• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN FAKTOR PENYEBABNYA

DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI,

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DIAN PRATIWI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

DIAN PRATIWI. Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan RINEKSO SOEKMADI.

Perubahan lahan merupakan fenomena umum yang dihadapi oleh kawasan konservasi salah satunya Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini menganalisis tentang perubahan tutupan lahan dan faktor penyebab terjadinya konversi lahan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan groundcheck dan wawancara responden. Hasil penelitian ini berupa perubahan tutupan lahan dari kurun waktu 1981-2013. Tutupan lahan yang mengalami perubahan terbesar yaitu konversi hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering sebesar 7553.58 ha pada tahun 1981-2001. Perubahan lahan disebabkan oleh adanya kebutuhan ekonomi yang dibarengi dengan momentum reformasi pada tahun 1997, lemahnya penegakan hukum, terbatasnya jumlah petugas dan dukungan pemerintah daerah, serta adanya kebutuhan lahan serta adanya dukungan pemilik modal.

Kata kunci: perambahan hutan, perubahan penutupan lahan, taman nasional Rawa Aopa Watumohai

ABSTRACT

DIAN PRATIWI. Landcover Change and Contributing Factor in Rawa Aopa Watumohai National Park, Southeast Sulawesi Province. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and RINEKSO SOEKMADI.

Land cover change is a common phenomenon faced is the conservation area management in Indonesia, including Rawa Aopa Watumohai National Park. This research aims to analyze the land cover change and it s causing factors. The data carried out on August 2014 using Geographic Information System (GIS) including groundcheck and respondent interview. This research resulted the land cover change from 1981-2013. The most changing land cover is the lowland mountain forest which was converted is to dryland agriculture with 7 553.58 hectare of total area in 1981-2001. Land cover change is caused by economic needs along with reform momentum in 1997, weak law enforcement, lack of the number of personnel, lack of local government support, and landuse needs supported by capital owner.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

di

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DIAN PRATIWI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN FAKTOR PENYEBABNYA

DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI,

(6)
(7)

Judul Skripsi: Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara Nama : Dian Pratiwi

NIM : E34110043

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni ini ialah perubahan lahan, dengan judul Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc dan Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScFTrop. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Fransisco Moga selaku Kepala Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Bapak Dwi Sugiarto selaku Bagian Konservasi TNRAW, dan Kakak saya Adis Hendriatna yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik, Taufik Iman Zuhrianto, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan bantuannya, Keluarga KSHE 48, dan Keluarga besar RIMPALA khususnya R-XVI, seluruh staf pengajar, Tata Usaha, Laboran, Mamang Bibi serta keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta memberikan ilmu pengetahuan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Manfaat 2

Ruang Lingkup 2

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 4

Metode Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Ancaman terhadap Kawasan TNRAW 7

Analisis Penutupan Lahan 8

Uji Akurasi 8

Kondisi Penutupan Lahan di TNRAW 8

Dugaan Faktor Penyebab Perubahan Lahan di TNRAW 13

Pencegahan Perubahan Lahan di TNRAW 14

Penanggulangan Kerusakan Lahan di TNRAW 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data berdasarkan sumber 4

2 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 1981 9 3 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2001 9 4 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2013 10 5 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2001 (ha) 10 6 Perubahan penutupan lahan tahun 2001-2013 (ha) 10 7 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2013 (ha) 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 3

2 Diagram alur pengolahan data 6

3 Peta perbandingan hasil klasifikasi tutupan lahan di TNRAW 12 4 Konten analisis kejadian yang terjadi pada selang waktu 1981-2013 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji akurasi 17

2 Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan s/d tahun 2014 18

3 Tallysheetgroundcheck 19

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tutupan lahan bervegetasi (ruang hijau) merupakan salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi tentang penyebaran dan kondisinya terutama secara nasional yang diharapkan dapat memberikan informasi atau wawasan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya sekaligus memberikan informasi kepada para perencana terkait dengan alternatif pilihan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah secara nasional yang optimal (Ditjen Penataan Ruang 2007). Perubahan tutupan lahan merupakan proses berubahnya luasan area baik membesar atau mengecil pada suatu tutupan dan guna lahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh proses alam misalnya pengaruh iklim, erupsi vulkanik, perubahan muka air laut, lingkungan, dan lain-lain (Wasil dan Ainun 2012).

