KARA NISA SURYA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
KAJIAN
ENTREPRENEURIAL MARKETING
TERHADAP
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Kara Nisa Surya
iv
ABSTRAK
KARA NISA SURYA. Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. Di bawah bimbingan MA’MUN SARMA.
Pengembangan dan keberlanjutan UMKM belakangan ini menjadi fokus pihak pemerintah hingga institusi pendidikan. Hal ini terkait peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian negara, namun UMKM memiliki masalah terkait pemasaran. Pengembangan entrepreneurial marketing dirasa sesuai dengan usaha pada tahap awal. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh
entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha khususnya di bidang kuliner. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara lalu diolah menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian didapatkan bahwa entrepreneurial marketing dapat mencapai keberlanjutan usaha dengan melalui tahapan pengembangan usaha terlebih dahulu. Pengaruh langsung yang diberikan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha sejumlah 63.2%. Selanjutnya pengaruh langsung pengembangan usaha terhadap keberlanjutan usaha sejumlah 44%.
Kata kunci : entrepreneurial marketing, keberlanjutan usaha, pengembangan usaha, usaha kuliner
ABTRACT
KARA NISA SURYA. Study of Entrepreneurial Marketing towards Development and Sustainability on Culinary SMEs at Depok City. Supervised by MA’MUN SARMA.
The development and the sustainability of SMEs have recently become the focus of the government and education institutions. This is related to the role of SMEs which have a big contribution to the country's economy, but SMEs face a marketing related issues. The development of entrepreneurial marketing is considered in accordance with the business at an early stage. This study was conducted to analyze the effect on the development of entrepreneurial marketing and business sustainability, especially in culinary. The used data was primary data that obtained from interviews and analyzed by using Structural Equation Modeling (SEM) analysis tools through a Partial Least Squares (PLS) approach. The results showed that entrepreneurial marketing can achieve business sustainability through business development first. The direct impact that entrepreneurial marketing give for the business development is 63.2%. Furthermore, the direct impact of business development for the business sustainability is 44%.
KAJIAN
ENTREPRENEURIAL MARKETING
TERHADAP
PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN
UMKM KULINER DI DEPOK
KARA NISA SURYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok
Nama : Kara Nisa Surya
NIM : H24100144
Disetujui oleh
Dr Ir Ma’mun Sarma, MS, MEc
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha serta menjadikan faktor-faktor yang mempengaruhi
entrepreneurial marketing sebagai implikasi manajerial bagi usaha kuliner. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS MEc selaku dosen pembimbing. Disamping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, kakak, dua adik serta seluruh keluarga, dosen beserta staf Departemen Manajemen, sahabat-sahabat, teman-teman di Manajemen 47, para responden, dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Mei 2014
Kara Nisa Surya
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Entrepreneurial Marketing 3
Usaha Mikro Kecil dan Menengah 4
Usaha Kuliner 4
Pengembangan Usaha 5
Keberlanjutan Usaha 5
METODE 5
Kerangka Pemikiran Penelitian 5
Hipotesis 6
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian 7
Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel 7
Metode Pengumpulan Data 7
Pengujian Kuesioner 7
Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Analisis Deskriptif 8
Karakteristik Pemilik Usaha UMKM Kuliner di Depok 8
Profil UMKM Kuliner di Depok 10
Analisis SEM PLS 11
Analisis Outer Model 12
x
IMPLIKASI MANAJERIAL 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
DAFTAR TABEL
1 Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan 3
2 Kriteria UMKM 4
3 Analisis korelasi chi-square 11
4 Keterangan indikator EM, PU, dan KU 12
5 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif 14
6 Nilai analisis inner model vs standar 16
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan UMKM Kota Depok 1
2 Kerangka pemikiran penelitian 6
3 Karakteristik pemilik usaha UMKM Kuliner Depok 9
4 Profil UMKM Kuliner Depok 10
5 Model awal penelitian 12
6 Model akhir penelitian 13
7 Bootstrapping 17
8 Model tahapan entrepreneurial marketing terhadap PU dan KU 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian 23
2 Hasil uji validitas 27
3 Hasil uji reliabilitas kuesioner 28
4 Karakteristik responden dan profil usaha 29
5 Hasil tabulasi silang 30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2008 dunia mengalami krisis ekonomi yang berat, hal tersebut cukup berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Namun Indonesia mampu bertahan bahkan perekonomian saat itu semakin meningkat. Pada tahun 2011 dari angka pertumbuhan ekonomi nasional 6.5%, 60% perekonomian negara ini merupakan kontribusi dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ini salah satu bukti bahwa UMKM cukup berperan besar bagi perekonomian Negara Indonesia karena UMKM sudah terbukti menjadi benteng kokoh saat perekonomian negara diterpa krisis. Oleh karena itu, pengembangan dan keberlanjutan UMKM senantiasa menjadi perhatian berbagai pihak baik pemerintah maupun berbagai institusi pendidikan.
Salah satu kota yang mengalami pertumbuhan UMKM yang pesat adalah Kota Depok. Hingga tahun 2011 tercatat 15.067 UMKM yang tersebar di sebelas kecamatan, walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2011 seperti yang terlihat pada Gambar 1, namun pada usaha mikro dan kecil terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya.
Gambar 1 Pertumbuhan UMKM Kota Depok (Sumber : Dinas Koperasi, UMKM,dan Pasar Kota Depok, diolah 2014)
Melihat pertumbuhan ekonomi Kota Depok yang mencapai 7.1%, pada tahun 2012 (lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat yang hanya 6.2%) dan indeks daya beli masyarakat sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan tersebut, maka dapat dikatakan potensi berkembang dan majunya usaha di Kota Depok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat menjanjikan adalah usaha kuliner.
2
jumlah UMKM Kuliner mengalami pertumbuhan sebesar 24.76% pada tahun 2012 dan terus meningkat hingga tahun 2014. Pertumbuhan yang pesat ini membuat para pebisnis kuliner bersaing ketat . Ketatnya persaingan pasar di bisnis kuliner, menuntut para pelakunya untuk bisa lebih kreatif dan inovatif. Selain inovatif, pemasaran yang baik juga dibutuhkan dalam usaha agar dapat bersaing. Sesuai dengan pernyataan Zimmerer et al. (2002) perusahaan yang memperhatikan dan melayani kebutuhan konsumennya akan lebih berhasil dibanding perusahaan yang mengabaikannya. Namun, pada umumnya pemasaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh UMKM di negara-negara berkembang (Aziz 2009). Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran yang tepat untuk UMKM.
