• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Interaksi Masyarakat Dengan Sumberdaya Hutan Di Bkph Kemadoh, Kph Randublatung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Interaksi Masyarakat Dengan Sumberdaya Hutan Di Bkph Kemadoh, Kph Randublatung"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA

HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG

SITI NURHALIMAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SITI NURHALIMAH. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT.

Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap kelestarian jenis yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh dan mengidentifikasi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013-Maret 2014 dengan metode snowball dan dianalisis menggunakan skoring pemenuhan kebutuhan masyarakat berdasarkan sumbernya. Umur yang banyak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu pada usia produktif dengan rentang 41-45 dengan pendidikan rata-rata adalah jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan mayoritas mata pencaharian petani dan peternak. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati hampir sama yaitu kebutuhan pangan (karbohidrat, buah dan sayuran), bahan-bahan (bahan arang dan kayu bakar), obat-obatan, pakan ternak, dan pendapatan uang tunai. Namun pada Desa Jegong tidak terdapat pembuatan arang untuk tujuan komersil. Keberadaan BKPH Kemadoh cukup penting bagi masyarakat Desa Singget dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar dan pakan ternak, sedangkan Desa Jegong dan Desa Jati berupa kebutuhan pakan ternak.

Kata kunci: BKPH Kemadoh, sumberdaya hutan, tingkat ketergantungan ABSTRACT

SITI NURHALIMAH. Study on Interaction of Local People to Forest Resources in BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Supervised by SISWOYO and AGUS HIKMAT.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA

HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG

SITI NURHALIMAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 sampai Maret 2014 ini ialah Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Karjan, Ibu Titin, dan Ibu Yuli dari KPH Randublatung, Bapak Ujang beserta staf di BKPH Kemadoh, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, keluarga besar CSS MoRA, serta keluarga besar Himakova atas segala doa dan dukungannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan waktu penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Jenis Data yang Dikumpulkan 2

Teknik Pengumpulan Data 3

Pengolahan Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Karakteristik Responden di Sekitar BKPH Kemadoh 7

Potensi Sumberdaya Hutan 11

Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di

BKPH Kemadoh, KPH Randublatung 24

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian 3 2 Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH

Kemadoh 4

3 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh 12 4 Daftar jenis tumbuhan yang dimanfatkan sebagai bahan pangan

sayuran dan buah oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh 14 5 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu

bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh 18 6 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai

obat-obatan dan komersil oleh masyarakat di BKPH Kemadoh 20 7 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan

hewan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh 22

8 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh 27 9 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap

sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh 28 10 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap

sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh 32

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan

di BKPH Kemadoh 8

2 Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya

hutan di BKPH Kemadoh 9

3 Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH

Kemadoh 13

4 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang

di BKPH Kemadoh 16

5 Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu

bakar atau perencekan 17

6 Bentuk pemanfaatan temulawak (Curcuma xanthorriza) untuk

obat dan komersil 21

7 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan

pakan ternak 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh. 35 2 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa

Singget, BKPH Kemadoh 38

3 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa

Jegong, BKPH Kemadoh 39

4 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jati,

BKPH Kemadoh 40

5 Peta lokasi penelitian di desa sekitar BKPH Kemadoh, KPH

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kemadoh merupakan salah satu dari 12 BKPH yang berada dibawah manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, PERUM PERHUTANI Unit I Jawa Tengah. Luas kawasan BKPH Kemadoh adalah 2 752.1 ha. Pengelolaan hutan yang baik juga harus memperhatikan aspek-aspek kelestarian hutan, seperti: aspek ekologi, produksi, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan (Purnawan 2006).

Berdasarkan fungsi kawasannya, BKPH Kemadoh termasuk kawasan Hutan Produksi. Kawasan BKPH Kemadoh memiliki potensi keanekaragaman hayati sebanyak 39 jenis tumbuhan. Jenis satwaliar Berdasarkan Laporan KPH Randublatung 2012, terdapat sebanyak 64 jenis (11 mamalia, 44 burung, dan 9 herpetofauna). Disamping itu di dalam kawasan BKPH Kemadoh ditemukan sungai-sungai antara lain: Sungai Gedongan, Sungai Gandul, Sungai Sumberan, Sungai Banyuasin, dan Sungai Banyu Genuk. Di sekitar kawasan BKPH Kemadoh terdapat 6 (enam) desa, namun desa yang berdekatan langsung dengan BKPH Kemadoh ada 3 (tiga) desa, meliputi : Desa Singget, Jati dan Jegong. Disamping itu di sekitar BKPH Kemadoh juga terdapat tiga Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), yaitu LMDH Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari.

Berdasarkan etnis atau sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh dapat dikelompokkan kedalam satu macam, yaitu Etnis Jawa dengan adat-istiadat Jawa Tengah. Kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut memiliki budaya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, namun data dan informasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh belum tersedia.

Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh sedikit banyak akan mempengaruhi kelestariannya di habitat alaminya. Apabila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan, maka dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan bahkan kepunahan dari jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat desa sekitar hutan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan hutan tempat mereka menggantungkan hidupnya. Tingginya angka kemiskinan dan laju pertumbuhan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun dan permasalahan besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Tekanan terhadap hutan terus meningkat serta tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dan penyediaan lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih besar.

(14)

2

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh.

2. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang terdapat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh.

Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola BKPH Kemadoh khususnya dan KPH Randublatung pada umumnya dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan tersebut yang dilakukan oleh masyarakat.

METODE

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian Kajian Interaksi Masyarakat dengan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung dilakukan di desa-desa sekitar BKPH Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai dari September 2013 sampai Maret 2014. Adapun peta lokasi penelitian tersaji dalam Lampiran 5.

\

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain : laporan/dokumen yang terkait dengan kondisi umum lokasi dan hasil hutan di BKPH Kemadoh, kantong plastik, label, alkohol 70%, dan kuesioner. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain : sprayer, gunting pemotong, kamera, alat perekam suara, alat tulis-menulis, serta seperangkat komputer.

Jenis Data yang Dikumpulkan

(15)

3 Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian

No Jenis data Data dan informasi yang

1. Letak dan luas Desa Singget, Jegong, dan Jati.

2. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat

3. Sarana pendidikan

4. Fisik (Tanah, topografi, dan iklim)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pembuatan herbarium.

Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh. Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu dengan menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang atau responden yang memiliki pengetahuan luas mengenai interaksi yang dilakukan masyarakat sekitar terhadap sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh. Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak ada lagi penambahan informasi. Wawancara dilakukan pada masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati, serta LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari. Wawancara dilakukan sebanyak 113 responden termasuk responden kunci.

Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mengambil contoh herbarium, yaitu contoh ranting lengkap dengan daun serta bunga dan buah jika ada.

(16)

4

3 Bahan herbarium disemprot alkohol 70%. Masing masing herbarium dibungkus dengan menggunakan koran yang sudah disemprot dengan alkohol. 4. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven selama 2 hari dengan suhu 80˚C. 5. Setelah itu herbarium yang sudah kering yang lengkap dengan data yang

diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya di Laboratorium Ekologi Hutan IPB.

Pengolahan Data

Identifikasi Sub-kelompok dalam masing-masing Desa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke desa-desa di sekitar kawasan BKPH Kemadoh, kemudian dikelompokkan lagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan etnis atau asalnya.