Menurut Whitten et al. (2002), sebagian dari spesies satwa di TNRAW termasuk endemik dan berstatus sebagai spesies langka dan dilindungi sesuai lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, seperti anoa, babirusa, maleo, kuskus, dan elang sulawesi. TNRAW merupakan kawasan yang memiliki nilai penting karena berstatus sebagai Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Kawasan Strategis Nasional dan berstatus sebagai Situs Ramsar. Melalui SK No. 444/Kpts-II/1989, Kementrian Kehutanan mendeklarasikan tiga buah taman nasional di Indonesia, salah satunya adalah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan dengan disahkannya Berita Acara Tata Batas oleh panitia tata batas, maka Menhut menetapkan kawasan TNRAW seluas 105 194 ha melalui SK No. 756/Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember 1990. Luas tersebut diperoleh dengan menggabungkan kembali Taman Buru Dataran Rumbia, Suaka Margasatwa Rawa Aopa dan Gunung Watumohai dikurangi dua buah lokasi enklave seluas 366 ha.

(12)

2

Kabupaten Kolaka, Mataosu dan kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Perubahan penutupan lahan dapat dianalisis dengan suatu teknologi penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau suatu gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer 2004). Berdasarkan hasil analisis citra satelit tahun 1996 dan 2001 menunjukkan tingkat percepatan perubahan penggunaan lahan di Sulawesi Tenggara dari tutupan hutan menjadi tutupan kebun. Saat ini kawasan hutan sudah terbagi akibat terpotongnya wilayah sempit di tengah kawasan menjadi perkebunan coklat dan tanaman musiman yang dilakukan oleh masyarakat.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai kini juga dihadapkan dengan tingginya aktivitas penebangan liar (illegal logging), perburuan liar (illegal poaching), penambangan liar dan pembakaran hutan kian makin memperbesar laju kerusakan, namun belum terdapat data multiwaktu terkait perubahan lahan di TNRAW. Oleh karena itu, diperlukan suatu informasi dan tindakan rasional untuk menganalisis faktor penyebab perubahan lahan yang terjadi di di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi tutupan lahan di TNRAW?

2. Tipe tutupan apa sajakah yang mengalami perubahan yang paling besar? 3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perambahan di kawasan

TNRAW?

4. Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan oleh TNRAW? 5. Bagaimana cara mengatasi perubahan lahan tersebut?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun data dasar penutupan lahan, mengetahui besarnya perubahan yang terjadi di TNRAW serta faktor penyebab dari perubahan lahan tersebut.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk pengelolaan kawasan misalnya rencana restorasi, rehabilitasi, kegiatan pengamanan, pembinaan habitat, dan penyusunan peta kerawanan kebakaran di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Ruang Lingkup

(13)

3

METODE

Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Rawa Aowa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Kawasan TNRAW terletak di Pulau Sulawesi bagian Tenggara, dengan posisi geografis terletak antara 4°22 - 4°39 Lintang Selatan dan 121°44 -122°44 Bujur Timur.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Secara administratif pemerintahan, kawasan ini memiliki luas 105 194 ha dan berada pada Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka dan Bombana. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Agustus 2014, sedangkan untuk pengolahan data lapang dan analisis citra dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB selama tiga bulan.

Alat dan Bahan

(14)

4

software ERDAS imagine 9.1, software Microsoft Office 2013, EDraw, XTools Pro, peta Rupa Bumi Indonesia, Peta batas TNRAW, dan Citra Landsat.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data berdasarkan sumber

No Jenis data Sumber Teknik pengumpulan

data 1. Raster:

a. Citra Landsat 2 MSS tahun 1981 (akusisi 3

c. Citra landsat 8 OLI tahun 2013 (akuisisi

c. Batas administrasi BTNRAW

-d. Groundcheck Observasi lapang Pengambilan titik

dengan GPS dan

a. Wawancara Observasi lapang Wawancara langsung dengan panduan wawancara

b. Studi literatur Buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, BTNRAW

(15)

5

Data sosial ekonomi

Data sosial ekonomi diperoleh dari hasil kuisioner kepada pihak pengelola Taman Nasional, masyarakat sekitar taman nasional, pemerintah daerah setempat dan beberapa informan lainnya yang dapat memeberikan informasi terkait adanya perubahan lahan di TNRAW. Selanjutnya beberapa parameter dikumpulkan melalui metode wawancara terhadap masyarakat lokal, tokoh masyarakat setempat, dan pihak Taman Nasional. Setelah itu dilakukan observasi kegiatan dan situasi areal perkebunan coklat ditingkat masyarakat dan pengumpulan data sekunder melalui kajian laporan, peraturan perundang-undangan, surat kabar, laporan statistik kabupaten, kecamatan dan desa, dokumen dan arsip Balai Taman Nasional serta peta tematik perkembangan penggunaan lahan di dalam kawasan Taman Nasional.

