• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT. Oleh: KRUSTIN HALYANI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT. Oleh: KRUSTIN HALYANI A"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL

DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET

KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

KRUSTIN HALYANI A14301085

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

KRUSTIN HALYANI. A14301085. Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel di

Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO.

Dalam konsep ekonomi, kesejahteraan masyarakat dikatakan meningkat jika pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut juga meningkat. Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki daya dukung sumberdaya alam terhadap berbagai komoditas pertanian diarahkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pertanian. Hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal. Pada tingkat rumahtangga petani, hortikultura juga merupakan sumber pendapatan rumahtangga yang penting. Wortel merupakan salah satu komoditi sayuran yang memberikan kontribusi terhadap produksi nasional. Rumahtangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa kesejahteraan rumahtangga berarti kesejahteraan masyarakat. Dengan menganalisis konsumsi rumahtangga kita dapat menilai sampai berapa jauh perkembangan kesejahteraan masyarakat khususnya rumahtangga petani pada saat ini. Desa Sukatani sebagai daerah sentra produksi wortel yang sebagian besar masyarakat dari desa ini terdiri dari petani yang mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis karakteristik dan pola konsumsi rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat pada Maret hingga April 2008.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode judgment

sampling. Analisis yang dilakukan dengan metode deskriptif yang dikumpulkan dari hasil

wawancara, pengamatan, catatan harian dan telaah pustaka. Sedangkan metode kuantitatif diuji dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan bantuan Microsoft Exel dan Minitab 14.

Konsumsi rumahtangga terdiri dari pengeluaran konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dalam penelitian ini adalah konsumsi rumahtangga dalam satu tahun terakhir. Pola konsumsi rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani pada umumnya mengkonsumsi pangan, ini ditunjukkan dari persentasenya sebesar 55,5 persen dan konsumsi non pangan sebesar 44,5 persen. Ini menunjukkan bahwa rata-rata petani wortel di Desa Sukatani lebih mengutamakan kebutuhan pangannya dibandingkan konsumsi non pangan karena pendapatannya yang masih kecil. Hukum Engel mengatakan semakin tinggi pendapatan maka proporsi pengeluaran pangan akan menurun. Hal ini dapat terlihat pada rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani.

(3)

Golongan petani strata II (petani dengan luas lahan lebih dari sama dengan dari 0, 25 ha) pendapatannya lebih besar daripada golongan petani strata I (petani dengan luas lahan kurang dari 0, 25 ha), sehingga konsumsi rumahtangganya lebih kepada pengeluaran untuk non pangan yaitu untuk perumahan dan fasilitas rumahtangga yang persentasenya 17,6 persen dari total konsumsi rumahtangga, sedangkan golongan petani strata I (petani dengan luas lahan kurang dari 0, 25 ha) lebih banyak mengkonsumsi padi-padian dan umbi-umbian atau bahan pokok beras yang dimana persentasenya 23,4 persen dari total konsumsi rumahtangganya.

Berdasarkan pendugaan model konsumsi rumahtangga petani yang diperoleh, konsumsi rumahtangga dipengaruhi oleh variabel pendapatan dan jumlah anggota rumahtangga pada taraf nyata 10 persen. Jumlah anak sekolah tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga pada taraf nyata 10 persen. Artinya jumlah anak sekolah tidak mempengaruhi konsumsi rumahtangga, hal ini dikarenakan karena jumlah pengeluaran konsumsi rumahtangga terhadap pengeluaran biaya anak sekolah terlalu sedikit dibandingkan dengan biaya pengeluaran konsumsi rumahtangga yang tidak memiliki anak sekolah. Variabel dummy tingkat pendidikan kepala rumahtangga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga pada taraf 10 persen. Artinya apapun tingkat pendidikan kepala rumahtangga tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan dalam konsumsi rumahtangganya. Adapun pendapatan rumahtangga itu sendiri berdasarkan model pendugaan dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki petani pada taraf 10 persen. Sedangkan jumlah angkatan kerja dan jenis pekerjaan rumahtangga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumahtangga. Terkait hubungan antara pendapatan dan konsumsi rumahtangga, sesuai dengan hukum Engel maka dalam penelitian ini di uji secara statistik apakah berpengaruh nyata hubungan antara persentase konsumsi pangan dan pendapatan. Berdasarkan model persentase konsumsi pangan, variabel yang mempengaruhi persentase konsumsi pangan adalah pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga dan jumlah anak sekolah pada taraf 10 persen. Adapun nilai koefisien pendapatan rumahtangga bernilai negatif, yang artinya jika pendapatan meningkat maka persentase konsumsi pangan akan menurun.

(4)

KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT

Oleh:

KRUSTIN HALYANI A14301085

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

Judul Skripsi : Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

Nama : Krustin Halyani

NRP : A14301085

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

NIP. 131 124 021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2008

Krustin Halyani A14301085

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Krustin Halyani, dilahirkan pada 17 Desember 1982 di Bogor sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Krusno dan Siti Holiyah. Penulis dibesarkan di Bogor, pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciluar 5 Bogor. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 5 Bogor dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 3 Bogor pada tahun 2001. Selama menempuh pendidikan menengah pertama dan menengah atas, penulis aktif diberbagai organisasi, seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan PMR.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya (EPS), Fakultas Pertanian.

(8)

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta alam, atas anugrah, berkah dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi penelitian dengan judul “Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis tingkat konsumsi rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis senantiasa menerima setiap saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang peduli kepada petani-petani di Indonesia pada umumnya.

Bogor, Agustus 2008

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta alam atas kasih dan sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak dan Mamah tercinta, serta Adik-adikku tersayang atas doa kasih sayang dan dukungannya selama ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian. Terima kasih atas semua masukan, arahan, dan bimbingannya.

2. Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama dan Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran, masukan dan perbaikannya dalam ujian sidang dan perbaikan skripsi ini.

3. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengambilan data, diantaranya Pak Tony Kepala cabang pertanian Kecamatan Pacet, Pak Asep selaku Koordinator PPL Kecamatan Pacet, Pak Alan STA Cigombong, Staf Dinas pertanian Kabupaten Cianjur, Bapak Deddy Ketua BPD Desa Sukatani, dan para staf di Kantor Desa Sukatani dan Kantor Kecamatan Pacet yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian, diantaranya petani di Desa Sukatani Kecamatan Pacet, seluruh petani Desa Sukatani, Keluarga Bu Tita dan Bu Nina, dan semua pihak yang telah berbaik hati memberikan bantuan.

4. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Risti Diana Putri dan Siti Ruhmayati terimakasih untuk segala perhatian, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya dalam suka duka selama ini.

5. Adik-adik EPS 41 yang banyak memberikan kenyamanan, semangat, dan motivasi penulis dalam menghadapi perkuliahan satu setengah tahun terakhir ini. Ade, Mayang, Fitri, Owin, Evie, Tita, Uchi, Anggi, Deasy , Ave, Rolas, Mail, Galih, Ricky, Pampam, Devi, Cita, Agiz, Sari, Anti, Wulan, Vina, Cian, Lingga (untuk semua dukungannya, anugerah terindah punya adik dan teman seperti kalian, terimakasih atas segala kebaikannya selama ini) serta semua teman di EPS 38, EPS 39, EPS 40, dan EPS 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, kalian telah

(10)

6. Staf Departemen EPS (ESL), yang telah memberikan bantuan, serta seluruh staf departemen ESL dan FEM.

7. Ocie, yang menjadi teman terbaik, saudara tercinta yang selalu ada bersama penulis dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, makasih kebersamaan, dukungan, menemani jalan, mendengarkan curhatan, memberikan semangat, pinjaman, kritikan, dan pujian.

8. Teman- teman di Candy2, Dora terimakasih atas pertemanan kita selama ini, dan selalu menemani penulis. Eno, Bu Sri, Ka yen, Ira, Delni,Widi, sahabat terbaik Miranda, Anak- anak gunung, Geng Ngawi, Dokter, Suster di RS Pelita Madina, Ratna terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

9. Saudara- saudara tercinta, Risa, Rahma, Hury, Lala, Ginul, Afi, Adel, By2, My2, Putri, Nur Hakim, 3D yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang, tawa canda, suka duka, semangat, saran, kritikan kepada penulis dalam menjalani kehidupan ini. 10. Eri beserta keluarga, yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, juga dukungan,

pada saat penelitian. yang telah berbaik hati meluangkan waktu, dan ilmu yang telah diberikan.

11. Untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu , orang-orang yang datang dan pergi dalam perjalanan ini, seluruh amal baik dan jasa kalian akan selalu tercatat di sisi Allah SWT.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumahtangga ... 8

2.2 Alokasi Pengeluaran konsumsi Rumahtangga... 9

2.3 Penelitian Terdahulu ... 11

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 16

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data... 19

4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 19

4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 20

4.5 Definisi Operasional ... 24

BAB V GAMBARAN UMUM DESA SUKATANI 5.1 Letak Administratif dan Sumberdaya ... 27

5.2 Keadaan Penduduk, Tingkat pendidikan dan Mata Pencaharian Penduduk ... 28

5.3 Karakteristik Responden... 30

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pola Konsumsi Rumahtangga Petani ... 37

6.2 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008 ... 43

6.3 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumahtangga di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008 ... 45

(12)

6.4 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persentase Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani di Desa

Sukatani Pacet Tahun 2008... 47

6.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008... 48

6.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumahtangga Petani Di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008... 50

6.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persentase Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008 ... 51

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 54

8.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 56

(13)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok

Barang di Daerah Pedesaan (dalam rupiah) Tahun 2002, 2005, dan

2007 ... 2

2. Penggunaan Lahan Desa Sukatani Tahun 2007... 28

3. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006 ... 29

4. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Berdasarkan Mata Pencaharian

Tahun 2006 ... 30 5. Struktur Luas Lahan Garapan Petani Responden Desa Sukatani

Pacet Tahun 2008... 31 6. Komposisi Umur Kepala Rumahtangga Petani Responden Desa

Sukatani Pacet Tahun 2008... 32

7. Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga Petani Responden Desa

Sukatani Pacet Tahun 2008... 33

8. Jumlah Anggota Rumahtangga Petani Responden Desa Sukatani

Pacet Tahun 2008... 34

9. Jumlah Anak yang Masih Sekolah di Rumahtangga Petani Desa

Sukatani Pacet Tahun 2008... 35 10. Persentase Rumahtangga Berdasarkan Sumber Pendapatan Desa

Sukatani Pacet Tahun 2008... 36 11. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Berdasarkan Luas

Lahan Petani Responden Desa Sukatani Tahun 2008 ... 38 12. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Rumahtangga Petani Di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008 ... 44 13. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008 ... 46 14. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persentase

Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008... 47

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Engel... 15

(15)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Pendugaan Model Konsumsi Rumahtangga ... 60

2. Hasil Pendugaan Model Pendapatan Rumahtangga ... 61

3. Hasil Pendugaan Model Persentase Konsumsi Pangan... 62

4. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Pada Golongan Petani

Strata I (<0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 63

5. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Pada Golongan Petani

Strata II ( ≥0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 64

6. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata I

(<0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 65

7. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata II

(≥0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

Tahun... 66

8. Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Strata I (<0,25) di Desa

Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 67

9. Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Strata II (≥0,25) di Desa

Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 71 10. Kuisioner Penelitian ... 73

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki daya dukung sumberdaya alam terhadap berbagai komoditas pertanian. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian dibagi atas sub sektor tanaman pangan atau palawija, hortikultura, peternakan, mixed farming, jasa pertanian, perikanan dan kehutanan. Oleh karena itu pembangunan di sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena pembangunan pertanian berkaitan erat dengan pembangunan industri, kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, papan serta lapangan kerja dan lain-lain. Pembangunan pertanian tersebut diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menitik beratkan kepada upaya peningkatan kesejahteraan umum yang berusaha di bidang pertanian.

Dalam konsep ekonomi, kesejahteraan masyarakat dikatakan meningkat jika pemenuhan akan kebutuhan masyarakat tersebut juga meningkat. Berdasarkan data BPS pada tahun 2007, keberhasilan pembangunan pertanian telah berhasil meningkatkan tingkat pendapatan petani dan memperbaiki kesejahteraan petani, dengan kata lain pembangunan pertanian berhasil meningkatkan tingkat daya beli masyarakat pedesaan. Ini dapat dilihat dari persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga pedesaan yang disajikan pada Tabel 1, yang menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun mengalami penurunan persentase pengeluaran konsumsi untuk makanan dan semakin meningkatnya pengeluaran

(17)

2

konsumsi untuk bukan makanan sehingga bisa dikatakan kesejahteraan di pedesaan semakin meningkat karena dengan semakin meningkatnya pendapatan, persentase yang dibelanjakan untuk makanan akan menurun.

Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di Daerah Pedesaan(dalam rupiah) Tahun 2002, 2005 dan 2007

Tahun Makanan Persentase Bukan makanan Persentase Jumlah pengeluaran 2002 101692 66,56 51092 33,44 152784 2005 122386 61,13 77817 38,87 200203 2007 148613 58,32 106197 41,68 254810 Sumber: BPS, 2007

Laju pembangunan yang sedang berlangsung ternyata tidak dibarengi oleh pemerataan, dimana tidak semua rumahtangga desa merasakan dampak dari pembangunan pertanian yang sedang berjalan. Kondisi ini menyebabkan timbulnya ketimpangan di kalangan rumahtangga pedesaan, sehingga sering ditemukan adanya rumahtangga dibawah garis kemiskinan. Rumahtangga-rumah tangga ini dihadapkan oleh berbagai keterbatasan, sehingga mereka tidak mempunyai banyak pilihan untuk mengalokasikan anggaran belanjanya dan mengatur pengeluaran konsumsi rumahtangganya, disamping itu pendapatan yang mereka peroleh sangat terbatas.

Rumahtangga sebagai unit pengambil keputusan terkecil dalam ilmu ekonomi akan memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa. Dalam melakukan kegiatan konsumsinya rumahtangga dihadapkan oleh sejumlah pilihan. Rumahtangga petani dapat dianalisis perilakunya dengan melihat pengalokasian tenaga kerja dan sumber keuangannya. Pengalokasian tenaga kerja oleh rumahtangga petani mencakup segala usaha untuk memperoleh

(18)

pendapatan dalam bentuk uang maupun dalam bentuk natura. Uang yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Susanto,1991).

Komoditas hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal. Sayuran merupakan bagian dari tanaman hortikultura terpenting yang memiliki peluang untuk dikembangkan. Pada tingkat rumahtangga petani, hortikultura juga merupakan sumber pendapatan rumahtangga yang penting pula. Wortel merupakan salah satu komoditi sayuran yang memberikan kontribusi terhadap produksi nasional.

Pulau Jawa khususnya Jawa Barat menempati urutan pertama dalam produksi dan produktivitas tanaman wortel (BPS, 2006). Salah satu sentra produksi wortel yang terdapat di propinsi Jawa Barat adalah di Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur memiliki 30 kecamatan dengan komoditas unggulan masing-masing. Dari 30 kecamatan tersebut, Kecamatan Pacet merupakan tempat produksi terbesar untuk tanaman wortel. Salah satu sentra produksi tanaman wortel adalah Desa Sukatani yang menjadikan tanaman wortel sebagai komoditas unggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya. Desa Sukatani ini pun merupakan salah satu desa yang maju di bidang pertanian dengan komoditas utama hortikultura khususnya sayuran. Sebagai desa yang merupakan sentra produksi sayuran, tentunya sebagian besar masyarakat dari desa ini terdiri dari petani yang mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.

(19)

4

1.2 Perumusan Masalah

Rumahtangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, jadi dapat dikatakan bahwa kesejahteraan rumahtangga berarti kesejahteraan masyarakat. Pendekatan konsumsi merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisa berapa besarnya pendapatan rumahtangga petani. Pendapatan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pola konsumi dari masing-masing rumahtangga tersebut. Rumahtangga membuat keputusan untuk mengalokasikan sebagian anggarannya untuk membeli pangan dan kebutuhan non pangan.