Pengelompokkan Kebutuhan Dasar Masyarakat

Data sumberdaya hutan yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari. Seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh

Kelompok Sub Kelompok

1 Pangan Karbohidrat (beras, jagung dan lain-lain) Protein hewani (daging, ikan)

Buah-buahan dan sayuran

2 Air Air minum dan kebutuhan lainnya

3 Bahan-bahan (Bahan non-pangan)

Pakaian Rumah

Peralatan rumah tangga Kayu bakar dan arang 4 Obat-obatan

5 Pakan ternak

6 Pendapatan uang tunai Binatang buruan, kayu, non kayu, buah-buahan dan lainnya

Sumber: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008).

Pemberian Skoring Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Berdasarkan Sumbernya.

Berdasarkan sumbernya, masing-masing kelompok kebutuhan dasar masyarakat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu dari wilayah hutan, budidaya, pembelian, bantuan, dan lainnya. Selanjutnya pada masing-masing kelompok sumber kebutuhan dasar masyarakat diberi skoring. Berdasarkan tingkat kepentingannya, kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan sumbernya menurut Konsorsium Revisi High Conservation Value (HCV) Toolkit Indonesia (2008) adalah:

100% jika keseluruhan kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber, sumber tersebut dianggap sangat penting, Skor = 4

(17)

5 25%-49% jika kebutuhan dipenuhi oleh beberapa sumber yang

masing-masing dibawah 50%, sumber tersebut dianggap penting; Skor = 2

10%-24% jika kebutuhan dipenuhi oleh banyak sekali sumber lain, sumber tersebut dianggap kurang penting, Skor = 1

0% - 9% jika kebutuhan tidak lagi dipenuhi oleh hutan atau ekosistem alam lain, sumber tersebut dianggap tidak penting, Skor = 0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Perum Perhutani KPH Randublatung

BKPH Kemadoh merupakan salah satu BKPH dibawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Randublatung. KPH Randublatung secara astronomis terletak

pada 7°05’ -7°20’ LS dan 4°25’ - 4°40 BT. Kawasan tersebut secara administratif terletak di Kecamatan Banjarejo, Jepon, Kradenan (Menden), Kunduran, Randublatung dan Jati, Kabupaten Blora serta Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Sebanyak 63.94% keluarga di kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KPH Randublatung yang terdiri dari enam kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Jepon, Banjarejo dan Kunduran, masih berada pada tahapan keluarga pra sejahtera yang masih bergantung pada hasil hutan. Batas wilayah Perum Perhutani KPH Randublatung yaitu:

Bagian Utara : berbatasan dengan KPH Blora Bagian Timur : berbatasan dengan KPH Cepu

Bagian Barat : berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur dan Bagian Selatan : berbatasan dengan KPH Gundih

Wilayah KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau secara bergantian sepanjang tahun. Wilayah tersebut memiliki tipe iklim antara tipe C sampai dengan E. Temperatur rata-rata 31⁰C, dan curah hujan rata-rata 2 072 mm/tahun. Jenis tanah di KPH Randublatung berupa jenis tanah kapur atau margalit dalam, tidak sarang, coklat, abu-abu dan berhumus.

Desa Singget

(18)

6

Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Gabusan Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jati

Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Pelem

Mata pencaharian masyarakat di Desa Singget sebagian besar adalah petani dan peternak serta sebagian kecil adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu empat orang. Hal ini ditandai dengan adanya kepemilikan tanah walaupun hanya dengan luasan yang kecil. Desa Singget memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Hal ini yang menjadikan salah satu faktor rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa Singget, sehingga meningkatkan interaksi terhadap hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi aksesibilitas yang susah serta jalan yang berbatu dan bertanah menyebabkan akses untuk mencapai lokasi ini sangat susah. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.

Desa Jegong

Desa Jegong terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa Jegong memiliki empat Dusun, yaitu Dusun Jegong, Bumi Rejo, Besi, dan Kemadoh. Dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh adalah Dusun Kemadoh dan Jegong. Luas wilayah Desa Jegong adalah 25.81 km2 dengan jumlah penduduk 2 856 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 871 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 111 jiwa/km2 dengan laju pertambahan penduduk 1,0. Batas wilayah Desa Jati yaitu:

Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Jati Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Pelem Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Singget

Mata pencaharian masyarakat di Desa Jegong adalah petani, peternak, pedagang, PNS, dan pegawai perhutani. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Desa ini adalah petani. Desa Jegong memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Desa Jegong berbatasan langsung dengan Desa Jati sehingga akses untuk kedua desa ini sangat mudah. Sehingga untuk pendididikan transfer antar kedua desa ini lebih mudah. Desa Jegong juga memiliki daerah pangkuan yang terluas daripada Desa Singget dan Desa Jati sehingga untuk saat ini bentuk kerjasama dengan pihak Perum Perhutani Randublatung cukup intensif baik dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan para pesanggemnya (penggarap lahan milik Perum Perhutani). Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.

Desa Jati

(19)

7 berbatasan langsung dengan lokasi penelitian adalah Dusun Jati, Kayen, dan Karang Rejo. Luas wilayah Desa Jati adalah 16.35 km2 dengan jumlah penduduk 5 358 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 666 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 328 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas wilayah Desa Jati yaitu:

Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Doplang Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jegong Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Singget

Mata pencaharian masyarakat di Desa Jati sebagian besar adalah petani dan peternak. Selain petani ada beberapa pekerjaan lain yaitu: Pegawai Sipil Negeri (PNS), Polri, dan pensiunan. Desa Jati memiliki sarana pendidikan berupa tiga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tiga Tingkat Kanak-Kanak (TK), tiga Sekolah Dasar (SD), tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adanya fasilitas pendidikan dari tingkat PAUD sampai SMK berimplikasi Positif terhadap tingkat pendidikan yang ada di Desa Jati dengan tingkat pendidikan rata rata sampai SMA. Selain fasilitas pendidikan kondisi jalan di Desa jati sudah beraspal pada desa yang dilalui jalur utama menuju Grobogan. Sementara untuk Dusun yang lainnya kondisi jalan masih berbatu dan berpasir. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.

Karakteristik Responden di sekitar BKPH Kemadoh

Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum masyarakat yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Karakteristik tersebut digunanakan untuk mengetahui tingkat interaksi masyarakat terhadap kawasan. Interaksi yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan yang tinggi pula terhadap kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan BKPH Kemadoh. Pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan hasil sumberdaya hutan sangat penting dalam upaya mempelajari interaksinya dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Baharuddin 2006). Alikodra (1985) menyatakan terdapat beberapa penyebab terjadinya interaksi yang cukup penting antara lain: (1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan relatif rendah, (2) tingkat pendidikan relatif rendah, (3) rata-rata pemilikan lahan yang masih sempit dan kurang intensif pengelolaannya, dan (4) laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan cukup tinggi.

