• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 6 PADANGSIDIMPUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) BERBANTUAN AUTOGRAPH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 6 PADANGSIDIMPUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) BERBANTUAN AUTOGRAPH."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 6 PADANGSIDIMPUAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE)

BERBANTUAN AUTOGRAPH

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

H E N R A S A P U T R A T A N J U N G NPM : 8136171026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

฀BSTR฀S

HENR฀ S฀PUTR฀ T฀NJUNG. Meningkatkan Semampuan Pemahaman dan Somunikasi Matematis Siswa SM฀ Negeri 6 Padangsidimpuan Melalui Model Pembelajaran Sooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Berbantuan ฀utograph. Tesis. Meden: Progrem Pesceserjene Universites Negeri Meden, 20฀5.

Penelitien ini bertitik tolek deri rendehnye kemempuen pemehemen den kemempuen komunikesi metemetik siswe yeng disebebken oleh model pembelejeren yeng diguneken guru. Penelitien bertujuen untuk mengetehui: (฀) seberepe beser peningketen kemempuen pemehemen den komunikesi metemetik siswe seteleh diejerjen dengen pembelejeren Kooperetif Tipe ฀hink-Pair-Share (TPS) berbentuen Autogreph; (2) Respon siswe terhedep pembelejeren kooperetif tipe ฀hink-Pair-Share (TPS) berbentuen Autogreph. Penelitien ini merupeken penelitien tindeken keles. Subjek delem penelitien ini edeleh siswe keles X SMA Negeri 6 Pedengsidimpuen yeng berjumleh 40 oreng. Instrumen yeng diguneken terdiri deri: tes kemempuen pemehemen, tes kemempuen komunikesi den respon siswe terhedep pembelejeren. Berdeserken hesil penelitien, enelisis dete pede siklus I edeleh: (฀) rete-rete skor kemempuen pemehemen metemetik siswe edeleh 2,20 den rete-rete skor kemempuen komunikesi metemetik siswe edeleh 2,00; (2) siswe yeng memiliki pemehemen metemetik sebenyek 20 oreng (50 %) den yeng memiliki kemempuen komunikesi metemetik sebenyek 22 oreng (52,5%), (3) rete-rete skor hesil observesi kegieten guru den siswe berede pede ketegori beik, Hesil enelisis dete pede siklus II edeleh: (฀) rete-rete skor kemempuen pemehemen metemetik siswe edeleh 3.00 den rete-rete skor kemempuen komunikesi metemetik edeleh 2,89, (2) siswe yeng memiliki pemehemen metemetik sebenyek 34 siswe (85 %) den siswe yeng mempu berkomunikesi metemetik sebenyek 36 siswe (90 %), (3) rete-rete skor hesil observesi kegieten guru den siswe berede pede ketegori senget beik, (4) respon siswe terhedep pembelejeren edeleh beik. Deri hesil penelitien disimpulken behwe model pembelejeren Kooperetif Tipe ฀hink-Pair-Share (TPS) berbentuen Autogreph depet meningketken kemempuen pemehemen den kemempuen komunikesi metemetik siswe, den proses pembelejeren yeng dilekuken berlengsung beik. Berdeserken kesimpulen ini meke diherepken temuen penelitien ini depet dijediken referensi begi peningketen kemempuen pemehemen den kemempuen komunikesi metemetik siswe.

(7)

2 ฀BSTR฀CT

HENR฀ S฀PUTR฀ T฀NJUNG. Improving Mathematical Understanding and Communication Skills of Students SM฀ Negeri 6 Padangsidimpuan Through Think-Pair-Share (TPS) Type of Cooperative Learning Model ฀ssisting by ฀utograph. A Thesis. Meden: Post Greduete Progrem, Stete University Of Meden, 20฀5.