Desa Sukatani Kecamatan Pacet merupakan salah satu desa sentra produksi sayuran terutama wortel. Kegiatan usahatani sayuran di Desa Sukatani memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Sebagai rumahtangga petani yang mengusahakan sayuran, seringkali kegiatan usahatani tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga, oleh karena itu menyebabkan anggota rumahtangga petani sayuran mencurahkan waktunya untuk bekerja di luar usahatani untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Pendapatan itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga atau konsumsi rumahtangga.

Dengan mempelajari pola konsumsi rumahtangga petani khususnya petani wortel, dalam arti alokasi pendapatan yang dikeluarkan untuk pembelian bahan pokok atau bahan pangan dan untuk pembelian bahan non pangan, kita dapat menilai sampai berapa jauh perkembangan kesejahteraan masyarakat khususnya rumahtangga petani pada saat ini. Dengan menganalisis konsumsi rumahtangga petani diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi peningkatan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Sehingga bagi

(20)

rumahtangga petani diharapkan dapat memberikan gambaran dalam mengatur pola konsumsinya di dalam rumahtangga.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik dan pola konsumsi rumahtangga petani wortel di

Desa Sukatani ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga petani

wortel di Desa Sukatani ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis karakteristik dan pola konsumsi rumahtangga petani wortel

di Desa Sukatani

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga

petani wortel di Desa Sukatani

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

dalam hal yang berkaitan dengan usahatani sayuran dan mengenai konsumsi rumahtangga di pedesaan khususnya dalam ruang lingkup rumah tangga petani.

(21)

6

2. Bagi pembaca, merupakan sumber informasi dan bahan untuk penelitian

lanjutan yang berhubungan dengan rumahtangga petani atau mengenai konsumsi rumahtangga pada umumnya.

3. Bagi pemerintah daerah sebagai bahan informasi dan masukan yang

bermanfaat, khususnya dalam penerapan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usahatani.

4. Bagi para petani, hal ini merupakan sumber informasi sehingga petani

mengetahui seberapa besar kontribusi usahataninya terhadap pendapatan total keluarga dan konsumsi rumahtangganya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai analisis konsumsi rumahtangga ini dibatasi pada karakteristik dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah Desa Sukatani Kecamatan Pacet yang terletak di Kabupaten Cianjur. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani sayuran dalam satu tahun terakhir.

Sumber pendapatan petani berasal dari hasil usahatani wortel dan tanaman sayuran lainnya, selain itu pendapatan petani juga berasal dari kegiatan usahatani, non usahatani, dan non pertanian. Pendapatan inilah yang nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi dari rumahtangga petani tersebut. Penelitian ini menganalisis konsumsi rumahtangga petani yang terdiri atas konsumsi atau pengeluaran rumahtangga dalam satu tahun terakhir baik pengeluaran pangan maupun non pangan. Dalam penelitian ini konsumsi atau pengeluaran pangan yang dinilai tidak hanya dari pembelian langsung di pasar atau warung saja, tetapi

(22)

konsumsi yang berasal dari kebun, pekarangan, sawah, peternakan, ataupun dari hasil pertanian yang dihasilkan atau diproduksi rumahtangga petani tersebut tetap dinilai dalam satu satuan rupiah.

(23)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Hukum Engel

Terkait hubungan antara pendapatan dan konsumsi rumahtangga telah dipelajari oleh salah satu pakar ekonomi Prusia, Jerman Ernest Engel (1821-1896). Ernest Engel mengemukakan bahwa pendapatan dari rumahtangga yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat, yang berarti makin rendah penghasilan seseorang maka makin besar proporsi pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi pengeluaran makanan atau pangan, pernyataan ini dikenal dengan Hukum Engel (Nicholson,1982).

Kurva Engel

Secara teoritis diketahui bahwa tingkat konsumsi oleh suatu rumahtangga terhadap suatu barang akan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah dipengaruhi oleh pendapatan. Dalam teori ekonomi mikro diketahui bahwa untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah suatu barang tertentu yang dibeli oleh seorang konsumen dapat dijelaskan dengan Kurva Engel pada gambar 1.

Kurva Engel adalah sebuah kurva yang menggambarkan pengaruh perubahan pendapatan terhadap konsumsi seorang konsumen.

(24)

B

Kurva Engel

0 Y

Gambar 1. Kurva Ángel

Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh rumahtangga dalam setahun untuk konsumsi seluruh anggota rumahtangga. Pengeluaran rumahtangga merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran untuk makanan atau pangan ke pengeluaran bukan makanan atau non pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1976 melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) telah menyusun komposisi kebutuhan dasar pangan dan non pangan. Komoditi tersebut dijadikan indikator untuk mengukur pengeluaran perkapita di daerah kota dan desa. Pengeluaran tersebut dapat dicirikan sebagai berikut :

1. Konsumsi pangan, terdiri dari kelompok padi-padian dan hasil-hasilnya, umbi-umbian dan hasil-hasilnya, ikan dan hasil-hasilnya, daging, telur, susu dan hasil-hasil dari susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,

buah-Y2

Y1

BB2 BB1

(25)

16

buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbu, tembakau dan sirih.

2. Konsumsi unuk barang bukan pangan, terdiri dari perumahan dan fasilitas rumahtangga, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, barang tahan lama, keperluan pesta dan upacara.

Tingkat kesejahteraan rumahtangga dapat diukur melalui besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumahtangga yang

bersangkutan. Semakin besar konsumsi atau pengeluaran rumahtangga, terutama porsi untuk bukan makanan atau pangan, maka tingkat kesejahteraan rumahtangga yang bersangkutan semakin baik (BPS,2007).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini akan menganalisis tentang konsumsi rumahtangga petani wortel, baik konsumsi pangan maupun non pangan yang berkaitan dengan perilaku rumahtangga petani dalam mengalokasikan sumber pendapatan yang terbatas guna memenuhi kebutuhan rumahtangganya seoptimal mungkin. Dengan pendapatan inilah dapat dilihat proporsi konsumsi rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani. Luas lahan yang dimiliki petani, jenis pekerjaan serta jumlah angkatan kerja dalam rumahtangga petani wortel inilah yang akan mempengaruhi pendapatan rumahtangga petani wortel.

Selain pendapatan rumahtangga petani, konsumsi rumahtangga petani juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala kelurga, jumlah anggota rumahtangga dan jumlah anak sekolah. Kepala rumahtangga merupakan salah satu anggota keluarga yang berperan dalam menentukan keputusan rumahtangga, oleh

(26)

sebab itu tingkat pendidikan yang dimiliki kepala rumahtangga dapat mempengaruhi keputusan dalam pengeluaran konsumsi rumahtangganya. Jumlah anggota rumahtangga serta jumlah anak sekolah juga menentukan konsumsi rumahtangga petani karena adanya penambahan proporsi pengeluaran yang di konsumsi oleh rumahtangga petani.

(27)

18

Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel

Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Jenis Pekerjaan Rumahtangga

Jumlah Angkatan Kerja

Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga

Jumlah Anak Sekolah

Jumlah Anggota Rumahtangga Luas Lahan

(28)

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan karena Desa Sukatani merupakan daerah sentra produksi sayuran yang terdapat di wilayah Kabupaten Cianjur dengan tingkat produksi yang relatif besar di Cianjur. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisoner dan wawancara langsung dengan responden. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer. Data ini diperoleh dari berbagai instansi, seperti Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Kantor Kecamatan Pacet, Kantor Desa Sukatani, Badan Pusat statistik, perpustakaan LSI IPB, perpustakaan fakultas petanian IPB, internet dan berbagai literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengumpulan data dilakukan terhadap 60 orang petani responden. Responden yang diwawancara merupakan petani wortel yang dipilih dengan

(29)

20

sampling frame di daerah penelitian. Responden yang diambil adalah para petani,

petani di tempat tersebut semua merupakan petani wortel. Dalam analisis, petani dikelompokkan menjadi dua strata, yaitu strata I untuk petani dengan luas garapan kurang dari 0,25 ha dan strata II untuk petani dengan luas garapan lebih dari sama dengan 0,25 ha.