Menurut pandangan Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002)
entrepreneurial marketing merupakan pemasaran dalam tahap perkembangan awal sebuah bisnis. Sehingga dinilai lebih sesuai dengan permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang ada pada UMKM. Selain itu, Stokes dalam Sarma (2013) juga mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai sebuah sikap proaktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan yang inovatif untuk mengelola resiko, mengoptimalkan sumberdaya dan menciptakan nilai.
Peningkatan kemampuan dalam menerapkan entrepreneurial marketing
dirasa dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM. Pengembangan dan keberlanjutan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang satu arah, dimana pengaruh akan dilihat dari tahap pengembangan menuju keberlanjutan usaha dan tidak secara sebaliknya. Mengingat pentingnya pengembangan UMKM serta keberlanjutannya khususnya bagi perekonomian negara, maka perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai konsep
entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha pada UMKM Kuliner khususnya.
Rumusan Masalah
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan pemasaran berbasis kewirausahaan (entrepreneurial marketing) terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha. Berikut adalah rumusan masalah pada penelitian kali ini : (1) Bagaimana karakteristik pemilik usaha dan profil UMKM Kuliner di Depok? (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok? (3) Bagaimana tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok?
Tujuan Penelitian
3
keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok (3) Menyusun tahapan entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis maupun praktis sebagai berikut : (1) Secara Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek keilmuan pemasaran dan manajemen usaha khususnya bagi pengembangan entrepreneurial marketing. (2) Secara Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan kepada para pemilik UMKM Kuliner di Kota Depok serta bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian difokuskan pada kajian entrepreneurial marketing
pada UMKM Kuliner di Kota Depok yang mana variabel-variabel yang akan diteliti adalah entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah para pemilik UMKM Kuliner di Depok.
TINJAUAN PUSTAKA
Entrepreneurial Marketing
Stokes et al.dalam Sarma (2013) mendefinisikan entrepreneurial marketing
sebagai sebuah sikap proaktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan yang inovatif untuk mengelola resiko, mengoptimalkan sumberdaya, dan menciptakan nilai. Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan Prinsip
Pemasaran
Pemasaran Tradisional Pemasaran Kewirausahaan (Entrepreneurial Marketing) Konsep Berorientasi konsumen
(dorongan pasar) pengembangan produk melalui penilaian formal
Berorientasi inovasi (dorongan ide) taksiran intuitif tentang kebutuhan pasar
Strategi Pendekatan top down (segmentation, targeting, dan positioning)
Pendekatan bottom up dari konsumen dan kelompok pengaruh lainnya
4
Pada prinsip konsep membahas mengenai orientasi bisnis, entrepreneurial marketing lebih kepada menciptakan kebutuhan pasar dibandingkan memenuhi kebutuhan pasar. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing
mempraktikkan pendekatan bottom-up yaitu mengidentifikasi peluang pasar kemudian mengujinya melalui proses trial and error, setelah itu mulai melayani kebutuhan pelanggan dan memperluasnya dengan melakukan kontak langsung sehingga diperoleh informasi mengenai kebutuhan dan preferensi mereka.
Pada prinsip metode atau tingkat taktis, para pelaku usaha lebih memilih metode pemasaran interaktif dibandingkan model 4P atau 7P (product,place, price, promotion, process, people, dan physical evidence). Melalui pemasaran interaktif, mereka berusaha untuk berkontak langsung dengan pelanggan (dapat melalui personal selling) dan selanjutnya hasil interaksi dapat ditingkatkan dengan pemasaran word of mouth. Pada prinsip yang terakhir yaitu inteligensi pasar, hal ini berkaitan dengan pemantauan lingkungan pemasaran. Pengusaha skala kecil lebih memilih untuk menggunakan metode tidak resmi seperti pengamatan pribadi dibanding riset formal.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Badan Pusat Statistik (BPS) membagi perusahaan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerjanya yakni suatu usaha diklasifikasikan sebagai usaha mikro apabila memperkerjakan 1-4 orang tenaga kerja, usaha kecil dengan 5-19 orang tenaga kerja, dan usaha menengah dengan 20-99 orang tenaga kerja. Sedangkan usaha dengan jumlah 100 orang atau lebih tenaga kerja digolongkan ke dalam usaha besar.
Berbeda dengan BPS, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berlaku saat ini didasarkan kepada nilai kekayaan bersih dan nilai hasil penjualan sebagaimana tertera pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria UMKM No. Uraian
Kriteria
Aset (Kekayaan besih) Omzet (Hasil Penjualan Tahunan)
1. Usaha Mikro Maksimal 50 Juta Maksimal 300 Juta 2. Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Milyar 3. Usaha Menengah >500 Juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar Sumber :Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
Usaha Kuliner
5
Pengembangan Usaha
Menurut Achma (2004) terdapat empat tahap pengembangan yang akan dilalui UKM yaitu tahap memulai usaha (start-up), tahap pertumbuhan (growth),
tahap perluasan (expansion), dan sampai akhirnya merambah ke luar negeri (going overseas). Banyak cara untuk memperluas dan memperbesar usaha, diantaranya adalah dengan penetrasi pasar, perluasan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi produk dan pasar. Menurut Suryana (2011) teori dynamic dan
resource-based strategy sangat sesuai bila diterapkan pada pengembangan UKM nasional. Sumber daya perusahaan yang dapat dikembangkan adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kemampuan dan pengetahuannya), modal, dan warisan bakat keahlian. Selain itu Utami (2007) merekomendasikan dua hal dalam strategi pengembangan usaha (1) peningkatan kualitas perilaku usaha dan kemandirian usaha, serta (2) adanya kelembagaan usaha dengan dukungan dari pemerintah daerah dan lain-lainnya.