Metode Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan melalui beberapa proses kegiatan diantaranya tahapan persiapan, tahapan pengolahan data, tahap analisis, dan tahap akhir. Tahap persiapan diawali dengan identifikasi masalah. Tahapan awal yakni penentuan masalah yang berhubungan dengan rencana pekerjaan dan penetapan tujuan. Selanjutnya studi literatur yaitu mempelajari dan mengumpulkan buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain yang berkaitan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Tahap persiapan diakhiri dengan pengumpulan data. Analisis interpretasi citra diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Baja (2012) menyatakan bahwa SIG dapat digunakan untuk perencanan tata guna lahan.

Koreksi geometrik

Proses ini bertujuan untuk melakukan georeferensi citra dengan cara mensuperposisi (overlay) dengan layer SIG yang sudah tergeoreferensi atau sudah diketahui koordinat dan sistem proyeksinya, misalnya jalan, garis pantai dan sebagainya. Data asli hasil rekaman sensor pada satelit maupun pesawat terbang merupakan representasi dari bentuk permukaan bumi yang tidak beraturan. Meskipun kelihatannya merupakan daerah yang datar, tetapi area yang direkam sesungguhnya mengandung kesalahan (distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh kelengkungan bumi dan atau oleh sensor itu sendiri.

Pengolahan data spasial

(16)

6

Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta tutupan lahan tahun 1981-2013 dengan cara melakukanoverlaypada peta tersebut.Overlay ini akan menghasilkan adanya penutupan lahan yang mengalami perubahan selama kurun waktu tersebut. Perubahan yang terjadi di analisis dan dikonversikan ke dalam bentuk tabel serta grafik dalam mempermudah dalam melihat perubahan lahan yang terjadi di TNRAW.

Pengolahan data sosial ekonomi

Data sosial ekonomi diperoleh dari wawancara dengan masyarakat, Kepala Balai TNRAW serta pihak terkait dengan tujuan pengumpulan data untuk memperoleh dugaan terjadinya perubahan lahan dengan membentuk suatu konten analisis. Konten analisis berfungsi untuk menduga kejadian yang terjadi pada waktu tertentu. Diagram alur untuk pengolahan data dapat dilihat pada Gambar

(17)

7

Pengolahan Data Spasial dengan Data Sosial Ekonomi

Data spasial pada tahun 1981-2013 yang diolah dengan membuat diagram fishbone dimana dapat diketahui luas areal lahan yang mengalami perubahan yang dikaitkan dengan kejadian yang terjadi saat itu, Selanjutnya dilakukan analisis data social ekonomi secara deskriptif untuk mengetahui penyebab adanya perubahan lahan dalam kurun waktu tersebut. Data sosial ekonomi diolah agar memudahkan analisis faktor penyebab terjadinya perubahan lahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Ancaman terhadap Kawasan TNRAW

1. Jalan poros Konawe Selatan-Bombana

Jalan utama yang dilalui merupakan jalan poros provinsi yang dibangun pada tahun 2009. Jalan ini dibangun dari dana proyek The Eastern Indonesia National Road Improvement Project (EINRIP) Australia dengan luas21 850 km yang membelah kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan ditetapkan sebagai zona khusus. Pembangunan kawasan-kawasan terbangun biasanya berkaitan dengan pengembangan pusat pertumbuhan, dan selalu diikuti pula oleh meningkatnya prasarana infrastruktur, misalnya jalan sehingga memicu konversi lahan (Juliantina 2012).

2. Kebakaran hutan

TNRAW sebagai salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem rawa gambut memiliki potensi terjadinya kebakaran hutan baik skala kecil maupun besar. Selain itu, ekosistem savana di TNRAW memiliki peluang terjadinya kebakaran. Kebakaran savana yang memiliki volume vegetasi penutup lahan (biomassa) yang telah menurun akibat pengaruh kekeringan pada musim kemarau sehingga berpotensi terjadinya kebakaran hutan (Sugiarto 2013).

3. Penebangan liar (Illegal logging)

Penebangan liar terjadi di lokasi yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat seperti di SP 1 Kecamatan Lalembuu, Lambandia, dan Puriala. Jenis kayu yang menjadi incaran diantaranya jenis Kalaero (Diospyros malabarica), Kulipapo (Vitex cafassus), Bitti (Vitex pubescens), Kayu Nona (Metrosideros petiolata), Kayu Bayam (Instia bijuga), dan Rotan (Calamus spp).