This study sterts from the low of methemeticel understending end communicetion skills of students thet ceused by the leerning model used by teechers. The reseerch eims to determine: (฀) how much the gein of methemeticel understending end communicetion skills of students efter teught by Think-Peir-Shere (TPS) Type of Cooperetive leerning Model Assisting by Autogreph; (2) students response to Think-Peir-Shere (TPS) type of cooperetive leerning essissting by Autogreph. This reseerch is e clessroom ection reseerch. The Subjects in this study were students of cless X SMA 6 Pedengsidimpuen which numbered 40 students. The instrument of reseerch were understending skills test, communicetion skills test end students' response to leerning. Besed on the reseerch results, enelysis of dete in the first cycle ere: (฀) the everege score of students' methemeticel understending ebility wes 2.20 end the everege score of students methemeticel communicetion wes 2.00; (2) students who heve methemeticel understending skills were 20 people (50%) end who heve e methemeticel communicetion skills were 22 people (52.5%); (3) the everege score of teecher end students ectivities observetion were in the good cetegory. The results of dete enelysis in the second cycle were: (฀) the everege score of methemeticel understending skills wes 3.00 end the everege score of methemeticel communicetion skills wes 2.89; (2) students who heve methemeticel understending skills were 34 students (85%) end students who heve methemeticel communicete were 36 students (90%); (3) the everege score of teecher end students ectivities observetion were in the very good cetegory; (4) students response to leerning wes good. From reseerch result cen be concluded thet Think-Peir-Shere (TPS) type of cooperetive leerning model essissting by Autogreph cen improve methemeticel understending end communicetion skills of students, end the leerning process conducted well done. Besed on this conclusion then cen be expected thet the findings of this study cen be used es e reference for improving methemeticel understending end communicetion skills of students.

(8)

฀ATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah

Yang Maha Sempurna dan Mengetahui Segalanya. Atas rahmatNya tesis ini

mampu penulis selesaikan dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak,

segala kurangan dan keterbatasan penyusunan tesis ini tidak akan teratasi dengan

baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang

telah berjasa, yaitu kepada:

1. Kepada Ayahanda Mara Sappit Tanjung, Ibunda Masdalena Hutahuruk,

ananda ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua kasih sayang

dan doa yang telah diberikan kepada penulis agar senantiasa tabah, sabar,

semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini.

2. Kepada Kakak Nur Laila Tanjung, S.Pd, Diana Tanjung, S.Pd, dan terkhusus

untuk kakak Doriamas Tanjung, S.Pd dan istriku Siti Aminah Nababan,

M.Pd yang telah memberikan dukungan baik itu secara moril dan materil

sehingga penulis bisa melaksakan pendidikan di Pascasarjana UNIMED.

Taklupa juga kepada adik Kaya Mudin Tanjung, S.T yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis.

฀. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,M.Pd selaku pembimbing I dan sekaligus

sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED,

yang penuh dengan kesabaran telah berkenan memberikan bimbingan dan

(9)

4

sifatnya yang kritis telah berhasil membentuk wawasan berpikir penulis

dalam menyikapi dan mengatasi berbagai permasalahan.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra,M.Pd selaku Pembimbing II dan sekaligus

ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

Dengan kharisma dan sifat kebijaksanaannya senantiasa meluangkan waktu

untuk membimbing dan memotivasi serta nasehatnya yang menyejukkan

pada awal penyusunan tesis ini, dapat mengurangi beban psikologi penulis.

yang telah berkenan memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis

dari proses awal penulisan hingga selesai.

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selakau Direktur Pascasarjana

UNIMED yang telah mempasilitasi untuk bisa menyelasaikan penelitian ini.

6. Kepada Bapak Kepala SMA Negeri 6 Padangsidimpuan beserta guru-guru

matematika pada sekolah tersebut yang selama pelaksanaan penelitian

menunjukkan kerjasama sehingga penelitian ini terlaksana.

7. Kepada teman-teman seperjuangan Dikmat A-฀ angkatan 201฀ susah senang

telah bersama selama masa perkuliahan sampai penyusunan tesis ini.

Semoga Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada semua pihak yang telah disebutkan

di atas yang telah berjasa membantu penulis dalam meraih cita-citanya yang mulia

ini. Amin Ya Robbal Alamiin.

