• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis karakteristik wirausaha petani tanaman indigenous (leunca) di desa tegallega, kecamatan warungkondang, kabupaten cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis karakteristik wirausaha petani tanaman indigenous (leunca) di desa tegallega, kecamatan warungkondang, kabupaten cianjur"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA PETANI

SAYURAN

INDIGENOUS

(LEUNCA) DI DESA

TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG,

KABUPATEN CIANJUR

NESYA MULIA PINASTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NESYA MULIA PINASTI. Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Tanaman Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama, karena itulah kewirausahaan memiliki peranan penting dalam pembangunan. Karakteristik wirausaha, salah satunya dibutuhkan oleh petani sayuran indigenous khususnya leunca. Usahatani leunca salah satunya terdapat di Cianjur. Petani tersebut tergabung dalam anggota kelompok tani dan bertindak sebagai pengelola utama usaha pertaniannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega dengan menggunakan analisis deskriptif dan statistik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani leunca termasuk kategori petani sedang dan karakteristik wirausaha utama adalah orientasi masa depan.

Kata kunci: wirausaha, kewirausahaan, leunca, analisis deskriptif

ABSTRACT

NESYA MULIA PINASTI. Analysis of Entrepreneur Characteristics of Indigenous Vegetables (Leunca) Farmers at Tegallega, Warungkondang, Cianjur). Supervised by ANNA FARIYANTI.

Potential development of a nation depends on the desire and ability of human resources as a key asset, that make entrepreneurship has an important role in development. Entrepreneur characteristic also needed by indigenous vegetables farmers, specialy leunca farmers. One of leunca farming is located in Cianjur. Leunca farmers are the member of farmer group and act as main administrator of their farm. The porpose of this study was to analyse farmer entrepreneur characteristic at Tegallega village using description analysis and descriptive statistic. Based on the excisting parameters, the result showed that leunca farmers included in middle farmer category and main entrepreneur characteristic was future orientation.

(5)

ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA

PETANI SAYURAN

INDIGENOUS

(LEUNCA) DI DESA

TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG,

KABUPATEN CIANJUR

NESYA MULIA PINASTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M. Si dan Dr. Amzul Rifin, SP. MA. selaku dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang selaku ketua Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang telah membantu selama pengumpulan data.

Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dwi Rachmina selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, Nenek, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang-orang spesial, Putri L. Widhiasih, Nurul Saqinah, Nurul Hayati, Mangarissan Sidabutar, Josa Adrian, Ramly Mulyo D. Putro, Alfa Ryanda. yang selalu memberi semangat dan dukungan selama penulisan skripsi ini. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan Agribisnis 46.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis 5

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Kerangka Pemikiran Operasional 11

METODE PENELITIAN 12

Lokasi dan Waktu 12

Metode Pengumpulan Data 12

Metode Penentuan Sampel 13

Metode Pengolahan Data 14

Definisi Operasional 15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16

Karakteristik Umum Lokasi Penelitian 16

Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Karakteristik Petani 20

Karakteristik Wirausaha Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian

Leunca 27

Karakteristik Wirausaha Utama Petani dalam Menjalankan Usaha

Pertanian Leunca 32

Karakteristik Utama yang Diperlukan untuk Menjalankan Usaha

Pertanian Leunca 39

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 43

(10)

DAFTAR TABEL

1 Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur

tahun 2014 13

2 Kriteria Penilaian Skor Kuesioner 15

3 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Kecamatan

Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 17

4 Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 18

5 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 18

6 Kategori Kelompok Usia 20

7 Karakteristik Petani Leunca Berdasarkan Usia di Desa Tegallega,

Kecamatan Warungkondang, Cianjur 21

8 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Kecamatan

Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Usia 22

9 Tingkat Pendidikan Petani Leunca di Kecamatan Warungkondang,

Cianjur 24

10 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 25

11 Pengalaman Bertani Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Cianjur 26

12 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Pengalaman

Bertani 27

13 Skor Karakteristik Wirausaha Petani I 28

14 Skor Karakteristik Wirausaha Petani II 29

15 Skor Karakteristik Wirausaha Petani III 30

16 Skor Karakteristik Wirausaha Petani IV 31

17 Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa Tegallega,

Kecamatan Warungkondang, Cianjur 32

18 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Masa Depan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Cianjur 33

19 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Pengambilan Risiko pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,

Cianjur 34

20 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Tugas dan Hasil pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Cianjur 35

21 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Percaya Diri pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,

(11)

22 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Kepemimpinan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,

Cianjur 37

23 Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Keorisinilan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur 39

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian 2

2 Kerangka Pemikiran Operasional 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jawaban Skor Kuesioner Petani Leunca di Desa Tegallega 43 2 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa

Tegallega Berdasarkan Kategori Usia 44

3 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan 45 4 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa

Tegallega Berdasarkan Pengalaman 46

5 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa

Tegallega 47

6 Gambaran Usaha Petani Leunca di Desa Tegallega 48

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama. Dalam era globalisasi ekonomi, tuntutan kemampuan dalam membentuk kompetisi semakin ketat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif serta dapat bertahan dalam era globalisasi ekonomi diperlukan karakter kuat dalam bidang kewirausahaan seorang individu dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada diri masing-masing individu serta mengimplementasikan jiwa wirausaha dalam bentuk manajemen internal yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun pertumbuhan ekonomi apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen dari jumlah penduduknya. Apabila Indonesia memiliki jumlah penduduk 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta jiwa (Alma 2011).

Tingkat wirausaha di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasific. Rasio kewirausahaan dibandingkan penduduk di Indonesia hanya 1: 83, sedangkan di Filipina 1: 66, Jepang 1: 25 bahkan di Korea kurang dari 20. Berdasarkan rasio secara internasional, rasio unit usaha ideal adalah 1: 20 (Suryana 2011). Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Di sisi lain, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja, dan juga kecenderungan orang memiliki pekerjaan rangkap1. Pemerintah menargetkan pada tahun 2015 diharapkan ada tambahan 500 000 wirausaha baru di Indonesia, dan pada tahun 2025 akan ada 5 juta wirausaha baru yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing global. Untuk itu pemerintah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dilakukan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Februari 2011 Jakarta2.

Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 (Gambar 1) mengalami penurunan sebanyak 5.10 juta rumah tangga dari 31.23 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26.14 juta rumah tangga. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir, yaitu sebesar 37.40 persen. Jumlah rumah tangga pada usaha pertanian hortikultura tahun 2013 mengalami penurunan terbesar yaitu sebanyak 6.34 juta rumah tangga3.