4. Perambahan hutan

(18)

8

5. Penambangan emas tanpa ijin (PETI)

Aktivitas pertambangan di sekitar kawasan TNRAW mengancam adanya penurunan produksi pertanian dan perikanan serta pencemaran sistem hidrologi. Pertambangan emas di Bombana dikhawatirkan dapat mengganggu dan menyumbang kerugian di kawasan konservasi.

Analisis Penutupan Lahan

Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan suatu proses mengindentifikasi perbedaan keberadaan suatu objek atau fenomena yang diamati pada waktu yang berbeda (As-syakur et al. 2010). Klasifikasi penggunaan lahan dilakukan dengan klasifikasi terbimbing (supervised classification) degan menggunakan Landsat 2 MSS, ETM+ 7 dan Landsat 8 OLI pada citra dengan path/row 113/63. Interpretasi citra dilakukan secara visual dimana piksel-piksel yang telah diketahui jenis tutupan lahannya dengan groundcheck kemudian dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Perbandingan tersebut dikerjakan secara numerik menggunakan satu diantara berbagai strategi yang berbeda-beda untuk memudahkan dalam memisahkan piksel yang memiliki nilai kategori tutupan lahan yang berbeda. Piksel tersebut kemudian diberi nama sesuai kategori yang mewakilinya (Suheri 2003).

Umumnya kegiatan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan konservasi tidak dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya. Berdasarkan hasil analisis citra, penutupan lahan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dikelompokkan menjadi sembilan kelas klasifikasi dan satu diantaranya yaitu kelas tanpa nilai atau no data. Kelas klasifikasi tersebut diantaranya badan air, savana, hutan dataran rendah, mangrove, rawa, pertanian lahan kering, permukiman, sawah dan tidak ada data (awan dan bayangan awan).

Uji Akurasi

Akurasi merupakan langkah yang diambil dalam menentukan tingkat kesesuaian citra hasil klasifikasi dengan kondisi actual di lapangan. Hasil analisis akurasi yang dilakukan terhadap delapan citra yang telah diklasifikasikan sebagai berikut. Secara keseluruhan hasil klasifikasi citra mengalami akurasi total sebesar 86.21 % artinya hasil tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena titik yang diperoleh dari hasil groundcheck tersebar merata. Beberapa tutupan lahan seperti hutan dataran rendah, mangrove dan rawa masih terdapat kesalahan klasifikasi akibat citra yang digunakan masih terdapat awan sehingga terjadi kesalahan dalam klasifikasi.

Kondisi Penutupan Lahan di TNRAW

Penutupan lahan TNRAW tahun 1981

(19)

9

Tabel 2 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 1981

No. Jenis Penggunaan Lahan 1981

Luas (ha) %

1 Hutan dataran rendah 54 054.58 50.51

2 Rawa 14 725.23 13.76

3 Hutan mangrove 5 679.53 5.31

4 Pertanian lahan kering 00.00 00.00

5 Savana 16 663.94 15.57

6 Sawah 00.00 00.00

7 Pemukiman 00.00 00.00

8 Badan air 232.52 0.22

9 Tidak ada data 15 640.92 14.61

Total 106 996.70 100.00

Penutupan lahan TNRAW tahun 2001

Penutupan lahan tahun 2001 mengalami penurunan dan pertambahan luasan. Hutan dataran rendah memiliki luasan tertinggi dengan luas areal sebesar 43 950.05 ha atau 41.08%. Luas pertanian lahan kering tahun 2001 yaitu 9 168.2 ha atau 8.57 % dari total luasan TNRAW. Luas sawah yaitu 237.08 ha atau 0.24% dari total luasan TNRAW, sedangkan luas pemukiman yaitu 358.08 ha atau 0.33% dari total luasan TNRAW (Tabel 3).