Medan, Juni 2015

(10)

v

1.7. Defenisi operasional... 13

BAB II. KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1. Kerangka Teoritis ... 15

2.1.1. Hakekat Belajar Matematika ... 15

2.1.2. Kemampuan Pemahaman Matematik ... 16

2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 18

2.1.4. Motode Pembelajaran Kooperatif ... 20

2.1.5. Motode Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-share ... 21

2.1.6. Media Software Autograph dalam Pembelajaran ... 23

2.2. Teori Belajar yang melandasai metode pembelajaran Cooverative Meningkatkan pemahaman dan komunikasi matematis siswa ... 25

2.3. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

2.5. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian... 30

3.3. Subjek dan Objek Penelitian . ... 30

3.4. Mekanisme dan Rancangan... 31

3.5. Prosedur Penelitian... 32

3.6. Instrumen Penelitian... 38

3.7. Teknik Analisis Data... 49

(11)

vi

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 58

4.1.1.1 Perencanaan ... 58

4.1.1.2. Pelaksanaan ... 59

1. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematik ... 61

2. Hasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 65

4.1.1.3. Observasi Pengamatan ... 70

1. Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 70

2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 72

4.1.1.4. Refleksi ... 74

a. Repleksi Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 75

b. Repleksi Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 76

c. Repleksi Kegiatan Guru dan Siswa ... 76

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 79

4.1.2.1. Perencanaan ... 79

4.1.2.2. Pelaksanaan ... 80

1. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematik ... 81

2. Hasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 85

4.1.2.3. Observasi Pengamatan ... 90

1. Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 91

2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 93

3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 95

4.1.2.3. Refleksi ... 95

a. Repleksi Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 96

b. Repleksi Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 97

c. Repleksi Kegiatan Guru dan Siswa ... 97

d. Angket Respon Siswa... 98

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

4.2.1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik ... 102

4.2.2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik ... 110

4.2.3. Respon Siswa ... 113

4.3. Kelemahan Penelitian ... 114

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 115

5.2. Saran ... 117

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Enam Tahap Pembelajaran Kooperatif ... 39

2.2. Kompetensi dasar, indikator dan materi pokok... 52

3.1. Rancangan tahapan siklus I dan siklus II ... 37

3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematik Siklus I... 40

3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematik Siklus II ... 40

3.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I ... 41

3.5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II ... 42

3.6. Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik ... 43

3.7. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 48

3.8. Daftar nama Validator ... 49

3.9. Rangkuman Hasl Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli ... 49

3.10. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Pada Siklus I dan II ... 50

3.11. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Pada Siklus I dan II ... 50

3.12. Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 51

3.13. Hasil Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman ... 51

3.14. Hasil Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi ... 52

3.15. Nilai Ketuntasan Pemahaman Matematis Belajar Siswa ... 52

3.16. Nilai Ketuntasan Komunikasi Matematis Belajar Siswa ... 55

4.1. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 1 Siklus I ... 61

4.2. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 2 Siklus I ... 62

4.3. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 3 Siklus I ... 63

4.4. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Siklus I ... 64

4.5. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 1 Siklus I ... 66

4.6. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 2 Siklus I ... 67

4.7. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 3 Siklus I ... 68

4.8. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Siklus I ... 69

(13)

4.10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I ... 72

4.11. Hasil Refleksi Siklus I ... 78

4.12. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 1 Siklus II ... 81

4.13. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 2 Siklus II ... 82

4.14. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 3 Siklus II ... 83

4.15. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Siklus II ... 84

4.16. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 1 Siklus II ... 85

4.17. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 2 Siklus II ... 86

4.18. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 3 Siklus II ... 87

419. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Siklus II ... 88

4.20. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II ... 91

4.21. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II ... 93

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 31

4.1. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 1 Siklus I ... 62

4.2. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 2 Siklus I ... 63

4.3. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 3 Siklus I ... 64

4.4. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Siklus I ... 65

4.5. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 1 Siklus I ... 62

4.6. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 2 Siklus I ... 63

4.7. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 3 Siklus I ... 64

4.8. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Siklus I ... 65

4.9. Persentase Rata-rata Skor Hasil Observasi Kegiatan pada Guru Siklus I . 72

4.10. Persentase Rata-rata Skor Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I 74

4.11. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 1 Siklus II ... 81

4.12. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 2 Siklus II ... 82

4.13. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Indikator 3 Siklus II ... 83

