka dalam ha! ini suatu paktor yang
sangat penting untuk bagi remaja adalah agama. Agama memeng berperanan yang
sangat menentukan bagi kehidupan remaja terutama dalam mengatasi berbagai
persoalan hidup yang dialami, sudah terbukti bahwa agama mempunyai peranan
penting dalam perawatanjiwa.2
Jika berbicara tentang kehidupan di sekolah, maka adapula situasi disana yang
menyebabkan tidak enalmya remaja seperti pmikiran remaja tentang hari depannya
bayangan kesulitan mendapatkan peke1jaan setelah selesai sekolahnya. Kebimbangan
beragama yang biasa melanda remaja di masa ini, juga dapat menambah cemasnya
1
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional., (Jakarta: Pedoman llmu Jaya), Cet. le-1. j. 25
2 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,
mereka.3 Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat berkenaan dengan ketenangan J!Wa
salah satunya adalah surah al- Baqarah ayat 155 yang berbunyi :
Artinya: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". ( Q.S.
Al-Baqarah: 155)
Berbicara tentang gangguan dan penyakit jiwa (neiose dan psychose ), kitapun
akan menemnkan berbilang ayat tentang kecemasan (anciety), penyimpangan kelakuan
(behavior disorders).4
Jika ahli jiwa secara umum berkesimpulan bahwa di antara penyebab gangguan
dan penyakit jiwa adalah kehilangan ketenangan bathin, maka Al-Quran menyuruh
orang menenteramkan bathinnya dengan mengingat Allah.5
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram". ( Q.S. Arra'd :28)
Ayat Al-Quran yang mengandung daya terapi yang potensial itu menunjukkan
bahwa ketenangan hati (thuma'ninah dan sakinah al-qalb) akan diperoleh sebagai
ganjaran apabila melakukan suatu ibadah mengingat Allah atau dzikrnllah.
3 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), Cet. ke-3, h. 102
4
Zakiah Darajat, op. cit., h. 34 5
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka dekatilah Dia yang Maha Tenang dan Maha tenteram, agar mengimbas sifat-sifat itu kepada kita"6• Ayat di atas juga menunjukkan bahwa agama
itu sendiri berisikan aspek terapi bagi jiwa dan akan sangat membantu dalam
mengantarkan remaja ke gerbang keberhasilan pendidikan dalam upaya yang bersamaan menghilangkan keresahan-keresahan dan ketidaktenangan gangguan yang ditimbulkan oleh kondisi jiwa remaja itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengkaji lebih jauh permasalahan ketenangan jiwa dan hubungannya dengan keberhasilan pendidikan yang di tunjukkan dalam bentuk skripsi dengan judul "PERANAN KETENANGAN JIW A BAGI KEBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
I. Pembatasan Masalah
Memperhatikan permasalahan di atas, maka untuk lebih mudahnya, penulis membatasinya sebagai berikut :
a. Aspek ketenangan jiwa pada remaja.
b. Masa remaja yang penulis maksudkan yaitu dari usia 13 atau 14 sampai 21, yang dikenal dengan istilah remaja awal dan taliap remaja.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana kondisi kejiwaan pada masa remaja.
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan remaja.
6 Hana Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam,
c. Apa peran ketenangan jiwa bagi keberhasilan pendidikan remaja.
C. Mctode Pcmbabasan
Metode penelitian dilakukan dengan :
1. Sumber Bahan
Yang meajadi sumber bahan penulisan skripsi ini adalah buku-huku
yang berkenaan dengan masalah gangguan jiwa yang dialami oleh para remaja
dan faktor-faktor keberhasilan pendidikan remaja
2. Telmik Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data yang kemudian diseleksi dan
disesuaikan dengan verifikasi Ialu diklasifikasi dan kemudian dilakukan
pengujian ulang terhadap data-data yang ada apabila ada data-data yang
bertentangan. Sumber bahan dalam penelitian library research adalah sumber
buku
D. Sistcmatika Pcnulisan
Penulis membagi skripsi ini menjadi Iima bab dan setiap bab dibagi menjadi
sub-sub sebagai penjabarannya. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan yang berisi secara global mengenai pembahasan pada tiap-tiap bab. Bab ini meliputi Iatar belakang masalah, alasan pemilihan judul,
pernbatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan serta
BAB II Menjelaskan seputar ketenangan jiwa yang meliputi: pengertian ketenangan jiwa, dan faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa, adanya goncangan
dan gangguan jiwa.
BAB III Menjelaskan tentang pendidikan bagi remaja meliputi: pengertian remaja, pendidikan bagi remaja: di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat,
ciri-ciri khusus perkembangan jiwa remaja: ciri-ciri umum masa remaja,
perkembangan jiwa remaja dan tugas perkembangan remaja, pendidikan
yang diperlukan remaja.
BAB IV lmplikasi ketenangan jiwa bagi keberhasilan pendidikan remaja meliputi: foktor-foktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan pada remaJa,
peranan ketenangan jiwa bagi keberhasilan proses pendidikan remaja,
upaya mendapatkan ketenangan bagi remaja
KETENANGAN JIWA
A. Pengertian Ketenangan Jiwa
Ketenangan berasal dari kata "tenang" yang kemudian diberi imbuhan ke-an.
Ketenangan secara etimologi berarti mantap, tidak gusar, yaitu: suasana jiwa yang
berada dalam keseimhangan sehingga menyebabkan seseorang tidak terburu-buru
atau gelisah. 1 Dalam bahasa Arab, kata tenang ditunjukkan dengan kata
ath-Thuma'ninah yang artinya ketentraman hati kepada sesuatu dan tidak tergoncang atau
resah.2
Sedangkan jiwa adalah roh manusia yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan hidup atau seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari
perasaan, pikiran, angan, dan lain sebagainya). 3
Jiwa dalam agama adalah sebagian dari kerohanian manusia, yaitu:
kesanggupan merasakan sesuatu. Suatu makhluk baru dikatakan berjiwa jika sanggup
mengalami, merasakan, berkemauan dan lain sebagainya.4
1
Jalaludin dan Ali Ahmad Zen, Kamus Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Al-Ma'arif, 1995)
2
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Ta/sir Jbnu Qoyyim; Ta/sir ayat-ayat pilihan. diterjemahkan oleh: Kathur Suhardi, (Jjakarta: Darul Falah, 2000), eel. Ke-I, h. 377-3778
3
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, I 996), Edisi ke-2, cet. Ke-7, h. 416
4
Dalam filsafat, pengertian jiwa diklasifikasikan dengan berbagai macam teori,
antara lain:
I. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan sesuatu jenis kemampuan, yakni semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan.