Tabel 3 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2001

No. Jenis Penggunaan Lahan 2001

Luas (ha) %

1 Hutan dataran rendah 43 950.05 41.08

2 Rawa 12 877.22 12.03

3 Hutan mangrove 5 403.48 5.05

4 Pertanian lahan kering 9 168.2 8.57

5 Savana 18 856.02 17.62

6 Sawah 237.08 0.24

7 Pemukiman 358.08 0.33

8 Badan air 505.6 0.47

9 Tidak ada data 15 640.92 14.61

Total 106 996.70 100.00

Penutupan lahan TNRAW tahun 2013

(20)

10

Tabel 4 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan 2013

Luas (Ha) %

1 Hutan dataran rendah 39 550.65 36.97

2 Rawa 13 608.34 12.72

3 Hutan mangrove 5262.3 4.92

4 Pertanian lahan kering 14 358.73 13.42

5 Savana 17 069.67 15.76

6 Sawah 731.13 0.68

7 Pemukiman 152.46 0.15

8 Badan air 705.93 0.66

9 Tidak ada data 15 640.92 14.61

Total 106 996.70 100.00

Secara periodik, umumnya pertanian lahan kering tiap selang waktu tahun 1981-2013 terus bertambah dan di sekitar Rawa Aopa Resort Aopa Basala tidak mengalami perubahan. Perubahan penutupan lahan secara periodik diperoleh menggunakan perhitungan luasan menggunakanpivot tablepada Excel 2013 (Tabel 5).

Tabel 5 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2001 (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 42 282.62 2.47 556.51 3 116.13 23.87 217.26 7 553.58 315.25 2 65.09 5 152.04 0.00 199.69 212.36 0.00 0.00 0.00 3 859.78 0.00 12 315.69 0.00 16.50 7.11 1 419.66 41.64 4 683.65 185.84 0.28 15 530.09 11.78 12.17 171.08 0.04 5 0.00 61.92 0.00 5.84 148.83 0.00 0.00 0.00 Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,

5=badan air, 6= sawah, 7= pertanian lahan kering, 8= pemukiman

Tabel 6 Perubahan penutupan lahan tahun 2001-2013 (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 35 734.01 77.32 71.43 2 837.66 3.71 5.76 766.53 7.82 2 57.60 5 072. 38 0.00 69.32 61.26 0.00 0.00 0.00 3 337.46 0.00 12 370.08 0.00 16.50 7.11 866.67 41.64 4 1 082.46 39.61 0.00 15 679.29 9.66 0.00 74.38 0.18 5 22.07 191.30 40.84 36.81 301.31 0.59 108.46 0.00 Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,

(21)

11

Tabel 7 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2013 (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 36 972.50 3.34 537.54 2 590.46 76.15 645.69 13 171.34 122.36 2 60.93 5 036.13 0.00 159.69 349.15 0.00 3.73 0.00 3 485.70 0.00 13 065.84 0.00 101.32 42.03 930.79 21.81 4 1 975.32 166.84 0.12 14 131.71 22.67 41.41 227.34 8.19 5 0.00 55.52 0.00 5.13 153.97 0.00 0.00 0.00 Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,

5=badan air, 6= sawah, 7= pertanian lahan kering, 8= pemukiman

(22)

12

(23)

13

Dugaan Faktor Penyebab Perubahan Lahan

Penutupan lahan di TNRAW yang mengalami perubahan yang paling besar adalah hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering terutama pada tahun 1981-2001 dengan luas areal yang berubah sebesar 7 553.58 ha. Pertanian lahan kering mencakup tanaman coklat, jeruk, dan kelapa yang ditanam oleh masyarakat di dalam kawasan TNRAW. Hutan dataran rendah yang berubah menjadi pemukiman terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 yaitu sebesar 315.25 ha. Hutan dataran rendah yang mengalami perubahan tertinggi mejadi sawah terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 sebesar 217.26 ha. Rawa mengalami perubahan tertinggi menjadi sawah pada tahun 2001-2013 sebesar 112.46 ha, sedangkan savana yang berubah menjadi sawah dengan luas tertinggi yaitu pada tahun 2001-2013 sebesar 48.94 ha. Analisis dugaan faktor perubahan tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan konten analisis yang terjadi di TNRAW, tahun 1981 belum muncul adanya pembukaan lahan atau pertanian lahan kering. Datangnya masyarakat pendatang Suku Bugis di sekitar tahun 1991-1999 sehingga pada tahun ini muncul pertanian lahan kering skala kecil dan pada puncaknya perambahan besar-besaran dilakukan bersamaan dengan krisis moneter pada tahun 1998. Sejak ditetapkannya Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai pada tahun 1990, masyarakat yang memiliki lahan perkebunan dan tinggal di dalam kawasan sudah dipindahkan ke daerah lain sedangkan untuk masyarakat adat Hukaea Laea beberapa masih bertahan di dalam kawasan. Tahun 1998 hingga tahun 2002 dilakukan Operasi Sapu Jagad (OSJ) untuk mengusir masyarakat adat tersebut oleh BTNRAW yang bekerjasama dengan Pemerintah Sulawesi Tenggara dibantu aparat Kepolisian dari Satuan Brimob, Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara dan Polisi Hutan. Hal ini dilakukan karena perambahan hutan menjadi pertanian lahan kering meningkat pesat hingga tahun 2001. Operasi tersebut berhasil mengurangi jumlah pemukiman menjadi 9.39 ha.