4.14. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Siklus II ... 84

4.15. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 1 Siklus II ... 86

4.16. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 2 Siklus II ... 87

4.17. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Indikator 3 Siklus II ... 68

4.18. Hasil Tes Komunikasi Matematik Siswa Siklus II ... 69

4.19. Persentase Rata-rata Skor Hasil Observasi Kegiatan pada Guru Siklus II 92

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat memang tidak lepas

dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains dan teknologi

adalah matematika. Dalam dunia pendidikan, teknologi dapat digunakan tidak

hanya dalam urusan keadministrasian saja tetapi dimungkinkan untuk digunakan

sebagai salah satu alternative dalam pemilihan media pembelajaran. Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) perlu diintegrasikan dalam dunia pendidikan.

Hal ini tertuang dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 dalam latar belakang

dijelaskan sebagai berikut : ”untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,

sekolah diharapkan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya”.

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya

tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar

matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada

bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya

Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, salah satunya dengan memperbaiki kurikulum 1994 dengan

mengembangkan Kurikulum 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2006 dan sampai sekarang ini menjadi Kurikulum 2013. Selain itu juga

peningkatan kualitas guru matematika juga dilakukan melalui

(16)

2

minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika.

Namun ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari

hasil TIMMS (Trends in International Mathematics and Science Study ) 2003

skor siswa-siswa SMP kelas 2 di bidang matematika berada di bawah rata-rata

internasional (urutan ke 38 dari 49 negara peserta). Posisi itu jauh di bawah

Malaysia yang berada di urutan 12 atau bahkan Singapura yang berjaya di urutan

pertama. Hasil yang kurang memuaskan juga berlaku di SMA Negeri 6

Padangsidimpuan. Rata-rata nilai ulangan harian 1 seluruh siswa kelas X belum

mencapai ketuntasan seperti yang terlihat pada tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1

Rata-rata nilai ulangan harian 1 matematika Kelas X SMA Negeri 6 Padangsidimpuan

X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 X-6

UH 1 70 61 55 60 72 63

KKM 75 75 75 75 75 75

Kenyataan yang kurang memuaskan di atas, salah satunya disebabkan

karena pemahaman matematika siswa masih rendah. Sering kali siswa menjawab

soal dengan mengikuti contoh dari guru tanpa memahami konsepnya. Padahal

Anderson (Minarni, 2013:164) mengatakan , “pemahaman merupakan

kemampuan siswa untuk membangun makna dari pesan pembelajaran yang

meliputi komunikasi lisan, tulisan dan grafis dalam bentuk apapun sewaktu

disajikan di kelas, dalam buku, atau layar televisi maupun layar computer.”.

Selain itu Pemahaman juga termasuk dalam six principles for school mathematics

(17)

3

building new knowledge from experience and prior knowledge”,yang berarti

siswa harus belajar matematika disertai pemahaman, secara aktif membangun

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman matematik

memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan. Namun, siswa pada umumnya

belum memiliki pemahaman yang baik, khususnya juga belum mamahami grafik

fungsi trigonometri. Hal ini terlihat dari jawaban siswa pada hasil tes kemampuan

awal (diagnostic) SMA Negeri 6 Padangsidimpuan untuk soal menggambar atau

membaca grafik fungsi trigonometri. Siswa masih mampu membaca dan

menggambar grafik fungsi sin x, cos x, dan tan x. Tapi jika diberikan soal yang

sedikit lebih sulit, banyak siswa yang memberikan beragam jawaban yang tidak

benar dikarenakan siswa belum memahami grafik fungsi trigonometri dengan

benar.