1

BPS. 2012. Data Strategis BPS. Hlm 36, 37, dan 39. www.bps.go.id. [2 Februari 2013] 2

Wirausahaan Pahlawan Ekonomi Rakyat, Majalah Gema Industri Kecil Edisi XXXII/Maret 2011

3

(14)

Sumber : BPS 2013 (diolah)

Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2013

Kesenjangan antara jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja ini perlu dipikirkan, terutama untuk tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak trampil, dan atau tenaga kerja berpendidikan rendah. Bila tidak tertampung di lapangan kerja formal, jalan satu-satunya adalah membekali ketrampilan berwirausaha agar memperoleh penghasilan dan mencapai kesejahteraan sehingga golongan ekonomi bawah dapat berpindah kelas ke lapisan ekonomi menengah atau bahkan ekonomi atas (Suryana dan Bayu 2011). Ini adalah suatu peluang besar yang menantang generasi muda untuk `berkreasi, mengadu keterampilan membina wirausahawan dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara (Alma 2011).

(15)

Berdasarkan fakta tersebut maka kewirausahaan (entrepreneurship) memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Alma (2011), kewirausahaan memiliki peranan untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan lingkungan, contoh bagi masyarakat lain sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh, menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, memberdayakan karyawan, memberi contoh kerja keras tanpa melupakan perintah-perintah agama, hidup efisien, dan memelihara keserasian lingkungan.

Penelitian analisis karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous penting dilakukan karena kajian mengenai karakteristik wirausaha petani masih jarang ditemukan terutama tentang karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous khususnya leunca. Penelitian mengenai karakteristik wirausaha petani diharapkan dapat mendorong pertumbuhan petani wirausaha, serta membentuk karakter wirausaha yang handal agar masyarakat secara sadar dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya dapat menciptakan lapangan kerja sendiri secara mandiri.

Perumusan Masalah

Cianjur, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian, khususnya hortikultura. Luas lahan pertanian yang sangat memadai dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, serta didukung iklim yang cocok untuk mengembangkan usaha pertanian hortikultur (khususnya leunca). Produk tersebut berasal dari kekayaan alam khas Jawa Barat yaitu pada lingkungan masyarakat Sunda, sehingga produk leunca (sayuran indigenous) sangat potensial untuk dikembangkan dan disukai oleh konsumen, baik konsumen dalam maupun luar negeri. Didukung kekayaan alam dan sumberdaya yang terampil dibidangnya, maka produk leunca sangat menunjang bagi kehidupan masyarakat setempat.

Usaha leunca (sayuran indigenous) mulai dikembangkan para petani hortikultura di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Para petani leunca di Desa Tegallega saat ini masih memerlukan bantuan kelompok tani sebagai media penjualan produknya. Manajemen yang dilakukan oleh petani juga masih bersifat sederhana, padahal bila jeli dalam berwirausaha, para petani akan mengetahui bahwa harga produk lokal berupa sayuran indigenous bisa sama atau bahkan lebih tinggi dari sayuran organik sehingga bisa fokus dalam mengembangkan usaha sayuran indigenous secara mandiri.

(16)

sehingga perlu adanya kajian mengenai karakteristik wirausaha petani leunca agar dapat diketahui karakteristik wirausaha utama yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha sayuran leunca.

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1 A

pa saja karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?

2 B

agaimana karakteristik wirausaha utama dalam usaha sayuran leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 M

engidentifikasi karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

2 M

enganalisis karakteristik wirausaha utama dalam perkembangan usaha sayuran leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi dunia pendidikan dan pertanian terutama mengenai kewirausahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang berkeinginan untuk memulai dan mengembangkan usaha sayuran indigenous (umum) dan usaha leunca (khusus), sebagai media untuk menumbuhkan keinginan generasi muda agar menjadi petani wirausaha, serta sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis

Kewirausahaan merupakan proses dinamik untuk menciptakan tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang menanggung risiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan merupakan barang baru tetapi mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan memanfaatkan skills dan resources yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas tersimpul konsep-konsep seperti situasi baru, mengorganisir, menciptakan, kemakmuran, dan menanggung risiko (Alma 2011).

Menurut Pasaribu (2012), wirausaha adalah seseorang yang memiliki ide cemerlang dalam mengelola sumber daya untuk mendapat keuntungan yang maksimum. Secara agribisnis, wirausaha adalah mereka yang bekerja dalam bidang perdagangan hasil-hasil pertanian dalam arti baik produk primer maupun hasil akhir agroindustri di dalam negeri maupun ekspor. Termasuk di dalamnya kegiatan distribusi untuk memperlancar arus barang dari sentra produksi ke sentra pusat pasar (konsumen/ promosi, informasi pasar dan intelejen pasar (marketing inteligence).

Menurut Suryana dan Bayu (2011), membangun karakter (character building) ialah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain, tetapi diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Kesuksesan tergantung kepada cara seseorang berunding dalam hubungan dengan orang lain tanpa perselisihan dan pertentangan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pandai berunding adalah orang yang mengerti seni menjual. Adapun seni menjual merupakan salah satu perwujudan dari jiwa dan karakter wirausaha.

Petani sebagai wirausaha agribisnis tentunya harus memiliki karakter dan sifat dalam berwirausaha, karena petani harus dapat melihat kondisi masa depan, apa saja yang akan terjadi dan bagaimana menangkap peluang serta menentukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Karakter dan sifat yang perlu dimiliki wirausaha antara lain adalah percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan telah banyak dilakukan yaitu mengenai karakteristik wirausaha, tetapi kajian tentang sayuran indigenous khususnya leunca, masih jarang ditemukan terutama dalam hal kewirausahaan petaninya.

(18)

Prawati (2011), tentang evaluasi beberapa karakter agronomi, nilai gizi dan persepsi masyarakat terhadap sayuran indigenous di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dan agronomi, serta faktor-faktor pemanfaatan sayuran indigenous di Jawa Barat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sayuran indigenous memiliki nilai ekonomi yang relatif rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh teknologi agronomi yang masih sederhana, produsen yang terbatas, dan pola konsumsi yang bersifat sebagai selingan. Ketersediaan yang terbatas, adanya persepsi negatif, keterbatasan anggota keluarga yang mengkonsumsi, dan banyak masyarakat yang belum mengenal sayuran indigenous menjadi alasan utama preferensi pada sayuran indigenous yang masih rendah. Perlu perhatian khusus kandungan zat anti gizi seperti oksalat dan zat lain yang berpotensi mempengaruhi kesehatan termasuk potensinya sebagai obat. Faktor-faktor yang mendorong konsumsi sayuran indigenous yaitu harga murah, kesukaan konsumen, kemudahan memperoleh sayuran indigenous, serta cara untuk mengkonsumsi.