(24)

14

Masyarakat desa pada umumnya hanya mengandalkan sumber mata pencahariannya dari sektor pertanian. Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh setiap keluarga serta peningkatan kebutuhan menyebabkan sebagian masyarakat yang kurang mampu melakukan perambahan hutan untuk perluasan areal pertaniannya (Suharjito dan Darusman 1998). Tahun 2005 dikeluarkan Inpres No. 4 Tahun 2005 tentang pemberatasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredaran di seluruh wilayah RI menunjukkan adanya penurunan konversi hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering, pemukiman dan sawah. Tahun 2007 dikeluarkannya Perpres No. 89 Tahun 2007 yang berisi tentang gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan, akan tetapi dalam kurun waktu 1981-2013 tidak ada penurunan luas area konversi.

Pembangunan jalan poros untuk lintas Kabupaten Konawe Selatan-Bombana di zona khusus turut menyumbang perubahan lahan. Luas jalan poros tersebut yaitu 21 850 km. Selain itu, adanya Permenhut No. 38/ Menhut-V/ 2010 yang berisi tentang rencana tahunan dalam rehabilitasi hutan dan lahan dan Permenhut No. 14/ Menhut-II/ 2012 mengenai pedoman dalam penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diharapkan dapat mengurangi bertambahnya perubahan lahan. Penyebab lain terjadinya perambahan hutan yaitu penegakan hukum yang lemah terhadap pelanggar dalam kasus perambahan hutan dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian sangat sedikit sehingga masyarakat cenderung memilih menggarap lahan menjadi pertanian lahan kering seperti menanam coklat, kacang mete, jeruk di dalam kawasan hutan.

Masyarakat mulai menanam coklat sebagai sumber penghasilannya. Hasil panen dari biji coklat memiliki nilai jual yang tinggi, terutama biji coklat yang telah didiamkan selama beberapa minggu. Harga per kilogram biji coklat berkisar antara Rp25 000.00 hingga Rp30 000.00. Keuntungan yang diperoleh dari hasil penanaman coklat memicu perambahan hutan di dalam kawasan secara besar besaran.

Pencegahan Perubahan Lahan di TNRAW

Beberapa hal dalam rangka pencegahan adanya perubahan telah dilakukan oleh pihak TNRAW, namun beberapa kegiatan belum efektif karena masih munculnya pengalihfungsian lahan di dalam kawasan. Kegiatan yang dilakukan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai sebagai upaya pencegahan terjadinya perubahan lahan diantaranya dengan sosialisasi dan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar hutan terkait dengan penggunaan lahan serta tata batas kawasan, penegakkan hukum terhadap masyarakat perambah hutan, melakukan rehabilitasi lahan dengan penanaman jenis pohon asli, pemberadayaan masyarakat, dan pembentukan satu regu Brigade Dalkarhut untuk antisipasi adanya kebakaran di kawasan taman nasional (BTNRAW 2013).

Penanggulangan Kerusakan di TNRAW

(25)

15

manfaat hutan baik langsung ataupun tidak langsung, menangkap pihak yang merambah hutan di dalam kawasan TNRAW, pemberadayaan masyarakat sekitar hutan untuk menjaga hutan sesuai fungsinya.

