• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Ethepon untuk Meningkatkan Pembentukan Bunga dan Buah Mentimun (Cucumis sativus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Ethepon untuk Meningkatkan Pembentukan Bunga dan Buah Mentimun (Cucumis sativus L.)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI ETHEPON UNTUK MENINGKATKAN

PEMBENTUKAN BUNGA DAN BUAH MENTIMUN

(

Cucumis sativus

L.)

SITI FAIZAH AMALIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

   

   

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Ethepon untuk

Meningkatkan Pembentukan Bunga dan Buah Mentimun (Cucumis sativus L.)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Siti Faizah Amalia

(4)
(5)

ABSTRAK

SITI FAIZAH AMALIA. Aplikasi Ethepon untuk Meningkatkan Pembentukan Bunga dan Buah Mentimun (Cucumis sativus L.). Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI.

Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Buah mentimun banyak di konsumsi di Indonesia. Pembentukan buah mentimun dipengaruhi oleh pembungaan. Ethepon merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk menginduksi pembungaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi ethepon terhadap pembentukan bunga dan buah pada tanaman mentimun. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yakni konsentrasi ethepon. Terdapat lima taraf konsentrasi ethepon yang digunakan yakni 0 ppm, 31.25 ppm, 62.50 ppm, 93.70 ppm, dan 125 ppm. Varietas yang digunakan adalah Venus. Perlakuan ethepon cenderung menurunkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman yang diberi konsentrasi ethepon menghasilkan jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, dan jumlah buah yang cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Aplikasi ethepon menghasilkan rasio bunga jantan dan betina, dan rasio bunga betina buah yang berfluktiatif selama periode pengamatan.

Kata kunci: Cucurbitaceae, konsentrasi ethepon, pembungaan, zat pengatur tumbuh.

ABSTRACT

SITI FAIZAH AMALIAEtheponApplicationto Increase The Flower Formation and Cucumber Fruit (Cucumis sativus L.). Supervised by TATIEK KARTIKA SUHARSI.

Cucumber (Cucumis sativusL.) is a vegetable under the family Cucurbitaceae. The fruit is largely consumed in Indonesia. The formation of cucumber fruit is influenced by the generative phase. Ethepon functions as a plant growth regulators to induce flowering. The purpose of this research was to study the effect of the ethepon application on flowering and fruit formation in cucumbers. Randomized block design (RBD) was used for statistical analysis with ethepon concentration as the main factor. There are five levels of ethepon concentration used is 0 ppm, 31.25ppm, 62.50 ppm, 93.70ppm, and 125 ppm. The variety of cucumber which was usedis Venus. Ethepon treatment tends to

(6)
(7)

APLIKASIETHEPON UNTUK MENINGKATKAN

PEMBENTUKAN BUNGA DAN BUAH MENTIMUN

(

Cucumis sativus

L.)

SITI FAIZAH AMALIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul

“Aplikasi Ethepon untuk Meningkatkan Pembentukan Bunga dan Buah Mentimun (Cucumis sativus L.)”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.Mama, Papa, Teh Dhilah, Ka Gilang, Adi, Nida, Zein, keluarga besar H. Bachruddin, dan Bani Syatibi atas dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti.

2.Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan bimbingan selama penelitian sampai denganpenyusunanskripsi.

3.Dr. Ir. Ni Made Armini W, MS selaku dosen pembimbing akademik.

4.Maryati Sari, SP, MSi dan Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku dosen penguji dalam ujian skripsi.

5.Suga Libran, Indah, Feni, Bita, Arinta, Winda, Nita, Ami, Gustia, Dita, Bunga, Yusti, Tita, Amoy, Silmi, Selvi, Kantika, Elischa, Anin, Azmi, Endro, Dira, Abu, Septi, Yanti, Nafi, Fatisa, Shinta, Fitri, Poetri, Nurul dan Novi selaku sahabat yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan. 6.Teman-teman Socrates 46, teman-teman di Wisma Jelita, teman-teman di

Pondok Ar-Rahmah, dan teman-teman Freedomizer.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Bogor, Januari2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABELviii

DAFTAR GAMBARviii

DAFTAR LAMPIRANviii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) 2

Zat Pengatur Tumbuh Ethepon 4

BAHAN DAN METODE 5

Bahan dan Peralatan Penelitian 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Prosedur Penelitian 6

Pengamatan 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam 8

Tinggi Tanaman 9

Jumlah Daun 10

Jumlah Bunga Jantan 11

Jumlah Bunga Betina 13

Rasio Bunga Jantan dan Betina 14

Jumlah Buah 16

Rasio Bunga Betina dan Buah 17

KESIMPULAN DAN SARAN18

Kesimpulan 18

(14)

DAFTAR PUSTAKA18

RIWAYAT HIDUP27

DAFTAR TABEL

1. Suhu udara, curah hujan, dan intensitas penyinaran matahari di Dramaga,

Bogor pada bulan Februari Maret 2013 7

2. Rekapitulasi hasil uji Fperlakuan konsentrasi ethepon terhadap peubah

yang diamati 9

3. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap tinggi tanaman 9

4. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah daun 11

5. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bungajantan selama periode

pengamatan 12

6. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga betina selama periode

pengamatan 13

7. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap rasio bunga jantan dan betina 15

8. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah selama periode pengamatan 16

9. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap rasio bunga betina dan buah 17

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlahbunga jantan 12

2. Gambar 2 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlahbunga betina 14

3. Gambar 3 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap tinggi tanaman

mentimun 21

(15)

3. Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah bunga

jantantanaman mentimun 23

4. Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah bunga

betinatanaman mentimun 24

5.Hasil sidik ragam pengaruh aplikasiterhadap rasio bunga jantan dan betina

tanaman mentimun 25

6.Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah buah mentimun 26

7. Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap rasio bunga betina

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu komoditas tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Mentimun termasuk famili Cucurbitaceae.Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) mentimun memiliki banyak khasiat yang sangat bermanfaat bagi pencernaan dan daya tahan tubuh.Tanaman mentimun memiliki daya tarik budidaya yang cukup tinggi akan tetapi terdapat beberapa kendala dalam budidaya mentimun, diantaranya adalah serangan hama penyakit dan kegagalan dalam pembentukan bunga. Berdasarkan data Badan Pusat StatistikIndonesia (2013) produksi mentimunpada tahun 2012 adalah sebesar 511 525 ton, menurun dari tahun 2011 yakni 521535 ton.

Penurunan produksi mentimun terkait erat dengan ketersediaan benih mentimun, menurut data Dirjen Hortikulutra (2008)ketersediaan benih nasional adalah sebesar 20 112 kg. Ketersediaan benih tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan benih mentimun yakni sebesar 62 370 kg. Ketersediaan benih dan produksi buah mentimun dipengaruhi oleh pembungaan. Menurut Ashari (1995) pembungaan mentimun sangat bergantung kepada kondisi lingkungan dan peran zat pengatur tumbuh.Umumnya bunga jantan terbentuk lebih awal daripada bunga betina sehingga tanaman mentimun memiliki rasio bunga yang tidak seimbang yakni 10 : 1, oleh karena itu perlu dilakukan induksi pembungaan pada tanaman mentimun. Salah satu tehnik yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT).