Tingkat Umur

(20)

8

sumberdaya hutan adalah berumur 26-65 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian besar pemanfaat sumberdaya hutan adalah usia produktif, seperti tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh

Banyaknya masyarakat pemanfaat sumberdaya hutan yang termasuk dalam kelompok usia produktif, mengindikasikan bahwa adanya keterbatasan lapangan pekerjaan di luar bidang kehutanan di daerah tersebut (Birgantoro dan Nurrocmat (2007). Pada ketiga desa tersebut masyarakat yang mendominasi melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan terletak pada rentang umur yang sama yaitu 41-45 tahun. Pada Desa Singget sebanyak 29.17%, Desa Jegong sebanyak 44.00%, dan Desa Jati sebanyak 30.00%. Hal ini dikarenakan pada sebagian kecil masyarakat yang memiliki rentang umur kurang dari 41-45 tahun merantau di luar daerah dan bekerja sebagai pembuat batu bata. Pada data tersebut dapat diketahui pemanfaat sumberdaya hutan merupakan masyarakat yang sudah menetap lama dan mengetahui petak kawasan pemangkuan sehingga hasil sumberdaya hutan memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu umur tesebut merupakan umur produktif usia kerja. Menurut Karisma (2010), indikasi terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan pada usia produktif menunjukkan adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kelompok tingkat umur responden yang tidak melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Singget adalah umur 61-65 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur tersebut beban jumlah tanggungan sudah berkurang sehingga keinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di kawasan hutan berkurang atau bahkan sama sekali tidak melakukan aktivitas lagi di hutan. Pemanfaatan sumberdaya hutan rentang umur yang tidak melakukan pemanfaatan di Desa Jegong adalah rentang umur 31-35 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun. Hal ini dikarenakan pada rentang umur 31-35 tahun masih melakukan pekerjaan lain seperti tenaga pengajar dan ada juga yang merantau di luar daerah, sehingga aktifitasnya di hutan belum dianggap penting. Sedangkan di Desa Jati rentang

26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-65

(21)

9 umur yang tidak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah rentang umur 26-30 tahun. Hal ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang lain seperti proyek pembangunan sekolah SMK yang banyak menyerap tenaga kerja pada rentang umur tersebut. Berdasarkan Ardiansyah (2008) usia dini dan usia tua tidak lagi berkeinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di dalam hutan, namun mereka tetap melakukan aktivitas pekerjaan dan berinteraksi dengan hutan untuk menunjukkan pentingnya pengakuan dari dirinya bahwa mereka tidak ingin menjadi beban tanggungan keluarga, apalagi orang lain.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dan pola fikir masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistiani (2014) mengenai tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama jenis–jenis komersil tidak terkendali yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan memerlukan ketrampilan, teknologi dan cara berfikir yang memadai sehingga bisa mengolah dan menghasilkan sumberdaya yang bernilai tinggi dengan modal dasar dari sumberdaya hutan (Karisma 2010). Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya sehingga pemikiran jangka panjang lebih terkendali dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Adapun tingkat pendidikan responden tersaji dalam Gambar 2.

Gambar 2 Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan di sekitar BKPH Kemadoh.

(22)

10

bahwa minimnya fasilitas pendidikan, aksesibilitas menuju lokasi pendidikan yang susah, serta masih mahalnya biaya pendidikan pada saat itu, serta pola pikir masyarakat yang masih berorientasi kepada adat tradisional. Sehingga tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak bisa bersaing di luar dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ardiansyah (2008) bahwa rendahnya perekonomian masyarakat di sekitar hutan mengakibatkan mereka sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat luar yang berpendidikan cukup dan berdampak pada rendahnya ketrampilan dan pengetahuan yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan sulit memperoleh lapangan pekerjaan yang layak. Berdasarkan hasil penelitian Sulistiani (2014) bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat sulit bersaing untuk memasuki lapangan pekerjaan. Hal ini juga menyebabkan tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuh kebutuhan menjadi tinggi karena masyarakat cenderung kurang memiliki alternatif untuk melakukan pekerjaan lain.

Mata Pencaharian

Responden yang diambil dari penelitian adalah petani dan peternak, pengepul, perangkat desa, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mata pencaharian petani dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu petani yang mengelola lahan milik dan petani yang mengelola lahan milik perhutani (pesanggem). Kelompok petani ini meliputi petani sawah, petani ladang, dan petani kebun. Kegiatan petani ini berdasarkan wawancara dengan responden banyak dilakukan ketika musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau petani cenderung lebih banyak memiliki waktu senggang sehingga masyarakat memiliki pendapatan tambahan dari hasil penjualan kayu bakar dan lainnya yang didapatkan dari lokasi penelitian. Berdasarkan wawancara dengan pengepul kayu bakar untuk kegiatan perencekan paling banyak dilakukan pada musim kemarau sehingga kayu bakar yang terkumpul lebih banyak dibandingkan musim penghujan. Kemiskinan (keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik) akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain: penyempitan kawasan hutan akibat penyerobotan areal hutan untuk keperluan pertanian dan perladangan secara liar, hutan menjadi rusak dan gundul karena terjadinya kebakaran hutan, dan perambahan hutan serta penebangan liar guna keperluan kayu bakar atau dijual untuk pemenuhan kebutuhan (Hadi 1994).

Sistem pengelolaan sawah, ladang ataupun kebun masih menggunakan pengetahuan tradisional leluhur keluarga, sehingga kearifan lokal masyarakat masih terjaga. Pada musim penghujan masyarakat mayoritas menanam padi di lahan milik pribadi dan aktivitas di kawasan hutan juga semakin rendah, sedangkan pada musim kemarau selain aksesibilitas yang mudah serta masyarakat memiliki waktu yang senggang sehingga keinginan yang tinggi untuk melakukan aktivitas di kawasan hutan karena tuntutan kebutuhan ekonomi untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

(23)

11 dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati. Desa yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan pola pikirnya cenderung lebih maju dibandingkan desa yang langsung berbatasan dengan kawasan hutan. Berdasarkan Birgantoro (2008) transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan informasi pasar juga berjalan lebih baik sehingga pola pikir masyarakatnya sedikit lebih maju.

Potensi Sumberdaya Hutan

Potensi sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu sumberdaya hutan berupa tumbuhan. Kesuksesan pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan bergantung kepada dukungan dari masyarakat sekitar kawasan tersebut. Paradigma baru dalam pengelolaan dan pembangunan hutan yang melibatkan masyarakat merupakan harapan baru untuk dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pembangunan kehutanan (Darusman 1992). Perilaku dan interaksi masyarakat lokal perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhannya dan menghargai opini masyarakat seharusnya menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaannya (Fisher et al. 1997), sehingga kelestarian terhadap sumberdaya hutan bisa berkelanjutan dengan sistem pengelolaan bersama masyarakat. Menurut Soerianegara (1977) akibat pendayagunaan sumberdaya alam oleh manusia akan menimbulkan perubahan ekosistem, sehingga akan mempengaruhi sumberdaya alam lainnya beserta lingkungannya. Perubahan ekosistem yang terjadi akibat adanya pemanfaatan sumberdaya hutan akan mengancam kelangsungan sumberdaya hutan secara lestari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan di lokasi penelitian adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat, letak geografis desa terhadap kawasan BKPH Kemadoh, aksesibilitas, serta pengetahuan masyarakat yang terbatas. Menurut Sulistiani (2014) faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan adalah karakteristik responden, kondisi geografis lokasi desa, dan aksesibilitas. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat berpengaruh karena semakin rendah kondisi sosial ekonomi masyarakat maka semakin tinggi pula interaksi terhadap kawasan hutan. Hal ini sesuai pernyataan Yuadji (1981) diacu dalam Ardiansyah (2008) menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh langsung terhadap kemampuan daya dukung lingkungan terhadap suatu kawasan. Letak geografis desa terhadap kawasan juga berpengaruh, yang mana terdapat 8 dusun dari ketiga desa yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan memiliki interaksi yang tinggi dibandingkan dengan dusun yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan.

(24)

12

untuk pemanfaatan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar juga memanfaatkan sebagai pendapatan tambahan dari hasil penjualan sumberdaya hutan.

Bahan Pangan Karbohidrat

Bahan pangan karbohidrat banyak didapatkan dari tanah garapan dari perhutani (mbaon) yang dikelola dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) secara tumpangsari. Bahan pangan karbohidrat hanya dimanfaatkan sebagian kecil, sisanya dijual sebagai pendapatan tambahan. Untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat sehari-hari masyarakat menggunakan beras yang didapatkan dari lahan milik pribadi yang ditanam pada musim penghujan. Media penanaman padi tersebut merupakan sawah tadah hujan sehingga sangat bergantung kepada air hujan.