2. Teori yang menyamakan pengertianjiwa dengan tingkah laku.5
Dalam psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang
diselidiki oleh para psikolog adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai
gejala-gejala dalam jiwa. Teori-teori psikologi baik psikoanalisa, behaviorisme
maupun lmmanisme memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada di belakang
tingkah laku. 6
Jiwa menurut Fazlur Rahman dalam bukunya "Major Themes of Al-Quran"
adalah sesuatu substansi yang terpisah dari jasmani. Jiwa yang dikatakan juga sebagai
"diri" atau ''bathin manusia" memang dinyatakan oleh Al-Quran sebagai realitas pada
manusia tetapi ini tidal< dapat terpisah secara eksklusif dari raga.7
Dalam al-Quran katajiwa pada dasarnya ditunjukkan dengan kata Nafs bukan
dengan kata qalb. Tetapi baik kata jiwa atau hati keduanya menunjuk pada konsep
tentang sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang. 0 Ieh karena itu penulis
menekankan pengertian dari kata qalb dalam pembahasan skripsi ini dengan jiwa
5
Louis 0. Kattsoff, Elements of Philosophy, alih bahasa Soeyono Suemargono dengan judul
Ppengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), cet. Ke-I, h. 30 I
6
Hasan Langgulung, Teori-teori Kkesehatan Mmenta/, Perbandingan Psikologi Modern dan
Pendekatam Pakar pakar Ppendidikan Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Huda, 1983), cet. Ke-I, h. 9
7
Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Quran; Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci,
sebagaimana kata nafs yang juga bisa berarti
hati
seperti pada ayat ( )yang dalam terjemahannya bis a berarti "apa yang dibisikkan o !eh hatinya "8
Dari pengertian dua suku kata di atas, penulis menyimpulkan bahwa
ketenangan jiwa adalah suasana kehidupan batin manusia atau diri manusia yang
terdiri dari perasaan, pikiran, angan dan lain sebagainya yang berada dalam
keseimbangan hingga menyebabkan manusia itu tidak terburu-buru atau gelisah.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa
Pada dasarnya kegoncangan jiwa yang terjadi pada diri remaja bukanlah suatu
keadaan yang muncul dengan sendirinya, namun ada dua faktor yang menjadi
penyebab yaitu: faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yang menyebabkan timbulnya goncangan jiwa remaja berkaitan
dengan proses pertumbuhan fisik yang sedang berlangsung. Salah satu di antara tugas
perkembangan remaja untuk menjadi dewasa adalah menerima keadaan tubuh yang
baru berkembang dan menyadari bahwa kodrat alam memberikan ciri-ciri fisik
tertentu di dalam dirinya yang bila dirasakannya sangat kurang dan tidak sesuai
dengan proporsinya, mereka cenderung membesar-besarkan masalah itu.
Adapun faktor ekstern yang menyebabkan terjadinya goncangan jiwa remaja
adalah ketidakmampuan remaja dalam memenuhi beberapa aspek yang menjadi
kebutuhannya, adanya tuntunan orang tua dan masyarakat terhadap remaja, tantangan
masa depan, terlebih lagi masalah penyesuaian diri yang harus siap menghadapi
kegagalan atau menghadapi kesuksesan dalam menghadapi suasana dan situasi yang
baru. Hal ini menimbulkan ketakutan dan kccemasan remaja yang menyebabkan
kegoncangan pada diri remaja.
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya
gangguan jiwa. Menurut pendapat Abraham H. Maslow bahwa:
Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, malca ia akan mengalami
gangguan jiwa. Ada 5 jenis kebutuhan yang bertingkat-tingkat menurut hirarki
tertentu yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu:
I. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk hidup, seperti: makan, minum dan istirahat.
2. Kebutuhan akan rasa kasih sayang. Perasaan memiliki dan dimiliki oleh orang lain atau kelompok masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
3. Kebutuhan akan rasa aman (safety). Orang ingin bebas dari rasa takut dan kecemasan, terlebih pada diri remaja.
4. Kebutuhan akan harga diri. Bila kebutuhan di tingkat ketiga tclah terpenuhi, malca akan muncul kebutuhan akan harga diri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu yang merupakan keinginan dari dalam dirinya. Dia tidak lagi menuntut penghargaan atas orang lain atas apa yang diperbuatnya. 9
Selain pendapat yang dikemukakan di atas, ada pendapat lain yang
dikemukakan oleh Afred Adler yaitu: "terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh
tekanan dari perasaan rendah diri (inferiority complex) yang berlebih-lebihan.
Sebab-sebab timbulnya rasa rendah diri adalah kegagalan di dalam rnencapai superioritas di
9
clalam hiclup. Kegagalan-kegagalan yang terns menerus ini akan menyebabkan
kecemasan clan ketegangan emosi.10
Dari penclapat-penclapat di atas clapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh karena ketidakmampuan manusia untulc mengatasi konflik clalam
diri, tidak terpenuhinya kebutulmn hidup, perasaan kurang cliperhatikan clan perasaan
rendah diri.
C. Adanya Kegoncangan dan Gangguan Jiwa
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kcgoncanganjiwa, masa berada
dalam peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dengan masa dewasa yang matang clan
berdi:ri sendiri.11 Beliau menambahkan pada literatnr lain bahwa para renmja sering
kali terlihat terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai itu, yang
kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya.12
Grenville Stenley Hall mengistilahkan kegoncangan jiwa yang te1jadi pada
masa remaja dengan istilah: "Masa ini merupakan masa peralihan peka, remaja
mengalami badai topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya, keadaan ini
diistilahkan dengan stroom and strees"
IO Ibid, h. 93
11
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bin tang, 1996), cet. Ke-2, h. 40-41
Di antara sebab atau sumber kegoncangan emosi pada masa remaja adalah
konflik atau pertentangan yang terjadi dalam kehidupan, baik yang terjadi pada
dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum atau di sekolah.
Di antara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja menurut
para ahli jiwa adalah:
I. Jika mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ihnu pengetahuan. Mungkin saja ilmu pengetahuan itu tidak bertentangan
clengan agama, tetapi karena pengertian agama itu clisampaikan atau diterangkan
kepada remaja sejak kecilnya dengan cara yang menyebabkan terasa olehnya
adanya pertentangan, maka remaja akan gelisah, mungkin akan menggoncangkan
keyakinan yang telah tertanam itu.
2. Adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dengan kelakuan orang-orang dalam
kenyataan hidup clan sikap serta tinclakan orang-orang yang dihormatinya seperti
orang tua, guru, pemimpin, penganjur agama clan lainnya. Misalnya ia mendapat
didikan bahwa berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta
dalam pergaulan hidup ini.