Misalnya untuk grafik dibawah ini,

siswa tidak mampu mengenali grafik

tersebut sehingga salah menuliskan

persamaan fungsi trigonometrinya.

siswa menuliskan y = 3 sin x, y = 3

cos x , y = -3 sin x, y = 3 sin 2x,

y = 3 cos 2x atau y = -3cos x dimana

seharusnya fungsi trigonometrinya adalah y = -3 cos 2x. Siswa juga tidak mampu

(18)

4

Kualitas pemahaman turut mempengaruhi kemampuan komunikasi

matematika siswa. Karena, jika siswa tidak memahami dengan benar suatu konsep

matematika tentu saja siswa tidak akan mampu menjelaskan atau

mengkomunikasikan pemahamannya. Ansari (2012:25) mengatakan,

“pemahaman matematik merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi

kemampuan komunikasi matematik”.

Baroody (Ansari, 2012:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting

mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan

siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar

alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola,

menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara

jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya

sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini

merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematik siswa.

Kemampuan komunikasi matematik siswa memang masih sangat jarang

mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal

dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta siswa

untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya. Padahal komunikasi

(Communication) merupakan salah satu daya matematika (Mathematical Power)

(19)

5

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi,

tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) ialah

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

6. Menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide. Di samping itu, memberi kemampuan untuk menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematik siswa tak kalah pentingnya dengan pemahaman. Namun, seiring

dengan rendahnya pemahaman turut membuat kemampuan komunikasi matematik

siswa rendah. Untuk materi grafik fungsi trigonometri siswa belum memahami

dengan benar dan tidak mampu mengkomunikasikan pemikirannya tentang grafik

fungsi trigonometri yang diberikan. Lemahnya kemampuan komunikasi

matematik siswa sering terlihat ketika siswa tidak mampu menjelaskan kembali

grafik yang digambarnya sendiri. Ketika siswa diperbolehkan membuat sendiri

persamaan fungsi trigonometri untuk kemudian digambarkan grafiknya, siswa

(20)

6

dengan benar sehingga membuatnya tidak mampu memberikan alasan atau

penjelasan yang benar atas gambar grafik yang dibuatnya tersebut.

Pada keadaan sekarang ini guru lebih pokus untuk menyelesikan tuntutan

kurikulum pembelajaran matematika dan cenderung kurang efektip dalam

mengadakan refleksi terhadap proses belajar serta hasil belajar siswa, sehingga

hal ini berpengaruh besar terhadap minimnya tingkat kemampuan komunikasi

siswa terhada matematika. Dari hasil tes diagnostik pada pokok bahasan

trigonometri diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan komunikasi

matematik siswa termasuk kategori yang sangat rendah. Dari 40 siswa yang

mengikuti tes terdapat 30 siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis pada kategori rendah, 7 orang masuk pada kategori cukup dan 3 orang

masuk dalam kategori baik. Namun permasalahan diatas tidak bisa diabaikan

mengingat komunikasi merupakan sangat perlu dalam dunia pendidikan.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman dan kemampuan komunikasi

matematik siswa adalah proses pembelajaran yang terjadi masih saja berpusat

pada guru. Siswa tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya,

hanya menerima saja informasi yang disampaikan searah dari guru. Seringkali

siswa tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.

Hal ini dikarenakan siswa hanya mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan

mengerjakan latihan mengikuti pola yang diberikan guru, bukan dikarenakan

siswa memahami konsepnya. Seperti dikatakan Ansari (2012:2)

(21)

7

sendiri dan (c) pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan untuk latihan.

Bukti lain diperoleh dari hasil wawancara 03 Oktober 2014 dengan salah

satu guru matematika SMA Negeri 6 padangsidimpuan perihal metode dan media

pembelajaran yang digunakan, Ibu itu mengatakan,”Saya jelaskan dulu materinya,

saya beri contoh soal, kemudian siswa mengerjakan latihan. Medianya biasanya

saya gambar saja di papan tulis apa yang perlu digambar, grafik, tabel, segitiga

atau bangun ruang. Kalau siswa yang kita suruh menemukan sendiri rumus-rumus

itu pasti lama jadinya, lebih bagus waktunya kita pakai mengerjakan latihan.