Pakpahan (2010), melakukan penelitian dengan judul Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan: (1) Modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi; (2) Hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata responden mengetahui prioritas utama dalam memanfaatkan peluang kredit, dana, maupun informasi. Melalui Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman diketahui bahwa variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak memiliki korelasi dengan keberhasilan koperasi.

Seftian (2012), tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat inovasi petani sebagai pendekatan kewirausahaan (kasus petani sayur Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis hubungan antara adopsi inovasi, inovasi hasil sendiri, lingkup percobaan, dan tingkat inovasi ditingkat petani Kecamatan Pangalengan; (2) Mengidentifikasi sejauh mana sumber-sumber inovasi memberikan kebaruan inovasi terhadap petani sayur di Kecamatan Pangalengan; (3) Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat adopsi inovasi petani sayur di Kecamatan Pangalengan. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh signifikan berasal dari adopsi inovasi yang secara langsung mempengaruhi lingkup percobaan dan tingkat inovasi, perusahaan penyedia input berpengaruh secara signifikan terhadap kebaruan inovasi petani responden, faktor karakteristik petani yang berhubungan nyata pada tingkat adopsi inovasi adalah usia dan pengalaman usahatani.

Penelitian mengenai aspek sosial ekonomi sayuran indigenous masih terbatas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu mengenai sayuran indigenous, khususnya leunca ialah penelitian terdahulu telah membahas sayuran indigenous dari segi agronomi dan hortikultura.

(19)

wirausaha yang dimiliki oleh petani responden dan statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Wirausaha

Menurut Suryana dan Bayu (2011), wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melambangkan perusahaan miliknya sendiri. Konsep wirausaha lebih merujuk pada sifat, watak, dan ciri–ciri yang melekat pada seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata serta dapat mengembangkannya dengan tangguh dan mengacu pada orang yang melaksanakan proses gagasan serta memadukan sumber daya agar dapat terealisasi.

Beberapa keuntungan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah : 1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.

2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh.

3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.

4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha–usaha konkrit. 5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.

Sementara itu, Kelemahan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah :

1. memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut.

2. Bekerja keras dan waktu/ jam kerjanya panjang.

3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat.

4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

Pengertian karakter menurut Suryana dan Bayu (2011) yaitu (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; dan (3) seseorang yang memiliki kepribadian yang eksentrik.

(20)

tingkah laku, atau tanda khusus yang melekat pada diri setiap petani dalam mengelola usaha pertaniannya untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.

Proses membangun karakter memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat keputusan moral serta ditindaklanjuti oleh aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak seseorang (Suryana dan Bayu 2011).

Karakteristik wirausaha menurut BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam Alma (2011) adalah sebagai berikut :

1. Percaya diri. Memiliki watak kepercayaan, ketidaktergantungan, kepribadian mantap, dan optimis.

2. Berorientasi tugas dan hasil. Memiliki watak kebutuhan atau haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, penuh inisiatif.

3. Pengambil risiko. Memiliki watak mampu mengambil risiko dan menyukai tantangan.

4. Kepemimpinan. Memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik.

5. Keorisinilan. Memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan memiliki banyak pengetahuan.

6. Berorientasi ke masa depan. Memiliki watak pandangan ke depan dan perspektif.

Karakter wirausaha merupakan tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Memerlukan waktu dan disiplin tinggi untuk membentuk karakter wirausaha yang unik, menarik, dan berbeda dari orang lain. Pentingnya karakter dalam kewirausahaan yaitu bahwa karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan seorang wirausaha Suryana dan Bayu (2011). Karakteristik wirausaha yang dijadikan fokus penelitian yaitu beradasarkan pendapat BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam Alma (2011), yang meliputi: percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

Percaya Diri

Orang yang percaya diri memiliki watak teguh, tidak tergantung oleh orang lain, kepribadiannya mantap, dan optimis. Dalam praktek, kepercayaan diri terlihat dari sikap memulai, melakukan, dan meyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Dia selalu mempertimbangkan pendapat dan opini orang lain, sehingga dapat dikatakan emosionalnya stabil serta tingkat sosialnya tinggi (Alma 2011).

(21)

Berorientasi Tugas dan Hasil

Orang yang berorientasikan tugas dan hasil adalah orang yang memiliki watak haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, serta penuh dengan inisiatif. Orientasi akan tugas dan hasil sangat erat kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Orang ini tidak mengutamakan prestise melainkan prestasi karena setelah berhasil, prestise akan naik dengan sendirinya. Orientasi akan tugas dan hasil juga sangat erat kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika wirausaha berusaha menyingkirkan prestisenya. Dengan adanya motivasi dalam berusaha, seorang wirausaha akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang dikerjakan merupakan pekerjaan halal (Alma 2003).

Alma (2003) mengemukakan bahwa motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang.

Petani sayuran indigenous khususnya leunca dalam memulai dan mengembangkan usaha juga memiliki motivasi tersendiri. Dengan adanya motivasi tersebut, petani akan bekerja keras dan mampu produktif menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

Pengambil Risiko

Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi pengembalian (return) yang didapat. Kondisi ini memunculkan tiga keputusan seseorang dalam menghadapi risiko, yaitu :

1. Risk averter, yaitu sikap seseorang yang cenderung menghindari risiko.

2. Risk neutral atau indefferent to risk, yaitu sikap seseorang yang netral atau biasa-biasa saja dalam menghadapi risiko.

3. Risk taker, yaitu sikap seseorang yang berani mengambil risiko.

Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas– tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing–masing situasi ini.

Kepemimpinan

Menurut Kartono (1991), Seorang pemimpin memiliki tipe kepemimpinan tertentu, yaitu :

1. Tipe kharismatis, pemimpin memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai banyak pengikut dan pengawal yang bisa dipercaya.

2. Tipe paternalistis, yaitu tipe kebapaan, dengan sifat-sifat antara lain :

a. Menganggap bawahannya sebagai anak sendiri yang belum dewasa sehingga perlu dikembangkan.