Bahan pangan karbohidrat dimanfaatkan oleh semua desa di BKPH Kemadoh, serta jenis-jenis yang dimanfaatkan rata-rata sama antar para pesanggem. Hal ini dikarenakan musim tanam dan jenis yang ditanam sama, dengan harapan bisa mengurangi tingkat kerusakan akibat hama penyerang ladang oleh babi hutan dengan tanaman prioritas utama berupa jagung (Z. mays) serta tanaman berupa ketela pohon (M. utilissima) dan pisang (M. acuminata). Sementara porang (A. campanulatus) merupakan jenis tanaman hasil progam pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM), yang nantinya akan digunakan sebagai campuran bahan baku pembuatan mie ramen (Tabel 3). Sistem PHBM dengan komoditi porang hanya dilakukan di Desa Jegong sementara desa lainnya yang ada di sekitar BKPH Kemadoh masih dalam tahap perencanaan, seperti tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh

Keterangan: HP : Hutan Produksi LP: Lahan Pribadi: 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati

Cara pengambilan bahan pangan karbohidrat khususnya jagung dilakukan pada setiap musim panen yaitu sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu tahun. Pengambilan dilakukan menggunakan motor dengan keranjang yang diisi hasil panen serta ada yang menggunakan karung sebagai media angkut sebelum dimasukkan dalam keranjang. Hasil panen di ladang berdasarkan wawancara dengan responden sebagian disimpan dan sebagian dijual untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Tetapi lebih banyak responden yang tidak menyimpan karena memerlukan perawatan tambahan agar jagung atau hasil panen tidak rusak/berjamur sebelum masa penggunaan. Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa bahan pangan mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi masih ada No Nama

Lokal

(25)

13 perempuan yang ikut melakukan pekerjaan di ladang garapan/mbaon. Pemanfaatan Sumberdaya hutan berupa pangan karbohidrat disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH Kemadoh

Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengelolaan lahan yang dilakukan antar pesanggem di Desa Singget, Jegong, dan Jati. Dengan sistem tanam tumpangsari pesanggem mampu menjaga pohon jati agar kelestariannya tetap terjaga. Interaksi terhadap lokasi penelitian pada bidang pangan paling tinggi intensitasnya dilakukan oleh masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan, sehingga masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan cenderung lebih banyak melakukan aktifitas di dalam kawasan dalam pengelolaan ladang dibandingkan masyarakat yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh.

Bahan Pangan Protein Hewani

(26)

14

Bahan Pangan Buah dan Sayuran

Bahan pangan buah dan sayuran didapatkan dari hutan yang tumbuh secara liar dan budidaya di kawasan BKPH Kemadoh. Bahan pangan buah dan sayuran sebagian besar didapatkan dari membeli, namun ada beberapa masyarakat yang melakukan budidaya sendiri. Lokasi pembudidayaan buah dan sayuran terletak di pekarangan rumah dan pematang sawah seperti pisang, mangga, bayam, dan daun ketela. Masyarakat melakukan konsumsi terhadap sayuran setiap hari namun untuk konsumsi buah dilakukan pada saat musim panen, sehingga kebutuhan sayuran dan buah sebagian besar terpenuhi dengan membeli di pasar atau pedagang keliling.

Untuk pemanfaatan bahan pangan sayuran banyak dilakukan di Dusun Jegong dan Dusun Kemadoh, Desa Jegong serta Dusun Jati, Desa Jati. Hal ini dikarenakan lokasi dusun ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan serta akses yang mudah menuju kawasan hutan. Sementara pemanfaatan terhadap buah dilakukan oleh semua desa di sekitar BKPH kemadoh. Untuk pemanfaatan terhadap buah dan sayuran hanya dilakukan pada saat tersedianya bahan tersebut dan merupakan kegiatan tambahan pasca berladang di mbaon. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sawitri et al. (2011) adalah Pohon buah-buahan lokal tersebut dipanen dari hutan, dikelola dalam hutan atau setengah dibudidayakan di pekarangan atau di kebun rakyat. Kebutuhan sayuran dan buah pada ketiga desa di sekitar BKPH Kemadoh dipenuhi dengan membeli di pasar atau tempat lainnya. Adapun jenis buah dan sayuran yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4 Daftar jenis tumbuhan yang diamanfaatkan sebagai bahan pangan sayuran dan buah oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh

No Nama l

Nama Ilmiah Bagian yang digunakan

2 Wangon Olax scandens Daun Sayur HP 2

3 Kunci Gastrochillus

5 Cabe Capsium frutescens Buah Sayur HP, LP 2, 3

6 Kare Xanthophyllum

eurhynchum

Daun Sayur HP 3

7 Pisang Musa acuminata Buah Buah HP, LP 1, 2, 3 Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi

1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati

(27)

15 Jati memanfaatkan buah dan sayuran berdasarkan wawancara dengan masyarakat ada keinginan untuk mengkonsumsi makanan yang sudah jarang diperjualbelikan, sehingga masyarakat berusaha mencari ke kawasan BKPH Kemadoh.

Kebutuhan Air

Air merupakan kebutuhan pokok yang keberadaannya sangat penting untuk keberlangsungan hidup. Masyarakat sekitar BKPH Kemadoh memenuhi kebutuhan air dengan menggunakan sumur. Pada musim kemarau sumur menjadi kering, sehingga sebagian dusun yang terisolir atau jauh dari dusun lainnya mencari air ke desa yang masih menghasilkan air. Namun ada beberapa dusun yang mendapat bantuan air sesekali. Berdasarkan wawancara, air bantuan tersebut hanya cukup memenuhi untuk kebutuhan memasak sedangkan utuk kebutuhan lainnya masyarakat mencari ke desa lain yang masih menghasilkan sumber air. Kondisi air di kawasan BKPH Kemadoh banyak mengandung zat kapur sehingga panci yang digunakan untuk perebusan air sebagai pemenuhan kebutuhan air minum akan timbul kerak tebal. Kerak tebal yang menempel pada panci pasca perebusan air merupakan zat kapur yang terpisah dari air setelah dipanaskan dengan suhu tertentu.

Wilayah hutan di BKPH Kemadoh cukup banyak memiliki aliran sungai namun sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas air sungai di kawasan BKPH Kemadoh cenderung kurang baik untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang tinggi serta warna air yang keruh. Menurut Damsar (2002) konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Sehingga hampir semua masyarakat menggunakan sumur sebagai pemenuhan kebutuhan air karena berhubungan dengan selera dan gaya hidup.

Bahan Pakaian

Bahan pakaian merupakan bahan yang digunakan dalam sehari-hari atau dalam acara tertentu. Untuk pemenuhan kebutuhan pakaian masyarakat mendapatkannya dari membeli, sehingga tidak ada pemanfaatan sumberdaya hutan BKPH Kemadoh yang digunakan sebagai bahan pakaian. Cara berpakaian masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati tidak terdapat perbedaan yang nyata. Dari ketiga desa tersebut sudah cenderung modern dalam menggunakan pakaian. Karena mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai petani maka pakaian yang digunakan untuk ke sawah atau mbaon cenderung tidak menjadi perhatian. Bahan Rumah

(28)

16

menyisakan sedikit pekarangan yang sebagian terdapat tanaman peneduh atau taman hias depan rumah. Tanaman peneduh berupa mangga dan pisang, sementara untuk tanaman sayuran yang ditanam adalah jenis yang dimanfaatkan setiap hari apabila masih ada stok.