3. Masalah clorongan seks. Mereka ingin bergaul erat clcngan jenis lain, atau akan
berbuat semaunya, akan tetapi ha! itu bertentangan dengan larangan-larangan
agama clan nilai sosial.13
Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah masa ticlak stabilnya emosi di
mana perasaan sering tidak tenteram, maka keyakinannya pun akan terlihat mundur
13
(ambivalence), dan pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah
sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu.
Dapat dikatakan bahwa prilaku remaja tidak stabil, keadaan emosmya goncang, mudah condong kepada ekstrem, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikirannya dan perhatiannya pada dirinya. Perhatian kepada diri dan penampilannya sangat berlebihan, ia berusaha rnenarik perhatian orang lain, seperti berpakaian menco lok, seksi dan lain-lain. Kadang-kadang remaja berkelakuan yang menimbulkan tertawaan orang lain atau ha! hebat lainnya yang membuat kagum dan perhatian orang kepadanya, bila sebagian dari keinginannya tak terpenuhi akan mendatangkan gangguan jiwa.
Dengan kata lain bahwa karena masa remaja ini adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa dan kondisi lainnya yang rentan dengan hal-hal yang negatif seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth. B. Hurlock a<lalah maka jika keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi akan mendatangkan gangguan jiwa.14 Hal ini pun sependapat dengan Abraham H. Maslow yang mengatakan bahwa: "apabila manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengalami gangguan
jiwa".15
14
Andi Mappiare, lpsikologi Rremaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.32
Gangguan kejiwaan adalah: "ketidak seimbangan jiwa yang mengakibatkan
te1jadinya ketidak normalan sikap dan tingkah laku atau penyakit psikis yang dapat
menghambat penyesuaian diri".16
Salah satu defensi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H. Kanfer dan
Arnold P. Goldstein, menurnt kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah: "kesulitan yang dihadapi seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena
persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri'.
Dalam istilah kesehatan mental, gangguan jiwa berarti: "kumpulan dari
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dcngan kejiwaan maupun
jasmani. Keabnormalan tersebut terjadi bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya
bagian-bagian anggota badan, kendatipun gejala-gejalanya kelihatan pada fisik akan
tetapi banyak disebabkan oleh keadaanjiwa danjasmani yang terganggu".17
Ciri orang yang mengalami gangguan kl'jiwaan menurut mercka:
1. Hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang 9tension) di dalam diri
2. merasa tidak puas ( dalam arti negatiJ) terhadap prilaku sendiri
3. Perhatian yang berlebih-lebihan terhadap problem yang dihadapi
4. ketidakmampuan untuk berfimgsi secara efektifdi dalam menghadapi problem18
16
DEPDIKBUD, Op. Cit, h. 253
17
Yahya Jaya, Spritualisasi Islam dalam Mengembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), cet. Ke-I, h. 80
18
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal (abnormal) baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental.19
Keabnormalan itu terlihat dalam beberapa macan1 gejala, yang terpenting di antaranya: ketegangan batin, putus asa dan murung, gelisah atau cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. Semuanya mengganggu ketenangan hidup, misalnya: tidak bisa tidur nyenyak, tidak ada nafsu makan dan lain sebagainya. Dari keterangan-keterangan tersebut di atas dapat diketahui bahwa kegoncangan jiwa bisa membawa seseorang kepada gangguan jiwa apabila kegoncangan itu bisa tero bati a tau dikendalikan.
19
PENDIDIKAN BAGI REMAJA
A. Pcngertian Pcndidikan dan Remaja
1. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata didik dengan diberi
awalan pen- dan akhiran -an yang berarti perbuatan, ha!, cara dan lain
sebagainya dalam mendidik. Arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan
memberi latihan, ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan.1 menurut
Ramayulis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu pacdagogis. Pais
artinya anak dan again artinya membimbing. Dengan demikian, paedagogis
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak-anak.2
Dalam bahasa lnggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
education yang berasal dari bahasa latin educare yang mengandung arti:
"proses menghasilkan dan mengembangkan, mengacu pada yang bersifat fisik
dan materil".3
1
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
cet. Ke-5, h. 250
2
Ramayulis, I/mu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-I, h. I
3
Syekh Muhamad An-Naquib Al-Atas, Konsep Pendidikan da!am Islam, (Bandung:
Al-Mizan, 1984), cet. Ke-I, h. 64
Dalam bahasa Arab ada beberapa yang menunjukkan arti pendidikan,
yaitu: kata-kata yang berbentuk masdar dari kata Tarbiyah HセIGI@ kata ta'lim
HセIL@ dan kata ta' dib ( ..,..,,ir)
Sedangkan secara terminologis, pengertian pendidikan yang
disimpulkan oleh para ahli pendidikan terdapat perbedaan. Hal ini karena para
ahli pendidikan tersebut melihatnya dari sudut yang berbeda-beda serta karena
luasnya permasalahan pendidikan.
Menurut M. J. Langeveld, pendidikan adalah "pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih membutuhkan bimbingan dan bantuan
tersebut, dimulai sejak anak mengerti zezeg (kewibawaan) dan berakhir
setelah anak mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani".4
D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan adalah "bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama".5
Sedangkan menurut Crinjs dan Rekosiswojo mengemukakan bahwa
pendidikan adalah "pertolongan yang diberikan oleh barang siapa yang
4
Jalaluddin dan Ahmad Zen, Kamus llmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Ma'arif,
1995), h. 76
5
Soekarno dan Ahmad Sopardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Jslam, (Bandung: Angkasa,
bertanggung jawab alas pertumbuhan seorang anak untuk membawanya ke
tingkat dewasa". 6
Dari beberapa definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan di alas, penulis dapat mcnyirnpulkan bahwa pcndidikan adalah
scgala usaha yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap terdidik
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan
dan kepribadian yang utama dan sempurna.
2. Pengertian Remaja
Dibandingkan dengan sejarah umat manusia, pcngakuan terhadap
adanya kurun usia tertentu yang disebut "remaja" relatif masih sangat barn.
Adams. GR dan Gullotta T menyatakan bahwa pada abad pertengahan,
konsep tentang remaja barn dikenal secara meluas dan mendalam pada awal
abad ke-20 dan berkembang sesuai dengan kondisi kebudayaan misalnya
karena adanya pendidikan formal yang berkepanjangan, karena ada kehidupan
kota besar dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut mendorong timbulnya
perubahan peran pada anak dalam kurun usia tertentu dan sejak itulah konsep
tentang remaja diakui, diterima, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
dijadikan bahan studi untuk pengernbangan berbagai teori.