(22)

c. Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, untuk berinisiatif, dan untuk mengembangkan daya kreativitas mereka sendiri.

d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe militeristis, yaitu tipe yang sifatnya kemiliter-militeran dengan sifat antara lain :

a. Lebih banyak menggunakan perintah, keras, kaku, dan kurang bijaksana. b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c. Sangat menyenangi formalitas dan upacara ritual yang berlebihan. d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya. e. Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya.

f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja.

4. Tipe otokratis, yaitu tipe pemimpin yang mendasarkan diri pada kekuatan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpin tipe ini memiliki sifat diantaranya selalu berperan sebagai pemain tunggal, berambisi untuk merajai situasi, berdiri jauh dari bawahannya, keras mempertahankan prinsip, serta setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.

5. Tipe laissez faire, yaitu tipe pemimpin yang bersifat tidak praktis memimpin dan membiarkan bawahannya berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri. Pemimpin tipe ini tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya, tidak mempunyai wibawa serta tidak mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif.

6. Tipe populistis, yaitu pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional dan kurang mempercayai terhadap kekuatan asing.

7. Tipe administratif atau eksekutif, yaitu pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien.

8. Tipe demokratis, yaitu pemimpin yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Pemimpin demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengar nasihat, dan mampu memanfaatkan kapasitas bawahannya.

Berdasarkan hal diatas, maka fungsi pemimpin adalah mengarahkan, membina, mengatur, dan menunjukan orang–orang yang dipimpin agar orang-orang tersebut senang, sehaluan, serta terbina dan menuruti kehendak dan tujuan pemimpin. Seorang petani tidak bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan dari tenaga kerja atau bawahan untuk mengelola usaha pertaniannya. Kepemimpinan seorang petani sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif dan memutuskan suatu kebijakan atau ketetapan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap petani memiliki persamaan dan perbedaan dalam memimpin yang dapat dilihat dari tipe kepemimpinannya.

Keorisinilan

(23)

Orisinal tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru (Alma 2011).

Kesimpulannya, untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa diperlukan penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari. Berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas setelah biasa diulang–ulang sehingga melahirkan inovasi.

Berorientasi Masa Depan

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang hendak ia lakukan, dan apa yang hendak dicapai. Purwanto (2006) menjelaskan tentang visi, misi, dan tujuan. Visi adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari suatu usaha, misi merupakan hal-hal yang melegitimasi keberadaan badan usaha. Tujuan merupakan pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu tertentu. Baik visi maupun misi mempengaruhi tujuan badan usaha karena hal-hal terebut merupakan karakteristik khas dari suatu badan usaha.

Sebuah usaha bukan didirikan hanya untuk sementara, tapi untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan, seorang wirausahawan akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah–langkah yang akan dilaksanakan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Tingginya tingkat pengangguran yang terdapat di Indonesia menimbulkan banyak permasalahan karena dapat meningkatkan tingkat kriminalitas dan kemiskinan. Untuk itulah peran kewirausahaan sangat penting sebagai salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran dan membuka kesempatan kerja. Salah satu bidang usaha yang memiliki prospek cerah untuk dikelola dan dikembangkan adalah usaha agribisnis sayuran indigenous. Selain menjadi menu lalapan dan olahan masakan di rumah makan, sayuran indigenous menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kasus gizi buruk, karena sayuran ini dapat menjadi sumber nutrisi bagi tubuh dan harganya juga relatif murah. Leunca juga memiliki keunggulan lainnya yaitu sebagai tanaman obat.

Walaupun memiliki banyak keistimewaan, jumlah petani sayuran indigenous masih terbatas, termasuk di Cianjur. Salah satu faktor yang menghambat seseorang untuk memulai usaha sayuran indigenous adalah kurangnya kesiapan mental, yaitu berpandangan sempit mengenai potensi pasar sayuran indigenous. Untuk itu, diperlukan karakteristik wirausaha yang tangguh untuk menjalankan bisnis sayuran indigenous yang berhasil.

(24)

melihat kondisi masa depan, menangkap peluang yang ada, berpikir dengan penuh perhitungan, serta menentukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi demi kesuksesan usahanya. Untuk itu, diperlukan analisis karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous, khususnya leunca di Desa Tegallega. Karakteristik wirausaha yang diteliti terdiri dari percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan. Kajian akhir adalah menganalisis karakteristik wirausaha utama yang diperlukan dalam mengelola usaha sayuran indigenous.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan adanya Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang bergerak dibidang usaha hortikultura. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014. Teknik pengumpulan data berupa observasi, serta pengisian angket dan kuesioner kepada petani responden. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat aktivitas usaha yang dilakukan di Desa Tegallega sekaligus mengecek jawaban

Sayuran indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca - Percaya diri

- Berorientasi tugas dan hasil - Kepemimpinan

- Keorisinilan

- Berorientasi masa depan

(25)

dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran usaha dan karakteristik umum para petani responden. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik wirausaha dan karakteristik wirausaha utama petani responden.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi langsung, serta pengisian angket dan kuesioner dengan petani leunca. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan literatur-literatur yang relevan dengan tujuan penelitian baik media cetak maupun media elektronik. Daftar pertanyaan dan pernyataan, alat pencatat, dan alat dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari :

1 D

ata primer berupa gambaran usaha, karakteristik umum petani responden, dan karakteristik wirausaha petani responden. Karakteristik umum petani responden yaitu usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Karakteristik wirausaha petani yang diteliti terdiri dari percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan.

2 D

ata sekunder berupa gambaran umum pertanian di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Metode Penentuan Sampel

Petani leunca yang dijadikan sampel merupakan petani yang memenuhi pertimbangan peneliti, yaitu :

1. Petani leunca yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega.

2. Petani bertindak sebagai pengelola utama usaha pertaniannya sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara, didapat 4 orang petani leunca di Desa Tegallega yang merupakan seluruh anggota populasi dan bersedia bekerja sama dengan peneliti (Tabel 1).

Tabel 1 Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur tahun 2014

Kode Responden Nama Responden

I Sabar

II Iwan

III U. Majudin

(26)

Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah agar dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan metode :

1 A

nalisis deskriptif.

Menurut Natzir (1999), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberi gambaran mengenai karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh petani sayuran indigenous (leunca) di Desa Tegallega.

2 S

tatistik Deskriptif.

Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengolahan data yang hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan, atau fenomena. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada (Hasan 2003). Pada penelitian ini, metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden. Karakteristik wirausaha utama petani sayuran indigenous (leunca) diketahui dari skor jawaban kuesioner yang diisi oleh responden berdasarkan rentang skala Likert (1-5), yaitu menjadi lima kriteria penilaian berdasarkan tinggi rendahnya dengan skor terendah (1) dan skor tertinggi (5). Untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data, digunakan ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata-rata hitung (mean). Rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari data yang ada. Rata-rata hitung secara umum dapat ditentukan dengan rumus :

(27)

Tabel 2 Kriteria Penilaian Skor Kuesioner Kesesuaian karakteristik wirausaha yang diteliti pada petani ditentukan berdasarkan proporsi kesesuaian, dengan nilai tertinggi yaitu 100 persen. Rumus berikut ini digunakan untuk menentukan proporsi kesesuaian karakteristik wirausaha petani:

Definisi Operasional

1 Usaha pertanian sayuran indigenous (leunca) yaitu budidaya sayuran lokal/ indigenous terutama leunca dengan tujuan utama produksi leunca. 2 Petani sayuran indigenous (leunca) yaitu orang yang bertindak sebagai

pengelola utama dalam usaha sayuran indigenous khususnya leunca, mata pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pertanian.

3 Usia adalah rentang kehidupan individu yang diukur dengan tahun, dihitung sejak dilahirkan.

4 Tingkat pendidikan yaitu kondisi yang menggambarkan tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden penelitian.

5 Pengalaman bertani yaitu kondisi berapa lama petani responden melakukan usaha bertani.

6 Karakteristik Wirausaha yaitu ciri khas atau watak atau karakter, tingkah laku, atau sifat khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha dalam mengelola usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

7 Karakteristik Wirausaha yang diteliti berupa : percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

8 Percaya diri yaitu keyakinan atas kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri dapat diukur dari tanggung jawab, obyektif, emosi, sosialisasi, keyakinan terhadap agama yang ditekuni, serta sikap yang tidak selalu bergantung pada orang lain.

9 Berorientasi tugas dan hasil yaitu karakteristik wirausaha yang mencakup nilai motivasi, orientasi laba atau hasil, ketekunan dan ketabahan, kerja keras, serta inisiatif.berorientasi tugas dapat diukur dari sikap inisiatif, berorientasi laba atau hasil, bekerja keras, ketekunan dan ketabahan, motif berprestasi, dan motif berhubungan dengan orang lain.

(28)

menghadapi risiko, keyakinan pada diri sendiri, dan kemampuan dalam mencari peluang.

11 Kepemimpinan yaitu tindakan dalam melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukannya. Kepemimpinan dapat diukur dari sikap yang konsekuen, dapat dipercaya, terbuka pada kritik, memelihara kesehatan, memanfaatkan perbedaan, serta ahli dalam bidang usaha yang dikerjakan. 12 Keorisinilan yaitu sikap atau ide yang orisinil, inisiatif kreatif untuk tidak

selalu mengikuti orang lain, memiliki pendapat sendiri, mampu melaksanakan sesuatu, mampu memecahkan masalah.

13 Berorientasi masa depan yaitu sikap memiliki visi, misi, tujuan, serta pandangan ke masa depan.

14 Karakteristik wirausaha utama yaitu karakteristik wirausaha yang paling menonjol yang dimiliki oleh para petani responden. Karakteristik wirausaha utama diukur berdasarkan mean skor kuesioner yang tertinggi.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Pembagian Administratif

Secara geografis, Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan berada di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kecamatan ini terletak kurang lebih 9 km dari pusat pemerintahan Kabupaten/Kota Cianjur, 90 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 120 Km dari pusat pemerintahan Negara. Kecamatan Warungkondang memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Cugenang Sebelah Selatan : Kecamatan Gekbrong Sebelah Barat : Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Kecamatan Cilaku

(29)

Tabel 3 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010

Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 788 16.10

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah Kecamatan Warungkondang digunakan untuk persawahan, yaitu sebesar 1 664 hektar atau mencapai 34.00 persen dari total luas wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan Kecamatan Warungkondang diprioritaskan untuk lahan persawahan atau menanam padi. Penggunaan lahan terbesar setelah lahan persawahan adalah untuk hutan lindung yaitu sekitar 1 120 hektar, pemukiman sekitar 788 hektar, perkebunan sekitar 555 hektar, lain-lain seperti sarana dan prasarana umum sekitar 376 hektar, Tegal/Ladang sekitar 270 hektar, dan Kolam sekitar 270 hektar. Besarnya penggunaan lahan untuk ladang atau tegal ini digunakan sebagai areal pertanian yang lebih variatif seperti untuk menanam tanaman palawija, sayuran, tanaman hias, dan lain-lain.

Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi

Desa Tegallega merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang terdiri dari 26 RT dan 6 RW dimana terdapat 1 327 Kepala Keluarga (KK). Penduduk Desa Tegallega berjumlah 4 603 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2 364 jiwa dan perempuan sebanyak 2 239 jiwa.

Mayoritas penduduk Desa Tegallega menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah dengan suku sunda. Keadaan tingkat pendidikan formal di Desa Tegallega mencerminkan kemajuan pendidikan baik kualitas maupun kuantitas pada suatu wilayah tersebut. Gambaran mengenai tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

(30)

Tabel 4 Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum Sekolah 518 14.75

Tidak Sekolah 14 0.39

Sedang Sekolah 702 19.98

Tidak Tamat SD 110 3.13

Tamat SD 1 521 43.28

Tamat SMP/ Sederajat 485 13.81

Tamat SMA/ Sederajat 153 4.35

Tamat Akademi 4 0.14

S1/ S2/ S3 7 0.19

Total 3 514 100

Sumber: Kantor Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur 2013

Komposisi mata pencaharian masyarakat Desa Tegallega pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Apabila dilihat dari aspek ekonomi, mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh penduduk Desa Tegallega beraneka ragam, namun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tegallega adalah sebagai petani, dengan mata pencaharian yang sebagian besar terdapat pada bidang pertanian menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Desa Tegallega.

Tabel 5 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani 262 20.45

Buruh Tani 442 34.50

Buruh Migran 188 14.68

PNS 9 0.70

Pengrajin Industri Rumah Tangga 11 0.86

Pedagang Keliling 23 1.80

Montir 3 0.23

Pengusaha Kecil dan Menengah 17 1.33

Karyawan Perusahaan Swasta 108 8.43

Karyawan Perusahaan Pemerintah 166 12.96

Pengemudi 15 1.17

Ojek 21 1.64

Tukang Kayu 10 0.78

Tukang Batu 6 0.47

Total 1 281 100

(31)

Sarana dan Prasarana

Perkembangan pembangunan yang didukung dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan di Desa Tegallega. Sarana yang ada di Desa Tegallega diantaranya berupa sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan prasarana komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.