4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data dan informasi yang diperoleh akan di analisis dengan metode deskriptif dan metode kuantitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan dari hasil wawancara, pengamatan, catatan harian dan telaah pustaka dianalisis secara deskriptif. Data tersebut diinterpretasikan sehingga dapat menjawab yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Untuk membantu analisis deskriptif ini digunakan tabulasi sederhana dan persentase, dengan bantuan program komputer Microsoft Exel.

Sedangkan metode kuantitatif dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsumsi rumahtangga petani dengan mengunakan model regresi linear berganda Pengujian dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Exel dan Minitab 14 for Windows untuk kemudian diinterpretasikan secara manual.

Analisis Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari pengeluaran untuk pangan dan bukan pangan yang dinyatakan dalam rupiah per

(30)

tahun (BPS, 2005). Total pengeluaran rumahtangga dapat dirumuskan sebagai berikut: C= C1 + C2 dimana C1 = C11 + C12 + C13 + C14 + C15 dan C2 = C21 + C22 + C23 + C24 + C25 + C26 keterangan:

C = Total pengeluaran rumahtangga (rupiah/ tahun)

C1 = Konsumsi untuk makanan (rupiah /tahun)

C2 = Konsumsi untuk nonmakanan (rupiah /tahun)

C11 = Padi-padian,umbi-umbian ( rupiah/tahun)

C12 = Lauk-pauk, sayur dan buah ( rupiah/tahun)

C13 = Bahan minuman (kopi, teh, gula), makanan jadi (rupiah/tahun)

C14 = Minyak goreng, bumbu-bumbuan (rupiah/tahun)

C15 =Tembakau/rokok (rupiah/tahun)

C21 =Perumahan dan fasilitas rumahtangga : bahan bakar, listrik, perbaikan rumah

(rupiah/tahun)

C22 = Pendidikan (rupiah/tahun)

C23 = Pakaian (rupiah/tahun)

C24 = Pesta (rupiah /tahun)

C25 = Kesehatan (rupiah/tahun)

C26= Rekreasi, pajak, iuran (rupiah/tahun)

Adapun variabel yang merupakan konsumsi harian dari rumahtangga adalah padi-padian, umbi-umbian, lauk pauk, sayur, buah, bahan minuman ( kopi, teh,gula), makanan jadi, minyak goreng, bumbu-bumbuan, tembakau/rokok, perumahan dan fasilitas rumahtangga yaitu bahan bakar minyak tanah, pendidikan yaitu transport anak sekolah,uang saku anak sekolah. Sedangkan variabel yang merupakan konsumsi bulanan adalah perumahan dan fasilitas rumahtangga yaitu pembayaran listrik, pembelian gas, pergantian alat listrik, pendidikan yaitu pembayaran SPP anak, kesehatan yaitu pemeliharaan kebersihan anggota keluarga, iuran bulanan. Variabel yang merupakan konsumsi tahunan adalah perumahan dan fasilitas rumahtangga yaitu perbaikan rumah, pembelian alat-alat

(31)

22

rumahtangga, pendidikan yaitu pembelian alat-alat tulis, seragam sekolah, perlengkapan sekolah, pesta, kesehatan, rekreasi dan pajak.

Analisis Konsumsi Rumahtangga

Model yang digunakan merupakan model regresi linier berganda. Model dugaan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga adalah sebagai berikut:

C = β0 + β1Y + β2X1 + β3X2 + β4D1 + ε

dimana: C = Konsumsi rumahtangga (rupiah/tahun)

β0 = intersep/konstanta

Y = Pendapatan rumahtangga (rupiah)

X1 = Jumlah anggota rumahtangga (orang )

X2 = Jumlah anak sekolah (orang)

D1 =Variabel dummy, bernilai “1” untuk kepala rumahtangga dengan

tingkat pendidikan lebih tinggi atau sama dengan Sekolah Dasar dan bernilai “0” untuk kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari Sekolah Dasar

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

ε = Komponen error

Adapun variabel yang diduga mempengaruhi pendapatan rumahtangga yaitu luas lahan yang dimiliki petani, jumlah angkatan kerja dan variabel dummy jenis pekerjaan di bidang pertanian dan non pertanian dalam rumahtangga. Model dugaan tersebut adalah:

(32)

dimana : Y = Pendapatan rumahtangga (rupiah)

X1 = Luas lahan (hektar)

X2 = Jumlah angkatankerja (orang)

D1 =Variabel dummy, bernilai “1” untuk jenis pekerjaan seluruh

anggota rumahtangga di bidang pertanian dan bernilai “0” untuk jenis pekerjaan minimal ada satu anggota rumahtangga bekerja di bidang non pertanian

β1, β2, β3 =Koefisien regresi

ε =Komponen error

Berdasarkan Hukum Engel yang terkait hubungan antara pendapatan dan konsumsi rumahtangga yang mengemukakan bahwa makin rendah penghasilan seseorang maka makin besar proporsi pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi pengeluaran makanan atau pangan, maka dalam penelitian ini akan diuji apakah secara statistik hukum Engel berpengaruh terhadap penelitian ini Adapun model dugaan yang digunakan yaitu;

CP = β0 + β1 f (C) + ε

Dimana : Cp = Persentase konsumsi pangan rumahtangga (persen)

β0 = intersep/konstanta

f(C)= Faktor konsumsi rumahtangga

β1 = Koefisien regresi

ε = Komponen error

Dari analisis regresi linier didapatkan besarnya t-hitung, F-hitung dan R2.

nilai t-hitung digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah masing-masing variabel bebas (X) yang digunakan secara terpisah berpengaruh signifikan secara

(33)

24

nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Sedangkan nilai F-hitung untuk menunjukkan apakah variabel bebas (X) secara bersama-sama berpengaruh

signifikan secara nyata terhadap variabel tidak bebas (Y). Adapun nilai R2

digunakan untuk menunjukkan melihat sejauh mana keragaman yang dapat

diterangkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Nilai R2

berkisar 0 sampai 1, semakin besar nilai R2 berarti model semakin baik.

4.5 Definisi Operasional

1. Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang

anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut).

2. Rumahtangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik, tinggal bersama, dan biasanya makan bersama dari satu dapur atau seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, tinggal bersama, yang memiliki satu manajemen keuangan.

3. Jumlah Anggota Rumahtangga adalah semua individu (jiwa) yang

tinggal atau menetap bersama dalam satu rumah dan hidup dari sumber penghasilan yang sama.

4. Pendapatan Rumahtangga adalah total uang yang diterima rumahtangga

dari seluruh anggota rumahtangga, baik dari hasil usahatani wortel, usahatani non wortel maupun dari non usahatani.

5. Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga adalah tingkat pendidikan

(34)

rumahtangga, meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sarjana.

6. Jumlah Anak Sekolah adalah semua individu (jiwa) yang masih

menempuh jalur pendidikan dan merupakan usia masa sekolah.

7. Konsumsi adalah pengeluaran rumahtangga berupa pangan dan non

pangan yang berasal dari pembelian, produksi sendiri maupun dari pemberian/pembagian.

8. Pengeluaran pangan adalah biaya yang digunakan untuk pembelian

bahan pangan baik padi-padian, umbi-umbian, lauk pauk, sayuran, buah, bahan minuman yang terdiri dari gula pasir, kopi, dan teh, makanan jadi, jajanan, minyak goreng, bumbu-bumbuan, dan tembakau/ rokok yang dikonsumsi keluarga yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

9. Pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah tangga adalah biaya yang

dikeluarkan untuk pembayaran listrik, alat-alat listrik, perbaikan rumah, dan bahan bakar yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

10. Pengeluaran pendidikan adalah biaya yang terdiri dari biaya SPP anak,

uang saku, transpor anak, buku-buku pelajaran, alat-alat tulis, seragam, dan perlengkapan sekolah yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

11. Pengeluaran pakaian adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

pakaian dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

12. Pengeluaran pesta adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penyelenggaraan pesta, selamatan, hajatan, acara Maulud, serta Isra Miraj dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah pertahun

(35)

26

13. Pengeluaran kesehatan adalah biaya yang digunakan untuk

pemeliharaan kesehatan dan kebersihan anggota keluarga, rumah dan biaya pengobatan keluarga yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

14. Pengeluaran rekreasi, pajak dan iuran adalah pengeluaran rumahtangga

yang meliputi pengeluaran kunjungan ke sanak saudara, tempat hiburan, pajak tanah, rumah, sumbangan mesjid dan iuran-iuran yang dibebankan kepada rumahtangga dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah pertahun.