Untuk mendefinisikan remaja tersebut memang tidak mudah karena
manusia itu sangat heeterogen baik dilihat dari segi fisik, psikis dan
6
lingkungan sosialnya. Namun demikian para ahli memberikan batasan-batasan
tentang definsi remaja menurut penelitiannya masing-masing, karena memang
keadaan fisik dan psikis remaja itu berbeda dengan usia anak-anak maupun
dewasa.
Masih banyak pengertian remaja yang dikemukakan oleh para pakar,
sesuai sudut pandang mereka masing-masing yang berbeda. Ada pengertian
remaja dalam pandangan masyarakat, remaja dalam pandangan hukum,
undang-undang dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian remaja di atas, penulis mengambil
pengertian remaja yang diberikan oleh para pakar psikologi dan pendidikan.
Penulis memandang bahwa pengertian tersebut cukup representatif untuk
dipakai dalam skripsi ini, ha! ini disebabkan karena masa remaja ini adalah
masa yang penuh dengan gejolak kejiwaan.
Zakiah Darajat mengemukakan bahwa remaja adalah "suatu tingkatan
umur di mana anak-anak tak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang
dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjcmbatani antara umur anak dan
dewasa".7
Sahilun A. Nasir berpendapat bahwa masa remaja adalah "masa yang penuh kontradiksi yang ditandai dengan ketidakmantapan si remaja yang
berpindah-pindah dari prilaku atau norma-norma lama ke norma-norma baru
7
atau sebaliknya. Ketidakmantapan ini diindikasi dari belum matangnya kepribadian yang sering disebut strum and drang". 8
Masa remaja menurut Alisuf Sobri adalah
Masa-masa yang dikenal dengan suatu periode pcralihan yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahan sikap dan prilakunya, usia bermasalah yang sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa di mana individu mencari identitas dirinya send iri dan usia yang tidak realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya serta terakhir adalah masa ambang dewasa.9
Dari beberapa definisi dan pengenan remaja di atas,maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan remaja adalah masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat, yang berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan kepribadiannya.
B. Pendidikan Bagi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang mulai tumbuh sikap yang logis dan realistis. Ia mulai tanggap terhadap hal-hal yang ditanggap dirinya. Ia mulai enggan menerima doktrin-doktrin yang tidak jdas alasannya, oleh karena itu dalam
8
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja.
(Jakarta: Pedoman Jlmu Jaya, 1993), Cet. Ke-I, h. 160
9
memberikan doktrin-doktrin/ajaran-ajaran agama kepada remaja, harus didasari oleh
alasan-alasan yang Jogis danjelas.
Sebenarnya walaupun gejo lak emosi dan seksual remaja itu besar, namtm
pada situasi dan kondisi lain, remaja sangat memerlukan pembinaan dan bimbingan
keagamaan yang mantap dan kontinue, baik dari orang tua, para guru di sekolah
maupun dari lingkungan masyarakat. Perbuatan negatif remaja (kenakalan) yang
dilakukannya, ia pun menyadarinya bahwa tindakan tersebut tidak baik ( dosa), tetapi
gejolak emosi dan seksualnya lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan
keagamammya. 0 leh karena itu, pembinaan dan bimbingan spiritual (keagamaan)
berbagai pihak sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial remaja.
1. Pembinaan di Lingkungan Keluarga
Pada hakikatnya pendidikan agama merupakan tm1ggung jawab orang tua
terhadap anak-anaknya, karena orm1g tualah yang melahirkan dan
membesarkannya. Sikap dan tindak-tanduk oraJlg tua sangat menentukan sikap
aJlaknya. "Keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah" dapat berpengaruh
terhadap anaknya dalam mencetak "waladdun shalihun yad 'u Jehu" yang
Menurut Zakiah Darajat:
Bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuam1ya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi sebaliknya maka ia menjauhi apa yang diharapkan o leh orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak h&lat, tidak puasa dan sebagainya. 10
Statemen di atas menggambarkan betapa besarnya kedudukan orang
tua dalam membina anak-anaknya. Orang tualah yang menentukan kehidupan
beragama.
2. Pembinaan di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan pendidikan. Dalam mekanisme pendidikannya dilakukan secara
teratur dan terencana yang diatur melalui kurikulum pengajaran.
Jalaluddin mengatakan "melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran,
sikap, dan keteladanan guru sebagai pendidik, serta pergaulan antar teman di
sekolah, dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik merupakan
bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa
seseorang. 11
'0 Zakiah Darajal, !'endidikan Islam dala111 Keluarga dan Sekulah, (Jakarta: CV Ruhama,
1993), h. 66
11
Agar moral dan sikap seseora:ng anak berada pada jalur yang bail< dan
sesuai dengan ajaran agama, maka sudah sepatutnyalah setiap lembaga formal
mengaplikasikan pendidikan, karena dalam membentuk jiwa keaga:maan pada
anak lebih terarah dan terencana di lembaga formal tersebut (sekolah) daripada di
lingkungan lain. Hal ini bila dilihat dari situasi di mana anak didik lebih takut,
lebih patuh dan lebih memperhatil<an pada nesehat-nasehat gurunya.
Kewajiban memberil<an pendidikan agama di sekolah bukan hanya tugas
guru agama saja, melainkan tugas sernua guru (pendidik). Oleh karena itu,
sebaiknya setiap guru memahami pendidil<an agama.
Pernbinaan pemahaman agama juga bisa dilakukan dengan cara
birnbingan dan penyuluhan agama (BPA). BPA tersebut merupakan sarana untuk
menyelesaikan permasalahan keagamaan pada anak.
M. Arifin mengatakan:
Guru agama dalam melaksanakan tugasnya sebagai conselor/pembimbing agama disamping perlu mendasari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran agama juga dalam proses konseling perlu memperhatil<an perkembangan jiwa keagamaan pada anak bimbing. Oleh karena faktor inilah justru menjadi sasaran bimbingan dan penyuluhan agama yang prinsipil. Dengan tanpa memperhatil<an serta memaha:mi perkembangan jiwa anak, maka guru agama sulit diharapkan mencapai sukses dalam tugasnya.12
Seora:ng guru agama harus dapat mengisi jiwa anak dengan nilai-nilai
spiritual (agama) sehingga kepercayaan si anak terhadap agama lebih kuat
dibandingkan dengan keadaan emosi dan seksualnya yang sedang bergejolak pada
12
usia rema3a. Kurangnya pembinaan dan bimbingan yang kontinue, dapat
membawa si anak (khususnya yang sedang menginjak usia remaja) ke jalan yang
negatif, misalnya: tauran, mabuk-mabukan, sering bolos sekolah dan sebagainya.