Keberlanjutan Usaha
Keberlanjutan adalah tentang memastikan keberhasilan bisnis jangka panjang dengan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, lingkungan yang sehat dan masyarakat yang stabil. Ada tiga elemen proses keberlanjutan berkaitan dengan akuntabilitas, transparansi dan keterlibatan dengan para pemangku kepentingan. Berikut adalah faktor-faktor keberlanjutan untuk UKM dan pengusaha lokal (SA; IFC; EI 2012) : (1) Perbaikan proses lingkungan, (2) pertumbuhan ekonomi lokal (3) Keterlibatan pemangku kepentingan, (4) Manajemen sumber daya manusia, (5) pemerintahan dan sistem manajemen (6) Pengembangan komunitas dan (7) Produk yang ramah lingkungan.
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
UMKM Kuliner merupakan salah satu usaha yang paling populer dan potensial di Kota Depok. Namun banyaknya usaha-usaha sejenis menuntut pelaku usaha untuk melakukan pemasaran yang baik demi keberhasilan usahanya. Pada kenyataannya, hingga saat ini banyak UMKM yang mengalami masalah dalam pemasaran sehingga menghambat pengembangan usahanya. Hal ini menimbulkan keinginan untuk melihat apakah konsep entrepreneurial marketing memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha, serta bagaimana karakteristik pemilik usaha serta profil UMKM Kuliner di Depok.
6
entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha. Sedangkan untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing berdasarkan empat komponen yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner, menggunakan alat analisis
Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil dari penelitian ini berupa tahapan entrepreneurial marketing
terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM serta implikasi manajerial yang disarankan bagi pemilik UMKM kuliner.
: Menjelaskan teknik analisis yang digunakan Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian dan dibuktikan melalui pengujian pada data yang terkumpul (Arikunto dan Suharsini 2002). Berdasarkan kerangka konseptuan dan kajian pustaka terdahulu maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah :
1. Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan UMKM Kuliner di Depok.
2. Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok.
3. Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok.
Dibutuhkan pemasaran yang sesuai dengan karakteristik UMKM
Analisis
Tahapan entrepreneurial marketing dan Implikasi manajerial melalui pendekatan empat komponen entrepreneurial marketing Karakteristik pengusaha Persaingan ketat dalam dunia bisnis dan permasalahan dalam pemasaran
7
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok” dilakukan di enam kecamatan Kota Depok, yaitu : Kecamatan Beji, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sukmajaya, dan Kecamatan Tapos. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014.
Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Koperasi , UMKM dan Pasar Kota Depok (2011), jumlah populasi untuk UMKM seluruhnya adalah 15.067, sedangkan untuk UMKM yang khusus bergerak dibidang kuliner tidak diketahui dengan jelas jumlahnya. Maka penentuan jumlah sampel ditetapkan menurut Gay yaitu sebanyak 30 sampel yang sesuai dengan batas minimal metode deskriptif-korelasional (Suharso 2009). Namun untuk mengurangi adanya data yang tidak sesuai maka sampel yang digunakan sebanyak 32 responden.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel non-probabilitas (non probability sampling). Berdasarkan teknik ini, probabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai subjek sampel tidak diketahui. Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan convenience sampling yaitu metode penetapan sampel berdasarkan kebetulan dimana anggota populasi yang ditemui bersedia untuk menjadi responden.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara : (1) wawancara terstruktur (structured interviews) dengan bantuan alat kuesioner (lembar kuesioner dilampirkan pada Lampiran 1), serta (2) dokumentasi, yaitu data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file, buku, dan lain sebagainya yang sifatnya melengkapi data atau informasi yang diperlukan peneliti (Suharso 2009).
Pengujian Kuesioner
Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap hasil data kuesioner yang diperoleh.
Uji Validitas dan Reliabilitas
8
dalam kuesioner dinyatakan valid (Ghozali dan Fuad 2005). Sedangkan reliabilitas (consistency) instrumen adalah tingkat keajekan instrumen saat digunakan kapan dan oleh siapa saja sehingga akan cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Software yang digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner ini menggunakan SPSS Statistics 16 (hasil uji kuesioner menyatakan bahwa kuesioner telah valid dan reliabel. Hasil dilampirkan pada Lampiran 2 & 3).
Pengolahan dan Analisis Data
Dari hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner, data penelitian kemudian diolah dengan beberapa teknik analisis sebagai berikut: (1) analisis deskriptif frekuensi untuk melihat sebaran frekuensi dalam presentase variabel-variabel yang diamati yang meliputi karakteristik dan profil UMKM Kuliner serta analisis korelasi untuk melihat hubungan antara karakteristik dengan kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha, (2) analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan
Partial Least Squares (PLS) untuk melihat pengaruh langsung dan tak langsung antar peubah penelitian, mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi
entrepreneurial marketing serta dapat merumuskan model entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner
Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Ghozali dan Fuad (2005) Structural Equation Modeling (SEM)
merupakan suatu teknik analisis statistic multivariate yang dapat menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik secara recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Secara teknis SEM dibagi menjadi dua kelompok, yaitu SEM covariance yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance atau sering disebut
Component Based SEM, yang mempergunakan software SmartPLS atau PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel. Partial least squares merupakan metode analisis yang powerful dan sering disebut sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary Least Squares)
regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen (Wold 1985).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Karakteristik Pemilik Usaha UMKM Kuliner di Depok
9
menengah di Depok dijalani oleh wanita. Hal ini dikarenakan sebagian besar UMKM Kuliner di Depok merupakan usaha bersama antara istri dan suami, dan sebagian kecil pengusaha wanita sisanya hanya menjadikan usaha sampingan yang didasari hobi semata. Sebesar 63% pemilik usaha menekuni bidang ini karena merasa bahwa usaha kuliner ini ada harapan, sedangkan 28% mengikuti jejak orang tua dan sisanya (9%) karena tidak mempunyai pilihan lain. Mereka mengakui tidak adanya pilihan lain selain berbisnis dikarenakan pendidikan formal yang mereka dapat tidak tinggi sehingga sulit mencari kerja. Hal ini terbukti mayoritas pengusaha hanya mengemban pendidikan hingga bangku SMA (44%). Namun tidak sedikit juga dari mereka yang mendapat gelar sarjana (22%). Berikut presentase karakteristik pelaku usaha.