Bahan Arang

Pengarangan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat di BKPH Kemadoh dengan melakukan pembakaran sumberdaya hutan berupa kayu jati (T. grandis) untuk digunakan sebagai energi lanjutan. Enegi lanjutan tersebut berupa: arang untuk digunakan diperbengkelan dan energi lain seperti pembuatan sate dan jagung bakar. Pengarangan hanya dilakukan pada Desa Jati dan Desa Singget dengan bahan baku utama adalah jati (T. grandis). Pembuatan arang di Desa Jati dilakukan di Dusun Kayen sementara di Desa Singget dilakukan di Dusun Tlogo, Ngelinggo, Setren, Kayen, dan Sumberan. Sebagian besar dusun tersebut merupakan dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan, sehingga aksesibilitas untuk masuk dalam kawasan juga mudah serta jarak yang tidak terlalu jauh menuju kawasan hutan.

Terdapat perbedaan lokasi pembuatan arang pada kedua desa tersebut. Pada Desa Jati pembuatan dilakukan pada skala rumah tangga dengan bahan yang didapatkan di lokasi penelitian. Untuk pembuatan dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu minggu tergantung dari kesediaan bahan yang sudah dikumpulkan. Pembuatan arang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sehingga terdapat pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan baik dalam pekerjaan ladang, pengambilan rumput, dan pengambilan rencek. Pembuatan arang pada skala rumah tangga ini dimulai pagi hari untuk pembakaran dan sore hari dilakukan pemadaman serta tahap dimasukkan dalam karung. Sementara di Desa Singget pembuatan arang dilakukan pada kawasan penelitian tepatnya pada plot tebang seperti tersaji dalam Gambar 4. Pembuatan arang dimulai dari pagi hari sampai siang hari. Pada umumnya pembuatan arang di lokasi petak tebang dilakukan oleh perempuan sementara yang melakukan pengangkutan adalah anak atau laki-laki/suami dengan menggunakan sepeda motor. Harga penjualan untuk satu karung berukuran besar adalah Rp30 000. Adapun pemanfatan terhadap bahan arang yang dilakukan masyarakat tersaji dalam Gambar 4.

(29)

17 Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan kayu yang digunakan sebagai salah satu bahan energi rumah tangga. Pemanfaatan bahan bakar ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Bahan bakar yang dimanfaatkan masyarakat cukup bervariasi mulai dari tanaman pokok yaitu jati (T. grandis) dan tanaman rimba. Masyarakat cenderung melakukan pemanfaatan yang berlebih dan bebas, sehingga sering terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Pihak KPH Randublatung sebenarnya tidak melakukan larangan untuk melakukan perencekan, asalkan tidak melakukan penebangan. Perencekan merupakan kegiatan pengambilan kayu yang dimanfaatkan sebagai energi panas oleh masyarakat sekitar lokasi penenlitian. Perencekan dilakukan apabila ada petak tebang dan pada ranting yang lapuk. Namun pada kegiatan perencekan ketika melakukan eksplorasi di lapang pada petak tebang terdapat ketimpangan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, sehingga yang mempunyai kendaraan serta fisik yang kuat akan cenderung lebih banyak untuk mengambil ranting sisa penebangan untuk digunakan sebagai kayu bakar atau untuk dijual sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Adapun pemanfaatan terhadap kayu bakar tersaji dalam Gambar 5.

Gambar 5 Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu bakar atau perencekan

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak diminati oleh masyarakat. Selain digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari kayu bakar juga digunakan untuk menambah pendapatan masyarakat dengan menjual kayu bakar ke pengepul atau dijual langsung ke konsumen. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Birgantoro dan Nurrochmat (2007) di KPH Banyuwangi Utara, bahwa kayu bakar juga digunakan sebagai pemenuhan selain itu juga dijual sebagai pendapatan tambahan. Harga per ikat kayu bakar dengan diameter 75 cm adalah Rp25 000. Kegiatan penjualan kayu bakar (rencek) ini berdasarkan wawancara dengan masyarakat dan pengepul banyak dilakukan pada musim kemarau karena selain akses jalan yang mudah, masyarakat juga memiliki waktu luang banyak untuk melakukan perencekan. Sementara pada musim penghujan selain akses yang susah, masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani banyak melakukan aktivitas di sawahnya masing-masing.

(30)

18

itu, ada juga masyarakat yang memanfaatkan kayu bakar/rencek dengan cara dipikul/digendong dengan berjalan kaki. Pengangkutan dengan menggunakan sepeda motor dalam sehari bisa mengangkut 3-5 ikat tergantung dari luasan petak yang ditebang dan banyaknya masyarakat yang mengambil rencek/kayu bakar serta jarak antara petak tebang dengan rumah masyarakat. Sementara yang melakukan pemanfaatan rencek/kayu bakar dengan dipikul/digendong dalam sehari bisa 1-2 ikat. Untuk ukuran ikatannya sendiri cenderung lebih besar yang melakukan pengangkutan dengan menggunakan sepeda motor. Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa kayu bakar ini mayoritas dilakukan oleh kaum laki-laki akan tetapi masih ada sebagian kecil yang melakukan adalah perempuan. Adapun jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Bagian yang digunakan

1 Jati Tectona grandis Kayu Kayu bakar HP 1, 2, 3

2 Saga Adenanthera

pavonina Kayu Kayu bakar HP

1, 2, 3

3 Mahoni Swietenia

macrophylla Kayu Kayu bakar HP

1, 2, 3

4 Kesambi Schleicera

oleosa Kayu Kayu bakar HP

1, 2, 3

5 Klirisidi Eupatorium

palescens Kayu Kayu bakar HP

1, 2, 3

6 Kelanding Leucaena

leucocephala Kayu Kayu bakar HP

1, 2, 3

Keterangan: HP : Hutan Produksi , LP: Lahan Pribadi 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati

Hasil sumberdaya hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk kayu bakar di BKPH Kemadoh adalah Jati (T. grandis) yang didapatkan dari areal BKPH Kemadoh. Selain didapatkan dari hutan produksi sebagian kecil masyarakat di pematang sawahnya masing-masing atau di lahan pekarangan rumah juga sudah ada yang menanam jati (T. grandis) sebagai pelindung rumah dari angin, namun untuk pemanfaatannya belum dilakukan karena umur yang masih muda. Selain jati (T. grandis) masyarakat juga memanfaatkan tanaman rimba. Adapun jenis kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam Tabel 5. Selain menjadi komoditi utama, jati (T. grandis) termasuk kayu yang awet digunakan sebagai energi panas.

(31)

19 kelestarian produksi. Sehingga perlu adanya pengawasan yang lebih intensif serta perlu evaluasi terhadap pengelolaan yang sudah dilakukan.

Pada ketiga desa tersebut bentuk pemanfaatan dan cara pengambilan relatif sama namun pada dusun yang berbatasan langsung dengan areal BKPH Kemadoh cenderung lebih berani melakukan pengambilan kayu secara illegal. Hal ini terlihat selama penelitian, ada masyarakat yang tertangkap sedang malakukan pemblandongan. Blandong merupakan kegiatan pengambilan kayu secara illegal. Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola, sering terjadi kegiatan blandong apalagi disaat sumber pendapatan mulai menurun. Maka alternatif lain dari masyarakat adalah mencari kayu di areal BKPH Kemadoh. Tingkat kebutuhan yang tinggi menyebabkan masyarakat berani melakukan pemblandongan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Obat-obatan

Tumbuhan obat merupakan jenis tumbuhan yang dipercaya oleh masyarakat secara turun temurun atau yang sudah teruji medis dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden berdasarkan tujuan pemanfaatannya, pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat dibagi menjadi 2 (dua) tujuan yaitu tujuan penyembuhan penyakit dan dijual sebagai tambahan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Pemanfaatan tumbuhan obat ini dilakukan dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dengan sistem penanaman tumpangsari. Untuk tahapan pembudidayaan juga belum dilakukan dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai pembudidayaan tumbuhan obat yang memiliki potensi komersil. Jenis tumbuhan obat yang memiliki peluang komersil adalah Pulai (A. scholaris), pulai pandak (R. serpentina) dan kunci pepet (Kaempferia Sp). Sedangkan jenis obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan nilai komersialnya masih kecil adalah: lempuyang (Z. casumunar), sambiloto (A. paniculata), mimbo (A. indica), temu ireng (C. aeruginosa), kapulaga (A. cardamomum), dan brotowali (T. crispa). Kebutuhan terhadap obat dipenuhi oleh obat dari hasil membeli di pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) ataupun di warung terdekat, sehingga tidak ada ketergantungan masyarakat di ketiga desa tersebut terhadap hasil sumberdaya hutan untuk keperluan pengobatan.