Untuk sarana pendidikan baik formal maupun informal terdiri dari sekolah Play Group/ PAUD/ TK, SD/ Sederajat baik negeri maupun swasta, sekolah SMP/ sederajat, dan sekolah SMA/ Sederajat. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu yaitu sebanyak satu unit, dan posyandu sebanyak 6 unit. Kemudian untuk sarana dan prasarana transportasi terdapat angkutan umum dan beberapa pangkalan ojek.

Dalam sarana jalan dan telekomunikasi, sebagian besar masyarakat Desa Tegallega telah memiliki alat komunikasi yang berupa telepon seluler sehingga memudahkan akses komunikasi antar penduduk maupun komunikasi dengan luar penduduk Desa Tegallega. Kondisi jalan menuju Desa Tegallega masih kurang bagus, kondisi jalan banyak yang berlubang dan akan tergenang pada musim penghujan. Selain itu, di Desa Tegallega juga menyediakan prasarana keagamaan seperti masjid/ mushola umum, gereja, dan prasarana pemerintahan seperti gedung kantor desa dan inventaris-inventaris kantor.

Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

(32)

Parahyangan, dapat diketahui bahwa yang termasuk hak petani antara lain mendapatkan pelayanan dari pengurus koperasi mulai dari subsistem penyediaan input, produksi, pemasaran hasil, dan sebagai lembaga penunjang. Sedangkan kewajiban yang harus dijalankan oleh petani antara lain adalah membayar iuran rutin serta aktif dalam menjual hasilnya ke Koperasi Mitra Tani Parahyangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Karakteristik Umum Petani Responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pemilihan ini didasarkan bahwa desa tersebut merupakan daerah pertanian hortikultura di Kecamatan Warungkondang. Responden penelitian ini merupakan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi usia responden, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Karakteristik tersebut dianggap penting didalam penelitian ini karena akan berpengaruh terhadap kewirausahaan petani sayuran indigenous terutama leunca.

Usia Petani

Usia merupakan variabel yang cukup penting dalam melakukan sebuah kegiatan usaha karena akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menjalankan aktivitasnya. Usia berkaitan dengan kemampuan fisik serta kemampuan daya pikir petani. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin menurun kemampuan fisik serta daya pikirnya. Tabel 6 menunjukkan kategori kelompok usia menurut Depkes RI (2009).

Tabel 6 Kategori Kelompok Usia

Usia (tahun) Kategori Usia

0-5 Balita

6-11 Kanak-kanak

12-16 Remaja Awal

17-25 Remaja Akhir

26-35 Dewasa Awal

36-45 Dewasa Akhir

46-55 Lansia Awal

56-65 Lansia Akhir

≥ 66 Manula

Sumber: Depkes RI 2009

(33)

kronologis petani ketika memulai usaha pertanian leunca yakni mulai pada usia 31 tahun hingga 55 tahun (rata-rata 40 tahun). Pada umumnya petani leunca memulai usaha bertani leunca pada usia 30-40 tahun. Namun, tidak ada batasan usia seseorang untuk memulai usaha sayuran leunca.

Tabel 7 menunjukkan bahwa 25.00 persen petani memulai usaha pada usia dewasa awal, 25.00 persen usia dewasa akhir, 25.00 persen lansia awal dan 25.00 persen manula. Petani dewasa awal telah memilih bidang usaha sayuran leunca sesuai dengan bakat, minat, dan faktor psikologis yang dimilikinya. Petani dewasa akhir memilih usaha sayuran leunca berdasarkan hobi dan telah mantap dengan pilihan pekerjaan ini. Petani lansia awal dan manula lebih mementingkan tujuan sosial dalam usahanya, yaitu mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar.

Tabel 7 Karakteristik Petani Leunca Berdasarkan Usia di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Karakteristik wirausaha petani leunca berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 8. Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani usia dewasa awal adalah berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75) dan pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) sehingga dapat dikategorikan sangat tinggi. Pengambilan risiko untuk mencoba-coba oleh petani usia dewasa awal dalam berkarier menyebabkan petani berani mengambil risiko untuk memulai usaha sayuran leunca. Pada usia ini, petani akan berusaha untuk mencapai kemantapan kariernya sebagai petani leunca sehingga berusaha untuk mencapai prestasi puncak. Oleh karena itu, pada usia dewasa awal petani memiliki karakteristik berorientasi masa depan yang sangat tinggi.

Karakteristik kepemimpinan merupakan karakteristik yang tidak terlalu menonjol pada petani usia dewasa awal (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Kepemimpinan sebagai seorang wirausaha pada usia ini masih bersifat membangun, hal ini disebabkan petani pada usia dewasa awal merupakan pemain baru pada usaha pertanian leunca. Namun, sikap ini dapat terbentuk dengan seiring berjalannya usaha dan pengalaman dalam memimpin usaha.

(34)

Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani usia dewasa akhir adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.25) sehingga dapat dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik pengambilan risiko ini sama seperti petani usia dewasa awal. Pada usia ini juga, petani masih berkeinginan untuk mencapai kemantapan kariernya sebagai petani leunca sehingga berusaha untuk mencapai prestasi puncak. Oleh karena itu, pada usia dewasa akhir petani memiliki karakteristik berorientasi masa depan yang sangat tinggi.

Tabel 8 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Usia

Kategori

Usia No Karakteristik Wirausaha Mean Kategori Dewasa

3 Pengambilan Risiko 4.50 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 3.71 Tinggi

5 Keorisinilan 4.14 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.75 Sangat Tinggi Dewasa

3 Pengambilan Risiko 4.50 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 4.14 Tinggi

5 Keorisinilan 3.57 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.25 Sangat Tinggi Lansia

3 Pengambilan Risiko 4.50 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 3.57 Tinggi

5 Keorisinilan 3.86 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.75 Sangat Tinggi

Manula 1 Percaya Diri 3.60 Tinggi

2 Berorientasi Tugas Dan Hasil

3.67 Tinggi

3 Pengambilan Risiko 4.75 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 3.43 Tinggi

5 Keorisinilan 3.14 Sedang

6 Berorientasi Masa Depan 5.00 Sangat Tinggi

(35)

dapat dilihat dari berbagai inovasi yang dilakukan pada cara bertani dan hasil pertanian leunca.