Gambar 3 Karakteristik pemilik usaha UMKM Kuliner Depok (Data primer diolah, 2014)
10
Profil UMKM Kuliner di Depok
Berdasarkan sampel yang digunakan, Jenis usaha pada UMKM di Kota Depok didominasi oleh usaha kecil dengan presentase 56%, diikuti dengan usaha mikro (38%), dan sisanya (6%) adalah usaha menengah. Dari jumlah total responden sebanyak 32 unit usaha, didapat total pekerja sebanyak 255 orang atau dengan rata-rata 8 pekerja setiap usahanya. Walaupun sebagian besar usaha tergolong usaha kecil namun rata-rata hasil penjualan perbulannya terbilang relatif besar yaitu Rp 77.390.625. Hal ini menggambarkan bahwa peran UMKM tidak dapat dipandang sebelah mata, kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dapat membantu terwujudnya pemerataan hasil pembangunan, khususnya di Kota Depok.
Sebesar 38% usaha kuliner di Depok menjual makanan berat dengan menu utama nasi diikuti dengan bakmi yaitu 25%. Sebesar 59% usaha sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun. Sedangkan usaha yang baru berjalan kurang dari satu tahun hanya sebanyak 10%.
Sebagian pemilik usaha merintis usahanya dari nol hingga akhirnya berkembang menjadi lebih besar. Hal ini ditandai oleh 44% usaha hanya bermodal awal Rp 1.000.000 hingga 10.000.000. Namun tidak sedikit pula yang mempunyai modal awal yang cukup besar, yaitu sebanyak 22% pemilik usaha mengeluarkan lebih dari Rp 50.000.000 untuk mendirikan usahanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil presentase yang menggambarkan bahwa kurangnya modal bukan menjadi faktor utama kendala dalam menjalani usaha kuliner, hanya 16% berpendapat demikian. Sebagian besar (50%) berpendapat bahwa pegawai yang kurang terampilah yang menjadi kendala utama usahanya selama ini. Sulitnya mendapat SDM yang terampil, jujur, berkomitmen tinggi, dan loyal menjadi penghambat berkembanganya usaha mereka. Di luar dari empat kendala diatas, sebanyak 16% pemilik usaha merasa bahwa pemasaran juga menjadi kendala utamanya dalam menjalankan usaha.
11
Selain gambaran deskriptif mengenai karakteristik pelaku usaha dan profil UMKM, penelitian ini juga melihat hubungan antara karakteristik tersebut dengan kemampuan Entrepreneurial Marketing (EM), Pengembangan Usaha (PU), dan Keberlanjutan Usaha (KU). Hubungan ini diperoleh melalui tabulasi silang
(crosstab). Hasil tabulasi silang dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil analisis korelasi dengan menggunakan chi-square pada Tabel 4 menunjukan tidak adanya korelasi/hubungan antara variabel jenis kelamin, pendidikan, alasan berusaha, golongan usaha, dan omzet baik dengan kemampuan
entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, maupun keberlanjutan usaha. Namun pada variabel usia pelaku usaha, jenis produk, dan umur usaha terdapat hubungan dengan keberlanjutan usaha. Hal ini terlihat dari nilai asimtot signifikan<0.05.
Tabel 3 Analisis korelasi chi-square Variabel Entrepreneurial
Catatan : variabel mempunyai hubungan dengan variabel lain jika
nilai asimtot signifikan<0.05 (Sumber : Data primer diolah 2014)
Umur usaha memiliki hubungan dengan keberlanjutan usaha. Hal ini disebabkan karena salah satu indikator keberlanjutan usaha adalah peningkatan pelanggan dari tahun ke tahun sehingga umur usaha tentunya mempunyai hubungan dengan keberlanjutan usaha. Jika membicarakan umur usaha maka erat kaitannya dengan usia pemilik usaha tersebut. Semakin lama suatu usaha berjalan, pada umumnya menandakan semakin tua usia pemilik usahanya. Terkecuali untuk usaha yang bersifat franchise dan semacamnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa usia pelaku usaha mempunyai hubungan dengan umur usaha serta keberlanjutan usaha. Begitu juga dengan jenis produk yang memiliki hubungan dengan keberlanjutan usaha.
Analisis SEM PLS
Pada penelitian kali ini terdapat tiga variabel laten (konstruk), yaitu
entrepreneurial marketing (EM), pengembangan usaha (PU), dan keberlanjutan usaha (KU). Masing-masing variabel laten memiliki beberapa variabel manifest
12
(measurement model) atau sering disebut dengan outer model dan model struktural (structural model) atau sering disebut dengan inner model.
Outer model menunjukan variabel manifest merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Evaluasi outer model dapat terlihat dari nilai loading factor
pada masing-masing indikator. Ukuran reflektif indikator dengan latennya dikatakan tinggi jika memiliki loading factor diatas 0.7. Sedangkan inner model
menunjukan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk. Analisis Outer Model
Gambar 5 menunjukan model awal penelitian, variabel laten EM
(Entrepreneurial Marketing) direfleksikan oleh 14 variabel manifest (indikator) yang berasal dari empat sub variabel yaitu EM K (Konsep), EM S (Strategi), EM M (Metode), dan EM I (Inteligensi Pasar), serta variabel Pengembangan Usaha (PU) dan Keberlanjutan Usaha (KU) yang masing-masing direfleksikan oleh 4 indikator. Indikator-indikator tersebut diperoleh melalui buku entrepreneurial marketing untuk keberhasilan pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia (Sarma 2013). Keterangan seluruh indikator dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 5 Model awal penelitian
Tabel 4 Keterangan indikator EM, PU, dan KU
No Indikator Keterangan
13
Lanjutan Tabel 4
No Indikator Keterangan
6 EMK6 Variasi produk
7 EMK7 Membuat model/tren baru 8 EMS1 Mengikuti selera pelanggan 9 EMS2 Frekuensi berekspansi
10 EMM1 Menjalin hubungan dengan pelanggan baru 11 EMM2 Meningkatkan hubungan dengan pelanggan lama 12 EMI1 Ketanggapan dalam menerima kritik saran pelanggan 13 EMI2 Keaktifan mencari peluang modal dari pemerintah 14 EMI3 Keaktifan mencari info perkembangan usaha 15 PU1 Permintaan produk di berbagai wilayah 16 PU2 Kemampuan bersaing dengan pesaing 17 PU3 Kemudahan memperoleh dana dari Bank 18 PU4 Menciptakan hubungan dengan pemasok 19 KU1 Peningkatan jumlah pelanggan setiap tahunnya 20 KU2 Keberhasilan menjual produk pada pelanggan baru
21 KU3 Minat konsumen terhadap produk dibanding produk pesaing 22 KU4 Jumlah penjualan dibanding pesaing
Setelah dilakukan pengujian yang sesuai dengan standar kriteria loading factor bahwa minimal kekuatan indikator mencerminkan variabel latennya adalah 0,7. Maka dilakukanlah dropping terhadap sembilan indikator EM yaitu EM K3, EM K4, EM K5, EM K6, EM K7, EM S1, EM M1, EM M2, dan EM I2. Sehingga didapat model akhir yang menyisakan lima indikator yang kuat mencerminkan variabel EM seperti yang terlihat pada Gambar 6.