Lagipula siswa kita tidak biasa seperti itu, makin bingung mereka.” Pendapat di

atas sedikit berbeda dengan guru matematika laki-laki yang di wawancarai. Ketika

peneliti mengobservasi saat mengajar di kelas, Bapak itu sudah mulai

menggunakan ICT yaitu Laptop dan infokus, hanya saja media tersebut digunakan

untuk menampilkan kembali isi modul siswa. Beliau mengajar dengan cara biasa,

yaitu menjelaskan materi pelajaran yang ditampilkan komputer. Walaupun beliau

telah menggunakan ICT tetapi belum mampu mempermudah siswa belajar

melalui ICT tersebut

Pembelajaran seperti tersebut di atas biasa disebut sebagai pembelajaan

konvensional atau pembelajaran biasa. Pembelajaran seperti ini memungkinkan

siswa menjadi bosan terhadap pelajaran matematika dan tidak menimbulkan

kesukaan untuk belajar matematika. Sebagai contoh, karena pembelajaran

terpusat kepada guru maka guru adalah teladan yang akan diikuti. Tentunya jika

(22)

8

dilatihkan oleh guru didepan kelas. Namun jika siswa dihadapkan pada soal yang

sedikit berbeda, maka siswa akan kesulitan. Kesulitan ini timbul karena pola

pengajaran yang tidak memungkinkan siswa mengeksplor pengetahuannya

sendiri, dan menuntut siswa mengerjakan soal sebagaimana yang telah

dicontohkan. Siswa menjadi tergantung dengan guru. Karena itu, jika siswa tidak

bisa mengerjakan soal yang diberikan, maka siswa menjadi turun semangatnya

untuk belajar matematika karena jadi beranggapan matematika itu sangat sulit

untuk dipelajari.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran

matematika di kelas. Akan tetapi tatap saja masih ada kesulitan belajar yang

dihadapi siswa. Kesulitan ini dapat timbul akibat materi yang sulit, metode

mengajar guru yang kurang tepat, teori belajar yang digunakan kurang sesuai atau

tidak adanya media yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas. Maka dari

itu sesungguhnya yang diharapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada

siswa, proses pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, atau pun siswa dengan media pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat akan sangat membantu

proses pembelajaran matematika di kelas. Sebagaimana yang dikemukakan

Abdurrahman (2009:38) bahwa :

(23)

9

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang menuntut siswa untuk belajar bersama berbagi ide, saling menyambung

pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar teman satu

kelompok untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau

menyelesaikan suatu tujuan bersama. Hal ini dinyatakan oleh Winayawati dkk

(2012:6) model pembelajaran kooperative merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar peserta didik

dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperative

ini juga memiliki beberapa tipe dalam pelaksanaannya di dalam kelas, salah satu

tipe kooperative ini adalah TPS (Tink Pare Share). Sedangkan menurut Menurut

Mufidah, dkk, (2013:119-120) bahwa :

Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperative yang telah memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain”.

Sedangkan menurut Lie (2008:86) kelebihan model pembelajaran

kooperative Think-Pair-Share (TPS) adalah: 1) Meningkatkan partisipasi siswa

dalam pembelajaran; 2) Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana; 3)

Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota

kelompok; 4) Interaksi antar pasangan lebih muda; 5) Lebih mudah dan cepat

membentuk kelompoknya

Berdasarkan penjelasan diatas penggunaan model kooperative dalam

pembelajaran akan lebih memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi

pelajaran matematika. Tentunya akan lebih mudah bila dalam proses

(24)

10

melakukan investigasi dan berbagai eksperimen. Penggunaan media komputer

termasuk software matematika seperti Autograph akan memberikan banyak

kemudahan dan meningkatkan pemahaman siswa serta kualitas pembelajaran

matematika. Penggunaan ICT termasuk salah satu dari enam prinsip sekolah

matematika (NCTM, 2000), ”Technology is essential in teaching and learning

mathematics; it influences the mathematics that is taught and enhances students'

learning.” Untuk penerapan di kelas, penggunaan ICT dapat diintegrasikan

dengan beberapa pendekatan belajar. Seperti dikatakan Karnasih (2008),” There

are four different approaches can be implemented in integrating ICT teaching and

learning mathematics: (1) Expository learning; (2) Inquiry based learning; (3)

Cooperative learning; (4) Individual learning”. Pernyataan Karnasih di atas

menunjukkan pemakaian Autograph sangat cocok jika diintegrasikan dengan

pembelajaran kooperative .