Petani pada usia lansia awal memiliki karakteristik wirausaha yang paling menonjol yakni percaya diri (mean sebesar 4.60), berorientasi tugas dan hasil (mean sebesar 4.33), pengambilan risiko (mean sebesar 4.50), dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Dalam usia ini, petani berusaha untuk mempertahankan prestasi yang telah diraihnya pada saat ini. Oleh karena itu, kemantapan karier dan pengalaman yang cukup dalam bertani leunca menyebabkan petani memiliki kepercayaan diri, orietansi tugas dan hasil, pengambilan risiko dan orientasi masa depan yang sangat tinggi dalam menjalankan usaha sayuran leunca.

Karakteristik wirausaha yang tidak terlalu menonjol pada petani usia lansia awal adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.57), namun masih dikategorikan tinggi. Petani akan menggunakan pengalaman yang didapat selama bekerja untuk mengelola usaha sayuran leunca miliknya.

Pada petani usia manula, karakteristik wirausaha yang paling menonjol adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.75) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 5.00) yang dikategorikan sangat tinggi. Pada usia ini, usaha petani berada kondisi yang stabil dan matang, sehingga berupaya untuk mencoba-coba inovasi baru dan pembaharuan (upgrade) dalam mempertahankan prestasi usaha sayuran leunca miliknya. Oleh karena itu, pada usia manula petani memiliki karakteristik pengambilan risiko dan berorientasi masa depan yang sangat tinggi.

Akibat dari berbagai inovasi dan pembaharuan yang dilakukan oleh petani usia manula, mengakibatkan keorisinilan merupakan karakteristik wirausaha yang paling tidak menonjol pada petani usia manula (mean sebesar 3.14), yang dikategorikan sedang. Berbagai inovasi baru dalam hal bertani leunca diimplementasikan guna mendapatkan keuntungan usaha yang semaksimal mungkin.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden mencerminkan kualitas sumber daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat dari tingkat pengetahuan mengenai usaha yang dijalankan, masalah yang dihadapi serta bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut. Tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh petani responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Tingkat pendidikan formal petani leunca di Desa Tegallega dapat dilihat pada Tabel 9. Tingkat pendidikan formal petani leunca pada umumnya tergolong sedang, yakni SMA (50 Persen) dan SD (50 persen). Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar pernah mendapatkan pendidikan formal yang berarti petani dapat membaca dan menulis sehingga menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain.

(36)

mendapat ilmu pertanian selama menempuh pendidikan formal (SMA, SD) memperoleh ilmu pertanian dari berbagai sumber seperti literatur, warisan dari orang tua, bertanya pada pakar, pelatihan dan sosialisasi dari instansi pertanian yang terkait.

Tingkat pendidikan petani responden berkategori sedang, maka pelatihan dan sosilisasi dalam bertani leunca yang baik memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pengetahuan bertani leunca sehingga dapat juga meningkatkan produksi pertanian leunca. Oleh karena itu Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan selalu mengadakan acara pertemuan yang rutin dilakukan setiap satu sampai dua bulan sekali di Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Acara pertemuan rutin tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan pertanian baik dari pihak Koperasi Mitra Tani Parahyangan maupun dari instansi lain, konsultasi, pelatihan serta silaturahmi antar anggota yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya. Tabe 9 Tingkat Pendidikan Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan

Karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10. Petani leunca tamatan sekolah dasar (SD) memiliki karakteristik wirausaha yang paling menonjol yakni pengambilan risiko (mean sebesar 4.63) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.63) sehingga dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan dan pengambilan risiko pada petani tamatan SD yang sangat tinggi disebabkan dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki petani SD, mereka dituntut untuk mampu bersaing dalam dunia kerja. Sehingga keberanian dalam pengambilan risiko usaha tergolong sangat tinggi agar mampu bersaing dipasaran. Keputusan petani tamatan SD untuk berwirausaha menyebabkan petani berusaha untuk mencapai keberhasilan usaha hingga masa depan. Dengan demikian usaha sayuran leunca yang dikelolanya dapat menjadi sumber penghasilan bagi dirinya hingga masa depan.

Keinginan untuk memperoleh pengetahuan dalam bertani leunca membuat petani tamatan SD berani menanggung risiko untuk mencoba-coba inovasi terbaru yang didapatkan guna meningkatkan usahanya. Hal ini yang mengakibatkan keorisinilan merupakan karakteristik wirausaha yang tidak menonjol pada petani tamatan SD (mean sebesar 3.36), sehingga dikategorikan sedang. Berbagai inovasi bertani leunca diterapkan guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam bertani.

(37)

dan hasil dimana petani tamatan SMA dengan pengetahuan lebih yang dimiliki sudah melakukan manajemen tugas dan hasil produksi guna meningkatkan prestasi usahanya. Manajemen pemasaran pun sudah mulai diterapkan oleh petani tamatan SMA. Sedangkan karakteristik yang kurang menonjol pada petani tamatan SMA adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.64), namun masih dikategorikan tinggi. Kurangnya pengetahuan dalam memimpin suatu usaha membuat petani tamatan SMA kurang begitu memahami tentang pengorganisasian pekerja / pegawai dalam berwirausaha.

Tabel 10 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

No Karakteristik Wirausaha Mean Kategori

SD 1 Percaya Diri 3.70 Tinggi

2 Berorientasi Tugas dan Hasil

3.83 Tinggi

3 Pengambilan Risiko 4.63 Sangat

Tinggi

4 Kepemimpinan 3.79 Tinggi

5 Keorisinilan 3.36 Sedang

6 Berorientasi Masa Depan 4.63 Sangat

Tinggi

3 Pengambilan Risiko 4.50 Sangat

Tinggi

4 Kepemimpinan 3.64 Tinggi

5 Keorisinilan 4.00 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.75 Sangat

Tinggi Pengalaman Bertani

Pengalaman merupakan salah satu unsur yang penting dalam berwirausaha. Semakin lama seseorang menjalankan usaha, semakin banyak pula pengalaman yang ia peroleh sehingga semakin mampu mengelola usaha dengan baik. Pengalaman bertani dapat diperoleh bila seseorang terlibat langsung dalam kegiatan usaha pertanian.