14
Pengujian mode reflektif terlebih dahulu dilakukan terhadap model akhir menggunakan lima kriteria yaitu : Loading factor, Composite reliability, Average Variance Extracted, akar kuadrat AVE, dan Cross loading (Ghozali 2008). Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif pada Tabel 5 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kelima kriteria outer model. Hal ini mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
Tabel 5 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif No Kriteria Penjelasan Standar Hasil Penilaian
1. Loading
Setiap indikator memiliki LF lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya daripada korelasi ke laten lainnya
Sumber : Data primer, diolah (2014)
15
didapatkan EM I3 (keaktifan mencari informasi perkembangan usaha) sebesar 0.826.
Keaktifan pelaku usaha dalam mencari informasi perkembangan usaha merupakan bagian dari pembentukan jaringan informal dan pengumpulan informasi demi tercapainya intelegensi pemasaran yang baik. Selain itu, ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan juga merupakan faktor yang sangat mencerminkan entrepreneurial marketing. Berbeda dengan pemasaran tradisional yang diposisikan sebagai monolog yang diarahkan pelanggan, entrepreneurial marketing berbicara mengenai dialog dengan pelanggan. Pelaku UMKM menganggap bahwa dengan berbicara dan mendengarkan pelanggan, mereka akan mendapatkan ide-ide terbaik untuk peningkatan produk yang ada atau produk baru (Sarma 2013). Faktor-faktor selanjutnya adalah kemampuan membaca peluang pasar dan keberanian mengambil resiko yang merupakan bagian dari sub variabel konsep.
Kirzner dalam Alma (2003) menjelaskan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melihat peluang yang belum pernah dilihat oleh orang lain. Entrepreneurial marketing merupakan pendekatan oportunistik dimana pelaku usaha lebih proaktif mencari cara baru untuk menciptakan nilai yang diinginkan pelanggan. Melalui sumber daya yang terbatas, para pelaku usaha dituntut untuk mampu melakukan inovasi. Entrepreneurial marketing menganggap bahwa kegiatan pemasaran menjadi mesin untuk menghitung resiko. Disini pemilik usaha adalah sebagai penentu resiko bukan sebagai penanggung resiko. Fokusnya adalah pada pengelolaan resiko mulai dari identifikasi hingga mitigasi.
Setelah faktor membaca peluang pasar dengan baik dan keberanian dalam mengambil resiko, faktor selanjutnya yang mencerminkan entrepreneurial marketing adalah sering melakukan ekspansi untuk mencari daerah pemasaran baru dengan karakteristik yang sama. Ekspansi merupakan usaha pengusaha dalam memperluas basis konsumennya agar meningkatkan jumlah konsumen dengan profil yang sama di berbagai daerah. Faktor tersebut merupakan bagian dari sub variabel strategi.
Selanjutnya penjelasan mengenai indikator-indikator yang merefleksikan variabel laten PU dan KU. Dua indikator yang kuat mencerminkan variabel PU (pengembangan usaha) adalah PU 2 (kemampuan bersaing dengan usaha sejenis) dan PU 3 (kemudahan memperoleh dana dari Bank). Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti saat ini, prioritas pengembangan UMKM adalah pada peningkatan daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada berbagai lini (Aziz 2009). Usaha dapat dikatakan berkembang jika usaha tersebut sudah mampu bersaing dengan usaha sejenis lainnya.
16
Variabel laten terakhir adalah keberlanjutan usaha. Tiga indikator yang kuat mencerminkan KU adalah KU 2 (keberhasilan menjual produk pada pelanggan baru), KU 3 (minat konsumen terhadap produk usaha dibanding produk pesaing), dan KU 4 (jumlah penjualan dibanding pesaing). Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pelanggan adalah salah satu stakeholder yang sangat berperan dalam kesuksesan dan keberlanjutan sebuah bisnis. Keberlanjutan usaha dapat dilihat dari kemampuan usaha dapat menjual produknya kepada pelanggan baru. Hal ini dapat terjadi karena pelanggan baru merupakan perubahan dari konsumen biasa yang mana dalam perubahannya membutuhkan waktu. Sehingga jika suatu usaha berhasil menjual produknya kepada pelanggan baru maka dapat dikatakan usaha tersebut telah mengalami keberlanjutan usaha.
Selain pelanggan, pesaing juga merupakan bagian dari stakeholder yang memegang peran penting terhadap kemajuan dan keberlanjutan usaha. Peran pesaing adalah sebagai motivator dan inspirator pelaku usaha agar dapat menciptakan produk yang berbeda (inovatif) dibanding usaha sejenis lainnya. Sehingga produk usaha yang kita pasarkan dapat lebih diminati oleh konsumen dibandingkan dengan produk usaha sejenis lainnya. Hal ini dapat menjadi indikator dalam mencerminkan keberlanjutan usaha karena pada umumnya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merebut pangsa pasar yang ada. Begitu juga halnya dengan penjelasan mengenai indikator jumlah penjualan yang lebih besar dibandingkan pesaing. Hadiyati (2009) menyatakan usaha kecil dapat bertahan dalam lingkungan yang dinamis bukan hanya dengan pemasaran ke pihak pembeli melainkan pengembangan hubungan dengan stakeholder lainnya meliputi supplier, manajer bank, investor, penasehat, asosiasi dagang, pemerintah lokal, dan otoritas publik. Network merupakan salah satu hal penting dalam
entrepreneurial marketing.