Upaya tindak lanjut berupa kegiatan operasi intelegen pada Blok hutan yang mengalami kerusakan akibat perambahan hutan, kegiatan penyuluhan terpadu di blok hutan Lapalea Resort Poleang Laea SPTN II, penanganan pasca operasi penanggulangan perambahan dengan kegiatan pengecekan kembali lokasi perambahan (memusanahkan tumbuhan yang ditanam di dalam kawasan), penyempurnaan database, pengembangan kerjasama dengan Pemda, LSM, perguruan tinggi dan stakeholder terkait, peningkatan sarana prasarana, proses yustisi terhadap pelaku pelanggaran, melakukan koordinasi penanganan perambahan dengan instansi terkait dengan POLRES, Pemerintah Daerah dan DPRD Bombana, pemberdayaan masyarakat dengan bantuan modal, pelatihan, dan pendampingan maupun kerjasama pemanfaatan hasil hutan non kayu, usaha preventif mencakup penyuluhan, pembuatan papan informasi, dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar TN, pencegahan kebakaran hutan, pemadaman kebakaran, pemantauan titik hotspot, penguatan kelembagaan DALKARHUT (Pengendalian Kebakaran Hutan), dan penanaman kembali (rehabilitasi) kawasan hutan dengan jenis tanaman yang sesuai (BTNRAW 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Jenis tutupan lahan yang mengalami perubahan tertinggi yaitu hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering tahun 2001-2013 dengan luas areal yang berubah sebesar 7 553.58 ha. Hutan dataran rendah yang berubah menjadi pemukiman terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 yaitu sebesar 315.25 ha. Hutan dataran rendah yang mengalami perubahan tertinggi mejadi sawah terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 sebesar 217.26 ha. Rawa mengalami perubahan tertinggi menjadi sawah pada tahun 2001-2013 sebesar 112.46 ha, sedangkan savana yang berubah menjadi sawah dengan luas tertinggi yaitu pada tahun 2001-2013 sebesar 48.94 ha.

(26)

16

Saran

1. Perubahan lahan yang terjadi di TNRAW dapat diatasi dengan mengembalikan kawasan yang telah menjadi lahan pertanian ke fungsi semula secara intensif melalui rehabilitasi lahan, penegakan hukum yang konsekuen, kerjasama yang sinergis dan simultan antara pihak TNRAW, Pemerintah Daerah, dan masyarakat setempat.

2. Perlu adanya perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang penduduknya memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan TNRAW terutama masyarakat adat yang berada di dalam kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur AR, IW Suarna, IWS Adnyana, IW Rusna, IAA Laksmiwati, dan IW Diara. 2010. Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di DAS Badung. Jurnal Bumi Lestari. 10(2) : 200 -207.

Baja S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Yogyakarta (ID). Penerbit ANDI.

BTNRAW. 2013.Buku Informasi Kawasan. Sulawesi (ID): BTNRAW.

Ditjen Penataan Ruang. 2007. Gambaran Tutupan Lahan Bervegatasi Dalam Satu Wilayah Daerah Aliran Sungai Maupun Wilayah Provinsi. Departemen Pekerjaan Umum. 09: 01. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum. Juliantina I. 2012. Peran Peningkatan Infrastruktur Jalan Dalam Pertumbuhan

Perekonomian Kota Palembang.Jurnal Rekayasa Sriwijaya. 21 (3): 20-24. Lillesand and Kiefer, 2004. Remote Sensing And Image Interpretation. New York

(US) : John Wiley & Son.

Paul KG. 1998. A Brief history and analysis of Indonesia s forest fires crisis. Academic Research Library, Apr 1998; 65 pg 63.

Sugiarto DP. 2013. Strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan pemanfaatan pemodelan spasial [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Suheri. 2003. Studi perubahan penutupan lahan di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menggunakan sistem infomasi geografis. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Suharjito D, Darusman D. 1998. Kehutanan Masyarakat (Beragam Pola Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan). Bogor (ID): Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM).

Sumardjani L. 2007. Konflik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman untuk Penyelesaian Terbaik. Bogor (ID): Flora Mundial Communications.

Wasil AR, Ainun PW. 2012. Modelling Land-Use Change. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

(27)

17

Lampiran 1 Hasil uji akurasi

Akurasi keseluruhan = 86.21% Kelas Penutupan

Lahan

Reference Classifie d

Numbe

r Producers Users

Totals Totals Correct Accuracy Accurac y

Unclassified 1 1 1 -

-Awan 0 0 0 -

-Bayangan Awan 0 0 0 -

-Badan Air 5 4 4 80.00% 100.00%

Savana 15 17 15 100.00% 88.24%

Hutan Dataran

Rendah 20 21 18 90.00% 85.71%

Mangrove 9 9 9 100.00% 100.00%

Rawa 8 8 8 100.00% 100.00%

Pertanian Lahan

Kering 14 20 13 92.86% 65.00%

Pemukiman 9 2 2 22.22% 100.00%

Sawah 8 5 5 83.33% 100.00%

(28)

18

Lampiran 2 Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan hingga tahun 2014

Tahun Blok hutan

puriala I Puriala Konaweha 125 Pungguota Lambuya

puriala I Puriala Konaweha 75 Pokae Langkowala II Lantari Jaya Roraya 75 Watumohai Watumohai II Lalembuu Roraya 175 Watuapi Lanowulu II Tinanggea Roraya 75 Pinanggoosi