Dengan Autograph dapat membantu siswa dalam menggambarkan dan

membaca grafik fungsi trigonometri. Siswa dapat menguji lebih banyak

contoh-contoh dalam waktu singkat daripada hanya menggunakan tangan, sehingga dari

ekperimennya siswa dapat menemukan, mengkonstruksi dan menyimpulkan

prinsip-prinsip matematika, dan akhirnya paham bagaimana menggambar dan

membaca grafik fungsi trigonometri dengan benar. Dengan menggunakan

Autograph diharapkan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer sebagai

media pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.

Pada akhirnya diharapkan setelah terjadi interaksi maka dapat meningkatkan

(25)

11

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan

upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: ”Meningkatan kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi Matematis siswa melalui medel pembelajaran

Kooperatife Tipe Think-Pair-Share (TPS) berbantuan Autograph di SMA Negeri

6 Padangsidimpuan”

1.1.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang ditemukan sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) masih jarang digunakan dalam pembelajaran di kelas.

2. Hasil belajar matematika siswa rendah.

3. Pemahaman matematik siswa tentang menggambar grafik fungsi

trigonometri rendah.

4. Kemampuan komunikasi matematik siswa tentang menggambar grafik

fungsi trigonometri rendah.

5. Guru masih jarang menggunakan media pembelajaran di kelas.

6. Siswa kesulitan dalam menggambarkan fungsi trigonometri atau

persamaan ke dalam koordinat cartesius.

7. Autograph masih jarang diintegrasikan dalam pembelajaran matematika.

(26)

12

1.2.Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini agar efektif, jelas dan terarah

maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran melalui kooperatif tipe TPS di

SMA Negeri 6 Padangsidimpuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

dan komunikasi matematis siswa dengan berbantuan media software Autograph.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa

melalui model pembelajaran kooperative tipe TPS berbantuan Autograph?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

melalui model pembelajaran kooperative tipe TPS berbantuan Autograph?

3. Bagaimanakah peningkatan ketuntasan belajar siswa tentang kemampuan

pemahaman dan komunikasi ?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap model pembelajaran kooperative tipe

TPS berbantuan Autograph?

1.4. Tujuan Penelitian

Setiap rencana dari suatu aktivitas tentu memiliki tujuan khas

masing-masing, sesuai yang ingin dicapainya sehingga pelaksanaannya bisa terarah,

terpola, dan sistematik. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Pemahaman matematika siswa dapat meningkat dengan penerapan model

(27)

13

2. Komunikasi matematika siswa dapat meningkat dengan penerapan model

pembelajaran kooperative tipe TPS dengan berbantuan Autograph.

3. Ketuntasan belajar siswa meningkat tentang kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis.

4. Respon positif siswa terhadap model pembelajaran kooperative tipe TPS

dengan berbantuan Autograph.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diperoleh manfaat dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Share (TPS) menggunakan Autograph dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam belajar matematika dibawah bimbingan guru

sebagai fasilitator yang menuntun siswa dalam memunculkan ide-ide atau

gagasan-gagasan. Diharapkan pula siswa secara aktif dapat membangun

pengetahuannya sendiri dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir

dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, memperoleh pengalaman

baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.

2. Bagi sekolah, khususnya sekolah yang telah mempunyai fasilitas ICT

untuk mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dan

dapat menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang telah dibuat

(28)

14

3. Bagi seluruh guru matematika dapat menjadi masukan bahwa penggunaan

media pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan daya matematika

siswa dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas.

4. Menghasilkan informasi tentang alternative model pembelajaran

matematika dalam usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran.