Analisis Inner Model
Pengujian analisis inner model dilakukan melalui dua kriteria yaitu R² dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur. Hasil dari R² untuk variabel PU adalah sebesar 0.400 hal ini menandakan bahwa variabilitas laten PU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM sebesar 40%. Sedangkan hasil R² untuk variabel laten KU adalah sebesar 0.357 sehingga dapat dikatakan variabilitas laten KU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM dan PU sebesar 35.7%. Untuk lebih jelasnya analisis inner model dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 6 Nilai analisis inner model vs standar
No. Kriteria Penjelasan Standar Hasil Penilaian
17
Lanjutan Tabel 6
No. Kriteria Penjelasan Standar Hasil Penilaian
2. Estimasi koefisien jalur
Konsistensi internal
Pengaruh nyata jika T-statistik> T-tabel. Pada alpha 5%, nilai T-tabel adalah 1.96
Nilai T-statistik : EM PU = 5.747 PU KU= 2.870 EM KU= 1.260 Nilai koefisien : EM PU = 0.632 PU KU= 0.440 EM KU= 0.212
Sumber: Data primer, diolah (2014)
Melalui metode bootstrapping diperoleh nilai T-statistik sebagai acuan menilai signifikansi statistik model penelitian dengan menguji hipotesis untuk setiap jalur hubungan. Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 7, diketahui bahwa hanya dua dari tiga jalur yang mempunyai pengaruh signifikan (lebih besar dari nilai T-tabel yaitu 1.96). Variabel eksogen EM berpengaruh terhadap variabel endogen PU dengan nilai T-statistik sebesar 5.747. Variabel PU juga mempunyai pengaruh terhadap variabel KU dengan nilai statistik 2.870. Dari hasil boostrapping pada penelitian kali ini, didapatkan hasil bahwa variabel EM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel KU. Hal ini dapat dilihat dari nilai T-statistik EM ke KU yaitu sebesar 1.260 (lebih kecil dari T-tabel: 1.96). Sehingga hipotesis 3 tidak dapat diterima.
Besarnya pengaruh laten eksogen terhadap laten endogen dapat dilihat dari nilai koefisien pada tiap jalur (path coefficient). EM mempunyai pengaruh positif terhadap PU dengan nilai sebesar 0.632. Dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 dapat diterima. Angka 0.632 dapat diintrepretasikan bahwa ketika terjadi kemajuan dalam kemampuan entrepreneurial marketing akan meningkatkan pengembangan usaha sebesar 63.2%. Sedangkan PU terhadap KU mempunyai pengaruh dengan
18
nilai koefisien positif sebesar 0.440. Hal ini berarti jika usaha kuliner mengalami pengembangan usaha maka akan berpengaruh sebesar 44% terhadap keberlanjutan usaha.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarma (2013:4) yang menunjukkan adanya pengaruh langsung entrepreneurial marketing
terhadap pengembangan usaha pada IKM (Industri Kecil Menengah) Alas kaki di Bogor. Tidak jauh berbeda, jumlah pengaruh yang diberikan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha adalah 51.1%. Hal ini sejalan dengan pendapat Stokes (2000) yang menyatakan bahwa entrepreneurial marketing
begitu penting dalam menentukan kelangsungan hidup, pengembangan dan keberhasilan usaha kecil.
Walaupun entrepreneurial marketing tidak memberikan pengaruh langsung kepada keberlanjutan usaha, namun jika usaha mengalami pengembangan yang mana dapat dipengaruhi oleh entrepreneurial marketing, maka keberlanjutan usaha juga dapat terjadi. Hasil analisis ini menunjukan bahwa entrepreneurial marketing sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga didapatkan model akhir tahapan entrepreneurial marketing seperti pada Gambar 8 berikut.
IMPLIKASI MANAJERIAL
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Maka melalui Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok, sosialisasi mengenai hasil penelitian kepada para pemilik usaha kuliner diharapkan dapat terlaksana. Pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner dapat dicapai melalui serangkaian tindakan manajerial. Beberapa peneliti merumuskan tindakan manajerial berdasarkan bauran pemasaran 4P/7P (product, price, place, promotion untuk produk bersifat barang dan tambahan process, people, dan physical evidence untuk produk bersifat jasa). Namun karena terdapat beberapa perbedaan dalam prinsip entrepreneurial marketing, maka tindakan Gambar 8 Model tahapan entrepreneurial marketing terhadap
pengembangan dan keberlanjutan usaha Entrepreneurial
Marketing
Keberlanjutan Usaha
Pengembangan Usaha
19
manajerial yang dihasilkan pada penelitian kali ini lebih melihat melalui empat komponen yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar.
Konsep. Dalam menjalankan usahanya sebaiknya pelaku usaha kuliner lebih berorientasi kepada inovasi. Inovasi yang dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi temuan yang menyebabkan berdayagunanya sumber ekonomi ke arah yang lebih produktif. Tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh pelaku usaha kuliner adalah selalu membaca peluang pasar dengan melakukan eksplorasi terhadap peluang-peluang yang belum tereskplorasi yang diiringi dengan perencanaan bisnis (business plan) yang komprehensif dan terpadu. Dengan begitu pelaku usaha dapat menciptakan suatu kebutuhan dalam pasar. Selain itu pelaku usaha kuliner dituntut agar berani dalam mengambil resiko, namun pelaku usaha sebaiknya dapat berperan sebagai penentu resiko bukan sebagai penanggung resiko. Setiap resiko yang akan diambil harus diperhitungkan terlebih dahulu. Baik meliputi resiko persaingan, harga bahan baku yang fluktuatif, tidak lakunya produk yang dijual dan lain sebagainya.
Strategi. Pendekatan yang paling sesuai dengan UMKM adalah dengan
menerapkan strategi “Bottom-up”, dimana suatu usaha mengawalinya dengan
melayani kebutuhan sedikit konsumen dan kemudian memperluas basisnya secara bertahap (ekspansi) dengan pengalaman dan sumberdaya yang memungkinkan.
Dengan begitu, produk yang dijual dapat dikenal lebih banyak calon pelanggan dari berbagai daerah, sehingga pengembangan usaha pun akan terjadi.
Metode. Alat terpenting dalam pemasaran kewirausahaan adalah
interactive marketing dan word of mouth. Melakukan interaksi langsung dengan konsumen adalah cara terbaik untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Berikan pelayanan yang terbaik agar mereka merasa puas dan loyal. Selain itu berikan kualitas yang terbaik pula agar nantinya dapat menciptakan word of mouth (pembicaraan dari mulut ke mulut).
Inteligensi Pasar. Dalam menjalankan usaha kuliner, pengetahuan/informasi dan jaringan sangat diperlukan. Pelaku usaha kuliner sebaiknya terus mencari informasi mengenai perkembangan usaha yang dijalaninya. Informasi dapat melalui surat kabar, majalah, wawancara langsung dengan konsumen, pemasok, ataupun mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pesaing. Upaya ini dapat membantu para pelaku usaha dalam memantau lingkungan pasar yang sedang dijalani dan menginventarisasi berbagai peluang potensial untuk pengembangan dan keberlanjutan usahanya. Selain itu, pelaku usaha juga sebaiknya dapat menjalin hubungan baik dengan para stakeholder,
20
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Mayoritas karakteristik pemilik usaha kuliner di Depok berjenis kelamin pria (56%) dan sejumlah 76% pelaku usaha berusia 31-50 tahun. Mereka mengaku alasan menekuni usaha bidang kuliner karena merasa ada harapan (63%). Walaupun mayoritas pemilik usaha hanya mengemban pendidikan hingga bangku SMA (44%), namun tidak sedikit juga dari mereka yang mendapat gelar sarjana (22%). Sedangkan Profil usaha UMKM Kuliner Depok terbanyak adalah usaha kecil (56%). Sebagian besar (59%) usaha kuliner di Depok sudah berjalan lebih dari lima tahun. Sebesar (50%) berpendapat bahwa pegawai yang kurang terampil menjadi kendala utama usahanya selama ini.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner Depok adalah keaktifan mencari informasi perkembangan usaha, ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan, kemampuan pelaku usaha dalam membaca peluang pasar, keberanian pelaku usaha mengambil resiko, dan frekuensi dalam berekspansi.
3. Tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner Depok adalah entrepreneurial marketing mencapai keberlanjutan usaha dengan melalui tahapan pengembangan usaha terlebih dahulu dengan jumlah pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha 63.2% dan pengembangan usaha terhadap keberlanjutan usaha 44%. Dalam proses pencapaiannya dibutuhkan peningkatan keterampilan oleh pegawai dan juga peningkatan kemampuan pemasaran oleh pemilik usaha kuliner.
Saran
1. Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok diharapkan dapat mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada para pemilik usaha kuliner Kota Depok agar dapat membantu pengembangan serta keberlanjutan usahanya. 2. Berdasarkan hasil penelitian, entrepreneurial marketing mempunyai pengaruh
langsung terhadap pengembangan usaha dan pengaruh secara tidak langsung terhadap keberlanjutan usaha. Oleh karena itu dapat dijadikan masukan bagi pemilik usaha kuliner di Depok khususnya untuk meningkatkan kemampuan
entrepreneurial marketing yang terfokus pada lima faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya adalah tidak terdapat indikator yang mencerminkan subvariabel metode dalam
21
DAFTAR PUSTAKA
Achma HS. 2004. Fleksibilitas Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Dinamika Pembangunan. 1(2): 118 - 124
Alma B. 2003. Kewirausahaan. Bandung (ID) : Alfabeta
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta (ID): Rineka Cipta
Aziz A. 2009. Peranan Bank Indonesia di dalam Mendukung Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta (ID) : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.
Bjerke, Hutlman. 2002. Entrepreneurial Marketing: The Growth of Small Firms in the New Economic Era. Gloucestershier (UK): Edward Elgar.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Golongan Usaha berdasarkan Tenaga Kerja.
Jakarta (ID) : BPS. UMKM Kota Depok. Depok (ID) : Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar. Ghozali I, Fuad. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi
dengan Program Lisrel 8.45. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadiyati E. 2009. Kajian Pendekatan Pemasaran Kewirausahaan dan Kinerja Penjualan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan [Internet]. [diunduh 2014 Jun 4]; 11(2): 183-192. Tersedia pada: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/17975.
Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta (ID): Erlangga.
[SA;IFC;EI] SustainAbility (UK), International Finance Corporation (US), Ethos Institute (BR).c2012. Developing Value The Business case for Sustainability in Emerging Markets.
Sarma M, Stevia S, Farida R, Edward HS. 2013. The Impact of Entrepreneurial Marketing and Business Development on Business Sustainability: Small and Household Footwear Industries in Indonesia. International Journal of Marketing Studies [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]; 5 (4): 110-122. Tersedia pada: www.ccsenet.org/journal/index.php/ijms/article/view/26908. Sarma M. 2013. Entrepreneurial Marketing untuk Keberhasilan Pemasaran bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.
22
edu/groups/cbpacea/2000SpringArticles/puttingentrepreneurship.pdf&sa=X &scisig=AAGBfm3qB5vERIUKIBTTB_5MsfoXed69FQ&oi=scholar&ei= P5COU9r-N80iugS6rILABg&ved=OCB4QgAMoADAA.
Suharso P. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta (ID): Indeks. Suryana. 2011. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Tarwotjo C S. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta (ID) : Grasindo.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Utami HN. 2007. Keberdayaan, Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin : Kasus Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB.
Wold H. 1985. Partial Least Squares. In Encyclopedia of Statistical Sciences. 6: 581-591.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP PENGEMBANGAN DAN
KEBERLANJUTAN UMKM KULINER DI DEPOK
Nama Peneliti : Kara Nisa Surya
Departemen/ Fakultas : Manajemen / Ekonomi dan Manajemen Universitas : Institut Pertanian Bogor
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu.
IDENTITAS RESPONDEN
(PEMILIK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KULINER)
Nama Perusahaan Jenis Produk Nama Pengusaha Jenis Kelamin Umur
No. HP Email
Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten/ Kota
24
Lanjutan Lampiran 1
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menyilang nomor pada pilihan jawaban berikut
Karakteristik Pengusaha UMKM
1 Apakah pendidikan formal Bapak/Ibu?
1) SD/MI 2) SMP/MTs 3) SMA/SMK/MA 4) Perguruan Tinggi 5) Tidak tamat sekolah (sampai kelas ...) 6) D3
2 Pelatihan/kursus/praktek/magang atau kunjungan yang telah Bapak/Ibu ikuti selama dua tahun terakhir
Nama 3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu menekuni usaha ini ?