(36)

GAMBARAN UMUM DESA SUKATANI

5.1 Letak Administratif dan Sumberdaya Alam

Desa Sukatani merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Batas wilayah Desa Sukatani adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sindang Jaya

Sebelah Selatan : Desa Cipendawa

Sebelah Timur : Desa Cipanas

Sebelah Barat : Taman Nasional Gunung Pangrango

Desa ini memiliki luasan wilayah sekitar 376 ha yang terbagi atas empat dukuh. Dukuh-dukuh tersebut yaitu Pasir Kampung, Barukupa, Kayu Manis dan Gunung Putri yang terdiri dari 8 RW dan 36 RT. Adapun jarak Desa Sukatani ke ibukota kecamatan sekitar 5,5 kilometer dengan waktu tempuh 20 menit. Sementara itu, jarak Desa Sukatani ke ibukota kabupaten sekitar kilometer 30 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam, dimana kendaraan umum yang biasa digunakan adalah angkutan umum dan ojek.

Desa Sukatani terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 1.350 meter di atas permukaan laut dan daerah sekitar hutan, yaitu di daerah kaki Gunung Gede Pangrango. Rata-rata curah hujan per tahun adalah 3000 milimeter dengan jumlah

bulan hujan rata-rata 6 bulan per tahun. Suhu rata-rata hariannya sekitar 12-24 oC.

Sebagian besar wilayah desa Sukatani merupakan lereng pegunungan dengan keadaan tanah berwarna hitam dengan tekstur pasiran yang berkedalaman sekitar 2 meter. Keadaan alam seperti ini, mengakibatkan daerah tersebut sesuai untuk pengembangan budidaya sayuran.

(37)

28

Penggunaan lahan pada Desa Sukatani dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Lahan Desa Sukatani Tahun 2007

No Jenis Lahan Luas Lahan (ha) Persentase

1 Tegal/ Ladang 153,18 40,81

2 Pemukiman 72,85 19,40

3 Tanah Perkebunan Swasta 16,00 4,26

4 Tanah Kas Desa 25,50 6,79

5 Lapangan 0,80 0,21

6 Perkantoran Pemerintahan 0,07 0,02

7 Hutan Produksi 107,00 28,50

Jumlah 375,00 100,00

Sumber : Profil Desa Sukatani, 2007

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah lahan tegalan/ladang (40,81 persen) dan lahan hutan (28,50 persen). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sukatani adalah petani. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk hutan, karena Desa Sukatani berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Pangrango.

5.2 Keadaan Penduduk, Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian Penduduk

Pada tahun 2006, jumlah penduduk di Desa Sukatani adalah sekitar 11.083 jiwa, dengan rincian penduduk pria berjumlah 5692 jiwa (51,36 persen) dan penduduk wanita 5391 jiwa (48,64 persen) yang terdiri dari 2955 rumahtangga. Berdasarkan luas wilayah Desa Sukatani yaitu 375 ha, dan jumlah penduduk sebesar 11083 orang, maka Desa Sukatani memiliki kepadatan penduduk sekitar 2955 jiwa per kilometer persegi.

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk yang ada di Desa Sukatani dapat dilihat pada Tabel 3, tingkat pendidikan penduduk Desa

(38)

Sukatani sebagian besar adalah tamat SD, dengan persentase terbesar yaitu 39,66 persen, sedangkan urutan kedua ditempati oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sebesar 34,88 persen, meskipun demikian, sebesar 3,04 persen penduduk telah berhasil melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Melalui penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Sukatani masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006

Status Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Belum sekolah 137 1,5 Tidak Sekolah 500 5,7 Tidak Tamat SD 3052 34,8 Tamat SD 3470 39,6 Tamat SLTP 868 9,9 Tamat SLTA 456 5,2 D1 134 1,5 D2 20 0,2 S1 112 1,2 8749 100,0

Sumber : Profil Desa Sukatani, 2007

Besarnya potensi tanah pertanian yang dimiliki oleh Desa Sukatani akan berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduknya. Kondisi lahan yang subur dan iklim yang mendukung mengakibatkan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Hal ini terlihat dari tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Pada Tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Sukatani bekerja sebagai buruh tani (44,15 persen) dan sebagai petani (21,65 persen), pedagang (17,81 persen), buruh swasta (9,11 persen) dan sektor jasa (6, 27 persen).

(39)

30

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006

Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase ( % )

Petani 687 21,6 Buruh Tani 1401 44,1 Buruh Swasta 289 9,1 Pegawai Negeri 29 0,9 Pedagang 565 17,8 Montir 4 0,1 Sopir 81 2,5 Ojek 114 3,5 TNI/POLRI 3 0,1 3173 100,0

Sumber : Profil Desa Sukatani, 2007

Pada Tabel 4, jumlah total rumahtangga petani adalah sebanyak 3051 RTP, dengan jumlah rumahtangga pemilik lahan sebanyak 1571 RTP (51,49 persen) dan jumlah rumahtangga yang tidak memiliki lahan sebanyak 1480 RTP (48,51 persen). Sementara itu, rumahtangga yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha sebanyak 403 RTP, sedangkan yang memiliki lahan lebih dari 1 ha sebanyak 194 RTP.

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani di Desa Sukatani. Sebagian besar informasi yang didapat tidak hanya langsung berasal dari kepala rumahtangga tetapi juga dari istri. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 orang responden petani, pada umumnya mereka melakukan kegiatan usahatani wortel dan sayuran lainnya Beberapa sayuran yang banyak ditanam adalah wortel, kaylan, caisin, daykon, dan bawang daun, brokoli, pucuk labu, dan kubis.

(40)

Rumahtangga petani di Desa Sukatani, pada umumnya menjadikan usahatani sayuran sebagai mata pencaharian pokok. Namun demikian untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga, selain menanam sayuran para petani juga memiliki pekerjaan lain guna memenuhi kebutuhan rumahtangga. Diantaranya sebagai pedagang, buruh tani, maupun jasa.

Luas Lahan

Petani responden dibedakan menjadi dua strata, yaitu strata I untuk petani dengan luas garapan kurang dari 0,25 ha dan strata II untuk petani dengan luas garapan lebih dari sama dengan 0,25 ha. Lahan tersempit petani responden adalah 0,015 ha dan lahan terluas yang dimiliki petani responden adalah 3 ha. Adapun penyebaran luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Sumber: Data Primer 2008 (diolah)

Tabel 5. Struktur Luas Lahan Garapan Petani Responden Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

Luas (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata Luas Lahan

< 0,25 41 68,3 0,11

≥ 0,25 19 31,7 0,78

Jumlah 60 100,0

Umur Petani Responden

Umur rata-rata petani responden di Desa Sukatani adalah 46 tahun. Umur termuda petani responden adalah 24 tahun dan umur tertua adalah 64 tahun dengan penyebaran umur seperti pada Tabel 6.

(41)

32

Tabel 6. Komposisi Umur Kepala Rumahtangga Petani Responden Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

< 0,25 ha ≥ 0,25 ha Total

Golongan

umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 20-30 2 4,9 2 3,3 31-40 11 26,8 4 21,0 15 25,0 41-50 17 41,5 7 36,8 24 40,0 51-60 10 24,4 7 36,8 17 28,3 > 60 1 2,4 1 5,3 2 3,3

Sumber: Data Primer 2008 (diolah)

Jumlah 41 100,0 19 100,00 60 100,0

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak pada petani golongan strata I adalah pada kelompok umur 41-50 tahun sebesar 41,5 persen. Sedangkan kelompok umur terbanyak untuk petani golongan strata II adalah kelompok umur 41-50 tahun dan 51-60 tahun dengan persentase yang sama yaitu sebesar 36,8 persen. Pada petani golongan strata II tidak terdapat petani dengan kelompok umur 20-30 tahun, hal ini menunjukkan bahwa secara umum lahan yang luas dimiliki oleh petani dengan kelompok umur yang lebih tinggi.

Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga Petani Responden

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada tingkat pendidikan penduduk Desa Sukatani, tingkat pendidikan petani responden secara umum baik pada golongan petani strata I maupun golongan petani strata II dapat dikatakan rendah karena hanya sampai SD. Pada petani strata I, persentase petani dengan tingkat pendidikan SD adalah 73,2 persen, kemudian disusul SMP (12,2 %), SMA (4,9 %), dan petani yang tidak sekolah adalah sebesar 7,3 persen, namun ada pula yang hingga sarjana sebesar 2 persen. Pada petani strata II, mayoritas tingkat

(42)

pendidikan petani responden adalah SD dengan persentase 73,7 persen disusul tingkat pendidikan SMP dan SMA dengan persentase yang sama yaitu sebesar 10,5 persen, sedangkan untuk petani strata II persentase petani yang tidak sekolah adalah sebesar 5,3 persen. Dari Tabel 7 jika dilihat dari persentase petani yang tidak sekolah, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan tingkat pendidikan petani responden pada strata II lebih baik dibandingkan dengan petani strata I. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Kepala Rumahtangga Petani Responden Desa

Sukatani Tahun 2008

< 0, 25 ha ≥ 0, 25 ha Total

Tingkat Pendidikan

Jumlah

(orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak Sekolah 3 7,3 1 5,3 4 6,7 SD 30 73,2 14 73,7 44 73,2 SMP 5 12,2 2 10,5 7 11,7 SMA 2 4,9 2 10,5 4 6,7 S1 1 2,4 - - 1 1,7 Jumlah 41 100,0 19 100,0 60 100,0

Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)

Jumlah Anggota Rumahtangga

Secara umum, besar kecilnya jumlah anggota rumahtangga akan mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi rumahtangga, karena dengan bertambahnya jumlah anggota rumahtangga kebutuhan rumahtangga akan meningkat. Jika dilihat dari rata-rata anggota rumahtangga, rumahtangga pada golongan petani strata I dan golongan petani strata II memiliki jumlah rata-rata anggota rumahtangga yang sama, yaitu 5 orang. Jumlah anggota rumahtangga secara lengkap disajikan dalm Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumahtangga 5 orang menempati posisi tertinggi, baik pada rumahtangga golongan petani strata

(43)

34

I dan golongan petani strata II dengan persentase masing-masing 31,7 persen dan 36,9 persen. Sedangkan jumlah anggota rumahtangga yang menempati posisi terendah pada petani strata I yaitu jumlah anggota rumahtangga 7 orang dengan responden sebanyak 2 orang dengan persentase 4,9 persen dan petani strata II yaitu jumlah anggota 2 orang, 6 orang, 7 orang dengan masing-masing responden sebanyak 1 orang dengan persentase 5,3 persen.

Tabel 8. Jumlah Anggota Rumahtangga Petani Responden Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

< 0, 25 ha ≥ 0, 25 ha

Total Jumlah anggota

keluarga (orang) Orang % Orang % Orang %

2 4 9,8 1 5,3 5 8,3 3 8 19,58 2 10,5 10 16,7 4 5 12,2 4 21,1 9 15,0 5 13 31,7 7 36,8 20 33,3 6 6 14,6 1 5,3 7 11,7 7 2 4,9 1 5,3 3 5,0 >7 3 7,3 3 15,8 6 10,0 Jumlah 41 100,0 19 100,0 60 100,0

Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)

Jumlah Anak Yang Masih Sekolah

Jumlah anak yang masih sekolah yang dimiliki oleh rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rumahtangga petani responden memiliki jumlah anak sekolah 1- 2 orang, baik pada golongan petani strata I dan golongan petani strata II dengan masing-masing persentase sebesar 56,10 persen 42,1 persen. .Dengan adanya anak yang bersekolah berarti pengeluaran konsumsi rumahtangga di tiap rumahtangga responden akan bertambah dengan adanya biaya pendidikan sekolah dan konsumsinya pun juga akan beragam.

(44)

Tabel 9. Jumlah Anak yang Masih Sekolah di Rumahtangga Petani Responden Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

< 0, 25 ha ≥ 0, 25 ha

Total Jumlah anak

sekolah

(orang) Orang % Orang % Orang %

0 11 26,8 6 31,6 17 28,3

1-2 23 56,1 8 42,1 31 51,7

3-4 7 17,1 4 21,1 11 18,3

>5 0 0,0 1 5,3 1 1,7

Jumlah 41 100,0 19 100,0 60 100,0

Sumber : Data Primer, 2008 (diolah)

Sumber Pendapatan Rumahtangga

Untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga, banyak rumahtangga petani di desa yang mencari sumber pendapatan rumahtangganya tidak hanya dari hasil usahatani saja, tetapi juga berasal dari sumber pendapatan non usahatani yaitu dengan menjadi buruh tani, buruh bangunan, buruh stroberi, buruh industri, jasa angkutan baik supir angkot, supir perusahaan maupun ojek, selain itu terdapat juga rumahtangga yang membuka warung di rumahnya serta menjadi pedagang sayur baik grosir maupun eceran di pasar. Sumber pendapatan rumahtangga berasal dari seluruh penghasilan anggota rumatangga yaitu dari kepala rumahtangga, istri, maupun anak yang bekerja di non usahatani.

Secara keseluruhan dapat dianalisa bahwa sektor pertanian atau usahatani merupakan jenis pekerjaan yang masih menjadi pekerjaan utama petani di desa. Walaupun demikian, bukan berarti usahatani merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan rumahtangga di desa. Bekerja di usahatani sudah menjadi tradisi dan ciri khas masyarakat Indonesia khususnya Desa Sukatani yang secara turun temurun bertani usahatani sayuran walupun hasil

(45)

36

pendapatannya tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga. Berdasarkan Tabel 10, pendapatan rumahtangga golongan petani strata II maupun golongan petani strata I adalah berasal dari pendapatan usahatani yang juga mencari sumber pendapatan dari non usahatani untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya yaitu sebanyak 34 orang responden dengan persentase 82,9 persen untuk petani strata I dan sebanyak 14 orang responden dengan persentase 73,7 persen untuk petani strata II.

Tabel 10. Persentase Rumahtangga Berdasarkan Sumber Pendapatan Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

< 0, 25 ha ≥ 0, 25 ha

Total Sumber

pendapatan Orang % Orang % Orang %

Usahatani 7 17,1 5 26,3 12 20,0

Non usahatani 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Usahatani+

non usahatani 34 82,9 14 73,7 48 80,0

Jumlah 41 100,0 19 100,0 60 100,0

(46)

6.1 Pola Konsumsi Rumahtangga Petani

Rumahtangga dengan sejumlah pendapatan yang dimiliki akan menyiapkan sejumlah pilihan untuk menghabiskan pendapatan yang dimilikinya. Pendapatan yang ada siap dibelanjakan untuk membeli kebutuhan- kebutuhan pangan dan non pangan atau tidak dibelanjakan dengan kata lain disimpan atau ditabung. Besarnya bagian dari pendapatan yang dibelanjakan sangat beragam tergantung dari besar pendapatan yang dimilikinya.

Kondisi rumahtangga di desa penelitian menunjukkan keadaan bahwa sangat kecil kemampuan yang dimiliki oleh rumahtangga untuk menabung. Hampir sebagian besar bahkan seluruh pendapatan yang dimilikinya dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. kebutuhan-kebutuhan pangan dan non pangan sangat beragam macamnya. Karakteristik rumahtangga juga akan sangat berpengaruh di dalam mengalokasikan untuk masing-masing kelompok pengeluaran konsumsi.

Pola konsumsi merupakan susunan beragam dari berbagai macam jenis pengeluaran barang-barang yang dikonsumsi oleh suatu rumahtangga. Jenis- jenis konsumsi di dalam penelitian ini seperti yang disebutkan, terbagi atas konsumsi makanan/ pangan dan konsumsi non pangan/ non makanan. Dimana konsumsi makanan terdiri dari kelompok padi-padian, umbi-umbian,lauk pauk seperti ikan, daging, telur, susu, tahu, tempe, sayur-sayuran, buah-buahan, minyak goreng, bahan minuman seperti kopi, teh, gula pasir, bumbu-bumbu, tembakau atau rokok. Sedangkan konsumsi unuk barang bukan pangan, terdiri dari perumahan

(47)

38

dan fasilitas rumahtangga, pendidikan, pakaian, pesta, kesehatan, rekreasi, keperluan pesta, upacara, pajak dan iuran.

Tabel 11. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Berdasarkan Luas Lahan Petani Responden Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

<0.25 n = 41 ≥ 0.25 n = 19 Total n = 60 No Jenis Pengeluaran Nilai (Rp) (000) % Nilai (Rp) (000) % Nilai (Rp) (000) % 1 Padi-padian,umbian 2642 23,4 4548 13,8 3228 18,0 2 Lauk pauk,sayur&buah 1453 12,9 3898 11,8 2215 12,3 3 Bahan minuman(gula,teh,kopi), makanan jadi 924 8,2 3277 10,0 1646 9,2

4 Minyak goreng, Bumbu-bumbuan 765 6,8 1611 4,9 1019 5,7

5 Tembakau/rokok 1283 11,4 3124 9,5 1842 10,3 Total Pengeluaran Pangan 7069 62,6 16459 49,9 9951 55,5 6 Perumahan&fasilitas rumahtangga 1437 12,7 5798 17,6 2793 15,6 7 Pendidikan 1419 12,6 5076 15,4 2560 14,3 8 Pakaian 418 3,7 1542 4,7 761 4,2 9 Pesta 295 2,6 1636 5,0 698 3,9 10 Kesehatan 408 3,6 1272 3,9 675 3,8 11 Rekreasi,pajak& iuran 237 2,1 1133 3,4 500 2,8

Total Pengeluaran Non Pangan 4217 37,4 16460 50,1 7990 44,5

Total Pengeluaran 11287 100,0 32919 100,0 17942 100,0

Sumber : Data Primer 2008 (diolah)

Dari Tabel 11 terlihat adanya perbedaan alokasi antara rumahtangga golongan petani strata II dan golongan petani strata I. Perbedaan-perbedaan yang ada diantara keduanya tidak terlalu besar, namun angka-angka dari Tabel 11 menggambarkan bahwa hukum Engel berlaku didalamnya. Di dalam hukumnya Engel menyebutkan, bahwa semakin besar pendapatan yang dimiliki oleh seseorang atau rumahtangga maka bagian yang dialokasikan untuk pengeluaran pangannya akan semakin berkurang.

(48)

Tabel 11 menunjukkan besarnya pengeluaran pangan rata-rata rumahtangga petani responden secara keseluruhan adalah 55,5 persen dan untuk pengeluaran non pangan sebesar 44,5 persen. Dapat dikatakan pada umumnya para rumahtangga petani di Desa Sukatani mengeluarkan konsumsi untuk pangan, dan ini pun menunjukkan pendapatan petani belum meningkat dan kehidupan rumahtangga petani wortel rata-rata belum sejahtera. Seperti yang dikemukakan oleh Engel, nampak pada tabel pengeluaran pangan rumahtangga petani strata I lebih besar dibandingkan rumahtangga petani strata II. Pengeluaran pangan rumahtangga petani strata II sebesar 49,1 persen dan pengeluaran non pangan sebesar 50,1 persen sedangkan untuk rumahtangga petani strata I pengeluaran pangannya sebesar 62,6 persen dan untuk pengeluaran non pangan sebesar 37,4 persen.

Untuk rumahtangga petani strata I sulit untuk mengalokasikan anggaran belanjanya, yang lebih diutamakan adalah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan yang paling vital yaitu pangan atau makanan. Untuk rumahtangga petani strata II mulai mengurangi porsi pengeluaran pangannya dan memperbesar porsi pengeluaran non pangannya. Adapun konsumsi pangan untuk rumahtangga petani strata II dalam alokasi konsumsi pangannya lebih beragam untuk konsumsi yang lainnya.

Komponen pengeluaran pangan terbesar seluruh rumahtangga petani responden di Desa Sukatani adalah untuk beras atau padi-padian, umbi-umbian yaitu sebesar 18 persen dari total konsumsi pengeluaran rumahtangga. Perumahan dan fasilitas rumahtangga berada diurutan posisi kedua dalam alokasi pengeluaran konsumsi rumahtangga yaitu sebesar 15,6 persen dari total

(49)

40

rumahtangga petani responden secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran terbesar selain untuk konsumsi beras adalah untuk perbaikan rumah, bahan bakar, pembayaran listrik dan fasilitas rumah lainnya. Rumahtangga petani di Desa Sukatani ini rata-rata memperbaiki rumahnya bila kebutuhan panmgannya terpenuhi selain itu penggunaan bahan bakar setiap hari dikonsumsi untuk memasak, transportasi dan sebagainya.

Rata-rata persentase konsumsi tembakau atau rokok terlihat cukup besar pada rumahtangga petani responden secara keseluruhan yaitu sebesar 10,3 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani mempunyai kebiasaan merokok yang sulit untuk dihilangkan. Hampir semua rumahtangga petani mengalokasikan pendapatannya untuk mengkonsumsi tembakau atau rokok.

Pengeluaran konsumsi terkecil seluruh responden adalah rekreasi, pajak dan iuran. Ini dapat terlihat dari jumlah proporsi pengeluarannya sebesar 2,8 persen. Kebanyakan rumahtangga petani jarang melakukan rekreasi atau mengeluarkan biaya hiburan dan transportasi yang besar untuk mengunjungi keluarganya yang lain karena keluarga mereka masih dalam satu desa, sedangkan untuk hiburan serta refreshing mereka lebih menikmati alam yang ada disekitar lingkungan mereka.

Konsumsi padi-padian, umbian merupakan konsumsi yang paling besar

untuk rumahtangga petani strata I yaitu sebesar 23,4 persen. Tingginya tingkat persentase rumahtangga petani strata I yang mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi atau pengeluaran padi-padian, umbian ini disebabkan karena hampir sbagian besar rumahtangga petani strata I yang berpendapatan rendah akan mengutamakan mengkonsumsi padi-padian, umbian untuk dapat meneruskan

(50)

hidupnya, memiliki energi untuk bekerja, berpikir dan lain-lain. Sedangkan untuk rumahtangga petani strata II konsumsi padi-padian, umbian berada pada posisi urutan ketiga yaitu sebesar 13,8 persen. Hal ini disebabkan pendapatan rumahtangga petani strata II yang lebih besar sehingga mereka mampu mengalokasikan pendapatannya selain untuk mengkonsumsi padi-padian, umbi-umbian.

Konsumsi perumahan dan fasilitas rumahtangga merupakan konsumsi yang terbesar bagi rumahtangga petani strata II, ini dapat dilihat dari persentase dari total konsumsi rumahtangga yaitu sebesar 17,6 persen. Untuk pengeluaran perumahan dan fasilitas rumahtangga ini, bagian yang terbesar adalah biaya perbaikan rumah karena rumahtangga petani strata II selalu mengalokasikan pendapatannya yang berlebih untuk perbaikan rumah. Sedangkan rumahtangga petani strata I konsumsi perumahan dan fasilitas rumahtangganya lebih kecil dibandingkan petani strata II yaitu sebesar 12,7 persen dari total konsumsi rumahtangga, walaupun konsumsi ini juga menjadi urutan ketiga dari total konsumsi rumahtangga petani strata I dan cukup besar persentase dari total pengeluarannya tetapi bagian yang terbesar untuk pengeluaran perumahan dan fasilitas rumahtangga adalah biaya bahan bakar yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumahtangga tersebut, dimana alokasi pengeluaran perumahan dan fasilitas rumahtangga tentunya berbeda dengan rumahtangga petani strata II.