(32)

20

Tabel 6 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan komersil oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh

No Nama Lokal Nama Ilmiah Macam penggunaan

3 Lempuyang Zingiber casumunar Obat Umbi HP 1, 2, 3 4 Sambiloto Andrographis

paniculata

Obat Daun HP 1, 2, 3

5 Pulai Alstonia scholaris Obat Kulit batang HP 1, 2

6 Mimbo Azadirachta indica Obat Daun HP 2

7 Secang Caesalpinia sappan Obat Kayu HP 2, 3

8 Temu Ireng Curcuma aeruginosa Obat Umbi HP, LP 1, 2 9 Kapulaga Amomum

cardamomum

Obat Buah HP 1, 2

10 Kunci pepet Kaempferia Sp Obat Umbi HP 1, 2, 3 11 Brotowali Tinospora crispa Obat Batang LP 2, 3

12 Jambu Psidium guajava Obat Daun HP, LP 2

13 Jati belanda Guazuma ulmifolia Obat Daun HP 2 14 Daun keteter Brugmansia arborea Obat Daun HP 2, 3 15 Tapak liman Elephantopus scaber Obat Seluruh

bagian tumbuhan

HP 2

16 Kayu rapet Parameria laevigata Obat Kulit batang HP 2 17 Kemuning Murraya paniculata Obat Daun HP 2, 3 18 Pulai pandak Rauvolfia serpentina Obat Akar HP 2, 3 Keterangan: 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati

HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi

(33)

21

Gambar 6 Bentuk pemanfaatan temulawak (C. xanthorriza) untuk obat dan komersil

Pakan Ternak

Masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh sebagian besar penduduknya memiliki hewan ternak berupa sapi dan kambing. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data monografi desa rata-rata kepemilikan hewan ternak berkisar 2-4 ekor per kepala keluarga. Selain dilakukan perawatan sendiri ada juga masyarakat yang melakukan pemeliharaan hewan ternak ke orang lain dengan sistem bagi hasil yaitu keuntungan dibagi sama rata antara pemilik dan pemelihara ternak. Banyaknya jumlah kepemilikan ternak ini sangat mempengaruhi terhadap tingkat pemanfaatan komoditi rumput sebagai pakan ternak (Gambar 7).

Gambar 7 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan pakan ternak dengan menggunakan sepeda dan berjalan kaki.

(34)

22

pakan ternaknya selama malam hari. Bentuk pemanfaatan terjadi sepanjang tahun dengan intensitas pemanfaatan yang berbeda setiap masyarakat.

Masyarakat mengambil rumput dilakukan dengan cara menggunakan sepeda, sepeda motor dan bahkan ada yang berjalan kaki (Gambar 7). Kegiatan pengambilan rumput ini mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi tidak jarang perempuan juga ikut mencari rumput untuk pemenuhan kebutuhan ternaknya. Pengambilan rumput yang dilakukan dengan jalan kaki pada umumnya dilakukan oleh perempuan dengan cara digendong di belakang punggung dengan menggunakan kain (jaret). Bentuk pengambilan rumput ini ada dua cara yaitu dengan bentuk ikatan dan dengan bentuk karung. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden dalam sehari masyarakat bisa mengambil 1-2 ikat atau karung, tergantung dari jumlah ternak yang dimiliki. Semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki atau dipelihara maka semakin banyak juga rumput yang akan diambil untuk pemenuhan pakan ternak. Jenis pakan ternak dimanfaatkan oleh masyarakat tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh

No Nama

1 Gamal Glirisidia sepium Daun Pakan ternak

3 Lamuran Polytrias amaura Seluruh bagian

Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati

(35)

23 tanaman pakan ternak berupa rumput gajah dan alang-alang. Hal ini dikarenakan jenis ternak yang masyarakat budidayakan mayoritas sama yaitu sapi dan kambing.

Pada ketiga desa tersebut pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pakan ternak relatif sama hanya saja berbeda untuk setiap jenis hewan yang dibudidayakan. Desa Singget adalah desa yang bekerjasama dengan pihak Perhutani dengan sistem PHBM berupa penanaman pakan hewan di areal BKPH Kemadoh. Untuk tingkat pengambilan rumput sudah terpusat pada kawasan BKPH kemadoh, sehingga di desa ini untuk budidaya rumput pada pematang sawah relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati.

Pendapatan Uang Tunai

Pendapatan uang tunai merupakan hasil penjualan dari sumberdaya hutan sebagai pendapatan pokok atau tambahan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara pendapatan tunai didapatkan dengan memanfaatkan sumberdaya hutan berupa: penjualan bahan pangan karbohidrat, kayu bakar, obat-obatan, arang, dan pekerja. Penjualan pangan karbohidrat pada umumnya banyak dilakukan pada musim panen dengan jumlah pendapatan tergantung dari luasan ladang yang dimiliki. Sementara untuk penjualan kayu bakar 1 (satu) ikatnya dengan diameter 75 cm dengan harga Rp25 000. Untuk penjualan obat-obatan tergantung dari jenisnya karena untuk setiap jenis memiliki harga yang berbeda. Untuk penjualan arang satu karungnya yang berisi 50 kg bila diisi beras Rp30 000 dan pekerja pembayaran dengan menggunakan sistem kubikasi dengan harga per kubik dari tebang sampai angkut sebesar Rp183 000. Jenis pekerjaan adalah sebagai buruh tebang, buruh angkat, buruh angkut, dan pegawai perhutani. Adapun bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai tersaji dalam Gambar 8.

Gambar 8 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai dari hasil penjualan sumberdaya hutan

(36)

24

masyarakat sekitar kawasan BKPH Kemadoh. Kegiatan kontribusi dilakukan dalam bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga apabila tidak dikontrol dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan BKPH Kemadoh. Kontrol dari pemerintah juga harus tepat agar tidak menimbulkan konflik baru antara pengelola dan masyarakat sekitar.

Menurut Ardiansyah (2008) semakin tinggi jumlah penduduk kerusakan terhadap sumberdaya hutan juga semakin tinggi. Penduduk di sekitar BKPH Kemadoh memiliki kepadatan yang tinggi. Hal ini diidentifikasikan dengan semakin sedikitnya lahan kosong baik untuk pertanian ataupun pekarangan serta intensitas masyarakat untuk memperluas kawasan dengan merambah lokasi penelitian. Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuhan kebutuhan yang bernilai komersil akan meningkatkan kerusakan terhadap sumberdaya hutan. Untuk melakukan penanggulangan terhadap kegiatan masyarakat tersebut pengelola sudah melakukan berbagai upaya diantaranya: pembentukan kelompok tani (pesanggem) pengelola lahan tumpangsari baik untuk bahan pangan, pakan ternak, dan bahan tumbuhan obat. Dengan adanya pembentukan organisasi tersebut diharapkan dapat menambah penghasilan masyarakat sehingga interaksinya terhadap kawasan berkurang. Namun pada kenyataanya masih ada beberapa masyarakat yang melakukan pencurian terhadap hasil hutan berupa kayu yang dilakukan secara individu ataupun berkelompok.

Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung

Bentuk pemanfaatan yang dilakukan masyarakat merupakan indikasi adanya ketergantungan masyarakat terhadap lokasi penelitian. Selain manfaat langsung yang didapatkan dengan adanya areal BKPH Kemadoh, masyarakat juga mendapatkan manfaat tidak langsung berupa: udara yang cukup bersih serta interaksi sosial di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah orang yang biasa melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan beraktivitas di lokasi penelitian. Besarnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan dapat dikaji dengan mengkaji dari hasil wawancara yang dilakukan tentang apa saja yang dimanfaatkan dari sub kebutuhan pokok masyarakat di lokasi penelitian. Selanjutnya penilaian dilakukan dengan membandingkan sejauh mana interaksi yang dilakukan pada lokasi penelitian yaitu hutan produksi. Untuk mengkaji tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lokasi penelitian serta jenis jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat dilakukan analisis skoring terhadap presentasi pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat.

(37)

25 penelitian. Tingkat ketergantungan yang terjadi perlu adanya pengawasan dari pihak pengelola karena akan mengancam pada kelestarian sumberdaya yang dimanfaatkan apalagi di lokasi penelitian terdapat pemanfaatan terhadap jenis langka yaitu pulai (A. scholaris) dan pulai pandak (R. serpentina). Adapun pemanfaatan perdesa disajikan dalam Tabel 8. Berdasarkan Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008) lokasi-lokasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dapat dianggap penting jika lokasi tersebut digunakan 50% atau lebih dari jumlah satu atau lebih kebutuhan dasar anggota komunitas untuk memenuhi kebutuhan subsistennya tanpa adanya alternatif lain yang terjangkau atau tidak dapat digantikan oleh barang-barang substitusi.

Desa Singget

Kebutuhan pangan berupa karbohidrat sebagian besar dipenuhi dari hasil budidaya pada lahan pertanian yang didapatkan pada musim penghujan. Masyarakat Desa Singget sebagian besar memiliki lahan pribadi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan terhadap karbohidrat berupa padi. Sementara bahan pangan berupa karbohidrat hasil budidaya di lokasi BKPH Kemadoh hanya dimanfaatkan sebagian kecil dan sisanya dijual sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Untuk protein hewani masyarakat mendapatkannya dari membeli dan acara adat berupa solidaritas antar saudara atau tetangga (weweh). Sementara sayuran dan buah, sebagian besar masyarakat mendapatkan dari membeli dan sebagian kecil hasil budidaya di sekitar rumah atau pada sawah di pematangnya serta mengambil ada areal tidak berhutan (Tabel 8), sehingga tidak terdapat ketergantungan Desa Singget terhadap sumberdaya hutan di sekitar BKPH Kemadoh dalam memenuhi kebutuhan pangan baik karbohidrat, protein hewani, buah dan sayuran.

Kebutuhan air di Desa Singget keseluruhan dipenuhi dari pembuatan sumur pada lokasi sekitar tempat tinggalnya (Tabel 8). Pada areal BKPH Kemadoh sebenarnya terdapat aliran sungai, namun untuk pemanfaatannya tidak bisa dilakukan karena sungai tersebut berupa sungai tadah hujan. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan warga Desa Singget terhadap air di kawasan BKPH Kemadoh.

Bahan non-pangan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dibagi menjadi 5 (lima) sub kebutuhan yaitu pakaian, rumah, alat rumah tangga, bahan arang, dan kayu bakar. Pakaian, rumah, dan peralatan rumah tangga secara keseluruhan masyarakat mendapatkan dari membeli, sedangakan untuk bahan arang hanya sebagian kecil masyarakat memanfaatkan arang secara keseluruhan bahan bakunya didapatkan pada areal berhutan di BKPH Kemadoh (Tabel 8). Pada saat terdapat petak tebang masyarakat berbondong-bondong membuat arang di lokasi petak tebang tersebut. Untuk kayu bakar masyarakat masih menggunakan kayu bakar sebagai alat memasak dan ada yang menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas), namun untuk pemanfaatan yang terbatas. Hal ini dikarenakan masih mahalnya harga LPG (Liquid Petroleum Gas) sehingga masyarakat Desa Singget lebih memilih kayu bakar sebagai alat memasak. Selain itu ada beberapa masyarakat yang takut dalam menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas). Dengan demikian tidak ada ketergantungan terhadap bahan-bahan pakaian, rumah, peralatan rumah tangga, dan bahan arang terhadap sumberdaya hutan di BKPH

(38)

Tabel 8 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh

Kebutuhan

Sumber (Skor)

Keterangan BKPH Kemadoh Di Luar BKPH Kemadoh

Areal berhutan Areal

Masyarakat menanam padi di lahan milik pribadi pada musim penghujan.

Selain membeli sebagian kecil budidaya dan mengambil di areal tidak berhutan.

A

n Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0 Sumber utama pakaian adalah membeli

Rumah

0 0 0 0 4 0 0 0 Semua keperluan rumah diperoleh dari

membeli Bahan Rumah

tangga 0 0 0 0 4 0 0 0

Mayoritas peralatan rumah tangga membeli

Bahan arang 2 0 0 0 0 0 0 0 Bahan arang dipenuhi areal berhutan

Bahan bakar

3 0 0 0 2 0 0 0

Masyarakat masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dan sebagian menggunakan LPG

Obat-obatan

0 0 0 0 3 0 0 0

Obat-obatan diperoleh dari sarana kesehatan yang ada atau warung sekitar

Pendapatan tunai dengan menjual sumberdaya hutan berupa bahan pangan, kayu bakar, arang, obat, dan bekerja.

(39)

Kemadoh, akan tetapi terdapat ketergantungan kayu bakar di Desa Singget terhadap kawasan BKPH Kemadoh.

Pemenuhan kebutuhan terhadap obat-obatan masyarakat Desa Singget sebagian besar dipenuhi dari obat hasil membeli di puskesmas atau warung setempat. Masyarakat cenderung mengambil langkah praktis dalam menyembuhkan penyakit, sehingga sumberdaya hutan berupa obat-obatan tidak lagi dimanfaatkan sebagai penyembuhan penyakit. Pada Desa Singget tidak ada ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa obat-obatan di BKPH Kemadoh.

Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dilakukan oleh masyarakat di Desa Singget. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat Singget memiliki hewan ternak berupa sapi dan sebagian kecil kambing, sehingga dalam pemenuhan pakan terhadap hewan ternak, masyarakat sering mencari rumput di areal berhutan di BKPH Kemadoh. Selain Desa Singget merupakan desa binaan perhutani berupa mbaon rumput yang berada di areal tidak berhutan, sehingga menyebabkan masyarakat sering memasuki kawasan untuk pemenuhan pakan ternak. Dengan demikian ada ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan berupa pakan ternak dalam memenuhi pakan ternaknya.

Tingkat pemanfaatan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan berdasarkan Alikodra (1983) diacu dalam Soekmadi (1987) disebabkan oleh pendidikan masyarakat yang rendah, pemilikan lahan yang sempit, dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Desa Singget memiliki tigkat pendidikan yang rendah dibandingkan desa lain yang berada di sekitar BKPH Kemadoh sehingga tingkat pemanfaatan yang lebih besar dibandingkan desa lain. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya ketergantungan terhadap sumbedaya hutan berupa kayu bakar dan pakan ternak.