Ethepon adalah zat pengatur tumbuh penghasil etilen. Etilen adalahgas yang terbentuk pada pembakaran hidrokarbon tak sempurna. Etilen berfungsi untuk mempengaruhi proses pemasakan buah, menyebabkan absisi daun dan merangsang pembungaan (Tjondronegoro et al. 1989).

Penelitian mengenai aplikasi ethepon pada mentimun pernah dilakukan oleh Rahmawaty (2009) dan Syarifet al. (2010). Rahmawaty (2009) melakukan penelitian mengenai aplikasi ethepon dengan konsentrasi 150, 300, 450, dan 600 ppm pada mentimun dalam sistem hidroponik di Green housedengan menggunakan dua varietas berbeda yakni varietas Soarer dan Purbaya. Hasil penelitian Rahmawaty yakni pemberian ethepon pada varietas Soarer dapat menekan tinggi tanaman mentimun, serta dapat meningkatkan rasio kelamin bunga, dan jumlah buah. Sedangkan perlakuan konsentrasi ethepon pada varietas Purbaya dapat meningkatkan total bunga betina.

Syarif et al. (2010) melakukan penelitian pada mentimun, menggunakan konsentrasi ethepon 100, 200, 300, dan 400 ppm yang diaplikasikan pada dua varietas berbeda yakni varietas Lokal dan varietas Antara. Hasil penelitian Syarif

(18)

2

Penelitian mengenai aplikasi ethepon untuk meningkatkan pembungaan juga pernah dilakukan pada beberapa komoditas lainnya antara lain penelitian Putri (2006) pada pepaya, dan Haryati (2003) padanenas.

Hasil daripenelitian Rahmawaty (2009) dan Sasmito (2010) menunjukkan hasil yang berbeda, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh aplikasi beberapa taraf konsentrasi ethepon terhadap pembentukan bunga dan buah mentimun dengan menggunakan varietas, konsentrasi ethepon dan jumlah aplikasi ethepon berbeda dalam sistem budidaya sederhana di lapang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi ethepon terhadap pembentukan bunga dan buah pada tanaman mentimun (Cucumis sativusL.).

Hipotesis

Konsentrasi ethephon berpengaruh dalam menginduksi pembentukan bunga dan pembentukan buah mentimun (Cucumis sativus L.).

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious), semusim dan tumbuh merambat.Mentimun termasuk dalam famili Cucurbitaceae.Tanaman mentimun berakartunggang,berbatang berbulu dan berbuku dengan panjang batang mentimun mencapai 50250 cm. Mentimun memiliki daun berwarna hijau dan berbentuk bulat(Wijoyo 2012).

Bunga mentimun muncul pada ketiak daun dan batang atau cabang.Kubicki

(19)

3

berhubungan dengan ekspresi seks dalam tanaman mentimun adalah untuk mengatur tingkat ZPT.

Buah mentimun bertipe buahpepo (Williams et al. 1993).Buah mentimun dapat dipanen pada waktu tanaman berumur 3050 hari setelah tanam (HST).Buah mentimun berbentuk bulatpanjang, memiliki biji berwarna putih dan berbentukelips.Bijimentimun dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman(Wijoyo 2012).

Mentimun merupakan tanaman yang menyerbuk silang. Penanaman mentimun untuk produksi benih mentimun harus diberi jarak isolasi untuk menjaga kemurniaan benih. Jarak penanaman mentimun dengan famili Cucurbitaceae lainnya adalah 1000 m, sedangkan jarak penanamanantar varietas mentimun adalah 45 m. Penyerbukan umumnya dilakukan oleh serangga (George 2010). Umur panen mentimun untuk produksi benih adalah 100120hari setelah tanam (HST) untuk budi daya di dataran rendah, dan 130 HST untuk budi daya di dataran tinggi.Pengolahan benih mentimun tidak jauh berbeda dengan pengolahan benih tanaman lainnya. Pengolahan benih dilakukan dengan cara mengestraksi biji mentimun, biji yang telah diekstraksi dikeringkan dibawah sinar matahari. Pengeringan benih mentimun dilakukan selama 23 hari dibawah sinar matahari sampai kadar air 810 % (Deptan 2012). Viabilitas minimum benih mentimun adalah sebesar 80 %.

Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman mentimun yakni 22ºC 30º C. Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan tinggi, karena akan mengakibatkan bunga yang terbentuk berguguran sehingga gagal membentuk buah. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan mentimun adalah tanah remah, mengandung bahan organik tinggi, dan drainase baik. Derajat keasaman (pH) optimum untuk tanaman mentimun yakni 67. Tanah dengan sifat fisik, kimia, dan biologi yang tidak baik dapat menghambat pertumbuhan mentimun. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan mentimun adalah 8001000 mm tahun

-1

(Ashari 1995).

Pengolahan tanah dilakukan sebelum penanaman mentimun. Tanah diolah sedalam 3035 cm. Benih mentimun ditanam pada bedeng setinggi 40 cm dan lebar bedeng 120 cm, dengan jarak tanam 100 cm x 50 cm (Susila 2006). Media yang digunakan untuk penanaman benih mentimun adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Pemupukan pada tanaman mentimun dilakukan saat penanaman dan pada 1, 2, dan 3 MST (minggu setelah tanam). Dosis pemupukan pada saat penanaman yakni 75 kgha-1 Urea, 250 kgha-1SP-36, dan 72 kgha-1 KCL.Sedangkan 75 kgha-1 Urea dan 36 kgha-1 KCL diberikan pada saat 1, 2, dan 3 MST (Susila 2006).

(20)

4

tanaman mentimun dengan cara menusuk buah mentimun kemudian pada bagian tanaman mentimun yang telah ditusuk diletakkan telur lalat buah. Larva lalat buah memakan daging buah mentimun, sehingga menimbulkan gejala abnormal dan busuk pada tanaman mentimun. Hama kutu daun menyerang tanaman mentimun dengan cara menghisap cairan sel tanaman, gejala serangan kutu yakni daun menjadi keriput dan menggulung karena kutu daun umumnya menyerang bagian pucuk tanaman (Wijoyo 2012).

Penyakit umum yang terdapat pada tanaman mentimun yakni embun bulu, antraknosa, penyakit layu, dan busuk buah.Embunbulu disebabkan oleh cendawan

Pseudopernospora cubensis, penyakit ini menyerang pada bagian daun mentimun.Gejala penyakit embun bulu berupa bercak kuning bersudut pada daun. Embun bulu disebarkan oleh air, angin, insekta, manusia dan benih yang terinfeksi (Sutakaria dan Suseno1974).Penyakit antraknosa berkembang pada saat musim hujan, penyebab penyakit ini adalah cendawan Colletotrichum lagenarium.

Antraknosa disebarkan oleh air, benih, dan melalui sisa-sisa makanan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah kelembapan udara yang tinggi. Serangan penyakit antraknosa menimbulkan bercak coklat bersudut pada daun. Penyakit layu dapat disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan nematoda. Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan disebabkan oleh Fusarium oxysporum dengan gejala berupa layu yang disertai dengan klorosis daun. Penyakit layu bakteri disebarkan oleh kumbang Acalymma vittata gejala yang ditimbulkan adalah daun layu secara mendadak dan tanaman mengalami kematian, sedangkan layu yang disebabkan oleh nematoda menunjukkan gejala berupa terdapat bintil bagian akar, tanaman menjadi kerdil, dan mengalami klorosis. Busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytium aphanidermatum

cendawan ini menyerang bagian buah mentimun. Gejala yang disebabkan oleh cendawan Phytium aphanidermatum menyebabkan bagian buah yang terserang menjadi busuk kebasah-basahan, lunak, dan bila ditekan akan mudah pecah (Wijoyo 2012). Menurut Sutakaria dan Suseno(1974) busuk buah menyerang pada kelembapan udara 8590 % pada saat curah hujan tinggi. Patogen Phytium sp. menyebarkan penyakit melalui air, angin, burung, dan serangga.

Zat Pengatur Tumbuh Ethepon

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat, atau secara kualitatif dapat mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Salah satu zat pengatur tumbuh yang terdapat pada tumbuhan adalah etilen.Etilen adalah suatu senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh dalam bentuk gas, memiliki sifat-sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan, dan senesen tanaman (Wattimena, 1988).

Penggunaan etilen untuk merangsang pembungaan berawal pada tahun 1930-an di Puerto Rico, yakni dilakukan pengasapan pada tanaman nenas untuk mencegah kerusakan akibat embun beku. Asap yang menyebar dapat mengurangi kerusakan embun beku yang menyerang tanaman dan juga dapat merangsang pembungaan nenas (Harjadi2009). Berdasarkan hasil penelitian Bondad dalam

(21)

5

nenas yang berumur 14 bulan, menyebabkan 85% dari tanaman nenas berbunga pada 80 hari setelah aplikasi ethepon.

Wattimena (1988) menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikontrol oleh auksin juga dipengaruhi oleh etilen. Auksin tidak dapat aktif dengan adanya etilen karena etilen merusak polaritas dan transpor sel, yang menyebabkan auksin menyebar secara lateral ke luar floem. Auksin secara umum memiliki sifat yang berlawanan dengan etilen, misalnya auksin merangsang pemanjangan batang sedangkan etilen menghambat pemanjangan batang.Auksin menghambat absisi sedangkan etilen mempercepat absisi.

Etilen dapat dihasilkan dari persenyawaan 2-haloethane-phosphonic acid atau ethepon. Ethephon adalah salah satu zat pengatur tumbuh sintetik penghasil etilen (CH2=CH2)dengan rumus kimia CH-CH2-CH2-PO3H2 (Usman1997).

Menurut Wattimena (1988) penggunaan ethepon dan GA3 pada tanaman

monoecious dapat meningkatkan produksi bunga dan buah.Sasmito (2005) juga menyatakan bahwa pemberian ethepon dan NAA konsentrasi 250 ppm dan 500 ppm dapat meningkatkan jumlah bunga betina dan hasil panen mentimun, namun aplikasi ethepon dengan konsentrasi 750 ppm hingga 1000 ppm menyebabkan pembungaan terhambat.

Hasil penelitian Rahmawaty (2009) yakni pemberian ethepon berpengaruh secara linier terhadap total bunga betina tanaman mentimun varietas Purbaya dan varietas Soarer dalam sistem hidroponik, dimana peningkatan konsentrasi ethepon dapat meningkatkan jumlah bunga betina pada varietas Purbaya. Sasmito (2005) juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman mentimun, pemberian ethepon pada konsentrasi 250 ppm menyebabkan rasio kelamin bunga jantan dan betina sebesar 10 : 3, dan pada konsentrasi ethepon 500 ppm rasio kelamin bunga jantan dan betina sebesar 10 : 6.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan PeralatanPenelitian

Bahan yang digunakan adalah ethepon 480 SL, benih mentimun varietaVenus, furadan 3G, pupuk Urea, SP-36, KCL, dan pupuk kandang.Alat-alat yang digunakan antara lain handsprayer, ember, meteran, pisau, cangkul, kored, ajir, timbangan digital, kamera, dan label.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(22)

6

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengajiran, aplikasi ethepon, pemeliharaan tanaman, pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman), dan pengamatan. Pengolahan lahan dilakukan secara manual, pada saat pengolahan lahan diberi pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1. Lahan dibiarkan selama satu minggu sebelum ditanami. Lahan yang digunakan untuk penanaman adalah 216 m² yang terdiri atas 15 bedengan. Setiap bedengan berukuran 1 m x 5.5 m dengan tinggi bedengan 20 cm. Benih mentimun ditanam pada bendengan dengan jarak tanam 100 cm x 50 cm. Setiap lubang ditanami dua benih mentimun.

Pupuk KCL, dan SP-36 diaplikasikan pada 2 MST (minggu setelah tanam) dengan dosis 72 kgha-1 KCL dan 250 kgha-1 SP-36, sedangkan pupuk Urea diaplikasikan dua kali yakni pada saat penanaman dan 2 MST dengan dosis 75 kgha-1 setiap aplikasi. Pengajiran dilakukan pada 2 MST, setiap lubang tanaman diberi ajir dengan ukuran 1 m. Ethephon diaplikasikan pada saat tanaman berumur 3 MST dengan cara menyemprotkan ethepon ke seluruh bagian tanaman dengan volume 10 ml per tanaman. Konsentrasi ethepon yang digunakan adalah 0 ppm, 31.25 ppm, 62.50 ppm, 93.70 ppm, dan 125 ppm. Larutan ethepon dilarutkan dalam 10 liter (l) air.

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma selama dua minggu sekali dan pengairan yang dilakukan setiap hari. Pengendalian OPT dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif deltrametrin dengan konsentrasi 2 cc l-1 pada 3 MST dan 5 MST. Pengamatan dilakukan setiap minggu yakni sejak 3 MST–7 MST.

Pengamatan

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, rasio bunga jantan dan betina, jumlah buah, dan rasio bunga betina dan buah. Tinggi tanaman dihitung dari permukaan tanah hingga titik tumbuh. Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang telah membuka sempurna. Jumlah bunga jantan dan betina yang dihitung adalah bunga yang sudah mekar. Jumlah buah dihitung apabila buah mentimun sudah berukuran ≥ 2 cm. Peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah bunga jantan diamati pada 37 MST, sedangkan peubah jumlah bunga betina, rasio bunga jantan dan betina, jumlah buah, dan rasio jumlah bunga betina dan buah diamati pada 47 MST. Seluruh peubah yang diamati pada 3 MST dilakukan dua hari setelah aplikasi ethepon.

Analisis Data

(23)

7

Terdapat lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 22 tanaman sehingga total keseluruhan tanaman adalah 330 tanaman. Model aditif linear adalahsebagai berikut :

Keterangan :

i = 0 ppm, 31.25 ppm, 62.50 ppm, 93.70 ppm, dan 125 ppm j = 1, 2, 3

= Respon tanaman terhadap perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = nilai tengah umum

= pengaruh perlakuan konsentrasi ethepon ke-i = pengaruh kelompok ulangan ke-j

= pengaruh galat percobaan perlakuan ethepon ke-i, kelompok waktu aplikasi ke-j

Data di uji dengan Uji F dengan taraf 5%. Bila terdapat peubahyang dipengaruhi oleh perlakuan maka akan di uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Curah hujan rata-rata selama bulan Februari hingga Maret 2013 di Dramaga adalah 289.8406.2 mm, dengan suhu rata-rata 25C 26°C. Suhu tersebut sesuai dengan suhu optimum untuk pertumbuhan mentimun. Ashari (1995) menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan mentimun yakni 22º C30º C. Curah hujanoptimum untuk pertumbuhan mentimun adalah 800  1000 mm tahun-1atau sekitar 67  83 mm-1 yakni lebih rendah dibandingkan dengan curah hujan rata-rata selama penelitian (289.8  406.2 mm). Data suhu, curah hujan, dan intensitas penyinaran matahari selama bulan Februari hingga Maret 2013 tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Suhu udara, curah hujan, dan intensitas penyinaran matahari di Dramaga, Bogor pada bulan Februari Maret 2013

(24)

8

Pertumbuhan awal mentimun dilapang pada 1 MST cukup baik dengan persentase 80 %. Jumlah tanaman mentimun yang hidup mengalami penurunan pada 7 MST yakni menjadi 40 %. Kendala yang terjadi selama penelitian adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang lahan penelitian adalah penggorok daun (Liriomyza huidobrensis)dan oteng-oteng (Aucophora similis O.). Hama penggorok daun menyerang tanaman mentimun pada lahan penelitian dengan intensitas serangan sebesar 20%. Tanaman mentimun yang terserang oleh lalat penggorok daun menunjukkan gejala guratan putih tak beraturan pada daun mentimun. Larva lalat penggorok daun memakan jaringan mesofil sehingga mengurangi kapasitas fotosintesis, selain itu serangan hama lalat penggorok daun juga menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit dan tanaman mengalami penguguran daun. Oteng-oteng menyerang daun mentimun pada lahan penelitian dengan intensitas serangan sebesar 15%. Oteng-oteng memakan daun tanaman mentimun yang menyebabkan daun menjadi berlubang sehingga proses fotosintesis tanaman menjadi terganggu.

Penyakit yang menyerang adalah penyakit layu, embun bulu, dan busuk buah. Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Erwinia tracheiphila yang disebarkanmelalui kumbang Acalymma vittata dengan intensitas serangan 75%. Gejala serangan penyakit layu adalah kelayuan pada satu daun mentimun yang kemudian menyebar keseluruh daun dan selanjutnya tanaman mengalami kematian. Penyakit layu menyebabkan 60 % tanaman dari seluruh populasi tanaman mentimun dalam penelitian ini mengalami kematian.Embun bulu disebabkan oleh cendawanPseudonospora cubensis dengan intensitas serangan sebesar 35% pada 7 MST. Gejala penyakit embun bulu berupa bercak kuning bersudut pada daun. Embun bulu menyebabkan daun tanaman mentimun menjadi kering. Busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytium aphanidermatum,cendawan ini menyerang bagian buah mentimun. Gejala yang disebabkan oleh cendawan Phytium aphanidermatum menyebabkan bagian buah yang terserang menjadi busuk kebasah-basahan, lunak, dan bila ditekan akan mudah pecah. Intensitas serangan penyakit busuk buah adalah sebesar 100% menjelang tanaman berumur 8 MST, yang menyebabkan buah mentimun gagal panen.

Kondisi tanaman mentimun setelah diaplikasikan insektisida tidak berbeda secara signifikan dengan sebelum diaplikasikan insektisida. Persentase tanaman mentimun yang tumbuh normal pada 7 MST adalah 40 % dari populasi.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

(25)

9

Tabel 2Rekapitulasi hasil uji F pengaruh perlakuan konsentrasi ethepon terhadap peubah yang diamati

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi ethepon berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3, 5, dan 7 MST, dan jumlah daun pada 3 MST. Aplikasi ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya yakni jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, rasio bunga jantan dan bunga betina, jumlah buah, dan rasio bunga betina dan buah.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rahmawaty (2009) yang menyatakan bahwa pemberian ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas tanaman, jumlah bunga jantan, dan rasio kelamin bunga tetapi perlakuan varietas yakni varietas Purbaya dan Soarer berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah bunga betina. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena perbedaan konsentrasi ethepon, kondisi lingkungan, dan sistem budidaya yang diterapkan.

Tinggi Tanaman

Ethepon merupakan salah satu zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat mempengaruhi sifat fisiologis tanaman pada aspek pertumbuhan, perkembangan, dan senesen (Wattimena 1988).Pernyataan Wattimena (1988) sesuai dengan hasil penelitian ini. Pengaruh perlakuan ethepon terhadap tinggi tanaman mentimun tertera pada Tabel 3.

(26)

10

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan etheponberpengaruh nyataterhadap tinggi tanaman pada 3, 5, dan 7 MST. Tinggi tanaman kontrol pada 3 MST nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ethepon konsentrasi 62.50 ppm, 93.70 ppm,dan 125 ppm, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ethepon konsentrasi 31.25 ppm. Perlakuan ethepon konsentrasi 31.25 ppm memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan 62.50 ppm dan kontrol pada 5 MST, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 93.70 ppm dan 125 ppm. Tinggi tanaman perlakuan ethepon konsentrasi 93.70 ppm nyata berbeda dengan perlakuan konsentrasi ethepon 31.25 ppm, 62.50 ppm, dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ethepon konsentrasi 125 ppm pada 7 MST.

Tinggi tanaman mentimun seluruh perlakuan ethepon tidak berpengaruh nyata pada 4 MST dan 6 MST. Tinggi tanaman mentimun pada 4 MST berkisar antara 4.4  6.1 cm dengan tinggi tanaman tertinggi diperoleh perlakuan ethepon 62.50 ppm (6.1 cm), sedangkan pada 6 MST tinggi tanaman mentimun berkisar antara 8.3  28.3 cm dengan perlakuan kontrol sebagai tinggi tanaman tertinggi (28.3 cm).

Perlakuan kontrol memperoleh tinggi tanaman tertinggi pada 3 MST dan 5 MST, dibandingkan dengan perlakuan ethepon lainnya, akan tetapi pada 7 MST tanaman mentimun yang diberi perlakuan ethepon 93.70 ppm memperoleh tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan ethepon lainnya dan kontrol. Hal ini diduga disebabkan oleh serangan penyakit layu yang menyebabkan kematian pada sebagian besar tanaman sehingga mempengaruhi data tinggi tanaman.

Tanaman diserang oleh penyakit layu pada 7 MST dengan intensitas serangan 75 %. Serangan penyakit layu menyebabkan kematian pada 60 %tanaman mentimun.Prabowo (2009) menyatakan bahwa penyakit layu umum menyerang tanaman mentimun milik petani di Desa Ciherang, Cianjur. Intensitas serangan dapat mencapai 4.48% atau sekitar 10 tanaman per lahan surveidan menyebabkan kematian tanaman secara cepat, sehingga penyakit layu merupakan permasalahan utama para petani di Desa Ciherang. Gejala layu per tanaman mentimun pada umumnya ditemukan pada saat tanaman berumur 4 minggu.

Peubah tinggi tanaman hasil pengamatan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty (2009), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmawaty pemberian ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tetapi perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Perbedaan hasil tersebut mungkin karena perbedaan konsentrasi ethepon yang digunakan sehingga hasil yang didapat berbeda.

Jumlah Daun

Perlakuan ethepon berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada saat tanaman berumur 3 MST. Aplikasi ethepon menurunkan jumlah daun. Semakin tinggi konsentrasi ethepon mengakibatkan jumlah daun semakin sedikit.

(27)

11

nyata dengan perlakuan kontrolpada 3 MST.Perlakuan kontrol pada 3 MST memperoleh jumlah daun terbanyak dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi ethepon lainnya yakni sebanyak 6.7 daun.

Jumlah daun tertinggi didapatkan oleh perlakuan kontrol pada 4 MST (7.2 cm) dan 5 MST (6.9 cm) dibandingkan dengan perlakuan konsentasi ethepon lainnya yakni semakin meningkatnya konsentrasi ethepon jumlah daun yang dihasilkan cenderung semakin sedikit.Jumlah daun antar perlakuan konsentrasi ethepon cenderung berfluktuatif pada minggu pengamatan 6 MST dan 7 MST yakni berkisar antara 3.0  5.4 daun.

Curah hujan yang tinggi diduga menjadi penyebab larutan ethepon tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah daun tanaman mentimun. Data pengaruh ethepon terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah daun Perlakuan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRTtaraf 5 %.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Wattimena (1998). Menurut Wattimena (1988) ethepon dapat mempengaruhi senense tanaman, yang dalam penelitian ini adalah pengguguran daun. Prawiranata et al.(1995) juga menyatakan hal yang sama bahwa etilen dapat mempengaruhi pengguguran daun.

Jumlah Bunga Jantan

Menurut Ashari (1995) bunga jantan umumnya muncul satu minggu setelah penanaman sedangkan bunga betina muncul 10 hari setelah bunga jantan muncul. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa bunga jantan muncul pada 1 MST (minggu setelah tanam) sedangkan bunga betina muncul pada 3 MST yakni 4 hari lebih lambat dibandingkan dengan tanaman mentimun secara umum. Curah hujan yang tinggi dan intensitas cahaya yang rendah selama penelitian diduga menjadi penyebab keterlambatan munculnya bunga betina.

(28)

12

Tabel 5 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga jantan selama periode pengamatan

Perlakuan (konsentrasi ethepon)

Jumlah bunga jantan

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

0 ppm 3.3 3.2 2.6 1.6 2.0

31.25 ppm 1.5 1.9 2.0 2.2 1.1

62.50 ppm 1.1 3.0 3.2 2.3 2.3

93.70 ppm 1.5 3.1 3.0 3.1 2.2

125 ppm 1.1 2.3 2.0 2.5 2.9

KK (%) 49.42 29.50 33.73 38.52 25.11

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan kontrol memperoleh jumlah bunga jantan tertinggi pada 3 MST (3.3 bunga) dan 4 MST (3.2 bunga), tetapi pada 5  7 MST jumlah bunga jantan pada tanaman kontrol cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi ethepon lainnya. Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga jantan tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga jantan

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa jumlah bunga jantan pada tanaman yang diberi perlakuan ethepon cenderung meningkat selama periode pengamatan 3  7 MST. Jumlah bunga jantan perlakuan kontrol pada 3 MST memiliki jumlah bunga jantan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi ethepon lainnyayakni 33 bunga. Tanaman mentimun yang diberi perlakuan ethepon pada 4 MST memiliki jumlah bunga jantan yang meningkat yakni berkisar antara 1.9  3.2 bunga, sedangkan perlakuan kontrol pada 4 MST menurun menjadi 3.2 bunga. Jumlah bunga jantan tertinggi pada 5 MST diperoleh perlakuan 31.25 ppm dan diikuti oleh perlakuan konsentrasi ethepon lainnya dan kontrol.

(29)

13

terjadi oleh perlakuan ethepon lainnya dan kontrol. Curah hujan tinggi diduga menyebabkan banyaknya bunga yang gugur selama penelitian.

Hasil pengamatan terhadap jumlah bunga jantan hampir serupa dengan hasil penelitian Syarif et al (2010) yang menyatakan bahwa pemberian ethepon dapat meningkatkan jumlah bunga jantan pada varietas Lokal dan varietas Antara, yakni semakin tinggi konsentrasi ethepon maka jumlah bunga jantan yang dihasilkan semakin meningkat.

Jumlah Bunga Betina

Jumlah bunga betina tidak dipengaruhi nyata oleh perlakuan konsentrasi ethepon selama periode pengamatan yakni 4  7 MST. Pengaruh konsentrasi ethepon terhadap jumlah bunga betina dicantumkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga betina selama periode pengamatan

Perlakuan (konsentrasi ethepon)

Jumlah bunga betina

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

0 ppm 1.4 1.5 1.8 2.0

31.25 ppm 1.2 1.1 1.3 1.1

62.50 ppm 1.5 1.6 1.5 1.4

93.70 ppm 1.3 1.4 1.4 2.0

125 ppm 1.3 1.1 2.2 2.7

KK (%) 28.65 44.72 38.27 39.23

(30)

14

Gambar 2 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga betina

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah bunga betina pada seluruh perlakuan konsentrasi ethepon cenderung mengalami peningkatan pada 5

 7 MST. Seluruh perlakuan konsentrasi ethepon tidak berbeda secara signifikan pada 4 MST yakni berkisar antara 1.3  1.5 bunga. Perlakuan ethepon konsentrasi 62.50 ppm, 93.70 ppm, dan kontrol mengalami peningkatan jumlah bunga betina pada 5 MST, sedangkan perlakuan 31.25 ppm dan 125 ppm sedikit mengalami penurunan jumlah bunga betina pada 5 MST yakni menurun 0.1 (31.25 ppm) dan 0.2 (125 ppm). Jumlah bunga betina terbanyak diperoleh perlakuan 125 ppm pada 6 MST (2.2 bunga ) dan 7 MST (2.7 bunga), diikuti oleh perlakuan kontrol dan perlakuan konsentrasi ethepon lainnya.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty (2009), yaitu konsentrasi ethepon tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah bunga betina, akan tetapi perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina dimana varietas Purbaya memperoleh total jumlah bunga betinalebih besar dibandingkan dengan varietas Soarer.

Menurut Wattimena (1988) ethepon dapat mempengaruhi ekspresi seks pada tanaman. Kusumaningsih (1989) juga menyatakan bahwa pemberian ethepon menyebabkan meningkatnya jumlah bunga betina pada tanaman mentimun, peningkatan jumlah bunga disebabkan oleh kandungan etilen dalam tanaman yang tinggi sehingga tanaman dirangsang untuk membentuk bunga betina. Menurut Syarif et al. (2010) bunga tanaman mentimun memiliki calon benang sari dan calon putik rudimental. Timbulnya uniseksualitas merupakan hasil penekanan salah satu jenis kelamin terhadap kelamin yang lain sehingga pemberian etilenmampu menekan pembentukan jumlah jantan dan menghasilkan bunga betina lebih banyak.

Rasio Bunga Jantan dan Betina

(31)

15

maupun ZPT sintetik yang diaplikasikan pada tanaman (eksogen). Wattimena (1988) menyatakan bahwa efektivitas pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi, sehingga memberikan pengaruh berbeda pada aktivitas metabolisme tanaman. Hera (2009) juga menyatakan bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh akan menentukan respon yang ditimbulkan oleh tanaman, sehingga untuk memperoleh keseimbangan yang optimum antara bunga jantan dan betina perlu diketahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat.

Rasio kelamin bunga (bunga jantan/bunga betina) adalah perbandingan antara bunga jantan dan bunga betina. Rasio bunga jantan dan betina yang tinggiberarti bahwa jumlah bunga jantan yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bunga betina, sedangkan rasio bunga jantan dan betinayang rendah berarti bahwa bunga betina yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bunga jantan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bunga jantan dan betina. Rasio bunga jantan dan betina pada penelitian ini tertera pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengaruh ethepon terhadap rasio bunga jantan dan betina Perlakuan rasio tertinggi dibandingkan dengan perlakuan ethepon lainnya, namun menurun pada 5  7 MST. Rasio menurun berarti bahwa bunga betina yang dihasilkan tanaman kontrol menjadi meningkat pada 5  7 MST. Perlakuan ethepon 125 ppm menghasilkan rasio yang cenderung seimbang, yakni rasio bernilai 1.9 pada 4 MST dan 5 MST, serta rasio bernilai 1.0 pada 6 MST dan 7 MST. Nilai rasio seimbang berarti bahwa bunga jantan dan bunga betina pada tanaman yang diberi perlakuan ethepon 125 ppm berjumlah sama. Rasio bunga jantan dan betina pada seluruh perlakuan ethepon cenderung semakin menurun selama periode pengamatan, hal ini berarti bahwa jumlah bunga betina yang dihasilkan cenderung meningkat pada setiap minggu tanam.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Sasmito (2005). Menurut Sasmito pemberian ethepon berpengaruh nyata terhadap rasio bunga jantan dan betina, semakin tinggi konsentrasi ethepon rasio bunga jantan dan betina semakin kecil, yang berarti bahwa jumlah bunga betina yang dihasilkan semakin banyak.

(32)

16

rasio kelamin bunga baik pada varietas Soarer maupun varietas Purbaya. Faktor lain yang menyebabkan perlakuan ethepon tidak berpengaruh dalam penelitian ini adalah curah hujan yang tinggi yang menyebabkan banyaknya jumlah bunga yang gugur, sehingga mempengaruhi data penelitian.

Jumlah Buah

Perlakuan ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah pada 47 MST. Pengaruh ethepon terhadap jumlah buah tertera pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah selama periode pengamatan

Perlakuan (konsentrasi ethepon)

Jumlah buah

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

0 ppm 0.9 1.0 1.6 1.3

31.25 ppm 1.2 1.1 1.1 1.1

62.50 ppm 1.1 1.2 1.5 1.4

93.70 ppm 1.1 1.1 1.2 1.2

125 ppm 1.1 1.3 1.1 1.5

KK (%) 15.41 43.57 48.63 42.03

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah buah cenderung berfluktuatif selama periode pengamatan 4  7 MST yakni berkisar antara 0.91.6 buah. Jumlah buah pada seluruh perlakuan cenderung meningkat pada 5 MST dan 6 MST, akan tetapi terjadi penurunan pada 7 MST. Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah tertera pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah

(33)

17

konsentrasi ethepon lainnya pada 4 MST. Jumlah buah terbanyak didapatkan oleh perlakuan 125 ppm pada 5 MST yakni 1.3 buah, dan diikuti oleh perlakuan ethepon lainnya dan kontrol. Peningkatan jumlah buah terjadi pada perlakuan kontrol, 62.50 ppm, dan 93.70 ppm pada 6 MST, sedangkan perlakuan 125 ppm mengalami sedikit penurunan jumlah buah. Jumlah buah pada seluruh perlakuan cenderung mengalami penurunan pada 7 MST, terkecuali pada perlakuan ethepon konsentrasi 125 ppm.

Jumlah buah yang cenderung berfluktuatif selama periode pengamatan diduga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang menyebabkan penyerbukan dan pembentukan buah terganggu. Selain itu serangan penyakit busuk buah yang tinggi yang disebabkan oleh patogen Phytium sp., diduga mempengaruhi data yang diperoleh. Serangan busuk buah juga menyebabkan buah mentimun pada penelitian ini mengalami gagal panen menjelang tanaman berumur 8 MST.

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Rahmawaty (2009) yakni aplikasi ethepon tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah buah, tetapi perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman dimana jumlah buah varietas Soarer lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Purbaya.

Rasio Bunga Betina dan Buah

Aplikasi ethepon tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bunga betina dan buah pada 4  7 MST. Pengaruh konsentrasi ethepon terhadap rasio bunga betina dan buah dicantumkan pada Tabel 9.

Tabel 9Pengaruh ethepon terhadap rasio bunga betina dan buah Perlakuan cenderung berfluktuatif selama periode pengamatan 4  7 MST. Perlakuan kontrol memperoleh rasio tertinggi pada 4 MST (1.6) dibandingkan dengan perlakuan ethepon lainnya, namun menurun pada 5  7 MST. Hal tersebut berarti bahwa pada 4 MST buah mentimun yang dihasilkan oleh tanaman kontrol cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan ethepon lainnya, tetapi jumlah buah mentimun tanaman kontrol cenderung mengalami peningkatan pada 5  7 MST.

(34)

18

ppmbuah mentimun yang dihasilkan seimbangdengan bunga betina yang dihasilkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Aplikasi ethepon menekan pertumbuhan vegetatif tanaman mentimun yakni tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman yang diberi perlakuan konsentrasi ethepon menghasilkan jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, dan jumlah buah yang cenderung meningkat selama periode pengamatan dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Aplikasi ethepon menghasilkan rasio bunga jantan dan betina, dan rasio bunga betina dan buah yang cenderung berfluktiatif selama periode pengamatan.

Saran

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ethepon konsentrasi 31.25 ppm, 62.50 ppm, 93.70 ppm, dan 125 ppm berpotensi meningkatkan jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, dan jumlah buah. Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu faktor pembatas dalam penelitian ini, sehingga disarankan untuk melakukan budi daya mentimun tidak pada musim hujan untuk mengurangi serangan OPT dan mengoptimumkan pembentukan bunga dan buah mentimun.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI-Press.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran di Indonesia. [Internet]. [ diunduh 21Juli 2013]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=20.

Dalimartha S,AdrianF. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Departemen Pertanian. 2012. Budi daya Produksi Benih Timun Merah. [Internet]. [diunduh 14 Desember 2013]. Tersedia pada : http://hortikultura.litbang. deptan.go.id/index.php?bawaan=teknologi/isi_teknologi&id_menu=4&id_s ubmenu=19&id=33.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Upaya Perbaikan Industri Benih Hortikuktura untuk Meningkatkan Impor Benih serta Pengembangan Sentra Produksi Hortikuktura. [Internet]. [diunduh 12 Desember 2013]. Tersedia pada : http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node154.

George RAT. 2010. Vegetable Seed Production. USA (US): CABI North American Office.

(35)

19

Haryati. 2003. Peranan Ethephon terhadap Pertumbuhan Generatif TanamanNenas. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Hera N. 2009. Pengaruh Ethepon terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas. Kusumaningsih T. 1989. Pengaruh pembereian ethrel 40 PGR dan NAA terhadap ekspresi kelamin bunga dan hasil panen tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

More TA, Seshadri VS. 1998. Cucurbits. Nayar and More TA, editors. USA (US): Science Publishers, Inc.

Prawiranata W, Harran S, Tjondronegoro PD. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Departemen Botani. Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prabowo DP. 2009. Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Putri ME. 2006. Pengaruh Konsentrasi Etephon terhadap Ekspresi Seks Pepaya (Carica Papaya L.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahmawaty N. 2009.Pengaruh Varietas dan Konsenterasi Ethepon pada Pertumbuhan dan Hasil Panen Mentimun (Cucumis sativus L.) dalam Budidaya Hidroponik [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sasmito MA. 2005. Pengaruh Perlakuan Ethrel dan NAA terhadap Pembentuan Bunga dan Nisbah Kelamin Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sutakaria J, Suseno R. 1974. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bagian Ilmu Penyakit Tumbuhan. Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susila AD. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. [Internet]. [diunduh 14

Maret 2012]. Tersedia pada : http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/ PNADL249.pdf

Syarif Z, Irawati C, Novita H. Pertumbuhan Produksi Tanaman Mentimun Varietas Lokal dan Antara ( Cucumis sativus L.) terhadap Pemberian Berbagai Konsentrasi Ethepon. Jerami Vol. 3 2 : 124-130.

Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Kusumaningrat T, Gunawan AW,Djaelani M, Suwarto A. 1989. Botani Umum III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB Press.

Usman. 1997. Induksi Pembungaan Mangga Varietas Gadung 21 dengan Aplikasi Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi Ethephon[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi-IPB. Bogor (ID): IPB Press.

Wijoyo PM. 2012. Budidaya Mentimun. Jakarta (ID):Pustaka Agro Indonesia. Williams CN, UzoJO, WTH. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran Di Daerah

(36)

20

Lampiran 1Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap tinggi tanaman mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 3 MST

Ulangan 2 0.05 0.025 0.05 0.95tn Perlakuan 4 11.83 2.96 5.78 0.01* Galat 8 4.09 0.51

Total 14 15.97 19.47

4 MST

Ulangan 2 4.05 2.03 1.45 0.29tn Perlakuan 4 5.39 1.35 0.96 0.48tn Galat 8 11.17 1.40

Total 14 20.61 21.86

5 MST

Ulangan 2 13.34 6.67 3.21 0.10tn Perlakuan 4 32.28 8.07 3.89 0.05 * Galat 7 14.52 2.08

Total 13 62.29 19.81

6 MST

Ulangan 2 314.01 157.01 1.40 0.31tn Perlakuan 4 676.73 169.18 1.51 0.30tn

Galat 7 786.28 0.95

Total 13 1756.70 65.83

7 MST

Ulangan 2 1024.24 512.12 12.18 0.01* Perlakuan 4 783.45 195.86 4.66 0.08tn Galat 4 168.20 42.05

Total 10 1889.61 39.69

(37)

21

Lampiran 2Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah daun mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 3 MST

Ulangan 2 1.61 0.81 2.57 0.14 tn Perlakuan 4 9.52 2.38 7.59 0.007* Galat 8 2.51 0.31

Total 14 13.64 10.60

4 MST

Ulangan 2 8.80 4.40 1.87 0.22tn Perlakuan 4 20.90 5.22 2.23 0.16tn Galat 8 18.77 2.35

Total 14 48.46 31.39

5 MST

Ulangan 2 3.19 1.60 0.93 0.44tn Perlakuan 4 18.50 4.63 2.70 0.12tn Galat 7 11.98 1.71

Total 13 32.30 24.15

6 MST

Ulangan 2 2.33 1.17 0.28 0.77tn Perlakuan 4 3.37 0.84 0.21 0.93tn Galat 7 28.75 4.11

Total 13 34.16 18.99ª

7 MST

Ulangan 2 25.80 12.90 8.78 0.03* Perlakuan 4 2.31 0.58 0.39 0.81tn Galat 7 5.87 1.47

Total 13 37.57 30.57

ª Hasil transformasi * nyata

(38)

22

Lampiran 3 Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah bunga jantantanaman mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 3 MST

Ulangan 2 0.71 0.36 0.49 0.63 tn Perlakuan 4 9.94 2.48 3.41 0.07 tn Galat 8 5.82 0.73

Total 14 16.47 49.42ª

4 MST

Ulangan 2 4.19 2.09 3.28 0.09tn Perlakuan 4 4.04 1.01 1.58 0.27 tn Galat 8 5.10 0.64

Total 14 13.33 29.50 ª

5 MST

Ulangan 2 5.86 2.93 4.01 0.07tn Perlakuan 4 2.21 0.55 0.75 0.59tn Galat 7 5.12 0.73

Total 13 12.87 33.73ª

6 MST

Ulangan 2 4.91 2.45 3.20 0.10tn Perlakuan 4 4.21 1.05 1.38 0.33tn Galat 7 5.36 0.77

Total 13 15.47 38.52ª

7 MST

Ulangan 2 1.98 0.99 3.43 0.14 tn Perlakuan 4 1.72 0.43 1.50 0.35 tn Galat 4 1.15 0.29

Total 10 6.01 25.11ª

ª Hasil transformasi * nyata

(39)

23

Lampiran 4Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah bunga betinatanaman mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 4 MST

Ulangan 2 0.50 0.25 1.59 0.26tn Perlakuan 4 1.37 0.03 0.22 0.92tn Galat 8 1.25 0.16

Total 14 1.88 28.65ª

5 MST

Ulangan 2 0.79 0.39 1.34 0.3216tn Perlakuan 4 0.77 0.19 0.63 0.6583 tn Galat 7 2.97 0.42

Total 13 4.41 44.72ª

6 MST

Ulangan 2 4.60 2.30 4.92 0.05tn Perlakuan 4 0.89 0.22 0.48 0.75tn Galat 7 3.27 0.47

Total 13 9.02 38.27ª

7 MST

Ulangan 2 1.06 0.53 0.98 0.45tn Perlakuan 4 2.04 0.51 0.94 0.52tn Galat 4 2.16 0.54

Total 10 6.00 39.23ª

ª Hasil transformasi * nyata

(40)

24

Lampiran 5 Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap rasio jumlah bunga jantan danbetinatanaman mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 4 MST

Ulangan 2 3.95 1.98 8.52 0.01tn Perlakuan 4 1.27 0.32 1.37 0.33tn Galat 8 1.86 0.23

Total 14 7.08 23.37ª

5 MST

Ulangan 2 3.14 1.57 4.71 0.05tn Perlakuan 4 0.90 0.23 0.68 0.63tn Galat 7 2.33 0.33

Total 13 6.59 28.34ª

6 MST

Ulangan 2 0.68 0.34 0.99 0.42tn Perlakuan 4 4.61 1.15 3.32 0.08tn Galat 7 2.43 0.35

Total 13 8.03 38.36ª

7 MST

Ulangan 2 0.36 0.18 0.27 0.77tn Perlakuan 4 1.28 0.32 0.48 0.75tn Galat 4 2.65 0.66

Total 10 4.11 57.80ª

ª Hasil transformasi * nyata

(41)

25

Lampiran 6 Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap jumlah buah mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 4 MST

Ulangan 2 0.06 0.03 1.14 0.37tn Perlakuan 4 0.00 0.00 0.04 0.99tn Galat 8 0.20 0.03

Total 14 0.28 15.41ª

5 MST

Ulangan 2 0.71 0.36 1.09 0.39tn Perlakuan 4 0.89 0.22 0.69 0.62tn Galat 8 2.27 0.32

Total 14 3.83 43.57ª

6 MST

Ulangan 2 2.54 1.27 2.70 0.14tn Perlakuan 4 0.91 0.23 0.48 0.75tn Galat 8 3.29 0.47

Total 14 6.69 48.68ª

7 MST

Ulangan 2 0.58 0.29 0.81 0.51tn Perlakuan 4 1.60 0.40 1.11 0.46tn Galat 8 1.44 0.36

Total 14 3.62 42.03ª

ª Hasil transformasi * nyata

(42)

26

Lampiran 7Hasil sidik ragam pengaruh aplikasi ethepon terhadap rasio bunga betina dan buah mentimun

SK DB JK KT F-HIT Pr>F KK (%) 4 MST

Ulangan 2 0.63 0.32 2.00 0.20tn Perlakuan 4 0.48 0.12 0.75 0.58tn Galat 8 1.27 0.16

Total 14 2.38 30.30ª

5 MST

Ulangan 2 0.58 0.29 0.57 0.59tn Perlakuan 4 1.05 0.26 0.52 0.73tn Galat 8 3.54 0.51

Total 14 5.14 54.11ª

6 MST

Ulangan 2 1.99 0.99 2.26 0.18tn Perlakuan 4 2.11 0.53 1.21 0.39tn Galat 8 3.06 0.44

Total 14 7.45 43.88ª

7 MST

Ulangan 2 0.36 0.18 0.31 0.75tn Perlakuan 4 1.29 0.32 0.56 0.70 tn Galat 8 2.33 0.58

Total 14 4.41 46.62ª

ª Hasil transformasi * nyata

(43)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan H. Idham Syatibi dan Hj. Siti Muflihah. Lahir di Jakarta pada tanggal 13 September 1991. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 01 Marunda, Jakarta Utara.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di MTs Al-Masthuriyah, Sukabumi. Jenjang pendidikan selanjutnya dilanjutkan penulis di SMA Al-Masthuriyah, Sukabumi. Tamat dari SMA penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (undangan seleksi masuk IPB) pada tahun 2009 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi pengurus himpunan profesi HIMAGRON selama dua masa bakti yakni tahun 2010/2011 dan 2011/2012, pada masa bakti 2010/2011 penulis menjadi anggota divisi eksternal, dan pada masa bakti 2011/2012 penulis menjadi anggota divisi internal.

Gambar

Tabel 2Rekapitulasi hasil uji F pengaruh perlakuan konsentrasi ethepon terhadap  peubah yang diamati
Tabel 6 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah bunga betina selama periode
Tabel 8 Pengaruh perlakuan ethepon terhadap jumlah buah selama periode

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil data penelitian diketahui bahwa ada pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dimana semua perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang

Faktor tunggal pemberian beberapa konsentrasi ethepon memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot buah tidak lurus/bengkok, sedangkan penggunaan varietas

Pemberian bokashi kulit durian berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, panjang buah, diameter buah, berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat

Dari hasil pengamatan sidik ragam dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk kandang sapi terhadap produksi tanaman per plot menunjukan berpengaruh nyata pada amatan

Disisi lain berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan bokashi kayambang tidak berpengaruh nyata pada variabel jumlah

Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan dosis POC buah pepaya berpengaruh nyata pada tinggi tanaman mentimun umur 14 hst, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perlakuan pupuk kompos berpengaruh nyata terhadap berat satu buah dan berat buah per tanaman; berpengaruh sangat nyata

Hasil penelitian ini menunjukkan, Bentuk konstruksi ajir bambu tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)