Tidak semua rumahtangga petani responden mengeluarkan biaya untuk pendidikan, rumahtangga yang mengeluarkan biaya pendidikan adalah mereka yang memiliki anak di bangku sekolah. Jika melihat pada Tabel 11 rumahtangga

(51)

42

petani strata II persentase konsumsi atau pengeluaran lebih banyak mengeluarkan biaya untuk pendidikan hal ini ditunjukkan oleh persentasenya sebesar 15,4 persen dan untuk rumahtangga petani strata I sebesar 12,6 persen. Banyaknya konsumsi pendidikan untuk rumahtangga petani strata II adalah adanya kemampuan rumahtangga tersebut untuk membeli perlengkapan sekolah dengan harga yang cukup tinggi. Sedangkan rumahtangga petani strata I tidak mampu membeli perlengkapan sekolah dengan harga yang mahal. Walaupun biaya sekolah atau SPP di sekolah bebas dari biaya atau gratis, tetap saja konsumsi atau pengeluaran pendidikan masih cukup tinggi karena selain biaya SPP anak sekolah, biaya uang saku, transpor anak, buku-buku pelajaran, alat-alat tulis, seragam, dan perlengkapan sekolah juga merupakan biaya pendidikan yang termasuk pengeluaran pendidikan.

Konsumsi tembakau atau rokok yang terlihat dalam Tabel 11 terlihat cukup menonjol dalam konsumsi rumahtangga petani khususnya konsumsi pangan. Pada rumahtangga petani strata I konsumsi tembakau atau rokoknya mencapai 11,4 persen dari total konsumsi rumahtangga. Sedangkan rumahtangga petani strata II sebesar 9,5 persen dari persentase total pengeluaran konsumsi rumahtangga. Hal ini terlihat ironis, karena rata-rata petani mengkonsumsi tembakau atau rokok setiap harinya sehingga alokasi pendapatan untuk konsumsi atau pengeluaran rokok menjadi lebih besar.

Untuk konsumsi pakaian dan pesta pada rumahtangga petani strata II adalah sebesar 4,7 persen dan 5,0 persen. Dimana untuk rumahtangga petani strata I pun tidak berbeda jauh yaitu sebesar 4,2 persen dan 3,9 persen. Dalam mengkonsumsi keperluan pesta, selamatan ataupun acara-acara tahunan di desa

(52)

bagi rumahtangga petani strata II rata-rata mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Sedangkan untuk rumahtangga petani strata I masih terdapat rumahtangga petani yang tidak mengeluarkan biaya untuk keperluan tersebut dikarenakan pendapatannya yang kurang, walaupun rata-rata rumahtangga di Desa Sukatani ini memiliki tradisi dalam mengalokasikan biaya pengeluarannya untuk keperluan acara tahunan yaitu Maulud Nabi dan Isra Miraj.

Secara keseluruhan besarnya konsumsi kesehatan rumahtangga petani masih tergolong kecil, itu dapat dilihat dari persentase konsumsi rumahtangganya. Untuk rumahtangga petani strata II sebesar 3,9 persen dan rumahtangga petani strata I sebesar 3,8 persen. Persentase pengeluaran paling sedikit pada kedua rumahtangga adalah rekreasi, pajak dan iuran yaitu sebesar 2,1 persen untuk rumahtangga petani strata I dan 3,4 persen untuk rumahtangga petani strata II. Seperti yang dijelaskan diatas, baik untuk rumahtangga petani strata II maupun rumahtangga petani strata I jarang melakukan rekreasi atau mengeluarkan biaya hiburan dan transportasi yang besar untuk mengunjungi keluarganya yang lain, karena keluarga mereka masih dalam satu desa dan untuk hiburan serta refreshing mereka lebih menikmati alam yang ada disekitar lingkungan mereka. Adapun pajak dan iuran nilainya tidak terlalu besar dalam pengeluaran satu tahunnya.

6.2 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008.

Analisis konsumsi rumahtangga petani di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ini menggunakan metode OLS dengan variabel tidak bebas yang digunakan adalah konsumsi rumahtangga. Sedangkan variabel bebas yang

(53)

44

digunakan dalam analisis ini adalah pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah. Selain itu, terdapat variabel dummy untuk melihat apakah terdapat perbedaaan yang nyata antara kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan lebih tinggi atau sama dengan Sekolah Dasar dan kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari Sekolah Dasar. Variabel dummy, bernilai “satu” untuk kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan lebih tinggi atau sama dengan Sekolah Dasar dan bernilai “nol” untuk kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari Sekolah Dasar. Adapun hasil analisis regresi linear berganda dengan metode OLS diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel yang terlihat pada Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat nilai koefisien regresi masing-masing faktor dan nilai P-value. Dari model dugaan tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 75,6 persen berarti bahwa 75,6 persen keragaman perubahan konsumsi rumahtangga petani dapat dijelaskan oleh peubah pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah dan dummy tingkat pendidikan kepala rumahtangga. Sedangkan 24,4 persen pengaruh lainnya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Tabel 12 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008

Variabel Koefisien thitung Pvalue

Konstanta -1298864 -0,25 0,919

Pendapatan Rumahtangga 0,42703 9,60 0,000*

Jumlah Anggota Rumahtangga 1300425 1,83 0,073*

Jumlah Anak Sekolah 1342340 1,16 0,253

Dummy Tingkat Pendidikan KRT 1175379 0,26 0,792

S = 8488889 R-Sq =75,6% R-Sq(adj) = 73,8% F=42,53 Durbin-Watson=1,92

Keterangan: * nyata pada taraf 10 % Sumber : Data primer (diolah)

(54)

Nilai P-value yang terlihat pada Tabel 12 menunjukkan bahwa konsumsi rumahtangga petani berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel pendapatan rumahtangga dan jumlah anggota rumahtangga pada taraf sepuluh persen, sedangkan variabel lain yaitu jumlah anak sekolah dan tingkat pendidikan kepala rumahtangga tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap konsumsi rumahtangga petani.

Berdasarkan pendugaan model pendapatan yang diperoleh, pada Tabel 12 didapatkan nilai F-hitung sebesar 42,53 yang signifikan pada taraf sepuluh persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga yaitu pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah dan dummy tingkat pendidikan kepala rumahtangga secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga petani.

6.3 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumahtangga Petani di Desa Sukatani Pacet Tahun 2008.

Variabel-variabel yang digunakan dalam persamaan yang di duga mempengaruhi pendapatan rumahtangga petani adalah luas lahan yang dimiliki petani, jumlah angkatan kerja dan variabel dummy jenis pekerjaan untuk membedakan antara jenis pekerjaan rumahtangga di bidang pertanian dan non pertanian. Variabel dummy bernilai “satu” untuk jenis pekerjaan yang seluruh anggota rumahtangganya dibidang pertanian dan bernilai “nol” untuk jenis pekerjaan yang minimal ada satu anggota rumahtangga bekerja dibidang non pertanian. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode OLS memberikan hasil yang disajikan dalam Tabel 13.

Gambar

Tabel 1.  Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di  Daerah Pedesaan(dalam rupiah) Tahun 2002, 2005 dan 2007
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Menurut Tingkat Pendidikan Tahun  2006
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun  2006
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai dasar hukum pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di desa Gemawang, Kecamanatan Jambu dapat didasarkan pada Pasal 23 Keppres No 55 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas berupa noda. Noda tersebut dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan. Bagian dari kertas yang

Memberikan motivasi kepada siswa dalam melakukan kegiatan model pembelajaran langsung dengan kelompok spontanitas terpimpin √ Memperhatikan atau mendengar penjelasan guru

Penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi pada Industri Perbankan

Sementara itu, sisanya sebesar 75,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.Uji Hasil pengujian hipotesis secara serentak diperoleh nilai F hitung

Alhamdullilah, Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta inayahnya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

pembelajaran problem based learning (PBL) dengan media maket untuk menghitung rencana anggaran biaya dapat memberikan perbedaan hasil belajar yang lebih baik. Setelah

Dalam penyajian data, penulis mendeskripsikan hasil wawancara dengan setiap informan berdasarkan tema-tema yang akan dibahas, yaitu produk yang ditawarkan perusahaan kepada