Sumber pendapatan uang tunai masyarakat Desa Singget ada tiga yaitu hasil budidaya, bekerja, dan hasil penjualan sumberdaya hutan baik berupa arang, ataupun kayu bakar. Skor tertinggi dalam pendapatan uang tunai adalah dari hasil budidaya di lahan pribadi dengan mengandalkan musim (Tabel 8). Apabila musim penghujan akan ditanami padi selama 2 (dua) kali masa panen dan musim kemarau untuk jenis yang ditanam bervariasi yaitu kedelai, jagung, tembakau, dan kacang hijau. Untuk pendapatan uang tunai hasil bekerja didapatkan baik hasil bekerja dibidang pertanian, swasta ataupun pegawai negeri, sehingga tidak ada ketergantungan di Desa Singget terhadap sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai di BKPH Kemadoh.

Desa Jegong

Kebutuhan pangan di Desa Jegong terhadap karbohidrat tidak jauh berbeda dengan Desa Singget. Masyarakat sebagian besar mengkonsumsi beras sebagai pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Bahan pangan karbohidrat diperoleh masyarakat dari hasil budidaya di sawah ketika musim penghujan. Bahan pangan protein hewani diperoleh masyarakat dari 2 (dua) sumber yaitu membeli dan acara adat berupa solidaritas antar saudara atau tetangga (weweh). Membeli merupakan sumber terbesar untuk memperoleh protein hewani. Untuk bahan pangan sayuran dan buah, masyarakat Desa Jegong memperoleh dari budidaya dan membeli (Tabel 9). Membeli juga merupakan sumber terbesar untuk memperoleh bahan pangan sayuran dan buah, sehingga tidak terdapat ketergantungan di Desa Jegong

(40)

Tabel 9 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh

Kebutuhan

Sumber (Skor)

Lainnya Keterangan

BKPH Kemadoh Di Luar BKPH Kemadoh Areal

Protein hewani sebagian besar didapatkan dari membeli dan ada sebagian kecil dari weweh

Sayuran dan

buah 0 0 0 1 3 0 0 0

Buah dan sayuran didapatkan dari membeli, dan sebagian kecil budidaya di sekitar rumah

A

ir Minum dan kebutuhan

lainnya

0 0 0 0 0 0 0 4

Kebutuhan air semuanya dipenuhi oleh sumur

Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0 Sumber utama pakaian adalah membeli

Rumah

Bahan arang 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak ada aktivitas pembuatan arang

Bahan bakar

2 0 0 0 3 0 0 0 Ada yang sudah menggunakan LPG tetapi

tetap menggunakan kayu bakar Obat-obatan

0 0 0 0 3 0 0 0 Obat-obatan diperoleh dari sarana kesehatan

yang ada atau warung sekitar desa Pakan Ternak

Pendapatan uang tunai paling banyak dengan bekerja serta budidaya dan sebagian kecil hasil penjualan komersil dari bahan pangan, obat, rencek.

(41)

terhadap sumberdaya hutan berupa kebutuhan pangan di BKPH Kemadoh baik bahan pangan karbohidrat, protein hewani, sayuran dan buah.

Kebutuhan terhadap air pada Desa Jegong diperoleh secara keseluruhan pada sumur yang terdapat pada sekitar tempat tinggal tersebut. Pada kawasan BKPH Kemadoh sebenarnya terdapat sungai tadah hujan namun untuk pemanfaatannya tidak dilakukan oleh masyarakat karena kondisi air yang tidak sesuai. Dengan demikian tidak ada ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa kebutuhan air di BKPH Kemadoh.

Bahan pakaian, bahan rumah, dan bahan peralatan rumah tangga masyarakat Desa Jegong seluruhnya memperoleh dari hasil membeli (Tabel 9). Untuk bahan bakar masyarakat Desa Jegong mendapatkannya dari dua sumber yaitu areal berhutan di BKPH Kemadoh dan membeli. Secara keseluruhan masyarakat membeli LPG, namun selain menggunakan LPG masyarakat juga menggunakan kayu bakar sebagai perebus air untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat relatif lebih maju dibandingkan dengan masyarakat Desa Singget. Penggunaan kayu bakar bertujuan agar masyarakat bisa menghemat penggunaan LPG. Untuk bahan arang di desa ini masyarakat tidak ada yang melakukan pembuatan arang adapun kebutuhan arang dipenuhi dengan membuat sendiri dengan kayu bakar dan habis dalam sekali penggunaan. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa bahan pakaian, rumah, peralatan rumah tangga, dan kayu bakar di BKPH Kemadoh.

Kebutuhan terhadap obat-obatan di Desa Jegong sebagian besar diperoleh dari membeli dari Puskesmas atau warung terdekat. Jenis obat yang dikonsumsi juga berdasarkan pengetahuan masyarakat serta informasi antar masyarakat yang lain. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap sumberdaya hutan berupa obat-obatan di BKPH Kemadoh.

Masyarakat Desa Jegong sebagian besar memiliki hewan ternak sapi dan sebagian kecil kambing. Untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternaknya masyarakat desa ini sering keluar masuk kawasan BKPH Kemadoh, walaupun ada sebagian kecil yang melakukan budidaya pakan ternak pada pematang sawah dan sekitar tempat tinggal masing-masing. Dengan demikian terdapat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa pakan ternak di BKPH kemadoh khususnya pada areal berhutan.

Pendapatan uang tunai masyarakat Desa Jegong terdapat tiga sumber yaitu areal berhutan di BKPH kemadoh, budidaya, dan bekerja (Tabel 9). Sebagian besar masyarakat Desa Jegong memperoleh pendapatan uang tunai dari bekerja baik bekerja sebagai pekerja di bidang pertanian, wiraswasta, ataupun pegawai negeri. Mata pencaharian masyarakat Desa Jegong sudah tidak bergantung dengan sumberdaya hutan karena Desa Jegong memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan Desa Singget yang sebagian besar tamatan SD. Adapun pendapatan dari budidaya berasal dari budidaya ternak dan budidaya bahan pangan di sawah ataupun mbaon, sehingga tidak terdapat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai di BKPH Kemadoh.

Gambar

Tabel 1  Jenis data yang dikumpulkan dalam  penelitian
Tabel 2  Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh
Gambar 1.
Gambar 2  Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan di sekitar BKPH Kemadoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seven aspects of bias are excessive optimism, representativeness, overconfidence, herding effect, availability, confirmation, and framing in making life insurance purchasing

Menjawab pertanyaan tentang materi : Variasi Gerak Dasar Permainan Bola Kecil (Kasti)yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia., namun penelitian tidak berhasil membuktikan

Variabel-variabel dalam penelitian ini yang meliputi variabel independen (eksogen, bebas) yaitu gaya kepemimpinan (X1), motivasi (X2), disiplin (X3), dan variabel

Dalam keputusan ini Menteri Dalam Negeri menegaskan bahwa lima desa yang dipersengketakan antara kabupaten Kampar dengan Kabupaten Rokan Hulu berada dalam wilayah

Yang dimaksud dengan isi wimba adalah objek yang digambar, cara wimba adalah bagaimana objek tersebut digambarkan (tampak samping atau tampak depan, besar atau kecil dan

Untuk mencari makna yang terkandung dalam foto-foto jurnalistik pada.. penelitian kali ini, penulis menggunakan pendekatan

Keadaan ini karena konsumen memiliki persepsi yang negatif terhadap salesman itu sendiri sehingga berdampak pada volume penjualan produk untuk perusahaan yang menggunakan