Oleh karena itu dengan bekal pembinaan dan bimbingan agama ini diharapkan
dapat mencetak remaja yang shalih. Remaja seperti ini tipis kemungkinan untuk
melakukan tindakan kenakalan remaja.
3. Pembinaan di Lingkungan Masyarakat
Pembinaan pemahaman keagamaan pada rema3a tidak hanya cukup
mengandalkan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah saja. Melainkan
masyarakat y<mg religit1s pun dapat mendukung dan mempengaruhi kehidupan
beragama pada remaja. Lingkungan masyarakat yang tidak baik akan memancing
remaja untuk berbuat kriminal, karena jauh <lari nilai-nilai ajaran agama.
Pembinaan dan bimbingan agama pada remaja ini bisa dilakukan melalui
organisasi-organisasi kepemudaan misalnya: karang taruna, ikatan remaja mesjid
(!REMA) dan sebagainya. Bentuk pembinaan ini bisa berupa ceramah
keagamaan, shifdzul Quran dan lain sebagainya yang berupa pendalaman
nilai-nilai spiritual.
Lingkungan masyarakat yang agamis mempengaruhi perkembangan jiwa
keagamaan pada remaja karena remaja lebih banyak bersosialisasi dengan
masyarakat daripada dengan keluarganya. Ia lebih gemar bermain dan bergaul
masyarakat yang baik harus dipertahankan, sehingga remaja merasa malu untuk
berbuat hal-hal yang negatif.
Sebagian masyarakat yang mengerti tentang pendidikan agama seperti
ulama, kyai, asatidz, maupun para cendekiawan muslim lainnya berkewajiban
untuk membina dan membimbing masyarakatnya untuJc melakukan amar ma'ruf
nahi munkar.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa tanggung jawab
membina dan membimbing masyarakat (khususnya remaja) merupakan tanggung
jawab lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.
C. Ciri-ciri Perkembangan Jiwa Remaja
1. Ciri-ciri Umum Masa Remaja
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa mengemukakan
ciri-ciri umum seseorang remaja adalah sering terlihat adanya
a. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja. Mereka
mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu terpenuhi. Di satu
pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlakukan untuk menambah
pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Namun, di Jain pihak
mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai ha!. Akhirnya
mereka hanya dikuasai oleh rasa gelisah karena keinginan yang tidak
b. Pertentangan: pada umumnya timbul perselisihan da.n pertentangan
pendapat antara remaja dan orang tua yang mengakibatkan timbulnya
keinginan yang hebat untuk melepaskan cliri dari orang tua. Akan tetapi
keinginan ini ditentang oleh keinginan memperoleh perasaan aman di
rumah dan juga tidak adanya kesanggupan untuk berdiri sendiri.
c. Berkeinginan besar mencoba segala ha! yang belum cliketahuinya. Mereka
ingin mengetahui macam-macam ha! melalui usaha-usaha yang <lilakukan
clalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba melakukan apa yang orang
dewasa lakukan seperti remaja pria mencoba merokok, remaja putri yang
mulai bersolek. Keinginan rnencoba ini dapat berakibat negatif apabila
mereka diajak mencoba mengisap ganja atau menyuntik morfin.
d. Menghayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja putra banyak
berkisar mengenai prestasi dan tangga karier. Pada remaja putri terlihat
lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak karier. Pacla remaja putri
terlihat lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak berintik romantika
hidup. Khayalan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif, karena di pihak
lain dianggap sebagai suatu pelarian clan suasana yang tidak memuaskan
2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja
a. Perkembangan emosi
Perkembangan ini mulai tampak pada masa pemuda pada fase
negatif. Pada saat itu emosi pemuda serta tidak menentu. Ia sangat gelisah
resah gundah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah,
sedih. Ia bersifat menolak perintah harapan, anjuran maupun keinginan
orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat
setelah menolak semuanya itu.13
Keadaan emosinya yang goncang seringkali diungkapkan dengan
cara yang tajam dan sungguh-sungguh. Kadang-kadang ia mudah
meledak-ledak, mudah tersinggung. la mengalami perasaan aneh, ia mulai
tertarik kepada temannya lawan jenis. Akan tetapi ia main karena
perkembangan tubuhnya kurang menarik dan kadang-kadang perasaannya
galau tidak menentu.14
Permasalahan tentang emosi ini bila dikaitkan dengan kondisi
psikologis remaja adalah bentuk emosi yang lebih mengarah kepada
hal-nal yang kurang normatif bahkan bisa terjerumus kepada tindakan amoral
atau asusila. Akan tetapi dilain ha! keadaan emosi remaja yang mengebu
tersebut bermanfaat, karena remaja tersebut dapat terns mencari identitas
dirinya.
13 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-7, h. 183
14
Menurut Zakiah Darajat, "di antara sebab-sebab atau
sumber-sumber kegoncangan emosi pada masa remaja adalah konflik atau
pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan,
baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam
masyarakat umum/sekolah.15
Terjadinya gejolak emosi pada remaja yang tidak terkendali
tersebut disebabkan o !eh adanya kctidakberhasilan remaja dalam
mengatasi keadaan konflik terscbut. Untuk mengatasi keadaan konflik
remaja tersebut perlu adanya dukungan yang positif baik dari orang
tuanya, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakatnya. Oleh
karena itu, keadaan keluarga, sekolah dan masyarakat yang harmonis dan
agamis dapat menentukan dan mcne!ralisir emosi remaja.
b. Perkembangan kecerdasan
Masa remaja awal adalah masa perkembangan kecerdasan yang
akan mencapai puncaknya. Pada umur kira-kira 14 tahun, mereka telah
mampu mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan yang
ditemukannya. Pada umumnya remaja mencapai kematangan kecerdasan
pada umur sekitar 16-18 tahun. karena itu mereka mampu mengkritik
orang tuanya, guru, dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif
kurang baik atau tidak bijaksana.
15
32
Masa remaja adalah masa pertumbuhan jasmani cepat dengan
puncak perkembangan kecerdasan yang disertai dengan kegoncangan
emosi, keticlakpastian diri dan masa mernuncaknya kebutuhan agama.