1.6. Defenisi operasional

1. Pemahaman artinya “mengerti benar”, selanjutnya yang dikatakan bahwa pemahaman

siswa terhadap matematika adalah kemampuan siswa menggunakannya untuk

memecahakan permasalahan dan memahami ide dalam matematika. Selanjutnya yang

menjadi indikator pemahaman dalam penelitian ini yaitu:1) Translation, Siswa dapat

menginterpretasikan ide yang dinyatakan dalam gambar/tabel. mampu mengubah soal

kata-kata ke dalam symbol dan sebaliknya; 2) Interpretation, Siswa dapat

menggambarkan grafik fungsi trigonometri berdasarkan situasi yang diberikan dan

siswa dapat membuat contoh grafik fungsi trigonometri. 3) Ekstrapolasi, Siswa dapat

menentukan atau memprediksi nilai dari suatu gambar garfik fungsi yang diberikan,

2. Kemampuan komunikasi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini

dibatasi hanya komunikasi tertulis saja. Aspek yang akan diukur yaitu (1)

kemampuan siswa menyatakan ide matematika dengan menulis, demonstrasi

dan menggambarkannya dalam bentuk visual, (2) memahami, menafsirkan,

menginterpretasi dan menilai ide matematik yang disajikan dalam tulisan atau

bentuk visual, (3) menggunakan kosa kata/bahasa, notasi dan struktur

matematik untuk menyatakan ide, menggambarkan hubungan dan pembuatan

(29)

15

3. Respon siswa adalah tanggapan siswa senang-tidak senang, baru-tidak baru

terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, berminat-tidak berminat

(30)

120

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Abdul, J. (2012). Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Balih Barat Kabupaten Labuhan Batu dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperative Tive Think Pare Share (TPS). Tesis UNIMED. Tidak Diterbitkan.

Ahmadi, R. 2009. Efektifitas Media software Autograph Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Pembelajaran Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMPN 1 Tanjung Pura T.P. 2008/2009. Skripsi. Medan: Unimed.

Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi,Jakarta : Pena. Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi 2. Jakarta:

Bumi Aksara.

Bani, A. 2011. Meningkatkan kemampuan Pemahamn dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing, SPS, UPI Bandung. Edisi Khusus No. 1 Agustus 2011. http://jurnal.upi.edu/file/2-Asmar_Bani.pdf

Darkasyih, M, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1, No. 1.

Iskandar, A. B. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SD Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), Prosiding Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika F MIPA UNY, 10 November 2012. Karnasih, I. 2008. Paper Presented in International Worksop : ICT for teaching

and Learning Mathematics, Unimed, Medan. (In Collaboration between UNIMED and QED Education Kuala Lumpur, Malaysia, 23-24 May 2008).

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. 104 tentang Penilaian Hasil belajar Olen Pendidik Pada Pendidikan dsar dan Pendidikan Menengah. Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang

(31)

121

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Manpaat, B. 2010. Membumikan Matematika dari kampus ke Kampung, Jakarta: Buku kita.

Maryam, S. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Tive TPS (Thik Pare Share) Terhadap Kemampuan Komunikasi matematis Siswa.Tesis UNIMED. Tidak Diterbitkan.

Minarni, A. 2013. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemahaman matematis dan keterampilan sosial siswa SMP Negeri di Kota bandung, Paradikma, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2013: 162-174.

Mudjiono dan Dimyanti. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mufidah, dkk. 2013. Peneraan Model Pembelajaran Kooperative Tife TPS Untuk

Meningkatkan Aktifitas belajar Pada Pokok Bahasan Matriks, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, Vol. 1 No. 1 2013. http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id

Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Reston, VA: Author.

Permendiknas. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP.

Rosdakarya, N.S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Saleh, A. 2008. Seni Mengajar Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk, Bogor: Regina.

Sumardyono, 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Matematika. DEPDIKNAS Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan dan penataan Guru Matematika Yokyakarta 2004.

(32)

122

Sumadayo, S. 2013. Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta: Graha Ilmu.

Suriansyah, 2014. Hubungan Budaya Sekolah, Komunikasi dan Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru sekolah Dasar Negeri. Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Tahun XXXIII, No. 3.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                                             Halaman
Tabel 1.1 Rata-rata nilai ulangan harian 1 matematika
grafik yang digambarnya sendiri. Ketika siswa diperbolehkan membuat sendiri

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone yang diberikan pada pasien sirosis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Peningkatan dan Percepatan Pembangunan Lampung Utara, antara lain dilaksanakan dengan Peran normatif, peran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan