• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keberlanjuan Peternakan Sapi Perah Di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Keberlanjuan Peternakan Sapi Perah Di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBERLANJUTAN PETERNAKAN SAPI PERAH

DI WISATA AGRO ISTANA SUSU CIBUGARY PONDOK

RANGGON CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

ANDINA AVIKA HASDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Keberlanjutan Peternakan Sapi Perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Andina Avika Hasdi

(4)

Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur. Dibimbing oleh ASNATH MARIA FUAH, SALUNDIK.

Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah salah satu peternakan sapi perah yang terdapat di kompleks peternakan DKI Jakarta sebagai salah satu cara untuk mengembangkan peternakan sapi perah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status keberlanjutan yang dilihat dari 5 dimensi. Analisis ini menggunakan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) yang dikenal dengan Rapdairy yang akan menghasilkan nilai indeks dan status keberlanjutan. Selain itu juga dapat diketahui atribut-atribut mana yang sensitif terhadap indeks keberlanjutan sehingga perlu untuk diperhatikan atau diperbaiki termasuk pengaruh eror atau kesalahan dalam penelitian yang dihasilkan dari analisis Monte Carlo.

Hasil analisis menunjukkan dimensi ekologi berada pada status rendah dengan nilai keberlanjutan (46.01%), dimensi ekonomi cukup berkelanjutan (67.19%), dimensi sosial budaya cukup berkelanjutan (60%), dimensi kelembangaan kurang berkelanjutan (43.48%) dan dimensi teknologi kurang berkelanjutan (46.46%). Dari 52 atribut yang dianalisis, terdapat 15 aspek yang sensitif terhadap status keberanjutan sehingga perlu untuk diperhatikan dan diperbaiki. Aspek-aspek tersebut adalah ekologi (sarana pengolah limbah dan kemiringan kandang, ekonomi (pemasaran produksi, kontribusi terhadap PAD, permintaan produksi, kepemilikan usaha, penggunaan tenaga kerja, sumber modal), sosial budaya (respon masyarakat), kelembagaan (lembaga penyedia kredit dan mata rantai tata niaga susu) dan teknologi (mengikuti penyuluhan, pengetahuan pengolahan susu, kepemilikan mesin perah dan pemahaman pengelolaan limbah).

(5)

SUMMARY

ANDINA AVIKA HASDI. Sustainability Analysis of Dairy Farm in Istana Susu Cibugary Agro Tourism at Pondok Ranggon East Jakarta. Supervised by ASNATH MARIA FUAH and SALUNDIK.

Istana Susu Cibugary Agro Tourism is a dairy farm in DKI Jakarta’s dairy

site and well known as one of dairy farm for development. Hence, a study on sustainability level of this dairy farm is required. The first objective of this study was to analyze the index and status of sustainability based on five sustainable dimensions. The analysis used Multi Dimensional Scaling (MDS) Method, called RapDairy and the results were stated in the index and sustainability status. The second objective was to analyze the attributes that affect sensitively on index and sustainability status and the effect of error using Laverage and Monte Carlo

Analysis.

The results of the study revealed that ecological dimension was in the status of less sustainable (46.01%), economical dimension was sufficient sustainable (67.19%), socio culture dimension was sufficient sustainable (60%), at the level of institutional dimension was less sustainable (43.48%) and the technology was less sustainable (46.46%). Out of the 52 attributes analyzed, there were 15 attributes was very sensitive aspects to be handled and solved properly.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ANALISIS KEBERLANJUTAN PETERNAKAN SAPI PERAH

DI WISATA AGRO ISTANA SUSU CIBUGARY PONDOK

RANGGON CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

ANDINA AVIKA HASDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Analisis Keberlanjutan Peternakan Sapi Perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur Nama : Andina Avika Hasdi

NIM : D151130261

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 20 Agustus 2015 Tanggal Lulus :

Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS Dr Ir Salundik, MSi Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik, semoga dapat bermanfaat untuk para peternak sapi perah maupun bagi siapapun yang membacanya. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Ibu Asnath dan Bapak Salundik sebagai pembimbing yang baik sehingga tesis ini dapat diselesaikan dan juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, seluruh keluarga dan teman-teman. Terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan tesis ini dan pelaksanaan penelitian kedepannya.

Semoga tesis ini bermanfaat untuk semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3

2 MATERI DAN METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Teknik Penentuan Responden 4

Jenis dan Sumber Data 4

Metode Pengumpulan Data 4

Metode Analisis Data 5

Analisis Keberlanjutan 5

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Gambaran Umum Tempat Penelitian 7 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi 12 Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi 14 Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya 16 Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan 17 Status Keberlanutan Dimensi Teknologi 18 Status Keberlanjutan Multidimensi 21 Hasil Simulasi Keberlanjutan Multidimensi 22

5 SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 29

(12)

DAFTAR TABEL

1. Manajemen produksi dan reproduksi di peternakan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary

2. Kondisi dan manajemen pemeliharaan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary

3. Analisis finansial dan status peternak di peternakan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary

4. Tanggapan pengunjung terhadap Wisata Agro Istana Susu Cibugary 5. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Monte Carlo dengan

analisis Rapdairy

6. Hasil analisis Rapdairy untuk nilai stress dan koefisien determinasi (R2) 8

2. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi serta peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square

(RMS)

3. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi serta peran masing-masing atribut ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square

(RMS)

4. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya dan peran masing-masing atribut sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk nilai root

mean square (RMS)

5. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan dan peran masing-masing atribut kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk nilai root

mean square (RMS)

6. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi serta peran masing-masing atribut teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square (RMS)

7. Diagram layang (Kite Diagram) nilai indeks keberlanjutan peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary

8. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi hasil simulasi beberapa aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary 9. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan hasil simulasi

beberapa aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary

10.Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi hasil simulasi beberapa aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary

3

1. Sumber data atribut dimensi ekologi 2. Sumber data atribut dimensi ekonomi

(13)

3. Sumber data atribut dimensi sosial budaya 4. Sumber data atribut dimensi kelembagaan 5. Sumber data atribut dimensi teknologi

6. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekologi 7. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekonomi 8. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi sosial budaya 9. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi kelembagaan 10.Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi teknologi 11.Kuesioner untuk Responden Peternak

12.Kuisioner tanggapan masyarakat di AgroWisata Cibugary 13.Kuisioner tanggapan pengunjung di Wisata Agro Cibugary

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi susu di Indonesia tahun 2010 sebesar 11.95 liter susu per kapita dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 12.85 liter susu per kapita (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Kesadaran masyarakat terhadap konsumsi susu, menjadikan susu sebagai komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Selama 4 tahun terakhir, populasi sapi perah yang merupakan penghasil susu utama tumbuh < 0.7% per tahun (Deptan 2009). Populasi ternak sapi perah di Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 6% dan mencapai total populasi 636064 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak sapi perah memiliki potensi untuk berkembang. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor baik dari segi produksi maupun jumlah usaha yang ada. Sebagaian besar (90%) produsen Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) merupakan peternak rakyat. Produksi susu Indonesia tahun 2012 hanya dapat memenuhi sekitar 30 persen dari kebutuhan susu nasional sebesar 3120000 ton. Suryahadi dan Despal (2009) menyatakan populasi dan produktivitas ternak yang rendah diduga menjadi penyebab hal tersebut sehingga masih sangat berpeluang untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi susu di Indonesia.

Salah satu daerah peternakan sapi perah berada di komplek peternakan DKI Jakarta. Daerah ini muncul karena adanya pemindahan peternak sapi dari Jakarta tepatnya di seputar Kuningan yang kini berkembang menjadi pusat bisnis dan ekonomi sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan usaha peternakan sapi perah di tengah-tengah gedung pencakar langit, perhotelan, perkantoran dan pemukiman. Sebagai pengganti, pemerintah daerah DKI Jakarta memindahkan peternakan sapi perah tersebut ke komplek peternakan DKI Jakarta di Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur dengan luas area 11 hektar agar peternak-peternak dapat melanjutkan peternak-peternakan sapi perahnya. Namun seiring berjalannya waktu, para peternak dan jumlah sapi semakin berkurang hingga tersisa 35 peternak sapi perah dengan jumlah kepemilikan sapi rata-rata sebanyak 40 ekor. Total sapi perah yang ada di kompleks ini adalah 1200 ekor. Semakin berkurangnya minat dan masyarakat yang melanjutkan usaha sapi perah menimbulkan ide awal konsep ini pada tahun 2006 oleh seorang peternak yang bernama Bapak Rachmat Albaghory dengan cara mendirikan wahana edukasi berkonsep peternakan sapi perah yang dikenal dengan Wisata Agro Istana Susu Cibugary.

(16)

berhubungan dengan susu. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah peternak di Indonesia.

Usaha peternakan sapi perah dapat berlanjut bila seluruh aspek yang mendukung input produksi dan pemasaran tersedia. Analisis keberlanjutan ini diperlukan untuk mengetahui status keberlanjutan usahanya. Dengan mengetahui status keberlanjutan usaha akan memudahkan dalam perbaikan-perbaikan atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan sehingga usaha peternakan sapi perah ini masih bisa terus berlanjut dengan memperhatikan atau memperbaiki atribut-atribut yang perlu untuk diperhatikan.

Perumusan Masalah

Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah suatu konsep terpadu yang terdiri dari peternakan sapi perah, pengolahan susu, pembuatan pupuk, saung-saung, kebun, taman dan kolam dengan pemandangan lepas Bumi Perkemahan Cibubur yang berada di kawasan Jakarta Timur. Luas lahan adalah 2000 m2, jumlah sapi perah sebanyak 50 ekor dengan rata-rata produksi susu 10 liter/ekor. Lokasi wisata ini cukup digemari oleh masyarakat Ibukota, selain memberikan nilai tambah, juga untuk mempertahankan usaha peternakan sapi perah agar dapat terus beroperasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang terampil, area peternakan yang belum kondusif, bahan pakan (kosentrat) yang semakin mahal, terbatasnya pakan hijauan ternak, pasar dan distribusi susu segar yang tidak menentu dan harga susu yang rendah. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan, perlu dianalisis atribut yang diperlukan agar usaha peternakan sapi perah tersebut dapat berlanjut, serta upaya yang memungkinkan untuk dilakukan dan diperhatikan. Hasil analisis diharapkan mampu memberi solusi untuk keberlanjutan usaha peternakan sapi perah Istana Susu Cibugary, disamping memberi manfaat bagi peternak, masyarakat sekitar lokasi usaha dan para pengunjung.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary dari lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, kelembagaan, sosial budaya dan teknologi.

Manfaat Penelitian

(17)

Ruang Lingkup Penelitian

Secara keseluruhan ruang lingkup penelitian Analisis keberlanjutan peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur disajikan pada gambar 1.

Gambar 1 Ruang lingkup penelitian Wisata Agro

Istana Susu Cibugary

Analisis potensi dan

Analisis Keberlanjutan

Status keberlanjutan (MDS, Monte Carlo, Nilai

Stress dan Koefisien Determinasi) Dimensi

ekologi

Dimensi ekonomi

Dimensi Teknologi Dimensi

sosial budaya

Dimensi kelembagaan Observasi

Profil

(18)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Istana Susu Cibugary di kawasan komplek peternakan DKI Jakarta, di Blok C No.1 RT 01 RW 02 Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur. Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan melihat dari beberapa aspek yaitu mempertimbangkan aksesibilitas, potensi peternakan, jumlah ternak, faktor historis dan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat secara turun temurun dan masih dilanjutkan di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2015 sampai April 2015.

Teknik Penentuan Responden

Penentuan responden secara sengaja (purposive sampling), disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan akses dengan total 50 responden yang dapat mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti seperti pemilik ternak, pekerja, masyarakat di sekitar tempat penelitian dan pengunjung agrowisata. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan (gender), usia produktif juga diperhatikan untuk mendapatkan gambaran dalam penyusunan dan penilaian atribut. Penetapan atribut pada tiap dimensi dengan memakai metode penilaian dari pakar yang terkait di Fakultas Peternakan IPB.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh hasil pengamatan dan wawancara responden di lapangan. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. Jenis data yang digunakan untuk analisis keberlanjutan berupa atribut-atribut yang terkait dengan lima dimensi keberlanjutan yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi.

Metode Pengumpulan Data

(19)

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis deskriptif untuk memberikan gambaran secara komprehensif dan detail tentang usaha peternakan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peternak.

Analisis Keberlanjutan

Analisis keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary dilakukan menggunakan pendekatan Multidemensional Scaling

(MDS) yang disebut dengan Rapdairy yang merupakan pendekatan yang dimodifikasi dari program Rapfish. Rapid Appraissal for Fisheries (Rapfish) dikembangkan oleh University of British Columbia Canada, yang mengevaluasi

sustainability dari perikanan secara multidisipliner (Kavanagh 2001). Metode MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer dengan menggunakan software Rapfish atau SPSS.

Rapdairy menekankan pada lima dimensi keberlanjutan yaitu teknologi, lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan (Kay dan Alder 1999). Analisis data metode MDS dilakukan melalui beberapa tahap : pertama, penetapan atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan tersebut sesuai pengamatan di lapangan serta kajian pustaka. Secara keseluruhan terdapat 52 atribut yang di analisis. Atribut-atribut tersebut disusun bersama para pakar, mengacu pada penelitian sebelumnya serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi di tempat penelitian; kedua, setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor antara 0-4 atau tergantung pada keadaan setiap atribut yang diartikan mulai dari kategori buruk (0) sampai baik (4); ketiga, nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional dengan menggunakan program Rapfish untuk menentukan status keberlanjutan pada setiap dimensi yang dinyatakan dalam skala indeks keberlanjutan. Skala indeks keberlanjutan tersebut yaitu 0-25 (buruk atau tidak bekelanjutan), 26-50 (kurang berkelanjutan), 51-75 (cukup berkelanjutan) dan 76-100 (baik atau sangat berkelanjutan). Analisis MDS dilakukan untuk menentukan keberlanjutan yang disertai dengan analisis Laverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai stress dan nilai koefisien determinasi (R2).

Analisis Laverage digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan terhadap atribut tersebut. Penentuan atribut sensitif dilakukan berdasarkan urutan prioritas pada hasil analisis tersebut dengan melihat bentuk perubahan root mean square (RMS) ordinasi pada sumbu x. Semakin besar nilai perubahan RMS maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam peningkatan status keberlanjutan atau semakin sensitif atribut tersebut dalam suatu keberlanjutan sehingga atribut tersebut perlu untuk diperhatikan atau diperbaiki.

(20)

baik jika nilai analisis menggunakan MDS tidak berbeda jauh dengan nilai hasil analisis Monte Carlo.

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah suatu konsep usaha terpadu berbasis wisata yang terdiri dari peternakan sapi perah, pengolahan susu, pembuatan pupuk, saung-saung, kebun, taman dan kolam dengan pemandangan lepas Bumi Perkemahan Cibubur yang berada di kawasan Jakarta Timur. Luas lahan adalah 2000 m2 dan secara geografis peternakan sapi perah ini berbatasan dengan Kecamatan Makasar Jakarta Timur (utara), Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi (timur), Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor (selatan) dan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur (barat). Kegiatan yang dilakukan di Agro Wisata ini mencakup peternakan sapi perah, pengolahan produk susu serta paket wisata kunjungan bagi sekolah-sekolah, instansi maupun masyarakat.

Kondisi mikroklimat di peternakan sapi perah meliputi suhu udara maksimum 34.4 ºC, suhu udara minimum 22 ºC, kelembaban udara 78%. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara 5 ºC sampai 21 ºC. Sesuai dengan Adriyani et al. (1980), kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50% sampai 75%. Suhu kandang yang terlalu panas dan kelembaban yang terlalu tinggi dapat berpengaruh buruk pada proses reproduksi khususnya pada saat pembuahan (Hardjopranjoto 1995). Stres panas dapat memperpendek lama birahi, dan penurunan intensitas birahi menyebabkan waktu inseminasi buatan tidak tepat, serta ovulasi yang diperpendek menyebabkan tumbuhnya kasus kawin berulang. Kondisi ini merupakan kondisi yang kurang ideal untuk peternakan sapi perah yang berada di kawasan DKI Jakarta, namun rekayasa lingkungan dapat memperkecil pengaruh tersebut salah satunya dengan membuat naungan dan pengadaan tanaman pelindung. Tingkat pemanfaatan lahan dan pengadaan tanaman pelindung di Wisata Agro Istana Susu Cibugary sudah sangat baik yang terdiri dari rumah tempat tinggal, saung-saung, kandang, kebun, rumah para pekerja dengan kondisi lingkungan yang asri, sejuk, rindang dan terdapat tanaman-tanaman pelindung yang dirawat dan dijaga untuk mengurangi suhu udara disekitar peternakan.

(22)

yang dilakukan dari BIB dinas. Penerapan manajemen produksi dan reproduksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Manajemen produksi dan reproduksi di Peternakan Sapi Perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary

Calving interval 13–18 bulan

Masa kering sapi laktasi 1.5 bulan sebelum beranak

Penerapan manajemen produksi dan reproduksi yang dilakukan di peternakan ini sudah baik. Umur kawin 21 sampai 30 bulan, sehingga umur beranak sekitar 31 sampai 36 bulan mampu memberikan produksi yang baik. Sapi-sapi yang beranak pada umur yang tua (tiga tahun) menghasilkan susu yang lebih banyak dari pada sapi-sapi yang beranak pada umur muda (dua tahun). Produksi susu terus meningkat dengan tambahnya umur sapi sampai sapi itu umur tujuh tahun atau delapan tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11 sampai 12 tahun hasil susu nya akan rendah sekali. Hal ini disebabkan produktivitas yang menurun dan senilitas. Meningkatnya hasil susu pada laktasi dari umur dua tahun sampai umur tujuh tahun itu berkaitan dengan umur pertumbuhan dan jumlah tenunan dalam ambing juga bertambah. Menurut Sudono (1999), turunnya hasil susu pada hewan tua disebabkan aktivitas-aktivitas kelenjar-kelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi dara tersebut tak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan ambingnya yang mencapai pertumbuhan yang maksimum pada laktasi ke tiga atau ke empat.

(23)

digunakan untuk kebutuhan produksi susu. Pemanfaatan pakan oleh sapi perah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Menurut Warwick dan Legates (1979), masa kosong yang ideal bagi seekor sapi perah adalah antara 90 sampai 105 hari dengan rata-rata 100 hari. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai selang beranak antara 12 sampai 13 bulan.

Hasil studi termasuk baik, walaupun nilai efisiensinya perlu dipertimbangkan. Efisiensi reproduksi dikatakan baik apabila seekor induk sapi dapat menghasilkan satu pedet dalam satu tahun (Ball dan Peters 2004). Calving interval yang optimal adalah 12 dan 13 bulan. Bila calving interval diperpendek akan menurunkan produksi susu pada laktasi yang sedang berjalan atau berikutnya dan begitu pula sebaliknya. Menurut Hasnawati (2008), semakin lambat dilakukannya perkawinan kembali setelah beranak akan membuat induk sapi perah menyusui pedetnya hingga berumur 4 bulan sehingga induk memerlukan pakan lebih banyak.

Masa kering sapi perah di peternakan sapi perah ini adalah 1.5 bulan sebelum beranak dan penerapan manajemen ini sudah baik. Hal ini dimaksudkan agar sapi memiliki kondisi yang bagus ketika melahirkan. Rataan masa kering untuk sapi berkisar antara satu setengah sampai dua bulan berpengaruh terhadap produksi susu. Menurut Sudono et al. (2003), produksi susu pada laktasi kedua dan berikutnya dipengaruhi oleh lamanya masa kering yang telah lalu. Produksi susu akan naik dengan bertambahnya masa kering tujuh atau delapan minggu, tetapi dengan masa kering yang lebih lama lagi produksi susu tidak akan bertambah.

Recording oleh peternak sudah dilakukan namun belum sempurna dan setiap 4 atau 5 bulan dilakukan uji lab oleh UPT Bambu Apus untuk mengetahui kualitas susu yang dihasilkan. Kondisi dan manajemen pemeliharaan di Peternakan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi dan manajemen pemeliharaan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary

Kondisi dan Manajemen Kandang

Hasil

Bahan lantai Semen dengan tambahan karpet karet

Jenis kandang Kandang induk, pejantan, pedet

Waktu membersihkan kandang 2 kali dalam sehari sebelum diperah

Frekuensi pembersihan kandang 2 kali sehari

Waktu membersihkan sapi 2 kali dalam sehari sebelum diperah

Konsentrat yang diberikan antara 1–4 kg/ekor/hari

HMT yang diberikan 20–40 kg/ekor

Pemberian vitamin dan mineral 10–15 gram/ekor

(24)

membutuhkan luas lantai 3.5 sampai 4 m2 belum termasuk bangunan untuk tempat pakan, air minum, dan selokan untuk pembuangan air. Daya tampung kandang sebanyak 70 ekor jika dalam kondisi padat namun pemilik peternakan hanya mengisi kandangnya sebanyak 50 ekor agar tidak terlalu penuh, panas dan sapi perah bisa nyaman bergerak. Fasilitas kandang yang tersedia yaitu gudang pakan, saluran air, keran air, tempat milk can, kamar mandi, kipas angin di langit-langit, selang air, rumah untuk pekerja, dapur. Pemeliharaan pedet dan dara dipisah. Kontruksi kandang kuat dan kokoh namun drainase kandang kurang baik karena air sering tergenang dan tidak ada tempat khusus menampung kotoran. Tempat pakan sudah baik dan peralatan kandang pun sudah cukup lengkap. Jarak kandang sapi perah dari rumah tempat tinggal sekitar 10 meter hal ini merupakan jarak ideal antara kandang dengan bangunan rumah. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada kandang sapi perah adalah lantai, selokan, dinding, atap, ventilasi serta tempat pakan dan minum. Menurut Siregar (2001), sebaiknya kandang antara 20 sampai 30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Kandang sebaiknya diarahkan ke timur atau membujur ke utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar matahari pagi yang memadai. Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan lantai kandang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Waktu pemerahan susu adalah pada pukul 05.00 dan pukul 14.00. Pemerahan dilakukan secara manual dengan tangan yang diolesi vaselin. Penanganan pasca pemerahannya, susu ditampung dengan menggunakan milk can

setelah itu langsung didistribusikan ke agen langganan ataupun didinginkan ke dalam freezer untuk diolah lebih lanjut.

Pakan yang diberikan pada sapi perah di peternakan ini, berupa rumput lapang, ampas tahu dan konsentrat pabrikan. Pemberian konsentrat dan hijauan dilakukan sebanyak 2 kali sehari setelah sapi diperah. Jumlah konsentrat yang diberikan adalah 1 sampai 4 kg/ekor/hari dan jumlah hijauan yang diberikan adalah 20 sampai 40 kg/ekor/hari. Jumlah konsentrat dan hijauan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan dan tubuh ternak. Susilorini et al. (2008) menyatakan bahwa standar pemberian konsentrat adalah satu persen dari berat badan sapi per hari untuk setiap satuan ternak dan standar nilai koefisien teknis pakan hijauan adalah sepuluh persen dari berat badan sapi untuk setiap satuan ternak. Pemberian konsentrat bertujuan untuk menyeimbangkan ransum dengan menyediakan zat-zat makanan yang rendah nilainya dalam hijauan (Sudono 1999).

(25)

Jumlah limbah yang dihasilkan di peternakan ini cukup banyak sekitar 2000 kg. Van et al. (1994) menyatakan bahwa satu ekor sapi perah dewasa dapat menghasilkan feses 30 sampai 40 kg dan urin 20 sampai 25 kg setiap hari. Peternakan sapi perah belum mempunyai instalasi biogas, penanganan limbah padat yang dihasilkan tidak dimanfaatkan, tetapi langsung disiram ke selokan sedangkan limbah cair yang dihasilkan dialirkan ke saluran air yang bermuara ke kolam penampungan limbah kompleks peternakan. Sapi yang sakit ditangani sendiri dan kadang-kadang menggunakan jasa dokter hewan.

Peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah usaha warisan keluarga yang dikelola bersama-sama dengan sumber modal berasal dari keluarga tanpa pinjaman kredit. Segala keputusan yang menyangkut pengelolaan di musyawarahkan, jika terkait teknis diserahkan pada pengelola peternakan ini. Hasil analisis finansial dan kondisi kelembagaan peternakan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis finansial dan status peternak di Wisata Agro Istana Susu Cibugary

Kondisi Hasil

Harga jual susu segar Rp 9000–10000/liter

Keuntungan dari usaha sapi perah tiap bulan

>Rp 2000000

Pekerjaan sampingan Sapi potong dan kambing perah

Pendapatan pekerjaan sampingan >RP 2000000

Upah Pekerja Rp 1500000–2000000/orang

Koperasi Ada

Lembaga Kredit Tidak ada

Program penyuluhan 2–3 kali/tahun

Vaksinasi 2–3 kali/tahun

Produk utama peternakan sapi perah tersebut adalah susu segar yang sudah memiliki pelanggan setiap hari, berasal dari Bekasi, Tanjung Priok, Bintaro, Lebak Bulus, Cibubur. Selain itu, susu segar yang dihasilkan diolah menjadi susu pasteurisasi dan yoghurt yang dijual di wisata agro. Kondisi kelembagaan tidak berjalan dengan semestinya, peran koperasi hanya sebagai penyedia pakan, kegiatan simpan pinjam tidak berjalan termasuk penyaluran susu. Program penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah atau dinas tidak tepat sasaran dan efektif baik sumber daya manusia maupun materi penyuluhan.

(26)

susu segar, adanya kunjungan dari luar, muncul usaha pengolahan susu dan jajanan lain dan juga kondisi jalan dan akses menjadi jauh lebih baik. Tanggapan pengunjung di Wisata Agro Istana Susu Cibugary disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Tanggapan pengunjung terhadap Wisata Agro Istana Susu Cibugary

Perihal Hasil

Pilihan Paket Wisata yang tersedia Puas

Harga yang ditawarkan untuk setiap paket wisata Puas dan terjangkau

Media publikasi yang dimiliki wisata agro Cukup puas

Akses mencapai lokasi kawasan wisata agro Cukup mudah

Kenyamana, keindahan dan kebersihan pada wisata agro istana susu cibugary

Baik

Kompetensi atau kemampuan pemandu wisata Baik

Keramahan, kesigapan dan kesopanan pemandu wisata maupun pekerja di agrowisata

Baik

Administrasi dan pelayanan saat berkunjung Baik

Kebisingan, pencemaran air, polusi udara (bau) tidak teralu dirasakan dan tingkat keamanan bahkan jauh lebih baik. Pengunjung di Wisata Agro Istana Susu Cibugary berasal dari sekolah-sekolah, instansi ataupun masyarakat umum. sebagian besar pengunjung puas dengan pelayanan yang diberikan berupa fasilitas yang ada di lokasi, layanan administrasi dan sumber daya manusia yang tersedia.

Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi sebesar 46.01 %, masuk dalam kategori kurang berkelanjutan (26-50) karena terdapat 2 faktor krisis atau atribut yang memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu sarana pengolahan limbah dan tingkat kemiringan kandang yang kurang memadai. Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri atas 11 (sebelas) atribut, yaitu (1) suhu, (2) kelembaban, (3) curah hujan, (4) space ternak, (5) ketinggian, (6) kemiringan, (7) pemanfaatan limbah ternak, (8) sarana pengolah limbah, (9) tingkat pemanfaatan lahan, (10) pengadaan tanaman pelindung, (11) penyediaan rumput. Atribut yang perlu diperhatikan ataupun diperbaiki adalah atribut yang memberikan kontribusi yang lebih besar dalam keberlanjutan dimensi ekologi adalah atribut yang lebih panjang atau nilainya lebih besar pada ordinasi sumbu x. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi ekologi serta hasil analisis

(27)

Gambar 2 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi serta peran masing-masing atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square

(RMS)

Sarana pengolah limbah di peternakan Cibugary masih dilakukan secara sederhana. Peternakan ini belum memiliki instalasi biogas sementara jumlah limbah yang dihasilkan setiap hari banyak. Penanganan limbah cair tidak dilakukan, langsung dialirkan ke saluran air (selokan) kompleks untuk dialirkan ke kolam penampungan limbah. Penanganan limbah padat seperti feses atau sisa pakan juga tidak dilakukan secara berkala. Menurut Sudono (2003), penanganan limbah perlu dilakukan agar sapi perah bebas dari bibit penyakit, menghindari timbulnya bau yang tidak sedap agar kandang selalu bersih, tidak lembab, tidak tergenang karena kandang yang ideal untuk sapi perah adalah kandang dengan lantai kering. Hal tersebut dapat mempengaruhi produksi susu sapi perah baik secara kuantitas maupun kualitas (Dewi et al. 2011).

Kemiringan lokasi peternakan sapi perah di Cibugary termasuk dalam kategori datar. Kondisi ini sulit diubah karena komplek peternakan tersebut merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta. Faktor kemiringan sangat menentukan dalam usaha peternakan sapi perah karena berhubungan dengan manajemen limbah dan drainase kandang. Menurut Kamiludin (2009), dalam pembuatan kandang perlu tingkat kemiringan lantai beberapa derajat agar feses, urine maupun sisa makanan mudah mengalir ke saluran yang terdapat di pinggir kandang. Siregar (2001), menyebutkan bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring dengan kemiringan kurang lebih 2º. Lantai miring ke arah saluran pembuangan dan tidak licin. Dengan demikian, kotoran kandang mudah dibersihkan dengan air (Foley et al. 1973).

(28)

diperkirakan berkontribusi sekitar 70% terhadap produksi susu pada sapi perah (Anggraeni 2009).

Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan yang diperoleh untuk dimensi ekonomi sebesar 67.19% dan termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (51-75). Hasil ini menunjukkan bahwa dimensi ekonomi telah memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan dimensi ekologi. Jumlah atribut yang memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan ekonomi adalah 11 (sebelas) atribut yang meliputi (1) keuntungan usaha, (2) tingkat upah yang diberikan, (3) kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD), (4) sumber modal, (5) kepemilikan usaha, (6) rata-rata kepemilikan sapi laktasi, (7) penggunaan tenaga kerja, (8) permintaan produksi, (9) besarnya subsidi, (10) pemasaran produksi, (11) ketersediaan sarana produksi

Berdasarkan hasil analisis Leverage, atribut-atribut yang sensitif atau faktor kritis yang juga perlu diperhatikan dan diperbaiki karena memiliki pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan ekonomi adalah (1) pemasaran produksi, (2) kontribusi terhadap PAD, (3) permintaan produksi, (4) kepemilikan usaha, (5) penggunaan tenaga kerja, (6) sumber modal. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi ekonomi serta analisis Leverage dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi serta peran masing-masing atribut ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root

mean square (RMS)

(29)

bentuk kerjasama pemasaran susu Cibugary untuk menjaga stabilitas produksi. Dalam jangka panjang, kualitas susu bisa ditingkatkan dan upaya diversifikasi produk olahanpun pelru dilakukan.

Kontribusi terhadap pendapatan asli daerah belum optimal. Kompleks peternakan DKI Jakarta adalah kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah agar usaha peternakan sapi perah di DKI Jakarta tidak punah. Dengan adanya Agro Wisata Istana Susu Cibugary masyarakat DKI Jakarta bisa berwisata sekaligus mendapatkan edukasi tentang peternakan sapi perah yang sudah sangat langka di daerah ibukota sekaligus mempertahankan warisan budaya masyarakat betawi yang hampir punah seiring dengan pembangunan gedung-gedung bertingkat. Sehingga perlu perhatian dari pemerintah untuk mengembangkan dan membuat peternakan rakyat di kompleks peternakan Cibugary ini tetap berlanjut dan lestari. Pembangunan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan salah satu alternatif program terobosan yang diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan pembangunan peternakan yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Mandaka dan Hutagaol 2005; Mukson et al. 2009; Suryanto 1993).

Permintaan terhadap susu Agro Wisata Istana Susu Cibugary termasuk ke dalam kategori yang tinggi selain permintaan tetap dari agen. Konsumen lain berasal dari masyarakat sekitar, pondok pesantren maupun ketika terdapat kegiatan kunjungan ke agrowisata. Menurut Sumartini (2010), penjualan susu segar langsung ke wisatawan atau penghuni villa dapat meningkatkan nilai jual yang cukup tinggi. Hal ini terkait dengan kepercayaan yang baik dari konsumen terhadap kualitas susu yang dihasilkan sehingga perlu dijaga dan dipertahankan. Penerimaan yang berasal dari penjualan susu dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dimiliki. Semakin banyak ternak yang dimiliki maka produksi susu yang dihasilkan semakin banyak dan berpengaruh terhadap penjualan susu. Penjualan susu yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap penerimaan (Londa et al. 2013).

(30)

2004). Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan yang rata-rata semakin baik, akan memberikan dampak positif terhadap produktifitas tenaga kerja (Mulyadi 2003).

Kepemilikan usaha peternakan sapi perah Cibugary dimiliki oleh keluarga karena peternakan ini adalah warisan dari orangtua mereka. Sumber modal pun berasal dari keluarga. Modal diperlukan untuk mengembangkan usaha sapi perah (Suryahadi dan Despal 2009). Peningkatan kepemilikan sapi laktasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dimana pertumbuhan ekonomi dapat diperoleh dengan jumlah pendapatan yang semakin meningkat. Sehingga diperlukan sumber modal lain agar usaha peternakan ini lebih meningkat. Segala keputusan terkait usaha peternakan sapi perah selalu dimusyawarahkan kecuali untuk hal-hal teknis yang diserahkan oleh Bapak Rachmat (anak tertua) sekaligus yang langsung menangani untuk menghidupkan peternakan sapi perah. Kebijakan-kebijakan ataupun masukan-masukan yang sifatnya mempengaruhi jalannya usaha peternakan tidak bisa langsung diputuskan dan usaha ini memiliki dukungan yang kuat dari keluarga.

Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial budaya adalah sebesar 60% dan termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (51-75). Hal ini menunjukan bahwa dimensi sosial budaya memberikan manfaat yang cukup baik bagi keberlanjutan usaha peternakan sapi perah ini. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi sosial budaya serta analisis Leverage dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya dan peran masing- masing atribut sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk nilai

root mean square (RMS)

(31)

peternakan sapi perah, (5) jumlah rumah tangga peternakan dibandingkan sektor lain, (6) adanya kebiasan atau adat yang mengatur pengelolaan alam (7) partisipasi keluarga dalam peternakan, dan (8) persentase kegiatan masyarakat di luar peternakan. Atribut yang sensitif atau faktor kritis yang juga perlu diperhatikan dan diperbaiki yang memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya berdasarkan analisis Leverage berjumlah 1 (satu) atribut yaitu respon masyarakat terhadap peternakan sapi perah. Respon masyarakat merupakan hal yang penting dalam suatu keberlanjutan usaha apalagi jika usaha peternakan tersebut berada dekat dengan kehidupan masyarakat. Peternakan sapi perah ini berada di kompleks peternakan sapi perah dimana masyarakatnya beragam ada yang peternak, buruh, pegawai swasta maupun pedagang, ada yang sudah lama tinggal di kompleks maupun yang masih beberapa tahun. Masyarakat akan merespon baik jika peternakan sapi perah tersebut bermanfaat dan berdampak positif bagi mereka. Keberadaan peternakan sapi perah dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar dalam penyediaan souvenir bagi pengunjung agro wisata, menjual aneka makanan dan minuman serta dapat membuka usaha warung. Ridwan (2006) menyarankan agar pengelolaan limbah yang baik serta menjaga kebersihan areal peternakan merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghindari protes dari masyarakat. Respon positif masyarakat perlu dipertahankan dengan menciptakan manfaat bagi masyarakat di lingkungan peternakan tersebut.

Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi kelembagaan adalah sebesar 43.48% dan termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan (26-50). Hal ini menunjukan bahwa dimensi kelembagaan masih kurang memberikan manfaat bagi keberlanjutan usaha peternakan sapi perah ini yang dipengaruhi oleh faktor lembaga kredit dan mata rantai tata niaga susu yang memberikan nilai yang lebih besar dibandingan atribut lain dalam membangun keberlanjutan dimensi kelembagaan ini. Jumlah atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi kelembagaan berjumlah 9 (sembilan), yaitu (1) adanya lembaga yang menerima produksi susu, (2) adanya organisasi peternak, (3) kebermanfaatan organisasi peternak, (4) mata rantai tata niaga susu, (5) adanya lembaga penyedia kredit, (6) peranan anggota organisasi dalam menentukan kebijakan organisasi, (7) peranan tokoh panutan dalam menenukan kebijakan organisasi, (8) peranan pejabat pemerintah dalam menentukan kebijakan organiasi, (9) pembinaan atau penyuluhan dari pemerintah ke peternak. Atribut-atribut yang sensitif atau faktor kritis yang perlu diperhatikan dan diperbaiki yang memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan berdasarkan analisis Leverage berjumlah 2 (dua), yaitu adanya 1. lembaga penyedia kredit dan 2. mata rantai tata niaga susu. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi kelembagaan serta analisis Leverage

(32)

Gambar 5 Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan dan peran masing masing atribut kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk nilai

root mean square (RMS)

Sudono (1999) menyatakan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan susu, peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan mudah atau mudah menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat karena susu mudah busuk. Hal studi menunjukkan bahwa mata rantai tata niaga susu harus sependek mungkin. Suyitman et al. (2009) menyatakan bahwa pihak perbankan khususnya lembaga penyedia kredit masih menganggap bahwa kegiatan usaha peternakan sebagai usaha yang belum mendapat prioritas untuk mendapatkan bantuan kredit usaha karena mereka menganggap bahwa usaha peternakan masih berisiko tinggi dan dalam segi pendapatan masih tergolong rendah. Lembaga penyedia kredit ataupun lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan bagi peternak untuk meningkatkan pengembangan usaha peternakannya sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk membantu para peternak agar terus dapat melanjutkan usaha peternakannya. Adanya lembaga kredit yang murah dan mudah diakses dapat mendorong terlaksananya agribisnis peternakan sapi perah yang lebih baik lagi (Ridwan 2006). Pemberian modal murah bagi peternak, dapat meningkatkan kemampuan peternak untuk pengadaan input produksi berkualitas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi SSDN. Menurut Farid dan Heny (2011), modal tidak hanya berdampak pada produktivitas sapi, tetapi juga pada peningkatan populasi.

Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi

(33)

(1) kepemilikan mesin perah, (2) kepemilikan kendaraan, (3) pengetahuan pengolahan susu, (4) pengetahuan pengelolaan sapi, (5) pengetahuan reproduksi, (6) pengetahuan kesehatan hewan, (7) pengetahuan tentang pakan, (8) tingkat pendidikan pekerja, (9) mengikuti penyuluhan, (10) pemahaman pengelolaan limbah, (11) pengetahuan peternak tentang kandang dan peralatan, (12) kepemilikan alat komunikasi, (13) pemahaman tentang pengelolaan lingkungan. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi teknologi serta analisis Leverage

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi serta peran masing-masing atribut teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root

mean square (RMS)

(34)

untuk dirinya karena besarnya manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penyuluhan (Kroma 2003).

Dalam konteks penyuluhan, penentuan materi merupakan hal pokok yang menentukan keberhasilan penyuluhan. Menurut Van dan Hawkins (1999), materi yang sesuai dengan kebutuhan dapat menarik peternak untuk mengadopsinya. Jika tidak, maka materi penyuluhan hanya merupakan formalitas belaka dan tidak akan mendapat perhatian petani. Berdasarkan pada hasil analisis potensi, permasalahan dan kebutuhan yang telah disusun, maka materi penyuluhan merupakan sinkronisasi dari ketiga hal tersebut. Penyuluhan yang dilaksanakan mampu menyelesaikan akar masalah yang dihadapi, dapat dilaksanakan, karena sumber daya yang dimiliki mendukung serta membawa perubahan yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan peternak (Baba 2012).

Pengetahuan tentang sifat susu segar yang mudah rusak dan tidak tahan lama sangat diperlukan. Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar agar poduk utama dari peternakan sapi perah ini dapat dimanfaatkan untuk proses selanjutnya. Menurut Zandos (2011), pengetahuan dan penanganan susu yang baik bertujuan untuk mendapatkan susu yang halal, aman, utuh dan sehat. Mesin perah adalah sarana untuk memerah susu, dimana pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah ke dalam penampung melalui unit perah. Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi. Peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary tidak memiliki mesin merah dan pemerahan susu sapi dilakukan secara manual menggunakan tangan. Kegiatan ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun karena sudah terbiasa, lebih cepat dan tidak ada tambahan biaya untuk membeli mesin perah. Kegiatan pemerahan secara manual ini harus tetap menjaga kebersihan. Sudono et al. (2003) menyatakan bahwa saat memerah susu, ambing dan tangan/alat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya. Pelaksanakan prosedur pemerahan yang benar (Good Milking Practice) baik yang mencakup jarak pemerahan, perlakuan pendahuluan pada ambing, cara pemerahan, pencegahan dan pengujian mastitis, dll, diharapkan memberikan hasil pemerahan susu yang optimal (Zandos 2011).

(35)

Status Keberlanjutan Multidimensi

Nilai indeks keberlanjutan peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary dari hasil analisis secara multidimensi berada pada status cukup berkelanjutan (52.63%). Nilai tersebut diperoleh berdasarkan penilaian 52 atribut dari lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi. Dari 52 atribut yang dianalisis, terdapat 15 atribut yang sensitif berpengaruh atau perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan status keberlanjutan peternakan sapi perah di agrowisata Cibugary.

Perbaikan atribut merupakan tanggung jawab bersama baik pemilik peternakan maupun pemerintah DKI Jakarta apalagi kompleks peternakan sapi perah ini sudah tercatat di dalam SK Gubernur DKI Jakarta Nomer 300 tahun 1986 sehingga dari pihak pemerintah pun sebaiknya lebih memperhatikan kondisi dan memberikan solusi terkait tantangan-tantangan peternakan sapi perah di kawasan ini seperti memberikan penyuluhan yang tepat sasaran dan sesuai kebutuhan para peternak, memberikan kredit atau modal usaha atau membangun instalasi biogas agar limbah-limbah yang dihasilkan dapat termanfaatkan dengan baik. Beberapa perbaikan yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan kandang dengan menerapkan manajemen pengolahan limbah yang dihasilkan, membuat perjanjian kerjasama yang mengikat terhadap pemasaran susu, pelatihan secara berkala kepada para pekerja untuk dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, menjaga kebersihan, pemberdayaan masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan usaha beru, menjaga kualitas susu yang dihasilkan dan diversifikasi produk susu untuk meningkatkan nilai jual.

Untuk melihat tingkat kesalahan dalam analisis MDS dengan Rapdairy, dilakukan analisis Monte Carlo pada tingkat kepercayaan sekitar 95 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan peternakan sapi perah Cibugary pada taraf kepercayaan 95 persen, menunjukkan hasil yang tidak mengalami perbedaan dengan hasil Rapdiary (Multidimensional scaling). Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Rapdairy dan Monte Carlo seperti pada Tabel 5.

(36)

Hasil dari MDS tidak banyak berbeda dengan nilai indeks pada analisis

Monte Carlo, menunjukkan bahwa kesalahan dalam analisis MDS kecil.

Kesalahan dalam proses analisis kecil, baik dalam hal pembuatan skoring setiap atribut, variasi pemberian skoring karena perbedaan opini relatif kecil dan proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, serta kesalahan dalam menginput data maupun data hilang dapat dihindari.

Hasil analisis Rapdairy menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji terhadap status keberlanjutan peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary cukup akurat. Hasil analisis MDS memiliki nilai stress yang berkisar antara 12 persen sampai 16 persen dan nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0.87 dan 0.96. Untuk mengetahui apakah atribut-atribut yang dikaji dalam analisis MDS cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dapat dilihat dari nilai stress dan nilai koefisien determinasi (R2) karena memiliki nilai stress lebih kecil dari 0.25 atau 25 persen dan nilai koefisien determinasi (R2) mendekati nilai 1.0 atau 100 persen sesuai dengan Kavanagh dan Pitcher (2004). Adapun nilai stress dan koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis rapdairy untuk nilai stress dan koefisien determinasi (R2)

Parameter

Dimensi Keberlanjutan

A B C D E F

Stress 0.13 0.12 0.16 0.13 0.13 0.13

R2 0.96 0.94 0.87 0.94 0.93 0.93

Iterasi 3 3 3 3 3 3

Keterangan : A = Dimensi ekologi, B = Dimensi ekonomi, C = Dimensi sosial budaya, D = Dimensi kelembagaan, E = Dimensi teknologi, F = Multidimensi

Hasil Simulasi Keberlanjutan Multidimensi

Dimensi keberlanjutan yang mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi berdasarkan hasil analisis menggunakan

Rapdairy (MDS) : (1) dimensi ekologi sebesar 46.01%, status kurang

(37)

Gambar 7 Diagram layang (kite diagram) nilai Indeks keberlanjutan peternakan sapi perah di Agrowisata Istana Susu Cibugary

Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan simulasi dimensi ekologi, kelembagaan dan teknologi yang berada pada status kurang berkelanjutan. Simulasi ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan pada nilai indek keberlanjutan jika beberapa aspek yang membangun dimensi tersebut diperbaiki dan diperhatikan sehingga dapat menjadi gambaran bagi peternak untuk bisa memperhatikan aspek tersebut. Nilai indek keberlanjutan hasil simulasi pada dimensi ekologi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi hasil simulasi beberapa apek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary

(38)

Beberapa aspek pada dimensi kelembagaan yang dapat berubah ke status cukup keberlanjutan dengan nilai indeks sebesar 61.69% adalah pemasaran atau mata rantai tata niaga susu dan ketersediaan lembaga penyedia kredit. Nilai indeks keberlanjutan hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan hasil simulasi beberapa aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary

Hasil simulasi menunjukkan bahwa jika pemahaman peternak terhadap pengetahuan pengolahan susu, pengelolaan sapi, reproduksi, kesehatan hewan, pengelolaan limbah dan kandang baik, dimensi teknologi menduduki posisi sangat berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan 80.16%. Aspek teknologi bisa diperbaiki dan ditingkatkan karena dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peternak dalam manajemen usaha sapi perah yang berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

(39)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary berpotensi untuk dikembangkan karena didukung oleh aspek ekologi, ekonomi, kelembagaan, sosial budaya dan teknologi yang memiliki potensi untuk keberlanjutan usaha yang positif. Beberapa aspek yang perlu dikelola atau diperbaiki meliputi sarana pengolahan limbah, tata letak dan kemiringan kandang, keseimbangan antara permintaan dan produksi, optimalisasi pemanfaatan tenaga kerja, kerjasama dengan lembaga penyedia kredit dan pengelolaan limbah. Strategi ini dapat menciptakan lingkungan usaha yang nyaman dan lestari

Saran

Beberapa saran perbaikan yang menjadi tanggung jawab berbagai pihak meliputi:

1. Penyuluhah oleh pemerintah dalam aspek manajemen usaha yang sesuai kebutuhan peternak dan bantuan kredit lunak atau modal usaha melalui kerjasama dengan lembaga keuangan terkait.

2. Pengelolaan limbah yang dihasilkan dan penerapan sistem biogas sebagai sumber energi alternatif

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani YH, Suhartini, Aunorohman, Prayitno, Priyono A.1980. Pengantar Ilmu Peternakan. Purwokerto (ID): Unsoed Pr.

Anggraeni A. 2000. Keragaan produksi susu sapi perah: kajian pada faktor koreksi pengaruh lingkungan internal. Wartazoa. 9 (2):41-49.

Baba S. 2012. Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Penyuluhan

[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. [diunduh 2015 Apr 20]. Tersedia pada http://www.deptan.go.id.

Dewi KT, Imam H, Lely IM. 2011. Kemitraan Peternak Sapi Perah dengan KUD

“Batu” dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Peternak Sapi Perah.

Jurnal Administrasi Publik (JAP). 1(4):73-82.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Peternakan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan.

Farid M, Heny S, 2011. Pengembangan Susu Segar dalam Negeri Untuk Pemenuhan Kebutuhan Susu Nasional. Litbang Perdagangan. 5:2. Foley RC, Bath DL, Dickinson FN, and Tucker HA. 1973. Dairy Cattle:

Principles, Practices, Problems, Profits. Amerika (US): Lea & Febiger. hlm 448-477.

Ginting N, Sitepu P. 1989. Teknik Beternak Sapi Perah di Indonesia. Jakarta (ID): Rekan Anda Setiawan. Ed ke-1.

Hagman JE, Chuma K, Murwira, Connoly M. 2000. Learning Together Through

Participatory Extension: A Guide to an Approach Developed in Zimbabwe.

Zimbabwe (ZW): Agritex Pr.

Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Surabaya (ID): Airlangga Univ Pr.

Hartono M. 1999. Faktor-faktor dan Analisa Garis Edar Selang Beranak pada Sapi Perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Hasnawati M. 2008. Faktor-faktor yang Memengaruhi Servis per Conception pada Sapi Potong di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Utara [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.

Kamiludin A. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (Rapfish) Project. Rapfish Software Description (for Microsoft Excel). Inggris (GB): University of British Columbia Pr.

(41)

Kay D, Alder J. 1999. Coastal Planning and Management. Amerika (US): Routledge.

Kroma M. 2003. Participation and social learning: supporting farmer innovation in Central Ghana. J of Interna Agri and Extension Education. 10(1):43-49. Kusumawati Y. 2004. Hubungan pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dengan

berat bayi lahir di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. J Kesehatan Infokes. 8(1).

Londa PK, Waleleng POV, Legrans RAJ, Femi HE. 2013. Analisis Break Even

Point (Bep) Usaha Ternak Sapi Perah “Tarekat Msc” Di Kelurahan Pinaras Kota Tomohon. J Zootek. 32 (1).

Mandaka S, Hutagaol MP. 2005. Analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi dan kemungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Keluraharan Kebon Pedes, Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi. 23(1):191-208.

Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta (ID): UNS Pr. Mukson, Ekowati T, Handayani M, dan Harjanti DW. 2009. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja usaha ternak sapi perah rakyat di Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang dan Seminar Nasional Kebangkitan

Peternakan. Magister Ilmu Ternak. 2009 Mei 20; Semarang, Indonesia. Semarang (ID): Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Hlm: 25-37. Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo

Persada.

Ngoc CTT, Liem PV, Pharis T. 2007. Farmers participation in rice variety selection. J of Omonrice. 15:159-163.

Noakes DE. 1996. Veterinary Control of Herd Fertility”. Dalam M. Hartono, Faktor-faktor dan Analisa Garis Edar Selang Beranak pada Sapi Perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Ridwan W. 2006. Model agribisnis peternakan sapi perah berkelanjutan pada kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor (Studi kasus Kec. Cisarua dan Kec.Megamendung) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. RustamadjiB. 2004. Dairy Science I. [diunduh 2015 Agustus 10]. Tersedia pada :

http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/bangsa-bangsa-sapi-perah-diindonesia/htm.

Siregar SB. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi melalui perbaikan pakan dan frekuensi pemberian- Nya. J Itv. 1(6): 76-82. Siregar, S. 1999. Jenis, Tehnik Pemerahan, dan Analisis Usaha Sapi Perah.

Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Soekartawi AS, Dillon JL dan Hardaker JB. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Khusus Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Jakarta (ID): Grafindo Persada.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor (ID): IPB Pr. Sudono A. 2002. Budidaya Sapi Perah. Bogor (ID): IPB Pr.

Sudono A, Rosdiana F, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok (ID): Agromedia Pustaka

(42)

Susilorini TE, Sawitri ME, Muharlien. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Suryahadi T, Despal. 2009. Pengembangan Sapi Perah di Indonesia. Kebijakan Harga Susu, White Revoluton dan Kesejahteraan Peternak. Bogor (ID): IPB Suryanto B. 1993. Analisis ekonomi usahatani ternak sapi perah rakyat di

Kabupaten DATI II Boyolali. Media Petern. 18:21-26.

Suyitman, Surjono H, Catur H, Muladno. 2009. Status keberlanjutan wilayah berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo untuk pengembangan kawasan agropolitan. Agro Ekonomi. 27(2):165-191.

Van DB, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Herdiasti AD, penerjemah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Van HN, Wilkie AC, Powers WJ, Nordstedt RA. 1994. Component of dairy manure management systems. J Dairy Sci. 77:2008-2030

Warwick, E.J. and J.E. Legates. 1979. Breedingand Improvement of Farm Animals. 7 Edition. New York (US): Mc graw-Hill Book Co.

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sumber data atribut dimensi ekologi

No Atribut Keterangan Sumber Data 1.

6. Kemiringan (0)berbukit(1) bergelombang (2) berombak (3) datar

Primer

7. Pemanfaatan limbah ternak

(0)tidak dimanfaatkan (1) sebagian dimanfaatkan (2) seluruhnya dimanfaatkan tinggi (3) melebihi kapasitas (0)tidak ada (1) sedikit (2) sedang (3) banyak

(44)

Lampiran 2 Sumber data atribut dimensi ekonomi

No Atribut Keterangan Sumber Data 1.

(45)

Lampiran 3 Sumber data atribut dimensi sosial budaya

No Atribut Keterangan Sumber Data 1.

(46)

Lampiran 4 Sumber data atribut dimensi kelembagaan

No Atribut Keterangan Sumber Data 1.

Mata rantai tata niaga susu

Adanya lembaga penyedia

Peranan tokoh panutan dalam menentukan berperan (3) > 70% berperan (0)<30% berperan (1) 30-50% berperan (2) 50-70% berperan (3) > 70% berperan

(47)

Lampiran 5 Sumber data atribut dimensi teknologi

No Atribut Keterangan Sumber Data 1.

(48)

Lampiran 6 Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekologi

6. Kemiringan (1)berbukit(1) bergelombang (2) berombak (3) datar 7. Pemanfaatan limbah

ternak

(1)tidak dimanfaatkan (1) sebagian dimanfaatkan (2) seluruhnya dimanfaatkan tinggi (3) melebihi kapasitas (1)tidak ada (1) sedikit (2) sedang (3) banyak

(49)

Lampiran 7 Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekonomi

(50)

Lampiran 8 Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi sosial budaya

(51)

Lampiran 9 Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi kelembagaan

Mata rantai tata niaga susu

Adanya lembaga penyedia

Peranan tokoh panutan dalam menentukan berperan (3) > 70% berperan (1)<30% berperan (1) 30-50% berperan (2) 50-70% berperan (3) > 70% berperan

(52)

Lampiran 10 Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi teknologi

(53)

Lampiran 11. Kuesioner untuk Responden Peternak

No. Kuesioner : ………

Hari/ Tanggal : ………

Lokasi : ...

Mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua data

dan informasi yang diberikan akan saya pergunakan sebagai bahan untuk

menyusun tesis dan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk

mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih. Kuisioner ini dibuat dalam

rangka mendapatkan informasi mengenai kondisi peternakan sapi perah yang di

Wisata Agro Istana Susu Cibugary.

A. IDENTITAS PETERNAK

Nama : ………...

Umur : ………Tahun

Jenis Kelamin : L / P (lingkari yang sesuai)

Pendidikan Terakhir : ...

Pengalaman Beternak : ………….. Tahun

B. KONDISI TERNAK

1. Jumlah ternak sapi perah yang dipelihara

Milik sendiri : ... ekor

Maparo/Bagi Hasil : ... ekor

2. Struktur populasi dari ternak yang dipelihara

Pejantan : ... ekor

Induk : ... ekor

Sapi Jantan Muda : ... ekor

Dara : ... ekor

Pedet Jantan : ... ekor

Pedet Betina : ... ekor

(54)

4. Perlakuan terhadap pedet betina yang lahir (lingkari jawaban yang Anda

anggap sesuai):

a. Dipelihara untuk dijadikan Induk

b. Dijual pada saat lepas sapih

c. Lainnya (sebutkan)...

C. REPRODUKSI

1. Bangsa sapi yang dipelihara

a. FH murni impor b. FH murni lokal c. Peranakan FH d. Persilangan

e. Lain lain

2. Cara seleksi

a. Produksi susu b. Silsilah c. Kesehatan d. Bentuk luar

e. Tidak diseleksi

3. Cara kawin

a. IB dari BIB dinas b. IB dari koperasi c. Alam pejantan unggul d. Alam

pejantan tidak unggul e. Tidak dikawinkan.

4.Pengetahuan berahi

a.Sangat paham b. Paham c. Kurang paham d. Tidak paham

e. Tidak tahu

5. Umur beranak

a. 21-30 bulan b. 31-36 bulan c. 36-42 bulan d. > 42 bulan

e. Tidak tahu

6. Saat dikawinkan setelah beranak

a. 40-60 hari b. 61-90 hari c. < 60 hari d. >90 hari

e. Tidak dikawinkan lagi

7. Calving interval

a. 12 bulan b. 13-18 bulan c. 24 bulan d. < 12 bulan

e. > 12 bulan

D. MANAJEMEN KANDANG DAN PENGELOLAAN

1. Kepemilikan Kandang (lingkari jawaban yang Anda anggap sesuai):

(55)

b. Sewa (Rp... per Tahun)

2. Daya Tampung Kandang: ... ekor induk

3. Jarak kandang dari rumah:

a. 0 m (satu atap dengan rumah)

b. 1-10 m

c. >10 m

4. Jenis Kandang yang dimiliki

……… (……… ekor)

……… (……….ekor)

……… (……….ekor)

5. Apakah kandang yang Anda gunakan sudah dilengkapi instalasi BIOGAS?

(lingkari jawaban yang Anda anggap sesuai)

a. Sudah (kapasitas... M3)

b. Belum

6. Membersihkan sapi

a. 2x/ hari sebelum diperah b. 2x/ hari setelah diperah c. 1x sehari

d. Jarang e. Tidak dibersihkan

7. Cara membersihkan sapi

a. Semua disiram dan dibersihkan b. Semua disiram saja c. Bagian sekitar

ambing saja d. Bagian ambing saja e. Tidak dibersihkan

8. Waktu membersihkan kandang

a. 2x/ hari sebelum diperah b. 2x/ hari setelah diperah c. 1x sehari

d. Jarang e. Tidak dibersihkan

9. Frekuensi Pembersihan Kandang:

a. 1 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. 3 kali sehari

10. Cara pemerahan

a. manual dengan tangan b. manual dengan tangan yang diolesi vaselin

c. Mesin perah d. dll (……….)

11. Frekuensi pemerahan (waktunya ……….)

Gambar

Gambar 1  Ruang lingkup penelitian
Tabel 1  Manajemen produksi dan reproduksi di Peternakan Sapi Perah Wisata              Agro Istana Susu Cibugary
Tabel 4  Tanggapan pengunjung terhadap Wisata Agro Istana Susu Cibugary
Gambar 2   Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi serta peran masing-masing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Univariat yang dilakukan pada variabel Kemampuan toilet training pada anak todler menunjukkan bahwa kemampuan toilet training pada anak usia todler sebagian

Fokus penelitian ini pada kegiatan Musrenbang pada tingkat desa dan kelurahan sebagai forum komunikasi stakeholder yang mewakili masyarakat desa/kelurahan untuk mengaspirasikan

Dari hasil nilai pre tes dapat dilihat pada tabel 4.3, nilai pre tes siswa kelas III SD Al Fatah Surabaya dapat disimpulkan bahwa pemakaian metode ceramah dalam

Hasil kalibrasi model antara indeks dari citra spasial dengan data nilai lengas tanah pada 40 titik pengamatan BRG selama periode 2018-2019 menunjukkan performa

4.1.1 Mempresentasikan hasil dari praktikum untuk mengetahui prinsip kerja cermin dan lensa. Peserta didik dapat melukiskan pembentukan bayangan pada cermin dan

Sebagian besar masyarakat Purwakarta berada di pinggiran kota atau di pedesaan. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di pinggiran kota atau di pedesaan kurang banyak

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. 5 Maka sampel pada penelitian ini berdasarkan ketentuan yang dikembangan dalam tabel Nomogram Hery