Pada umur itu pulalah seseorang dituntut untuk melaksanakan agama
secara penuh yang disebut mukallaf, karena ia telah mencapai umur baligh
berakal.16
Dorongan belajar remaja banyak terpengaruh oleh keadaan yang
tak menyenangkan seperti konflik clan goncangan perasaan. Apabila
kestabilan dan kematangan emosi tercapai, semangat belajar meningkat,
dorongan untuk mencapai sukses bertambah kuat. Remaja normal yang
tidak mengalami hambatan emosional serta sosial dalam kehidupannya,
akan mencapai sukses dalam studinya. 17
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial semakin meningkat, bahkan kebutuhan akan
pengakuan teman lebih diutamakannya daripada perhatian orang tuanya,
karena ia seclang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan cepat
yang sering kali tidak clipahaminya. Hubungan remaja clengan orang
tuanya kadang-kadang renggang, apabila orang tuanya tidak memahami
proses pertumbuhan jasmaninya yang amat cepat itu dan perkembangan
16
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Ke/uarga dan Sekoiah. Op. Cit., h. 91
17
kecerdasan yang menyembabkan berubah dari suka menerima menjadi
menentang apabila tidal< masuk akalnya. Namin demikian remaja
mcmerlukan orang tua sebagai tempat mengeluh, bercerita tentang diri,
pengalaman yang tidak dapat dipahaminya. Begitu juga motivasi yang
agamis pun dari orang tua sangat penting sekali terhadap analmya yang
sedang menginjal< masa remaja disamping keadaan lingkungan sosialnya
yang juga religius.
Lingkungan yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial si anak
ialah yang menolong si anak untuk dapat berpindah dari satu fase ke fase yang
lain. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi sebalilmya di mana masyaralrnt
menjadi penghalang dari pertumbuhan yang wajar, misalnya pada masyarakat
yang kurang matang, terlalu fanatik terhadap nilai-nilai agama, nilai-nilai
kesukuan, atau kebahasaan tertentu, yang sudah barang tentu anal<-anal< al<an
mempunyai rasa fanatik pula terhadap nilai-nilai tersebut, maka generasi yang
akan datang lebih mementingkan pcrbcdaan antara golongannya dcngan
golongan lainnya dan kurang perhatian terhadap ikatan-ikatan yang
menghubungkannya dengan masyarakat yang lainnya itu. Maka kefanatikan
bukanlah suatu sifat yang timbul tiba-tiba (secara kebetulan), akan tetapi, itu
adalah cara yang salah dalam penyesuaian sosial yang disebabkan oleh
keadaan masyarakat dan kebudayaannya.18
Melihat statemen yang diutarakan diatas, jelaslah bahwa keluarga dan
lingkungan sangat menentukakan tcrhadap peran sosial si anak terutama bagi
remaja yang lebih condong untuk bergaul dengan teman sebayanya. Oleh
karena itu, supaya anak remaja dapat menyalirkan peran sosialnya kepada
arah positif, maka tugas keluarga dan lingkungannyalah memberikan
pengertian tentang norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial serta lebih
ditekankan kepada hal-hal yang berbau keagamaan.
D. Perkembangan Seksual
Tanda-tanda adanya perkembangan seksual pada rernaja dapat dilihat dari
adanya pertumbuhan fisiknya yang begitu pesat, misalnya laki-laki tumbuhnya
bulu-bulu halus di kemaluan, di dada, di ketiaknya, mulai berkumis, berjenggot dan lain
sebagainya. Sedangkan bagi perempuan, payudara dan pinggulnya membesar,
tumbuhnya bulu-bulu halus di kemaluan dan ketiaknya, dan lain sebagainya. Hal ini
menumbuhkan adanya desakan-desakan barn dalam jiwa si anak, yaitu desakan yang
menghendaki layanan kebutuhan seksualitas.
Di samping itu, terjadi pula perubahan di dalam tubuhnya, kelenjar
kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi
hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk organ seks. Remaja perempuan
mengalami !mid dan remaja laki-laki basah. Masa-masa itu biasa disebut dengan masa
perubahan yang エ・セェ。、ゥ@ pada dirinya itu merupakan ha! yang wajar, dia akan merasa
takut dan mengalami kegoncangan.19
E. Perkembangan Keagamaan
Perubahan jasmani cepat yang tak sama pada semua, menimbulkan
kecemasan pada remaja sehingga menyebabkan エ・セェ。、ゥョケ。@ kegoncangan emosi,
kecemasan clan kekuatiran. Bahkan kepercayaan remaja kepada Tuhan kadang··
kadang sangat kuat. Akan tetapi kaclang-kaclang menjacli ragu clan berkurang, yang
terlihat pacla cara ibaclahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.
Zakiah Darajat mengatakan bahwa perasaannya terhadap Allah bukanlah perasaan
yang tetap, akan tetapi aclalah perasaan yang bergantung kepacla perubahan emosi
yang sangat cepat, terutama pacla masa remaja awal. Kebutuhan akan Tuhan
kaclang-kaclang tidak terasa, apabila jiwa mcreka dalam keaclaan gelisah, karena menghadapi
bahaya yang mengancam, ketika ia takut akan gaga!, atau mungkin jnga karena
merasa dosa. Dalam ha! ini remaja akan merasa bahwa shalat atau membaca kitab
suci dan kegiatan-kegiatan agama lainnya, clapat mengurangkan keseclihan, ketakutan
dan rasa penyesalannya. Dengan kata lain, gelombang kuatnya rasa agama,
merupakan usaha-usaha untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu
timbul. 20
19
Zakiah Darajat, Op. Cit, h. 46
20
F. Perkembangan Tahap Akhir Remaja
Sesungguhnya bagian terakhir dari perkembangan remaja adalah
perkembangan jiwa sosial dan kepribadian. Pada masa tersebut terlihat adanya
perhatian terhadap hari depannya. Masalah-masalah pemilihan jodoh, pernilihan
pekerjaan dan kedudukan di dalam masyarakat. Tidak jarang pula remaja terbentur
menghadapi perkembangan dirinya yang telah mendekati masa dewasa.
Gelombang baru dialan1i remaja adalah pencarian identitas diri dan
kecondongan kepada berteman dengan lawan jenis. Dalam ha! ini agama sangat
diperlukan. Bagi remaja yang telah mendapatkan pendidikan agama secara baik dan
tepat di masa sebelumnya, tidak akan mengalami kegoncangan yang berarti, terutama
bila orang tuanya memperlakukannya dengan cara demokratis. Bagi remaja yang
kurang bekal keagamaannya dalam memasuki remaja akhir ini tidak jarang
mengalami kesulitan, sehingga mereka mudah tersesat kepada pelanggaran nilai-nilai
agama.
Pada umumnya para pakar pendidikan dan kejiwaan berpendapat bahwa
pertumbuhan dan perkembangan seseorang baru dianggap selesai pada umur kurang
lebih 20 atau 21 tahtm. apabila pertumbuhan jasmani telah dapat dianggap selesai
pada umur 16-17 tahun, maka yang masih belum dianggap selesai perkembangal111ya
berakhir pada umur 21 tahun. sedangkan kematanganjiwa agama dan ideologi masih
rnembutuhkan beberapa tahun sesudah itu.21
1. Tugas Pcrkcrnbangan Rcrnaja
Tugas-tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Karl C.
Garrison adalah
a. Menerima keadaan jasmani
Pada periode pra-remaja (periode pubertas) anak tumbuh demikian
cepat mengarahkan pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini dibarengi
[image:45.595.43.453.167.489.2]pula o !eh perkembangan antara lain sikap dan citra diri. Mereka memiliki
gambaran diri seakan-akan sebagai "model'' yang dikaguminya. Si puber putri
sering mengimpikan wajah cantik secantik bintang lilm yang dikaguminya,
sedangkan si puber pria sering mengkhayalkan dirinya sebagaimana pahlawan
yang dikaguminya dalan1 cerita-cerita. Terkadang para remaja sering kali
membandingkan diri.
b. Memperoleh hubungan barn clan lebih matang dengan teman sebaya
Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa
remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial yang terutama ditekankan
pada hubungan (relasi) antara dua jenis kelamin; merupakan suatu kewajaran
remaja saling mencari pasangan. Memang diharapkan remaja dapat mencari
dan memperoleh teman-teman baru dan menjadi matang berhubungan dengan
teman sebaya Jawan jenis dalam kelompok-kclompok mereka.
c. Menerima keadaan sosial sesuai jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti
kaumnya
Perbedaan secara fisik antara pria dan wanita narnpak jelas sejak masa
pubertas, dan perkembangan ini telah matang dalam masa dewasa. Seringkali
エ・セェ。、ゥ@ ada remaja yang menyelasi diri sebagai pria atau wanita, terutama jika
bentuk tubuh mereka tidak memuaskan. Dalam masa remaja ini diharapkan
mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat clan
tanggung jawab kaum masing-masing.
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Tugas perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah
bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak
mereka. Pada masa kanak-kanak, anak sangat bergantung emosinya pada
orang tua atau orang dewasa lain. Misalnya, anak ikut menangis jika melihat
orang tua menangis.
Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami
e. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan
dengan ekonomi.
Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berhu.bungan dengan
ekonomi, merupakan satu di antara tugas perkembangan remaja yang penting.
Remaja diharapkan dapat belajar sedikit demi sedikit untuk terlepas dari
bantuan ekonomi orang tua., remaja juga diharapkan memiliki keterampilan
dalam pengaturan pengeluaran uang dan memilih prioritas dalam
pembelajaran serta mengatur penggunaan barang yang dibelinya.
£
Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan falsafah hidupRemaja diharapkan memiliki standar-standar pikir, sikap perasaan dan
prilaku yang dapat menuntun dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya
dalam masa dewasa. Jika remaja tidak memiliki falsafah hidup (terutama yang
diterapkan dalam perbuatan) maka mereka tidak memiliki kendali dalam
hidupnya, yang dapat membuatnya tidak memiliki kepastian hidup. Remajs.
yang demikian itu akan mudah bingung, terombang-ambing oleh situasi hidup
yang demikian cepat berubah; yang kemudian menjadikannya manusia yang
tidak berbahagia. 22
22
G. Pendidikan yang Diperlukan Rcmaja
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki
kebutuhan akan agama. Sejak manusia dilahirkan ke dunia, dia sudah membawa
kecenderungan untuk beragama. Dalam surat Ar-Rum ayat 30 Allah berfaman:
セi@ セZniセセセ|@
j;J
セNNゥ@
';}
\f;\c
:r81
jセ@
;1
セ|@ セ@
1:;,;_
LセZゥjj@ セ@
イGセセ@
/ / / / / / / / / / / / / / /
セG[ス@
v-81
ェサセセセ@
.
,
'
,
Artinya: "Maka hadapkanlah waiahmu dengan lurus kepada Allah lelapfah
atas fitrah Allah yang tel ah menciptakan manusia menurut .fitrah itu
tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus
letapi kebanyakan manusia lidak mengetahuinya ". (Q. S.
Ar-Rum/30:30/3
Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama
tauhid. Kalau manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mcreka
tidak beragama tauhid hanya pengaruh lingkungannya.
Masa puber merupakan masa yang peka terhadap agama dan akhlak, bahkan
terkadang anak merasa bimbang dengan adanya wujud Allah. Namun di sisi lain anak
pun membutuhkan adanya sesuatu dari luar yang mampu melalui kekuatan manusia,
sehingga mampu mengatasi persoalan dalam kehidupannya.
23
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Teljemah, (Bandung: Gema Risalah
Agama mempunyai faktor penting dan memegang peranan penting yang
menentukan dalam kehidupan mereka. Tapi sayang sekali, kondisi sekarang kurang
menyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia.
Terutama pada orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa, di mana umur anak
puber terkenal dengan umur goncang, karena pertumbuhan yang dilaluinya dari
segala bidang dan segi kehidupan.24
Mereka memerlukan agama sebagai suatu pegangan yang dapat mcmbantu
dalam mengatasi dorongan-dorongan yang belum pernah mereka rasakan
sebelumnya. Berunt1mg bagi anak yang hidup dalam keluarga yang mampu
memberikan bimbingan agama dan dalam keluarga yang aman dan tenteram, karena
ha! tersebut dapat menenangkan jiwa mereka yang sedang mengalami kegoncangan
agama dan kepercayaan kepada Tuhan merupakan penolong yang sangat ampuh
untuk mcngcmbalikan ketenangan clan keseimbangan jiwa. 25
Anak yang telah mendapatkan pendidikan agama pada akhir masa
kanak-kanaknya, bisa dikatakan telah siap menerima perubahan-perubahan dengan segala
akibatnya pada masa puber itu, sebagai kehendak Allah dan Allah yang menentukan
kecepatan dan ukuran pertumbuhannya.
Dengan kepercayaan bahwa perubahan dan pertumbuhan itu sudah merupakan
kodrat dan iradat Allah, maka semua perubahan itu akan dihadapinya dengan tenang,
tidak banyak gejolak dan kebingungan. Mereka dapat menempatkan dirinya sebagai
24
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama, Op. Cit., h. 69
msan yang segera akan memikul tanggung jawab, baik tanggung jawab pribadi
maupun tanggung jawab kepada Allah, karena sesuai dengan hukum Islam ia sudah
baligh.26
Sementara anak yang tidak mendapatkan pendidikan agama pada akhir masa
kanak-kanaknya, tidak akan merasa butuh terhadap agama ketika masa kegoncangan
tiba, kegoncangan yang di deritanya pada masa puber akan diatasinya dengan
cara-cara dan praktek-praktek yang diajarkan orang yang tidak dilmbungkan kepada
agama.27
Dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan agama sangat dibutuhkan pada
remaja selain pembinaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Seorang
remaja yang diajarkan pendidikan agama scjak dini dapat mengatasi masalah dengan
tenang ketika mercka sedang mengalan1i kegoncangan. Sebaliknya seorang remaja
sejak dini yang tidak diajarkan agama, ketika remaja ia mendapatkan masalah tidak
akan butuh agama tetapi akan diatasi dengan ca.ra-cara dan praktek-praktek yang
diajarkan orang lain yang tidak berhubungan dengan agama.
26
Ibid, 14
27
REMAJA
A. Faktor-faktor yang Mempengarnlti Keberltasilan Pendidikan Pad a Remaja
Belajar adalah Key Term (istilah kunci) yang paling mendasar "learning is
educational enter price" dalam setiap usaha pendidikan. Dengan belajar terarah dan
terpimpin, anak akan merriperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang mengantarnya menuju kedewasaan, sedangkan pengertian pendidikan
itu sendiri adalah bantuan atau bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada orang
yang belum dewasa secara sadar agar mencapai kedewasaan.
Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya berlangsung dengan
baik. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang ada hambatan atau ada kesulitan tidak
lancar, kadang-kadang semangat, kadang-kadang juga tidak bersemangat. Demikian
kenyataan yang sering dijumpai pada setiap ank didik. Setiap individu memang tidak
sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan
anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.1
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan/belajar
menurut Alisuf Sabri menggolongkan faktor internal dan eksternal, yaitu sebagai
berikut:
1
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Be/ajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991 ), cet.
a. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) 1. Faktor-faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor
lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.
Yang termasuk lingkungan non sosial ini adalah seperti; keadaan suhu, kelembaban
udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya
2. Faktor-faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdsiri dari gedung atau sarana fisik sekolah, alat
pengajaran, media pengajaran guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi
belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b. Faktor-faktor kondisi internal siswa
Faktor kondisi siwa ini sebagaimana diuraikan diatas ada dua macam, yaitu
kondisi psikologis siwa dan kondisi fisikologis siswa.
Faktor kondisi fisikologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik serta kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah faktor
minat, balrnt, intelegensi, motivasi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan
persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi)
yang dimiliki siswa. 8
Menurut Hanna Djumhana mengatakan bahwa: ada lima unsur prinsip-prinsip pendidikan yang menunjang keberhasilan pendidikan remaja, yaitu:
1. Asas-asas pendidikan, ada dua macam asas pendidikan yaitu:
a. Asas keseluruhan, menunjukan bahwa pendidikan untuk remaja sebaiknya diarahkan pada kepribadian remaja secara menyeluruh yang meliputi: dimensi ragawi, kejiwaan, kemasyarakatan dan keruhanian. b. Asas keseimbangan, menghendaki adanya keserasian antara
perkembangan ragawi dan kejiwaan, kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan pribadi dan masyarakat.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan remaja menurutnya adalah agar para remaja hidup secara bermakna dan bahagia, karena kebahagian merupakan akibat samping dari kehidupan bermakna, dalam artian mereka yang berhasil memenuhi makna hidupnya akan memperoleh kebahagian sebagai ganjarannya. Sedangkan kebahagian dan hidup bermakna yang keduanya mempunyai hubungan kaulitas dapat diperoleh dengan pendidikan dari Alquran, hadist dan ilmu pengetahuan.
3. Materi kegiatan pendidikan
Sesuai asas keseluruhan dan keseimbangan yang telah diungkapkan, materi pendidikan remaja terarah pada seluruh dimensi kepribadian mereka: ragawi, kejiwaan, kemasyarakatan, dan keruhanian. Hal ini tampaknya didasari pemikiran tentang perlunya keseimbangan antara pengembangan sains dengan agama.
4. Metode pendidikan
Metode pendidikan mempunyai bermacam-macam teknis pelaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan, situasi dan kondisi anak didik. Dan metode yang paling efektifadalah bila didasari dengan motivasi dari diri sendiri.
5. Lingkungan yang menunjang
Dalam melaksanakan pendidikan remaja, lingkungan k.eluarga dan pergaulan yang baik merupakan unsur penunjang pendidikan yang sangat penting. Ini disebabkan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar.
Faktor-faktor diatas saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya (faktor
internal psikologi), namun dalam skripsi ini penulis hanya menekankan pada aspek
psikologinya saja yang berupa emosi dan kesehatan mental yang dimiliki remaja.
Dengan diketahui faktor ketenangan jiwa akan berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar bagi remaja.
Tetapi meskipun demikian keberhasilan pendidikan remaja juga masih dapat
lndividu didalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman,
rasa ketenangan dan sebagainya. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
membawa ,asalah-masalah emosional seperti gelisah, cemas, dan rasa tak enak serta
bentuk-bentuk maladjusment seperti siswa yang sedih akan kacau pikirannya, kecewa
akan sulit konsentrasi, melakukan perbuatan-perbuatan agresif, kenakalan,
perkelahian remaja dan sebagainya.
Remaja dapat melaksanakan suatu pendidikan dengan baik tergantung pada
ketenangan jiwanya. Jika jiwanya gelisahia tidak akan sanggup menghadapi
kesukaran-kesukaran yang timbul dari dalam dirinya maupun yang datang dari luar
dirinya pada saat ia melangsungkan proses pendidikan. Oleh karena itu dapat
dipastikan bahwa agama dan keyakinan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan adalah
kebutuhan jiwa yang pokok yang dapat memberikan bantuan pada remaja untuk
melepaskannya dari goncanganjiwa.
B. Pengaruh Ketenangan Jiwa Bagi Keberhasilan Proses Pendidikan Remaja
Pelaksanaan pendidikan sekurang-kurangnya harus melibatkan tiga dimensi
utama, yaitu: masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Hal itu
berlaku juga bagi pendidikan remaja.
Dalam pendidikan remaja, dimensi masukan adalah para remaja dengan
segala karakteristik kepribadiannya yang khas, sedangkan dimensi proses adalah
persoalan mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip-prinsip apa yang
keluaran yaitu remaja dengan kualitas-kualitas kepribadian unggul sebagai hasil dari
proses pendidikan. Persoalan hasil ini berkaitan dengan tujuan pendidikan.4
Tujuan pendidikan merupakan sarana kegiatan pendidikan dan i