1) Belum satu tahun 2) 1-3 tahun 3) 4- 5 tahun 4) > 5 tahun 4 Alasan Bapak/Ibu berusaha dibidang ini (dapat lebih dari satu):
1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga
3) Tidak punya pilihan lain 4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan) 5 Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum berusaha di bidang ini?
1) Petani 2) peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5)TNI 6) Lainnya ...
6 Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang ? 1) Ya 2) Tidak
12 Berapa jam Bapak/Ibu bekerja dalam sehari untuk menjalankan usaha ini ? 1) Paling sedikit ...jam/hari 2) Paling banyak ...jam/hari 13 Apakah para pengusaha kecil menengah umumnya memiliki alat produksi
yang memadai?
1) Sangat kurang memadai 2) Kurang memadai 3) Memadai 4) Sangat memadai 14 Hambatan / kendala dalam menjalankan usaha :
25 19 Apakah Bapak/Ibu melakukan
diversifikasi (keragaman
22 Apakah Bapak/Ibu mengikuti perkembangan kebutuhan/selera
daerah pemasaran baru dengan karakteristik yang sama
1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu
Metode (Pemasaran Interaktif; word of mouth, direct selling) 24 Mampu menjalin hubungan baik
dengan pelanggan yang baru dikenal
1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu 25 Mampu meningkatkan hubungan
baik dengan pelanggan yang sudah lama dikenal
1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu Inteligensi Pasar
26 Tanggapan terhadap saran/kritik dari pelanggan
1) Kurang tanggap 3) Tanggap 2) Cukup tanggap 4) Sangat tanggap 27 Aktif/rajin mencari peluang
modal dari kebijakan pemerintah
1) Tidak rajin 3) Rajin 2) Cukup rajin 4) Sangat rajin 28 Aktif mencari info perkmbngn
usaha yg sdg ditekuni
1) Tidak rajin 3) Rajin 2) Cukup rajin 4) Sangat rajin Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
29 Produk/barang Bapak/Ibu dijual di berbagai wilayah pasar
1) Kurang laku 3) Laku
26
Lanjutan Lampiran 1
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah 30 Usaha Bapak/Ibu mampu
bersaing dengan usaha sejenis
1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu 31 Mudah memperoleh dana dari
Bank
1) Tidak mudah 3) Mudah 2) Cukup mudah 4) Sangat mudah 32 Mampu menciptakan hubungan
baik dengan pemasok
1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu
Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah 33 Jumlah pelanggan Bapak/Ibu
setiap tahun
1) Tidak pernah meningkat
2) Meningkat relatif kecil (1-5 %) 3) Cukup meningkat (6-25%)
4) Sangat meningkat (>25%) 34 Produk/barang Bapak/Ibu
berhasil dijual pada pelanggan baru
1) Tidak berhasil 3) Cukup berhasil 2) Kurang berhasil 4) Sangat berhasil
35 Produk/barang Bapak/Ibu dibanding dengan produk dari pengusaha kecil lainya
1) Kurang diminati 3) Lebih diminati 2) Cukup diminati 4) Sangat diminati
36 Jumlah penjualan produk/barang Bapak/Ibu dibandingkan dengan pengusaha yang lain
1) Lebih kecil 3) Sama 2) Tidak tahu 4) Lebih besar
27
Lampiran 2 Hasil uji validitas
Variabel Item (Q) R Hitung R Tabel Validitas
Entrepreneurial Marketing (EM)
EM K1 0.653 0.349 Valid
EM K2 0.556 0.349 Valid
EM K3 0.494 0.349 Valid
EM K4 0.411 0.349 Valid
EM K5 0.514 0.349 Valid
EM K6 0.525 0.349 Valid
EM K7 0.621 0.349 Valid
EM S1 0.546 0.349 Valid
EM S2 0.617 0.349 Valid
EM M1 0.629 0.349 Valid
EM M2 0.462 0.349 Valid
EM I1 0.642 0.349 Valid
EM I2 0.486 0.349 Valid
EM I3 0.699 0.349 Valid
Pengembangan Usaha (PU)
PU 1 0.579 0.349 Valid
PU 2 0.570 0.349 Valid
PU 3 0.731 0.349 Valid
PU 4 0.716 0.349 Valid
Keberlanjutan Usaha (KU)
KU 1 0.632 0.349 Valid
KU 2 0.659 0.349 Valid
KU 3 0.672 0.349 Valid
28
Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas kuesioner
Case Processing Summary Cronbach's Alpha N of Items
29
Lampiran 4 Karakteristik responden dan profil usaha
1 Jenis Kelamin Laki-laki 18
4 Alasan Menekuni Usaha Mengikuti jejak orang tua 9
Diajak teman/tetangga 0
Tidak punya pilihan lain 3 Usaha ini ada harapan 20
9 Omset rata-rata perbulan ≤ 10.000.000 10
11.000.000 - 20.000.000 4 21.000.000 - 50.000.000 2 51.000.000 - 100.000.000 9
> 100.000.000 7
10 Jam bekerja sehari 1 – 4 Jam 4
5 – 9 Jam 6
10 – 12 Jam 19
13 – 14 Jam 3
11 Hambatan dalam Usaha Kurangnya modal 5
Sulit mencari bahan baku 2 pegawai yang kurang terampil 16
30
Lampiran 5 Hasil tabulasi silang
Karakteristik Entrepreneurial Marketing (EM)
Pengembangan Usaha (PU) Keberlanjutan Usaha (KU)
31
Lanjutan Lampiran 5
Karakteristik Entrepreneurial Marketing (EM)
Pengembangan Usaha (PU) Keberlanjutan Usaha (KU)
32
Lampiran 6 Hasil quality criteria, cross loading, dan path coefficient
Quality Criteria
KU 0.600629 0.818039 0.356731 0.667000 0.600629 0.096684 PU 0.609624 0.756525 0.399653 0.364471 0.609624 0.242220
Cross Loadings
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 November 1992 dari ayah Surya Nursyah Din Doeana dan ibu Yunita Setyawati (alm). Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 70 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui SNMPTN dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.