Pengalaman bertani petani leunca di Desa Tegallega dapat dilihat pada Tabel 11. Petani leunca di Desa Tegallega memiliki pengalaman bertani leunca mulai 1 tahun sampai 15 tahun (rata-rata 9 tahun). Sebanyak 1 orang petani (25 persen) termasuk petani kategori pemula yakni pengalaman bertani < 9 tahun dan 3 orang petani (75 persen) termasuk petani kategori sedang yakni pengalaman bertani 9-15 tahun. Belum ada petani yang termasuk dalam kategori berpengalaman yakni pengalaman bertani 16-20 tahun

(38)

paling menonjol pada petani pemula adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Petani pemula yang merupakan pemain baru dalam kegiatan berwirausaha memiliki dorongan kuat untuk mencoba-coba dalam berkarier. Keberanian petani untuk mencoba-coba dalam berkarier menyebabkan petani berani mengambil risiko untuk mengembangkan cara-cara baru (inovasi) dalam mengembangkan usahanya. Pada kondisi seperti ini, petani pemula akan berusaha untuk mencapai kemantapan berkarier yakni berusaha mencapai prestasi puncak dalam usahanya. Oleh karena itu, petani pemula memiliki pengambilan risiko dan orientasi masa depan yang sangat tinggi.

Tabel 11 Pengalaman Bertani Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Nama Petani Pengalaman Bertani (Tahun) Kategori

Sabar 1 Pemula

Iwan 9 Sedang

U. Majudin 12 Sedang

Diat 15 Sedang

Karakeristik yang tidak menonjol pada petani pemula yakni kepemimpinan (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Hal ini merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam memimpin usaha pertanian leunca, dimana petani pemula memilik pengalaman bertani kurang dari 9 tahun. Petani pemula kurang memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan usahanya sehingga diperlukan adanya pelatihan dan masukan dari orang yang telah berpengalaman dibidangnya.

Karakteristik wirausaha yang paling mononjol pada petani kategori sedang adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.58) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.67), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Petani kategori sedang memiliki pengalaman bertani selama 9-15 tahun. Dengan pengalaman lebih yang dimiliki, petani sedang memiliki pengalaman dalam pengambilan keputusan terhadap risiko berwirausaha. Pengalaman bertahun-tahun selama menggeluti usaha pertanian leunca membuat petani kategori sedang menyadari keuntungan besar untuk mengembangkan usahanya di masa depan. Hal tersebut membuat petani kategori sedang berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi usahanya sehingga menjadikan usaha bertani leunca sebagai mata pencaharian di masa depan.

(39)

Tabel 12 Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Pengalaman Bertani Pengalaman Bertani No Karakteristik Wirausaha Mean Kategori

Pemula 1 Percaya Diri 3.80 Tinggi

2 Berorientasi Tugas dan Hasil 4.17 Tinggi 3 Pengambilan Risiko 4.50 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 3.71 Tinggi

5 Keorisinilan 4.14 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.75 Sangat Tinggi

Sedang 1 Percaya Diri 4.00 Tinggi

2 Berorientasi Tugas Dan Hasil 4.00 Tinggi 3 Pengambilan Risiko 4.58 Sangat Tinggi

4 Kepemimpinan 3.71 Tinggi

5 Keorisinilan 3.52 Tinggi

6 Berorientasi Masa Depan 4.67 Sangat Tinggi

Karakteristik Wirausaha Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian Launca

(40)

Karakteristik kedua yang juga paling menonjol pada petani I adalah pengambilan risiko dengan mean sebesar 4.50. Nilai ini menunjukkan bahwa karakteristik keberanian terhadap pengambilan risiko pada petani I sangat tinggi, termasuk kategori risk taker. Keberanian petani I dalam pengambilan risiko yang sangat tinggi disebabkan risiko usaha pertanian yang dihadapi petani I sangat besar. Risiko utama yang dihadapi petani I adalah risiko modal. Modal (input) awal yang harus ditanggung oleh petani I per musim tanam terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp 250 000.00, TKLK sebesar Rp 1 562 500.00, pupuk sebesar Rp 2 025 000.00, TKDK sebesar Rp 1 562 500.00, dan penyusutan alat sebesar 30 000,00. Sehingga total biaya per musim tanam sebesar Rp 5 430 000.00. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh petani I per musim sebesar Rp 1 170 000.00. Risiko besar lainnya yang dihadapi petani I adalah risiko pasar berupa harga jual leunca dan risiko produksi berupa penyakit dan kematian. Hal ini membuat petani I memiliki karakteristik pengambilan risiko yang sangat tinggi. Tabel 13 Skor Karakteristik Wirausaha Petani I

Karakteristik Wirausaha Mean Kategori

Berorientasi Masa Depan 4.75 Sangat Tinggi

Pengambilan Risiko 4.50 Sangat Tinggi

Berorientasi Tugas dan Hasil 4.17 Tinggi

Keorisinilan 4.14 Tinggi

Percaya Diri 3.80 Tinggi

Kepemimpinan 3.71 Tinggi

Karakteristik yang kurang menonjol yang terdapat pada petani I adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Kurangnya pengalaman dalam berwirausaha membuat petani I kurang mampu dalam mengorganisasikan usahanya. Pelatihan dan share pengalaman bertani dari petani lain yang sudah berpengalaman, sangat membantu untuk membangun sikap kepemimpinan guna mengembangkan dan meningkatkan usaha pertanian leunca petani I.

Karakteristik Petani II

Gambar

Gambar 1  Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2013
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 5 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan
Tabel 6      Kategori Kelompok Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Benih kedelai varietas unggul Dapros yang dianggap lebih dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan petani responden memiliki keunggulan pada atribut ukuran polong,

Petani kopi sebagai pengusaha yang menghasilkan kopi juga berorientasi pada laba, sehingga tidak terlepas dari masalah pencapaian laba dan pengembalian modal, dalam

Probabilitas petani dalam pengambilan keputusan untuk terlibat aktif dalam industrialisasi pertanian nilainya sangat kecil sehingga hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang ada

Probabilitas petani dalam pengambilan keputusan untuk terlibat aktif dalam industrialisasi pertanian nilainya sangat kecil sehingga hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang

Sementara itu, dari hasil analisis logit, faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan petani dalam pengambilan KKP-E yaitu luas lahan petani tebu

Bila dilihat tingkat pencurahan berdasarkan status lahan garapan, maka akan terlihat bahwa tingkat pencurahan kerja pada petani lahan milik lebih kecil dari pada petani

Nilai P-value yang terlihat pada Tabel 14 menunjukkan bahwa persentase konsumsi pangan rumahtangga petani berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel pendapatan

Probabilitas petani dalam pengambilan keputusan untuk terlibat aktif dalam industrialisasi pertanian nilainya sangat kecil sehingga hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang ada