I Mendoke III Lambandia Roraya 300

Pinanggosi

II Mendoke III Lambandia Roraya 175

Total 1000

2012 Mokupa Watumohai II Lalembuu Roraya 250 Tambayo I Lanowulu II Tinanggea Roraya 200 Tambayo II Lanowulu II Tinanggea Roraya 150 Susua Mendoke III Lambandia Roraya 400 Pinanggoosi

III Mendoke III Lambandia Roraya 200

Total 1200

2013 Lalomili Mokupa

Watu-mohai Lalembuu Roraya 50 Iwoimea

Jaya Mendoke III Lambandia Roraya 250

Total 300

2014 Pinanggoosi Mendoke III Lambandia Roraya 100 Mokupa

Jaya Watumohai II Lalembuu Roraya 100

(29)

19

Lampiran 3 Tallysheetgroundcheck

No ID Titik GPS

Akurasi GPS (Accuracy

)

Tipe Tutupan

Lahan

Deskripsi

Lahan ID Foto

1 1.

- Spesies

- Topografi:

- Sejarah lahan:

2 2.

- Spesies

- Topografi:

- Sejarah lahan:

3 3.

- Spesies

- Topografi:

(30)

20

Lampiran 4Ground Control Pointdan Kondisi Lokasi Penelitian

1

No. Penutupan Lahan

Koordinat Foto Lokasi

1. Hutan Dataran Rendah

S4 28.702 E122 02.733

2. Pertanian Lahan Kering

S4 22.604 E121 58.637

3. Hutan Mangrove S4 29.891 E122 04.905

4. Rawa S4 29.928

(31)

21

Lampiran 4Ground Control Pointdan Kondisi Lokasi Penelitian (lanjutan)

5. Savana S4 29.202

E122 03.089

6. Sawah S4 29.683

E122 00.807

7. Badan Air S4 30.575 E122 03.894

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 20 Mei 1993 dari Ayah A Suherman KS dan Ibu Euis Rohayati. Penulis adalah puteri kedua dari tiga bersaudara. Saat ini penulis tinggal bersama orang tua, kakak, dan adiknya di Jalan Babakan Lio RT 02 RW 09 No. 29, Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Pendidikan penulis dimulai dengan masuk Taman Kanak-Kanak di TK Alif Babakan Lio tahun 1998-1999. Dilanjutkan pada pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Dramaga 04 dari tahun 1999-2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 7 Bogor dari tahun 2005-2008. Selama SMP, penulis aktif dalam organisasi Karya Ilmiah Remaja (KIR). Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 5 Bogor dari tahun 2008-2011. Saat SMA, penulis aktif sebagai anggota Penggiat Alam SMAN 5 (PASMA 5) hingga saat ini. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama, penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis berpartisipasi dalam kepanitiaan Bina Corps Rimbawan (BCR) sebagai anggota Divisi Medis pada tahun 2013 dan 2014. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Analisis Spasial Lingkungan pada tahun 2015. Penulis juga aktif sebagai anggota aktif Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB periode 2012-2015, Komisi Disiplin RIMPALA periode 2013-2014, anggota Olahraga Alam Bebas RIMPALA periode 2012-2015, anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), dan anggota Fotografi Konservasi (FOKA).

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Jenis data berdasarkan sumber
Gambar 2 Diagram alur pengolahan data
Tabel 2 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 1981
+3

Referensi

Dokumen terkait

m enyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis Hasil Penginderaan Jauh terhadap Perubahan Tutupan Lahan di Kawasan Taman Nasional Bali Barat ” bukan merupakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penutupan lahan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dari tahun, 1996, 2002, dan

Berdasarkan hasil klasifikasi dengan menggunakan citra Landsat Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumbar, secara umum dapat diklasifikasikan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perubahan ekosistem di perairan Rawa Aopa adalah tidak melakukan aktivitas penangkapan pada musim hujan karena

Jenis vegetasi di sekitar lubang sarang bertelur burung Maleo ( Macrocephalon maleo ) Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa

Studi literatur awal dan data sekunder yang diperoleh dari pihak staf TNRAW serta wawancara dari masyarakat di sekitar lokasi penelitian, yang memungkinkan untuk

pada Berbagai Tegakan Mangrove Hasil analisis distribusi kelimpahan 34 jenis burung yang ditemukan pada berbagai tegakan mangrove dikawasan sungai

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh isolat bakteri penghasil enzim amilase yang toleran terhadap pH asam dari sampel tanah ekosistem rawa Taman Nasional Rawa